MODEL SUMBER - KONSUMEN. Oleh : UMI HIDAYATI G

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL SUMBER - KONSUMEN. Oleh : UMI HIDAYATI G"

Transkripsi

1 MODEL SUMBER - KONSUMEN Oleh : UMI HIDAYATI G DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 ABSTRAK UMI HIDAYATI. Model Sumber Konsumen. D bawah bmbngan PAIAN SIANTURI dan ANNIS D. RAKSANAGARA. Hubungan antara sumber dengan konsumen dapat dmodelkan melalu dua pendekatan model yatu, model Indvdual Survval (IS) dan model Bomass Converson (BC). Masng-masng model mempunya kekurangan dan kelebhan yang berbeda karena setap model melhat hubungan antara sumber dengan konsumen dar ss yang berbeda. Oleh karena tu para ahl ekolog sepakat untuk membuat suatu teor tunggal ekolog sumber konsumen dengan menggunakan elemen-elemen dar kedua model. Teor tunggal ekolog sumber konsumen yatu berbuny bahwa hubungan antara sumber dengan konsumen harus dgambarkan melalu proses terjadnya konvers bomassa, mempunya struktur yang sama pada sumber dan konsumen dan dapat memberkan perbedaan antara sumber tetap dengan sumber habs. Teor tunggal ekolog sumber konsumen menghaslkan model baru yang lebh bak dalam menggambarkan hubungan antara sumber dengan konsumen, yatu model sumber konsumen. Model sumber konsumen n akan menghaslkan dua kasus khusus yatu, model Lesle dan model Berryman. Model Lesle adalah model yang tergantung pada raso lnear yang konstan antara sumber dengan konsumen. Sedangkan model Berryman adalah model yang tdak tergantung pada raso lnear yang konstan antara sumber dengan konsumen. Oleh karena tu model Berryman dsebut sebaga model yang dapat menggambarkan terjadnya konvers bomassa dar sumber ke konsumen. 2

3 MODEL SUMBER KONSUMEN Skrps Sebaga salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sans pada Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Insttut Pertanan Bogor Oleh : Um Hdayat G DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAAN BOGOR

4 Judul : MODEL SUMBER KONSUMEN Nama : Um Hdayat NRP : G Menyetuju : Pembmbng I, Pembmbng II, Dr. Paan Santur Dra. Anns D. Raksanagara, M.S. NIP NIP Mengetahu : Dekan Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Insttut Pertanan Bogor Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S NIP Tanggal Lulus : 4

5 Selalu Perksa Keadaan Batnmu Menggunakan Raja dar Hatmu Tembaga Tdak Pernah Mengetahu Drnya Tembaga, Sebelum Ia Berubah Menjad Emas Cnta Kashmu Tdak Akan Mengenal Rajanya, Sebelum Ia Menyadar Ketdakberdayaannya (Jalaludn Rum) Hanya Kepada Mu Kam Mengabd dan Hanya Kepada Mu Kam Mohon Pertolongan Kupersembahkan Karya Tuls n Teruntuk Pahlawan Tanpa Tanda Jasa 5

6 PRAKATA Alhamdulllah, puj syukur penuls panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan zn dan karuna Nya lah penuls dapat menyelesakan karya lmah n. Shalawat dan salam tdak lupa penuls panjatkan kepada Rasul Allah, keluarga serta pengkut nya sampa akhr zaman. Terma kash penuls ucapkan kepada pembmbng pertama, yatu Dr. Paan Santur yang telah berseda meluangkan waktu dan membmbng penuls dengan sabar. Terma kash juga kepada pembmbng kedua, yatu Dra. Anns D. Raksanagara, M.S. atas waktu dan krtkan yang membangun. Serta terma kash kepada Drs. Al Kusnanto, M.S. sebaga moderator dan penguj dalam semnar dan sdang penuls. Ucapan terma kash juga penuls sampakan kepada keluarga, yatu Bapak, Mama, Tante Tt, Abang Komar, Mba Eko, Adk Ipur, Adk Iyut, Adk Dw, Bude dan Pade yang telah menjad nspras dalam menjalankan hdup dan sebaga motvator dalam hdup. Terma kash kepada teman-teman penuls, yatu Dan, Un sweet, Andr, Cch, Ech, Dw, Nta, Ka Danu, Ka Iqbal, Ka Eko, Gres, Melnda, DC, Nove, Am, Alng dan Suam, teman-teman Marwah : Dana, Dan, Ran, Dn Sof, Tatr, Nna, Mba Dan, Mfa, teman-teman Mutazzah, dan teman-teman lan yang khlaf tak tersebutkan. Terma kash kepada staf TU Departemen Matematka, yatu Bu Sus, Bu Ade, Mas Den, Bu Mars, Mas Yono. Dan ucapan terma kash terakhr penuls sampakan pada semua phak yang penuls lupa untuk menyebutkannya. Akhr kata, semoga karya lmah n dapat bermanfaat bag setap orang yang membacanya. Amen. Bogor, 7 Februar 2006 Um Hdayat 6

7 RIWAYAT HIDUP Penuls dlahrkan d Jakarta, tanggal 29 September 1981 sebaga anak kedua dar tga bersaudara dar Almarhum Waluyo dan Ibu Awyah. Tahun 1999 penuls lulus dar SMU Neger 83 Jakarta dan pada satu tahun berkutnya penuls dterma d Insttut Pertanan Bogor melalu jalur UMPTN sebaga mahasswa Departemen Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam. Semasa kulah, penuls aktf dalam kegatan organsas d Insttut Pertanan Bogor, yatu dantaranya sebaga bendahara GUMATIKA IPB (Gugus Mahasswa Matematka Insttut Pertanan Bogor) perode 2001/2002, anggota Departemen Anggaran Dvs Kewrausahaan BEM FMIPA IPB (Badan Eksekutf Mahasswa Fakultas Matematka dan Ilmu pengetahuan Alam Insttut) perode 2002/2003, dan Bendahara Mozac Sans (Bazaar, pameran dan apresas sen) BEM FMIPA perode 2003 dan sebaga ketua BURSA buku BEM FMIPA IPB perode Penuls juga pernah bekerja freelance sebaga Intervewer Executve MARK PLUS tahun 2004, Intervewer Q Mark Profesonal tahun Selan tu penuls juga pernah magang d PT. Caprcorn Mars Indotama bulan Jul Agustus 2005, Freelance d PT. Caprcorn Mars Indotama bulan September 2005 Januar Dan sekarang penuls bekerja sebaga Assstent Research Executve PT. Caprcorn Mars Indotama. 7

