Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 1 & 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 1 & 2"

Transkripsi

1 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember 2007 INTEGRASI PASAR KAKAO INDONESIA Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan 2 & 2 Departemen Agrbsns, Fakultas Ekonom dan Manajemen IPB ABSTRACT Indonesa s the thrd largest cocoa producng country n the world. The cocoa prce n Indonesa refers to the world prce. Ths paper examnes the effcency of world s cocoa prce that s transmtted to cocoa prce n Indonesa and n major cocoa producng provnces, such as North Sumatera, South Sulawes, Central Sulawes, South East Sulawes and North Sulawes. The effcency of the transmsson can be calculated by testng the cocoa s market ntegraton usng two ndcators,.e. short market segmentaton and short-run ntegraton. The result showed that the cocoa market n Indonesa was segmented and not ntegrated wth the world market. The cocoa markets n North Sumatera and Central Sulawes were segmented wth the world market, but other provnces were not. On the other hand, only the cocoa market n North Sumatera was ntegrated n short-run wth the world market. Keywords : Market Integraton, Market Segmentaton, and Short-run Integraton PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu jens tanaman perkebunan yang berperan pentng dalam perekonoman negara Indonesa. Selan sebaga penyeda lapangan pekerjaan, sumber pendapatan dan devsa negara, kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wlayah dan pengembangan agro-ndustr. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyedakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bag sektar kepala keluarga petan yang sebagan besar berada d Kawasan Tmur Indonesa KTI serta memberkan sumbangan devsa terbesar ketga sub sektor perkebunan, setelah karet dan mnyak sawt, dengan nla sebesar 70 juta US$ Badan Peneltan dan Pengembangan Deptan, Mengngat besarnya potens komodtas n dalam perekonoman, maka tak heran pengembangan komodtas melalu penngkatan produks dan perluasan perkebunan terus dlakukan. Upaya tersebut ddorong pula oleh membaknya harga kakao d duna sejak tahun 970-an. Keberhaslan penngkatan produks dan perluasan perkebunan kakao yang telah dlakukan tersebut memberkan dampak yang nyata bag perkembangan pangsa pasar ekspor kakao Indonesa. Pada tahun 2002, Indonesa menjad produsen kakao terbesar d duna setelah Panta Gadng Cote D Ivore, walaupun pada tahun 200 Indonesa harus kembal tergeser ke poss tga d bawah Ghana Internatonal Cocoa Organzaton, Berfluktuasnya harga kakao duna membuat kut berfluktuasnya harga kakao d dalam neger, termasuk harga kakao d beberapa sentra utama kakao Indonesa, sepert yang dapat dlhat pada gambar. Menurut Badan Peneltan dan Pengembangan Deptan 2005, harga kakao d dalam neger mengkut harga kakao d pasar duna, terutama harga d London Cocoa Termnal Market dan New York Board of Trade NYBOT. Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan Integras Pasar Kakao Indonesa

2 2 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember 2007 Gambar. Pergerakan Harga Kakao Duna, Domestk dan Beberapa Sentra Kakao Sumber: Internatonal Cocoa Organzaton dan Drjen Perkebunan Deptan, 2006 Dolah Gambar menunjukkan bahwa pergerakan harga kakao domestk dalam neger dan harga d wlayah Sulawes Tengah tdak memlk pergerakan yang sama dengan harga d duna. Untuk wlayah Sulawes Selatan pergerakan harga yang sama tampak setelah perode Januar Untuk wlayah Sumatera Utara meskpun sebelum Januar 2004 pergerakan yang dtunjukkan secara umum hampr sama, namun pada perode setelah bulan Januar 2004 terdapat beberapa pergerakan yang berbeda. Begtu pula halnya dengan wlayah Sulawes Tenggara. Pola pergerakan harga tersebut dapat mengndkaskan konds suatu pasar, apakah terntegras atau tdak dengan pasar acuan dalam hal n adalah pasar duna. Oleh karena tu untuk mengetahu konds pasar kakao Indonesa dan beberapa sentra kakao d Indonesa dlakukan analss ntegras pasar. METODE ANALISIS DATA Metode analss yang dgunakan dalam peneltan n melput metode kuanttatf dan metode kualtatf deskrptf. Metode kuanttatf dgunakan untuk menganalss ntegras pasar dengan menggunakan pendekatan Model Autoregresve Dstrbuted Lag. Analss Integras Pasar Tngkat ntegras pasar kakao dukur antara pasar dalam neger domestk dan duna, sebaga pasar acuan. Dalam sebuah sstem pasar yang terntegras secara efsen akan terjad korelas hubungan yang postf d antara lokas pasar yang berbeda sepanjang waktu. Koefsen korelas tersebut secara langsung mengukur seberapa dekat harga dar suatu komodtas bergerak bersama-sama dalam lokas pasar yang berbeda. Demkan pula halnya pada pasar kakao. Analss ntegras pasar n dlakukan secara statstk melalu pendekatan Model Autoregressve Dstrbuted Lag Heytens, 986, yang dkemukakan oleh Ravallon, yang menghubungkan antara harga suatu komodtas d pasar lokal/domestk dan harga d pasar acuan. Analss menggunakan metode Ordnary Least Square OLS. Secara spesfk model tersebut adalah sebaga berkut: Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan Integras Pasar Kakao Indonesa

3 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember 2007 α +... L Pt = β L P t + γ L X t µ t =,2,,..., k t =,2,,..., n Dmana: P t = harga d pasar pada waktu t Pt = harga d pasar acuan pada waktu t X = vektor dar musman dan varabel yang relevan lannya d pasar pada waktu t = error term galat α L, β L dan γ L menunjukkan polnomnal dalam operas lag L P t sebaga: L α L L β o + β L γ o + γ yang ddefnskan n α =... α nl, m β = L β L, γ = L γ L Persamaan tdak mempunya varabel dependen untuk estmas secara ekonometrk sehngga harus dspesfkas ulang. Persamaan akan dtuls ulang dengan melakukan frst dfference terhadap harga domestk sebaga varabel dependen. Akan sangat berguna untuk mendefnskan sebaga operator tmedfferencng msal: P t = Pt Pt dan sebaga spatal prce dfferencal contohnya, persamaan menjad: P µ t t = j n j= t = Pt P. Untuk m j α L L P + j t m j j= 0 k = 0 α m k n + n n, j β k L P t + α j + β j P t + k = 0 t = P t n j= m j= γ L X + µ...2 dmana α o =. Namun, persamaan 2 n tdak begtu ntutf. Akhrnya upaya mempermudah perhtungan dlakukan dengan mengurang persamaan tersebut satu lag untuk setap prce dfferences bak pada pasar domestk maupun pasar acuan n = m =. P t = α L L P + β P + t o + βo + β P t + γ X µ t t α +... Dengan mengubah, persamaan menjad: Pt Pt = α Pt Pt + β o Pt Pt + α + βo + β Pt + γ X + µ...4 t Model pada persamaan 4 menggambarkan bahwa perubahan harga d pasar domestk merupakan fungs dar perubahan harga d pasar acuan pada perode yang sama, margn harga spasal perbedaan antara harga d pasar domestk perode t dengan harga d pasar acuan perode lalu, harga perode lalu d pasar acuan dan karakterstk pasar domestk. Dalam persamaan 4 β o mengukur sampa sejauh mana pelaku d pasar domestk pedagang, pengecer dan petan mengetahu konds d pasar acuan sehngga harga d pasar domestk dapat terpengaruh dengan cukup cepat pada perode yang sama. Koefsen α mengukur tngkat sampa sejauh mana perbedaan harga spasal perode lalu dreflekskan terhadap perubahan harga d pasar domestk perode saat n. Pada akhrnya tngkat harga d pasar acuan dapat mempengaruh perubahan harga d pasar domestk. Hal n umumnya terjad pada lngkungan yang mengalam nflas yang kuat atau ketka baya bunga merupakan komponen yang besar dar baya pemasaran. Persamaan 4 d atas, dapat dubah dengan membuat α = b, β o = b 2, α + β o + β = b menjad: P = b P P + b P P P t t t t 2 t t b P + b X + µ...5 t 4 t + Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan Integras Pasar Kakao Indonesa

4 4 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember 2007 kemudan dengan mengubah susunan varabel, persamaan tersebut menjad persamaan d bawah n. P t = + b Pt + b2 P t Pt b P + b X b t 4..6 Pengujan Hpotess Integras Pasar. Segmentas Pasar Analss dar segmentas pasar domestk menyatakan bahwa perubahan harga d pasar acuan tdak mempunya pengaruh, bak cepat atau lambat terhadap harga d pasar domestk. Suatu pasar dkatakan tersegmentas apabla : b = 0 2 dar persamaan 6 yang dapat dtentukan dengan melakukan uj T terhadap koefsen regres dugaan tersebut. Adapun hpotess yang akan duj adalah: H o : b2 = 0 H : b 2 0 Untuk mendapatkan t-htung dgunakan rumus: b2 0 t ht = Se b2 Se b 2 adalah standard error koefsen regres dugaan b 2. Apabla t-htung < t n k, α atau P-value > α, maka terma hpotess nol. Hal n berart pasar domestk tersegmentas dengan pasar duna. 2. Integras Jangka Pendek Analss n mensyaratkan bahwa perubahan harga d pasar acuan dreflekskan secara langsung dan penuh terhadap harga d pasar domestk. Hal n berart: b = 2 Hpotess yang akan duj melalu uj T adalah sebaga berkut: H o : b2 = H : b Untuk mendapatkan t-htung dgunakan rumus: 2 + b2 t ht = Se b2 Se b 2 adalah standard error koefsen regres dugaan b. Apabla t-htung < 2 t n k, α atau P- value > α, maka terma hpotess nol. Analss n juga mensyaratkan bahwa tdak ada efek lag pada harga dmasa yang akan datang, dengan demkan: b =, sehngga + b = 0 Hpotess yang akan duj adalah sebaga berkut: H o : + b = 0 H : + b 0 t + b 0 = ht Se + b Se + b adalah standard error koefsen regres dugaan + b. Apabla t-htung < t n k, α atau P-value > α, maka terma hpotess nol. Jka kedua hpotess tersebut dterma maka pasar terntegras dengan pasar acuan dalam satu perode. Dtermanya hpotess tersebut mengndkaskan bahwa perubahan harga d pasar acuan perode n dan harga d pasar acuan perode lalu dreflekskan secara penuh pada harga d pasar lokal saat n. Faktor karakterstk lokal dapat danggap tdak ada γ = 0 apabla pola harga d pasar acuan dan pasar lokal sama. Indkator terakhr yang dapat menggambarkan ntegras pasar adalah nla b 2 yang mendekat satu sebelumnya adalah β 0 namun persyaratan + b = 0 tdak terpenuh. Dalam kasus tersebut konds ntegras jangka pendek tdak dapat dterma, namun kekuatan ekonom yang ada menyebabkan perubahan harga d pasar acuan secara umum dreflekskan pada harga d pasar domestk. Dengan demkan, ntegras pasar tetap terjad meskpun antara pasar acuan dan pasar lokal tdak terhubung dalam jangka pendek Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan Integras Pasar Kakao Indonesa

5 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember perubahan margn spasal tdak dteruskan secara penuh. Dasumskan pasar acuan berada dalam kesembangan jangka panjang P = t P t 0, b = 0, 4 + b dan b b tetap, maka harga d pasar domesk hanya akan dpengaruh oleh harga d pasar domestk dan pasar acuan perode sebelumnya. Sehngga untuk menangkap efek kedua varabel tersebut dgunakanlah Index of Market Connecton IMC yang dbangun oleh Tmmer. IMC ddefnskan sebaga raso dar koefsen lag harga d pasar domestk terhadap koefsen lag harga d pasar acuan: + b IMC = b b Apabla pasar berada dalam konds terntegras jangka pendek, dengan nla b = sebelumnya adalah α maka nla IMC = 0. Ketka pasar tersegmentas, dmana b sama dengan b maka nla IMC =. Umumnya nla ndeks tersebut bernla postf dan nla b berada dantara 0 dan -. Secara umum dapat dkatakan bahwa apabla nla dugaan dan nterpretas. Dasumskan karena selama n poss Indonesa dalam kancah perdagangan kakao duna lebh sebaga prce taker dan harga kakao dalam neger mengkut harga kakao duna, maka faktor karakterstk lokal danggap tdak ada X = 0. Intercept term konstanta dmasukkan ke dalam model untuk menangkap perbedaan harga yang dsebabkan oleh perbedaan jarak. Hasl estmas persamaan regres keterpaduan pasar kakao d dalam neger dan duna dapat dlhat pada Tabel. Secara ndvdu melalu uj T, koefsen + b berbeda secara nyata dengan nol. Artnya varabel P t memlk pengaruh yang nyata terhadap varabel bebasnya dalam selang kepercayaan 99 persen. Dengan demkan dapat dartkan bahwa harga kakao bulan lalu d pasar dalam neger berpengaruh terhadap harga kakao bulan n. Nla koefsen b 2 secara nyata tdak berbeda dengan nol berdasarkan hasl uj T. Tabel. Koefsen Regres Integras Pasar Kakao Indonesa Varabel Bebas Konstanta t t P t 45,2 0,725 0,4676 0,020 0,000 0,640 P P P t Keterangan: Angka d dalam tanda kurung adalah nla P-value,2508 0,004 R 2 persen DW Statstk d 78,,85874 F-htung 84,2 0,000 ndeks tersebut semakn mendekat nol maka derajat ntegras pasar akan semakn kuat. Sedangkan apabla nla tersebut kurang dar satu, maka dapat dsmpulkan bahwa derajat ntegras pasar jangka pendek pasar tersebut kuat. INTEGRASI PASAR KAKAO INDONESIA Persamaan 6 dgunakan untuk memudahkan penentuan koefsen regres Dengan demkan perubahan harga kakao duna pada bulan n tdak berpengaruh terhadap harga kakao yang terjad d dalam neger. Koefsen b berdasarkan uj T berbeda b nyata dengan nol. Hal n mengndkaskan bahwa harga kakao d pasar duna bulan sebelumnya berpengaruh terhadap pembentukan harga kakao bulan sekarang d pasar dalam neger. Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan Integras Pasar Kakao Indonesa

6 6 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember 2007 Nla koefsen determnas R 2 sebesar 78, persen artnya bahwa sebesar 78, persen varas dar harga kakao bulan n d pasar dalam neger dapat djelaskan oleh varabel harga kakao bulan sebelumnya d pasar dalam neger, perubahan harga kakao d pasar duna, dan harga kakao bulan sebelumnya d pasar duna serta ssanya sebesar 2,8 persen djelaskan oleh error. Pengujan autokorelas berdasarkan hasl Durbn Watson statstk menunjukkan bahwa dalam kasus n tdak ada autokorelas karena nla DW statstk mendekat 2 d > du, dengan nla,525 < dl <, 54 dan,70 < du <,709, Uj hpotess secara bersama-sama F-htung menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya ada satu varabel bebas pada model berpengaruh nyata terhadap varabel tak bebas pada taraf satu persen. Hasl estmas parameter koefsen + b sebesar 0,725 artnya apabla harga kakao d pasar dalam neger pada bulan sebelumnya menngkat Rp..000/kg, maka harga kakao bulan n d pasar dalam neger akan menngkat sebesar Rp. 72/kg, ceters parbus. Nla tersebut menunjukkan bahwa harga kakao bulan lalu d pasar dalam neger berpengaruh sebesar 7,2 persen. Dengan demkan pedagang akan melakukan perkraan terhadap harga yang akan terjad d masa depan dengan melhat harga pada bulan lalu. Nla koefsen b 2 sebesar 0,4676 menunjukkan bahwa perubahan harga kakao d pasar duna sebesar 00 persen akan menngkatkan harga kakao d pasar dalam neger sebesar 46,8 persen. Hal n berart perubahan yang ada tdak dtransmskan secara utuh terhadap harga kakao d dalam neger. Sedangkan nla koefsen b b sebesar,2508 menunjukkan bahwa harga kakao bulan lalu d duna berpengaruh sangat besar terhadap harga kakao bulan n d pasar dalam neger, yatu sebesar 25 persen. Hal n menunjukkan bahwa umumnya penetapan harga bulanan kakao d Indonesa sangat dpengaruh oleh harga bulan lalu d duna. Melalu nla koefsen regres tersebut maka dapat dlakukan analss ntegras pasar, dengan rngkasan hasl yang dapat dlhat pada Tabel 2 d bawah. Tabel 2. Analss Integras Pasar Kakao Indonesa dan Duna Integras Jangka Integras Jangka Pendek Segmentas Pasar Pendek b 2 = + b = 0 t-htung 0,47 0,54 8,74 t,960,960,960 * 7 4,0.05 / 2 Keterangan Terma H o Terma H o Tolak H o Tersegmentas Tdak terntegras dalam jangka pendek IMC 0,5694 Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan Integras Pasar Kakao Indonesa

7 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember Berdasarkan pengujan hpotess segmentas pasar, terbukt bahwa pasar kakao dalam neger tersegmentas dar pasar kakao duna, artnya perubahan harga kakao d duna tdak mempengaruh harga kakao d dalam neger. Sehngga tdak aneh nformas harga yang ada tdak dapat secara langsung dtransfer ke pasar kakao dalam neger. Hal n terbukt melalu hasl pengujan ntegras pasar jangka pendek yang membuktkan bahwa antara pasar kakao dalam neger dan duna belum terntegras secara penuh. Nla Indeks of Market Connecton IMC merupakan raso antara nla koefsen + b terhadap koefsen b b. Nla IMC antara pasar kakao dalam neger dan duna dalam peneltan n adalah sebesar 0,5694. Bla nla + b adalah sebesar 0,5694 maka nla b b adalah sebesar satu, artnya kenakan harga kakao bulan n d dalam neger sebesar satu persen. INTEGRASI PASAR KAKAO BEBERAPA SENTRA KAKAO INDONESIA Integras pasar d beberapa sentra utama kakao Indonesa perlu dtelt pula untuk melhat apakah setap perubahan harga yang terjad d duna akan langsung dteruskan ke sentra-sentra kakao d Indonesa. Hasl regres ntegras pasar masng-masng sentra kakao d Indonesa dan duna tersebut dapat dlhat pada Tabel. Melalu nla koefsen regres tersebut dapat dlakukan analss ntegras pasar, dengan rngkasan hasl yang dapat dlhat pada Tabel 4. Pada wlayah Sumatera Utara, hasl estmas koefsen + b sebesar 0,954 artnya penngkatan harga kakao bulan lalu sebesar Tabel. Koefsen Regres Integras Pasar Sumatera Utara, Sulawes Selatan, Sulawes Tengah, Sulawes Tenggara Pasar Lokal Pasar Acuan Sumut Duna Sulsel Duna Sulteng Duna Sultra Duna Konstanta Varabel Bebas P t P t P t P t R 2 persen DW d 48 0,954 0,85 0,60 0,848 0,000 0,796 0,57 95,7, ,85 2,0 0,98 0,240 0,000 0,000 0,004 97,, ,69 0,000 0,2 0,000 9,2, ,250 0,000 0,002 0,000 94,,928 F- htung 49,62 0, , ,5 0,000 7, 0,000 Keterangan : Angka d dalam kurung adalah nla P-value, Sumut: Sumatera Utara, Sulsel: Sulawes Selatan, Sulteng: Sulawes Tengah, Sultra: Sulawes Tenggara sebesar satu persen harga kakao bulan sebelumnya d pasar dalam neger maka harga kakao bulan n d pasar dalam neger akan hanya menngkat sebesar 0,57 persen. Selan tu kenakan satu persen harga kakao bulan lalu d pasar duna ternyata mampu menngkatkan Rp. 00/kg, ceters parbus, akan menngkatkan harga kakao bulan n d Pasar Sumatera Utara sebesar Rp. 95/kg. Dengan demkan pengaruh varabel n terhadap pembentukan harga kakao d Sumatera Utara adalah sebesar 95 persen. Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan Integras Pasar Kakao Indonesa

8 8 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember 2007 Tabel 4. Analss Integras Pasar antara Sumatera Utara, Sulawes Selatan, Sulawes Tengah, Sulawes Tenggara dengan Duna Segmentas Pasar Integras Jangka Pendek Sentra Kakao 2 b 2 = = 0 t-htung t-tabel t-htung t-tabel t-htung t-tabel 0,259,960,40,960,4,960 Sumut Terma H o tersegmentas Terma kedua H o terntegras 4,06,960 2,25,960 2,965,960 Sulsel Tolak H o tdak tersegmentas Tolak kedua H o tdak terntegras,2,960 0,02,960,69,960 Sulteng Terma H o tersegmentas Hanya satu H o yang dterma tdak terntegras Sultra,26,960 2,25,960,70,960 Tolak H o tdak tersegmentas Tolak kedua H o tdak terntegras b tdak sgnfkan pada taraf nyata lma persen sehngga tdak dgunakan dalam perhtungan IMC Ket : * b IMC 0,954* 0,868 0,596 0,47 Nla koefsen determnas R 2 sebesar 95,7 persen artnya sebesar 95,7 persen varas dar harga kakao bulan n d Sumatera Utara dapat djelaskan oleh varabel harga kakao bulan sebelumnya d Sumatera Utara, perubahan harga kakao d pasar duna, dan harga kakao bulan sebelumnya d pasar duna serta ssanya sebesar 4, persen djelaskan oleh error. Pengujan autokorelas melalu nla Durbn Watson statstk d menunjukkan bahwa ada tdaknya autokorelas tdak dapat dsmpulkan nconclusve karena dl < d < du, Adapun nla,525 < dl <, 54 dan,70 < du <, 709. Selan tu melalu goodness of ft uj F dapat dsmpulkan bahwa palng tdak terdapat satu varabel yang berpengaruh terhadap harga kakao bulan n d Sumatera Utara. Berdasarkan hasl analss ntegras pasar antara pasar kakao Sumatera Utara dan duna terlhat bahwa pasar n tersegmentas dengan duna. Artnya perubahan harga kakao d duna tdak mempunya pengaruh terhadap harga kakao d wlayah n. D ss lan, melalu hasl pengujan hpotess ntegras jangka pendek, ternyata antara Sumatera Utara dan duna terntegras secara penuh dalam jangka pendek. Artnya perubahan harga kakao d duna akan langsung dan secara utuh Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan dteruskan pada harga kakao d Sumatera Utara. Merujuk pada varabel yang secara sgnfkan mempengaruh harga kakao d Sumatera Utara, maka varabel harga kakao bulan sebelumnyalah yang berpengaruh terhadap pembentukan harga kakao d Sumatera Utara. Dengan demkan dapat dsmpulkan bahwa adanya perubahan harga kakao d duna yang dtransmskan secara langsung dan utuh tersebut akan mempengaruh harga kakao yang akan dterma produsen dan pada akhrnya mempengaruh pembentukan harga kakao pada waktu tertentu d propns n. Hasl uj sgnfkans varabel d Sulawes Selatan menunjukkan bahwa koefsen yang secara sgnfkan mempengaruh harga kakao d Sulawes Selatan adalah + b, b, 2 b. b Dengan demkan dapat dsmpulkan bahwa harga kakao d wlayah n tdak hanya dpengaruh oleh harga kakao bulan lalu d Sulawes Selatan, namun dpengaruh juga oleh perubahan harga kakao d duna dan harga kakao duna bulan sebelumnya. Hasl estmas koefsen + b sebesar 0,85 berart besarnya penngkatan harga kakao bulan lalu sebesar Rp. 00/kg akan menngkatkan harga kakao bulan n d Pasar Sulawes Selatan sebesar Rp. 85/kg, ceters Integras Pasar Kakao Indonesa

9 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember parbus. Sehngga pengaruh varabel n terhadap pembentukan harga kakao d Sulawes Selatan adalah sebesar 85 persen. Koefsen b 2 sebesar 2, artnya perubahan harga kakao d duna akan berpengaruh sektar 20 persen terhadap pembentukan harga kakao bulan n d Sulawes Selatan. Nla koefsen b b sebesar 0,98 artnya harga kakao bulan lalu d duna berpengaruh terhadap harga kakao bulan n d Sulawes Selatan sebesar 98 persen. Nla koefsen determnas R 2 sebesar 97, persen artnya bahwa sebesar 97, persen varas dar harga kakao bulan n d Sulawes Selatan dapat djelaskan oleh varabel harga kakao bulan sebelumnya d Sulawes Selatan, perubahan harga kakao d pasar duna, dan harga kakao bulan sebelumnya d pasar duna serta ssanya sebesar 2,9 persen djelaskan oleh error. Pengujan autokorelas melalu nla Durbn Watson statstk d menunjukkan bahwa ada tdaknya autokorelas tdak dapat dsmpulkan nconclusve karena dl < d < du, Adapun nla,525 < dl <, 54 dan,70 < du <, 709. Selan tu melalu goodness of ft uj F dapat dsmpulkan bahwa palng tdak terdapat satu varabel yang berpengaruh terhadap harga kakao bulan n d Sulawes Selatan. Analss ntegras pasar yang dlakukan terhadap propns Sulawes Selatan menunjukkan bahwa pasar n tdak tersegmentas dan tdak terntegras dengan duna. Artnya harga yang terbentuk d wlayah n dpengaruh oleh perubahan harga kakao duna, namun perubahan tersebut tdak langsung dan utuh dtransmskan untuk membentuk harga kakao yang baru. Namun demkan pada propns n perubahan harga kakao yang terjad d duna sangat domnan dalam mempengaruh pembentukan harga kakao d Sulawes Selatan. Hal n mungkn saja Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan terjad, meskpun pasar tdak terhubung dalam jangka pendek, namun dengan kekuatan ekonom yang ada msalnya kekuatan penawaran yang lebh besar akan membuat poss harga produsen untuk menentukan harga lebh besar dengan merujuk pada nformas yang ada, akan membuat perubahan harga kakao duna dreflekskan dan mempengaruh harga kakao d propns n. D Sulawes Tengah pembentukan harga kakaonya hanya dpengaruh oleh harga kakao bulan sebelumnya d wlayah n dan harga kakao duna bulan sebelumnya. Hal n dkarenakan hanya koefsen + b dan b b saja yang secara sgnfkan mempengaruh varabel bebasnya. Hasl estmas koefsen + b sebesar 0,87 menunjukkan bahwa penngkatan harga bulan lalu sebesar Rp. 00/kg akan menngkatkan harga kakao bulan n d Sulawes Tengah sebesar Rp. 82/kg. Dengan kata lan pengaruh varable n adalah sebesar 82 persen, ceters parbus. Nla koefsen b b sebesar,7 artnya harga kakao bulan lalu d duna berpengaruh terhadap harga kakao bulan n d Sulawes Tengah sebesar 7 persen. Nla koefsen determnas R 2 sebesar 9,2 persen artnya bahwa sebesar 9,2 persen varas dar harga kakao bulan n d Sulawes Tengah dapat djelaskan oleh varabel harga kakao bulan sebelumnya d Sulawes Tengah, perubahan harga kakao d pasar duna, dan harga kakao bulan sebelumnya d pasar duna serta ssanya sebesar 6,8 persen djelaskan oleh error. Uj autokorelas melalu Durbn Watson Statstk menunjukkan bahwa karena d > du maka dapat smpulkan tdak terjad autokorelas d dalamnya. Adapun nla,525 < dl <,54 dan,70 < du <, 709. Selan tu melalu goodness of ft uj F dapat dsmpulkan bahwa palng tdak terdapat satu Integras Pasar Kakao Indonesa

10 0 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember 2007 varabel yang berpengaruh terhadap harga kakao bulan n d Sulawes Tengah. Hasl analss ntegras d Propns Sulawes Tengah menunjukkan bahwa pasar kakao d wlayah n tersegmentas dar pasar duna dan tdak terntegras secara penuh dengan pasar duna. Besarnya perubahan harga yang terjad d pasar nternasonal hanya akan dtransmskan tetap tdak secara langsung. Pedagang akan menunggu agar harga menjad stabl terlebh dahulu baru kemudan meneruskannya ke pasar lokal. Tdak berbeda jauh dengan Sulawes Selatan, harga kakao d Sulawes Tenggara pun dpengaruh oleh harga kakao bulan sebelumnya d wlayah n dan duna serta dpengaruh pula oleh perubahan harga kakao d duna. Hasl estmas koefsen + b sebesar 0,85 artnya penngkatan harga kakao bulan sebelumnya d wlayah n akan menyebabkan penngkatan harga kakao bulan n d Sulawes Tenggara sektar Rp. 82/kg. Hasl n menunjukkan bahwa pengaruh varabel n terhadap pembentukan harga kakao d Sulawes Tenggara adalah sebesar 82 persen. Nla koefsen b 2 sebesar 2,87 artnya perubahan harga kakao duna akan berpengaruh sebesar 287 persen terhadap pembentukan harga d Sulawes Tenggara, ceters parbus. Nla koefsen Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan b sebesar b,7 mengndkaskan bahwa harga kakao bulan lalu d duna berpengaruh terhadap harga kakao bulan n d Sulawes Tenggara sebesar 7 persen. Nla koefsen determnas R 2 sebesar 94, persen artnya bahwa sebesar 94, persen varas dar harga kakao bulan n d Sulawes Tenggara dapat djelaskan oleh varabel harga kakao bulan sebelumnya d Sulawes Tenggara, perubahan harga kakao d pasar duna, dan harga kakao bulan sebelumnya d pasar duna serta ssanya sebesar 5,7 persen djelaskan oleh error. Uj autokorelas melalu Durbn Watson Statstk menunjukkan bahwa karena d > du maka dapat smpulkan tdak terjad autokorelas d dalamnya. Adapun nla,525 < dl <,54 dan,70 < du <, 709. Selan tu melalu goodness of ft uj F dapat dsmpulkan bahwa palng tdak terdapat satu varabel yang berpengaruh terhadap harga kakao bulan n d Sulawes Tenggara. Pasar kakao d Sulawes Tenggara, berdasarkan hasl analss ntegras pasar, mengndkaskan bahwa antara pasar kakao d Sulawes Tenggara dan duna tdak tersegmentas dan tdak terntegras dalam jangka pendek. Artnya pembentukan harga kakao d pasar n mengacu pada harga kakao d duna dengan memperhatkan perubahan harga yang terjad d pasar duna. Akan tetap adanya nformas perubahan tersebut tdak akan langsung dteruskan oleh pedagang ke pasar lokal. Keadaan tersegmetasnya wlayah Indonesa dan beberapa sentra kakao d dalam neger Sumatera Utara dan Sulawes Tengah dsebabkan oleh adanya sstem kontrak res guna yang dlakukan oleh eksportr d dalam neger dengan perusahaan nduk d negara tujuan ekspor. Dengan demkan berapapun perubahan harga kakao d duna, tdak akan mempengaruh harga kakao dalam neger. Kontrak tersebut memuat perjanjan tentang volume dan harga kakao yang dperjualbelkan serta waktu pengrmannya. Waktu kontrak umumnya antara satu sampa dua bulan. Harga kakao dtetapkan pada saat penandatanganan kontrak, mengacu pada harga yang berlaku pada saat tu d duna. Namun kenyataannya, harga tersebut tdak percs sama dengan harga d duna karena Informas dperoleh berdasarkan hasl wawancara dengan phak ASKINDO. Integras Pasar Kakao Indonesa

11 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember 2007 dantara phak-phak tersebut terjad negosas dskonto. Meskpun d wlayah Sulawes Selatan dan Sulawes Tenggara terdapat beberapa eksportr yang sudah terkat kontrak, namun karena eksportr d kedua wlayah n serngkal melakukan ekspor langsung dar pelabuhannya masng-masng Pelabuhan Makassar dan Pelabuhan Kolaka tanpa melalu Sngapura maka harga kakao d kedua wlayah n dpengaruh oleh perubahan harga duna. Pada ss yang berbeda, penalt atau automatc detenton yang dkenakan atas kakao Indonesa serngkal membuat harga kakao d dalam neger berbeda dengan harga kakao yang berlaku d duna. Penalt tersebut dkenakan karena mutu kakao yang dhaslkan mash rendah. Dengan demkan harga kakao yang terbentuk d dalam neger lebh dpengaruh oleh kualtas kakao yang dhaslkan dar pada oleh perubahan harga yang terjad d duna. Tdak terntegrasnya Indonesa dan sebagan besar sentra kakao Indonesa kecual Sumatera Utara dalam jangka pendek dkarenakan jauhnya jarak untuk mengakses nformas harga duna ke London Cocoa Termnal Market dan New York Board of Trade. Meskpun saat n akses nformas tersebut dlakukan dengan menggunakan telepon, namun karena mahalnya baya tersebut maka ekportr tdak dapat memantau perubahan harga yang terjad secara terusmenerus. Pedagang akan menunggu hngga konds harga stabl baru meneruskannya perubahan tersebut ke pedagang yang ada d bawahnya. Khusus untuk Sumatera Utara karena d wlayah n terdapat perkebunan mlk negara PTPN, maka akses nformas lebh mudah untuk dlakukan. Nla IMC untuk semua sentra kakao tersebut kurang dar satu. Hal n menunjukkan bahwa secara keseluruhan pasar kakao d wlayah-wlayah tersebut mempunya hubungan yang cukup tngg dengan pasar kakao duna. Akan tetap wlayah Sulawes Tenggara ternyata memlk hubungan dengan pasar duna yang lebh dekat, karena nla IMC lebh dekat dengan nol. KESIMPULAN Berdasarkan hasl analss ntegras pasar, secara umum dapat dsmpulkan bahwa pasar kakao Indonesa tersegmentas dan tdak terntegras dalam jangka pendek dengan pasar duna. Selan tu, terlhat pula bahwa Propns Sulawes Selatan dan Sulawes Tenggara konds pasarnya tdak tersegmentas dengan duna. Harga kakao d kedua propns n dpengaruh oleh perubahan harga d duna. Namun untuk Propns Sumatera Utara dan Sulawe Tengah pasarnya tersegmentas. Karena sebagan besar pasar d beberapa sentra kakao tersebut tdak terntegras dalam jangka pendek yang terntegras hanya Sumatera Utara, maka perubahan harga kakao d duna tdak akan dreflekskan langsung pada harga kakao d wlayah tersebut. DAFTAR PUSTAKA Akyama, T. dan Akhko Nsho Sulawes s Cocoa Boom: Lesson of Smallholder Dnamsm and A-Hands of Polcy. Bulletn of Indonesan Economc Studes Vol No.2, pp97-2. Arsyad, M Dampak Kebjakan Ekonom terhadap Produks dan Ekspor Kakao Indonesa. Tess. Sekolah Pascasarjana. Insttut Pertanan Bogor. Badan Peneltan dan Pengembangan Departemen Pertanan Prospek dan Arah Pengembangan Agrbsns Kakao. Departemen Pertanan Republk Indonesa. Baffes, J. dan Bruce Gardner The Transmsson of World Commodty Prces to Domestc Markets Under Polcy reform Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan Integras Pasar Kakao Indonesa

12 2 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember 2007 n Developng Countres. Polcy Reform, September 200, Vol 6, pp Drektorat Jenderal Drjen Perkebunan Departemen Pertanan Statstk Perkebunan Indonesa Departemen Pertanan. Drjen Pengolahan dan Pemasaran Hasl Pertanan Buletn Pemasaran Internasonal, Eds Januar Departemen Pertanan. Heytens, P.J Testng Market Integraton. Food Research Insttute Studes. Vol. XX, No., 986. Internatonal Cocoa Organzaton Quarterly Bulletn of Cocoa Statstcs. Dakses tanggal 7 November Muharmnto, B.S. Abbas dan S.O. Lubs Upaya Pengembangan Pasar Produk Agrondustr Perkebunan KAKAO. Laporan Peneltan. Pusat Pengkajan dan Pengembangan Agrbsns, Badan Peneltan dan Pengembangan Pertanan, Bogor. Ravallon, M Testng Market Integraton. Amercan Journal of Agrculture Economcs. February, 986, 68. Amercan Agrculture Economcs Assocaton. Sswoputranto, P.S Prospek Percoklatan Duna dan Kepentngan Indonesa. Kumpulan Makalah Konperens Coklat Nasonal II. Bala Peneltan Perkebunan Medan.. Harga kakao bulanan d sentra-sentra produks kakao, sepert Sumatera Utara, Sulawes Selatan, Sulawes Tengah dan Sulawes Tenggara, pada waktu t adalah harga produsen yatu harga transaks antara petan penghasl dan pembel pedagang pengumpul/tengkulak. Dengan demkan harga n mencermnkan harga yang dterma oleh petan. Peubah n dukur dalam satuan rupah per klogram. 2. Harga kakao bulanan d pasar dalam neger pada waktu t merupakan harga kakao yang berlaku secara nasonal. Peubah n dukur dalam satuan rupah per klogram.. Harga kakao bulanan d duna merupakan harga kakao yang dhtung menggunakan rata-rata dar harga bursa d London Cocoa Termnal Market dan New York Board of Trade. Harga kakao bulanan yang dgunakan merujuk pada kedua tempat n karena ekspor kakao Indonesa yang terbesar adalah ke Amerka Serkat dan Eropa. Satuan yang dgunakan untuk harga kakao bulanan d duna n adalah SDR/ton. Nla SDR Specal Drawng Rghts ekuvalen dengan nla haran US$ atau nla SDR yang dkeluarkan oleh Internatonal Monetary Fund ICCO, Pasar duna bertndak sebaga pasar acuan. 5. Istlah kakao yang dgunakan dalam peneltan n merujuk pada bj kakao. Sedangkan untuk produk yang sap paka atau telah dolah, dgunakan stlah coklat. Appendx. Sumber Data dan Defns Data yang dgunakan untuk analss ntegras pasar adalah sebaga berkut : Data Tahun Harga kakao bulanan d pasar dalam neger Harga kakao bulanan d duna Harga kakao bulanan d pasar Sumatera Utara, Sulawes Selatan, Sulawes Tengah dan Sulawes Tenggara Defns Operasonal Untuk menyamakan pengertan mengena stlah-stlah yang dgunakan, maka berkut n akan ddefnskan sejumlah stlah: Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan Integras Pasar Kakao Indonesa

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK PENGARUH WITH HOLDING TA SYSTEM PADA PENGUSAHA KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MEDAN PETISAH) ZULIA HANUM Jurnal Ilmah Ekonomkawan ISSN: 1693-7600 Eds 11

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneltan n penuls bermaksud untuk menelt bagamana pengaruh perubahan kebjakan moneter terhadap jumlah kredt yang dberkan oleh bank pada beberapa kelompok bank berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOAL : Suatu Peneltan dlakukan untuk menelaah empat metode pengajaran, yatu Metode A (ceramah d kelas), Metode B (mengajak dskus langsung dengan sswa), Metode C (ceramah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Sumber data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan Bank Indonesa (BI). Data yang dgunakan dalam

Lebih terperinci

SEPA : Vol. 7 No.1 September 2010 : ISSN : ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TEMBAKAU (Nicotiana sp.

SEPA : Vol. 7 No.1 September 2010 : ISSN : ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TEMBAKAU (Nicotiana sp. SEPA : Vol. 7 No.1 September 2010 : 39 50 ISSN : 1829-9946 ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TEMBAKAU (Ncotana sp.) DI INDONESIA SILVANA MAULIDAH 1, TJONG AGUNG SURYAWIJAYA 2 1 Staf Pengajar d Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENEITIAN Peneltan n merupakan peneltan deskrptf, yang dalam penulsannya dmaksudkan untuk menjabarkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan konds wlayah peneltan. Analss dlakukan secara kualtatf

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB 73 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneltan Objek peneltan n adalah nla tambah sektor pertanan untuk PDRB Jawa Barat berupa data tme seres perode 1985-005. selan tu penuls memlh varabel yang mempengaruhnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode dalam peneltan merupakan suatu cara yang dgunakan oleh penelt dalam mencapa tujuan peneltan. Metode dapat memberkan gambaran kepada penelt mengena langkah-langkah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian.

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian. BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN Bab n dbag menjad dua bagan, yatu objek peneltan dan desan peneltan. III.1 Objek Peneltan Objek peneltan dalam skrps n adalah nla perusahaan LQ 45 perode 2009-2011.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagan yang tdak terpsahkan dar pembangunan pertanan secara umum dan bertujuan untuk menngkatkan pendapatan dan taraf hdup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonom merupakan masalah perekonoman dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonom merupakan fenomena pentng yang dalam duna hanya dua abad belakangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group Jurnal EKSPONENSIAL Volume 6, Nomor, Nopember 05 ISSN 085-789 Pemodelan Regres Varabel Moderas Dengan Metode Sub-Group Regresson Modelng of Moderatng Varable wth a Method of Sub Group Rsna Septawat, Des

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Indomaret yang berada di Jalan Tubagus Ismail

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Indomaret yang berada di Jalan Tubagus Ismail BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1.1 Objek Peneltan Peneltan n dlakukan d Indomaret yang berada d Jalan Tubagus Ismal Raya No. 18 bandung dengan menelt keragaman produk sebaga varabel bebas (ndependen)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM Wahyu Dw Lesmono, Ftra Vrgantar, Hagn Wjayant Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN

PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN 1 PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN Pembmbng: Surtkant, SE., M.S Penuls: Ecatarna Febola Annsa Program Stud Akuntans Fakultas Ekonom Unverstas

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA PADA PETANI BOKAR DI DESA SEI TONANG KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA PADA PETANI BOKAR DI DESA SEI TONANG KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA PADA PETANI BOKAR DI DESA SEI TONANG KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR Ftra Nngsh, Erm Tety, Evy Maharan Fakultas Pertanan Unverstas Rau Ftra_Iskam@yahoo.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

WEIBULL TWO PARAMETER

WEIBULL TWO PARAMETER WEIBULL TWO PARAMETER Dalam teor probabltas dan statstk, dstrbus webull merupakan dstrbus probabltas yang berkelanjutan atau kontnyu. Dgambarkan secara detal oleh Walodd Webull pada tahun 1951 meskpun

Lebih terperinci

I. PENGANTAR STATISTIKA

I. PENGANTAR STATISTIKA 1 I. PENGANTAR STATISTIKA 1.1 Jens-jens Statstk Secara umum, lmu statstka dapat terbag menjad dua jens, yatu: 1. Statstka Deskrptf. Statstka Inferensal Dalam sub bab n akan djelaskan mengena pengertan

Lebih terperinci