ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN 1)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN 1)"

Transkripsi

1 Analss Efsens Ekonom dan Daya Sang Jagung pada Lahan Kerng (A.Y. Kurnawan et al.) ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN 1) (Analyss of Economc Effcency and Compettveness of Dryland Maze at Kabupaten Tanah Laut, South Kalmantan) Ahmad Yousuf Kurnawan, Sr Hartoyo 2) dan Yusman Syaukat 2) ABSTRACT South Kalmantan s a provnce wth large dryland area. Ths potency can be used for maze cultvaton that wll contrbute to natonal maze producton and play an mportant role as mport substtuton. One of the major problems n maze cultvaton s ts low productvty that mght be caused by ts low effcency of nput use. The objectves of ths research are (1) to estmate factors nfluencng maze producton and to analyze dryland farmng effcency, both n techncal and allocatve effcency of dryland farmng, and (2) to analyze dryland maze farmng compettveness n Kabupaten Tanah Laut, South Kalmantan, and the effcency effect to ts compettveness. The methods used are the stochastc fronter producton functon and the dual fronter cost functon for the frst objectve, and crteron of prvate cost rato and domestc resources cost rato for the second objectve. The results showed that land, seed, organc fertlzer, P-fertlzer, pestcde, labor and land treatment sgnfcantly nfluence producton. Generally, the farmers at research area have been techncally effcent but allocatvely neffcent. In order to ncrease economc effcency, reducton n N-fertlzer s suggested. The maze commodty n Kabupaten Tanah Laut s proftable and has compettve and comparatve advantages. The ncreasng of allocatve effcency wll ncrease the compettveness. Key words: dryland maze farmng, effcency, compettveness PENDAHULUAN Jagung adalah salah satu komodtas pertanan yang memlk nla ekonom tngg dan potensal untuk dkembangkan. Permntaan jagung duna dperkrakan menngkat d masa datang. World Bank memproyekskan bahwa pada tahun kenakan total permntaan jagung nak rata-rata 3.2% per tahun (Amang, 2003). Kebutuhan jagung nasonal dar tahun ke tahun terus menngkat, tdak hanya karena pertambahan penduduk, tetap juga karena pertumbuhan usaha peternakan dan ndustr pangan. Berdasarkan data dar Departemen Pertanan, kebutuhan jagung terus mengalam penngkatan terutama untuk ndustr pangan dan pakan ternak dengan laju penngkatan masng-masng 3% dan 5.78% per tahun. Penngkatan permntaan jagung yang begtu pesat tdak dapat dmbang oleh penngkatan produks dalam neger sehngga kesenjangan makn lebar antara permntaan dan produks. Kesenjangan tersebut untuk saat n 1) Bagan dar tess penuls pertama, Program Stud Ilmu Ekonom Pertanan, Sekolah Pascasarjana IPB 2) Berturut-turut Ketua dan Anggota Koms Pembmbng. 93

2 Forum Pascasarjana Vol. 31 No. 2 Aprl 2008: dtutup dengan cara mengmpor jagung. Laju penngkatan mpor jagung tahun telah mencapa 10.46% per tahun. Kabupaten Tanah Laut, Provns Kalmantan Selatan, memlk potens lahan kerng yang luas yang sampa saat n belum dapat dmanfaatkan secara maksmal untuk dkembangkan menjad usaha tan jagung. Lahan kerng d Kalmantan Selatan yang dapat dgunakan untuk usaha pertanan adalah 647 rbu hektar, tetap baru dmanfaatkan seluas 210 rbu hektar atau sektar 32.5 persen. Produktvtas jagung d daerah tersebut berksar ton/ha, mash lebh rendah jka dbandngkan dengan potens yang dapat dhaslkan. Hal n dduga berkatan dengan efsens alokas penggunaan nput. Menurut Suband et al. (2005), produktvtas jagung d Kabupaten Tanah Laut dapat mencapa ton/ha. Efsens merupakan salah satu penentu daya sang. Produks yang efsen akan menyebabkan penurunan baya produks yang selanjutnya akan menyebabkan penngkatan pendapatan petan dan daya sang komodtas tersebut. Berdasarkan hal tersebut, perlu dketahu tngkat efsens usaha tan jagung dan pengaruhnya terhadap daya sangnya. Peneltan n secara umum bertujuan menganalss efsens, keunggulan kompettf, dan komparatf jagung d lahan kerng d Kabupaten Tanah Laut. Secara rnc tujuan peneltan adalah sebaga berkut (1) menganalss faktor-faktor yang mempengaruh produks jagung dan tngkat efsens tekns dan alokatf usaha tan jagung lahan kerng dan (2) menganalss daya sang (keunggulan kompettf dan komparatf) usaha tan jagung lahan kerng d Kabupaten Tanah Laut, Kalmantan Selatan serta pengaruh efsens terhadap daya sang. METODE PENELITIAN Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan dlaksanakan Kabupaten Tanah Laut, Provns Kalmantan Selatan, dengan pertmbangan karena Kabupaten n merupakan sentra produks jagung lahan kerng terbesar d Kalmantan Selatan. Peneltan lapang dmula dar bulan Me sampa dengan Jul Pemlhan Petan Sampel Dar tngkat Kabupaten dplh tga kecamatan yang mempunya areal panen jagung terluas, yatu Kecamatan Panypatan, Kecamatan Pelahar, dan Kecamatan Batu Ampar. Dar ketga kecamatan tersebut dambl 4 desa yang merupakan sentra produks jagung d Kabupaten Tanah Laut, yatu Desa Bum Ash dan Sukaramah d Kecamatan Panypatan, Desa Tanjung d Kecamatan Pelahar dan Desa Tajau Pecah d Kecamatan Batu Ampar. Petan responden dambl secara acak sebanyak 20 orang dar masng-masng desa tersebut sehngga jumlah sampel seluruhnya adalah 80 responden. Pada saat analss data, ada 4 responden yang dkeluarkan sebaga sampel karena tdak memenuh asums sebaran normal sehngga jumlah responden akhr adalah 76 petan. 94

