JURNAL BPPK. ISSN Volume 9 Nomor 2, 2016, halaman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL BPPK. ISSN Volume 9 Nomor 2, 2016, halaman"

Transkripsi

1

2 JURNAL BPPK ISSN Volume 9 Nomo 2, 2016, halaman Junal BPPK meupakan publikasi ilmiah yang beisi tulisan yang diangkat dai hasil penelitian, pengembangan, kajian, dan pemikian di bidang ekonomi dan keuangan negaa Tebit petama kali tahun 2010 dengan masa tebit sekali setahun kemudian menambah masa tebit pada tahun 2011 ditebitkan dua kali setahun hingga saat ini, pada bulan Juni dan Desembe Atikel yang ditebitkan dalam Junal BPPK telah melalui poses evaluasi dan penyuntingan oleh Dewan Redaksi, Mita Bestai dan Anggota Staf Editoial Junal BPPK tebuka untuk umum, paktisi, peneliti, pegawai, dan pemehati masalah ekonomi dan keuangan negaa STAF EDITORIAL Penanggung Jawab Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Ketua Dewan Redaksi Seketais Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Dewan Redaksi D Robeto Akyuwen, STP, SE, MSi Yoopi Abimanyu, SE, MA, PhD D Agung Budi Laksono, SE, MM Mita Bestai D Akhmad Makhfatih, MA Pof D Samsuba Saleh, MSocSc Heu Subiyantoo, PhD Pof I Noe Azam Achsani MSc, PhD Redaktu Rahmadi Muwanto, Ak, MAcc, MBA, PhD Edito Ahli Bey Aifianto Widodo Edito Pelaksana Nu Etauni Phesona Elok Billyananda Touan Toto Agung Basuki Seketaiat Adhitya Wia Witanta Najjahul Imtihan Pambudi Gawe Bangun Canggih Wicaa Puta Albet Tisija Sie Mutmaenah BW ALAMAT SEKRETARIAT JURNAL BPPK: Bagian Oganisasi dan Tata Laksana, Seketaiat Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementeian Keuangan Republik Indonesia Gedung B Soegito Sastomidjojo, Lantai 4, Jl Punawaman Nomo 99 Kebayoan Bau, Jakata Selatan 12110; Telp (021) et253, ; Faksimili (021) , ; webpage: wwwbppkdepkeugoid; junalbppk@gmailcom

3 JURNAL BPPK Volume 9, Nomo 2, 2016 DAFTAR ISI ANALISIS KAPASITAS FISKAL TUJUH DAERAH PROVINSI BARU (ANALYSIS OF FISCAL CAPACITY ON NEW SEVEN PROVINCIES) Juli Panglima Saagih ANALISIS MENGENAI LUBANG-LUBANG KORUPSI DI SEKTOR BEA DAN CUKAI Afin, Aif Nugaha FENOMENA FLYPAPER EFFECT PADA PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH FUNGSI PENDIDIKAN DI INDONESIA Yolanda Wilda Atati & Ribut Nuul Ti Wahyuni KAJIAN PERHITUNGAN DANA PENSIUN MENGGUNAKAN ACCRUED BENEFIT COST PENGARUH INFLASI TERHADAP IMPOR DAN EKSPOR DI PROVINSI RIAU DAN KEPULAUAN RIAU MENGGUNAKAN GENERALIZED SPATIO TIME SERIES a, Wawan Sugiyato b, Gustiza Eda c, Eie Sadewo d PERAN BELANJA PEMERINTAH DAN HUMAN CAPITAL TERHADAP PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA Shofwatun Hasna PERTUMBUHAN INKLUSIF DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA Azwa ii Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2, 2016

4

5 Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2, 2016, Halaman BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA JURNAL BPPK KAJIAN PERHITUNGAN DANA PENSIUN MENGGUNAKAN ACCRUED BENEFIT COST Depatment of Statistics, Univesitas Diponegoo, Semaang ezzyekocaaka@gmailcom INFO ARTIKEL SEJARAH ARTIKEL Diteima Petama 5 Septembe 2016 Dinyatakan Dapat Dimuat 18 Novembe 2016 KATA KUNCI: Dana, Pensiun, Accued, Benefit, Cost ABSTRAK This study aims to (i) Conduct studies and issue civil sevants pension fund in Indonesia (ii) Getting a geat value of pension benefits and the pesent value of pension benefits, (iii) Obtain a plan temination liability and the value of actuaial liabilities (iv) Obtain nomal tuition fees in the defined benefit pension plan and to eplain and illustate the suchage on funding defined benefit pension plan Based on this analysis it can be concluded that the calculation of pension funds based on the age of employees is cuently appointed as civil sevants (y), Age of employees (), limits the etiement age of employees (), full-time of employee (t), The emaining peiod of the employment (), and a stating salay of employees can be using the concept Accued Benefit Cost The govenment needs to do a eview of employee pension payment system should be given attention to the value of the inteest ate, lage pension benefits, the value of pension benefits, the value of liabilities temination plan and to conside inteest ates that do not buden the state budget (APBN) Penelitian ini betujuan untuk: (i) Melakukan kajian tehadap pemasalahan dana pensiun pegawai negei sipil (PNS) di Indonesia (ii) Melakukan pehitungan nilai besa manfaat pensiun dan nilai sekaang manfaat pensiun (iii) Melakukan pehitungan dan mendapatkan nilai kewajiban penghentian encana dan nilai kewajiban aktuaia (iv) Melakukan pehitungan dan mendapatkan biaya iuan nomal dalam pogam pensiun manfaat pasti dan menjelaskan seta membeikan ilustasi mengenai biaya tambahan pada pendanaan pogam pensiun manfaat pasti Bedasakan analisis tesebut dapat disimpulkan bahwa pehitungan dana pensiun bedasakan Usia pegawai saat diangkat menjadi PNS (y),usia pegawai saat pehitungan dilakukan (),Batas usia pensiun pegawai (),Masa keja pegawai (t), Sisa masa keja pegawai (-), dan Gaji awal pegawai dapat dilakukan dengan menggunakan konsep Accued Benefit Cost Pemeintah pelu dilakukan peninjauan kembali system pembayaan pensiun pegawai mengingat haus dipehatikannya nilai suku bunga, besa manfaat pension, nilai manfaat pensiun, nilai kewajiban penghentian encana dan mempetimbangkan suku bunga aga tidak membebani APBN 1 PENDAHULUAN 11 Lata Belakang Menuut data BKN pada tahun 2014 tecatat sebanyak 4,455,303 oang dan angka ini akan teus meningkat Pesepsi yang tumbuh di Indonesia adalah masyaakat sangat ingin menjadi abdi negaa atau pegawai negei sipil kaena tedapat fasilitas dana pensiun sebagai hak dai pegawai negei sipil ataupun abdi negaa Dalam menentukan besa dana pensiun dibutuhkan suatu kebijakan dan tanspaasi dana yang jelas Pemasalahan yang tejadi sekaang adalah banyaknya jumlah PNS di pusat, povinsi, maupun di kabupaten dan kota Angka PNS yang tidak kompeten menyebabkan kuang poduktifnya kineja pemeintah Selain itu juga akan menambah beban anggaan belanja pegawai pemeintah Pada tahun 2016 tecatat APBN Indonesia sebesa 1822,5 (dalam tiliun upiah (Supayitno,A 2015) menjelaskan bahwa Kuangnya tanspaansi dalam pelapoan penyelenggaaan pogam pensiun banyak disooti banyak pihak teutama Bank Dunia Kuangnya komitmen dan kejelasan dalam pelaksanaan metode pembiayaan pensiun dan implementasi pogam pensiun, menjadikan beban pembiayaan pensiun yang ditanggung pemeintah semakin membengkak Junal BPPK, Volume 9 Nomo 1,

6 Kepala Bank Dunia dibidang Ekonomi Phillip Okeefe 1 menyebutkan bahwa Indonesia haus meefomasi sistem pensiun sebelum negaa itu mulai menghadapi masalah populasi yang membeludak sejumlah negaa yang telah diefomasi sistem pensiun meeka dengan mengalokasikan sejumlah dana dai masing-masing kayawan gaji yang akan digunakan untuk mendukung biaya ekonomi lebih dai 65 tahun Apabila sistem pensiun tidak diefomasi, beban demogafi akan memaksa pemeintah untuk mengalokasikan dukungan anggaan besa untuk oang tua, teutama dalam biaya peawatan kesehatan Indonesia sebaiknya mengadopsi sistem diikuti oleh Vietnam, Thailand dan Mongolia yang memiliki skema pensiun yang lebih sistematis dan efektif Skema ini juga mencakup pekeja di sekto infomal sistem upah di Indonesia adalah bebanding luus dengan usia pekeja tetapi dianggap fomulasi efektif Sebuah sistem upah yang dibangun di sekita senioitas, yang beati semakin lama seoang kayawan bekeja, semakin dia mendapatkan, juga meupakan fomulasi tidak elevan kaena kineja cendeung menuun seiing dengan usia (Polackova, 1998) mengemukakan pemeintah di bebagai negaa sekaang ini menghadapi peningkatan isiko fiskal dan ketidakpastian yang lebih tinggi dibandingkan dengan peiode-peiode sebelumnya Pemasalahan pensiun PNS di Indonesia temasuk dalam sumbe esiko fiskal eksplisit yang pasti dan besanya beban yang haus ditanggung mengakibatkan uang fiskal yang tesedia untuk pembangunan infastuktu menjadi bekuang dan menjadi beban kontinjensi bagi pemeintah kaena pada akhinya pemeintahlah yang haus memenuhi pembayaan pensiun tesebut Umu dan poduktivitas manusia memiliki batas dan tidak selamanya seseoang dapat teus bekeja, mengabdi ataupun menghasilkan kaya Pada suatu saat seseoang akan behenti dai pekejaan tesebut dan mengalami fase pensiun untuk menikmati sisa masa tuanya Masa pensiun adalah masa yang iskan dimana kebutuhan teus saja haus dipenuhi namun dalam sisi pendapatan akan bekuang Pensiun, sampai saat ini, dianggap sebagai ungkapan teimakasih Individu-individu melayani aja dan negaa meeka sepanjang kesehatan meeka memungkinkan Bila kesehatan membuuk, negaa menyediakan pensiun bagi meeka Kesejahteaan Pegawai Negei Sipil (PNS) diatu dalam dasa hukum 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomo 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomo 43 Tahun Keputusan Pesiden Republik Indonesia Nomo 56 tahun 1974 tentang pembagian,penggunaan, caa pemotongan, penyetoan dan besanya iuan-iuan yang 1 dipungut dai pegawai negei, pejabat negaa, dan peneima pensiun Usaha kesejahteaan pegawai negei sipil meliputi pogam : 1 Pensiun dan hai tua 2 Asuansi kesehatan 3 Tabungan peumahan, dan 4 Asuansi pendidikan puta puti Pegawai Negei Sipil Peatuan Pemeintah (PP) Nomo 45 Tahun 2015 menjelaskan tentang Penyelenggaaan Pogam Jaminan Pensiun Peatuan Pemeintah (PP) tesebut disusun untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (8) dan Pasal 42 ayat (2) Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Bedasakan Peatuan Pemeintah (PP) tesebut Pogam Jaminan Pensiun tedii atas: a Pekeja yang bekeja pada Pembei Keja penyelenggaa negaa; b Pekeja yang bekeja pada Pembei Keja selain penyelenggaa negaa Pada pasal 3 ayat (1,2) Peatuan Pemeintah (PP) Kepesetaan pada pogam Jaminan Pensiun mulai belaku sejak Pekeja tedafta dan Iuan petama telah dibayakan dan diseto oleh Pembei Keja selain penyelenggaa negaa kepada BPJS Ketenagakejaan, yang dibuktikan dengan adanya tanda bukti pembayaan dai BPJS Ketenagakejaan Dapat dipehatikan bahwa kepesetaan Jaminan Pensiun akan beakhi apabila peseta a Meninggal dunia b Mencapai Usia Pensiun dan meneima akumulasi Iuan beseta hasil pengembangannya secaa sekaligus Pada Pasal 6 PP Nomo 45 Tahun 2015 menyebutkan bahwa Dalam hal Pekeja belum tedafta pada BPJS Ketenagakejaan, Pembei Keja selain penyelenggaa negaa wajib betanggung jawab pada Pekejanya dengan membeikan Manfaat Pensiun sesuai dengan ketentuan dalam Peatuan Pemeintah ini Dalam UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakejaan tidak mengatu kapan saatnya pensiun dan beapa Batas Usia Pensiun (BUP) untuk pekeja sekto swasta Dalam pasal 167 ayat 1 UU Ketenagakejaan disebutkan bahwa salah satu alasan pemutusan hubungan keja (PHK) adalah kaena pekeja telah memasuki usia pensiun Akan tetapi tidak diatu secaa jelas dan tegas pada usia beapa batas usia pensiun belaku Ketentuan mengenai batas usia pensiun ditetapkan dalam Pejanjian Keja (PK), Peatuan Peusahaan (PP)/ Pejanjian Keja Besama (PKB) atau Peatuan Peundangan yang bekaitan dengan masa pensiun menuut Pasal 154 huuf c UU Ketenagakejaan Penentuan mengenai batas usia pensiun biasanya meujuk pada kebiasaan yang belaku dalam peusahaan, atau bepedoman pada bebeapa UU yang mengatu hak-hak yang bekaitan dengan masa pensiun, sepeti UU Jamsostek, UU Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

7 mengenai Dana Pensiun atau UU Kepegawaian seta UU mengenai pofesi tetentu Contohnya pada pasal 14 ayat 1 UU No3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Keja menyebutkan bahwa Jaminan Hai Tua (JHT) dibayakan kepada tenaga yang telah mencapai usia 55 tahun Ketentuan tesebut meupakan saat timbulnya hak atas JHT yang dapat dianalogikan sebagai saat mencapai batas usia pensiun Sama halnya dengan UU No 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun yang menyebutkan bahwa hak atas manfaat pensiun dengan catatan batas usia pensiun nomal adalah 55 tahun dan batas usia pensiun wajib maksimum 60 tahun Lagi-lagi ketentuan tesebut dianalogikan sebagai batas usia pensiun bagi pekeja Ada bebeapa peatuan peundang-undangan yang mengatu batas usia pensiun, antaa lain batas usia pensiun pada jabatan sepeti guu, dosen, dan pegawai negei/pejabat Negaa: PNS, Hakim, Tentaa/Polisi Beikut adalah batas usia pensiun bagi bebagai jenis pekejaan beseta dasa hukum/uu yang mengatunya Tabel 1 Dasa Hukum Batas Usia Pensiun No Nama Jabatan/ Golongan Batas Usia Pensiun (BUP) Dasa Hukum 1 PNS Umum 58 Pasal 3 ayat 2 PP No 32 Th 1979 tentang Pembehentian Pegawai Negei Sipil, yang diubah menjadi UU ASN dalam pasal 87 ayat (1) huuf C dan pasal 90 2 Ahli Peneliti dan Peneliti 65 Pasal 1 PP No 65 tahun Guu Besa/ 70 Pofesso UU no12 Tahun Dosen 65 5 Guu 60 Pasal 40 ayat 4 UU No4 tahun 2005 tentang Guu dan Dosen 6 POLRI 58 Pasal 30 ayat 2 UU No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian POLRI dengan 7 60 Negaa Republik Indonesia keahlian khusus 8 Pewia TNI 58 9 Bintaa dan Tantama 53 Pasal 75 UU No 34 tahun 2004 tentang Tentaa Nasional Indonesia 10 Jaksa 62 Pasal 12 UU No 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia 11 Eselon I dalam jabatan Suktual Eselon II dalam jabatan Stuktual 60 UU no5 Tahun 2014Suat Kepala BKN : K26-30/V7-3/99 13 Eselon I dlm jabatan stategis Pengawas Sekolah 60 PP no 21 tahun Hakim Mahkamah Pelayaan Jabatan lain yang PP no44 Tahun ditentukan Pesiden PP no19 tahun Pekeja/ Buuh Bedasakan PK, PP, PKB Pasal 154 UU No 13 tentang Tenaga Keja Pogam pensiun adalah pogam yang mengupayakan benefit pensiun bagi pesetanya, melalui system pengumpulan dan pengelolaan dana yang disebut dengan sistem pendanaan pensiun System pendanaan suatu pogam pensiun memungkinkan tebentuknya akumulasi dana yang dibutuhkan untuk memelihatan kesinambungan penghasilan peseta pogam pada hai tua Keyakinan adanya kesinambungan penghasilan menimbulkan ketentaman keja yang dapat meningkatkan motivasi pegawai untuk bekeja lebih poduktif Peencanaan pensiun meupakan suatu pogam jangka panjang yang memadukan isiko dan tabungan yang dikaitkan dengan caa pengelolaan kesejahteaan kayawan dan keluaganya pada saat pensiun Panjang yang memadukan antaa isiko dan tabungan yang dikaitkan dengan caa pengelolaan kesejahteaan kayawan dan keluaganya pada saat pensiunplan befungsi untuk Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

8 menyediakan pensiunbebagai kemungkinan pensiun dapat tejadi pada pegawai yang masih aktif, diantaanya pensiun kaena meninggal,cacat, pensiun dini ataupun pensiun nomal Pinsip pendanaan pensiun adalah tecapainya kesetimbangan antaa apa yang akan dikeluakan oleh peusahaan pengelola dana pensiun dengan adanya klaim dai peseta pogam pensiun Hal ini diatikan bahwa besanya iuan yang dibayakan peseta haus menutupi seluuh manfaat pada saat pensiun sampai peseta tesebut meninggal dunia Salah satu bentuk pehatian pemeintah tehadap PNS dibentuklah PTTASPEN (Peseo) PT TASPEN (Peseo) atau Tabungan dan Asuansi Pensiun adalah Badan Usaha Milik Negaa Indonesia yang begeak di bidang asuansi tabungan hai tua dan dana pensiun Pegawai Negei Sipil TASPEN adalah singkatan dai Dana Tabungan dan Asuansi Pegawai Negei Peusahaan ini dibentuk sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomo 11 Tahun 1969 tentang "Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai", yang selanjutnya juga memfasilitasi Undang-undang Republik Indonesia Nomo 11 Tahun 1992 tentang "Dana Pensiun", seta Undang-undang Republik Indonesia Nomo 40 Tahun 2004 tentang "Sistem Jaminan Sosial Nasional" Menuut (Winklevoss dan Howed E,1993) dalam menentukan besaan dana pensiun tedapat bebeapa asumsi yaitu : a Penuunan populasi b Suku bunga c Gaji (Winklevoss dan Howed E,1993) mengasumsikan skala gaji uang dikaitkan dengan kenaikan gaji bedasakan tahun ini dengan tahun sebelumnya Selain begantung pada masa keja tehadap fakto lain yang bepangu pada gaji PNS yaitu, kepangkatan PNS pada saat itu Kenaikan pangkat PNS diatu pada UU No12 Tahun 2002 pasal Kenaikan pangkat egule dapat dibeikan setingkat lebih tinggi apabila : a sekuang-kuangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat teakhi; dan b setiap unsu penilaian pestasi keja sekuang-kuangnya benilai baik dalam 2 (dua) tahun teakhi Dengan adanya kontibusi gaji dalam pehitungan pendanaan pensiun maka dipelukan umusan untuk mengestimasi gaji di masa yang akan datang Gaji PNS sangat begantung kepada kepangkatan atau golongannya Makin tinggi pangkat atau golongan seoang PNS maka gaji yang akan dipeolehnya akan semakin besa Selama ini kebijakan penentuan nomal cost yang diteapkan PT TASPEN tidak secaa jelas mempetimbangkan pangkat teakhi seseoang ketika memasuki usia pensiun Akibat dai hal ini adalah jumlah iuan yang dibayakan oleh seoang pegawai bisa menjadi tidak sesuai dengan benefit yang akan diteimanya ketika pensiun kaena pehitungan benefit yang akan diteima sehausnya didasakan kepada pediksi pangkat teakhi dai oang tesebut Pebedaan antaa jumlah iuan dan manfaat yang akan diteima tentu bisa menyebabkan potensi keugian bagi PT TASPEN Oleh kaena itu kepangkatan pelu dilibatkan dalam poses pehitungan nomal cost untuk menyeimbangkan jumlah iuan dan benefit yang akan diteima sehingga tidak ada pihak yang mengalami keugian Pada penelitian ini akan dikaji kecendeungan tesebut dan tingkat suku bunga juga pelu dipehatikan dalam pehitungan pendanaan pensiun Pehitungan besaan aktuaia biasanya didasakan pada asumsi tingkat suku bunga konstan Hal ini tentu tidak sesuai pada kenyataan yang tejadi kaena tingkat suku bunga begeak secaa fluktuatif Metode ACCRUED BENEFIT COST dihaapkan mampu untuk mengkaji kecendeungan tesebut 12 Rumusan Masalah Bedasakan lata belakang masalah di atas, masalah penelitian ini adalah kajian pehitungan dana pensiun dengan mempetimbangkan aspek suku bunga Peneliti menggunakan Metode Accued benefit cost untuk menghitung pembiayaan pogam pensiun Dalam pehitungan ini dapat diketahui besa biaya tambahan yang akan dibayakan kepada peneima dana pension dengan melibatkan Usia pegawai saat diangkat menjadi PNS (y),usia pegawai saat pehitungan dilakukan (),Batas usia pensiun pegawai (),,Masa keja pegawai (t), Sisa masa keja pegawai (-), dan Gaji awal pegawai dapat dilakukan dengan menggunakan konsep Accued Benefit Cost 13 Tujuan Penelitian Bedasakan pemasalahan yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1 Menginvestigasi isiko pengelolaan dana pension PNS di Indonesia 2 Menguji efektifitas Accued benefit cost dalam menghitung besaan manfaat pension PNS 3 Mendapatkan nilai besa manfaat pensiun dan nilai sekaang manfaat pensiun 4 Mendapatkan nilai kewajiban penghentian encana dan nilai kewajiban aktuaia 5 Mendapatkan biaya iuan nomal dalam pogam pensiun manfaat pasti dan menjelaskan seta membeikan ilustasi mengenai biaya tambahan pada pendanaan pogam pensiun manfaat pasti 2 KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA Pensiun adalah suatu kondisi dimana seseoang tidak lagi bekeja dikaenakan selesainya masa tugas Ada banyak caa untuk mempesiapkan kesinambungan penghasilan di hai tua, salah satunya adalah dengan mengikuti pogam pensiun Pogam pensiun meupakan suatu pogam yang diselenggaakan oleh pembei keja (pemeintah atau peusahaan) untuk menyediakan jaminan hai tua dan sebagai penghagaan atas jasa-jasa yang telah dibeikan Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

9 kayawan selama betahun-tahun bekeja di peusahaan, yang beupa pembayaan setiap bulan setelah kayawan/pegawai yang besangkutan pensiun (Tunggal, 1995) Pogam pensiun dalam Penyataan Standa Akutansi Keuangan (PSAK) No 18 dibedakan menjadi dua, yaitu: 1 Pogam Pensiun Iuan Pasti (PPIP) Pogam Pensiun Iuan Pasti (PPIP) adalah pogam pensiun yang iuannya ditetapkan dalam peatuan dana pensiun dan seluuh iuan seta hasil pengembangannya dibukukan pada ekening masingmasing peseta sebagai manfaat pensiun 2 Pogam Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) Pogam Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) adalah pogam pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peatuan dana pensiun atau pogam lain yang bukan meupakan Pogam Pensiun Iuan Pasti (PPIP) Menuut Undang-Undang Nomo 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, manfaat pensiun adalah pembayaan bekala yang dibayakan kepada peseta pada saat dan dengan caa yang telah ditetapkan dalam peatuan dana pensiun Tunggal (1995) mengemukakan bahwa jenis-jenis manfaat pensiun yang dibeikan oleh dana pensiun ada empat, yaitu: 1 Manfaat Pensiun Nomal Manfaat pensiun bagi peseta yang mulai dibayakan pada saat peseta pensiun setelah mencapai usia pensiun nomal atau sesudahnya 2 Manfaat Pensiun Dipecepat Manfaat pensiun bagi peseta yang dibayakan bila peseta pensiun pada usia tetentu sebelum usia pensiun nomal 3 Manfaat Pensiun Cacat Manfaat pensiun bagi peseta yang dibayakan bila peseta mengalami cacat 4 Manfaat Pensiun Ditunda Manfaat pensiun bagi peseta yang behenti bekeja sebelum mencapai usia pensiun nomal, yang ditunda pembayaannya sampai pada saat peseta pensiun sesuai dengan peatuan dana pensiun Pada penelitian ini menggunakan manfaat pension nomal dengan Accued Benefit Cost Method (ABCM) meupakan suatu metode pendanaan pensiun dimana penyelenggaa ataupun peseta pensiun menetapkan telebih dahulu manfaat pensiun yang diinginkan sedangkan kontibusi atau iuan nomal ditentukan kemudian Selanjutnya besaan tesebut (Accued benefit) akan diakumulasi ke tiap-tiap masa keja sampai masa pensiun, alokasi ini yang dinamakan sebagai iuan nomal atau nomal cost 21 Dana Pensiun Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan pogam yang menjanjikan pembayaan bekala kepada peseta pada saat mencapai usia pensiun atau pada saat lain, dengan caa yang ditetapkan dalam peatuan dana pensiun (Wahab, 2005) Dalam Penyataan Standa Akutansi Keuangan (PSAK) No 18, dana pensiun didefinisikan sebagai suatu badan hukum yang bedii sendii dan tepisah dai pembei keja, yang befungsi untuk mengelola dan menjalankan pogam pensiun sesuai dengan peatuan peundangan yang belaku Istilah dana pensiun sebagai badan hukum dikenal setelah lahinya Undang-Undang Nomo 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, dimana undangundang tesebut meupakan dasa penyelenggaaan pogam pensiun bagi kayawan pembei keja/peusahaan Undang-Undang Dana Pensiun menyebutkan bahwa dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan pogam yang menjanjikan manfaat pensiun Menuut Undang- Undang Dana Pensiun, ada dua jenis dana pensiun yaitu: 1 Dana Pensiun Pembei Keja (DPPK) Dana Pensiun Pembei Keja adalah dana pensiun yang dibentuk oleh oang atau badan yang mempekejakan kayawan, selaku pendii, untuk menyelenggaakan Pogam Pensiun Manfaat Pasti atau Pogam Pensiun Iuan Pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluuh kayawannya sebagai peseta, dan yang menimbulkan kewajiban tehadap pembei keja 2 Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau peusahaan asuansi jiwa untuk menyelenggaakan Pogam Pensiun Iuan Pasti (PPIP) bagi peoangan, baik kayawan maupun pekeja mandii yang tepisah dai dana pensiun pembei keja bagi kayawan bank atau peusahaan asuansi jiwa yang besangkutan 22 Tabel Motalitas Peusahaan asuansi jiwa mendasakan semua pehitungan anuitas, pemi, asuansi dan sebagainya atas tabel motalitas Tabel motalitas beisi peluang seseoang meninggal menuut umu dai kelompok oang yang diasuansikan (pemegang polis asuansi) Simbol l digunakan untuk menyatakan banyaknya oang yang tepat beusia, dan simbol d menyatakan banyaknya oang yang meninggal antaa usia hingga +1, nd Pada tabel motalitas telihat adanya fungsi antaa usia dengan waktu Menuut Futami (1993), pehitungan yang menggunakan hubungan antaa usia dan waktu digunakan untuk menentukan peluang hidup/mati Peluang oang beusia akan mencapai usia +1 dinyatakan dalam simbol p Menuut Jodan (1993), l 1 p l (3) peluang oang beusia akan hidup paling sedikit n tahun dinyatakan dalam simbol np, n p l n (4) l Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

10 peluang oang beusia akan meninggal sebelum usia +1 dinotasikan dengan q, q l l l 1 p (5) l l l peluang oang beusia akan meninggal sebelum usia +n dinotasikan dengan nq, n q 1 n p l 1 l n l l l n d l n d (6) 23 Anuitas Hidup Anuitas adalah suatu pembayaan dalam jumlah tetentu, yang dilakukan dalam selang waktu dan lama tetentu, secaa bekelanjutan (Futami, 1993) Besanya anuitas yang haus dibaya tegantung pada jenis anuitas yang diambil dan tingkat suku bunga yang digunakan Bunga yang digunakan dalam anuitas adalah bunga majemuk Menuut Futami (1993), bunga majemuk adalah suatu pehitungan bunga dimana besa pokok jangka investasi selanjutnya adalah besa pokok sebelumnya ditambah dengan besa buga yang dipeoleh Anuitas dalam bidang asuansi diwujudkan dalam pembayaan pemi yang dilakukan oleh peseta kepada peusahaan asuansi Anuitas tedii dai anuitas tentu (cetain annuity) dan anuitas hidup (life annuity) Pada anuitas tentu pembayaan bekala dilakukan selama jangka waktu tetentu dan tanpa syaat Sedangkan pada anuitas hidup pembayaan bekala dikaitkan dengan hidup matinya seseoang, dimana pembayaan hanya dilakukan jika saat waktu pembayaan jatuh tempo anuitan masih hidup Untuk menyedehanakan pehitungan pada anuitas hidup, paa ahli aktuaia membuat simbol komutasi Simbol-simbol tesebut antaa lain sebagai beikut: w1 N Dt D D 1 Dw 1 (7) t0 1 (1 i) l D v l (8) dengan: w = Umu teakhi dai tabel motalitas v = Nilai sekaang dai pembayaan sebesa 1 satuan yang dilakukan 1 tahun kemudian i = Tingkat suku bunga Anuitas yang dibayakan di awal jangka waktu pembayaan anuitas disebut anuitas awal, sedangkan jika pembayaan dilakukan di akhi jangka waktu disebut anuitas akhi Bedasakan jangka waktu pembayaan, anuitas hidup dibagi menjadi empat macam yaitu: anuitas seumu hidup, endowment muni, anuitas bejangka dan anuitas ditunda 241 Anuitas Seumu Hidup Anuitas seumu hidup adalah suatu anuitas yang pembayaannya dilakukan selama tetanggung masih hidup (Futami, 1993) Misal besa anuitas adalah 1 satuan, maka anuitas awal seumu hidup adalah seangkaian pembayaan sebesa 1 satuan yang dilakukan pada awal tiap tahun, sedangkan a anuitas akhi seumu hidup a adalah seangkaian pembayaan sebesa 1 satuan yang dilakukan tiap akhi tahun Ilustasi hubungan antaa sebagai beikut: Gamba 1 Anuitas Seumu Hidup Hubungan antaa a a dan a dan a pada Gamba 1 dapat ditulis sebagai beikut: a 1 a (9) Seseoang beusia membeli anuitas seumu hidup dengan caa membaya nilai tunai sebesa dengan haapan setiap akhi tahun dia akan meneima uang sebesa 1 satuan Peluang oang tesebut hidup satu tahun lagi adalah 1 p, sehingga jika oang tesebut mencapai usia +1 maka akan meneima sebesa 1 satuan beseta bunganya yaitu sebesa v 1 p Peluang oang tesebut hidup dua tahun lagi adalah, jika oang tesebut mencapai 2 p usia +2 maka dia akan meneima sebesa 1 satuan beseta bunganya yaitu v 2 2 p dan seteusnya Menuut Futami (1993), total nilai sekaang untuk pembayaan tiap tahunnya meupakan nilai sekaang dai anuitasnya, yaitu: a v p v p v p 2 w1 1 2 w1 1 N ( D 1 D2 Dw 1 ) D D 1 sedangkan pehitungan anuitas awal seumu hidup diumuskan dengan: a 1 v p v p w1 1 w1 1 N ( D D 1 Dw 1 ) D D Anuitas Awal Anuitas Akhi usia (11) 242 Endowment Muni Endowment muni adalah suatu pembayaan yang dilakukan pada akhi suatu jangka waktu tetentu bagi seoang anuitan bila dia hidup mencapai akhi jangka waktu tesebut (Sembiing, 1986) Nilai tunai suatu endowment muni yang dikeluakan bagi seoang anuitan yang beusia selama jangka waktu n tahun dinyatakan dengan simbol ne Jika anuitan meninggal sebelum beusia +n maka ia tidak akan (10) Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

11 meneima pembayaan, tetapi jika ia mencapai usia +n ia akan meneima pembayaan sebesa 1 pada akhi tahun ke +n Nilai tunai dai 1 dapat diilustasikan sebagai beikut: Bila meninggal antaa dan +n tidak ada pembayaan Gamba 2 Endowment Muni ne adalah nilai tunai dai 1v n, dengan peluang akan dibayakan jika mencapai usia +n adalah np Menuut Sembiing (1986), n n n v l n v l n Dn n E v n p (12) l v l D Dibayakan 1 bila mencapai usia +n 243 Anuitas Bejangka Menuut Futami (1993), anuitas bejangka adalah anuitas hidup dimana pembayaannya dilakukan pada suatu jangka waktu tetentu Anuitas awal bejangka dengan jangka waktu n tahun dinotasikan dengan, sedangkan anuitas akhi bejangka dengan jangka waktu n tahun dinotasikan dengan dapat dipandang sebagai gabungan dai seangkaian endowment muni, diilustasikan sebagai beikut: 244 Anuitas Ditunda Anuitas ditunda adalah anuitas yang pembayaannya ditunda selama n tahun, sedangkan pembayaannya dapat belangsung seumu hidup atau hanya dalam jangka waktu tetentu 1 Anuitas Seumu Hidup Ditunda n Tahun Nilai tunai anuitas akhi seumu hidup seseoang beusia pembayaan ditunda selama n tahun dinyatakan dengan simbol n a, sedangkan nilai tunai anuitas awal seumu hidup bagi seseoang beusia pembayaan ditunda selama n tahun dinyatakan dengan simbol n adalah sebagai beikut: ditunda a Ilustasi dai n a Gamba 4 Anuitas Akhi Ditunda n Tahun Menuut Jodan (1991), n a dapat diumuskan sebagai beikut: 1 w1 w1 n1 n a t E Dt (15) tn1 D tn1 D N Gamba 3 Anuitas Bejangka Menuut Sembiing (1986), nilai sekaang anuitas akhi bejangka n tahun diumuskan dengan: a E E E n : 1 2 n D D D D D D D D D D 1 2 n 1 2 n N 1 N n1 (13) D dan nilai sekaang anuitas awal bejangka n tahun diumuskan dengan: a 1a n: n: 1 N 1 1 n1 1 n1 N D D N N D N N D n (14) dan a n diumuskan dengan: w1 w1 1 n n a t E Dt (16) tn D tn D 2 nuitas Bejangka m Tahun Ditunda n Tahun Nilai tunai anuitas akhi bejangka m tahun bagi seseoang beusia pembayaan ditunda n tahun adalah n m a, sedangkan nilai tunai anuitas awal bejangka n tahun bagi seseoang beusia pembayaan ditunda m tahun adalah n m a Ilustasi dai anuitas bejangka m tahun ditunda n tahun sebagai beikut: N Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

12 Gamba 5 Anuitas Bejangka n Tahun Ditunda m Tahun Menuut Jodan (1991), pehitungan sebagai beikut: a sedangkan n m n m t tn1 1 D nm N n m a E nm tn1 D t N D n1 nm1 a nm1 1 D tn N adalah : t nm1 n E tn D N D t nm n m a (17) (18) 25 Asumsi Aktuaia Asumsi aktuaia adalah suatu angkaian estimasi yang dipegunakan dalam mempehitungkan manfaat pensiun yang bekaitan dengan peubahan pada masa yang akan datang yang mempengauhi pembiayaan pogam pensiun manfaat pasti antaa lain tingkat bunga, tingkat kematian, usia pensiun nomal, tingkat pengunduan dii, tingkat kecacatan dan tingkat kenaikan gaji (Tunggal, 1995) Asumsi aktuaia dalam Standa Paktik Aktuaia Dana Pensiun (SPA-DP) No 501 Tahun 1998 didefinisikan sebagai kumpulan estimasi mengenai peubahan-peubahan dimasa yang akan datang, yang digunakan untuk menghitung nilai sekaang manfaat pensiun Asumsi aktuaia yang dipakai dihaapkan menceminkan estimasi tebaik atas antisipasi hal yang akan tejadi dimasa mendatang (Winklevoss,1993) mempekenalkan bebeapa asumsi aktuaia yang digunakan dalam pehitungan biaya pensiun, yaitu asumsi tingkat penyusutan, asumsi tingkat kenaikan gaji, dan asumsi tingkat suku bunga 251 Asumsi Tingkat Penyusutan Menuut Winklevoss (1993), tingkat penyusutan meupakan poposi dai pekeja yang meninggalkan pekejaannya kaena suatu sebab, misalnya kematian, kecacatan, pengunduan dii, ataupun pensiun nomal Tingkat penyusutan biasanya disajikan dalam bentuk tabel yang disebut dengan tabel penyusutan Dalam tabel penyusutan, dianggap bahwa sekelompok oang membentuk kelompok tetutup, dimana tidak ada peseta bau dan tidak ada peseta lama (sudah kelua) yang masuk kembali setelah tejadinya bebeapa penyusutan 252 Asumsi Tingkat Kenaikan Gaji Tingkat kenaikan gaji meupakan fakto utama dalam menentukan besanya manfaat pensiun seseoang Kenaikan gaji adalah pebandingan penghasilan antaa peseta yang bebeda usia dan masa keja pada tahun tetentu Hal ini dinyatakan dalam skala gaji yang digunakan sebagai komponen pada poyeksi penghasilan seoang peseta Skala gaji befungsi sebagai pesentase dai besa gaji yang digunakan untuk menghitung pemi ataupun biaya nomal Skala kenaikan gaji biasanya menggunakan laju kenaikan yang elatif tetap dalam jangka panjang 253 Asumsi Tingkat Suku Bunga Bunga adalah kompensasi pembayaan dai peminjaman suatu modal kepada yang meminjamkan modal tesebut, sedangkan suku bunga adalah pembayaan bunga tahunan dai suatu pinjaman dalam bentuk pesentase Bunga yang digunakan dalam pendanaan pogam pensiun beupa bunga majemuk Asumsi tingkat suku bunga meupakan asumsi aktuaia yang paling mendasa dan selalu digunakan kaena dana yang tekumpul akan diinvestasikan dalam jangka panjang dan dihaapkan dapat mencukupi uang petanggungan yang haus dibayakan oleh peusahaan kelak Asumsi tingkat suku bunga umumnya ditetapkan pada tingkat yang mewakili pekiaan kembali yang akan dicapai pada peencanaan aset pada tahun beikutnya, meskipun tidak jaang ditemukan haga yang digunakan lebih endah atau lebih tinggi dai pekiaan tesebut 26 Fungsi Dasa Aktuaia Fungsi dasa aktuaia meupakan seluuh fungsi dasa yang mendukung poses pehitungan aktuaia Tedapat bebeapa fungsi dasa aktuaia yang digunakan dalam peumusan penentuan pendanaan pensiun, diantaanya adalah fungsi kelangsungan hidup, fungsi bunga, fungsi gaji, dan fungsi manfaat 261 Fungsi Kelangsungan Hidup Fungsi kelangsungan hidup atau composite suvival function meupakan fungsi yang menggambakan peluang seoang kayawan akan tetap bekeja selama masa keja aktif sampai waktu yang dipebolehkan pensiun (Winklevoss, 1993) Fungsi kelangsungan hidup didefinisikan sebagai beikut: Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

13 n p ( T ) l (19) l ( T ) n ( T ) dengan: = Peluang seoang kayawan beusia akan (T ) n p tetap bekeja untuk n tahun mendatang = Banyaknya kayawan yang masih aktif bekeja (T ) l pada usia = Banyaknya kayawan yang masih aktif bekeja (T ) l n pada usia +n Total penyusutan dai peseta aktif sama dengan jumlahan dai setiap penyebab yang digunakan, ( T ) ( m) ( t) ( d ) ( ) d d d d d (20) ( T ) ( m) ( t) ( d ) ( ) l ( q q q q ) (21) dengan: = Tingkat kematian (motality) (m) q (t) q (d ) q () q = Tingkat pengunduan dii (temination) = Tingkat kecacatan (disability) = Tingkat pensiun nomal (etiement) (T ) d = Banyaknya peseta yang kelua dai pogam pensiun pada usia = Banyaknya peseta yang meninggal pada usia (m) d (t) d = Banyaknya peseta yang mengundukan dii pada usia = Banyaknya peseta yang menjadi cacat pada (d ) d usia = Banyaknya peseta yang pensiun nomal pada () d usia 262 Fungsi Bunga Winklevoss (1993) menyatakan bahwa fungsi bunga digunakan untuk mendiskontokan suatu pembayaan yang akan datang ke waktu sekaang Jika i adalah tingkat suku bunga yang diasumsikan untuk n tahun dengan besa i tidak beubah untuk setiap tahunnya, maka nilai sekaang dai pembayaan sebesa 1 setelah n tahun adalah: 1 (1 i )(1 i )(1 i 1 2 n ) (22) dalam bunga majemuk didefinisikan suatu fungsi v sebagai beikut: v 1 (1 i) (23) maka fungsi bunga dapat disedehanakan menjadi: v n 1 (1 i) (24) v n adalah nilai sekaang dai pembayaan sebesa 1 satuan yang dilakukan pada n tahun mendatang 263 Fungsi Gaji n Menuut Winklevoss (1993), jika suatu pogam pensiun mempunyai manfaat yang bekaitan dengan besanya gaji kayawan, maka dipelukan peumusan notasi gaji dan posedu untuk mengestimasi gaji dimasa mendatang Kumulatif gaji kayawan dai usia masuk keja y sampai usia -1 dinotasikan dengan S, dimana > y, 1 S s t t y (25) Jika diasumsikan besanya tingkat kenaikan gaji kayawan adalah s pe tahun, maka besanya gaji teakhi kayawan sebelum pensiun pada usia -1 bedasakan gaji pada saat usia menuut Aitken (1994) adalah: 1 s 1 ( 1 s) s (26) dengan: s-1 = Gaji teakhi kayawan sebelum pensiun pada usia -1 s= Gaji kayawan pada usia s= Tingkat kenaikan gaji sehingga estimasi gaji kayawan pada usia dapat diumuskan dengan: t s t s ( 1 s) (27) 264 Fungsi Manfaat Fungsi manfaat digunakan untuk menentukan besa manfaat pensiun yang akan diteima peseta ketika tiba saatnya pensiun Misalkan b menyatakan besa manfaat pensiun yang akan dibayakan pada setiap tahun untuk jangka waktu sampai +1, maka jumlah manfaat pensiun yang akan dibeikan kepada peseta mulai usia masuk keja y sampai dengan usia -1 adalah: 1 B (28) t b t y Menuut Winklevoss (1993), peumusan manfaat pensiun pada pogam pensiun ada tiga, yaitu: 1 Manfaat penghasilan tetap (flat dolla unit benefit) Flat dolla unit benefit meupakan jumlah manfaat pensiun yang dibayakan setiap tahunnya sama, sehingga pehitungan manfaat kumulatif pensiun hanya pekalian dengan masa keja, sebagai beikut: B ( y) b (29) dengan: b = Manfaat pensiun pada tahun peseta beusia B = Kumulatif manfaat pensiun pada tahun peseta beusia 2 Rata-ata gaji teakhi (final aveage) Pehitungan besa manfaat pensiun menuut ata-ata gaji pe tahun selama n tahun diumuskan dengan: Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

14 atau dengan: B 1 1 k( y) s t n tn B (30) 1 k( y) ( S Sn ) (31) n B = Kumulatif manfaat pensiun seoang peseta pada usia pensiun k = Poposi dai gaji yang dipesiapkan untuk manfaat pensiun (0 k 1) S-n = Kumulatif gaji kayawan yang tehimpun pada n tahun sebelum pensiun S = Kumulatif gaji kayawan pada usia pensiun 3 Rata-ata gaji selama bekeja (caee aveage) Yaitu penetapan manfaat pensiun dimana besanya manfaat pensiun yang akan dibayakan setiap tahunnya bedasakan pesentase tetap dai ata-ata gaji kayawan dalam satu tahun Rumusnya adalah sebagai beikut: dengan: B k S (33) b = Manfaat pensiun pada tahun peseta beusia B = Kumulatif manfaat pensiun pada tahun peseta beusia K = Poposi dai gaji yang dipesiapkan untuk manfaat pensiun (0 k 1) Nilai sekaang manfaat pensiun atau pesent value of futue benefit (PVFB) adalah nilai sekaang dai manfaat pensiun yang dipoyeksikan dan akan diteima oleh peseta pogam pensiun dimasa yang akan datang (setelah pensiun) Nilai sekaang manfaat pensiun dimasa yang akan datang untuk seoang peseta beusia, mulai ikut pogam pensiun pada usia y dan akan pensiun pada usia, dimana <, diumuskan sebagai beikut: ( T ) ( PVFB ) Bv p a (34) dengan: ( PVFB ) = Nilai sekaang (pada usia ) manfaat pensiun (pada usia ) B = Kumulatif manfaat pensiun seoang peseta pada usia pensiun v - = Fakto diskonto dai usia sampai usia pensiun (T ) p = Peluang seoang kayawan akan tetap bekeja hingga usia pensiun a = Nilai tunai anuitas awal seumu hidup pada saat usia pensiun 27 Metode Pehitungan Aktuaia Pendanaan pada suatu pogam pensiun dipeoleh dai iuan yang dibayakan oleh kayawan kepada dana pensiun Pehitungan pada pendanaan pensiun dilakukan pada saat peseta masih aktif bekeja ataupun sudah pensiun pada saat usia yang telah ditetapkan untuk pensiun nomal menggunakan metode pehitungan aktuaia Metode pehitungan aktuaia diancang untuk menjamin bahwa dana pogam pensiun yang tekumpul akan mencukupi untuk membaya manfaat pensiun kepada peseta pada waktu meeka pensiun Menuut Standa Paktik Aktuaia Dana Pensiun (SPA-DP) No 501, metode pehitungan aktuaia adalah suatu metode pehitungan yang digunakan untuk menetapkan besanya nilai sekaang manfaat pensiun pada suatu peiode tetentu dai suatu pogam pensiun manfaat pasti Tedapat banyak metode pehitungan aktuaia, namun dalam Standa Paktik Aktuaia Dana Pensiun (SPA-DP) No 301 metode pehitungan aktuaia dibagi menjadi dua kategoi besa, yaitu metode Accued benefit cost dan metode pojected benefit cost 271 Metode Accued Benefit Cost Metode biaya manfaat yang disisihkan (Accued benefit cost method) Metode biaya aktuaia, yaitu iuan dalam satu tahun meupakan nilai sekaang dai tambahan jaminan dalam tahun ini Metode Accued benefit cost ditandai dengan pembagian total manfaat pensiun yang dapat menjadi hak seoang peseta bila bekeja sampai usia pensiun nomal dengan jumlah masa keja yang telah dan akan dijalaninya sejak mulai bekeja sampai usia pensiun nomal tesebut (Tunggal,1995) mengemukakan bahwa pada metode Accued benefit cost, manfaat yang dipeoleh adalah iuan yang umumnya lebih endah dibandingkan dengan metode lainnya, dan hutangnya akan konsisten dengan taget pengembangan manfaat kaena kenaikan gaji yang digunakan dalam pehitungan biaya pensiun adalah sesuai dengan ealisasinya 272 Metode Pojected Benefit Cost Metode biaya manfaat yang dipoyeksi (pojected benefit cost method) Metode biaya aktuaia, yaitu iuan menggambakan jaminan yang akan datang dan tingkat besanya iuan (pesentase gaji) sepanjang tahun Metode pojected benefit cost diteapkan dengan telebih dahulu menetapkan nilai sekaang, pada tanggal tetentu, dai total manfaat pensiun yang dapat menjadi hak seoang peseta bila bekeja sampai usia pensiun nomal Nilai sekaang total manfaat pensiun tesebut kemudian dialokasikan ke tiap-tiap masa keja mulai dai tanggal tesebut sampai dengan tanggal tecapainya usia pensiun nomal Metode pojected benefit cost menggunakan tanggal pehitungan aktuaia sebagai tanggal penetapan nilai sekaang total manfaat pensiun dan mengalokasikan seluuh nilai sekaang tesebut pada masa keja setelah tanggal pehitungan aktuaia 28 Ukuan Kewajiban Pensiun Tedapat bebeapa ukuan kewajiban pensiun yang haus dibayakan oleh dana pensiun pada peseta pensiun, baik pada saat mengundukan dii, meninggal, cacat, pensiun dini, maupun ketika pensiun nomal Bagian-bagian dai ukuan kewajiban Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

15 pensiun yang akan digunakan pada metode Accued benefit cost adalah plan temination liability dan actuaial liability 281 Kewajiban Penghentian Rencana Kewajiban Penghentian Rencana atau plan temination liability (PTL) meupakan kewajiban yang dibayakan oleh dana pensiun kepada peseta pada saat usia dikaenakan mengundukan dii sebagai peseta aktif dai pogam pensiun Fungsi PTL menggunakan peluang tingkat kematian, kaena fakto kematian yang dapat mencegah peseta meneima manfaat yang masih haus dibaya pada saat pensiun jika encana itu dihentikan Nilai dai PTL didefinisikan sebagai beikut: ( m) ( PTL ) B p v a (35) dengan: ( PTL) = Nilai kewajiban seoang peseta yang mengundukan dii dai pogam pensiun pada usia B = Kumulatif manfaat pensiun pada tahun peseta beusia = Peluang seoang kayawan beusia akan p (m) tetap hidup hingga usia - v - = Fakto diskonto dai usia sampai usia pensiun = Nilai tunai anuitas awal seumu hidup pada saat a usia pensiun 282 Kewajiban Aktuaia Kewajiban aktuaia atau actuaial liability (AL) adalah kewajiban dana pensiun untuk membeikan manfaat kepada peseta yang telah pensiun diakibatkan pensiun nomal Dalam Penyataan Standa Akutansi Keuangan (PSAK) No 18 dijelaskan bahwa kewajiban aktuaia adalah nilai sekaang pembayaan manfaat pensiun yang akan dilakukan dana pensiun kepada kayawan yang masih bekeja dan yang sudah pensiun, yang dihitung bedasakan jasa yang telah dibeikan Pehitungan kewajiban aktuaia sama dengan nilai sekaang manfaat pensiun yang dialokasikan pada usia sekaang Nilai kewajiban aktuaia dengan metode Accued benefit cost dihitung dai pesamaan beikut: AB ( T ) B ( AL ) B p v a ( PVFB ) B (36) dengan: AB ( AL) = Nilai kewajiban aktuaia seoang peseta beusia dengan usia pensiun nomal (T ) p = Peluang seoang kayawan beusia akan tetap bekeja hingga usia pensiun v - = Fakto diskonto dai usia sampai usia pensiun a = Nilai tunai anuitas awal seumu hidup pada saat usia pensiun B= Kumulatif manfaat pensiun pada tahun peseta beusia B= Kumulatif manfaat pensiun seoang peseta pada usia pensiun (PVFB ) peseta beusia = Nilai sekaang dai manfaat pensiun 29 Iuan Nomal Iuan nomal atau nomal cost (NC) adalah biaya tahunan yang dibayakan oleh kayawan kepada dana pensiun selama masih aktif bekeja untuk mendanai bagian dai nilai sekaang manfaat pensiun Dalam Standa Paktik Aktuaia Dana Pensiun (SPA-DP) No 501, iuan nomal adalah iuan yang dipelukan dalam satu tahun untuk mendanai bagian dai nilai sekaang manfaat pensiun yang dialokasikan pada tahun bejalan sesuai dengan metode pehitungan aktuaia yang digunakan Iuan nomal dengan metode Accued benefit cost didefinisikan adalah: AB ( T ) ( NC) b p v a (37) dengan: AB (NC) = Iuan nomal seoang peseta beusia dengan usia pensiun nomal = Iuan nomal peseta pada usia dengan (NC) usia pensiun nomal b = Manfaat pensiun pada tahun peseta beusia = Peluang seoang kayawan beusia akan p (T ) tetap bekeja hingga usia pensiun nomal v - = Fakto diskonto dai usia sampai usia pensiun = Nilai tunai anuitas awal seumu hidup pada saat a usia pensiun nomal 210 Biaya Tambahan Biaya tambahan atau supplemental cost (SC) meupakan biaya yang haus dibayakan oleh pihak pembei keja kepada pihak dana pensiun ketika tejadi kekuangan dana (defisit) dai kewajiban aktuaia Biaya tambahan digunakan untuk menutupi ketidaksesuaian antaa kewajiban dengan manfaat pensiun yang telah ditetapkan Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode Accued benefit cost Pada metode ini, penentuan biaya tambahan didasakan atas pehitungan manfaat yang diteima setiap tahunnya Pehitungan biaya tambahan dengan metode Accued benefit cost didefinisikan sebagai beikut: AB ( T ) ( SCn ) Cnb p v a (38) dengan: AB (SCn) = Biaya tambahan seoang peseta beusia pada tahun ke-n Cn = Koefisien manfaat biaya tambahan untuk setiap waktu, dengan besanya Cn sama untuk setiap waktunya b = Manfaat pensiun pada tahun peseta beusia (T ) p = Peluang seoang kayawan beusia akan tetap bekeja hingga usia pensiun v - = Fakto diskonto dai usia sampai usia pensiun a = Nilai tunai anuitas awal seumu hidup pada saat usia pensiun Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

16 Penentuan nilai Cn bedasakan pesamaan beikut: dengan: C B z n (39) B Bz Bz = Kumulatif manfaat pensiun pada saat usia dipebolehkan pensiun dini B = Kumulatif manfaat pensiun pada saat usia pensiun nomal 3 Metodologi Penelitian 31 Data Data yang digunakan sebagai contoh peneapan pehitungan biaya tambahan pada penelitian ini beupa data sekunde, yaitu data nominatif Pegawai Negei Sipil (PNS) pada suatu instansi pemeintah yang belum mencapai usia 50 tahun pada tahun 2015 Jumlah total pegawai yang digunakan dalam penelitian sebanyak 34 (tiga puluh empat) oang pegawai 32 Vaiabel Penelitian Vaiabel penelitian yang digunakan dalam penelitian penelitian ini diambil dai vaiabel yang tesedia dalam infomasi data gaji pegawai suatu instansi pemeintah dan disesuaikan dengan kebutuhan pehitungan biaya tambahan pada pogam pendanaan pensiun Vaiabel-vaiabel tesebut adalah: 1 Usia pegawai saat diangkat menjadi PNS 2 Usia pegawai saat pehitungan dilakukan 3 Batas usia pensiun pegawai 4 Masa keja pegawai 5 Sisa masa keja pegawai 6 Jenis kelamin 7 Gaji awal pegawai 33 Tahapan Analisis Tahapan analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan penulisan penelitian ini adalah sebagai beikut: 1 Menyusun tabel pehitungan bedasakan tabel motalitas 1971 US Goup Annuity Motality (GAM) Male dan 1971 US Goup Annuity Motality (GAM) Female dengan asumsi tingkat suku bunga yang digunakan adalah 11% (Bapepam, 2003) 2 Menghitung besa manfaat pensiun masingmasing pegawai bedasakan gaji awal pegawai, usia saat diangkat menjadi PNS, batas usia pensiun pegawai, asumsi tingkat kenaikan gaji s sebesa 7% (RAPBN 2015), dan poposi dai gaji yang dipesiapkan untuk manfaat pensiun k sebesa 2,5% (Undang-Undang Nomo 11 Tahun 1969 tetang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai) 3 Menghitung nilai sekaang manfaat pensiun bedasakan kumulatif manfaat pensiun pada saat usia pensiun, fakto diskonto, anuitas awal seumu hidup pada usia pensiun, seta peluang seoang pegawai akan tetap bekeja hingga usia pensiun 4 Menghitung nilai kewajiban penghentian encana bedasakan kumulatif manfaat pensiun pada usia, fakto diskonto, anuitas awal seumu hidup pada usia pensiun, seta peluang hidup seoang pegawai 5 Menghitung nilai kewajiban aktuaia menggunakan metode Accued benefit cost, yaitu dengan mempehatikan besa kumulatif manfaat pensiun, fakto diskonto, anuitas awal seumu hidup pada usia pensiun, seta peluang seoang pegawai akan tetap bekeja hingga usia pensiun 6 Menghitung iuan nomal menggunakan metode Accued benefit cost, yaitu dengan mempehatikan besa manfaat pensiun, fakto diskonto, anuitas awal seumu hidup pada usia pensiun, seta peluang seoang pegawai akan tetap bekeja hingga usia pensiun 7 Menghitung biaya tambahan menggunakan metode Accued benefit cost, pehitungan dipengauhi oleh besa manfaat pensiun, anuitas awal seumu hidup pada saat usia pensiun, peluang seoang pegawai akan tetap bekeja hingga usia pensiun, fakto diskonto, seta koefisien manfaat biaya tambahan pada tahun ke-n Pengolahan data dilakukan menggunakan Softwae Micosoft Ecel 2013 dan Table Manage 301 Diagam analisis sebagai beikut : Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

17 Mulai Data, asumsi aktuaia yang ditetapkan, tabel motalitas Membuat tabel pehitungan dan analisis BI Rate Menghitung besa manfaat pensiun Menghitung nilai sekaang manfaat pensiun Menghitung nilai kewajiban penghentian encana Menghitung nilai kewajiban aktuaia menggunakan metode accued benefit cost Menghitung iuan nomal menggunakan metode accued benefit cost Menghitung biaya tambahan menggunakan metode accued benefit cost Biaya tambahan Selesai 4 Analisis dan Pembahasan 41 Data dan Asumsi Aktuaia 411 Data Data yang digunakan sebagai contoh peneapan untuk pehitungan biaya tambahan menggunakan metode Accued benefit cost Data yang dibeikan adalah data nominatif dan data gaji pegawai di sebuah institusi Pegawai yang bekeja di institusi tesebut meupakan Pegawai Negei Sipil (PNS) Data yang telah dipeolah dianalisis lebih lanjut untuk menentukan vaiabel penelitian Vaiabel yang akan digunakan adalah: 1 Jenis kelamin 2 Usia pegawai saat diangkat menjadi PNS (y) 3 Usia pegawai saat pehitungan dilakukan () 4 Batas usia pensiun pegawai () 5 Masa keja pegawai (t) 6 Sisa masa keja pegawai (-) 7 Gaji awal pegawai Batas usia pensiun pegawai disesuaikan dengan Peatuan Pemeintah Nomo 21 Tahun 2014 tentang Pembehentian Pegawai Negei Sipil yang Mencapai Gamba 6 Diagam Penelitian Batas Usia Pensiun bagi Pejabat Fungsional, yaitu 58 tahun Gaji awal pegawai disesuaikan dengan peatuan tebau yaitu Peatuan Pemeintah Nomo 34 Tahun 2014 tentang Peubahan Keenam Belas atas Peatuan Pemeintah Nomo 7 Tahun 1997 tentang Peatuan Gaji Pegawai Negei Sipil 412 Asumsi Aktuaia Dalam penulisan penelitian ini digunakan tiga asumsi aktuaia, yaitu: 1 Asumsi Penyusutan Pada penelitian ini diasumsikan bahwa penyusutan disebabkan oleh empat fakto, yaitu cacat (d), mengundukan dii (t), meninggal (m) dan pensiun nomal () Jumlah penyusutan dai masingmasing fakto disusun dalam sebuah tabel penyusutan jamak Tabel penyusutan jamak atau multiple decement meupakan tabel yang digunakan untuk mencai fungsi kelangsungan hidup, yaitu peluang seoang kayawan akan tetap bekeja selama masa aktif bekeja sampai usia pensiun nomal 2 Asumsi Tingkat Kenaikan Gaji Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

18 Asumsi tingkat kenaikan gaji yang digunakan mengikuti atuan pemeintah mengenai tingkat kenaikan gaji PNS, yang tecantum dalam Rancangan Anggaan Pendapatan dan Belanja Negaa (RAPBN) Tahun 2014, yaitu sebesa 7% 3 Asumsi Tingkat Suku Bunga Asumsi tingkat suku bunga yang digunakan pada penelitian ini diambil dai asumsi aktuaia valuasi 2003 yang digunakan oleh PT Taspen yaitu sebesa 11% (Bapepam, 2003) 42 Tabel Pehitungan Tabel pehitungan dibuat untuk memudahkan dalam pehitungan anuitas Anuitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah anuitas awal seumu hidup Tabel pehitungan disusun bedasakan tabel motalitas dan tingkat suku bunga Tabel motalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel 1971 US Goup Annuity Motality (GAM) Male dan 1971 US Goup Annuity Motality (GAM) Female Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 11% Tedii dai: 1, yaitu usia 2 q, yaitu peluang seseoang beusia meninggal antaa usia dan +1 tahun 3 p,,yaitu peluang seseoang beusia akan mencapai usia +1 4 l, yaitu jumlah oang yang beusia tepat tahun 5 d, yaitu jumlah oang yang meninggal antaa usia dan +1tahun 6 v, yaitu suatu fakto diskonto 7 D, yaitu simbol komutasi yang menyatakan hasil pekalian antaa v dengan p 8 N, yaitu simbol komutasi yang menyatakan akumulasi dai D+t dengan t=0 sampai dengan w Pehitungan dan Analisis Sebelum memulai pehitungan dana pensiun dapat dilihat deskipsi jumlah pegawai negei sipil di Indonesia pada tahun 2014 Bedasakan Gamba 7 Dapat dilihat bahwa jumlah PNS pada tahun 2014 tecatat sebanyak 4,455,303 oang dimana sebanyak 2,288,631 adalah laki-laki dan 2,166,672 peempuan PNS tebanyak pada kabupaten/kota yakni sebesa 73% atau 3,248,103 oang dimana jumlah tesebut adalah akumulatif dai Pegawai Negei Sipil Kabupaten/Kota, PNS Pusat dipebantukan pada Pemda Kabupaten/Kota, PNS Pusat dipekejakan pada Pemda Kabupaten/Kota, PNS Kabupaten/Kota dipebantukan pada Instansi Gamba 7Jumlah PNS di Indonesia pada 2014 lain, PNS Kabupaten/Kota dipekejakan pada Instansi lain, PNS Kabupaten/Kota dipebantukan pada BUMN/Badan lain, dan PNS Kabupaten/Kota dipekejakan pada BUMN/Badan lain Dalam analisis dana pensiun, tingkat suku bunga juga pelu dipehatikan dalam pehitungan pendanaan pensiun Pehitungan besaan aktuaia biasanya didasakan pada asumsi tingkat suku bunga konstan Hal ini tentu tidak sesuai pada kenyataan yang tejadi kaena tingkat suku bunga begeak secaa fluktuatif Tingkat bunga yang befluktuatif Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

19 BI ate tetinggi beada pada 06 desembe 2005 sampai dengan 05 Apil 2006 dimana sebesa 1275% bedasakan pess elease yang dilakukan oleh Diectoate of Stategic Planning and Public Relations menyebutkan Dai pespektif secaa keseluuhan, peekonomian Indonesia menghadapi tantangan yang menakutkan kondisi yang meugikan dalam ekonomi global, teutama dengan kenaikan tajam haga minyak dan siklus pengetatan monete global, telah meintangi upaya untuk mempetahankan momentum petumbuhan dan stabilitas ekonomi mako Ketegantungan pada impo untuk mempetahankan aktivitas ekonomi domestik telah membeikan ekonomi stuktual entan tehadap peubahan kondisi ekstenal ekspansi ekonomi telah melambat dengan investasi tehalang oleh meningkatnya biaya poduksi disebabkan oleh kenaikan haga BBM dan penundaan di bebagai efomasi peatuan investasi dan pembangunan infastuktu Konsumsi juga menuun kaena daya beli masyaakat melemah dan geakan ke atas bau suku bunga Secaa ekstenal, ekspo telah dilakukan di bawah ekspektasi kaena kisis ekonomi global dan melemahnya daya saing Bank Indonesia memandang bahwa petumbuhan ekonomi untuk tahun 2005 secaa keseluuhan akan mencapai sekita 5,3% -5,6% Stabilitas makoekonomi domestik telah secaa signifikan dipengauhi oleh guncangan ekstenal yang disebabkan oleh kenaikan haga minyak dunia dan siklus pengetatan monete global haga minyak intenasional yang tinggi menyebabkan tajam peningkatan pemintaan untuk mata uang asing di pasa domestik Mempepaah ini penyesuaian dalam potofolio investasi kaena investo asing menanggapi pegeakan suku bunga lua negei dan skala tebatas teus investasi asing langsung (FDI) Di pasa mata uang elatif tipis di Indonesia, guncangan kemba dipoduksi volatilitas yang cukup besa dalam nilai tuka Depesiasi nilai tuka upiah dan kenaikan haga bahan baka secaa signifikan meningkatkan inflasi Akibatnya, Bank Indonesia mempekiakan inflasi tahun 2005 mencapai 18%, sementaa inflasi inti pada akhi tahun dipekiakan mencapai 9,5% Dalam konteks isiko ini, sekto pebankan teus Gamba 8BI RATE memetakan hasil yang menggembiakan, ditandai dengan peningkatan yang stabil dalam fungsi intemediasi pebankan Pada bulan Oktobe 2005, petumbuhan penyaluan kedit tecatat sebesa 21%, yang menunjukkan bahwa 22% yang ditagetkan ekspansi kedit untuk tahun 2005 baik dalam jangkauan Namun demikian, asio NPL yang mendaki kaena pemasangan isiko kedit tekait dengan naiknya suku bunga dan peningkatan isiko di sekto iil Pada bulan Oktobe 2005, NPL goss mencapai 8,4% goss dan NPL net 4,7% Ke depan, peningkatan isiko kedit panggilan untuk kewaspadaan lebih besa dai sekto pebankan Disisi lain BI Rate teendah sebesa 575% tejadi pada 09 Febuay 2012 hingga 14 May 2013 Dalam Rapat Dewan Gubenu RDG pada tanggal 9 Febuai 2012, Bank Indonesia memutuskan untuk menuunkan BI Rate sebesa 25 bps menjadi 5,75% Keputusan ini dibuat sebagai langkah lebih lanjut untuk mendoong petumbuhan ekonomi Indonesia di tengah menuunnya kineja ekonomi global, dengan pioitas tetap pada pencapaian sasaan inflasi dan stabilitas nilai tuka Dengan keputusan BI ate ini, batas bawah dan atas dai koido suku bunga opeasi monete Bank Indonesia menjadi 3,75% untuk bemalam deposit facility (tingkat deposit facility) dan 6,75% untuk fasilitas ovenight lending (tingkat fasilitas pinjaman), masingmasing Ke depan, Bank Indonesia akan teus waspada tehadap isiko membuuknya ekonomi global dan dampak kebijakan Pemeintah tentang enegi, dan akan teus mempekuat bauan kebijakan monete dan makopudensial, seta koodinasi dengan pemeintah Dewan Gubenu meyakini bahwa peneapan bauan kebijakan monete dan makopudensial countecyclical sangat penting dalam mengelola ekonomi dan menjaga inflasi dalam taget, yaitu, 4,5% ± 1% untuk 2012 dan 2013 Resolusi kisis kawasan euo yang bekaitan dengan utang dan defisit fiskal masih akan memakan waktu dan mengandung ketidakpastian, sementaa ekonomi AS masih menghadapi pemulihan yang lemah Kondisi ini menyebabkan menuunnya pedagangan global dan mempengauhi negaa bekembang pasa, temasuk Indonesia Sejalan Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

20 dengan aktivitas ekonomi global melemah, non-enegi haga komoditas global dalam menguangi ten, dan disetai dengan penuunan tekanan inflasi global Di sisi domestik, Dewan Gubenu memandang bahwa peekonomian Indonesia masih cukup tangguh, meskipun dengan kecendeungan petumbuhan yang lebih endah dai pospek ekonomi global Untuk Q1 / 2012, petumbuhan ekonomi dipekiakan akan mencapai 6,5% sedangkan untuk keseluuhan 2012 dipediksi menuju batas bawah dai pekiaan pada 6,3-6,7% Sumbe petumbuhan teutama dai pemintaan domestik, didukung oleh konsumsi swasta yang kuat dan investasi konsumsi swasta yang kuat didukung dengan meningkatkan daya beli dan keyakinan konsumen inflasi tekendali Peningkatan investasi didukung oleh iklim investasi yang baik dan pesepsi positif tehadap pospek ekonomi Indonesia Sementaa itu, petumbuhan ekspo dipekiakan melambat kaena ekonomi global melambat Bedasakan sekto poduksi, petumbuhan ekonomi yang kuat dipimpin oleh sekto manufaktu komunikasi sekto pengangkutan dan, seta pedagangan, hotel dan estoan Sedangkan pada 16 Juni 2016 memutuskan untuk menuunkan BI Rate sebesa 25 bps menjadi 6,50%, dengan suku bunga Deposit Facility tuun sebesa 25 bps menjadi 4,50% dan Lending Facility tuun sebesa 25 bps menjadi 7,00%, belaku efektif sejak 17 Juni 2016 Bank Indonesia juga memutuskan BI 7-day (Revese) Repo Rate tuun 25 bps dai 5,50% menjadi sebesa 5,25% sejalan dengan encana efomulasi suku bunga kebijakan asio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tecatat sebesa 21,7%, sementaa asio kedit bemasalah (Non Pefoming Loan/NPL) beada di kisaan 2,9% (goss) atau 1,5% (net)tansmisi pelonggaan kebijakan monete melalui jalu suku bunga teus belangsung, tecemin dai teus belanjutnya penuunan suku bunga pebankan, baik suku bunga deposito maupun suku bunga kedit Sementaa itu, tansmisi melalui jalu kedit masih belum optimal Hal ini telihat pada masih melambatnya petumbuhan kedit dai 8,7% (yoy) pada Maet 2016 menjadi 8,0% pada Apil 2016 Demikian pula petumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Apil 2016 tecatat sebesa 6,2% (yoy), menuun dibandingkan dengan petumbuhan bulan sebelumnya sebesa 6,4% (yoy) Biaya tambahan meupakan biaya yang haus dikeluakan oleh pihak pembei keja kepada pihak dana pensiun dikaenakan adanya encana kewajiban yang tidak didanai Pehitungan biaya tambahan dilakukan setiap tahun tehadap seluuh pegawai yang mengikuti pogam pensiun manfaat pasti Pada penelitian ini akan dijelaskan mengenai biaya tambahan pada pogam pensiun manfaat pasti dan caa pehitungannya bedasakan (Nulatifah,2015) Sebagai contoh pehitungan, akan dilakukan pehitungan tehadap satu pegawai bejenis kelamin wanita diangkat menjadi PNS dengan golongan IIIa pada usia 22 tahun (y = 22) dan mulai tehitung pensiun pada usia 58 tahun ( = 58) Gaji pokok pada tahun petama yang diteima adalah pebulan 1 Pehitungan manfaat pensiun Besa manfaat pensiun seoang peseta setiap tahunnya tegantung pada besa gaji pegawai pada usia dan poposi dai gaji yang dipesiapkan untuk manfaat pensiun Untuk pehitungan gaji, digunakan tingkat kenaikan gaji bekala sebesa 7% petahun (s = 7%) Besanya gaji pegawai dihitung bedasakan pesamaan, yaitu: t s t s ( 1 s) maka besanya gaji peseta pada usia 29 tahun adalah: 7 s29 s22 ( 1 s) s29= (1+0,07) 7 = kumulatif gaji selama satu tahun adalah = Poposi gaji yang dipesiapkan untuk manfaat pensiun bagi PNS menuut Undang-undang Nomo 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai adalah k = 2,5% Pada junal pehitungan fungsi manfaat pensiun menggunakan ata-ata gaji selama keja Besa manfaat pensiun dihitung bedasakan pesamaan yaitu: b =ks besa manfaat pensiun seoang peseta beusia 29 tahun adalah: b29 = (0,025) s29 b29= 0, = Jadi, besa manfaat pensiun peseta pada usia 29 tahun adalah Bedasakan kumulatif manfaat pensiun peseta pada usia pensiun nomal 58 tahun adalah Pehitungan nilai sekaang manfaat pensiun Nilai sekaang manfaat pensiun meupakan nilai sekaang pada tanggal pehitungan aktuaia dai manfaat pensiun yang telah dipoyeksikan dan akan dibayakan dimasa yang akan datang (pensiun) Nilai sekaang manfaat pensiun dihitung bedasakan pesamaan (34), yaitu: ( T ) ( PVFB ) B v p a nilai sekaang manfaat pensiun peseta beusia 29 tahun adalah: ( T ) l 58 N58 ( PVFB ) 29 B58v ( T ) l D (1 0,11) = , , ,24387 = ,185 nilai D dan N diambil dai tabel pehitungan pada (T ) sedangkan nilai l diambil dai tabel penyusutan jamak Jadi, nilai sekaang manfaat pensiun peseta pada usia 29 tahun adalah ,185 Pehitungan nilai sekaang manfaat pensiun dilakukan dai usia Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

21 masuk keja y hingga usia pensiun nomal Hasil pehitungannya disajikan dalam tabel beikut: Tabel 1 Pehitungan Nilai Sekaang Manfaat Pensiun n b B 58(PVFB) 58(PTL) 58(AL) 58(NC) (SCn) ,260-1,216, ,169 9, , ,260 1,704, ,230 11,446 12,248 14, ,860 1,294,288 2,340, ,709 32,531 17,992 21, ,970 2,010,148 3,154, ,888 68,095 25,948 30, ,588 2,776,118 4,179, , ,624 36,792 43, ,959 3,595,707 5,454,558 1,208, ,644 51,374 60, ,346 4,472,666 7,018,578 1,669, ,148 70,732 83, ,004,030 5,411,013 8,916,715 2,242, ,189 96, , ,074,313 6,415,044 11,198,124 2,952, , , , ,675,639 86,433, ,544, ,142,934 93,109, ,786,679 Dai Tabel 1 dapat dilihat bahwa besanya nilai sekaang manfaat pensiun teus meningkat seiing dengan betambahnya usia peseta Hal ini disebabkan oleh nilai peluang kelangsungan hidup dan fakto diskonto yang semakin tinggi sampai memasuki usia pensiun 3 Pehitungan nilai kewajiban penghentian encana Kewajiban penghentian encana meupakan kewajiban yang haus dibayakan oleh dana pensiun kepada peseta dikaenakan mengundukan dii sebagai peseta aktif dai pogam pensiun Nilai kewajiban penghentian encana dihitung bedasakan pesamaan, yaitu: ( PTL ) B ( m) p v a nilai kewajiban penghentian encana seoang peseta beusia 29 tahun adalah: 692,884, ,786, ,521, ,786,67 9 (PTL)29= B29 l l ( m) 58 ( m) 29 v ,022,759 63,810,772 N D ,724,708 75,486, = 5,411,013 (1+0,11) = 5,411,013 0, ,24387 = Jadi, besanya nilai kewajiban penghentian encana yang haus dibayakan jika ia pensiun pada usia 29 tahun adalah Pehitungan nilai kewajiban penghentian encana dilakukan dai usia masuk keja y hingga usia pensiun nomal Hasil pehitungannya disajikan dalam tabel beikut: Tabel 2 Pehitungan Biaya Tambahan t b B 58(PVFB) 58(PTL) 58(AL) 58(NC) (SCn) ,093,637 36,051, ,613,150 97,633,262 87,670,8 70 7,523,083 8,789, ,022,078 20,340,261 74,454,627 29,720,104 18,311,9 39 1,820,437 2,126, ,339,634 39,493, ,731,651 95,993,386 82,551,7 28 6,980,659 9,091, ,535,649 26,862,706 94,853,674 38,244,064 26,112,9 72 2,464,880 2,915, ,535,649 26,862, ,787,556 43,612,071 8,297,150 2,671,051 3,159, ,044,448 5,628,835 8,559,698 2,032, , , ,109 3,395,409 16,754,671 2,832, , , ,685 Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

22 ,262 3,740, ,057,243 6,888,182 27,947,477 7,135, ,148, , , , , ,281 89,653 4,840 5,179 6, , , ,432 92,879 3,574 3,824 4,671 Besanya nilai kewajiban penghentian encana teus meningkat seiing dengan betambahnya usia peseta Hal ini disebabkan oleh nilai peluang meninggal seseoang semakin tinggi seiing betambahnya usia, kumulatif manfaat pensiun yang teus meningkat dan juga fakto diskonto 4 Pehitungan nilai kewajiban aktuaia Kewajiban aktuaia meupakan nilai sekaang manfaat pensiun yang dialokasikan pada usia sekaang Nilai kewajiban aktuaia menggunakan metode Accued benefit cost AB ( T ) B ( AL ) B p v a ( PVFB ) B besanya nilai kewajiban aktuaia peseta beusia 29 tahun adalah: B29 58 ( AL) 29 ( PVFB) 29 B 58 = = Jadi, besanya nilai kewajiban aktuaia seoang peseta pada usia 29 tahun menggunakan metode Accued benefit cost adalah Pehitungan nilai kewajiban aktuaia dilakukan dai usia masuk keja y hingga usia pensiun nomal sepeti pehitungan yang sudah dilakukan Dapat dilihat bahwa besanya nilai kewajiban aktuaia meningkat seiing dengan betambahnya usia peseta Besanya nilai kewajiban aktuaia dipengauhi oleh kumulatif manfaat pensiun yang diteima pada tahun pehitungan dilakukan 5 Pehitungan iuan nomal Iuan nomal meupakan iuan tahunan yang wajib dibayakan oleh peseta pogam pensiun kepada pihak dana pensiun sejak mulai masuk keja pada usia y sampai dengan usia -1 Besanya iuan nomal menggunakan metode Accued benefit cost dihitung bedasakan pesamaan yaitu: AB ( NC) b p ( T ) v besanya iuan nomal yang haus dibaya seoang peseta beusia 29 tahun adalah: ( T ) AB 58 l N 58 ( NC) 29 b29 v ( T ) l29 D = (1+0,11) = , , ,24387 a Total = nilai diambil dai tabel penyusutan jamak (T ) l Jadi, besanya iuan nomal pada usia 29 tahun menggunakan metode Accued benefit cost adalah Besanya iuan nomal teus meningkat seiing dengan betambahnya usia peseta Hal ini disebabkan oleh nilai peluang kelangsungan hidup yang semakin tinggi sampai usia memasuki pensiun, manfaat pensiun yang teus meningkat dan juga fakto diskonto 6 Pehitungan biaya tambahan Batas minimal usia pensiun dini disesuaikan dengan Peatuan Pemeintah Nomo 32 Tahun 1979 tentang Pembehentian Pegawai Negei Sipil, pada pasal 17 ayat 1 disebutkan bahwa dibehentikan dengan homat sebagai PNS dengan hak pensiun apabila telah mencapa usia sekuang-kuangnya 50 tahun dan memiliki masa keja sekuang-kuangnya 10 tahun Biaya tambahan menggunakan metode Accued benefit cost dihitung bedasakan pesamaan yaitu: AB ( T ) ( SCn ) Cnb p v a besanya biaya tambahan seoang peseta beusia 29 tahun adalah: ( T ) B50 l N 58 ( sc7 ) 29 b29 v ( T ) B58 B50 l29 D = (1+011) = 1, , , ,24387 = Jadi, besanya biaya tambahan yang haus dibaya oleh pihak pembei keja kepada dana pensiun jika ia pensiun setelah bekeja selama 7 tahun atau pada usia 29 tahun adalah Beikut meupakan hasil pehitungan biaya tambahan 1 oang pegawai untuk setiap tahunnya Hasil pehitungan pada Tabel 2 menunjukkan besanya biaya tambahan yang haus dikeluakan oleh pihak pembei keja untuk 1 oang pegawai apabila ia behenti bekeja pada tahun besangkutan Besanya biaya tambahan teus meningkat pada tiap tahunnya, hal ini dipengauhi oleh bebeapa fakto diantaanya adalah nilai peluang kelangsungan hidup yang semakin tinggi sampai usia memasuki pensiun, manfaat pensiun yang teus meningkat dan juga fakto diskonto Sedangkan nilai koefisien biaya tambahan Cn yang digunakan adalah sama untuk setiap tahunnya Secaa analog, pehitungan biaya tambahan dilakukan tehadap seluuh pegawai yang bejumlah 34 oang Hasilnya Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

23 disajikan dalam tabel 2Besanya biaya tambahan yang dikeluakan untuk tiap pegawai bebeda-beda, hal ini dipengauhi oleh usia masuk keja dan gaji awal masing-masing pegawai Apabila seluuh pegawai mengundukan dii dai pegawai aktif dan pendanaan pensiun mengalami defisit, maka total seluuh biaya tambahan yang dikeluakan peiode tahun 2015 adalah sebesa Namun apabila pendanaan pensiun mengalami suplus atau tidak ada pegawai yang behenti bekeja pada tahun 2015, maka dana sebesa dapat digunakan untuk investasi lain 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bedasakan analisis tesebut dapat disimpulkan bahwa pehitungan dana pension bedasakan Usia pegawai saat diangkat menjadi PNS (y),usia pegawai saat pehitungan dilakukan (),Batas usia pensiun pegawai (),,Masa keja pegawai (t), Sisa masa keja pegawai (-), dan Gaji awal pegawai dapat dilakukan dengan menggunakan konsep Accued Benefit Cost Pemeintah pelu dilakukan peninjauan kembali system pembayaan pension pegawai mengingat haus dipehatikannya nilai suku bunga, besa manfaat pension, nilai manfaat pension, nilai kewajiban penghentian encana Untuk menefisiensi anggaan APBN pemeintah dapat mengatu kembali pegawai yang behak meneima pension dan meningkatkan kemampuan likuiditas Altenative lain adalah membeikan kesempatan kepada pemeintah daeah aga dapat mandii mengelola dana pension Asumsi penyusutan populasi pada penelitian ini masih menggunakan pehitungan secaa diskit bedasakan tabel motalita Pada penelitian selanjutnya disaankan untuk mempehitungkan factional age peseta kaena bulan masuk keja peseta tidak selalu sama dengan bulan lahi peseta Peubahan metode pehitungan dengan menggunakan pediksi pangkat teakhi seta mempetimbangkan tingkat suku bunga yang befluktuasi akan bedampak kepada actuaial liability yang tidak sama sehingga pada penelitian Beikutnya disaankan mempehitungkan supplemental liability Selain itu, pada penelitian ini masih tebatas pada pensiun nomal saja maka dianjukan pada penelitian selanjutnya untuk membahas jenis pensiun lain yang ada di PT Taspen (Peseo) sepeti pensiun dini, pensiun cacat dan pensiun meninggal 6 IMPLIKASI DAN KETERBATASAN Pada penelitian ini masih tebatas pada pensiun nomal saja maka dianjukan pada penelitian selanjutnya untuk membahas jenis pensiun lain yang ada di PT Taspen (Peseo) sepeti pensiun dini, pensiun cacat dan pensiun meninggal Dafta Pustaka [Bapepam] Badan Pengawas Pasa Modal, 2003 Asumsi Aktuaia Valuasi tahun 2003 [IAI] Ikatan Akutansi Indonesia, 1994 Peatuan Standa Akutansi Keuangan (PSAK) No 18 Akutansi Dana Pensiun Depatemen Keuangan Republik Indonesia, Jakata [PAI] Pesatuan Aktuais Indonesia, 1998 Standa Paktik Aktuaia Dana Pensiun Pesatuan Aktuais Indonesia, Jakata Futami, T, 1993 Matematika Asuansi Jiwa Bagian I, Heliyanto, G, Penejemah Oiental Life Insuance Cultual Development Cente, Tokyo Tejemahan dai:seimei Hoken Sugaku, Jokan ( 92 Revision ) Jodan, C W, 1991 Society of Actuaies Tebook on Life Contingencies, The Society of Actuaies, Chicago Kellison, Stephen G 1970 The theoy of Inteest, 3d Edition New Yok: McGaw-Hill Companies, Inc Nulatifah,S, Sudano, And HoyyiA2015 Pehitungan Biaya Tambahan Dengan Metode Accued Benefit Cost Pada Pendanaan Pogam Pensiun Manfaat Pasti Junal Gaussian, Volume 4, Nomo 3, Tahun 2015 Issn: Peatuan Pemeintah Nomo 12 Tahun 2002 Tentang Kenaikan Pangkat PNS Republik Indonesia Nota Keuangan dan Rancangan Anggaan Pendapatan dan Belanja Negaa Tahun Anggaan 2014 Republik Indonesia Peatuan Pemeintah Nomo 21 Tahun 2014 tentang Pembehentian Pegawai Negei Sipil yang Mencapai Batas Usia Pensiun bagi Pejabat Fungsional, Lembaan Negaa Tahun 2014 Nomo 58 Republik Indonesia Peatuan Pemeintah Nomo 32 Tahun 1979 tentang Pembehentian Pegawai Negei Sipil, Lembaan Negaa Tahun 1979 Nomo 47, Tambahan Lembaan Negaa Nomo 3149 Republik Indonesia Peatuan Pemeintah Nomo 34 Tahun 2014 tentang Peubahan Keenam Belas atas Peatuan Pemeintah Nomo 7 Tahun 1977 Tentang Peatuan Gaji Pegawai Negei Sipil, Lembaan Negaa Tahun 2014 Nomo 108 Republik Indonesia Undang-Undang Nomo 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai, Lembaan Negaa Tahun 1969 Nomo 42, Tambahan Lembaan Negaa Nomo 2906 Republik Indonesia Undang-Undang Nomo 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, Lembaan Negaa Tahun 1992 Nomo 37, Tambahan Lembaan Negaa Nomo 3477 Sembiing, R K, 1986 Buku Matei Pokok Asuansi I, Kaunika, Jakata Supayitno,A 2015 Pemasalahan Pensiun Pegawai Negei Sipil Indonesia, Academiaedu Tabel Motalita Taspen 2012 Tunggal, A W, 1995 Dasa-dasa Akutansi Dana Pensiun, Rineka Cipta, Jakata Wahab, Z, 2001 Dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Keja di Indonesia, Cita Aditya Bakti, Bandung Wahab, Z, 2005 Segi Hukum Dana Pensiun, Raja Gafindo Pesada, Jakata Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

24 Winklevoss, H E, 1993 Pensiun Mathematics with Numeical Illustatio, 2 nd edition, Univesity of Pennsylvania Pess, Philadelphia Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

25 Lampian Contoh Pehitungan Pada 1 Oang n - Gaji s S b B -P (m) a -P(T) v- 58(PVFB) 58(PTL) 58(AL) 58(NC) (SCn) ,900,000 22,800, , ,331, ,630 11, ,033,000 24,396,000 22,800, , , ,827, ,730 13,221 14,146 16, ,175,310 26,103,720 47,196, ,593 1,179, ,463, ,865 36,885 20,401 23, ,327,582 27,930,980 73,299, ,275 1,832, ,264, ,767 75,914 28,927 33, ,490,512 29,886, ,230, ,154 2,530, ,259, , ,814 40,391 47, ,664,848 31,978, ,116, ,454 3,277, ,481,090 1,065, ,017 55,611 64, ,851,388 34,216, ,095, ,416 4,077, ,963,422 1,472, ,334 75,596 88, ,050,985 36,611, ,311, ,295 4,932, ,745,066 1,978, , , , ,264,554 39,174, ,923, ,366 5,848, ,869,922 2,605, , , , ,493,073 41,916, ,098,143 1,047,922 6,827, ,384,479 3,379,417 1,159, , , ,737,588 44,851, ,015,014 1,121,276 7,875, ,340,346 4,330,872 1,633, , , ,999,219 47,990, ,866,064 1,199,766 8,996, ,800,284 5,497,091 2,260, , , ,279,164 51,349, ,856,689 1,283,749 10,196, ,831,018 6,922,725 3,083, , , ,578,706 54,944, ,206,657 1,373,612 11,480, ,511,091 8,661,402 4,153, , , ,899,215 58,790, ,151,123 1,469,764 12,853, ,934,296 10,777,474 5,535, , , ,242,160 62,905, ,941,702 1,572,648 14,323, ,207,469 13,348,190 7,309, , , ,609,111 67,309, ,847,621 1,682,733 15,896, ,452,550 16,466,266 9,573,127 1,013,389 1,183, ,001,749 72,020, ,156,954 1,800,525 17,578, ,813,659 20,242,921 12,451,854 1,275,384 1,490, ,421,871 77,062, ,177,941 1,926,561 19,379, ,462,140 24,811,617 16,100,258 1,600,569 1,869, ,871,402 82,456, ,240,397 2,061,421 21,306, ,595,864 30,333,072 20,711,363 2,003,887 2,341, ,352,400 88,228, ,697,225 2,205,720 23,367, ,463,680 37,001,359 26,531,325 2,504,369 2,925, ,867,069 94,404,822 1,022,926,031 2,360,121 25,573, ,342,422 45,050,182 33,864,633 3,125,333 3,651, ,417, ,013,160 1,117,330,853 2,525,329 27,933, ,569,925 54,761,360 43,097,212 3,896,237 4,552, ,007, ,084,081 1,218,344,013 2,702,102 30,458, ,540,496 66,474,673 54,713,170 4,853,820 5,670, ,637, ,649,967 1,326,428,093 2,891,249 33,160, ,701,010 80,600,243 69,314,039 6,043,423 7,060, ,312, ,745,464 1,442,078,060 3,093,637 36,051, ,613,150 97,633,262 87,670,870 7,523,083 8,789, ,033, ,407,647 1,565,823,524 3,310,191 39,145, ,916, ,172, ,745,349 9,364,741 10,940, ,806, ,676,182 1,698,231,171 3,541,905 42,455, ,373, ,940, ,753,649 11,659,051 13,621, ,632, ,593,515 1,839,907,353 3,789,838 45,997, ,284, ,813, ,457,440 13,961,925 16,311, ,517, ,205,061 1,991,500,867 4,055,127 49,787, ,058, ,853, ,392,033 16,728,904 19,544, ,463, ,559,415 2,153,705,928 4,338,985 53,842, ,205, ,344, ,870,883 20,055,609 23,431, ,475, ,708,574 2,327,265,343 4,642,714 58,181, ,293, ,847, ,480,840 24,057,238 28,106, ,559, ,708,174 2,512,973,917 4,967,704 62,824, ,968, ,257, ,144,627 28,873,050 33,732, ,718, ,617,746 2,711,682,091 5,315,444 67,792, ,057, ,877, ,274,688 34,677,903 40,514, ,958, ,500,989 2,924,299,838 5,687,525 73,107, ,539, ,511, ,852,158 41,687,550 48,704, ,285, ,426,058 3,151,800,826 6,085,651 78,795, ,575, ,575, ,575,673 50,169,301 58,613,683 Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

26 INDEKS SUBJEK JURNAL BPPK Volume 9 Nomo 2, 2016 Accued, 160, 163, 164, 169, 170, 171, 172, 177, 178 Agegate Output, 199 analisis, 2 Batas usia pensiun, 160, 163, 171, 172, 178 belanja modal, 111, 115, 116, 117, 118, 120, 199, 210, 211, 212 Benefit, 160, 163, 164, 169, 178 civil sevant ependitue, 110 conditional gants, 146, 148, 149, 150, 154, 156, 158 Contol belief, 130 Couption Peception Inde, 130 Cost, 160, 163, 164, 169, 178 Cukai, 123, 124, 125, 126, 127, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 191, 192 DAK, 111, 112, 148, 151, 154 Dana, 111, 113, 122, 140, 147, 156, 158, 160, 162, 163, 164, 167, 169, 170, 175, 178, 179 Dawin, ii data, 2, 6 data panel, 199 DAU, 111, 113, 116, 117, 118, 147, 148, 150 daya beli, 174, 175, 182, 183, 236 DBH, 111, 113, 148, 150, 153, 157 decentalization, 110, 112, 121, 146 desentalisasi fiskal, 110, 112, 113, 114, 146, 152 DJBC, 124, 125, 127, 131, 133, 134, 136, 137, 138, 139, 143, 144 economic, 199 Economy, 181 education, 146, 216 ekonomi, i ekspo, 124, 131, 135, 139, 174, 175, 181, 182, 183, 191, 192, 193, 194, 195, 196, 201, 204, 209, 236 ekstensifikasi pajak, 146, 158 evaluasi, i ependitue assignment, 113, 114 fiscal capacity, 110, 111, 114 fiscal capacity inde, 110 fiscal tansfe, 110, 113 flypape effect, 146, 147, 148, 149, 155, 157, 158 Foecasting, 181, 196 Govenment spending, 199, 200, 209 Gsta, 181 hukum nomatif, 123, 126 Human Development Inde, 199, 203, 205 Indonesia, i, 123, 2, 3 Inflation, 181, 196 Inklusif, 216, 219, 220, 222, 223, 227, 230, 233, 238, 240 intenasional, 2 jasa, 2 kemiskinan, 110, 111, 113, 117, 118, 119, 120, 129, 182, 199, 200, 201, 204, 205, 207, 208, 209, 211, 212, 216, 217, 218, 219, 220, 222, 223, 224, 225, 226, 227, 228, 230, 232, 233, 236, 237, 238, 239, 240 Kepabeanan, 123, 126, 131, 132, 133, 134, 140, 141, 143 ketimpangan fiskal, 112 keuangan, i Koupsi, 123, 126, 127, 128, 129, 130, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 142, 143 legislation appoach, 123 macoeconomics, 181 monete, 112, 174, 175, 181, 182, 187, 204 negaa, i, 6 Opini Audit, 160 oganisasi, 2 otonomi daeah, 110, 111, 112, 115, 120, 146, 150, 152, 157 owned evenue, 110 PAD, 110, 111, 113, 114, 115, 118, 119, 120, 146, 147, 148, 150, 152, 153, 155, 156, 157, 158 pegawai negei sipil, 160, 161, 173 Pembeantasan koupsi, 123 Pemeiksaan Pendahuluan, 146 pemungutan, 124, 130, 131, 157 pengeluaan fungsi pendidikan, 146, 151, 156, 157 Pensiun, 160, 161, 162, 163, 164, 167, 169, 170, 171, 172, 175, 176, 178, 179 petumbuhan ekonomi, 113, 114, 119, 129, 130, 174, 175, 181, 182, 183, 192, 195, 200, 203, 204, 212, 216, 217, 218, 219, 220, 221, 222, 223, 224, 225, 226, 227, 228, 230, 231, 232, 233, 234, 235, 236, 237, 238, 239, 240 Petumbuhan ekonomi, 119, 181, 192, 195, 196, 200, 223, 226, 227, 230, 232, 236, 239 poo society, 110 Pooness Rate, 199 pogam anti koupsi, 123 esistensi, 216 evenue assignment, 113, 114 Saham, 110 sumbe daya manusia, 110, 124, 129, 137, 146, 151, 157, 203, 205, 210, 225 tingkat haga, 183, 187 Tansfe ke Daeah, 111, 112 unconditional gants, 146, 148, 149, 150, 153, 155, 156, 157 Unemployment Rate, 199 vaiabel, 2 vaiance decomposition, 123 Junal BPPK Volume 9 Nomo 2,

27 PETUNJUK BAGI (CALON) PENULIS JURNAL BPPK 1 Sebagai pa-syaat dalam mengiimkan atikel untuk dapat ditebitkan pada Junal BPPK, penulis diwajibkan mengiimkan (calon) atikel Junal BPPK yang dilengkapi: Suat penyataan oisinalitas kaya bemateai cukup ( 6000,-), Lemba Identitas Atikel Junal BPPK, Cuiculum Vitae Fomat telampi 2 Atikel yang diajukan diketik dengan pogam Micosoft Wod atau pogam pengolah kata sejenis dan disimpan dalam fomat doc menggunakan huuf Cambia, ukuan 10 pts, spasi tunggal, dicetak pada ketas A4 dengan panjang 15 sd 30 halaman, dan diseahkan dalam bentuk hadcopy/cetak sebanyak 1 eksempla beseta softcopy-nya Pengiiman Atikel softcop yjuga dapat dilakukan melalui ke alamat: junalbppk@gmailcom 3 Atikel ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Inggis Sistematika atikel hasil penelitian adalah a Judul Penulisan judul tidak lebih dai 14 kata, dicetak dengan huuf kapital, cente, Cambia 14 b Nama Penulis Nama Penulis ditulis tanpa gela akademik, disetai lembaga asal tempat peneliti melakukan penelitiandalam hal atikel ditulis oleh tim, penyunting hanya behubungan dengan penulis utama atau penulis yang namanya tecantum pada uutan petama Penulis utama wajib mencantumkan alamat koespondensi dan/atau c Abstak disetai kata kunci Abstak dan kata kunci ditulis dalam dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggis Panjang masing-masing abstak tidak lebih dai 150 kata yang disetai dengan 3-5 kata kunci Abstak minimal beisi judul, tujuan, metode dan hasil penelitian Penulisan Abstak yang bebahasa Inggis mengacu pada kaidah penulisan abtak kaya ilmiah yang belaku umum secaa intenasional Dalam hal penejemahan abstak bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggis, penulis tidak dipekenankan melakukan copy-paste langsung dai softwae/aplikasi/web penejemah bahasa Untuk kepeluan tanslasi diekomendasikan menggunakan jasa penejemah tesumpah Adapun biaya yang muncul atas penggunaan jasa tesebut menjadi tanggung jawab penulis atikel d Pendahuluan Bagian ini menjelaskan lata belakang iset, umusan masalah, penyataan tujuan dan (jika dipandang pelu) oganisasi penulisan atikel e Keangka teoitis dan pengembangan hipotesis Memapakan keangka teoitis bedasakan telaah liteatu yang menjadi landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau poposi iset dan model iset f Metode iset/penelitian Menguaikan metode seleksi dan pengumpulan data, pengukuan dan definisi opeasional vaiabel, dan metode analisis data g Hasil dan pembahasan Menjelaskan analisis data iset dan deskipsi statistik yang dipelukan 2422 Junal BPPK Volume 9 Nomo 2, 2016

28 h Kesimpulan Memuat simpulan hasil iset, temuan penelitian yang beupa jawaban atas petanyaan penelitian atau beupa intisai hasil pembahasan Simpulan disajikan dalam bentuk paagaf i Implikasi dan ketebatasan Menjelaskan implikasi temuan dan ketebatasan iset, seta jika pelu saan yang dikemukakan peneliti untuk iset yang akan datang j Dafta Pustaka Memuat sumbe-sumbe pustaka atau efeensi yang dikutip di dalam penulisan atikel Hanya sumbe yang diacu yang dimuat dalam dafta efeensi ini Untuk keseagaman penulisan, Dafta Pustaka ditulis sesuai dengan fomat Ameican Psychological Association (APA) k Lampian Memuat tabel, gamba dan instumen iset yang digunakan 4 Tata caa penyajian kutipan, ujukan, tabel, dan gamba mengikuti ketentuan dalam PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH JURNAL BPPK atau meujuk pada tata caa yang digunakan dalam atikel yang telah dimuat Atikelbebahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempunakan dan istilah-istilah yang telah dibakukan oleh Pusat Bahasa 5 Semua Atikel ditelaah secaa anonim oleh Dewan Edito yang ditunjuk oleh Seketaiat Junal BPPK menuut bidang kepakaannya Penulis atikel dibei kesempatan untuk melakukan pebaikan atau evisi atikel atas dasa ekomendasi/saan dai Dewan Edito atau penyunting Kepastian pemuatan atau penolakan atikel akan dibeitahunkan secaa tetulis 6 Segala sesuatu yang menyangkut peijinan pengutipan, penggunaan softwae/aplikasi kompute untuk pembuatan atikel atau hal lainnya yang tekait dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang dilakukan oleh penulis, beikut konsekuensi hokum yang mungkin timbul, menjadi tanggung jawab penuh penulis atikel Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

29 Yang betanda tangan di bawah ini, SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ARTIKEL JURNAL BPPK Nama Penulis Atikel : N I P / N R M : Pangkat / Golongan : Jabatan : dengan ini menyatakan bahwa atikel yang saya susun dengan judul : JUDUL ARTIKEL UNTUK JURNAL BPPK (Huuf Tebal) adalah bena-bena hasil kaya saya sendii dan bukan meupakan plagiat dai atikel oang lain Atikel ini belum penah dipublikasikan pada junal atau media yang lain dan akan diseahkan kepada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) untuk digandakan, dipebanyak dan/atau disebaluaskan Apabila kemudian hai penyataan Saya tidak bena, maka Saya besedia meneima sanksi sesuai dengan peatuan peundang-undangan temasuk sanki pidana Demikian suat penyataan ini saya buat dengan sebenanya, untuk dapat dipegunakan bilamana dipelukan Mateai 6000,00, Pembuat Penyataan NIP Catatan: Dapat dipebanyak sesuai kebutuhan penulis dan bilamana dipelukan, Softcopy suat penyataan ini dapat diminta melalui junalbppk@gmailcom 2424 Junal BPPK Volume 9 Nomo 2, 2016

30 FORMULIR CURRICULUM VITAE PENULIS ARTIKEL JURNAL BPPK Nama Lengkap : Tempat/Tgl Lahi : Jabatan Sekaang : Unit Keja : NIP/NRM/Gol : No Rekeneing : Bank Cabang NPWP : No HP : Riwayat Pendidikan : Jenjang Gela Univesitas Tahun D1 D3 D4/S1 S2 S3 Riwayat Pekejaan: Jabatan Unit Keja/Oganisasi Peiode Penghagaan/Awad/Acknowledged Rewad: Bidang Keilmuan yang Diminati: Catatan: Dapat dipebanyak sesuai kebutuhan penulis dan bilamana dipelukan, Softcopy Fom CV ini dapat diminta melalui junalbppk@gmailcom Junal BPPK, Volume 9 Nomo 2,

31 LEMBAR IDENTITAS ARTIKEL JURNAL BPPK Judul Atikel Bei tanda ( ) pada yang telah disediakan sesuai keadaan yang sebenanya: a Jenis Atikel Hasil pemikian pada (bulan dan tahun) Hasil penelitian tahun (bulan dan tahun) b Hubungan dengan penelitian lain sebelumnya Penelitian/Pemikian bau Ringkasan/Shot vesion Skipsi kaya sendiidengan judul Ringkasan/Shot vesion Thesis kaya sendii dengan judul Kajian atau kaya Ilmiah lain kaya sendii kaya sendii yaitu dengan judul Lainnya, sebutkan: c Tempat Penulis melakukan Penelitian/Pemikian pada Atikel ini Tempat Keja yaitu Sewaktu Pendidikan pogam (nama pogam studi dan jenjang) di (nama univesitas dan negaa) Lainnya, yaitu d Sumbe Pembiayaan dalam melakukan Penelitian/Pemikian pada Atikel ini Sendii Lainnnya, yaitu: Dengan ini saya menyatakan bahwa data yang saya isi pada fomuli ini adalah bena adanya dan tanpa ekayasa Apabila kemudian hai penyataan Saya tidak bena, maka Saya besedia meneima sanksi sesuai dengan peatuan peundang-undangan temasuk sangsi pidana, Penulis Atikel, 2426 Junal BPPK Volume 9 Nomo 2, 2016

32

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT Sudianto Manullang Yasifati Hia Abstak Pengelolaan dana pensiun dapat menentukan dan mendoong peningkatan poduktivitas angkatan keja.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE COST PRORATE TIPE CONSTANT DOLLAR PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAAT PASTI

PENGGUNAAN METODE COST PRORATE TIPE CONSTANT DOLLAR PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAAT PASTI Buletin Ilmiah Math Stat dan eapanna (Bimaste) Volume 02, No 2 (2013), hal 147-154 PENGGUNAAN MEODE COS PRORAE IPE CONSAN DOLLAR PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAA PASI Agus Joko Sujono, Dadan Kusnanda,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM E-Junal Matematika Vol. 3, No.2 Mei 2014, 64-74 ISSN: 2303-175 PERHITUNGAN DA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM I GUSTI AYU KOMANG KUSUMA WARDHANI 1, I NYOMAN WIDA

Lebih terperinci

Ade Reza Wijaya, Neva Satyahadewi, Setyo Wira Rizki INTISARI

Ade Reza Wijaya, Neva Satyahadewi, Setyo Wira Rizki INTISARI Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Teaannya (Bimaste) Volume 06, No. 3(2017), hal 177 182. PERBANDINGAN METODE BENEFIT PRORATE TIPE CONSTANT DOLLAR DAN TIPE CONSTANT PERCENT PADA PENDANAAN PENSIUN MANFAAT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1867 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1867 TAHUN 2014 TENTANG 8J~~g;~~ ~~ KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1867 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM KEPULAUAN SERIBU SEBAGAI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Fiskal vs Moneter Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif?

Fiskal vs Moneter Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif? Fiskal vs Monete Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif? Oleh : Pemeintah bau saja mengumumkan encana peubahan defisit PN 2009 dai 1,0% tehadap PD menjadi 2,5% tehadap PD. Pada kesempatan yang sama Pemeintah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA TAMBAHAN DENGAN METODE PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI SKRIPSI. Disusun Oleh : SITI NURLATIFAH JURUSAN STATISTIKA

PERHITUNGAN BIAYA TAMBAHAN DENGAN METODE PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI SKRIPSI. Disusun Oleh : SITI NURLATIFAH JURUSAN STATISTIKA PERHITUNGAN BIAYA TAMBAHAN DENGAN METODE ACCRUED BENEFIT COST PADA PENDANAAN PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI SKRIPSI Disusun Oleh : SITI NURLATIFAH 24010211130052 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 643 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINCIAL PROJECT IMPLEMENTATION UNIT UNTUK PROGRAM SANITASI

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS NOMOR 542 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN I

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Volume 1, Nomo : 79 90 Mei 015 HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 01/013 Faisal 1, Razali 1, Yeni Malina 1 1 Pogam Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2013 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2013 TAHUN 2014 TENTANG fij~@j~@~@j{~. (;j~ifalumiiv KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2013 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM JAYA PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 PM -7 Hubungan Fasilitas, Kemandiian, dan Kecemasan Belaja tehadap Pestasi Belaja Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Puing Tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tabungan dan Asuransi Pensiun Tabungan dan asuransi pensiun merupakan tabungan jangka panjang yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN I SALINAN I fi~@?~{5]f~~ ~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG C' PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG .,, ' [ SALINAN I fff~~~!jf~~..f~j~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG I SALINAN I fp~@"~{5}f~~ ~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 {, TENTANG PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN/PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 HUBUNGAN KINERJA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN IPA DI SD PADA MAHASISWA PROGRAM D PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FKIP UNS TAHUN AKADEMIK 009 / 00 Wasiti Dosen PGSD FKIP

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian meupakan stategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipelukan, guna menjawab pesoalan yang dihadapi. Metode

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA. (Studi pada Desa Sumbergede Kec. Sekampung Kab.

PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA. (Studi pada Desa Sumbergede Kec. Sekampung Kab. PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA (Studi pada Desa Sumbegede Kec. Sekampung Kab. Lampung Timu) Wahyu Widodo Dosen Tetap STISIPOL Dhama Wacana Meto ABSTRACT

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

Matematika Keuangan Dan Ekonomi. Indra Maipita

Matematika Keuangan Dan Ekonomi. Indra Maipita Matematika Keuangan Dan Ekonomi Inda Maipita TINGKAT DISKON DAN DISKON TUNAI Diskon dan Tingkat Diskon Diskon meupakan penguangan jumlah dai yang sehausnya dibayakan, yang dilakukan di muka. Konsep diskon

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER

KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER SOVIA ANGGRAINI SETIONO Pogam Studi Ilmu Administasi Bisnis, Sekolah Tinggi Ilmu Administasi

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA)

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) Da.Heny Mahmudah Dosen unisla ABSTRAK Pada hakekatnya suatu peusahaan didiikan untuk

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN Asuni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia Banjamasin Jl. A Yani Km. 5,5 Banjamasin,

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia

BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejaah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia Adapun sejaah Badan Pusat Statistik di Indonesia tejadi empat masa pemeintahan di Indonesia, antaa

Lebih terperinci

(A) (B) (C) (D) (E) Nilai... (A) 5 (B) 4 (C) 3

(A) (B) (C) (D) (E) Nilai... (A) 5 (B) 4 (C) 3 p 01 Jika p dan maka 5 0. 0. 04. (A) 5/7 5/6 4/7 (D) 4/6 (E) /4 (A) 0 (D) (E) (A) (D) (E) p Nilai... (A) 5 4 (D) (E) 1 0,65 Hasil dai adalah... 0,875 0,5 0,15 16 0,5... / /4... / 4/ a b a b ab a ab b ab

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG Junal Agibisnis, Vol. 9, No. 2, Desembe 2015, [ 137-148 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI Junal Teknik Sipil ISSN 30-053 Pogam Pascasajana Univesitas Syiah Kuala Pages pp. 4-35 PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih obyek penelitian UD. Usaha Mandii Semaang, yang betempat di Jalan Semaang Indah C-VI No 20. UD. Usaha

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, NOMOR 2029 TAHUN 2015

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, NOMOR 2029 TAHUN 2015 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PRovINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2029 TAHUN 2015 TENTANG PE~SETUJUAN PEMANFAATAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA TANAH YANG TERLETAK

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Seambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 016 ISSN : 337-8085 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Tamizi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

~~{ Jf'~YlF~~tJ. ~.f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2013 TENTANG

~~{ Jf'~YlF~~tJ. ~.f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2013 TENTANG . " I SALINAN I ~~{ Jf'~YlF~~tJ ~.f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 92 TAHUN 2012 TENTANG PEGAWAI TIDAK TETAP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di madasah Aliyah Negei (MAN) Model Medan yang bealamat di Jalan Williem Iskanda No. 7A Keluahan Sidoejo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI 3. Pendahuluan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis, 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu penelitian yang dilakukan dengan baik pada dasanya ada tiga hal pokok yang haus dipehatikan yaitu dilaksanakan secaa sistematis, beencana dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational BAB IV ANALISIS DATA Analisis data meupakan hasil kegiatan setelah data dai seluuh esponden atau sumbe data lainnya tekumpul. Hal ini betujuan untuk mengetahui tingkat kebenaan hipotesis-hipotesis penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA Semina Nasional Teknologi Infomasi dan Multimedia 0 STMIK AMIKOM Yogyakata, 6-8 Febuai 0 ISSN : 0-80 PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa .1. Bentuk Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencai maksud dan pengauh antaa vaiable independen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN. Data Identitas Responden Fekuensi identitas esponden dalam penelitian ini tedii dai jenis kelamin dan pendidikan guu yang dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Program dana pensiun merupakan bentuk balas jasa pemerintah terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Program dana pensiun merupakan bentuk balas jasa pemerintah terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Dana Pensiun Program dana pensiun merupakan bentuk balas jasa pemerintah terhadap pegawai yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Negara. Di sisi lain,

Lebih terperinci

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES Posiding Konfeda dan Semina Nasional BK PD ABKIN Sulawesi Selatan Optimalisasi Pean Pendidik Dalam Membangun Kaakte Bangsa Di Ea MEA 30 Makassa, 4-5 Maet 017 PENGARUH CONTRACTING CONTINU SEBUAH PENDEKATAN

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C pepustakaan.uns.ac.id ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C Budi Santoso, Respatiwulan, dan Ti Atmojo Kusmayadi Pogam Studi Matematika,

Lebih terperinci

EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syariah DI JAWA)

EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syariah DI JAWA) EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syaiah DI JAWA) Enny Aiyani Podi Teknik Industi FTI-UPNV Jawa Timu ABSTRAK Pemasalahan dalam penelitian ini bahwa

Lebih terperinci

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan penelitian kuantitatif koelasional. Penelitian kuantitatif koelasional adalah penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskiptif dan veifikatif. Menuut Sugiyono (005: 13), penelitian deskiptif adalah jenis penelitian yang menggambakan

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1062TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR NOMOR 850 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN

Lebih terperinci

USMSTAN TPA Pembahasan TPA STAN 2014 Aritmatika

USMSTAN TPA Pembahasan TPA STAN 2014 Aritmatika USMSTAN 014 - TPA Pembahasan TPA STAN 014 Aitmatika Doc. Name: USMSTAN014TPA998 Doc. Vesion : 016-0 halaman 1 6. Jika 7. 8. 9. (A) 5/7 5/6 4/7 (D) 4/6 /4 (A) 0 (D) (A) (D) p p dan maka 5 p Nilai... (A)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Hifzhil. Yayasan Islamic Centre Medan yang terletak di Jl.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Hifzhil. Yayasan Islamic Centre Medan yang terletak di Jl. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah Madasah Hifzhil Yayasan Islamic Cente Medan yang teletak di Jl. Pancing Quan Medan. Secaa geogafis dapat dikatakan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR) TAHUN ANGGARAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR) TAHUN ANGGARAN UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR) TAHUN ANGGARAN 2012 MEI 2012 Nama file: G:\hibah PBR\PANDUAN hibah-rbl2012.doc (382 Kb) Dafta Isi Dafta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) B. Vey Chistioko 1,, Dian Ti Wiyanti 2 Pogam Studi Teknik Infomatika Juusan

Lebih terperinci

The Production Process and Cost (I)

The Production Process and Cost (I) The Poduction Pocess and Cost (I) Yang dimaksud dengan Input (Kobanan) misalnya Mesin sebagai Kapital (Capital) dan Tenaga Keja sebagai Labou (L), sedangkan Q = Tingkat Output (Poduksi) yang dihasilkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I .~;,1 PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH ' DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I BUPATI SIDOARJO, Menimbang: a. bahwa Pajak Ai

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU ABSTRAK

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU ABSTRAK PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU Mohamad Andi 1, Inda 2, Alimin Maidin 3 1 Bagian Penjaminan Mutu FKM Unismuh Palu 2 Bagian AKK, FKM Univesitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG ORBITH VOL. 11 NO. 3 NOVEMBER 015 : 185 189 PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG Oleh: Endang Tiyani Staf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekspeimental. Pada penelitian ini akan ada kelompok ekspeimen dan kelompok

Lebih terperinci

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap Vol. 3, No., 7-79, Januai 7 Model Matematika Sistem Pesediaan (Q, R) Yang Tekait Dengan Mutu Baang Dan Infomasi Pemintaan Lengkap Agus Sukmana Abstact This pape deals with an inventoy model fo continuous

Lebih terperinci

BAB 4 Aspek Organisasi dan Manajemen dan Aspek Sumber Daya Manusia

BAB 4 Aspek Organisasi dan Manajemen dan Aspek Sumber Daya Manusia BAB 4 Aspek Oganisasi dan Manajemen dan Aspek Sumbe Daya Manusia 4.1 Pofil Peusahaan Beikut adalah pofil peusahaan Chicken Box : Beawal dai keinginan tiga mahasiswa pehotelan Univesitas Bina Nusantaa untuk

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Dalam peneltian ini akan digunakan bebeapa teknik dalam pengumpulan data yaitu: 1. Obsevasi Yaitu caa pengumpulan data melalui pencatatan secaa cemat

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti JUNAL ILMIAH ANGGAGADING Volume 4 No., Oktobe 004 : 99 104 PENGAUH MODEL PODUK TEHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selula Meek Nokia Pada PT. Bimasakti Oleh: Maju L. Tobing Dosen

Lebih terperinci

PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia) Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang

PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia) Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia) Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang Abstrak Program dana pensiun merupakan salah satu faktor pendorong

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

IPEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

IPEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA \ IPEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA INSTRUKSI GUBERNUR PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PELAKS...\NAAN KEGIATAN PENOATAAN KELUARGA 01 PROVINSI OJ~ERAH

Lebih terperinci