SEPA : Vol. 7 No.1 September 2010 : ISSN : ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TEMBAKAU (Nicotiana sp.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEPA : Vol. 7 No.1 September 2010 : ISSN : ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TEMBAKAU (Nicotiana sp."

Transkripsi

1 SEPA : Vol. 7 No.1 September 2010 : ISSN : ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TEMBAKAU (Ncotana sp.) DI INDONESIA SILVANA MAULIDAH 1, TJONG AGUNG SURYAWIJAYA 2 1 Staf Pengajar d Jurusan Sosal Ekonom Agrbsns Fakultas Pertanan UB 2 Mahasswa Jurusan Sosal Ekonom Agrbsns Fakultas Pertanan UB Masuk 8 Agustus 2010; Dterma 12 September 2010 ABSTRACT Plantaton as part of agrculture has great contrbuton towards states ncome. In , plantaton sector has gven contrbuton around 12,7% from total foregn ncome that has been produced by non-ol ndustry sector. Advantages of plantaton sector compared to others non-ndustral sector s there are stll a lot of non-optmal unused spaces, Indonesan agrcultural sector supported by ts clmate, and there are a lot of avalable workers so t can be compettvely used. One of Indonesa s plantaton man commodtes s tobacco (Ncotana sp.). The purposes of ths research are analyzng factors whch nfluence tobacco supply n Indonesa, analyzng factors whch nfluence tobacco demand n Indonesa, analyzng factors whch nfluence tobacco prce n Indonesa, and analyzng factors whch nfluence tobacco export n Indonesa. Factors whch sgnfcantly nfluence tobacco supply n Indonesa are tobacco plantaton area and technology and factors whch sgnfcantly nfluence tobacco demand n Indonesa are domestc tobacco prce, clove prce, and consumer ncome. Keywords: Tobacco, Plantaton, Supply, Demand PENDAHULUAN Latar Belakang Perkebunan sebaga bagan dar sektor pertanan memlk peran yang cukup besar dalam perekonoman negara Indonesa. Pada tahun , sub-sektor perkebunan telah menyumbangkan sektar 12,7% dar perolehan devsa yang dhaslkan dar sektor non-mgas. Keunggulan sub-sektor perkebunan dbandngkan dengan sub-sektor non mgas lannya dsebabkan antara lan adanya lahan yang belum dmanfaatkan secara optmal dan berada d kawasan klm yang menunjang serta adanya tenaga kerja yang cukup terseda sehngga dapat secara kompettf dmanfaatkan. Salah satu komodtas andalan perkebunan Indonesa adalah tembakau (Ncotana sp.). Tembakau dan ndustr hasl tembakau mampu menyedakan lapangan pekerjaan secara langsung maupun tdak langsung bag 6,4 juta orang, melput 2,3 juta petan tembakau, 1,9 juta petan cengkeh, pekerja pabrk rokok, serta sektar 1,15 juta pedagang eceran dan asongan, dan orang yang bekerja pada sektor lembaga keuangan, percetakan, dan transportas (Anonymous, 2007). Industr rokok sebaga ndustr pengolah tembakau merupakan salah satu ndustr yang bsa dandalkan kontrbusnya dalam memasukkan dana ke kas negara. Produks rokok nasonal ratarata adalah juta batang ( ), sejumlah juta batang (87%) adalah rokok kretek yang 85% bahan baku tembakaunya dar dalam neger (Anonymous, 2007). Dengan jumlah produks rokok yang cukup besar tap tahunnya maka kemampuan ndustr rokok dalam menyumbangkan cuka juga besar. Cuka menjad salah satu andalan penermaan pajak bag APBN. Dalam kurun waktu , kontrbus cuka terhadap penermaan pajak pada APBN berksar 7%-10%. Sektar 90% dar penermaan cuka tu berasal dar cuka tembakau, terutama untuk rokok kretek (Sgaret Kretek Mesn dan Sgaret Kretek Tangan). Penermaan negara dar cuka selalu nak dar tahun ke tahun, pada tahun 2004 sebesar Rp. 28,6 trllun, tahun 2005 sebesar Rp. 33,2 trllun, dan tahun 2006 sebesar Rp. 38,5 trllun. Penermaan devsa negara dar ekspor rokok dan tembakau dar tahun rata-rata sebesar US$ 209,38 juta. Sebaga salah satu ndustr yang cukup potensal, ndustr rokok memerlukan 39

2 pasokan bahan baku yang cukup besar terutama bahan baku utama yatu tembakau. Mnat masyarakat terhadap tanaman tembakau dapat dkatakan cukup besar, bak dar ss permntaan maupun penawaran. Dar ss permntaan, jumlah perokok yang selalu menngkat dar tahun ke tahun merupakan salah satu penyebab tnggnya konsums masyarakat akan tembakau, d mana konsums rokok yang terus menngkat berart pula penngkatan permntaan akan tembakau. Meskpun fakta n merupakan kabar buruk bag perkembangan kesehatan lngkungan, namun d ss lan, fakta n juga menunjukkan bahwa tanaman tembakau memlk peluang yang bagus untuk dkembangkan sebab trend permntaan masyarakat akan hasl olahan tembakau akan terus mengalam penngkatan. D luar neger, permntaan duna terhadap tembakau Indonesa juga cukup tngg sebab tembakau Indonesa dkenal sebaga tembakau bermutu tngg untuk bahan baku cerutu dan rokok. Dar ss penawaran, luas areal tanam tembakau pada beberapa daerah penghasl tembakau sepert Madura dan Probolnggo semakn sult untuk dkendalkan oleh pemerntah daerah setempat sehngga terjad pembengkakan luas areal tanam yang berujung pada anjloknya harga tembakau (Anonymous, 2008). Namun ronsnya, kelebhan penawaran n tdak dmanfaatkan dengan bak sehngga Indonesa tdak termasuk dalam kelompok negara eksportr tembakau terbesar d duna. Banyak petan yang menderta kerugan sebab hasl panen tembakau mereka tdak lag dterma oleh gudang-gudang mlk perusahaan rokok besar d Indonesa dengan alasan stok gudang telah terpenuh, padahal selama n perusahaan-perusahaan nlah yang menjad pembel utama hasl panen para petan. Tembakau merupakan barang ekonom sehngga harga tembakau dpengaruh oleh permntaan dan penawaran domestk tembakau. Apabla penawaran melebh permntaan, tentunya harga akan mengalam penurunan sehngga dalam hal n, petan tembakau lah yang benar-benar mengalam kerugan. Sesua dengan teor ekspor, bahwa apabla terjad kelebhan penawaran domestk maka kelebhan penawaran tersebut seharusnya dekspor ke luar neger. Berdasarkan hal tersebut maka dapat drumuskan beberapa permasalahan dalam peneltan n yatu sebaga berkut : 1 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruh penawaran tembakau d Indonesa. 2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruh permntaan tembakau d Indonesa. 3 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruh harga tembakau d Indonesa. 4 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruh ekspor tembakau d Indonesa. Terkat dengan tu maka untuk mengembangkan tembakau Indonesa d pasar dalam neger maupun d pasar nternasonal dperlukan nformas mengena faktor yang mempengaruh penawaran, permntaan, harga, dan ekspor tembakau. Oleh karenanya perlu dlakukan peneltan untuk mengetahu faktorfaktor yang mempengaruh penawaran, permntaan, harga, dan ekspor tembakau d Indonesa sehngga dapat drumuskan perencanaan dan strateg yang tepat. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode dokumentas. Metode dokumentas n dlakukan melalu pencatatan data tme seres dar beberapa nstans sepert BPS, FAO, Departemen Pertanan Republk Indonesa, dan nstans-nstans lan yang mendukung dan webste yang berkatan dengan peneltan. Data yang Dgunakan Data yang dgunakan sebaga bahan analsa dalam peneltan n adalah data sekunder yang berupa data tme seres dar tahun 1985 hngga tahun 2005 yang melput data produks tembakau, permntaan tembakau, ekspor tembakau, harga tembakau domestk, luas areal tanam tembakau, harga pupuk, harga cengkeh, pendapatan masyarakat, harga tembakau duna, dan nla tukar rupah. Metode Analss Data 1. Spesfkas Model Permntaan dan Penawaran Tembakau d Indonesa Model ekonometrka yang dgunakan dalam peneltan n adalah persamaan smultan dnams: a. Penawaran tembakau (S): S = f(p, Pf, Pc, L, T, Sp) S = a 0 + a 1 P + a 2 Pf + a 3 Pc + a 4 L + a 5 T + a 6 Sp + U 1...(1) b. Permntaan tembakau (D): 40

3 D = f(p, Pc, I, Dp) D = b 0 + b 1 P + b 2 Pc + b 3 I + b 4 Dp + U 2...(2) c. Harga tembakau (P): P = f(s, D, Er, Pw, Pp) P = c 0 + c 1 S + c 2 D + c 3 Er + c 4 Pw + c 5 Pp + U 3...(3) d. Ekspor tembakau (X): X = f(s, Pw, Er, Xp) X = d 0 + d 1 S + d 2 Pw + d 3 Er + d 4 Xp + U 4...(4) Keterangan: a. Varabel endogen S : penawaran tembakau. D : permntaan tembakau P : harga tembakau d Indonesa X : ekspor tembakau d Indonesa b. Varabel eksogen Pf : harga pupuk Pc : harga cengkeh L : luas areal tanam tembakau T : tngkat teknolog I : pendapatan konsumen Pw : harga tembakau duna Er : nla tukar rupah c. Varabel lag endogen Sp : penawaran tembakau tahun sebelumnya Dp : permntaan tembakau tahun sebelumnya Pp : harga tembakau tahun sebelumnya Xp : ekspor tembakau tahun sebelumnya a 0, b 0, c 0, d 0 : ntersep a 1, a 2, a 3, a 4, a 5, a 6, b 1, b 2, b 3, b 4, c 1, c 2, c 3, c 4, c 5, d 1, d 2, d 3, d 4 : koefsen regres U 1, U 2, U 3, U 4 : kesalahan pendugaan 2.Uj Stasonertas Suatu data tme seres sebelum danalss harus dketahu apakah stasoner atau tdak. Hal n dkarenakan asums dar model regres adalah bak varabel bebas maupun varabel terkat harus stasoner, faktor kesalahan rata-rata sama dengan nol dan varannya konstan. Bla hasl regres menunjukkan bahwa R² > DW, maka dcurga bahwa data tme seres tersebut mengalam spurous regresson. Uj stasonertas dlakukan dengan menggunakan unt root test. Uj n dkembangkan oleh Dckey dan Fuller. Nla statstk ADF (ADF htung ) dhtung dengan rumus: ˆ 1 ADF htung = se( ˆ) Dmana : ˆ = Nla estmas dar β se ( ˆ ) = Standar error dar ˆ Kadah pengujan : 1. Jka ADF htung > ADF tabel, maka terma Ho berart Y t tdak stasoner 2. Jka ADF htung ADF tabel, maka tolak Ho berart Y t stasoner (Gujarat, 1997) Selan menggunakan nla ADF, stasonertas data juga bsa dlhat dar nla probabltasnya. Apabla nla probabltasnya lebh besar dar 0.01, 0.05, atau 0.1 maka data yang damat tdak stasoner. Sebalknya, apabla nla probabltasnya kurang dar 0.01, 0.05, atau 0.1 maka pengujan tersebut nyata dan menolak Ho. 3. Identfkas Model Untuk mengetahu apakah suatu persamaan dapat terdentfkas atau tdak, harus dlakukan pengujan sebaga berkut: 1. Jka K-k > m-1, maka persamaan tersebut menjad terdentfkas secara berlebh (overdentfed). 2. Jka K-k = m-1, maka persamaan tersebut tepat ddentfkas (exactly just dentfed). 3. Jka K-k < m-1, maka persamaan tersebut tdak dapat terdentfkaskan (undentfed). K = banyaknya varabel yang dtentukan nlanya dalam model k = banyaknya varabel yang dtentukan nlanya dalam persamaan tertentu m = banyaknya varabel endogen dalam persamaan tertentu Dalam peneltan n terdapat beberapa model yang akan danalss, antara lan: a. Persamaan penawaran tembakau d Indonesa memlk varabel endogen (m) sebanyak 2 buah dan varabel yang dtentukan nlanya dalam model (K) sebanyak 11 buah serta varabel yang dtentukan nlanya dalam persamaan (k) sebanyak 6 buah, sehngga dengan menggunakan rumus K-k m-1 maka dperoleh: K-k m (overdentfed) b. Persamaan permntaan tembakau d Indonesa memlk varabel endogen (m) sebanyak 2 buah dan varabel yang dtentukan nlanya dalam model (K) sebanyak 11 buah serta varabel yang dtentukan nlanya dalam persamaan (k) sebanyak 4 buah, sehngga 41

4 dengan menggunakan rumus K-k m-1 maka dperoleh: K-k m (overdentfed) c. Persamaan harga tembakau d Indonesa memlk varabel endogen (m) sebanyak 3 buah dan varabel yang dtentukan nlanya dalam model (K) sebanyak 11 buah serta varabel yang dtentukan nlanya dalam persamaan (k) sebanyak 5 buah, sehngga dengan menggunakan rumus K-k m-1 maka dperoleh: K-k m (overdentfed) d. Persamaan ekspor tembakau d Indonesa memlk varabel endogen (m) sebanyak 2 buah dan varabel yang dtentukan nlanya dalam model (K) sebanyak 11 buah serta varabel yang dtentukan nlanya dalam persamaan (k) sebanyak 4 buah, sehngga dengan menggunakan rumus K-k m-1 maka dperoleh: K-k m (overdentfed) 4. Metode Analss 2SLS Mengngat jumlah persamaan cukup banyak dan hasl dentfkas menunjukkan bahwa persamaan overdentfed maka pendugaan dlakukan dengan menggunakan metode analss kuadrat terkecl dua tahap melput 2 tahap yatu: 1. Melakukan regres tahap I, yatu regres varabel endogen atas semua varabel yang dtetapkan terlebh dahulu dalam model keseluruhan utk menghlangkan atau membershkan korelas antara varabel endogen dengan unsur gangguan. 2. Menggant varabel-varabel endogen yang terletak d ruas kanan dengan varabelvarabel endogen hasl regres tahap I dan kemudan menerapkan metode OLS untuk menaksr parameter-parameter yang terdapat dalam sstem persamaan smultan tersebut (Gujarat, 1997). 5. Pengujan Model Regres Untuk melhat ketepatan model-model yang danalsa dalam peneltan n, maka dgunakan pengujan sebaga berkut: 1. Uj F Uj F dformulaskan sebaga berkut : F = Varas yang Dterangkan Varas yang Tdak Dterangkan = R² 1 - R² Hpotess : H 0 : a, b, c = 0 H 1 : palng tdak ada satu nla a, b, c yang tdak sama dengan nol Kadah pengujan : 1. Jka F htung > F tabel, maka tolak H 0. Berart terdapat pengaruh yang nyata (sgnfkan) antara varabel ndependen dengan varabel dependen. 2. Jka F htung < F tabel, maka terma H 0. Berart tdak terdapat pengaruh yang nyata (sgnfkan) antara varabel ndependen dengan varabel dependen. 2. Koefsen Determnas (R²) Nla koefsen determnas (R 2 ) dgunakan untuk mengetahu ketepatan model yang dpaka, yang dnyatakan dengan beberapa persen varabel dependen djelaskan oleh varabel ndependen yang dmasukkan ke dalam model regres. Koefsen determnas dformulaskan sebaga berkut : R 2 R 2 = TotalKuadratVarasVarabelEndogen Total KuadratVarasVarabel Endogen Regres ( Y Y) ( Y Y) Keterangan : R 2 : koefsen determnas Y : varabel endogen 2 2 Pada pengujan dalam analss n dgunakan pula nla adjusted R 2 karena koefsen determnas cenderung memberkan gambaran kekuatan atau ft regres yang berlebhan, khususnya bla jumlah varabel eksplanators tdak sedkt dbandngkan dengan jumlah observas. Adjusted R 2 sebaga berkut: R 1 2 = 1 - (1-R 2 ) N N dhtung dengan rumus k 3. Uj Autokorelas Untuk mendeteks autokorelas umumnya dgunakan uj d-durbn Watson. Untuk mendeteks autokorelas dlakukan uj h-durbn Watson, yatu sebaga berkut: 42

5 h ˆ = N N var ˆ d 2 1 N ² N var ˆ 2 ² Keterangan: N = ukuran sampel var ˆ 2 = varan koefsen dar lag Y t-1 ˆ = taksran seral korelas derajat pertama d = statstk d-durbn Watson Hpotess: Ho : Tdak ada autokorelas H : Ada autokorelas Pengujan hpotess statstk Durbn h, bsa dlakukan dengan mengkut peraturan yang lebh mudah. Pada tngkat kesalahan 5%, peraturannya adalah sebaga berkut: 1. Jka statstk Durbn h lebh besar dar 1,96 maka menolak Ho yang berart terdapat autokorelas. 2. Jka statstk Durbn h lebh kecl atau sama dengan 1,96 maka menerma Ho yang berart tdak terdapat autokorelas. 4. Indvdual test dengan uj t Setelah dketahu ada tdaknya perbedaan yang nyata antara varabel ndependen dengan varabel dependen, berdasarkan uj F d atas, maka untuk menguj seberapa besar pengaruh dar masng-masng varabel ndependen dapat dgunakan uj statstk t htung sebaga berkut: a, b, c t htung = se( a, b, c ) = var( a, b, c ) a, b, c Hpotess : H 0 : a, b, c = 0 H 1 : palng tdak ada satu nla a, b, c yang tdak sama dengan nol Kadah pengujan: 1. Jka t htung > t tabel, maka tolak Ho, yang berart terdapat pengaruh yang nyata (sgnfkan) antara varabel ndependen dengan varabel dependen. 2. Jka t htung < t tabel, maka terma Ho, yang berart tdak terdapat pengaruh yang nyata (sgnfkan) antara varabel ndependen dengan varabel dependen (Gujarat, 1997). HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Tembakau d Indonesa Secara hstors komodtas tembakau sudah memperoleh perhatan yang besar sebaga komodtas komersal sejak masa pemerntahan Hnda Belanda pada awal abad ke 18. Hngga nasonalsas kebjakan penanaman tembakau terus dlanjutkan oleh pemerntah Indonesa melalu Perusahaan Negara Perkebunan dan perkebunan-perkebunan besar swasta d luar pulau Jawa. Sampa saat n tembakau mash merupakan salah satu andalan ekspor non mgas Indonesa. Indonesa termasuk dalam enam besar negara penghasl tembakau d duna selan Cna, Brazl, Inda, Amerka Serkat, dan Malaw. Bag Indonesa, komodtas tembakau selama n merupakan salah satu penghasl devsa yang sangat dandalkan. Perkembangan Produks, Luas Areal Tanam, dan Produktvtas Tembakau d Indonesa Secara umum, perkembangan produks tembakau d Indonesa berfluktuas dalam kurun waktu 20 tahun yatu sejak tahun 1985 sampa tahun Pada awalnya produks tembakau d Indonesa terus mengalam penurunan hngga tahun Pada awal tahun 1985, produks tembakau d Indonesa sebesar ton dan terus menerus mengalam penurunan hngga pada puncaknya yatu pada tahun 1997 sampa tahun 1999, dmana produks tembakau Indonesa pada tahun 1999 hanya sebesar ton. Produks tembakau tertngg dcapa pada tahun 2004 sebesar ton sedangkan produks tembakau terendah pada tahun 1999 yatu sebesar ton. P r o d u k s (to n ) P r o d u k s T e m b a k a u d I n d o n e s a T a h u n Gambar 1. Produks Tembakau d Indonesa Tahun Pada Gambar 1, terlhat bahwa selama 20 tahun ( ) secara nasonal terjad penngkatan produks, d mana pada tahun 1985 produks tembakau sebesar ton, 43

6 sedangkan pada tahun 2005 menngkat menjad ton. Sepert pada bdang produks, perkembangan luas areal tanaman tembakau juga mengalam fluktuas dalam kurun waktu 20 tahun. Pada awal tahun 1985, luas areal tanam tembakau sektar hektar sedangkan pada tahun 2005, luas areal tanam tembakau menurun menjad hektar. L u a s A r e a l ( h a ) 3 0 0, , , , , , L u a s A r e a l T a n a m T e m b a k a u d In d o n e s a T a h u n Gambar 2. Luas Areal Tanam Tembakau d Indonesa Tahun Luas areal tanam tertngg dcapa pada tahun 1985 yatu sebesar hektar sedangkan luas areal tanam terendah terjad pada tahun 1998 yatu sebesar hektar. Luas areal tanam tembakau pada tahun 1998 sampa tahun 2000 merupakan luas areal tanam tembakau terendah selama 20 tahun. Gambar 2 menunjukkan dar tahun ke tahun luas areal tanam tembakau mengalam fluktuas yang cukup sgnfkan. Pada tahun 1986 luas areal tanam tembakau seluas hektar menurun menjad hektar pada tahun Kemudan luas areal tanam terus mengalam penngkatan hngga mencapa hektar pada tahun Akan tetap luas areal tanam tembakau kembal mengalam penurunan hngga pada tahun 1999 yatu sebesar hektar. P r o d u k t v t a s ( t o n / h a ) P r o d u k t v t a s T e m b a k a u d In d o n e s a T a h u n Gambar 3. Produktvtas Tembakau d Indonesa Tahun Produktvtas tembakau secara nasonal selama 20 tahun ( ) mengalam penngkatan, d mana pada tahun 1985 produktvtasnya sebesar 0,552 ton/ha menngkat menjad 0,974 ton/ha pada tahun Produktvtas tembakau tertngg dcapa Indonesa pada tahun 2005 yatu sebesar 0,974 ton/ha sedangkan produktvtas tembakau terendah terjad pada tahun 1997 yatu sebesar 0,15 ton/ha. Sejalan dengan produks dan luas areal penanaman tembakau d Indonesa, produktvtas tembakau Indonesa terendah terjad pada tahun 1997 sampa tahun Perkembangan Permntaan Tembakau d Indonesa Permntaan tembakau d pasar dalam neger mengalam penngkatan yang kurang berart selama 20 tahun ( ). Pada tahun 1985, permntaan tembakau d Indonesa sebesar ton menngkat menjad ton pada tahun P er m n t aan (t o n ) P e r m n t a a n T e m b a k a u d In d o n e s a , , , , T a h u n Gambar 4. Permntaan Tembakau d Indonesa Tahun Pada Gambar 4, terlhat bahwa permntaan tembakau d Indonesa mengalam trend yang kurang stabl. Pada tahun 1986, permntaan tembakau sebesar ton dan menngkat menjad ton pada tahun Alasan utama yang menyebabkan penurunan permntaan yang drasts tersebut adalah kemunculan Peraturan Pemerntah (PP) No 81 Tahun 1998 tentang Pembatasan Kadar Tar dan Nkotn yang tak boleh lebh dar 1,4. Perkembangan Harga Tembakau d Indonesa Harga tembakau d pasar dalam neger selama 20 tahun ( ) mengalam penngkatan secara terus menerus. Pada tahun 1985 harga domestk tembakau sebesar Rp /ton menngkat menjad Rp. 44

7 /ton pada tahun Pada Gambar 5, dbawah n terlhat bahwa pada tahun 1995, harga tembakau Indonesa Rp /ton dan pada tahun 2005 harga tembakau mencapa ttk tertngg sebesar Rp /ton. H a r g a ( R p /t o n ) H a r g a T e m b a k a u d In d o n e s a , 0 0 0, , 0 0 0, , 0 0 0, , 0 0 0, , 0 0 0, , 0 0 0, , 0 0 0, , 0 0 0, T a h u n Gambar 5. Harga Tembakau d Indonesa Tahun Perkembangan Ekspor Tembakau d Indonesa Ekspor tembakau Indonesa mengalam fluktuas tergantung pada tngkat harga tembakau d pasaran nternasonal, sepert yang terlhat pada Gambar 6. Ekspor (ton) 5 0, , , , , E k s p o r T e m b a k a u I n d o n e s a T a h u n Gambar 6. Ekspor Tembakau d Indonesa Tahun Gambar 6 menjelaskan bahwa ekspor tembakau d Indonesa mengalam penngkatan, d mana pada tahun 1985 ekspor tembakau sebesar ton, sedangkan pada tahun 2005 ekspor tembakau sebesar ton. Pada tahun 2005 Indonesa berhasl menngkatkan ekspornya menjad sebesar ton. Ekspor tertngg dcapa Indonesa pada tahun 1998 yatu sebesar ton sedangkan ekspor terendah pada tahun 1990 yatu ton. Prospek Tembakau d Indonesa Pada tahun 2005, luas lahan d seluruh Indonesa yang dgunakan untuk buddaya tembakau mencapa hektar dengan produks sektar ton. Sektar hektar dar keseluruhan luas areal tanam tembakau tersebut berupa perkebunan rakyat, atau dengan kata lan dusahakan secara langsung oleh rakyat, bak secara mandr maupun dengan bekerjasama dengan phak lan. Tabel 7. Persebaran Lahan Tembakau Perkebunan Rakyat d Indonesa Luas Lahan No Daerah (ha) 1 Bal DI. Yogyakarta Jamb Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Tmur Lampung Nangroe Aceh Darussalam Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Tmur Sulawes Selatan Sulawes Barat Sumatera Selatan Sumatera Utara 323 Pada Tabel 7. dapat dlhat bahwa pada beberapa daerah sepert Jamb, Lampung, Nusa Tenggara Tmur, dan Sumatera lahan yang dgunakan untuk buddaya tembakau mash sangat terbatas. Dengan melhat kenyataan tersebut maka sudah seharusnya pemerntah memberkan perhatan yang lebh besar terhadap pengembangan tembakau secara keseluruhan karena Indonesa memlk potens untuk menghaslkan tembakau dengan kualtas dan kuanttas yang memenuh kengnan pasar nternasonal. Apabla potens n dgal dengan bak, maka produks dan ekspor tembakau Indonesa akan menngkat d masa yang akan datang. Hal tersebut akan menguntungkan negara melalu penermaan devsa dan cuka juga akan menyejahterakan kehdupan para petan tembakau, mengngat hampr seluruh lahan tembakau d Indonesa berupa perkebunan yang dusahakan oleh rakyat. D masa mendatang, dperkrakan permntaan akan tembakau juga akan menngkat karena selan untuk bahan baku ndustr rokok dan cerutu, yang tdak bak untuk kesehatan atau dengan kata lan berpengaruh buruk bag manusa, ternyata tembakau juga memlk manfaat yang bak untuk kesehatan manusa dmana tembakau dapat menghaslkan proten ant kanker yang berguna bag penderta kanker. Menurut Pusat 45

8 Peneltan Boteknolog Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesa (2008), tanaman tembakau dapat dgunakan sebaga reaktor penghasl proten Growth Colony Stmulatng Factor (GCSF), suatu hormon yang menstmulas produks darah. Selan untuk proten ant kanker, GCSF n juga dapat dgunakan untuk menstmulas perbanyakan sel tunas (stemcell) yang bsa dkembangkan memulhkan jarngan fungs tubuh yang rusak. Hasl Uj Stasoner Berdasarkan hasl pengujan, pada semua varabel dapat dkatakan bahwa bak pada tngkat level, 1 st dfference maupun 2 nd dferrence dengan menggunakan Intercept and Trend. Nla probabltas untuk seluruh varabel yatu kurang dar 0,1. Hal n menunjukkan jka seluruh varabel sgnfkan pada tngkat kepercayaan 90%. Faktor yang Mempengaruh Penawaran Tembakau d Indonesa Berdasarkan hasl analss metode 2SLS dapat dketahu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran tembakau d Indonesa: S = , P + 0, Pf + 0, Pc + 0, L T 0, Sp R 2 0,9805 Adj R 2 0,9722 F htung 117,484 Durbn-Watson 2,488 h- Durbn Watson -1,150 Hasl analss yang dperoleh menunjukkan bahwa nla F-htung sebesar 117,484 d mana nla tersebut lebh besar dar F-tabel (4.62) pada taraf kepercayaan 99% atau α = 1%. Sedangkan untuk nla koefsen determnas (R 2 ) sebesar 0,9805 yang berart bahwa sebesar 98,05% varabel penawaran tembakau Indonesa dapat djelaskan oleh varabel bebas yang dmasukkan dalam model, sedangkan ssanya sebesar 1,95% djelaskan oleh varabel lan yang tdak dmasukkan dalam model. Nla koefsen determnas yang dkoreks (Adj R 2 ) sebesar 0,9722 yang berart bahwa sebesar 97,22% varabel penawaran tembakau Indonesa dapat djelaskan oleh varabel bebas yang dmasukkan dalam model setelah dkoreks/dsesuakan untuk ukuran sampel dan jumlah koefsen yang destmas. Sedangkan besarnya nla h-durbn Watson yang ddapat dar persamaan model penawaran tembakau d Indonesa n adalah sebesar -1,094 dmana konds tersebut dnyatakan menerma H 0 yang berart tdak terdapat autokorelas karena memlk nla lebh kecl dar 1,96. Faktor yang mempengaruh penawaran tembakau d Indonesa adalah sebaga berkut: a. Harga tembakau d Indonesa Varabel harga tembakau n tdak berpengaruh secara nyata terhadap model penawaran pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel P dperoleh t-htung sebesar 0.156, dmana nla tersebut lebh kecl dar t-tabel (1.771) yang berart bahwa harga domestk tembakau tdak berpengaruh secara nyata terhadap penawaran tembakau d Indonesa. Hubungan antara harga tembakau dengan jumlah penawaran tembakau d Indonesa tersebut bernla postf dengan nla parameter estmas sebesar 0, yang berart bahwa penngkatan harga tembakau domestk sebesar Rp.1/ton dapat menakkan penawaran terhadap tembakau d Indonesa sebesar 0, ton. Hal n sesua teor penawaran yang mengatakan bahwa penngkatan harga suatu komodt akan menngkatkan penawaran komodt tersebut d suatu negara. b. Harga pupuk Varabel harga pupuk urea n tdak berpengaruh secara nyata terhadap model penawaran pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel Pf dperoleh t-htung sebesar 0.143, dmana nla tersebut lebh kecl dar t-tabel (1.771) yang berart bahwa harga pupuk urea tdak berpengaruh secara nyata terhadap penawaran tembakau d Indonesa. Hubungan antara harga pupuk dengan jumlah penawaran tembakau d Indonesa tersebut bernla postf dengan nla parameter estmas sebesar 0, yang berart penngkatan harga pupuk urea sebesar Rp.1/ton dapat menakkan penawaran terhadap tembakau d Indonesa sebesar 0, ton. c. Harga cengkeh Varabel harga cengkeh n tdak berpengaruh secara nyata terhadap model penawaran pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel Pc dperoleh t-htung sebesar 0.226, dmana nla tersebut lebh kecl dar t-tabel (1.771) yang berart bahwa harga cengkeh tdak berpengaruh secara nyata terhadap penawaran tembakau d Indonesa. Hubungan antara harga cengkeh dengan jumlah penawaran tembakau d Indonesa tersebut bernla postf dengan nla parameter estmas sebesar 0, yang berart bahwa penngkatan 46

9 harga cengkeh sebesar Rp.1/ton dapat menakkan penawaran terhadap tembakau d Indonesa sebesar 0, ton. c. Luas areal tanam tembakau Varabel luas areal tanam tembakau n berpengaruh secara nyata terhadap model penawaran pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel L dperoleh t-htung sebesar 7,169, d mana nla tersebut lebh besar dar t-tabel (1.771). Kenakan atau penurunan luas areal tanam akan mempengaruh tngkat penawaran tembakau. Koefsen regres sebesar 0, berart bahwa penambahan luas areal tanam tembakau seluas 1 ha akan menakkan penawaran tembakau sebesar ton. d. Tngkat teknolog Varabel tngkat teknolog tembakau n berpengaruh secara nyata terhadap model penawaran pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel T dperoleh t-htung sebesar 14,489, d mana nla tersebut lebh besar dar t-tabel (1.771). Koefsen regres sebesar berart bahwa penngkatan produktvtas sebesar 1 ton/ha akan menakkan penawaran tembakau sebesar ton. e. Penawaran tembakau tahun sebelumnya Varabel penawaran tembakau tahun sebelumnya n tdak berpengaruh secara nyata terhadap model penawaran pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel Sp dperoleh t-htung sebesar -0,352, dmana nla tersebut lebh kecl dar t-tabel (1.771) yang berart bahwa penawaran tembakau tahun sebelumnya tdak berpengaruh secara nyata terhadap penawaran tembakau d Indonesa. Hubungan tersebut bersfat negatf dar besarnya parameter estmas yang menunjukkan nla -0, Faktor yang Mempengaruh Permntaan Tembakau d Indonesa Berdasarkan hasl analss metode 2SLS dapat dketahu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permntaan tembakau d Indonesa, yatu: D = , P + 0, Pc + 0, I + 0, Dp R 2 0,6068 Adj R 2 0,5085 F htung 6,172 Durbn-Watson h- Durbn Watson -0,092 Hasl analss yang dperoleh menunjukkan bahwa nla F-htung sebesar 6,172 d mana nla tersebut lebh besar dar F-tabel (4.89) pada taraf kepercayaan 99% atau α = 1%. Sedangkan untuk nla koefsen determnas (R 2 ) sebesar 0,6068 yang berart bahwa sebesar 60,68% varabel permntaan tembakau Indonesa dapat djelaskan oleh varabel bebas yang dmasukkan dalam model, sedangkan ssanya sebesar 39,32% djelaskan oleh varabel lan yang tdak dmasukkan dalam model. Nla koefsen determnas yang dkoreks (Adj R 2 ) sebesar 0,5085 yang berart bahwa sebesar 50,85% varabel permntaan tembakau Indonesa dapat djelaskan oleh varabel bebas yang dmasukkan dalam model setelah dkoreks/dsesuakan untuk ukuran sampel dan jumlah koefsen yang destmas. Sedangkan besarnya nla h-durbn Watson yang ddapat dar persamaan model permntaan tembakau d Indonesa n adalah sebesar -0,178 dmana konds tersebut dnyatakan menerma H 0 yang berart tdak terdapat autokorelas karena memlk nla lebh kecl dar 1,96. Faktor-faktor yang mempengaruh permntaan tembakau d Indonesa adalah sebaga berkut: a. Harga tembakau d Indonesa Varabel harga tembakau n berpengaruh secara nyata terhadap model penawaran pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel P dperoleh t-htung sebesar 2,072, d mana nla tersebut lebh besar dar t-tabel (1.753). Kenakan atau penurunan harga tembakau akan mempengaruh tngkat permntaan tembakau. Koefsen regres sebesar - 0, berart bahwa kenakan harga tembakau domestk sebesar Rp.1/ton akan menurunkan permntaan tembakau sebesar 0, ton. b. Harga cengkeh Varabel harga cengkeh n berpengaruh secara nyata terhadap model permntaan pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel Pc dperoleh t- htung sebesar 1,758, dmana nla tersebut lebh kecl dar t-tabel (1.753) yang berart bahwa harga cengkeh berpengaruh secara nyata terhadap permntaan tembakau d Indonesa. Hubungan antara harga cengkeh dengan jumlah permntaan tembakau d Indonesa tersebut bernla postf dengan nla parameter estmas sebesar 0, yang berart bahwa penngkatan harga cengkeh 47

10 sebesar Rp.1/ton dapat menakkan permntaan tembakau d Indonesa sebesar 0, ton. c. Pendapatan masyarakat Varabel pendapatan masyarakat n berpengaruh secara nyata terhadap model permntaan pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel I dperoleh t-htung sebesar 2,073, d mana nla tersebut lebh besar dar t-tabel (1.753). Kenakan atau penurunan pendapatan masyarakat akan mempengaruh tngkat permntaan tembakau. Koefsen regres sebesar 0, berart bahwa kenakan pendapatan masy sebesar Rp.1/kapta/tahun akan menngkatkan permntaan tembakau sebesar 0, ton. d. Permntaan tembakau tahun sebelumnya Varabel permntaan tembakau tahun sebelumnya n tdak berpengaruh secara nyata terhadap model permntaan pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel Dp dperoleh t-htung sebesar 1,010, dmana nla tersebut lebh kecl dar t-tabel (1.753) yang berart bahwa permntaan tembakau tahun sebelumnya tdak berpengaruh secara nyata terhadap permntaan tembakau d Indonesa. Hubungan tersebut bersfat postf yang dapat dketahu dar besarnya parameter estmas yang menunjukkan nla 0, Faktor-faktor yang Mempengaruh Harga Tembakau d Indonesa Berdasarkan hasl analss metode 2SLS dapat dketahu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga tembakau d Indonesa, yatu: P = , S 45, D + 717, Er 1725, Pw + 0, Pp R 2 0,9938 Adj R 2 0,9917 F htung 481,357 Durbn-Watson 3,062 h- Durbn Watson -2,503 Hasl analss yang dperoleh menunjukkan bahwa nla F-htung sebesar 481,357 d mana nla tersebut lebh besar dar F-tabel (4.69) pada taraf kepercayaan 99% atau α = 1%. Sedangkan untuk nla koefsen determnas (R 2 ) sebesar 0,9938 yang berart bahwa sebesar 99,38% varabel harga tembakau Indonesa dapat djelaskan oleh varabel bebas yang dmasukkan dalam model, sedangkan ssanya sebesar 0,62% djelaskan oleh varabel lan yang tdak dmasukkan dalam model. Nla koefsen determnas yang dkoreks (Adj R 2 ) sebesar 0,9917 yang berart bahwa sebesar 99,17%. Sedangkan besarnya nla h-durbn Watson yang ddapat dar persamaan model harga tembakau d Indonesa n adalah sebesar -2,475 dmana konds tersebut dnyatakan menerma H 0 yang berart tdak terdapat autokorelas karena memlk nla lebh kecl dar 1,96. Faktor-faktor yang mempengaruh harga tembakau d Indonesa adalah sebaga berkut: a. Penawaran tembakau Varabel penawaran tembakau n berpengaruh secara nyata terhadap model harga pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel S dperoleh t- htung sebesar 2,447, d mana nla tersebut lebh besar dar t-tabel (1.761). Kenakan atau penurunan penawaran tembakau akan mempengaruh tngkat harga tembakau. Koefsen regres sebesar 38, berart bahwa setap kenakan penawaran tembakau sebesar 1 ton akan menngkatkan harga tembakau domestk sebesar Rp. 38,763294/ton. b. Permntaan tembakau Varabel permntaan tembakau n berpengaruh secara nyata terhadap model harga pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel D dperoleh t- htung sebesar 2,067, d mana nla tersebut lebh besar dar t-tabel (1.761). Koefsen regres sebesar -45, berart bahwa kenakan permntaan tembakau sebesar 1 ton akan menurunkan harga tembakau sebesar Rp. 45,197112/ton. c. Nla tukar rupah Varabel nla tukar rupah n berpengaruh secara nyata terhadap model harga pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel Er dperoleh t-htung sebesar 2,848, d mana nla tersebut lebh besar dar t-tabel (1.761). Kenakan atau penurunan nla tukar rupah akan mempengaruh tngkat harga tembakau. Koefsen regres sebesar 717, berart bahwa kenakan nla tukar rupah sebesar Rp.1/US$ akan menngkatkan harga tembakau sebesar Rp. 717,481356/ton. d. Harga tembakau duna Varabel harga tembakau duna n tdak berpengaruh secara nyata terhadap model harga tembakau pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel Pw dperoleh t-htung sebesar 1,266, d mana nla tersebut lebh kecl dar t-tabel (1.761) yang 48

11 berart bahwa harga tembakau duna tdak berpengaruh secara nyata terhadap harga tembakau Indonesa. Hubungan antara harga tembakau duna dengan tngkat harga tembakau domestk d Indonesa tersebut bernla negatf dengan nla parameter estmas sebesar ,10112 yang berart bahwa penngkatan harga tembakau duna sebesar 1 US$/ton dapat menurunkan harga tembakau d Indonesa sebesar Rp. 1725,10112/ton. Konds n dduga dsebabkan oleh adanya pembengkakan luas areal tanam tembakau pada beberapa daerah d Indonesa sehngga kelebhan produks tembakau menyebabkan turunnya harga domestk. e. Harga tembakau tahun sebelumnya Varabel harga tembakau tahun sebelumnya n berpengaruh secara nyata terhadap model harga tembakau domestk pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel Pp dperoleh t-htung sebesar 12,255, d mana nla tersebut lebh besar dar t- tabel (1.761). Besar keclnya harga tembakau tahun sebelumya mempengaruh besar keclnya harga tembakau domestk. Koefsen regres sebesar 0, berart bahwa setap penngkatan harga tembakau domestk tahun sebelumnya sebesar Rp.1/ton akan menngkatkan harga tembakau domestk sebesar Rp. 0,808027/ton. Faktor-faktor yang Mempengaruh Ekspor Tembakau d Indonesa Berdasarkan hasl analss metode 2SLS dengan menggunakan program aplkas komputer The SAS System v6.12 dapat dketahu faktorfaktor yang berpengaruh terhadap ekspor tembakau d Indonesa, yatu: X = 2093, , S + 9, Pw + 2, Er + 0, Xp R 2 0,6299 Adj R 2 0,5373 F htung 6,807 Durbn-Watson 1,512 h- Durbn Watson 1,150 Hasl analss yang dperoleh menunjukkan bahwa nla F-htung sebesar 6,807 d mana nla tersebut lebh besar dar F-tabel (4.89) pada taraf kepercayaan 99% atau α = 1%. Sedangkan untuk nla koefsen determnas (R 2 ) sebesar 0,6299 yang berart bahwa sebesar 62,99% varabel ekspor tembakau Indonesa dapat djelaskan oleh varabel bebas yang dmasukkan dalam model, sedangkan ssanya sebesar 37,01% djelaskan oleh varabel lan yang tdak dmasukkan dalam model. Nla koefsen determnas yang dkoreks (Adj R 2 ) sebesar 0,5373 yang berart bahwa sebesar 53,73% varabel ekspor tembakau Indonesa dapat djelaskan oleh varabel bebas yang dmasukkan dalam model setelah dkoreks/dsesuakan untuk ukuran sampel dan jumlah koefsen yang destmas. Sedangkan besarnya nla h-durbn Watson yang ddapat dar persamaan model ekspor tembakau d Indonesa n adalah sebesar 1,044 dmana konds tersebut dnyatakan menerma H 0 yang berart tdak terdapat autokorelas karena memlk nla lebh kecl dar 1,96. Faktor-faktor yang mempengaruh ekspor tembakau d Indonesa adalah: a. Penawaran tembakau Varabel penawaran tembakau n berpengaruh secara nyata terhadap model ekspor pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel S dperoleh t- htung sebesar 1,918, d mana nla tersebut lebh besar dar t-tabel (1.753). Koefsen regres sebesar 0, berart bahwa kenakan penawaran tembakau sebesar 1 ton akan menngkatkan ekspor tembakau 0, ton. b. Harga tembakau duna Varabel harga tembakau duna n tdak berpengaruh secara nyata terhadap model ekspor tembakau pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel Pw dperoleh t-htung sebesar 1,641, d mana nla tersebut lebh kecl dar t-tabel (1.753) yang berart bahwa harga tembakau duna tdak berpengaruh secara nyata terhadap ekspor tembakau Indonesa. Hubungan antara harga tembakau duna dengan ekspor tembakau Indonesa tersebut bernla postf dengan nla parameter estmas sebesar 9, yang berart penngkatan harga tembakau duna sebesar 1 US$/ton dapat menngkatkan ekspor tembakau Indonesa sebesar 9, ton. c. Nla tukar rupah Varabel nla tukar rupah n berpengaruh secara nyata terhadap model ekspor pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel Er dperoleh t-htung sebesar 2,213, d mana nla tersebut lebh besar dar t-tabel (1.753). Koefsen regres sebesar 2, berart bahwa kenakan nla tukar rupah terhadap dollar Amerka sebesar Rp. 1/US$ akan menngkatkan ekspor tembakau sebesar 2, ton. 49

12 d. Ekspor tembakau tahun sebelumnya Varabel ekspor tembakau tahun sebelumnya n tdak berpengaruh secara nyata terhadap model ekspor tembakau pada taraf kepercayaan 90%. Hal n terlhat dar besarnya hasl uj-t untuk varabel Xp dperoleh t-htung sebesar 1,271, d mana nla tersebut lebh kecl dar t-tabel (1.753) yang berart bahwa ekspor tembakau tahun sebelumnya tdak berpengaruh secara nyata terhadap ekspor tembakau Indonesa. Hubungan antara ekspor tembakau tahun sebelumnya dengan ekspor tembakau Indonesa tersebut bernla postf dengan nla parameter estmas sebesar 0, yang berart bahwa penngkatan ekspor tembakau tahun sebelumnya sebesar 1 ton dapat menngkatkan ekspor tembakau Indonesa sebesar 0, ton. KESIMPULAN DAN SARAN Kesmpulan Berdasarkan hasl analss dan pembahasan tentang penawaran dan permntaan tembakau d Indonesa ddapatkan kesmpulan: 1. Dar enam faktor yang terdapat dalam model penawaran tembakau d Indonesa, terdapat dua faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap penawaran tembakau d Indonesa pada taraf kepercayaan 90% atau α = 10% yatu luas areal tanam dan tngkat teknolog. 2. Dar empat faktor yang terdapat dalam model permntaan tembakau d Indonesa, terdapat tga faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap permntaan tembakau d Indonesa pada taraf kepercayaan 90% atau α = 10% yatu harga tembakau domestk, harga cengkeh, dan tngkat pendapatan masyarakat. 3. Dar lma faktor yang terdapat dalam model harga tembakau d Indonesa, terdapat empat faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap harga tembakau d Indonesa pada taraf kepercayaan 90% atau α = 10% yatu penawaran tembakau, permntaan tembakau, nla tukar rupah, dan harga tembakau pada tahun sebelumnya. 4. Dar empat faktor yang terdapat dalam model ekspor tembakau d Indonesa, terdapat dua faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap ekspor tembakau d Indonesa pada taraf kepercayaan 90% atau α = 10% yatu tngkat penawaran tembakau dan nla tukar rupah. Saran 1. Berdasarkan hasl peneltan, dketahu bahwa tembakau memlk manfaat-manfaat postf yang berguna bag kehdupan masyarakat. Dharapkan pemerntah dapat mendukung perkembangan tanaman tembakau melalu peneltan-peneltan yang lebh mendalam mengena manfaat postf tembakau. 2. Dharapkan pemerntah dapat mendukung kerjasama antara berbaga phak sepert ndustr rokok, petan, dan phak perbankan untuk menngkatkan ndustr tembakau Indonesa dengan memanfaatkan lahan yang mash berpotens untuk lahan tembakau. 3. Peneltan selanjutnya dharapkan dlakukan dengan menambah varabel-varabel lannya yang belum dmasukkan dalam peneltan n sepert tarf ekspor dan cuka tembakau dengan harapan dapat menggambarkan dengan lebh jelas keadaan penawaran, permntaan, dan ekspor tembakau Indonesa. DAFTAR PUSTAKA Abdullah dan Soedarmanto Buddaya Tembakau. CV Yosaguna. Jakarta. Anonymous Respon Pasar Tembakau Rendah Nkotn. Avalable at (verfed at 22 November 2008). Anonymous Luas Areal Tanam Tembakau Bengkak. Avalable at (verfed at 22 November 2008). Gujarat, Damodar Ekonometrka Dasar. Erlangga. Jakarta. Hapsar, Dew Faktor-faktor yang Mempengaruh Volume Permntaan Tembakau Besuk Na-Oogst (Ncotana tobacum L.) d Pasar Lelang Bremen. Skrps Fakultas Pertanan Unverstas Brawjaya. Malang. Halcousss, Denns Understandng Econometrcs. Thomson South-Western. Unted States of Amerca. Rswta, Lestar Analss Respon Areal Tanam Tembakau Madura Terhadap Harga d Kabupaten Pamekasan Madura Jawa Tmur. Skrps Fakultas Pertanan Unverstas Brawjaya. Malang. Takken Agrculture Economc and Agrbusness. John Wlley and Son, Inc. New York. 50

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Sumber data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan Bank Indonesa (BI). Data yang dgunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM Wahyu Dw Lesmono, Ftra Vrgantar, Hagn Wjayant Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK PENGARUH WITH HOLDING TA SYSTEM PADA PENGUSAHA KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MEDAN PETISAH) ZULIA HANUM Jurnal Ilmah Ekonomkawan ISSN: 1693-7600 Eds 11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonom merupakan masalah perekonoman dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonom merupakan fenomena pentng yang dalam duna hanya dua abad belakangan

Lebih terperinci

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group Jurnal EKSPONENSIAL Volume 6, Nomor, Nopember 05 ISSN 085-789 Pemodelan Regres Varabel Moderas Dengan Metode Sub-Group Regresson Modelng of Moderatng Varable wth a Method of Sub Group Rsna Septawat, Des

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode dalam peneltan merupakan suatu cara yang dgunakan oleh penelt dalam mencapa tujuan peneltan. Metode dapat memberkan gambaran kepada penelt mengena langkah-langkah

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

Model Regresi Variabel dengan Metode Selisih Mutlak. Moderating Variable Regression Model with an Absolute Difference Method

Model Regresi Variabel dengan Metode Selisih Mutlak. Moderating Variable Regression Model with an Absolute Difference Method Model Regres Varabel dengan Metode Selsh Mutlak Moderatng Varable Regresson Model wth an Absolute Dfference Method Desy Ika Rachmawat 1, Des Yunart, dan Darnah And Nohe 3 1 Mahasswa Program Stud Statstka

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB 73 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneltan Objek peneltan n adalah nla tambah sektor pertanan untuk PDRB Jawa Barat berupa data tme seres perode 1985-005. selan tu penuls memlh varabel yang mempengaruhnya

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneltan n penuls bermaksud untuk menelt bagamana pengaruh perubahan kebjakan moneter terhadap jumlah kredt yang dberkan oleh bank pada beberapa kelompok bank berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian.

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian. BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN Bab n dbag menjad dua bagan, yatu objek peneltan dan desan peneltan. III.1 Objek Peneltan Objek peneltan dalam skrps n adalah nla perusahaan LQ 45 perode 2009-2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor Analss Indkator Makroekonom Negara Tujuan Ekspor terhadap Knerja Ekspor Non Mgas Indonesa: Stud Kasus Lma Negara Tujuan Utama Ekspor Skrps Dajukan Sebaga Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesakan Program

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK REGRESI NON LINIER ANALISIS REGRESI REGRESI LINEAR REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUADRATIK REGRESI KUBIK Membentuk gars lurus Membentuk Gars Lengkung Regres

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder runtun waktu dari tahun Data sekunder

METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder runtun waktu dari tahun Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jens dan Sumber Data Dalam peneltan n, rncan data yang dgunakan dalam peneltan n adalah menggunakan data sekunder runtun waktu dar tahun 2004-2013. Data sekunder adalah data yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagan yang tdak terpsahkan dar pembangunan pertanan secara umum dan bertujuan untuk menngkatkan pendapatan dan taraf hdup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

Pendugaan Parameter Regresi. Itasia & Y Angraini, Dep Statistika FMIPA - IPB

Pendugaan Parameter Regresi. Itasia & Y Angraini, Dep Statistika FMIPA - IPB Pendugaan Parameter Regres Menduga gars regres Menduga gars regres lner sederhana = menduga parameter-parameter regres β 0 dan β 1 : Penduga parameter yang dhaslkan harus merupakan penduga yang bak Software

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND E-mal : statstkasta@yahoo.com Blog : Analss Regres SederhanaMenggunakan MS Excel 2007 Lsens Dokumen: Copyrght 2010 sssta.wordpress.com Seluruh dokumen d sssta.wordpress.com dapat dgunakan dan dsebarkan

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:64) Suyadi Prawirosentono (2004:2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:64) Suyadi Prawirosentono (2004:2) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneltan Guna dapat bersang dalam era perdagangan bebas yang ddukung oleh teknolog nformas dan komunkas yang tumbuh pesat, perusahaan dharuskan berusaha untuk menngkatkan

Lebih terperinci

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 1 & 2

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 1 & 2 Jurnal Agrbsns dan Ekonom Pertanan Volume. No 2 Desember 2007 INTEGRASI PASAR KAKAO INDONESIA Amzul Rfn dan Ftr Nurdyan 2 & 2 Departemen Agrbsns, Fakultas Ekonom dan Manajemen IPB ABSTRACT Indonesa s the

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DOMESTIK DI INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DOMESTIK DI INDONESIA Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonom, Volume 4, No., Oktober 015 ISSN : 301-568 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DOMESTIK DI INDONESIA Engla Desnm Slva, Fakultas Ekonom Unverstas Putra Indonesa YPTK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENEITIAN Peneltan n merupakan peneltan deskrptf, yang dalam penulsannya dmaksudkan untuk menjabarkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan konds wlayah peneltan. Analss dlakukan secara kualtatf

Lebih terperinci

Apabila dua variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk mempekirakan / menaksir Y.

Apabila dua variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk mempekirakan / menaksir Y. ANALISIS KORELASI (ANALISIS HUBUNGAN) Korelas Hubungan antar kejadan (varabel) yang satu dengan kejadan (varabel) lannya (dua varabel atau lebh), yang dtemukan oleh Karl Pearson pada awal 1900 Apabla dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL Tan Wahyu Utam, Indah Manfaat Nur Unverstas Muhammadyah Semarang, emal : tan.utam88@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA

PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA d Indonesa (Achmad Zan) 1 PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA (The Influencng Level of Import Sugar Prce, Domestc Sugar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci