ANALISIS FINANSIAL PEMBUATAN SAPU GLAGAH DI KABUPATEN PURBALINGGA (Studi Kasus Pada Industri Kecil Sapu Glagah)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FINANSIAL PEMBUATAN SAPU GLAGAH DI KABUPATEN PURBALINGGA (Studi Kasus Pada Industri Kecil Sapu Glagah)"

Transkripsi

1 ANALISIS FINANSIAL PEMBUATAN SAPU GLAGAH DI KABUPATEN PURBALINGGA (Sudi Kasus Pada Indusri Kecil Sapu Glagah) Financial Analyses on Business of Glagah Broom Making in Purbalingga Regency (A Case of Glagah Broom Small Indusry) Oleh Kusmanoro Edy Sularso 1), Rana Sariani 1), dan Nurul Hidaya 2) 1 Fakulas Peranian Universias Jenderal Soedirman Jl dr. Suparno No 61 Karangwangkal Purwokero 2) Fakulas Sain dan Teknologi UNSOED, Blaer, Purbalingga Alama korespondensi: Kusmanoro Edy Sularso (edysularso@gmail.com) ABSTRAK Kabupaen Purbalingga Propinsi Jawa Tengah merupakan senra penghasil sapu glagah. Sapu glagah adalah sapu yang erbua dari ijuk rumpu glagah. Perminaan idak hanya berasal dari dalam negeri eapi juga luar negeri,seperi Korea Selaan, Malaysia dan Taiwan, mencapai uni/bulan. Tujuan peneliian: 1) menganalisis biaya dan pendapaan usaha pembuaan sapu glagah; 2) melakukan analisis kelayakan usaha pada Indusri Kecil pembuaan sapu glagah di Kabupaen Purbalingga. Sampel dienukan secara purposif, yaiu Indusri Kecil dengan omse lebih dari 10 ribu per bulan, yaiubina Remaja, Sumber Rezeki, Sumber Rayung dan Rayung Abadi. Lokasi peneliian Kabupaen Purbalingga, meode peneliian sudi kasus. Meode analisis yaiu analisis biaya dan pendapaan sera analisis finansial. Hasil peneliian menunjukan bahwa produk yang dihasilkan anara persen unuk di ekspor. Tahun 2011, Bina Remaja memperoleh profi eringgi yaiu sebesar Rp628,187,500. Sumber Rayung mendapakan profi negaive sebesar Rp97,830,000. Hanya ada dua perusahaan yang secara finansial mengunungkan yaiu Sumber Rejeki, dengan NPV sebesar Rp ,00, IRR sebesar 58,70% dan B/C 3,2. Bina Remaja, dengan NPV sebesar Rp ,00, IRR sebesar 47,14% dan B/C sebesar 2,1. Sedangkan Rayung Abadi dan Sumber Rayung menunjukan NPV negaif. Hasil observasi dan pengamaan ernyaa para IKM sapu glagah belum mengadakan pembukuan dalam mengelola usahanya. Hal inilah yang diduga menyebabkan pada saa dianalisis secara finansial menghasilkan NPV negaif. Kendala yang dihadapi oleh IKM anara lain sifa musiman dari bunga glagah sebagai bahan baku uama dari sapu glagah, harga glagah yang idak sabil sera pengrajin idak dapa menenukan harga jual produknya. Harga dienukan oleh para eksporir, sehingga IKM hanya sebagai price aker. Pemilik Indusri Kecil juga idak pernah ahu harga sapu glagah di luar negeri, karena keerbaasan pengeahuan. Kaa kunci: glagah, kelayakan, indusri kecil price aker ABSTRACT Purbalingga regency in Cenral Java Province becomes he cenre of glagah brooms. Tese kinds of brooms are made from he fiber of he glagah grasses. Demands on his produc come boh from overseas and domesic buyers, such as Souh Korea, Malaysia, and Taiwan ha reach 200,000 unis per monh. Aims of he research were 1) o nalyze cos and income of he businesses of he glagah broom making, 2) o conduc analyses he feasibiliy business on he small indusries of he glagah broom making in Purbalingga Regency. Samples were deermined purposively, namely he small indusries having omze ha was more ha 10,000 brooms per monh. They were Bina Remaja, Sumber Rejeki, Sumber Rayung, and Rayung Abadi. The research was locaed in Purbalingga Regency wih a case sudi as he research mehod. Analysis mehods comprised cos, income, and financialanalyses. Resuls of he research performed ha he producs yielded ranged beween percen for he expor scale. In 2011 Bina Remaja obained a negaive profi as much as Rp97,830,000. There were jus wo companies o be financially beneficial, i.e. Sumber Rejeki wih NPV of Rp173,395,192.00, IRR of58.70% and B/C of 3.2; Bina Remaja wih NPV ofrp396,859,412.00, IRR of 47.14% and B/C of 2.1. rayung Abadi and Sumber Rayung performed negaive NPVs. Resuls of he observaions showed ha he SMIs of glagah brooms have no arranged bookkeeping in managing heir businesses. This migh be presumed o cause a he imes of analyses resuling in negaive NPVs. Consrains faced by he SMIs consised of seasonal rai of he glagah flowers as he major raw maerials, glagah prices ha were unsable, and he crafers could 118

2 no esablish sale prices of he producs. The prices were deermined by imporers, so he SMIs were only as price akers. Owners of he small indusries never knew as well abou he glagah broom price abroad, because of knowledge limiaions. Key words: glagah, feasibiliy, small indusry, price aker PENDAHULUAN Kabupaen Purbalingga Propinsi Jawa Tengah merupakan senra penghasil sapu glagah. Kerajinan sapu glagah dikenal sejak ahun 1993 dan merupakan salah sau indusri rumah angga yang mengolah bunga glagah menjadi kerajinan sapu. Sapu glagah dieapkan sebagai salah sau produk unggulan daerah pada ahun 2003 karena berperan dalam mencipakan nilai ambah glagah, memanfaakan sumber daya secara nyaa, menyerap enaga kerja, mendaangkan pendapaan bagi masyaraka maupun pemerinah. Peluang ekspor sapu glagah juga masih sanga lebar.prospek usaha bisnis sapu gelagah di Kabupaen Purbalinggaerus berkembang, hal ini dapa erliha dengan meningkanya pengiriman ekspor pada ahun 2010 dan Daa ekspor sapu glagah pada ahun 2010 yaiu sebanyak buah sapu seiap ahun dan pada ahun 2011 mengalami peningkaan menjadi buah sapu seiap ahun. Perminaan sapu glagah erus mengalami peningkaan seiap ahunnya. Tahun 2008 sampai dengan ahun 2009 perminaan sapu meningka sebesar 11,18% aau sebesar uni perbulan dan ahun 2008 sampai dengan ahun 2010 mengalami peningkaan sebesar 25,44% aau sebesar uni per bulan. Perminaan idak hanya berasal dari dalam negeri eapi juga luar negeri. Perminaan dari luar negeri dianaranya berasal dari negara Korea Selaan, Malaysia dan Thailand dalam sau bulan raa-raa mencapai uni perbulan, sedangkan perajin baru bisa memenuhi sekiar buah perbulan sehingga masih ada sejumlah perminaan yang belum erpenuhi yang merupakan peluang unuk mengembangkan usaha (Purhadi, 2011). Salah sau kendala uama yang dihadapi oleh perajin adalah pengelolaan keuangan. Fakanya, sebagian besar pemilik indusri kecil di Kabupaen Purbalingga idak menyelenggarakan informasi akunansi pada bisnisnya (Pinasi, 2001). Selama ini sebagian besar perajin belum memisahkan keuangan usaha dan rumah angga sehingga kesulian unuk memperoleh akses modal sera belum membuku keuangan dengan benar. Idrus (2000) menyaakan bahwa para pengusaha kecil idak memiliki pengeahuan akunansi, dan banyak dianara mereka yang belum memahami peningnya pencaaan dan pembukuan 119

3 bagi berlangsungnya usaha. Pengusaha kecil memandang bahwa proses akunansi idak erlalu pening unuk dierapkan. Informasi akunansi mempunyai pengaruh sanga pening dalam pencapaian keberhasilan usaha, ermasuk bagi usaha kecil ( D'souza dan Megginson,1999). Informasi akunansi yang berupa laporan keuangan dapa menjadi modal dasar bagi indusri kecil unuk pengambilan kepuusan-kepuusan dalam pengelolaan usaha, anara lain kepuusan pengembangan pasar, peneapan harga, dan mempermudah akses ke perbakan. Terkai dengan pemerinah dan krediur (Bank) penyediaan informasi akunansi juga diperlukan. Tujuan uama suau uni usaha adalah menghasilkan keunungan dan dapa memperahankan keberlangsungan usahanya dalam jangka panjang. Dengan idak adanya sisem informasi akunansi yang dievaluasi dengan baik dan benar, sebuah perencanaan bisnis idak akan erlaksana dengan baik, banyak bisnis yang idak mengaplikasikan sisem laporan keuangan yang baik dan benar menuru sandar akunansi (Prihani e al, 2012). Indusri Kecil (IK) sanga renan dengan pengaruh globalisasi yang menunu pelaku unuk mampu berkompeisi. Padahal dapa dikaakan indusri kecil adalah pelaku bisnis yang signifikan di Indonesia dan umpuan unuk mempercepa pembangunan. Oleh sebab iu pening unuk dilakukan analisis finansial erhadap indusri kecil sapu glagah yang sudah berjalan lebih dari 10 ahun di Kabupaen Purbalingga. Diharapkan seelah dianalisis dapa dilakukan pengembangan maupun evaluasi erhadap Indusri Kecil sapu glagah. Menuru Kadariah e al. (2001) analisis finansial adalah kegiaan melakukan penilaian aau penenuan sauan rupiah erhadap aspek yang dianggap yang dianggap layak dari kepuusan yang dibua dalam ahapan analisis usaha.sasaran uamanya adalah menemukan dan berusaha unuk mewujudkan besarnya penerimaan usaha yang diharapkan oleh penyandang dana usaha. Sebagian besar (60%) produk sapu glagah dipasarkan ke pasar luar negeri namun erkendala oleh kurangnya pengeahuan enang prosedur ekspor sehingga sanga berganung pada pihak keiga yang berdampak pada marjin keunungan yang diperoleh perajian dan kemandirian Indusri Kecil ersebu. Ekspor Indusri Kecil propinsi Jawa Tengah selama ahun 2010 mengalami peningkaan sebesar 30,34%. Perumbuhan ersebu jauh lebih inggi dibanding perumbuhan ekspor periode yang raa-raa sebesar 1,27%. Kendala lain yang dihadapi oleh Indusri Kecil adalah sandarisasi muu yang idak sabil, skala 120

4 usaha, pembiayaan, kualias produk, dan koninyuias. Tujuan peneliian ini adalah unuk menganalisis biaya dan pendapaan sera kelayakan usaha pembuaan sapu glagah secara finansial pada usaha kerajinan sapu glagah di Kabupaen Purbalingga METODE PENELITIAN Lokasi peneliian di Kabupaen Purbalingga Propinsi Jawa Tengah. Meode peneliian yang akan digunakan adalah sudi kasus, yaiu suau pendekaan dengan memusakan perhaian pada suau kasus secara inensif dan rinci. Sampel pengrajin sapu glagah dienukan secara purposive, yaiu Indusri Kecil sapu glagah yang mempunyai omse lebih dari 10 ribu produk sapu glagah per bulan dau dianaranya merupakan Indusri Kecil binaan dan lokasi peneliian sebelumnya. Ada empaindusri Kecil erpilih seperi ersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Empa indusri kecil kerajinan sapu glagah di Kabupaen Purbalingga Nama Perusahaan Kapasias Produksi (uni/bulan) Bina Remaja Sumber Rezeki Sumber Ruyung Rayung Abadi Sumber: Disperindagkop Kabupaen Purbalingga, Meode Analisis 1. Analisis Kelayakan Usaha Penilaian suau kelayakan usaha dibuuhkan adanya krieria invesasi yang berguna unuk menenukan dierima aau idak dierimanya usaha pelaksanaan kegiaan sehingga akan diperoleh suau kepuusan yang erbaik. Menuru Kadariah e al. (2001) ada iga krieria invesasi yang umum digunakan dan dapa diperanggungjawabkan, yaiu: (1) Ne Presen Value arus manfaa dan biaya (NPV), (2) Inernal Rae of Reurn (IRR) dan (3) Ne Benefi Cos Raio (Ne B/C). NPV merupakan selisih anara presen Value dari manfaa dengan Presen Value dari biaya. dimana: NPV n 1 1 B C i B = benefi (manfaa) pada bulan. C n i = biaya pada bulan = umur usaha = suku bunga Krieria penilaian: NPV 0, usaha layak dieruskan kegiaannya NPV 0, NPV 0, usaha idak layak dieruskan kegiaannya usaha mengalami break even, yakni manfaa yang diperoleh hanya cukup unuk menuup biaya produksi Inernal Rae of Reurn (IRR) adalah discoun rae yang dapa membua arus manfaa bersih sekarang dari invesasi 121

5 sama dengan nol aau NPV sama dengan nol. Krieria pengambilan kepuusan pada IRR adalah bahwa usaha dapa dierima bila IRR lebih besar dari suku bunga masyaraka. Suku bunga pembanding dapa berasal dari suku bunga Bank aau masih harus menyesuaikan dengan resiko yang harus dihadapi. Semakin inggi resiko, makin inggi pula suku bunga pembanding yang diperlukan (Kadariah e al. 2001). Penggunaan IRR dan NPV unuk menilai suau usulan invesasi yang sama, pada umumnya akan memberikan kepuusan yang sama. Perbedaan hasil kepuusan dapa erjadi pada pemilihan alernaif usaha. Hal ini disebabkan karena perbedaan ingka bunga unuk menggandakan ( reinvesmen rae) yang digunakan dalam menginvesasikan kembali hasil usaha. Ne B/C merupakan perbandingan anara presen value yang posiif dengan presen value yang bernilai negaif. Secara umum dirumuskan sebagai beriku. Ne B / C Krieria penilaiannya: Ne B/C > 1, Ne B/C < 1, n 1 n 1 B C 1 i 1 i C B usaha sudah efisien usaha belum efisien Ne B/C = 1, benefi (manfaa) yang diperoleh hanya cukup unuk menuup biaya produksi Syara penggunaan analisis B/C Raio adalah erdapa minimal sau nilai B C yang negaif, arinya erdapa masa (waku) dimana invesasi belum memberikan hasil pada ahun berikunya. Bila idak demikian maka nilai Ne B/C akan menjadi ak erhingga (Kadariah e al. 2001). HASIL DAN PEMBAHASAN Glagah (shaccarum sponaneum sp) ermasuk dalam keluarga rumpurumpuan. Glagah umbuh berumpun dan dianara sau buluh dengan buluh lainnya berjarak. Besar buluhnya berukuran sebesar ibu jari kaki dengan inggi buluh sekiar 3 meer yang diuupi oleh sejenis za lilin berwarna kepuihan, eruama pada bagian buku dan buluh yang masih muda. Pembuaan sapu glagah dikerjakan secara manual, menggunakan enaga kerja manusia laki-laki dan wania. Tenaga kerja laki berugas mensorir bahan baku berupa bungga glagah, menjemur, menganyam dan memasang angkai. Tenaga kerja wania berugas menjahi dan merapikan produk. Upah enaga kerja dibayar berdasarkan jumlah produk sapu yang dihasilkan. UD Sumber Rayung memasarkan produk sapu glagah kecuali ke pasar luar negeri juga pasar dalam negeri. Pasar luar negeri melipui Taiwan, sedangkan pasar dalam negeri melipui Surakara dan 122

6 Purbalingga. Tenaga kerja di gunakan unuk memproduksi sapu glagah berjumlah 10 orang per hari, yang erdiri aas 7 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Tenaga kerja laki-laki berugas mengayam, memasang angkai dan enaga kerja perempuan berugas menjahi. Upah yang diberikan kepada para pekerja dibayarkan berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan. Upah menganyam dan memasang angkai Rp700,00, menjahi Rp500,00 dan memasang angkai sebesar Rp150,00 per produk sapu. Kebuuhan bahan berupa ijuk glagah aau bunga glagah raa-raa sebesar 4162 kg per ahun. Kebuuhan bambu raa-raa per ahun mencapai baang, benang gojer 5 kg, lingi 300 buah, kain nilon 8 kg, dan slonsong 15 kg. Produksi sapu yang dihasilkan IK. Sumber Rayung raa- per ahun sebesar buah sapu per bulan. IK. Sumber Rejeki memasarkan produk sapu glagah kecuali ke pasar luar negeri (60%) dan sisanya 40 % ke pasar dalam negeri. Negara yang menjadi sasaran produk sapu glagah yaiu Korea Selaan, Taiwan dan Jepang, sedangkan pasar dalam negeri melipui Tasik, Surabaya, Magelang dan Bandung). Tenaga kerja di gunakan unuk memproduksi sapu glagah berjumlah 10 orang per hari, yang erdiri aas 6 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Tenaga kerja laki-laki berugas mengayam dan memasang angkai, enaga kerja perempuan berugas menjahi. Upah yang diberikan kepada para pekerja dibayarkan berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan. Upah menganyam sebesar Rp700,00 per sapu, menjahi Rp400,00 dan memasang angkai sebesar Rp150,00. Kebuuhan bahan berupa ijuk glagah aau bunga glagah raa-raa sebesar 2000 kg per ahun. Kebuuhan bambu raa-raa per ahun mencapai 8000 baang, benang gojer 5 kg, roan 300 kg, dan kain nilon 8 kg. Produk sapu yang dihasilkan UD Sumber Rejeki raa per ahun sebesar buah sapu. IK. Bina Remaja memasarkan produk sapu glagah ke pasar luar negeri anara lain Malaysia dan Korea, sedangkan pasar dalam negeri melipui Semarang, Jakara, Magelang dan Sumaera). Tenaga kerja di gunakan unuk memproduksi sapu glagah berjumlah 13 orang per hari, yang erdiri aas 7 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Tenaga kerja laki-laki berugas mengayam,memasang angkai dan enaga kerja perempuan berugas menjahi. Upah yang diberikan kepada para pekerja dibayarkan berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan. Upah menganyam dan memasang angkai Rp800,00 per baang sapu, sedangkan unuk menjahi Rp350,00 per produk sapu. Kebuuhan bahan berupa ijuk glagah aau bunga glagah raa-raa sebesar 2500 kg per ahun. Kebuuhan 123

7 bambu raa-raa per ahun mencapai baang, benang sol 50 kg, lingi 500 buah, kain nilon 100 kg, dan slonsong 15 kg. Produksi sapu yang dihasilkan IK. Bina Remaja raa-raa per ahun sebesar buah sapu. IK. Rayung Abadi memasarkan produk sapu glagah kecuali ke pasar luar negeri juga pasar dalam negeri. Pasar luar negeri melipui Malaysia dan Korea Selaan, sedangkan pasar dalam negeri melipui Jogja, Tegal, Banjarnegara dan Bandung. Tenaga kerja di gunakan unuk memproduksi sapu glagah berjumlah 16 orang per hari, yang erdiri aas 12 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Tenaga kerja laki-laki berugas mengayam, memasang angkai dan enaga kerja perempuan berugas menjahi. Upah yang diberikan kepada para pekerja dibayarkan berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan. Upah menganyam dan memasang angkai Rp700,00, sedangkan unuk menjahi Rp350,00 per produk sapu. Kebuuhan bahan berupa ijuk glagah aau bunga glagah raa-raa sebesar kg per ahun. Kebuuhan bambu raa-raa per ahun mencapai baang, benang gojer 60 kg, linggi 500 buah, kain nilon 50 kg, dan slongson pralon baang. Produksi sapu yang dihasilkan IK. Bina Remaja raa per ahun sebesar buah sapu. Keempa UKM ersebu elah menyerap enaga kerja sebanyak 49 orang, baang bambu dan kilogram ijuk glagah. Hal ini menunjukan bahwa usaha kecil kerajinan sapu glagah di Purbalingga sanga menunjang kegiaan ekonomi daerah. Padahal di Kabupaen Purbalingga ada rausan usaha mikro sapu glagah. Menuru Kuncoro (2007) dalam Silvida dan Susilo (2013), pengembangan indusri kecil adalah cara yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan indusri manufakur. Pengembangan indusri kecil akan membanu mengaasi masalah pengangguran menginga eknologi yang digunakan adalah eknologi pada karya sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan kesempaan usaha, yang pada gilirannya mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan. Hasil analisis biaya dan pendapaan usaha pembuaan sapu glagah pada masing masing Indusri kecil di Kabupaen Purbalingga dapa diliha pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa IK. Bina Remaja mendapakan profi yang eringgi. Hal ersebu dapa erjadi karena indusri kecil ersebu mampu menjual produk ke luar negeri lebih banyak. Harga produk sapu glagah yang dijual didalam negeri dan luar negeri mempunyai selisih 10 15% dengan produk yang dijual di dalam negeri. 124

8 Profi IK. Sumber Ruyung bernilai negaif karena pembelian bahan baku melebihi dari kebuuhan. Bahan baku adalah bahan pokok aau bahan uama yang diolah dalam proses produksi menjadi produk jadi. Penenuan jumlah bahan baku merupakan salah sau aspek pening dalam kelangsungan suau usaha, karena bahan baku merupakan hal yang menyangku kebijakan invesasi dan kelanjuan proses poduksi. Bahan baku yang dibeli oleh perusahaan sebanyak kilogram, eapi pada akhir ahun hanya digunakan kilogram. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan ersebu belum mampu meramalkan persediaan bahan baku dengan baik karena idak melaksanakan pembukuan dengan baik. Hal ini senada dengan pendapa Seiawan (2005) yang menyaakan bahwa salah sau hambaan dalam usaha pengembangan koperasi/ Indusri Kecil adalah adanya penyelenggaraan adminisrasi koperasi/ Indusri Kecil yang kurang baik. Analisis finansial digunakan unuk mengeahui apakah suau usaha layak secara finansial unuk dilaksanakan pada ahun berikunya. Daa yang ISSN: digunakan pada analisis finansial usaha sapu galagah di Kabupaen Purbalingga adalah daa biaya dan pendapaan dalam benuk arus biaya dan pendapaan. Bunga diskono yang digunakan sebesar 13% per ahun. Jangka waku daa yang digunakan unuk analisis, selama lima ahun, dimulai dari ahun Masing-masing Indusri Kecil Menengah (IKM) di analisis unuk mengeahui besarnya Ne Presen Value (NPV), Inernal Rae of Reurn (IRR) dan Ne B/C. Hasil analisis finansial menunjukan bahwa hanya ada dua IKM yang layak unuk dilanjukan, yaiu IK. Sri Rejeki dan IK. Bina Remaja. IK. Sumber Rayung dan IK. Rayung Abadi idak layak secara finansil karena nilai NPV nya negaif. Hasil analisis NPV, IRR dan ne B/C pada IK. Bina Remaja beruru-uru sebesar Rp ,0; 47,14% dan 2,1. IK Sumber Rejeki beruru-uru sebesar Rp ,0; 59,70% dan 3,2. Hasil observasi dan pengamaan menunjukan bahwa nilai negaif NPV disebabkan oleh ingka keunungan yang dierima perajin masih rendah, kapasias produksi yang belum opimal dan idak Tabel 2. Biaya dan pendapaan pada Indusri Kecil pengrajin sapu glagah Nama Indusri Kecil Revenue (Rp) Cos (Rp) Profi (Rp) Bina Remaja 1,171,250, ,062, ,187,500 Sumber Rezeki 890,400, ,440, ,960,000 Sumber Ruyung 611,430, ,260,000 (97,830,000) Rayung Abadi 321,654, ,205,128 9,448,872 Sumber: Analisis daa primer,

9 adanya pemisahan keuangan milik usaha dengan keuangan rumah angga. Sehingga daa yang diperoleh idak dapa mencerminkan kondisi IKM sesungguhnya. Kapasias produksi maksimum adalah sebesar sapu per bulan sedangkan IK Sumber Rayung dan UD Rayung Abadi hanya mampu memproduksi sapu per bulan. Selisih anara produksi maksimum dengan produksi riil di lapang menyebabkan rendahnya keunungan yang diperoleh. Berdasarkan hasil peneliian, IK Rayung Abadi dan IK Sumber Rayung memiliki NPV negaif namun hingga saa ini kedua usaha ersebu masih beroperasi. Perajin mengakui bahwa hanya keahlian membua sapu glagah yang dimiliki oleh penduduk sekiar. Keidakmampuan menenukan harga ( price aker) juga menjadi kendala yang dihadapi perajin eruama saa musim paceklik bunga glagah (januari -juli). Perajin menjual sapu dengan harga yang sama baik saa musim panen maupun paceklik. Mereka menyiasainya dengan mengurangi volume bunga glagah, yang semula 2,5 ons per sapu menjadi 2 ons per sapu. Usaha Kecil Menengah pada umumnya lemah erhadap permodalan, karena mereka suli unuk mengajukan modal khususnya kepada lembaga perbankkan. Oleh karena iu pemerinah berperan pening dalam pembinaan UKM. Menuru Daryono dan Wahyudi (2008), peran kebijakan pemerinah bukan saja pada pemberian modal, eapi lebih pada membina kemampuan indusri kecil dan membua suau kondisi yang mendorong kemampuan indusri kecil dalam mengakses modal aau dengan kaa lain, pemerinah harus membina kemampuan indusri kecil dalam menghiung modal opimum yang diperlukan, kemampuan menyusun suau proposal pendanaan ke lembaga-lembaga pemberi modal, sera mengeluarkan kebijakan aau perauran yang lebih memihak indusri kecil dalam pemberian kredi. Berdasarkan daa UMKM Kabupaen Purbalingga di Dinperindagkop, oal UMKM ahun 2011 sebanyak uni usaha. Rinciannya, sekor indusri sebanyak uni usaha, menyusul perdagangan sebanyak uni usaha dan jasa sebanyak uni usaha. Dari puluhan ribu uni usaha ersebu, produk kerajinan yang paling dominan adalah sapu glagah, knalpo, sepau kuli dan baik ulis. Namun, keberadaan UKM ersebu belum diperhaikan secara opimal oleh para pemangku kepeningan dalan kaiannya mengembangkan daya saingnya khususnya berkaian dengan aspek produksi dan pemasarannya (Rahab, 20 10, Rahab dan Sudjono, 2012). 126

10 KESIMPULAN 1. Indusri Kecil Bina Remaja mempunyai profi sebesar Rp628,187,500 merupakan pendapaan eringgi dibandingan dengan Indusri Kecil Lainnya. Indusri Kecil Sumber Rayung memperoleh profi yang negaif, disebabkan karena keersediaan bahan baku melebihi kebuuhan. 2. Indusri Kecil Menengah IK. Bina Remaja dan IK. Sumber Rejeki secara finansial layak unuk dilanjukan usahanya. Sedangkan pada IK. Sumber Rayung dan Abadi IK. Rayung secara financial idak layak karena nilai NPV negaif. Walaupun idak layak unuk dilanjukan Indusri Kecil ersebu eap berjalan karena membanu masyaraka desa ersebu memperoleh penghasilan. DAFTAR PUSTAKA Daryono dan Wahyudi Analisis Kompeensi Produk Unggulan Daerah Pada Baik Tulis Dan Cap Solo Di Dai Ii Koa Surakara. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 9(2): Disperindagkop Kabupaen Purbalingga Profil Senra Indusri Kecil Menengah (IKM) Kabupaen Purbalingga. Kabupaen Purbalingga. D'souza, J. and W. L. Megginson The financial and operaing performance ofprivaized firms during he 1990s. Journal of Finance, 54:1397. Idrus, Akunansi dan Pengusaha Kecil. Edisi 07/Mare/Th.VII. Kadariah, K. Lien dan G. Clive Evaluasi Proyek Analisis Ekonomis. Edisi kedua. Fakulas Ekonomi Universias Indonesia. Jakara. Pinasi, M Use of Accouning Informaion in The Merchan of Small Business Managemen intradiional Markes Banyumas. Journal of Economics, Business and And Accouning, 1(3) Prihani, R., S.Zulaihai, dan D. Noviarini The Comprehension and Aplicaion of Accouning Informaion Sysem for The Small and Medium Enerprise. Journal of Global Enrepreneurship, 3(1) Purhadi, A., Perajin Sapu Glagah Purbalingga. hp:// koaperwira.com. Diakses Tanggal 24 Nopember Seiawan, A.H., Sisem Pembukuan Dalam Adminisrasi Koperasi. Dinamika Pembangunan, 2(1): Silvida, F.R., dan Y.H. Susilo Analisis Keberadaan Indusri Kerajinan Roan Dalam Penyerapan Tenaga Kerja (Sudi Kasus Indusri Kerajinan Roan Kelurahan Balearjosari Kecamaan Blimbing Koa Malang). JESP, 5(5) Rahab Aneseden dari Process Improvemen dan Produc Improvemen: Dampaknya pada Kinerja Perumbuhan Ukm Di Wilayah Kabupaen Purbalingga. Prosiding Seminar Nasional Updae Ekonomi, Akunansi dan Bisnis Indonesia Juni

11 dan Sudjono Pengembangan Kapabilias Keinovasian Ikm Berbasis Pada Orienasi Kewirausahaan Dan Pembelajaran Organisasional. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 1(1). 128

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN FINANSIAL UNIT USAHA JASA SEWA POMPA AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI DESA MEKAR MULYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Financial Feasibiliy of Waer Pump Renal Services Business Uni

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor) 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn : Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PERAMALAN VOLUME PENGGUNAAN AIR BERSIH DENGAN METODE WINTERS EPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENENTUKAN VOLUME

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL KWU XII

LATIHAN SOAL KWU XII LATIHAN SOAL KWU XII A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling epa dengan memilih huruf a, b, c, d aau e dalam lembar jawab online. 1. Seorang wirausahawan bersedia menyerahkan pengelolaan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU Arifal Hidaya Analisis Economic Engineering ABSTRAK Tujuan uama dari peneliian ini adalah unuk menganalisa invesasi pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK 18.000 DWT Sukano Jamiko, Imam Pujo M Program Sudi S1 Teknik Perkapalan Fakulas Teknik Universias Diponegoro

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 23 3 METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada bulan Mei 200 sampai Mei 20. Pengambilan daa dilakukan di Perairan Selaan Prigi dan Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Pedesaan di Indonesia biasanya memiliki ciri agak eringgal bila dibandingkan dengan perkoaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal aspek lainnya, seperi: pembangunan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

Description Indicators Verification Asssesstment P

Description Indicators Verification Asssesstment P Logical Framework Qualiy Enhancemen Research Iniiaive (QERI) Descripion Indicaors Verificaion Asssessmen P 1a. Meningkakan 2.a Kemampuan mahasiswa hubungan u kualias peneliian sudi inernasional dalam melakukan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Proses Die Casing Dasar dari die casing proses erdiri dari injeksi logam cair dalam ekanan yang inggi ke dalam ceakan yang disebu die dan dibiarkan membeku. Tipe Mesin die

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci