BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia"

Transkripsi

1 BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejaah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia Adapun sejaah Badan Pusat Statistik di Indonesia tejadi empat masa pemeintahan di Indonesia, antaa lain : Masa Pemeintahan Hindia Belanda

2 Pada masa Hindia Belanda ini, Kanto Statistika petama didiikan oleh Diektu Petanian, Keajinan, dan Pedagangan (Diectu Van Landbow Nijieheid en Handle), pada bulan febuai 1920 dan bekedudukan di Bogo, kanto ini diseahi tugas untuk mengolah dan mempublikasikan data statistic. Pada bulan Maet tahun 1923, dibentuk suatu komisi untuk statistik yang meupakan anggotanya wakil tiap-tiap depatemen. Komisi tesebut dibei tugas Meencanakan tindakan yang mengaah sejauh mungkin untuk mencapai kesatuan dalam kegiatan dibidang statistik di Indonesia. Pada tanggal 24 Septaembe 1924, nama lembaga tesebut diganti dengan nama Cente Kantoo Voo de Statistiek (CKS) atau Kanto Statistik dan dipindahkan ke Jakata. Besama dengan itu bealih pula pekejaan mekanisme Statistik pedagangan yang semula dilakukan oleh Kanto Invoe Uitvoe en Accijnsen (IUA) yang disebut sekaang Kanto Bea Cukai Masa Pemeintahan Jepang Pada bulan Juni 1944, pemeintahan Jepang bau mengaktifkan kembali kegiatan

3 Statistik yang utamanya diaahkan untuk memenuhi kebutuhan peang atau milite. Pada masa ini juga CKS diganti namanya menjadi Shomubu Chosasitsu Gunseikanbu Masa Kemedekaan Republik Setelah poklamasi kemedekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, kegiatan statistik ditangani oleh lembaga atau instansi bau sesuai dengan suasana kemedekaan yaitu KPPURI (Kanto Penyelidikan Peangkaan Umum Republik Indonesia). Tahun 1946, kanto KPPURI dipindahkan ke Yogyakata sebagai sekuens dai pejanjian Linggajati. Sementaa ini pemeintahan Belanda (NICA) di Jakata mengaktifkan kembali : CKS. Bedasakan edaan Kementeian Kemakmuan, tanggal 12 Juni 1950 No.219/S.C,KAPPURI dan CKS dilebu menjadi Kanto Pusat Statistik (KPS) dan beada dibawah dan betanggung jawab kepada Mentei Kemakmuan. Dengan suat Mentei Peekonomian tanggal 1 Maet 1952 Nomo P/44, lembaga KPS dibawah dan tanggung jawab kepada Mentei Peekonomian. Selanjutnya keputusan Mentei Peekonomian tanggal 24 Septembe 1953 Nomo /m KPS dibagi menjadi 2 (dua)

4 bagian, yaitu bagian eseach yang disebut Afdeling A dan bagian penyelenggaaan tata usaha yang disebut Afdeling B. Dengan keputusan pesiden RI Nomo 131 tahun 1957, Kementeian Peekonomian dipecah menjadi Kementeian Pedagangan dan Kementeian Peindustian. Untuk selanjutnya Keputusan Pesiden RI Nomo 172 tahun 1957,tehitung mulai tanggal 1 Juni 1957 KPS diubah menjadi Bio Pusat Statistik dan uusan statistik yang semula menjadi tangggung jawab dan wewenang beada dibawah Pedana Mentei Masa Ode Bau Sampai Sekaang Pada pemeintahan ode bau, khususnya untuk memenuhi kebutuhan dalam peencanaan dan evaluasi pembangunan, maka untuk mendapat statistik yang handal, lengkap, akuat dan tepecaya mulai diadakan pembenahan oganisasi Bio Pusat Statistik. oganisasi : Dalam masa ode bau ini BPS telah mengalami empat kali peubahan stuktu

5 1. Peatuan Pemeintah No. 16 tahun 1968 tentang oganisasi BPS. 2. Peatuan Pemeintah No. 6 tahun 1980 tentang oganisasi BPS. 3. Peatuan Pemeintah No. 2 tahun 1992 tentang kedudukan, tugas, fungsi, dan susunan dan tata keja Bio Pusat Statistik. 4. Undang-undang No.16 tahun 1997 tentang Statistik. 5. Keputusan Pesiden RI No.86 tahun 1998 tentang BPS. 6. Keputusan Kepala BPS No.100 tahun 1998 tentang Oganisasi dan tata keja BPS 7. PP 51 tahun 1998 tentang penyelenggaaan Statistik. Tahun 1968,ditetapkan peatuan pemeintahan No. 16 tahun 1968 yaitu yang mengatu oganisasi dan tata keja di pusat dan di daeah. Tahun 1980, peatuan pemeintah No. 6 tahun 1980 tentang oganisasi sebagai pengganti peatuan pemeintahan N0. 16 tahun 1968, bedasakan peatuan pemeintah No. 6 tahun 1980 di tiap popinsi tedapat pewakilan BPS dengan nama Kanto Statistik Popinsi dan di Kabupaten atau Kotamadya tedapat cabang pewakilan BPS dengan nama kanto statistik Kabupaten atau Kotamadya. Pada tanggal 19 Mei 1997 menetapkan tentang statistik sebagai pengganti UU no. 6 dan 7 tentang sensus dan statistik. Pada tanggal 17 Juli 1998 dengan keputusan Pesiden Republik Indonesia No.86 tahun 1998 ditetapkan Badan Pusat Statistik sekaligus mengatu tata keja dan stuktu oganisasi BPS yang bau.

6 3.1.5 Pogam Pengembangan Statistik Untuk mewujudkan pembangunan statistik, Badan Pusat Statistik membagi kedalam 4 (empat) pogam, yaitu : a. Pogam penyempunaan dan pengembangan statistik b. Pogam penyempunaan sistem infomasi c. Pogam pendidikan dan apaatu Negaa d. Pogam peningkatan saana dan pasaana apaatu Negaa Adapun visi dan misi dai Badan Pusat Statistik adalah menjadi infomasi statistik sebagai tulang punggung infomasi Pembangunan nasional dan egional, didukung sumbe daya manusia yang bekualitas, ilmu pengetahuan dan teknologi infomasi yang mutakhi. Sedangkan misi Badan Pusat Statistik adalah untuk menjunjung pembangunan nasional Badan Pusat Statistik mengembangkan misi mengaahkan pembangunan statistik pada penyediaan data statistik pada yang bemutu dan handal, efektif dan efisien, peningkatan kesadaan masyaakat akan ati dan kegunaan statistik, dan pengembangan ilmu pengetahuan statistik.

7 3.2 Kegiatan Badan Pusat Statistik Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik sebgai lembaga pemeintah non depatemen yang beada di bawah dan betanggung jawab kepada pesiden (Kepes No. 86 tahun 1998), dalam melaksankan tugasnya bedasakan bebeapa ketentuan peundangan : 1. UU No. 16 tentang statistik 2. Keputusan Pesiden Nomo 86 tahun 1998 tentang Badan Pusat Statistik 3. Peatuan Pemeintah No. 51 tahun 1999 tentang penyelenggaaan statistik Bedasakan Keputusan Pesiden No. 86 tahun 1998, dalam menyelenggaakan statistik dasa melaksanakan koodinasi dan keja sama, seta mengembangkan dan membina statistik sesuai dengan peatuan peundang undangan yang belaku. Fungsi yang diselenggaakan Badan Pusat Statistik : 1. Peumusan Kebijakan Nasional dibidang statistik 2. Menyusun encana dan pogam nasional dibidang statistik 3. Penyelenggaaan Statistik dasa 4. Koodinasi dan keja sama statistik dengan instansi pemeintah lembaga, oganisasi, peoangan dan unsu masyaakat lainnya

8 5. Penyusunan dan pengembangan pembakuan konsep defenisi dan klasifikasi dan ukuan ukuan seta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung penyelenggaaan statistic 6. Pelayanan data infomasi seta hasil statistik kepada pemeintah dan masyaakat secaa bekala dan sewaktu waktu baik dai hasil penyelenggaaan sendii maupun hasil kompilasi poduk administasi 7. Penyebaluasan statistik melalui bebagai caa, baik langsung maupun tidak langsung seta pelaksanaan upaya peningkatan dasa statistik bagi masyaakat. 8. Pembinaan penyelenggaaan statistik, esponden dan penggunaan statistik. 9. Pembinaan sumbe daya manusia di lingkungan BPS, pembinaan pengendalian dan pengawasan administasi di lingkungan BPS Tata Keja Badan Pusat Statistik Paa Deputi wajib melaksanakan koodinasi dan keja sama teknis statistik di dalam dan di lua negei sesuai dengan bidang tugas masing masing dan haus melapokan kepada Kepala BPS. Dalam melaksanakan tugasnya wajib meneapkan pinsip koodinasi, integasi, sibonisasi, dan sinlifiksi, baik dalam lingkungan masing masing antaa satuan unit oganisasi di lingkungan BPS. Maupun dengan instansi lainnya dilua BPS sesuai bidang tugas masing masing.

9 3.3 Stuktu Oganisasi Badan Pusat Statistik Sebagaimana dibuat dalam lampian, stuktu oganisasi kanto BPS popinsi Sumatea Utaa, dipimpin oleh seoang kepala dibantu oleh bagian tata usaha. Bagian tata usaha tedii dai : 1. Sub Bagian Uusan Dalam 2. Sub Bagian pelengkapan dan Pebekalan 3. Sub Bagian Keuangan Uaian Tugas Bagian Tata Usaha : 1. Menyusun Pogam Keja Tahunan Bagian 2. Mengatu dan melaksanakan pehimpunan dan penyusunan pogam keja tahunan, baik utin maupun poyek kanto BPS popinsi dan menyimpannya ke BPS 3. Mengatu dan melaksanakan uusan dalam yang meliputi suat menyuat, pengadaan atau pecetakan ke asip, umah tangga, pemelihaaan gedung, keamanan dan ketetiban lingkungan, seta pejalanan dinas dalam dan lua negei 4. Mengatu dan melaksanakan uusan pelengkapan dan pebekalan yang meliputi penyusunan encana kebutuhan, penyaluan dan pengemasan, penyimpanan

10 pegudangan, inventais, penghapusan, seta pemelihaaan pealatan dan pelengkapan 5. Mengatu dan melaksanakan uusan keuangan yang meliputi tata usaha keuangan, pebendahaaan, veifikasi dan pembukuan Sedangkan bidang penunjang BPS ada 5 (Lima) bidang, yaitu : 1. Bidang statistik Poduksi Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan BPS petanian, industi, seta BPS konstuksi petambangan dan enegi. Uaian tugas Bidang Statistik Poduksi : a. Menyusun pogam tahunan bidang b. Yang temasuk uang lingkup tugas bidang BPS Poduksi adalah meliputi pelaksanaan kegiatan statistik petanian, industi, kontuksi, petambangan, enegi dan statistik poduksi lainnya yang ditentukan c. Mengatu keikutsetaan pogam latihan yang diselenggaakan oleh pusat dibidang statistik poduksi d. Membantu kepala kanto BPS atau pimpinan poyek atau bagian poyek untuk menyiapkan pogam petugas bagian lapangan

11 e. Mengatu dan mengkoodinasi penyelenggaaan pelatihan petugas lapangan di pusat pelatihan seta mengatu penjatahan pelatihan f. Mengatu dan melaksanakan penjatahan dokumen yang dipelukan untuk pelaksaan lapangan 2. Bidang Statistik Distibusi Bidang Statistik Distibusi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan BPS haga konsumen dan pedagangan besa, BPS Keuangan, dan haga podusen, seta BPS Niaga dan Jasa. Uaian tugas Bidang Statistik Distibusi : a. Menyusun pogam tahunan bidang b. Yang temasuk uang lingkup tugas bidang BPS distibusi adalah meliputi haga konsumen dan pedagangan besa, keuangan haga podusen, niaga dan jasa, seta statistik distibusi lainnya c. Mengatu keikutsetaan pogam pelatihan yang diselenggaakan oleh pusat dibidang statistik distibusi d. Membantu kepala kanto BPS popinsi atau pimpinan poyek untuk menyiapkan pogam tugas lapangan

12 e. Mengatu dan mengkoodinasi penyelenggaaan pelatihan petugas lapangan di pusat pelatihan seta mengatu penjatahan pelatihannya f. Mengatu dan melaksanakan penjatahan dokumen yang dipelukan untuk pelaksaan lapangan 3. Bidang Statistik Kependudukan Bidang BPS Kependudukan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan BPS Demogafi, umah tangga, BPS tenaga keja, dan BPS kesejahteaan. Uaian tugas Bidang Statistik Kependudukan : a. Menyusun pogam tahunan bidang b. Yang temasuk uang lingkup tugas bidang BPS Kependudukan adalah meliputi pelaksaan kegiatan BPS Demogafi dan umah tangga, ketenagakejaan, dan kesejahteaan akyat, dan statistik c. Mengatu keikutsetaan pogam pelatihan yang diselenggaakan oleh pusat dibidang statistik kependudukan d. Membantu Kepala Kanto BPS popinsi atau pimpinan poyek atau pimpinan bagian poyek untuk menyiapkan pogam petugas lapangan

13 e. Mengatu dan mengkoodinasikan penyelenggaaan pelatihan petugas lapangan dipusat pelatihan seta mengatu penjatahan pelatihannya f. Mengatu dan melaksanakan penjatahan dokumen yang dipelukan

14 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Ati dan Kegunaan Analisis Data Analsis data pada dasanya dapat diatikan sebagai beikut : 1. Membandingkan dua hal atau lebih vaiabel untuk mengetahui selisih atau asionya kemudian diambil kesimpulannya. 2. Menguaikan atau memecahkan suatu keseluuhan menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih kecil aga dapat : a. mengetahui komponen yang menonjol b. membandingkan antaa komponen yang satu dengan yang lainnya c. membandingkan salah satu atau bebeapa komponen dengan keseluuhannya. 3. Mempekiakan atau mempebandingkan besanya pengauh secaa kuantitatif dai suatu kejadian lainnya seta mempekiakan/meamalkan kejadian lainnya yang dapat dinyatakan dengan peubahan nilai suatu vaiabelnya.

15 4.2 Poyeksi Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2010 Laju petumbuhan penduduk adalah peubahan penduduk yang tejadi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan biasanya dinyatakan dalam pesentase. Hampi semua Negaa maju telah menyusun pekiaan jumlah seluuh penduduk setiap tahun. Dalam hal ini posedu untuk menghitung angka petumbuhan penduduk boleh dikatakan cukup sedehana Kaena pehitungannya dilakukan dengan membagi petambahan jumlah penduduk selama tahun yang besangkutan dengan jumlah penduduk pada tahun awal. Pada kenyataannya banyak Negaa tidak mempunyai angka yang tepat mengenai kelahian, kematian, dan pepindahan penduduk dan akhinya jumlah penduduk yang paling tepat banyak diketahui dai hasil sensus. Dalam pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan model Matematis yang sesuai. Medel yang digunakan adalah Model Eksponensial dengan umus sebagai beikut : P n = P o.e n = (log Pn log Po) n loge

16 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Indonesia Tahun TAHUN LAKI-LAKI JENIS KELAMIN WANITA TOTAL Sumbe : Badan Pusat Statisik(BPS) Povinsi Sumatea Utaa

17 Tabel 4.3 Jumlah Peubahan Penduduk Indonesia Menuut Jenis Kelamin Tahun TAHUN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PERUBAHAN/TAHUN LAKI-LAKI WANITA LAKI-LAKI WANITA Sumbe : Badan Pusat Statisik(BPS) Povinsi Sumatea Utaa

18 Dengan : Jumlah penduduk laki laki pada tahun 1996 adalah Jumlah penduduk peempuan pada tahun 1996 adalah Tanda (-) : Beati bekuangnya Jumlah Penduduk Keadaan Jumlah Penduduk Adapun pehitungan jumlah penduduk didahului dengan menghitung tingkat petumbuhan penduduk, yang nantinya dengan tingkat petumbuhan tadi kita gunakan sebagai peamalan jumlah penduduk di masa yang akan datang, Rumus yang digunakan untuk menghitung Jumlah penduduk sebagai beikut : = Pt log Po t loge Dengan t log e = dan umus untuk menghitung Jumlah penduduk yaitu : P n = P o.e n

19 1. Pesentase Peubahan Penduduk Laki laki petahun : = 0, = 1,95% = 0, = 1,39% = 0, = 1,92% = 0,00959 = 0,95% = 0,02212 = 2,21% = 0, = = 0, = = 0, = 0,55% 6,04% 0,99%

20 = 0, = 0,78% = 0, = 1,13% = 0, = 1,28% 2. Pesentase Peubahan Penduduk Peempuan petahun : = 0, = 1,25% = 0, = 1,46% = 0, = 1,28%

21 = 0, = 0,073% = = 1,92% = 0, = = 0, = 0,51% 5,15% = 0, = 1,51% = 0, = 1,17% = 0, = = 0, = 0,77% 2,20%

22 3. Pesentase peubahan penduduk laki laki dan peempuan petahun : = 0, = 1,60% = 0, = 1,43% = 0, = 1,60% = 0, = 0,52% = 0, = 2.07% = 0, = = 0, = 0,53% 5,60% = 0, = 1,25%

23 = 0, = 0,98% = 0, = 0,95% = 0, = 1,74% 4. Pesentase Peubahan Jumlah Penduduk Pada Tahun 2007 a. Untuk laki laki P2007 log log P1997 = = ,3429 0, = = 0, , = 1,28% 2007 = 1,28 %

24 b. Untuk peempuan P2007 Log log P1997 = = ,3429 0, = = 0, , = 1,22% 2007 = 1,22 % Tabel 4.4 Pesentase Peubahan Jumlah Penduduk Indonesia Menuut Jenis Kelamin Tahun Tahun Jumlah laki-laki ( % ) Jumlah Peempuan ( % ) Jumlah laki laki dan peempuan ( % ) ,95 1,25 1, ,39 1,46 1, ,92 1,28 1, ,95 0,07 0, ,21-1,92-2, ,55 0,51 0,53

25 2003 6,04 5,15 5, ,99 1,51 1, ,78 1,17 0, ,13 0,77 0, ,27 2,20 1,74 Jumlah 14,80 13,45 14,12 Sumbe : Hasil Pengolahan Data Tabel 4.2 Dai Tabel di atas menunjukkan bahwa pesentase peubahan jumlah penduduk Laki laki dan peempuan secaa keseluuhan menuun dan dai hasil suvey penuunan ini tejadi kaena kesadaan masyaakat untuk melaksanakan pogam KB (Keluaga Beencana) yang digalakkan pemeintah dalam mewujudkan kesejahteaan keluaga seta banyaknya penduduk Indonesia bepindah dai satu daeah ke daeah lain atau dai povinsi satu ke povinsi lain,yang mungkin disebabkan kaena fakto lapangan pekejaan yang tidak tesedia di daeah asal. Dengan dipeolehnya pesentase jumlah penduduk Indonesia maka amalan atau taksian jumlah penduduk dapat ditentukan dengan menggunakan haga peubahan Jumlah penduduk Indonesia dengan menggunakan umus, yaitu : P n = P o.e n

26 1. Ramalan Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2008 a. Untuk Laki laki P 2008 = P e.. n = , x 1 = x 1, = b. Untuk Peempuan P 2008 = P e.. n = x 2, , x 1 = x 1, = Ramalan Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2009 a. Untuk Laki laki P 2009 = P e.. n = , x 2 = x 1, =

27 b. Untuk Peempuan P 2009 = P e.. n = x 2, , x 2 = x 1, = Ramalan Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2010 a. Untuk Laki laki P 2010 = P e.. n = , x 3 = x 1, = b. Untuk Peempuan P 2010 = P e.. n = x 2, , x 3 = x 1, = Evaluasi Data Penduduk Indonesia

28 Dai hasil peamalan jumlah penduduk Indonesia dengan menggunakan Peumusan Eksponensial Of Gowth sepeti pehitungan di atas, maka di dapat nilai dai Tahun Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.5 Hasil Peamalan Jumlah Penduduk Indonesia dai Tahun Tahun Laki - laki Jumlah Penduduk Peempuan Jumlah Jumlah Keadaan Laju Petumbuhan Penduduk Adapun pehitungan laju petumbuhan penduduk sebagai beikut : P n = P 0 ( 1 + ) n Kita dapat menghitung laju petumbuhan dengan asumsi lima tahun sekali, yaitu tahun , , , , , dan , , , dan Maka akan kita peoleh :

29 1. Laju petumbuhan penduduk tahun P n = P 0 ( 1 + ) n P 2002 = P 1997 ( 1 + ) = ( 1 + ) 5 ( 1 + ) 5 = ( 1 + ) 5 = 1, Log ( 1 + ) 1, log ( 1 + ) = 0, log ( 1 + ) = 0, = Antilog 0, = 1, = 0, = 0,40 % 2. Laju petumbuhan penduduk tahun P n = P 0 ( 1 + ) n P 2003 = P 1998 ( 1 + ) = ( 1 + ) 5

30 ( 1 + ) 5 = ( 1 + ) 5 = 1, Log ( 1 + ) 1, log ( 1 + ) = 0, log ( 1 + ) = 0, = Antilog 0, = 1, = 0, = 1,24 % 3. Laju petumbuhan penduduk tahun P n = P 0 ( 1 + ) n P 2004 = P 1999 ( 1 + ) = ( 1 + ) 5 ( 1 + ) 5 = ( 1 + ) 5 = 1,060007

31 5 Log ( 1 + ) 1, log ( 1 + ) = 0, log ( 1 + ) = 0, = Antilog 0, = 1, = 0, = 1,17 % 4. Laju petumbuhan penduduk tahun P n = P 0 ( 1 + ) n P 2005 = P 2000 ( 1 + ) = ( 1 + ) 5 ( 1 + ) 5 = ( 1 + ) 5 = 1, Log ( 1 + ) 1, log ( 1 + ) = 0,

32 log ( 1 + ) = 0, = Antilog 0, = 1, = 0, = 1,27 % 5. Laju petumbuhan penduduk tahun P n = P 0 ( 1 + ) n P 2006 = P 2001 ( 1 + ) = ( 1 + ) 5 ( 1 + ) 5 = ( 1 + ) 5 = 1, Log ( 1 + ) 1, log ( 1 + ) = 0, log ( 1 + ) = 0, = Antilog 0, = 1, = 0, = 1,87 %

33 6. Laju petumbuhan penduduk tahun P n = P 0 ( 1 + ) n P 2007 = P 2002 ( 1 + ) = ( 1 + ) 5 ( 1 + ) 5 = ( 1 + ) 5 = 1, Log ( 1 + ) 1, log ( 1 + ) = 0, log ( 1 + ) = 0, = Antilog 0, = 1, = 0, = 2,12 % 7. Laju petumbuhan penduduk tahun P n = P 0 ( 1 + ) n

34 P 2008 = P 2003 ( 1 + ) = ( 1 + ) 5 ( 1 + ) 5 = ( 1 + ) 5 = 1, Log ( 1 + ) 1,06364 log ( 1 + ) = 0, log ( 1 + ) = 0, = Antilog 0, = 1, = 0, = 1,24 % 8. Laju petumbuhan penduduk tahun P n = P 0 ( 1 + ) n P 2009 = P 2004 ( 1 + ) = ( 1 + ) 5 ( 1 + ) 5 = ( 1 + ) 5 = 1,077066

35 5 Log ( 1 + ) 1, log ( 1 + ) = 0, log ( 1 + ) = 0, = Antilog 0, = 1, = 0, = 1,49 % 9. Laju petumbuhan penduduk tahun P n = P 0 ( 1 + ) n P 2010 = P 2005 ( 1 + ) = ( 1 + ) 5 ( 1 + ) 5 = ( 1 + ) 5 = 1, Log ( 1 + ) 1, log ( 1 + ) = 0,

36 log ( 1 + ) = 0, = Antilog 0, = 1, = 0, = 2,06 % Kita dapat menghitung Rasio Jenis Kelamin, yaitu sebagai beikut : 1. Untuk Rasio Jenis Kelamin tahun 2007 SR i = Jumlah Penduduk Laki laki X 100 % Jumlah Penduduk Peempuan SR = x 100% Si = 99,68 2. Untuk Rasio Jenis Kelamin tahun 2008 SR i = Jumlah Penduduk Laki laki X 100 % Jumlah Penduduk Peempuan

37 Si = x 100% Si = 99,74 3. Untuk Rasio Jenis Kelamin tahun 2009 SR i = Jumlah Penduduk Laki laki X 100 % Jumlah Penduduk Peempuan Si = x 100% Si = 99,88 4. Untuk Rasio Jenis Kelamin tahun 2010 SR i = Jumlah Penduduk Laki laki X 100 % Jumlah Penduduk Peempuan Si = x 100% Si = 100,07 %

38 BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM 5.1 Tahap Implementasi Tahapan Implementasi meupakan tahapan hasil desain tetulis ke dalam Pogamming(coding). Pada tahapan inilah seluuh hasil desain dituangkan ke dalam bahasa pemogaman tetentu untuk menghasilkan sebuah sistem infomasi yang sesuai dengan hasil desain tetulis. Tahapan implementasi haus dapat menentukan basis apa yang akan diteapkan dalam menuangkan hasil desain tetulis sehingga sistem yang dibentuk memiliki kelebihan-kelebihan tesendii. 5.2 Mengaktifkan Micosoft Excel Tahap petama yang haus dilakukan adalah mengaktifkan Windows dan pastikan Micosoft Excel beada dalam jaingan Micosoft Windows, kemudian klik tombol stat pada taskba, kemudian klik pogam,lalu pilih Micosoft Office, kemudian ada menu pogam Excel, maka pilih aplikasi Excel tesebut.

39 Gamba 5.1 Mengaktifkan Micosoft Excel 5.3 Membuka Lemba Keja Bau

40 Setelah pengaktifan, akan tampil lemba keja Excel yang sudah siap untuk dipegunakan. Lemba Keja adalah kumpulan kolom dan bais, dimana kolom beuutan dai atas ke bawah sedangkan bais beuutan dai kii ke kanan yang tedii dai 256 kolom dan bais pada setiap lemba keja. Pada setiap kolom dan bais tedapat sel dan ini diidentifikasikan dengan alamat yang meupakan kombinasi antaa abjad untuk kolom dan angka untuk bais, disamping itu lemba keja excel tedapat banyak elemen yang memiliki fungsi tesendii.

41 Gamba 5.2 Tampilan Lemba Keja Micosoft Excel 5.4 Pengisisan Data Pengisian data kedalam lemba keja Excel adalah sama dengan memasukkan atau mengetikkan data kedalamnya. Ada dua pilihan caa pengisian data, yaitu menggunakan keyboad kompute atau melalui sub menu yang tedapat pada menu Excel. Dalam

42 pengisian data ke dalam lemba keja dengan keyboad, dpelukan langkah langkah sebagai beikut : 1. Letakkan pointe pada sel yang ingin diisi data. 2. Ketik data yang diinginkan. 3. Tekan ente atau klik tombol kii mouse pada sel lain untuk konfimasi atau mengakhiinya Gamba 5.3 Tampilan Lemba Keja Pengisian Data

43 Sedangkan pilihan kedua dalam mengisi data adalah menggunakan submenu pada menu edit di Excel. Dengan pilihan ini, maka memliki lebih banyak pilihan, yaitu : Down, Up, Left, dan Seies ( Autofil ). 5.5 Pembuatan Gafik Gafik pada Excel dapat dibuat menjadi satu dengan data atau tepisah pada lemba keja sendii, namun asih beada pada file yang sama. Untuk membuat gafik pada Excel, biasa menggunakan Icon chat Wizad yang tedapat pada Toolba. Adapun langkah langkah yang dipelukan adalah : 1. Soot Sel atau ange yang ingin dibuat gafik. 2. Klik Icon Inset, maka akan tampil kota dialog Chat Type. 3. Klik Type gafik yang diinginkan dan klik next, tampil kotak dialog Souce data. 4. Pada tampilan akan telihat ange data yang telah disoot dan klik adio botton ows atau coloums yang diinginkan, klik next. Maka akan tampil kotak dialog Chat Option. 5. Pada Chat option, klik judul gafik. Setelah itu klik Next. Tampil kotak dialog chat options. 6. Anda dapat memilih tempat untuk meletakkan gafik ini, kemudian klik Finish

44 Gamba 5.4 Tampilan Kotak Dialog Chat Type Gamba 5.4 Tampilan Kotak Dialog Chat Type

45 Gamba 5.5 Tampilan Hasil Gafik

46 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Bedasakan hasil analisis dan evaluasi dai pehitungan Jumlah Penduduk Indonesia bedasakan tahun maka dapat disimpulkan sebagai beikut : 1. Dengan menggunakan umus petumbuhan eksponensial dapat dicai pesentase peubahan jumlah penduduk laki laki, pesentase peubahan jumlah penduduk peempuan, seta peubahan jumlah penduduk secaa keseluuhan (laki-laki dan peempuan) sehingga dapat diamalkan jumlah penduduk di Indonesia di masa yang akan datang. 2. Dipekiakan Jumlah Penduduk Indonesia menuut jenis kelamin laki-laki pada tahun 2010 adalah jiwa, jenis kelamin peempuan sebesa jiwa, dan secaa keseluuhan ( jenis kelamin laki-laki dan peempuan ) sebesa jiwa. 3. Laju petumbuhan penduduk di Indonesia pada tahun 2010 dipekiakan sebesa 2,06 %. 6.2 Saan saan

47 Bedasakan data yang diamati, penulis membei saan dai hasil analisi jumlah petumbuhan penduduk di Indonesia yaitu sebagai beikut : 1. Menuunnya jumlah penduduk setiap tahun, dihaapkan pemeintah dapat mengambil tindakan untuk lebih mempehatikan lagi tingkat kualitas kesehatan penduduk di Indonesia. 2. Pemeintah haus mempehatikan lagi fakto fakto yang mempengauhi peubahan jumlah penduduk yang tejadi di Indonesia sehingga pemeataan penyebaan penduduk dapat tejadi, Dengan melakukan tansmigasi dan pemeataan pembangunan yang bewawasan lingkungan demi teciptanya kesejahteaan akyat. 3. Pemeintah beupaya menampung dan membei lapangan pekejaan untuk penduduk Indonesia kaena meningkatnya jumlah penduduk di Tahun 2010 dengan melaksanakan poyek padat kaya, mengadakan pusat pusat pendidikan keteampilan.

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 643 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINCIAL PROJECT IMPLEMENTATION UNIT UNTUK PROGRAM SANITASI

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

IPEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

IPEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA \ IPEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA INSTRUKSI GUBERNUR PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PELAKS...\NAAN KEGIATAN PENOATAAN KELUARGA 01 PROVINSI OJ~ERAH

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS NOMOR 542 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN I

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga Negara Non Departemen. BPS melakukan kegiatan yang ditugaskan oleh pemerintah antara bidang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1867 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1867 TAHUN 2014 TENTANG 8J~~g;~~ ~~ KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1867 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM KEPULAUAN SERIBU SEBAGAI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG I SALINAN I fp~@"~{5}f~~ ~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 {, TENTANG PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN/PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif pendekatan asosiatif simetis, yaitu hubungan yang besifat sebab-akibat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO " NOMOR: 2 TAHUN 2006 <'

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO  NOMOR: 2 TAHUN 2006 <' u 1--' PEMERNTAH KABUPATEN SDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SDOARJO " NOMOR: 2 TAHUN 2006

Lebih terperinci

PERAMALAN PENDUDUK KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERAMALAN PENDUDUK KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL PROPOSAL TUGAS AKHIR PERAMALAN PENDUDUK KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2008-2010 DENGAN MENGGUNAKAN PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL PROPOSAL TUGAS AKHIR ANDRI CANDRA SIAHAAN 062407047 PROGRAM STUDI DIII STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 133 TAHUN 2015 TENTANG TIM PEMANTAUAN ORANG ASING, ORGANISASI MASYARAKAT ASING DAN TENAGA

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA)

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) Da.Heny Mahmudah Dosen unisla ABSTRAK Pada hakekatnya suatu peusahaan didiikan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga Negar Non Departemen. BPS melakukan kegiatan yang ditugaskan oleh pemerintah antara

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

BAB 3 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PUSAT STATISTIK

BAB 3 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PUSAT STATISTIK BAB 3 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PUSAT STATISTIK 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga Negara Non Departemen. Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan kegiatan

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 890 TAHUN 2015 TENTANG PANITIA SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA DEPUTI GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 624 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR NOMOR 1250 TAHUN 2013 TENTANG TIM

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA. (Studi pada Desa Sumbergede Kec. Sekampung Kab.

PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA. (Studi pada Desa Sumbergede Kec. Sekampung Kab. PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA (Studi pada Desa Sumbegede Kec. Sekampung Kab. Lampung Timu) Wahyu Widodo Dosen Tetap STISIPOL Dhama Wacana Meto ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1062TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR NOMOR 850 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN

Lebih terperinci

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT Sudianto Manullang Yasifati Hia Abstak Pengelolaan dana pensiun dapat menentukan dan mendoong peningkatan poduktivitas angkatan keja.

Lebih terperinci

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN I SALINAN I fi~@?~{5]f~~ ~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG C' PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM E-Junal Matematika Vol. 3, No.2 Mei 2014, 64-74 ISSN: 2303-175 PERHITUNGAN DA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM I GUSTI AYU KOMANG KUSUMA WARDHANI 1, I NYOMAN WIDA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN.. Lata Belakang Masalah Peanan pemasaan dalam kebehasilan peusahaan telah diakui di kalangan pengusaha untuk mempetahankan kebeadaanya dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG .,, ' [ SALINAN I fff~~~!jf~~..f~j~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

RENCANA STRATEGIS TAHUN BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 25-29 25-29 BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN Mengacu pada pogam dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh KPU RI, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sidoajo pada jangka

Lebih terperinci

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI Junal Teknik Sipil ISSN 30-053 Pogam Pascasajana Univesitas Syiah Kuala Pages pp. 4-35 PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN

Lebih terperinci

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES Posiding Konfeda dan Semina Nasional BK PD ABKIN Sulawesi Selatan Optimalisasi Pean Pendidik Dalam Membangun Kaakte Bangsa Di Ea MEA 30 Makassa, 4-5 Maet 017 PENGARUH CONTRACTING CONTINU SEBUAH PENDEKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) B. Vey Chistioko 1,, Dian Ti Wiyanti 2 Pogam Studi Teknik Infomatika Juusan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa .1. Bentuk Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencai maksud dan pengauh antaa vaiable independen

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2013 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2013 TAHUN 2014 TENTANG fij~@j~@~@j{~. (;j~ifalumiiv KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2013 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM JAYA PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1119 TAHUN 2015 TENTANG TIM PENGASURANSIAN BARANG MILIK DAERAH.DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2178 TAHUN 2014 TENTANG PENUNJUKAN KEPALA DINAS PERUMAHAN DAN GEDUNG PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER

KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER SOVIA ANGGRAINI SETIONO Pogam Studi Ilmu Administasi Bisnis, Sekolah Tinggi Ilmu Administasi

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2269 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN IZIN PELAKSANAAN REKLAMASI PULAU I KEPADA PT JALADRI KARTlKA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA Semina Nasional Teknologi Infomasi dan Multimedia 0 STMIK AMIKOM Yogyakata, 6-8 Febuai 0 ISSN : 0-80 PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN. Data Identitas Responden Fekuensi identitas esponden dalam penelitian ini tedii dai jenis kelamin dan pendidikan guu yang dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Seambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 016 ISSN : 337-8085 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Tamizi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2240 TAHUN 2014 TENTANG PENGHAPUSAN BANGUNAN/GEDUNG MILlKlDIKUASAI PEMERINTAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI SELATAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI SELATAN 13 BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI SELATAN 3.1 Keadaan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada garis 58 35 0-2 07 33 Lintang Utara dan 98 42 50-99 34 16 Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

~~{ Jf'~YlF~~tJ. ~.f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2013 TENTANG

~~{ Jf'~YlF~~tJ. ~.f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2013 TENTANG . " I SALINAN I ~~{ Jf'~YlF~~tJ ~.f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 92 TAHUN 2012 TENTANG PEGAWAI TIDAK TETAP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di madasah Aliyah Negei (MAN) Model Medan yang bealamat di Jalan Williem Iskanda No. 7A Keluahan Sidoejo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

Fiskal vs Moneter Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif?

Fiskal vs Moneter Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif? Fiskal vs Monete Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif? Oleh : Pemeintah bau saja mengumumkan encana peubahan defisit PN 2009 dai 1,0% tehadap PD menjadi 2,5% tehadap PD. Pada kesempatan yang sama Pemeintah

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU ABSTRAK

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU ABSTRAK PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU Mohamad Andi 1, Inda 2, Alimin Maidin 3 1 Bagian Penjaminan Mutu FKM Unismuh Palu 2 Bagian AKK, FKM Univesitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 971 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 971 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 971 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PERINGATAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskiptif dan veifikatif. Menuut Sugiyono (005: 13), penelitian deskiptif adalah jenis penelitian yang menggambakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational BAB IV ANALISIS DATA Analisis data meupakan hasil kegiatan setelah data dai seluuh esponden atau sumbe data lainnya tekumpul. Hal ini betujuan untuk mengetahui tingkat kebenaan hipotesis-hipotesis penelitian

Lebih terperinci

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan penelitian kuantitatif koelasional. Penelitian kuantitatif koelasional adalah penelitian

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2064 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2064 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2064 TAHUN 2014 TENTANG PENUNJUKAN KEPALA PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 2 SEBAGAI

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA INSTRUKSI SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SELAKU KETUA TIM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAHASAN

Lebih terperinci

SISTEM MONITORING KINEJA DOSEN DALAM KEGIATAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI ( STUDI KASUS STMIK CILEGON )

SISTEM MONITORING KINEJA DOSEN DALAM KEGIATAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI ( STUDI KASUS STMIK CILEGON ) Media Junal Infomatika Vol. 9, No., Juni 207, hlm.37-48 http://junal.unsu.ac.id/mjinfomatika p-issn : 2088-24 e-issn : 2477-2542 SISTEM MONITORING KINEJA DOSEN DALAM KEGIATAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian meupakan stategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipelukan, guna menjawab pesoalan yang dihadapi. Metode

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I .~;,1 PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH ' DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I BUPATI SIDOARJO, Menimbang: a. bahwa Pajak Ai

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 PM -7 Hubungan Fasilitas, Kemandiian, dan Kecemasan Belaja tehadap Pestasi Belaja Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Puing Tahun

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga Negara Non Departemen. Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan kegiatan yang ditugaskan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG Junal Agibisnis, Vol. 9, No. 2, Desembe 2015, [ 137-148 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1370 TAHUN 2015 TENTANG PENUNJUKAN KEPALA DINAS PERUMAHAN DAN GEDUNG PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE BASIS DAN SHIFT-SHARE DALAM MENGATASI TINGKAT DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR WILAYAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS PENERAPAN METODE BASIS DAN SHIFT-SHARE DALAM MENGATASI TINGKAT DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR WILAYAH DI PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS PENERAPAN METODE BASIS DAN SHIFT-SHARE DALAM MENGATASI TINGKAT DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR WILAYAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Uma Chadhiq, Ismiyatun dan Nanang Yusoni Univesitas Wahid Hasyim Semaang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN Asuni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia Banjamasin Jl. A Yani Km. 5,5 Banjamasin,

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

mendapatkan karyawan yang berkopentensi sesuai dengan bidangnya dan terkendali dari jumlah dan waktu sesuai kebutuhan universitas.

mendapatkan karyawan yang berkopentensi sesuai dengan bidangnya dan terkendali dari jumlah dan waktu sesuai kebutuhan universitas. I Tanqqal Efektif 1 Desembe 2008 071 1. TUJUAN Membeikan acuan peneimaan dan pengendalian kayawwan idak tetap non dosen untuk mendapatkan kayawan yang bekopentensi sesuai dengan bidangnya dan tekendali

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 HUBUNGAN KINERJA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN IPA DI SD PADA MAHASISWA PROGRAM D PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FKIP UNS TAHUN AKADEMIK 009 / 00 Wasiti Dosen PGSD FKIP

Lebih terperinci