ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN"

Transkripsi

1 ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN Elys Fauzyah Unverstas Trunojoyo Kanddat Doktor, Insttut Pertanan Bogor Sr Hartoyo Nunung Kusnad Sr Utam Kuntjoro Pascasarjana Isttut Pertanan Bogor ABSTRACT The goals of ths study are to analyze varables whch determned producton, rsk producton and techncal neffcency on Tobacco farmng n Pamekasan. Fronter producton functon model wth heteroskedastc error structure estmated by Maxmum Lkelhood estmaton developed by Kumbhakar s adopted to analyze the goals. The results show that farmers allocate nputs under optmal condton. The Consequences are productvty and effcency at low level. Key words: neffcency, producton functon, producton rsk, productvty Perkebunan sebaga bagan ntegral dar sektor pertanan merupakan subsektor yang berperan pentng dalam perekonoman nasonal melalu kontrbus dalam pendapatan nasonal, penyedaan lapangan kerja, penermaan ekspor, dan penermaan pajak. Sebaga salah satu subsektor pentng dalam sektor pertanan, subsektor perkebunan mempunya kontrbus yang sgnfkan terhadap perekonoman Indonesa, hal n terlhat dar realsas pencapaan PDB yang mencapa Rp. 57,80 trlyun (berdasarkan harga berlaku) pada tahun 2008, dan penermaan dar ekspor perkebunan pada tahun 2008 mencapa US $ 13,97 mlyar (Baran, 2008). Sebaga negara berkembang dmana penyedaan lapangan kerja merupakan masalah yang mendesak, subsektor perkebunan mempunya kontrbus yang cukup sgnfkan. Sampa dengan tahun 2008, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor perkebunan dperkrakan mencapa sektar 19 juta jwa. Jumlah lapangan kerja tersebut belum termasuk yang bekerja pada ndustr hlr perkebunan. Kontrbus dalam penyedaan lapangan kerja menjad nla tambah sendr, karena subsektor perkebunan menyedakan lapangan kerja d pedesaan dan daerah terpencl. Peran n bermakna strategs karena penyedaan lapangan kerja oleh subsektor berlokas d pedesaan sehngga mampu mengurang arus urbansas (Susla et al. 2008). Tembakau (Ncotana spp.l.) merupakan salah satu komodtas perkebunan yang mash memlk peranan cukup pentng dalam pembangunan sub sektor perkebunan. Berbaga macam persoalan yang dhadap oleh petan tembakau d Indonesa, tdak menyebabkan penurunan kontrbus tembakau terhadap perekonoman Indonesa. Hal n dsebabkan karena kenakan jumlah

2 Jurnal Organsas dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, permntaan tembakau dluar neger terus mengalam penngkatan, dan konds n tercermn dar kenakan jumlah eksport tembakau Indonesa. Pada tahun 2004 ekspor tembakau memberkan kontrbus sebesar US $180 rbu dan cuka pada tahun 2008 sebesar Rp. 36,5 trlyun. Pada kegatan on farm komodtas tembakau mampu menyerap tenaga kerja sebesar 21 juta jwa sedangkan d kegatan off farm sebesar 7,4 juta jwa (Dtjen Perkebunan, 2009). Salah satu daerah d Propns Jawa Tmur yang penduduknya banyak membuddayakan tanaman tembakau adalah daerah Madura. Tanaman Tembakau Madura dkenal dengan nama Ncotana tabacum termasuk famle Solanaceae. Tembakau Madura mempunya 2 peranan yang sangat pentng yatu peranannya dalam rackan sgaret keretek dan peranannya terhadap perekonoman mkro (rumahtangga) maupun peranan makro (wlayah). Sebaga gambaran d Kabupaten Pamekasan pada tahun 2009 produks tembakau mencapa ton dengan harga jual rata-rata Rp perklogram, maka uang yang beredar d kabupaten n mencapa Rp. 607 mlyar. Berbeda dengan tembakau Vrgna upaya penanaman tembakau Madura dar tahun ke tahun cenderung terjad penngkatan. Tembakau Madura yang dbuddayakan oleh rakyat mempunya kualtas yang spesfk dan sangat dbutuhkan oleh pabrk rokok kretek sebaga bahan baku utama, khususnya dalam membentuk dan menentukan aroma yang menjad cr khas rokok kretek (Santoso, 2001). Meskpun pada saat n sudah dkeluarkan kampanye ant rokok sepert yang tertuang dalam PP No. 81/ 1999 tentang pengaruh rokok bag kesehatan, PP No.38 / 2000 yang merupakan penyempurnaan dar PP No. 81/ 1999, serta PP No. 19 / 2003 tentang pembatasan kadar nkotn dalam rokok, namun bag petan tembakau d Kabupaten Pamekasan keadaan n tdak menyurutkan mereka untuk tetap menanam tembakau, bahkan dar tahun ke tahun ada kecenderungan terjad penngkatan luas areal tanam. In terjad karena menurut perseps para petan menanam komodtas tembakau lebh menguntungkan dbandngkan dengan menanam komodtas lan. Semakn luasnya areal tanaman tembakau d Kabupaten Pamekasan tdak dkut dengan penngkatan produktvtasnya, bahkan ada kecenderungan terus mengalam penurunan. Pada tahun 2002 tngkat produktvtas tembakau sebesar 0,659 ton / hektar, an pada tahun 2008 turun menjad 0,518 ton / hektar (Dnas Perkebunan, 2009) Secara teorts penurunan produktvtas n bsa terjad karena petan tdak berproduks secara efsens. Ketdakefsenan n menjad cermnan terdapatnya gap antara produks rata-rata yang dhaslkan oleh petan tembakau dengan potens produks maksmal yang dapat dhaslkan. In berart bahwa dengan teknk buddaya tertentu, petan mash belum dapat menghaslkan produks yang palng maksmum. Ketdakefsenan juga merupakan akbat dar perlaku rsko yang dplh oleh petan dalam usahatannya. Menurut Ells (1988) petan yang rsk averse (menghndar resko) cenderung untuk mengalokaskan nput dbawah konds optmum sehngga efsens dan produktvtas usahatannya menjad rendah. Stud n bertujuan untuk (1) menganalss faktor-faktor yang mempengaruh produks usahatan tembakau, (2) menganalss faktor-faktor yang mempengaruh rsko produks usahatan tembakau, dan (3) menganalss faktor-faktor yang mempengaruh nefses tekns. Beberapa stud emprs telah mengombnaskan antara analss rsko produks dan tngkat nefsens tekns dalam kerangka pemkran tunggal (smultan),sepert yang telah dlakukan oleh Kumbhakar (1993). Da menunjukkan sebuah metode yang dapat dgunakan untuk mengestmas rsko produks dan tngkat nefsens dengan menggunakan fungs produks yang fleksbel dan pada tahun 1997 Battese, Rambald, dan Wan menspesfkas fungs produks fronter stokastk dengan menambahkan struktur error yang heteroskedastk. Model n memungknkan margnal produks rsko 120

3 Elys Fauzyah, Analss Produktvtas Usahatan Tembakau d Kabupaten Pamekasan dar sebuah nput bernla postf atau negatf. In konssten dengan modelnya Just dan Pope (1978). Model Battese et.al (1997) djelaskan dalam persamaan (1) Y f ( X ; )...(1) dmana : Y adalah output yang dhaslkan oleh petan ke, X nput yang dgunakan oleh petan ke, parameter teknolog yang destmas, adalah error term. Jka mengkut kerangka pemkran frontr stokastk yang standar, error dalam persamaan datas dasumskan dalam bentuk persamaan (2) g( X ; ) V h( X ; ) U...(2) dmana : g ( X ; ) V adalah fungs rsko, h ( X ; ) U adalah fungs nefsens, dan parameter yang dcar. V adalah eror term yang dasumskan ndependen dan terdstrbus secara normal yang menunjukkan ketdakpastan produks. Sedangkan U varabel error yang non negatf yang dkatkan dengan nefsens tekns para petan yang dasumskan ndependen terhadap V dan terdstrbus secara truncated N(, 2 ). Katakanlah g ( X ; ) V = h ( X ; ) U maka kta mendapatkan fungs produks fronter stokhastk dengan tngkat rsko yang fleksbel yatu : Y f ( X ; ) g( X ; )[ V U ]...(3) Dengan nla nput tertentu, dan dampak nefsens tekns adalah U, Rata-rata dan varan output untuk petan ke dtunjukkan dalam persamaan (4) dan (5) E( Y X, U ) f ( X ; ) g( X ; ) U...(4) Var Y X U 2 (, ) g ( X ; )...(5) Perubahan rsko produks sebaga akbat dar perubahan nput ke j ddefnskan sebaga turunan parsal dar varan produks terhadap nput ke j. In bsa bernla postf atau negatf. Var ( Y X, U ) 0atau 0...(6) X j Fungs produks yang ada dalam persamaan (3) maupun fungs produks dalam model Just dan pope tdak memperhtungkan preferens rsko dar petan. Selanjutnya pada tahun 2002 Kumbhakar membuat sebuah model yang memperhtungkan preferens rsko dar petan. Model Kumbhakar (2002) n dadops untuk menganalss produks, perlaku rsko dan efsens tekns pada usahatan Tembakau. Secara umum model Kumbhakar dtuls sepert dalam persamaan (7) y f X; g X; V q X; U...(7) dmana : y adalah output, X menunjukkan jens nput yang dgunakan, f(x; ) menjelaskan fungs output, g(x; ) menunjukkan fungs rsko produks dan q(x; ) adalah fungs nefsens tekns, V (error term ) menunjukkan ketdakpastan produks yang dasumskan ndependently and dentcaly 121

4 Jurnal Organsas dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, dstrbuted (..d) (0, ) 2 dan u adalah error term non negatf menunjukkan nefsens tekns dengan asums..d (0, u) 2. Peneltan dlakukan d Kabupaten Pamekasan dengan pertmbangan bahwa Kabupaten tersebut merupakan salah satu wlayah yang menjad sentra produks tembakau. Pengamblan sampel peneltan dlakukan secara cluster samplng dengan jumlah sampel sebesar 450 orang yang melput petan pada agroekosstem pegunungan, sawah dan tegalan dengan bentuk organsas usahatan kemtraan dan swadaya. Analss data menggunakan fungs produks stokhastk fronter dengan struktur error heteroskedastk yang telah dkembangkan oleh Kumbhakar dan destmas dengan menggunakan Maxmum Lkelhood yang dformulaskan dalam persamaan (10)-(15) ypk f ( X1, X 2, X 3, X 4, X 5, X10, X11) g( X1, X 2, X 3, X 4, X 5, X10, X11) V q( X1, X 2, X 3, X 4, X 5, X10, X11) U...(8) yps f ( X 2, X 3, X 6, X 7, X 8, X10) g( X 2, X 3, X 6, X 7, X 8, X10) V q( X 2, X 3, X 6, X 7, X 8, X10) U...(9) ytk f ( X 2, X 3, X 7, X 8, X 9) g( X 2, X 3, X 7, X 8, X 9) V q( X 2, X 3, X 7, X 8, X 9) U...(10) yts f ( X 2, X 3, X 5, X 6, X 7, X 9) g( X 2, X 3, X 5, X 6, X 7, X 9) V q( X 2, X 3, X 5, X 6, X 7, X 9) U...(11) ysk f ( X 2, X 3, X 4, X 7, X 8, X 9) g( X 2, X 3, X 4, X 7, X 8, X 9) V q( X 2, X 3, X 4, X 7, X 8, X 9) U...(12) yss f ( X 2, X 3, X 6, X 8, X 9, X10) g( X 2, X 3, X 6, X 8, X 9, X10) V q( X 2, X 3, X 6, X 8, X 9, X10) U...(13) dmana : y (total output tembakau dukur dalam satuan Kg), pk (pegunungan kemtraan), ps (pegunungan swadaya), tk (tegalan kemtraan), ts (tegalan swadaya), sk (sawah kemtraan), ss (sawah swadaya). X1 luas lahan (Hektar), X2 bbt (batang), X3 tenaga kerja (HOK), X4 pupuk ZK (Kg), X5 pupuk NPK (Kg), X6 pupuk (Kg), X7 pupuk (Kg), X8 pupuk (Kg), X9 pupuk kandang (Kg), X10 pestsda (Lt), X11 Fungsda (Lt), v error term yang menunjukkan ketdakpastan produks yang dasumskan..d (0, v) 2. u menunjukkan nefsens tekns dengan asums..d (0, u) 2 dan u >0. HASIL DAN PEMBAHASAN Usahatan tembakau kemtraan d daerah pegunungan Berdasarkan hasl analss (Tabel 1) dtunjukkan bahwa Luas Lahan,,, Pupuk ZK, Pupuk NPK,, dan Fungsda berpengaruh postp terhadap produks tembakau. Jka luas lahan dtambah sebesar 1 persen maka produks tembakau akan menngkat sebesar 0,193 dengan asums ceters parbus. Hal yang sama juga akan terjad jka,, Pupuk ZK, Pupuk NPK,, dan Fungsda dtambah sebesar 1 persen maka produks akan bertambah masng-masng sebesar 0,084, 0,206, 0,425, 0,145 dan 0,044 dengan asums ceters parbus. Konds n mencermnkan bahwa hampr semua nput yang dgunakan dalam usahatan tembakau belum mencapa optmum. Jka penggunaan nput dtngkatkan, maka dpastkan petan akan dapat menghaslakn tngkat produks yang lebh tngg. 122

5 Elys Fauzyah, Analss Produktvtas Usahatan Tembakau d Kabupaten Pamekasan Tabel 1. Estmas-Estmas Maksmum Lkelhood untuk Parameter-Parameter Model Fungs Produks Frontr dengan Struktur Error Heteroskedastk untuk Produks Tembakau Pegunungan Kemtraan d Kecamatan Pakong. Varabel Koefsen Standar Error T htung Fungs Produks Konstanta Luas Lahan ZK NPK Fungsda Fungs Resko Luas lahan ZK NPK Fungsda 2,599 0,193 0,084 0,206 0,425 0,145 0,044 0,156 0,032-0,008-0,006-0,006-0,023-0,008-0,311 0,932 0,114 0,065 0,045 0,082 0,116 0,032 0,036 0,014 0,008 0,005 0,009 0,014 0,004 0,005 2,788 *1,689 *1,291 *4,587 *5,156 *1,254 *1,353 *4,325 2,303-0,987 *-1,292-0,650 *-1,586 *-1,964 *-58,507 Fungs Inefsens Luas Lahan ZK NPK Fungsda -0,121-0,050-0,035-0,123-0,043-0,067 0,014 0,125 0,031 0,015 0,053 0,157 0,030 0,045-0,969 *-1,621 *-2,318 *-2,321-0,275 *-2,221 0,312 LR test *110,328 Sumber : data mentah dolah. * sgnfkan pada tngkat =0,05 Pada fungs resko terdapat empat jens nput yang sgnfkan yatu tenaga kerja, NPK, pestsda dan fungsda. Jka nput-nput tersebut dtambah dengan asums ceters parbus maka akan menyebabkan penurunan resko produks tembakau. Penambahan penggunaan tenaga kerja mula dar pengolahan tanah sampa dengan pasca panen, yang ada dalam usahatan tembakau akan mendorong usahatan tersebut berjalan secara lebh ntensf sehngga resko kegagalan yang mnmalsas. Sedangkan penambahan pupuk NPK akan menngkatkan ketersedaan unsur tersebut dalam tanah, kecukupan unsur n sangat dbutuhkan untuk mencegah terjadnya kerusakan pada fase pertumbuhan, yang pada glrannya akan dapat mencegah terjadnya resko kerusakan pada masa tersebut.penambahan dan Fungsda mash sangat dbutuhkan untuk mengurang resko kegagalan akbat serangan hama dan penyakt., tenaga kerja, ZK, dan pestsda seluruhnya berpengaruh negatp terhadap nefsens tekns. Artnya jka bbt yang dgunakan dtambah jumlahnya maka akan terjad penurunan nefsens tekns, karena kerusakan pada sebagan tanaman bsa segera dsulam dengan bbt yang lan. Hal yang serupa juga akan terjad jka tenaga kerja, ZK dan dtambah maka dapat menurunkan 123

6 Jurnal Organsas dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, nefsens produks tembakau. Analss n memberkan gambaran bahwa jka petan tembakau akan mengurang atau menurunkan resko dengan menambahkan nput pestsda, maka perlaku tersebut juga dapat menurunkan nefsens produks tembakau, sehngga penngkatan produks akan dapat dcapa karena penambahan pestsda akan mereduks resko produks dan nefsens tekns, dmana kedua faktor tersebut merupakan kendala petan dalam mencapa produks yang maksmal. Usahatan tembakau swadaya d daerah pegunungan Tabel 2. Estmas-Estmas Maksmum Lkelhood Untuk Parameter-Parameter Model Fungs Produks Frontr Dengan Struktur Error Heteroskedastk untuk Produks Tembakau Pegunungan Swadaya d Kecamatan Pakong. Varabel Koefsen Standar Error T htung Fungs Produks Konstanta Fungs Resko Fungs Inefsens 0,303 0,156 0,136 0,660 0,023 0,092 0,103-0,012-0,027-0,008 0,007 0,010-0,005-0,0651-0,1088-0, ,0312-0, ,0161 0,395 0,062 0,105 0,064 0,035 0,047 0,059 0,042 0,007 0,044 0,027 0,030 0,045 0,038 0,070 0,041 0,023 0,296 0,038 0,768 2,512* 1,293* 10,326* 0,651 1,953* 1,749* -0,2785-3,6210* -0,1789 0,2375 0,3346-0,124-1,677* -1,552* -0,321-1,356* -0,463-0,419 LR test *54,77 Sumber : data mentah dolah. Berdasarkan hasl analss dtunjukkan bahwa bbt, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk dan pestsda berpengaruh postp terhadap produks tembakau. Jka bbt dtambah sebesar 1 persen maka produks tembakau akan menngkat sebesar 0,156 persen (dengan asums ceters parbus). Penambahan tenaga kerja, pupuk urea, pupuk urea, pupuk dan pestsda sebesar 1 persen, akan menngkatkan produks tembakau berturut-turut sebesar 0,136, 0,660, 0,092 dan 0,103. Pada fungs resko, nput tenaga kerja berpengaruh secara negatp artnya jka nput tersebut dtambah maka akan menyebabkan pengurangan resko produks tembakau, hal n bsa terjad karena dengan adanya tenaga kerja yang cukup tekns buddaya dapat dlaksanakan dengan secara lebh bak. Kegatan pengolahan tanah sampa dengan pasca panen akan berjalan lebh bak jka 124

7 Elys Fauzyah, Analss Produktvtas Usahatan Tembakau d Kabupaten Pamekasan tenaga kerja yang dmlk cukup banyak, sehngga resko kegagalan yang dkarenakan kurangnya tenaga kerja dapat dhndar. Ddaerah pegunungan penawaran tenaga kerja untuk sektor pertanan sangat terbatas, dan sebagan besar mengandalkan tenaga kerja dar dalam keluarga. Hal n dsebabkan karena tenaga kerja yang tdak memlk lahan sebagan besar bermgras keluar daerah. Input bbt, tenaga kerja, dan pupuk, seluruhnya berpengaruh negatp terhadap nefsens tekns. Artnya jka tenaga kerja dtambah maka dapat menurunkan nefsens produks tembakau, hal yang sama juga terjad jka pemberan bbt dan pupuk dtngkatkan jumlah penggunaannya. Analss n memberkan gambaran bahwa jka petan tembakau akan mengurang atau menurunkan resko dengan menambahkan pemakaan tenaga kerja maka perlaku tersebut juga dapat menurunkan nefsens produks tembakau, sehngga mendorong petan tembakau untuk berproduks secara lebh efsen. Usahatan tembakau kemtraan d daerah tegalan Tabel 3. Estmas-Estmas Maksmum Lkelhood untuk Parameter-Parameter Model Fungs Produks Frontr dengan Struktur Error Heteroskedastk untuk Produks Tembakau Petan Tegal Kemtraan d Kecamatan Larangan. Varabel Koefsen Standar Error T htung Fungs Produks Konstanta Pupuk kandang Fungs Resko Pupuk kandang 2,428 0,055 0,051 0,130 0,321 0,217-0, , ,002-0,005-0,0002 0,326 0,042 0,044 0,054 0,061 0,052 0, , ,0011 0,003 0,0003 7,444 *1,321 1,176 *2,406 *5,221 *4,157 *-2,198-0,582 *-1,536 *-1,685-0,969 Fungs Inefsens Pupuk kandang 0, , ,0006-0,0035-0, , , ,0004 0,0008 0, ,3920 *-1,950 *-1,829 *-4,340 *-2,957 LR test *18,200 Sumber : data dolah. * sgnfkan pada =0,05 Usahatan tembakau kemtraan d daerah tegalan dlakukan dengan pabrk rokok Gudang Garam. Pelaksanaan kemtraan yang terjaln pada daerah n tdak sebak kemtraan yang ada d daerah pegunungan. Phak gudang garam menyedakan nput sepert pupuk, bbt, dan pestsda 125

8 Jurnal Organsas dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, tetap pembnaan yang dlakukan tdak sentensf pembnaan yang dlakukan oleh pabrk rokok Sampoerna terhadap petan mtranya. Dsampng tu srng terjad pengngkaran kontrak oleh petan tembakau dalam hal pemasaran produknya. Berdasarkan hasl analss (Tabel 3) dtunjukkan bahwa bbt, pupuk urea, pupuk, dan pupuk kandang berpengaruh postp terhadap produks tembakau. Jka bbt dtambah sebesar 1 persen maka produks tembakau akan menngkat sebesar 0,055 persen (dengan asums ceters parbus). Penambahan pupuk urea sebesar 1 persen dapat menngkatkan produks tembakau sebesar 0,13 persen. Sedangkan jka pupuk dtambah sebesar 1 persen maka kenakan produks tembakau sebesar 0,321 persen. Pada fungs resko terdapat 3 jens nput yang sgnfkan yatu bbt, pupuk urea dan pupuk. Jka penggunaan bbt dtambah maka resko produks akan menurun. Begtu juga dengan penambahan pupuk urea atau pupuk juga dapat menyebabkan pengurangan resko produks tembakau. Input tenaga kerja, pupuk urea, pupuk dan pupuk kandang seluruhnya berpengaruh negatp terhadap nefsens tekns. Artnya jka tenaga kerja dtambah maka dapat menurunkan nefsens produks tembakau, hal yang sama juga terjad jka pemberan pupuk urea atau pupuk atau pupuk kandang dtngkatkan. Analss n memberkan gambaran bahwa jka petan tembakau akan mengurang atau menurunkan resko dengan menambahkan nput pupuk urea atau pupuk, maka perlaku tersebut juga dapat menurunkan nefsens produks tembakau, sehngga menyebabkan petan tembakau berproduks secara lebh efsen. Usahatan tembakau swadaya d daerah tegalan Dbandngkan dengan jumlah petan yang bermtra dengan pabrk rokok Gudang Garam, petan tembakau swadaya d tegalan jumlahnya jauh lebh besar. Gambaran tentang konds produks, resko produks, dan nefsens tekns pada petan n dtunjukan dalam Tabel 4. Berdasarkan hasl analss dperoleh hasl bahwa bbt, pupuk, pupuk, dan pupuk kandang berpengaruh postp terhadap produks tembakau. Jka bbt dtambah sebesar 1 persen maka produks tembakau akan menngkat sebesar 0,327 persen (dengan asums ceters parbus). Penambahan pupuk sebesar 1 persen dapat menngkatkan produks tembakau sebesar 0,306 persen. Jka pupuk dtambah sebesar 1 persen maka kenakan produks tembakau sebesar 0,102 persen. Sedangkan penambahan pupuk kandang sebesar 1 persen dapat mendorong kenakan produks tembakau sebesar 0,110 persen. Pada fungs resko terdapat tga jens nput yang sgnfkan yatu bbt, pupuk NPK dan pupuk kandang. Jka penggunaan bbt dtambah maka resko produks akan menurun. Walaupun nput bbt mudah untuk ddapatkan bahkan serngkal Dnas Perkebunan membagkan bbt secara grats, namun petan belum menggunakan nput n secara optmal.begtu juga dengan penambahan pupuk NPK dan pupuk kandang juga dapat menyebabkan pengurangan resko produks tembakau. Pupuk NPK berpengaruh negatf terhadap nefsen tekns, artnya jka pupuk NPK dtambah maka dapat menurunkan nefsens produks tembakau, analss n memberkan gambaran bahwa jka petan tembakau akan mengurang atau menurunkan resko dengan menambahkan nput pupuk NPK maka perlaku tersebut juga dapat menurunkan nefsens produks tembakau, sehngga menyebabkan petan tembakau berproduks secara lebh efsen. 126

9 Elys Fauzyah, Analss Produktvtas Usahatan Tembakau d Kabupaten Pamekasan Tabel 4. Estmas -Estmas Maksmum Lkelhood untuk Parameter-Parameter Model Fungs Produks Frontr dengan Struktur Error Heteroskedastk untuk Produks Tembakau Tegal Swadaya d Kecamatan Larangan. Fungs Produks Konstanta NPK Pupuk kandang Fungs Resko NPK Pupuk kandang Fungs Inefsens NPK Pupuk kandang Varabel Koefsen Standar Error T htung 1,334 0,327 0,048 0,306 0,102 0,070 0,110-0,039-0,115-0,031 0,004-0,124-0,019 0,027-0,012 0,040-0,001-0,095 0,016 0,673 0,068 0,106 0,070 0,062 0,082 0,047 0,029 0,124 0,050 0,026 0,030 0,015 0,039 0,055 0,051 0,032 0,026 0,032 1,984 4,800* 0,456 4,354* 1,632* 0,846 2,339* -1,374* -0,927-0,617 0,168-4,149* -1,250* 0,700-0,216 0,791-0,033-3,664* 0,505 LR test *33,483 Sumber : data mentah dolah. Usahatan tembakau kemtraan d daerah sawah Usahatan tembakau kemtraan yang ada d areal sawah dlakukan dengan pabrk rokok Gudang Garam. Konds kemtraan yang d sawah jauh lebh bak darpada konds kemtraan yang ada d daerah tegalan. Hal n tercermn dar kemampuan sebagan besar petan yang mampu berproduks dengan tngkat efsens yang tngg. Komtmen yang tngg terhadap kemtraan dantara petan dan pabrk rokok merupakan kunc sukses tercapanya tujuan kemtraan. Berdasarkan hasl analss (Tabel 5) dtunjukkan bahwa bbt, tenaga kerja, pupuk urea, dan pupuk, berpengaruh postp terhadap produks tembakau. Jka bbt dtambah sebesar 1 persen maka produks tembakau akan menngkat sebesar persen (dengan asums ceters parbus). Penambahan tenaga kerja, pupuk urea dan pupuk sebesar 1 persen dapat menngkatkan produks tembakau berturut-turut sebesar 0,137, 0,064, dan 0,305, dengan asums ceters parbus. Pada fungs resko terdapat 2 jens nput yang sgnfkan yatu luas lahan dan pupuk ZK. Jka penggunaan luas lahan dtambah maka resko produks akan menngkat hal n bsa terjad karena dengan semakn luas lahan yang dgunakan maka akan semakn sult untuk mengendalkan kegatan usahatan yang dlakukan, dan resko kegagalan produks juga semakn tngg. Sedangkan penambahan pupuk ZK mendorong penurunan resko produks yang dterma petan. 127

10 Jurnal Organsas dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, Tabel 5. Estmas-Estmas Maksmum Lkelhood untuk Parameter-Parameter Model Fungs Produks Frontr dengan Struktur Error Heteroskedastk untuk Produks Tembakau Sawah Kemtraan d Kecamatan Pademawu. Fungs Produks Konstanta ZK Pupuk Kandang Fungs Resko Luas Lahan ZK Pupuk Kandang Fungs Inefsens Luas Lahan ZK Pupuk Kandang Varabel Koefsen Standar Error T htung 1,258 0,301 0,137 0,064 0,305 0,005 0,028 0,133-0,049-0,027-0,005-0,025-0,072 0,009-0,159-0,015-0,048-0,041 0,006-0,039 0,002 0,285 0,102 0,056 0,029 0,084 0,043 0,025 0,113 0,115 0,072 0,066 0,088 0,056 0,048 0,053 0,054 0,034 0,031 0,042 0,026 0,023 4,411 2,962* 2,455* 2,189* 3,617* 0,105 1,126 1,183* -0,430-0,374-0,074-0,284-1,291* 0,197-2,974-0,274-1,407* -1,306* 0,132-1,472* 0,110 LR test *52,266 Sumber : data mentah dolah. Input tenaga kerja, pupuk urea, dan pupuk ZK seluruhnya berpengaruh negatp terhadap nefsens tekns. Artnya jka tenaga kerja dtambah maka dapat menurunkan nefsens produks tembakau, hal yang sama juga terjad jka pemberan pupuk urea atau pupuk ZK dtngkatkan. Analss n memberkan gambaran bahwa jka petan tembakau akan mengurang atau menurunkan resko dengan menambahkan nput pupuk urea atau pupuk ZK, maka perlaku tersebut juga dapat menurunkan nefsens produks tembakau, sehngga menyebabkan petan tembakau berproduks secara lebh efsen. Usahatan tembakau swadaya d daerah sawah Petan-petan yang tdak tergabung dalam kemtraan d daerah sawah, memberkan gambaran yang berbeda dengan petan yang bermtra dengan pabrk rokok, bak dar sudut produks, resko produks maupun nefsens tekns sepert yang dtunjukan dalam Tabel (6). Berdasarkan hasl analss dtunjukkan bahwa bbt, pupuk urea, dan pestsda berpengaruh postp terhadap produks tembakau. Jka bbt dtambah sebesar 1 persen maka produks tembakau 128

11 Elys Fauzyah, Analss Produktvtas Usahatan Tembakau d Kabupaten Pamekasan akan menngkat sebesar persen (dengan asums ceters parbus). Penambahan pupuk urea sebesar 1 persen dapat menngkatkan produks tembakau sebesar 0,211persen. Sedangkan jka pestsda dtambah sebesar 1 persen maka kenakan produks tembakau 0,072 persen. Pada fungs resko terdapat dua jens nput yang sgnfkan yatu bbt dan tenaga kerja. Jka penggunaan bbt dtambah maka resko produks akan menurun karena kerusakan pada tanaman dapat dsulam jka bbt yang dgunakan lebh banyak. Begtu juga dengan tenaga kerja, penngkatan penggunaan tenaga kerja dapat menyebabkan pengurangan resko produks tembakau, hal n dsebabkan karena dengan adanya tenaga kerja yang cukup tekns buddaya dapat dlaksanakan dengan secara lebh bak. Kegatan pengolahan tanah sampa dengan pasca panen akan berjalan lebh bak jka tenaga kerja yang dmlk cukup banyak, sehngga resko kegagalan yang dkarenakan kurangnya tenaga kerja dapat dhndar. Tabel 6. Estmas-Estmas Maksmum Lkelhood untuk Parameter-Parameter Model Fungs Produks Frontr dengan Struktur Error Heteroskedastk untuk Produks Tembakau Sawah Swadaya d Kecamatan Pademawu. Fungs Produks Konstanta Pupuk Kandang Fungs Resko Pupuk Kandang Fungs Inefsens Pupuk Kandang Varabel Koefsen Standar Error T htung 4,214 0,660 0,092 0,211 0,016 0,016 0,072-0,015-0,021-0,001-0,006 0,022 0,008-0,077-0,065-0,046 0,003-0,014 0,001 0,940 0,093 0,102 0,092 0,068 0,070 0,056 0,006 0,008 0,068 0,062 0,047 0,039 0,032 0,029 0,035 0,027 0,026 0,020 4,483 *7,072 0,892 *2,306 0,235 0,232 *1,272 *-2,474 *-2,475 0,021-0,104 0,474 0,202 *-2,406 *-2,240 *-1,301 0,107-0,517 0,071 LR test *31,22 Sumber : data mentah dolah. Input bbt, tenaga kerja, dan pupuk urea, seluruhnya berpengaruh negatf terhadap nefsens tekns. Artnya jka jumlah bbt yang dgunakan dtambah maka nefsens produks dapat dturunkan, begtu juga jka tenaga kerja dtambah maka dapat menurunkan nefsens produks tembakau, hal yang sama juga terjad jka pemberan pupuk urea dtngkatkan. Analss n memberkan gambaran bahwa jka petan tembakau akan mengurang atau menurunkan resko dengan menambahkan nput bbt, dan tenaga kerja maka perlaku tersebut juga dapat menurunkan 129

12 Jurnal Organsas dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, September 2010, nefsens produks tembakau, sehngga menyebabkan petan tembakau berproduks secara lebh efsen. PENUTUP Beberapa faktor yang berpengaruh postf terhadap produks rata-rata petan kemtraan d agroekosstem pegunungan adalah luas lahan, bbt, tenaga kerja, pupuk ZK, pupuk NPK, pestsda, dan fungsda. Sementara tu penambahan tenaga kerja, pupuk NPK, pestsda, dan fungsda dapat menurunkan resko produks, sedangkan nefsens dapat dreduks dengan penambahan bbt, tenaga kerja, pupuk ZK dan pestsda. Adapun faktor yang mempengaruh produks rata-rata petan swadaya pada agroekosstem pegunungan adalah bbt, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk, dan pestsda. Sementara penambahan tu tenaga kerja dapat menurunkan resko produks, sedangkan nefsens dapat dreduks dengan penambahan bbt, tenaga kerja, pupuk. Faktor yang berpengaruh postf terhadap produks rata-rata petan kemtraan d areal tegalan adalah bbt, pupuk urea, pupuk dan pupuk kandang. Sementara penambahan tu bbt, pupuk urea dan pupuk dapat menurunkan resko produks, sedangkan nefsens dapat dreduks dengan penambahan tenaga kerja, pupuk urea, pupuk dan pupuk kandang. Sedangkan produks rata-rata petan swadayanya dpengaruh oleh bbt, pupuk, pupuk dan pupuk kandang. Sementara penambahan tu bbt, pupuk NPK dan pupuk kandang dapat menurunkan resko produks, sedangkan nefsens dapat dreduks dengan penambahan pupuk NPK. Berbaga faktor yang berpengaruh postf terhadap produks rata-rata petan kemtraan pada agroekosstem sawah adalah bbt, tenaga kerja, pupuk urea dan pupuk. Sementara tu penambahan pupuk ZK dapat menurunkan resko produks dan penambahan luas lahan dapat menngkatkan resko, sedangkan nefsens dapat dreduks dengan penambahan tenaga kerja, pupuk urea, dan pupuk ZK. Produks rata-rata petan swadayanya dpengaruh oleh adalah bbt, pupuk urea, dan pestsda. Sementara tu bbt dan tenaga kerja dapat menurukan resko produks, sedangkan nefsens dapat dreduks dengan penambahan bbt, tenaga kerja, dan urea. Berdasarkan hasl analss dketahu bahwa sebagan besar petan tembakau d Kabupaten Pamekasan, belum mengalokaskan nput secara optmal, sehngga belum mampu mencapa efsens tekns yang bak dan belum mampu menghaslkan produktvtas yang tngg. Berkenaan dengan hal n, maka dsarankan untuk menambah penggunaan nput-nput yang secara sgnfkan dapat menngkatkan produks, menurunkan rsko dan mereduks nefsens. Msalnya pada petan kemtraan d pegunungan dsarankan untuk menambah jumlah tenaga kerja dan penggunaan pestsda, karena kedua nput tersebut secara sgnfkan dapat menngkatkan produks, menurunkan rsko dan mengurang nefsens. REFERENSI Bettase, G.E., Rambald, A.N., & Wan, G.H. (1997). A stochastc fronter producton functons wth flexble rsk propertes. Journal of Productvty Analyss, 8, Dnas Perkebunan Kabupaten Pamekasan. (2008). Peran tembakau dalam perekonoman pamekasan. Dnas Perkebunan, Pamekasan. Ells, F. (1988). Peasant economcs : Farm household and agrcultural development. Cambrdge: Unversty Press. Just, R.E., & Pope, R.D. (1978). Stochastc spesfcaton of producton functon and economc mplcaton. Journal of Econometrcs, 19,

13 Elys Fauzyah, Analss Produktvtas Usahatan Tembakau d Kabupaten Pamekasan Kumbhakar, C.S. (1993). Producton rsk, techncal effcency, and panel data. Economcs Letters, 41, Kumbhakar, C.S. (2002). Specfcaton and estmaton of producton rsk, rsk preferences and techncal effcency. Amercan Journal Agrcultural Economc, 84 (1), Vllano, R. & Flemng, E. (2006). Techncal neffcency and producton rsk n rce farmng evdence from central luzon Phlppnes. Asan Economc Journal, 20 (1),

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013 EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Producton s Effcency And Income Of Tobacco Farmng In East Lampung Regency) Erza Estarza, Fembrart Erry Prasmatw, Hurp Santoso

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perlaku Rsko Produks Ells (1988) menyatakan bahwa perlaku petan dalam menghadap rsko dkategorkan menjad tga yatu rsk averse, rsk neutral, dan rsk taker. Penjelasan mengena

Lebih terperinci

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER Pengaruh Bantuan Pnjaman Langsung Masyarakat Terhadap Pendapatan dan Efsens Usahatan Pad Sawah (Maryah) 9 PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Efisiensi Produksi Kentang di Provinsi Aceh

Efisiensi Produksi Kentang di Provinsi Aceh Jurnal Ekonom dan Bsns Vol. 9, No. 2 Agustus 200: 83 89 Efsens roduks Kentang d rovns Aceh Suyant Kasmn Emal: Suyant Kasmn@yahoo.com Fakultas pertanan Unverstas Syah Kuala Abstract The objecton of ths

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) ABSTRACTS

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) ABSTRACTS ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) 1 Ttn Agustna 1 Fakultas Pertanan, Unverstas Jember ABSTRACTS Soybean

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS USAHA BUDIDAYA UDANG DI LAHAN TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN 1

EFISIENSI TEKNIS USAHA BUDIDAYA UDANG DI LAHAN TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN 1 EFISIENSI TEKNIS USAHA BUDIDAYA UDANG DI LAHAN TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN 1 (Techncal Effcency of Shrmp Culture Farmng n Bracksh Land wth Intensve Technologcal of Fsh Culture)

Lebih terperinci

Universitas Tanjungpura Pontianak. Keyword : hybrid corn, producing factors, product, efficiency, return to scale

Universitas Tanjungpura Pontianak. Keyword : hybrid corn, producing factors, product, efficiency, return to scale ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) RASAU JAYA KOMPLEK KABUPATEN KUBU RAYA SUSILAWATI 1), SUGENG YUDIONO 2), ADI SUYATNO

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014 EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR: PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI FRONTIER (The Effcency of Producton and Income of Chll Farmng n East

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT ABSTRAK ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT Ismatul Hdayah, Edwen D. Waas dan Andrko Noto Susanto Bala Pengkajan Teknolog Pertanan Maluku Jl. Chr. Soplant, Rumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Inovas Teknolog Pertanan ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN BIAYA PADA USAHATANI PADI SAWAH PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI KABUPATEN BURU, PROVINSI

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN 1)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN 1) Analss Efsens Ekonom dan Daya Sang Jagung pada Lahan Kerng (A.Y. Kurnawan et al.) ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN 1) (Analyss

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

Kata kunci: kemitraan, efisiensi, tembakau virginia Keywords: partnership, efficiency, virginia tobacco

Kata kunci: kemitraan, efisiensi, tembakau virginia Keywords: partnership, efficiency, virginia tobacco 42 DAMPAK KEMITRAAN TERHADAP EFISIENSI USAHATANI TEMBAKAU VIRGINIA DI PULAU LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT IMPACT OF PARTNERSHIP ON EFFICIENCY OF VIRGINIA TOBACCO FARM ON LOMBOK ISLAND, WEST NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

EFISIENSI USAHATANI MELON (Cucumis melo L.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO)

EFISIENSI USAHATANI MELON (Cucumis melo L.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO) AGRISE Volume VIII No. 1 Bulan Januar 2008 ISSN: 1412-1425 EFISIENSI USAHATANI MEON (Cucums melo.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO) THE EFFICIENCY OF MEON (Cucums melo.) FARMING

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Dampak Kredit terhadap Kinerja Usaha Kecil. David (1999) menyatakan analisis yang paling umum dari program kredit

III. KERANGKA PEMIKIRAN Dampak Kredit terhadap Kinerja Usaha Kecil. David (1999) menyatakan analisis yang paling umum dari program kredit III. KERANGKA EMIKIRAN 3.. Kerangka Teorts 3... Dampak Kredt terhadap Knerja Usaha Kecl. Davd (999) menyatakan analss yang palng umum dar program kredt adalah perbandngan dar nput-nput usaha, produks,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 4, OKTOBER 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 4, OKTOBER 2014 ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Analyss of Producton s Effcency and Income of Peanut s Farmng n Central Lampung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 30 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perlaku Ekonom Rumahtangga Petan Rumahtangga merupakan salah satu unt pengamblan keputusan mengena pendapatan dan penggunaannya untuk konsums. Dalam teor ekonom, masalah

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

EMBRYO VOL. 7 NO. 2 DESEMBER 2010 ISSN Elys Fauziyah Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

EMBRYO VOL. 7 NO. 2 DESEMBER 2010 ISSN Elys Fauziyah Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo EMBRYO VOL. 7 NO. DESEMBER 1 ISSN 16-188 PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN PADA DAERAH SENTRA PRODUKSI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN (REORIENTASI PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA PERTANIAN DAN ANTISIPASI MEROSOTNYA

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM Wahyu Dw Lesmono, Ftra Vrgantar, Hagn Wjayant Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

SEPA : Vol. 7 No.1 September 2010 : ISSN : ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TEMBAKAU (Nicotiana sp.

SEPA : Vol. 7 No.1 September 2010 : ISSN : ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TEMBAKAU (Nicotiana sp. SEPA : Vol. 7 No.1 September 2010 : 39 50 ISSN : 1829-9946 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TEMBAKAU (Ncotana sp.) DI INDONESIA SILVANA MAULIDAH 1, TJONG AGUNG SURYAWIJAYA 2 1 Staf Pengajar d Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagan yang tdak terpsahkan dar pembangunan pertanan secara umum dan bertujuan untuk menngkatkan pendapatan dan taraf hdup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Petani dalam menjalankan usahanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Petani dalam menjalankan usahanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Sumber-Sumber Rsko Petan dalam menalankan usahanya dpengaruh oleh faktor-faktor yang dapat dkontrol (nternal) maupun faktor-faktor d luar kontrol petan (eksternal), menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI ORGANIK LAHAN SAWAH

PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI ORGANIK LAHAN SAWAH PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI ORGANIK LAHAN SAWAH Productvty and Farm Techncal Effcency of Lowland Organc Rce Ad Prayoga Sekolah Pertanan Pembangunan (SPP/SPMA) Neger Banjarbaru Jl.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Semnar Nasonal Statstka IX Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, 7 November 29 MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Stud Kasus : Kota Surabaya Rokhana DB 1, Sutkno 2, Agnes Tut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian SIFAT-SIFAT ANALISIS REGRESI PowerPont Sldes by Yana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 2007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523 Hal-hal yang akan

Lebih terperinci

G. Hartono Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga ABSTRAK

G. Hartono Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga ABSTRAK ESTIMASI FUNGSI KEUNTUNGAN UNTUK USAHA AYAM POTONG DI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG (The Estmaton of Proft Functon for Broler Chcken Farmng n Sub Dstrct of Suruh-Semarang Regency) G. Hartono Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Volume 8, Nomor 2, Desember 2012

Volume 8, Nomor 2, Desember 2012 Volume 8, Nomor 2, Desember 2012 Pendugaan Status Neraca Ar Daerah Alran Sunga Dengan Model Evapoklmatonom: Suatu Tnjauan E. L. MADUBUN... 61 Analss Efsens Komodtas Pada Sstem Usahatan Integras Jagung-Sap

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Analss Regres Analss regres adalah suatu metode statstka yang umum dgunakan untuk melhat pengaruh antara varabel ndependen dengan varabel dependen. Hal n dapat dlakukan melalu

Lebih terperinci

Pengaruh Preferensi Risiko Produksi Petani terhadap Produktivitas Tembakau (E. Fauziyah et al.)

Pengaruh Preferensi Risiko Produksi Petani terhadap Produktivitas Tembakau (E. Fauziyah et al.) Pengaruh Preferensi Risiko Produksi Petani terhadap Produktivitas Tembakau (E. Fauziyah et al.) PENGARUH PREFERENSI RISIKO PRODUKSI PETANI TERHADAP PRODUKTIVITAS TEMBAKAU: PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI FRONTIER

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI TADAH HUJAN DI KAWASAN PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER

EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI TADAH HUJAN DI KAWASAN PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI TADAH HUJAN DI KAWASAN PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER FUNGSI PRODUKSI (KASUS DI DESA SEBUBUS, KECAMATAN PALOH) Techncal Effcency of Ranfed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK Nelson ulstono Teknk Mesn Unverstas Islam Malang 015 MENGANALIA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER UNTUK MENINGKATKAN PRODUKI DI PT. EMEN GREIK (PERERO).Tbk PABRIK TUBAN Nelson ulstono, Teknk Mesn, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara) ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Stud kasus d 3 kecamatan d Kabupaten Halmahera Utara) Polteknk Perdamaan Halmahera ABSTRACT ISSN : 1907-7556 The research amed to determne (1) coconut

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI Oleh Saepudn 82351112034 Abstrak Masalah utama peneltan n adalah Pengaruh Lngkungan dan Kepuasan Kerja terhadap Knerja Guru Penddkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 1 & 2

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 1 & 2 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember 2007 INTEGRASI PASAR KAKAO INDONESIA Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan 2 & 2 Departemen Agrbsns, Fakultas Ekonom dan Manajemen IPB ABSTRACT Indonesa s the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakn berkembang n, duna usaha dan ndustr mengalam kemajuan yang pesat, khususnya d bdang ndustr. Kemajuan perekonoman d Indonesa tdak terlepas dar

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL Abstrak ESIMASI PARAMEER PADA REGRESI SEMIPARAMERIK UNUK DAA LONGIUDINAL Msal y merupakan varabel respon, Lls Laome Jurusan Matematka FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar 933 e-mal : lhs@yahoo.com X adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

TINGKAT EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN KARANGREJA KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH

TINGKAT EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN KARANGREJA KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH Agrn Vol. 16, No. 1, Aprl 2012 TINGKAT EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN KARANGREJA KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH The Effcency Level of Producton Factors on Potato Farmng

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Program Pemupukan Bermbang Program Pemupukan Bermbang adalah suatu upaya penngkatan produktvtas pad dan kualtas gabah yang dhaslkan (Dtjen Bna Produks Tanaman Pangan, 2004).

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

Ermi Tety, Evy Maharani, dan Muhammad Setiawan. Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT

Ermi Tety, Evy Maharani, dan Muhammad Setiawan. Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT Pekbs Jurnal, Vol.4, No.1, Maret 2012: 34-43 ANALISIS TRANSMISI HARGA TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DARI PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) Ke PETANI SWADAYA DI KELURAHAN SOREK SATU KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

V ANALISIS VARIABEL MODERASI DAN MEDIASI

V ANALISIS VARIABEL MODERASI DAN MEDIASI Solmun Program Stud Statstka FMIPA UB 31 V ANALISIS VARIABEL MODERASI DAN MEDIASI A. Pengertan Varabel Moderas Varabel Moderas adalah varabel yang bersfat memperkuat atau memperlemah pengaruh varabel penjelas

Lebih terperinci