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL...v DAFTAR GAMBAR...v DAFTAR LAMPIRAN...v I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan...1 II. LANDASAN TEORI...1 III. PEMODELAN MATEMATIKA Model Indvdual Survval (IS) Model Bomass Converson (BC)...2 IV. PEMBAHASAN Tpe-tpe Pertumbuhan, Tngkat Ekstras, dan Fungs Konvers Tpe-tpe Pertumbuhan ( G ) Tpe-tpe Ekstras Sumber (H ) Tpe-tpe Fungs Konvers ( f (H ) ) Kekurangan dan kelebhan model IS dan model BC Kekurangan model IS dan model BC Kelebhan model IS dan model BC Model Sumber Konsumen...9 V. SIMPULAN...12 DAFTAR PUSTAKA...12 LAMPIRAN

9 DAFTAR TABEL Halaman 1 Tpe Pertumbuhan Tpe Ekstras Sumber Tpe Fungs konvers...3 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Grafk Pertumbuhan Eksponensal Grafk Pertumbuhan Logstk dengan Pembatas Dr Lnear Grafk Pertumbuhan Gompertz Grafk Pertumbuhan Logstk dengan Pembatas Dr Nonlnear Grafk Fungs Konvers Lnear Grafk Fungs Konvers Sgmod Grafk Fungs Konvers Hperbolk...8 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Program Pembuatan Grafk Pertumbuhan Eksponensal Program Pembuatan Grafk Pertumbuhan Logstk dengan Pembatas Dr Lnear Program Pembuatan Grafk Pertumbuhan Gompertz Program Pembuatan Grafk Pertumbuhan Logstk dengan Pembatas Dr Nonlnear Program Pembuatan Grafk Fungs Konvers Lnear Program Pembuatan Grafk Fungs Konvers Sgmod Program Pembuatan Grafk Fungs Konvers Hperbolk

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jarng-jarng makanan adalah gabungan dar beberapa ranta makanan yang salng terkat. Sedangkan ranta makanan adalah gabungan dar beberapa sumber dan konsumen. Untuk membentuk model jarngjarng makanan dapat dmula dengan melhat hubungan antara sumber dengan konsumen dalam suatu ranta makanan. Dalam satu dekade terakhr terdapat kontrovers dalam menggambarkan hubungan antara sumber dengan konsumen. Modelmodel yang salng kontrovers tersebut adalah model Indvdual Survval (IS) dengan model Bomass Converson (BC). Masng-masng pendukung model merasa bahwa modelnya adalah yang palng tepat dalam menggambarkan hubungan antara sumber dengan konsumen. Hal n terlhat dengan adanya krtkan-krtkan dar kedua pendukung model. Karya lmah n akan membahas mengena kedua model dalam menggambarkan hubungan antara sumber dengan konsumen, kekurangan dan kelebhan kedua model serta perbakan-perbakan yang perlu dlakukan. Gambar kurva pada karya lmah n menggunakan software Mathematca 5.1. Nla parameter yang dgunakan pada tulsan n adalah berdasarkan jurnal Resource Consumer Model and The Bomass Converson Prncple (Ramos dan Jlberto, 2005) dan beberapa nla parameter yang dplh sendr. 1.2 Tujuan Tujuan dar karya tuls n adalah untuk menunjukkan bahwa hubungan antara sumber dengan konsumen dapat dgambarkan melalu satu model saja. BAB II LANDASAN TEORI Defns 1 : Sstem Persamaan Dferensal Mandr. Suatu sstem persamaan dferensal (SPD) dnyatakan sebaga : dx = x n = f (x), x R (1) dengan f fungs kontnu bernla real dar x dan mempunya turunan parsal kontnu. SPD tersebut dsebut SPD Mandr (autonomous) jka tdak memuat waktu (t) secara eksplst d dalamnya. [Tu, 1994] Defns 2: Persamaan dengan peubah terpsah. Suatu persamaan dferensal orde pertama dapat dubah ke dalam bentuk : g ( y) y = f ( x) dy dengan manpulas aljabar. Karena y =, dx maka dapat dtuls ke dalam bentuk : g ( y) dy = f ( x) dx. (2) [Tu, 1994] Defns 3 : Pengntegralan Persamaan Peubah Terpsah. Persamaan (2) tersebut d atas, jka dntegralkan maka ddapat bentuk : g ( y) dy = f ( x) dx + c (3) dengan fungs f dan g adalah fungs kontnu, maka persamaan (3) tersebut akan ada. [Kreyszg, 1993] Defns 4 : Pengntegralan Suatu Peubah. Untuk x >0 maka : 1 dx = ln x + c, x > 0. (4) x [Kreyszg, 1993] Defns 5 : Fungs Eksponen Asl. Untuk x >0 blangan real sebarang maka ln e x = x (5) dan untuk x sebarang, berlaku ln e x = x. (6) [Kreyszg, 1993] 10

11 BAB III PEMODELAN Hubungan antara sumber dengan konsumen dapat dmodelkan dengan dua pendekatan model sebaga berkut : 3.1 Pendekatan model IS (Indvdu Survval) Andakan hanya terdapat satu sumber dengan satu konsumen maka hubungan antara sumber dengan konsumen tersebut dapat dmodelkan dengan model IS sebaga berkut : dx1 = G1 x1 Hx2 (7) dx 2 = G2x (8) 2 dengan : x 1 = Populas sumber. x 2 = Populas konsumen. G 1 = Fungs pertumbuhan perkapta sumber tanpa ada nteraks dengan tngkat yang lebh tngg dalam ranta makanan. H = H ( x 1 ) = Tngkat ekstras sumber per unt konsumen atau dsebut sebaga fungs respon. G 2 = G 2 ( x 1 ) = Fungs pertumbuhan perkapta konsumen tanpa ada nteraks dengan tngkat yang lebh tngg dalam ranta makanan. Bentuk umum dar model IS untuk populas ke - adalah sebaga berkut : = G x H +1 x+1 (9) untuk = 1, 2, dengan : x = Populas ke -. x +1 = Populas ke ( + 1). H +1 = Tngkat ekstras sumber ke - per unt konsumen ke ( + 1) atau dsebut sebaga fungs respon. G = G ( x 1) = Fungs pertumbuhan perkapta populas ke - tanpa ada nteraks dengan tngkat yang lebh tngg dalam ranta makanan. 3.2 Pendekatan model BC (Bomass Converson) Andakan hanya terdapat satu sumber dengan satu konsumen maka hubungan antara sumber dengan konsumen tersebut dapat dmodelkan dengan model BC sebaga berkut : dx1 = G1 x1 Hx2 (10) dx 2 = f ( H ) x (11) 2 dengan : x 1 = Populas sumber. x 2 = Populas konsumen. G 1 = Fungs pertumbuhan perkapta sumber tanpa ada nteraks dengan tngkat yang lebh tngg dalam ranta makanan. H = H ( x 1 ) f (H ) = Tngkat ekstras sumber per unt konsumen atau dsebut sebaga fungs respon. = Fungs konvers dar ekstras sumber. Bentuk umum dar model BC untuk populas ke - adalah sebaga berkut : = f ( H ) x H + 1x+ 1 (12) untuk = 1, 2, dengan : x = Populas ke -. x +1 = Populas ke ( + 1). H +1 = Tngkat ekstras sumber ke - per unt konsumen ke ( + 1) atau dsebut sebaga fungs respon. f ( H ) = Fungs konvers dar ekstras sumber (H ). Perbedaan antara model IS dengan model BC adalah terletak pada pengungkapan formal dar G 2. Bentuk G 2 pada model IS (lhat persamaan (8)) adalah ddasarkan pada tngkat pertambahan ntrnsk perkapta. Sedangkan bentuk G 2 pada model BC (lhat persamaan (11)) adalah merupakan fungs eksplst dar tngkat ekstras sumber yang bergantung pada ketersedaan sumber. 11

12 Tpe pertumbuhan (G) dsajkan dalam tabel 1 d bawah n : Model Tpe 1.1 a Eksponensal, tanpa batas 1.2 a b x Logstk dengan 1.3 a b ln x β 1.4 a b Tabel 1 : Tpe pertumbuhan G. x pembatas dr lnear Gompertz dengan Pembatas dr nonlnear Logstk dengan pembatas dr β 1 nonlnear ( ) Keempat tpe pertumbuhan datas, jka dsubsttuskan ke dalam persamaan (9) dengan asums bahwa tdak ada ekstras pada populas sumber, yatu dx = G x, (13) maka keempat tpe pertumbuhan tersebut adalah sebaga berkut : Pertumbuhan Eksponensal tanpa batas adalah bentuk pertumbuhan yang terus menngkat karena laju pertumbuhan populas perkaptanya tdak dbatas oleh apapun, yatu dx = a. x Pertumbuhan Logstk dengan pembatas dr lnear adalah bentuk pertumbuhan dengan laju pertumbuhan populas perkaptanya berkurang secara lnear, dx yatu = a bx. x Pertumbuhan Gompertz dengan pembatas dr nonlnear adalah pertumbuhan dengan laju populas perkaptanya berkurang secara nonlnear, yatu dx = a b ln x. x Pertumbuhan Logstk dengan pembatas dr nonlnear adalah pertumbuhan dengan laju populas perkapta yang berkurang secara nonlnear, yatu dx β = a bx, β 1. x Berkurangnya laju populas pada pertumbuhan d atas adalah karena adanya kompets antara ndvdu dalam populas tersebut. Tpe ekstras sumber (H) dsajkan dalam tabel 2 sebaga berkut : Model Tpe 2.1 Φ Konstan 2.2 φ x 1 Bergantung secara lnear terhadap sumber (Lotka Volterra) 2.3 x 1 Bergantung secara φ x lnear terhadap raso antara sumber dengan konsumen Tabel 2 : Tpe ekstras H. Tpe (2.1) adalah ekstras sumber yang konstan. Tpe (2.2) adalah ekstras yang bergantung secara lnear terhadap sumber atau mangsa, yatu dengan x 1 sebaga populas sumber atau mangsa. Tpe (2.3) adalah ekstras yang bergantung secara lnear terhadap raso antara sumber dengan konsumen, yatu dengan x 1 sebaga populas sumber dan x sebaga populas konsumen. Tpe fungs konvers ( f (H ) ) dsajkan dalam tabel 3 sebaga berkut : Model Tpe 3.1 mh + w Lnear 3.2 σ v + v Sgmod γ ( ) Z 1+ H k 1 H 3.3 ( ) ρ Hperbolk Tabel 3 : Tpe fungs konvers f(h ) Tpe (3.1) pada tabel 3 adalah fungs konvers yang berbentuk lnear, dengan w sebaga tngkat pertumbuhan perkapta dan m sebaga graden kurva. Tngkat pertumbuhan perkapta tersebut dapat bernla negatf ketka konsums menuju nol. Tpe (3.2) pada tabel 3 adalah fungs konvers yang berbentuk sgmod. Dengan σ sebaga asmtot pertumbuhan maksmum, v sebaga tngkat pertumbuhan mnmum, z sebaga graden kurva dan γ sebaga parameter yang mengndkaskan ttk perubahan pada sumbu konsums ketka z > 1. Tngkat pertumbuhan mnmum pada fungs konvers n dapat bernla negatf ketka konsums menuju nol. Tpe (3.3) pada tabel 3 adalah fungs konvers yang berbentuk hperbolk dengan ρ sebaga batas atas kurva dan k sebaga syarat pemelharaan atau tngkat konsums mnmum yang dbutuhkan untuk mempertahankan pertumbuhan nol. 12

13 x Karya lmah n akan membahas mengena tpe-tpe G, H, dan f (H ), menganalss kekurangan dan kelebhan kedua model (model IS dan model BC), serta perbakan-perbakan yang perlu dlakukan untuk memperbak model. BAB IV PEMBAHASAN Model umum IS mengandung G, H dan x (lhat persamaan (9)). Sedangkan model BC mengandung f(h), H dan x (lhat persamaan (12)). Sehngga dengan otomats model IS akan menggunakan tpe-tpe dar G dan H (dalam tabel 1 dan tabel 2). Sedangkan model umum BC akan menggunakan tpe-tpe dar H dan f(h) (dalam tabel 2 dan tabel 3). Bentuk pertumbuhan G dapat dtunjukkan dengan menggunakan asums bahwa tdak ada ekstras pada persamaan (9) sehngga persamaan (9) menjad : dx = G x. (13) Sedangkan fungs konvers (f(h)), dapat dtunjukkan dengan menggunakan asums bahwa tdak ada ekstras pada persamaan (12) maka persamaan (12) berubah menjad : = f ( H ) x. (14) 4.1 Tpe-tpe Pertumbuhan ( G ), Tngkat Ekstras (H), dan Fungs Konvers ( f (H ) ) Tpe-tpe Pertumbuhan ( G ) Tpe pertumbuhan yang dbahas pada karya lmah n ada empat tpe, yatu pertumbuhan eksponensal, pertumbuhan logstk dengan pembatas dr lnear, pertumbuhan gompertz, dan pertumbuhan logstk dengan pembatas dr nonlnear. Untuk mengetahu tpe pertumbuhan tersebut secara lebh detal maka dapat menggunakan persamaan umum IS (persamaan (9)) dengan asums bahwa tdak ada ekstras pada populas sumber, yatu dx = G x. (13) Pertumbuhan eksponensal ddapat dar mensubsttus persamaan (1.1) dalam tabel 1, yatu G = a ke dalam persamaan (13), maka persamaan (13) berubah menjad : dx = a x. Pengntegralan pada persamaan tersebut akan menghaslkan pertumbuhan eksponensal nak, yatu: a t x ( t) = x (0) e, a > 0. Msalkan nla parameter yang dgunakan adalah a = 1, dan x [ 0 ] = 3. Maka dperoleh kurva pertumbuhan eksponensal sebaga berkut (lhat gambar 1): x Gambar 1. Pertumbuhan eksponensal dengan x[0]=3. Gambar 1 menunjukkan bahwa populas pada pertumbuhan n akan terus menngkat serng dengan menngkatnya waktu. Populas pada pertumbuhan n realsts untuk waktu yang kecl. Tetap dalam waktu yang besar populas tdak realsts karena jumlah populas sangat besar. Pertumbuhan logstk dengan pembatas dr lnear dtunjukkan dengan mensubsttus persamaan (1.2) dalam tabel 1, yatu G = a - bx ke dalam persamaan (13), maka persamaan (13) berubah menjad, = ( a b x ) x. Msalkan nla parameter yang dgunakan 1 alah a = 3 dan b =, maka dperoleh grafk 2 pertumbuhan logstk dengan pembatas dr lnear sebaga berkut (lhat gambar 2) : t 13

14 x Gambar 2. Pertumbuhan logstk dengan pembatas dr lnear, dengan x[2]=3. Gambar 2 menunjukkan bahwa tngkat populas pada konds maksmum dan mnmum adalah konstan. Hal n menunjukkan bahwa laju pertumbuhan pada tngkat tersebut adalah rendah. Pada tngkat maksmum laju pertumbuhan populas rendah karena adanya persangan yang tngg dalam populas tersebut. Selan tu karena populas mencapa ttk jenuh. Sedangkan pada tngkat mnmum adalah karena tdak adanya sumber. Pertumbuhan gompertz dperoleh dar mensubsttus persamaan (1.3) dalam tabel 1, yatu G = a b ln x ke dalam persamaan (13), maka persamaan (13) berubah menjad: = ( a b ln x ) x. Msalkan nla parameter yang dgunakan 1 alah a = 3 dan b =. Maka dperoleh salah 2 satu lustras kurva pertumbuhan gompertz sebaga berkut : x Gambar 3. Pertumbuhan Gompertz dengan a = 3 dan b = ½. Gambar 3 menunjukkan bahwa tngkat populas pada pertumbuhan n akan terus menurun serng dengan bertambahnya waktu. Hal n adalah tdak realsts. Pertumbuhan logstk dengan pembatas dr nonlnear dperoleh dar mensubsttus persamaan (1.4) dalam tabel 1, yatu β G = a bx ke dalam persamaan (13), maka persamaan (13) berubah menjad: β = ( a bx ) x, β 1. t t Msalkan nla parameter yang dgunakan 1 alah a = 2, b =, dan β = 2. Maka 100 dperoleh salah satu lustras kurva pertumbuhan logstk dengan pembatas dr nonlnear adalah sebaga berkut : x t Gambar 4. Pertumbuhan logstk dengan pembatas dr nonlnear, dengan x[0] = 1. Gambar 4 menunjukkan bahwa tngkat populas pada konds maksmum adalah konstan. Hal n menunjukkan bahwa laju pertumbuhan pada tngkat tersebut adalah rendah. Pada tngkat maksmum laju pertumbuhan populas rendah karena adanya persangan yang tngg dalam populas tersebut. Selan tu karena populas sudah mencapa ttk jenuh. Perbedaan antara pertumbuhan logstk dengan pembatas dr lnear dengan pertumbuhan logstk dengan pembatas dr nonlnear adalah terletak pada laju pertumbuhan perkaptanya. Laju perkapta pada pertumbuhan logstk dengan pembatas dr lnear adalah laju perkapta yang dx berkurang secara lnear, yatu = a bx. x Sedangkan laju perkapta pada pertumbuhan logstk dengan pembatas dr nonlnear adalah laju perkapta yang berkurang secara dx β nonlnear, yatu = a bx, β 1. x Dar keempat tpe pertumbuhan d atas maka tpe pertumbuhan yang dapat memperlhatkan adanya tngkat jenuh dalam populas adalah pertumbuhan logstk dengan pembatas dr lnear dan pertumbuhan logstk dengan pembatas dr nonlnear. Selan tu kedua pertumbuhan tersebut juga memperlhatkan efek dar tdak adanya sumber. 14

15 4.1.2 Tpe-tpe Ekstras Sumber (H ) Bentuk ekstras sumber yang akan dbahas dalam karya lmah n ada tga tpe yatu, ekstras sumber yang berbentuk konstan, ekstras sumber yang bergantung secara lnear terhadap mangsa, dan ekstras sumber yang bergantung secara lnear terhadap raso antara sumber dengan konsumen. Ekstras sumber yang berbentuk konstan, yatu H = Φ. Tpe n menunjukkan bahwa konsumen akan selalu mengekstras sumber dalam jumlah yang konstan. Ekstras sumber yang bergantung secara lnear terhadap sumber, yatu H = φ x 1. Tpe tersebut menunjukkan bahwa tngkat ekstras oleh konsumen akan dpengaruh oleh banyaknya populas sumber. Sehngga jka populas sumber menngkat maka tngkat ekstrasnya juga akan menngkat. Sedangkan jka populas sumber menurun maka tngkat ekstrasnya juga akan menurun. Ekstras sumber yang bergantung secara lnear terhadap raso antara sumber dengan x 1 konsumen, yatu H = φ. Ekstras x tersebut menunjukkan bahwa jka populas sumber menurun karena dkonsums oleh konsumen maka hal n menyebabkan adanya kenakan bomassa pada bomassa konsumen. Dar ketga ekstras sumber datas, maka ekstras sumber yang memperlhatkan adanya konvers bomassa dalam hubungan antara sumber dengan konsumen adalah ekstras sumber yang bergantung secara lnear terhadap raso antara sumber dengan konsumen Tpe-tpe Fungs Konvers ( f H ) ) ( Fungs konvers pada karya lmah n adalah merupakan fungs yang mengkonvers bomassa dar sumber ke konsumen. Fungs konvers yang akan dbahas dalam karya lmah n ada tga tpe, yatu fungs konvers lnear, fungs konvers sgmod, dan fungs konvers hperbolk. Untuk mengetahu bentuk fungs konvers maka dgunakan persamaan umum BC, yatu f H ) x H x (12) = ( dengan asums bahwa tdak ada ekstras pada sumber maka persamaan (12) berubah menjad : = f ( H ) x. (14) Persamaan (14) akan membantu dalam mengetahu bentuk fungs konves lnear, sgmod, dan hperbolk. Fungs konvers lnear, yatu f ( H ) = mh + w. Jka persamaan tersebut dsubsttuskan ke dalam persamaan (14) maka laju perkapta menjad, = mh + w. x Fungs konvers lnear mempunya w sebaga tngkat pertumbuhan perkapta dan m sebaga graden kurva. Tngkat pertumbuhan perkapta dapat bernla negatf saat konsums menuju nol. Jka pertumbuhan perkapta tdak dapat bernla negatf saat konsums menuju nol maka yang terjad adalah sebaga berkut : Jka w > 0, dan konsums menuju nol (H 0) maka persamaan = mh + w x berubah menjad = w, w > 0. x Jka persamaan tersebut dntegralkan maka dperoleh pertumbuhan eksponensal nak, yatu wt x ( t) = x (0) e, w > 0. Pertumbuhan n menunjukkan bahwa populas tersebut akan terus menngkat serng dengan menngkatnya waktu walaupun konsums menuju nol. Pertumbuhan n tdak realsts karena tdak mungkn pertumbuhan suatu populas akan terus menngkat saat tngkat konsums menuju nol. Jka w = 0 dan konsums menuju nol dx (H 0) maka persamaan = mh + w x berubah menjad, = 0. x Jka persamaan tersebut dntegralkan maka dperoleh pertumbuhan yang konstan, yatu x ( t) = c. Pertumbuhan n menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumen akan selalu konstan walaupun tngkat konsums menuju nol. Pertumbuhan n tdak realsts karena tdak mungkn suatu populas dapat mempertahankan pertumbuhan pada tngkat tertentu saat konsums menuju nol (atau saat sumber tdak ada). Oleh karena tu, seharusnya w dapat bernla negatf saat konsums menuju nol. Karena ketka w bernla negatf (w < 0) dan 15

16 saat konsums menuju nol (H 0) maka dx persamaan = mh + w berubah menjad, x = w, w < 0. Jka persamaan tersebut x dntegralkan maka dperoleh pertumbuhan populas konsumen yang menurun secara wt eksponensal, yatu x ( t) = x (0) e, w < 0. Pertumbuhan n realsts karena saat tngkat konsums menuju nol maka pertumbuhan populas akan sult untuk dpertahankan. Berdasarkan nla parameter dar jurnal, yatu m = 0,01 dan w = -0,1, maka dperoleh kurva fungs konvers lnear sebaga berkut (lhat gambar 5) : f(h) H Gambar 5. Kurva fungs konvers lnear, dengan parameter m = 0,01 dan w = - 0,1. Fungs konvers sgmod, yatu σ v f ( H ) = + v. Jka persamaan z γ 1 + H tersebut dsubsttuskan ke dalam persamaan (14) maka laju perkapta berubah menjad σ v = + v. Fungs konvers x z γ 1+ H sgmod mempunya v sebaga tngkat pertumbuhan mnmum, z sebaga graden kurva (dengan z > 0), σ sebaga asmtot pertumbuhan maksmum, dan γ sebaga parameter ndkas perubahan pada sumbu konsums saat z > 1. Pertumbuhan mnmum pada fungs konvers n dapat bernla negatf saat konsums menuju nol. Jka pertumbuhan mnmum pada fungs konvers n tdak dapat bernla negatf maka yang terjad adalah sebaga berkut (dengan z > 0) : Jka v bernla postf ( v > 0 ) dan konsums menuju nol ( H 0 ) maka σ v persamaan = + v x z γ 1+ H berubah menjad = v, v > 0. x Jka persamaan tersebut dntegralkan maka dperoleh pertumbuhan eksponensal nak, yatu vt x ( t) = x (0) e, v > 0. Pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa populas akan terus menngkat walaupun konsums menuju nol. Pertumbuhan n tdak realsts karena pertumbuhan populas akan sult menngkat saat tngkat konsums menuju nol. Jka v bernla nol ( v = 0 ), dan konsums menuju nol ( H 0 ) maka persamaan σ v = + v berubah menjad x z γ 1+ H dx = 0. Jka persamaan tersebut dntegralkan maka dperoleh pertumbuhan yang konstan, yatu x ( t) = c. Pertumbuhan n tdak realsts karena suatu populas akan sult dalam mempertahankan pertumbuhan pada tngkat tertentu saat konsums menuju nol. Oleh karena tu v haruslah bernla negatf saat konsums menuju nol sehngga σ v persamaan = + v berubah x z γ 1 + H menjad = v, v < 0. Jka persamaan x tersebut dntegralkan maka dperoleh pertumbuhan populas yang menurun secara vt eksponensal, yatu x ( t) = x (0) e, v < 0. Berdasarkan nla parameter dar jurnal, yatu z = 4, σ = 1, v = 0, 1, dan γ = 50, maka dperoleh kurva fungs konvers sgmod sebaga berkut (lhat gambar 6) : 16

17 f(h) H Gambar 6. Kurva fungs konvers Sgmod, dengan parameter z = 4, σ = 1, v = 0,1, dan γ = 50. Fungs konvers terakhr yang dbahas dalam karya lmah n adalah fungs konvers k hperbolk, yatu f ( H ) = ρ 1. Fungs H konvers n mempunya ρ sebaga batas atas kurva dan k sebaga syarat pemelharaan atau tngkat konsums mnmum yang dbutuhkan untuk mempertahankan pertumbuhan nol. Defns nla k tersebut menunjukkan bahwa tdak ada sumber alternatf lan yang dapat mensubsttus sumber tetap. Sumber tetap adalah sumber yang dapat dperbaharu dan sumber habs adalah sumber yang tdak dapat dperbaharu. Fungs konvers hperbolk dapat memperlhatkan perbedaan antara sumber tetap dengan sumber habs. Jka sumber tetap yang habs maka konsumen tdak akan mengkonsums sumber lan. Sehngga pertumbuhan konsumen mencapa pertumbuhan nol. Sedangkan jka sumber habs yang habs maka konsumen akan mengkonsums sumber lan. Sehngga pertumbuhannya tdak mencapa pertumbuhan nol. Berdasarkan nla parameter dar jurnal, yatu ρ = 1 dan k = 20 maka dperoleh kurva fungs konvers hperbolk sebaga berkut (lhat gambar 7) : H f(h) Gambar 7. Kurva fungs konvers Hperbolk, dengan ρ = 1 dan k = 20. Dar ketga fungs konvers d atas maka fungs konvers yang dapat memperlhatkan perbedaan antara sumber tetap dengan sumber habs adalah fungs konvers hperbolk. 4.2 Kekurangan dan kelebhan model IS dan model BC Kekurangan model IS dan model BC. Model IS mempunya kekurangan, yatu tdak mengasumskan bahwa reproduks konsumen bergantung pada ekstras sumber ( H 2 ) (atau persamaan (8) tdak mengandung H 2 ). Selan tu, model IS juga tdak mempunya konds eksplst dmana konsumen (x 2 ) mencapa tngkat jenuh dalam populas. Hal n terlhat pada persamaan laju konsumen bernla postf terhadap drnya sendr tanpa dbatas oleh apapun (lhat persamaan (8)). Model BC mempunya kekurangan, yatu laju pertumbuhan populas konsumen (x 2 ) akan mendekat saat konsums (H) menuju nol. Kekurangan n terlhat jka fungs konvers hperbolk (persamaan (3.1) dalam tabel 3) dsubsttuskan ke dalam persamaan laju populas konsumen model BC, dx2 yatu = f ( H ) x2, maka persamaan dx2 k tersebut menjad, = ρ 1 x2. Ketka H konsums menuju nol maka laju populas konsumen akan mendekat. Hal n tdak realsts karena seharusnya laju populas konsumen mendekat negatf berhngga saat konsums menuju nol sepert pada fungs konvers lnear dan sgmod sebaga berkut : Fungs konvers lnear : Jka fungs konvers lnear, yatu f ( H ) = mh + w dsubsttuskan ke dalam persamaan (11) maka laju populas konsumen dx2 menjad = ( mh + w) x2, w < 0. Saat konsums menuju nol (H 0) maka populas konsumen akan menurun secara eksponensal, wt yatu x 2 ( t) = x2 (0) e, w < 0. 17

18 Fungs konvers sgmod : Jka fungs konvers sgmod, yatu σ v f ( H ) = + v dsubsttuskan ke z γ 1+ H dalam persamaan (11) maka laju populas konsumen berubah menjad : dx 2 σ v = + v x2, v < 0. z γ 1+ H Saat konsums menuju nol maka populas konsumen akan menurun secara eksponensal, vt yatu x 2 ( t) = x2 (0) e, v < Kelebhan model IS dan model BC Kelebhan model IS, yatu memberkan stuktur yang sama pada persamaan sumber dan konsumen. Kelebhan model BC, yatu adanya penggambaran terjadnya proses konvers bomassa dar sumber ke konsumen dalam hubungan antara sumber dengan konsumen. Hal n terlhat pada model BC yang mengandung fungs konvers ( f (H ) ). 4.3 Model Sumber Konsumen Ahl ekolog membuat kesepakatan tentang teor tunggal ekolog sumber konsumen. Teor n berguna untuk menentukan model dasar dalam menggambarkan hubungan antara sumber dengan konsumen. Teor tersebut menggunakan elemen dar model IS dan model BC. Teor tunggal ekolog sumber konsumen berbuny bahwa model yang menggambarkan hubungan antara sumber dengan konsumen tersebut haruslah mengkut prnsp konvers bomassa, mempunya struktur yang sama pada persamaan sumber dan konsumen, dan dapat memberkan perbedaan antara sumber tetap dengan sumber habs. Beberapa prosedur untuk membangun model sumber konsumen, yatu sebaga berkut : 1. Menentukan pertumbuhan dan ekstras sumber, yatu persamaan (7) atau persamaan (9) sebaga berkut : dx1 = G1x1 Hx2 (7) atau G x H x. (9) = Menentukan persamaan populas konsumen dengan asums bahwa ketersedaan terhadap sumber yang dapat dperbaharu adalah tdak terbatas sepert pada G 2 dalam persamaan (8). 3. Menentukan maksmum dar G 2, yatu berkorespondens dengan parameter a 2 (untuk kasus yang terdaftar dalam tabel 1). Kemudan djadkan sebaga salah satu fungs f yang ada d tabel 3. Dengan tngkat ekstras (H) yang telah dplh sebelumnya dalam tabel 2. Prosedur d atas menghaslkan model sumber konsumen, yatu sebaga berkut : β = [ f ( H ) b x ] x H + 1x+ 1, ( 15) dengan : x = Populas ke. f ( H) = Fungs pertumbuhan perkapta. bx β = Batasan pada kompets sumber tetap yang essensal. H + 1 x +1 = Fungs ekstras sumber ke oleh konsumen ke ( + 1). Persamaan (15) merupakan model sumber konsumen yang telah sesua dengan teor tunggal ekolog sumber konsumen. Persamaan tersebut mengkut prnsp konvers bomassa, yatu dengan adanya fungs konvers ( f (H ) ) sebaga fungs pertumbuhan perkapta. Selan tu persamaan tersebut juga mempunya struktur yang sama untuk sumber dan konsumen serta dapat memberkan perbedaan antara sumber tetap dengan sumber habs. Perbedaan antara sumber tetap dengan sumber habs terlhat dar adanya bx β sebaga batasan pada sumber tetap yang essensal. Sumber tetap adalah sumber yang dapat dperbaharu. Jka sumber tetap habs maka konsumen tdak akan memakan sumber lan. Hal n menyebabkan adanya batasan 18

19 pada pertumbuhan yang dsebabkan oleh ketersedaan sumber tetap. Sedangkan sumber habs adalah sumber yang tdak dapat dperbaharu. Jka sumber habs yang habs maka konsumen akan memakan sumber lan. Sehngga ketersedaan sumber habs tdak akan menjad batasan pada pertumbuhan. Model sumber konsumen yang dhaslkan juga merupakan model BC karena menggunakan fungs konvers ( f (H ) ). Perbedaan antara model sumber konsumen dengan model BC adalah terletak pada defns f (H ). f (H ) pada model BC adalah merupakan fungs konvers, yatu fungs yang mengkonvers bomassa dar sumber ke konsumen. Sedangkan f (H ) pada model sumber konsumen adalah merupakan fungs pertumbuhan perkapta. Jka menggunakan beberapa asums pada model sumber konsumen maka dperoleh dua kasus khusus, yatu sebaga berkut : Kasus khusus A : Model sumber konsumen untuk populas tngkat, dengan 2, yatu β = [ f ( H ) b x ] x H + 1x+ 1 ( 15). Jka menggunakan beberapa asums, yatu bahwa : Tdak ada konsumen tngkat tngg, yatu x +1 = 0. Maka tdak ada ekstras sumber oleh konsumen tngkat tngg. Pertumbuhan dalam konds yang tdak terbatas, yatu b = 0. Persamaan (15) tersebut akan berubah menjad : = f ( H ) x. ( 16) Lalu plh : Fungs konvers hperbolk (persamaan (3.3)) dalam tabel 3, yatu k f ( ) = ρ 1. Memlh fungs n H ( ) H karena fungs konvers hperbolk mempunya batas atas kurva sebaga konds eksplst dmana populas konsumen telah mencapa ttk jenuh. Selan tu, fungs n juga memberkan perbedaan antara sumber tetap dengan sumber habs. Ekstras sumber yang bergantung secara lnear terhadap raso antara sumber dengan konsumen (persamaan (2.3)) x 1 dalam tabel 2, yatu φ. Ekstras n x dplh karena menggambarkan terjadnya konvers bomassa dar sumber ke konsumen dalam hubungan antara sumber dengan konsumen, yatu jka terjad ekstras terhadap populas sumber maka akan terjad perpndahan bomassa dar sumber ke konsumen. Berdasarkan fungs konvers hperbolk dan ekstras sumber yang bergantung lnear terhadap raso antara sumber dengan konsumen maka persamaan (16) berubah menjad: k kx = = ρ 1 x ρx 1. (17) x 1 φx φ 1 x Kemudan dengan menentukan r = ρ dan φ n = maka persamaan (17) menjad sebaga k berkut : dx x x = = ρ x 1 r 1 x (18) φ x k 1 n x 1 dengan : x = Populas ke -. x = Populas ke - ( 1 ). 1 r = Maksmum tngkat pertumbuhan perkapta. n = Koefsen kebergantungan terhadap raso antara tngkat kenakan ekstras sumber dengan syarat pemelharaan konsumen. Persamaan (18) dsebut sebaga model Lesle. Model Lesle mengasumskan bahwa batas atas fungs konvers hperbolk sebaga tngkat maksmum pertumbuhan perkapta, yatu r = ρ. Selan tu model Lesle juga mempunya koefsen kebergantungan raso antara tngkat kenakan ekstras sumber (φ ) dengan syarat pemelharaan konsumen (atau tngkat konsums mnmum yang dperlukan dalam mempertahankan pertumbuhan nol ( k ). Hal n mengmplkaskan bahwa kompets ntrapopulas model Lesle hanya akan dbatas oleh sumber makanan. 19

20 Kasus Khusus B : Model sumber konsumen untuk populas ke -, yatu β = [ f ( H ) b x ] x H + 1x+ 1. (15) Jka pada persamaan (15) tersebut dasumskan bahwa : Pembatas pada pertumbuhan populas ke - adalah lnear, yatu β = 1, Fungs konversnya adalah hperbolk dengan pusat d nol, yatu k f = ( H ) ρ 1 (persamaan (3.3) H dalam tabel 3), Ekstras sumber ke - (-1) oleh konsumen ke - adalah bergantung secara lnear terhadap raso antara sumber dengan x 1 konsumen, yatu H = φ (persamaan x (2.3) dalam tabel 2), Ekstras sumber ke - oleh konsumen ke - (+1) adalah konstan, yatu H +1 = Φ (persamaan (2.1) dalam tabel 2), maka model sumber konsumen (persamaan (15)) berubah menjad : dx kx = 1 ρ b x x Φx+ 1 (19). φx 1 Kemudan dengan menentukan a = ρ, φ c = dan d = Φ, maka persamaan (19) ρk akan menjad sebaga berkut : dx x d x+ = x a b x 1 c x 1 x (20) dengan : x = Populas ke -. x = Populas ke - ( 1 ). 1 x = Populas ke - ( + 1 ). +1 c = Efek kerusakan dar kompets terhadap sumber makanan. a = Tngkat pertumbuhan potensal perkapta. Persamaan (20) dsebut sebaga model Berryman. Model Berryman mengasumskan bahwa batas atas fungs konvers hperbolk (ρ) sebaga tngkat pertumbuhan potensal perkapta. Selan tu, model Berryman juga memperlhatkan bahwa efek kerusakan dar kompets terhadap sumber adalah berbandng lurus dengan efsens ekstras sumber dan berbandng terbalk dengan batas atas kurva fungs hperbolk dan syarat pemelharaan φ konsumen, yatu c =. ρk Model Berryman menunjukkan hal yang berbeda dar model Lesle, yatu bahwa proses ekstras sumber ke - ( 1) oleh konsumen ke - adalah dpengaruh oleh proses ekstras sumber ke - oleh konsumen ke - ( + 1 ). Jad model Berryman tdak bergantung pada raso lnear antara sumber dengan konsumen yang konstan. Sedangkan model Lesle bergantung pada raso lnear yang konstan antara sumber dengan konsumen. Oleh karena tu model Berryman dapat dnyatakan sebaga model yang dapat menggambarkan terjadnya konvers bomassa dar sumber ke konsumen. 20

21 BAB V SIMPULAN Hubungan antara sumber dengan konsumen dapat dgambarkan melalu dua pendekatan model, yatu model IS dan model BC. Model IS mengandung G, H dan x. Sedangkan model BC mengandung f(h), H, dan x. Bentuk pertumbuhan (G) dalam karya lmah n ada empat tpe, yatu pertumbuhan eksponensal, pertumbuhan logstk dengan pembatas dr lnear, pertumbuhan gompertz dan pertumbuhan logstk dengan pembatas dr nonlnear. Dar keempat tpe pertumbuhan tersebut, maka pertumbuhan yang dapat memperlhatkan adanya ttk jenuh dalam populas adalah pertumbuhan logstk dengan pembatas dr lnear dan pertumbuhan dengan pembatasdr nonlnear. Selan tu, kedua pertumbuhan tersebut juga memperlhatkan efek dar ketdakadaan sumber. Bentuk ekstras sumber (H) ada tga tpe, yatu ekstras sumber yang berbentuk konstan, ekstras yang bergantung secara lnear terhadap sumber, dan ekstras yang bergantung secara lnear terhadap raso antara sumber dengan konsumen. Dar ketga tpe tersebut, maka ekstras sumber yang dapat memperlhatkan adanya proses konvers bomassa antara sumber dengan konsumen adalah tpe ekstras sumber yang bergantung secara lnear terhadap raso antara sumber dengan konsumen. Bentuk fungs konvers (f(h)) ada tga tpe yatu, fungs konvers lnear, fungs konvers sgmod, dan fungs konvers hperbolk. Dar ketga tpe ekstras tersebut maka fungs konvers yang dapat memberkan perbedaan antara sumber tetap dengan sumber habs adalah fungs konvers hperbolk. Fungs konvers hperbolk menunjukkan bla sumber tetap habs maka konsumen tdak akan memakan sumber lan. Sehngga pertumbuhannya dapat mencapa pertumbuhan nol. Sedangkan jka sumber habs yang habs maka konsumen akan memakan sumber lan sehngga pertumbuhan konsumen tdak sampa pada tngkat pertumbuhan nol. Hal n karena sumber tetap adalah sumber yang dapat dperbaharu, sedangkan sumber habs adalah sumber yang tdak dapat dperbaharu. Model IS dan model BC mempunya perbedaan prnsp dalam menggambarkan hubungan antara sumber dengan konsumen. Sehngga untuk menyatukan kedua prnsp maka dperlukan suatu teor tunggal mengena hubungan antara sumber dengan konsumen, yatu teor tunggal ekolog sumber konsumen. Dar teor tersebut, maka dperoleh model baru yang dapat menggambarkan hubungan antara sumber dengan konsumen, yatu model sumber konsumen. Model tersebut adalah merupakan model BC. Dan dengan beberapa asums maka dar model sumber konsumen tersebut dhaslkan dua kasus khusus, yatu model Lesle dan model Berryman. Model Lesle bergantung pada raso lnear yang konstan antara sumber dengan konsumen. Sedangkan model Berryman tdak tergantung pada raso yang konstan antara sumber dengan konsumen. Sehngga model Berryman lebh memperlhatkan adanya konvers bomassa dar sumber ke konsumen. Selan tu, model sumber konsumen akan menghaslkan kasus khusus yang lan, yatu dengan mengkombnaskan ekstras sumber (H) dan fungs pertumbuhan perkapta (f(h)). DAFTAR PUSTAKA Kreyszg, M Matematka Tehnk Lanjutan. Eds ke 6, Buku I. Terjemahan Sumantr, B. Grameda Pustaka Utama, Jakarta. Tu, P. N. V Dynamcal System,An Introducton wth Applcaton n Economcs and Bology. Sprnger Verlag. Hedelberg. Germany. Ramos, R and Jlberto Resource Consumer Model and TheBomass Converson Prncple. Envronmental Modellng & Software 20: Elsever. Vandermeer, J Elementary Mathematcal Ecology. Kreger Publshng Company. Malabar, Florda. 21

22 LAMPIRAN 22

23 Lampran 1. Program Pembuatan Grafk Pertumbuhan (G) dengan Software Mathematca. 1. Program Grafk Pertumbuhan Eksponensal a=1; Flatten[gensol=DSolve[{x'[t] a*x[t],x[0] 3},x[t],t]] 3 t < numsol=ndsolve[{x'[t] a*x[t],x[0] 3},x[t],{t,0,10}] {{x[t] InterpolatngFuncton[{{0.,10.}},<>][t]}} Plot[x[t]/.numsol,{t,0,10},PlotRange {{0,2},{0,15}}] 2. Program Grafk Pertumbuhan Logstk dengan Pembatas Dr Lnear numsol=ndsolve [{x'[t] (a-b*x[t])*x[t],x[2] 3},x[t],{t,0,10}]//Flatten {x[t] InterpolatngFuncton[{{0.,10.}},<>][t]} Plot[x[t]/.numsol,{t,0,10},PlotRange All] 3. Program Grafk Pertumbuhan Gompertz coba a=3 dan b=1/2 persamaan1={x'[t] (a-b Log[x[t]]) x[t]} Ha blog@x@tddl x@td< a= 3; b = 1 2 ; sol1 = DSolve@persamaan1, x@td,tdêê Flatten ff@t_d = sol1@@1, 2DD ê.c@1d 0 :x@td 6+ t 2 +C@1D > 6+ tê2 Plot[ff[x],{x,0,10}] 4. Program Grafk Pertumbuhan Logstk dengan Pembatas Dr Nonlnear numsol = NDSolveA9x'@tD Ia b Hx@tDL β M x@td,x@0d 1=,x@tD, 8t, 0, 10<E {{x[t] InterpolatngFuncton[{{0.,10.}},<>][t]}} Plot[x[t]/.numsol,{t,0,10},PlotRange {{0,5},{0,15}}] Lampran 2. Program Pembuatan Grafk Fungs Konvers (f(h)) dengan Software 23

24 Mathematca. 1. Program grafk fungs konvers lnear adalah sebaga berkut : f[h_]:=m H+w m=0.01; w=-0.1; gbr1=plot[f[h],{h,0,100}] 2. Program grafk fungs konvers sgmod adalah sebaga berkut : σ v f2@h_d := 1+ I + v γ H Mz z= 4; σ=1; v= 0.1; γ=50; gbr2=plot[f2[h],{h,0,100}] 3. Program grafk fungs konvers hperbolk adalah sebaga berkut : f3@h_d := ρj1 k H N ρ=1; k = 20; gbr3=plot[f3[h],{h,0,100}] 24

PENYELESAIAN PROGRAM LINEAR SASARAN GANDA MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS MULTIFASE

PENYELESAIAN PROGRAM LINEAR SASARAN GANDA MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS MULTIFASE PERSETUJUAN PENYELESAIAN PROGRAM LINEAR SASARAN GANDA MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS MULTIFASE SKRIPSI Telah dsetuju dan dsyahkan pada tanggal: 3 November 2010 Untuk dpertahankan ddepan Dewan Penguj Skrps

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI GRAF GIR

DIMENSI PARTISI GRAF GIR Jurnal Matematka UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 21 27 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematka FMIPA UNAND DIMENSI PARTISI GRAF GIR REFINA RIZA Program Stud Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Matematka dbag menjad beberapa kelompok bdang lmu, antara lan analss, aljabar, dan statstka. Ruang barsan merupakan salah satu bagan yang ada d bdang

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

WEIBULL TWO PARAMETER

WEIBULL TWO PARAMETER WEIBULL TWO PARAMETER Dalam teor probabltas dan statstk, dstrbus webull merupakan dstrbus probabltas yang berkelanjutan atau kontnyu. Dgambarkan secara detal oleh Walodd Webull pada tahun 1951 meskpun

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pendahuluan. 2.2 Pengukuran Data Kondisi

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pendahuluan. 2.2 Pengukuran Data Kondisi BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendahuluan Model penurunan nla konds jembatan yang akan destmas mengatkan data penurunan konds jembatan dengan beberapa varabel kontnu yang mempengaruh penurunan kondsnya. Data

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

III. PEMBAHASAN. Untuk transaksi dengan arah x y z x, maka tiap kurs dapat didefinisikan sebagai berikut:

III. PEMBAHASAN. Untuk transaksi dengan arah x y z x, maka tiap kurs dapat didefinisikan sebagai berikut: 8 III. EMBAHASAN. Model Makroskops dar Arbtrase Trangular Model makroskops menggunakan data aktual kurs yang dambl dar www.oanda.com untuk tga mata uang yatu IDR J dan USD dalam kurun waktu dar Januar

Lebih terperinci

Bab 4 SIMULASI NUMERIK. 4.1 Kasus I

Bab 4 SIMULASI NUMERIK. 4.1 Kasus I Bab 4 SIMULASI NUMERIK Pada bab n akan dbahas analss model penyebaran penyakt flu burung untuk kasus adanya pertumbuhan dan kematan alam serta kasus tdak adanya pertumbuhan dan kematan alam secara numerk

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA TENTANG BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF SISWA KELAS II SDN ANGKATAN LOR 02 KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN 2011 / 2012

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 33-40, April 2001, ISSN : KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 33-40, April 2001, ISSN : KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No., 33-40, Aprl 00, ISSN : 40-858 KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON Sutmn dan Agus Rusgyono Jurusan Matematka FMIPA UNDIP Abstrak Pada

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan metode statstka ang dgunakan untuk meramalkan sebuah varabel respon Y dar satu atau lebh varabel bebas X, selan tu juga dgunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi 1 Eksstens Bfurkas Mundur pada Model Penyebaran Penyakt Menular dengan Vaksnas Intan Putr Lestar, Drs. M. Setjo Wnarko, M.S Jurusan Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insttut Teknolog

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

Pendugaan Parameter Regresi. Itasia & Y Angraini, Dep Statistika FMIPA - IPB

Pendugaan Parameter Regresi. Itasia & Y Angraini, Dep Statistika FMIPA - IPB Pendugaan Parameter Regres Menduga gars regres Menduga gars regres lner sederhana = menduga parameter-parameter regres β 0 dan β 1 : Penduga parameter yang dhaslkan harus merupakan penduga yang bak Software

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

PELABELAN HARMONIOUS PADA GRAF TANGGA DAN GRAF KIPAS

PELABELAN HARMONIOUS PADA GRAF TANGGA DAN GRAF KIPAS PELABELAN HARMONIOUS PADA GRAF TANGGA DAN GRAF KIPAS SKRIPSI Oleh Dony Rusdanto NIM 041810101044 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 011 PELABELAN HARMONIOUS

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci