BAB 2 MOTOR INDUKSI TIGA FASA. DC disebut motor konduksi. Lain halnya pada motor AC, kumparan rotor tidak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 MOTOR INDUKSI TIGA FASA. DC disebut motor konduksi. Lain halnya pada motor AC, kumparan rotor tidak"

Transkripsi

1 BAB 2 MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1. Umum Secara umum, motor litrik berfungi untuk mengubah energi litrik menjadi energi mekanik yang berupa tenaga putar. Di dalam motor DC, energi litrik diambil langung dari kumparan armature melalui ikat dan komutator, oleh karena itu motor DC diebut motor konduki. Lain halnya pada motor AC, kumparan rotor tidak menerima energi litrik langung, tetapi ecara induki eperti terjadi pada energi kumparan ekunder tranformator. Oleh karena itu motor AC dikenal dengan motor induki. Sebenarnya motor induki dapat diidentikkan dengan tranformator yang kumparan primer ebagai kumparan tator atau armature, edangkan kumparan ekunder ebagai kumparan rotor. Menurut Sujoto ( ), motor induki ering diebut motor tidak erempak. Diebut demikian karena jumlah putaran rotor tidak ama dengan jumlah putaran medan magnit tator. Pendapat lain Robert Roenberg ( ), mengemukakan motor berfaa banyak adalah motor aru bolak-balik (AC) yang direncanakan baik untuk tiga faa maupun dua faa. Kedua macam motor ini kontrukinya dibuat ama, akan tetapi hubungan dalam kumparan berbeda. Motor tiga faa bermacam-macam ukurannya, dari yang bertenaga kecil (< 1 HP) ampai beberapa ribu HP. Motor-motor ini mempunyai ifat agak kontan kecepatannya, dan direncanakan dengan ifat-ifat momen putar yang bermacam-macam. Belitan tator yang dihubungkan umber tegangan tiga faa akan menghailkan medan magnit yang berputar dengan kecepatan inkron ( nn = 120.ff pp ). Medan putar pada tator terebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor ehingga 6

2 terinduki aru. Rotor akan turut berputar mengikuti medan putar tator. Perbedaan putaran relatip antar tator dan rotor diebut lip. Bertambahnya beban akan memperkecil kopel motor, oleh karenanya akan memperbear pula aru induki pada rotor. Sehingga lip antara medan putar tator dan putaran rotor pun akan bertambah bear. Jadi bila beban motor bertambah, putaran rotor cendrung menurun. Motor induki, merupakan motor yang memiliki kontruki yang baik, harganya lebih murah dan mudah dalam pengaturan kecepatannya, tabil ketika berbeban dan mempunyai efiieni tinggi. Mein induki adalah mein ac yang paling banyak digunakan dalam indutri dengan kala bear maupun kecil, dan dalam rumah tangga. Alaannya adalah bahwa karakteritiknya hampir euai dengan kebutuhan dunia indutri, pada umumnya dalam kaitannya dengan harga, keempurnaan, pemeliharaan, dan ketabilan kecepatan. Hampir emua motor ac yang digunakan adalah motor induki, terutama motor induki tiga faa yang paling banyak dipakai di perindutrian. Motor induki tiga faa angat banyak dipakai ebagai penggerak di perindutrian karena banyak memiliki keuntungan, tetapi ada juga kelemahannya. Keuntungan motor induki tiga faa: 1. Motor induki tiga faa angat ederhana dan kuat. 2. Biayanya murah dan dapat diandalkan erta perawatan yang mudah. 3. Motor induki tiga faa memiliki efiieni yang tinggi pada kondii kerja normal. Kerugiannya: 1. Kecepatannya tidak bia bervariai tanpa merubah efiieni. 2. Kecepatannya tergantung beban. 3. Pada tori tart memiliki kekurangan. 7

3 2.2. Kontruki Motor Induki Tiga Faa Motor induki tiga faa adalah uatu alat yang mengubah tenaga litrik menjadi tenaga mekanik, alat ini biaa digunakan ebagai penggerak mein. Motor induki tiga faa mempunyai tiga buah kumparan tator yang memiliki jumlah dan diameter kawat yang ama dan ditempatkan dengan perbedaan udut ebear 120 derajat litrik antara atu dengan lainnya. Kontruki motor induki elain terdiri dari kawat yang dililitkan pada tator ada bagian lainnya eperti yang diperlihatkan pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Penampang Motor Induki tiga faa rotor angkar Keterangan : 1. Rumah mein atau rangka 2. Tera tator 3. Kumparan tator 4. Rotor 5. Poro (tempat beban) 6. Plat penutup (penopang rotor) 7. Tutup kipa 8. Kipa 9. Tutup laker 10. Laker 8

4 Secara umum motor induki terdiri dari rotor dan tator. Rotor merupakan bagian yang bergerak, edangkan tator bagian yang diam. Diantara tator dengan rotor ada celah udara yang jaraknya angat kecil. Kontruki motor induki dapat diperlihatkan pada Gambar 2.2. (a) (b) Gambar 2.2 Kontruki Motor Induki (a) Rotor (b) Stator Komponen tator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian yang diam dan mengalirkan aru phaa. Stator terdiri ata tumpukan laminai inti yang memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan yang berbentuk ilindri. Tiap elemen laminai inti dibentuk dari lembaran bei (Gambar 2.2 (a)). Alur pada tumpukan laminai inti diiolai dengan kerta (Gambar 2.2.(b)). Tiap lembaran bei terebut memiliki beberapa alur dan beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap kumparan terebar dalam alur yang diebut belitan phaa dimana untuk motor tiga phaa, belitan terebut terpiah ecara litrik ebear 120 o. Kawat kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapi dengan iolai tipi. Kemudian tumpukan inti dan belitan tator diletakkan dalam cangkang ilindri (Gambar 2.3.(c)). Berikut ini contoh lempengan laminai inti, lempengan inti yang telah diatukan, belitan tator yang telah dilekatkan pada cangkang luar untuk motor induki tiga phaa. 9

5 (a) (b) Gambar 2.3 Menggambarkan Komponen Stator motor induki tiga phaa (a) Lempengan Inti (b) Tumpukan Inti dengan Kerta Iolai pada Beberapa Alurnya (c) Tumpukan Inti dan Kumparan Dalam Cangkang Stator Untuk rotor akan dibaha pada bagian berikutnya, yaitu jeni jeni motor induki tiga faa berdaarka jeni rotornya. (c) 2.3. Jeni Motor Induki Tiga Faa Ada dua jeni motor induki tiga faa berdaarkan rotornya yaitu: 1. motor induki tiga faa angkar tupai ( quirrel-cage motor) 2. motor induki tiga faa rotor belitan ( wound-rotor motor ) kedua motor ini bekerja pada prinip yang ama dan mempunyai kontruki tator yang ama tetapi berbeda dalam kontruki rotor. 10

