Guru memiliki beban dan tanggung jawab

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Guru memiliki beban dan tanggung jawab"

Transkripsi

1 TANTANGAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU DALAM RANGKA MEMBELAJARKAN MATEMATIKA DI ABAD KE-21 DAN MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK Abdur Rahman As ari Dosen pada Program Studi S2 dan S3 Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Maang e-mai: Abstrak: Kemajuan TIK di abad ke-21 teah mengakibatkan terjadinya perubahan pada kondisi pembeajaran serta hasi beajar yang ingin dicapai. Dua variabe tersebut merupakan faktor penting daam penentuan metode pembeajaran. Karena itu, agar pembeajaran matematika di abad ke-21 bisa bermanfaat bagi Gen z, di daam tuisan ini, penuis memaparkan kondisi pembeajaran terkini, hasi beajar yang diharapkan dimiiki uusan di abad ke-21, dan berbagai bentuk pembeajaran yang kiranya cocok dengan kondisi dan hasi pembeajaran tersebut. Di bagian akhir, penuis mencoba meihat prospek dari Pembeajaran Berbasis Proek (PjBL) sebagai bentuk pembeajaran untuk abad ke-21. Kata kunci: 4Cs, abad ke-21, pembeajaran berbasis proyek, TIK Guru memiiki beban dan tanggung jawab yang berat daam pendidikan anak. Guru adaah penentu baik tidaknya proses dan hasi beajar anak. Kaau pembeajaran di keas itu diibaratkan sebagai orkestra suatu pertunjukan seni, guru adaah komposer, yaitu orang terpenting yang mengatur, menata, mengoah, dan memberdayakan semua eemen di keas tersebut agar proses beajar siswa berjaan dengan harmoni, penuh cinta dan keindahan, serta menghasikan karya yang agung. Daam meaksanakan pembeajaran di keas, Degeng (1989) menyatakan adanya dua variabe penting yang peru diperhatikan, yaitu: (1) kondisi pembeajaran yang ada pada saat itu dan (2) hasi pembeajaran yang diharapkan dapat dicapai. Kondisi pembeajaran mencakup banyak ha antara kain karakteristik siswa, suasana keas, bahkan juga kondisi di sekitar siswa. Sementara itu, hasi pembeajaran yang diharapkan adaah sesuatu yang dengan sengaja dikejar dan dicoba diwujudkan daam diri siswa. Kondisi pembeajaran yang ada dan hasi pembeajaran yang diharapkan menentukan metode pembeajaran yang harus diakukan, sebagaimana diiustrasikan pada Gambar 1 berikut. Gambar 1 Hubungan Variabe Pembeajaran Masing-masing dari kondisi dan hasi pembeajaran ini bersifat dinamis. Ia bisa berubah dan berkembang seiring dengan berubahnya masa. Pembeajaran yang efektif untuk orang dari generasi tertentu bisa jauh berbeda dengan pembeajaran yang efektif untuk orang dari generasi yang berbeda. Karakteristik mereka berbeda, ingkungannya juga berbeda, dan hasi pembe- 43

2 ajaran yang diharapkan juga ikut berbeda. Metode pembeajaran, dengan sendirinya, mengikuti dinamika tersebut. Karena itu, tidak benar bia ada suatu metode pembeajaran yang bersifat tungga (one fit a and forever). Pembeajaran harus disesuaikan dengan kondisi dan hasi pembeajarannya. Pembeajaran harus bersifat kontekstua, daam arti menyesuaikan dengan kondisi dan harapan. Dari waktu ke waktu, pembeajaran harus terus menerus disesuaikan. KONDISI PEMBELAJARAN Kondisi pembeajaran yang dihadapi oeh guru pada abad ke-21 berbeda dengan kondisi pembeajaran pada abad-abad sebeumnya. Saat ini, guru dihadapkan dengan siswa yang hidupnya sangat dipengaruhi oeh Teknoogi Informasi dan Komputer (TIK). Sehari-hari para siswa ini boeh dibiang tidak pernah terpisah dari TIK. Teevisi, Komputer, Laptop, dan Smartphone hampir seau ada di sekitar mereka dan bahkan ada daam genggaman mereka. Bahkan, kaau di sekoah diperkenankan membawa smartphone, mereka pun pasti membawanya ke sekoah. Smartphone digunakan oeh mereka untuk memenuhi hampir seuruh kebutuhan siswa, baik sekadar bermain, refreshing, berkomunikasi dengan teman, meakukan kegiatan bisnis yang mendatangkan uang, atau untuk menjawab tugas yang diberikan oeh guru di sekoah. Muai dari bangun tidur sampai mau tidur agi, smartphone dan aat-aat TIK yang ain sepertinya menempe saja pada diri anak. Akan tetapi, ha itu tidak hanya terjadi pada siswa. Orang tua pun juga mengaami ha yang sama. Hampir seuruh apisan masyarakat sudah terkena dampak meimpah ruahnya TIK. Setiap insan, bahkan anak baru berusia dua buan pun, sudah bermain-main dengan smartphone. Ha yang diihat menjeang dan segera seteah tidur adaah smartphone. TIK memang teah menjaar dan merasuk ke daam seuruh sendi kehidupan manusia abad ke-21. Perekonomian setiap orang, dan bahkan perekonomian suatu bangsa pun, sangat dipengaruhi oeh kemajuan teknoogi. Vidas-Bubanja & Bubanja (2015) bahkan mengkaim bahwa TIK dan Internet teah bertindak sebagai infrastruktur ekonomi yang mendasar. TIK teah menjadi fondasi untuk setiap sektor ekonomi Kramer dkk. (2007). TIK, dikatakannya, teah memungkinkan: (1) produksi dengan biaya murah, efisien, transparan, akurat, dan memiiki mutimode konektivitas, (2) tersedianya banyak piihan tanpa harus khawatir dengan biaya transportasi yang maha dan memerukan ruang tempat yang besar untuk menghadirkannya, (3) cakupan pasar yang ebih uas, dan (4) tersedianya informasi dan imu pengetahuan yang bisa dikaji setiap saat diperukan. Pendapatan domestik bruto suatu negara pun bisa ebih ditingkatkan dengan adanya kemajuan TIK tersebut. Di eve yang ebih rendah, perusahaan-perusahaan bisa ebih ancar usahanya, memiiki produktivitas kerja yang tinggi, dan mendapatkan tenaga kerja yang ebih baik dengan cara yang cepat. Sedangkan di eve yang paing mikro, individu-individu pun memperoeh manfaat dari perkembangan TIK. Namun demikian, menurut Vitas-Bubanja & Bubanja (2015), optimasi pemanfaatan TIK ini sangat bergantung kepada keterampian yang dimiiki. Keterampian yang dimaksud bukan hanya keterampian menggunakan TIK, meainkan juga keterampian-keterampian berpikir yang bisa menjadi kendai untuk pemanfaatan TIK tersebut secara ebih baik dan ebih bijak. Karena itu, keberadaan TIK saja bukan jaminan akan memberikan kemajuan. Sumber daya manusia- 44

3 nya juga peru mendapatkan pendidikan yang baik. Ketergantungan yang berebihan terhadap TIK, bisa menjadikan seseorang banyak menghabiskan waktu untuk ha yang sia-sia. Terau asyik teribat dengan chatting whatsapps yang isinya hanya canda gurau saja, bisa mengakibatkan seseorang (mungkin tidak sadar) terambat menyadari bahwa ada ha penting yang terewatkan dan tidak dimanfaatkan demi keuntungannya. Masih untung kaau ha yang terewati tersebut tidak merugikan yang bersangkutan. Siswa dengan ingkungan seperti ini, tentu memiiki tata niai khusus yang mungkin sekai berbeda dengan orang-orang dari generasi sebeumnya. Kecenderungan akan TIK tentu berpengaruh daam gaya beajarnya. Karena itu, manakaa guru tidak mampu menyeenggarakan pembeajaran yang sesuai dengan gaya beajar mereka, kehadiran guru di tengah-tengah mereka mungkin akan dinafikan. Mereka tidak menganggap peru kehadiran guru tersebut. Sikap dan persepsi mereka terhadap guru akan negatif, dan menurut pendapat Marzano (1992), besar peuang mereka untuk tidak beajar. Seain kemajuan TIK di atas, ada agi ha yang peru mendapatkan perhatian daam pembeajaran yang diakukan guru. Aspek tersebut adaah proses inovasi yang berangsung makin ama makin cepat. TIK teah pua mengakibatkan cepatnya proses inovasi produksi. Satu jenis produksi baru saja diuncurkan, daam hitungan hari sudah datang pengganti atau pesaingnya. Dengan berbeka inovasi pada saah satu aspek saja, daam waktu yang dekat, produk baru teah disandingkan dengan produk ama. Ini mengakibatkan kompetitor harus terus berpikir kreatif mengembangkan produk baru dengan keungguan tertentu dari produk saingannya. Masyarakat, termasuk siswa, senantiasa diiming-imingi dengan produk-produk tersebut. Banjir promosi produk baru meanda setiap orang hampir setiap waktu. Teevisi, internet, bahkan eafet yang menawarkan produksi baru seau seringkai hadir di depan hidung setiap insan abad ke-21. Orang dipaksa untuk meihat keebihan-keebihan baru yang ditawarkan. Karena itu, tidak jarang ditemukan adanya orang yang sering sekai berganti produk. Hari ini dia menggunakan produk X, minggu depan ternyata dia sudah ganti produk Y. Setiap perkembangan seau diikuti disesuaikan dengan poa pikir dan poa pandangnya. Daam dunia pendidikan, guru peru mempertimbangkan poa pikir dan poa pandang yang dimiiki siswanya. Untuk bisa sukses daam membeajarkan, guru harus masuk ke daam dunia anak, mengenai poa pikir dan poa pandangnya, dan memanfaatkan pemahaman tentang poa pikir dan poa pandangnya itu untuk mengembangkan anak ebih baik agi. Pembeajaran yang diakukan guru harus dikembangkan atas dasar pengenaan guru terhadap poa pikir dan poa pandang siswanya. Dengan itu, besar peuang siswa akan memiiki sikap dan persepsi yang positif dan siap beajar seperti yang dikatakan oeh Marzano (1992) terkait dengan attitude and perception siswa. Terakhir, aspek ain dari kondisi pembeajaran yang peru mendapatkan perhatian adaah isu borderess country. Yeung (1998) menyatakan bahwa sejak akhir abad ke-20, gobaisasi daam bidang ekonomi sudah muai terjadi. Investasi dan perdagangan teah sering diakukan intas batas. Perusahaan-perusahaan dan bank-bank transnasiona teah banyak dan sering meakukan bisnis intas negara. Wiayah kerja mereka tidak agi dikungkung di daam satu batas negara saja, dan di abad ke-21, integrasi kegiatan ekonomi ini semakin nyata dan bahkan difasiitasi oeh 45

4 keompok-keompok negara. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), misanya, teah mengatur diri untuk menjadi satu kesatuan ekonomi terintegrasi sehingga semua warga negara dari negara-negara di kawasan ASEAN bebas meaksanakan kegiatan ekonomi di kawasan ASEAN. Sebagai dampaknya, orang Indonesia tidak hanya bersaing dengan bangsanya sendiri saja, meainkan juga dengan seuruh warga dari negaranegara di wiayah ASEAN. Kompetitor bangsa semakin banyak, dan itu menuntut kreativitas. Akan tetapi, keberadaan MEA ini juga berarti membuka peuang usaha bagi warga ASEAN tanpa harus mempertimbangkan wiayah geografis. Kemajuan TIK teah memungkinkan orang Indonesia berkoaborasi dengan orang Thaiand, Phiipina, Myanwar dan warga negara ASEAN ainnya meaksanakan kegiatan ekonomi demi keuntungan bersama. TIK teah memungkinkan koaborasi tersebut berjaan dengan baik tanpa harus mengeuarkan tenaga, dan uang untuk bertemu di satu tempat. TIK mereka bisa meaksanakan teeconference membahas rencana kerja mereka ke depan, menata staffing yang diperukan, mengatur peaksanaannya, dan meakukan pemantauan terhadap kemajuan usaha mereka. Kehadiran secara fisik tidak agi menjadi syarat utama untuk berkoaborasi. Oeh karena itu, menurut hemat penuis, syarat untuk bisa berkoaborasi adaah penguasaan TIK dan kemampuan komunikasi isan atau tertuis menggunakan TIK yang tersedia. Orang yang harus mampu berkomunikasi dengan baik agar diperoeh kesamaan pemahaman dan kesamaan angkah yang saing menguntungkan. KARAKTERISTIK SISWA Karakteristik siswa sebenarnya juga merupakan saah satu aspek daam kondisi pembeajaran. Namun, penuis ingin memberikan penekanan khusus daam ha ini. Karena itu, penuis menetapkan satu pasa tersendiri tentang karakteristik siswa. Siswa yang sekarang beajar di jenjang SMP, pada umumnya sudah masuk daam kategori Gen Z, yaitu siswa yang ahir dari tahun 2000 (Jone, dkk., tanpa tahun). Menurut Ivanova & Smrikarov (2009), siswa dengan Gen Z ini adaah siswa yang terahir daam dunia digita (digita native), tidak bisa hidup tanpa teknoogi digita, dan hidup dengan gadgets sudah tersedia serta mengeiinginya. McQueen (2015) mengemukakan beberapa ciri dari gen Z, yaitu: (1) tech savvy (mahir teknoogi), (2) prematurey mature (matang sebeum waktunya), (3) pampered (manja diperakukan sangat baik oeh orang tua), (4) empowered (teberdayakan seperti miniatur orang dewasa saja mau mengambi keputusan saja harus minta pendapat anak), (5) risk averse (takut risiko), dan (6) protected (terindungi). Obinger & Obinger (2005) mengatakan bahwa siswa dengan Gen Z ini memiiki: (1) kemampuan membaca bayangan visua mereka dikatakan sebagai komunikator visua yang intuitif, (2) visua-spatia skis, (3) inductive discovery, yakni mereka ebih suka menemukan sendiri daripada diberi tahu, (4) attentiona depoyment, yakni mampu berganti perhatian dengan cepat dari satu tugas ke tugas yang ain, dan mereka bisa memiih untuk tidak memperhatikan pada ha-ha yang tidak menarik perhatiannya, dan (5) fast response time, yakni mampu merespons dengan cepat dan sebaiknya juga mengharapkan respons baik dengan cepat juga. Lebih anjut, Obinger & Obinger (2005) menyatakan bahwa anak dengan Gen Z ini memiiki ciri-ciri berikut. Digitay iterate intuitif menggunakan ICT dan menjeajah internet 46

5 Connected seau terkoneksi dan seau on Immediate cepat daam merespons Experientia suka beajar sambi bekerja (earning by doing) Socia menghargai kegiatan yang menjain dan menguatkan hubungan Teams suka bekerja dan beajar daam keompok Structure orientasi pada prestasi Engagement and experience suka meakukan diskoveri dan mengamati Visua and kinesthetic tidak terau suka teks Things that matter suka bekerja untuk haha yang penting Karena itu, seteah uus SMA, tidak jarang ditemukan adanya siswa Gen Z ini yang deayed enroment (tidak angsung meanjutkan studinya segera seteah uus), attend part-time (studi tapi hanya paruh waktu), work fu time (bekerja penuh seama 35 jam per minggu, sambi kuiah), financiay independent (mandiri daam keuangan), have dependents (memiiki anak atau keuarga asuh, tapi bukan istri/suami), singe parents (orang tua tungga/tidak menikah), ack of a high-schoo dipoma (jarang berijazah). Diihat dari usia keahiran anak SMP saat ini, tampak bahwa siswa SMP saat ini adaah siswa dari Gen Z. Karakteristik siswa SMP di era goba ini, tampak jauh berbeda dengan karakteristik peneiti ketika duu menjadi siswa SMP, dan juga karakteristik guru SMP yang sekarang ada ketika duu masih bersekoah di jenjang SMP. Perbedaan ini tentu menuntut perbedaan perakuan. Larangan penggunaan internet dan TIK hanya akan membuat siswa merasa terbeenggu dan tidak nyaman. Mereka tentu akan merasa dipenjara. Pembeajaran yang bersifat kasika, ceramah tampaknya juga tidak pas untuk mereka. Dengan sifatnya yang mandiri, mereka tidak suka diceramahi, dan diatur orang ain, termasuk guru. Pembeajaran yang sifatnya kooperatif tampaknya ebih cocok untuk mereka, dan sajian media daam bentuk visua tampaknya juga ebih membantu pemahaman mereka. Tugas yang mendorong mereka mencari dan menemukan sendiri konsep tampaknya ebih pas untuk siswa dengan Gen Z ini. Karena itu, metode pembeajaran yang cocok untuk mereka tentu bukan agi ceramah. Guru harus memikirkan metode yang berbeda. HASIL BELAJAR YANG DIHARAPKAN Beajar menguasai konten saja sudah tidak agi memadai untuk bisa sukses di abad ke-21. Penguasaan matematika yang hebat tidak terau agi diperukan mengingat semua imu matematika itu sudah tersedia di gadget mereka. Ha penting yang peru mereka kuasai adaah (1) kemampuan mengenai fenomena matematis, (2) kemampuan mengidentifikasi topik matematika apa yang ada daam fenomena tersebut, (3) kemampuan menemukan sumber beajar matematis yang diperukan, (4) kemampuan menggunakan digita toos yang digunakan untuk memahami dan memecahkan masaah matematis daam fenomena tersebut, (5) kemampuan memahami makna dari hasi penggunaan digita toos tersebut, (6) kemampuan memanfaatkan pemahamannya tersebut untuk mengambi keputusan, dan (7) kemampuan mempertahankan keputusan tersebut dengan argumen yang baik dan tata komunikasi yang meyakinkan. Ha di atas menuntut dimiikinya 4Cs yaitu critica thinking, creative thinking, coaboration, dan communication skis. As ari (2016); Devin-Fotz & McInvaine, (2008); dan Partnership for 21st Century Skis, (2008) mendorong penetapan 4Cs sebagai hasi 47

6 beajar yang peru dicapai oeh setiap siswa. Rupanya Kemdikbud (2016), meaui Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Luusan, menyepakati ini dengan menetapkan bahwa uusan setiap jenjang satuan pendidikan harus memiiki keterampian berpikir dan bertindak kreatif, produktif, mandiri, kritis, koaboratif, dan komunikatif. Pengembangan 4Cs di atas tampak menjadi sebagian dari target pengembangan pendidikan di Indonesia. Pemerintah Indonesia mengharapkan agar siswa Indonesia tidak hanya menguasai materi peajaran, meainkan juga memiiki kemampuan berpikir dan bertindak yang kritis, kemampuan berpikir dan bertindak kreatif, kemampuan berkoaborasi, dan kemampuan berkomunikasi. BAGAIMANA KEDEPAN? Kedepan, pembeajaran matematika bahkan juga pembeajaran mata peajaran yang ain, harus dirancang untuk mengembangkan 4Cs. Pembeajaran harus membantu terbentuk dan berkembangnya kemampuan berpikir kritis, kreatif, koaboratif, dan komunikatif. Pembeajaran matematika tidak boeh hanya berhenti untuk keperuan ketuntasan beajar matematika saja. Bagaimana bentuknya? Berikut dicoba diuraikan beberapa ha terkait dengan pembeajaran berpikir kritis, kreatif, koaboratif, dan komunikatif. Pembeajaran Berpikir Kritis Abrami dkk. (2008) mengemukakan bahwa pembeajaran berpikir kritis harus diakukan secara ekspisit. Meskipun bisa diakukan secara impisit, berdasarkan hasi kajian anaisis meta yang diakukannya terhadap 117 peneitian tentang berpikir kritis, dikatakannya bahwa pembeajaran berpikir kritis yang diakukan secara ekspisit terbukti ebih efektif daripada yang impicit. Gurunya pun harus dipersiapkan secara angsung atau meaui mengamati praktik pembeajaran berpikir kritisnya. Hasi serupa diperoeh oeh Marin & Hapern (2011). Peneiti ain, yaitu Shim & Waczak (2012) menemukan fakta kemampuan berpikir kritis siswa meningkat ketika mereka diberi pertanyaan yang menantang. Akan tetapi, mereka menemukan fakta yang bertentangan dengan temuan peneitian sebeumnya. Mereka meihat bahwa presentasi dan diskusi menurunkan kemampuan berpikir kritis siswa. Duron dkk. (2006) mengembangkan kerangka mode pembeajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Kerangka itu terdiri dari ima angkah, yaitu: (1) determining earning objectives yang menentukan bagaimana periaku berpikir kritis yang diharapkan muncu seama pembeajaran, (2) teach questioning, (3) practice before you assess, (4) review, refine, improve, dan (5) provide feedback and assessment of earning. Duron dkk ebih menekankan pembeajaran yang diandaskan kepada questioning, bukan kepada expaining. Mereka mendorong siswa untuk mempertanyakan (bukan sekadar bertanya). Tetapi, mereka juga memberikan pembeajaran angsung tentang bagaimana harus bertindak. Tampak bahwa pembeajaran berpikir kritis secara ekspisit serta kegiatan questioning merupakan ha penting daam pembeajaran berpikir kritis. Untuk itu, di daam pembeajaran matematika, guru peru mengenakan konsep dan pentingnya berpikir kritis kepada para siswa. Guru peru menjeaskan secara detai apa itu berpikir kritis, apa saja yang harus ada daam berpikir kritis, apa ha yang utama daam berpikir kritis, 48

7 apa ciri dari orang yang berpikir kritis, dan seanjutnya guru peru juga memodekannya di daam keas. Seanjutnya, guru juga peru membiasakan siswa untuk mempertanyakan dahuu segaa sesuatunya. Ini sesuai dengan konsep berpikir kritis (Ennis, 2011) yang menyatakan bahwa adaah kegiatan berpikir kritis difokuskan untuk keperuan pengambian keputusan. Berpikir kritis difokuskan untuk memutuskan apakah dia harus memercayai informasi/kaim yang diberikan kepadanya atau tidak. Berpikir kritis dimaksudkan sebagai aat penyaring agar segaa perintah atau permintaan yang diberikan kepadanya senantiasa diperiksa duu keogisannya. Karena itu, di daam pembeajaran matematika, ada baiknya guru membiasakan diri untuk menyajikan kaim-kaim matematis, dan meminta mereka memikirkannya dengan mendaam agar diperoeh keputusan yang tepat terhadap kaim tersebut. Sebeum siswa menjawab, guru harus mendorong mereka untuk mempertanyakan duu kebenaran dari setiap kaim yang ada. Guru peru memberikan perintah kepada siswa untuk menyeidiki kebenaran kaim berikut menggunakan kemampuan berpikir ogisnya. Berikut diberikan satu contoh penugasan yang menuntut siswa mempertanyakan kebenaran dari kaim. Seidiki kebenaran dari kaim tersebut, dan berikan aasan yang engkap. 1. Jika A adaah himpunan seesaian dari persamaan kuadrat 2 3 4=0, ( ) 2. maka 2. Jika x dan y adaah biangan buat, maka. 3. Ada matriks ordo 2 x 2 P, Q, R, demikian sehingga P x (Q + R) = P x Q + R x P. 4. Jika a, b, c adaah ukuran panjang dari sisisisi segitiga ABC sama kaki dengan puncak di A, maka b = c. 5. Diketahui segitiga adaah segitiga siku-siku, dengan sudut B adaah sudut siku-siku, BD adaah garis tinggi segitiga ABC dari titik B. Jika diketahui bahwa =30, AB = 6cm, CB = 8cm, AD = 2cm, maka ukuran keiing dari segitiga yaitu Dengan membiasakan siswa menyeidiki kebenaran setiap kaim, siswa akan dibiasakan berpikir kritis sebagai definisi dari Ennis di atas. Peningkatan frekuensi atihan menganaisis kaim seperti ini diharapkan mampu menjadikan mereka memiiki disposisi atau kecenderungan bertindak yang kritis. Pembeajaran Berpikir Kreatif Orang yang kreatif pasti memiiki banyak ide, karena kemampuan menghasikan sejumah ide tentang suatu topik tertentu merupakan aspek dari berpikir kreatif. Waau banyak ide tidak seau berniai penting, kemampuan menghasikan sejumah ide ini merupakan angkah awa yang penting bagi kreativitas. Kaau daam bahasa kurikuum di Indonesia, mungkin iniah yang disebut dengan produktif. Ide yang dihasikan oeh orang yang kreatif biasanya unik dan berbeda dengan yang biasa terjadi. Daam ha ini, pengaaman dan daya imajinasi merupakan faktor pendorongnya. Ha yang paing penting dari suatu ide kreatif, yaitu ha yang paing membedakan antara seseorang yang kreatif dengan yang tidak kreatif adaah kebaruan ide. Orang yang kreatif cenderung memikirkan, meakukan, atau meihat sesuatu secara berbeda. Sudut pandang orang yang kreatif kadang tidak pernah diduga oeh kebanyakan orang, bahkan kadang dipandang sebagai sesuatu yang aneh. Pikiran, tindakan, dan pandangannya asi, bukan sekadar meniru orang ain. 49

8 Guru peru mendorong agar siswa menjadi kreatif. Untuk itu, peru penciptaan kondisi agar berpikir kreatif tersebut bisa diwujudkan dengan baik. Guru harus menemukan cara yang baik untuk mendorong siswa berpikir kreatif dan meningkatkan kreativitas siswa. Menurut Stenberg & Wiiams (1996) ada sebanyak 25 cara yang bisa digunakan oeh seseorang untuk mengembangkan kreativitas siswa. Sebagai prasyarat, dia mengemukakan perunya mode dari guru. Guru harus memodekan kreativitas kaau ingin siswanya kreatif. Di samping itu, guru harus membangun sef-efficacy (sebut saja kepercayaan diri) pada diri siswa bahwa mereka merasa mampu bahwa mereka memiiki kreativitas. Dikemukakan ebih anjut bahwa ada empat teknik dasar untuk membangun kreativitas tersebut. Teknik dasar itu adaah: (1) questioning assumptions, (2) defining and redefining probems, (3) encouraging idea generation, and (4) cross-fertiizing ideas. Mereka memberikan tips mengajar, dimana guru harus memberikan ruang bagi siswa untuk berkreasi, bahwa siswa harus didorong dan diniai kreativitasnya, dan guru harus menghargai apapun kreativitas siswa, dan tidak ada yang saah daam kreativitas pemikirannya. Sebenarnya masih ada beberapa agi yang bisa dituiskan terkait dengan cara meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kreativitas ini. Namun, penuis menyerahkan kepada pembaca untuk mengkaji sendiri cara mengembangkan kreativitas tersebut. Bagi penuis, questioning assumptions di mana kita sering mengajukan pertanyaan what if, what if not, sangat membantu siswa untuk berpikir aternatif, yang ujung-ujungnya akan membawa kepada kreativitas. Tentu saja, ha ini harus didukung oeh suasana beajar yang memberikan peuang kepada siswa untuk mengemukakan ide kreatif mereka tanpa takut dicea, disaahkan, dan decemoohkan. Karena itu, guru matematika tidak boeh berhenti dengan pencapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minima). Guru matematika peru bekerja keras demi mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan meningkatkan kreativitas siswa. Untuk itu, pertanyaan yang bersifat mutipe correct answer peru dibiasakan. Sebagai contoh, perhatikan soa berikut. Si Fuan meminta bantuan 4 orang temannya untuk memiih saah satu dari empat biangan berikut untuk dibuang. Si Fuan mengatakan bahwa biangan yang dibuang itu adaah biangan yang tidak cocok kaau dikumpukan dengan tiga biangan yang ain. Dia memiiki sifat yang tidak sama dengan biangan yang ainnya. Si Fuan menyebut biangan-biangan yang dimaksud adaah 15, 20, 23, dan 25. Kaau Anda menjadi teman si Fuan, biangan berapakah yang akan Anda buang? Mengapa? Kaau diperhatikan dengan saksama, masingmasing biangan tersebut boeh dipiih. Biangan 15 boeh dibuang karena saah satu aasannya adaah ia merupakan satu-satunya dari empat biangan tersebut yang angka puuhannya 1, dan yang ain angka puuhannya 2. Tentu boeh saja dibuat aasan yang ain, misanya ia adaah satu-satunya biangan dari empat biangan yang membagi 45, yaitu angka keramat tahun kemerdekaan Indonesia. Masih banyak agi aasan yang bisa dibuat dan semuanya benar. Siswa dengan sendirinya dituntut untuk membuat aasan baru yang berbeda dengan temannya. Biangan 20 juga bisa dipiih dengan saah satu aasannya adaah karena 20 adaah satusatunya biangan genap. Biangan 23 juga bisa dipiih karena 23 adaah satu-satunya biangan prima daam keompok itu. Biangan 25 juga bisa dipiih karena 25 adaah satu-satunya biangan kuadrat sempurna daam keompok itu. Jadi, 50

9 semua jawaban adaah benar. Yang diperukan daam ha ini adaah kemampuan berkreasi terutama daam membangun aasan. Sepanjang aasannya masuk aka, maka jawabannya benar. Dengan cara begitu, anak akan terbiasa untuk memikirkan ha yang baru dan berbeda dari yang sudah ada, dan itu merupakan cika baka kreativitas. Dengan demikian, guru harus terbuka dan siap untuk menerima ide-ide aneh. Bagi guru, apapun pikiran anak tersebut, sepanjang bisa dijeaskan secara ogis, maka guru harus menerima dengan apang dada. Guru hendaknya tidak terau memfokuskan untuk membuat soa dengan jawaban tungga. Ajakah siswa untuk berpikir terbuka, uwes, tapi masuk aka. Pembeajaran untuk Kemampuan Koaborasi Pembeajaran yang mendorong siswa bekerja bersama, menyeesaikan masaah bersama merupakan upaya yang tepat untuk meningkatkan kemampuan koaborasi siswa. Dengan dasar bahwa Dua kepaa ebih baik daripada satu kepaa, siswa peru didorong untuk membentuk tim dan meakukan kerjasama. Dengan bekerja sama, apa yang sebeumnya tidak pernah terbayangkan bisa saja termuncukan. Sudut pandang yang berbeda dari anggota keompok bisa memberikan inspirasi bagi pemecahan masaah bersama. Oeh karena itu, daam rangka meningkatkan kemampuan koaborasi, pembeajaran yang menuntut kerjasama tim peru semakin diterapkan. Siswa peru dibentuk atau didorong untuk membentuk keompok dan bekerja dengan anggota keompok tersebut untuk memecahkan masaah. Saah satu dari mode pembeajaran yang tepat adaah pembeajaran kooperatif. Menurut Reed (2014), pembeajaran kooperatif yang baik memang merupakan pembeajaran yang baik, sepanjang anggota keompok bisa bekerja sama dan saing membantu daam menyeesaikan masaah. Akan tetapi, agar terjadi kerjasama yang baik, di daam keompok tersebut harus ada 5 ha, yaitu: (1) positive interdependence, (2) individua accountabiity, (3) promotive interaction, (4) socia skis, (5) group processing. Kaau pembeajaran kooperatif bisa memenuhi semua ini, kemampuan koaborasi siswa akan dengan sendirinya tumbuh subur dan berkembang dengan baik. Tanpa itu, pembeajaran kooperatif hanya akan ada namanya saja. Sayangnya, tidak semua guru mampu dan mudah mengintegrasikan 5 ha tersebut daam pembeajaran. Karena itu, pembentukan keompok yang tepat merupakan faktor yang sangat penting daam penerapan pembeajaran kooperatif. Untuk bisa membentuk keompok yang baik, guru harus mengena dengan baik karakter, sikap, kecenderungan, kesukaan, dan kepribadian siswa. Guru harus mengetahui kondisi siswanya, dan untuk itu, guru harus menyempatkan diri untuk mengenai siswanya dengan baik dan memanfaatkan pemahaman tersebut untuk membangun keompok-keompok beajar yang tepat. Ketika keompok sudah terbentuk, guru peru meminta keompok itu membuat kontrak beajar yang memuat ha berikut: (1) tujuan yang ingin dicapai oeh keompok, (2) norma yang disepakati daam keompok, baik sebagai keompok maupun sebagai anggota keompok, (3) peran dari masing-masing individu, (4) strategi penanganan konfik kaau ada ketidaksepakatan, (5) jadwa pertemuan, okasi, acara, (6) strategi komunikasi, apakah pakai emai, teepon atau tatap muka, (7) kebijakan daam pengambian keputusan: apakah pakai konsensus, aturan mayoritas, atau yang ain, dan (8) rencana proyek: deadine, tujuan, kegiatan, dan ain-ainnya. Guru tidak boeh hanya mempersiakan siswa bekerja daam keompok tanpa arah yang jeas. Mereka 51

10 harus memikirkan arah pekerjaan mereka, dan itu sepersetujuan guru, dan dengan begitu guru bisa berharap keompok bekerja dengan baik dan mencapai tujuan dengan baik pua. Pembeajaran untuk Kemampuan Komunikasi Morreae dkk (2000) mengemukakan sekumpuan aasan tentang pentingnya mempeajari komunikasi. Daam konteks untuk perkembangan diri seseorang, dikatakan bahwa komunikasi itu membantu orang berhubungan baik dengan diri sendiri, orang ain, dan masyarakat. Komunikasi juga memungkinkan tumbuh kembangnya berpikir kritis serta keterampian memimpin. Dikaitkan dengan dunia kerja, kemampuan komunikasi membantu seseorang memberikan perintah, meyakinkan orang ain, dan membangun koaborasi. Dikaitkan dengan kebutuhan hidup bermasyarakat, kemampuan komunikasi memungkinkan kita meningkatkan pemahaman intas budaya, dan juga memengaruhi keputusan pengadian. Terkait dengan karier, kemampuan komunikasi bermanfaat untuk memperoeh pekerjaan dan jabatan tertentu. Kemampuan komunikasi memungkinkan seseorang menanjak kariernya ebih baik dari yang ain. Untuk mengembangkan kemampuan komunikasi ini, siswa harus diberi kesempatan untuk mempraktikkannya (earning by doing). Siswa harus beratih berbicara, mendengarkan, menuis, dan membaca dengan baik. Untuk itu, modeing atau pemodean sangat diperukan. Guru peru memodekan atau menampikan mode komunikasi yang baik. Seanjutnya, guru peru memberi kesempatan kepada siswa untuk meatih kemampuan komunikasinya. Guru peru merekam praktik berkomunikasi yang diakukan siswa dan mendorong siswa meakukan refeksi terhadap apa yang teah diakukan juga merupakan ha yang penting, dan memberikan umpan baik yang bermakna. Karena itu, praktik pembeajaran yang mendorong siswa aktif, dan refektif yang dipandu oeh mode yang baik oeh guru atau sumber beajar piihan, merupakan ha yang penting daam membeajarkan kemampuan komunikasi. POTENSI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK Pembeajaran Berbasis Proyek (PjBL) merupakan saah satu mode pembeajaran yang memberikan peuang untuk menguasai 4Cs (Be 2010). Di daam PjBL, siswa mendorong dirinya sendiri untuk mempeajari sesuatu dengan meakukan inkuiri secara koaboratif bersama temantemannya (di bawah bimbingan guru) guna meneiti dan menciptakan proyek yang mencerminkan pengetahuannya. Dengan PjBL, anak meakukan inkuiri sambi mengembangkan kemampuan abad 21 (Hutchison, 2015). PjBL memberdayakan siswa untuk berkoaborasi dengan temannya, dengan bimbingan guru, meneiti permasaahan-permasaahan rii, mengemukakan sousi, dan merancang produk rii dengan cara yang cermat. Dengan PjBL, mereka beajar menguasai teknoogi, menjadi komunikator yang baik, pemecah masaah yang hebat. PjBL memungkinkan siswa memiiki kemampuan bekerjasama dengan orang ain, mengatasi konfik antar persona, mengambi keputusan yang mantap, serta berpraktik dan memecahkan masaah kompeks (Musa dkk, 2012). Semua itu akan terjadi manakaa PjBL dijaankan sesuai dengan karakteristiknya. Beberapa karakteristik dari PjBL adaah sebagai berikut. 1. Proyek yang dibahas daam PjBL bukan jawaban yang sudah diketahui jawabannya ter- 52

11 ebih dahuu. Guru sekaipun tidak tahu apa yang akan terjadi. 2. Proyek yang dikembangkan harusah membangkitkan rasa ingin tahu yang tinggi pada siswa. Siswa sangat interest dan penasaran dibuatnya. 3. Muai dari merancang proyeknya, mencari sumber data untuk inspirasinya, sampai menjaankan, memonitor, dan meniai hasi kerjanya adaah atas inisiatif dan diakukan oeh siswa sendiri (guru hanya bertugas menjadi pemantik ide). Siswa harus mandiri dan mengambi peran sebagai peaksana proyek dengan penuh tanggung jawab. 4. Produk bukanah tujuan utama. Yang menjadi tujuan utama adaah diakukannya kegiatan 4Cs yaitu berpikir kritis, kreatif, koaboratif, dan komunikatif seama proses pengerjaan proyek tersebut. Karena itu, siswa didorong untuk mengembangkan berbagai sudut pandang daam menjaankan PjBL. Karena itu, yang diniai adaah kemampuan 4Cs-nya, bukan produknya saja. Meskipun demikian, dikatakan banyak guru yang mengaami masaah daam menjaankan PjBL sehingga hasinya tidak optima. Guru peru terus beajar, bukan hanya konsep PjBL-nya saja, meainkan juga beajar bagaimana mengajak guru mata peajaran ain mengembangkan tugas PjBL terintegrasi yang dengan itu siswa beajar dengan optima. Yang penting, guru harus punya prinsip today shoud be better than yesterday, and tomorrow shoud be better than today. Tiada hari tanpa inovasi. PENUTUP Perubahan kondisi dan hasi pembeajaran yang diharapkan seharusnya membuat guru yang profesiona tanggap bahwa mereka harus meakukan perubahan daam pembeajarannya. Kajian di atas menunjukkan bahwa pembeajaran yang diakukan oeh guru profesiona tidak agi terbatas kepada pencapaian KKM, meainkan harus mampu mengembangkan 4Cs siswa. Setiap pembeajaran harus diupayakan agar mampu membantu siswa memiiki kemampuan berpikir kritis, kreatif, koaboratif, dan komunikatifnya. Sayangnya, semua itu beum banyak dikembangkan di repubik tercinta. Peatihan-peatihan untuk mengembangkan pembeajaran yang mampu meningkatkan kemampuan 4Cs masih beum begitu intens diakukan di Indonesia. Menunggu peatihan yang diseenggarakan oeh pemerintah, bukanah suatu tindakan yang bijak. Terau banyak guru yang harus ditangani oeh pemerintah. Kaau ingin semua guru diatih dengan baik daam pembeajaran yang mengembangkan 4Cs, waktu yang diperukan untuk meatih semua guru tentu sangat ama, dan biaya yang diperukan juga sangat besar. Karena itu, sebagai guru profesiona, para guru harus secara mandiri mengembangkan diri agar mampu membeajarkan 4Cs kepada para siswa. Sebagai angkah awa, guru harus beajar: apa itu 4Cs?, bagaimana memanfaatkan pembeajaran matematika untuk mengembangkan 4Cs?, dan seanjutnya bekerjasama dengan guru ain untuk mengembangkan mode pembeajaran berbasis proyek. Untuk itu, mengikuti kegiatan imiah seperti seminar, konferensi, simposium secara rutin peru diakukan oeh para guru. Meanggan majaah dan jurna imiah peru juga diakukan agar wawasan tentang pembeajaran terkini senantiasa up-to-date. Guru juga harus aktif network (baik offine maupun onine) dengan sesama guru matematika bahkan juga dengan guru-guru yang ain. Semua itu agar guru menjadi semakin profesiona dan siap membangun generasi muda yang berkarakter kuat daam membangun bangsa. 53

12 Terakhir. Setiap inovasi tidak akan pernah angsung sempurna. Ada tahap kesaahan yang pasti diaui, apaagi seperti diketahui bersama bahwa manusia adaah tempatnya saah dan dosa. Manusia tidakah sempurna. Membuat kesaahan itu sudah pasti, dan yang penting jangan disengaja membuat kesaahan. Berinovasiah, tentu dengan dasar pemikiran yang mantap. Kaau boeh menggunakan bahasa asing, make new mistakes, but don t repeat the od mistakes. Jadikan hari ini ebih baik dari kemarin, dan besok harus ebih baik dari hari ini. Semoga bermanfaat. REFERENSI Abrami, P.C., Bernard, R.M., Borokhovski, E., Wade, A., Surkes, M.A., Tamim, R., & Zhang, D Instructiona interventions affecting critica thinking skis and dispositions: A stage 1 meta-anaysis. Reviewof Educationa Research, 78(4), As ari, A.R Pengembangan Karakter daam Pembeajaran Matematika: Prioritas daam rangka Mengembangkan 4Cs. Makaah disajikan daam Seminar Nasiona di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Maret Be, S Project Based Learning for the 21 st Century: Skis for the Future. The Cearing House, Vo 83: Pp Degeng, I.N.S Imu Pengajaran Taksonomi Variabe. Jakarta : Direktorat Jendera Pendidikan Tinggi, Depdikbud. Devin-Fotz, B. & McInvaine, S Teacher Preparation for the Goba Age: The Imperative for Change. Longview Foundation Duron, R., Limbach, B., & Waugh, W Critica Thinking Framework for Any Discipine. Internationa Journa of Teaching and Learning in Higher Education 2006, Voume 17, Number 2, tersedia onine di aamat org/ijthe/ Ennis, R.H The nature of critica thinking: an outine of critica thinking dispositions and abiities. Severa times revision of a presentation at the Six Internationa Conference on Thinking at MIT, Cambridge, MA, Juy Hutchison, S Project Based Learning: Drawing on Best Practices in Project Management. Research Monograph #60 What Works? Research into Practice. Partnership between the Literacy and Numeracy Secretariat and the Ontario Association of Deans of Education. Ivanova, A. & Smrikarov, A The New Generations of Students and the Future of e-learning in Higher Education. Proceeding of the Internationa Conference on e-learning and the Knowedge Society, Berin, University of Appied Sciences, 31 August 01 September Jone, V., Jo, J., & Martin, P. Tanpa tahun. Future Schoos and How Technoogy Can be Used to Support Miennia and Generation-Z Students. Schoo of Information and Communication Technoogy, Griffith University, Austraia. Kramer, W.J., Jenkins, B., & Katz, R.S The Roe of the Information and Communications Technoogy Sector in Expanding Economic Opportunity. Corporate Socia Responsibiity Initiative Report No. 22. Cambridge, MA: Kennedy Schoo of Government, Harvard University. Kemdikbud Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No. 20, Tahun

13 tentang Standar Kompetensi Luusan. Jakarta. Marin, L.M., & Hapern, D.F Pedagogy for deveoping critica thinking in adoescents: Expicit instruction produces greatest gains. Thinking Skis and Creativity, 6, Marzano, R Different Kind of Cassroom: Teaching with Dimensions of Learning. Aexandria, VA: ASCD. McQueen, M Ready or Not Here Come Gen Z. New York, USA (onine) ready-here-come-gen-z-michae-mcqueen diunduh 10 November Morreae, S.P., Osborn, M.M., & Pearson, J.C Why Communication is Important: A Rationae for the Centraity of the Study of Communication. Journa of the Association for Communication Administration. Vo. 29. Pp Musa, F. Mufti, N., Abdu Latiff, R, & Mohamed Amin, Project-Based Learning: Incucating Softskis in 21 st Century Workpace. Procedia Socia and Behaviora Sciences, Vo. pp Obinger, D.G. & Obinger, J. L Is it Age or IT: First Steps Toward Understanding the Net Generation. Daam D.G. Obinger & J.L Obinger (eds). Educating the Net Generation. EDUCAUSE (onine). Partnership for 21st Century Skis st Century Skis, Education & Competitiveness: a Resource and Poicy Guide. Tuczon, AZ. Reed, Z.A Coaborative Learning in the Cassroom. Paper submitted as Partia Fufiment of Master Teacher Program. West Point, NY: United States Miitary Academy. Shim, W., & Waczak, K The Impact of Facuty Teaching Practices on the Deveopment of Students Critica Thinking Skis. Internationa Journa of Teaching and Learning in Higher Education, 24(1), Stenberg, R.J. & Wiiams, W.M How to Deveop Student Creativity. Aexandria, VA: ASCD Vidas-Bubanja, M. & Bubanja, I ICT as Prerequisite for Economic Growth and Competitiveness Case Study Print Media Industri. Journa of Engineering Management and Competitiveness (JEMC), Vo. 5, No. 1, pp Yeung, H.W Capita, State, Space: Contesting the Borderess Word. Singapore: Nationa University of Singapore. 55

14 56

TANTANGAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU DALAM RANGKA MEMBELAJARKAN MATEMATIKA DI ABAD KE-21 DAN MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK

TANTANGAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU DALAM RANGKA MEMBELAJARKAN MATEMATIKA DI ABAD KE-21 DAN MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK TANTANGAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU DALAM RANGKA MEMBELAJARKAN MATEMATIKA DI ABAD KE-21 DAN MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK Abdur Rahman As ari Dosen pada Program Studi S2 dan S3 Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan:

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja: Peatihan dan Penghargaan Sub Pokok Bahasan Pengertian Peatihan Proses pembeajaran dan pengembangan individu Jenis-jenis peatihan karyawan Manfaat peatihan

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming Mode Optimasi Penjadwaan Proses Sitting Materia Ro dengan Muti Objective Programming Dina Nataia Prayogo Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jaan Raya Kairungkut, Surabaya, 60293 Te: (031) 2981392,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Basis Data Langkah pertama daam membangun apikasi adaah meakukan instaasi apikasi server yaitu menggunakan SQLite manager yang di insta pada browser Mozia Firefox.

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja MANAJEMEN KINERJA Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja sebagai proses manajemen Preses manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:19) mencakup suatu proses peaksanaan kinerja dan bagaimana

Lebih terperinci

Selanjutnya rancangan perkuliahan setiap pertemuan adalah sebagai berikut: Jenis Tugas TR CBR CJR MR RI PJCT M K M K M K M K M K M K T P L

Selanjutnya rancangan perkuliahan setiap pertemuan adalah sebagai berikut: Jenis Tugas TR CBR CJR MR RI PJCT M K M K M K M K M K M K T P L Seanjutnya rancangan perkuiahan setiap pertemuan adaah sebagai berikut: Pert. Ke Aktivitas Perkuiahan Softski yang Diharapkan 1 Learning Contract - - - - - - - - - - - - Ketekunan Kedisipinan 1 Dosen membagikan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,

Lebih terperinci

guru dan berperan aktif memotivasi

guru dan berperan aktif memotivasi Jurnq miah Guru "COPE", No. 0/Tahun V/Pebruari 2004 PERANAN PERSATUAN GURU REPUBLK NDONESA (PGR) DALAM UPAYA PENNGKATAN PROFESONALSME GURU oeh: Tri Murwaningsih *) Abstrak Masaah tenaga pendidikan di ndonesia

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, FOURIER Oktober 2014, Vo. 3, No. 2, 98 116 PENYELESAIAN MATCHING GRAF DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN DAN PENERAPANNYA PADA PENEMPATAN KARYAWAN DI SUATU PERUSAHAAN Auia Rahman 1, Muchammad Abrori 2,

Lebih terperinci

Nomor : 361/UN.3.1.4/PPd/ Maret 2015 Lampiran : 1 (satu) eksemplar : Penyebaran Informasi Beasiswa S2 STAR

Nomor : 361/UN.3.1.4/PPd/ Maret 2015 Lampiran : 1 (satu) eksemplar : Penyebaran Informasi Beasiswa S2 STAR UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus B Jaan Airangga 4 Surabaya 60286 Tep. 01-50642, 506584 Fax. 01-5026288 Website: http://www.fe.unair.ac.id E-mai: fe@unair.ac.id, info@fe.unair.ac.id Nomor : 61/UN..1.4/PPd/2015

Lebih terperinci

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Buetin Imiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 05, No. (206), ha 53-60. ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Amanah Fitria, Neva Satyahadewi,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus B Jaan Airangga 4 Surabaya 60286 Tep. 01-50642, 506584 Fax. 01-5026288 Website: http://www.fe.unair.ac.id E-mai: fe@unair.ac.id, info@fe.unair.ac.id Nomor : 125/UN.4/PPd/Dept/Ak/201

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Peneitian Lokasi peneitian ini diaksanakan di Museum Konperensi Asia Afrika berokasi di Gedung Merdeka, jaan Asia Afrika No. 65 Bandung, Keurahan Braga,

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa

Lebih terperinci

ALTERNATIVE ASSESMENT. (Penilaian Alternatif) LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ALTERNATIVE ASSESMENT. (Penilaian Alternatif) LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ALTERNATIVE ASSESMENT (Peniaian Aternatif) LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 1 BENTUK UJIAN Tuis In cass Take home Achievement Aptitude Course-based Non course based

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3. Teknik Peneitian Peneitian dengan metode perbandingan eksperimenta berisikan kegiatan yang direncanakan dan diaksanakan oeh peneiti, maka dapat diperoeh bukti-bukti yang

Lebih terperinci

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA Prayekti, Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Prayekti FKIP-Universitas Terbuka, emai: prayekti@mai.ut.ac.id

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks Umpan Baik POKOK BAHASAN Umpan Baik Pengertian dan penerapan Umpan Baik 360 derajat Kriteria dan keberhasian Umpan Baik 360 derajat Keebihan dan keemahan Umpan Baik

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja

Manajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja Manajemen Kinerja Pertemuan ke-ima Pokok Bahasan: Peniaian Kinerja Manajemen Kinerja, 2 sks CHAPTER 5 PENILAIAN KINERJA 1 Pokok Bahasan: Pengertian peniaian kinerja Proses peniaian kinerja Faktor-faktor

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA Daam pertemuan pekan ini pokok bahasan kita adaah penerapan manajemen kinerja di perusahaan, dampaknya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN

MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN BUKU PEGANGAN BAGI PELATIH 1 Hak Cipta Kantor Perburuhan Internasiona 2002 Pertama terbit tahun 2002 Pubikasi Kantor Perburuhan Internasiona diindungi

Lebih terperinci

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG SNIPTEK 2016 ISBN: 978-602-72850-3-3 RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG Indah Puspitorini AMIK BSI Bekasi J. Raya

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERPUSAT MAHASISWA

PEMBELAJARAN BERPUSAT MAHASISWA PEMBELAJARAN BERPUSAT MAHASISWA S Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta C Hak Cipta Diindungi Undang-Undang Diarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian isi atau

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN AGRIBISNIS TERNAK RUMINANSIA. Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) A B C D E

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN AGRIBISNIS TERNAK RUMINANSIA. Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) A B C D E KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN AGRIBISNIS TERNAK RUMINANSIA Kompeten Kompetensi Guru Mata Peajaran 1 Pedagogik Menguasai karakteristik Memahami karakteristik peserta peserta didik dari aspek fisik,

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISS: 2460-6464 Mode Matematika Cadangan Premi Asuransi Kesehatan Perawatan Rumah Sakit Menggunakan Metode Prospektif Mathematica Modes of Cacuation of The Heath Insurance Premium Backup

Lebih terperinci

Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betalaktam Departemen Instalasi Produksi Lafiad

Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betalaktam Departemen Instalasi Produksi Lafiad Jurna Teematika, vo. 9 no. 2, Institut Teknoogi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-2516 Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betaaktam Departemen Instaasi Produksi Lafiad Devi Puspitarini

Lebih terperinci

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL Adhe Afriani 1*, Hasriati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anaisis aktor Menurut Hair, et a. (995) anaisis faktor adaah sebuah nama umum yang diberikan kepada sebuah keas dari metode statistika mutivariat yang tujuan utamanya adaah menentukan

Lebih terperinci

Manajemen Operasional KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI

Manajemen Operasional KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI Manajemen Operasiona KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id Sub Pokok bahasan pertemuan ke-2 Formuasi strategi Prioritas bersaing Peran operasi daam strategi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING Diana Puspita Sari, Arfan Backtiar, Heny Puspasri Industria Engineering Department, Diponegoro University Emai

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011 PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT UNIT LAYANAN PENGADAAN Jaan Sutan Syahrir Nomor 02 No. Tep. (0532) 23759 Pangkaan Bun 74112 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

Lebih terperinci

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8 Jurna Akademis dan Gagasan tetika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Haan 1 hingga 8 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA POWERPOINT DAN BAGAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI

Lebih terperinci

HANDOUT PERKULIAHAN. Kode Mata Kuliah : LB 461 Jumlah SKS : 2 Semester : Genap (6) Kelompok Mata Kuliah

HANDOUT PERKULIAHAN. Kode Mata Kuliah : LB 461 Jumlah SKS : 2 Semester : Genap (6) Kelompok Mata Kuliah HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 37 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneitian Peneitian ini menggunakan pendekatan manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh service exceence terhadap kepuasan konsumen. Adapun yang

Lebih terperinci

OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO. Abdul Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1. Abstract

OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO. Abdul Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1. Abstract Optimisasi (Abdu H) OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO Abdu Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1 1 Staf Pengajar Jurusan Statistika FSM UNDIP Abstract Investing in asset such as stock; besides

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 26 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JIEM Vo.1 No. 2, Oktober 216 E-ISSN: 2541-39, ISSN Paper: 253-143 PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Dimas Primadian N,

Lebih terperinci

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TABEL MORTALITAS Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TUJUAN Mahasiswa diharapkan mampu: 1. Memahami tabe mortaitas 2. Menjeaskan hubungan antara ajur-ajur tabe mortaitas

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 ISSN : 2527 5917, Vo.3 Impementasi Pendidikan Karakter dan IPTEK untuk Generasi Mienia Indonesia daam Menuju SDGs 2030 KAJIAN DINAMIKA FLUIDA PADA ALIRAN AIR TERJUN TUJUH BIDADARI KABUPATEN JEMBER BERBASIS

Lebih terperinci

Outline. Pengertian Dasar Arsitektur Tugas Data Mining Contoh Penggunaan Data Mining

Outline. Pengertian Dasar Arsitektur Tugas Data Mining Contoh Penggunaan Data Mining Outine Pengertian Dasar Arsitektur Tugas Data Mining Contoh Penggunaan Data Mining Latar Beakang 3 Mengapa harus Data Mining? Definisi Data Mining Pengertian Yang Saah Imu Data Mining Arsitektur Data Mining

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI UNTUK ASURANSI PENDIDIKAN

PENENTUAN CADANGAN PREMI UNTUK ASURANSI PENDIDIKAN E-Jurna atematika Vo. 4 (), Januari 05, pp. 4-9 ISS: 303-75 EETUA CAAGA REI UTUK ASURASI EIIKA ade utri Ariasih, Ketut Jayanegara, I yoman Widana 3, I utu Eka. Kencana 4 Jurusan atematika, Fakutas IA Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang negative atau mengancam (Towsent alih bahasa,daulima,1998). tidak dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995).

BAB II TINJAUAN TEORI. yang negative atau mengancam (Towsent alih bahasa,daulima,1998). tidak dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995). 1 6 BAB II TINJAUAN TEORI A Pengertian Isoasi sosia merupakan kondisi kesendirian yang diaami oeh individu dan diterima sebagai ketentuan orang ain sebagai suatu keadaan yang negative atau mengancam (Towsent

Lebih terperinci

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD Konferensi Nasiona Imu osia & Teknoogi (KNiT) Maret 016, pp. 56~6 ANIMAI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK IWA D 56 Desy Yekti A 1, Nani Purwati 1 AMIK BI Yogyakarta e-mai: mbesesek@gmai.com,

Lebih terperinci

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda.

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda. KONTROL AIR FUEL RATIO PADA SPARK IGNITION ENGINE SISTEM EFI SEKUENSIAL MENGGUNAKAN KONTROL FUZZY ADAPTIF DAPAT MENEKAN BEAYA OPERASIONAL KENDARAAN Abdu Hamid, Ari Santoso Jurusan Teknik Eektro-FTI ITS

Lebih terperinci

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha. 92 103) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Lebih terperinci

Sebuah catatan proses Participatory Rural Appraisal (PRA) di Dusun Cisarua, Desa Cipeuteuy, Sukabumi, Jawa Barat Juni 2003

Sebuah catatan proses Participatory Rural Appraisal (PRA) di Dusun Cisarua, Desa Cipeuteuy, Sukabumi, Jawa Barat Juni 2003 Sebuah catatan proses Participatory Rura Appraisa (PRA) di Dusun Cisarua, Desa Cipeuteuy, Sukabumi, Jawa Barat 14 23 Juni 2003 diterbitkan oeh: Yayasan Pedui Konservasi Aam Indonesia, 2005 Pengantar Cataan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH STMEWA YOGYAKARTA PDATO GUBERNUR DAERAH STMEWA YOGYAKARTA PENGHANTARAN NOTA KEUANGAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 207 PADA RAPAT PARPURNA DEWAN PERWAKLAN

Lebih terperinci

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan PROC. ITB Sains & Tek. Vo. 39 A, No. 1&2, 2007, 23-39 23 Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asa-Tujuan yang Dihasikan dari Data Arus Lauintas pada Kondisi Keseimbangan Ofyar Z. Tamin 1 & Rusmadi Suyuti

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI DINAMIKA INFORMATIKA Vo.6 No. 1, Maret 2014 ISSN 2085-3343 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI Teguh Khristianto, Bayu Surarso,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peradapan manusia yang terus berkembang menyebabkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Anaisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Eektroda Batang I M Yuistya Negara, Daniar Fahmi, D.A. Asfani, Bimo Prajanuarto, Arief M. Jurusan Teknik Eektro Institut Teknoogi Sepuuh Nopember

Lebih terperinci

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari] Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap

Lebih terperinci

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok A. Yudi Eka Risano 1, Indra Mamad Gandidi 2 1,2 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakutas Teknik Universitas Lampung J. Prof. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

R DAFTAR ISI. Kata Pengantar...i. Daftar Isi... ii. A. Banjir, Penyebab dan Dampaknya B. Masalah Kesehatan C. Upaya Sebelum Banjir...

R DAFTAR ISI. Kata Pengantar...i. Daftar Isi... ii. A. Banjir, Penyebab dan Dampaknya B. Masalah Kesehatan C. Upaya Sebelum Banjir... P uji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena dengan perkenannya booket Penangguangan Masaah Kesehatan akibat Bencana Banjir bagi pengeoa tingkat Kabupaten/Kota ini dapat seesai pada waktunya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada tantangan era globalisasi yang semakin berat, yaitu diharapkan mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Lebih terperinci

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Pertemuan Ketiga Komponen Sistem Informasi Geografis Data dan Informasi.. Data menjadi Informasi Data Pemrosesan, Pengoahan, Konversi

Lebih terperinci

EKSPRESI KREATIF. Pengantar Hak Cipta dan Hak Terkait untuk Usaha Kecil dan Menengah. Number: 4 WORLD INTELLECTUAL PROPERTY ORGANIZATION

EKSPRESI KREATIF. Pengantar Hak Cipta dan Hak Terkait untuk Usaha Kecil dan Menengah. Number: 4 WORLD INTELLECTUAL PROPERTY ORGANIZATION Inteectua Property for Business Series Number: 4 EKSPRESI KREATIF Pengantar Hak Cipta dan Hak Terkait untuk Usaha Keci dan Menengah. WORLD INTELLECTUAL PROPERTY ORGANIZATION Pubikasi-pubikasi yang tersedia

Lebih terperinci

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara Jurna Imu dan Teknoogi Perikanan Tangkap 2(2): 9-93, Desember 2015 ISSN 2337-4306 Anaisis beban pendingin cod storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Suawesi Utara Cooing oad anaysis of cod storage

Lebih terperinci

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014 Volume No 1 Tahun 201 Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume No 2 Tahun 201 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JUCAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA Agatra Prima 1, Susanah 2 Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak ANALISIS FOURIER Kusnanto Mukti W./ M0209031 Jurusan Fisika Fakutas MIPA Universitas Sebeas Maret Abstrak Anaisis fourier adaah cara matematis untuk menentukan frekuensi dan ampitudo harmonik. Percobaan

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN TOILET TRAININGPADA BATASAN USIA - TAHUN DI DUSUN II DESA KARANG RAHAYU KECAMATAN KARANG BAHAGIA KABUPATEN BEKASI TAHUN 6 Apriina Sartika ABSTRAK Toiet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia

Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia SEBARAN POTENSI AIR TANAH DI KECAMATAN CEMPAKA MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI SCHLUMBERG DISTRIBUTION OF GROUND WATER POTENTIALS IN CEMPAKA SUBDISTRICT USING GEOLISTRIC METHOD

Lebih terperinci

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD Pendekatan Numerik Keadaan Terikat. (Arif Gunawan) 179 PENDEKATAN NUMERIK KEADAAN TERIKAT DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA PADA INTERAKSI DUA NUKLEON MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA (FINITE DIFFERENCE

Lebih terperinci

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute PEGARUH JEIS MEODE ESIMASI DALAM ESIMASI MARIKS ASAL UJUA (MA) MEGGUAKA DAA ARUS LALULIAS PADA KODISI PEMILIHA RUE KESEIMBAGA (EQUILIBRIUM ASSIGME) Rusmadi Suyuti Mahasiswa Program S3 Pascasarjana eknik

Lebih terperinci

HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR

HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR Nama : Saepudin ABSTRAK Saah satu masaah yang sering dihadapi perusahaan yaitu disipin kerja seperti banyak

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015 PEMBELAJARAN ICARE (INRODUCTION, CONNECT, APPLY, REFLECT, EXTEND) DALAM TUTORIAL ONLINE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA UT Oleh: 1) Yumiati, 2) Endang Wahyuningrum 1,

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja. Pokok Bahasan: Ruang Lingkup dan Dasar-dasar Manajemen Kinerja

Manajemen Kinerja. Pokok Bahasan: Ruang Lingkup dan Dasar-dasar Manajemen Kinerja Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Ruang Lingkup dan Dasar-dasar Manajemen Kinerja Manajemen Kinerja 2 sks TUESDAY, SEPTEMBER 20, 4EA05 G132 1 Kontrak Perkuiahan Ø Ø Ø Dosen Pengampu : Putri Irene Kanny

Lebih terperinci

SEBUAH MODEL BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PENGENDALIAN FORMASI SISTEM ROBOT MAJEMUK

SEBUAH MODEL BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PENGENDALIAN FORMASI SISTEM ROBOT MAJEMUK ISSN: 693-693 Terakreditasi DIKTI, SK No: 5/DIKTI/Kep/2 8 SEBUAH MODEL BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PENGENDALIAN FORMASI SISTEM ROBOT MAJEMUK Andi Adriansah Program Studi Teknik Eektro, Fakutas Teknoogi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida

Lebih terperinci

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan.

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan. 36 PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS Stepanus Sahaa S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan Abstract The aim of this research is the define rigid inert moment with

Lebih terperinci

Deteksi Tumor Otak dengan Ektrasi Ciri & Feature Selection mengunakan Linear Discriminant Analysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM)

Deteksi Tumor Otak dengan Ektrasi Ciri & Feature Selection mengunakan Linear Discriminant Analysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM) Deteksi Tumor Otak dengan Ektrasi Ciri & Feature Seection mengunakan Linear Discriminant Anaysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM) rain Tumor s Detection With Feature Extraction & Feature Seection

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia selalu mendapat prioritas utama dalam

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KAPASITAS VITAL PARU TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRATORI

KONTRIBUSI KAPASITAS VITAL PARU TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRATORI Jurna Endurance 2(3) October 2017 (258-262) KONTRIBUSI KAPASITAS VITAL PARU TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRATORI Meiriani Armen Universitas Bung Hatta ria.pjkr12@bunghatta.ac.id Submitted :27-04-2017,

Lebih terperinci

Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta

Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta KURIKULUM TERPADU Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta C Hak Cipta Diindungi Undang-Undang Diarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian isi atau seuruh buku dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk menunjang peaksanaan peneitian ini diakukan tinjauan pustaka mengenai tinjauan studi yang berisi peneitian-peneitian terkait dengan pengenaan kuaitas buah, median fitering,

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH Rusdianto 1, Syarifa Ajrinah 2, Arinda Wahyuni 3, Edward Syarif 4 1,2,3) Pascasarjana Arsitektur, Fatas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION Lisa Yui Kurniawati 1*), Handayani Tjandrasa 2), Isye Arieshanti 3) 1,2,3) Teknik Informatika, Fakutas Teknoogi Informasi Institut

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA MEDIS MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN EMBEDDED ZEROTREE WEVELET(EZW) Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang Semarang

KOMPRESI CITRA MEDIS MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN EMBEDDED ZEROTREE WEVELET(EZW) Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang Semarang KOMPRESI CITRA MEDIS MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN EMBEDDED ZEROTREE WEVELET(EZW) Khairi Anwar 1, Aris Sugiharto dan Priyo Sidik Sasongko 3 1,, 3 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP J Prof

Lebih terperinci

PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

PENYUSUNAN TUGAS AKHIR POB PENYUSUNAN TUGAS AKHIR NO. POB TGL PEMBUATAN 24 JANUARI 2016 TGL. REVISI TGL. EFEKTIF 30 JANUARI 2016 DISAHKAN OLEH KETUA JURUSAN TEKNIK MESIN, UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal di Indonesia yang sederajat dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Perbedaan yang

Lebih terperinci

Implementasi Fuzzy Inference System Mamdani Pada Proses Penentuan Kelulusan Calon Mahasiswa

Implementasi Fuzzy Inference System Mamdani Pada Proses Penentuan Kelulusan Calon Mahasiswa Impementasi Fuzzy Inference System amdani Pada Proses Penentuan Keuusan Caon ahasiswa (Studi Kasus : Penerimaan ahasiswa Baru Poiteknik Negeri Lhokseumawe Jaur UPN) Rahmad Hidayat Dosen Teknik Informatika

Lebih terperinci

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan karena dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis,

Lebih terperinci

TEKNIK BERTANYA DALAM PEMBELAJARAN. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

TEKNIK BERTANYA DALAM PEMBELAJARAN. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan TEKNIK BERTANYA DALAM PEMBELAJARAN Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada guru tentang teknik bertanya dalam pembelajaran.

Lebih terperinci

OBJECTIVES PENGANTAR-1

OBJECTIVES PENGANTAR-1 6//0 MINIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN GOLDEN SECTION AND HOOK JEEVES METHODS OBJECTIVES Understand why and where optimization occurs in engineering probem soving. Understand the major eements of the genera

Lebih terperinci

METODOLOGI PERAMALAN LALU LINTAS PERKOTAAN UNTUK NEGARA BERKEMBANG. Ofyar Z. Tamin

METODOLOGI PERAMALAN LALU LINTAS PERKOTAAN UNTUK NEGARA BERKEMBANG. Ofyar Z. Tamin METODOLOGI PERAMALAN LALU LINTAS PERKOTAAN UNTUK NEGARA BERKEMBANG Ofyar Z. Tamin Seminar Potensi Pemanfaatan Kemampuan Komputer Untuk Rancang Bangun Jaan dan Jembatan di Indonesia, PT PERENTJANA DJAJA,

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas

Lebih terperinci

Gelagar perantara. Gambar Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi

Gelagar perantara. Gambar Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi MODUL 4 (MEKNIK TEKNIK) 27 43 Muatan tak angsung untuk peengkung 3 sendi 431 Pendahuuan eperti pada baok menerus, pada peengkung 3 sendi ini pun terdapat muatan yang tak angsung Pada kenyataannya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berasal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi paham

Lebih terperinci

M, 2016 PENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN IPS

M, 2016 PENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN IPS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain. Manusia pada

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA Vol. 3, No. 3, pp. 81-86, September. 2014 PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA IMPLEMENTATION OF SNOWBALLING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini kita telah memasuki abad 21, abad dimana berbagai informasi dapat diperoleh oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Lebih terperinci

Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Menilai Pemikiran

Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Menilai Pemikiran Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Menilai Pemikiran Metode-Metode Penilaian Nah, anda telah merencanakan dengan hati-hati berbagai proyek yang meminta para siswa untuk melatih berbagai macam kecakapan

Lebih terperinci