3 Analss Efsens Ekonom dan Daya Sang Jagung pada Lahan Kerng (A.Y. Kurnawan et al.) Analss Data Analss fungs produks stochastc fronter Analss data menggunakan alat analss fungs produks stochastc fronter dan fungs baya dual. Analss fungs produks stochastc fronter dapat dgunakan untuk mengukur efsens tekns dar usaha tan jagung dan faktor-faktor yang mempengaruh efsens tekns... (1) dengan Y = hasl produks jagung (kg), X 1 = luas lahan yang dgarap (ha), X 2 = jumlah benh (kg), X 3 = jumlah pupuk kandang (kg), X 4 = jumlah pupuk N dan K (kg), X 5 = jumlah pupuk P, X 6 = jumlah pestsda (lter), X 7 = jumlah tenaga kerja (JKSP), X 8 = dummy olah tanah (X 8 =1 jka dbajak, X 8 =0 jka tdak), dan v -u = error term (u ) efek nefsens tekns dalam model. Nla koefsen yang dharapkan β 1 - β 8 >0. Analss efsens tekns Metode efsens tekns yang dgunakan dalam peneltan n mengacu kepada model efek nefsens tekns yang dkembangkan oleh Battese dan Coell (1998). Varabel u yang dgunakan untuk mengukur efek nefsens tekns dasumskan bebas dan dstrbusnya terpotong normal dengan N (μ,σ2). Untuk menentukan nla parameter dstrbus (μ) efek nefsens tekns pada peneltan n dgunakan rumus sebaga berkut: μ = δ 0 + δ 1 Z 1 + δ 2 Z 2 + δ 3 Z 3 + δ 4 Z 4 +w t... (2) dengan μ = efek nefesens tekns, Z 1 = umur petan (tahun), Z 2 = penddkan formal petan (tahun), Z 3 = pengalaman petan (tahun), Z 4 = keanggotaan dalam kelompok tan/koperas (Z 4 = 1 jka ya dan Z 4 = 0 jka tdak). Nla koefsen yang dharapkan: δ 0 > 0, δ 1 >0, δ 2,δ 3,δ 4 <0. Pendugaan parameter fungs produks dan fungs nefsens (Persamaan (1) dan (2)) dlakukan secara smultan dengan program FRONTIER 4.1c (Coell, 1996). Analss efsens alokatf dan ekonoms Pengukuran efsens alokatf dan ekonoms dapat dlakukan dengan menurunkan fungs baya dual dar fungs produks Cobb-Douglas yang homogenous (Debertn, 1986). Caranya yatu dengan memnmumkan fungs baya nput dengan kendala fungs produks pada Persamaan (1) sehngga dperoleh fungs baya dual fronter C = f(y, P 1, P 2, P 3, P 4, P 5, P 6, P 7, P 8 )... (3) dengan C adalah baya produks jagung, Y adalah hasl produks jagung, dan P 1 -P 8 berturut-turut adalah harga sewa lahan, harga benh, harga pupuk organk, harga pupuk urea dan KCl, harga pupuk SP-36, harga pestsda, harga (upah) tenaga kerja, dan harga/baya membajak tanah. Menurut Jondrow et al. (1982) dalam Ogundar dan Ojo (2006), efsens ekonom (EE) ddefnskan sebaga raso antara baya total produks yang dobservas (C*) dengan total baya produks aktual (C). EE C * C E( C u E( C 0, Y, P ) u, Y, P ) E exp.( U /... (4) 95