6 Motor Induki Tiga Faa Sangkar Tupai ( Squirrel-cage Motor) Penampang motor angkar tupai memiliki kontruki yang ederhana. Inti tator pada motor angkar tupai tiga faa terbuat dari lapian lapian pelat baja beralur yang didukung dalam rangka tator yang terbuat dari bei tuang atau pelat baja yang dipabrikai. Lilitan lilitan kumparan tator diletakkan dalam alur tator yang terpiah 120 derajat litrik. Lilitan faa ini dapat terambung dalam hubungan delta ( Δ ) ataupun bintang ( Υ ). Rotor jeni rotor angkar ditunjukkan pada Gambar 2.4. (a) Batang Poro Cincin Aluminium Kipa Laminai Inti Bei Aluminium (b) Batang Poro Kipa Gambar 2.4 Rotor Sangkar, (a) Tipikal Rotor Sangkar, (b) Bagian-bagian Rotor Sangkar Batang rotor dan cincin ujung motor angkar tupai yang lebih kecil adalah coran tembaga atau aluminium dalam atu lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang lebih bear, batang rotor tidak dicor melainkan dibenamkan ke dalam alur rotor dan kemudian dila dengan kuat ke cincin ujung. Batang rotor motor angkar tupai tidak elalu ditempatkan paralel terhadap poro motor tetapi kerapkali dimiringkan. Hal ini akan menghailkan tori 11

7 yang lebih eragam dan juga mengurangi derau dengung magnetik ewaktu motor edang berputar. Pada ujung cincin penutup dilekatkan irip yang berfungi ebagai pendingin. Rotor jeni rotor angkar tandar tidak teriolai, karena batangan membawa aru yang bear pada tegangan rendah. Motor induki dengan rotor angkar ditunjukkan pada Gambar Motor Induki Tiga Phaa Rotor Belitan ( Wound-Rotor Motor ) Gambar 2.5 Cicin Slip Motor rotor belitan ( motor cincin lip ) berbeda dengan motor angkar tupai dalam hal kontruki rotornya. Seperti namanya, rotor dililit dengan lilitan teriolai erupa dengan lilitan tator. Lilitan faa rotor dihubungkan ecara Υ dan maing maing faa ujung terbuka yang dikeluarkan ke cincin lip yang terpaang pada poro rotor. Secara kematik dapat dilihat pada Gambar 2.5. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa cincin lip dan ikat emata mata merupakan penghubung tahanan kendali variabel luar ke dalam rangkaian rotor. 12

8 Pada motor ini, cincin lip yang terhubung ke ebuah tahanan variabel ekternal yang berfungi membatai aru pengautan dan yang bertanggung jawab terhadap pemanaan rotor. Selama pengautan, penambahan tahanan ekternal pada rangkaian rotor belitan menghailkan tori pengautan yang lebih bear dengan aru pengautan yang lebih kecil dibanding dengan rotor angkar. Kontruki motor tiga faa rotor belitan ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 2.6 Rotor Belitan 2.4. Medan Putar Perputaran motor pada mein aru bolak balik ditimbulkan oleh adanya medan putar ( fluk yang berputar ) yang dihailkan dalam kumparan tatornya. Medan putar ini terjadi apabila kumparan tator dihubungkan dalam faa banyak, umumnya faa 3. Hubungan dapat berupa hubungan bintang atau delta. Mialkan kumparan a a; b b; c c dihubungkan 3 faa, dengan beda faa maing maing ( Gambar 2.7a ) dan dialiri aru inuoid. Ditribui aru i a, i b, i c ebagai fungi waktu adalah eperti Gambar 2.7b. Pada keadaan t 1, t 2, t 3, dan t 4, fluk reultan yang ditimbulkan oleh kumparan terebut maing maing adalah eperti Gambar 2.8 c, d, e, dan f. Pada t 1 fluk reultan mempunyai arah ama dengan arah fluk yang dihailkan oleh kumparan a a; edangkan pada t 2, fluk reultannya mempunyai arah ama dengan arah 13

9 fluk yang dihailakan oleh kumparan c c; dan untuk t 3 fluk reultan mempunyai arah ama dengan fluk yang dihailkan oleh kumparan b b. Untuk t 4, fluk reultannya berlawanan arah dengan fluk reultan yang dihailkan pada aat t 1 keterangan ini akan lebih jela pada analia vektor. Gambar 2.7 (a) Diagram phaor fluki tiga phaa (b) Aru tiga phaa etimbang Gambar 2.8 Medan putar pada motor induki tiga phaa Dari gambar c, d,e, dan f terebut terlihat fluk reultan ini akan berputar atu kali. Oleh karena itu untuk mein dengan jumlah kutub lebih dari dua, kecepatan inkron dapat diturunkan ebagai berikut : n = 120. f p ( rpm )...(2.1) f = frekueni ( Hz ) p = jumlah kutub 14

10 2.4.1 Analii Secara Vektor Analii ecara vektor didapatkan ata daar : 1. Arah fluk yang ditimbulkan oleh aru yang mengalir dalam uatu lingkar euai dengan perputaran ekrup Gambar 2.9. Gambar 2.9 Arah fluk yang ditimbulkan oleh aru yang mengalir dalam uatu lingkar 2. Bearan fluk yang ditimbulkan ini ebanding dengan aru yang mengalir. Notai yang dipakai untuk menyatakan poitif atau negatifnya aru yang mengalir pada kumparan a a, b b, dan c c, adalah harga poitif, apabila tanda ilang (x) terletak pada pangkal konduktor terebut ( titik a, b, c ), edangkan negatif apabila tanda titik (. ) terletak pada pangkal konduktor terebut (Gambar 2.10 ). Maka diagram vektor untuk fluk total pada keadaan t 1, t 2, t 3, t 4, dapat dilihat pada Gambar Pada diagram vector diata dapat dilihat bahwa fluki reultan berjalan berputar. Gambar 2.10 Diagram vektor untuk fluk total pada keadaan t 1, t 2, t 3, t 4 15

11 (berputar). Dari emua diagram vektor di ata dapat pula dilihat bahwa fluk reultan berjalan 2.5. Prinip Kerja Motor Induki Tiga Faa Bila belitan tator motor induki tiga faa dihubungkan pada jala-jala aru putar, dalam bei tator akan timbul medan putar. Dengan adanya medan putar pada tator dan adanya kawat-kawat diekeliling bei rotor, maka gari-gari gaya medan putar itu akan melalui kawat-kawat terebut.ehingga didalamnya timbul gari gaya litrik (ggl). Adanya ggl dalam kawat-kawat menyebabkan adanya aru dalam kawat rotor dan karena kawat-kawat yang dialiri aru itu berada dalam medan putar maka timbul pula kopel yang menyebabkan kawat-kawat itu berputar berama dengan bei rotor. Kawat a dan b adalah ebagian dari kawat-kawat yang ada pada rotor. Untuk mendapatkan arah ggl dalam kawat a dan b digunakan aturan tangan kanan, dengan ketentuan bahwa kawat-kawat itu menurut pandangan berputar ke kiri, edang medan putarnya dianggap diam. Gambar 2.11 Medan putar pada motor Ainkron Dengan ketentuan bahwa arah medan magnit itu dari ata kebawah, maka akan diperoleh bahwa dalam kawat a timbul ggl a yang arahnya kemuka ( tanda titik) dan dalam 16

12 kawat b timbul ggl b yang arahnya kebelakang ( tanda +). Dengan ketentuan-ketentuan ini maka dalam kawat-kawat a dan b akan mengalir aru yang arahnya ditentukan oleh arah ggl terebut. Setelah arah aru dalam kawat-kawat itu diketahui, arah kekuatan kopel K yang bekerja pada kawat-kawat terebut dapat diketahui juga. Seperti di perlihatkan pada gambar ehingga arah bekerjanya kopel dan arah berputarnya rotor dapat ditentukan. Ternyata bahwa arah berputarnya rotor adalah ama dengan arah berputarnya medan putar. Untuk memperjela prinip kerja motor induki tiga faa, maka dapat dijabarkan dalam langkah langkah berikut: 1. Pada keadaan beban nol Ketiga phaa tator yang dihubungkan dengan umber tegangan tiga phaa yang etimbang menghailkan aru pada tiap belitan phaa. 2. Aru pada tiap phaa menghailkan fluki bolak-balik yang berubah-ubah 3. Amplitudo fluki yang dihailkan berubah ecara inuoidal dan arahnya tegak luru terhadap belitan phaa 4. Akibat fluki yang berputar timbul ggl pada tator motor yang bearnya adalah e 1 = d N Φ 1 ( Volt ) dt atau E 1 = 4, 44 fn1φ ( Volt ) 5. Penjumlahan ketiga fluki bolak-balik terebut diebut medan putar yang berputar dengan kecepatan inkron n, bearnya nilai n ditentukan oleh jumlah kutub p dan frekueni tator f yang dirumukan dengan f n = 120 ( rpm ) p 6. Fluki yang berputar terebut akan memotong batang konduktor pada rotor. Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induki (ggl) ebear E 2 yang bearnya E 2, 44 = 4 fn 2Φ m ( Volt ) 17

13 dimana : E 2 N 2 Ф m = Tegangan induki pada rotor aat rotor dalam keadaan diam (Volt) = Jumlah lilitan kumparan rotor = Fluki makimum(wb) 7. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl terebut akan menghailkan aru I 2 8. Adanya aru I 2 di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada rotor 9. Bila kopel mula yang dihailkan oleh gaya F cukup bear untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar earah medan putar tator 10. Perputaran rotor akan emakin meningkat hingga mendekati kecepatan inkron. Perbedaan kecepatan medan tator (n ) dan kecepatan rotor (n r ) diebut lip () dan dinyatakan dengan = n n n r 100% 11. Pada aat rotor dalam keadaan berputar, bearnya tegangan yang terinduki pada kumparan rotor akan bervariai tergantung bearnya lip. Tegangan induki ini dinyatakan dengan E 2 yang bearnya E = 4, fn Φ ( Volt ) m dimana E 2 = tegangan induki pada rotor dalam keadaan berputar (Volt) f 2 =.f = frekueni rotor (frekueni tegangan induki pada rotor dalam keadaan berputar) 12. Bila n = n r, tegangan tidak akan terinduki dan aru tidak akan mengalir pada kumparan rotor, karenanya tidak dihailkan kopel. Kopel ditimbulkan jika n r < n 18

14 2.6. Frekueni Rotor Ketika rotor maih dalam keadaan diam, dimana frekueni aru pada rotor ama eperti frekueni maukan ( umber ). Tetapi ketika rotor akan berputar, maka frekueni rotor akan bergantung kepada kecepatan relatif atau bergantung terhadap bearnya lip. Untuk bear lip tertentu, maka frekueni rotor ebear f yaitu, 120 f n n r = P, diketahui bahwa n = 120 f p Dengan membagikan dengan alah atu, maka didapatkan f f = n n n r = Maka f = f ( Hz )...(2.2) Telah diketahui bahwa aru rotor bergantung terhadap frekueni rotor f = f dan ketika aru ini mengalir pada maing maing phaa di belitan rotor, akan memberikan reaki medan magnet. Biaanya medan magnet pada rotor akan menghailkan medan magnet yang berputar yang bearnya bergantung atau relatif terhadap putaran rotor ebear n. Pada keadaan tertentu, aru rotor dan aru tator menghailkan ditribui medan magnet yang inuoidal dimana medan magnet ini memiliki magnetudo yang kontan dan kecepatan medan putar n yang kontan. Kedua Hal ini merupakan medan magnetik yang berputar ecara inkron. kenyataannya tidak eperti ini karena pada tator akan ada aru magnetiai pada kumparannya Rangkaian Ekivalen Motor Induki Untuk mempermudah analii motor induki, digunakan metoda rangkaian ekivalen per faa. Motor induki dapat dianggap ebagai tranformator dengan rangkaian ekunder berputar. Rangkaian ekivalen tatornya dapat digambarkan ebagai berikut : 19

15 R 1 X 1 I 2 I 1 I 0 V 1 Rc Ic X m I m E 1 Gambar 2.12 Rangkaian ekivalen tator motor induki dimana : I0 = aru ekitai (Amper) V 1 = tegangan terminal tator ( Volt ) E 1 = ggl lawan yang dihailkan oleh fluk celah udara reultan ( Volt ) I 1 = aru tator ( Ampere ) R 1 = tahanan efektif tator ( Ohm ) X 1 = reaktani bocor tator ( Ohm ) Arah poitif dapat dilihat pada rangkaian Gambar Aru tator terbagi ata 2 komponen, yaitu komponen aru beban dan komponen aru penguat I 0. Komponen aru penguat I 0 merupakan aru tator tambahan yang diperlukan untuk menghailkan fluki celah udara reultan, dan merupakan fungi ggm E 1. Komponen aru penguat I 0 terbagi ata komponen rugi rugi inti I C yang efaa dengan E 1 dan komponen magnetiai I M yang tertinggal 90 0 dari E 1. Hubungan antara tegangan yang diindukikan pada rotor ebenarnya ( E rotor ) dan tegangan yang diindukikan pada rotor ekivalen ( E 2S ) adalah : E 2 S N = 1 rotor N 2 E = a atau E 2S = a E rotor ( 2.3 ) 20

16 dimana a adalah jumlah lilitan efektif tiap faa pada lilitan tator yang banyaknya a kali jumlah lilitan rotor. Bila rotor rotor diganti ecara magnetik, lilitan ampere maing maing haru ama, dan hubungan antara aru rotor ebenarnya I rotor dan aru I 2S pada rotor ekivalen adalah : I 2S = I rotor.... ( 2.4 ) a ehingga hubungan antara impedani bocor frekueni lip Z 2S dari rotor ekivalen dan impedani bocor frekueni lip Z rotor dari rotor ebenarnya adalah : E S Z 2S = = I 2 a 2 Erotor = 2S I rotor a 2 Z... ( 2.5 ) rotor Nilai tegangan, aru dan impedani terebut diata didefiniikan ebagai nilai yang refereninya ke tator. Selanjutnya peramaan ( 2.5 ) dapat ditulikan : E I 2S 2S = Z 2 S = R 2 + jx 2...( 2.6 ) dimana : Z 2S = Impedani bocor rotor frekueni lip tiap faa dengan refereni ke tator ( Ohm). R 2 = Tahanan efektif refereni ( Ohm ) X 2 = Reaktani bocor refereni pada frekueni lip X 2 didefiniikan ebagai harga reaktani bocor rotor dengan refereni frekueni tator ( Ohm ). Reaktani yang didapat pada peramaan (2.6) dinyatakan dalam cara yang demikian karena ebanding dengan frekueni rotor dan lip. Jadi X 2 didefiniikan ebagai harga yang akan dimiliki oleh reaktani bocor pada rotor dengan patokan pada frekueni tator. Pada tator ada gelombang fluk yang berputar pada kecepatan inkron. Gelombang fluk ini akan mengimbakan tegangan pada rotor dengan frekueni lip ebear 21 E 2 dan ggl lawan tator E 1. Bila bukan karena efek kecepatan, tegangan rotor akan ama dengan tegangan tator, karena lilitan rotor identik dengan lilitan tator. Karena kecepatan relatif

17 gelombang fluk terhadap rotor adalah kali kecepatan terhadap tator, hubungan antara ggl efektif pada tator dan rotor adalah: E 2 = E (2.7) Gelombang fluk magnetik pada rotor dilawan oleh fluk magnetik yang dihailkan komponen beban I 2 dari aru tator, dan karenanya, untuk harga efektif I 2 = I 2...(2.8) Dengan membagi peramaan (2.5) dengan peramaan (2.8) didapatkan: E I 2S 2S = E (2.9) I 2 Didapat hubungan antara peramaan (2.6) dengan peramaan (2.9) yaitu: E I 2S 2S = E 1 = 2 I 2 R + jx (2.10) Dengan membagi peramaan (2.10) dengan, maka didapat E 1 = I 2 R 2 + jx (2.11) Dari peramaan (2.6), (2.7) dan (2.11) maka dapat digambarkan rangkaian ekivalen pada rotor ebagai berikut : R 2 X 2 R 2 X 2 I 2 2 E X 2 2 E 1 I R 2 E 1 I 2 1 R ( 2 1) Gambar 2.13 Rangkaian ekivalen pada rotor motor induki. R 2 R = 2 + R2 - R 2 22

18 R 2 1 = R 2 + R 2( 1)......(2.12) Dari penjelaan mengenai rangkaian ekivalen pada tator dan rotor di ata, maka dapat dibuat rangkaian ekivalen motor induki tiga faa pada maing maing faanya. Perhatikan gambar di bawah ini. R 1 X 1 I 2 X 2 I 1 I Φ I 2 V 1 Rc Ic X m I m E 1 E 2 R 2 Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen motor induki tiga phaa Untuk mempernudah perhitungan maka rangkaian ekivalen pada Gambar 2.14 diata dapat dilihat dari ii tator, rangkaian ekivalen motor induki tiga faa akan dapat digambarkan ebagai berikut. R1 X 1 I 2 X 2 I 0 V 1 I 1 X m R c E 1 R 2 I m I c Gambar 2.15 Rangkaian ekivalen dilihat dari ii tator motor induki Atau eperti gambar berikut : 23

19 R1 X 1 I 2 X 2 R 2 I 0 V 1 I 1 X m R c E 1 R 1 2 ( 1) I m I c Gambar 2.16 Rangkaian ekivalen dilihat dari ii tator motor induki Dimana: X 2 = a 2 X 2 2 R = a 2 R2 Dalam teori tranformator-tatika, analii rangkaian ekivalen ering diederhanakan dengan mengabaikan eluruh cabang penalaran atau melakukan pendekatan dengan memindahkan langung ke terminal primer. Pendekatan demikian tidak dibenarkan dalam motor induki yang bekerja dalam keadaan normal, karena adanya celah udara yang menjadikan perlunya uatu aru peneralan yang angat bear (30% ampai 40% dari aru beban penuh) dan karena reaktani bocor juga perlu lebih tinggi. Untuk itu dalam rangkaian ekivalen R c dapat dihilangkan (diabaikan). Rangkaian ekivalen menjadi Gambar 2.17 berikut. R1 X 1 I 2 X 2 R 2 I 0 V 1 I 1 X m E 1 R 1 2 ( 1) Gambar 2.17 Rangkaian ekivalen lain dari motor induki 24

20 2.8. Gejala Peralihan (Tranient) Seiring perkembangan teknologi dalam item tenaga litrik, ukuran tingkat kehandalan dan keamanan uatu item tenaga litrik menjadi faktor tuntutan yang utama. Suatu item tenaga litrik dikatakan memiliki tingkat kehandalan yang tinggi apabila item terebut mampu menyediakan paokan energi litrik yang dibutuhkan oleh konumen ecara kontinyu/teru-meneru dan dengan kualita daya yang baik dari egi regulai tegangan maupun regulai frekueninya. Diamping itu, faktor keamanan terhadap manuia dan peralatan yang terpaang dari kemungkinan gangguan pada item terebut juga menjadi yarat kehandalan uatu item tenaga litrik. Kedua faktor terebut juga berlaku pada ektor indutri yang angat membutuhkan keterediaan tenaga litrik dengan tingkat kehandalan tinggi. Teredianya penyaluran energi litrik yang kontinyu pada uatu kawaan indutri akan menghindarkan peruahaan terebut dari kerugian produki atau lo of production yang ecara finanial akan angat merugikan peruahaan. Teredianya energi litrik yang aman bagi peralatan maupun manuia diekitarnya juga merupakan kebutuhan mutlak. Hal ini dimakudkan untuk menjamin keelamatan manuia yang bekerja diekitarnya maupun untuk menghindarkan dari kerugian finanial untuk mengganti peralatan yang ruak. Pada kenyataannya, banyak permaalahan-permaalahan yang dihadapi oleh uatu item tenaga litrik dalam penyediaan energi litrik ecara kontinue. Hal ini diebabkan karena emakin bear uatu item, maka emakin tinggi pula tingkat komplekita jaringan dan beban yang ada. Sehingga emakin bear pula kemungkinan terjadi gangguan pada item terebut dan emakin bear kerugian yang dapat terjadi. Gejala peralihan (tranient) terdiri dari dua jeni yaitu tranient impul dan tranient oolai. Tranient impul adalah gejala tranient yang mempunyai atu arah polarita, yaitu 25

21 polarita poitif atau polarita negatif. Sedangkan tranient iolai adalah gejala tranient yang mempunyai dua arah polarita, yaitu polarita poitif dan negatif. Sumber utama gejala peralihan (tranient) yang terjadi pada item utilita kelitrikan adalah petir dan penaklaran kapaitor. Tegangan tinggi petir merupakan umber gejala peralihan impul, dimana urja petir hanya mempunyai atu polarita aja edangkan proe membuka dan menutupnya aklar kapaitor daya dapat menghailkan gejala peralihan oilai, karena mempunyai dua polarita, yaitu poitif dan negatif (Roger C. Dugan, 1996). Gambar 2.18 Tranient Impul aru petir Gambar 2.19 Tranient Oilai Aru Switching Kapaitor Daya 26

22 Fenomena variai durai ingkat tegangan ini dapat kita klaifikaikan menjadi 3 jeni antara lain : Intanteneou, Momentary, dan Temporary (tergantung pada durainya). Perubahan tegangan intantaneou atau waktu eketika, terjadi dalam waktu 0,5 ampai 30 cycle, edangkan momentary dalam waktu 30 cyle ampai 3 detik, dan perubahan tegangan tipe temporary terjadi dalam waktu 3 detik ampai 1 menit (Roger C. Dugan, 1996). Berdaarkan nilai perubahan tegangan, gejala variai durai pendek ini dibedakan menjadi 3 jeni yaitu interuption, ag dan well. Gejala perubahan tegangan durai pendek dapat diebabkan oleh gangguan karena uatu proe penyulangan energi litrik terhadap beban yang bear, dimana aat penyulangan terebut diperlukan aru awal yang tinggi, atau lepanya konekita pengkabelan litrik yang kadang-kadang terjadi. Jeni-jeni perubahan tegangan durai pendek (interuption, ag dan well) tergantung dari lokai gangguan dan kondii item.dampak dari perubahan nilai tegangan durai pendek ini ebenarnya adalah kondii pada aat gangguan elama peralatan proteki beroperai untuk menghilangkan gangguan terebut. Interuption ( interupi) adalah gangguan yang terjadi ketika tegangan uplai atau aru beban menurun ampai kurang dari 0,1 pu (per unit) untuk periode waktu tidak lebih dari atu menit. Interupi dapat menjadi akibat dari kealahan item tenaga litrik, kegagalan, dan terjadi kealahan dari fungi kendali (Alexander Kuko dkk, 2000). Interupi diukur dengan lamanya waktu terjadi gangguan, dimana bearnya tegangan yang terjadi pada aat gangguan elalu kurang dari 10 peren dari tegangan nominalnya. Lama terjadinya interupi dikarenakan oleh gangguan pada item utilita dan ditentukan oleh waktu pengopraian dari peralatan proteki. Peralatan proteki (recloer) pada umumnya akan membatai interupi diebabkan oleh gangguan non permanen kurang dari 30 iklu. Lamanya gangguan karena kealahan fungi peralatan atau konekita peralatan yang longgar atau kurang baik dapat terjadi ecara tidak teratur. 27

23 Beberapa interupi dapat didahului oleh terjadinya jatuh tegangan, dimana pada umumnya interupi diebabkan oleh gangguan pada item umber tenaga litrik. Gambar 2.20 menunjukkan interupi eaat dimana jatuh tegangan terjadi ekitar 20 peren elama 3 iklu dan kemudian turun menjadi nol ekitar 1,8 detik ampai recloer menutup kembali. Gambar 2.20 Interupi Seaat Swell adalah uatu peritiwa dimana tegangan mengalami kenaikan antara 1,1 dan 1,8 pu dari tegangan rm atau aru pada frekweni dayanya, dengan lama gangguan 0,5 iklu ke atu menit. Naiknya tegangan pada kondii well biaanya dikaitkan dengan kondii karena gangguan atau kealahan item. Gambar 2.20 Swell karena gangguan atu faa ke tanah 28

24 Salah atu contoh well adalah terjadinya kenaikan tegangan ementara pada aat gangguan atu faa ke tanah. Gambar 2.21 mengilutraikan ebuah gelombang tegangan yang ebabkan oleh gangguan atu faa ke tanah. Lonjakan kenaikan tegangan dapat juga diebabkan oleh adanya pemutuan beban bear atau penyulangan terhadap bank kapaitor. Karakteritik well dapat diketahui dengan melihat bear kenaikan tegangan (nilai rm) dan lamanya peritiwa itu terjadi. Bearnya kenaikan tegangan yang terjadi dipengaruhi oleh letaknya gangguan, bearnya impedani item tenaga erta item pentanahannya. Pada item yang tidak diketanahkan dengan impedani urutan nol yang tak terhingga, maka tegangan faa akan mengalami kenaikan ebear 1.73 pu pada aat terjadi gangguan atu faa ketanah. Untuk gangguan yang terjadi dengan lokai berada dekat gardu induk, maka akan terdapat edikit atau tidak ada kenaikan tegangan pada faa yang tidak ehat, karena trafo daya pada gardu induk biaanya terhubung delta-bintang yang menyediakan impedani urutan nol yang rendah, ebagai aluran untuk aru gangguan ketanah. Voltage rie ( Swell) Biaanya diebabkan oleh Fault (tapi dalam keehariannya fault lebih ering mengakibatkan Sag). Temporary voltage rie (well) akibat witching dari beban bear, atau energize dari capacitor bank yang bear. karakteritik well ditentukan oleh magnitude (RMS Value) dan durainya. Gambar 2.21 Swell akibat witching dari beban bear 29

25 Dari data yang diata kita mengetahui bahwa ada banyak hal yang dapat menyebabkan turunnya tegangan yang dapat mengakibatkan ruaknya peralatan-peralatan litrik. Namun diini kita lebih membaha mengenai terjadinya voltage ag akibat pengautan motor induki erta membadingkan beberapa pengautan motor induki yang lebih baik dalam hal mengatai kedip tegangan aat terjadi pengautan Faktor Penyebab Munculnya Voltage Sag Salah atu gangguan yang ering terjadi pada item tenaga litrik adalah gangguan kedip tegangan. Gangguan ini merupakan gangguan tranien pada item tenaga litrik, yaitu kenaikan atau penurunan tegangan eaat (elama beberapa detik) pada jaringan item. Kedip tegangan dapat diebabkan oleh dua hal, yaitu : 1. Adanya gangguan hubung ingkat pada jaringan tenaga litrik itu endiri. 2. Adanya perubahan beban ecara mendadak (eperti : witching beban dan pengautan motor induki). Adanya kegagalan (fault) dalam item dan penyalaan motor induki berdaya bear Motor induki umumnya mengkonumi 5 ampai 6 kali aru ratingnya pada aat tart dan aru ini akan menurun ecara bertahap eiring dengan pertambahan kecepatan motor ampai pada kecepatan ratingnya. Durai dari ag bergantung pada dinamika motor dan dinamika motor terebut ditentukan oleh parameternya, khuunya ineria motor. Pada kau voltage ag karena penyalaan motor yang bear, ag yang terjadi biaanya tidak terlalu ignifikan tapi berlangung dalam waktu yang relatif lama.secara teoriti diketahui bahwa pada aat ebuah beban yang berupa motor induki terhubung ke jaringan item yang bear, maka motor induki terebut akan menarik aru tart yang angat bear dari jaringan ehingga jumlah total aru yang mengalir akan bertambah yang akan menyebabkan terjadinya drop tegangan yang bertambah pada jaringan item utama. Drop 30

