PEMBELAJARAN BERPUSAT MAHASISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBELAJARAN BERPUSAT MAHASISWA"

Transkripsi

1

2 PEMBELAJARAN BERPUSAT MAHASISWA S Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta

3 C Hak Cipta Diindungi Undang-Undang Diarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian isi atau seuruh buku dengan cara dan daam bentuk apa pun juga tanpa seijin editor dan penerbit. EDITOR: Gandes Retno Rahayu PENATA LETAK DAN DESAIN COVER Sutarto FOTOGRAPHER: Bimo (Gedung Pusat UGM) Bambang Prastowo (Gerbang UGM) ILUSTRATOR Lingga Tri Utama Dicetak Oeh: Yogyakarta, 2005 Cetakan Pertama, November 2005 ISBN No.... ii

4 PENGANTAR Pembeajaran berpusat mahasiswa (PBM) atau student-centered earning merupakan metode pembeajaran yang bersifat strategis dan inovatif. PBM bersifat strategis karena para mahasiswa bukan hanya diaktifkan daam proses pembeajaran, meainkan juga menjadi subyek yang bertanggung jawab sepenuhnya atas pembeajaran mereka bersama-sama dengan para dosen yang berfungsi sebagai mitra pembeajaran. PBM bersifat inovatif, para mahasiswa didorong untuk earning beyond the cassroom, beajar sebagai adut earner dan bersemangat tinggi untuk beajar sepanjang hayat. Dengan PBM maka diharapkan pembeajaran akan efektif dan efisien. Untuk itu semua maka Universitas Gadjah Mada menyediakan buku PEMBELAJARAN BERPUSAT MAHASISWA sebagi pegangan bagi para dosen daam pergeseran paradigma dari teacher-centered ke student-centered earning. Kepada dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., Ph.D. diucapkan terima kasih serta penghargaan atas kesediaannya untuk memeriksa, memberi tinjauan dan perbaikan atas naskah buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi seuruh civitas academica Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta, Nopember 2005 Penyusun iii

5 PENYUSUN Harsono Djoko Dwiyanto KONTRIBUTOR Edia Rahayuningsih Achmadi Priyatmojo H.C.Yohannes Kusminarto Amitya Kumara Ika Dewi Ana iv

6 Daftar Isi Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Bab I Pendahuuan... 1 Bab 2 Konsep Dasar Tentang Pembeajaran Berpusat Mahasiswa atau Student-Centered Learning (SCL)... 3 A. Konsep tentangpembeajaran... 3 B. Konsep tentang meaningfu earning (ML)... 5 C. Fiosofi pengajaran : teacher-centered & student-centered approaches... 6 D. Perbandingan antara keas tradisiona dan corporation earning center (CLC)... 8 E. Perbandingan antara traditiona teaching dan student-centered, coaborative earning (CL)... 9 Bab 3 Pembeajaran Dewasa Bab 4 Pembeajaran Koaboratif dan Kooperatif A. Pembeajaran koaboratif B. Pembeajaran kooperatifr Bab 5 Konstruktivisme dan Pembeajaran Aktif Karakteristik konstruktivisme Makna pengetahuan Pandangan tentang pembeajaran Pembeajaran aktif Teknik pengaktivan mahasiswa v

7 Bab 6 Pembeajaran Berbasis Kasus Apakah kasus itu Rancangan kasus Menuis kasus Eemen-eemen kasus Penyampaian kasus kepada mahasiswa Pembeajaran berbasis kasus investigatif Keuntungan Kerugian Bab 7 Pembeajaran Berbasis Keompok Manfaat beajar daam keompok Langkah-angkah impementasi pembeajaran berbasis keompok Prinsip impementasi pembeajaran berbasis keompok Bab 8 Probem Based Learning Definisi PBL Berbagai perubahan yang diperukan daam BBL Keebihan dan kekurangan PBL Perbedaan antara sistem konvensiona dan PBL Perbedaan antara PBL dengan metoda pengajaran-pengajaran ainnya Tantangan daam penyeenggaraan PBL Apikasi PBL Daftar Pustaka vi

8 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM PENDAHULUAN Imu pengetahuan dan teknoogi teah dan terus menerus berkembang dengan pesatnya. Namun demikian di saah satu sektor perkembangan tadi terdapat keambanan daam perubahan, yaitu proses pembeajaran. Metode pembeajaran "I ecture, you isten" masih merupakan ciri khas pendidikan di perguruan tinggi. Pengajar merupakan tokoh sentra dan 80% waktunya digunakan untuk transfer imunya secara konvensiona, sementara itu mahasiswa duduk mendengarkan ceramahnya dengan aktivitas yang minima. Apati dan sikap tidak tertarik terhadap proses pembeajaran merupakan karakteristik mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa memiiki kemampuan konseptuaisasi yang terbatas karena mereka beajar daam stuktur dan pengarahan yang kaku. Mereka tidak dapat "think outside the box". Untuk mengatasi situasi yang demikian ini diperukan perubahan, dari pendidikan tradisiona menjadi sesuatu yang berbeda, yaitu paradigma baru. Strategi nasiona pendidikan tinggi sebagaimana tercantum di daam Higher Education Longterm Strategy meiputi 3 ha pokok, yaitu peningkatan daya saing bangsa, otonomi dan desentraisasi, serta organisasi yang sehat Kebutuhan perubahan paradigma pendidikan di UGM sudah sangat mendesak Asumsi ini didukung oeh hasi tracer study terhadap aumni Universitas Gadjah Mada yang diakukan pada tahun Dari tracer study ini ada dua ha mendasar yang membutuhkan perhatian, iaah " secara umum uusan UGM teah memiiki kompetensi akademik (hard skis) yang memadai karena responden berpendapat bahwa imu dan 1

9 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa ketrampian yang diperoeh seama kuiah sangat berguna untuk menjaankan tugas, meningkatkan karir, dan menjaani hidup daam masyarakat. Namun daam ha kompetensi pendukung (soft skis) ada beberapa ha yang masih harus ditingkatkan yaitu kemampuan berkomunikasi, inisiatif, kreativitas, inovasi, kepemimpinan dan kewirausahaan" "..ditinjau dari reevansi interna, masih terdapat kekukarangan daam ha kemandirian, kreativitas, inovasi, dan kewirausahaan. Dari sisi reevansi eksterna, masih terdapat kekurangan daam ha penguasaan kompetensi pendukung yaitu kemampuan praktis bahasa asing dan kurang berani mengemukakan pendapat karena kurang memiiki kemampuan komunikasi dan rasa percaya diri" Berbagai kekurangan tadi harus segera diatasi dengan tatacara yang eegan dengan arti bahwa perbaikan-perbaikan yang diinginkan dapat diperoeh dengan semangat yang tinggi dan penuh pengertian, serta didasarkan atas kebersamaan dari seuruh civitas academica. RENSTRA UGM tahun butir C.1. (1.3.8) mengamanatkan program pengembangan mutu proses pembeajaran, yaitu meningkatkan kuaitas dan reevansi program studi S-1, S-2, dan S-3 serta terwujudnya paradigma pendidikan berpusat mahasiswa (PBM) atau student-centered earning (SCL). Pembeajaran berpusat mahasiswa merupakan strategi pembeajaran yang menempatkan mahasiswa (pembeajar) sebagai peserta didik aktif dan mandiri, dengan kondisi psikoogik sebagai adut earner, bertanggung jawab sepenuhnya atas pembeajarannya, serta mampu beajar "beyond the cassroom". Dengan prinsip-prinsip ini keak diharapkan para aumni memiiki dan menghayati karakteristik ife-ong earner yang memiiki hard skis dan soft skis yang saing menunjang. Di sisi ain, para pengajar beraih fungsi menjadi fasiitator beajar. Hakekat PBM dapat dibaca pada pointers dan uraian di haaman-haaman berikut. 2

10 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM KONSEP DASAR TENTANG PEMBELAJARAN BERPUSAT MAHASISWA ATAU STUDENT-CENTERED LEARNING (SCL) Konsep dasar tentang pembeajaran berpusat mahasiswa (PBM) peru dipahami dengan sebaik-baiknya karena seuruh jenis PBM didasarkan atas konsep dasar ini. Ha-ha penting yang peru dipahami adaah sebagai berikut: A. Konsep tentang pembeajaran 1. Pembeajaran merupakan proses aktif a. Pembeajar peru berbuat atau mengerjakan sesuatu b. Pembeajar memerukan pengaaman praktik dan mem- bangun makna dari pengaaman yang teah diperoehnya c. Beajar bukan peristiwa menerima pengetahuan secara pasif 2. Pembeajaran memerukan refeksi menta a. Daam pembeajaran terjadi pemikiran tentang hasi aktivitas/ kerja / pengaaman b. Daam membangun makna diperukan refeksi menta dan ha itu terjadi di daam pikiran pembeajar c. Dengan demikian harus terjadi kebersamaan antara pikiran dan "tangan" (aktivitas fisik) 3. Pembeajaran merupakan aktivitas sosia 3

11 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa a. Pembeajaran berhubungan erat dengan eemen sosia ainnya, misanya pusat peayanan umum, petani, pegawai negeri / swasta, poitikus, dan sebagainya b. Pembeajaran harus memperhatikan aspek sosia, terutama diaog dan diskusi keompok c. Apabia pembeajar diisoasi maka mereka akan terkunci di daam ingkungan subyek / materi beajar; ha ini akan merugikan pembeajar, karena mereka tidak mendapat kesempatan untuk menghubungkan atau menerapkan apa yang dipeajari dengan konteks nyata sehari-hari 4. Pembeajaran dibangun atas pengetahuan yang teah dimiiki pembeajar (prior knowedge) a. Pembeajaran berangsung daam situasi yang berhubungan dengan tempat kita berada, orang yang teah kita kena, dan kepercayaan tentang sesuatu yang pernah kita miiki b. Tidak akan terjadi asimiasi pengetahuan baru tanpa didasarkan atas struktur pengetahuan sebeumnya 5. Pembeajaran memerukan waktu a. Pembeajaran memerukan peninjauan kembai gagasan yang sudah ada b. Pembeajaran merupakan produk pemikiran dan pengaaman yang beruang c. Dengan demikian pembeajaran memerukan waktu persiapan, peaksanaan dan refeksi 6. Pembeajaran memerukan motivasi Apabia tidak ada motivasi maka pembeajar tidak akan memiiki keinginan dan tidak akan tertarik untuk beajar; dengan demikian tidak akan ada aktivitas beajar maupun refeksi. 7. Pembeajaran merupakan peningkatan pengetahuan secara kuantitatif; pembeajaran adaah aktivitas untuk memperoeh informasi atau "mengetahui ebih banyak" 4

12 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM 8. Pembeajaran sebagai suatu proses mengingat; pembeajaran merupakan aktivitas menyimpan informasi yang dapat direproduksi 9. Pembeajaran merupakan proses untuk memperoeh fakta, ketrampian, dan metode yang dapat disimpan dan digunakan apabia diperukan 10. Pembeajaran pada hakekatnya membuat dan mengembangkan makna; pembeajaran merupakan aktivitas yang menghubungkan bagian-bagian dari berbagai subyek menjadi sesuatu yang berkaitan dengan dunia nyata. 11. Pembeajaran adaah proses penginterpretasian dan pemahaman kenyataan meaui cara-cara yang berbeda; pembeajaran meibatkan pemahaman dunia nyata dengan cara pengintepretasian kembai pengetahuan yang teah dimiiki peserta didik B. Konsep tentang meaningfu earning (ML) 1. ML bukan merupakan proses pasif atau reseptif meainkan membuat makna meaui proses aktif dan penggunaan pengetahuan daam pemecahan masaah 2. ML meibatkan prior knowedge dan memodifikasi pemahaman konsep awa menjadi pemahaman konsep yang ebih daam, uas, dan maju 3. ML bersifat subyektif dan pribadi; penghayatan pembeajar tentang materi yang dipeajari akan mendorong proses pembeajaran yang ebih efektif 4. ML meiputi pengerjaan tugas atau pemecahan masaah yang menyerupai dunia nyata; tugas yang terbaik adaah tugas yang reevan dengan kebutuhan pembeajar 5. ML bersifat sosia dan berkembang dari interaksi antarpembeajar, dengan cara saing tukar persepsi, informasi, serta kerjasam daam pemecahan masaah 5

13 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa 6. ML merupakan metacognitive-refection 7. ML mendorong terintegrasinya kurikuum; meaui kurikuum terintegrasi ini maka proses pembeajaran dapat dipercepat C. Fiosofi pengajaran: teacher-centered & student-centered approaches Teacher-centered approaches (behaviourism) Setuju: 1. Informasi dapat diberikan kepada sejumah besar mahasiswa daam waktu yang singkat. 2. Pengajar mengendaikan organisasi, materi, dan waktu sepenuhnya. 3. Menyediakan forum bagi pakar untuk mengutarakan pengaamannya. 4. Apabia kuiah diberikan dengan baik maka dapat menimbukan inspirasi dan stimuasi bagi para mahasiswa. 5. Pada umumnya memungkinkan untuk menggunakan metoda assessment secara cepat dan mudah. Tidak setuju: 1. Pengajar / instruktur mengendaikan pengetahuan sepenuhnya. 2. Terjadi komunikasi satu arah. 3. Tidak kondusif untuk terjadinya critica thinking. 4. Mendorong terjadinya pembeajaran secara pasif. 5. Untuk sebagian besar mahasiswa bukan merupakan cara pembeajaran yang optima. Student-centered approaches (constructivism) Setuju: 6

14 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM 1. Menyertakan mahasiswa di daam proses pembeajaran. 2. Mendorong mahasiswa untuk memiiki pengetahuan yang ebih banyak / uas / daam. 3. Menjain mahasiswa dengan kehidupan nyata. 4. Mendorong terjadinya pembeajaran secara aktif. 5. Mendorong terjadinya critica thinking. 6. Mengarahkan mahasiswa untuk mengenai dan menggunakan berbagai macam gaya beajar. 7. Memperhatikan kebutuhan dan atar beakang mahasiswa. 8. Memberi kesempatan untuk pengembangan berbagai strategi assessment. Tidak setuju: 1. Untuk mahasiswa daam jumah besar ebih suit diimpementasikan 2. Ada kemungkinan untuk menggunakan waktu yang ebih banyak 3. Beum tentu efektif untuk seuruh kurikuum 4. Beum tentu sesuai untuk mahasiswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri dan demokratis 7

15 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa D. Perbandingan antara keas tradisiona dan corporation earning center (CLC) Keas tradisiona Corporation earning center (CLC) 1. Berfokus pada pengajar 1. Berfokus pada pembeajar 2. Informasi diorganisasi dan 2. Informasi diperoeh, dievauasi, dikomunikasikan oeh guru diorganisasi dan disebaruaskan oeh peserta didik 3. Peserta didik duduk di bangku dan 3. Peserta didik duduk meingkar bekerja sendiri-sendiri dan bekerja bersama keompok 4. Seorang guru (pengajar) untuk 4. Seorang guru (fasiitator) untuk 1 seuruh keas keompok keci 5. Guru membuat keputusan 5. Guru dan peserta didik merancang aktivitas 6. Aktivitas peserta didik berupa 6. Mendengarkan, berbicara, dan duduk, mencatat, dan tenang presentasi merupakan aktivitas 7. Informasi berasa dari buku teks dan guru 8. Guru bertanggung jawab atas pengeoaan mahasiswa; rasa percaya diri peserta didik rendah utama 7. Informasi berasa dari buku teks, guru, peserta didik, website, komunitas, dan business 8. Peserta didik bertanggung jawab dan mandiri; rasa percaya diri tumbuh dan berkembang 8

16 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM E. Perbandingan antara traditiona teaching dan student-centered, coaborative earning (CL) Traditiona teaching Coaborative earning 1. Suasana berpusat pada guru 1. Suasana berpusat pada peserta didik 2. Kendai ada di tangan guru 2. Peserta didik mengendaikan proses pembeajaran 3. Kekusaan dan tanggung jawab 3. Kekuasan dan tanggung jawab ada terutama ada di tangan guru di peserta didik 4. Pengaaman pembeajaran 4. Pembeajaran bersifat kooperatif, bersifat kompetitif koaboratif, atau independen. (antarpeserta didik) Peserta didik bekerjasama untuk mencapai tujuan pembeajaran, saing memberi / bertukar pikiran. Peserta didik berkompetisi dengan kinerja mereka sebeumnya, bukan dengan temannya 5. Pengetahuan diberikan secara terpisah oeh beberapa guru 6. Isi (materi kuiah) merupakan bagian terpenting 7. Penguasaan materi oeh peserta didik meaui dri dan praktik 8. Guru berperan sebagai nstruktur dan pembuat keputusan 5. Peserta didik dihadapkan pada masaah yang otentik dan terintegrasi 6. Proses beajar dan isi yang dipeajari merupakan dua ha yang penting 7. Peserta didik mengevauasi, membuat keputusan, dan bertanggung jawab atas pembeajaran mereka. Penguasaan materi meaui proses konstruksi 8. Guru berperan sebagai fasiitator dan pembimbing; peserta didik sebagai pembuat keputusan 9. Isi tidak bersifat kontekstua 9. Isi bersifat kontekstua dan reevan 9

17 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa PEMBELAJAR DEWASA Dengan makin majunya imu pengetahuan dan teknoogi, maka pandangan tentang manusia dan kemanusiaan turut berubah. Berdasarkan temuan-temuan di bidang kedokteran dan kesehatan, goongan anak tidak agi terbatas pada usia 12 tahun meainkan sudah "diundur" menjadi 21 tahun. Di Irandia seseorang dianggap dewasa kaau sudah mencapai usia 23 tahun; sementara itu di Amerika Utara batas usia dewasa adaah 25 tahun dan di Inggris batasan usia dewasa adaah 21 tahun. Bagaimana dengan batasan usia dewasa di Indonesia? Periha ini beum ada batasan tegas, baik untuk urusan peayanan kesehatan, pendidikan, dan tenaga kerja. Batas usia 17 tahun tampaknya merupakan batasan yang ebih bersifat emosiona. Namun demikian, setiap peajar yang uus SMA dan kemudian masuk ke Perguruan Tinggi maka yang bersangkutan secara tradisiona teah berhak disebut "saudara" daam percakapan resmi. Di sini, "saudara" berkonotasi dewasa. Situasi psikoogis mahasiswa Ada keinginan kuat untuk dianggap sebagai orang dewasa, bukan kanak-kanak agi Ada kegamangan daam proses pembeajaran: apakah saya dapat beajar dengan baik di perguruan tinggi? Ada kecemasan tentang waktu untuk beajar: apakah cukup waktu untuk beajar? Makin berpengaaman maka mahasiswa makin tahu tentang apa yang diinginkan daam proses pembeajaran 10

18 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM Dengan pengaaman pembeajaran bersama-sama teman maka mahasiswa yang bersangkutan makin senang dengan tantangan: "beriah sesuatu yang dapat saya pergunakan". Haangan daam berpartisipasi beajar di perguruan tinggi Situationa barriers: tanggung jawab di uar kampus, keterbatasan waktu dan biaya. Institutiona barriers: prosedur admisi dan registrasi, tatakaa, jadua kuiah. Dispositiona barriers: rasa takut untuk pergi ke kampus, rasa percaya diri rendah, motivasi rendah. 11

19 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa Mode pembeajaran dewasa : Pedagogi berarti mengajar anak-anak (Yunani: "paid" berarti anak-anak) Andragogi berarti mengajar orang dewasa (Yunani: "aner" berarti orang dewasa) Asumsi mode pedagogi dan andragogi Asusmsi Pedagogi Andragogi Konsep pembeajar Bergantung pada guru Beajar secara madiri (aktif) (pasif) Peran guru Sosok berkuasa Pemandu dan sebagai fasiitator Peran pengetahuan sebeumnya (prior knowedge) Ditambah, bukan sebagai sumber beajar Sebagai sumber yang kaya untuk beajar sendiri dan bagi temannya Kesiapan beajar Orientasi pembeajaran Motivasi Seragam, berdasarkan umur dan kurikuum Berpusat subyek / disipin imu / mata kuiah Penghargaan dan hukuman dari uar ( kredit ) Berkembang dari pengaaman hidup dan masaah nyata masingmasing individu Berpusat tugas atau masaah sesuai dengan kebutuhan nyata Dorongan interna dan keingintahuan yang kuat Motivasi pembeajar dewasa a. Mahasiswa "kesempatan kedua" Ketika muda tidak mempunyai peuang untuk beajar di perguruan tinggi b. Aasan yang berkaitan dengan karier Kemajuan karier: kuaifikasi ebih tinggi untuk posisi yang ebih tinggi pua Perubahan karier:ketrampian baru atau sertifikat untuk memuai karier baru 12

20 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM Pekerja paroh-waktu: kuaifikasi untuk memperoeh posisi tetap/ purna-waktu Memuai suatu karier: perempuan yang ingin bekerja seteah menyeesaikan tugas-tugas kerumahtanggaan c. Aasan yang berkaitan dengan pekerjaan Kursus singkat untuk menambah ketrampian guna memperoeh pekerjaan baru (ketrampian spesifik) Pendidikan profesiona berkeanjutan diperoeh semasa bekerja Kursus singkat dan seminar untuk menjaga mutu profesinya d. Pemenuhan pribadi Pembentukan rasa percaya diri dan pemahaman diri sendiri Ketrampian dasar: bahasa, matematika, transferabe skis Aasan sosia: mencari orang ain yang mempunyai kepentingan sama Pencarian area kepentingan pribadi e. Motivasi kognitif Beajar untuk memuaskan rasa ingin tahu f. Aasan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia Beajar untuk meningkatkan kemampuan meayani sesama manusia Anatomi motivasi beajar a. Motivasi intrinsik Difokuskan pada kebutuhan interna. Orang dewasa beajar tentang apa yang dianggap penting oehnya. Mahasiswa yang teah matang biasanya termotivasi untuk beajar karena menginginkan ketrampian baru atau ingin membuat suatu keputusan. Sikus kehidupan orang dewasa dan tahap perkembangannya berpengaruh terhadap pendekatan beajar dan apa yang diinginkan atau dipeajari. 13

21 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa Apabia ada dorongan untuk mempeajari sesuatu maka orang dewasa akan bekerja keras sehingga mencapai apa yang diinginkannya. Setiap orang termotivasi untuk mengerjakan sesuatu; tidakah mungkin memotivasi orang karena pada dasarnya orang itu sudah mempunyai motivasi; namun demikian adaah ha yang mungkin untuk "mengetuk nurani" orang yang sudah bermotivasi. Kerjakan dan cobaah sebeum kita merasa tertarik. Kita tertarik pada sesuatu yang kita anggap baik. b. Motivasi ekstrinsik Penghargaan dan hukuman dari pihak uar. Mereka mungkin tertarik pada sesuatu yang memberikan kepuasan atau kegembiraan seketika; waktu sekarang ebih penting daripada waktu mendatang. Sebagai mahasiswa, mereka akan ebih senang kepada tugas atau aktivitas keci / ringan dengan penghargaan yang teah disiapkan; untuk tugas "jangka panjang" maka mereka akan mengaami kesuitan.. Untuk mahasiswa dengan motivasi ekstrinsik maka mereka ebih mudah dipengaruhi orang ain. Harapan guru, teman, dan keuarga mempunyai dampak positif kepada keompok mahasiswaseperti ini. Umpan baik positif maupun negatif dapat pua berdampak positif kepada mahasiswa jenis ini. c. Meningkatkan motivasi untuk beajar Pemahaman, reevansi, dan keteribatan. Gaya beajar yang bervariasi dapat memperkuat pemahaman. Pemahaman dapat mengarahkan mahasiswa pada reevansi. Reevansi mengarahkan mahasiswa daam keteribatan pembeajaran. Keteribatan daam pembeajaran merupakan ha yang sangat penting bagi mahasiswa untuk berhasi daam pembe ajarannya. 14

22 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM PEMBELAJARAN KOLABORATIF DAN KOOPERATIF Pembeajaran koaboratif dan kooperatif pada hakekatnya merupakan pembeajaran yang diakukan oeh mahasiswa secara bersama-sama, dengan menggunakan pengetahuan sebeumnya (prior knowedge) dan diaksanakan secara aktif, tak seorang mahasiswa pun yang diam atau daam keadaan pasif. Daam ha ini peru dipahami bahwa kompetisi meningkatkan kinerja, tetapi koaborasi meningkatkan mutu pembeajaran. Pendapat ain menyatakan bahwa koaborasi merupakan antitesis kompetisi individua. A. Pembeajaran koaboratif Pembeajaran koaboratif pada hakekatnya merupakan pengaaman fiosofis pribadi. Di daam keompok diskusi, tiap-tiap individu berperan aktif, saing memberi kontribusi, saing menerima pendapat kawan dengan prasangka baik, saing menghargai kemampuan orang ain. Ditinjau dari sisi fiosofis maka pembeajaran koaboratif ebih menekankan saing berbagi pengaaman dan pendapat, dan bukan merupakan kompetisi di antara pembeajar. Secara teknis, pembeajaran koaboratif merupakan metode instruksi di mana para mahasiswa dari berbagai macam atar beakang bekerjasama daam keompok keci untuk mencapai tujuan pembeajaran secara umum. Para mahasiswa secara bersama-sama bertanggung jawab sepenuhnya atas proses pembeajaran yang mereka aksanakan. Dengan demikian keberhasian seorang mahasiswa akan membantu keberhasian kawannya. 15

23 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa Apabia institusi akan menyeenggarakan pembeajaran koaboratif maka angkah-angkah berikut harus dijeaskan kepada seuruh mahasiswa: a. Tugas akademik (pencapaian tujuan pembeajaran) harus dijeaskan secara rinci. b. Seteah itu, struktur pembeajaran koaboratif dijeaskan kepada para mahasiswa. c. Kemudian kepada para mahasiswa dibagikan kertas instruksi yang berisi eemen-eemen proses koaboratif. d. Sebagai bagian dari instruksi, para mahasiswa didorong untuk mendiskusikan (memberi aasan) "mengapa anda berpikir demikian, berpendapat seperti itu"; penjeasan didasarkan atas pemahaman atau keyakinan yang dimiikinya, berdasarkan pengaaman pembeajaran sebeumnya. e. Para mahasiswa juga diminta untuk mendengarkan penjeasan atau uraian kawannya secara sungguh-sungguh, kemudian didorong untuk memberi komentar atas pendapat / penjeasan kawannya secara kritis. f. Pengaaman menunjukkan bukti bahwa diskusi dapat didominasi oeh mahasiswa yang bersuara paing keras atau anggota keompok yang berbicara berkepanjangan. g. Dengan demikian, "azas keadian" untuk berbicara / memberi kontribusi atau gagasan peru diperhatikan.. h. Hasi dari diskusi adaah "daftar pendapat atau gagasan" yang diterima oeh seuruh anggota keompok. Daftar tersebut kemudian dirangkum daam suatu kaimat efektif yang mencerminkan teah tercapainya tugas akademik yang diberikan kepada keompok tadi. i. "Daftar pendapat atau gagasan" dapat dibedakan menjadi "daftar inti" (sesuai dengan tugas akademik atau tujuan pembeajaran yang dikehendaki) dan "daftar tambahan" sebagai tambahan pemahaman yang berkaitan dengan "daftar inti" yang memperkaya pemahaman para mahasiswa. Hasi 16

24 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM pembeajaran koaboratif merupakan bentuk baru, bangunan pemahaman baru, atau makna baru yang dikembangkan dari pengetahuan sebeumnya dan pokok bahasan (trigger, skenario) yang didiskusikan oeh para mahasiswa. j. Hasi pembeajaran koaboratif bia dipertajam ke arah tujuan pembeajaran yang ebih spesifik akan memberi gambaran proses pembeajaran kooperatif. Koaborasi dan mutu pembeajaran Di daam pendekatan tradisiona dipercaya bahwa apabia mutu ditingkatkan maka biaya atau ongkos produksi dengan sendirinya akan naik pua. Sebaiknya, dengan menggunakan koaborasi maka mutu akan ditingkatkan tanpa harus menaikkan ongkos produksi, atau maahan ongkos produksi secara simutan akan turun. Kunci untuk pembeajaran bermutu adaah memaksimakan partisipasi mahasiswa di daam interaksi. Di daam proses interaksi maka para mahasiswa secara bersama-sama akan berpikir, bertukar pikiran, atau beradu pendapat. B. Pembeajaran kooperatif Di daam pembeajaran kooperatif, keompok yang efektif akan menghasikan pengetahuan baru dengan mutu yang ebih baik, kontekstua, dan reevan bia dibandingkan dengan pembeajaran individua atau independen; sementara itu pada saat yang sama setiap anggota keompok menunjukkan sikap positif, teguh pada pendiriannya tetapi tetap daam kerangka kerjasama, saing menghargai. 1. Eemen-eemen daam pembeajaran kooperatif a. Anggota keompok harus berbagi pengetahuan daam saing ketergantungan secara positif Tujuan pembeajaran secara umum. Ancar-ancar umum pada hasi akhir diskusi. 17

25 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa Sumber yang bersifat umum. Pemahaman umum dari setiap anggota keompok. b. Setiap anggota keompok harus saing kerjasama Saing membantu secara efisien dan efektif. Saing tukar informasi dan bahan penting. Memberi umpan baik untuk memperbaiki kinerja yang akan datang. Meminta penjeasan kritis tentang kesimpuan dan aasannya kepada kawan. Mempromosikan tujuan pembeajaran keompok. c. Anggota keompok harus mempunyai rasa tanggung jawab dan tanggung gugat. Bertanggung jawab atas apa yang di sampaikan daam kerja keompok. Menunjukkan penguasaan terhadap materi yang dihasikan keompok. d. Anggota keompok harus trampi daam kerjasama keompok Berkomunikasi secara cermat dan jeas. Saing menerima dan mendukung. Menyeesaikan masaah secara konstruktif. e. Keompok harus mengevauasi proses diskusinya Sering mengevauasi kinerja keompok dan kemudian memperbaikinya. Mempertahankan hubungan dan kerjasama yang baik. Menciptakan ketrampian kooperatif. Ada kepastian bahwa setiap anggota keompok menerima umpan baik. Mendorong anggota untuk berpikir apakah keompok teah berfungsi baik. 18

26 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM 2. Tantangan daam pembeajaran kooperatif a. The Free-rider effect: anggota keompok yang tidak mempunyai motivasi menunjukkan partisipasi minima, sekedar mengikuti aktivitas keompok tanpa memberi kontribusi, tetapi berpengharapan besar untuk memperoeh "keuntungan" dari hasi akhir keompok. b. The Sucker-effect: anggota keompok yang mempunyai motivasi justru menoak untuk berpartisipasi ebih banyak daripada apa yang teah diberikan / ditunjukkan, ada kecenderungan untuk memperoeh keuntungan yang ebih banyak dengan sikap seperti itu. c. The Rich-get-richer: anggota keompok dengan kemampuan dan motivasi tinggi mengambi aih peran kunci untuk kepentingan diri sendiri; dia akan memperoeh keuntungan yang terbesar dari proses diskusi. 3. Pertanyaan kunci daam pembeajaran kooperatif (K, W, L) a. Apa yang anda ketahui tentang pokok bahasan yang sedang didiskusikan? (Know) b. Apa yang ingin anda ketahui daam diskusi itu? (Want to know) c. Apa yang teah anda peajari sehubungan dengan diskusi itu? (Learnt) 19

27 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa KONSTRUKTIVISME DAN PEMBELAJARAN AKTIF Gagasan dasar tentang konstruktivisme adaah bahwa pengetahuan harus dibangun dan dikembangkan oeh pembeajar, bukan disampaikan oeh dosen begitu saja. Ha ini sesuai dengan pepatah yang menyatakan bahwa "sumur harus menghasikan airnya sendiri". Sejaan dengan berkembangnya paham konstruktivisme daam bidang pendidikan maka teknoogi berkembang dengan pesatnya. Sehubungan dengan kemajuan teknoogi, tersedianya perangkat komputer untuk pendidikan tinggi harus disertai dengan peningkatan pemahaman para dosen tentang pembeajaran dan pengajaran. Kemajuan teknoogi tidak dapat menggantikan seuruh peran tatap muka antara dosen dan mahasiswa. Konstruktivisme memerukan interaksi angsung antara mahasiswa dan dosen sebagai fasiitator. Karakteristik konstruktivisme Konstruktivisme adaah suatu teori tentang pengetahuan yang berakar di fiosofi, psikoogi dan cybernetics. Sehubungan dengan pengembangan ingkungan pembeajaran maka karakteristik konstruktivisme meiputi ha-ha sebagai berikut: Institusi menciptakan ingkungan nyata untuk pembeajaran yang reevan. Pembeajaran difokuskan pada pendekatan reaistik untuk pemecahan masaah nyata. Dosen berfungsi sebagai instruktur, peatih, dan penganaisis strategi yang digunakan untuk memecahkan masaah. 20

28 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM Penekanan pembeajaran pada keterkaitan konseptua, menyediakan berbagai macam contoh atau perspektif isi pembeajaran. Sasaran dan tujuan pembeajaran harus disesuaikan dengan keadaan, bukannya ditetapkan begitu saja. Evauasi harus dikontro secara interna sebagai aat anaisis diri. Institusi menyediakan instrumen dan ingkungan untuk membantu para mahasiswa menginterpretasikan berbagai perspektif yang ada di dunia ini. Pembeajaran harus sepenuhnya dikendaikan secara interna dan dimediasi oeh pembeajar. Dipandang dari perspektif ain, maka karakteristik pembeajaran konstruktivis adaah sebagai berikut: Kepada para mahasiswa disajikan berbagai macam perspektif dan berbagai contoh konsep serta isi pembeajaran, untuk dipeajari dan dipahami. Sasaran dan tujuan pembeajaran dimuncukan dari para mahasiswa, atau para mahasiswa bersama dosen atau sistem. Dosen berperan sebagai pemandu, pemantau, peatih, tutor, dan fasiitator. Aktivitas, peuang, aat, dan ingkungan disediakan untuk mendorong proses metakognisi, anaisis diri, pengaturan diri, refeksi, dan kesadaran diri. Para mahasiswa berperan sentra daam ha memediasi dan mengendaikan pembeajaran. Situasi pembeajaran, ingkungan, ketrampian, isi dan tugas bersifat reevan, reaistik, otentik, dan mewakii kompeksitas aam dari dunia nyata. 21

29 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa Sumber data primer digunakan untuk memastikkan keotentikan dan kompeksitas dunia nyata. Pengetahuan itu dibangun, bukannya direproduksi. Pembangunan pengetahuan terjadi di daam konteks individua dan meaaui negosiasi sosia, koaborasi, dan pengaaman. Pengetahuan, keyakinan, dan sikap yang dimiiki para mahasiswa peru dipertimbangkan daam proses pembangunan pengetahuan. Pemecahan masaah, ketrampian berpikir kritis, dan pendaaman pemahaman memperoeh penekanan di daam konstruktivisme. Kesaahan atau kekeiruan yang ada merupakan peuang bagi para mahasiswa untuk meninjau kembai pengetahuan mereka. Para pembeajar diberi peuang untuk beajar secara terprogram, sesuai dengan urutan kompeksitas tugas-tugas, ketrampian, dan penguasaan pengetahuan. Kompeksitas pengetahuan direfeksikan daam penekanan keterkaitan konseptua dan pembeajaran antardisipin. Pembeajaran koaboratif dan kooperatif sangat sesuai bagi para mahasiswa untuk mencari dan menemukan aternatif. Para mahasiswa memperoeh fasiitas untuk mengerjakan tugas yang di uar batas kemampuan mereka. Peniaian bersifat otentik dan terjain di daam proses pembeajaran. Makna pengetahuan Di daam konstruktisvisme, para pembeajar peru memahami makna pengetahuan sehingga mereka dapat membangun pengetahuan baru secara rasiona dan kontekstua sehingga hasinya akan bermanfaat bagi 22

30 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM mereka. Makna pengetahuan yang peru dipahami adaah sebagai berikut: Pengetahuan adaah suatu interaksi antara subyek dan obyek. Pengetahuan adaah suatu konstruksi yang terjadi meaui proses yang berangsung terus-menerus, tersusun atas hasi tukarmenukar antara pikiran dan obyek. Pengetahuan bukanah suatu sainan kenyataan meainkan suatu penyusunan uang atas konsep tentang subyek. Dengan demikian konstruksi pengetahuan merupakan proses dinamis yang memerukan partisipasi aktif para pembeajar. Impikasi konstruktivisme terhadap pembeajaran aktif adaah sebagai berikut: pembeajar bertanggung jawab sepenuhnya atas pembeajaran mereka, dan guru bertanggung jawab untuk menciptakan pembeajaran yang efektif. Pandangan tentang pembeajaran Pembeajar bukanah "suatu wadah pengetahuan", dia menciptakan pembeajarannya secara aktif dan unik. Beajar merupakan kegiatan membuat makna bagi masingmasing individu, dengan cara membuat poa, hubungan, dan keterkaitan antarsubyek. Setiap mahasiswa beajar sepanjang waktu, apakah dengan dosen atau tanpa dosen. Pengaaman angsung akan menajamkan pemahaman individua. Pembeajaran akan berangsung dengan sebaik-baiknya daam konteks "penyajian masaah". Tanpa stimuasi maka pembeajaran memerukan refeksi. Pembeajaran akan berangsung dengan sebaik-baiknya apabia daam suasana interaksi yang menyenangkan dan memperoeh dukungan dosen dan keuarga. 23

31 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa Pembeajaran aktif Pembeajaran aktif berangsung ketika para mahasiswa diberi kesempatan untuk ebih berinteraksi dengan teman periha pokok bahasan yang sedang dihadapinya, mengembangkan pengetahuan dan bukan sekedar menerima informasi. Di daam suasana pembeajaran aktif maka dosen bertindak sebagai fasiitator, bukan mendikte para mahasiswa. Secara operasiona, pembeajaran aktif dapat didefinisikan sebagai berikut: "Suatu aktivitas instruksiona yang meibatkan para mahasiswa di daam mengerjakan berbagai ha dan berpikir tentang apa yang sedang mereka kerjakan". Ha-ha penting yang dapat ddipetik dari hakekat pembeajaran aktif adaah sebagai berikut: Pembeajaran merupakan proses aktif; pembeajar membangun pengetahuannya dengan cara membuat hubungan makna antara konsep baru yang diperoehnya dengan pengetahuan yang teah dimiikinya. Partisipasi aktif menguatkan pembeajaran, tanpa menghiraukan ingkungan pembeajaran. Pembeajaran aktif memerukan "upaya inteektua, anaisis, sintesis, dan evauasi", serta meningkatkan kemampuan mahasiswa daam ha asimiasi dan apikasi pengetahuan. Dengan berbicara dan menuis maka mahasiswa akan mengkarifikasi, mempertahankan, mengembangkan, dan menjeaskan pikirannya dan mengkomunikasikan buah pikirannya kepada orang ain. Penggunaan studi kasus, probem-based earning, main peran, community service earning, dan aktivitas apangan ainnya membantu para mahasisa untuk menghubungkan materi akademik dengan dunia nyata. Sasaran pembeajaran aktif adaah pengembangan ketrampian berpikir, bukan pemindahkan informasi. 24

32 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM Para mahasiswa mempunyai cara beajar yang berbeda; tidak semua mahasiswa beajar seperti hanya dosen beajar. Mahasiswa beajar, bukan mengerjakan sesuatu. Teknik pengaktivan mahasiswa Think-pair-share Teknik ini merupakan aktivitas sederhana yang dapat diseenggarakan di setiap keas. Mahasiswa diberi kesempatan untuk berpikir tentang suatu topik, didiskusikan dengan teman duduk terdekatnya, dan kemudian hasinya dibertitahukan kepada teman-teman ainnya. Minute papers Teknik ini memberi kesempatan kepada para mahasiswa untuk membuat sintesis pengetahuan mereka dan kemudian mengajukan pertanyaan yang tak terjawab. Para mahasiswa memperoeh kesempatan seama beberapa menit pada akhir keas untuk menjawab pertanyaanpertanyaan tertuis: "Ha paing penting apa yang teah anda peajari hari ini?", " Pertanyaan apa yang masih beum terjawab?" Writing activities of many kinds Teknik ini memberi peuang kepada para mahasiswa untuk berpikir tentang proses informasi. Sebagai contoh, dosen memberi pertanyaan dan mahasiswa diberi waktu untuk menjawab (menuis) pertanyaan tadi secara bebas. Dosen juga dapat memberi waktu kepada para mahasiswa untuk menuis topik tertentu. Brainstorming Teknik sederhana ini dapat meibatkan seuruh keas daam suatu diskusi. Kepada para mahasiswa diberi topik atau masaah, dan kemudian mereka diminta untuk memberi tanggapan dan dosen menuis tangapantanggapan para mahsiswa di papan tuis. 25

33 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa Games Teknik ini berhubungan dengan subyek dan mudah untuk dikenakan di daam keas untuk mendorong partisipasi mahasiswa daam pembeajaran aktif. Games dapat berupa saing mencocokkan, misteri, kompetisi, teka-teki, gambar dan sebagainya. Debates Teknik ini merupakan aat yang efektif untuk mendorong para mahasiswa agar berpikir tentang berbagai sisi suatu pokok bahasan. Group works Teknik ini memberi kesempatan kepada setiap mahasiswa untuk berbicara, berbagi pandangan pribadi, dan mengembangkan ketrampian kerja dengan temannya. Kerja keompok kooperatif memerukan beberapa anggota untuk bekerja bersama, guna menyeesaikan tugas yang teah diterimanya. Keas dibagi menjadi keompok-keompok yang beraggotakan 2-5 orang, Tiap keompok diberi artike untuk dibaca, kemudian setiap mahasiswa mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan, berbagi informasi, dan sebagainya. Case studies Teknik ini menggunakan cerita nyata yang terjadi di komunitas, keuarga, sekoah, atau pada diri pribadi, untuk mendorong para mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan seuruh keas dengan pengetahuan tentang situasi dunia sesungguhnya. 26

34 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM PEMBELAJARAN BERBASIS KASUS Pembeajaran berbasis kasus (case-based earning) muai dikenakan di pendidikan tinggi hukum pada akhir tahun 1800-an. Pembeajaran jenis ini kemudian dikenakan pua di sekoah tinggi ekonomi pada awa tahun 1900-an. Latar beakang akademik pembeajaran berbasis kasus adaah mendekatkan jarak antara mahasiswa dengan dunia nyata yang akan dijumpainya, di mana mahasiswa bertindak seaku subyek pembeajaran aktif. Dengan demikian kepada mahasiswa peru disediakan kasus yang merupakan simuasi bagi mahasiswa untuk meatih diri sebagai profesiona yang sesungguhnya. 27

35 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa Apakah kasus itu? Menurut Barnes et a., (1994), kasus adaah "an account of events that seem to incude enough intriguing decision points and provocative undercurrents to make a discussion group want to think and argue about them". Daam ha ini, kasus dapat berupa kejadian yang sebenarnya, dan dapat pua tidak bersifat seperti itu. Beberapa eemen pokok yang peru diperhatikan daam struktur kasus adaah karakter, situasi, dan diema yang tercantum atau tergambarkan di daam "cerita" harus mendorong terjadinya diskusi yang bermakna bagi pembeajaran. Kasus yang kompeks dan kaya akan informasi menggambarkan kejadian yang membuka kemungkinan untuk muncunya berbagai macam interpretasi. Ha seperti ini akan mendorong mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan daripada menjawab pertanyaan, merangsang mahasiswa untuk memecahkan masaah, membentuk kecerdasan bersama dan mengembangkan berbagai macam perspektif. Rancangan kasus Pertama kai piihah suatu topik yang menarik, sesuai dengan semester yang sedang diaui. Untuk memiih topik peru disediakan berbagai aternatif agar topik yang disajikan kepada mahasiswa benar-benar mendorong proses pembeajaran berpusat mahasiswa. Sesudah penentuan topik maka ha-ha di bawah ini peru diperhatikan: Rancangan didaktik Tujuan pembeajaran apa saja yang terkandung di daam kasus, misanya pemahaman pengetahuan, pengaaman yang sesungguhnya, atau kemampuan profesiona? Rancangan tugas Situasi seperti apa yang akan dimasuki / diaami oeh para mahasiswa, misanya tugas rutin dengan struktur yang jeas atau tidak jeas yang memerukan penaaran atau kreativitas? 28

36 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM Rancangan kurikuum Apakah kasus yang disajikan merupakan metode pengajaran tungga atau merupakan tambahan bagi metode ainnya? Menuis kasus Pertama kai kumpukan data yang ada, kemudian disusutkan sesuai dengan tujuan pembeajaran yang sedang dirancang, dan akhirnya piihah data yang paing sesuai dengan proses pembeajaran yang sedang berjaan. Daam ha ini peru dperhatikan bahwa data yang ada benarbenar mewakii kasus yang akan disajikan. Kemudian data dikeompokkan menjadi bagian-bagian keci sehingga mahasiswa akan mencermatinya secara ebih sungguh-sungguh daripada kaau data disajikan daam satu keompok yang ebih besar. Data dapat bersifat berebihan dan kontradiktif. Eemen-eemen kasus Cerita tentang kejadian sesungguhnya. Difokuskan pada ha yang menarik perhatian. Cerita diambi dari rentang waktu 5 tahun. Ada karakter sentra. Diperboehkan dengan kutipan. Reevan dengan pembaca. Harus memiiki kegunaan pendidikan. Mendorong muncunya konfik. Mendorong dibuatnya keputusan. Bersifat umum. Dikemas daam cerita pendek. 29

37 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa Penyampaian kasus kepada mahasiswa Ada dua metode utama, iaah dengan teknoogi dan tanpa teknoogi. Apabia penyampaian kasus dengan menggunakan teknoogi ( misanya komputer, e-earning) maka sistem ini dapat berisi informasi kasus yang meningkatkan kemungkinan interaksi mahasiswa dengan data, misanya mengumpukan data, menyisihkan data, menata data, mengritik, dan sebagainya. Apabia penyampaian kasus tanpa menggunakan teknoogi (yang canggih) maka kasus dapat disampaikan secara sederhana di daam keas (tertuis pada seheai kertas, ditayangkan meaui proyektor), kemudian didiskusikan secara ora di daam keas. Dosen seyogyanya tidak hanya menguasai isi kasus, tetapi juga menguasai proses diskusi. Dosen harus menyiapkan garis besar tentang konsep dan subkonsep yang akan didiskusikan oeh para mahasiswa. Daftar pertanyaan utama dapat membantu proses diskusi. Prosedur untuk meniai usaha / kinerja mahasiswaq harus disiapkan secara spesifik. Pembeajaran berbasis kasus investigatif Pembeajaran mode ini merupakan varian probem-based earning yang mendorong para mahasiswa untuk mengembangkan pertanyaanpertanyaan yang dapat dieksporasi ebih jauh dengan pendekatan penaaran investigatif. Para mahasiswa kemudian mengumpukan data dan informasi untuk menguji hipotesis mereka. Mereka menghasikan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk perbandingan. Para mahasiswa menggunakan berbagai macam cara dan sumber, termasuk aboratorium tradisiona dan teknik apangan, perangkat unak simuasi dan mode, seperangkat data, internet, dan sumber informasi ainnya. Untuk kepentingan pembeajaran seperti ini maka kasus dapat diambi dari situasi reaistik di mana penaaran imiah dapat diterapkan. Di daam pembeajaran seperti in para mahasiswa dapat beajar untuk: Menentukan dan mengeoa informasi. 30

38 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM Mengembangkan jawaban yang beraasan terhadap pertanyaan yang ada. Menggunakan strategi dan metode pencarian informasi imiah. Menyiapkan dukungan terhadap kesimpuan yang akan diambi. Bekerja berdasar kemampuan pembuatan keputusan. Di daam pembeajaran berbasis kasus terdapat kegiatan pengajuan masaah, pemecahan masaah, dan menumbuhkan saing percaya di antara para mahasiswa. Keuntungan Pembeajaran berbasis kasus bersifat kontekstua dan "asei", memanfaatkan tenaga ahi daam bidangnya sehingga para mahasiswa dapat beajar ayaknya sebagai tenaga profesiona. Pembeajaran seperti ini meuaskan wawasan imiah para mahasiswa, mendorong para mahasiswa untuk berani berwacana, berdiskusi, dan berdebat dengan temannya. Kerugian Pembeajaran berbasis kasus dapat memerukan waktu ebih banyak untuk merancang dan mengembangkan kasus yang bemutu, terutama kasus-kasus yang menyangkut teknoogi dan mutimedia. Pembeajaran jenis ini juga memerukan ebih banyak sumber beajar agar para mahasiswa mampu memahami kasus dengan sebaik-baiknya. 31

39 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa PEMBELAJARAN BERBASIS KELOMPOK Konsep tentang beajar daam keompok didasarkan atas pendapat bahwa keompok keci mahasiswa (5-7 orang) dapat menjadi keompok beajar yang efektif apabia kesatuan keompok dipeihara secara efektif dan aktivitas beajarnya mempertegas makna upaya keompok. Manfaat beajar daam keompok Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mendaami materi beajar. Memberi dukungan akademik dan socia kepada mahasiswa. Meningkatkan ketrampian koaboratif dan proses keompok. Langkah-angkah impementasi pembeajaran berbasis keompok 1. Identifikasi tujuan dan sasaran utama proses pembeajaran. Apa tujuan beajar minima yang harus dicapai mahasiswa? Bagaimanakah para mahasiswa menggunakan konsep pembeajaran? Apakah konsep pembeajaran itu bermakna dan reevan untuk mahasiswa? 2. Isi pembeajaran dibagi / ditata menjadi beberapa bagian yang mudah dikeoa 32

40 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM Berdasarkan tema besar. Dibagi daam 4-7 modu / semester. 3. Dikembangkan aktivitas beajar keompok yang akan: Meningkatkan pemahaman tentang isi pembeajaran. o Aktivitas ini tidak dapat dirancang secara sederhana di mana para mahasiswa hanya menguang informasi dari hasi membaca dsb, dengan sedikit atau tanpa proses pengambian keputusan. Meningkatkan keterpaduan keompok untuk keberhasian pengembangan keompok beajar. o Aktivitas ini tidak dapat dikembangkan secara kompeks sehingga mahasiswa cenderung untuk membagi dan menyeesaikan tugas secara individua / independen.. 4. Menciptakan berbagai peuang bagi mahasiswa untuk beajar dan menggunakan pengetahuan dari setiap modu. Membaca, uji diri, kuiah, proyek, aktivitas. 5. Peniaian dan pemeringkatan Formatif, sumatif, atau keduanya? Keteribatan mahasiswa di daam proses pengambian keputusan dapat meningkatkan daya partisipasi daam pendidikan. Ha-ha berikut peru dipertimbangkan: kinerja individua, kinerja dan kontribusi keompok daam keberhasian keompok untuk kepentingan pengukuran secara goba. 6. Sosiaisasikan dan komunikasikan kepada mahasiswa Jeaskanah aasan pendekatan pembeajaran yang sedang diakukan; ha ini akan membantu mahasiswa untuk memahami mengapa institusi menggunakan pendekatan ini yang berbeda dengan apa yang sementara ini teah diakukan oeh para mahasiswa. 33

41 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa Bicaraah tentang pemeringkatan dan cobaah untuk mengurangi perhatian terhadap pemeringkatan atau niai. Ikut sertanya mahasiswa daam penentuan skema pemeringkatkan akan membantu mahasiswa untuk memahami ha ini. Informasi kepada khaayak tentang keompok akan bermanfaat untuk menghiangkan kesan negatif tentang pemiihan anggota keompok. 7. Kembangkan suasana saing ketergantungan dan hubungan timba baik di daam keompok; ha ini akan mendorong terjadinya norma keompok secara positif. Prinsip impementasi pembeajaran berbasis keompok Pengembangan dan manajemen keompok. o Narasumber disebar ke seuruh keompok. o Besar dan keragaman keompok peru dipertimbangkan. o Keompok memerukan ha-ha yang bersifat permanen agar keompok dapat meakukan tugas-tugasnya. Tanggung gugat mahasiswa o Untuk persiapan individua sebeum masuk keompok. o Untuk kontribusi individua kepada keompok. o Kerjakan ha-ha tersebut meaui kesiapan assessment process, peer assessment, product assessment & grading system. Tugas-tugas yang memerukan perhatianun untuk memudahkan pengembangan pembeajaran dan keompok o Interaksi keompok yang sesungguhnya. o Membuat keputusan dan aporan. 34

42 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM o Tidak dapat dirancang terau sederhana (tanpa keputusan, membuat daftar) atau terau kompeks ( mahasiswa membagi tugas-tugas). Mahasiswa memerukan umpan baik (sering dan segera) o Kesiapan process assessment. o Product assessment. 35

43 Pembeajaran Berpusat Mahasiswa PROBLEM BASED LEARNING Diihat dari perspektif yang menyeuruh, probem based earning (PBL) merupakan cara yang efektif untuk menyeenggarakan pembeajaran secara koheren dan terintegrasi, serta memberi berbagai keuntungan dan niai ebih bagi mahasiswa bia dibandingkan metode pengajaran tradisiona. PBL didasarkan atas prinsip adut earning theory, termasuk memotivasi dan mendorong mahasiswa untuk menyusun dan menetapkan tujuan beajar, serta memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berperan daam pengambian keputusan yang berdampak pada proses pembeajaran mereka. Bukti menunjukkan bahwa pembeajaran aktif (active earning) ebih memuaskan daripada transfer informasi secara pasif dari dosen kepada mahasiswa. Di samping itu, pembeajaran aktif meningkatkan retensi dan reca. PBL menekankan pembeajaran berpusat mahasiswa (studentcentered earning) di mana para mahasiswa ditantang untuk menguji, mencari, menyeidiki, merefeksikan, memahami makna, dan memahami imu daam konteks yang reevan dengan profesi mereka di masa mendatang. Diskusi tentang masaah tertentu di daam keompok keci (eaborasi) mengembangkan keterkaitan gagasan dan konsep serta membantu perkembangan kerjasama (bukan kompetisi!). Definisi PBL PBL adaah suatu metoda pembeajaran di mana mahasiswa sejak awa dihadapkan pada suatu masaah, kemudian diikuti oeh proses pencarian informasi yang bersifat student-centered. Baik isi maupun proses 36

44 Pusat Pengembangan Pendidikan UGM pembeajaran sangat ditekankan daam PBL. Seama 30 tahun terakhir muncu banyak varian PBL namun demikian eemen pokok PBL tidak mengaami perubahan. Di daam PBL dikena adanya conceptua fog yang bersifat umum, mencakup kombinasi antara metoda pendidikan dan fiosofi kurikuum. Ha ini mempunyai impikasi penting yang meiputi evauasi, peneitian, dan perbandingan program. Dari aspek fiosofi, PBL dipusatkan pada mahasiswa yang dihadapkan pada suatu masaah; sementara itu pada subject based earning dosen menyampaikan pengetahuannya kepada mahasiswa sebeum menggunakan masaah untuk memberi iustrasi pengetahuan tadi. PBL bertujuan agar mahasiswa mampu memperoeh dan membentuk pengetahuannya secara efisien, kontekstua, dan terintegrasi. Metode pembeajaran pokok daam PBL berupa beajar daam keompok keci, dengan sistem tutoria. Pada umumnya PBL dipahami sebagai suatu strategi instruksiona di mana mahasiswa mengidentifikasi pokok bahasan yang terdapat di daam masaah yang spesifik. Pokok bahasan tersebut membantu dan mendorong mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman tentang berbagai konsep yang mendasari masaah tadi serta prinsip pengetahuan ainnya yang reevan. Fokus bahasan biasanya berupa masaah (tertuis) yang meiputi fenomena yang memerukan penjeasan. Kegiatan untuk memperoeh pengetahuan dan pemahaman baru meaui pembahasan masaah tadi dikena sebagai "probem first earning". Berbagai perubahan yang diperukan daam PBL Kurikuum Kurikuum PBL berbeda dengan kurikuum konvensiona. Kurikuum PBL bersifat sentra, tidak agi departementa. Perbedaan pokok teretak pada aspek integrasi disipin imu, struktur unit dominan, dan ciri-ciri tiap disipin imu (Tabe-1). 37

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan:

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja: Peatihan dan Penghargaan Sub Pokok Bahasan Pengertian Peatihan Proses pembeajaran dan pengembangan individu Jenis-jenis peatihan karyawan Manfaat peatihan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja MANAJEMEN KINERJA Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja sebagai proses manajemen Preses manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:19) mencakup suatu proses peaksanaan kinerja dan bagaimana

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks Umpan Baik POKOK BAHASAN Umpan Baik Pengertian dan penerapan Umpan Baik 360 derajat Kriteria dan keberhasian Umpan Baik 360 derajat Keebihan dan keemahan Umpan Baik

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN AGRIBISNIS TERNAK RUMINANSIA. Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) A B C D E

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN AGRIBISNIS TERNAK RUMINANSIA. Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) A B C D E KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN AGRIBISNIS TERNAK RUMINANSIA Kompeten Kompetensi Guru Mata Peajaran 1 Pedagogik Menguasai karakteristik Memahami karakteristik peserta peserta didik dari aspek fisik,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus B Jaan Airangga 4 Surabaya 60286 Tep. 01-50642, 506584 Fax. 01-5026288 Website: http://www.fe.unair.ac.id E-mai: fe@unair.ac.id, info@fe.unair.ac.id Nomor : 125/UN.4/PPd/Dept/Ak/201

Lebih terperinci

Nomor : 361/UN.3.1.4/PPd/ Maret 2015 Lampiran : 1 (satu) eksemplar : Penyebaran Informasi Beasiswa S2 STAR

Nomor : 361/UN.3.1.4/PPd/ Maret 2015 Lampiran : 1 (satu) eksemplar : Penyebaran Informasi Beasiswa S2 STAR UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus B Jaan Airangga 4 Surabaya 60286 Tep. 01-50642, 506584 Fax. 01-5026288 Website: http://www.fe.unair.ac.id E-mai: fe@unair.ac.id, info@fe.unair.ac.id Nomor : 61/UN..1.4/PPd/2015

Lebih terperinci

Selanjutnya rancangan perkuliahan setiap pertemuan adalah sebagai berikut: Jenis Tugas TR CBR CJR MR RI PJCT M K M K M K M K M K M K T P L

Selanjutnya rancangan perkuliahan setiap pertemuan adalah sebagai berikut: Jenis Tugas TR CBR CJR MR RI PJCT M K M K M K M K M K M K T P L Seanjutnya rancangan perkuiahan setiap pertemuan adaah sebagai berikut: Pert. Ke Aktivitas Perkuiahan Softski yang Diharapkan 1 Learning Contract - - - - - - - - - - - - Ketekunan Kedisipinan 1 Dosen membagikan

Lebih terperinci

ALTERNATIVE ASSESMENT. (Penilaian Alternatif) LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ALTERNATIVE ASSESMENT. (Penilaian Alternatif) LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ALTERNATIVE ASSESMENT (Peniaian Aternatif) LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 1 BENTUK UJIAN Tuis In cass Take home Achievement Aptitude Course-based Non course based

Lebih terperinci

guru dan berperan aktif memotivasi

guru dan berperan aktif memotivasi Jurnq miah Guru "COPE", No. 0/Tahun V/Pebruari 2004 PERANAN PERSATUAN GURU REPUBLK NDONESA (PGR) DALAM UPAYA PENNGKATAN PROFESONALSME GURU oeh: Tri Murwaningsih *) Abstrak Masaah tenaga pendidikan di ndonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3. Teknik Peneitian Peneitian dengan metode perbandingan eksperimenta berisikan kegiatan yang direncanakan dan diaksanakan oeh peneiti, maka dapat diperoeh bukti-bukti yang

Lebih terperinci

Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta

Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta KURIKULUM TERPADU Pusat Pengembangan Pendidikan UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta C Hak Cipta Diindungi Undang-Undang Diarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian isi atau seuruh buku dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang negative atau mengancam (Towsent alih bahasa,daulima,1998). tidak dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995).

BAB II TINJAUAN TEORI. yang negative atau mengancam (Towsent alih bahasa,daulima,1998). tidak dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995). 1 6 BAB II TINJAUAN TEORI A Pengertian Isoasi sosia merupakan kondisi kesendirian yang diaami oeh individu dan diterima sebagai ketentuan orang ain sebagai suatu keadaan yang negative atau mengancam (Towsent

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Peneitian Lokasi peneitian ini diaksanakan di Museum Konperensi Asia Afrika berokasi di Gedung Merdeka, jaan Asia Afrika No. 65 Bandung, Keurahan Braga,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN

MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN BUKU PEGANGAN BAGI PELATIH 1 Hak Cipta Kantor Perburuhan Internasiona 2002 Pertama terbit tahun 2002 Pubikasi Kantor Perburuhan Internasiona diindungi

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, FOURIER Oktober 2014, Vo. 3, No. 2, 98 116 PENYELESAIAN MATCHING GRAF DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN DAN PENERAPANNYA PADA PENEMPATAN KARYAWAN DI SUATU PERUSAHAAN Auia Rahman 1, Muchammad Abrori 2,

Lebih terperinci

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Buetin Imiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 05, No. (206), ha 53-60. ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Amanah Fitria, Neva Satyahadewi,

Lebih terperinci

Manajemen Operasional KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI

Manajemen Operasional KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI Manajemen Operasiona KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id Sub Pokok bahasan pertemuan ke-2 Formuasi strategi Prioritas bersaing Peran operasi daam strategi

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA Daam pertemuan pekan ini pokok bahasan kita adaah penerapan manajemen kinerja di perusahaan, dampaknya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Basis Data Langkah pertama daam membangun apikasi adaah meakukan instaasi apikasi server yaitu menggunakan SQLite manager yang di insta pada browser Mozia Firefox.

Lebih terperinci

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG SNIPTEK 2016 ISBN: 978-602-72850-3-3 RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG Indah Puspitorini AMIK BSI Bekasi J. Raya

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja

Manajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja Manajemen Kinerja Pertemuan ke-ima Pokok Bahasan: Peniaian Kinerja Manajemen Kinerja, 2 sks CHAPTER 5 PENILAIAN KINERJA 1 Pokok Bahasan: Pengertian peniaian kinerja Proses peniaian kinerja Faktor-faktor

Lebih terperinci

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari] Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011 PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT UNIT LAYANAN PENGADAAN Jaan Sutan Syahrir Nomor 02 No. Tep. (0532) 23759 Pangkaan Bun 74112 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 26 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD Konferensi Nasiona Imu osia & Teknoogi (KNiT) Maret 016, pp. 56~6 ANIMAI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK IWA D 56 Desy Yekti A 1, Nani Purwati 1 AMIK BI Yogyakarta e-mai: mbesesek@gmai.com,

Lebih terperinci

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA Prayekti, Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Prayekti FKIP-Universitas Terbuka, emai: prayekti@mai.ut.ac.id

Lebih terperinci

HANDOUT PERKULIAHAN. Kode Mata Kuliah : LB 461 Jumlah SKS : 2 Semester : Genap (6) Kelompok Mata Kuliah

HANDOUT PERKULIAHAN. Kode Mata Kuliah : LB 461 Jumlah SKS : 2 Semester : Genap (6) Kelompok Mata Kuliah HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat

Lebih terperinci

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda.

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda. KONTROL AIR FUEL RATIO PADA SPARK IGNITION ENGINE SISTEM EFI SEKUENSIAL MENGGUNAKAN KONTROL FUZZY ADAPTIF DAPAT MENEKAN BEAYA OPERASIONAL KENDARAAN Abdu Hamid, Ari Santoso Jurusan Teknik Eektro-FTI ITS

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JIEM Vo.1 No. 2, Oktober 216 E-ISSN: 2541-39, ISSN Paper: 253-143 PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Dimas Primadian N,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anaisis aktor Menurut Hair, et a. (995) anaisis faktor adaah sebuah nama umum yang diberikan kepada sebuah keas dari metode statistika mutivariat yang tujuan utamanya adaah menentukan

Lebih terperinci

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok A. Yudi Eka Risano 1, Indra Mamad Gandidi 2 1,2 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakutas Teknik Universitas Lampung J. Prof. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8 Jurna Akademis dan Gagasan tetika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Haan 1 hingga 8 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA POWERPOINT DAN BAGAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI

Lebih terperinci

PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

PENYUSUNAN TUGAS AKHIR POB PENYUSUNAN TUGAS AKHIR NO. POB TGL PEMBUATAN 24 JANUARI 2016 TGL. REVISI TGL. EFEKTIF 30 JANUARI 2016 DISAHKAN OLEH KETUA JURUSAN TEKNIK MESIN, UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI. [Type the document subtitle] LKjIP TAHUN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG

LAPORAN KINERJA INSTANSI. [Type the document subtitle] LKjIP TAHUN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG LAPORAN KINERJA INSTANSI [Type the document subtite] LKjIP TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG 201 6 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Aah

Lebih terperinci

MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 PRASETYANINGRUM

MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 PRASETYANINGRUM MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 IRA PRASETYANINGRUM PENDEKATAN KEPUTUSAN KELOMPOK Metoda Dephi Peniaian keompok, diakukan sharing dipandu moderator Masaah Daftar Anggota Ahi Masaah disampaikan ke

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI DINAMIKA INFORMATIKA Vo.6 No. 1, Maret 2014 ISSN 2085-3343 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI Teguh Khristianto, Bayu Surarso,

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH STMEWA YOGYAKARTA PDATO GUBERNUR DAERAH STMEWA YOGYAKARTA PENGHANTARAN NOTA KEUANGAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 207 PADA RAPAT PARPURNA DEWAN PERWAKLAN

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BERKUNJUNG TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Batu Night Spectacular)

PENGARUH MOTIVASI BERKUNJUNG TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Batu Night Spectacular) PENGARUH MOTIVASI BERKUNJUNG TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Batu Night Spectacular) Zainab Aminatul Ummah Sunarti Edriana Pangestuti Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISS: 2460-6464 Mode Matematika Cadangan Premi Asuransi Kesehatan Perawatan Rumah Sakit Menggunakan Metode Prospektif Mathematica Modes of Cacuation of The Heath Insurance Premium Backup

Lebih terperinci

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Pertemuan Ketiga Komponen Sistem Informasi Geografis Data dan Informasi.. Data menjadi Informasi Data Pemrosesan, Pengoahan, Konversi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING Diana Puspita Sari, Arfan Backtiar, Heny Puspasri Industria Engineering Department, Diponegoro University Emai

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 ISSN : 2527 5917, Vo.3 Impementasi Pendidikan Karakter dan IPTEK untuk Generasi Mienia Indonesia daam Menuju SDGs 2030 KAJIAN DINAMIKA FLUIDA PADA ALIRAN AIR TERJUN TUJUH BIDADARI KABUPATEN JEMBER BERBASIS

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SASARAN KERJA PEGAWAI JABATAN FUNGSIONAL PRANATA HUMAS

PEDOMAN PENYUSUNAN SASARAN KERJA PEGAWAI JABATAN FUNGSIONAL PRANATA HUMAS PEDOMAN PENYUSUNAN SASARAN KERJA PEGAWAI JABATAN FUNGSIONAL PRANATA HUMAS DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 7 KATA PENGANTAR Kementerian Komunikasi

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL Adhe Afriani 1*, Hasriati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 37 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneitian Peneitian ini menggunakan pendekatan manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh service exceence terhadap kepuasan konsumen. Adapun yang

Lebih terperinci

Penyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada

Penyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada Penyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada Lima Pilar Utama RPKPS: 1. Materi lebih didekatkan pada persoalan nyata 2. Integrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci

Sebuah catatan proses Participatory Rural Appraisal (PRA) di Dusun Cisarua, Desa Cipeuteuy, Sukabumi, Jawa Barat Juni 2003

Sebuah catatan proses Participatory Rural Appraisal (PRA) di Dusun Cisarua, Desa Cipeuteuy, Sukabumi, Jawa Barat Juni 2003 Sebuah catatan proses Participatory Rura Appraisa (PRA) di Dusun Cisarua, Desa Cipeuteuy, Sukabumi, Jawa Barat 14 23 Juni 2003 diterbitkan oeh: Yayasan Pedui Konservasi Aam Indonesia, 2005 Pengantar Cataan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN TOILET TRAININGPADA BATASAN USIA - TAHUN DI DUSUN II DESA KARANG RAHAYU KECAMATAN KARANG BAHAGIA KABUPATEN BEKASI TAHUN 6 Apriina Sartika ABSTRAK Toiet

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DROP PUSH UPS

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DROP PUSH UPS JURNAL SKRIPSI PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DROP PUSH UPS DAN PUSH UPWITH CLAP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT LENGAN PADA MAHASISWA PUTRA PEMBINAAN PRESTASI PENCAK SILAT JPOK FKIP UNS TAHUN 04 SKRIPSI

Lebih terperinci

R DAFTAR ISI. Kata Pengantar...i. Daftar Isi... ii. A. Banjir, Penyebab dan Dampaknya B. Masalah Kesehatan C. Upaya Sebelum Banjir...

R DAFTAR ISI. Kata Pengantar...i. Daftar Isi... ii. A. Banjir, Penyebab dan Dampaknya B. Masalah Kesehatan C. Upaya Sebelum Banjir... P uji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena dengan perkenannya booket Penangguangan Masaah Kesehatan akibat Bencana Banjir bagi pengeoa tingkat Kabupaten/Kota ini dapat seesai pada waktunya.

Lebih terperinci

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran mengajar terlebih dahulu membuat desain atau perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan rencana pelaksanaan

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan sekaligus berhak mendapatkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH Rusdianto 1, Syarifa Ajrinah 2, Arinda Wahyuni 3, Edward Syarif 4 1,2,3) Pascasarjana Arsitektur, Fatas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada peserta didik telah diterapkan pada perguruan tinggi di dunia termasuk di Indonesia. Berbagai model telah banyak

Lebih terperinci

P e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING. Self-directed learning: batasan. Self-directed learning (1)

P e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING. Self-directed learning: batasan. Self-directed learning (1) P e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING Harsono Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Belajar: Melibatkan ketrampilan dan perilaku Bukan sekedar menerima informasi dari

Lebih terperinci

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TABEL MORTALITAS Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TUJUAN Mahasiswa diharapkan mampu: 1. Memahami tabe mortaitas 2. Menjeaskan hubungan antara ajur-ajur tabe mortaitas

Lebih terperinci

Guru memiliki beban dan tanggung jawab

Guru memiliki beban dan tanggung jawab TANTANGAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU DALAM RANGKA MEMBELAJARKAN MATEMATIKA DI ABAD KE-21 DAN MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK Abdur Rahman As ari Dosen pada Program Studi S2 dan S3 Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perkembangan yang dialami oleh seseorang agar dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

Outline. Pengertian Dasar Arsitektur Tugas Data Mining Contoh Penggunaan Data Mining

Outline. Pengertian Dasar Arsitektur Tugas Data Mining Contoh Penggunaan Data Mining Outine Pengertian Dasar Arsitektur Tugas Data Mining Contoh Penggunaan Data Mining Latar Beakang 3 Mengapa harus Data Mining? Definisi Data Mining Pengertian Yang Saah Imu Data Mining Arsitektur Data Mining

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa manusia tidak mungkin dapat berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 31 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah hal yang sangat dibutuhkan bagi

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SD Negeri 5 Penengahan, Jl. Dr Sutopo No. 18, Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung.

Lebih terperinci

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI KEITN BELJ 2. LNSN TEOI JEMBTN WHETSTONE aam kegiatan beajar anda teah mempeajari pengukuran hgambatan dengan menggunakan ohmmeter dan menggunakan ampermeter dan votmeter dengan metoda amper-vot-meter

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja. Pokok Bahasan: Ruang Lingkup dan Dasar-dasar Manajemen Kinerja

Manajemen Kinerja. Pokok Bahasan: Ruang Lingkup dan Dasar-dasar Manajemen Kinerja Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Ruang Lingkup dan Dasar-dasar Manajemen Kinerja Manajemen Kinerja 2 sks TUESDAY, SEPTEMBER 20, 4EA05 G132 1 Kontrak Perkuiahan Ø Ø Ø Dosen Pengampu : Putri Irene Kanny

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk menunjang peaksanaan peneitian ini diakukan tinjauan pustaka mengenai tinjauan studi yang berisi peneitian-peneitian terkait dengan pengenaan kuaitas buah, median fitering,

Lebih terperinci

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Definisi/Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di sekolah yang menginginkan pembelajaran yang bisa menumbuhkan semangat siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan aktif dalam pembangunan negara. Untuk mengimbangi pembangunan di perlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia di SMA adalah siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra, dengan tujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profil Tempat Penelitian Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMP Negeri 3 Bayat yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat,

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses pada dasarnya membimbing siswa menuju pada tahap kedewasaan, dengan melalui program pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah,

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (PTK Kelas VIII A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Ajaran 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai hasil dari sesuatu yang dilihat, diketahui atau didengar. Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan

Lebih terperinci

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak ANALISIS FOURIER Kusnanto Mukti W./ M0209031 Jurusan Fisika Fakutas MIPA Universitas Sebeas Maret Abstrak Anaisis fourier adaah cara matematis untuk menentukan frekuensi dan ampitudo harmonik. Percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang aktif dan kondusif dan proses belajar mengajar yang dapat berlangsung sesuai dengan

Lebih terperinci

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304,

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304, PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE SILIH TANYA PADA MATERI POKOK LINGKARAN Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) 8296427, 8290009 Ps. 304, 0318297677 email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered

Lebih terperinci