PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI TANGGUH PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINGKUNGAN MAKE-TO-ORDER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI TANGGUH PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINGKUNGAN MAKE-TO-ORDER"

Transkripsi

1 PEGEMBAGA MODEL OPTIMASI TAGGUH PERECAAA KAPASITAS PRODUKSI PADA LIGKUGA MAKE-TO-ORDER ikko Kurnia Gunawan, Dr. Carle Sitompul, S.T., M.T., MIM 1,2) Fakulta Teknologi Indutri, Juruan Teknik Indutri, Univerita Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung Abtrak Make-To Order adalah trategi pemoiian produk di mana kegiatan produki dilakukan etelah pemeanan dilakukan terhadap peruahaan. Peruahaan Make-To Order akan mengandalkan jumlah produki yang dihailkan untuk memenuhi demand dari pemeanan yang dilakukan. Untuk mematikan demand terebut terpenuhi, peruahaan perlu melakukan perencanaan kapaita produki pada tingkat agregat dengan baik. Akan tetapi, metode perencanaan kapaita produki pada tingkat agregat hanya dapat dilakukan dengan aumi bahwa emua parameter yang dilibatkan dalam perhitungan bernilai determinitik. Pada kenyataannya, terdapat parameter bernilai probabilitik di mana edikit perubahan dari nilai parameter terebut dapat menghailkan biaya total yang berbeda. Metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah metode yang diebut model optimai tangguh untuk mengatai maalah parameter yang bernilai probabilitik. Model optimai tangguh mempertimbangkan eluruh kenario yang mungkin terjadi pada parameter dengan nilai probabilitik terebut dan menghailkan olui optimal dari perencanaan kapaita produki. Solui optimal dari kapaita produki terebut dapat diaplikaikan pada emua kenario yang mungkin terjadi dari parameter dengan nilai probabilitik terebut. Hail pengembangan model optimai menunjukkan model optimai tangguh. Model optimai yang tangguh berarti model terebut tidak enitif terhadap perubahan nilai parameter probabilitik. Solui optimal dari model optimai tangguh yang dihailkan memiliki nilai yang tidak berbeda jauh dengan nilai dari olui optimal yang dipengaruhi oleh egala kemungkinan dari kenario parameter ketidakpatian yang mungkin terjadi. Dengan demikian, kapaita produki yang dihailkan tangguh atau tidak enitif terhadap parameter ketidakpatian yang terlibat. Kata kunci: Aggregate Planning, Model Matemati, Optimai Tangguh, Perencanaan Kapaita, Pemrograman Linear Pendahuluan Target Produki merupakan tujuan yagn perlu dicapai peruahaan untuk memenuhi demand dari uatu produk. Tidak tercapainya target produki yang telah ditetapkan peruahaan dapat diebabkan oleh perencanaan yang kurang baik ebelum memulai kegiatan produki. Perencanaan yang dimakud berkaitan dengan kapaita peruahaan dalam melakukan produki. Kapaita produki peruahaan perlu dipertimbangkan dengan baik ebelum menetapkan target produki yang perlu dicapai peruahaan. Hal ini penting terutama bagi peruahaan Make-To-Order yang hanya mengandalkan jumlah keeluruhan produk yang dihailkan melalui proe produki untuk memenuhi kebutuhan konumen. Oleh karena itu, perencanaan terhadap kapaita produki perlu dilakukan ebaik mungkin agar kebutuhan konumen dapat terpenuhi dan hubungan antar konumen dengan peruahaan dapat terjaga. Perencanaan produki yang perlu dilakukan baik oleh peruahaan Make-To-Order maupun peruahaan Make-To-Stock adalah perencanaan agregat atau aggregate planning. Maalah perencanaan agregat membaha mengenai alokai umber daya eperti tenaga kerja, failita, peralatan, dan perediaan agar produk dan jaa yang telah direncanakan (output) teredia jika dibutuhkan (Fogarty et al, 1991). Tujuan dilakukannya perencanaan agregat adalah untuk memenuhi kebutuhan demand yang berfluktuai melalui jumlah produki yang ada. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan kapaita produki yang baik untuk maalah ketidakpatian dalam Aggregate Planning. Penggunaan kapaita yang berbeda-beda pada tiap periode memerlukan biaya produki yang berbeda pula. Penggunaan kapaita

2 produki yang berbeda diebabkan oleh faktor ketidakpatian yang mempengaruhi kapaita produki terebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan kapaita produki yang tidak enitif terhadap faktor ketidakpatian yang dapat mempengaruhi total biaya produki yang dihailkan. Dalam penelitian kali ini, faktor ketidakpatian yang dimakud adalah lead time proe produki dari uatu produk. Lead time proe produki adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan egala proe produki terhadap atu produk hingga menjadi produk jadi. Lead time proe produki dari uatu produk dapat bervariai karena berbagai faktor. Faktor-faktor terebut antara lain jeni produk yang dihailkan, jumlah pekerja, waktu kerja yang teredia, karakteriitik khuu dari produk yang dipean konumen, dan ebagainya. Ketidakpatian dari lead time proe produki dapat mempengaruhi kapaita produki yang diperlukan peruahaan untuk membuat produk yang dihailkan. Variai lead time proe produki juga berpengaruh pada variai biaya yang diperlukan untuk kapaita produki yang telah direncanakan. Salah atu olui untuk memecahkan maalah ketidakpatian adalah dengan menggunakan model optimai tangguh. Model optimai tangguh (robut optimization) merupakan alah atu pendekatan yang dapat digunakan untuk memperoleh olui yang tidak terlalu enitif terhadap faktor ketidakpatian yang dapat mempengatuhi olui. Faktor ketidakpatian dalam kau ini adalah ketidakpatian dalam kapaita produki. Dengan demikian, olui yang dihailkan pada etiap kondii atau kenario yang mengandung faktor ketidakpatian dapat mendekati olui optimal. Pengembangan model optimai tangguh memiliki fungi tujuan untuk meminimai biaya produki yang dapat memenuhi target produki yang telah ditetapkan peruahaan. Terpenuhinya target produki yang telah ditetapkan juga berujung pada terpenuhinya demand pemeanan dari konumen. Karena ukuran performani yang digunakan dalam penyuunan model optimai kali ini adalah biaya produki, maka model optimai yang telah dikembangkan dikatakan tangguh apabila penerapan model optimai terebut dapat berdampak pada perencanaan biaya produki yang diperlukan, ehingga biaya produki aktual yang dibutuhkan tidak berbeda jauh dengan rencana biaya produki yang dihailkan. Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk mengatai maalah dalam penelitian kali ini adalah metode model optimai tangguh. Pada bagian ini juga akan dibaha ecara ingkat mengenai model Aggregate Planning yang akan menjadi daar dalam mengembangkan model optimai tangguh. Model Optimai Tangguh Pada aat peneliti operaional mencoba untuk membangun ebuah model dari item dunia nyata, mereka dihadapi dengan maalah berupa data yang keliru atau tidak lengkap. Hal ini tepat khuunya pada proe aplikai atau penerapan. Dalam aplikai bini, data keliru atau tidak lengkap merupakan euatu yang umum. Pendapatan dari intrument keuangan, demand dari produk uatu peruahaan, biaya bahan bakar, konumi bahan bakar dan umber daya lainnya merupakan contoh dari data yang biaanya diketahui memiliki ditribui probabilitik. Dalam ilmu oial, data eringkali tidak lengkap ebagai contoh dalam urvey enu parial yang dilakukan ecara periodik dengan tujuan untuk mendapatkan enu lengkap dari uatu populai atau pengumpulan data mengenai jumlah pengangguran di uatu populai. Buku Morgentern (1963) ditujukan untuk maalah yang bermunculan dalam pemodelan ekonomik dari data yang tidak lengkap. Dalam ilmu fiika dan teknik, data biaanya dibatai oleh kealahan pengukuran ebagai contoh, dalam model pemulihan gambar dari percobaaan penginderaan dalam jarak jauh atau pengumpulan data berupa jumlah elektron yang berpindah dari uatu unur ke unur lainnya dalam percobaan untuk mengalirkan muatan elektrik. Untuk mengatai maalah kekeliruan data dan data yang tidak lengkap pada item nyata terebut, Mulvey et al. (1995) dalam jurnalnya menyarankan pendekatan yang diebut metode optimai tangguh. Pendekatan model optimai tanggih menggabungkan formulai goal programming dengan dekripi data maalah yang berbai kenario (Mulvey et al, 1995). Model optimai tangguh menghailkan beberapa olui yang emakin tidak enitif terhadap pelakanaan data model

3 berdaarkan ekumpulan kenario. Mekipun model optimai tangguh memiliki beberapa bataan tertentu, model terebut juga memiliki beberapa kelebihan dibandingkan pemrograman linear tokatik dan ecara umum lebih dapat diterapkan. Saat ini, model optimai tangguh telah menjadi metode yang ering digunakan dalam bidang penelitian operaional. Model optimai tangguh khuunya berguna pada ituai di mana nilai etimai parameter tidak pati atau pengambil keputuan tidak dapat mentolerir reiko yang dapat berdampak bear mekipun dengan probabilita yang kecil (Cornuejol dan Tutuncu, 2005). Model optimai tangguh merupakan metode yang tepat digunakan dalam pengambilan keputuan pada lingkungan yang tidak pati eperti teknik finanial dan keuangan, penentuan harga, manajemen rantai paok, dan penjadwalan. Hail dan Pembahaan Pada bagian ini akan dibaha mengenai pengembangan model optimai tangguh. Pengembangan model optimai tangguh dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengembangan model determinitik kapaita produki dan pengembangan model probabilitik kapaita produki. Model Determinitik Kapaita Produki Model optimai tangguh yang dibuat dalam jurnal kali ini merupakan pengembangan dari model Aggregate Planning eureuther (2004). Modifikai pertama yang dilakukan terhadap model optimai eureuther (2004) adalah melibatkan biaya backorder pada model optmai yang telah dimodifikai. Biaya backorder akan terjadi jika terdapat kekurangan perediaan dan jumlah produki yang menyebabkan kebutuhan demand pada periode terebut tidak terpenuhi ecara penuh. Oleh karena itu, ia dari demand yang tidak terpenuhi akan dipenuhi pada periode elanjutnya. Selain itu, variai produk yang awalnya terdiri dari tipe dan kela produk diganti menjadi tipe produk aja. Modifikai juga dilakukan pada biaya regular di mana biaya regular yang telah dimodifikai melibatkan jumlah pekerja yang terlibat dalam biaya regular terebut. Pendeklaraian variabel keputuan, parameter, dan indek yang dibutuhkan dalam mengembangkan model determinitik kapaita produki adalah ebagai berikut: Variabel Keputuan Independen: C t : jumlah pekerja pada periode t (orang) X it : jumlah produk i yang dihailkan pada periode t (unit) Variabel Keputuan Dependen: I it : jumlah Inventory dari produk i pada periode t (unit) B it : jumlah backorder dari produk i pada periode t (unit) H t : jumlah pekerja yang direkrut pada periode t (orang) F t : jumlah pekerja yang dipecat pada periode t (orang) O t : waktu kerja overtime yang digunakan pada periode t (jam) Y it : 0, X it = 0 1, X it 1 Parameter: R t : waktu kerja regular yang digunakan pada periode t (jam/orang) h i : biaya inventory untuk produk i per periode (Rp/unit) j i : biaya backorder untuk produk i per periode (Rp/unit) c i : biaya etup produki untuk produk i per periode (Rp) a i : lead time proe produki produk i (jam) r : biaya pegawai regular untuk produk i per periode (Rp/jam) o : biaya overtime untuk produk i per periode (Rp/jam) l : biaya merekrut atu pekerja (Rp/orang) f : biaya memecat atu pekerja (Rp/orang) d it : demand produk i pada periode t (unit) I max : kapaita inventory makimum yang B max : kapaita backorder makimum yang C max : kapaita pekerja makimum yang Indek: : jumlah jeni produk T : jumlah periode perencanaan Model optimai determinitik yang telah melalui proe modifikai adalah ebagai berikut: Minimai

4 T t=1 [(lh t + ff t ) + (rc t R t + oo t )] + h i T i=1 t=1 I it + j i T i=1 t=1 B it + c i T i=1 t=1 Y it Per. 12 Dibatai oleh : I i0 = 0 Per. 13 C 0 = 0 Per. 14 C t = C t 1 + H t F t Per. 15 I it B it = I i(t 1) + X it d it B i(t 1) Per. 16 I it I max Per. 17 B it B max Per. 18 C t C max Per. 19 i=1 X it a i R t C t + O t Per. 20 X it Y it Per. 21 B it = 0 Per. 22 I it, B it, O t, H t, F t, X it, C t 0 Per. 23 Y it binary Per. 24 otai i = 1, 2, 3,, merupakan notai yang digunakan untuk merepreentaikan jeni produk. Sedangkan, notai t = 1, 2, 3,, T merupakan notai yang digunakan untuk merepreentaikan periode perencanaan kapaita produki. Mekipun periode perencanaan kapaita produki dimulai dari periode 1,tetapi terdapat periode ebelum periode 1, yaitu periode 0 atau periode awal. Pada periode 0, jumlah Inventory dan Backorder untuk emua jeni produk adalah 0. Selain itu, jumlah pekerja pada periode 0 atau awal adalah 0. Peramaan 12 merupakan fungi tujuan yang menghitung total biaya yang terlibat dalam perencanaan kapaita produki. Biayabiaya terebut adalah biaya Inventory (h i I it ), biaya Backorder (j i B it ), biaya etup produki (c i Y it ), biaya hiring (lh it ) dan biaya layoff (ff t ), erta biaya pekerja yang bekerja pada regular time (rc t R t ) dan biaya overtime (oo t ). Total biaya kapaita produki didapat melalui penjumlahan dari maing-maing biaya yang terlibat untuk jeni produk ebanyak jeni produk dari periode awal hingga periode T. Peramaan 13 menjamin bahwa tidak ada inventory untuk emua jeni produk pada periode awal atau periode 0. Peramaan 14 menjamin bahwa jumlah pekerja pada periode awal atau periode 0 (C 0 ) adalah 0. Peramaan 15 merupakan fungi kendala untuk jumlah pekerja yang diperlukan untuk perencanaan kapaita produki. Fungi kendala terebut menjamin bahwa kapaita pekerja pada periode terebut (C t ) merupakan hail penjumlahan dari kapaita pekerja pada periode ebelumnya (C t 1 ) dengan jumlah pekerja yang direkrut pada periode ebelumnya (H t ) dikurangi dengan jumlah pekerja yang dipecat pada periode terebut (F t ). Peramaan 16 menjamin bahwa akan terdapat Inventory atau Backorder di akhir uatu periode. Demand (d it ) pada periode ekarang dan Backorder pada periode ebelumnya (B i(t 1) ) dipenuhi dengan jumlah produki pada periode ekarang (X it ) dan Inventory yang teredia pada periode ebelumnya (I i(t 1) ). Inventory pada periode ebelumnya dapat terjadi karena jumlah produki dan Inventory yang ada melebihi jumlah demand dan Backorder yang perlu dipenuhi. Sebaliknya, Backorder pada periode ebelumnya dapat terjadi karena jumlah produki dan Inventory yang ada kurang dari jumlah demand dan Backorder yang perlu dipenuhi. Jika peramaan pada rua kanan menghailkan nilai poitif, maka akan terdapat holding cot untuk Inventory (h i ). Sebaliknya jika peramaan pada rua kanan menghailkan nilai negatif, maka akan terdapat Backorder cot untuk etiap jumlah permintaan yang tidak terpenuhi (j i ). Peramaan 17 menjamin bahwa jumlah inventory untuk etiap jeni produk pada etiap periode (I it ) tidak boleh melebihi kapaita makimal dari jumlah inventory yang telah ditetapkan (I max ). Peramaan 18 menjamin bahwa jumlah backorder yang haru dipenuhi untuk etiap produk pada etiap periode (B it ) tidak boleh melebihi kapaita makimal backorder yang telah ditetapkan (B max ). Peramaan 19 menjamin bahwa jumlah pekerja pada uatu periode (C t ) tidak boleh melebihi kapaita pekerja makimal yang telah ditetapkan (C max ). Peramaan 20 menjamin bahwa total regular time (R t C t ) dan overtime (O t ) yang telah ditetapkan haru dapat melebihi atau ama dengan lead time yang teredia untuk memproduki eluruh jeni produk pada etiap periode ( i=1 X it a i ). Fungi Kendala terebut bertujuan agar total regular time (R t C t ) dan overtime (O t ) yang telah direncanakan cukup untuk memenuhi kebutuhan jumlah produki. Dengan demikian, jumlah produki terebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan demand pada periode terebut (d it ). Peramaan 21 menjamin bahwa untuk etiap jumlah produki yang terjadi pada etiap periode (X it ) akan terdapat etup produki (Y it )

5 pada periode terebut juga. Peramaan 22 menjamin bahwa eluruh backorder dari emua jeni produk pada akhir periode ama dengan 0. Dengan demikian, peramaan 22 juga mematikan bahwa demand dari eluruh produk pada tiap periode terpenuhi dengan memenuhi backorder yang mungkin terjadi pada periode akhir perencanaan. Model Probabilitik Kapaita Produki Dalam model probabilitik, penambahan kenario pada parameter ketidakpatian dilakukan dengan menambah notai atau indek kenario pada parameter terebut. Dalam kau ini, parameter ketidakpatian yang dimakud adalah lead time proe produki atau a i. Penambahan notai kenario pada parameter lead time proe produki membuat lambang parameter lead time proe produki menjadi a i di mana merepreentaikan kenario. Dengan demikian, nilai dari parameter lead time proe produki akan berbeda-beda tergantung dari kenario yang diterapkan. Penambahan notai kenario pada pada lead time proe produki memiliki pengaruh pada variabel keputuan tertentu. Seperti yang telah dijelakan pada paragraf ebelumnya bahwa ketidakpatian pada lead time proe produki akan menyebabkan kondii kelebihan perediaan (inventory) atau kekurangan perediaan (backorder). Oleh karena itu, dalam kau kali ini, variabel keputuan yang dipengaruhi oleh penambahan notai kenario pada parameter lead time proe produki adalah variabel jumlah inventory (I it ) dan jumlah backorder (B it ). Penambahan notai kenario juga dilakukan pada variabel jumlah inventory (I it ) dan jumlah backorder (B it ). Dengan demikian, notai dari variabel jumlah inventory dan jumlah backorder berturut-turut menjadi I it dan B it. Penambahan notai kenario pada parameter lead time proe produki juga mempengaruhi pada variabel jumlah produki, ehingga notai jumlah produki berubah menjadi X it. Selain penambahan notai kenario pada parameter dan variabel keputuan tertentu, modifikai elanjutnya yang perlu dilakukan untuk menyuun model probabilitik adalah penambahan parameter peluang terjadinya kenario yang berangkutan pada fungi tujuan. Pendeklaraian variabel keputuan, parameter, dan indek yang dibutuhkan dalam mengembangkan model probabilitik kapaita produki adalah ebagai berikut: Variabel Keputuan Independen: C t : jumlah pekerja pada periode t (orang) X it : Jumlah produk i yang dihailkan pada periode t akibat kenario (unit) Variabel Keputuan Dependen: I it : Jumlah Inventory dari produk i pada periode t akibat kenario (unit) I ıt : Rata-rata inventory terbobot B it : Jumlah backorder dari produk i pada periode t akibat kenario (unit) B ıt : Rata-rata backorder terbobot H t : jumlah pekerja yang direkrut pada periode t (orang) F t : jumlah pekerja yang dipecat pada periode t (orang) O t : waktu kerja overtime yang digunakan pada periode t (jam) Y it : 0, X it = 0 1, X it 1 Parameter: R t : waktu kerja regular yang digunakan pada periode t (jam/orang) h i : biaya inventory untuk produk i per periode (Rp/unit) j i : biaya backorder untuk produk i per periode (Rp/unit) c i : biaya etup produki untuk produk i per periode (Rp) a i : lead time proe produki produk i pada kenario (jam) p : peluang terjadi kenario r : biaya pegawai regular untuk produk i per periode (Rp/jam) o : biaya overtime untuk produk i per periode (Rp/jam) l : biaya merekrut atu pekerja (Rp/orang) f : biaya memecat atu pekerja (Rp/orang) d it : demand produk i pada periode t (unit) I max : kapaita inventory makimum yang B max : kapaita backorder makimum yang C max : kapaita pekerja makimum yang Indek: : jumlah jeni produk T : jumlah periode perencanaan S : jumlah kenario yang terjadi

6 Setelah melalui beberapa modifikai yang perlu dilakukan, model probabilitik kapaita produki yang telah diuun adalah ebagai berikut: Minimai S T =1 t=1 p [(lh t + ff t ) + (rc t R t + oo t )] + S =1 p [ h i T i=1 t=1 I it + j i T i=1 t=1 B it + c i T i=1 t=1 Y it ] Per. 25 Dibatai oleh : I i0 = 0 Per. 26 C 0 = 0 Per. 27 C t = C t 1 + H t F t Per. 28 I i1 B i1 = I i(t 1) + X it d it B i(t 1) Per. 29 I S ıt = =1 p I it Per. 30 B S ıt = =1 p B it Per. 31 I it B it = I ı(t 1) + X it d it B ı(t 1) Per. 32 I it I max Per. 33 B it B max Per. 34 C t C max Per. 35 X i=1 it a i R t C t + O t Per. 36 X it Y it Per. 37 B it = 0 Per. 38 I it, B it, O t, H t, F t, X it, C t 0 Per. 39 Y it binary Per. 40 Pada model probabilitik kapaita produki, terdapat notai baru yang dilibatkan, yaitu kenario. otai = 1, 2, 3,, S merupakan notai yang digunakan untuk merepreentaikan kenario yang mungkin terjadi pada parameter lead time proe produki. Jumlah kenario yang terjadi (S) pada model probabilitik kapaita produki adalah SK I. Dengan kata lain, jumlah kenario yang terjadi adalah 3 2 = 9. Sembilan kenario yang terjadi terebut merupakan jumlah kenario yang terjadi pada atu periode. Perhitungan dengan contoh kau ederhana untuk verifikai model probabilitik kapaita produki akan menggunakan jumlah kenario ebanyak 9 kenario. Setelah mematikan jumlah kenario yang akan digunakan untuk perhitungan, notai kenario terebut ditambahkan pada parameter ketidakpatian yang terlibat dalam perencanaan kapaita produki dan variabel-variabel keputuan yang nilainya dipengaruhi oleh kenario dari parameter ketidakpatian. Dengan demikian, notai kenario ditambahkan pada parameter lead time proe produki (a i ), variabel jumlah inventory (I it ), jumlah backorder (B it ), dan jumlah produki yang dihailkan (X it ). Pada fungi tujuan, terdapat parameter peluang terjadinya kenario (p ) yang dikalikan pada maing-maing biaya yang terlibat pada perencanaan kapaita produki. Hal ini dikarenakan kenario yang terjadi pada parameter lead time proe produki bukan merupakan euatu yang pati terjadi. Oleh karena itu, egala biaya yang dihailkan akibat dari kenario terebut bukan merupakan euatu yang pati atau determinitik, ehingga dibutuhkan kemungkinan terjadinya kenario dari parameter terebut direpreentaikan dalam bentuk peluang (p ). Seperti yang telah dijelakan pada paragraf ebelumnya, penambahan notai kenario pada uatu parameter dan variabel keputuan akan berakibat pada parameter dan variabel keputuan memiliki nilai yang bervariai tergantung dari kenario terebut. Dalam penelitian kali ini, variai nilai yang dapat dihailkan ebanyak 6561 variai. Jumlah kenario terebut tentunya angat banyak dan perhitungan yang perlu dilakukan untuk maing-maing kenario terebut akan banyak dan ulit dilakukan. Untuk memudahkan perhitungan terhadap kenario terebut, digunakan pendekatan rata-rata terbobot terhadap variabel keputuan yang nilainya dipengaruhi oleh parameter ketidakpatian yang terlibat dalam perencanaan kapaita produki. Dalam hal ini, variabel terebut adalah inventory (I it ) dan backorder (B it ). Tujuan digunakan pendekatan rata-rata terbobot adalah untuk memudahkan perhitungan terhadap variabel inventory (I it ) dan backorder (B it ) adalah untuk mencegah pengembangan atau penambahan jumlah kenario yang dapat terjadi pada variabel inventory (I it ) dan backorder (B it ) eperti yang ditunjukkan oleh ilutrai pada gambar III.4. Penggunaan pendekatan rata-rata terbobot dilakukan dengan menambah fungi kendala pada model probabilitik kapaita produki. Fungi kendala yang dimakud adalah peramaan 30 dan peramaan 31. Peramaan 30 dan 31 menjamin bahwa emua nilai inventory dan backorder yang dihailkan akibat dari kenario parameter ketidakpatian akan dirata-rata, ehingga jumlah nilai inventory atau backorder yang dibutuhkan untuk periode ebelumnya ebanyak atu buah nilai. Pertama-tama, maing-maing nilai dari variabel inventory (I it ) atau backorder (B it ) yang dihailkan dikalikan dengan peluang terjadinya kenario yang

7 menyebabkan nilai variabel terebut dihailkan. Kemudian, hail perkalian terebut dijumlahkan, ehingga menghailkan atu nilai inventory atau backorder yang merupakan rata-rata terbobot dari eluruh nilai variabel inventory atau backorder. Ilutrai penggunaan rata-rata terbobot terhadap variabel inventory (I it ) dan backorder (B it ) dapat dilihat pada gambar 1 B 1 12 B 2 12 B 3 12 Ibar11 d12 Produk 1 Periode 2 X12 I 1 12 I 2 12 I 3 12 Bbar13 Ibar12 B 1 13 B 2 13 B 3 13 d13 Produk 1 Periode 3 Gambar 1. Ilutrai penggunaan rata-rata terbobot pada perencanaan kapaita produki. Ibar dan Bbar pada gambar 1 merupakan ratarata terbobot dari nilai inventory dan backorder yang dihailkan berdaarkan kenario-kenario yang mungkin terjadi akibat dari parameter ketidakpatian yang terlibat. Dengan adanya variabel rata-rata inventory terbobot (I ıt ) dan rata-rata backorder terbobot (B ) ıt yang dihailkan dari peramaan 30 peramaan 31, maka perhitungan jumlah inventory dan backorder pun akan berbeda. Perhitungan jumlah inventory dan backorder yang melibatkan variabel rata-rata inventory terbobot (I ıt ) dan rata-rata backorder terbobot (B ) ıt dapat digunakan dengan peramaan 32. Peramaan 32 merupakan fungi kendala yang berfungi untuk mematikan bahwa akan terdapat inventory atau backorder pada akhir periode tertentu. Perbedaan dari fungi kendala terebut terdapat pada rua kanan dari peramaan 32 di mana variabel yang terlibat dalam perhitungan jumlah inventory atau backorder adalah rata-rata inventory terbobot (I ıt ) dan rata-rata backorder terbobot (B ). ıt Peramaan 32 hanya berlaku pada periode 2 hingga periode akhir. Hal ini dikarenakan kenario nilai variabel inventory dan backorder pada periode 2 dihailkan melalui proe produki pada periode 1. Oleh karena itu, perhitungan jumlah inventory dan backorder pada awal periode 1 menggunakan peramaan 29 yang belum melibatkan kenario akibat dari parameter ketidakpatian. Setelah model probabiliitik kapaita produki diuun, model terebut kemudian diubah ke dalam Bahaa pemrograman AMPL untuk diuji coba dengan contoh kau ederhana. X13 I 1 13 I 2 13 I 3 13 Pengujian Ketangguhan Model Pengujian terhadap model probabilitik kapaita produki perlu dilakukan dengan menggunakan contoh kau ederhana. Contoh kau ederhana yang telah dibuat digunakan untuk menguji ketangguhan dari model probabilitik kapaita produki yang telah diuun. Melalui pengujian yang telah dilakukan, dapat ditentukan apakah model optimai perencanaan kapaita produki yang telah dibuat tangguh atau enitif terhadap faktor ketidakpatian dalam perencanaan kapaita produki. Terdapat 2 tahap dalam proe pengujian terhadap model optimai yang telah dibuat. Tahap pertama adalah proe pengujian terhadap model probabilitik kapaita produki. Tahap kedua adalah proe pengujian yang dilakukan dengan model determinitik kapaita produki. Pada tahap pertama, parameter lead time proe produki (a i ) merupakan elemen yang perlu diperhatikan karena parameter lead time proe produki merupakan faktor ketidakpatian dalam perencanaan kapaita produki kali ini. Oleh karena itu, eperti yang telah dijelakan ebelumnya parameter lead time proe produki (a i ) memiliki kenariokenario di mana nilai dari parameter lead time proe produki dapat berbeda-beda tergantung dari kenario yang terjadi. Dalam kau ini, kenario-kenario yang terjadi pada lead time proe produki adalah kenario di mana nilai lead time proe produki minimal, lead time proe produki normal, dan lead time proe produki makimum. Pada contoh kau kali ini, terdapat 2 jeni variai produk dan maing-maing produk memiliki lead time proe produki yang berbeda atu ama lain. Produk 1 memiliki lead time proe produki (a i ) yang mengikuti ditribui normal dengan rata-rata 4 jam dan tandar deviai 2 jam. Dengan demikian, nilai parameter lead time proe produki dari produk 1 adalah ebagai berikut: 1. Pada kenario normal 4 jam 2. Pada kenario minimum 4-2 = 2 jam 3. Pada kenario makimum 4+2 = 6 jam Produk 2 memiliki lead time proe produki (a i ) yang mengikuti ditribui normal dengan rata-rata 6 jam dan tandar deviai 3 jam. Dengan demikian, nilai parameter lead time proe produki dari produk 2 adalah ebagai berikut:

8 1. Pada kenario normal 6 jam 2. Pada kenario minimum 6-3 = 3 jam 3. Pada kenario makimum 6+3 = 9 jam Tabel 1 menunjukkan eluruh kenario dan nilai dari parameter lead time proe produki berdaarkan kenario yang diterapkan. Tabel 1. ilai dan Peluang lead time proe produki berdaarkan Skenario Skenario lead time(a 1,a 2) peluang kenario (p ) 1 a(2,3) 0, a(2,6) 0, a(2,9) 0, a(4,3) 0, a(4,6) 0, a(4,9) 0, a(6,3) 0, a(6,6) 0, a(6,9) 0,0256 Selain parameter lead time proe produki dan peluang terjadinya kenario, terdapat parameter-parameter lain yang juga dibutuhkan dalam perhitungan model probabilitik kapaita produki. Parameterparameter terebut antara lain ebagai berikut: Tabel 2. Data Demand untuk Perhitungan Contoh Kau produk 1 2 periode Biaya pekerja pada waktu kerja regular adalah 6 7. Biaya overtime adalah 8 per jam 8. Kapaita inventory makimum adalah Kapaita backorder makimum adalah Kapaita pekerja makimum adalah Biaya etup produki untuk produk 1 dan 2 berturut-turut adalah 100 dan Waktu kerja regular yang teredia pada peride 1, 2, 3, dan 4 berturut-turut adalah 8, 7, 7, dan 8. Seluruh parameter terebut dibutuhkan dalam menemukan olui optimal dari maalah model optimai perencanaan kapaita produki. Solui Contoh Kau dan Performani Aktual Tujuan dari perhitungan tahap 1 adalah menemukan olui optimal dari variabelvariabel keputuan yang tidak dipengaruhi dari parameter lead time proe produki (a i ). Variabel-variabel keputuan yang dimakud adalah jumlah pekerja yang direkrut (H t ), jumlah pekerja yang dipecat (F t ), jumlah pekerja yang teredia (C t ), dan waktu kerja overtime yang digunakan (O t ). Hal ini dikarenakan eluruh variabel-variabel terebut merupakan elemen-elemen kapaita produki yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan produki. Solui optimal dari variabel-variabel keputuan terebut akan digunakan pada perhitungan tahap 2. Perhitungan tahap 2 adalah perhitungan yang bertujuan untuk menemukan olui optimal dari variabelvariabel keputuan yang dipengaruhi oleh kenario-kenario dari parameter ketidakpatian yang terlibat Tabel 3 menunjukkan nilai optimal dari variabel H t, F t, C t, dan O t. Tabel 2 merupakan data demand dari emua jeni produk pada etiap periode. Selain data demand, data-data lain yang perlu diketahui untuk perhitungan contoh kau antara lain ebagai berikut: 1. Biaya inventory untuk produk 1 dan 2 berturut-turut adalah 3 dan 2 2. Biaya backorder untuk produk 1 dan 2 berturut-turut adalah 4 dan 5 3. Lead time proe produki untuk produk 1 dan 2 berturut-turut adalah 2 dan 3 4. Biaya merekrut pekerja adalah 4 5. Biaya memecat pekerja adalah 6 Tabel 3. ilai Optimal dari Variabel H t, F t, C t, O t Variabel C H F O Periode Solui optimal dari variabel H t, F t, C t, dan O t pada tabel 3 merupakan olui yang diaumikan dapat menghailkan jumlah produki (X it ) dengan eluruh kenario lead time proe produki (a i ) yang mungkin terjadi. Selain itu, olui optimal pada tabel 3

9 juga merupakan olui yang menghailkan biaya optimal atau biaya minimum dalam perencanaan kapaita produki. Solui optimal pada tabel 3 akan digunakan pada perhitungan tahap 2 dalam menguji ketangguhan model optimai yang telah dibuat. Pada perhitungan tahap 2, olui optimal dari variabel keputuan pada tabel 3 akan digunakan ebagai parameter dalam pengujian ketangguhan dari model optimai yang telah diuun. Pada perhitungan ini, nilai parameter lead time proe produki merupakan erangkaian kenario di mana maing-maing kenario terebut mengandung bilangan acak ebagai nilai dari parameter lead time proe produki (a i ). Bilangan acak untuk nilai parameter lead time proe produki (a i ) dihailkan dengan menggunakan rumu pembangkit bilangan acak (random number generator) pada excel. Bilangan acak yang dihailkan untuk lead time proe produki (a i ) produk 1 mengikuti ditribui normal dengan rata-rata 4 jam dan tandar deviai 2 jam. Sedangkan, bilangan acak yang dihailkan untuk lead time proe produki (a i ) produk 2 mengikuti ditribui normal dengan rata-rata 6 jam dan tandar deviai 3 jam. Bilanganbilangan acak yang merupakan parameter lead time proe produki (a i ) terebut merupakan gambaran akan ketidakpatian dari parameter lead time proe produki (a i ) pada kehidupan nyata. Tabel 4 menunjukkan eluruh kenario dengan biaya total yang dihailkan dari kenario terebut. Tabel 4. Biaya Total yang Dihailkan dari Berbagai Skenario o Skenario a 1 a 2 TC lanjut Tabel 4. Biaya Total yang Dihailkan dari Berbagai Skenario (lanjutan) Pada tabel 4, a 1 merupakan lead time proe produki untuk produk 1. Sedangkan, a 2 merupakan lead time proe produki untuk produk 2 dan TC merupakan biaya total yang dihailkan ebagai akibat dari nilai a1 dan a2. Selain biaya total, perhitungan dari 30 kenario yang berbeda juga menghailkan olui optimal dari variabel jumlah inventory (I it ), jumlah backorder (B it ), jumlah produki (X it ), dan kebutuhan etup produki (Y it ). Setelah mendapatkan biaya total yang merupakan hail dari performani aktual, biaya total terebut kemudian diplot, ehingga dapat diketahui ditribui apa yang diikuti oleh data biaya total yang telah dihailkan. Gambar 4 menunjukkan hitogram yang dihailkan dari data-data biaya total terhadap frekueni data terebut erta bentuk dari hitogram terebut.

10 Gambar 4. Hitogram dari Data Biaya Total berdaarkan Skenario Bilangan Acak Melalui hitogram yang telah dihailkan, dapat diketahui ditribui apa yang diterapkan oleh data biaya total terebut. Yang pertama perlu dilakukan adalah menggambar gari yang melalui titik tengah pada puncak batang dan menghubungi etiap batang, ehingga membentuk kurva. Bentuk kurva yang dihailkan menyerupai bentuk ditribui normal. Hal ini menunjukkan bahwa olui optimal dari model optimai tangguh yang dihailkan memiliki nilai yang tidak berbeda jauh dengan nilai dari olui optimal yang dipengaruhi oleh egala kemungkinan dari kenario parameter ketidakpatian yang mungkin terjadi. Simpulan Setelah melakukan pengembangan model optimai tangguh untuk perencanaan kapaita produki di lingkungan Make-To- Order, Keimpulan yang dapat diambil adalah Model optimai untuk perencanaan kapaita produki yang telah diuun memberikan kapaita produki yang tangguh atau tidak enitif terhadap ketidakpatian lead time pemeanan. Dengan kata lain, olui optimal kapaita produki yang dihailkan dapat menghailkan olui optimal dari model optimai tangguh dengan nilai yang tidak berbeda jauh dari nilai olui optimal yang dihailkan berdaarkan kenario yang mungkin terjadi pada parameter ketidakpatian. Acuan Refereni Cornuejol, G. and Tu tu ncu, R. (2005). Optimization Method in Finance, Carnegie Mellon Univerity, Pittburgh, PA. Fogarty, F.W., 1991, Production and Inventory Management, 2nd Ed., South-Wetern Publihing Co. Morgentern, O., 1963, On the Accuracy of Economic Obervation. Princeton Univerity Pre, Princeton, ew Jerey. Mulvey, J. M., Vanderbei, R. J., Zenio, S. A. (1995). Robut Optimization of Large-Scale Sytem. Operation Reearch, Vol 43, o. 2. Diunduh dari obutoptimization.pdf eureuther, D. B. (2004). Aggregate Planning in Make-To Order Environment. Proceeding of the Second World Conference on POM and 15 th Annual Ucapan Terima Kaih Penuli ingin mengucapkan terima kaih kepada eluruh pihak yang telah membantu dalam penyuunan jurnal ini, yaitu ebagai berikut: 1. Bapak Dr. Carle Sitompul, S.T., M.T., MIM elaku Kepala Juruan Teknik Indutri, doen koordinator mata kuliah kripi, dan pembimbing mata kuliah kripi yang telah membimbing penuli elama penyuunan kripi. 2. Bapak Romy Loice, S.T., M.T. dan Ibu Loren Pratiwi, S.T., M.T. elaku doen penguji iding kripi yang telah memberikan aran dan revii yang perlu dilakukan agar laporan kripi lebih baik. 3. Bapak Y. M. Kinley Aritonang, Ph.D. dan Bapak Alfian, S.T., M.T. elaku doen penguji propoal kripi yang telah memberikan aran dan revii yang perlu dilakukan agar laporan kripi lebih baik. 4. Seluruh doen-doen teknik indutri yang telah memberikan pengetahuan yang berguna dalam penyuunan laporan kripi. 5. Orang tua, koko, adik, dan eluruh keluarga penuli yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam penyuunan laporan kripi. 6. Teman-teman ekampung halaman Ahiap, Anton, Aun, Freddy, Janice, Leon, Kim, Shane, Suryadi, Timmy, Willy yang telah berjuang berama dan membantu penuli untuk beradaptai di Unpar dan di Bandung.

11 7. Teman-teman kela D angkatan 2012 yang telah berjuang berama dalam kehidupan kuliah di Teknik Indutri Unpar. 8. Teman-teman eama mahaiwa bimbingan Pak Carle Dito, Mathia, dan Machiel yang telah membantu penuli dalam penyuunan laporan kripi. 9. Seluruh civita akademik Univerita Katolik Parahyangan

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI TANGGUH PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINGKUNGAN MAKE-TO-ORDER SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI TANGGUH PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINGKUNGAN MAKE-TO-ORDER SKRIPSI PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI TANGGUH PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINGKUNGAN MAKE-TO-ORDER SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana dalam bidang ilmu Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 791-800 Online di: http://ejournal-1.undip.ac.id/index.php/gauian ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3)

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3) MODUL IV ETIMAI/PENDUGAAN (3) A. ETIMAI RAGAM Etimai ragam digunakan untuk menduga ragam σ berdaarkan ragam dari uatu populai normal contoh acak berukuran n. Ragam contoh ini akan digunakan ebagai nilai

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafiran

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoriti 2.1.1 Bura Efek Menurut J.Bogen bura efek adalah uatu item yang terorganiir dengan mekanime remi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek ecara langung

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED 54 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED Abil Manyur Abtrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah, siswa kelas X semester genap, sebanyak

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah, siswa kelas X semester genap, sebanyak III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah, iwa kela X emeter genap, ebanyak enam kela di SMA Taman Siwa Bandar Lampung tahun pelajaran 010-011. Teknik ampling yang

Lebih terperinci

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan Evaluai Hail Pelakanaan Teknologi Modifikai Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analii Data Curah Hujan Budi Haroyo 1, Untung Haryanto 1, Tri Handoko Seto 1, Sunu Tikno 1, Tukiyat 1, Samul Bahri 1 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY )

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY ) Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 2 Hal. 44 52 ISSN : 2303 2910 c Juruan Matematika FMIPA UNAND PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Menurut Sugiyono, metode penelitian pendidikan dapat diartikan ebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA TESIS Diajukan guna melengkapi tuga akhir dan memenuhi alah atu yarat untuk menyeleaikan Program Studi Magiter Matematika dan mencapai gelar Magiter Sain oleh DWI CANDRA VITALOKA

Lebih terperinci

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Persero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG

PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Persero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Perero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG Heri Purwanto, M.M., M.T 1, Intan Nurlaily, Amd 2 1 Program Studi Manajemen Informatika, STMIK LPKIA

Lebih terperinci

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT Ukuran utama kinerja evaporator adalah kapaita dan ekonomi. Kapaita didefiniikan ebagai jumlah olvent yang mampu diuapkan per atuan lua per atuan Waktu. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian adalah alah atu media yang digunakan dalam menuli dengan proedur yang telah ditentukan. Penelitian pada hakekatnya adalah uatu upaya dan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PELAYANAN NASABAH BERDASARKAN METODE ANTRIAN (QUEUING SYSTEM)

MODEL OPTIMASI PELAYANAN NASABAH BERDASARKAN METODE ANTRIAN (QUEUING SYSTEM) Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.5, No. Januari 0, hlm. 5 58 Terakreditai SK. No. 64a/DIKTI/Kep/00 MODEL OPTIMASI PELAYANAN NASABAH BERDASARKAN METODE ANTRIAN (QUEUING SYSTEM) Irmayanti Haan Juruan Fakulta

Lebih terperinci

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah Kealahan Akibat Defereniai Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur Tengah Zainal Abidin Fandi Purnama Lab. Dinamika Puat Rekayaa Indutri, ITB, Bandung E-mail: za@dynamic.pauir.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena ingin mengetahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena ingin mengetahui 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena ingin mengetahui perbedaan hail belajar matematika iwa menggunakan trategi team teaching dan trategi

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak

Lebih terperinci

Perancangan Algoritma pada Kriptografi Block Cipher dengan Teknik Langkah Kuda Dalam Permainan Catur

Perancangan Algoritma pada Kriptografi Block Cipher dengan Teknik Langkah Kuda Dalam Permainan Catur Perancangan Algoritma pada Kriptografi Block Cipher dengan Teknik Langkah Kuda Dalam Permainan Catur Adi N. Setiawan, Alz Danny Wowor, Magdalena A. Ineke Pakereng Teknik Informatika, Fakulta Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dimana penelitian langung langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI Jurnal Matematika Vol.6 No. Nopember 6 [ 9 : 8 ] MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI DI PROPINSI JAWA BARAT Juruan Matematika, Uiverita Ilam Bandung,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro 3 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela X SMA Negeri Metro Tahun Pelajaran 03-04 yang berjumlah 56 iwa. Siwa terebut merupakan atu keatuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah

Lebih terperinci

ALGORITMA THRESHOLDING ADAPTIF BERDASARKAN DETEKSI BLOK TERHADAP CITRA DOKUMEN TERDEGRADASI Agus Zainal Arifin, Arya Yudhi Wijaya, Laili Cahyani 1

ALGORITMA THRESHOLDING ADAPTIF BERDASARKAN DETEKSI BLOK TERHADAP CITRA DOKUMEN TERDEGRADASI Agus Zainal Arifin, Arya Yudhi Wijaya, Laili Cahyani 1 ALGORITMA THRESHOLDING ADAPTIF BERDASARKAN DETEKSI BLOK TERHADAP CITRA DOKUMEN TERDEGRADASI Agu Zainal Arifin, Arya Yudhi Wijaya, Laili Cahyani Fakulta Teknologi Informai, Intitut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI PENAKIR VARIANI POPLAI YANG EFIIEN PADA AMPLING ACAK EDERHANA MENGGNAKAN KOEFIIEN REGREI Neneng Gutiana Rutam Efendi Harion Mahaiwa Program Matematika Doen Juruan Matematika Fakulta Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Vii V ii Dina Pendidikan Kabupaten Way Kanan tidak lepa dari vii Pemerintah Kabupaten Way Kanan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah iwa kela XI IPA emeter genap SMA Negeri 0 Bandar Lampung tahun pelajaran 04/05 yang berjumlah 5 iwa. Kemampuan

Lebih terperinci

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

Usulan Penentuan Waktu Garansi Perakitan Alat Medis Examination Lamp di PT. Tesena Inovindo

Usulan Penentuan Waktu Garansi Perakitan Alat Medis Examination Lamp di PT. Tesena Inovindo Uulan Penentuan Waktu Garani Perakitan Alat Medi Examination Lamp di PT. Teena Inovindo Johnon Saragih,Dedy Sugiarto 2,Grace Litiani 3 Juruan Teknik Indutri Univerita Triakti 2 Juruan Teknik Informatika

Lebih terperinci

MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN. Oleh Muh. Tawil * & Dominggus Tahya Abstrak

MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN. Oleh Muh. Tawil * & Dominggus Tahya Abstrak MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN Oleh Muh. Tawil * & Dominggu Tahya Abtrak Penerapan medan magnet dalam metode S-UHF dapat digunakan untuk mendekripikan kekuatan ikatan

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L F108 Simulai Springback pada Laer Beam dan Rotary Draw untuk Pipa AISI 304L Adnan Syadidan, Ma Irfan P. Hidayat, dan Wikan Jatimurti Departemen Teknik Material, Fakulta Teknologi Indutri, Intitut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI Arief Aulia Rahman 1 Atria Yunita 2 1 STKIP Bina Banga Meulaboh, Jl. Naional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN. i SAMPUL DALAM... ii PRASYARAT GELAR. iii LEMBAR PERSETUJUAN.. iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI.. v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN. ix

Lebih terperinci

STATISTIK FERMI - DIRAC

STATISTIK FERMI - DIRAC STATISTIK ERMI - DIRAC Diuun untuk memenuhi tuga mata kuliah iika Statitik DISUSUN OLEH : KELOMPOK VII DISUSUN OLEH : KELOMPOK VII 1. 06101011006 MUHAMMAD URQON. 0610101100 EVELINA ASTRA PATRIOT 3. 06101011037

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN STRATEGI BISNIS MENGGUNAKAN MODEL JOINT ECONOMIC LOT SIZE

EVALUASI KEBIJAKAN STRATEGI BISNIS MENGGUNAKAN MODEL JOINT ECONOMIC LOT SIZE EVALUASI KEBIJAKAN STRATEGI BISNIS MENGGUNAKAN MOEL JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS) ENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK (Studi Kau di PT. Semarang Autocomp Manufacturing Indoneia) Ary Arvianto, Sri Hartini,

Lebih terperinci

Nama : Perli Iswanto KLS : 4EA04 NPM :

Nama : Perli Iswanto KLS : 4EA04 NPM : SURVEI HARGA, KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT BUNGA KREDIT, PADA KONSUMEN LEASING PT KEMBANG 88 MULTIFINANCE. Nama : Perli Iwanto KLS : 4EA04 NPM : 13209929 Latar Belakang LATAR BELAKANG Menurut alah eorang

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM ANTRIAN DENGAN METODE MULTIPLE CHANNEL SINGLE PHASE

SIMULASI SISTEM ANTRIAN DENGAN METODE MULTIPLE CHANNEL SINGLE PHASE Proiding Seminar Ilmu Komputer dan Teknologi Informai Vol., No., Maret e-issn - dan p-issn -X SIMUASI SISTEM ANTRIAN DENGAN METODE MUTIPE CHANNE SINGE PHASE Jaka Dian Ramadhan *, Fahrul Agu, Indah Fitri

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada 0 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA Perada Bandar Lampung tahun ajaran 0/0 yang berjumlah 07 iwa dan terebar dalam 3 kela.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB Jurnal Reaki (Journal of Science and Technology) Juruan Teknik imia oliteknik Negeri Lhokeumawe Vol.6 No.11, Juni 008 SSN 1693-48X ERANCANGAN SSTEM ENGENDAL D DENGAN BANTUAN METODE SMULAS SOFTWARE MATLAB

Lebih terperinci

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI DEFINISI DAN RUANG SOLUSI Pada bagian ini akan dibaha tentang bai dan dimeni menggunakan pengertian dari kebebaan linear ( beba linear dan merentang ) yang dibaha pada bab ebelumnya. Definii dari bai diberikan

Lebih terperinci

Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Visual Basic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 16

Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Visual Basic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 16 Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Viual Baic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 6 Muhammad Rizki Setiawan, M. Aziz Mulim dan Goegoe Dwi Nuantoro Abtrak Dalam penelitian ini telah diimplementaikan

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler

Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler 72 Jurnal Rekayaa Elektrika Vol., No. 4, Oktober 23 Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler Bhakti Yudho Suprapto, Wahidin Wahab 2, dan Mg. Abdu Salam

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan

Lebih terperinci

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul.

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul. BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Peruahaan CV Innovation Network berdiri pada tahun 2006 di Jakarta. Peruahaan ini pada awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan pada Shunt Active Power Filter Tiga Fasa

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan pada Shunt Active Power Filter Tiga Fasa Aplikai Jaringan Saraf iruan pada Shunt Active Power Filter iga Faa Hanny H. umbelaka, hiang, Sorati Fakulta eknologi Indutri, Juruan eknik Elektro, Univerita Kriten Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya

Lebih terperinci

PENAKSIR RASIO DAN PRODUK EKSPONENSIAL YANG EFISIEN UNTUK VARIANSI POPULASI PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA

PENAKSIR RASIO DAN PRODUK EKSPONENSIAL YANG EFISIEN UNTUK VARIANSI POPULASI PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA PEAKIR RAIO DA PRODUK EKPOEIAL YAG EFIIE UTUK VARIAI POPULAI PADA AMPLIG ACAK EDERHAA Mega Elmaanti 1* Firdau Hapoan irait 1 Mahaiwa Program 1 Matematika Doen Juruan Matematika Fakulta Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

PENGARUH DURASI SERANGAN GELOMBANG TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG. Ida Bagus Agung

PENGARUH DURASI SERANGAN GELOMBANG TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG. Ida Bagus Agung PENGARU DURASI SERANGAN GELOMBANG TERADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECA GELOMBANG Ida Bagu Agung Fakulta Teknik, Univerita Sarjanawiyata Tamaniwa Email: idabaguagung @ yahoo.com ABSTRACT thi reearch

Lebih terperinci

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler PID Berbasis ATmega328

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler PID Berbasis ATmega328 Pengendalian Kadar Keaaman (ph) Pada Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler PID Berbai ATmega38 Dyah Ayu Anggreini T, Retnowati, Rahmadwati. Abtrak Pengendalian kadar keaaman pada pengendapan tahu angat

Lebih terperinci

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Sistem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbasis Arduino Uno

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Sistem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbasis Arduino Uno Pengendalian Kadar Keaaman (ph) Pada Sitem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbai Arduino Uno Ika Kutanti, Pembimbing : M. Aziz Mulim, Pembimbing : Erni Yudaningtya. Abtrak Pengendalian kadar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI Mahyunir SMP Negeri Kota Bengkulu e-mail: mahyunir@gmail.com Abtract: The objective of thi reearch i to find out

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE UNTUK OPTIMASI MANAJEMEN BANDWITH JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK ACEH SELATAN.

IMPLEMENTASI METODE SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE UNTUK OPTIMASI MANAJEMEN BANDWITH JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK ACEH SELATAN. IMPLEMENTASI METODE SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE UNTUK OPTIMASI MANAJEMEN BANDWITH JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK ACEH SELATAN Dirja Nur Ilham Doen Teknik Komputer Politeknik Aceh Selatan dirja_nur@yaoo.com

Lebih terperinci

Penyelesaian Soal Ujian Tengah Semester 2008

Penyelesaian Soal Ujian Tengah Semester 2008 Penyeleaian Soal Ujian Tengah Semeter 008 Soal A Curah hujan harian maximum tahunan elama periode 978.d. 007 di Staiun Godean Yogyakarta diajikan pada tabel di bawah ini. kedalaman hujan (mm) rekueni 5

Lebih terperinci

Oleh: Siswanto SMP Negeri 1 Pogalan, Trenggalek

Oleh: Siswanto SMP Negeri 1 Pogalan, Trenggalek JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016 181 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI IPS TENTANG KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA DI KELAS VII-A SMP NEGERI 1

Lebih terperinci

ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN ALGORITMA AES 256 UNTUK SEMUA JENIS FILE

ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN ALGORITMA AES 256 UNTUK SEMUA JENIS FILE ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN ALGORITMA AES 256 UNTUK SEMUA JENIS FILE Voni Yuniati (1), Gani Indriyanta (2), Antoniu Rahmat C (3) Abtrak: Kemajuan teknologi komputer dan telekomunikai telah menjadi kebutuhan

Lebih terperinci