26 tegangan eaat akibat tarikan aru tarting motor ini akan mempengaruhi bear tegangan pada ii beban-beban yang lain yang tentunya akan mengalami penurunan tegangan eaat (voltage dip). Gambar berikut menunjukkan gelombang tegangan aat terjadi voltage ag dengan bear 0,3 pu dan berlangung elama 0,3 detik. Gambar 2.22 Contoh Bentuk Gelombang Saat Terjadi Voltage ag Penurunan tegangan pada item ini akan dapat menyebabkan gangguan pada peralatan lain, terutama peralatan-peralatan yang peka terhadap fluktuai tegangan, eperti komputer atau peralatan emikonduktor lainnya. Selain itu, penurunan tegangan yang terjadi dapat menyebabkan terganggunya kinerja peralatan pengaman jaringan eperti, beroperainya item rele undervoltage yang akan menyebabkan pemutuan uplai tegangan pada jaringan item. Oleh ebab itulah kedip tegangan angat perlu diperhitungkan dalam ebuah perancangan intalai jaringan litrik. Voltage ag atau yang ering juga diebut ebagai voltage dip merupakan uatu fenomena penurunan tegangan rm dari nilai nominalnya yang terjadi dalam waktu yang ingkat, ekitar 10 m ampai beberapa detik. IEC mendefiniikan voltage ag (dip) ebagai penurunan bear tegangan ementara pada titik di bawah nilai threhold-nya. 31

27 IEEE Standard mendefiniikan voltage ag ebagai variai tegangan rm dengan bear antara 10% ampai 90% dari tegangan nominal dan berlangung elama 0,5 iklu ampai atu menit Karakteritik Voltage Sag Karakteritik dari voltage ag dapat dilihat pada Gambar berikut untuk gelombang tegangan yang ideal (inuoidal murni, tanpa harmonik). Gambar 2.23 Karakteritik Voltage Sag Dari gambar, dapat terlihat bahwa ada tiga karakteritik utama voltage ag, yaitu: Bearnya voltage ag (A r A d ) Perubahan faa (phae angle jump) terhadap tegangan refereni Titik pada gelombang dimana ag mulai muncul Voltage ag dicirikan dengan bearnya ag (tegangan aat terjadi fault) dan durainya. Bearnya ag ditentukan oleh jarak terjadinya fault dan durainya bergantung pada waktu penghilangan fault. Sag magnitude, Merupakan tegangan rm total aal fault terjadi, yang dinyatakan dalam peren atau dalam nilai per-unit dari tegangan nominalnya. 32

28 Sag Duration, Durai ag merupakan waktu aat tegangan menjadi rendah, biaanya kurang dari 1 detik. Durai ag bergantung pada peralatan proteki aru lebih dan eberapa lama aru fault diperbolehkan untuk mengalir. Ada banyak jeni peralatan yang digunakan untuk menghilangkan fault dan maing-maing menpunyai waktu abolut minimum untuk menghilangkan fault. Phae angle jump, Fault yang terjadi pada item tenaga litrik tidak hanya menyebabkan turunnya bear tegangan, tapi juga menyebabkan perubahan pada udut faa tegangan. Phae angle jump (yaitu perbedaan udut faa elama terjadi ag dan ebelum terjadi ag) dapat dihitung dari nilai tegangan komplek V ag Perhitungan Kedip Tegangan Dalam perhitungan kedip tegangan, nilai minimum ymmetrical interrupting duty pada titik umber item haru diketahui. Kemudian menghitung impedani aluran item atau reaktani antara titik umber dan motor. Impedani motor dapat dihitung berdaarkan katalog dari pabrik pembuatnya, yang biaanya diberikan nilai untuk tegangan penuh dan aru locked-rotor. Dalam menghitung tegangan motor aat terjadi pengautan digunakan peramaan : VV = ZZeeee tot.vv th...(2.13) (RR M +RR 2 )+jj (XX M +XX 2 ) Dengan: V V th Zek tot R M = Tegangan motor aat pengautan (V) = Tegangan thevenin aat pengautan (V) = impedani motor yang diaut (Ω) = Z m co Ɵ m (Ω) 33

29 X M co Ɵ m = Z m in Ɵ m (Ω) = Faktor daya aru yang ditarik oleh motor yang diaut Untuk tegangan Thevenin Peraamaannya adalah: VVth = VV in 3 jjjjm RR1 + jj(xx1 + XXm) 2 Dengan : V th V in Z m = Tegangan thevenin motor aat pengautan (V) = Tegangan awal aat pengautan (V) = impedani motor yang diaut (Ω) Karena perhitungan drop tegangan aat pengautan motor biaanya ditujukan untuk motor-motor yang memiliki kapaita diata 100 hp, error yang ada pada peramaan yang diederhanakan dapat diabaikan. Perentae drop tegangan aat pengautan dapat diperoleh melalui peramaan : Dengan : V = ZZ mm (ZZ mm + XX ) VV 1 %V = Perentae Tegangan item aat tarting motor %Z m = Perentae impedani motor %X = Perentae reaktan total jaringan antar motor dan titik pada item Untuk peramaan Aru Start dapat kita hitung dengan cara : IItart = VV th (RR e + RR 2 ) 2 + (XX e + XX 2 ) 2 34

30 Bear impedani motor (ohm) adalah : Dengan : ZZ th = RR e + jjjj e = jjjj m (RR 1 + jjjj 1 ) RR 1 + jj(xx 1 + XX m ) Perentae impedani motor dihitung dengan peramaan : % Z m = II LLLL 100 IIFFFF Dengan : I LR = aru locked-rotor (A) I FL = aru beban penuh/full-load (A) 35

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA.1. Secara Umum Motor-motor pada daarnya digunakan ebagai umber beban untuk menjalankan alat-alat tertentu atau membantu manuia dalam menjalankan pekejaannya ehari-hari,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA. Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik

Lebih terperinci

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA BAB MOTOR NDUKS SATU HASA.. KONSTRUKS MOTOR NDUKS SATU HASA Kontruki motor induki atu phaa hampir ama dengan motor induki phaa banyak, yaitu terdiri dari dua bagian utama yaitu tator dan rotor. Keduanya

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan BAB III PAAMETE DAN TOSI MOTO INDUKSI TIGA FASA 3.1. Parameter Motor Induki Tiga Faa Parameter rangkaian ekivalen dapat dicari dengan melakukan pengukuran pada percobaan tahanan DC, percobaan beban nol,

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 UMUM Faraday menemukan hukum induksi elektromagnetik pada tahun 1831 dan Maxwell memformulasikannya ke hukum listrik (persamaan Maxwell) sekitar tahun 1860. Pengetahuan

Lebih terperinci

Analisis Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa

Analisis Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa ELEKTRIKA Volume 01, Nomor 01, September 017 ISSN: 597-796 Analii Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induki 3 Faa Bambang Prio Hartono dan Eko Nurcahyo Program Teknik Litrik Diploma

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Sitem Pengendali Aru Start Motor Induki Phaa Tiga dengan Variai Beban SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Oleh : Yunita, ) Hendro Tjahjono ) ) Teknik Elektro UMSB

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE)

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE) Abtrak MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE) Anton Suila L2F 399366 Juruan Teknik Elektro Fakulta Teknik Univeita Diponegoro Sermarang 2004

Lebih terperinci

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB 36 SIULASI KAAKTEISTIK OTO INDUKSI TIGA FASA BEBASIS POGA ATLAB Yandri Juruan Teknik Elektro, Fakulta Teknik Univerita Tanjungpura E-mail : yandri_4@yahoo.co.id Abtract otor uki angat lazim digunakan pada

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN BAB II IMPEDANI UJA MENAA DAN PEMBUMIAN II. Umum Pada aluran tranmii, kawat-kawat penghantar ditopang oleh menara yang bentuknya dieuaikan dengan konfigurai aluran tranmii terebut. Jeni-jeni bangunan penopang

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA.1 UMUM Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Urutan Negatif

Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Urutan Negatif Simulai dan Deteki Hubung Singkat Impedani Tinggi pada Stator Motor Induki Menggunakan Aru Urutan Negatif Muhammad Amirul Arif 0900040. Doen Pembimbing :. Dima Anton Afani, ST., MT., Ph. D.. I G. N. Satriyadi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor listrik yang paling umum dipergunakan dalam perindustrian industri adalah motor induksi. Berdasarkan phasa sumber daya yang digunakan, motor induksi dapat

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA 2.1 UMUM Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik yang paling banyak dipakai dalam industri dan rumah tangga. Dikatakan motor induksi karena arus rotor motor ini merupakan

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi yang merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas penggunaannya. Penamaan ini berasal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI

BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI 3.1 UMUM Parameter yang digunakan dalam mengukur tingkat penyaluran/penyampaian tenaga litrik dari penyedia tenaga litrik ke konumen adalah efiieni, efiieni yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DAN TORSI PADA MOTOR INDUKSI

ANALISIS DAYA DAN TORSI PADA MOTOR INDUKSI SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 009 ISSN 978-076 ANALISIS DAYA DAN TORSI PADA MOTOR INDUKSI SUYAMTO Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Naional Jl. Babarari Kotak Po 60 YKBB

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SSTEM ENDAL ECEATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdau oliteknik Batam. Tujuan 1. Memahami kelebihan dan kekurangan item kendali lingkar tertutup (cloe-loop) dibandingkan item kendali terbuka (open-loop).

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф )

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф ) FSKA KELAS X PA - KURKULUM GABUNGAN 08 Sei NGAN NDUKS ELEKTROMAGNETK nduki elektromagnetik adalah gejala terjadinya GGL induki ada enghantar karena erubahan fluk magnetik yang melingkuinya. A. FLUKS MAGNETK

Lebih terperinci

BAB III. Motor Induksi 3-Fase

BAB III. Motor Induksi 3-Fase BAB III. Motor Induki 3-Fae Umum. Motor-motor induki 3-ae banyak digunakan ecara lua di Indutri. Seungguhnya motor-motor terebut mempunyai kecepatan putar yang etabil baik berbeban maupun tanpa beban.

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA 2.1 Umum Motor listrik merupakan beban listrik yang paling banyak digunakan di dunia, motor induksi tiga fasa adalah suatu mesin listrik yang mengubah energi listrik menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA.1 UMUM Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi

Lebih terperinci

Pengasutan Konvensional Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai

Pengasutan Konvensional Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai engautan Konvenional Motor nduki Tiga Faa Rotor Sangkar Tupai Yunan Badruzzaman Juruan Teknik Elektro, oliteknik Negeri Semarang E-mail : yunan.badruzzaman@gmail.com Abtrak enggunaan motor induki tiga

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN FREKUENSI DALAM SISTEM PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3-FASA TERHADAP EFISIENSI DAN ARUS KUMPARAN MOTOR

PENGARUH PERUBAHAN FREKUENSI DALAM SISTEM PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3-FASA TERHADAP EFISIENSI DAN ARUS KUMPARAN MOTOR PENGAUH PEUBAHAN FEKUENS DALAM SSTEM PENGENDALAN KECEPATAN MOTO NDUKS 3-FASA TEHADAP EFSENS DAN AUS KUMPAAN MOTO Oleh : Zuriman Anthony, ST., MT* *) Doen Juruan Teknik Elektro Fakulta Teknologi ndutri

Lebih terperinci

POTENSIOMETER. Metode potensiometer adalah suatu metode yang membandingkan dalam keadaan setimbang dari suatu rangkaian jembatan. Pengukuran tahanan

POTENSIOMETER. Metode potensiometer adalah suatu metode yang membandingkan dalam keadaan setimbang dari suatu rangkaian jembatan. Pengukuran tahanan POTNSOMT Metode poteniometer adalah uatu metode yang membandingkan dalam keadaan etimbang dari uatu rangkaian jembatan Pengukuran tahanan S t t G angkah kerja :. Atur heotat ehingga aru tetap, ehingga

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DAYA LISTRIK MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK KOMPRESOR PADA SIANG HARI DAN MALAM HARI PADA INDUSTRI ES BALOK

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DAYA LISTRIK MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK KOMPRESOR PADA SIANG HARI DAN MALAM HARI PADA INDUSTRI ES BALOK JETri, Volume 4, Nomor, Februari 005, Halaman 1-16, ISSN 141-037 ERBANDINGAN ENGGUNAAN DAYA LISTRIK MOTOR INDUKSI SEBAGAI ENGGERAK KOMRESOR ADA SIANG HARI DAN MALAM HARI ADA INDUSTRI ES BALOK Liem Ek Bien

Lebih terperinci

Induksi Elektromagnetik. Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Induksi Elektromagnetik.

Induksi Elektromagnetik. Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Induksi Elektromagnetik. Bab 13 Induki Elektromagnetik Pada uatu malam, ketika Ani edang belajar IPA. Tiba-tiba ayah Ani mendekat ambil bertanya keada Ani. Aa bedanya aru litrik yang ditimbulkan oleh ebuah baterai dengan aru litrik

Lebih terperinci

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator. BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA II.1. Umum Mesin Induksi 3 fasa atau mesin tak serempak dibagi atas dua jenis yaitu : 1. Motor Induksi 3 fasa 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

Lebih terperinci

Identifikasi Dampak Gangguan Harmonisa dan Ketidak Seimbangan Magnitude Tegangan Serta Sudut Phasa Pada Performa Motor Induksi

Identifikasi Dampak Gangguan Harmonisa dan Ketidak Seimbangan Magnitude Tegangan Serta Sudut Phasa Pada Performa Motor Induksi 4 dentifikai Dampak Gangguan Harmonia dan Ketidak Seimbangan Magnitude Tegangan Serta Sudut Phaa Pada Performa Motor nduki Purwoharjono Staf Pengajar, Juruan Teknik Elektro, Fakulta Teknik Univerita Tanjungpura

Lebih terperinci

Harrij Mukti K. Kata kunci: Slip energy recovery, Motor Induksi, Rotor Belitan, Konverter, Chopper

Harrij Mukti K. Kata kunci: Slip energy recovery, Motor Induksi, Rotor Belitan, Konverter, Chopper Harrij Mukti, Penggunaan Modified Slip Energy Recovery Drive (Merd) Pada Sitem Pengaturan Kecepatan Motor Induki Rotor Belitan PENGGUNAAN MODIFIED SLIP ENERGY RECOVERY DRIVE () PADA SISTEM PENGATURAN KECEPATAN

Lebih terperinci

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN LKTROMAGNTIKA I Modul 7 GLOMBANG DATAR PADA BAAN 1 LKTROMAGNTIKA I Materi : 7.1 Pendahuluan 7. Review Gel Datar Serbaama di udara 7.3 Gelombang Datar Serbaama di dielektrik 7.4 Gelombang Datar Serbaama

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryatno Sudirham nalii angkaian itrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalii angkaian itrik nalii angkaian Menggunakan Tranformai aplace Setelah mempelajari bab ini kita akan memahami konep impedani di kawaan.

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

9/10/2015. Motor Induksi

9/10/2015. Motor Induksi 9/10/015 Motor induksi disebut juga motor tak serempak Motor Induksi Merupakan motor AC yang paling banyak dipakai di industri baik 1 phasa maupun 3 phasa Lab. istem Tenaga Lab. istem Tenaga Keuntungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balik Negati Hal 217 BB 5E UMPN BLIK NEGTIF Dengan pemberian umpan balik negati kualita penguat akan lebih baik hal ini ditunjukkan dari : 1. pengutannya lebih tabil, karena tidak lagi dipengaruhi

Lebih terperinci

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236,

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236, Tranformai Tegangan Tiga Faa Aimetri untuk DC-Link Voltage Control Menggunakan Kompenator LPF dan Perbandingan njuk Kerjanya dengan Kompenator PID Yuak Tanoto, Felix Paila Juruan Teknik Elektro, niverita

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. dengan putaran medan pada stator terdapat selisih putaran yang disebut slip.

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. dengan putaran medan pada stator terdapat selisih putaran yang disebut slip. BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA 2.1 Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan putar pada stator, dengan kata lain putaran rotor

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Stator Terbuka, Torsi, Kecepatan. 1. Pendahuluan. 2. Motor induksi Tiga Fasa

Abstrak. Kata Kunci: Stator Terbuka, Torsi, Kecepatan. 1. Pendahuluan. 2. Motor induksi Tiga Fasa ANALSA PENGARUH SATU FASA STATOR TERBUKA TERHADAP TORS DAN KECEPATAN MOTOR NDUKS TGA FASA (Aplikai pada Laoratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Fauzi, A. Rachman Haiuan Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar. X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 1. di Kawasan Fasor (Rangkaian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Keadaan Mantap) 8/25/2012

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 1. di Kawasan Fasor (Rangkaian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Keadaan Mantap) 8/25/2012 8/5/0 udaryatn udirham nalii angkaian itrik di Kawaan Far (angkaian ru lak-alik inuidal Keadaan Mantap) Kuliah erbuka ppx beranimai teredia di www.ee-cafe.rg uku-e nalii angkaian itrik Jilid teredia di

Lebih terperinci

INVERTER HALF-BRIDE DENGAN TRANSFORMATOR STEP-UP TANPA DAN MENGGUNAKAN FILTER PASIF BERBASIS IC SG3524 SEBAGAI APLIKASI DARI PHOTOVOLTAIC

INVERTER HALF-BRIDE DENGAN TRANSFORMATOR STEP-UP TANPA DAN MENGGUNAKAN FILTER PASIF BERBASIS IC SG3524 SEBAGAI APLIKASI DARI PHOTOVOLTAIC INVERTER HALF-BRIDE DENGAN TRANSFORMATOR STEP-UP TANPA DAN MENGGUNAKAN FILTER PASIF BERBASIS IC SG3524 SEBAGAI APLIKASI DARI PHOTOVOLTAIC Byan Baga Pradana *), Mochammad Facta, dan Iwan Setiawan Departemen

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. dengan putaran medan pada stator terdapat selisih putaran yang disebut slip.

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. dengan putaran medan pada stator terdapat selisih putaran yang disebut slip. BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1. Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Pada motor

Lebih terperinci

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) M. Arfan Saputra, Syamsul Amien Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

BAB II KORONA PADA SALURAN TRANSMISI

BAB II KORONA PADA SALURAN TRANSMISI BAB II KORONA PADA SALURAN TRANSMISI II.1 Tegangan Tranmii dan Rugi-Rugi Daya Tranmii merupakan bagian dari item tenaga litrik yang berperan dalam menyalurkan energi litrik dari puat pembangkit ke gardu

Lebih terperinci

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB 2II DASAR TEORI Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT JETri, Volume, Nomor, Februari 00, Halaman 5-40, ISSN 4-037 PENGAMATAN PERIAKU TRANSIENT Irda Winarih Doen Juruan Teknik Elektro-FTI, Univerita Triakti Abtract Obervation on tranient behavior i crucial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Manfaat Penulisan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN Manfaat Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas diaplikasikan dalam dunia industri dan juga dalam rumah tangga. Motor ini mempunyai banyak

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN JALA-JALA TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR SANGKAR TUPAI

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN JALA-JALA TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR SANGKAR TUPAI ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN JALA-JALA TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR SANGKAR TUPAI (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) O L E H EKO PRASETYO NIM : 0404007

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dijelaskan ciri pokok superkonduktor yang

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dijelaskan ciri pokok superkonduktor yang BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelakan ciri pokok uperkonduktor yang dipandang dari ifat magnetik dan ifat tranport litrik ecara terpiah erta perbedaannya dibandingkan konduktor (logam). Untuk

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS PENGARUH PERAWAAN KOMPRESOR DENGAN MEODE CHEMICAL WASH ERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS URBIN GAS dan KARAKERISIK ALIRAN ISENROPIK PADA URBIN IMPULS GE MS 600B di PERAMINA UP III PLAJU Imail hamrin, Rahmadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor DC Motor DC adalah suatu mesin yang mengubah energi listrik arus searah (energi lisrik DC) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran rotor. [1] Pada dasarnya, motor

Lebih terperinci

Analisis Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan dan Regangan Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii

Lebih terperinci

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Tranformai Laplace Slide: Tri Harono PENS - ITS 1 1. Pendahuluan Tranformai Laplace dapat digunakan untuk menyatakan model matemati dari item linier waktu kontinu tak ubah waktu, Tranformai Laplace dapat

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONTROL KOMPRESSOR AC BERBASISKAN PC

PERANCANGAN SISTEM KONTROL KOMPRESSOR AC BERBASISKAN PC PERANCANGAN SISTEM KONTROL KOMPRESSOR AC BERBASISKAN PC Makalah Seminar Tuga Akhir SATIYONO MARSUKAT PUTRO LF300553 Juruan Teknik Elektro Fakulta teknik Univerita Diponegoro Semarang 003 ABSTRAK Implementai

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1 TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan

Lebih terperinci

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

Modul 3 Akuisisi data gravitasi Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa Telah disebutkan sebelumnya bahwa motor induksi identik dengan sebuah transformator, tentu saja dengan demikian

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci