PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 2 PROJECT V PEMODELAN DAN OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 2 PROJECT V PEMODELAN DAN OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI"

Transkripsi

1 PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI PROJECT V PEMODELAN DAN OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 03

2 PROJECT V PEMODELAN DAN OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI I. TUJUAN: Project ini bertujuan agar tiap-tiap kelompok mampu membuat jaringan rute tranportai untuk wilayah produki dan ditribui erta menyuun model matemati dan menemukan olui optimum dari item tranportai yang direncanakan. Penyeleaian model matemati menggunakan oftware Microoft Ecel, LINDO tudent verion 6. dan Microoft Viio untuk pengambilan keputuan. II. PROSEDUR PELAKSANAAN ATAU LINGKUP PROJECT V: Proedur pelakanaan dan penyeleaian project 5 antara lain :. Seuaikan kelompok berdaarkan project-project ebelumnya, dimana kelompok berii mahaiwa yang olid, dan mampu bekerjaama. Beri nama untuk maing-maing kelompok agar mudah untuk pengenalan. Nama kelompok haru imple, bermakna dan mudah diingat. Catatan: Sangat penting bagi maing-maing individu dalam kelompok mengetahui tanggung jawab maing-maing, aturan dalam kelompok, pembagian tuga erta koordinai yang baik, ehingga kelompok memiliki kemampuan atau performani yang bagu.. Sebelum memulai pelatihan project lima, maing-maing kelompok diminta mengumpulkan tuga pendahuluan project Sebelum praktikum dimulai, diadakan pre-tet ecara lian elama 0 menit per praktikan. 4. Aiten menjelakan kepada praktikan tentang daar teori erta proedur praktikum. 5. Praktikan menghitung data permintaan untuk tiap ditributor berdaarkan data awal yang diberikan oleh aiten. 6. Praktikan menentukan dan merekap jarak Supply Chain Management, yaitu dari upplier ke manufaktur, manufaktur ke ditributor, ditributor ke manufaktur, ditributor ke retailer, retailer ke ditributor, dan jarak antar retailer. 7. Seluruh kelompok mengikuti ei pelatihan LINDO tudent verion 6. di ruang komputer untuk membuat formulai model tranportai dan menemukan olui optimum. 8. Praktikan diminta untuk menghitung biaya tranportai ewa dan biaya tranportai endiri. 9. Praktikan menentukan rute pengiriman barang dengan menggunakan aving matri. 0. Praktikan melakukan analia keputuan untuk memilih kendaraan ewa maupun ewa + endiri, untuk kemudian dibuat keputuannya.. Praktikan mengkomunikaikan hail portofolio dari project 5 kepada aiten dan doen pengampu.. Praktikan mengumpulkan portofolio project 5 kepada aiten. 3. Praktikan mempreentaikan laporan final project 5. III. DASAR TEORI Supply chain adalah jaringan peruahaan-peruahaan yang ecara berama-ama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan uatu produk ke tangan pemakai akhir. Peruahaan-peruahaan terebut biaanya termauk upplier, pabrik, ditributor, toko atau ritel, erta peruahaan-peruahaan pendukung eperti peruahaan jaa logitic.

3 Pada uatu upply chain biaanya ada 3 macam aliran yang haru dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (uptream) ke hilir (downtream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari upplier ke pabrik. Seteleh produk eleai diproduki, mereka dikirim ke ditributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudin ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran uang dan ejeninya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalahg aliran informai yang bia terjadi dari hulu ke hilir. Ataupun ebaliknya. Informai tentang perediaan produk yang maih ada di maing-maing upermarket ering dibutuhkan oleh ditributor maupun pabrik. Informai tentang tatu pengiriman bahan baku ering dibutuhkan oleh peruahaan yang mengirim maupun yang akan menerima. Peruahaan pengapalan haru membagi informai eperti ini upaya pihak-pihak yang berkepentingan bia untuk kepentingan perencanaan yang lebih akurat. Finanial : invoice, team pembayaran Material : bahan baku, komponen, produk jadi Informai : kapaita, tatu pengiriman, quotation Supplier Tier Supplier Tier Manufaktur Ditributor Ritel/ Toko Finanial : pembayaran Material : material, retur, repair Informai : order, ramalan, RFQ/RPF Pemodelan Gambar. adalah Simplifikai proe membangun model upply atau chain membentuk dan 3 macam ebuah aliran model yang dari dikelola uatu ytem nyata dalam bahaa formal tertentu. Model membantu kita memecahkan maalah yang ederhana ataupun komplek dalam bidang manajemen dengan memeperhatikan beberapa bagian atau beberapa ciri utama daripada memperhatikan emua detail item nyata. Model tidak mungkin beriikan emua apek item nyata karena banyaknya karakteritik item nyata yang elalu berubah dan tidak emua faktor atau variabel yang relevan untuk dianalii. Karena itu, dalam membentuk uatu model diperlukan uaha penyederhanaan dan penciutan yang kriti agar variabel relevan yang terpilih mempunyai dampak yang bear terhadap ituai keputuan yang diambil (Simatupang,994). Sitem (Simatupang, 995) didefiniikan ebagai ekumpulan elemen-elemen yang aling berinteraki untuk mencapai uatu tujuan tertentu di dalam lingkungan yang komplek. Model tranportai diformulaikan menurut karakteritik-karakteritik unik permaalahannya ebegai berikut : () uatu barang dipindahkan (tranported), dari ejumlah umber ke tempat tujuan dengan biaya eminimum mungkin, dan () ata barang terebut tiap umber dapat memaok uatu jumlah yang tetap dan tiap tujuan mempunyai jumlah permintaan yang tetap. Mekipun model tranportai umum ini dapat diterapkan pada berbagai permaalahan, namun yang paling lazim dan yang menimbulkan munculnya nama dari permaalahan terebut adalah penerapan tranportai barang (Taylor, Bernard, 004). Peroalan tranportai membaha maalah penditribuian uatu komodita atau produk dari ejumlah umber (upply) kepada ejumlah tujuan (detination, demand), dengan tujuan meminumumkan ongko pengangkutan yang terjadi (Dimyati, Ahmad dan Dimyati TT, 999). Ciri-ciri khuu peroalan tranportai ini adalah :

4 ) Terdapat ejumlah umber dan ejumlah tujuan tertentu. ) Kuantita komodita atau barang yang diditribuikan dari etiap umber dan yang diminta oleh etiap tujuan, bearnya tertentu. 3) Komodita yang dikirim atau diangkut dari uatu umber ke uatu tujuan, bearnya euai dengan permintaan dan atau kapaita umber. 4) Ongko pengangkutan komodita dari uatu umber ke uatu tujuan, bearnya tertentu. Berikut ini adalah contoh formulai dari model tranportai. Bera digiling di daerah Klaten, Boyolali dan Sukoharjo, dan diditribuikan di daerah Yogyakarta, Wonogiri dan Surakarta. Butir-butir bera terebut dikirim ke gudang ditribui dengan menggunakan truk. Setiap minggunya, tiap penggilingan dapat memaok ditributor ejumlah ton bera berikut ini : Penggilingan Jumlah yang ditawarkan (ton) Klaten 50 Boyolali 75 Sukoharjo 75 Jumlah Total 600 Jumlah bera yang diminta per minggu dari tiap gudang ditributor adalah berikut ini : Gudang Ditributor Jumlah yang diminta (ton) Yogyakarta 00 Wonogiri 00 Surakarta 300 Jumlah Total 600 Biaya pengiriman tiap ton bera dari tiap penggilingan bera (umber) ke tiap gudang ditributor (tempat tujuan) berbeda-beda menurut jarak dan item jaringan ditribui. Biayabiaya ini ditunjukkan pada tabel berikut ini : Penggilingan Biaya Tranportai (Rp/ton) Yogyakarta Wonogiri Surakarta Klaten $6 $8 $0 Boyolali $7 $ $ Sukoharjo $4 $5 $ Permaalahannya adalah untuk menentukan banyaknya bera (ton) yang haru dikirim dari tiap penggilingan butir bera ke tiap gudang ditributor etiap bulannya agar total biaya tranportai minimum. Gambar : menunjukkan uatu diagram berbagai rute tranportai dilengkapi dengan penawaran (jumlah yang ditawarkan), permintaan (jumlah yang diminta), dan biayanya.

5 Klaten (50) Yogyakarta (00) A Boyolali (75) B Wonogiri (00) Sukoharjo (75) Surakarta (300) 3 C Gambar : Jaringan Rute Tranportai Pengiriman Bera Formulai model program linier untuk permaalahan ini adalah ebagai berikut : Minimumkan Z = 6X A + 8X B + 0X C + 7X A + X B + X C + 4X 3A + 5X 3B + X 3C Bataan : X A + X B + X C = 50 X A + X B + X C = 75 X 3A + X 3B + X 3C = 75 X A + X A + X 3A = 00 X B + X B + X 3B = 00 X C + X B + X 3C = 300 Xij 0 Dalam model ini variable keputuan, Xij, mewakili jumlah ton bera yang dikirim dari tiap penggilingan bera, i, (i=,,3), ke tiap gudang ditribui, j, (j=a,b,c). Fungi tujuan mewakili total biaya tranportai untuk tiap rute. Tiap notai pada fungi tujuan mewakili total biaya tranportai untuk tiap rute. Sebagai contoh, jika 0 ton dikirim dari penggilingan ke gudang ditributor A, biayanya adalah $6 dikalikan dengan X A (=0), yang ama dengan $0 Tiga bataan pertama dalam model program linier mewakili penawaran tiap penggilingan, tiga bataan terakhir mewakili permintaan tiap gudang ditributor. Sebagai contoh lihat bataan pewawaran pertama, X A + X B + X C = 50. Bataan ini mewakili jumlah ton bera yang dikirim dari penggilingan di Klaten ketiga gudang ditribui : Yogyakarta (X A ), Wonogiri (X B ), dan Surakarta (X C ). Jumlah ton bera yang dikirim dari Klaten terbata ebanyak 50 ton. Perhatikan bahwa bataan ini (eperti juga bataan-bataan lainnya) adalah uatu peramaan (=) bukannya uatu pertidakamaan ( ) karena emua jumlah ton bera yang teredia diperlukan untuk memenuhi total permintaan ebanyak 600 ton. Dengan kata lain, total permintaan ketiga gudang ditribui adalah 600 ton, yang banyaknya tepat ebanyak jumlah yang dapat dipaok oleh ketiga penggilingan bera. Jadi, emua yang dapat ditawarkan akan digunakan untuk memenuhi permintaan. Model jeni ini, dimana penawaran tepat ama dengan permintaan, dikenal ebagai model tranportai eimbang (balanced tranportation model). Di dalam tipikal rantai paokan atau eringkali pula dinamakan jaringan logitik -, bahan mentah diadakan, item-item diproduki di dalam atu atau beberapa pabrik, item-item terebut kemudian dikirimkan ke atu atau beberapa gudang yang berfungi ebagai tempat penyimpanan antara, dan kemudian dikirimkan kepada pengecer atau pelanggan (Simchi-Levi

6 dkk., 000). Sedangkan pengelolaan rantai paokan itu endiri diartikan ebagai ekumpulan pendekatan yang digunakan untuk mengintegraikan pemaok, pabrikan, gudang, dan toko ecara efiien ehingga barang dapat diproduki dan diditribuikan pada jumlah yang tepat, ke lokai yang tepat, dan pada waktu yang tepat pula, dengan tujuan meminimumkan biaya yang haru ditanggung oleh item keeluruhan di atu pihak dan ekaligu, pada pihak yang lain, memenuhi peryaratan level pelayanan (Simchi-Levi dkk., 000). Dengan cara pandang demikian, maka item ditribui - atau jaringan ditribui dan trategi ditribui merupakan alah atu bagian penting dari rantai paokan. Penetapan konfigurai jaringan ditribui dan pemilihan trategi ditribui merupakan alah atu iu kunci di dalam pengelolaan rantai paokan berama-ama iu lainnya, eperti pengendalian perediaan, integrai rantai paokan dan penetapan partner trategi, perancangan produk, dan lain-lain. Konfigurai Jaringan Ditribui (Simchi-Levi dkk., 000) Pertimbangkan kondii berikut ini: Beberapa pabrik menghailkan produk untuk memenuhi ekumpulan pengecer yang terebar ecara geografi. Gudang-gudang yang ada aat ini tidak lagi euai dengan kebutuhan, dan manajemen ingin melakukan reorganiai atau perancangan ulang jaringan ditribui. Hal ini, ebagai mial, bia diebabkan oleh pola permintaan produk yang telah berubah atau telah habinya maa kontrak ewa dari beberapa gudang yang ada aat ini. Selain itu, pola permintaan yang berubah juga mungkin memerlukan berubahnya level produki pabrik, pemilihan pemaok-pemaok baru, dan ebuah pola aliran produk yang baru di dalam item ditribui. Bagaimanakah manajemen memilih ekumpulan lokai dan kapaita gudang yang baru, menentukan level produki untuk maing-maing produk di maing-maing pabrik, dan menentukan aliran tranportai antar-failita, baik dari pabrik ke gudang maupun dari gudang ke pengecer, edemikian hingga total biaya produki, perediaan, dan tranportai dapat dimiminimumkan di atu ii dan, di ii yang lain, yarat level pelayanan terpenuhi? Ini emua merupakan peroalan yang haru dipertimbangkan ketika membaha konfigurai jaringan ditribui. Teknik-teknik Solui Optimiai jaringan logitik dan bagiannya, yaitu item ditribui dapat dilakukan dengan menggunakan etidaknya dua cara berikut ini (Simchi-Levi dkk., 000: ubbab.4):. Teknik-teknik optimiai matemati, yang mencakup: a. Eact algorithm yang dijamin akan memberikan optimum olution; dan b. Heuritic algorithm yang memberikan good olution, tidak haru olui optimum. Model-model imulai yang menyediakan ebuah mekanime untuk mengevaluai alternatif-alternatif rancangan tertentu ebagaimana dibuat oleh i deainer. Goal Programming Model linear programming dicirikan oleh adanya optimiai uatu fungi tujuan tunggal. Sementara itu di dalam kondii riil didapati adanya banyak ituai di mana tujuan yang hendak dicapai berjumlah banyak, dan antar-tujuan terjadi konflik. Di dalam ituai demikian itu, upaya pencapaian olui tunggal yang mampu mengoptimumkan berbagai tujuan yang aling konfliktual terebut bia jadi mutahil dilakukan. Sebagai alternatif, dimungkinkan untuk mencapai uatu olui kompromiti yang didaarkan pada tingkat kepentingan relatif maing-maing tujuan. Salah atu pendekatan yang dapat digunakan di dalam model-model bertujuan majemuk demikian itu adalah goal programming. Gagaan daar di dalam pendekatan goal programming adalah mengubah tujuan majemuk terebut ke dalam uatu tujuan tunggal. Penyeleaian model demikian menghailkan apa yang dinamakan olui efiien, karena olui

7 terebut bia jadi tidak optimum berkenaan dengan emua tujuan yang berifat konfliktual terebut. Formulai Goal Programming Untuk memperjela gagaan yang terdapat di dalam goal programming, berikut diberikan dua buah contoh ilutrai. Ilutrai Pertama: Fairville adalah uatu kota kecil di negeri Antah Berantah dengan populai penduduk ebanyak orang. Dewan Kota edang dalam proe pembuatan peraturan tingkat perpajakan yang adil bagi emua warga kota. Mereka memutukan bahwa nilai daar pajak tahunan untuk ektor real etate adalah $550 juta. Nilai daar pajak tahunan untuk ektor makanan dan obat-obatan erta general ale, maing-maing, adalah $35 juta dan $55 juta. Konumi benin per tahun diperkirakan ebear 7,5 juta galon. Dewan Kota bermakud menetapkan peraturan tingkat perpajakan dengan mendaarkan diri pada empat goal:. Pendapatan pajak ekurang-kurangnya haru enilai $6 juta. Pajak makanan dan obat-obatan tidak boleh melebihi 0% dari total jumlah pajak yang dikumpulkan 3. Pajak general ale tidak boleh melebihi 0% dari total jumlah pajak yang dikumpulkan 4. Pajak benin tidak boleh lebih dari en per galon Berdaarkan informai terebut, bagaimanakah kema perpajakan yang optimum? Ilutrai Kedua: TopAd, uatu agen periklanan baru dengan 0 tenaga kerja, telah menerima kontrak untuk mempromoikan ebuah produk baru. TopAd dapat beriklan melalui radio maupun televii. Tabel berikut ini menyajikan data tentang jumlah orang yang dapat dijangkau oleh tiap-tiap jeni iklan, biaya yang diperlukan, erta jumlah kebutuhan tenaga kerja. Data untuk etiap menit iklan Radio Televii Jangkauan (dalam juta orang) 4 8 Biaya (dalam ribuan dolar) 8 4 Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan Ii kontrak tidak memperbolehkan TopAd untuk menggunakan lebih dari 6 menit iklan di radio. Selain itu, diyaratkan bahwa iklan baik melalui radio dan televii tadi haru menjangkau ekurangkurangnya 45 juta orang. TopAd telah menetapkan budget ebear $00,000 ebagai biaya makimum yang dapat dialokaikan untuk kedua jeni periklanan terebut. Berapa menit eharunya TopAd beriklan di maing-maing media periklanan tadi? Pada ilutrai Pertama, Mialkan: propori tingkat pajak bagi ektor real etate p propori tingkat pajak bagi ektor makanan dan obat-obatan f propori tingkat pajak bagi ektor general ale pajak benin (dalam en per galon) g Maka goal-goal di ata dapat dinyatakan ebagai berikut: (pendapatan pajak) f p f p f g g (pajak makanan dan obat-obatan)

8 (pajak general ale) p f (pajak benin) g Dalam bentuk yang lebih ederhana: p f p f g p p,,, 0 f f g g g g Maing-maing pertidakamaan model menggambarkan ebuah goal yang ingin dicapai oleh Dewan Kota. Namun, bia jadi antar-goal terjadi konflik, ehingga olui yang dapat diperoleh, alah atunya, adalah olui kompromi. Kompromi olui diperoleh dengan: Pertama, maing-maing kendala pertidakamaan dikonverikan ke dalam bentuk yang lebih flekibel. Dalam kontek Fairville, ini berarti 550 p 35 f g g 55 p 3.5 f g 0 p 7 f g 3 g p f 4 4 g,,, 0 i Dimana i i i, 0, i,, 3, deviai di ata ii kanan pembata ke-i 0 deviai di bawah ii kanan pembata ke-i Variabel nonnegativita i dan i dinamakan variabel deviaional, karena mereka menggambarkan deviai di bawah dan di ata ii kanan pembata ke-i. Kedua, meminimumkan jumlah total deviai dari emua goal yang ada. Dalam kontek Fairville, ini berarti Minimie G Minimie G Minimie G 3 Minimie G 4 4 Keempat fungi ini diminimumkan dengan dibatai oleh peramaan kendala dari model. 0 Pada ilutrai Kedua, mialkan dan ebagai total menit iklan yang dialokaikan ke maing-maing media periklanan. Maka formulai goal programming untuk peroalan terebut adalah

9 Minimie G Minimie G Dengan kendala: 4 8, 8 4,, 0, kendala, (memenuhi tujuan 6 kendala beriklan di radio jangkauan) (memenuhi tujuan budget) tujuan budget tenaga kerja tujuan jangkauan Manajemen TopAd beraumi bahwa tujuan jangkauan dua kali lebih penting daripada tujuan budget. Dengan demikian, fungi tujuan kombinai menjadi ebagai berikut: Minimie z G G Algoritma Penyeleaian Goal Programming Untuk menyeleaikan peroalan goal programming, terdapat etidaknya dua buah algoritma: weighting method dan pre-emptive method. Kedua algoritma terebut dijelakan ecara ingkat di bawah ini.. Weighting Method Andaikan bahwa model goal programming memiliki n goal dan goal ke-i digambarkan ebagai berikut: Minimie Gi, i,,3,..., n Maka fungi tujuan kombinai yang digunakan di dalam weighting method didefiniikan ebagai berikut: Minimie z w G wg... w n G n Dimana w i, i,,..., n merupakan bobot poitif yang mencerminkan prefereni deciion maker (DM) berkenaan dengan tingkat kepentingan relatif tiap-tiap goal. Penentuan nilai bobot terebut berifat ubyektif, tergantung DM maing-maing. Dikaitkan dengan ilutrai Pertama, bobot tiap-tiap goal adalah ama, ehingga w i = untuk emua i Formulai matemati ecara lengkap adalah ebagai berikut: Fungi tujuan: Min z Dengan kendala: p 35 f g 55 p 3.5 f g 0 p 7 f g 3 g p f 4 4 g,,, 0 i i, 0, i,, 3,

10 Dengan running oftware POMWin, pada kondii optimum diperoleh olui bb.: Fungi tujuan z = 0, dengan nilai-nilai variabel keputuan bb.: p = , f = , = , g =, i = 0, i = 0. Pada ilutrai kedua, goal jangkauan dua kali lebih penting daripada goal anggaran, ehingga w w. Secara matemati, formulai lengkap peroalan pada ilutrai kedua adalah ebagai berikut: Fungi tujuan: Minimie z Dengan kendala: 4 8, 8 4 6, 0,,, Pre-Emptive Method Di dalam metode ini, ke-n goal dari permaalahan yang ada dirangking berdaarkan urutan tingkat kepentingan goal ebagaimana telah diputukan oleh DM. Jadi, Minimie G (Priorita tertinggi)... Minimie G n n (Priorita terendah) i atau i, yang Variabel i, i,,..., n merupakan komponen variabel deviaional, mendekripikan goal ke-i. Algoritma pre-emptive method adalah ebagai berikut: Langkah ke-0. Identifikaikan goal-goal dari model dan buat rangking goal berdaarkan urutan prioritanya: Gi G... G n n. Tetapkan i =. Langkah ke-i. * Seleaikan LP i yang meminimumkan G i, dan definiikan i i ebagai nilai optimum untuk LP i terebut. Jika i = n, top. LP n menyeleaikan permaalahan LP dengan n goal. Jika tidak, * tambahkan kontrain i i pada kontrain dari permaalahan berikutnya untuk mematikan bahwa nilai i tidak akan didegradai pada permaalahan berikutnya terebut. Tetapkan i = i +, dan ulangi langkah ke-i. Dikaitkan dengan ilutrai Kedua, formulai matemati untuk iterai pertama adalah ebagai berikut: Fungi tujuan: Minimie G

11 Dengan kendala: 0,,,,, Sedangkan formulai matemati untuk iterai kedua adalah ebagai berikut: Fungi tujuan: G Minimie Dengan kendala: 0,,,,, Dalam hal ini nilai rua kanan peramaan kendala berubah menjadi 40, karena nilai yang dihailkan dari iterai adalah 5. Oleh karena itu, nilai rua kanan peramaan kendala berkurang 5. Penyeleaian Peroalan Goal Programming dengan LINDO Student Verion 6. Mengingat metode penyeleaian peroalan goal programming etidaknya ada dua buah, maka di paragraf-paragraf berikut ini penyeleaian goal programming dengan LINDO tudent verion 6. juga dilakukan dengan menggunakan kedua metode terebut ebagai alat penyeleaian.. Weighting Method Sebagaimana bahaan di 5.5, maka kita ambil ilutrai Kedua ebagai contoh. Dengan mengoperaikan LINDO tudent verion 6. terhadap ilutrai Kedua, maka langkah-langkah yang haru dilakukan dapat dijelakan di bawah ini. []. Pertama-pertama buka Software LINDO Student verion 6., ehingga muncul tampilan berikut ini.

12 []. Tekan OK, maka akan muncul tampilan berikut ini. [3]. Mialkan mewakili variabel, mewakili variabel, 3 mewakili variabel 4 mewakili variabel, 5 mewakili variabel, dan 6 mewakili variabel tulikan formulai matemati peroalan ilutrai Kedua, ebagai berikut.,. Lalu [4]. Berikutnya klik menu Solve, maka akan muncul tampilan ebagai berikut.

13 [5]. Tekan ub-menu Solve, maka akan muncul tampilan berikut ini. [6]. Klik Ye, maka akan muncul layar LINDO Solver Statu berikut.

14 [7]. Dengan menutup jendela LINDO Solver Statu dan minimize jendela formulai, akan teraji Report Window berikut ini.. Pre-emptive Method Upaya memperjela penerapan LINDO tudent verion 6. terhadap peroalan goal programming dengan menggunakan algoritma pre-emptive method juga dilakukan dengan menggunakan ilutrai Kedua ebagai contoh. Langkah-langkahnya adalah ebagai berikut. []. Pertama, buka LINDO tudent verion 6.. []. Kedua, terhadap jendela yang muncul, tulikan formulai goal programming untuk tujuan dengan bobot tertinggi, ebagai berikut.

15 [3]. Berikutnya klik menu Solve ub-menu Solve Ye, maka akan muncul tampilan ebagai berikut. [4]. Dengan menutup jendela LINDO Solver Statu dan minimize jendela formulai, akan teraji Report Window berikut ini.

16 [5]. Dari Report Window terebut nampak bahwa nilai fungi tujuan adalah 5, ehingga 3 bernilai 5. Oleh karena itu, pada kendala pertama iterai kedua, nilai 3 adalah 5 pula. Dengan demikian formula matemati iterai kedua adalah ebagai berikut. [6]. Dengan menekan menu Solve ub-menu Solve Ye, akan muncul tampilan berikut ini.

17 [7]. Tekan Cloe dan minimie jendela formula, maka akan nampak tampilan berikut ini. Penentuan Rute dan Jadwal Pengiriman Salah atu keputuan operaional yang angat penting dalam manajemen ditribui adalah penentuan jadwal erta rute pengiriman dari uatu lokai ke lokai tujuan. keputuan jadwal pengiriman erta rute yang akan ditempuh oleh tiap kendaraan akan angat berpengaruh terhadap biaya-biaya pengiriman. Namun demikian, biaya bukanlah atu-atunya kendala dalam proe pengiriman. Contraint (kendala) waktu yang ering dinamakan time window, elain waktu hal yang perlu di pertimbangkan adalah kapaita kendaraan. Secara umum maalah penjadwalan dan penentuan rute pengiriman bia memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai eperti tujuan untuk meminimalkan biaya pengiriman, waktu, atau meminimumkan jarak tempuh. Mialnya fungi tujuan yang ingin dicapai adalah meminimumkan biaya pengiriman, namun ada kendala time window dan kendala makimum jarak tempuh tiap kendaraan, diamping kendala lain eperti kapaita kendaraan atau kendala lainya. Untuk memberikan ilutrai bagaimana proe penjadwalan dan penentuan rute pengiriman uatu produk, ikutilah contoh berikut. Sebuah peruahaan akan mengirimkan produk, poii peruahaan di koordinat (0,0) ke 8 lokai yang koordinatnya udah diketahui pada tabel.3, ukuran order juga udah tercantum, peruahaan ingin menentukan berapa armada yang dibutuhkan jika kapaita etip truk adalah 700 unit dan peruahaan hanya mampu menyewa makimum 3 buah truk dan diharapkan dua truk bia mencukupi.

18 Diperkirakan emua lokai bia terkunjungi dalam jangka waktu hari, walau hanya truk yang dioperaikan. Pekerjaan pertama yang haru dilakukan adalah menentukan alokai truk, artinya, perlu diketahui truk mana yang akan mengunjungi toko yang mana. Tahap kedua nantinya adalah menentukan rute perjalanan maing-maing truk. Meode yang digunakan adalah aving matri, metode ini digunakan untuk meminimumkan jarak atau waktu atau ongko dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada. Karena diini kita berbicara koordinat tujuan pengiriman maka kita menggunakan jarak ebagai fungi tujuan yang akan diminimumkan, langkah-langkah yang haru dikerjakan adalah ebagai berikut:. Mengidentifikaikan matrik jarak. Menidentifikaikan matrik penghematan (aving matri) 3. Mengalokaikan toko ke kendaraan atau rute 4. Mengurutkan toko (tujuan) dalam rute yang udah terdefinii Berikut ini akan dibaha maing-maing langkah terebut ecara lebih detail dengan menggunakan data-data diata ebagai contoh. Identifikai Matri Jarak Pada langkah ini kita perlu jarak antar gudang, ke maing-maing toko dan jarak antar toko. Untuk menyederhanakan permaalahan, kita akan menggunakan lintaan terpendek ebagai jarak antar lokai. Jadi dengan menggunakan jarak maing-maing lokai maka jarak atara dua lokai bia dihitung dengan menggunakan rumu jarak tandar. Mialkan kita memiliki dua lokai maing-maing dengan koordinat (,y) dan (,y) maka jarak antara dua lokai adalah. J(,)= Apabila jarak riil antar lokai diketahui, maka jarak terebut lebih baik digunakan dibandingkan dengan jarak teoriti yang kita hitung dengan rumu diata. Dengan rumu tadi, kita bia memperoleh jarak antara gudang dengan maing-maing toko dan antar toko dengan toko yang lainya eperti yang ditunjukan pada tabel.3. jadi, jarak antara gudang dengan toko adalah 3 (kilometer) dan jarak antara toko dengan toko adalah 3. Hail perhitungan jarak ini kemudian akan digunakan untuk menentukan matri penghematan. Identifikaikan Matri Penghematan (Saving Matri) Pada awal langkah ini kita beraumi bahwa etiap toko akan dikunjungi oleh atu truk ecara ekkluif. Dengan kata lain, akan ada 8 rute denan atu tujuan maing-maing. Tentu aja, akan ada penghematan yang akan diperoleh dengan menggabungkan dua atau lebih rute terebut menjadi atu, aving matri merepeentaikan penghematan yang bia direaliaikan dengan menggabungkan dua pelanggan kedalam atu rute. Apabila maing-maing toko dan toko dikunjungi ecara terpiah maka jarak yang dilalui adalah jarak dari gudang ke toko dan dari toko balik ke gudang ditambah jarak dari gudang ke toko dan jarak kembali lagi ke gudang. Mialkan kita menggabungkan toko dengan toko kedalam atu rute maka jarak

19 yang dikunjungi adalah dari gudang ke toko kemudian ke toko dan dari toko balik ke gudang. Gambar., mengilutraikan perubahan terebut. Dari gambar. di ata dapat kita lihat bahwa perubahan jarak adalah ebear total jarak kiri dikurangi total jarak kanan yang bearnya adalah: j(g,) + j(g,)...() j(g,) : j(,) : j (,G)......() j(g,) + j(g,) - [j(g,) : j(,): j(,g).(&) = j(g,) + j(g,) j(,)...(3) Hail ini diperoleh dengan aumi bahwa jarak (,y) ama dengan jarak (y,). hail diata bia digeneraliaikan ebagai berikut: Dimana (,y) adalah penghematan jarak yang diperoleh dengan menggabungkan rute dan y menjadi atu. Dengan menggunakan formula di ata maka matrik penghematan jarak bia dihitung untuk emua toko dan hailnya terlihat pada tabel.4

20 Mengalokaikan rute ke kendaraan atau rute Dengan berbekal tabel penghematan di ata, kita bia melakukan alokai toko ke kendaraan atau rute. Di awal kita mengalokaikan tiap toko ke rute yang berbeda. Jadi, eperti pada tabel.5, kita memiliki 8 rute awal. Namun toko-toko terebut bia digabungkan anpai pada bata kapaita truk yang ada penggabungan akan mulai dari nilai penghematan terbear karena kita berupaya memakimumkan penghematan. Jadi, kita mulai dari angka 4.4 yang merupakan penghematan dari penggabungan antara toko dengan toko 7. Jumlah beban maing-maing adalah 30 dan 80 ehingga penggabunganya layak dilakukan.dengan demikian eperti yang ditunjukan oleh tabel.6, toko 7 bergabung ke rute. Selanjutnya penghematan terbear kedua adalah 7.8 (toko 4 dan toko 5). Jumlah beban kedua toko adalah = 350. berarti keduanya bia digabungkan ehingga toko 5 bergabung ke toko 4.tabel.7 menunjukan hal ini. Angka penghematan terbear berikutnya adalah 7.0 yang merupakan interaki antara toko dan toko 4. Tetapi karena kedua toko udah teralokaikan, tidak terjadi penggabungan. Berikutnya adalah 6.4 yang merupakan penggabungan toko 3 dengan toko 4.toko 4 udah tergabung dengan toko 5. jadi kita akan melihat apakah toko 5 bia digabungkan dengan rute 4yang total bebanya ekarang 350. Tambahan dari toko 3 membuat total beban 650 yang maih dibawah kapaita truk. Sia kapaita truk hanya 50 dan tidak ada beban teria yang ukuranya ama atau kurang dari 50 ehingga rute 4 udah eleai dengan melayani toko 3, 4, dan 5 eperti pada tabel.8.

21 Nilai penghematan terbear berikutnya yang memungkinkan terjadinya alokai adalah.5 dimana toko 6 bergabung dengan rute ehingga rute melayani toko, 6, dan 7 dengan total beban ebanyak 60. elanjutnya penggabungan toko dan toko 8 menjadi atu rute dengan beban 35. jadi kita berakhir dengan tiga kelompok yaitu: Rute : toko, toko 6,toko 7 Rute : toko dan toko 8 Rute 3 : toko 3, toko 4, toko 5 Mengurutkan toko (tujuan) dalam rute yang udah terdefinii Setelah alokai toko ke rute dilakukan, langkah berikutnya adalah menentukan urutan kunjungan. Ada banyak metode yang bia digunakan untuk menentukan urutan kunjungan ini, namun pada buku ini akan dibaha dua metode ederhana. Pada prinipnya tujuan dari pengurutan ini adalah untuk meminimumkan jarak perjalanan truk. Dua metode yang akan dibaha adalah:. Metode nearet inert. Metode nearet neighbour Sebagai ilutrai kita akan gunakan rute yang akan melayani toko, 6, dan 7. metode nearet inert menggunakan prinip memilih toko yang kalau dimaukan kedalam rute yang udah ada menghailkan tambahan tambahan jarak yang minimum. Pada awalnya kita hanya memiliki trip dari gudang ke gudang dengan jarak nol. Selanjutnya kita akan lihat berapa jarak yang terjadi dengan menambahkan maing-maing toko ke rute yang udah ada. Hailnya adalah ebagai berikut: G G = 6 G 6 G = G 7 G = 3 Karena jarak yang dihailkan minimum dari alternative kedua maka yang dikunjungi dulu adalah toko 6 ehingga aat ini kita memiliki rute G G.dengan cara yang ama kita mengevaluai toko elanjutnya yang akan dikunjungi. Dari dua alternative diperoleh ebagai berikut: G 6 G = 5.4 G 6 7 G = 30.8 Karena yang minimum adalah alternative dengan jarak 5.4, maka yang dikunjungi etelah toko 6 adalah toko. Karena hanya teria atu toko maka berarti pekerjaan kita eleai dan rute yang terbentuk adalah G 6 7 G dengan jarak 3. Metode nearet neighbor juga cukup ederhana, prinipnya kita elalu menambahkan jarak toko yang paling dekat dengan jarak toko yang kita kunjungi terakhir. Di awal kita berangkat dari gudang berarti kita mencari toko yang jaraknya terdekat dari gudang. Di antara tiga toko yang jaraknya terdekat adalah toko 6 dengan jarak 6.4, elanjutnya yang terdekat dengan toko 6 adalah toko dengan jarak 6.7, terakhir kita mengunjungi toko 7 dan akhirnya kembali ke gudang dengan total jarak 3. Kita bia membandingkan beberapa algoritma yang berbeda kemudian memilih yang memberikan total jarak yang minimum. Google Map Google Map (untuk ementara waktu bernama google lokal) adalah daar pemetaan web dan teknologi aplikai layanan yang diediakan oleh google, grati (untuk non komerial). Banyak layanan berbai peta, termauk google map, google ride finder, google tranit dan peta yang terdapat pada itu web pihak ketiga melalui google map API. Menawarkan peta jalan, ebuah rute perencana untuk bepergian dengan berjalan kaki, mobil, atau angkutan umum dan pelacak bini perkotaan untuk beberapa negara. Menurut alah atu

22 pencipta (Lar Ramuen), google map adalah uatu cara untuk mengorganiaikan informai dunia ecara geografi. Google map menggunakan proyeki Mercator ehingga tidak dapat menunjukan daerah-daerah diekitar kutub. ebuah produk terkait adalah google Earth, ebuah program mandiri untuk Microoft Window, Mac OS X, Linu, SimbianOS, dan iphon OS yang menawarkan lebih banyak fitur untuk melihat dunia termauk menunjukan daerah kutub. Fitur utama yang terdapat di google map antara lain:. My Map (peneluuran peta) Peneluuran peta berfungi untuk mencari letak uatu daerah bia berupa tempat bini, obyek wiata, perumahan mewah, rumah akit ataupun uatu dea. Cara penggunaanya adalah ebagai berikut: a. Mauk ke itu web map.com, maka Akan terlihat tampilan eperti pada gambar berikut. b. Klik pada My Map atau langung iikan Nama lokai atau daerah yang Akan kita cari pada kolom Google Map di ata peta. c. Klik Search Map pada ujung kolom. d. Bila lokai yang kita temukan lebih dari atu maka, maukan alamat tambahan yang lebih peifik atau kita dapat melihat atu peratu tiap lokai.

23 . Get Direction (dapatkan petunjuk arah) Petunjuk arah dapat digunakan untuk mencari rute perjalanan dimana di dalamnya terdapat informai nama jalan yang akan dilalui, arah berbelok, jarak tempuh, waktu tempuh dengan kecepatan rata-rata,alternative rute jika ada bahkan untuk berbagai negara maju terdapat rambu-rambu lalulinta yang akan dilalui, tarif taki, alternative alat tranportai yang akan digunakan dan maih banyak fungi lainya. Langkah- langkah dalam pengoperaianya adalah ebagai berikut: a. Dari menu utama google map klik get direction maka akan muncul dua kolom A dan B. kolom A adalah titik awal untuk memulai perjalanan, dan B adalah tujuan yang ingin di capai. b. Di bawah kolom A dan B terdapat kolom alat tranportai yang akan digunakan. Antara lain jalan kaki, dengan mobil, kendaraan umum, dan tranit barang. c. Patikan pengiian titik awal dan tujuan jela erta alat tranportai yang akan digunakan. Klik kolom get direction di ebelah kanan bawah kolom A dan B. d. Jika titik awal dan tujuan jela maka akan muncul Driving direction to (tujuan) (jarak KM)-about (waktu MENIT). e. Jika muncul rute lebih dari atu, maka dipilih rute yang memiliki waktu tempuh yang lebih ingkat.

24 f. Akan ada penjelaan jalan yang akan dilalui dan jarak maing-maingjalan ampai ke tujuan. Perlu diketahui bahwa di Indoneia hanya pulau Jawa yang telah dipetakan dengan baik, itupun terbata ampai kota kabupaten aja yang ake jalannya dapat dilihat dengan jela. Dalam penelitian ini untuk daerah yang belum terjangkau atelit pengukuran dilakukan dengan dua cara yaitu dengan google map ampai daerah utama yang maih terdeteki kemudian dilanjutkan dengan pengukuran manual ampai daerah tujuan. Daerah-daerah yang tidak dapat terdeteki ake jalanya antara lain ebagian Wonogiri, Gunung Kidul, Karang Gede, dan ebagian daerah Jatinom.

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 791-800 Online di: http://ejournal-1.undip.ac.id/index.php/gauian ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI TANGGUH PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINGKUNGAN MAKE-TO-ORDER

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI TANGGUH PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINGKUNGAN MAKE-TO-ORDER PEGEMBAGA MODEL OPTIMASI TAGGUH PERECAAA KAPASITAS PRODUKSI PADA LIGKUGA MAKE-TO-ORDER ikko Kurnia Gunawan, Dr. Carle Sitompul, S.T., M.T., MIM 1,2) Fakulta Teknologi Indutri, Juruan Teknik Indutri, Univerita

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN. i SAMPUL DALAM... ii PRASYARAT GELAR. iii LEMBAR PERSETUJUAN.. iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI.. v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN. ix

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan Evaluai Hail Pelakanaan Teknologi Modifikai Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analii Data Curah Hujan Budi Haroyo 1, Untung Haryanto 1, Tri Handoko Seto 1, Sunu Tikno 1, Tukiyat 1, Samul Bahri 1 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Vii V ii Dina Pendidikan Kabupaten Way Kanan tidak lepa dari vii Pemerintah Kabupaten Way Kanan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI Arief Aulia Rahman 1 Atria Yunita 2 1 STKIP Bina Banga Meulaboh, Jl. Naional

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Menurut Sugiyono, metode penelitian pendidikan dapat diartikan ebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE UNTUK OPTIMASI MANAJEMEN BANDWITH JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK ACEH SELATAN.

IMPLEMENTASI METODE SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE UNTUK OPTIMASI MANAJEMEN BANDWITH JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK ACEH SELATAN. IMPLEMENTASI METODE SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE UNTUK OPTIMASI MANAJEMEN BANDWITH JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK ACEH SELATAN Dirja Nur Ilham Doen Teknik Komputer Politeknik Aceh Selatan dirja_nur@yaoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI Jurnal Matematika Vol.6 No. Nopember 6 [ 9 : 8 ] MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI DI PROPINSI JAWA BARAT Juruan Matematika, Uiverita Ilam Bandung,

Lebih terperinci

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul.

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul. BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Peruahaan CV Innovation Network berdiri pada tahun 2006 di Jakarta. Peruahaan ini pada awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan

Lebih terperinci

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoriti 2.1.1 Bura Efek Menurut J.Bogen bura efek adalah uatu item yang terorganiir dengan mekanime remi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek ecara langung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian adalah alah atu media yang digunakan dalam menuli dengan proedur yang telah ditentukan. Penelitian pada hakekatnya adalah uatu upaya dan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah, siswa kelas X semester genap, sebanyak

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah, siswa kelas X semester genap, sebanyak III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah, iwa kela X emeter genap, ebanyak enam kela di SMA Taman Siwa Bandar Lampung tahun pelajaran 010-011. Teknik ampling yang

Lebih terperinci

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT Ukuran utama kinerja evaporator adalah kapaita dan ekonomi. Kapaita didefiniikan ebagai jumlah olvent yang mampu diuapkan per atuan lua per atuan Waktu. Sedangkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah iwa kela XI IPA emeter genap SMA Negeri 0 Bandar Lampung tahun pelajaran 04/05 yang berjumlah 5 iwa. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah kondii alami dengan kepadatan rendah hingga edang cenderung mengalami deformai yang bear bila dilintai beban berulang kendaraan. Untuk itu, dibutuhkan uatu truktur

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED 54 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED Abil Manyur Abtrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dimana penelitian langung langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat

Lebih terperinci

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI DEFINISI DAN RUANG SOLUSI Pada bagian ini akan dibaha tentang bai dan dimeni menggunakan pengertian dari kebebaan linear ( beba linear dan merentang ) yang dibaha pada bab ebelumnya. Definii dari bai diberikan

Lebih terperinci

DAMPAK PENGHAPUSAN SUBSIDI BBM TERHADAP SURPLUS EKONOMI

DAMPAK PENGHAPUSAN SUBSIDI BBM TERHADAP SURPLUS EKONOMI 25 DAMAK ENGHAUSAN SUBSIDI BBM TERHADA SURLUS EKONOMI Oleh : M. Atri Yulidar Abba SE.,MM* Erni Setiawati SE Doen Fakulta Ekonomi Univerita Widya Gama Mahakam Samarinda Email : threejuli@gmail.com Abtract

Lebih terperinci

ALGORITMA THRESHOLDING ADAPTIF BERDASARKAN DETEKSI BLOK TERHADAP CITRA DOKUMEN TERDEGRADASI Agus Zainal Arifin, Arya Yudhi Wijaya, Laili Cahyani 1

ALGORITMA THRESHOLDING ADAPTIF BERDASARKAN DETEKSI BLOK TERHADAP CITRA DOKUMEN TERDEGRADASI Agus Zainal Arifin, Arya Yudhi Wijaya, Laili Cahyani 1 ALGORITMA THRESHOLDING ADAPTIF BERDASARKAN DETEKSI BLOK TERHADAP CITRA DOKUMEN TERDEGRADASI Agu Zainal Arifin, Arya Yudhi Wijaya, Laili Cahyani Fakulta Teknologi Informai, Intitut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI

BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI 3.1 UMUM Parameter yang digunakan dalam mengukur tingkat penyaluran/penyampaian tenaga litrik dari penyedia tenaga litrik ke konumen adalah efiieni, efiieni yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PELAYANAN NASABAH BERDASARKAN METODE ANTRIAN (QUEUING SYSTEM)

MODEL OPTIMASI PELAYANAN NASABAH BERDASARKAN METODE ANTRIAN (QUEUING SYSTEM) Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.5, No. Januari 0, hlm. 5 58 Terakreditai SK. No. 64a/DIKTI/Kep/00 MODEL OPTIMASI PELAYANAN NASABAH BERDASARKAN METODE ANTRIAN (QUEUING SYSTEM) Irmayanti Haan Juruan Fakulta

Lebih terperinci

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

STATISTIK FERMI - DIRAC

STATISTIK FERMI - DIRAC STATISTIK ERMI - DIRAC Diuun untuk memenuhi tuga mata kuliah iika Statitik DISUSUN OLEH : KELOMPOK VII DISUSUN OLEH : KELOMPOK VII 1. 06101011006 MUHAMMAD URQON. 0610101100 EVELINA ASTRA PATRIOT 3. 06101011037

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kedondong

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kedondong III. METODE PENELITIAN A. Populai Penelitian Populai penelitian ini, yaitu eluruh ia kela X SMA Negeri Kedondong pada emeter genap Tahun Pelajaran 0/03 yang terdiri ata 7 kela berjumlah 4 ia. B. Sampel

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Prosedur Plot Tempat Kedudukan Akar

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Prosedur Plot Tempat Kedudukan Akar Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Proedur Plot Tempat Kedudukan Akar Sub Pokok Bahaan Anda akan belajar. Proedur plot Letak Kedudukan Akar. Proedur plot dengan bantuan Matlab Pengantar.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m) BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF5m) Teori finite field mulai diperkenalkan pada abad ke tujuh dan abad ke delapan dengan tokoh matematikanya Pierre de

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan

Lebih terperinci

sangga buana sakti sangga buana sakti company profile General Supplier and Contractor S B WORK BACKBONE BACKHAUL

sangga buana sakti sangga buana sakti company profile General Supplier and Contractor S B WORK BACKBONE BACKHAUL company profile General upplier and Contractor angga buana akti Jl. Raya Pondok Gede No. H14 Lubang uaya Cipayung Jakarta Timur 13810. Telp. : +6221-9126 2668 Fax : +6221-8087 3400 Email : info@anggabuanaakti.com

Lebih terperinci

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI PENAKIR VARIANI POPLAI YANG EFIIEN PADA AMPLING ACAK EDERHANA MENGGNAKAN KOEFIIEN REGREI Neneng Gutiana Rutam Efendi Harion Mahaiwa Program Matematika Doen Juruan Matematika Fakulta Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 ISSN 5-9063 Volume 5, Nomor, Tahun 06 PENGARUH E-MODUL BERBASIS SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA PADA MATA PELAJARAN ANIMASI 3 DIMENSI (STUDI KASUS : KELAS XI MULTIMEDIA SMK NEGERI 3

Lebih terperinci

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro 3 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela X SMA Negeri Metro Tahun Pelajaran 03-04 yang berjumlah 56 iwa. Siwa terebut merupakan atu keatuan

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Persero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG

PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Persero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Perero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG Heri Purwanto, M.M., M.T 1, Intan Nurlaily, Amd 2 1 Program Studi Manajemen Informatika, STMIK LPKIA

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM BAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM 3.1 Pendahuluan Berikut diagram blok pemodelan ytem yang akan diimulaikan. Seluruh ytem dimodelkan dengan meggunakan program Matlab. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB Jurnal Reaki (Journal of Science and Technology) Juruan Teknik imia oliteknik Negeri Lhokeumawe Vol.6 No.11, Juni 008 SSN 1693-48X ERANCANGAN SSTEM ENGENDAL D DENGAN BANTUAN METODE SMULAS SOFTWARE MATLAB

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3)

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3) MODUL IV ETIMAI/PENDUGAAN (3) A. ETIMAI RAGAM Etimai ragam digunakan untuk menduga ragam σ berdaarkan ragam dari uatu populai normal contoh acak berukuran n. Ragam contoh ini akan digunakan ebagai nilai

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam uatu truktur bangunan beton bertulang khuunya pada kolom akan terjadi momen lentur dan gaya akial yang bekerja ecara berama ama. Momen - momen ini yang diakibatkan

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar. X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan

Lebih terperinci

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI Univerita Gadja Mada TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI SOAL A Suatu ungai (tampang dianggap berbentuk egiempat) dengan lebar B = 5 m. Di uatu tempat di ungai tb, terdapat daar ungai yang berupa

Lebih terperinci

METODE PEMECAHAN MASALAH INTEGER PROGRAMMING

METODE PEMECAHAN MASALAH INTEGER PROGRAMMING METODE PEMECAHAN MASALAH INTEGER PROGRAMMING Oleh : Siti Malihah Fakulta Ilmu Tariyah dan Keguruan Univerita Ilam Negeri Waliongo Email : ratik0@yahoo.com Atrak Variael keputuan dalam penyeleaian maalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

Modul 3 Akuisisi data gravitasi Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Terhadap Model Pembelajaran Active Learning

Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Terhadap Model Pembelajaran Active Learning Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran Berbai Komputer Terhadap Model Pembelajaran Active Learning Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran Berbai Komputer Terhadap Model Pembelajaran Active Learning Pada

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN STRATEGI BISNIS MENGGUNAKAN MODEL JOINT ECONOMIC LOT SIZE

EVALUASI KEBIJAKAN STRATEGI BISNIS MENGGUNAKAN MODEL JOINT ECONOMIC LOT SIZE EVALUASI KEBIJAKAN STRATEGI BISNIS MENGGUNAKAN MOEL JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS) ENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK (Studi Kau di PT. Semarang Autocomp Manufacturing Indoneia) Ary Arvianto, Sri Hartini,

Lebih terperinci