ANALISIS KESTABILAN MODEL EKOEPIDEMIOLOGI DENGAN PEMANENAN SEBAGAI KONTROL PENYEBARAN PENYAKIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KESTABILAN MODEL EKOEPIDEMIOLOGI DENGAN PEMANENAN SEBAGAI KONTROL PENYEBARAN PENYAKIT"

Transkripsi

1 ANAL ETABLAN MODEL EOEPDEMOLOG DENGAN PEMANENAN EBAGA ONTROL PENYEBARAN PENYAT Choiotul Ummah, Abadi Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan lmu Pengetahuan Alam, Univesitas Negei uabaya, 6 choiotul9@yahoo.co.id, abadi4@yahoo.com ABTRA Dalam atikel ini, diekonstuksi suatu model ekoepidemiologi dengan pemanenan yang menggambakan inteaksi antaa populasi ikan tilapia entan, ikan tilapia teinfeksi oleh baktei, dan populasi buung pelikan yang beada di Laut alton, Califonia, yang dipengauhi adanya pemanenan pada populasi ikan tilapia. elanjutnya model tesebut dilinieisasi, sehingga dipeoleh 4 titik kitis yang memenuhi dai 8 titik kitis yang dipeoleh, di mana kestabilannya dianalisis bedasakan nilai eigen dan salah satu titik kitisnya dianalisis bedasakan kiteia Routh-Huwitz. Untuk menganalisis kebeadaan titik bifukasi dan jenis bifukasinya, menggunakan metode manifold pusat, sehingga dipeoleh bidang vekto di manifold pusat yang menunjukkan adanya suatu bifukasi yang menaik yaitu bifukasi tanskitikal dan bifukasi Hopf. Untuk menggamba obit kestabilan dan diagam bifukasi, menggunakan softwae MatCont. Dai hasil analisis kestabilan dan bifukasi tesebut, dilakukan intepetasi biologi tentang pean usaha pemanenan dalam mengkontol penyebaan penyakit dan pengauhnya tehadap petumbuhan populasi ikan tilapia dan buung pelikan. ata kunci: model ekoepidemiologi dengan pemanenan, kestabilan lokal, bifukasi, manifold pusat PENDAHULUAN Poses pemangsaan tejadi antaa mangsa dan pemangsa, sebab tanpa adanya mangsa, populasi pemangsa tidak dapat hidup. alah satu fakto yang mempengauhi poses pemangsaan tesebut adalah adanya penyakit. Apabila suatu spesies mangsa teseang penyakit, hal ini akan mengubah peilaku mangsa, sehingga lebih mudah untuk dipedasi Fenomena alam yang menggambakan inteaksi mangsa pemangsa, di mana populasi mangsa teseang penyakit, dijelaskan oleh Chattopadhyay dan Baiagi ()., yaitu inteaksi antaa populasi buung pelikan dan ikan tilapia di Laut alton, Caifonia. kan tilapia tesebut teinfeksi baktei Avian botulism. Baktei tesebut membuat bebeapa bagian tubuh ikan tilapia mengalami kekosongan oksigen. ehingga, mengubah peilaku ikan tilapia yang teinfeksi yaitu meeka akan beenang menuju pemukaan ai dan menjadi entan dipedasi oleh buung pelikan. Apabila buung pelikan memakan ikan tilapia teinfeksi yang masih hidup, maka meeka akan mengalami keacunan dan mati, kaena di dalam jaingan tubuh ikan tilapia teinfeksi masih tedapat acun botulism yang dihasilkan oleh baktei Avian botulism. Bedasakan fenomena tesebut, Chattopadhyay dan Baiagi () membuat model ekoepidemiologi, yang tedii dai populasi ikan ikan tilapia entan, ikan tilapia yang teinfeksi oleh baktei dan populasi buung pelikan. Dalam hal ini diasumsikan, buung pelikan hanya memangsa ikan tilapia teinfeksi. Pengembangan model ekoepidemiologi tesebut dilakukan oleh Baiagi, et.al (9) dengan mengasumsikan adanya pemanenan pada populasi ikan tilapia. Pemanenan betujuan untuk menguangi banyaknya ikan tilapia, sehingga penyebaan penyakit antaa ikan tilapia entan dan teinfeksi dapat dikontol. Pada atikel ini akan dibahas ekonstuksi model ekoepidemiologi dengan pemanenan yang dimodelkan oleh Baiagi, et.al (9). elanjutnya akan ditentukan titik kitis, identifikasi kestabilan lokal, jenis titik kitis dan identifikasi adanya bifukasi dengan menetapkan paamete usaha pemanenan sebagai paamete bifukasi. ehingga dapat diketahui bagaimana pean pemanenan sebagai kontol penyebaan penyakit pada populasi ikan tilapia dan pengauhnya tehadap petumbuhan populasi ikan tilapia dan buung pelikan. Pengembangan yang dilakukan dalam penulisan ini adalah menentukan jenis bifukasi menggunakan metode manifold pusat. Untuk menggamba obit kestabilan dan diagam bifukasi menggunakan softwae MatCont.

2 PEMBAHAAN Rekonstuksi Model Ekoepidemiologi Dengan Pemanenan Dengan adanya penyakit kaena infeksi baktei Avian botulism, jumlah populasi ikan tilapia di Laut alton adalah N( t) ( t) ( t), di mana adalah banyaknya ikan tilapia entan dan adalah banyaknya ikan tilapia teinfeksi. Banyaknya ikan tilapia entan menjadi ikan tilapia teinfeksi adalah, di mana adalah laju penyebaan penyakit. nfeksi baktei hanya tejadi apabila tejadi kontak langsung antaa ikan tilapia teinfeksi tehadap ikan tilapia entan. kan tilapia yang teinfeksi baktei tesebut, akan mati dalam bebeapa hai dan cendeung beenang ke pemukaan ai. Petumbuhan populasi ikan tilapia mengikuti model logistik, yang dinyatakan dengan N N, dengan N. aena ikan tilapia teinfeksi akan mati dalam bebeapa hai, maka suku diasumsikan benilai nol, sehingga petumbuhan populasi ikan tilapia adalah, atinya petumbuhan populasi ikan tilapia dipengauhi oleh kelahian dan kematian ikan tilapia entan baik kematian alami maupun kematian kaena penyakit. Dengan demikian, laju petumbuhan populasi ikan tilapia entan akan dipengauhi oleh komponen N. Diasumsikan buung pelikan hanya memakan ikan tilapia yang telah mati, kaena buung pelikan akan mengalami keacunan apabila memakan ikan tilapia teinfeksi yang masih hidup. Banyaknya ikan tilapia teinfeksi yang dimakan mengikuti espon fungsional Holling tipe yaitu mp. elahian h populasi buung pelikan begantung pada jumlah maksimum mangsa yang dimakan, maka banyaknya buung pelikan yang lahi adalah mp, di mana h adalah efisiensi pemangsaan. Jika laju kematian alami ikan tilapia teinfeksi adalah, maka banyaknya ikan tilapia teinfeksi yang mati secaa alami kaena penyakit adalah. banyaknya buung pelikan yang mati secaa alami adalah dp, dengan laju kematian alami dinyatakan dengan d yaitu laju kematian buung pelikan kaena tidak ada makanan ditambah kematian kaena keacunan akibat mamakan ikan tilapia teinfeksi yang masih hidup. Pemanenan hanya dilakukan tehadap populasi ikan tilapia yang dilakukan secaa non selektif oleh nelayan, di mana laju penangkapan ikan tilapia teinfeksi lebih besa daipada ikan tilapia entan. Banyaknya ikan tilapia entan yang ditangkap oleh nelayan adalah qe dan banyaknya ikan tilapia teinfeksi yang ditangkap oleh nelayan adalah qe. Beikut dibeikan model kompatemen dai model ekoepidemiologi dengan pemanenan bedasakan asumsi di atas. Gamba. Model ompatemen dai Model Ekoepidemiologi Dengan Pemanenan eteangan : = banyaknya ikan tilapia entan pe satuan aea = banyaknya ikan tilapia teinfeksi pe satuan aea P = banyaknya buung pelikan pe satuan aea = laju petumbuhan intinsik yang behubungan dengan kelahian dan kematian alami ikan tilapia entan = kapasitas maksimum ikan tilapia yang ada di Laut alton = laju penyebaan penyakit m= laju pemangsaan ikan tilapia teinfeksi oleh pemangsa h = banyaknya ikan tilapia teinfeksi, saat laju pemangsaan buung pelikan sama dengan setengah dai laju pemangsaan maksimalnya = efisiensi pemangsaan yaitu kemudahan pemangsa untuk mendapatkan ikan tilapia teinfeksi = laju kematian alami ikan tilapia teinfeksi d = laju kematian alami buung pelikan q = laju penangkapan ikan tilapia entan q = laju penangkapan ikan tilapia teinfeksi E = usaha pemanenan yang dilakukan oleh nelayan Dai asumsi dan diagam kompatemen tesebut, dipeoleh model ekoepidemiologi dengan pemanenan yang mengambakan inteaksi antaa ikan tilapia dan buung pelikan di Laut alton, yang dipengauhi oleh infeksi baktei dan pemanenan pada populasi ikan tilapia, sebagai beikut. d () qe dt d mp qe dt h dp m P dp dt h

3 Penentuan Titik itis Dengan menolkan uas kanan pada model () tedapat 4 titik kitis yang memenuhi dai 8 titik kitis yang dipeoleh yaitu qe, T (,,), T,, qe qe qe dan T,, hd qe hd h T,, qe. m d m d m estabilan Titik itis Model () dilinieisasi di sekita titik kitisnya dipeoleh matiks Jacobi A sebagai beikut ( ) qe hmp m A q E ( h ) h hmp m d ( h ) h Dengan mensubtitusi titik kitis di matiks Jacobi A, secaa analitik dipeoleh kestabilannya sebagai beikut :. estabilan titik kitis T det( A ), di Dengan menyelesaikan mana A adalah matiks Jacobi di sekita titik kitist, adalah matiks identitas odo dan adalah nilai eigen di titik kitis T. Nilai eigennya adalah qe, qe dan d. Dai nilai eigen tesebut, dipeoleh kestabilan titik kitis yaitu, titik kitis T stabil jika batas paamete usaha pemanenan E dan titik kitis T tak stabil q jika E. q. estabilan titik kitis T Dengan menyelesaikan det( A ), di mana A adalah matiks Jacobi di sekita titik kitis T, adalah matiks identitas odo dan adalah nilai eigen di titik kitis T. Nilai eigennya adalah qe, qe qe dan d. Dai nilai eigen tesebut, dipeoleh kestabilan titik kitis yaitu, titik kitis T stabil jika batas paamete usaha pemanenan E dan ( ) E. Dan titik q q q kitis T tak stabil jika ( ) E dengan. q q E dan q. estabilan titik kitis T Dengan menyelesaikan det( A ), di mana A adalah matiks Jacobi di sekita titik kitist, adalah matiks identitas odo dan adalah nilai eigen di titik kitist. Nilai eigennya adalah a b, a b dan m ( ( qe) Eq) h h ( q E) Eq di mana Eq d a dan Eq ( Eq) Eq Eq b 4. Dai nilai eigen tesebut, kestabilan titik kitis yaitu, titik kitis T stabil jika batas paamete usaha pemanenan E, E dan q q q q hd( ) E q q q q m d T tak stabil jika E q q hd( ) E dengan q q q q m d d hd( ) m dan. ( ). Dan titik kitis, dan 4. estabilan titik kitis T Dengan menyelesaikan det( A 4), di mana A adalah matiks Jacobi di sekita titik kitis T, adalah matiks identitas odo dan 4 adalah nilai eigen di titik kitis T. Dipeoleh pesamaan kaakteistik p( ) a a a dengan

4 m P a ( h ) a mhdp m P ( h ) ( h ) mdh P a ( h ) estabilan titik kitis T dianalisis menggunakan kiteia Routh-Huwitz, sehingga titik kitis T stabil jika a, a dan aa a. Penentuan batas paamete usaha pemanenan dilakukan secaa numeik menggunakan softwae Maple yang akan dijelaskan pada subbab selanjutnya. Analisis Numeik Bifukasi Titik itis dan ntepetasinya Untuk memudahkan analisis bifukasi titik kitis, dibeikan nilai paamete beupa data sekunde yang dipeoleh dai atikel penelitian Baiagi et.al (7) sebagai beikut. Dalam menentukan nilai paamete laju penyebaan penyakit ( ) dan laju pemangsaan haus disesuaikan dengan analisis yang telah dipeoleh pada subbab sebelumnya, Tabel Notasi untuk vaiabel dan paamete beseta nilainya Vaiabel dan paamete Unit Nilai yang ditentukan Jumlah pe satuan aea Vaiabel Jumlah pe satuan aea Vaiabel P Jumlah pe satuan aea Vaiabel Pe hai Jumlah pe satuan aea 45 Pe hai. m Pe hai.9 h Jumlah pe satuan aea 5 Pe hai.4 Pe hai.4 d Pe hai.9 q Pe hai. q Pe hai.5 E Pe hai Paamete yang diubahubah. Analisis bifukasi titik kitis T ecaa numeik dipeoleh kestabilan titik kitis T sebagai beikut, titik kitis T stabil jika batas nilai paamete usaha pemanenan E 5 dan titik kitis T tak stabil jika E 5. Jadi, saat E 5 tejadi bifukasi. Untuk mengetahui jenis bifukasi di E 5, menggunakan metode manifold pusat sebagai beikut: Dai sistem (), dipilih invaian manifold di P sehingga dipeoleh ()..E E aena sistem memiliki nilai eigen benilai nol, sedangkan sistem dan P memiliki nilai eigen negatif saat E 5.ehingga tedapat manifold pusat di sistem (). alah satu titik kitis pada sistem () adalah * * T (, ) (,). aena invaian manifold () besinggungan dengan manifold pusat di (,), maka titik kitist ditanslasi ke (,) dipeoleh sistem hasil tanslasi sebagai beikut (. E). 5 (.4.5 E). () aena sistem () begantung pada paamete E, maka dengan memasukkan paamete E sebagai vaiabel tak bebas bau, sistem () menjadi (. E). (4) 5 E (.4.5 E). etelah dilinieisasi, sistem () memiliki nilai eigen benilai nol dan negatif jika E 5, maka tedapat manifold pusat pada sistem () di (,), yang didefinisikan sebagai c W () {, E, R H (, E), H (,), DH (.)} untuk dan E sangat kecil. Untuk menentukan bidang vekto di manifold pusat, dengan mensubstitusi sistem (4) ke tuunan pasial H (, E) tehadap t, kemudian mensubstitusi apoksimasi = H (, E) E E... dan menyamakan koefisien koefisien,,,... di pangkat tetinggi vaiabelnya, dipeoleh hasil apoksimasi manifold pusat H (, E) h. o. t,dengan h.. o t adalah high ode tems..emudian mensubtitusi H (, E) ke, dan mengubah vaiabel (. E). 5 menjadi u. ehingga dipeoleh bidang vekto di manifold pusat sebagai beikut

5 u E u u 5 E. (5) istem (5) menunjukkan bahwa jenis bifukasi saat E 5adalah bifukasi tanskitikal. Beikut dibeikan obit kestabilan titik kitis T yang menggambakan peubahan kestabilan titik kitis T akibat beubahnya nilai paamete usaha pemanenan yaitu saat E 5 dan E 5. Gafik a. Obit estabilan aat E 7 Poyeksi di Bidang - ntepetasi biologi dai analisis di atas adalah sebagai beikut, jika fekuensi usaha pemanenan yang dilakukan oleh manusia tidak dapat dikendalikan yaitu lebih dai 5 kali pe hai, maka populasi ikan tilapia akan punah. Akibatnya tidak akan tejadi penyebaan penyakit kaena tidak adanya populasi ikan tilapia. Dalam hal ini, usaha pemanenan tidak memiliki pean dalam mengkontol penyebaan penyakit. Dampak dai punahnya populasi ikan tilapia adalah punahnya populasi buung pelikan, akibat tidak adanya makanan utamanya yaitu ikan tilapia teinfeksi.. Analisis bifukasi titik kitis T ecaa numeik dipeoleh kestabilan titik kitis T sebagai beikut, titik kitis T stabil jika batas nilai paamete usaha pemanenan.88 E 5 dan titik kitis T tak stabil jika E 5 dan E.88. Jadi, saat E.88 tejadi bifukasi. Untuk mengetahui jenis bifukasi di E.88, menggunakan metode manifold pusat sebagai beikut: Dai sistem (), dipilih invaian manifold di P sehingga dipeoleh (6)..E E aena sistem memiliki nilai eigen benilai nol, sedangkan sistem dan P memiliki nilai eigen negatif saat E.88.ehingga tedapat manifold pusat di sistem (6). alah satu titik kitis pada sistem (6) adalah * * T E. aena invaian (, ) (45,) Gafik b. Obit estabilan aat E 9 Poyeksi di Bidang - manifold (6) besinggungan dengan manifold pusat di (,), maka titik kitis T ditanslasi ke (,) dipeoleh sistem hasil tanslasi sebagai beikut.e 4.5.9E. (7) (..59 E). aena sistem (7) begantung pada paamete E, maka dengan memasukkan paamete E sebagai vaiabel tak bebas bau, sistem (7) menjadi (. E). 5 E (.4.5 E). (8) etelah dilinieisasi, sistem (7) memiliki nilai eigen benilai nol dan negatif jika E.88, maka tedapat manifold pusat pada sistem (7) di (,), yang didefinisikan sebagai c W () {, E, R H (, E), H (,), DH (.)} untuk dan E sangat kecil. Untuk menentukan bidang vekto di manifold pusat, dengan mensubstitusi sistem (8) ke tuunan pasial H (, E) tehadap t, kemudian mensubstitusi apoksimasi = H (, E) E E... dan menyamakan koefisien koefisien,,,... di pangkat tetinggi vaiabelnya, dipeoleh hasil apoksimasi manifold pusat H (, E).7E. emudian mensubtitusi H (, E).7 E h. o. t ke (..59 E)., dan mengubah vaiabel menjadi u. ehingga dipeoleh bidang vekto di manifold pusat sebagai beikut u..59e u.eu E (9) istem (9) menunjukkan bahwa jenis bifukasi saat E.88 adalah bifukasi tanskitikal. Beikut dibeikan obit kestabilan titik kitis T yang menggambakan peubahan kestabilan titik kitis T akibat beubahnya nilai paamete usaha pemanenan yaitu saat.88 E 5 dan E.88. Gafik a. Obit estabilan aat E 9 Poyeksi di Bidang - 5 Gafik b. Obit estabilan aat E.7 Poyeksi di Bidang -

6 ntepetasi secaa biologi dai analisis di atas adalah sebagai beikut, jika fekuensi usaha pemanenan ikan tilapia yang dilakukan oleh nelayan sekita 5 sampai kali pe hai, di mana penangkapan ikan tilapia teinfeksi lebih besa daipada ikan tilapia entan. Dan laju kematian ikan tilapia teinfeksi lebih besa dai laju petumbuhan maksimum ikan tilapia teinfeksi yang secaa matematis dinyatakan sebagai qe. qe Maka populasi ikan tilapia teinfeksi akan punah dan hanya populasi ikan tilapia entan yang masih dapat betahan hidup kaena diasumsikan laju petumbuhannya tinggi akibat salinitas ai laut yang tinggi yang menyebabkan epoduksinya juga tinggi. Dampak dai punahnya populasi ikan tilapia teinfeksi adalah punahnya populasi buung pelikan,. Analisis bifukasi titik kitis T ecaa numeik dipeoleh kestabilan titik kitis T sebagai beikut, titik kitis T stabil jika batas nilai paamete usaha pemanenan.5 E.88 dan titik kitis T tak stabil jika E.88 dan E.5. Jadi, saat E.5 tejadi bifukasi. Untuk mengetahui jenis bifukasi di E.5, menggunakan metode manifold pusat sebagai beikut: Dai sistem (), dipilih invaian manifold di sehingga dipeoleh.9p ().4.5E 5.6P P.9P 5 aena sistem P memiliki nilai eigen benilai nol, sedangkan sistem dan memiliki nilai eigen negatif saat E.5.ehingga tedapat manifold pusat di sistem (). alah satu titik kitis pada sistem () adalah * * T (, P ) ( E,). aena invaian manifold () besinggungan dengan manifold pusat di (,), maka titik kitis T ditanslasi ke (,) dipeoleh sistem hasil tanslasi sebagai beikut ().9P.97P.EP E E E E.6P 9.P 4.88EP P.9P E (.4.5 ) aena sistem () begantung pada paamete E, maka dengan memasukkan paamete E sebagai vaiabel tak bebas bau, sistem () menjadi.9p.97p.ep E E E E E (.4.5 ) P 9.P 4.88EP P.9P E () etelah dilinieisasi, sistem () memiliki nilai eigen benilai nol dan negatif jika E.5, maka tedapat manifold pusat pada sistem () di (,), yang didefinisikan sebagai c W () {, E, PR H ( P, E), H (,), DH (.)} untuk P dan E sangat kecil. Untuk menentukan bidang vekto di manifold pusat, dengan mensubstitusi sistem () ke tuunan pasial H ( P, E) tehadap t, kemudian mensubstitusi apoksimasi H ( P, E) P PE E... dan menyamakan koefisie,,,... di pangkat tetinggi vaiabelnya, dipeoleh hasil apoksimasi manifold pusat H ( P, E) EP h. o. t. emudian mensubtitusi H ( P, E) EP ke.6p 9.P 4.88EP, dan mengubah P E.9P vaiabel P menjadi u. ehingga dipeoleh bidang vekto di manifold pusat sebagai beikut E.7E u u u E E E () istem () menunjukkan bahwa jenis bifukasi saat E.5adalah bifukasi tanskitikal. Beikut dibeikan obit kestabilan titik kitis T yang menggambakan peubahan kestabilan titik kitis T akibat beubahnya nilai paamete usaha pemanenan yaitu saat.5 E.88 dan E.5. Gafik a. Obit estabilan aat E.7 Poyeksi di Bidang -P Gafik b. Obit estabilan aat E. Poyeksi di Bidang -P ntepetasi biologi dai analisis di atas adalah sebagai beikut, penyebaan penyakit dai ikan tilapia teinfeksi ke ikan tilapia entan diasumsikan tinggi, akibatnya populasi ikan tilapia teinfeksi betambah kaena munculnya individu bau dai individu ikan tilapia entan yang tetula penyakit akibat baktei Avian botulism. Untuk mengatasi hal tesebut, maka fekuensi usaha

7 pemanenan yang sehausnya dilakukan oleh nelayan adalah sebanyak kali pe hai, aga populasi ikan teinfeksi dapat dikuangi, sehingga penyebaan penyakit dapat dikontol, di mana penangkapan ikan tilapia teinfeksi lebih besa dai ikan tilapia entan. Namun hal ini dapat mengakibatkan punahnya populasi pelikan kaena ketebatasan makanan utamanya yaitu ikan tilapia teinfeksi. Akibat ketebatasan makanan tesebut, apabila buung pelikan memakan ikan tilapia teinfeksi yang masih hidup, akan mengakibatkan buung pelikan mengalami keacunan dan mati. 4. Analisis bifukasi titik kitis T husus titik kitis T, untuk menganalisis kestabilan dan mengetahui jenis bifukasinya dilakukan secaa numeik menggunakan softwae Maple dan MatCont, kaena secaa analitik membutuhkan poses yang sangat umit. Dai hasil analisis numeik tesebut, dipeoleh batas nilai paamete usaha pemanenan yang memenuhi aga titik kitis T stabil yaitu.5 E.5dan batas nilai paamete usaha pemanenan yang memenuhi aga titik kitis T tak stabil yaitu E.5. Untuk menentukan kebeadaan titik bifukasi dan jenis bifukasinya di titik kitis T, dianalisis secaa numeik menggunakan softwae Matcont, dipeoleh diagam bifukasi sebagai beikut. Gafik 4. Diagam bifukasi Hopf poyeksi di bidang E- Dai Gafik 4, aea bewana meah menunjukkan adanya limit cycle dan tedapat titik H saat E =.5 yang menunjukkan bahwa saat nilai paamete usaha pemanenan E =.5 tejadi bifukasi dan jenis bifukasinya adalah bifukasi Hopf. Beikut dibeikan obit kestabilan titik kitis T (7.75 E,5,9.8. E) yang menggambakan peubahan kestabilan akibat beubahnya nilai paamete usaha pemanenan yaitu saat.5 E.5dan E.5. Gafik 5a. Obit estabilan aat E. Poyeksi di Bidang -P Gafik 5b. Obit estabilan aat E. Poyeksi di Bidang -P ntepetasi biologi dai analisis di atas adalah sebagai beikut, penyebaan penyakit dai ikan tilapia teinfeksi ke ikan tilapia entan diasumsikan tinggi, akibatnya populasi ikan tilapia teinfeksi betambah kaena munculnya individu bau dai individu ikan tilapia entan yang tetula penyakit akibat baktei Avian botulism. Jika fekuensi usaha pemanenan yang dilakukan oleh nelayan sangat endah yaitu kuang dai atau sama dengan kali pe hai, dengan penangkapan ikan tilapia teinfeksi lebih besa dai ikan tilapia entan, maka populasi ikan tilapia teinfeksi tidak dapat dikuangi secaa maksimal. ehingga penyebaan penyakit, juga tidak dapat dikontol dengan maksimal. Hal ini bedampak negatif tehadap petumbuhan populasi ikan tilapia entan, namun bedampak positif bagi petumbuhan populasi ikan tilapia teinfeksi dan suatu saat banyaknya populasi ikan tilapia akan konstan. Hal ini juga pelu diingat, bahwa ikan tilapia entan masih dapat betahan hidup kaena laju petumbuhan ikan tilapia yang diasumsikan tinggi. Efek dai usaha pemanenan dan penyebaan penyakit tesebut, beakibat laju pemangsaan yang dilakukan oleh buung pelikan tehadap populasi ikan tilapia teinfeksi yang mati juga sangat tinggi. elain itu juga, kaena laju pemangsaan pemangsa begantung pada espon fungsional Holling tipe, akibatnya laju pemangsaan oleh buung pelikan meningkat tehadap kepadatan populasi ikan tilapia teinfeksi yang meningkat, namun pada akhinya laju pemangsaan menuun secaa asimtotik di mana laju konsumsi tetap konstan telepas dai peningkatan kepadatan populasi ikan tilapia teinfeksi. ehingga populasi ikan tilapia teinfeksi bekontibusi dalam petumbuhan populasi buung pelikan.

8 Diagam Bifukasi Beikut dibeikan diagam bifukasi yang menggambakan keseluuhan analisis bifukasi di atas, yang dipeoleh dai simulasi menggunakan softwae MatCont. Gafik 6. Diagam bifukasi Poyeksi di Bidang E- Gafik 6 di atas, secaa numeik mendeskipsikan keseluuhan peubahan kestabilan titik kitis akibat peubahan nilai paamete usaha pemanenan E. Dan telihat saat melewati nilai paamete usaha E 5, E.88 dan E.5, jenis bifukasinya adalah bifukasi tanskitikal kaena saat melewati nilai paamete usaha tesebut, tedapat dua titik kitis, yang keduanya mengalami peubahan kestabilan. Dan tedapat bifukasi Hopf, saat kaena saat melewati nilai paamete usaha E.5. MPULAN Model ekoepidemiologi dengan pemanenan disajikan dalam bentuk tiga pesamaan difeensial biasa tak linie sepeti pada sistem (), yang menggambakan inteaksi antaa populasi ikan tilapia entan, ikan tilapia teinfeksi dan buung pelikan di Laut alton, Califonia, yang dipengauhi adanya pemanenan pada ikan tilapia entan dan ikan tilapia teinfeksi. ecaa umum, pean pemanenan dalam mengkontol penyebaan penyakit akan bebeda-beda, sesuai dengan batas-batas usaha pemanenan yang ada. Apabila fekuensi usaha pemanenan semakin lama semakin tinggi, maka penyebaan penyakit dapat dikontol secaa maksimal, kaena semakin lama populasi ikan tilapia teinfeksi dapat dikuangi. Meskipun suatu saat bedampak punahnya populasi ikan tilapia dan buung pelikan, akibat fekuensi usaha pemanena ikan yang belebihan yaitu lebih dai 5 kali pe hai. Apabila fekuensi usaha pemanenan semakin lama semakin bekuang, yaitu hanya satu kali pe hai, maka kontol penyebaan penyakit tidak maksimal, kaena populasi ikan tilapia teinfeksi semakin betambah. Meskipun suatu saat kepadatan populasi ikan tilapia teinfeksi akan konstan, akibatnya tejadi inteaksi secaa teus meneus antaa populasi ikan tilapia dan populasi buung pelikan, yang ditunjukkan adanya limit cycle pada sistem. Hal ini bedampak buuk bagi kelangsungan hidup populasi ikan tilapia dan buung pelikan di Laut alton, Califonia, kaena ledakan epidemi ikan tilapia tidak dapat dikontol dan beakibat punahnya buung pelikan. ARAN Analisis kestabilan secaa analitik dengan manifold pusat dan secaa numeik dengan softwae Matcont hanya dilakukan pada titik kitis T, T dan T, sedangkan titik kitis T hanya dilakukan secaa numeik menggunakan softwae Maple dan Matcont. Dihaapkan ada pengkajian lebih lanjut dalam menganalisis titik kitis T secaa analitik. elain itu, bagi pembaca dapat mengembangkan model ekoepidemiologi dengan pemanenan ini, dengan meneapkan suatu kebijakan pemanenan optimal bedasakan pinsip maximum sustainable yield, sehingga dapat memanajemen populasi ikan yang dipanen aga tidak mengalami kepunahan dan membeikan keuntungan maksimum bagi nelayan. DAFTAR PUTAA [] Baiagi, N, Chaudhui,, Chattopadhyay, J. (9) Havesting as a Disease Contol Measue in an Eco-epidemiological ystem A theoetical study. Mathemetical Biosciences. 7:4-44. [] Baiagi, N, Roy, P., Chattopadhyay, J. (7) Role of nfection on The tability of a Pedato- Pey ystem with eveal Respon Functions A compeative study. Jounal of Theoetical Biology. 48:-5. [] J. Chattopadhyay, N. Baiagi. () Pelicans at Risk in alton ea An Eco-epidemiological tudy. Ecological Modelling. 6:-. [4] uznetsov,yu A. (9) Tutoial : Onepaamete bifucation analysis of equilibia with MatCont. [Online]. Diakses di AB.pdf. [Diakses: Oktobe ]. [5] hone, R. () Economic Dynamics Phase Diagams and thei Economic Application. econd Edition. United tates of Ameica: Cambidge Univesity Pess. [6] Tu,P.N.V. (994) Dynamical ystem, An ntoduction with Applications in Economics and Biology. econd Revision ann enlaged edition. New Yok: pinge-velag. [7] Vehulst, F. (99) Nonlinea Diffeential Equations and Dynamical ystem. New Yok: pinge-velag [8] Wiggins,. (99) ntoduction to Applied Nonlinie Dynamical ystems and Chaos. New Yok: pinge-velag

ANALISIS KESTABILAN DAN KEUNTUNGAN MAKSIMAL PADA MODEL PERTUMBUHAN POPULASI MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR

ANALISIS KESTABILAN DAN KEUNTUNGAN MAKSIMAL PADA MODEL PERTUMBUHAN POPULASI MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR AALISIS KSTABILA DA KUTUGA MAKSIMAL PADA MODL PRTUMBUHA POPULASI MAGSA-PMAGSA DGA TAHAPA STRUKTUR Syamsuddin Toaha Juusan Matematika FMIPA, Univesitas Hasanuddin, Makassa, Sulawesi Selatan syamsuddint@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C pepustakaan.uns.ac.id ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C Budi Santoso, Respatiwulan, dan Ti Atmojo Kusmayadi Pogam Studi Matematika,

Lebih terperinci

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (27) 2337-352 (23-928X Pint) A 28 Konstuksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan Reni Sundai dan Ena Apiliani Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN POPULASI BUDIDAYA IKAN SIDAT (Anguilla Marmorata) MELALUI KESTABILAN MODEL PERSAMAAN LOGISTIK DENGAN WAKTU TUNDA DAN PEMANENAN

ANALISIS PERTUMBUHAN POPULASI BUDIDAYA IKAN SIDAT (Anguilla Marmorata) MELALUI KESTABILAN MODEL PERSAMAAN LOGISTIK DENGAN WAKTU TUNDA DAN PEMANENAN JIMT Vol. 11 No. 1 Juni 2014 (Hal. 94 104) Junal Ilmiah Matematika dan Teapan ISSN : 2450 766X ANALISIS PERTUMBUHAN POPULASI BUDIDAYA IAN SIDAT (Anguilla Mamoata) MELALUI ESTABILAN MODEL PERSAMAAN LOGISTI

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap Vol. 3, No., 7-79, Januai 7 Model Matematika Sistem Pesediaan (Q, R) Yang Tekait Dengan Mutu Baang Dan Infomasi Pemintaan Lengkap Agus Sukmana Abstact This pape deals with an inventoy model fo continuous

Lebih terperinci

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis 13 BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD 3.1 Pendahuluan Analisisegesi yang seingkali digunakan dalam menganalisis data uji hidup salahsatunyaadalah Regesi Popotional Hazad. Analisis egesiinimengasumsikanbahwaasio

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaan Objek Penelitian Obyek pada penelitian ini bejumlah 43 siswa kelas VIIA dan VIIB SMP Mate Alma Ambaawa tahun ajaan 2011/2012. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

TRANSFORMASI HOPF-COLE PADA APPROKSIMASI DIFUSI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TRANSFER RADIASI DALAM INVERSE PROBLEM PENCITRAAN KANKER OTAK

TRANSFORMASI HOPF-COLE PADA APPROKSIMASI DIFUSI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TRANSFER RADIASI DALAM INVERSE PROBLEM PENCITRAAN KANKER OTAK Posiding Semina Nasional Penelitian, Pendidikan dan Peneapan MIPA, Fakultas MIPA, Univesitas Negei Yogyakata, 4 Mei TRANSFORMASI HOPF-COLE PADA APPROKSIMASI DIFUSI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TRANSFER

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI 3. Pendahuluan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengauh Hujan Tehadap Stabilitas Leeng Infiltasi ai hujan ke dalam lapisan tanah pada leeng akan menambah beban pada leeng sebagai akibat peningkatan kandungan ai dalam tanah,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian meupakan stategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipelukan, guna menjawab pesoalan yang dihadapi. Metode

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola Bab 3 Solusi Pesamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Besimeti Bola Bedasakan bentuk kanonik metik besimeti bola.18, dapat dibuat sebuah metik besimeti bola yang begantung paamete non-koodinat τ sebagai,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

The Production Process and Cost (I)

The Production Process and Cost (I) The Poduction Pocess and Cost (I) Yang dimaksud dengan Input (Kobanan) misalnya Mesin sebagai Kapital (Capital) dan Tenaga Keja sebagai Labou (L), sedangkan Q = Tingkat Output (Poduksi) yang dihasilkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI POSIDING SEMINA NASIONAL EKAYASA KIMIA DAN POSES 004 ISSN : 4-46 KEETAKAN KISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE COCHALSKI Nguah Made D.P.*, M.. Saha**, Md. adzi Sudin**, and Hamdan

Lebih terperinci

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES Posiding Konfeda dan Semina Nasional BK PD ABKIN Sulawesi Selatan Optimalisasi Pean Pendidik Dalam Membangun Kaakte Bangsa Di Ea MEA 30 Makassa, 4-5 Maet 017 PENGARUH CONTRACTING CONTINU SEBUAH PENDEKATAN

Lebih terperinci

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA Papes semina.uad.ac.id/index.php/quantum Semina Nasional Quantum #5 (018) 477-1511 (7pp) Pengembangan instumen penilaian kemampuan befiki kitis pada pembelajaan fisika SMA Suji Adianti, dan Ishafit Pogam

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

Data dan Metode Pengolahan Data

Data dan Metode Pengolahan Data Bab III Data dan Metode Pengolahan Data III. Data a) Tansvol ARLINDO di selat Makassa yang meupakan hasil simulasi model baotopik untuk tahun El Niño (97/73, 98/83, dan 997/98), tahun La Niña (973/74 dan

Lebih terperinci

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) B. Vey Chistioko 1,, Dian Ti Wiyanti 2 Pogam Studi Teknik Infomatika Juusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif analitik, dengan menggunakan teknik analisis egesi dan koelasi. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational BAB IV ANALISIS DATA Analisis data meupakan hasil kegiatan setelah data dai seluuh esponden atau sumbe data lainnya tekumpul. Hal ini betujuan untuk mengetahui tingkat kebenaan hipotesis-hipotesis penelitian

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN. Data Identitas Responden Fekuensi identitas esponden dalam penelitian ini tedii dai jenis kelamin dan pendidikan guu yang dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN 1. MOMENTUM LINEAR Momentum sebuah patikel adalah sebuah vekto P yang didefinisikan sebagai pekalian antaa massa patikel m dengan kecepatannya, v, yaitu: P = mv (1) Isac Newton

Lebih terperinci

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Pint) B-53 Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Keeta Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Contol Nioa Fatimah Tanzania, Tihastuti Agustinah

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

Nilai dan Vektor Eigen

Nilai dan Vektor Eigen Nilai dan Vekto Eigen Mengingat kembali: pekalian matiks Dibeikan matiks A x dan vekto-vekto u, v, dan w 0 1 u 0 5 A v w u 1 Hitunglah Au, Aw, Av. Manakah dai hasil kali tesebut yang hasilnya adalah vekto

Lebih terperinci

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Viial. Ekspansi Viial. Gugus Maye Fungsi Patisi Kanonik Untuk Gas Dengan Inteaksi Lemah Misalkan tedapat inteaksi (potensial) anta patikel : u ij, sehingga Hamiltonian

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskiptif dan veifikatif. Menuut Sugiyono (005: 13), penelitian deskiptif adalah jenis penelitian yang menggambakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Haga Tahanan Jenis Teoi yang mendasai metode tahanan jenis atau metode geolistik adalah hukum Ohm [7] yang mempunyai pesamaan : V I = (2.) R Dengan V menyatakan tegangan (volt),

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA Semina Nasional Teknologi Infomasi dan Multimedia 0 STMIK AMIKOM Yogyakata, 6-8 Febuai 0 ISSN : 0-80 PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN A - X SIFA KEAGNEAN AHAN ujuan: enghitung momen dipol dan suseptibilitas magnet untuk logam diamagnetik. engklasifikasikan logam paamagnetik. A. OEN DIPOL DAN SUSEPIILIAS AGNE Kemagnetan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI WAHANA GERAK MANDIRI YANG ADAPTIF MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN HIERARCHICAL EXTENDED KOHONEN MAP (HEKM)

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI WAHANA GERAK MANDIRI YANG ADAPTIF MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN HIERARCHICAL EXTENDED KOHONEN MAP (HEKM) PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI WAHANA GERAK MANDIRI YANG ADAPTIF MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN HIERARCHICAL EXTENDED KOHONEN MAP (HEKM) Inda Hatato Tambunan, 13203178 Pogam Studi Teknik Elekto, Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih obyek penelitian UD. Usaha Mandii Semaang, yang betempat di Jalan Semaang Indah C-VI No 20. UD. Usaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif pendekatan asosiatif simetis, yaitu hubungan yang besifat sebab-akibat

Lebih terperinci

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 247 2.8. PENGUAT 2.8.. Pendahuluan Pada paagap sebelumnya telah dijelaskan bagaimana semikondukto sambungan NPN atau PNP tebentuk menjadi sebuah tansisto. Pada bebeapa angkaian elektonik tansisto seing

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

TINJAUAN KLASIK DAN RELATIVISTIK KESTABILAN ORBIT HAMPIR MELINGKAR DALAM MEDAN GAYA SENTRAL

TINJAUAN KLASIK DAN RELATIVISTIK KESTABILAN ORBIT HAMPIR MELINGKAR DALAM MEDAN GAYA SENTRAL ISSN: 141-0917 Junal Pengajaan MIPA, Vl. 6 N. Desembe 005 TINJAUAN KLASIK DAN RELATIVISTIK KESTABILAN ORBIT HAMPIR MELINGKAR DALAM MEDAN GAYA SENTRAL Oleh: Endi Suhendi dan Selly Feanie Juusan Pendidian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-202

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-202 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Pint) F-202 Pengatuan Kecepatan Moto Induksi Tiga Fasa Menggunakan Metode Flux Vecto Contol Bebasis Self-Tuning PI Fey Avianto dan Mochammad

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM E-Junal Matematika Vol. 3, No.2 Mei 2014, 64-74 ISSN: 2303-175 PERHITUNGAN DA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM I GUSTI AYU KOMANG KUSUMA WARDHANI 1, I NYOMAN WIDA

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS Yahya Ahmadi Bata, Ali Hanafiah Rambe Konsentasi Teknik Telekomunikasi, Depatemen

Lebih terperinci

Jenuh AC dan Putus AC

Jenuh AC dan Putus AC Penguat Daya Gais beban D dan A dai Penguat Emite Sekutu Kaena kapasito dianggap hubung-singkat untuk sinyal A maka tahanan beban yang dilihat oleh tansisto adalah : = R // R L Oleh kaena itu gais beban

Lebih terperinci

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan penelitian kuantitatif koelasional. Penelitian kuantitatif koelasional adalah penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif kuantitatif, sepeti yang dikemukakan oleh Ali (1985: 84), Metode deskiptif digunakan

Lebih terperinci

Gerak melingkar beraturan

Gerak melingkar beraturan 13/10/01 Geak melingka beatuan geak melingka beatuan adalah geak dimensi dengan laju tetap, Aahnya beubah kecepatan beubah v i = vekto kecepatan awal v f = vekto kecepatan akhi θ = pepindahan sudut Gamba

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang 14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL SEIR (SUSCEPTIBLE, EXPOSED, INFECTIOUS, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS MODEL SEIR (SUSCEPTIBLE, EXPOSED, INFECTIOUS, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BOGOR ANALII MODEL EIR (UCEPTIBLE, EXPOED, INFECTIOU, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOI DI KABUPATEN BOGOR, Rahayu Cipta Lestari Embay Rohaeti Ani Andriyati Program tudi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA

STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA Studi Inteaksi Dua (Bima Anang Dwijaya)247 STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA Oleh : Bima

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Tampilan eikut agaimana Listik dipoduksi dalam skala besa? Apakah batu bateai atau Aki saja bisa memenuhi kebutuhan listik manusia?

Lebih terperinci

VDC Variabel. P in I = 12 R AC

VDC Variabel. P in I = 12 R AC SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tugas Akhi SI-40Z1 Modal Pushove Analysis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasa Mekanisme Gempa Gempa bumi adalah getaan yang tejadi di pemukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pegeakan keak bumi

Lebih terperinci