JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013"

Transkripsi

1 EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Producton s Effcency And Income Of Tobacco Farmng In East Lampung Regency) Erza Estarza, Fembrart Erry Prasmatw, Hurp Santoso Jurusan Agrbsns, Fakultas Pertanan, Unverstas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantr Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35141, Telp , e-mal: erzaestarza@yahoo.com ABSTRACT Ths study ams to analyze the producton s effcency of tobacco n East Lampung Regency, determne the factors that nfluence the techncal effcency of tobacco farm n East Lampung Regency, and determne the amount of tobacco farmng ncome n East Lampung Regency. The research was conducted n proposve selected two dstrcts, namely Batanghar Nuban and Purbolnggo of East Lampung Regency. The samples were drawn from the populaton by smple random desgn, resulted a total sample of 60 tobacco s farmers. The analyses used n ths research were descrptve qualtatve and quanttatve analyss. The frst purpose was answered by usng fronter producton functon, the second by multple lnear regresson analyss and the thrd by employng ncome analyss. The results showed that tobacco farmng n East Lampung Regency was not techncally effcent, techncal effcency of farmng n East Lampung Regency was 73,85%. The factors that nfluence sgnfcantly n techncal effcency of tobacco farm n East Lampung Regency was farmng experence, formal educaton, counselng frequency and spacng of tobacco. Tobacco farmng n East Lampung Regency was proftable because t had a value of R/C=1.85 and ncome Rp20,934, per hectar. Keywords: effcency, fronter, ncome, tobacco farmng PENDAHULUAN Tanaman perkebunan dsebut sebaga komodtas masa depan yang menjanjkan dan memlk berbaga keuntungan. Salah satu tanaman perkebunan yang memlk nla komersal adalah tembakau. Tembakau merupakan tanaman yang dapat menjad tanaman penyela musm panas yang bsa dtanam d areal persawahan. Pada saat petan pad tdak mendapat jatah ar rgas untuk bercocok tanam pad sawah, maka lahan sawah tersebut dapat dmanfaatkan untuk buddaya tembakau. Kabupaten Lampung Tmur merupakan produsen tembakau terbesar d Provns Lampung dengan luas areal dan produks cukup besar. Luas areal dan produks tembakau d Kabupaten Lampung Tmur pada tahun 2012 cenderung mengalam penngkatan hngga 112 persen (159 ha) apabla dbandngkan tahun 2009 (75 ha) (Badan Pusat Statstk 2011). Namun produktvtas yang dhaslkan mash tergolong rendah yatu 0,91 ton/ha apabla dbandngkan dengan sasaran kebjakan pemerntah mengena ntensfkas tembakau yatu 1,2 ton per hektar (Larsto 2005). Usahatan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur merupakan hasl kemtraan antara PT Export Leaf Indonesa (ELI) dengan petan mtra. Kemtraan yang terjaln dartkan sebaga kerjasama yang snergs antara dua belah phak untuk melaksanakan suatu kegatan usahatan tembakau. Haslnya, para pemasok dan petan yang menjad mtra telah mampu memasok tembakau yang berkualtas bag fasltas produks perusahaan pengelola. Program kemtraan PT Export Leaf Indonesa (ELI) bertujuan untuk membantu para petan mengembangkan usaha pertanan tembakau berkualtas yang berkesnambungan. Produktvtas tembakau yang mash tergolong rendah mengndkaskan bahwa petan belum mampu mengalokaskan faktor-faktor produks secara efsen sehngga hasl yang dperoleh tdak optmal. Berdasarkan konds tersebut, maka dbutuhkan cara untuk menngkatkan produktvtas yatu dengan menngkatkan tngkat efsens penggunaan faktor-faktor produks pada usahatan tembakau. Teknk buddaya yang dlakukan petan, termasuk penggunaan dar faktor-faktor produks juga mempengaruh efsens tekns dar suatu usahatan. Semakn efsen petan mengalokaskan faktor produksnya maka usahatan yang dlakukan 264

2 akan semakn efsen dan mampu hasl yang optmal. memberkan Permasalahan mengena produktvtas terkat dengan efsens. Efsens dapat mempengaruh tngkat produks dengan menunjukkan pada seberapa besar output maksmum dapat dhaslkan dar tap atau kombnas nput yang terseda. Menngkatnya produktvtas n, maka berpengaruh pada penermaan dan pendapatan yang petan peroleh. Oleh karena tu peneltan tentang efsens produks tembakau sangat relevan untuk dlakukan. Berdasarkan masalah d atas, maka peneltan n bertujuan untuk menganalss efsens produks usahatan tembakau, menganalss faktor-faktor yang mempengaruh efsens tekns usahatan tembakau, dan menghtung besarnya pendapatan usahatan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur. METODE PENELITIAN Peneltan dlakukan dengan menggunakan metode surve. Lokas peneltan dtentukan secara purposve d Kabupaten Lampung Tmur yang merupakan sentra produks tembakau d Provns Lampung. Kemudan dengan cara yang sama dplh dua kecamatan sentra tembakau yatu Kecamatan Purbolnggo dan Kecamatan Batanghar Nuban. Desa yang dplh dar masngmasng kecamatan sebanyak satu desa yang memlk populas petan tembakau terbanyak sehngga terplhlah Desa Tegal Gondo dan Desa Sukaraja Nuban. Data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data prmer dan sekunder. Data prmer dperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan petan responden berdasarkan daftar pertanyaan (kusoner) yang telah dsapkan. Data sekunder dambl dar sumber-sumber atau nstans-nstans terkat, laporan-laporan, publkas, dan pustaka lannya yang berhubungan dengan peneltan n. Pengamblan data dlakukan pada bulan Januar- Maret Populas petan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur sebanyak 180 orang. Populas petan tembakau d Kecamatan Purbolnggo sebesar 135 orang dan d Kecamatan Batanghar Nuban adalah 45 orang (Dnas Perkebunan Kabupaten Lampung Tmur 2012). Perhtungan jumlah sampel dalam peneltan n menggunakan rumus (Sugarto 2003) NZ 2 S 2 n = Nd 2 +Z 2 S 2... (1) Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populas S 2 = Varas sampel (5% = 0,05) Z = Tngkat kepercayaan (95% = 1,95) d = Derajat penympangan (5% = 0,05) Berdasarkan rumus d atas maka dperoleh jumlah sampel 60 orang. Dengan alokas proporsonal maka dperoleh jumlah sampel dar Kecamatan Purbolnggo adalah 45 petan dan dar Kecamatan Batanghar Nuban adalah 15 petan. Pengukuran Efsens Produks Persamaan yang dgunakan untuk menggambarkan hubungan antara nput dengan output dalam proses produks dan untuk mengetahu tngkat keefsenan suatu faktor produks adalah fungs produks fronter. Model produks fronter dmungknkan menduga atau memperkrakan efsens relatf suatu kelompok atau usahatan tertentu yang ddapatkan dar hubungan antara produks dan potens produks yang dapat dcapa. Kelebhan pendekatan fungs produks fronter adalah dapat menduga tngkat efsens pada masng-masng usahatan. Fungs fronter dperoleh dengan cara memasukkan penggunaan nput-nput ke dalam fungs produks fronter (Soekartaw 2002): o 7 yf x e...(2) 1 j yf = Log yf x = Log x Y = Output usaha tan ke- α o = Konstanta α = Elaststas untuk output ke- x j = Kuanttas penggunaan nput ke-j untuk usahatan ke- = Kesalahan-kesalahan (error) E Teknk yang dgunakan untuk menduga fungs produks fronter dengan menggunakan lner programmng yatu sebaga berkut : Dmnmalkan : Dengan syarat : o x x y...(3) X = Kuanttas penggunaan nput ke- X 1 = Luas lahan (ha) o a 265

3 X 2 = Benh (gram) X 3 = Pupuk fertla (kg) X 4 = Pupuk KNO 3 (kg) X 5 = Pupuk ferthpos (kg) X 6 = Pupuk dolomt (kg) X 7 = Tenaga kerja (hkp) Y = Hasl produks aktual usaha tan tembakau ke- ( = 1,,42) α o dan α adalah parameter yang dduga. Efsens tekns masng-masng dhtung dengan rumus (Soekartaw, 1994) : ET = Y x 100 persen... (4) ET = Tngkat efsens tekns (produks) usahatan ke- Y = Produks aktual usaha tan ke- = Produks potensal/fronter usaha tan ke- Y f Keputusan: Ho : ET = 1 (rata-rata efsens usahatan sama dengan satu) berart usaha tan yang dlakukan sudah efsen secara tekns H 1 : ET < 1 (rata-rata efsens usahatan tdak sama dengan satu) berart usahatan yang dlakukan belum efsen secara tekns Pengukuran Faktor Yang Mempengaruh Efsens Usahatan Tembakau Pengukuran faktor-faktor yang mempengaruh efsens tekns usahatan tembakau yatu menggunakan metode statstk menurut Coell (1998) dengan regres lner berganda sebaga berkut : 6 1 Y = a 0 + a S + d D j + e... (5) Y = Efsens Usahatan (persen) S 1 = Skala usaha (ha) S 2 = Umur (th) S 3 = Penddkan petan (tahun) S 4 = Pengalaman petan (tahun) S 5 = Frekuens penyuluhan pertanan (kal) S 6 = Rsko usahatan D 1 = Jarak tanam (D=1, sesusa anjuran perusahaan, dan D=0, tdak sesua anjuran perusahaan) Pengukuran Pendapatan Usahatan Tembakau Pendapatan dar suatu model usahatan tembakau dapat dkaj melalu analss pendapatan usahatan yang secara matemats dapat drumuskan sebaga berkut : n. y. x... (6) 1 π = Keuntungan tembakau Y = Hasl produks (kg) Py = Harga hasl produks (Rp) X = Faktor produks ke- (1, 2, 3,, n) Px = Harga faktor produks ke- (Rp/satuan) Btt = Baya tetap total Guna mengetahu apakah usahatan tembakau menguntungkan petan atau tdak, analss d atas dteruskan dengan mencar raso antara penermaan dengan baya yang dkenal dengan Return Cost Rato (R/C). Secara matemats, hal n dapat dtulskan sebaga berkut (Soekartaw, 1995): TR = Total Penermaan TC = Total Baya R/C = TR... (7) TC Terdapat tga kemungknan hasl yang akan dperoleh dengan perhtungan tersebut, yatu : 1. Jka R/C = 1, maka usahatan tembakau yang dusahakan berada dalam ttk mpas. 2. Jka R/C < 1, maka usahatan tembakau tdak menguntungkan. 3. Jka R/C > 1, maka usahatan tembakau menguntungkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kemtraan yang dlakukan antara PT ELI dengan petan memlk hak dan kewajban yang tertuang dalam surat perjanjan kemtraan. Pelaksanaan kemtraan antara petan mtra dengan PT ELI dlakukan secara tertuls yang tertuang dalam MoU. Perjanjan kerjasama antara petan mtra dengan PT ELI memlk art bahwa kedua belah phak terkat secara hukum bekerjasama d bdang usahatan tembakau dalam hal pembayaan, pengelolaan, pemasaran, dan pembagan nsentf. Petan mtra berhak mendapatkan jamnan pemasaran hasl (nformas harga dan pembayaran sesua kesepakatan) dan pembnaan, sementara PT ELI berhak mendapatkan seluruh hasl panen mtra 266

4 yang sesua kebutuhan yang tercantum dalam MoU. Pola kemtraan yang terbentuk antara PT ELI merupakan merupakan jens pola kemtraan ntplasma. Hasl peneltan terhadap petan yang tergabung dalam kemtraan dengan PT ELI menunjukan bahwa pada dasarnya mereka sangat terbantu dengan perjanjan kemtraaan yang dtawarkan oleh perusahaan tersebut. Secara tekns dan permodalan, perusahaan selalu melakukan pembnaan dan memberkan kredt berupa sarana produks yang dperlukan oleh petan plasma. Pembnaan yang dlakukan yatu dengan adanya penyuluhan dan pengawasan tap mnggu. Selama musm tanam yang dlakukan oleh penyuluh lapang. Apabla tdak ada permasalahan yang tmbul selama berlakunya masa perjanjan kemtraan tersebut, maka pola kemtraan yang dtawarkan oleh perusahaan nt menguntungkan petan plasma, karena perusahaan membantu permodalan petan serta menyedakan sarana produks yang dperlukan petan dan membantu pemasaran tembakau. Proses produks tembakau dapat dkatakan sebaga cara, metode, teknk, pelaksanaan produks dengan memanfaatkan faktor-faktor produks yang terseda. Faktor pentng dalam upaya penngkatan produks yatu penggunaan benh dan pupuk. Penngkatan produks akan tercapa jka terseda benh yang bermutu bak dan dalam jumlah yang cukup. Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk menngkatkan produks tembakau karena berperan sebaga sumber makanan bag tanaman. Penggunaan faktor-faktor produks yang efsen merupakan hal yang mutlak ada dalam proses produks untuk keberhaslan produks karena keuntungan maksmum hanya akan tercapa dengan mengkombnaskan faktor-faktor produks secara efsen dan mencapa hasl yang maksmal. Rata-rata penggunaan benh dan pupuk tembakau per usahatan dan per hektar d Kabupaten Lampung Tmur dapat dlhat pada Tabel 1. Rata-rata penggunaan benh dan pupuk per hektar pada usahatan tembakau belum sesua dengan anjuran yang telah dtentukan. Penggunaan pupuk yang tdak sesua anjuran n akan berakbat tanaman tdak optmal sehngga akan berpengaruh terhadap produktvtas tembakau yang dhaslkan. Penggunaan faktor-faktor produks oleh petan responden harus dsesuakan dengan doss yang telah drekomendaskan agar memperoleh hasl yang optmal. Adanya pembnaan dar perusahaan Tabel 1. Jens Benh dan Pupuk Benh Vrgna Pupuk Fertla Pupuk KNO 3 Pupuk Ferthpos Pupuk Dolomte Rata-rata penggunaan benh dan pupuk oleh petan responden per usahatan d Kabupaten Lampung Tmur Penggunaan Per 1,35 ha (kg) 6,30 534,17 297,08 131, ,42 Penggunaan Per ha (kg) 4,70 394,33 218,72 97, ,29 Anjuran Per ha (kg) swasta dan dnas setempat dharapkan dapat membantu memaksmalkan produktvtas usahatan tembakau yang dusahakan. Analss Efsens Usahatan Tembakau Menurut Wdodo (1989), mengukur efsens dapat dlakukan dengan cara membandngkan antara produks dengan fungs produks fronternya. Kelebhan pendekatan fungs produks fronter adalah dapat menduga tngkat efsens pada masng-masng usahatan. Tngkat efsens tekns yang lebh tngg akan tercapa apabla petan mampu memperoleh produks yang lebh tngg mendekat fungs fronternya. Fungs produks fronter pertama kal dkembangkan oleh Agner e. al. (1977), Meeusen dan Van den Broek (1977). Fungs n menggambarkan produks maksmum yang berpotens dhaslkan untuk sejumlah nput produks yang dkorbankan. Dengan menggunakan metode fronter, faktor-faktor produks dapat dmanfaatkan seoptmal mungkn dengan alokas yang optmal sehngga target produks dapat tercapa dengan bak. Hasl pengolahan fungs produks fronter dengan menggunakan Lndo. Hasl pendugaan parameter parameter fungs produks fronter d Kabupaten Lampung Tmr dsajkan pada Tabel 2. Tabel 2. Varabel Hasl analss fungs produks fronter usahatan tembakau Koefsen Konstanta 0, Log X 1 (Luas Lahan) 0, Log X 2 (Benh) 0, Log X 3 (Pupuk Fertla) 0, Log X 4 (Pupuk KNO 3 ) 0, Log X 5 (Pupuk Ferthpos) 0, Log X 6 (Pupuk Dolomte) 0, Log X 7 (Tenaga Kerja) 0,

5 Tabel 3. Tngkat efsens produks (tekns) petan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur Klasfkas Jumlah (orang) Persentase , , ,67 Total ,00 Rata-rata efsens 73,85 Varabel yang berpengaruh terhadap produks usahatan tembakau yatu varabel pupuk fertla dan dan pupuk KNO 3 dmana efsens tekns dapat dtngkatkan dengan cara menambah penggunaan pupuk fertla dan pupuk KNO 3 sesua dengan doss yang danjurkan sehngga pendapatan petan tembakau dapat menngkat. Varabel pupuk fertla memlk koefsen fronter sebesar 0, yang berart untuk menngkatkan produks perlu dlakukan penambahan pupuk fertla pada usahatan tembakau, dengan penambahan pupuk fertla sebesar 1 persen maka akan menambah produks sebanyak 0, persen. Varabel pupuk KNO 3 pada memlk koefsen fronter sebesar 0, Hal n menunjukkan bahwa untuk menngkatkan produks perlu dlakukan penambahan pupuk KNO 3 dalam usahatan tembakau, dengan penambahan 1 persen pupuk KNO 3 akan menambah produks sebesar 0, persen. Varabel luas lahan, bbt, pupuk ferthpos, pupuk dolomt dan tenaga kerja memlk koefsen fronter sebesar nol. Hal n berart bahwavarabelvarabel tersebut tdak berpengaruh terhadap jumlah produks yang dhaslkan. Sehngga penggunaan tdak perlu dtambah. Rata-rata nla produks potensal tembakau (Yf) yang dperoleh dar hasl analss fungs produks fronter sebesar 3.057,25 kg, sedangkan d daerah peneltan ratarata nla produks tembakau (Y aktual) sebesar 2.272,27 kg. Menurut Farrell (1957), nla ndeks efsens dkategorkan efsen jka bernla satu. Hasl akhr yang dperoleh oleh pengolahan fungs produks fronter yatu dketahu tngkat efsens tekns dar masng-masng petan tembakau. Rata-rata tngkat efsens tekns petan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur yatu sebesar 73,85 persen. Setelah dlakukan uj t terhadap efsens tekns dperoleh bahwa nla t-htung < t-tabel (-13,319 < 1,671) maka tolak H 0 dan terma H 1. Jad dapat dsmpulkan bahwa efsens tekns usahatan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur belum efsen secara tekns. Rata-rata efsens tekns usahatan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur mencapa 73,85 persen dar potensal produks yang dapat dperoleh dar kombnas faktor produks yang dkorbankan. Nla rata-rata efsens tekns yang dcapa mash dbawah 100 persen, artnya bahwa usahatan tembakau yang dlakukan oleh petan mash belum efsen secara tekns dan mash terdapat peluang potens sebesar 26,15 persen untuk menngkatkan produks tembakau dengan pengalokasan faktor produks secara optmal. Apabla nla efsens tekns semakn mendekat 100 persen, maka semakn tngg tngkat efsens tekns yang dcapa dalam usahatan. Secara ndvdual tngkat efsens tekns yang dcapa oleh masng-masng petan d daerah peneltan cukup beragam. Sebagan besar petan responden (45%) berada pada tngkat efsens tekns antara persen. Hal n berart bahwa penggunaan faktor-faktor produks oleh petan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur sudah cukup efsen secara tekns. Namun mash terdapat peluang bag petan untuk menngkatkan produks tembakau dengan kombnas faktor-faktor produks secara optmal sehngga mampu mencapa efsens secara tekns. Analss Faktor-Faktor yang Mempengaruh Efsens Tekns Usahatan Tembakau Hasl uj regres faktor-faktor yang mempengaruh efsens tekns usahatan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur yang dsajkan pada Tabel 4 telah terbebas dar penympangan asums klask yatu tdak terdapat adanya multkolneartas dan heteroskedaststas. Tabel 4 menunjukkan bahwa varabel ndependen yang berpengaruh nyata terhadap efsens tekns adalah penddkan formal, pengalaman berusahatan, frekuens penyuluhan dan jarak tanam. Sedangkan varabel ndependen yang tdak berpengaruh terhadap tngkat efsens tekns yatu skala usaha, umur dan rsko. Nla koefsen determnas (R 2 ) adalah 0,817. Hal n berart bahwa varabel bebas menjelaskan 81,7 persen dar keragaan produks tembakau. Ssanya 18,3 persen djelaskan oleh varabel lan yang tdak dmasukkan dalam model regres. Pengujan parameter regres secara serentak dlakukan dengan menggunakan Uj F. Hpotess yang dajukan pada uj F yatu H 0 adalah parameter regres secara serentak tdak sgnfkan dan H 1 adalah parameter regres secara serentak sgnfkan. Nla F htung yang dperoleh sebesar 268

6 33,255>2,25 maka tolak H 0 dengan probabltas sebesar 0,000 pada tngkat kepercayaan 0,1 yang artnya semua varabel bebas yatu skala usaha, umur, penddkan, pengalaman, frekuens penyuluhan, rsko dan jarak tanam secara bersama-sama mampu menjelaskan tngkat efsens tekns usahatan tembakau. Varabel penddkan formal dan pengalaman berusahatan berpengaruh nyata terhadap efsens tekns usahatan tembakau yang artnya semakn tngg tngkat penddkan formal dan semakn lama pengalaman berusahatan maka usahatan tembakau semakn efsen secara tekns. Hal n sejalan dengan peneltan Sukyono (2005) pada usahatan caba merah yang menyatakan bahwa semakn lama penddkan petan dserta lamanya pengalaman berusahatan dduga semakn mendorong petan untuk efsen d dalam proses produks dan penggunaan faktor produksnya. Varabel frekuens penyuluhan berpengaruh nyata terhadap efsens tekns usahatan tembakau yang berart semakn serng petan mengkut penyuluhan usahatan tembakau, maka tngkat efsens tekns akan semakn tngg. Hal n sejalan dengan peneltan Fauzyah (2010) pada usahatan tembakau yang meympulkan bahwa keberadaan penyuluh dan ntenstas kegatan penyuluhan sangat dbutuhkan untuk menngkatkan efsens. Varabel jarak tanam berpengaruh nyata terhadap efsens tekns usahatan tembakau. Hal n menunjukkan bahwa petan yang menggunakan jarak tanam sesua dengan anjuran perusahaan memlk tngkat efsens yang lebh tngg. Tabel 4. Hasl analss regres faktor-faktor yang mempengaruh efsens tekns usahatan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur Varabel Koef. t- Regres htung Sg. VIF Konstanta 21,319 1,523 0,134 Skala Usaha 3,098 0,324 0,747 8,794 Umur 0,058 0,445 0,658 1,690 Lama Penddkan 1,479 3,524 0,001 2,117 Lama Berusahatan 6,934 5,772 0,000 1,907 Frek. Penyuluhan 1,111 2,658 0,010 2,470 Resko -0,001-1,318 0,193 8,398 Jarak Tanam 3,639 1,767 0,083 1,175 R 0,904 R² 0,817 R² adjusted 0,793 F-htung 33,255 Varabel skala usaha dmasukkan ke dalam model efsens sesua dengan harapan berkorelas postf terhadap efsens tekns, dmana semakn bertambahnya luasan usahatan yang dkuasa petan, maka efsens teknsnya akan semakn tngg. Varabel skala usaha tdak berpengaruh nyata terhadap efsens tekns usahatan tembakau. Hal n dkarenakan usahatan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur dlaksanakan secara kemtraan dmana luas lahannya sesua dengan ketentuan perusahaan yatu sebesar 1,25 hektar. Secara umum umur berkatan erat dengan aktvtas dan produktvtas kerja petan. Meskpun demkan, pada peneltan n varabel umur tdak berpengaruh nyata terhadap efsens tekns usahatan tembakau. Hal n terjad karena usa petan sampel dalam peneltan sama-sama tergolong usa produktf (46-65 tahun), sehngga semua petan sampel memlk potens dan pengalaman yang relatf sama dalam mengusahakan usahatan tembakau. Hasl peneltan n sejalan dengan pendapat Mantra (2004) yang menyatakan bahwa d umur produktf petan pada umumnya telah dapat melakukan kegatan usahatannya secara maksmal dan memlk pengalaman dalam berusahatan, sehngga hasl yang dperoleh akan mencapa ttk maksmal. Varabel rsko tdak berpengaruh nyata terhadap efsens tekns usahatan tembakau. Hal n dsebabkan usahatan tembakau djalankan secara kemtraan dmana petan dtuntut untuk dapat berusahatan secara efsen dan mampu mengalokaskan faktor-faktor produks secara proporsonal dengan ketentuan yang dbuat perusahaan. Selan tu petan juga memperoleh jamnan pemasaran dar perusahaan. Analss Pendapatan Tembakau d Daerah Peneltan Pendapatan usahatan tembakau adalah penermaan dkurang dengan baya produks per luas garapan petan. Baya produks yang dkeluarkan oleh petan responden untuk setap musm tanam terdr dar baya tuna dan baya dperhtungkan. Baya tuna berasal dar pembelan benh, pupuk, pestsda, baya tenaga kerja luar keluarga,baya sewa lahan, baya transportas, baya angkut panen, baya solar, baya bahan bakar oven, bunga serta pajak. Baya dperhtungkan berasal dar baya tenaga kerja dalam keluarga, baya sewa lahan mlk dan penyusutan alat. Produks rata-rata tembakau per hektar d daerah peneltan yatu 269

7 sebesar 1.648,07 kg dengan harga rata-rata yatu Rp27.041,67. Penermaan petan responden usahatan tembakau adalah perkalan antara harga jual dan jumlah produks. Sehngga penermaan usahatan tembakau sebesar Rp ,92. Hasl analss pendapatan usahatan tembakau yang dusahakan dapat menjad petunjuk apakah usahatan yang dusahakan oleh petan responden menguntungkan atau tdak. Berdasarkan hasl analss dperoleh bahwa pendapatan usahatan tembakau petan responden per 1,35 ha atas baya tuna sebesar Rp ,86 dan pendapatan atas baya total yatu sebesar Rp ,41. Pendapatan usahatan tembakau n, apabla dhtung per hektar maka pendapatan atas baya tuna sebesar Rp ,12 dan baya totalnya adalah Rp ,79. Nsbah penermaan terhadap baya tuna pada usahatan tembakau per hektar yatu sebesar 1,85 artnya setap Rp1,00 baya tuna yang dkeluarkan akan menghaslkan penermaan sebesar Rp1,85. Nsbah penermaan terhadap baya total pada usahatan tembakau sebesar 1,58 yang artnya setap Rp1,00 baya total yang dkeluarkan akan menghaslkan penermaan sebesar Rp1,58. Hal n membuktkan bahwa usahatan tembakau yang dlaksanakan menguntungkan karena memlk nla R/C raso lebh besar dar satu. KESIMPULAN Usahatan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur merupakan usahatan yang menguntungkan karena memlk nla R/C lebh dar satu yatu sebesar 1,85 dengan pendapatan sebesar Rp ,12. Usahatan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur belum efsen secara tekns. Efsens tekns usahatan d Kabupaten Lampung Tmur yatu sebesar 73,85 persen dan sebagan besar petan berada pada ksaran efsens tekns persen. Efsens tekns usahatan tembakau d Kabupaten Lampung Tmur n dpengaruh oleh pengalaman berusahatan, lama penddkan formal, frekuens penyuluhan dan jarak tanam. DAFTAR PUSTAKA Fronter Producton Functon Models. Journal of Economcs. Vol. 6, page Badan Pusat Statstk Lampung Dalam Angka. BPS Propns Lampung Bandar Lampung. Coell TJ Measurement Of Total Factor Productvty Growth and Bases n Tecnologcal Change In Western Australan Agrculture. Journal of Appled Econometrcs (JAE): 11(1): Dnas Perkebunan Kabupaten Lampung Tmur Luas Areal dan Produks Tembakau Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan d Kabupaten Lampung Tmur. Sukadana. Farrel MJ The Measurement of Productve Effcency. Journal of Royal Statstc Socety, Seres A, Page Fauzyah E Analss Efsens Usahatan Tembakau. Jurnal Embryo: 7(1): 1-7. Larsto S Analss Keuntungan Usahatan Tembakau Rakyat dan Efsens Ekonom Relatf Menurut Skala Luas Lahan Garapan. Tess. Magster Ilmu Ekonom dan Pembangunan (MIESP) Undp. Mantra IB Demograf Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Meeusen W, Broek J Van den Effcency Estmaton from Cobb-Douglas Producton Functon wth Composed Error. Journal Economc Revew: 18: Soekartaw Teor Ekonom Produks Dengan Pokok Bahasan Analss Fungs Cobb Douglas. Rajawal Pers. Jakarta Analss Usahatan. Raja Grafndo Persada. Jakarta Analss Usahatan. Unverstas Indonesa Press. Jakarta. Sugarto Teknk Samplng. PT Grameda Pustaka Utama. Jakarta. Sukyono K Faktor Penentu Tngkat Efsens Teknk Caba Merah d Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Agro Ekonom: 23(2): Wdodo S Producton Effcency of Rce Farmer n Java. Unverstas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Agner DJ, Lovell CAK, Schmdt P Formulaton and Estmaton of Stochastc 270

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014 EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR: PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI FRONTIER (The Effcency of Producton and Income of Chll Farmng n East

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 4, OKTOBER 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 4, OKTOBER 2014 ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Analyss of Producton s Effcency and Income of Peanut s Farmng n Central Lampung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

Universitas Tanjungpura Pontianak. Keyword : hybrid corn, producing factors, product, efficiency, return to scale

Universitas Tanjungpura Pontianak. Keyword : hybrid corn, producing factors, product, efficiency, return to scale ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) RASAU JAYA KOMPLEK KABUPATEN KUBU RAYA SUSILAWATI 1), SUGENG YUDIONO 2), ADI SUYATNO

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

EFISIENSI USAHATANI MELON (Cucumis melo L.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO)

EFISIENSI USAHATANI MELON (Cucumis melo L.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO) AGRISE Volume VIII No. 1 Bulan Januar 2008 ISSN: 1412-1425 EFISIENSI USAHATANI MEON (Cucums melo.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO) THE EFFICIENCY OF MEON (Cucums melo.) FARMING

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN Elys Fauzyah Unverstas Trunojoyo Kanddat Doktor, Insttut Pertanan Bogor Sr Hartoyo Nunung Kusnad Sr Utam Kuntjoro Pascasarjana Isttut Pertanan

Lebih terperinci

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER Pengaruh Bantuan Pnjaman Langsung Masyarakat Terhadap Pendapatan dan Efsens Usahatan Pad Sawah (Maryah) 9 PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) ABSTRACTS

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) ABSTRACTS ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) 1 Ttn Agustna 1 Fakultas Pertanan, Unverstas Jember ABSTRACTS Soybean

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK PENGARUH WITH HOLDING TA SYSTEM PADA PENGUSAHA KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MEDAN PETISAH) ZULIA HANUM Jurnal Ilmah Ekonomkawan ISSN: 1693-7600 Eds 11

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian SIFAT-SIFAT ANALISIS REGRESI PowerPont Sldes by Yana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 2007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523 Hal-hal yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian.

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian. BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN Bab n dbag menjad dua bagan, yatu objek peneltan dan desan peneltan. III.1 Objek Peneltan Objek peneltan dalam skrps n adalah nla perusahaan LQ 45 perode 2009-2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lngkup Peneltan Fokus peneltan n adalah menganalss bagamana melakukan pengembangan pengelolaan sumberdaya pessr berkelanjutan yang ddasarkan pada pembuddayaan tambak

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagan yang tdak terpsahkan dar pembangunan pertanan secara umum dan bertujuan untuk menngkatkan pendapatan dan taraf hdup

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

Kata kunci: kemitraan, efisiensi, tembakau virginia Keywords: partnership, efficiency, virginia tobacco

Kata kunci: kemitraan, efisiensi, tembakau virginia Keywords: partnership, efficiency, virginia tobacco 42 DAMPAK KEMITRAAN TERHADAP EFISIENSI USAHATANI TEMBAKAU VIRGINIA DI PULAU LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT IMPACT OF PARTNERSHIP ON EFFICIENCY OF VIRGINIA TOBACCO FARM ON LOMBOK ISLAND, WEST NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI TADAH HUJAN DI KAWASAN PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER

EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI TADAH HUJAN DI KAWASAN PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI TADAH HUJAN DI KAWASAN PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER FUNGSI PRODUKSI (KASUS DI DESA SEBUBUS, KECAMATAN PALOH) Techncal Effcency of Ranfed

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci