Ermi Tety, Evy Maharani, dan Muhammad Setiawan. Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ermi Tety, Evy Maharani, dan Muhammad Setiawan. Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT"

Transkripsi

1 Pekbs Jurnal, Vol.4, No.1, Maret 2012: ANALISIS TRANSMISI HARGA TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DARI PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) Ke PETANI SWADAYA DI KELURAHAN SOREK SATU KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN Erm Tety, Evy Maharan, dan Muhammad Setawan Fakultas Pertanan Unverstas Rau ABSTRACT The purpose of ths research s to nvestgate marketng channels, marketng margns of TBS ol palm and to know the part that receved by farmers, the correlaton or relatonshp between the prces of ol palm pad by PKS wth the prces receved by swadaya farmers, as well as the effect of prce changes of ol palm at PKS standard wth the prce of swadaya farmers standard at Sorek Satu Dstrct, Pangkalan Kuras Subdstrct. Ths study was conducted from August 2010 to January The method that the researcher used was survey method. The Samplng of the research was 32 swadaya farmers wth the age of palm trees between years done by purposve samplng, whereas for traders and PKS done by snow ball. Based on the results of one marketng channels n Sorek Satu and the average of marketng margns of tme seres data for the year 2010 was Rp. 245,25, whle the share of farmers s 87%. The correlaton value of the prce from swadaya farmers standard wth the prce PKS standard was and the prce transmsson based on the coeffcent regresson value of b1 was 0,884. Keywords: Marketng Channels, Margns, Prce Transmsson, Swadaya Farmers. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sektor perkebunan kelapa sawt merupakan salah satu sektor yang saat n menduduk poss pentng dan menjad sektor unggulan perkebunan d Indonesa. Pemerntah daerah Rau mengembangkan sektor pertanan khususnya sub sektor perkebunan sebaga salah satu alternatf pembangunan ekonom pedesaan. Komodt yang dkembangkan adalah kelapa sawt sebaga komodt utama. Salah satu sentra perkebunan kelapa sawt d Provns Rau adalah Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan. Petan pola swadaya merupakan pengusahaan atau pengelolaan kebun yang dlakukan oleh masyarakat secara swadaya dengan dana sendr dan usaha mandr mula dar pengadaan sarana dan prasarana produks sampa dengan pemasaran hasl panen kelapa sawt berupa TBS, sedangkan pemasaran kelapa sawt dalam bentuk TBS ke Pabrk Kelapa Sawt (PKS) dlakukan petan kelapa sawt swadaya melalu lembaga pemasaran yang ada. Pada umumnya, pemasaran kelapa sawt dalam bentuk TBS merupakan permasalahan yang serng dhadap oleh petan swadaya. Pemasaran TBS ke Pabrk Kelapa Sawt (PKS) yang dlakukan oleh petan swadaya banyak dlakukan melalu lembaga pemasaran yang ada. Dperlukan adanya penanganan yang lebh bak dar sstem pemasaran komodt n. Sstem pemasaran yang bak akan memberkan keuntungan yang lebh besar kepada petan khususnya petan swadaya sehngga akan merangsang petan untuk menngkatkan produksnya bak seg kualtas maupun kuanttas. 34

2 Analss Tranms harga Tandan Buah Segar (TBS) dar Pabrk Kelapa Sawt (PKS) ke Petan Swadaya (Erm Tety, Ev Maharan & Muhammad Setawan) Adapun tujuan dar peneltan n adalah untuk mengetahu dan menganalss (1) Hubungan antara harga kelapa sawt yang dbayarkan PKS dengan harga yang dterma petan swadaya dan (2) Pengaruh perubahan harga (transms harga) kelapa sawt dtngkat PKS dengan harga dtngkat petan swadaya. 35 KAJIAN PUSTAKA Kelapa Sawt Tanaman kelapa sawt (Elaes gunenss Jack.) berasal dar Ngera, Afrka Barat. Meskpun demkan, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawt berasal dar Amerka Selatan yatu Brazl karena lebh banyak dtemukan speses kelapa sawt d hutan Brazl dbandngkan dengan Afrka. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawt hdup subur dluar daerah asalnya, sepert Malaysa, Indonesa, Thaland, dan Papua Nugn. Bahkan mampu memberkan hasl produks per hektar yang lebh tngg. Kelapa sawt kn telah menyebar d Indonesa, bahkan sebagan besar perkebunan rakyat telah dalhfungskan menjad kebun kelapa sawt. Pengembangan perkebunan tdak hanya darahkan pada sentra-sentra produks sepert Sumatera dan Kalmantan, tetap daerah potens pengembangan sepert Sulawes dan Iran Jaya terus dlakukan. Data dlapangan menunjukkan kecenderungan penngkatan luas areal perkebunan kelapa sawt khususnya perkebunan rakyat (Fauz, 2002) Dar potens yang ada, pembangunan perkebunan kelapa sawt d daerah Rau juga akan membuka peluang pembangunan ndustr hulu-hlr kelapa sawt, membuka peluang usaha, tumbuhnya dversfkas usaha, dan menngkatkan sumber devsa bag daerah Rau. Pembangunan n juga akan membuka peluang kerja d daerah dan akan menumbuhkan sektor ekonom lannya yang pada glrannya akan memunculkan daerah-daerah baru sebaga pusat-pusat pertumbuhan wlayah (Syahza, 2004) Pemasaran Pemasaran pertanan adalah proses alran komodt yang dserta perpndahan hak mlk dan pencptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk yang dlakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebh fungsfungs pemasaran (Sudyono, 2001). Soekartaw (2004) menyatakan cr produk pertanan akan mempengaruh mekansme pemasaran. Oleh karena tu serng terjad harga produks pertanan yang dpasarkan menjad fluktuas secara tajam, dan kalau saja harga produks pertanan berfluktuas, maka yang serng drugkan adalah d phak petan atau produsen. Karena kejadan semacam n maka petan atau produsen memerlukan kekuatan dar dr sendr atau berkelompok dengan yang lan untuk melaksanakan pemasaran. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau ndvdu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komodt dar produsen kepada konsumen akhr serta mempunya hubungan dengan badan usaha atau ndvdu lannya. Lembaga pemasaran tmbul karena adanya kengnan konsumen untuk memperoleh komodt yang sesua dengan waktu, tempat, dan bentuk yang dngnkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungs pemasaran serta memenuh kengnan konsumen semaksmal mungkn. Konsumen memberkan balas jasa kepada lembaga pemasaran berupa margn pemasaran (Soekartaw, 2004).

3 Pekbs Jurnal, Vol.4, No.1, Maret 2012: Menurut Sudyono (2001), lemahnya poss petan dalam pemasaran pertanan dsebabkan oleh: (1) bagan pangsa pasar (market share) yang dmlk petan umumnya sangat kecl sehngga patan dalam pemasaran produk pertanan bertndak sebaga penerma harga (prce taker); (2) produk pertanan pada umumnya dproduks secara masal dan homogen, sehngga apabla petan menakkan harga komodt yang dhaslkan akan menyebabkan konsumen beralh untuk mengkonsums komodt yang dhaslkan petan lannya; (3) komodt yang dhaslkan mudah rusak (pershable), sehngga harus secepatnya djual tanpa memperhtungkan harga; (4) lokas produks terpencl dan sult dcapa oleh alat transportas yang mudah dan cepat, (5) petan kekurangan nformas harga dan kualtas serta kuanttas yang dngnkan konsumen, sehngga petan mudah dperdaya lembaga-lembaga pemasaran yang berhubungan dengan petan secara langsung, (6) adanya kredt dan pnjaman dar lembaga pemasaran kepada petan bersfat mengkat. Akbat berbaga faktor petan serngkal tdak mampu mengatur pola penawarannya pada pasar yang lebh menguntungkan. Ketdakmampuan petan tersebut antara lan dpengaruh oleh penguasaan lahan yang sempt, keterbatasan sumber pendapatan non pertanan, keterbatasan fasltas kredt, dan keterbatasan sarana transportas yang dmlk petan. Dsampng tu keterbatasan nformas pasar dan permodalan serta kebutuhan konsums yang mendesak serng pula menyebabkan petan tdak mampu mengatur penawarannya untuk mendapatkan harga yang lebh menguntungkan melalu pelaksanaan fungs-fungs pemasaran yang memada. Saluran Pemasaran Ada beberapa saluran dstrbus yang dapat dgunakan untuk menyalurkan barang bak melalu perantara maupun tdak. Perantara adalah lembaga bsns yang berorentas dantara produsen dan konsumen atau pembel ndustr. Adapun beberapa perantara tu adalah pedagang pengumpul desa dan pedagang pengumpul kecamatan. Perantara n mempunya fungs yang hampr sama, yang berbeda hanya status kepemlkan barang serta skala penjualan (Swartha, 2001). Menurut Kotler dalam Ro Srman (2007), kebanyakan produsen bekerjasama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk mereka. Perantara selanjutnya membentuk sebuah saluran pemasaran atau saluran dstrbus yang terdr dar beberapa tngkatan, yatu: - Saluran Tngkat Nol (Saluran Langsung), trerdr dar produsen menjual langsung kepada konsumen Produsen Konsumen - Saluran Tngkat Satu, terdr dar satu perantara. Dalam pasar basanya pedagang perantaranya seorang pengecer. Produsen Pengecer Konsumen - Saluran Tngkat Dua, terdr dar dua perantara. Dalam pasar mereka basanya berupa pedagang pengumpul (grosr) dan pengecer. Produsen Grosr Pengecer Konsumen - Saluran Tngkat Tga, terdr dar tga perantara, basanya berupa pedagang pengumpul (grosr), pedagang besar (pemborong), pengecer. Produsen Grosr Pemborong Pengecer Konsumen 36

4 Analss Tranms harga Tandan Buah Segar (TBS) dar Pabrk Kelapa Sawt (PKS) ke Petan Swadaya (Erm Tety, Ev Maharan & Muhammad Setawan) Beberapa sebab mengapa terjad ranta pemasaran hasl pertanan yang panjang dan produsen atau petan serng drugkan adalah antara lan sebaga berkut: (a) pasar yang tdak bekerja secara sempurna, (b) lemahnya nformas pasar, (c) lemahnya produsen memanfaatkan peluang pasar, (d) lemahnya poss produsen untuk melakukan penawaran untuk mendapatkan harga yang bak, (e) produsen melakukan usahatan tdak ddasarkan pada permntaan pasar, melankan karena usahatan yang dusahakan secara turun temurun (Soekartaw, 2004). Panjang-pendeknya saluran pemasaran yang dlalu oleh suatu hasl komodtas pertanan tergantung pada beberapa faktor, antara lan: pertama, jarak antara produsen dan konsumen. Makn jauh jarak antara produsen dan konsumen basanya makn panjang saluran pemasaran yang dtempuh oleh produk; Kedua, cepat tdaknya produk rusak. Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera dterma konsumen dan dengan demkan menghendak saluran yang pendek dan cepat; Ketga, skala produks. Bla produks berlangsung dengan ukuran-ukuran kecl, maka jumlah yang dhaslkan berukuran kecl pula, hal n akan tdak menguntungkan bla produsen langsung menjual ke pasar; Keempat, poss keuangan pengusaha. Produsen yang poss keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran (Rahm, dkk, 2007). Margn Pemasaran, Integras Pasar dan Transms Harga Margn pemasaran dapat ddefnskan dengan dua cara, yatu : Pertama, margn pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dbayar konsumen dengan harga yang dterma petan; Kedua, margn pemasaran merupakan baya dar jasa-jasa pemasaran yang dbutuhkan sebaga akbat permntaan dan penawaran jasa-jasa pemasaran. Margn pemasaran dapat dtnjau dar dua ss, yatu sudut pandang harga dan baya pemasaran. Dengan menganggap bahwa selama proses pemasaran terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlbat dalam aktftas pemasaran n, maka dapat danalss dstrbus margn pemasaran dantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlbat (Sudyono, 2001). Akan tetap pengukuran efsens pemasaran berdasarkan konseps tersebut sult dlakukan karena jasa-jasa pemasaran yang dlakukan oleh pedagang sult dukur secara kuanttatf. Beberapa ndkator emprk yang serng dgunakan dalam pengkajan efsens pemasaran d antaranya adalah margn pemasaran dan transms harga dar pasar konsumen kepada petan atau ke pasar produsen. Menurut Karjono dalam Rahm dan Hastut (2007) menjelaskan bahwa ntegras pasar ddefnskan sebaga pergerakan harga yang berhubungan dengan dua pasar atau lebh. Lebh jauh djelaskan bahwa hal tersebut dgunakan untuk mengetahu seberapa besar pembentukan harga suatu komodtas pada suatu tngkat lembaga pemasaran dpengaruh oleh harga dtngkat lembaga pemasaran lannya. Untuk mengkaj ntegras pasar dgunakan analss korelas. Menurut Azzano dalam Rahm dan Hastut (2007), koefsen korelas dapat memberkan penafsran sampa berapa jauh pembentukan harga suatu komodtas pada suatu tngkat pasar dpengaruh oleh pasar lannya. Dnamka jangka pendek harga komodtas pertanan d daerah konsumen pada umumnya memlk pola yang sama dengan dnamka harga d daerah produsen karena permntaan yang dhadap petan d daerah produsen merupakan turunan dar permntaan d daerah konsumen. Jka terjad kenakan harga d pasar konsumen akbat naknya permntaan maka pedagang akan meneruskan kenakan harga tersebut kepada petan sehngga harga d pasar produsen juga mengalam penngkatan. Akan tetap proses transms harga dar pasar konsumen ke pasar 37

5 Pekbs Jurnal, Vol.4, No.1, Maret 2012: produsen tersebut umumnya tdak sempurna dan bersfat asmetrs, artnya jka terjad kenakan harga d pasar konsumen, maka kenakan harga tersebut dteruskan kepada petan secara lamban dan tdak sempurna, sebalknya jka terjad penurunan harga. Pola transms sepert n menyebabkan fluktuas harga d pasar konsumen cenderung lebh tngg dbandng fluktuas harga d pasar produsen dan perbedaan fluktuas harga tersebut akan semakn besar apabla transms harga yang terjad semakn tdak sempurna (Irawan, 2007). Akbat poss tawar yang lemah, terkat dengan berbaga kendala yang dhadap, maka proses transms harga tersebut yang bersfat asmetrs dmana penurunan harga konsumen dteruskan kepada petan secara cepat dan sempurna, sebalknya kenakan harga dteruskan secara lamban dan tdak sempurna. Konsekuensnya adalah petan serngkal mengalam tekanan harga dan ketdakpastan pendapatan petan relatf tngg akbat fluktuas harga yang tngg. Tdak adanya hubungan langsung secara nsttusonal dantara pelaku agrbsns menyebabkan katannya fungsonalnya yang harmons tdak terbentuk dan setap pelaku agrbsns hanya memkrkan kepentngannya sendr, tanpa menyadar bahwa mereka salng membutuhkan dan salng tergantung untuk dapat mengembangkan usahanya. Struktur agrbsns yang demkan menyebabkan terbentuknya margn ganda akbat ranta pemasaran yang panjang sehngga ongkos produks yang harus dbayar konsumen menjad lebh mahal, sementara masalah transms harga dan nformas pasar yang tdak sempurna tdak dapat dhndar akbat tdak adanya kesetaraan poss tawar, terutama antara petan dan pedagang (Suharyanto, 2005). Menurut Sudyono (2001), elaststas transms merupakan perbandngan perubahan nsb dar harga d tngkat pengecer dengan perubahan harga dtngkat petan. Dengan mengetahu hubungan antara perubahan nsb dengan harga dtngkat pengecer dan perubahan nsb harga dtngkat petan, maka dharapkan dapat memberkan nformas pasar tentang: 1) Kemungknan adanya peluang kompets yang efektf dengan jalan memperbak market tranperency, 2) Kesembangan penawaran dan permntaan antara petan dengan pedagang, sehngga dapat mencegah fluktuas yang berlebhan, 3) Kemungknan pengembangan pedagang antar daerah dengan mengajukan nformas perkembangan pasar nasonal atau lokal, 4) Kemungknan pengurangan resko produks dan pemasaran sehngga dapat mengurang kerugan, dan 5) Peluang perbakan pemasaran (terutama campur tangan harga) dengan menyedakan analss yang relevan pada pembuat keputusan (decson maker). Petan Swadaya Petan pola swadaya dalam menjalankan usahatannya belum sepenuhnya mengaplkaskan lmu yang mereka dapat ataupun dalam pengalaman mereka bekerja sebaga tenaga dperkebunaan. Sebagan besar mash melakukan pengelolaan sesua dengan tngkat kemampuan, sebaga contoh dalam pengunaan pupuk, mereka melakukan pemupukan ketka mereka ada uang yang cukup untuk tu, sedkt yang berfkr untuk melakukan pemnjaman. Untuk masa-masa akan datang luas areal kelapa sawt akan terus berkembang, karena tnggnya anmo masyarakat terhadap perkebunan kelapa sawt. Perkembangan luas areal perkebunan tersebut tentu akan dkut oleh penngkatan produks Tandan Buah Segar (TBS). Dar ss lan untuk pengolahan TBS harus ddukung oleh Pabrk Kelapa Sawt (PKS). Namun kenyataannya pabrk kelapa sawt yang ada tdak mencukup untuk menampung TBS dar kebun petan bak petan plasma maupun petan swadaya, n mengakbatkan menngkatkan supla dar TBS terutama sekal dar perkebunan rakyat (Swadaya) (Syahza, 2004). 38

6 Analss Tranms harga Tandan Buah Segar (TBS) dar Pabrk Kelapa Sawt (PKS) ke Petan Swadaya (Erm Tety, Ev Maharan & Muhammad Setawan) Menurut Had, dkk (2009) petan swadaya murn sama sekal belum memlk kelembagaan sepert KUD dan kelompok tan, yang dsebabkan lemahnya pembnaan oleh nstans terkat, sebaga akbat tdak terdatanya pekebun kelapa sawt murn. Perkebunan kelapa sawt swadaya murn d Provns Rau berkembang dsektar areal pengembangan perkebunan pola PIR, karena terkat dengan penyebaran teknk buddaya kelapa sawt, tersedanya nfrastruktur dan pabrk pengolahan (PKS) sebaga penampung hasl (TBS). Perkebunan kelapa sawt swadaya murn berkembang secara alam tanpa pembnaan dan subsd pemerntah, dengan sumber pembayaan berasal dar modal sendr dan sebagan kecl memanfaatkan pnjaman kredt nformal (non-bank). METODE PENELITIAN Peneltan n dlaksanakan d Kelurahan Sorek Satu Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan Provns Rau terhtung bulan Agustus 2010 sampa dengan bulan Januar Lokas peneltan n dtentukan secara sengaja (purposve) dengan pertmbangan bahwa Kecamatan Pangkalan Kuras merupakan sentra perkebunan kelapa sawt yang terluas d Kabupaten Pelalawan dan Kelurahan Sorek Satu merupakan salah satu sentra pengembangan perkebunan kelapa sawt petan swadaya d Kecamatan Pangkalan Kuras. Peneltan n dlaksanakan dengan metode surve, pengamblan sampel dlakukan dengan cara purposve samplng terhadap petan kelapa sawt pola swadaya yang tanaman kelapa sawtnya berumur tahun dengan pertmbangan pada umur tersebut merupakan masa-masa produktf tanaman kelapa sawt petan pola swadaya d Kelurahan Sorek Satu. Jumlah sampel untuk petan dtentukan sebanyak 10% dar dar jumlah populas yatu 312 orang petan swadaya sehngga petan sampel yang dambl adalah sebanyak 32 orang petan swadaya d Kelurahan Sorek Satu Kecamatan Pangkalan Kuras. Data dambl terdr dar data prmer dan data sekunder. Analss Data Data yang dkumpulkan selanjutnya dtabulaskan dan danalss sesua dengan tujuan peneltan. 1. Analss Koefsen Korelas Harga (r) Koefsen korelas dapat dgunakan untuk memberkan penafsran sampa berapa jauh pembentukan harga suatu komodtas pada suatu tngkat pasar dpengaruh oleh pasar lannya. Korelas harga dukur dengan menggunakan data berkala (tme seres data) berupa data harga d tngkat pedagang pengumpul (Pf) dan d tngkat PKS (Pr) selama perode Bulan Januar-Desember Jka dar hasl perhtungan dperoleh angka korelas harga (r) mendekat satu, maka n menunjukkan keeratan hubungan harga pada tngkat pasar tersebut dan juga untuk melhat sstem persangan pasar yang terjad. Untuk mencar korelas antara harga yang dbayarkan PKS dengan harga yang dterma petan, dhtung dengan menggunakan rumus (Sudyono, 2001): Pr. Pf r = 2 ( Pr ) 2. Pf 0, 5 keterangan: r : Korelas antara harga dtngkat PKS dengan harga dtngkat petan Pr : Harga dtngkat PKS (Rp/Kg) Pf : Harga dtngkat pedagang pengumpul (Rp/Kg) 39

7 Pekbs Jurnal, Vol.4, No.1, Maret 2012: Analss Transms Harga Analss transms harga bertujuan untuk mengetahu penampakan pasar antara pasar tngkat produsen dan pasar tngkat konsumen (Azzano, 1982 dalam Suharyanto, 2005). Pada peneltan n, analss transms harga dukur dar harga dtngkat pedagang pengumpul dan PKS dengan menggunakan model regres sederhana yakn: P f = b 0 + b 1 P r, dtransformaskan dalam bentuk lner menjad : nσ Pr Pf ( Σ Pr )( Σ Pf ) b 1 = { n Σ Pr }{ } 2 ( Pr ) 2 2 ( ) 2 Σ npf Pf keterangan: b0 : Intersept b1 : Koefsen transms harga P r : Harga rata-rata tngkat PKS (Rp/Kg) P f : Harga rata-rata tngkat pedagang pengumpul (Rp/Kg) n : Jumlah sampel Krtera pengukuran pada analss transms harga adalah: 1) Jka b1 = 1, berart marjn pemasarannya tdak dpengaruh oleh harga dtngkat konsumen (PKS). Artnya pasar yang dhadap oleh seluruh pelaku pemasaran merupakan pasar yang bersang sempurna dan sstem pemasaran telah efsen. 2) Jka b1 > 1, berart laju perubahan harga dtngkat petan lebh besar darpada laju perubahan harga dtngkat konsumen (PKS). Artnya pasar yang dhadap oleh pelaku pemasaran bersang tdak sempurna. 3) Jka b1 < 1, berart laju perubahan harga dtngkat petan lebh kecl darpada laju perubahan harga dtngkat konsumen (PKS), artnya pasar yang dhadap oleh pelaku pemasaran bersang tdak sempurna. Dengan kata lan sstem pemasaran berlangsung tdak efsen. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Identtas Petan Swadaya Jumlah petan sampel terbanyak berada pada kelompok umur tahun yatu sebanyak 9 orang atau 28,13% sedangkan jumlah petan sampel terkecl terdapat pada kelompok umur datas 65 tahun yatu hanya 1 orang atau 3,12%. Untuk tngkat penddkan, dketahu bahwa 53,12 % dar petan sampel sudah melaksanakan penddkan wajb belajar 9 tahun yang terdr atas 34,37% petan berpenddkan hngga tngkat SLTP dan tngkat penddkan tertngg adalah jenjang SLTA berjumlah 18,75%. Pengalaman berusahatan akan mempengaruh keberhaslan yang dcapa oleh petan. Petan swadaya yang sudah memlk pengalaman berusahatan berksar antara 11 hngga 15 tahun sebanyak 78,12% dan ssanya memlk pengalaman berusahatan lebh dar 20 tahun. Luas lahan sangat mempengaruh hasl produks karena semakn besar luas lahan pertanan yang dusahakan semakn besar pula hasl yang dperoleh dan sebalknya semakn kecl luas lahan pertanan yang dusahakan semakn kecl pula haslnya. Berdasarkan pengamatan d lapangan, banyak petan swadaya d Kelurahan Sorek Satu menggunakan lahan pekarangan rumah sebaga tempat berusahatan sawt. Sebanyak 68,76% petan sampel atau sebanyak 22 orang memlk luas lahan berusahatan sawt seluas 1-3 hektar. Sedangkan luas lahan antara 4-6 hektar dmlk oleh 8 orang petan sampel atau berjumlah 25% dan ssanya adalah petan yang memlk lahan lebh dar 10 hektar berjumlah 1 orang atau 3,12%. Petan swadaya d Sorek Satu memlk jumlah tanggungan keluarga yang berbeda-beda, tetap lebh ddomnas dalam ksaran 4-6 orang dengan jumlah 40

8 Analss Tranms harga Tandan Buah Segar (TBS) dar Pabrk Kelapa Sawt (PKS) ke Petan Swadaya (Erm Tety, Ev Maharan & Muhammad Setawan) persentase mencapa 56,25%, ssanya 37,50% memlk jumlah tanggungan keluarga yatu 1-3 orang dan 6,25% memlk tanggungan lebh dar 6 orang. 2. Identtas Pedagang Pengumpul Dalam peneltan n, dengan pengamblan sampel dlakukan melalu cara snow ball dengan mengkut saluran pemasaran TBS dar petan dan dperoleh sampel pedagang pengumpul sebanyak 7 orang. Secara keseluruhan pedagang pengumpul (agen) yang menjad sampel dalam peneltan n berada pada umur produktf. Kelompok umur terbanyak berada pada ksaran kelompok umur tahun yang berjumlah 57,14%. Sedangkan ssanya pada ksaran umur sebanyak 28,58% dan ksaran umur sebanyak 14,28%. Persentase tngkat penddkan pedagang sampel berbeda-beda. 57,14% pedagang pengumpul tngkat penddkannya berada pada tngkat SLTP. Sedangkan ssanya adalah SLTA berjumlah 28,58% dan SD jumlah 14,28%. Dapat dsmpulkan bahwa tngkat penddkan pedagang pengumpul sudah relatf tngg. Dar 7 sampel pedagang, menunjukkan bahwa tngkat pengalaman berdagang sudah cukup bak dmana dar 3 pedagang pengumpul sudah memlk pengalaman berdagang berksar antara 9-12 tahun. Hanya 1 pedagang saja yang memlk pengalaman berdagang selama 1-4 tahun. Hal n menunjukkan bahwa pengalaman berdagang yang dmlk pedagang pengumpul sudah cukup tngg dan dapat dkatakan dengan pengalaman tersebut pedagang pengumpul sudah berpengalaman dalam menghadap masalah dan tahu bagamana cara untuk mengatasnya sepert halnya pedagang sudah berpengalaman dalam menentukan TBS yang layak untuk djual ke PKS. Banyaknya jumlah tanggungan dalam keluarga akan mempengaruh penyedaan pangan yang akan dsedakan oleh pedagang sampel sebaga kepala keluarga. Apabla dalam suatu keluarga memlk usa produktf akan dapat merngankan beban keluarga tersebut. Dketahu bahwa masng-masng pedagang pengumpul memlk tanggungan keluarga dengan persentase terbanyak yatu 57,14% berada pada ksaran 5-8 orang anggota keluarga dan 42,86% atau sebanyak 3 orang memlk tanggungan keluarga pada ksaran 1-4 orang. 3. Pabrk Kelapa Sawt Pabrk Kelapa Sawt yang menjad tempat pengolahan TBS oleh responden pada peneltan n adalah PT. Sumber Sawt Sejahtera (SS). Tdak adanya kontrak antara pedagang pengumpul (agen) dengan PKS pada pemasaran TBS kelapa sawt membuat pedagang leluasa dalam memlh PKS. Tentunya pedagang akan memlh PKS yang mau membel TBS kelapa sawt dengan harga yang tngg. Selama peneltan berlangsung, sebagan besar pedagang menjual TBS kelapa sawt pada PT. Sumber Sawt Sejahtera (PT. SS). PT. Sumber Sawt Sejahtera berada d Desa Terantang Manuk Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan. PT. SS berdr pada tanggal 8 Jun 2005 terletak d Jalan Lntas Tmur km 96, jarak antara jalan raya dengan lokas pabrk adalah sejauh ± 1,5 km dengan konds jalan masuk pabrk berupa jalan tanah. PT.Sumber Sawt Sejahtera memlk karyawan sebanyak 160 orang yang bergerak dalam bdang pengelolaan TBS sawt menjad CPO memlk kapastas produks 45 ton per jam dan memlk kebun seluas hektar. Pabrk Sumber Sawt Sejahtera mengelola sawt yang berasal dar kebun petan swadaya dan juga yang berasal dar kebun petan plasma melalu KUD. Adapun KUD yang bermtra dengan PT. SS n adalah KUD Harapan Jaya dar Desa Harapan Jaya, KUD Berngn Jaya dar Desa Berngn Indah, KUD Salang Indah dar Desa Salang Indah dan KUD Panca Eka Tama dar Desa Merant. 41

9 Pekbs Jurnal, Vol.4, No.1, Maret 2012: Analss Korelas Harga Dalam peneltan n, analss korelas harga dengan menggunakan data tme seres mngguan harga kelapa sawt dtngkat pedagang pengumpul dan juga dtngkat PKS selama perode tahun Analss korelas harga bertujuan untuk mengetahu keeratan hubungan harga pada tngkat pasar. Koefsen korelas n juga menunjukkan adanya hubungan lner antara harga dtngkat pedagang pengumpul (Pf) dengan harga dtngkat PKS (Pr) berdasarkan tngkat keeratan sebesar koefsen korelasnya. Dar hasl perhtungan dengan menggunakan perhtungan SPSS dperoleh nla korelas harga (r) d tngkat petan dengan harga dtngkat pedagang adalah sebesar 0,976, artnya nla korelas yang mendekat 1 menunjukkan keeratan hubungan yang kuat antara harga d tngkat pedagang dengan harga d tngkat petan. Dengan nla r < 1, juga berart kedua pasar berntegras tdak sempurna. Dengan ntegras pasar yang tdak sempurna maka struktur pasar yang terbentuk bukan merupakan pasar persangan sempurna dan mengarah ke monopson. Dapat dkatakan secara umum bahwa sstem pemasaran yang terbentuk tdak efsen (Suharyanto, 2006). 5. Analss Transms Harga Berdasarkan penghtungan melalu SPSS, hasl dar analss regres dan koefsen harga dtngkat PKS dengan harga dtngkat petan, dengan menggunakan model Pf = b0 + b1 Pr dperoleh persamaan regres sebaga berkut: Pf = ,884 Pr Nla koefsen regres b1 (0,884) menunjukkan nla transms harga. Nla transms harga lebh kecl dar satu (b1 < 1), berart laju perubahan harga dtngkat petan lebh kecl darpada laju perubahan harga dtngkat konsumen, artnya pasar yang dhadap oleh pelaku pemasaran bersang tdak sempurna, dengan kata lan sstem pemasaran berlangsung tdak efsen. Nla koefsen regres b1 (0,884) juga dartkan bahwa perubahan harga sebesar 1% dtngkat PKS mengakbatkan perubahan harga sebesar 0,88% dtngkat petan. Nla transms harga (b1) lebh kecl dar satu juga mengndkaskan bahwa transms harga yang terbentuk antara pasar petan dengan pasar konsumen (PKS) lemah sehngga struktur pasar yang terbentuk adalah bukan pasar persangan sempurna. Akbat poss tawar petan yang lemah terkat dengan berbaga kendala yang dhadap, maka proses transms harga tersebut bersfat asmetr dmana penurunan harga konsumen dteruskan kepada petan secara cepat dan sempurna, sebalknya kenakan harga dteruskan secara lambat dan tdak sempurna. Konsekuensnya adalah petan serngkal mengalam tekanan harga dan ketdakpastan pendapatan petan relatf tngg akbat fluktuas harga yang tngg (Suharyanto,2005). KESIMPULAN Kesmpulan Nla korelas harga antara harga dtngkat petan dengan harga dtngkat pedagang adalah sebesar 0,976, artnya nla korelas yang mendekat 1 menunjukkan keeratan hubungan yang tngg antara harga d tngkat PKS dengan harga d tngkat petan. Dengan nla r <1, juga berart kedua pasar berntegras tdak sempurna dan mengarah kepada pasar monopson. Nla transms harga antara harga dtngkat petan dan pedagang yang dperoleh adalah b1 (0,884) atau b1 < 1 yang berart laju perubahan harga dtngkat petan lebh kecl darpada laju perubahan harga dtngkat PKS, artnya pasar yang 42

10 Analss Tranms harga Tandan Buah Segar (TBS) dar Pabrk Kelapa Sawt (PKS) ke Petan Swadaya (Erm Tety, Ev Maharan & Muhammad Setawan) dhadap oleh pelaku pemasaran bersang tdak sempurna. Nla koefsen regres b1 (0,884) juga dartkan bahwa perubahan harga sebesar 1% dtngkat PKS mengakbatkan perubahan harga sebesar 0,88 % dtngkat petan. Saran 1. Petan dsarankan untuk lebh cermat dalam menykap fluktuas harga dengan cara mengkut nformas pasar yang berkembang. 2. Adanya penetapan standar kualtas TBS serta adanya pola kemtraan dan kontrak kerjasama antara petan serta pedagang sehngga dapat menngkatkan poss petan yang selama n hanya bertndak sebaga prce taker (penerma harga) saja. 3. Pemerntah dsarankan untuk membuat sebuah badan yang turun langsung ke lapangan dalam memantau perkembangan harga yang dbuat oleh pedagang pengumpul sehngga pedagang tdak sembarangan dalam menentukan harga sepert mengaktfkan UPTD (Unt Pelayanan Terpadu Daerah) yang aktf memantau pergerakan harga untuk d nformaskan kepada petan. DAFTAR PUSTAKA Fauz, Y. dan Erna Wdyastut Y Kelapa sawt, Buddaya-Pemanfaatan Hasl dan Lmbah-Analss usaha dan pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. Had, S. Ahmad Rfa. dan Nurul Qomar Industr Kelapa Sawt Rakyat d Rau Membangun Kemandran Petan. Unr Press. Pekanbaru. Irawan, B Fluktuas Harga, Transms Harga dan Margn Pemasaran Sayuran dan Buah. Jurnal Analss Kebjakan Pertanan.Volume 5 No. 4, Desember 2007 : Dakses pada tanggal 22 Jun Rahm. A dan Dah Retno Dw Hastut Ekonomka Pertanan. Penebar Swadaya. Depok. Soekartaw Agrbsns Jakarta. Teor dan Aplkasnya. Raja Grafndo Persada. Sudyono, A Pemasaran Pertanan. Unverstas Muhammadyah Malang. Malang. Suharyanto Analss Pemasaran Dan Tatanaga Anggur d Bal. ejournal.unud.ac.d/abstrak/(2)%20soca-suharyanto%20dan%20parwat - pemasaran%20anggur(1).pdf. Dakses pada tanggal 28 Aprl Suharyanto, Jemmy Rnald dan Rubyo Struktur Pasar Beberapa Komodtas Hortkultura d Kabupaten Buleleng. go.d/nd/2006/sp/strukturpasar.doc. Dakses pada tanggal 8 Maret Swartha, B. Sudkodjo. I, Pengantar Bsns Modern. Lberty Offset. Yogyakarta Syahza, A Dampak Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawt Terhadap Multpler Effect Ekonom Pedesaan. Dakses pada tanggal 28 Aprl

Analisis Saluran Pemasaran dan Transmisi Harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit pada Petani Swadaya (Ermi Tety, Evy Maharani & Selviana Deswita)

Analisis Saluran Pemasaran dan Transmisi Harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit pada Petani Swadaya (Ermi Tety, Evy Maharani & Selviana Deswita) Analss Saluran Pemasaran dan Transms Harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawt pada Petan Swadaya (Erm Tety, Evy Maharan & Selvana Deswta) ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA TANDAN BUAH SEGAR

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA PADA PETANI BOKAR DI DESA SEI TONANG KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA PADA PETANI BOKAR DI DESA SEI TONANG KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA PADA PETANI BOKAR DI DESA SEI TONANG KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR Ftra Nngsh, Erm Tety, Evy Maharan Fakultas Pertanan Unverstas Rau Ftra_Iskam@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara) ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Stud kasus d 3 kecamatan d Kabupaten Halmahera Utara) Polteknk Perdamaan Halmahera ABSTRACT ISSN : 1907-7556 The research amed to determne (1) coconut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3. Sejarah dan Kegatan Operasonal Perusahaan 8 3.. Sejarah Perkemangan Kantor Perwaklan Bank Indonesa Wlayah I (Sumut & Aceh) 8 3. Struktur Organsas dan Deskrps Tugas Kantor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

I. PENGANTAR STATISTIKA

I. PENGANTAR STATISTIKA 1 I. PENGANTAR STATISTIKA 1.1 Jens-jens Statstk Secara umum, lmu statstka dapat terbag menjad dua jens, yatu: 1. Statstka Deskrptf. Statstka Inferensal Dalam sub bab n akan djelaskan mengena pengertan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan atau bisa disebut dengan kata field research yakni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan atau bisa disebut dengan kata field research yakni dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang dlakukan secara langsung d lapangan atau bsa dsebut dengan kata feld research yakn dengan melakukan peneltan dan pengamblan

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci