~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi

1 I SALINAN I fp~@"~{5}f~~ ~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 {, TENTANG PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN/PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, (' Menimbang Mengingat a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peatuan Daeah Nomo 10 Tahun 2008 tentang Oganisasi Peangkat Daeah dan Peatuan Gubenu Nomo 102 Tahun 2009 tentang Oganisasi dan Tata Keja Inspektoat, maka Keputusan Gubenu Nomo 66 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeiksaan Apaat Pengawasan Fungsional di Lingkungan Pemeintah Popinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata, sudah tidak sesuai lagi dengan pekembangan dan kebutuhan; b. bahwa bedasakan petimbangan sebagaimana dimaksud dalam huuf a, pelu menetapkan Peatuan Gubenu tentang Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan/Pemeiksaan Badan Pemeiksa Keuangan Republik Indonesia dan Apaat Pengawasan Inten Pemeintah; 1. Undang-Undang Nomo 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomo 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomo 15 Tahun 2004 tentang Pemeiksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negaa; 3. Undang-Undang Nome 32 Tahun 2004 tentang Pemeintahan Daeah sebagaimana telah bebeapa kali diubah teakhi dengan Undang-Undang Nomo 12 Tahun 2008; 4. Undang-Undang Nomo 29 Tahun 2007 tentang Pemeintahan Povinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata sebagai Ibukota Negaa Kesatuan Republik Indonesia; 5. Undang-Undang Nomo 43 Tahun 2009 tentang Keasipan;

2 2 6. Peatuan Pemeintah Nomo 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaaan Pemeintahan Daeah; 7. Peatuan Pemeintah Nomo 8 Tahun 2006 tentang Pelapoan Keuangan dan Kineja Instansi Pemeintah; 8. Peatuan Pemeintah Nomo 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Uusan Pemeintahan antaa Pemeintah, Pemeintahan Daeah Povinsi dan Pemeintahan Daeah Kabupaten/Kota; 9. Peatuan Pemeintah Nomo 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Inten Pemeintah; 10. Peatuan Pemeintah Nomo 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negei Sipil; 11. Peatuan Badan Pemeiksa Keuangan Nomo 2 Tahun 2010 tentang Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeiksaan Badan Pemeiksa Keuangan; 12. Peatuan Mentei Negaa Pendayagunaan Apaatu Negaa Nomo 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan, Pemantauan, Evaluasi dan Pelapoan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Fungsional; 13. Keputusan Mentei Keuangan Nomo 378/Kmk.01/2004 tentang Penguusan dan Penghapusan Piutang Negaa pad a Instansi Pemeintah Bekaitan Dengan Otonomi Daeah; 14. Peatuan Daeah Nomo 10 Tahun 2008 tentang Oganisasi Peangkat Daeah; 15. Peatuan Gubenu Nomo 102 Tahun 2009 tentang Oganisasi dan Tata Keja Inspektoat; MEMUTUSKAN. Menetapkan PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN/PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH. BABI KETENTUAN UMUM Pasal1 Dalam Peatuan Gubenu ini yang dimaksud dengan 1. Badan Pemeiksa Keuangan Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat BPK RI adalah lembaga Negaa yang betugas untuk melakukan pemeiksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negaa sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Nomo 15 Tahun 2005 tentang Pemeiksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negaa. 2. Pemeintah Daeah adalah Gubenu dan Peangkat Daeah sebagai unsu penyelenggaa Pemeintahan Daeah.

3 3 3. Gubenu adalah Kepala Daeah Povinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata. 4. Wakil Gubenu adalah Wakil Kepala Daeah Povinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata. 5. Inspektu adalah Inspektu Povinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata. 6. Kota Administasi adalah Kota Administasi di Povinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata. 7. Kabupaten Administasi adalah Kabupaten Administasi Kepulauan Seibu Povinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata. 8. Badan Kepegawaian Daeah yang selanjutnya disingkat BKD adalah Badan Kepegawaian Daeah Povinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata Satuan Keja Peangkat Daeah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Keja Peangkat Daeah Povinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata. 10. Unit Keja Peangkat Daeah yang selanjutnya disingkat UKPD adalah Unit Keja atau Subodinat SKPD. 11. Badan Usaha Milik Daeah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah Badan Usaha Milik Daeah Povinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata. 12. Walikota adalah Walikota Kota Administasi. 13. Bupati adalah Bupati Kabupaten Administasi. 14. Inspektu Pembantu Kota Administasi yang selanjutnya disebut Ibanko adalah Inspektu Pembantu pada Kota Administasi. 15. Inspektu Pembantu Kabupaten Administasi yang selanjutnya disebut Ibankab adalah Inspektu Pembantu Kabupaten Administasi. 16. Apaat Pengawasan Inten Pemeintah yang selanjutnya disingkat APIP adalah lembaga/unit keja di lingkungan Instansi Pemeintah yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan fungsional tehadap penyelenggaaan pemeintah melalui kegiatan pemeiksaan/audit, eviu, pemantauan, asistensi, konsultasi dan sosialisasi yang tedii dai Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektoat Jendeal Kementeian, Inspektoat Utamallnspektoat LPND, Inspektoat dan Pebendahaaan Mabes TNI/Angkatan, Inspektoat Pengawasan Umum Kepolisian RI, Jaksa Agung Muda Pengawasan dan Inspektoat Povinsi/Kabupaten/Kota. 17. Pengawasan Inten adalah seluuh poses kegiatan audit, eviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain tehadap penyelenggaaan tug as dan fungsi oganisasi dalam angka membeikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan tesebut dilaksanakan sesuai dengan tolok uku yang telah ditetapkan secaa efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kelola pemeintahan yang baik. 18. Pengawasan Regule adalah pengawasan yang dilakukan bedasakan Pogam Keja Pengawasan Tahunan (PKPT). 19. Pengawasan Masyaakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyaakat baik yang dilapokan secaa langsung/tidak langsung maupun melalui media cetak/elektonik.

4 4 20. Kasus adalah temuan atau bag ian temuan pengawasan yang beindikasi adanya tindak pelanggaan. 21. Pemeiksaan Pengaduan Masyaakat adalah poses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi bukti yang dilakukan secaa independen, obyektif dan pofesional bedasakan standa yang belaku untuk mencai kebenaan atas pengaduan masyaakat yang isinya mengandung infomasi atau adanya indikasi tejadinya penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh apaatu Negaa yang mengakibatkan keugian masyaakat dan/atau Negaa dalam angka penyelenggaaan pemeintahan. 22. Lapoan Hasil Pengawasan/Pemeiksaan yang selanjutnya disingkat LHP adalah lapoan yang memuat seluuh hasil pengawasan/pemeiksaan beupa data temuan, simpulan hasil pengawasan/pemeiksaan dan saan/ekomendasi yang besifat fomal, lengkap dan final setelah ditanggapi oleh Pimpinan Unitllnstansi yang dipeiksa (auditi). l 23. Temuan adalah keadaan/fakta/bukti yang tidak sesuai dengan ketentuan peatuan peundang-undangan dan paling kuang memiliki saan/ekomendasi sebagaimana yang tecantum dalam LHP. 24. Saan/ekomendasi adalah saan dai pemeiksa/pengawas bedasakan hasil pemeiksaan/pengawasannya yang ditujukan kepada oang dan/atau badan yang bewenang untuk melakukan tindakan dan/atau pebaikan. 25. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan/Pemeiksaan yang selanjutnya disingkat TLHP adalah tindak lanjut yang dilakukan oleh pejabat yang bewenang dalam angka melaksanakan saan/ekomendasi hasil pengawasanlpemeiksaan. I- 26. Pemantauan TLHP adalah angkaian kegiatan yang dilaksanakan secaa sistematis untuk menentukan bahwa pejabat telah melaksanakan saanl ekomendasi hasil pemeiksaan/pengawasan dalam tenggang waktu yang telah ditentukan. 27. Rapat Koodinasi adalah apat yang diselenggaakan dalam angka pelaksanaan TLHP. 28. Majelis Tuntutan PebendahaaanlTuntutan Ganti Rugi yang selanjutnya disebut Majelis TPITGR adalah paa pejabat yang secaa ex-officio ditunjuk dan ditetapkan Gubenu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya untuk menyelesaikan keugian daeah. 29. Hai adalah hai kalende. BAB II PENYERAHAN HASIL PEMERIKSAAN/PENGAWASAN Pasal 2 (1) LHP diseahkan kepada pejabat yang betanggung jawab sesuai dengan kewenangannya. (2) Pejabat yang betanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyeahkan LHP kepada pejabat yang dipeiksa untuk melakukan tindakan dan/atau pebaikan sesuai saan/ekomendasi yang tecantum dalam LHP.

5 5 Pasal 3 (1) LHP Regule dan Pengaduan Masyaakat untuk jenis temuan yang besifat pelanggaan disiplin pegawai dan ekomendasinya besifat pengenaan sanksi administasi ditembuskan kepada BKD. (2) LHP Regule dan Pengaduan Masyaakat untuk jenis temuan yang besifat keugian negaa/daeah atau kewajiban seto kepada Negaa/Daeah ditembuskan kepada Majelis TPfTGR. BAB III PEJABAT YANG BERTANGGUNG JAWAB MELAKSANAKAN TLHP,.-.. Pasal4 Pejabat yang betanggung jawab untuk melaksanakan TLHP, meliputi : a. atasan langsung dan/atau pejabat yang bewenang dan betanggung jawab apabila saan/ekomendasi yang dibeikan meupakan tindakan administatif kepegawaian sesuai dengan saan/ekomendasi yang dimuat dalam LHP; b. pejabat yang disebutkan secaa khusus dalam saan/ekomendasi pengawasanl pemeiksaan apabila saan/ekomendasi menyangkut tindakan pebaikan administasi pengelolaan anggaan dan kineja; dan/atau c. pejabat lain yang bekompeten dalam kegiatan yang dipeiksa apabila saanl ekomendasinya meupakan tindakan yang substansinya haus dilaksanakan atau dipenuhi oleh pejabatlinstansi lain yang bewenang atau pihaklinstansi di lua Instansi Pemeintah. - Pasal5 Kepala SKPD/UKPD/Diektu wajib melakukan pemantauan atas pelaksanaan TLHP di SKPD/UKPD/BUMD yang dipimpinnya. BAB IV MEKANISME PELAKSANAAN TLHP 01 TINGKAT SKPO/UKPO/BUMO Pasal6 Pelaksanaan TLHP adalah segala tindakan yang dilakukan oleh pihak yang bewenang/betanggung jawab sesuai dengan saan/ekomendasi yang dimuat dalam LHP. Pasal? Mekanisme pelaksanaan TLHP BPK RI adalah sebagai beikut : a. pejabat yang betanggung jawab melaksanakan TLHP bekewajiban untuk melaksanakan saan/ekomendasi sesuai dengan yang tecantum dalam LHP BPK RI paling lambat 60 (enam puluh) hai sejak LHP diteima;

6 6 b. dokumen/bukti pelaksanaan TLHP BPK RI disampaikan oleh Kepala SKPO/UKPO/Oiektu kepada BPK RI dengan tembusan kepada Inspektu; dan c. tata caa penyampaian pekembangan pelaksanaan TLHP BPK RI mengacu pada ketentuan yang diatu oleh BPK RI. Pasal8 Mekanisme TLHP APIP Inspektoat Jendeal Kementeian adalah sebagai beikut: a. pejabat yang betanggung jawab melaksanakan TLHP bekewajiban untuk melaksanakan saan/ekomendasi sesuai dengan yang tecantum dalam LHP APIP Inspektoat Jendeal Kementeian paling lambat 1 (satu) bulan setelah pengawasan; ( b. dokumen/bukti pelaksanaan TLHP APIP Inspektoat Jendeal Kementeian disampaikan oleh Kepala SKPO/UKPO/Oiektu kepada APIP Inspektoat Jendeal Kementeian dengan tembusan kepada Inspektu; dan c. tata caa penyampaian pekembangan dan klaifikasi pelaksanaan TLHP APIP Inspektoat Jendeal Kementeian mengacu pad a ketentuan yang diatu oleh Inspektoat Jendeal Kementeian. Pasal9 Mekanisme pelaksanaan TLHP Inspektoatllnspektoat Pembantu Kota Administasil Kabupaten Administasi adalah sebagai beikut :,-.. a. setiap temuan dan saanlekomendasi hasil pengawasan/pemeiksaan Inspektoat di lingkungan Pemeintah Povinsi OKI Jakata wajib ditindaklanjuti oleh Kepala SKPO/UKPO/Oiektu BUMO dan pejabatlpegawai lain yang betanggung jawab paling lambat 30 (tiga puluh) hai tehitung sejak LHP diteima oleh SKPO/UKPO/BUMO yang besangkutan; b. dokumen/bukti pelaksanaan TLHP Regule/Pengaduan Masyaakat wajib disampaikan oleh Kepala SKPO/UKPO/Oiektu BUMO kepada Inspektu dengan tembusan kepada Wakil Gubenu; dan c. untuk tingkat Kota/Kabupaten Administasi wajib disampaikan oleh Kepala SKPO/UKPO/Oiektu BUMO kepada Ibanko/lbankab dengan tembusan kepada Inspektu. BABV PEMANTAUAN/MONITORING PELAKSANAAN TLHP Pasal 10 (1) Inspektullbanko/lbankab wajib melakukan pemantauan/monitoing pelaksanaan TLHP BPK RI dan APIP pad a SKPO/UKPO/BUMO di lingkungan Pemeintah Oaeah. (2) Inspektu wajib melakukan penelitian dan penilaian atas dokumen bukti pelaksanaan TLHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huuf b.

7 7 (3) Untuk tingkat Kota/Kabupaten Administasi penelitian dan penilaian dokumenl bukti pelaksanaan TLHP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Ibanko/lbankab. (4) Tindak lanjut dinyatakan sah/selesai apabila telah dilakukan klaifikasi tindak lanjut antaa Kepala SKPO/UKPO/Oiektu BUMO dengan APIP dan BPK RI sebagai pihak yang menebitkan LHP. Pasal11 (1) Apabila sebagian atau seluuh saan/ekomendasi tidak dapat dilaksanakan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huuf a, Pasal 8 huuf a dan Pasal 9 huuf a, Kepala SKPO/UKPO/Oiektu BUMO wajib membeikan alasan yang sah. (2) Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kondisi : a. foce majeu yaitu suatu keadaan pepeangan, keusuhan, evolusi, bencana alam, pemogokan, kebakaan dan gangguan lainnya yang menyebabkan tindak lanjut tidak dapat dilaksanakan. b. subjek atau objek saan/ekomendasi dalam poses peadilan : 1) pejabat menjadi tesangka dan ditahan; 2) pejabat menjadi tepidana; dan 3) objek yang diekomendasikan dalam sengketa di peadilan. c. saan/ekomendasi tidak dapat ditindaklanjuti secaa efisien, efektif dan ekonomis antaa lain: - 1) peubahan stuktu oganisasi; dan/atau 2) peubahan egulasi. (3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huuf a pejabat yang betanggung jawab tidak dapat menindaklanjuti saan/ ekomendasi tanpa adanya alasan yang sah, maka pejabat yang betanggung jawab akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peatuan peundang-undangan. BABVI STATUS TLHP Pasal 12 (1) Inspektu/lbanko/lbankab menelaah dokumen/bukti pelaksanaan tindak lanjut untuk menentukan status tindak lanjut atas LHP Regule dan Pengaduan Masyaakat. (2) Penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan paling lama 1 (satu) bulan sejak diteimanya dokumen/bukti pelaksanaan TLHP.

8 8 Pasal13 Inspektu/lbanko/lbankab betindak sebagai koodinato tindak lanjut antaa Kepala SKPD/UKPD/Diektu BUMD selaku pelaksana TLHP dengan BPK RI sebagai penebit LHP. Pasal 14 Status tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) diklasifikasikan sebagai beikut : a. selesai, apabila saan/ekomendasi telah ditindaklanjuti sesuai dengan saan/ekomendasi dalam LHP dan disetujui oleh pihak yang menebitkan LHP; b. belum sesuai/dalam poses, apabila saan/ekomendasi telah dilaksanakan dengan membeikan dokumen/bukti pendukung tetapi belum mendapat pesetujuan dai pihak yang menebitkan LHP; c. belum ditindaklanjuti, apabila saan/ekomendasi belum dilaksanakan oleh pejabat yang betanggung jawab; atau d. tidak dapat ditindaklanjuti, apabila saan/ekomendasi tenyata mengandung kelemahan sehingga saan/ekomendasi tesebut tidak dapat ditindaklanjuti dengan pesetujuan pihak yang menebitkan LHP. BABVII PENATAUSAHAAN DAN PELAPORAN Pasal 15 (1) Inspektu/lbanko/lbankab wajib melakukan inventaisasi data untuk jenis temuan yang saan/ekomendasinya besifat pengenaan sanksi administasi dai Gubenu dan jenis temuan yang besifat keugian Negaa/Daeah atau kewajiban seto kepada Negaa/Daeah. (2) Ibanko/lbankab wajib menyusun lapoan hasil pemantauan/monitoing pelaksanaan TLHP BPK RI dan APIP yang menjadi kewenangannya dan disampaikan kepada Inspektu setiap 3 (tiga) bulan sekali. (3) Inspektu wajib menyampaikan lapoan hasil pemantauan/monitoing pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan/pemeiksaan BPK RI dan APIP kepada Wakil Gubenu. (4) Inspektullbankollbankab wajib menyimpan dokumen/bukti pelaksanaan TLHP paling kuang dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.

9 9 BAB VIII RAPAT KOORDINASI Pasal 16 (1)Rapat koodinasi pengawasan dilakukan secaa peiodik paling sedikit 6 (enam) bulan sekali untuk membahas pelaksanaan TLHP APIP pad a SKPD/UKPD di Iingkungan Pemeintah Daeah dan masalah-masalah pengawasan lainnya yang dianggap penting dalam kegiatan Pemeintahan Daeah. (2) Rapat koodinasi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Wakil Gubenu. Pasal 17 - (1) Kepala BKD menyiapkan dokumen/bukti pelaksanaan tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan disampaikan kepada Wakil Gubenu melalui Inspektu paling lambat 14 (empat belas) hai keja sebelum pelaksanaan apat koodinasi pengawasan. (2) Kepala Badan Pengelola Keuangan Daeah Povinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata selaku Seketais Majelis TPITGR Jakata menyiapkan dokumen/bukti pelaksanaan tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dan disampaikan kepada Wakil Gubenu melalui Inspektu paling lambat 14 (empat belas) hai keja sebelum pelaksanaan apat koodinasi pengawasan. BAB IX SANKSI Pasal18 (1) Pejabat yang tidak melakukan kewajiban untuk melaksanakan TLHP dalam batas waktu sebagaimana tecantum dalam Peatuan Gubenu ini, dikenakan sanksi administatif sesuai dengan ketentuan peatuan peundang-undangan di bidang kepegawaian dan dapat dijadikan salah satu dasa penilaian kondite pegawai (DP3) seta bahan petimbangan pomosi jabatan. (2) Setiap oang atau pejabat yang tidak memenuhi kewajiban untuk menindaklanjuti ekomendasi BPK RI dapat dipidana sesuai dengan ketentuan peatuan peundang-undangan. BABX KETENTUANPENUTUP Pasal19 Pada saat Peatuan Gubenu ini mulai belaku, maka Keputusan Gubenu Neme 66 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeiksaan Apaat Pengawasan Fungsional di Lingkungan Pemeintah Popinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata dicabut dan dinyatakan tidak belaku.

10 10 Pasal20 Peatuan Gubenu ini mulai belaku pada tanggal diundangkan. Aga setiap oang mengetahuinya, memeintahkan pengundangan Peatuan Gubenu ini dengan penempatannya dalam Beita Daeah Povinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata. Ditetapkan di Jakata pada tanggal 29 Januai 2013 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Ttd. JOKOWIDODO (',..Jiundangkan di Jakata pada tanggal 31 Januai 2013 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Ttd. FADJAR PANJAITAN NIP BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013 NOMOR Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, ~ SRIRAHAYU NIP