4 Forum Pascasarjana Vol. 31 No. 2 Aprl 2008: dengan EE bernla 0 < EE < 1. EE merupakan gabungan dar efsens tekns (ET) dan efsens alokatf (AE) sehngga AE dperoleh dengan persamaan EE AE... (5) TE dengan AE bernla 0 < AE < 1 Analss daya sang Untuk menganalss sejauh mana daya sang jagung pada lahan, dlakukan pendekatan terhadap penggunaan sumber daya domestk dan nput tradable. Metode analss yang dgunakan adalah polcy analyss matrx (PAM) yang merupakan alat analss yang dgunakan untuk mengetahu efsens ekonom dan besarnya nsentf atau dampak ntervens dalam pengusahaan berbaga aktvtas usaha tan secara keseluruhan dan sstemats (Monke dan Pearson, 1989). Dar Tabel PAM dperoleh krtera sebaga berkut. (1) Raso Baya Prvat (Prvate Cost Rato) Nla PCR menunjukkan berapa banyak sstem produks usaha tan jagung dapat menghaslkan untuk membayar semua faktor domestk yang dgunakannya, dan tetap dalam konds kompettf. Keuntungan maksmal akan dperoleh jka sstem produks usaha tan jagung mampu memnmumkan nla PCR. Nla PCR merupakan krtera keunggulan kompettf dar usaha tan jagung. Menurut Asan Development Bank (1992), keunggulan kompettf adalah alat untuk mengukur keuntungan prvat (prvate proftablty) dan dhtung berdasarkan harga pasar dan nla tukar uang resm. (2) Raso Baya Sumber Daya Domestk (Domestc Resources Cost Rato) Nla DRCR merupakan salah satu krtera kemampuan sstem usaha tan jagung dalam membaya faktor domestk pada harga bayangannya atau krtera dar efsens ekonom relatf dar suatu sstem produks. Jka DRCR < 1 dan nlanya makn kecl, berart sstem produks usaha tan jagung makn efsen dan memlk daya sang d pasar duna sehngga dnla memlk peluang ekspor yang makn besar. Nla DRCR merupakan krtera keunggulan komparatf dar usaha tan jagung. Menurut Asan Development Bank (1992) keunggulan komparatf adalah kemampuan suatu wlayah atau negara dalam memproduks satu unt dar beberapa komodtas dengan baya yang relatf lebh rendah darpada baya mbangan sosalnya dar alternatf lannya. Pengaruh efsens terhadap daya sang dketahu dengan cara menngkatkan efsens alokatf melalu penurunan penggunaan nput yang danggap berlebhan, kemudan akan dhtung nla PCR dan DRCR-nya. HASIL DAN PEMBAHASAN Analss Fungs Produks Stochastc Fronter Peneltan n menggunakan model stochastc fronter yang dlakukan melalu proses dua tahap. Tahap pertama menggunakan metode ordnary least square 96

5 Analss Efsens Ekonom dan Daya Sang Jagung pada Lahan Kerng (A.Y. Kurnawan et al.) (OLS) untuk menduga parameter teknolog dan nput-nput produks, dan tahap kedua menggunakan metode maxmum lkelhood estmator (MLE) untuk menduga keseluruhan parameter faktor produks, ntersep, dan varans dar kedua komponen kesalahan v dan u. Hasl pendugaan dengan menggunakan OLS pada Tabel 1 menunjukkan bahwa secara statstk varabel luas lahan, benh, pupuk organk, pupuk P, pestsda, tenaga kerja, dan dummy olah tanah dtemukan berpengaruh nyata pada taraf α=15%, sedangkan pupuk N dan K tdak berpengaruh nyata. Hasl pendugaan dengan menggunakan MLE hampr sama dengan pendugaan dengan OLS, dengan hanya penggunaan N dan K yang tdak berpengaruh nyata, sedangkan pengolahan tanah tdak berpengaruh nyata hanya pada OLS. Penggunaan lahan pada fungs produks stochastc fronter kurang elasts jka dbandngkan dengan fungs produks rata-rata (Tabel 1). Dengan demkan, petan mash rasonal jka mempunya kengnan untuk menambah ratarata penggunaan lahan. Hasl n menunjukkan bahwa petan mash dapat menngkatkan skala usahanya dengan memanfaatkan lahan yang selama n belum dmanfaatkan d Kabupaten Tanah Laut seluas rbu ha. Varabel olah tanah dtemukan berpengaruh postf dan nyata, artnya pembajakan akan menngkatkan produks. Namun, menurut petan, pembajakan sebaknya tdak dlakukan pada setap akan tanam jagung karena sfat lahan kerng d lokas peneltan yang hanya memlk lapsan bahan organk yang tps pada permukaan tanah. Pembajakan hanya dlakukan antara 2-3 tahun sekal. Tabel 1. Pendugaan fungs produks dengan menggunakan metode OLS dan MLE Varabel nput Metode OLS Metode MLE Parameter dugaan t-raso Parameter dugaan t-raso Intersep Luas Lahan (X 1) *) *) Benh (X 2) *) *) Pupuk organk (X 3) *) *) Pupuk N dan K (X 4) Pupuk P (X 5) *) *) Pestsda (X 6) *) *) Tenaga Kerja (X 7) *) *) Dummy Olah Tanah (X 8) *) Adj-R Square σ 2 s = σ 2 2 v + σ u γ = σ 2 2 u / σ s LR Sumber: Analss data prmer, 2008; *) Nyata pada taraf α=0.15 Varabel pupuk N dan K dtemukan tdak berpengaruh nyata terhadap produks jagung dan juga dtemukan bahwa elaststas produks pupuk N dan K pada fungs produks stochastc fronter lebh kecl darpada elaststas produks pada fungs produks rata-rata. In dduga karena penggunaan pupuk N dduga sudah berlebhan. Rata-rata penggunaan urea d daerah peneltan adalah kg/hektar, sedangkan rekomendas penggunaan pupuk urea adalah kg per hektar. Jad, untuk lebh menngkatkan hasl produks jagung sebaknya penggunaan pupuk urea dkurang, sedangkan penggunaan pupuk KCl dtambah. 97

6 Forum Pascasarjana Vol. 31 No. 2 Aprl 2008: Analss Efsens Tekns Efsens tekns danalss dengan menggunakan model fungs produks stochastc fronter. Nla ndeks efsens tekns hasl analss dkategorkan efsen jka lebh besar dar 0.8 karena daerah peneltan merupakan sentra produks jagung d Kalmantan Selatan. Dengan melhat sebaran nla efsens tekns per ndvdu responden, 89.48% dar jumlah petan memlk nla efsens tekns lebh besar dar 0.8 sehngga sebagan besar usaha tan jagung yang dusahakan telah efsen secara tekns (Tabel 2). Tabel 2. Sebaran efsens tekns, alokatf dan ekonoms petan responden, menggunakan fungs produks stochastc fronter Efsens tekns Efsens alokatf Efsens ekonom Jumlah % Jumlah % Jumlah % Total Rata-rata Mnmum Maksmum Sumber: Analss data prmer, 2008 Faktor-faktor yang mempengaruh tngkat efsens tekns petan responden dduga dengan menggunakan model efek nefsens dar fungs produks stochastc fronter. Hasl pendugaan menunjukkan bahwa umur dan pengalaman berpengaruh postf terhadap nefsens tekns sehngga semakn lama umur dan pengalaman, petan cenderung tdak efsen dalam berproduks dan dalam menggunakan nput produks (Tabel 3). Hal n terjad karena (1) serng dengan penngkatan usa petan, kemampuan bekerja yang dmlk, daya juang dalam berusaha, kengnan dalam menanggung resko dan kengnan menerapkan novas-novas baru juga semakn berkurang dan (2) semakn lama mereka berusaha tan jagung dan modal terkumpul, secara bertahap mereka berusaha menggant komodtas jagung dengan komodtas lan yang lebh menguntungkan dan waktu kerja lebh sedkt, sepert karet dan kelapa sawt. Selan tu, petan belum tentu menerapkan semua pengetahuan dan ketramplan yang dmlknya dar pengalaman. Hasl yang hampr sama dtemukan pada peneltan yang dlakukan oleh Mynt dan Ky (2005), yakn umur berpengaruh postf terhadap nefsens untuk petan skala kecl dan skala besar, sedangkan untuk petan skala menengah dtemukan sebalknya, dan Ogunynka dan Ajbefun (2003) yang menemukan bahwa pengalaman berpengaruh postf terhadap efsens. Lama penddkan dan keanggotaan dalam kelompok tan berpengaruh negatf terhadap tngkat nefsens petan. Tanda parameter tersebut sesua dengan yang dharapkan. Fenomena n menunjukkan bahwa semakn tngg penddkan yang dtempuh petan maka semakn tngg kemampuan mereka untuk mengadops teknolog dan dapat menggunakan nput secara proporsonal 98

7 Analss Efsens Ekonom dan Daya Sang Jagung pada Lahan Kerng (A.Y. Kurnawan et al.) sehngga akan menngkatkan knerja dalam berusaha tan jagung. Faktor keanggotaan dalam kelompok tan berpengaruh negatf terhadap nefsens tekns. In menunjukkan bahwa keanggotaan petan dalam kelompok tan akan menngkatkan efsens penggunaan nputnya. Petan yang menjad anggota kelompok tan akan dapat: menngkatkan pengetahuan, kemampuan manajeral, aksesbltas terhadap teknolog, novas baru, bantuan kredt. Jumlah petan responden yang menjad anggota kelompok adalah 67.11%, sedangkan ssanya bukan anggota kelompok tan. Alasan petan tdak menjad anggota kelompok adalah karena menganggap tdak ada manfaatnya atau konflk dengan pengurus kelompok sebelumnya. Tabel 3. Pendugaan efek nefsens tekns fungs produks stochastc fronter Varabel Nla dugaan t-raso Konstanta Umur (Z1) Penddkan (Z2) Pengalaman (Z3) Keanggotaan Kelompok Tan (Z4) Sumber: Analss data prmer, 2008 Analss Efsens Alokatf dan Ekonoms Efsens alokatf dan ekonoms dperoleh melalu analss dar ss nput produks yang menggunakan harga nput yang berlaku d tngkat petan. Inefsens usaha tan dasumskan akan menngkat dengan kenakan baya produks. Berdasarkan hasl penurunan fungs baya dual, dapat dhtung nla efsens alokatf dan ekonoms pada peneltan n. Sebaran nla efsens alokatf dan ekonoms petan sampel dsajkan pada Tabel 2. Nla rata-rata efsens alokatf dan ekonoms masng-masng sebesar dan Petan yang memlk nla efsens alokatf lebh besar dar 0.7 adalah 5.26%. Tdak ada petan yang memlk efsens ekonoms d atas 0.7. In menunjukkan bahwa sebagan besar petan belum mencapa tngkat efsens yang dharapkan. Akbatnya keuntungan sebagan besar petan belum maksmal karena terjad nefsens baya. Jka rata-rata petan responden dapat mencapa tngkat efsens ekonoms 0.7, mereka dapat menghemat baya sebesar 28.87%. Tabel 4. Sebaran efsens alokatf dan ekonoms petan responden setelah penurunan penggunaan pupuk N Efsens alokatf Efsens ekonom Jumlah % Jumlah % Total Rata-rata Mnmum Maksmum Sumber: Analss data prmer,

8 Forum Pascasarjana Vol. 31 No. 2 Aprl 2008: Berdasarkan hasl analss dperoleh bahwa penanganan masalah nefsens alokatf lebh utama jka dbandngkan dengan masalah efsens tekns dalam upaya pencapaan tngkat efsens ekonoms yang lebh tngg. Salah satu penyebab nefsens alokatf adalah penggunaan pupuk N (pupuk urea) yang berlebhan. Penurunan penggunaan pupuk urea dar rata-rata kg per hektar menjad 400 kg per hektar sesua dengan rekomendas tekns, dengan asums produks jagung tetap, ternyata mampu menngkatkan rata-rata tngkat efsens alokatf dar menjad (Tabel 4). Analss Daya Sang dan Pengaruh Efsens terhadap Daya Sang Keuntungan fnansal yang dperoleh dar usaha tan jagung lebh besar darpada keuntungan secara ekonom (Tabel 5). Perbedaan n terjad karena harga prvat tradable nput yang lebh rendah darpada harga bayangannya karena subsd, meskpun harga prvat jagung lebh rendah darpada harga bayangannya. Berdasarkan nla PCR dan DRC yang kurang dar satu, artnya jagung d daerah peneltan memlk daya sang sebaga substtus mpor. In dapat dlhat dar terserapnya semua hasl poduks jagung d pasar lokal, sedangkan jagung mpor hanya masuk ke pasar lokal saat paceklk saja. Harga jagung mpor lebh mahal darpada harga jagung lokal dengan selsh harga Rp 100/kg. Tabel 5. Tabel PAM usaha tan jagung d Kabupaten Tanah Laut Musm Tanam I Tahun Penermaan Tradable nput Faktor domestk Proft Prvat Sosal Sumber: Analss data prmer, 2008 Keterangan: PCR = 0.56, DRCR = 0.62 Namun dperlukan beberapa kebjakan yang operasonal untuk mendorong daya sang potensal n menjad daya sang nyata, dantaranya (1) menghlangkan atau mengurang berbaga dstors pasar yang menghambat perkembangan usaha tan jagung, sepert penghapusan bea masuk mpor saprod, (2) berbaga kebjakan atau program peneltan dan pengembangan sehngga dtemukan varetas jagung yang sesua dengan konds lahan setempat dan harganya terjangkau, dan (3) menyedakan nfrastruktur fsk maupun ekonom sehngga dapat menngkatkan aksesbltas sentra-sentra produks jagung terhadap pasar bak nput maupun output. Efsens alokatf rata-rata petan jagung d daerah peneltan adalah Dalam analss n, efsens alokatf dtngkatkan dar menjad dengan cara menurunkan penggunaan pupuk urea dar kg/ha menjad 400 kg/ha sesua rekomendas, sehngga dperoleh Tabel PAM sepert terlhat pada Tabel 6. Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukkan bahwa jka efsens alokatf dtngkatkan dar menjad 0.581, keuntungan prvat dan ekonom nak masng-masng 2.77% dan 4.89%. Penngkatan nla efsens alokatf juga menyebabkan nla PCR yang makn turun dar 0.56 menjad 0.55, dan DRC turun dar 0.62 menjad In menunjukkan bahwa makn tngg tngkat efsens, daya sang jagung akan semakn menngkat pula. 100

9 Analss Efsens Ekonom dan Daya Sang Jagung pada Lahan Kerng (A.Y. Kurnawan et al.) Tabel 6. Tabel PAM usaha tan jagung jka efsens alokatf dtngkatkan d Kabupaten Tanah Laut Musm Tanam I Tahun Penermaan Tradable nput Faktor domestk Proft Prvat Sosal Dvergences Sumber: Analss data prmer, 2008 Keterangan: PCR = 0.55, DRCR = 0.60 Penggunaan pupuk urea yang berlebhan dduga karena petan mengurang penggunaan pupuk KCl dan SP-36 yang lebh mahal dan menggantnya dengan menambah penggunaan pupuk urea yang harganya lebh murah. In menunjukkan bahwa dalam rangka menngkatkan efsens dan daya sang, pemerntah hendaknya lebh menekankan pada kebjakan d sektor nput. Kebjakan d ss nput sult dlakukan pada nput tertentu sepert pupuk karena rawan penyalahgunaan. Input yang memungknkan untuk dsubsd adalah benh jagung. Kebjakan lan yang dapat djalankan adalah kebjakan harga output. Harga jagung yang selama n dtetapkan oleh pemerntah daerah mash dapat dtngkatkan serng dengan penngkatan harga nput. Penngkatan harga jagung akan menurunkan daya sang dar ss harga sehngga perbakan nsfrastruktur transportas harus dlakukan. Insfrastruktur yang bak akan membuat baya angkut akan turun sehngga petan akan memperoleh harga output yang lebh bak dan harga nput yang lebh rendah akbat adanya efsens pengangkutan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesmpulan (1) Produks jagung secara nyata dpengaruh secara postf oleh penggunaan luas lahan, benh, pupuk organk, pupuk P, pestsda, tenaga kerja, dan dummy olah tanah, sedangkan pupuk N dan K tdak berpengaruh nyata. Penngkatan produks dengan ekstensfkas mash dapat dlakukan dengan memanfaatkan lahan kerng yang belum dgarap. (2) Rata-rata petan jagung d daerah peneltan telah efsen secara tekns, tetap belum efsen secara alokatf dan ekonoms. Hal n karena penggunaan nput yang berlebhan sehngga kurang efsen. Penggunaan pupuk N sesua rekomendas akan menyebabkan kenakan efsens alokatf dan ekonoms. Faktor umur, penddkan, pengalaman, dan keanggotaan dalam kelompok tan tdak berpengaruh nyata terhadap tngkat efsens tekns petan. (3) Komodtas jagung d Kabupaten Tanah Laut memlk keunggulan kompettf dan komparatf dan danggap mampu membaya nput domestknya. (4) Penngkatan efsens alokatf dengan cara menurunkan penggunaan pupuk N sesua rekomendas, menyebabkan daya sang menngkat. 101

10 Forum Pascasarjana Vol. 31 No. 2 Aprl 2008: Saran (1) Karena produks jagung, d antaranya, dpengaruh secara nyata oleh luas lahan garapan dan konds areal yang mash memungknkan, dsarankan untuk melakukan ekstensfkas penanaman jagung guna menngkatkan produks. (2) Untuk menngkatkan efsens ekonoms, dsarankan kepada petan untuk lebh menfokuskan pada penngkatan efesens alokatf, yatu dengan memanfaatkan nput secara proporsonal sesua kebutuhan sehngga terjad penghematan baya. (3) Rata-rata petan telah efsen secara tekns sehngga untuk menngkatkan produks perlu dlakukan ntroduks teknolog baru, antara lan, penggunaan benh unggul yang lebh tngg produktvtasnya, lebh sesua dengan konds agroklmat setempat, dan harga terjangkau, serta melakukan mekansas pertanan. DAFTAR PUSTAKA Amang, B Ekonom Perberasan, Jagung dan Mnyak Sawt d Indonesa. Jakarta: Dharma Karsa Utama. Asan Development Bank Compettve and Comparatve Advantage n Tea: Indonesa and Sr Lanka. In: Comparatve Advantage Study of Selected Industral Crops n Asa. Draft Fnal Report RETA The Pragma Corporaton, Falls Church. Coell, T A Gude to FRONTIER Verson 4.1: A Computer Program for Stochastc Fronter Producton and Cost Functon Estmaton. Armdale:, Unversty of New England, Centre for Effcency and Productvty Analyss. Coell, T., Rao, D.S.P., and Battese, G.E An Introducton to Effcency and Productvty Analyss. Boston: Kluwer Academc Publshers. Debertn, D.L Agrcultural Producton Economcs. New York: Macmllan Publshng Company. Farrell, M.J The Measurement of Productve Effcency. Journal of Royal Statstc Socety, Seres A Jondrow, J., Lovell, C.A.K., Materov, I.S., and Schmdt, P On estmaton of techncal neffcency n the stochastc fronter producton functon model. Journal of Econometrcs. 19 (1): Lau, L.J. and Yotopoulos, P.A A test for relatve effcency and applcaton to Indan agrculture. The Amercan Economc Revew. 61 (1): Monke, E.A. and Pearson, E.S The Polcy Analyss Matrx for Agrcultural Development. London:.Cornell Unversty Press. 102

11 Analss Efsens Ekonom dan Daya Sang Jagung pada Lahan Kerng (A.Y. Kurnawan et al.) Mynt, T. and Ky, T Analyss of techncal effcency of rrgated rce producton system n Myanmar. Presented n: Conference on Internatonal Agrcultural Research for Development, Stuttgart-Hohenhem, October 11-13, Accessed: December 17, Ogundar, K. and Ojo, S.O An examnaton of techncal, economc and allocatve effcency of small farms: the case study of cassava farmers n Osun State of Ngera. Journal of Central European Agrculture. 7 (3): Ogunynka, E.O. and Ajbefun, I.A Determnants of techncal neffcency n farm producton: the case of NDE farmers n Ondo State, Ngera. Selected Paper Prepared for Presentaton at the Western Agrcultural Economcs Assoca-ton Annual Meetng at Denver, Colorado, July 11-15, Suband, Zubachtrodn dan Nadjamuddn, A Produks Jagung melalu pendekatan pengelolaan sumber daya dan tanaman terpadu pada lahan kerng masam. Semnar Rutn Pusltbang Tanaman Pangan, 25 Agustus 2005, Bogor. 103

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER Pengaruh Bantuan Pnjaman Langsung Masyarakat Terhadap Pendapatan dan Efsens Usahatan Pad Sawah (Maryah) 9 PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013 EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Producton s Effcency And Income Of Tobacco Farmng In East Lampung Regency) Erza Estarza, Fembrart Erry Prasmatw, Hurp Santoso

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014 EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR: PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI FRONTIER (The Effcency of Producton and Income of Chll Farmng n East

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

EFISIENSI USAHATANI MELON (Cucumis melo L.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO)

EFISIENSI USAHATANI MELON (Cucumis melo L.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO) AGRISE Volume VIII No. 1 Bulan Januar 2008 ISSN: 1412-1425 EFISIENSI USAHATANI MEON (Cucums melo.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO) THE EFFICIENCY OF MEON (Cucums melo.) FARMING

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) ABSTRACTS

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) ABSTRACTS ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) 1 Ttn Agustna 1 Fakultas Pertanan, Unverstas Jember ABSTRACTS Soybean

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI TADAH HUJAN DI KAWASAN PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER

EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI TADAH HUJAN DI KAWASAN PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI TADAH HUJAN DI KAWASAN PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER FUNGSI PRODUKSI (KASUS DI DESA SEBUBUS, KECAMATAN PALOH) Techncal Effcency of Ranfed

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Volume 8, Nomor 2, Desember 2012

Volume 8, Nomor 2, Desember 2012 Volume 8, Nomor 2, Desember 2012 Pendugaan Status Neraca Ar Daerah Alran Sunga Dengan Model Evapoklmatonom: Suatu Tnjauan E. L. MADUBUN... 61 Analss Efsens Komodtas Pada Sstem Usahatan Integras Jagung-Sap

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN Elys Fauzyah Unverstas Trunojoyo Kanddat Doktor, Insttut Pertanan Bogor Sr Hartoyo Nunung Kusnad Sr Utam Kuntjoro Pascasarjana Isttut Pertanan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT ABSTRAK ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT Ismatul Hdayah, Edwen D. Waas dan Andrko Noto Susanto Bala Pengkajan Teknolog Pertanan Maluku Jl. Chr. Soplant, Rumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Dua bagan pentng yang dbahas pada Bab n yakn tentang kerangka teor dan kerangka pemkran operasonal yang dpaka d dalam peneltan jeruk keprok SoE n. 3.1. Kerangka Teor Fokus utama

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Inovas Teknolog Pertanan ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN BIAYA PADA USAHATANI PADI SAWAH PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI KABUPATEN BURU, PROVINSI

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN 1)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN 1) ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN 1) (Analysis of Economic Efficiency and Competitiveness of Dryland Maize at Kabupaten Tanah

Lebih terperinci

TINGKAT EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN KARANGREJA KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH

TINGKAT EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN KARANGREJA KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH Agrn Vol. 16, No. 1, Aprl 2012 TINGKAT EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN KARANGREJA KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH The Effcency Level of Producton Factors on Potato Farmng

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS USAHA BUDIDAYA UDANG DI LAHAN TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN 1

EFISIENSI TEKNIS USAHA BUDIDAYA UDANG DI LAHAN TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN 1 EFISIENSI TEKNIS USAHA BUDIDAYA UDANG DI LAHAN TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN 1 (Techncal Effcency of Shrmp Culture Farmng n Bracksh Land wth Intensve Technologcal of Fsh Culture)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 4, OKTOBER 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 4, OKTOBER 2014 ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Analyss of Producton s Effcency and Income of Peanut s Farmng n Central Lampung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

Universitas Tanjungpura Pontianak. Keyword : hybrid corn, producing factors, product, efficiency, return to scale

Universitas Tanjungpura Pontianak. Keyword : hybrid corn, producing factors, product, efficiency, return to scale ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) RASAU JAYA KOMPLEK KABUPATEN KUBU RAYA SUSILAWATI 1), SUGENG YUDIONO 2), ADI SUYATNO

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI USAHATANI PADI LAHAN SAWAH DI JAWA TIMUR : Suatu Kajian Model Pengembangan Cooperative Farming

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI USAHATANI PADI LAHAN SAWAH DI JAWA TIMUR : Suatu Kajian Model Pengembangan Cooperative Farming TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI USAHATANI PADI LAHAN SAWAH DI JAWA TIMUR : Suatu Kajan Model Pengembangan Cooperatve Farmng Wahyunndyawat 1, F. Kasjad 1 dan Heryanto 2 1 Bala Pengkajan Teknolog Pertanan Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI ORGANIK LAHAN SAWAH

PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI ORGANIK LAHAN SAWAH PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI ORGANIK LAHAN SAWAH Productvty and Farm Techncal Effcency of Lowland Organc Rce Ad Prayoga Sekolah Pertanan Pembangunan (SPP/SPMA) Neger Banjarbaru Jl.

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perlaku Rsko Produks Ells (1988) menyatakan bahwa perlaku petan dalam menghadap rsko dkategorkan menjad tga yatu rsk averse, rsk neutral, dan rsk taker. Penjelasan mengena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

ECONOMIC EFFICIENCY ANALYSIS OF DRYLAND MAIZE FARMING IN TANAH LAUT REGENCY, SOUTH KALIMANTAN (STOCHASTIC FRONTIER PRODUCTION FUNCTION APPROACH)

ECONOMIC EFFICIENCY ANALYSIS OF DRYLAND MAIZE FARMING IN TANAH LAUT REGENCY, SOUTH KALIMANTAN (STOCHASTIC FRONTIER PRODUCTION FUNCTION APPROACH) ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN (PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI STOCHASTIC FRONTIER) ECONOMIC EFFICIENCY ANALYSIS OF DRYLAND MAIZE FARMING

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara) ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Stud kasus d 3 kecamatan d Kabupaten Halmahera Utara) Polteknk Perdamaan Halmahera ABSTRACT ISSN : 1907-7556 The research amed to determne (1) coconut

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

Efisiensi Produksi Kentang di Provinsi Aceh

Efisiensi Produksi Kentang di Provinsi Aceh Jurnal Ekonom dan Bsns Vol. 9, No. 2 Agustus 200: 83 89 Efsens roduks Kentang d rovns Aceh Suyant Kasmn Emal: Suyant Kasmn@yahoo.com Fakultas pertanan Unverstas Syah Kuala Abstract The objecton of ths

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM Wahyu Dw Lesmono, Ftra Vrgantar, Hagn Wjayant Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1 THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-11 Page 1 Page 2 Page 3 Page 4 Fakta d USA 1950 2001 2010 Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 30 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perlaku Ekonom Rumahtangga Petan Rumahtangga merupakan salah satu unt pengamblan keputusan mengena pendapatan dan penggunaannya untuk konsums. Dalam teor ekonom, masalah

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian SIFAT-SIFAT ANALISIS REGRESI PowerPont Sldes by Yana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 2007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523 Hal-hal yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagan yang tdak terpsahkan dar pembangunan pertanan secara umum dan bertujuan untuk menngkatkan pendapatan dan taraf hdup

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lngkup Peneltan Fokus peneltan n adalah menganalss bagamana melakukan pengembangan pengelolaan sumberdaya pessr berkelanjutan yang ddasarkan pada pembuddayaan tambak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA

PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA d Indonesa (Achmad Zan) 1 PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA (The Influencng Level of Import Sugar Prce, Domestc Sugar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci