III. KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perlaku Rsko Produks Ells (1988) menyatakan bahwa perlaku petan dalam menghadap rsko dkategorkan menjad tga yatu rsk averse, rsk neutral, dan rsk taker. Penjelasan mengena perlaku rsko dapat dlhat dalam Gambar 4. Sumber : Ells, 1988 Gambar 4 : Teor Utltas Plhan dengan Memasukkan Unsur Rsko Respon terhadap rsko ddasarkan pada kekuatan kepercayaan personal atas peluang terjadnya suatu kejadan dan evaluas personal atas potens konsekuens yang menyertanya. Konsep tersebut konssten dengan konsep maksmsas utltas personal dmana ndvdu senantasa memaksmumkan kesejahteraannya terhadap tujuan obyektf personal. Asumsnya adalah preferens

2 47 antar berbaga plhan dsebut sebaga certanty equvalent (CE). Asums tersebut memungknkan alternatf yang bersko tngg dan yang tdak, dletakkan dalam skala preferens personal pengambl keputusan. Beberapa defns dan poss pengamblan keputusan yang dapat dturunkan dar gambar datas adalah sebaga berkut : 1. DC menunjukkan hubungan lner antara utltas dan pendapatan yang memlk kemrngan postf.. I 1 dan I adalah dua tngkat pendapatan ndvdu yang bersko, dengan probabltas yang berbeda (P 1 = 0.6 dan P = 0.4). 3. Expected Utlty : E(U) = P1. U(I 1 ) + P. U(I ) merupakan penjumlahan utltas yang dperoleh dar pendapatan I 1 dan I. 4. Expected money value = EMV = P1. I 1 + P. I yang merupakan gambaran dar pendapatan rata-rata yang dduga dbandngkan dengan yang dharapkan. 5. Rsk Averse : IA < EMV dmana fungs utltas d atas DEC yang menunjukkan Demnshng Margnal Utlty of Income. EMV I A adalah jamnan yang dgunakan untuk membayar suatu ketdakpastan. 6. Rsk Neutral : ndfferent petan antara IE dan EMV, Utltas I E sama dengan E (U) dmana utltas pendapatan tertentu dar I E sama dengan expected utlty dar dua pendapatan yang tdak past yang merupakan gars DC. 7. Rsk Taker : petan mengambl peluang untuk memperoleh pendapatan tertngg yatu pada I1, meskpun peluang untuk memlk konds yang buruk sebesar 0.4. Sedangkan I B EMV merupakan pendapatan yang terseda untuk membayar opportunty gamble.

3 Keterkatan antara Perlaku Rsko Produks dengan Alokas Input dan Keuntungan Perbedaan perlaku petan menghadap rsko akan mempengaruh keputusan mereka dalam mengalokaskan nput-nput yang dgunakan. Selanjutnya alokas nput yang dgunakan akan mempengaruh tngkat efsens yang dcapa oleh petan. Menurut Ells, F. (1988), pada analss perlaku rsko terdapat dua pendekatan yang berbeda terhadap probabltas subyektf yatu : 1. Perlakuan terhadap probabltas rsko sebaga varan dar rata-rata yang dharapkan atas munculnya efek-efek yang tdak past. Varan merupakan konsep statstk yang mengukur devas rata-rata suatu fgur dar set rataratanya. Dalam pendekatan produks pertanan rsko dpandang sebaga probabltas terjadnya suatu kejadan yang menyebabkan fluktuas pendapatan petan yatu d atas atau d bawah rata-rata pendapatan yang dharapkan (average expected ncome). Pendekatan kedua memperlakukan rsko sebaga probabltas bencana. Pendekatan n menggunakan perspektf yang sama dengan perusahaan asurans dalam analss rsko. Stuas dan perlaku rumahtangga petan dalam pendekatan n dfokuskan untuk menghndar rsko atau bencana darpada maksmsas keuntungan dbawah konds ketdakpastan. Implkas analss rsko dalam model neoklask yang menglustraskan tentang keputusan produks dbawah rsko djelaskan dalam Gambar 5. Dalam gambar tersebut dlustraskan tga respon yang berbeda dar output terhadap satu nput varabel (pupuk ntrogen) dalam value term, sehngga dapat dperoleh gambaran proft atau kerugan. Gambaran tersebut ddesan untuk mengeksploras pendekatan varan pendapatan dan penolakan rsko. Rsko dgambarkan sebaga

4 49 adalah uncertanty berkenaan dengan klm atau cuaca dengan dua kejadan yatu cuaca bak dan buruk yang dapat dlhat dar hubungan pola curah hujan dengan kebutuhan tanaman akan ar. Dalam gambar tersebut petan memperkrakan tga tahun cuaca bak dan dua tahun cuaca buruk untuk lma tahun tanam, dengan probabltas untuk musm bak adalah 0.6 dan untuk musm buruk 0.4, dengan demkan E(TVP) dapat dhtung dengan : E TVP) = 0.6( TVP 1 ) + 0.4( TVP ) ( Bentuk kurva mencermnkan dampak konds klm pada respon output atas kebutuhan pupuk ntrogen. Sumber : Ells, Gambar 5. Keputusan Produks dbawah Rsko Keterangan : TVP 1 : Respon total value product terhadap penngkatan level ntrogen pada tahun tanam dengan klm bak.

5 50 TVP : Respon total value product terhadap penngkatan level ntrogen pada tahun tanam klm buruk. E(TVP) : Expected total value product berdasarkan pandangan subyek petan mengena perlaku musm. TFC : Gars baya total Dampak rsko pada perhtungan efsens dapat dlhat pada tga alternatf poss X 1, X E, dan X yang masng-masng rasonal secara alokatf, tergantung pada preferens subyektf petan. Pemakaan nput X 1 yang konssten dengan efsens alokatf TVP 1 memberkan tngkat keuntungan terbesar pada ab yang mungkn dcapa jka cuaca bak, jka ternyata cuaca buruk kerugan yang dtanggung sebesar bj. Petan yang beroperas dttk n dapat dgolongkan sebaga petan rsk taker, sebab a tetap mengambl peluang operas pada X 1 meskpun secara subyektf kalkulasnya menyatakan probabltasnya 0.6. Pemakaan nput X konssten dengan efsens alokatf pda TVP. Pada konds n cuaca bak memberkan keuntungan pada petan sebesar ce, dan jka cuaca buruk petan mash untung sebesar de. Petan n dkategorkan kedalam kelompok petan rsk averse. Pemakaan nput X E konssten dengan efsens alokatf yang bermbang pada probabltas kejadan klm. Keuntungan yang dterma petan pada konds bak adalah fh lebh kecl darpada ab, dan kerugan yang dderta jka klm buruk adalah h dan lebh kecl dar bj. Petan dalam kelompok n dkategorkan dalam petan yang neutral rsk Model Perlaku Rsko Kumbhakar Secara umum model yang dbuat oleh Kumbhakar (00) dformulaskan sebaga berkut : y = f ( X, z) + X, z) ε q( X, z) u...(3.1)

6 51 dmana : y adalah output rata-rata, x menunjukkan jens nput yang dgunakan, z adalah nput quas fxed, f(x;α) menjelaskan fungs output rata-rata, X;β) menunjukkan fungs rsko produks dan q(x;γ) adalah fungs nefsens tekns, ε (error term) menunjukkan ketdakpastan produks yang dasumskan dentcally and ndependently dstrbuted (0,1) dan u menunjukkan nefsens tekns yang lebh besar dar nol (u >0). TE = E Efsens Tekns (TE) ddefnskan sebaga: E( y x, u) ( y x, u = 0) u. q = 1 f ( X ) ( X ) 1. Sedangkan Inefsens Tekns (TI) adalah raso potensal output yang hlang yatu E(y X,u=0) dkurang E(y X,u=q(X).u) terhadap output potensal yang bsa dhaslkan E(y X,u=0), maka nefsens tekns q( X ) dapat drumuskan sebaga berkut : TI = u.. Sehngga TE =1 TI. Untuk f ( X ) mendefnskan TE dan T I yang dharapkan dgunakan output yang dharapkan yang tergantung pada u, sehngga ketdakpastan produks (ε) tdak mempengaruh ukuran efsens. In pentng karena ketdakpastan produks tu dluar kontrol produsen sehngga tdak seharusnya dlbatkan kedalam ukuran efsens. Setap produsen dasumskan memaksmumkan utltas yang dharapkan yatu utltas dar keuntungan yang dharapkan atau E [u( )]. Dmana u (.) adalah fungs utltas yang dasumskan bersfat kontnyu, dan merupakan fungs keuntungan yang dapat dturunkan dan dnormalsaskan oleh harga output. Bentuk persamaannya adalah = y w.x C dmana w adalah harga dar nputnput varabel relatf terhadap harga output, dan C adalah pendapatan dar sumber lan. Ketdakpastan keuntungan berasal dar ketdakpastan produks (ε) dan

7 5 nefsens tekns (u). Turunan pertama dar fungs keuntungan terhadap nput dapat djelaskan sebaga berkut : f ' j( = wj θ. g' j( + λ. q' j( + ηj...(3.) dmana : f ( f ' j =, ( Xj) g' j =, Xj q( q' j =, Xj E( u'( Π) ε ) θ = dan E( u'( Π)) E( u'( Π) u) λ =, ηj = error term yang dtambahkan kepada fungs turunan E( u'( Π)) pertama dan menunjukkan nefsens alokatf dkatkan dengan nput ke j. f ( X ) f ' j = dartkan sebaga rata-rata perubahan dar output sebaga akbat dar ( Xj) perubahan satu unt nput varabel (Xj). Untuk mengartkan X ) g' j = harus Xj dpertmbangkan fungs varan. Tambahan rsko produks ddefnskan sebaga Var ( y u = 0) Xj =. X ). g' j( X ). Haslnya bsa postf atau negatf tergantung pada tanda g ' j( X ). Dengan ketentuan sebaga berkut : 1. Input varabel (Xj) menngkatkan rsko jka g' j( X ) memlk tanda postf.. Input varabel (Xj) menurunkan rsko jka g' j( X ) memlk tanda negatf. 3. Input varabel (Xj) tdak menngkatkan atau menurunkan rsko jka g ' j( X ) =0. q( X ) q' j = dartkan sebaga perubahan nefsens sebaga akbat dar Xj perubahan satu satuan nput varabel (Xj). Dengan ketentuan sebaga berkut : 1. Input varabel (Xj) menngkatkan nefsens tekns jka g' j( X ) memlk tanda postf.

8 53. Input varabel (Xj) menurukan nefsens tekns jka g' j( X ) memlk tanda negatf. 3. Input varabel (Xj) tdak menngkatkan atau menurunkan nefsens tekns jka g ' j( X ) =0. Plhan Rsko yang dlakukan oleh produsen dtangkap oleh θ dan λ yang ada dalam persamaan (3.). Dua fungs tersebut dapat djumlahkan untuk mendapatkan ukuran plhan rsko, dengan krtera sebaga berkut : 1. Jka θ = 0 dan λ=0 maka produsen bersfat netral terhadap rsko.. Jka produsen berada dalam efsens tekns penuh (u=0) maka perlaku rsko produsen dtentukan oleh θ. 3. Jka produsen tdak menyuka rsko maka θ < 0, dss lan λ akan menjad postf jka produsen karena dampak kenakan u terhadap proft berlawanan dengan kenakan ε. 4. Jka produsen rsk taker maka θ >0, dan λ > 0. Dar persamaan (3.) dapat dketahu bahwa alokas nput dakbatkan oleh adanya nefsens tekns dan rsko produks (melalu θ dan λ), sehngga mengabakan nefsens tekns dengan mengasumskan bahwa u=0 untuk semua produsen akan memberkan nformas yang salah tentang plhan rsko produsen. Konsekwensnya nla-nla yang dpredks menjad tdak vald. Dss lan mengabakan rsko produks dengan mengasumskan bahwa X) adalah konstan atau varan danggap konstan, akan mengakbatkan kesalahan dalam mengestmas nefsens tekns. Estmas model Kumbhakar dapat dlakukan dengan menggunakan metode Maxmum Lkelhood Estmaton (MLE). Asums yang dgunakan adalah :

9 54 ε..d. N(0,1), u..d. N(0,σ ( ) ( ) ( ). u), u 0, dan ε ndependen terhadap u. Jka persamaan (.7) dtuls dalam bentuk lan : y = f X; α + g X; β ε q X; γ u y = f ( + ξ dmana ξ = [ ε h(. u] dan h ( = q( Tahapan yang harus dlakukan untuk mengestmas persamaan (3.1) adalah : Tahap pertama : mengestmas parameter yang terdapat dalam f ( X ; α), g ( X ; β ), q( X ; γ ) dan nefsens tekns. Prosedur yang dlakukan melput : a. Menurunkan probablty densty functon (pdf) dar ξ atau f (ξ ) sepert terlhat dalam persamaan berkut : 1 ξ.. ( ) 1 ( ) = σ u h X ξ.exp f ξ φ. π σ σ σ...(3.3) 1 u dmana : σ = + h (. σ dan φ(.) fungs dstrbus kumulatf varabel standar normal. b. Fungs Lkelhood merupakan produk dar probablty densty functon (pdf) dan transformas Jacoban yatu transformas dar ξ ke y dengan menggant ξ dengan y, y f ( ξ = ( ) n L1 = Π f ( ξ ) J...(3.4) = 1 c. Maksmsas fungs lkelhood untuk mendapatkan parameter dar f ( X ; α), g ( X ; β ), q( X ; γ ) dan σ u. Hasl estmas tu bsa dgunakan untuk mencar ukuran nefsens tekns dengan menggunakan rumusan Jondrow et al

10 ϕ( µ / σ 0 u = σ 0 µ / σ (3.5) 0 φ( µ / σ 0 = dan { } 0 dmana : µ / σ 0 { ξ. σ u. h( }/ σ 0 σ u. h ( / σ σ =, semua parameter dalam persamaan (.9) dgant oleh estmasnya dan ξ dgant oleh fungs y f(. Tahap kedua : mengestmas parameter-parameter dalam θ dan λ dengan prosedur sebaga berkut : a. Menggunakan Frst Order Condton (F.O.C) yang ada dalam persamaan (3.) dmana θ dan λ. Dsubttus dengan menggunakan persamaan berkut : AR. DR.. q(. a θ = (1 + AR. q(. a + 1/ DR. g ( + q ( ( b + a...(3.6) ) 3 { a + AR. q(.( a + b ) + 0.5DR. g (. a + q ( ( c + 3a b + a }/ { 1+ AR. q(. a + 0.5DR. g ( + q ( ( b + a }...(3.7) λ = dmana : a = E(u), b = E (u-a), c = E (u-a) 3. Kemudan nla AR dalam persamaan d atas dgant dengan persamaan berkut : AR = β + β µ...(3.8) 0 1 Π dmana : µ Π = f ( wx C. Nla AR tergantung pada tanda β 1. Penghndar Rsko absolut konstan jka β 1 =0, menurun jka β 1 <0 dan menngkat jka β 1>0. Jka persamaan (3.), (3.6), (3.7), dan (3.8)

11 56 dpadatkan maka dapat dtuls sebaga berkut : F(X,w,p) = η dmana F(X,w,p)= {F1(.)...Fj(.)} dan η={η 1...η j } maka F (.) = j f ' j (. w j ' ' + θ. g j ( λ. q j ( = η...(3.9) j b. Dengan menambahkan asums η N(0, Ω ) maka fungs lkelhoodnya adalah L = f ( η data) J...(3.10) dmana : f (η ) merupakan jon pdf dar η yang dturunkan dengan asums mengkut dstrbus normal. J adalah transformas Jacoban dar {η 1...η j } ke {X 1,...X j }. c. Memaksmumkan lkelhood yang ada dalam persamaan (3.10) memberkan estmas parameter-parameter yang ada dalam θ dan λ. Nlanya tergantung pada estmas dar f ( X ; α), g ( X ; β ), q( X ; γ ) dan σ u yang dperoleh dar tahap 1. d. Menggunakan parameter-parameter yang dtemukan pada tahap 1 dan untuk mencar nefsens alokatf yang dperoleh dengan menggunakan persamaan berkut : ' AR. DR. g (. a ' f j ( = w j +. ( ) g j X 1+ AR.. a + 1/ DR. g ( (1 + a + b 3 a + AR. ( b + a ) + 1/ DRg (.( a + c + 3a b + a ' +. g j ( (1 + AR. p.. a + 1/ DR. g (.(1 + a + b ) +η...(3.11) j 3.4. Sumber-Sumber Inefsens Alokas penggunaan nput akan menentukan tngkat efsens yang dhaslkan oleh para petan. Metode nefsens tekns yang dgunakan dalam

12 57 peneltan n mengacu kepada model efek nefsens tekns yang dkembangkan oleh ptt and Lee (1998). Varabel U yang dgunakan untuk mengukur efek nefsens tekns dasumskan bebas dan dstrbusnya terpotong normal dengan N (µ,σ u ). Bentuk umum model nefsens teknsnya sebaga berkut : TI = δ 0 + δ mz m...(3.1) m= 1 dmana : TI adalah nla nefsens tekns, Z merupakan varabel-varabel yang dperkrakan mempengaruh nefsens tekns, dan δ adalah parameter-parameter yang akan destmas. Beberapa hasl peneltan menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nefsens tekns, dantaranya : 1. Teknk buddaya Teknk buddaya mula dar pengolahan tanah sampa dengan penanganan pasca panen yang sesua dengan rekomendas akan menghaslkan tngkat efsens yang cukup tngg, dan sebalknya besarnya tngkat nefsens bsa dsebabkan karena petan tdak memperhatkan teknk buddaya yang benar (Lee and Kwon, 004 dan Zen et al., 00 ).. Umur Petan yang berumur produktf akan lebh mudah menerma novas-novas dan dapat berproduks secara lebh efsen dbandngkan dengan petan yang berumur lanjut (Bravo and Pnhero, 1997 dan Msuya et al., 005 ) 3. Penddkan Secara teorts tngkat penddkan yang dmlk oleh petan akan menentukan kemampuan mereka untuk menerapkan teknolog yang ada, sehngga semakn tngg tngkat penddkan petan maka semakn bak kemampuan mereka untuk

13 58 berproduks dan sebalknya (Kalrajan, 1981 ; Fabosa et al., 004 ; Bravo and Pnhero, 1997 ; Msuya et al., 005 ; Lhn, 005 dan Theng and Thanda, 005) 4. Sumber pendapatan lan Petan yang memlk sumber pendapatan lan cenderung tdak berproduks secara efsen karena mereka tdak begtu takut akan Rsko kegagalan produks dan sebalknya petan yang tdak memlk sumber pendapatan lan, akan berupaya untuk berproduks sebak mungkn karena kegagalan dalam berproduks akan membuat mereka tdak memlk pendapatan (Al and Fln, 1989) 5. Status kepemlkan lahan Berdasarkan status kepemlkannya, lahan yang dgunakan oleh petan tembakau untuk buddaya dkategorkan menjad dua yatu : sewa dan mlk. Petan yang status tanahnya sewa, cenderung berproduks lebh bak dbandngkan dengan petan yang lahannya berstatus mlk sendr (Kalrajan, 1981 dan Kalrajan, 1984) 6. Keanggotaan dalam kelompok tan atau Koperas Petan yang tergabung dalam kelompok tan atau koperas akan lebh cepat mendapatkan nformas-nformas yang terkat dengan penngkatan produktvtas tembakau dbandngkan dengan petan yang tdak tergabung dalam kelompok tan / koperas (Wlson, et al.,1998) 7. Intenstas penyuluhan Keberadaan petugas penyuluh dan ntenstas penyuluhan yang dlakukan akan mempengaruh tngkat produktvtas tanaman tembakau. Semakn ntensf

14 59 penyuluhan yang dlakukan maka petan tembakau akan semakn memaham tehnk buddaya yang bak dan petan dharapkan menghaslkan tembakau dengan tngkat produktvtas yang bak dan berproduks lebh efsen. (Kalrajan, 1981 ; Kalrajan and Flnn, 1983 dan Kalrajan, 1984) Hpotess Hpotess dalam peneltan n adalah : semakn takut petan terhadap rsko produks tembakau, maka semakn sedkt nput yang dalokaskan, semakn rendah tngkat produktvtasnya dan semakn sedkt keuntungan yang dperoleh. Sebalknya semakn beran petan menghadap rsko maka alokas nput yang dgunakan semakn besar, produktvtas usahatannya semakn tngg dan keuntungan yang dperoleh semakn besar.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Petani dalam menjalankan usahanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Petani dalam menjalankan usahanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Sumber-Sumber Rsko Petan dalam menalankan usahanya dpengaruh oleh faktor-faktor yang dapat dkontrol (nternal) maupun faktor-faktor d luar kontrol petan (eksternal), menyebabkan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 30 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perlaku Ekonom Rumahtangga Petan Rumahtangga merupakan salah satu unt pengamblan keputusan mengena pendapatan dan penggunaannya untuk konsums. Dalam teor ekonom, masalah

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tga konsep dasar yang perlu dketahu untuk memaham pembentukan portofolo optmal, yatu: portofolo efsen dan portofolo optmal fungs utltas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/40

OVERVIEW 1/40 http://www..deden08m.wordpress.com OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolo optmal. Perbedaan tentang aset bersko dan aset bebas rsko. Perbedaan preferens nvestor dalam memlh portofolo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

WEIBULL TWO PARAMETER

WEIBULL TWO PARAMETER WEIBULL TWO PARAMETER Dalam teor probabltas dan statstk, dstrbus webull merupakan dstrbus probabltas yang berkelanjutan atau kontnyu. Dgambarkan secara detal oleh Walodd Webull pada tahun 1951 meskpun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN Elys Fauzyah Unverstas Trunojoyo Kanddat Doktor, Insttut Pertanan Bogor Sr Hartoyo Nunung Kusnad Sr Utam Kuntjoro Pascasarjana Isttut Pertanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode dalam peneltan merupakan suatu cara yang dgunakan oleh penelt dalam mencapa tujuan peneltan. Metode dapat memberkan gambaran kepada penelt mengena langkah-langkah

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Sumber data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan Bank Indonesa (BI). Data yang dgunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pendahuluan. 2.2 Pengukuran Data Kondisi

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pendahuluan. 2.2 Pengukuran Data Kondisi BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendahuluan Model penurunan nla konds jembatan yang akan destmas mengatkan data penurunan konds jembatan dengan beberapa varabel kontnu yang mempengaruh penurunan kondsnya. Data

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Dampak Kredit terhadap Kinerja Usaha Kecil. David (1999) menyatakan analisis yang paling umum dari program kredit

III. KERANGKA PEMIKIRAN Dampak Kredit terhadap Kinerja Usaha Kecil. David (1999) menyatakan analisis yang paling umum dari program kredit III. KERANGKA EMIKIRAN 3.. Kerangka Teorts 3... Dampak Kredt terhadap Knerja Usaha Kecl. Davd (999) menyatakan analss yang palng umum dar program kredt adalah perbandngan dar nput-nput usaha, produks,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph TINJAUAN PUSTAKA Bayesan Networks BNs dapat memberkan nformas yang sederhana dan padat mengena nformas peluang. Berdasarkan komponennya BNs terdr dar Bayesan Structure (Bs) dan Bayesan Parameter (Bp) (Cooper

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakn berkembang n, duna usaha dan ndustr mengalam kemajuan yang pesat, khususnya d bdang ndustr. Kemajuan perekonoman d Indonesa tdak terlepas dar

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian SIFAT-SIFAT ANALISIS REGRESI PowerPont Sldes by Yana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 2007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523 Hal-hal yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB IV TRIP GENERATION

BAB IV TRIP GENERATION BAB IV TRIP GENERATION 4.1 PENDAHULUAN Trp Generaton td : 1. Trp Producton 2. Trp Attracton j Generator Attractor - Setap tempat mempunya fktor untuk membangktkan dan menark pergerakan - Bangktan, Tarkan

Lebih terperinci

BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecil untuk Respon Binomial dan Multinomial Berbasis Penarikan Contoh Berpeluang Tidak Sama

BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecil untuk Respon Binomial dan Multinomial Berbasis Penarikan Contoh Berpeluang Tidak Sama BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecl untuk Respon Bnomal dan Multnomal Berbass Penarkan Contoh Berpeluang Tdak Sama 5.1. Pendahuluan Pada umumnya pengembangan model SAE dan pendugaannya dlakukan dengan

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

Dua cara melakukan proyeksi risiko : 1. Probabilitas di mana risiko adalah nyata 2. Konsekuensi masalah yang berhubungan dengan risiko

Dua cara melakukan proyeksi risiko : 1. Probabilitas di mana risiko adalah nyata 2. Konsekuensi masalah yang berhubungan dengan risiko PROYEKSI RISIKO / PERKIRAAN RISIKO Dua cara melakukan proyeks rsko : 1. Probabltas d mana rsko adalah nyata 2. Konsekuens masalah yang berhubungan dengan rsko Perencanaan proyek bersama dengan manajer

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Analss Regres Analss regres adalah suatu metode statstka yang umum dgunakan untuk melhat pengaruh antara varabel ndependen dengan varabel dependen. Hal n dapat dlakukan melalu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci