III. KERANGKA PEMIKIRAN. Petani dalam menjalankan usahanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PEMIKIRAN. Petani dalam menjalankan usahanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang"

Transkripsi

1 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Sumber-Sumber Rsko Petan dalam menalankan usahanya dpengaruh oleh faktor-faktor yang dapat dkontrol (nternal) maupun faktor-faktor d luar kontrol petan (eksternal), menyebabkan petan dhadapkan pada rsko atau ketdak pastan usaha. Sebaga akbat dar struktur pertanan yang ada d negara-negara berkembang, rsko usahatan lebh banyak terkonsentras d phak ndvdu petan kecl (Barry, 1984). Secara emprs petan secara ndvdu sult melakukan konsoldas kelembagaan dan aks kolektf dalam pemasaran hasl menempatkan petan sebaga penerma harga (prce taker). Kombnas dar berbaga faktor yang mengandung rsko produks dan ketdakpastan n menempatkan petan pada poss sult untuk memperbak tngkat efsens dan keseahteraannya (Zavaleta et al., 1984). Beberapa sumber rsko yang serng dhadap oleh petan adalah rsko produks, rsko harga, rsko kelembagaan, rsko kebakan dan rsko fnansal (Ells, 1988; Harwood et al., 1999; Moschn dan Henneesy, 1999; Faryant, 2008). Sealan dengan pendapat tersebut, Sonka dan Patrck (1984) mengemukakan palng tdak terdapat lma sumber utama rsko usaha d sektor pertanan, yatu : (1) Rsko produks atau tekns, (2) Rsko pasar atau harga, (3) Rsko tekolog, (4) Rsko legal atau sosal, dan (5) Rsko karena kesalahan manusa. Dar beberapa sumber rsko tersebut, ternyata rsko yang palng utama dhadap rumah tangga petan adalah rsko produks dan rsko harga (Patrck et al., 1985; Wk et al., 1998; serta Faryant, 2008). Jens rsko produks adalah

2 ens rsko yang dgunakan dalam analss-analss dalam fungs produks yang memasukkan unsur rsko. Sedangkan rsko harga serngkal dlakukan analss 67 regres secara terpsah. Dengan demkan, rsko produks dan harga dapat menmbulkan varabltas kelayakan usaha serta knera sstem usahatan yang dalankan petan Penlaan Rsko Usaha Pertanan Penlaan rsko bsns dlakukan dengan mengukur nla penympangan yang terad. Menurut (Anderson et al., 1977; Elton dan Gruber, 1995; dan Faryant, 2008) terdapat beberapa ukuran rsko d antaranya adalah nla varan (varance), standar devas (standard devaton), dan koefsen varas (coeffcent varaton). Secara prakts pengukuran varan dar penghaslan (return) merupakan penumlahan selsh kuadrat dar return dengan ekspektas return dkalkan dengan peluang dar setap keadan (Elton dan Gruber, 1995). Sedangkan standar devas dapat dukur dar akar kuadrat dar nla varan. Sementara tu, koefsen varas dapat dukur dar raso standar devas dengan return yang dharapkan (expected return) dar suatu aset. Penghaslan (return) yang dperoleh dapat berupa pendapatan, produks atau harga. Koefsen varas menunukkan varabltas return dan basanya dhtung sebaga nla persentase. Jka data penghaslan yang dharapkan (expected return) tdak terseda dapat dgunakan nla rata-rata return. Pelaku bsns termasuk petan harus berhat-hat dalam menggunakan varan dan standar devas untuk meperbandngkan rsko, karena keduanya

3 bersfat absolut dan tdak mempertmbangkan rsko dalam hubungannya dengan 68 hasl yang dharapkan. Untuk membandngkan aset dengan return yang dharapkan, pelaku bsns atau petan dapat menggunakan koefsen varas. Nla koefsen varas merupakan ukuran yang sangat tepat bag petan sebaga pengambl keputusan dalam memlh salah satu alternatf dar beberapa kegatan usaha untuk setap return yang dperoleh. Dengan menggunakan ukuran koefsen varas, perbandngan d antara kegatan usaha sudah dlakukan dengan ukuran yang sama, yatu rsko untuk setap return Perlaku Petan dalam Menghadap Rsko Petan kecl (peasant) adalah orang yang berkedudukan atau bertempat tnggal d pedesaan (Wolf, 1985). Selanutnya, Refeld (1982) memberkan defns yang lebh lengkap yatu orang-orang desa yang mengendalkan dan mengolah tanah untuk menyambung hdupnya, dengan satu sstem ekonom yang menggunakan teknolog, ketramplan, sstem pembagan kera secara sederhana, hubungan dengan pasar yang sangat terbatas, alat produks dkuasa dan dorganssaskan secara non-kaptalstk, dan skala produks yang kecl. Petan kecl dentk dengan usahatan berskala rumah tangga dan belum mengarah ke usaha komersal, dan tdak beran mengambl rsko produks (Scott, 1993). Berbeda dengan pendapat-pendapat d atas, Popkn (1986) mengemukakan meskpun petan kecl adalah mskn, akan tetap mash dumpa petan yang mempunya kapastas dan kemudan melakukan tndakan-tndakan nvestas yang

4 69 bersko. Pendapat n akan mendapat pembuktan emprs untuk usahatan komodtas pertanan yang tergolong komodtas bernla ekonom tngg. Skap petan sebaga pembuat keputusan dalam menghadap rsko produks dapat dklasfkaskan menad tga kategor sebaga berkut: (Robnson dan Barry, 1987; Faryant, 2008): pertama, pembuat keputusan yang menghndar rsko produks (rsk averson). Skap n menunukkan bahwa ka terad kenakan ragam (varance) dar keuntungan maka pembuat keputusan akan mengmbang dengan menakkan keuntungan yang dharapkan yang merupakan ukuran tngkat kepuasan (utltas). Kedua, pembuat keputusan yang beran menghadap rsko produks (rsk taker). Jka terad kenakan ragam keuntungan maka pembuat keputusan akan mengmbang dengan menurunkan keuntungan yang dharapkan. Ketga, pembuat keputusan yang netral terhadap rsko produks (rsk neutral). Jka terad kenakan ragam keuntungan maka pembuat keputusan tdak akan mengmbang dengan menakkan atau menurunkan keuntungan yang dharapkan. Ells (1988) dalam bukunya Peasant Economcs menyatakan bahwa perlaku petan dalam menghadap rsko produks dkategorkan menad tga, yatu menolak rsko (rsk averse), netral rsko (rsk neutral), dan mengambl rsko (rsk taker). Penelasan tentang teor utltas plhan dengan memasukkan unsur rsko berkatan dengan perlaku petan terhadap rsko dperlhatkan dalam Gambar 5.

5 70 U(I 1 ) Menolak Rsko Netral Rsko C Utltas (U) E(U) A E B Mengambl Rsko U(I 2 ) D I 2 I A I E I B I 1 Pendapatan I Sumber : Ells, 1988 Gambar 5. Teor Utltas Plhan dengan Memasukkan Unsur Rsko Ells (1988) mengungkapkan bahwa respon terhadap rsko produks ddasarkan pada kekuatan kepercayaan personal atas peluang teradnya suatu keadan dan evaluas personal atas potens konsekuens yang menyertanya. Konsep tersebut konssten dengan konsep maksmsas utltas personal d mana ndvdu senantasa memaksmumkan keseahteraannya terhadap tuuan obyektf personal. Asumsnya adalah preferens antar berbaga alternatf plhan yang dsebut sebaga Certanty Equvalent (CE). Asums tersebut memungknkan alternatf yang bersko tngg dan yang tdak dletakkan dalam skala preferens personal pengambl keputusan (petan).

6 71 Beberapa defns dan poss pengamblan keputusan yang dapat dturunkan dar gambar d atas adalah sebaga berkut (Ells, 1988; Ells, 2003) : 1. DC menunukkan hubungan lner antara utltas dan pendapatan yang memlk kemrngan (slope) postf. Artnya ka pendapatan ndvdu menngkat maka akan menngkatkan utltas ndvdu. 2. I 1 dan I 2 adalah dua tngkat pendapatan ndvdu yang bersko dengan probabltas yang berbeda (P 1 =0.6 dan P 2 =0.4). 3. Kepuasan yang dharapkan (expected utlty) : E(U) = P 1.U(I 1 ) + P 2.U(I 2 ) merupakan penumlahan utltas yang dperoleh dar pendapatan I 1 dan I Nla uang yang dharapkan (expected money value) : EMV = P 1.I 1 + P 2.I 2 merupakan gambaran dar pendapatan rata-rata yang dduga dbandngkan dengan yang dharapkan. 5. Berskap menolak rsko produks (rsk averse) : I A < EMV d mana fungs utltas d atas DEC yang menunukkan Dmnshng Margnal Utlty of Income. EMV-I A adalah amnan yang dgunakan oleh ndvdu untuk membayar suatu kepastan. 6. Berskap netral terhadap rsko produks (rsk neutral) : petan berskap ndeferent antara I E dan EMV dan utltas U(I E ) sama dengan E(U) d mana utltas pendapatan tertentu dar I E sama dengan utltas yang dharapkan (expected utlty) dar dua pendapatan yang tdak past yang merupakan gars DC. 7. Beran mengambl rsko produks (rsk taker) : petan mengambl peluang untuk memperoleh pendapatan tertngg yatu pada I 1, meskpun peluang

7 72 untuk memlk konds yang buruk sebesar 0.4. I B EMV merupakan pendapatan yang terseda untuk membayar perkraan peluang (opportunty gamble) Keterkatan Perlaku Rsko Produks dengan Alokas Input dan Keuntungan Kesedaan petan sebaga pengambl keputusan untuk memlh atau berperlaku terhadap rsko produks, pada dasarnya akan tergantung pada sfat pembawaan psks dan kepuasan (utltas) yang dterma petan dar hasl keluaran. Faktor-faktor tersebut akan menentukan perlaku dan strateg petan dalam menghadap rsko produks. Perbedaan perlaku petan dalam menghadap rsko produks akan mempengaruh keputusan mereka dalam mengalokaskan nputnput produks yang dgunakan. Selanutnya alokas nput yang dgunakan akan mempengaruh tngkat efsens dan produktvtas yang dcapa oleh petan. Menurut Ells (1988), pada analss rsko produks terdapat dua pendekatan yang berbeda terhadap probabltas subyektf, yatu: 1. Perlakuan probabltas rsko produks sebaga varan dar rata-rata yang dharapkan atas munculnya keadan-keadan yang tdak past. Varan merupakan konsep statstk yang mengukur devas rata-rata dar suatu kumpulan angka dar rata-ratanya. Dalam pendekatan produks pertanan rsko produks dpandang sebaga probabltas teradnya keadan-keadan yang menyebabkan fluktuas pendapatan petan yatu d atas atau d bawah rata-rata pendapatan yang dharapkan (average expected ncome).

8 2. Pendekatan kedua memperlakukan rsko produks sebaga probabltas 73 bencana. Pendekatan n menggunakan perspektf yang sama dengan perusahaan asurans dalam analss rsko. Stuas dan perlaku rumah tangga petan dalam pendekatan n dfokuskan untuk menghndarkan rsko produks atau bencana darpada tuuan-tuuan maksmas keuntungan d bawah konds ketdakpastan. Pertanan merupakan salah satu sektor perekonoman yang palng rawan terhadap dampak negatf perubahan perlaku klm (McCarl et al., 2001; Yohe and Tol, 2002; Stern et al., 2006). Menngkatnya nsden dan ntenstas banr dan atau kekerngan menyebabkan teradnya ekskalas kerusakan tanaman. Serng teradnya perubahan klm (kebanran, kekerngan, serangan OPT, dan salntas), dperkrakan rsko produks dan ketdakpastan dalam usahatan menngkat, terlebh untuk komodtas caba merah yang sangat rentan terhadap perubahan klm. Dengan demkan, secara langsung maupun tdak langsung areal tanaman yang terancam gagal panen atau penurunan produktvtas menngkat. Implkas analss rsko produks dalam model neoklask yang menglustraskan tentang keputusan produks d bawah rsko delaskan oleh Ells (1988) dan dapat dsmak pada Gambar 6. Dalam gambar tersebut dlustraskan tga respon yang berbeda dar output terhadap satu nput varabel yatu pupuk ntrogen dalam termnolog nla (value terms), sehngga dapat dperoleh keuntungan dan kerugan. Gambar tersebut dbangun untuk mengeksploras pendekatan varan pendapatan dan penolakan rsko. Rsko produks dapat dlustraskan sebaga ketdak pastan berkenaan dengan perubahan

9 74 perlaku klm (cuaca) dengan dua keadan yatu cuaca bak dan buruk yang dapat dlhat dar hubungan pola curah huan dengan kebutuhan tanaman akan ar. Dalam gambar tersebut petan memperkrakan tga tahun cuaca bak dan dua tahun cuaca buruk untuk lma tahun tanam, dengan probabltas untuk musm bak adalah 0.6 dan musm buruk adalah 0.4. Dengan demkan harapan terhadap nla produk total (Total Value Product) dapat dformulaskan E(TVP) = 0.6 (TVP 1 ) (TVP 2 ) = 1. f a TVP 1 Total Nla Produk (Rp) c d e g h b TVP 2 E (TVP) TFC 0 x 2 x E x 1 Input Pupuk X Sumber : Ells, 1988 Gambar 6. Keputusan Produks d bawah Rsko Keterangan : TVP 1 TVP 2 = Respon nla produk total (total value product) terhadap penngkatan tngkat penggunaan ntrogen pada tahun tanam dengan klm bak. = Respon nla produk total (total value product) terhadap penngkatan tngkat penggunaan ntrogen pada tahun tanam dengan klm buruk.

10 75 E(TVP) = Nla produk total yang dharapkan (expected total value product) berdasarkan pandangan subyektf petan mengena perlaku musm. TFC = Baya faktor total (Total Factor Cost) yang menggambarkan gars baya total. Bentuk kurva mencermnkan dampak konds klm pada respon output atas kebutuhan pupuk ntrogen. Adapun Total Factor Cost (TFC) merupakan gars baya total (Total Cost Lne) yang menunukkan bagamana baya produks total menngkat serng dengan bertambahnya pembelan put pupuk N. Dampak rsko produks pada penghtungan efsens dapat dlhat pada tga alternatf poss operas x 1, x E, dan x 2 yang masng-masng rasonal secara alokatf, tergantung pada preferens subyektf petan. Keputusan produks d bawah rsko dengan pendekatan varan pendapatan dkemukakan oleh (Ells, 1988 dan Ells, 2003) : 1. Pemakan nput x 1. Pemakan nput x 1 yang efsen dengan efsens alokatf adalah TVP 1 memberkan keuntungan terbesar pada ab yang mungkn dcapa ka cuaca bak; ka ternyata cuaca buruk, nla kerugan yang dtanggung sebesar b. Petan yang beroperas d ttk n dapat dgolongkan sebaga petan yang beran mengambl rsko produks (rsk taker), sebab petan sebaga pengambl keputusan tetap mengambl peluang operas pada X 1 meskpun secara subyektf kalkulasnya menyatakan probabltasnya Pemakaan nput x 2. Penggunaan nput x 2 konssten dengan efsens alokatf pada TVP 2. Pada konds n ka cuaca bak petan memperoleh keuntungan sebesar ce; dan ka cuaca buruk petan mash memperoleh keuntungan

11 76 sebesar de. Petan yang beroperas pada ttk n dapat dgolongkan sebaga petan menolak rsko produks (rsk averse). 3. Pemakan nput x E. Konds n konssten dengan efsens alokatf yang bermbang pada dua probabltas keadan klm. Pada TVP 1 keuntungan yang dperoleh sebesar fh (lebh kecl dar ab) dan pada TVP 2 kerugan yang dtanggung sebesar h (lebh kecl dar b). Petan yang beroperas pada ttk n dapat dgolongkan sebaga petan yang netral terhadap rsko produks (rsk neutral) Model Stokastk Fronter dan Perlaku Rsko Kumbhakar (2002) telah menelaskan sebuah model yang dapat dgunakan untuk menganalss dampak nput terhadap produk rata-rata (average product), dampak alokas umlah nput (nput bundle) terhadap rsko produks, efsens tekns, alokatf dan ekonoms dan perlaku seorang produsen atau petan dalam menghadap rsko produks. Bentuk fungsonal model Kumbhakar dapat dtuls sebaga berkut: y f dmana : x ; gx ; qx ; u ( 20) y = produk rata-rata x = ens nput yang dgunakan f(x;) = fungs produk rata-rata g(x;) = fungs rsko produks q(x;) = fungs nefsens tekns = Error term yang menunukkan ketdakpastan produks yang dasumskan..d (0, 2 )

12 77 u = menunukkan nefsens tekns dengan asums..d (0,u 2 ) dan u >0. TE Efsens tekns (TE) ddefnskan sebaga (Kumbakhar, 2002) : E y x, u E y x, u 0 u. q 1 f x x 1. Sedangkan nefsens tekns (TI) adalah raso potensal output yang hlang yatu E(y x, u=0) dkurang E(y x, u=q(x ).u) terhadap ouput potensal yang bsa dhaslkan E(yx, u=0), maka nefsens tekns g( x ) dapat drumuskan sebaga berkut: TI u.. f ( x ) Sehngga TE = 1 TI. Untuk mendefnskan TE dan TI yang dharapkan dgunakan output yang dharapkan yang tergantung pada u, sehngga ketdakpastan produks () tdak mempengaruh ukuran efsens. Hal n pentng karena ketdakpastan produks tu dluar kontrol petan sehngga tdak seharusnya dlbatkan ke dalam ukuran efsens. Rasonaltas merupakan asums yang dpaka untuk perlaku dasar dar pengambl keputusan (produsen) dan memlk peranan pentng dalam peneltan mengena plhan keputusan ndvdu. Cara umum yang dpaka dalam peneltan perlaku petan adalah maksmas keuntungan. Intrepetas alternatf mengena stlah rasonaltas adalah produsen dasumskan memaksmumkan utltas yang dharapkan yatu utltas dar keuntungan yang dharapkan atau E [ u( )]. Dalam hal n u (.) adalah fungs utltas yang dasumskan bersfat kontnyu, dan merupakan fungs keuntungan yang dapat dturunkan dan dnormalsaskan oleh harga output. Bentuk persamaannya adalah = y w.x C dmana w adalah harga dar nput-nput varabel relatf terhadap harga output, dan C adalah pendapatan dar sumber lan. Ketdakpastan keuntungan berasal dar

13 ketdakpastan produks () dan nefses tekns (u). Turunan pertama dar fungs keuntungan terhadap nput dapat delaskan sebaga berkut : 78 f ' ( x ) w. g' ( x ). q' ( x ) (21) d mana : f ( x ) f ', ( x ) g g( x ) ', x q q( x ) ', x E( u' ( ) ) dan E( u' ( )) E( u' ( ) u), error term yang dtambahkan kepada fungs turunan E( u' ( )) pertama dan menunukkan nefsens alokatf dkatkan dengan nput ke. f ( x) f ' dartkan sebaga rata-rata perubahan dar output sebaga akbat dar ( x ) perubahan satu unt nput varabel (x ). Untuk mengartkan g( x) g' harus x dpertmbangkan fungs varan. Tambahan rsko produks ddefnskan sebaga berkut : x Var y u 0 2. g( x). g' ( x). Haslnya bsa postp bsa negatp tergantung pada tanda g' ( x). Dengan ketentuan sebaga berkut : (1) Input varabel (x ) menngkatkan rsko produks ka ' ( x) memlk tanda postp, (2) Input g varabel (x ) menurunkan rsko produks ka ' ( x) memlk tanda negatp, dan (3) Input varabel (x ) tdak menngkatkan atau menurunkan rsko produks ka g' ( x) =0. g

14 79 Sementara tu q( x) q' dartkan sebaga perubahan nefsens sebaga x akbat dar perubahan satu satuan nput varabel (x ). Dengan ketentuan sebaga berkut : (1) Input varabel (x ) menngkatkan nefsens tekns ka ' ( x) memlk tanda postp, (2) nput varabel (x ) menurukan nefsens tekns q ka ' ( x) memlk tanda negatp, dan (3) nput varabel (x ) tdak menngkatkan q atau menurunkan nefsens tekns ka q' ( x) =0. Plhan rsko produks yang dlakukan oleh petan dapat dtangkap oleh dan yang ada dalam persamaan (21). Dua fungs tersebut dapat dumlahkan untuk mendapatkan ukuran plhan rsko produks, dengan krtera sebaga berkut : (1) Jka = 0 dan =0 maka petan bersfat netral terhadap rsko produks, (2) Jka petan berada dalam efsens penuh (u=0) maka perlaku rsko produks produsen dtentukan oleh, dan (3) Jka petan bersfat menghndar rsko produks maka < 0, dss lan akan menad postf ka petan tu bersfat menghndar terhadap rsko produks (rsk averter) karena dampak kenakan u terhadap proft adalah lawan dar kenakan kettak pastan produks () ketka postf, dan (4) Jka petan berperlaku beran mengambl rsko produks (rsk taker) nla > 0 dan nla uga postf. Dar persamaan (21) dapat dketahu bahwa alokas nput dakbatkan oleh adanya nefsens tekns dan rsko produks (melalu dan ). Dengan demkan mengabakan nefsens tekns dengan mengasumskan bahwa u=0 untuk semua produsen akan memberkan nformas yang salah tentang perlaku plhan rsko produks petan. Konsekuensnya nla-nla yang dpredks menad tdak vald.

15 80 Sementara tu mengabakan rsko produks dengan mengasumskan bahwa g(x) adalah konstan akan mengakbatkan kesalahan dalam mengestmas nefsens tekns. Estmas model efsens dengan memasukkan unsur rsko produks Kumbakhar dapat dlakukan dengan menggunakan metode Maksmum Lkelhood (MLE). Asums yang dgunakan adalah : galat acak (error term) menyebar secara normal yatu..d. N(0,1), serta u..d. N(0, 2 u), d mana u 0, dan bersfat ndependen terhadap u. Jka persamaan (20) dtuls dalam bentuk lan: y f x ; g x ; qx ; u. y f x ) g( x ) dmana [ h( x ). u] dan ( h( x ) q( x ) g( x ) Tahapan yang harus dlakukan untuk mengestmas persamaan (20) adalah : tahap pertama, mengestmas parameter yang terdapat dalam f ( x; ), g ( x; ), q( x; ) dan nefsens tekns. Prosedur yang harus dlakukan melput (Kumbhakar, 2000) yang duga dacu oleh Fauzyah (2010) : 1. Menurunkan probablty densty functon (pdf) dar atau f ( ) sepert terlhat dalam persamaan berkut : ( ) 1 ( ) u h x.exp f ( 22) 2 2 d mana ( x ). u h dan (.) fungs dstrbus kumulatf varabel standar normal.

16 2. Fungs Lkelhood merupakan produk dar probablty densty functon (pdf) dan transformas Jacoban yatu transformas dar ke 81 y dengan menggant dengan y, y f ( x ) ( ) g( x ) n L1 f ( ) J ( 23) 1 3. Maksmsas fungs lkelhood untuk mendapatkan parameter dar f ( x; ), g ( x; ), q( x; ) dan 2 u. Hasl estmas tu bsa dgunakan untuk mencar ukuran nefsens tekns dengan menggunakan rumusan Jondrow et al. (1982) : 0 0 ( / 0 u 0 / ( 24) 0 ( / 0.. h ( x ) / / dan 0 d mana u. 0 u. h ( x ) / Semua parameter dalam persamaan (24) dgant oleh estmasnya dan dgant oleh fungs y f( x ). g( x ) Tahap kedua, mengestmas parameter-parameter dalam dan. Dengan prosedur sebaga berkut (Kumbakhar, 2002) : 1. Menggunakan Frst Order Condton (F.O.C) yang ada dalam persamaan (21) d mana dan dsubttus dengan menggunakan persamaan berkut: ARg. ( x ) DRg. ( x ). f( x ). a 2 2 (1 ARf. ( x ). a1/2drg. ( x ) f ( x )( b ( 25) 2 a )

17 berkut : a ARf. ( x ).( a b ) 1/2DRg. ( x ). a f ( x )( c3a ba ARf. ( x ). a1/2drg. ( x ) f ( x )( b a ) d mana : a = E(u), b 2 = E (u-a) 2, c = E (u-a) 3, ( 26) Kemudan nla AR dalam persamaan d atas dgant dengan persamaan AR ( 27) 82 d mana f ( x wx C. Nla AR tergantung pada tanda 1. ) Penghndar rsko produks absolut konstan ka 1=0, menurun ka 1<0 dan menngkat ka 1>0. Jka persamaan (22), (24), (25) dan (26) dpadatkan maka dapat dtuls sebaga berkut : F(x,w,p)= dmana : F(x,w,p)= {F 1 (.)...F (.)} dan ={ 1... }maka F (.) f ' ' ( x). w. g ' ( x). q ( x) ( 28) 2. Dengan menambahkan asums N(0, ) maka fungs lkelhood-nya adalah : L2 f ( data) J ( 29) D mana : f ( ) merupakan on pdf dar yang dturunkan dengan asums mengkut dstrbus normal. J 2 adalah transformas Jacoban dar { 1... } ke {x 1,...x }.

18 3. Memaksmumkan lkelhood yang ada dalam persamaan (29) memberkan estmas parameter-parameter yang ada dalam dan. Nlanya 83 tergantung pada estmas dar f ( x; ), g ( x; ), q( x; ) dan 2 u yang dperoleh dar tahap Menggunakan parameter-parameter yang dtemukan pada tahap 1 dan 2 f ' untuk mencar nefsens alokatf yang dperoleh dengan meggunakan persamaan sebaga berkut : 2 ARg. ( x ) DRg. ( x ). a ( x ) w 2 1 ARg. ( x ). a1/2drg. ( x )( 1a a ARg. ( x )( b a ) 1/2DRg( x ).( ac3a ba '. g (1 ARpg.. ( x ). a1/2drg. ( x ).( 1a b ) 2 '. ( ) 2g x b ( x )...( 30) 3.6. Model Pengukuran Rsko Harga Terdapat dua rsko utama yang dhadap petan dalam usahatan yatu rsko produks atau produktvtas dan rsko pasar atau rsko harga. Pada saat mau melakukan penanaman petan menghadap harga-harga nput yang sudah dketahu, tetap untuk harga output, petan belum secara past mengetahunya. Hal tersebut mereflekskan bahwa petan menghadap rsko harga produk (Patrck et al., 1985; Faryant, 2008). Dalam katan perlaku petan dalam menghadap rsko tersebut, apabla rsko tersebut ddekat dar ss harga output, dalam hal n besaran koefsen varas (CV) harga bulanan d lokas peneltan dan atau data prmer petan dapat dgunakan. Dalam menganalss rsko harga output dgunakan fungs utltas kuadratk sepert yang dkemukakan oleh Debertn (1986) dan telah dgunakan

19 84 oleh Hartoyo et al., (2004). Model fungs utltas kuadratk dapat dformulaskan dalam bentuk persamaan matematk sebaga berkut : U(p) = p+ bp 2...(31) D mana U(p) adalah output dan p adalah harga output. Jka probabltas rsko terdstrbus secara normal maka U(p) dapat delaskan sebaga fungs nla yang dharapkan sepert berkut : U(p) = E(p) + be(p 2 )...(32) Nla yang dharapkan dar varabel yang dkuadratkan adalah sama dengan varan dar varabel dtambah kuadrat dar nla yang dharapkan : E(p 2 ) = 2 + [E(p)] 2...(33) Dengan mensubttus persamaan (33) ke dalam persamaan (32) akan dperoleh ekspektas fungs utltas sebaga berkut : U(p) = E(p) + b[e(p)] 2 + b 2...(34) Jka U(p) konstan, du(p) adalah 0, maka dervas total dar persamaan (34) adalah: du(p) = de(p) + 2bE(p)dE(p) +bd 2 0 = (1+2bE(p))dE(p) + bd 2 (1+2bE(p))dE(p) = - bd 2 de(p)/ d 2 = - b/(1+2be(p))...(35) Penyebut [1 + 2bE(p)] akan selalu postf, karena b merupakan parameter estmas dar harga output, yang mengandung art bahwa kenakan nla harapan harga output akan menngkatkan utltas petan yang dproks dar pendapatan atau keuntungan. Bentuk dar kurva ndferen tergantung pada nla b. Jka b=0 artnya

20 85 petan netral terhadap rsko harga ka b bernla postf, petan yang beran mengambl rsko harga, ka b negatf maka petan lebh suka menghndar rsko harga Faktor-faktor yang Mempengaruh Efsens Tekns dan Inefsens Tekns Salah satu hpotess tentang rumah tangga petan gurem adalah hpotess Schultz (1964) yang menyatakan bahwa keluarga petan gurem adalah poor but effcent. Selanutnya Schultz menyatakan bahwa penngkatan produktvtas pertanan tdak terbatas pada alokas sumberdaya pertanan tradsonal saa, tetap harus dkut dengan perubahan teknolog, nvestas d bdang peneltan, penggunaan nput baru, serta penyuluhan dan penddkan. Pendapat yang mengatakan bahwa petan gurem efsen dkatkan pada motvas ndvdu untuk memaksmumkan keuntungan. Jka asusms tersebut dterma, maka pengamblan keputusan petan caba merah mencakup aspek-aspek berkut: (a) Jens tanaman caba merah apa yang akan dusahakan, (b) Seberapa luas komodtas caba merah akan dtanam, (c) Musm tanam apa yang akan dplh untuk komodtas caba merah, (d) Pada ens lahan apa akan dtanam caba merah, (e) Metode atau cara berproduks sepert apa yang akan dplh untuk dgunakan untuk usahatan tanaman caba merah, (f) Kapan akan dual, dalam bentuk apa dan ke mana hasl produks caba merah akan dpasarkan. Tngkat keuntungan maksmum yang dcapa petan berkatan erat dengan efsens produks usahatan. Proses produks tdak efsen karena dua hal berkut (Ells, 2003; Sumaryanto et al., 2003): (1) Karena secara tekns tdak efsen, hal

21 86 n terad karena ketdakberhaslan petan mewuudkan produktvtas maksmal, artnya per unt paket masukan (nput bundle) pada teknolog terseda tdak dapat menghaslkan produks maksmal; dan (2) secara alokatf tdak efsen karena pada tngkat harga-harga masukan dan keluaran tertentu, propors penggunaan masukan tdak optmum dsebabkan karena produk penermaan margnal (margnal revenue product) tdak sama dengan baya margnal (margnal cost) masukan yang dgunakan. Dalam praktek sehar-har orentas para petan dalam suatu wlayah dan ekosstem yang relatf homogen pada teknolog yang ada cenderung mengear efsens tekns melalu upaya memaksmalkan produktvtas. Dalam pembahasan perlaku petan gurem untuk memaksmalkan keuntungan (Ells, 2003) menympulkan upaya pencapaan petan gurem yang efsen sult dwuudkan, namun pemkran mengena maksmas keuntungan yang terbatas sangat berart untuk menunukkan bahwa petan gurem pada dasarnya uga melakukan usahatan dengan menggunakan perhtungan ekonom. Secara emprs walaupun petan telah memlk pengalaman panang dalam berusahatan, namun petan tdak selalu dapat mencapa tngkat efsens tekns tertngg. Hal n dsebabkan hasl yang dcapa pada dasarnya merupakan resultante bekeranya demkan banyak faktor, bak yang dapat dkendalkan (nternal) dan faktor yang tdak dapat dkendalkannya (eksternal) oleh petan (Sumaryanto et al., 2003). Faktor-faktor nternal berkatan erat dengan keteramplan tekns dan kapabltas manaeral petan dalam kegatan usahatan. Tercakup dalam gugus faktor n adalah luas penguasaan lahan, tngkat penguasaan teknolog buddaya, tngkat penddkan, tngkat pendapatan,

22 87 pengalaman, umur, raso ketergantungan, serta kemampuan petan mengakumulaskan dan mengolah nformas yang relevan dengan usahatannya sehngga pengamblan keputusan yang dlakukannya tepat. Faktor ekternal yang berada d luar kendal petan mencakup perubahan klm, serangan hama dan penyakt, bencana alam, harga, nfrastruktur, dan sebaganya. Keteramplan tekns dan kapabltas manaeral dalam aspek buddaya caba merah tercermn dalam aplkas teknolog usahatan. Masukan apa saa yang dgunakan, berapa banyak, waktu penggunaan, dan dengan metode atau cara berproduks sepert apa merupakan unsur-unsur pokok yang tercakup dalam aplkas teknolog tersebut. Pada akhrnya, keteramplan tekns dan kapabltas manaeral akan tercermn dar keluaran yang dperoleh ketka hasl tanamannya sudah dpanen. Jka produks yang dperoleh mendekat potens maksmum dar suatu aplkas teknolog yang terbak (the best practced) d suatu ekosstem pada wlayah tetentu, maka dapat dkatakan bahwa petan tersebut telah menalankan sebaga kultvator tanaman yang dusahakan dengan efsens yang tngg. Varabel-varabel yang dduga mempengaruh efsens produks usahatan caba merah terdr atas : luas lahan usahatan, nput benh, pupuk kma (Urea, ZA, SP-36, KCL), pupuk organk, pestsda, umlah tenaga kera yang dgunakan (Sukyono, 2005). Selan faktor-faktor tersebut (Prananta, 2002) uga menambahkan faktor umlah penggunakan kapur pertanan, pupuk kompost NPK maupun mkro (Pupuk Pelengkap Car/PPC; Zat Perangsang Tumbuh/ZPT), penggunaan fungsda, herbsda, baktersda, perekat atau perata; serta penggunaan bahan dan alat.

23 Varabel Sosal Ekonom Determnan Inefsens Tekns Isu nefsens pada dasarnya tmbul dar anggapan bahwa petan dalam usahatannya berperlaku rasonal, tuuan petan adalah memaksmumkan keuntungan. Inefsens dapat dnterpretaskan sebaga suatu ttk atau tahapan d mana tuuan dar pelaku eknom belum secara penuh dmaksmalkan (Adyoga dan Soetarso, 1999). Dengan demkan, dalam konds nefsens mash terdapat ruang untuk menngkatkan produktvtas melalu penurunan tngkat nefsens tekns. Petan dalam menalankan okupasnya mempunya dua fungs sekalgus, yatu sebaga kultvator (tukang tan) dan sebaga manaer usahatan (Slamet, 2008). Fungs yang pertama, petan sebaga tukang tan bertanggung awab akan kehdupan tanaman yang dusahakan. Fungs yang kedua, petan sebaga manager usahatan bertanggung awab dalam memanfaatkan segala aset dan sumberdaya yang dmlk dalam rangka memaksmumkan keuntungannya. Sebaga manager usahatan berperan dalam mengambl keputusan berkatan dengan usahatannya, merencanakan usahatan yang akan dlakukan, melaksanakan kegatan usahatan, dan memasarkan hasl usahatannya. Mutu keputusan yang dambl petan bak sebelum mula usahatan maupun sesudah kegatan usahatan dlakukan sangat pentng dalam menentukan efsen tdaknya usahatan yang akan dalankan. Chen et al. (2003) d dalam hpotesanya mengestmas beberapa determnan penyebab teradnya nefsens tekns produks gandum d Chna, antara lan: pertama adalah sumberdaya manusa, petan yang memlk tngkat penddkan yang lebh tngg ternyata lebh efsen d dalam berproduks. Cheng

24 89 (1998) menemukan bahwa tngkat penddkan yang denyam kepala keluarga (KK) rumah tangga berdampak postf terhadap output yang dhaslkan. Kedua adalah petugas desa, peran petugas desa sangat besar dalam kemampuannya mengakses sarana produks dan kewenangan yang dmlk d dalam mendstrbuskan nput yang dsubsd. Ketga adalah pasar, harga yang tebentuk d pasar merupakan nsentf bag petan untuk mengusahakan komodtas tertentu, terlebh lag ka ada amnan dar pemerntah bak dalam bentuk kebakan harga dasar maupun bentuk kebakan harga lannya. Keempat pola penguasaan lahan, kelembagaan penguasaan lahan (mlk, sewa, dan sakap) turut mempengaruh keputusan petan ddalam mengalokaskan nput produksnya. Wlson et al. (1998) mengungkapkan hasl estmas beberapa determnan penyebab teradnya nefsens tekns dalam usahatan kentang d Inggrs, antara lan : (1) Pengalaman petan mengusahakan komodtas kentang, (2) Kekutsertaan petan dalam kelembagaan koperas, (3) Rotas tanaman kentang dengan tanaman sereala, (4) Propors lahan usahatan kentang yang berrgas, (5) Adanya tempat atau gudang untuk penympanan sebelum dlakukan penualan, (6) Jens benh atau bbt yang dgunakan atau tercatat/tersertfkas tdaknya bbt yang dgunakan, dan (7) Skala pengusahaan komodtas kentang. Determnan utama nefsens tekns adalah propors luas usahatan kentang yang menggunakan rgas, kekutsertaan dalam kelembagaan koperas, serta pola rotas tanaman yang melbatkan tanaman sereala. Selanutnya Sukyono et al., 2005 menunukkan beberapa determnan penyebab teradnya nefsens tekns d dalam usahatan caba merah d

25 90 Kecamatan Selupu, Reang Lebong mencakup : umur petan, penddkan petan, pengalaman berusahatan petan, dan luas lahan. Hasl peneltan menunukkan bahwa varabel penddkan sangat menentukan efsen tdaknya usahatan caba merah. Penddkan sebaga proks dar masukan manaemen, d mana tngkat penddkan petan akan berpengaruh pada kualtas dalam pengamblan keputusankeputusan pentng dan kompleks dalam usahatan caba merah yang bersfat bersko tngg (hgh rsk) dan keuntungan tngg (hgh proft). Peubah umur dan pengalaman petan tdak berpengaruh nyata dan bertanda negatf, sedangkan peubah luas area caba merah meskpun mempunya tanda sepert yang dharapkan, namun secara statstk peubah n bukan merupakan faktor pentng yang menentukan tngkat efsens teknk. Berdasarkan tnauan teorts dan kaan emprs maka beberapa faktor yang mempengaruh nefsens usahatan caba merah, antara lan adalah: umur petan, penddkan, pengalaman bertan, pangsa umlah anggota rumah tangga usa kera terhadap total anggota rumah tangga, keanggotaan dalam kelembagaan kelompok tan, pendapatan dan pangsa pendapatan usahatan caba merah terhadap total pendapatan rumah tangga, rotas tanaman dan sstem usahatan, akses terhadap pasar nput, akses terhadap pasar output, dan akses terhadap berbaga sumber kredt, dan pertanan kontrak (contract farmng). Kerangka alur fkr secara teortk dan kerangka operasonal stud efsens produks dan perlaku petan terhadap rsko produks caba merah d Jawa Tengah dapat dsmak pada Gambar 7.

26 91 Sumber-sumber Rsko Produks Sumbersumber Inefsens Tngkat Inefsens Tekns Rsko Produks Perlaku Rsko Produks Petan Efsens dan Produktvtas Caba Merah Strateg Kebakan : 1. Menngkatkan Produkstvtas 2. Menngkatkan Efsens 3. Manaemen Rsko Produks Penlaan Rsko Produks Petan Alokas Penggunaan Input Gambar 7. Kerangka Alur Pkr Efsens Produks dan Perlaku Petan Terhadap Rsko Produks Caba Merah d Jawa Tengah

27 Hpotess 1. Varabel-varabel yang dduga mempengaruh secara postf terhadap penngkatan produktvtas caba merah besar dan caba merah kertng adalah : benh, pupuk N, pupuk P 2 O 5, pupuk K 2 O, PPC/ZPT, pupuk organk, kapur, pestsda/fungsda, serta TKDK dan TKLK. 2. Tngkat efsens tekns (TE), efsens alokatf (AE), dan efsens ekonom (EE) petan caba merah besar dan caba merah kertng sudah cukup tngg (> 0.50), mengngat lokas peneltan adalah merupakan daerah sentra produks dan komodtas caba merah tergolong komodtas komersal. 3. Varabel-varabel yang dduga mempengaruh secara postf terhadap nefsens tekns usahatan caba merah besar dan caba merah kertng adalah : benh, pupuk N, pupuk P 2 O 5, pupuk K 2 O, PPC/ZPT, pupuk organk, kapur, pestsda/fungsda, serta TKDK dan TKLK. 4. Faktor-faktor sosal ekonom yang dduga dapat menurunkan nefsens tekns caba merah besar dan caba merah kertng adalah : total lahan garapan, raso lahan yang dtanam caba merah terhadap total lahan garapan, pendapatan total rumah tangga, raso pendapatan caba merah terhadap total pendapatan rumah tangga, tngkat penddkan, pengalaman bertan, raso anggota rumah tangga usa kera terhadap total anggota rumah tangga. Sementara tu, umur kepala keluarga (KK) petan dduga berpengaruh menngkatkan nefssens tekns caba merah. 5. Faktor produks yang dduga bersfat menngkatkan rsko produktvtas adalah benh, pupuk N, pupuk P 2 O 5, pupuk K 2 O, PPC, ZPT, pupuk organk.

28 93 Sementara tu faktor produks yang dduga menurunkan rsko produktvtas adalah pestsda/fungsda, serta TKDK dan TKLK. 6. Petan yang berperlaku beran menghadap rsko produktvtas akan cenderung mengalokaskan nput produks semakn tngg, sehngga produktvtas yang dcapa lebh tngg. Sebalknya, petan yang berperlaku menghndar rsko produktvtas cenderung mengalokaskan nput produks lebh rendah, sehngga produktvtas yang dcapa lebh rendah. 7. Petan caba merah berdasarkan pengalamannya telah melakukan strateg manaemen rsko produks atau produktvtas bak yang bersfat ex-ante (antspatf), nteraktf (responsf), maupun ex-post (adaptf) terhadap rsko usatan yang mungkn dhadapnya.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perlaku Rsko Produks Ells (1988) menyatakan bahwa perlaku petan dalam menghadap rsko dkategorkan menjad tga yatu rsk averse, rsk neutral, dan rsk taker. Penjelasan mengena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/40

OVERVIEW 1/40 http://www..deden08m.wordpress.com OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolo optmal. Perbedaan tentang aset bersko dan aset bebas rsko. Perbedaan preferens nvestor dalam memlh portofolo

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tga konsep dasar yang perlu dketahu untuk memaham pembentukan portofolo optmal, yatu: portofolo efsen dan portofolo optmal fungs utltas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 30 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perlaku Ekonom Rumahtangga Petan Rumahtangga merupakan salah satu unt pengamblan keputusan mengena pendapatan dan penggunaannya untuk konsums. Dalam teor ekonom, masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian SIFAT-SIFAT ANALISIS REGRESI PowerPont Sldes by Yana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 2007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523 Hal-hal yang akan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN Elys Fauzyah Unverstas Trunojoyo Kanddat Doktor, Insttut Pertanan Bogor Sr Hartoyo Nunung Kusnad Sr Utam Kuntjoro Pascasarjana Isttut Pertanan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER Saftr Daruyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1 THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-11 Page 1 Page 2 Page 3 Page 4 Fakta d USA 1950 2001 2010 Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Dampak Kredit terhadap Kinerja Usaha Kecil. David (1999) menyatakan analisis yang paling umum dari program kredit

III. KERANGKA PEMIKIRAN Dampak Kredit terhadap Kinerja Usaha Kecil. David (1999) menyatakan analisis yang paling umum dari program kredit III. KERANGKA EMIKIRAN 3.. Kerangka Teorts 3... Dampak Kredt terhadap Knerja Usaha Kecl. Davd (999) menyatakan analss yang palng umum dar program kredt adalah perbandngan dar nput-nput usaha, produks,

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode dalam peneltan merupakan suatu cara yang dgunakan oleh penelt dalam mencapa tujuan peneltan. Metode dapat memberkan gambaran kepada penelt mengena langkah-langkah

Lebih terperinci

CAKUPAN PEMBAHASAN. APT (Arbritage Pricing Theory) Overview. Pengujian CAPM. CAPM (Capital Asset Pricing Model) Portofolio pasar.

CAKUPAN PEMBAHASAN. APT (Arbritage Pricing Theory) Overview. Pengujian CAPM. CAPM (Capital Asset Pricing Model) Portofolio pasar. http://www.deden08m.wordpress.com CAKUPAN PEBAHASAN Overvew CAP (Captal Asset Prcng odel) Portofolo pasar Gars pasar modal Gars pasar sekurtas Estmas Beta Pengujan CAP APT (Arbrtage Prcng Theory) 1/40

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 II TINJUN PUSTK 2.1 Manaemen Proyek 2.1.1 Pengertan Manaemen Proyek Sebelum mengemukakan apa art dar Manaemen Proyek, terlebh dahulu akan mengetahu art dar Manaemen dan Proyek tu. Menurut Hamng dan Nurnaamuddn

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah JPM IIN ntasar Vol. 01 No. 2 Januar Jun 2014, h. 95-106 OPTIMSI MSLH PNUGSN St Maslhah bstrak Pemrograman lner merupakan salah satu lmu matematka terapan yang bertuuan untuk mencar nla optmum dar suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakn berkembang n, duna usaha dan ndustr mengalam kemajuan yang pesat, khususnya d bdang ndustr. Kemajuan perekonoman d Indonesa tdak terlepas dar

Lebih terperinci