PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Laar Belakang Salah au maalah aru dalam uau nework adalah penenuan pah erpendek. Maalah pah erpendek ini merupakan maalah pengopimuman, karena dengan diperolehnya pah erpendek diharapkan dapa mengopimumkan fakor yang lain (mialkan: waku dan biaya). Secara umum, maalah pah erpendek dalam uau nework ini erbagi menjadi ipe, yakni: () pah erpendek anara uau impul dan impul lainnya, () pah erpendek anara uau impul dengan emua impul lainnya, dan () pah erpendek anara emua paang impul yang erdapa pada nework erebu. Pada karya ilmiah ini, yang menjadi maalah uama adalah maalah ipe (), yaiu mencari pah erpendek anara uau impul, yaiu ource dan uau impul lainnya, yaiu ink. Terdapa beberapa algorime yang dapa digunakan unuk mencari pah erpendek, alah aunya adalah algorime dekompoii. Algorime dekompoii dibaha di dalam [Hu, 98], [Yen, 98], dan [Shier e al., 97]. Namun, iap proedur yang diperkenalkan memiliki keunungan yang berbeda. Proedur yang diperkenalkan oleh Hu akan epa bila diaplikaikan pada nework yang memiliki rukur linear. Proedur yang diperkenalkan oleh Shier akan epa bila diaplikaikan pada nework dengan rukur ree. Ada pula proedur yang akan epa bila diaplikaikan pada nework berbenuk ar, yaiu algorime dekompoii yang diperkenalkan oleh Land dan Sair [Land & Sair, 97]. Dalam karya ilmiah yang merupakan rekonruki dari ulian Jarvi dan Tufekci [Jarvi & Tufekci, 98] ini, algorime yang banyak dierapkan adalah algorime dekompoii yang diperkenalkan oleh Hu [Hu, 98]. Dalam karya ilmiah ini juga dilakukan penghiungan komplekia dari algorime dekompoii yang digunakan. Tujuan Tujuan penulian karya ilmiah ini adalah mempelajari penyeleaian maalah pah erpendek anara impul ource () dan ink () dalam ebuah nework dengan menggunakan Algorime Dekompoii Jarvi-Tufekci. LANDASAN TEORI Dalam mencari pah erpendek anara ource () dan ink () dalam ebuah nework dengan algorime dekompoii, diperlukan beberapa konep ebagai beriku: Graf Definii (Graf) Suau graf adalah paangan eruru (V,E) dengan V adalah himpunan berhingga dan akkoong dari elemen-elemen graf, yang diebu impul (node, verek), dan E adalah himpunan paangan akeruru dari impulimpul di V. Seiap {p,q} E (dengan p,q V) diebu ii (edge) dan dikaakan menghubungkan impul p dan impul q. Sii {p,q} dapa pula diulikan dengan pq. (Fould, 99) G: e v v e e e v v e Gambar. Graf dengan impul dan ii.

2 Graf G pada Gambar mempunyai himpunan impul V={v, v, v, v } dan himpunan ii E={e, e, e, e, e }. G: Definii (Inciden) Mialkan diberikan graf G=(V,E). Jika ii e={p,q} E, maka impul p dan q maingmaing dikaakan inciden dengan ii e. Dapa pula dikaakan bahwa ii e inciden dengan impul p dan q. (Fould, 99) Berdaarkan graf pada Gambar, maka e inciden dengan impul v dan v, e inciden dengan impul v dan v, e inciden dengan impul v dan v, dan eerunya. Definii (Subgraf) Suau graf G =(V,E ) adalah uau ubgraf dari G=(V,E) jika V V dan E E. G: (Ahuja e al., 99) Gambar. Graf dengan komponen. Graf G pada Gambar memiliki buah komponen, yaiu komponen yang mengandung himpunan impul {,,,} dan yang mengandung himpunan impul {,}. Definii (Digraf) Suau graf berarah/digraf (direced graph) D adalah paangan eruru (V,A) dengan V adalah himpunan akkoong dan hingga, dan A adalah himpunan paangan eruru elemenelemen di V. Elemen dari A biaa diebu ii berarah (arc). Jika (u,v) (eringkali diulikan dengan uv) adalah uau ii berarah pada digraf, maka u dikaakan predeceor dari v, dan v adalah uau ucceor dari u. (Fould, 99) D: G : Gambar. G ubgraf dari G. Gambar. Digraf. Unuk digraf pada Gambar, V={,,,,} dan A={(,), (,), (,), (,), (,), (,), (,)}. Pada ii berarah (,), maka impul adalah predeceor bagi impul, dan impul adalah ucceor bagi impul. Hal yang ama berlaku bagi ii berarah lainnya. Definii (Komponen) Suau ubgraf makimum yang erhubungkan dari graf G diebu komponen dari G. (Fould, 99) Definii (Walk) Suau walk pada uau digraf D=(V,A) adalah uau ubgraf dari D=(V,A) yang berupa uau barian dari impul dan ii berarah i a i a i r a r i r dan unuk emua k r berlaku a k =(i k, i k+ ) A aau dapa diuli a k =(i k+, i k ) A.

3 Dapa pula dikaakan bahwa walk adalah uau himpunan (barian) dari ii berarah aau impul-impul. Walk dapa dibedakan menjadi, yakni: a) Walk berarah yaiu uau walk yang memiliki au arah, ehingga unuk embarang buah impul i k dan i k+ yang beruruan pada walk erebu, (i k, i k+ ) A. b) Walk idak berarah yaiu uau walk yang idak memenuhi definii walk berarah. (Ahuja e al., 99) Definii 8 (Subpah) Suau ubpah dari pah v 0 v v... v k adalah barian impul v i v i+... v j yang erdapa dalam pah erebu edemikian ehingga 0 i j k. (Cormen e al., 990) Dengan menggunakan pah pada Gambar dapa diperoleh conoh ubpah, yakni: Gambar (a). Walk adalah conoh walk berarah. Gambar (b). Walk adalah conoh walk idak berarah. Definii 7 (Pah) Suau pah dalam uau digraf adalah uau walk dengan emua impulnya berbeda (idak ada yang berulang). Berdaarkan definii walk, maka pah dapa pula dibedakan menjadi, yakni pah berarah dan pah idak berarah. (Ahuja e al., 99) Gambar 7. Conoh ubpah. Definii 9 (Cycle) Suau cycle adalah uau pah i i... i r dan mengandung (i, i r ) aau (i r,i ), aau dapa diulikan ebagai i i... i r i. Suau cycle dapa pula didefiniikan ebagai pah yang eruup. Berdaarkan definii pah, maka cycle dapa dibedakan menjadi, yakni: ) Cycle berarah yaiu pah berarah i i... i r dan mengandung ii berarah (i r,i ). ) Cycle idak berarah yaiu pah idak berarah i i... i r dan mengandung ii berarah (i r,i ). (Ahuja e al., 99) Gambar 8(a). Cycle adalah cycle berarah. Gambar. Pah. Pah pada Gambar merupakan conoh pah yang dimiliki oleh digraf pada Gambar. Pah ini merupakan conoh pah berarah. Gambar 8(b) Cycle adalah cycle idak berarah.

4 Definii 0 (Digraf Terhubungkan) Suau digraf D=(V,A) dikaakan erhubungkan (conneced), jika erdapa paling ediki au buah pah yang menghubungkan eiap paang impul pada digraf erebu. Jika idak, maka digraf erebu dikaakan akerhubung. (Fould, 99) Gambar 9(a). Digraf erhubung. Gambar 9(b). Digraf akerhubung. Definii (Graf erboboi) Suau graf G=(V,E) aau digraf D=(V,A) dikaakan erboboi jika erdapa fungi d:e R aau d:a R (dengan R adalah himpunan bilangan real) yang memeakan eiap bilangan real (yang diebu bobo) unuk eiap ii di E (aau A). Seiap bobo d(uv) dengan uv E (aau uv A) biaa diulikan dengan d uv. (Fould, 99) Gambar 0. Digraf erboboi. Definii (Panjang ii berarah) Mialkan diberikan uau digraf erboboi dengan fungi yang memeakan iap ii berarah dengan uau bilangan real. Maka, bobo ini dapa pula dikaakan ebagai panjang ii berarah. Panjang ii berarah yang menghubungkan impul u dengan v dinoaikan dengan d uv =d(u,v), dan didefiniikan pula bahwa d(u,u)=0, dan d(u,v)= (akhingga) jika idak ada ii berarah yang menghubungkan impul u dan v erebu. (Cormen e al., 990) Bardaarkan digraf erboboi pada Gambar 0, maka dapa diperoleh: d(,)=0 d(,)= d(,)= d(,)= d(,)= d(,)=0 d(,)= d(,)= d(,)=0 d(,)=0. Definii (Panjang pah) Mialkan diberikan pah p, v 0 v v... v k. Panjang pah p adalah jumlah emua panjang ii berarah yang erdapa pada pah erebu, aau dapa diulikan ebagai: k 0, vk ) = d( vi, vi ) i= d( p) = d( v. (Cormen e al., 990) Pada Gambar 0, erdapa beberapa pah. Beriku ini panjang pah-pah yang menghubungkan impul dan impul pada digraf pada Gambar 0 erebu: Panjang pah =d(,) =d(,)+d(,) =+ = Panjang pah =d(,) =d(,)+d(,) =+ = Panjang pah =d(,) =d(,)+d(,)+d(,) =++ =. Definii (Pah erpendek) Pah u v dikaakan ebagai pah erpendek jika pah yang menghubungkan impul u dan impul v erebu memiliki panjang minimum di anara pah-pah u v lainnya. (Hu, 98) Berdaarkan digraf erboboi pada Gambar 0, dan panjang pah-pah yang menghubungkan impul dan pada Ilurai Definii, maka dapa dienukan pah erpendek yang menghubungkan impul dan adalah pah

5 , karena memiliki panjang minimum di anara pah-pah lainnya, yaiu. Dalam karya ilmiah ini, definii panjang dapa pula diarikan ebagai jarak. Definii (Marik jarak) Mialkan D=(V,A) adalah uau digraf dengan V = { v, v,..., v n} dan A = { a, a,..., a }. m Marik jarak M didefiniikan dengan M=(m ij ) dengan m ij =d(v i,v j ). (Charrand & Oellermann, 99) Dengan menggunakan digraf erboboi pada Gambar 0, maka dapa diperoleh marik jarak dari digraf erebu, yakni ebagai beriku: M = Definii (Panjang cycle) Mialkan diberikan uau cycle berarah c, yaiu v 0 v v... v k dengan v 0 = v k. Panjang cycle berarah c adalah jumlah panjang eluruh ii berarah yang erdapa pada cycle erebu, aau dapa diulikan ebagai: k d( c) = [ d( v, v ) d( v, v )]. i= i i i i Panjang cycle dapa dibedakan ebagai beriku: Panjang cycle dikaakan negaif jika d(c)< 0 Panjang cycle dikaakan aknegaif jika d(c) 0 Panjang cycle dikaakan poiif jika d(c) >0. (Ahuja e al., 99) Berdaarkan Gambar, cycle merupakan cycle negaif karena memiliki panjang cycle: d(c) = d(,) (,) (,) = ( ) + +8 = < 0. Sedangkan cycle merupakan cycle aknegaif (dapa pula dikaakan poiif), karena memiliki panjang cycle: d(c) = d(,) (,) (,) = ( 0) = 0. Nework Definii 7 Kau khuu digraf erboboi adalah nework (jaringan kerja). Beberapa konep pada nework adalah ebagai beriku:. Jika a = (v i,v j ) adalah uau ii berarah pada digraf D=(V,A), maka a dikaakan ebagai ii berarah yang menjauhi v i dan mendekai v j.. Suau impul ehingga idak ada ii berarah yang mendekai dirinya diebu dengan umber (ource), edangkan uau impul ehingga idak ada ii berarah yang menjauhi dirinya diebu dengan ink. Suau nework adalah uau digraf yang mempunyai epa au ource dan epa au ink. Pada banyak aplikai nework, paling ediki erdapa au aliran/flow yang bergerak dari ource ke ink. Flow pada nework merupakan bobo pada digraf. (Fould, 99) 0 8 Gambar. Nework. Gambar. Digraf yang mengandung cycle. Definii 8 (Kerapaan nework) Kerapaan uau nework adalah perbandingan banyaknya ii berarah ebenarnya pada nework dengan banyaknya ii berarah

6 makimum yang mungkin erdapa pada nework erebu. Jika uau nework N = (V,A) erdiri aa n buah impul dan n(n ) buah ii berarah, maka nework eperi iu dikaakan memiliki kerapaan ebear 00%. Namun, jika uau nework memiliki nilai kerapaan yang lebih kecil dari 0,0 maka nework erebu dikaakan longgar. (Jarvi & Tufekci, 98) N: a a a Gambar. Conoh nework yang longgar. Nework N pada Gambar memiliki n=7 buah impul yaiu {,,,,,,}, dan 7 buah ii berarah yaiu {a,a,a,a,a,a,a 7 ). Banyaknya ii berarah makimum yang mungkin erdapa pada nework erebu adalah n(n )=7(7 ) = buah ii berarah. Maka, kerapaan nework erebu adalah 7 0,7 =. Nilai kerapaan yang kurang dari 0,0 erebu menunjukkan bahwa nework erebu merupakan nework yang longgar. Definii 9 (Cu e) Mialkan diberikan uau nework erhubung N=(V,A) dan mialkan B dan X merupakan himpunan bagian dari V dengan X B. Himpunan X dikaakan ebagai cu e dari B jika memenuhi kondii-kondii beriku: (a) Jika X dan emua ii berarah yang inciden dengan X dihilangkan, maka nework N=(V,A) erebu menjadi akerhubung, (b) Semua impul pada B berada pada au komponen yang ama dan idak erdapa impul lain yang bukan anggoa B pada komponen ini. (Hu & Torre, 99) a a a a7 N: 7 8 Gambar (a). Nework dengan cu e. 8 Gambar (b). Nework akerhubung eelah cu e dihilangkan. Pada nework N pada Gambar (a), himpunan impul X ={,,,,,7} merupakan cu e dari himpunan impul {,}, aau cu e dari himpunan impul {8,}. Sedangkan Gambar (b) menunjukkan nework erebu menjadi akerhubung, jika himpunan impul yang merupakan cu e erebu dihilangkan. Definii 0 (Minimal cu e) Mialkan X adalah cu e dari N. Maka, X dikaakan ebagai minimal cu e jika idak erdapa himpunan bagian ejai dari X yang juga merupakan cu e. (Hu & Torre, 99) X

7 7 8 X X d i k min {d ik, d ij jk } = min {,+} = min {,} = d i k. Secara umum, operai ripel dapa digunakan unuk lebih dari impul. Gambar 7. Conoh pah dengan impul Gambar. Conoh minimal cu e pada uau nework. Berdaarkan Gambar, erliha bahwa X ={,} dan X ={,7} adalah minimal cu e pada nework erebu. Berbeda halnya dengan cu e pada Gambar (a) yang idak dapa dikaakan ebagai minimal cu e karena maih memiliki himpunan bagian ejai yang juga merupakan cu e. Definii (Operai ripel) Mialkan d ij menyaakan panjang/jarak anara impul i dan impul j pada digraf D. Maka, didefiniikan operai ripel ebagai beriku: d ik min {d ik, d ij jk } unuk i j k dengan lambang menyaakan diganikan oleh. (Hu, 98) i Gambar. Conoh pah dengan impul. Unuk menenukan jarak erpendek anara impul i dan k pada Gambar, maka dilakukan operai ripel, yakni: k j Unuk menenukan jarak erpendek anara impul dan impul, maka dilakukan operai ripel ebagai beriku: d min {d, d } d min {d, d } d min {d, d } = min {+, + } = min {+, 7} = 7 d min {d, d } = min {, + } = min {, } = d min {d, d } = min {+, + } = min {+, } = d min {d, d } = min {, + 7} = min {, 8} =. d. Definii (Nework erdekompoii) Mialkan X i adalah himpunan impul dan dikeahui X i, unuk eiap i. Suau nework N=(V,A) dikaakan erdekompoii menjadi m buah ubnework N, N, N,..., N m yang berindih ecara linear (linearly overlapping) jika memenuhi kondii-kondii beriku: () X i I X j = Ø ; i j m () U N i = N i= 7

8 () N I N i j X i ; j = i = X i ; j = i+ Ø ; j ( i ),i,( i+ ). (Jarvi & Tufekci, 98) N N N N m X X X... X m Gambar 8. Ilurai m buah ubnework yang berindih ecara linear (linearly overlapping). Beriku ini merupakan ilurai ebuah nework yang erdekompoii menjadi buah ubnework yang berindih ecara linear (linearly overlapping). N: 7 X X Gambar 9. Conoh nework dengan buah ubnework. Nework pada Gambar 9, erdekompoii menjadi buah ubnework N, N, N dengan himpunan impul di N = {,,,,}, N = {,,,}, dan N = {,,7,8}, dengan X = {,} dan X = {,}. Mialkan diberikan uau nework N=(V,A) yang erdekompoii menjadi buah ubnework ebagai beriku: N: Definii (Peramaan miniumai) Mialkan diberikan uau nework N=(V,A) yang erdekompoii menjadi buah ubnework N dan N, maka N=N X N dengan X adalah cu e pada nework N. Mialkan pula d menyaakan jarak uv erpendek anara impul u dan impul v. X Peramaan miniumai didefiniikan ebagai beriku: min d ik = { d ij jk } j dengan i N, j X, dan k N. (Hu & Torre, 99) Gambar 0. Nework yang elah erdekompoii. Nework N pada Gambar 0 mempunyai buah ubnework dengan N ={,}, X={,}, dan N ={,}. 8

9 Unuk mengeahui jarak erpendek dari N ke N dapa dienukan dengan menggunakan peramaan miniumai beriku: d = min[( d ), ( d )] = min [(7 + 7), ( + )] = min [, ] = d = min[( d ), ( d )] = min [(7 + ), ( + )] = min [8, 8] = 8 d = min[( d ), ( d )] = min [( + 7), ( + )] = min [, ] = d = min[( d ), ( d )] = min [( + ), ( + )] = min [7, 7] = 7. Komplekia Algorime Definii (Algorime) Algorime adalah uau ahapan/proedur unuk menyeleaikan uau maalah. Langkah-langkah dari uau algorime dibedakan ebagai beriku: ) Langkah peneapan. Conoh: meneapkan beberapa nilai unuk uau variabel. ) Langkah arimaika/penghiungan. Conoh: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. ) Langkah logika. Conoh: membandingkan buah bilangan. (Ahuja e al., 99) Definii (Komplekia Algorime) Fungi komplekia waku unuk uau algorime adalah fungi dari ukuran maalah dan waku yang diperlukan oleh algorime erebu unuk menyeleaikan maalah yang diberikan. Unuk elanjunya, fungi komplekia waku ini diebu dengan komplekia algorime. (Ahuja e al., 99) Definii ( Noai big O ) Noai big O adalah uau ekprei yang menyaakan bahwa uau algorime membuuhkan waku cnm unuk beberapa konana c. Pernyaaan ini ekuivalen dengan pernyaaan bahwa algorime erebu membuuhkan waku O(nm). Secara formal dapa didefiniikan ebagai beriku: Suau algorime dikaakan bekerja dalam waku O(f(n)) jika unuk beberapa bilangan c dan n o, maka waku yang diperlukan oleh algorime erebu paling banyak adalah cf(n) unuk emua n n o. (Ahuja e al., 99) Algorime Dekompoii Hu Hu adalah alah eorang okoh yang memperkenalkan algorime dekompoii. Dalam karya ilmiah ini algorime dekompoii yang diperkenalkan oleh Hu berperan dalam penyeleaian maalah pah erpendek pada uau nework yang diberikan. Mialkan diberikan uau nework N=(V,A) yang longgar dan memiliki banyak impul yang cukup bear (berkala bear). Unuk menyeleaikan maalah pah erpendek dalam nework erebu, Hu menggunakan algorime dekompoii. Langkah perama pada algorime dekompoii Hu ini adalah mendekompoii nework N=(V,A) yang diberikan menjadi m buah ubnework N, N, N,..., N m yang berindih ecara linear (linearly overlapping). Tahapan yang perlu dilakukan dalam mendekompoii nework N=(V,A) erebu adalah: ) Suau himpunan impul yang merupakan himpunan bagian dari V diandai ebagai N. ) Menenukan himpunan impul yang merupakan minimal cu e dari N. ) Menandai himpunan impul berikunya yang merupakan cu e (idak haru merupakan minimal cu e) dari (N X ) ebagai N. ) Menenukan himpunan impul yang merupakan minimal cu e dari (N X N ) ebagai X. ) Hal yang ama dilakukan hingga nework erebu erdekompoii eluruhnya menjadi m buah ubnework N, N, N,..., N m dengan N = N U X, N = X X U N U, N = X U N U X, eerunya hingga 9

10 N N X U N = X U N. U X m = m m m m m m,dan Jadi, N=N X N... X m N m. Mialkan didefiniikan Ni = Ni ( X i U X i ), dan mialkan M menyaakan marik jarak N i N j dari N i ke N j, edangkan M ij ( N k ) menyaakan marik jarak erpendek dari N i ke N j yang erleak pada N k. Tahapan yang dilakukan dalam algorime dekompoii Hu adalah ebagai beriku: () Operai ripel diaplikaikan pada m buah ubnework N, N, N,..., N m, N m ecara berahap. Jarak erpendek yang diperoleh dari uau ubnework mengganikan jarak alinya pada ubnework berikunya (yang akan dikenai operai ripel), mialkan: M X ( N ) X yang diperoleh akan mengganikan jarak M ebelum XX operai ripel dilakukan pada ubnework N =N X N. Hal yang ama dilakukan hingga operai ripel diaplikaikan pada ubnework N m. Pada akhir ahap () ini diperoleh: M N ( N ) N, M ( ) N N N N U,..., M ( N U N U... U N m ), M ( N). N m N m N m N m () Operai ripel diaplikaikan pada m buah ubnework N m, N m..., N, N ecara berahap. Jarak yang diperoleh pada uau ubnework mengganikan jarak pada ubnework elanjunya (yang akan dikenai operi ripel), mialkan: M ( N ) akan mengganikan jarak X m X m M X ( ) m X m N N. Pada akhir ahap () m ini dapa diperoleh: M ( N ),..., N. N m N m M N ( N ) N, M ( N ) N () Jarak erpendek anara paangan impul yang idak erdapa pada ubnework yang ama dienukan dengan menggunakan peramaan miniumai. (Hu & Torre, 99) PEMBAHASAN Dekompoii Nework Dalam bab ini akan diberikan beberapa aumi yang diperlukan dan proedur yang digunakan dalam algorime dekompoii Jarvi-Tufekci unuk dapa menyeleaikan maalah pah erpendek anara ource () dan ink () pada uau nework. Selain iu, akan diberikan pula conoh penerapan algorime dekompoii erebu dalam uau nework yang diberikan. Pada akhirnya akan diuraikan penghiungan komplekia dari algorime dekompoii ini. Penenuan pah erpendek anara impul ource dan ink pada uau nework berkala bear dengan menggunakan algorime dekompoii Jarvi-Tufekci memerlukan beberapa aumi beriku: ) Nework yang akan didekompoii merupakan nework yang longgar/idak rapa. ) Nework erebu idak memua cycle yang negaif. Beriku ini adalah proedur yang digunakan dalam algorime dekompoii Jarvi-Tufekci dalam menyeleaikan maalah pah erpendek pada uau nework. Mialkan diberikan uau nework berkala bear yang longgar N=(V,A) dengan V={v,v,...,v n } dan A adalah himpunan ii berarah yang erdapa pada nework erebu, dengan iap ii berarah yang menghubungkan impul v i dan impul v j memiliki panjang yang dinoaikan dengan d ij =d(v i,v j ). Mialkan nework N=(V,A) yang diberikan erdekompoii menjadi m buah ubnework N, N, N,..., N m yang berindih ecara linear (linearly overlapping). Tahapan yang dilakukan dalam mendekompoii nework N yang diberikan erebu idak berbeda dengan ahapan yang dilakukan oleh algorime Hu, ehingga pada akhir ahap diperoleh N=N X N... X m N m yang dapa pula diiluraikan ebagai beriku: 0

Bab III. Menggunakan Jaringan

Bab III. Menggunakan Jaringan Bab III Pembuaan Jadwal Pelajaran Sekolah dengan Menggunakan Jaringan Pada bab ini akan dipaparkan cara memodelkan uau jaringan, ehingga dapa merepreenaikan uau jadwal pelajaran di ekolah. Tahap perama

Lebih terperinci

Transformasi Laplace Bagian 1

Transformasi Laplace Bagian 1 Modul Tranformai aplace Bagian M PENDAHUUAN Prof. S.M. Nababan, Ph.D eode maemaika adalah alah au cabang ilmu maemaika yang mempelajari berbagai meode unuk menyeleaikan maalah-maalah fii yang dimodelkan

Lebih terperinci

PENENTUAN PATH TERPENDEK DENGAN ALGORITME DEKOMPOSISI JARVIS-TUFEKCI. Oleh: DWI ADE RACHMA PUTRI G

PENENTUAN PATH TERPENDEK DENGAN ALGORITME DEKOMPOSISI JARVIS-TUFEKCI. Oleh: DWI ADE RACHMA PUTRI G PENENTUAN PATH TERPENDEK DENGAN ALGORITME DEKOMPOSISI JARVIS-TUFEKCI Oleh: DWI ADE RACHMA PUTRI G00000 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Model Rangkaian Elektrik

Model Rangkaian Elektrik Tuga Siem Linier Model Rangkaian Elekrik Model model unuk beberapa rangkaian elekrik, eperi: reiani, kapaiani, dan indukani ecara ederhana diperlihakan dalam gambar dibawah. Dalam gambar erebu juga di

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS BAB KINEMATIKA GERAK LURUS.Pada ekiar ahun 53, eorang ilmuwan Ialia,Taraglia,elah beruaha unuk mempelajari gerakan peluru meriam yang diembakkan. Taraglia melakukan ekperimen dengan menembakkan peluru

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB 4 PENGANAISAAN RANGAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINGGI Oleh : Ir. A.Rachman Haibuan dan Naemah Mubarakah, ST 4. Pendahuluan Pada umumnya peramaan diferenial homogen orde dua

Lebih terperinci

Dekomposisi Graf Hasil Kali Tiga Lintasan ke Dalam Sub Graf Perentang Reguler

Dekomposisi Graf Hasil Kali Tiga Lintasan ke Dalam Sub Graf Perentang Reguler Vol. 10, No. 1, 14-25, Juli 2013 Dekompoii Gaf Hail Kali Tiga Linaan ke Dalam Sub Gaf Peenang Regule Hamaai 1 Abak Dekompoii gaf G adala impunan * + dengan meupakan ubgaf dai Gyang memenui ( ) ( ) ( )

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku 4 erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku.. endahuluan ada bab ini, akan dibaha mengenai perancangan uau iem konrol ingleinpu-ingle-oupu linier ime-invarian

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X)

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X) Lag: Waku yang diperlukan imbulnya repon ( akiba uau aki ( Conoh: Pengaruh kredi erhadap produki Suplai Uang mempengaruhi ingka inflai eelah beberapa kwaral Hubungan pengeluaran R & D dengan produkifia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 27/ 28 UJIAN SEMESTER GANJIL Maa Pelajar Fiika Kela XII IPA Waku 12 meni 1. Hubungan anara jarak () dengan waku () dari

Lebih terperinci

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Proiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-6-6--9 hal 5-4 November 6 hp://jurnal.fkip.un.ac.id REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Chaarina Enny Murwaningya,,

Lebih terperinci

Bab 9 Transformasi Laplace

Bab 9 Transformasi Laplace Meode Maemaika Aronomi- Bab 9 Tranformai aplace 9-. Definii Tranformai aplace Mialkan f() uau fungi real dengan variable dan >. Tranformai aplace didefiniikan ebagai: T f ( ) F( ) lim f ( ) e d f ( ) e

Lebih terperinci

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE MODUL 7 APLIKASI TRAFORMASI LAPLACE Tranformai Laplace dapa digunaan unu menyeleaian bai peroalan analia maupun perancangan iem. Apliai Tranformai Laplace erebu berganung pada ifa-ifa ranformai Laplace,

Lebih terperinci

PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION

PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION Bayu Seio Handhoko Ir. Agung Wario DHET Sumardi, ST, MT Juruan Teknik Elekro Fakula Teknik Univeria Diponegoro Semarang Abrak - Semenjak

Lebih terperinci

Modul ini adalah modul ke-4 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini

Modul ini adalah modul ke-4 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini BANGUN-BANGUN GEOMETRI P PENDAHULUAN Modul ini adalah modul ke-4 dalam maa kuliah Maemaika. Ii modul ini membaha enang bangun-bangun geomeri. Modul ini erdiri dari 3 kegiaan belajar. Pada kegiaan belajar

Lebih terperinci

Matriks Transformasi

Matriks Transformasi Marik Tranformai A Marik Tranformai dan Koordina Homogen Kombinai benuk perkalian dan ranlai unuk ranformai geomeri 2D ke dalam uau marik dilakukan dengan mengubah marik 2 2 menjadi marik 3 3 Unuk iu maka

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE

TRANSFORMASI LAPLACE BAB 2 Pokok Pembahaan : Prinip Daar Linieria Singularia Perkalian dan Pembagian Dengan Waku Pergeeran Tranformai Fungi-fungi Elemener . PRINSIP DASAR Tranformai Laplace adalah ranformai dari uau fungi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT ALJABAR GENERALIZED INVERSE PADA MATRIKS

BEBERAPA SIFAT ALJABAR GENERALIZED INVERSE PADA MATRIKS BEBERAPA SFAT ALJABAR GEERALZED ERSE PADA MATRKS Ema Ria * S Gemawai A Siai Mahaiwa Pogam Sudi S Maemaika Doen Juuan Maemaika Fakula Maemaika dan lmu Pengeahuan Alam niveia Riau Kampu Binawidya Pekanbau

Lebih terperinci

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Nama No Aben Kela ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Romawi I 1. Gerak umbuhan yang dipengaruhi oleh rangangan dari dalam umbuhan iu endiri diebu... a. Endonom c. Higrokopi b. Eionom

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. AnalisisRangkaian. RangkaianListrik di KawasanWaktu #3

Sudaryatno Sudirham. AnalisisRangkaian. RangkaianListrik di KawasanWaktu #3 Sudarano Sudirham AnaliiRangkaian RangkaianLirik di awaanwaku #3 Bahan uliah Terbuka dalam forma pdf eredia di www.buku-e.lipi.go.id dalam forma pp beranimai eredia di www.ee-cafe.org Teori dan Soal ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BANGUN RUANG. ABFE dan sisi DCGH, dan sisi ADHE dan sisi

BANGUN RUANG. ABFE dan sisi DCGH, dan sisi ADHE dan sisi NGUN RUNG. Pengeian 1. Kubu Kubu adalah bangun uang yang dibaai oleh enam buah bidang peegi yang konguen (benuk dan E beanya ama). (Pehaikan Gamba 1) Kubu mempunyai 6 ii, 8 iik udu, dan 12 uuk. Semua uuk

Lebih terperinci

Ulangan Bab 3. Pembahasan : Diketahui : s = 600 m t = 2 menit = 120 sekon s. 600 m

Ulangan Bab 3. Pembahasan : Diketahui : s = 600 m t = 2 menit = 120 sekon s. 600 m Ulangan Bab 3 I. Peranyaan Teori. Seekor cheeah menempuh jarak 6 m dalam waku dua meni. Jika kecepaan cheeah eap, berapakah bearnya kecepaan cheeah erebu? Pembahaan : Dikeahui : = 6 m = meni = ekon 6 m

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Vol I. No., Mare 07, hlm. 69-74 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Ririn Sundari, Sri Rahmah Dewi Saragih Pendidikan Maemaika, Univeria

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m) BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF5m) Teori finite field mulai diperkenalkan pada abad ke tujuh dan abad ke delapan dengan tokoh matematikanya Pierre de

Lebih terperinci

ANALISIS TES. Evaluasi Pendidikan ANALISIS TIAP BUTIR SOAL ANALISIS KESELURUHAN TES. - Daya Pembeda - Tingkat Kesukaran - Pengecoh - Homogenitas

ANALISIS TES. Evaluasi Pendidikan ANALISIS TIAP BUTIR SOAL ANALISIS KESELURUHAN TES. - Daya Pembeda - Tingkat Kesukaran - Pengecoh - Homogenitas Evaluai Pendidikan 1 AALISIS TES AALISIS KESELURUHA TES AALISIS TIAP BUTIR SOAL - Analii Validia Te - Analii Reliabilia Te - Daya Pembeda - Tingka Keukaran - Pengecoh - Homogenia Evaluai Pendidikan I.

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN. Evaluasi Pendidikan

ANALISIS INSTRUMEN. Evaluasi Pendidikan 1 ANALISIS INSTRUMEN Pengerian inrumen dalam lingku evaluai didefiniikan ebagai erangka unuk mengukur hail belajar iwa yang mencaku hail belajar dalam ranah kogniif, afekif dan ikomoor. Benuk inrumen daa

Lebih terperinci

Laplace Transform. Pengantar Matematika Teknik Kimia. Muthia Elma

Laplace Transform. Pengantar Matematika Teknik Kimia. Muthia Elma Lalace Tranform Penganar Maemaika Teknik Kimia Muhia Elma Penemu Pierre-Simon LPLCE 749 87 hli Maemaika dari Peranci Lalace Tranform Rumu lain.. ω σ π σ σ j d e j x d e x j j.. 0 [x] x - [] Kone variabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

Oleh: Kelompok IV CICI NARTIKA RELA SEPTIANI RIKA OCTALISA ULPA ARISANDI RIRIN BRILLIANTI

Oleh: Kelompok IV CICI NARTIKA RELA SEPTIANI RIKA OCTALISA ULPA ARISANDI RIRIN BRILLIANTI Oleh: Kelompok IV CICI NARTIKA 759 RELA SEPTIANI 7433 RIKA OCTALISA 7447 ULPA ARISANDI 745 RIRIN BRILLIANTI 7467 KELAS : 6.L MATA KULIAH : MATEMATIKA LANJUTAN DOSEN PENGASUH : FADLI, S.Si FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

daerah domain 0 t 100, tentukan nilai λ(64). a b c d => b

daerah domain 0 t 100, tentukan nilai λ(64). a b c d => b AAI4 Tipe Soal A Pembenukan Tabel Moralia. Survival Diribuion didefiniikan ebagai. / didalam daerah domain, enukan nilai 64. a.. b..5 c..4 d.. > b..5. Survival Diribuion didefiniikan ebagai. 5 / didalam

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL Univeria Indoneia Fakula Ekonomi dan Bini UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL 2017-2018 Hari /gl : Rabu, 18 Okober 2017 Waku : 120 Meni Pengajar : Riyano Sifa : Caaan

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini.

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini. NAMA : NO ABSEN : ULANGAN HARIAN KELAS VIII D SISTEM GERAK PADA TUMBUHAN DAN BENDA Rabu, 03 Sepember 2014 A. Pilihlah au jawaban yang paling epa 1. Gerak pada umbuhan yang dipengaruhi rangangan dari luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 11 Laar Belakang Seiap orang mendambakan berheni bekerja di suau masa dalam siklus kehidupannya dan menikmai masa uanya dengan enram Terjaminnya kesejaheraan di masa ua akan mencipakan

Lebih terperinci

SIMULASI KESTABILAN SISTEM KONTROL PADA PERMUKAAN CAIRAN MENGGUNAKAN METODE KURVA REAKSI PADA METODE ZIEGLER- NICHOLS BERBASIS BAHASA DELPHI

SIMULASI KESTABILAN SISTEM KONTROL PADA PERMUKAAN CAIRAN MENGGUNAKAN METODE KURVA REAKSI PADA METODE ZIEGLER- NICHOLS BERBASIS BAHASA DELPHI SIMUSI KESTIN SISTEM KNT PD PEMUKN CIN MENGGUNKN METDE KUV EKSI PD METDE ZIEGE- NICS ESIS S DEPI Munhidhoul Ummah STK Dalam bidang eknologi elah dikembangkan uau pengonrol yang dapa mengaur keinggian cairan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc.

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc. ROTSI (UTRN) Diajukan unuk memenuhi ugas maa kuliah GEOMETRI TRNSFORMSI yang diampuh oleh Ekasaya ldila., M.Sc. Di susun oleh: NIM: SEKOLH TINGGI KEGURUN DN ILMU ENDIDIKN (STKI) GRUTJl. ahlawan No. 32

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang Fakula Teknik Juruan Teknik Sipil Univeria Brawijaya Malang erubahan emperaur ekpani (+) aau konraki (-) bahan egangan dan regangan 1 Dimana : ε = regangan ermal α = koefiien ekpani ermal (1 / C) Δ = 1

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUAT TATITIK 3.. ejarah ingka BP (Badan Pusa aisik) A. Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 920, Kanor aisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

Struktur dan Organisasi Data 2 G R A P H

Struktur dan Organisasi Data 2 G R A P H G R A P H Graf adalah : Himpunan V (Vertex) yang elemennya disebut simpul (atau point atau node atau titik) Himpunan E (Edge) yang merupakan pasangan tak urut dari simpul, anggotanya disebut ruas (rusuk

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM)

ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM) JURNAL TEKNIK POMITS, (2014 1-6 1 ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM Yoe Rizal, IGN Sariyadi Hernanda, S.T,

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 ANGKA NDEKS (ndeks Raa-raa Harga Relaif, Variasi ndeks Harga, Angka ndeks Beranai, Pergeseran waku dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 NDEKS RATA-RATA HARGA RELATF Rumus, 1 P 100% n P,0 = indeks raa-raa

Lebih terperinci

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS Keenagalirikan dan Energi Terbarukan Vol. 13 No. 2 Deember 2014 : 139 1 ISSN 1978-2365 PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS EVALUATION OF TOUCH

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING. Peramalan Data Time Series

Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING. Peramalan Data Time Series Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING Bab ini memperkenalkan model berlaku unuk daa ime series dengan musiman, ren, aau keduana komponen musiman dan ren dan daa sasioner. Meode peramalan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci