UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 10: Astrofisika (Minggu ke 15) FISIKA DASAR II Semester 2/3 sks/mff 1012.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 10: Astrofisika (Minggu ke 15) FISIKA DASAR II Semester 2/3 sks/mff 1012."

Transkripsi

1 UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA Bahan Aja : Astofisika (Minggu ke 5) FISIKA DASAR II Semeste /3 sks/mff Oleh Muhammad Fachani Rosyid Dengan dana BOPTN P3-UGM tahun anggaan 3 Nopembe 3

2 BAB : ASTROFISIKA. Matahai Sebagai Bintang Kecil Bagi anggota sistem tata suya kita, matahai meupakan lentea. Bila saja matahai telah kehabisan sinanya, maka tata suya kita akan gelap gulita. Sedangkan bagi bumi, matahai lebih dai hanya sekeda lentea. Bagi bumi matahai boleh dikatakan meupakan sumbe enegi pime. Ini beati pula bahwa matahai meupakan sumbe penghidupan bagi bumi. Rantai pembentukan makanan dan tanspotasinya akan teputus bila matahai padam, sebab enegi matahai yang dipelukan dalam poses fotosintesis tidak tesedia lagi. Tanaman-tanaman tidak dapat menyeap dan mengolah makanan. Hal ini tentu saja meupakan bencana bagi binatang pemakan tumbuhan. Bukan hanya itu, pada giliannya kepunahan hebivoa beati pula bencana bagi kanivoa. Matahai meupakan sebuah bintang, sebagaimana bintang-bintang lain di Galaksi Bimasakti yang jumlahnya mencapai lebih dai seatus milya. Jadi, matahai meupakan bintang paling dekat dengan kita (bumi). Jaak ata-ata matahai dai bumi adalah 49,6 juta kilomete. Walaupun tampak sebagai zat padat, namun (sebagaimana bintangbintang lain di Galaksi Bimasakti) matahai sesungguhnya hanyalah sebuah bola gas. Oleh kaena itu massa jenis ata-ata matahai sangat endah dibandingkan dengan massa jenis ata-ata bumi. Massa matahai saat ini adalah,989 3 kg. Tiga peempat atau 75% dai matahai adalah hidogen, sedangkan sisanya adalah helium. Meskipun memiliki memiliki diamete m (sementaa jai-jai bumi adalah 6.. m), matahai tegolong bintang kecil. Bagian paling dalam dai matahai dinamakan inti matahai. Inti matahai meupakan tungku tempat tejadinya eaksi temonukli, memiliki tempeatu yang amat sangat tinggi, kuang lebih 5 juta C. Pada tempeatu setinggi itu, tentu saja atom-atom hidogen mengalami ionisasi sehingga yang tinggal hanyalah inti hidogen atau poton. Jadi, inti matahai beupa lautan poton yang begolak dengan tekanan yang lua biasa tinggi. Lazimnya, poton-poton itu saling tolak-menolak behubung poton-poton itu memiliki muatan sejenis. Akan tetapi pada tekanan yang begitu tinggi dan suhu yang begitu panas dimungkinkan dua buah poton betemu dan tejadi eaksi fusi. Reaksi fusi sesungguhnya sangat jaang tejadi, tetapi dalam inti matahai eaksi itu tejadi begitu seing bahkan tejadi teus-meneus dikaenakan konsentasi poton yang sangat tinggi. Sebagai hasil fusi antaa dua poton adalah sebuah inti atom ai beat atau deuteon disetai pembebasan sebuah positon dan sebuah neutino. Bila deuton tesebut bebentuan dengan inti hidogen yang lain, maka akan tebentuk inti helium-3 yang memiliki tenaga tinggi disetai dengan pembebasan enegi beupa gelombang elektomagnetik (foton). Bila dua inti helium-3 saling bebentuan, maka akan tebentuk inti helium-4 yang stabil disetai pembebasan dua buah poton bau. Tenaga (dalam bentuk foton) yang dibebaskan pada peistiwa tebentuknya helium-3 dipancakan kelua melalui wilayah adiasi yang memiliki tempeatu hingga 5 juta C. Begitulah caa matahai menghasilkan sinanya.

3 neutino poton foton poton poton deuton Helium-3 Helium-4 poton. positon Gamba. Bagaimana matahai menghasilkan cahayanya Helium-3 poton Wilayah adiasi yang betempeatu setinggi 5 juta C itu pada giliannya memanasi gas yang ada di bagian dalam wilayah konveksi. Gas betempeatu tinggi ini kemudian mengali ke aah lua melalui wilayah konveksi. Sesampainya di pemukaan matahai gas ini mengalami pendinginan sehingga kembali tenggelam masuk ke dalam matahai. Gas yang mengali kembali ke dalam matahai ini sesampainya di bagian dalam wilayah konveksi kembali mendapatkan pemanasan. Jadi, tedapat sikulasi gas pada wilayah konveksi. Di bebagai tempat di pemukaan matahai pancaan sina mengalami penuunan intensitas sehingga tampak sebagai bintik atau noda hitam pada pemukaan matahai. Hal ini dapat tejadi akibat kehadian medan magnet yang cukup kuat. Wilayah matahai tempat tejadinya penuunan intensitas pancaan ini disebut bintik atau noda matahai. Lapisan di atas wilayah konveksi disebut fotosfea. Bagian ini memiliki tempeatu 5.8 C. Fotosfea lazimnya sedemikian teang sehingga lapisan komosfea yang beada di atasnya hanya akan tampak pada saat tejadi gehana matahai. Lapisan khomosfea beupa lapisan gas bewana meah muda kusam. Bagian matahai yang teletak paling lua disebut koona. Bintang-bintang kecil sepeti matahai kita, dalam waktu 5 milya tahun mendatang akan beubah menjadi bola meah aksasa (ed giant), yakni ketika pesediaan bahan bakanya mulai menipis (habis). Pada saat itu matahai betambah besa dan bewana meah. Selubung lua matahai akan mencapai planet Jupite (jaak Jupite ataata dai matahai adalah 778 juta kilomete). Sementaa itu inti matahai menyusut ukuannya dan mengalami pemadatan. Di sana tebentuklah kabon dai Helium. Kemudian, dalam bebeapa tahapan, matahai yang sekaat itu akan membuang selubungnya sehingga bahan-bahan matahai di lua intinya akan menyeba menjadi kabut keplanetan. Pada akhinya yang tinggal hanyalah bintang kedil putih (white dwaf) sebesa bumi yang memiliki keapatan amat sangat tinggi. Bintang kedil putih itu

4 lambat laun akan kehilangan sinanya dan akhinya padam. Maka gelap gulitalah seluuh sistem tata suya (kalau masih ada). Bintang kedil putih yang petama kali telihat oleh manusia adalah bintang Siius B. Bintang tesebut ditemukan oleh Alvan Gaham Clak pada tahun 86. Setelah itu secaa beuntun bebeapa bintang kedil ditemukan. Gamba. A. Intensitas tiap komponen adiasi Buatlah sketsa gafik yang mempelihatkan sebaan intensitas tehadap panjang gelombang adiasi elektomagnetik yang dipancakan oleh matahai saat ini! ( = 5,673-8 watt/m.k 4-3 (tetapan Stefan-Boltzmann) dan w =,898 m.k (tetapan Wien)) Jawab : Kaena diketahui bahwa suhu pada pemukaan matahai 58 C, maka dengan mudah bedasakan pegesean Wien, mak dibeikan oleh mak =,898 T -3 m.k = -3,898 m.k (58 73)K = 4,77-7 mete. Jadi, sketsa gafik untuk I dibeikan oleh I mak = 4,77-7 m

5 B. Intensitas cahaya matahai sebagai fungsi sudut lintang Hitunglah intensitas cahaya matahai yang jatuh pada pemukaan bumi (saat ini) pada tengah hai sebagai fungsi dai sudut lintang bila (a) matahai tepat di atas katulistiwa! (b) matahai beada tepat pada titik balik utaa! Jawab: Kaena matahai boleh dianggap benda hitam sempuna, maka bedasakan hukum Stefan intensitas adiasi keseluuhan yang dipancakan oleh matahai saat ini adalah W(673K) = (5,673-8 watt/m.k 4 )( 673K) 4 = 7,79 7 watt/m. W(673K) adalah intensitas di atas pemukaan matahai saat ini. Intensitas adiasi matahai secaa keseluuhan yang jatuh di pemukaan bumi secaa tegak luus dengan jalannya sina matahai adalah I = W(673 K) R R M BM, dengan RM jai-jai matahai dan RBM jaak bumi ke matahai. Oleh kaena itu, I = 669,4 watt/m. (a) Pada saat matahai beada di atas katulistiwa, di titik yang teletak pada sudut lintang sina matahai datang memben-tuk sudut tehadap nomal pada bidang singgung bumi (bidang P pada gamba 6.9) di titik itu. Oleh kaena itu, di titik-titik yang teletak pada lintang, intensitas adiasi matahai yang diteima adalah I() = I cos = (669,4 watt/m )cos. P Sina matahai Gamba.3 Ketika matahai di atas katukistiwa (b) Pada saat matahai beada di titik balik utaa, matahai tepat di atas gais 3,5 LU (gamba 6). Bila titik C teletak di gais lintang, maka sudut = 3,5. Jadi, intensitas adiasi matahai di titik dengan lintang adalah

6 I() = I cos( 3,5) = (669,4 watt/m ) cos( 3,5). Sina matahai C 3,5 Gamba.4 Ketika matahai di atas 3,5 LU, yakni titik balik utaa. C. Tenaga adiasi tiap detik (daya) aksasa meah Pekiakanlah besanya tenaga adiasi yang dipancakan oleh matahai tiap detiknya (luminosity) pada saat matahai mencapai fase aksasa meah (ed giant)! Jawab : Kaena matahai pada fase ed giant tampak bewana meah, maka boleh dianggap bahwa panjang gelombang adiasi dengan intensitas maksimum besesuaian dengan wana meah, kia-kia 7 nanomete = 7-7 mete. Maka bedasakan hukum pegesean Wien, suhu pemukaan ed giant adalah T =,898 mak -3 m.k = -3,898 m.k -7 7 mete = 44 K. Bedasakan hukum Stefan, intensitas adiasi keseluuhan pada pemukaan matahai pada fase ed giant adalah W(44K) = (5,673-8 watt/m.k 4 )(44K) 4 =, watt/m. Kaena selubung lua matahai pada fase tesebut mencakup Jupite dan jaak Jupite ata-ata dai matahai adalah 778 juta kilomete, maka jai-jai bola meah matahai saat itu kia-kia adalah 778 juta kilomete. Luas pemukaan bola sebesa itu adalah (4)(778 juta kilomete) = 7,64 4 m. Oleh kaena itu daya yang dipancakan oleh pemukaan bola sebesa itu adalah W(44K)(luas pemukaan bola meah matahai) =

7 (, watt/m )(7,64 4 m ) =,663 3 watt. D. Intensitas mathai tiga milya tahun mendatang Diasumsikan suhu pemukaan matahai beubah tehadap waktu menuut T(t) = T e t, (.) dengan suatu tetapan yang bedimensi [T], T suhu pemukaan matahai saat ini dan e adalah bilangan Eule yang nilainya, Hitunglah intensitas adiasi keseluuhan yang dipancakan oleh pemukaan matahai tiga milya tahun mendatang! Jawab : Didefinisikan W(t) sebagai intensitas adiasi keseluuhan pada pemukaan matahai pada saat t (waktu diuku dai sekaang). Maka dai pesamaan (.) dan hukum Stefan dipeoleh W(t) = W(T(t)) = (5,673-8 watt/m.k 4 )T(t) 4 = (5,673-8 watt/m.k 4 ) T 4 e 4t, = W(673K) e 4t = (7,79 7 watt/m ) e 4t Matahai dipekiakan mencapai fase ed giant 5 milya tahun lagi. Jadi, dai jawaban soal nomo (3), dipeoleh Oleh kaena itu W(5 milya tahun) =, watt/m. atau W(5 milya tahun) = (7,79 7 watt/m )e (4)(5 milya tahun). W (5 milya tah un) 7 (7,79 watt/m ),6657 7,79 = 7 7 watt/m watt/m = e (4)(5 milya tahun). atau, = e (4)(5 milya tahun). Bila kedua uas pesamaan ini diambil logaitmanya, dipeoleh log(,) = (4)(5 milya tahun)log(e). Jadi,

8 log(,) = = 7,6 - tahun. 4log( e)(5 milya tah un) Intensitas adiasi keseluuhan yang dipancakan oleh matahai tiga milya tahun mendatang adalah Mengingat maka W(3 milya tahun) = (7,79 7 watt/m ) e (4)(3 milya tahun). (4)(3 milya tahun) = (4)( 7,6 tahun )(3 9 tahun) =,9, W(3 milya tahun) = (7,79 7 watt/m )(,4) = 3,85 7 watt/m. E. Medan gavitasi di dalam aksasa meah Andaikan massa matahai pada saat mencapai fase aksasa meah besanya,8 kali massa matahai saat ini dan bintang kedil putih yang akan tebentuk massanya setengah kali massa matahai saat ini. Bila diasummsikan bahwa keapatan aksasa meah matahai di lua intinya seagam, maka hitunglah besanya medan gavitasi di titik-titik yang teletak pada bekas obit bumi saat ini (anggap obit bumi saat ini beupa lingkaan dan G = 6,676 - N.m /kg )! Jawab : Yang petama yang haus dihitung adalah apat massa aksasa meah matahai di lua intinya. Sebut saja apat massa ini sebagai. Kaena apat massa bagian ini dianggap seagam, maka tentu saja = massa aksasa meah matahai - massa inti aksasa meah matahai volume aksasa meah matahai - volume inti aksasa meah matahai. Kaena bintang kedil putih dikatakan sebesa bumi, maka ukuan inti aksasa meah matahai pun boleh diasumsikan sepeti itu pula. Jadi, volume bagian aksasa meah di lua intinya adalah Jadi, (4/3)(778 juta kilomete) 3 (4/3)(6 juta kilomete) 3 =,97 36 m 3. (,8,5)(,989 = 36 3,97 m 3 kg) 5,967,97 kg m 9 = 36 3 = 3,3 7 kg/m 3.

9 Gamba.5 Andaikan lingkaan putus-putus pada gamba.5 beikut mempelihatkan bekas obit bumi, maka bagian dai aksasa meah matahai yang akan membei kotibusi pada besanya medan gavitasi di titik-titik yang teletak di bekas obit bumi hanyalah bagian yang beupa bola B yang bepusat di pusat matahai dengan jai-jai sama dengan jai-jai obit bumi. Dan kaena bagian ini beupa bola, maka bagian ini dapat diganti dengan patikel titik yang massanya sama dengan massa bola B dan teletak di pusatnya. Massa bagian ini adalah massa inti + massa bagian bola B selain inti. Jadi, massa bola B adalah Mbola B = (,5)(,989 3 kg) + (4/3)[(49,6 9 m) 3 (,6 9 m) 3 ] (3,3 7 kg/m 3 ) = 9,945 9 kg +,4 9 kg = 9,985 9 kg Besanya medan gavitas (g) di titik-titik bekas obit bumi adalah bola B GM g = R MB bolab - (6,676 N.m /kg )(9,985 (49,6 m) = 9 9 kg) =,977 N/kg. F. Meamal waktu tejadinya aksasa meah sebuah bintang kedil putih. Sebuah bintang kedil putih telihat pada tahun 95. Dai pengukuan yang dilakukan saat itu, diketahui bahwa bintang itu memiliki jai-jai 5. km dan suhu pemukaan 68 K. Bila intensitas cahaya bintang tesebut yang teamati di bumi saat itu besanya, watt/m, pekiakanlah sebelum tahun beapa tejadinya fase aksasa meah (ed giant) bintang itu? Jawab : Kaena suhu pemukaan bintang itu 68 K, maka intensitas adiasi keseluuhan yang dipancakan oleh bintang kedil putih itu adalah W(68K) = (5,673-8 watt/m.k 4 )(68K) 4 =,4 8 watt/m. Ini adalah intensitas di pemukaan bintang tesebut. Bila I intensitas adiasi bintang itu di pemukaan bumi, maka I memenuhi R I = W(673 K) R WD W DB,

10 dengan RWD jai-jai bintang kedil putih itu dan RWDB jaak bintang itu dai bumi. Jadi, jaak bintang itu dai bumi adalah RWDB = RWD W (673 K) I = (,5 4 m) (,498 5 ) =, mete. Untuk menempuh jaak sejauh itu cahaya membutuhkan waktu 5 tahun. Oleh kaena itu fase ed giant bintang itu tejadi sebelum tahun 35 ( = 5-95) sebelum Masehi.. Bintang Hidogen Bintang hidogen adalah kelompok bintang yang mateinya sebagian besa didominasi oleh hidogen, sehingga sangat bealasan apabila enegi yang dikeluakannya sebagian besa besumbe dai eaksi atom-atom hidogen. Suhu pemukaan bintang sepeti ini bekisa antaa 75 o C s/d. o C dan bewana putih. Siius adalah salah satu contohnya. Seluuh matei dalam bintang hidogen beupa zat mampat yang tedii atas atom-atom hidogen, bekelakuan sebagai gas ideal secaa lokal, tetapi secaa keseluuhan bintang tesebut tidak pelu dianggap sebagai gas ideal. A. Volume Bintang Untuk mengetahui volume langsung bintang meupakan hal yang mustahil. Tetapi bedasa data-data spektum emisinya seta mendasakan pada teoi evolusi bintang, diduga bintang ini memiliki ukuan yang kia-kia sama dengan matahai kita. Matahai sendii, jika dilihat dai bumi, ujung-ujung diametal piingan bola matahai mempunyai sudut bukaan,5 deajat sedangkan jaak bumi ke matahai sejauh 5 juta km. Bumi R d Gamba.6 Matahai Dengan sudut bukaan sebesa =,5 o dan jaak matahai ke bumi sebesa d,5 x m, kita dapatkan jai-jai matahai sebesa R d tg,5 x tg (,5)

11 jadi R = sebesa 6,5 x 8 m. Dengan jai-jai sebesa ini, kita dapatkan volume matahai kita V R,7 x m 3. Kaena ukuan bintang yang ditinjau dan matahai kita sama besanya, maka bintang hidogen mempunyai volume sebesa 8 V,7 x m 3. B. Massa Bintang Massa bintang dapat diketahui dai pengamatan beikut planet ini. Sebuah planet dengan massa v yang dapat diabaikan tehadap Bintang massa bintang mengobit bintang tesebut dengan lintasan bebentuk elips dan teamati memiliki kelajuan v= x 4 m/s ketika bejaak = 5 juta km dai titik pusat bintang Sedangkan saat beada pada jaak = 5 juta km mempunyai kelajuannya v= 5 x 4 m/s. Gamba.7 v Masalah ini dapat dipecahkan dengan menggunakan hukum kekekalan enegi mekanik planet dibawah pengauh enegi potensial bintang. Planet teikat oleh enegi potensial gavitasi yang ditimbulkan oleh bintang sebesa M m U G dengan M menyatakan massa bintang, m menyatakan massa planet dan jaak planet ke bintang. G sendii adalah tetapan gavitasi univesal 6,67 x - Nm kg. Saat planet mengelilingi bintang dengan kelajuan v, planet juga mempunyai enegi kinetik sebesa K m v Dengan demikian, enegi mekanik E = K + U planet yang selalu tetap dimana-mana akan memenuhi pesamaan E G M m mv = tetap apabila dimasukkan data di titik dan didapatkan

12 E G M m mv G M m mv sehinggga didapatkan M G ( v v ) / ( ) dengan memasukkan semua nilai yang diketahui, didapatkan bahwa massa bintang sebesa M,7 x 3 kg C. Tempeatu dan Tekanan di Pusat Bintang Suhu di pemukaan bintang sekita 7674 K sedangkan apat massa bintang tidaklah seagam di semua bagiannya. Diandaikan bahwa apat massa itu beubah sebagai fungsi jaak dai titik pusat bintang menuut pesamaan / ( ) e untuk R dengan R adalah jejai bintang, =,5 X 9 m, adalah suatu tetapan, dan adalah jaak adial dihitung dai titik pusat bintang. Untuk daeah di lua bintang ( > R) apat massanya dapat diabaikan atau dianggap nol. Demikian pula dengan tekanan p di dalam bintang sejauh dai pusat bintang memenuhi pesamaan p() = pe -/ untuk R dengan tekanan untuk daeah > R diabaikan (dianggap nol). (a) Rapat massa bintang di titik pusatnya dan didekat pemukaannya. / Dai pesamaan ( ) e dapat diketahui bahwa dipusat bintang (yakni saat = ) apat massanya adalah. () / ( ) e Jadi konstanta sendii menyatakan apat massa bintang di bagian pusat. Untuk mengetahui nilainya, kita pelu membandingkan dengan massa total bintang. Telah 3 diketahui sebelumnya, bahwa massa bintang adalah M,7 x kg. Padahal jika dinyatakan menggunakan apat massa bintang, massa total bintang dinyatakan

13 M R R / d 4 e ( ) 4 d Yaitu, M R R / R / R / [ e e e ] 8 R Dengan memasukkan semua nilai R, M dan didapatkan bahwa apat massa dipusat bintang adalah 374 kg/m3. Sedangkan apat massa dipemukaan bintang, adalah apat massa saat = R, yakni ( R) ( R) e R / dengan memasukkan nilai-nilai yang sudah diketahui, maka apat massa dipemukaan bintang tesebut sebesa ( R) 374 kg/m 3 (b) Tekanan gas H di dekat pemukaan bintang dan di titik pusat bintang. Telah diceitakan didepan, bahwa secaa lokal bintang hidogen dapat dianggap sebagai gas ideal. Oleh kaena itu tentu saja memenuhi pesamaan gas ideal pv N kt N adalah cacah atom hidogen dalam bintang dan k adalah konstanta Boltzman senilai,38 x -3 J/K. Diketahui massa atom hidogen adalah mh =,67 x -7 kg. Massa bintang tentu saja meupakan kelipatan N kali dai mh, yaitu M = N mh Padahal apat massa bintang dapat dinyatakan sebagai M / V sehingga 3 V M N m H Ini beati pesamaan gas ideal pada gas hidogen dapat dinyatakan sebagai p k T m H / kaena ( ) e, maka tekanan pada bintang dapat dinyatakan sebagai

14 k T p( ) [ m H ] e / p / e dengan memasukkan nilai k, suhu pemukaan bintang T, massa hidogen mh, maka didapatkan tekanan di pusat bintang (saat = ) adalah k T p ( x 4 ) p,8 N/m. mh Sedangkan tekanan di pemukaan bintang (saat = R) adalah p( R) p( R) p x R / 3 e,3 N/m. (c) Tempeatu di titik pusat bintang. Meskipun suhu dipemukaan bintang sebesa T, tetapi suhu dipusat bintang tidaklah sama. Telah dikatakan dimuka bahwa secaa lokal setiap bagian bintang hidogen dapat dipandang sebagai gas ideal, oleh kaena itu pada setiap tempat sejaak dai pusat bintang akan memenuhi pesamaan gas ideal p( ) ( ) k T( ) m H Jadi suhu gas hidogen meupakan fungsi jaak. m T( ) k H p( ) ( ) Sehingga di pusat bintang (yaitu saat = ), suhunya adalah m T ( ) k H p 584 K. Dafta Pustaka. Hewitt, P.G.,, Conceptual Physics, ninth edition, Addison Wesley, New Yok.. Kane, K.S., 983, Moden Physics, John Wiley & Sons, New Yok. 3. Lang, K.R., 995, Sun, Eath, and Sky, Spinge-Velag, Belin 4. Ronan, C.A., 994, Faszinieende Wissenschaft, Velag Das Beste GmbH, Stuttgat. 5. Rose-Innes, A dan Rhodeick, E. H., 978, Intoduction to Supeconductivity, Pegamon Pess, New Yok. 6. Seway, R. A. dan Beichne, R.J.,, Phyisics fo Scientists and Enginees with Moden Physics, Saundes College Publishing, New Yok.

15

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton K- Kelas X ISIKA HUKUM NEWON ENANG GAVIASI UJUAN PEMELAJAAN Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Menjelaskan hukum gavitasi Newton.. Memahami konsep gaya gavitasi dan

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GAVITASI DAN GEAK PLANET Kompetensi Dasa 3. Mengevaluasi pemikian diinya tehadap keteatuan geak planet dalam tatasuya bedasakan hukum-hukum Newton Penahkah Anda mempehatikan dan memikikan

Lebih terperinci

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya PEA KONSEP Bab Gavitasi Planet dalam Sistem ata Suya Gavitasi Gavitasi planet Hukum Gavitasi Newton Hukum Keple Menentukan massa bumi Obit satelit bumi Hukum I Keple Hukum II Keple Hukum III Keple 0 Fisika

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI. K e l a s A. HUKUM GRAVITASI NEWTON

FIsika KTSP & K-13 HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI. K e l a s A. HUKUM GRAVITASI NEWTON KSP & K- FIsika K e l a s XI HUKUM NEWON ENANG GAVIASI ujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan mampu: menjelaskan hukum avitasi Newton; memahami konsep aya avitasi dan medan avitasi;

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA. Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA. Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda F 1 F Mata Pelajaan : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA Pogam : IPA Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda 1. Posisi skala utama dan skala nonius sebuah jangka soong ditunjukkan sepeti pada gamba beikut

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

Gerak melingkar beraturan

Gerak melingkar beraturan 13/10/01 Geak melingka beatuan geak melingka beatuan adalah geak dimensi dengan laju tetap, Aahnya beubah kecepatan beubah v i = vekto kecepatan awal v f = vekto kecepatan akhi θ = pepindahan sudut Gamba

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1 FISIKA DASAR II Kode MK : FI 0 SKS : 3 Pogam Studi : Fisika Instumentasi (S-) Kelas : Regule MATERI TA 00/0 KRITERIA PENILAIAN Jika kehadian melampaui 75 %, Nilai Akhi mahasiswa ditentukan dai komponen

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 1: Kelistrikan (Minggu ke 1 dan 2)

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 1: Kelistrikan (Minggu ke 1 dan 2) UNIVRSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA Bahan Aja 1: Kelistikan (Minggu ke 1 dan 2) FISIKA DASAR II Semeste 2/3 sks/mff 1012 Oleh Muhammad Fachani Rosyid Dengan dana BOPTN P3-UGM tahun anggaan

Lebih terperinci

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga ab 7 Sumbe: www.homepages.tesco Gais Singgung Lingkaan Lingkaan mungkin meupakan salah satu bentuk bangun data yang paling tekenal. Konsep lingkaan yang meliputi unsu-unsu lingkaan, luas lingkaan, dan

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MGMP MATEMATIKA SMP KOTA MALANG BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MODUL/BAHAN AJAR KELAS 9 PENYUSUN Ds.WIJANARKO EDITOR ANIK SUJIATI,S.Pd. MM BANGUN RUANG SISI LENGKUNG BAB 2BANGUN RUANG SISI LENGKUNG Setelah

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SOAL SOAL INSTALASI CAHAYA

PENYELESAIAN SOAL SOAL INSTALASI CAHAYA PENYELESAAN SOAL SOAL NSTALAS CAHAYA 1. Sebuah lampu pija dai W dengan flux Cahaya spesifik 16 lm/w ditempatkan dalam sebuah bola kaca putih susu. Kacanya meneuskan 75% dai flux Cahaya lampu. Kalau luminansi

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL IDROGEN abib Mustofa, Bambang Supiadi, Rif ati Dina andayani Pogam Studi Pendidikan Fisika FKIP Univesitas Jembe email: abib.mustofa.7@gmail.com Abstact:

Lebih terperinci

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG Teknik Industi FISIKA DASAR PERTEMUAN MATERI : POTENSIAL LISTRIK SILABI FISIKA DASAR Muatan dan Medan Listik Potensial Listik Kapasito dan Dielektik Aus dan Resistansi

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS Lab Elektonika Industi isika SILABI a. Konsep Listik b. Sumbe Daya Listik c. Resistansi dan Resisto d. Kapasistansi dan Kapasito e. Rangkaian Listik Seaah f. Konsep Elekto-Magnetik g. Induktansi dan Indukto

Lebih terperinci

PENGUKURAN. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika

PENGUKURAN. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika PENGUKURAN Disampaikan pada Diklat Instuktu/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 9 Agustus 004 di PPPG Matematika Oleh: Da. Pujiati,M. Ed. Widyaiswaa PPPG Matematika Yogyakata =================================================================

Lebih terperinci

uranus mars venus bumi yupiter saturnus

uranus mars venus bumi yupiter saturnus Bab II Gavitasi Tujuan Pembelajaan Anda dapat menganalisis keteatuan geak planet dalam tata suya bedasakan hukum-hukum Newton. uanus neptunus mekuius matahai mas venus bumi yupite satunus Sumbe: Encata

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK. HUKUM COULOMB SUMBER-SUMBER: 1. Fedeick Bueche & David L. Wallach, Technical Physics,

Lebih terperinci

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd MEDAN LISTRIK Oleh : Saba Nuohman, M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Video Beikut: Mengapa itu bisa tejadi? Muatan Listik Penjelasan seputa atom : Diamete inti atom Massa potonmassa neton Massa elekton Muatan

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

HUKUM GRAVITASI NEWTON

HUKUM GRAVITASI NEWTON HUKU GVITSI NEWTON. Pesamaan Hukum Gavitasi Umum Newton Pehatikan kejadian beikut :. Kelapa yan sudah tua bisa jatuh ke tanah tanpa dipetik.. Penejun payun akan jatuh ke bawah setelah meloncat dai pesawat..

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

Bab. Bangun Ruang Sisi Lengkung. A. Tabung B. Kerucut C. Bola

Bab. Bangun Ruang Sisi Lengkung. A. Tabung B. Kerucut C. Bola Bab Sumbe: www.contain.ca Bangun Ruang Sisi Lengkung Di Sekolah Dasa, kamu telah mengenal bangun-bangun uang sepeti tabung, keucut, dan bola. Bangun-bangun uang tesebut akan kamu pelajai kembali pada bab

Lebih terperinci

2 a 3 GM. = 4 π ( ) 3/ 2 3/ 2 3/ 2 3/ a R. = 1 dengan kata lain periodanya tidak berubah.

2 a 3 GM. = 4 π ( ) 3/ 2 3/ 2 3/ 2 3/ a R. = 1 dengan kata lain periodanya tidak berubah. 1.109. Anggap kita memuat suatu model sistem tata suya dengan peandingan skala η. Anggap keapatan mateial planet dan matahai tidak euah. Apakah peioda evolusi planet ikut euah? Jawa: Menuut hukum Kepple

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK Contoh. Soal pemahaman konsep Anda mungkin mempehatikan bahwa pemukaan vetikal laya televisi anda sangat bedebu? Pengumpulan debu pada pemukaan vetikal televisi mungkin

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang 14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS Bahan ja Fisika eoi Kinetik Gas Iqo uian, S.Si,.Pd EORI KIEIK GS Pendahuluan Gas eupakan zat dengan sifat sifatnya yang khas diana olekul atau patikelnya begeak bebas. Banyak gajala ala yang bekaitan dengan

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik LISTRIK MGNET potensil listik dan enegi potensial listik OLEH NM : 1.Feli Mikael asablolon(101057034).salveius Jagom(10105709) 3. Vinsensius Y Sengko (101057045) PROGRM STUDI PENDIDIKN FISIK JURUSN PENDIDIKN

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Gravitasi

Fisika Dasar I (FI-321) Gravitasi Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini Gavitasi Inteaksi (Gaya) Fundaental di ala 1. Inteaksi Kuat. Inteaksi lektoagnetik 3. Inteaksi Leah 4. Inteaksi Gavitasi Meupakan inteaksi yang paling Leah Tidak Bepengauh/Diabaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 2: Potensial Listrik dan Kapasitor (Minggu ke 3 dan 4)

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 2: Potensial Listrik dan Kapasitor (Minggu ke 3 dan 4) UNIVERSITS GDJH MD PROGRM STUDI FISIK FMIP Bahan ja : Potensial Listik dan Kapasito (Minggu ke 3 dan 4) FISIK DSR II Semeste /3 sks/mff 0 Oleh Muhammad Fachani Rosyid Dengan dana BOPTN P3-UGM tahun anggaan

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA IPA Kelas 11

MODUL FISIKA SMA IPA Kelas 11 SMA IPA Kelas 11 Mendeskipsikan gejala alam dan keteatuannya dalam cakupan mekanika benda titik. Mengevaluasi pemikian diinya tehadap keteatuan geak planet dalam tat susya bedasakan hukum Newton. Gesekan

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

Bab I Masalah Dua Benda

Bab I Masalah Dua Benda Bab I Masalah Dua Benda Geak planet mengitai Matahai. Satelit yang mengelilingi Bumi dan bintang-bintang yang mengitai pusat Galaksi, diatu oleh gaya sental yang bekeja sepanjang gais luus yang menghubungkan

Lebih terperinci

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama SUMER MEDAN MAGNET Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Medan Magnetik Sebuah Muatan yang egeak Hasil-hasil ekspeimen menunjukan bahwa besanya medan magnet () akibat adanya patikel bemuatan yang begeak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Gaya-Gaya Pada Poos Lengan Ayun Dai gamba 3.1 data dimensi untuk lengan ayun: - Mateial yang digunakan : S-45 C - Panjang poos : 0,5 m - Diamete poos

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN A - X SIFA KEAGNEAN AHAN ujuan: enghitung momen dipol dan suseptibilitas magnet untuk logam diamagnetik. engklasifikasikan logam paamagnetik. A. OEN DIPOL DAN SUSEPIILIAS AGNE Kemagnetan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS SMA Negei Maja LISTRIK STATIS KLISTRIKAN Fisikawan Du Fay menunjukkan adanya dua macam pelistikan (eletifikasi). Bebeapa isolato tetentu, bila digosok dalam keadaan tetentu, menyebabkan gaya tolak. Hasil

Lebih terperinci

MEDAN LISTRIK STATIS

MEDAN LISTRIK STATIS Listik Statis 1 * MUATAN LISTRIK. MEDAN LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN 1. MOMENTUM LINEAR Momentum sebuah patikel adalah sebuah vekto P yang didefinisikan sebagai pekalian antaa massa patikel m dengan kecepatannya, v, yaitu: P = mv (1) Isac Newton

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal ii Dapublic BAB 7 Koodinat Pola Sampai dengan bahasan sebelumna kita membicaakan fungsi dengan kuva-kuva ang digambakan dalam koodinat

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Tampilan eikut agaimana Listik dipoduksi dalam skala besa? Apakah batu bateai atau Aki saja bisa memenuhi kebutuhan listik manusia?

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Tata Surya. mempelajari. Perbandingan Antara Planet.

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Tata Surya. mempelajari. Perbandingan Antara Planet. Bab 14 ata Suya Planet bumi meupakan salah satu anggota dai 8 planet dalam sistem tata suya yang dihuni oleh kehidupan manusia. Dalam sistem tata suya matahai sebagai pusat peedaan tata suya dan menjadi

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 03

Xpedia Fisika. Mekanika 03 Xpedia Fisika Mekanika 03 halaan 1 01. Manakah diaga dai dua planet di bawah ini yang ewakili gaya gavitasi yang paling besa diantaa dua benda beassa? 0. Sebuah satelit beada pada obit engelilingi bui.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis, 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu penelitian yang dilakukan dengan baik pada dasanya ada tiga hal pokok yang haus dipehatikan yaitu dilaksanakan secaa sistematis, beencana dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Fisika Dasa II Listik, Magnet, Gelombang dan Fisika Moden Pokok Bahasan Medan listik & Hukum Gauss Abdul Wais Rizal Kuniadi Novitian Spaisoma Viidi 1 Repesentasi dai medan listik Gais-gais medan listik

Lebih terperinci

TES UNIT II MEKANIKA SABTU, 08 DESEMBER 2007 JAM

TES UNIT II MEKANIKA SABTU, 08 DESEMBER 2007 JAM TES UNIT II MEKANIKA SABTU, 08 DESEMBER 007 JAM 09.00-.30 PILIHAN GANDA Pilihlah jawab yang bena dan nyatakan keyakinanmu dengan mengisi () jika tidak yakin () kuang yakin (3) Agak yakin dan (4) Yakin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelaai aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom dan fisika molekul yang mencakup: Fisika atom dan Fisika Molekul. Oleh kaena itu, sebelum mempelaai modul ini

Lebih terperinci

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik BAB Hukum Coulomb Dan Medan Listik Pendahuluan Istilah kelistikan sudah seing di gunakan dalam kehidupan sehai-hai. Akan tetapi oang tidak banyak yang memikikan tentang hal itu. Pengamatan tentang gaya

Lebih terperinci

PASANG SURUT AIR LAUT DI PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto, Hj. Zulfah dan Mustaqim ABSTRAK

PASANG SURUT AIR LAUT DI PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto, Hj. Zulfah dan Mustaqim ABSTRAK PASANG SURUT AIR LAUT DI PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto, Hj. Zulah dan Mustaqim ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk menjawab keingintahuan peneliti untuk mengungkapkan suatu gejala alam atau enomena alam yaitu

Lebih terperinci

BAB III. HUKUM GRAVITASI NEWTON F 21

BAB III. HUKUM GRAVITASI NEWTON F 21 A III. HUKU GAVITASI EWTO Gavitasi meupakan gaya inteaksi fundamental yang ada di alam. ewton menemukan ahwa inteaksi yang tejadi pada uah apel yang jatuh dai pohonnya mempunyai sifat-sifat yang sama dengan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi Pepindahan Sudut Riview geak linea: Pepindahan,

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika Univesitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Kompute Teknik Infomatika Integal Gais Integal Gais Definisi Integal gais Integal gais di bidang Misalkan pesamaan paamete kuva mulus ( di bidang (t (t ; a

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON TRIGONOMETRI disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhi Semeste Pendek mata kuliah Tigonometi Dosen : Fey Fedianto, S.T., M.Pd. Oleh Nia Apiyanti (207022) F PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. K ata Kunci. Tujuan Pembelajaran

Gerak Melingkar. K ata Kunci. Tujuan Pembelajaran Bab III Geak Melingka Tujuan Pembelajaan nda dapat menganalisis besaan fisika pada geak melingka dengan laju konstan. Sumbe: Jendela Iptek, Gaya dan Geak Pehatikan gamba di atas! Saat pengendaa sepeda

Lebih terperinci

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r 4. USH 4.1 System yang beada dalam keadaan setimbang akan tetap mempetahanan keadan itu. Untuk mengubah keadaan seimbang ini dipelukan pengauh-pengauh dai lua; sistem haus beinteaksi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

BAB 7 Difraksi dan Hamburan

BAB 7 Difraksi dan Hamburan BAB 7 Difaksi dan Hambuan Bedasakan bab sebelumnya yang menjelaskan tentang sebuah gelombang yang datang di pantulkan oleh suatu bidang pembatas meupakan gelombang data dan tidak behingga. Jika sebuah

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal oleh Sudaatno Sudiham i Dapublic Hak cipta pada penulis, 010 SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Gafik, Difeensial dan Integal Oleh: Sudaatmo

Lebih terperinci

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut.

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut. Bab 7 Listik Statis Pada minggu yang ceah, Icha menyetika baju seagamnya. Sambil menunggu panasnya setika, ia menggosok-gosokkan setika pada bajunya yang tipis. Tenyata Icha melihat dan measakan seakan-akan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi RIVIEW Riview geak linea: Pepindahan, kecepatan,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci