EFISIENSI TEKNIS USAHA BUDIDAYA UDANG DI LAHAN TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFISIENSI TEKNIS USAHA BUDIDAYA UDANG DI LAHAN TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN 1"

Transkripsi

1 EFISIENSI TEKNIS USAHA BUDIDAYA UDANG DI LAHAN TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN 1 (Techncal Effcency of Shrmp Culture Farmng n Bracksh Land wth Intensve Technologcal of Fsh Culture) Tajern 2 ABSTRAK Peneltan n bertujuan untuk mengetahu tngkat pencapaan efsens tekns usaha buddaya udang dan faktor-faktor yang mempengaruhnya. Data danalss dengan pendekatan Stochastc Producton Fronter dan dduga dengan metoda Maxmum Lkelhood. Hasl peneltan menunjukkan bahwa rata-rata tngkat efsens tekns yang dcapa tergolong rendah sedang dan terbukt belum efsen secara tekns. Faktor utama yang mempengaruh efsens tekns adalah tngkat pangsa pendapatan keluarga dar usaha buddaya udang terhadap total pendapatannya. Faktor lan yang terbukt kondusf adalah pelathan buddaya udang, pendapatan total per kapta, umur pembuddaya dan peubah dummy showcase. Kata kunc: efsens tekns, buddaya udang, teknolog ntensfkas. ABSTRACT The purpose of ths research s to acqure the achevement of techncal effcency level of shrmp culture farmng and ts affectng factors. Data was analzed usng Stochastc Producton Fronter and estmated wth Maxmum Lkehood. The result of research showed that the average of achevement level n techncal effcency was categorzed as low to medum, and gvng an evdence that the techncal effcency has not acheved yet. The man factor affectng ths condton s famly ncome share from the total ncome released to shrmp culture. However several factor are condusve such as shrmp culture tranng, total per capta ncome, farmer s age and dummy varable of showcase as well as ther formal educaton Key words: techncal effcency, shrmp culture, ntensfcaton technology. PENDAHULUAN Reorentas kebjakan pembangunan nasonal yang bertumpu pada kekuatan sumberdaya alam yang terseda merupakan konseps yang sangat strategs dalam rangka memulhkan konds perekonoman Indonesa yang terpuruk akbat krss ekonom berkepanjangan. Untuk tu pemerntah berupaya mengalhkan arah pembangunan yang selama n berorentas pada sektor tertentu pada pemanfaatan sumberdaya alam yang ramah lngkungan dan berkelanjutan, khususnya d sektor kelautan dan perkanan. Hal n cukup beralasan karena potens sumberdaya kelautan dan perkanan sangat besar, bak yang berkatan dengan perkanan buddaya, tangkap maupun pengolahan produknya (Kusumastanto, 2002). 1 2 Dterma 26 Desember 2006 / Dsetuju 27 Jun Bala Besar Rset Sosal Ekonom Kelautan dan Perkanan, Jakarta. Untuk perkanan buddaya, terdapat potens sumberdaya lahan yang sangat besar dan berpeluang memberkan kontrbus bak secara makro sepert penyerapan tenaga kerja d sektor kelautan perkanan, penngkatan kesejahteraan masyarakat nelayan dan upaya pemulhan krss ekonom; maupun secara mkro sepert pengembalan nla nvestas yang telah tertanam dan penngkatan volume nvestas rl pada kegatan usaha buddaya perkanan. Kontrbus tersebut akan lebh realstk lag, bla potens sumberdaya lahan tersebut dhubungkan dengan adanya peluang pasar yang sangat besar terutama untuk pasar nternasonal, khususnya untuk komodtas udang, kerapu dan rumput laut. Meskpun untuk komodtas tertentu sepert udang mash dhadapkan pada permasalahan dalam perdagangan nternasonal ke negara utama tujuan ekspor (Jepang, Amerka Serkat dan Eropa) yang dpcu oleh adanya su lngkungan dan pengetatan persyaratan mutu produk (Putro, 2003). 1

2 2 Jurnal Ilmu-lmu Peraran dan Perkanan Indonesa, Jun 2007, Jld 14, Nomor 1: 1-11 Potens lahan untuk pengembangan tambak dperkrakan seluas hektar dan tngkat pemanfaatannya baru sektar ha atau sebesar 38% (Dahur, 2003). Namun, upaya untuk mewujudkan peran atau kontrbus d atas bukan merupakan sesuatu yang mudah, karena pada kenyataannya dar kegatan usaha d lahan pertambakan khususnya yang menggunakan komodtas udang sejak pertengahan tahun 1990 mengalam penurunan produks akbat kegagalan panen yang terus berlangsung sampa sekarang, sehngga mengakbatkan banyak pertambakan d Indonesa yang mengalam konds collapse. Degradas lngkungan, serangan penyakt, kualtas benh rendah, pelayanan dan penyuluhan yang tdak memada merupakan sebagan dar banyak faktor penyebab kegagalan panen dan konds collapse tersebut. Revtalsas tambak merupakan upaya yang harus segera dlaksanakan untuk mempercepat pemulhan usaha buddaya perkanan d lahan tambak (Ahmad, et al., 2004). Hngga saat n, pemerntah dalam hal n Drektotar Jenderal Perkanan Buddaya mash terus melakukan upaya-upaya bag mewujudkan revtalsas usaha buddaya perkanan d lahan tambak, salah satunya adalah melalu penerapan program ntensfkas pembuddayaan kan (IN- BUDKAN) untuk komodtas strategs sepert u- dang d lahan tambak yang tdak doperaskan untuk sementara waktu (dle). Pelaksanaan program teknolog INBUDKAN tersebut hampr melput seluruh wlayah Indonesa, namun dengan memberkan bobot yang lebh besar kepada lahan-lahan pertambakan dle d wlayah propns tertentu. Untuk komodtas udang melput sebanyak 24 wlayah propns dengan luas areal sasaran mencapa ha (Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya, 2004 a ; 2004 c ). Upaya revtalsas pertambakan nasonal telah dcanangkan pemerntah melalu Drektorat Jendal Perkanan Buddaya yang dlaksanakan sejak tahun 2001, namun belum memberkan hasl nyata dalam pemulhan kembal produks hasl buddaya d lahan tambak. Dar kegatan peneltan terdahulu dperoleh temuan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruh keberhaslan program revtalsas usaha buddaya perkanan d lahan tambak. Hasl analss Ahmad, et al., (2004) menunjukkan bahwa kegagalan program revtalsas tambak dsebabkan oleh adanya faktor lngkungan dalam katannya dengan persyaratan baku mutu ar; dan faktor konds sosal ekonom. Sedangkan hasl kajan Drektotal Jenderal Perkanan Buddaya (2003 a ) menunjukkan bahwa konds penyebab rendahnya tngkat keberhaslan program revtalsas usaha pertambakan untuk kasus buddaya udang d Indonesa adalah konds luas tambak dalam satu hamparan, tngkat penerapan teknolog buddaya, dukungan sektor swasta, permodalan dan keamanan. Selanjutnya, Kusnendar (2003) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kekurang-berhaslan program revtalsas tambak adalah pendekatan yang dgunakan dalam mplementas kebjakan kurang bersfat holstk, kurang melbatkan semua stakeholders yang terkat dengan program tersebut. Namun dar ketga peneltan tersebut belum mampu memberkan rekomendas secara tegas mengena faktor-faktor domnan yang secara spesfk menjad penentu terhadap keberhaslan program revtalsas usaha perkanan d lahan pertambakan terutama dkatkan dengan tujuan kegatan berproduks oleh pembuddaya udang d lahan tambak dalam memaksmumkan keuntungan usahanya. Upaya para pembuddaya udang untuk memperoleh keuntungan maksmum terkat erat dengan efsens dalam berproduks. Proses produks yang tdak efsen dapat dsebabkan oleh dua hal berkut. Pertama, karena secara tekns tdak efsen. In terjad karena ketdakberhaslan mewujudkan produktvtas maksmal; artnya per unt paket masukan (nput bundle) tdak dapat menghaslkan produks maksmal. Kedua, secara alokatf tdak efsen karena pada tngkat harga-harga masukan (nput) dan keluaran (output) tertentu, propors penggunaan masukan tdak optmum karena produk penermaan marjnal (margnal revenue product) tdak sama dengan baya marjnal (margnal cost) masukan (nput) yang dgunakan. Secara emprs hampr semua pembuddaya udang d lahan tambak adalah sebaga penerma harga (prce taker) dalam pasar masukan (nput) maupun keluaran (output) karena sangat jarang djumpa sekumpulan pembuddaya kan mampu mengorgansr kelompoknya sehngga mempunya poss tawar (barganng poston) yang kuat d pasar. Dengan latar belakang sepert tu, dalam praktek sehar-har orentas para pembuddaya tersebut dalam suatu komuntas dan ekosstem yang relatf homogen

3 Tajern, Efsens Tekns Usaha Buddaya Udang d Lahan Tambak dengan Teknolog 3 cenderung mengejar efsens tekns yang dalam kehdupan sehar-har dterjemahkan sebaga u- paya memaksmalkan produktvtas. Efsens tekns dalam hal n adalah suatu ukuran relatf dan sesungguhnya abstrak. Dalam praktek keseharan, secara ndvdual seorang produsen hanya akan menyadar hakekat efsens tekns hanya jka nefsens (neffcency) yang dalamnya secara nyata mengakbatkan kerugan yang terukur. D ss lan, secara agregat berlangsungnya nefsens (neffcency) dalam waktu yang cukup panjang jelas akan sangat merugkan karena secara sosal terjad pemborosan sumberdaya yang semakn langka serng dengan menngkatnya kebutuhan dan adanya proses degradas. Dengan mengetahu konds tngkat efsens tekns usaha, pengusaha dapat mempertmbangkan perlu tdaknya suatu usaha dkembangkan lebh lanjut dan dengan pendekatan bagamana bla memang pengembangan usaha tersebut dperlukan (Jondrow et al., 1982). Oleh karena tu, dpandang pentng untuk dlakukan kajan yang mampu mengungkap permasalahan: sejauhmanakah tngkat efsens tekns usaha buddaya udang d lahan tambak dengan menggunakan teknolog ntensfkas pembuddayaan kan?, dan faktor-faktor apakah yang mempengaruhnya?. Hasl kajan n dharapkan dapat berguna sebaga bahan masukan bag penentuan kebjakan penngkatan efektftas knerja program revtalsas usaha perkanan buddaya d lahan tambak berkatan dengan pengembangan komodtas unggulan strategs khususnya udang. METODA Waktu Peneltan, Pemlhan Lokas dan Pemlhan Responden Kegatan peneltan n dlakukan sejak Januar hngga Desember Sedangkan pemlhan lokas dlakukan secara bertahap (mult stage) mula dar tngkat wlayah propns hngga desa yang dlakukan berdasarkan batasan luasan sasaran areal yang tergolong besar d pertambakan yang menjad lokas pelaksanaan program revtalsas usaha buddaya udang dengan menggunakan teknolog ntensfkas pembuddayaan kan (INBUDKAN). Tahap pertama, dlakukan d tngkat wlayah propns kemudan dlanjutkan dengan tahap kedua untuk pemlhan lokas d tngkat daerah kabupaten. Berdasarkan data yang tertera pada Laporan Hasl Survey Sosal Ekonom Perkanan Buddaya (Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya, 2004) dan Peta Indkatf Program Intensfkas Pembuddayaan Ikan Tahun 2004 (Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya, 2004 b, 2004 c ), pada tahap pertama dar sebanyak 24 propns d Indonesa yang menjad lokas IN- BUDKAN (dengan jumlah peserta keseluruhan sebanyak 690 orang pembuddaya yang terdr dar sebanyak 435 orang pembuddaya untuk model showcase dan sebanyak 255 orang pembuddaya untuk model non showcase) dplh sebanyak 6 (enam) wlayah propns contoh, yatu: (1) Jawa Tmur; (2) Jawa Tengah; (3) Jawa Barat; (4) Lampung; (5) Sulawes Selatan; dan (6) Kalmantan Selatan. Pemlhan ke enam propns tersebut dlakukan berdasarkan pertmbangan, bahwa propns-propns tersebut merupakan wlayah yang memlk luasan areal pertambakan INBUDKAN yang tergolong besar dengan dua jens model INBUDKAN (model showcase dan model non showcase). Selanjutnya pada tahap kedua, dengan pertmbangan yang sama sepert d atas, dar setap wlayah propns contoh dplh satu daerah kabupaten contoh. Daerah Kabupaten Pasuruan terplh untuk mewakl Propns Jawa Tmur; Kabupaten Pemalang mewakl Propns Jawa Tengah, Kabupaten Indramayu mewakl Propns Jawa Barat, Kabupaten Lampung Tmur mewakl Propns Lampung, Kabupaten Pnrang mewakl Propns Sulawes Selatan dan Kabupaten Tanah Laut mewakl Propns Kalmantan Selatan. Dengan pertmbangan yang sama pula, pada tahap ketga, dlakukan pemlhan masng-masng satu wlayah kecamatan contoh yang mewakl setap Daerah Kabupaten contoh yang telah dtentukan sebelumnya. Sedangkan pada tahap keempat, dar masng-masng wlayah kecamatan contoh dplh dua desa contoh yang terdr dar 1 (satu) desa contoh yang memlk kelompok usaha buddaya udang tambak dengan model showcase (pendekatan kawasan/kelompok hamparan dengan teknolog buddaya sem ntensf) dan 1 (satu) desa contoh untuk model non-showcase (bukan pendekatan kawasan/kelompok hamparan dengan teknolog ektensf atau tradsonal). Dengan demkan melalu prosedur penentuan lokas peneltan n, secara keseluruhan terplh sebanyak 12 desa contoh yang terdr dar sebanyak 6 (enam) desa contoh dengan areal pertambakan model

4 4 Jurnal Ilmu-lmu Peraran dan Perkanan Indonesa, Jun 2007, Jld 14, Nomor 1: 1-11 showcase dan sebanyak 6 (enam) desa contoh dengan areal pertambakan model non showcase. Berdasarkan konds rl d lapangan (pada saat peneltan berlangsung), jumlah keseluruhan pembuddaya udang d lahan tambak dar ke 12 desa contoh tersebut tercatat 230 orang pembuddaya yang melput 145 orang pembuddaya udang tambak dar desa contoh dengan areal pertambakan model showcase dan sebanyak 85 orang pembuddaya udang tambak dar desa contoh dengan areal pertambakan model non showcase. Dengan demkan dalam peneltan n, seluruh pembuddaya udang tambak untuk masng-masng desa contoh tersebut dplh sebaga responden. Atau dengan kata lan dlhat dar proporsnya, jumlah responden yang dplh adalah 100% (keseluruhan) dar jumlah pembuddaya udang tambak d 12 desa contoh yang telah dplh berdasarkan prosedur d atas, atau sebanyak 33% dar jumlah keseluruhan peserta INBUDKAN d Indonesa. Pengumpulan Data Data yang dkumpulkan dalam peneltan n dfokuskan pada perolehan data prmer melalu wawancara langsung dengan para responden penbuddaya udang d lahan tambak dar keseluruhan desa contoh. Data prmer n mencakup: (1) data yang berkatan dengan penggunaan masukan (nput) maupun perolehan keluaran (output) dar kegatan produks pada usaha buddaya udang d lahan tambak yang dlakukan para responden pembuddaya; dan (2) data karakterstk keluarga pembuddaya dan ndvdu pembuddaya udang. Untuk data yang berkatan langsung dengan kegatan produks pada usaha buddaya tersebut, melput data jumlah produks udang tambak yang dhaslkan pembuddaya, luas lahan tambak yang dkelola pembuddaya, jumlah benh udang yang dgunakan dalam usaha buddaya tambak, jumlah pakan udang yang dgunakan, dan jumlah tenaga kerja yang dcurahkan pada usaha buddaya tambak. Sedangkan data yang berkatan dengan karakterstk keluarga dan ndvdu pembuddaya, terutama melput data yang menunjukkan sumber mata pencaharan bak dar usaha buddaya tambak maupun d luar usaha tersebut, jumlah anggota keluarga pembuddaya, jumlah pendapatan per kapta, tngkat pangsa pendapatan keluarga dar keseluruhan pendapatan yang dperoleh keluarga tersebut, tngkat umur pembuddaya, tngkat penddkan pembuddaya, dan lamanya mengkut pelathan yang berkatan dengan usaha buddaya udang d lahan tambak. Data prmer dperoleh dar hasl pengamatan langsung d lapangan dan hasl wawancara terhadap responden terplh dengan menggunakan koesoner yang dsusun secara terstruktur. Metoda Analss Data Dugaan tngkat efsens tekns dalam peneltan n dlakukan dengan pendekatan Stochastc Producton Fronter (SPF). Bentuk u- mum SPF, sebagamana dsajkan Agner et al (1977), adalah: Y = f( X, β ) e ε (1) k = 1,..., n. dan k = 1,..., q; sedangkan Y adalah keluaran yang dhaslkan observas (pembuddaya udang) ke-, X k adalah vektor masukan ke k yang dgunakan observas (pembuddaya u- dang) ke-, β adalah vektor koefsen parameter, ε adalah specfc error term observas ke- yang memenuh ε = v u. Model fronter stokastk d atas, dsebut juga composed error model karena error termnya terdr dar dua unsur, yatu v dan u, =1,..., n. Unsur v adalah varas keluaran (acak) yang dsebabkan faktor-faktor eksternal (dluar kendal pembuddaya udang) dan sebarannya smetrs serta normal (v ~ N(0, σ v 2 )). Sedangkan u mereflekskan komponen galat (error) yang sfatnya nternal (dapat dkendalkan pembuddaya udang) dan lazmnya berkatan dengan kapabltas manageral pembuddaya udang dalam mengelola usaha buddaya udangnya d lahan tambak. Komponen n sebenarnya asmetrs (one sded), yakn u = 0. Jka proses produks berlangsung efsen (sempurna) maka keluaran (output) yang dhaslkan dar buddaya udang a- kan berhmpt dengan potens maksmalnya, a- tau berart u = 0. Sebalknya jka u > 0, berart keluaran yang dhaslkan berada d bawah potens maksmumnya. Nla u n menyebar setengah normal atau (v ~ N (0, σ v 2 ) ). Sebagamana dformulaskan oleh Battesa and Coell (1995) maupun Yao and Lu (1998), model efsens tekns yang dbangun berdasarkan pendekatan Stochastc Producton Fronter

5 Tajern, Efsens Tekns Usaha Buddaya Udang d Lahan Tambak dengan Teknolog 5 dar persamaan (1) tersebut dapat dsajkan untuk persamaan dengan panel data (persamaan (2)) maupun cross secton data (persamaan (3)), sepert berkut: Y = x β + ( v u ) (2) t t t t = 1,, n; dan t = 1,..., s; dan Y = xβ + ( v u ) (3) = 1,, n, sedangkan Y t adalah produks yang dhaslkan observas ke- untuk waktu ke-t, X t adalah vektor masukan (nput) yang dgunakan pembuddaya udang tambak ke-, β adalah vektor parameter yang dduga, v t adalah peubah acak berkatan dengan faktor-faktor eksternal dan sebarannya normal (v ~ n (0, σ v 2 )), u t adalah peubah acak non negatf, dan dasumskan mempengaruh tngkat nefsens tekns dan berkatan dengan faktor-faktor nternal. Sebaran u bersfat truncated ((u ~ (m,σ u 2 );m = z δ)), z t adalah suatu vektor (px1) peubah-peubah yang mempengaruh efsens tekns usaha buddaya (karena faktor manajeral), δ adalah vektor (1xp) parameter yang akan dduga, adalah observas atau usaha buddaya udang tambak dar pembuddaya ke-, dan t adalah saat observas terhadap usaha buddaya udang tambak pada waktu (tahun atau musm tanam) ke-t. Mengngat dalam peneltan n observas dlakukan hanya menurut cross secton data, maka model pendekatan Stochastc Producton Fronter yang dgunakan dalam menduga efsens tekns selanjutnya adalah berdasarkan persamaan (2). Nla u secara postf menunjukkan perhtungan peubah acak untuk nefsens tekns dan menunjukkan jarak dar usaha buddaya u- dang ke- pada konds stochastc producton * v fronter Y = f( Xk, β ) e. Berdasarkan hal tersebut, secara natural pengukuran efsens teknk (TE) adalah: TE Y e u = = (4) * Y Nla TE berada antara 0 dan 1; TE = 1 mengndkaskan bahwa usaha buddaya udang tambak dar pembuddaya ke- adalah efsen sempurna dan operasnya mencapa produks fronter. Menurut Agner et al (1977), Jondrow et al (1982) dan Greene (1993), dbatas bahwa: σ = σv + σu (5) σ u λ = σ (6) v σ = σ + σ (7) 2 2 u v Sementara tu, Battese dan Corra (1977) membatas γ sebaga keragaman total keluaran aktual (actual output) terhadap fronternya, sehngga: 2 σ u γ = (8) 2 σ v Oleh sebab tu nla γ berksar antara 0 dan 1, a- tau 0 γ 1. Dengan demkan nla dugaan γ dapat dperoleh dar σ 2 dan λ. Jondrow et al (1982) juga membuktkan bahwa ekspektas ukuran efsens tekns ndvdual (TE) dapat dhtung dar nla harapan (ekspektas E ) u dengan syarat ε. atau: σ uσ v f ( ελ/ σ) ελ Eu [ ε ] = (9) σ 1 F( ελ / σ) σ = 1, n. Sedangkan f(.) dan F(.) masng-masng merupakan fungs kepekatan baku normal dan fungs sebaran baku normal. Berdasarkan persamaan (9), selanjutnya Coell (1996) membatas efsens tekns ndvdual (TE) tersebut sebaga: TE = E Y u X E Y u = X (10) * * ( (, )/ ( 0, ) TE = exp( E[ u ; ε ]) (11) TE [ exp( u ) ( v u )] = E (12) Persamaan (12) merupakan harapan (ekspektas E ) dar nefsens tekns eksponensal (exp), dengan persyaratan error term, ε. Ketka u adalah peubah acak non-negatf atau u ~ (m, σ 2 u ), maka besaran efsens tekns ndvdual (TE) untuk observas ke- berada pada selang antara 0 dan 1. Sebagamana lazmnya dalam fungs produks, faktor-faktor yang secara langsung mempengaruh kuanttas output yang dhaslkan adalah faktor-faktor produks yang dgunakan, dalam hal n pada kegatan produks dalam usaha buddaya udang d lahan tambak. Faktor-faktor produks tersebut adalah luasan tambak, benh udang, pakan udang dan tenaga kerja manusa. Selan faktor-faktor yang sfatnya langsung ter-

6 6 Jurnal Ilmu-lmu Peraran dan Perkanan Indonesa, Jun 2007, Jld 14, Nomor 1: 1-11 sebut, ada pula yang sfatnya tdak langsung. Faktor-faktor n berkatan erat dengan kat-kat manajemen dalam usaha buddaya udang d lahan tambak. Sebagamana djelaskan sebelumnya, dalam tataran prakts upaya maksmas keuntungan basanya dwujudkan melalu penngkatan efsens tekns. Berdasarkan pengamatan emprs, faktor-faktor tersebut berkatan erat dengan karakterstk pembuddaya udang d lahan tambak sepert umur, penddkan dan status e- konom (sepert pendapatan per kapta, pangsa pendapatan keluarga dar usaha buddaya udang terhadap total pendapatan keluarga) serta kekutsertaan pembuddaya dalam kegatan buddaya udang dengan pendekatan kawasan atau kelompok hamparan pertambakan. Dengan demkan spesfkas model efsens tekns dengan pendekatan Stochastc Producton Fronter yang dgunakan dalam peneltan n adalah sebaga berkut: 4 ln y = ln β0 + βk ln xk + v u (11) k = 1 v ~ N (0,σ 2 v ), 5 u = δ + δ z + ρd (12) 0 l l 1 l = 1 dengan peubah-peubah yang bekerja dalam fungs produks, yatu: y adalah jumlah produks u- dang (kg), x 1 adalah luas lahan tambak (ha), x 2 adalah jumlah benh udang (kg), x 3 adalah jumlah pakan udang (kg), dan x 4 adalah jumlah tenaga kerja (jam kerja setara pra); serta dengan peubah-peubah yang mempengaruh ketdakefsenan (neffcency), yatu: z 1 adalah jumlah pendapatan per kapta (juta rupah), z 2 adalah tngkat pangsa pendapatan keluarga dar usaha buddaya udang terhadap total pendapatan keluarga (persen), z 3 adalah tngkat umur pembuddaya udang (tahun), z 4 adalah tngkat penddkan formal pembuddaya udang (tahun), z 5 adalah lama mengkut pelathan buddaya udang (jam), dan D 1 adalah peubah dummy showcase = 1, lannya (non showcase) = 0. Pendugaan parameter yang tak bas adalah menggunakan metoda Maxmum Lkelhood (MLE). Agar konssten maka pendugaan parameter fungs produks dan neffcency dlakukan secara smultan dengan program Verson 4.1 (Coell, 1996) dengan ops Techncal Effcency Effect Model. Untuk menguj apakah suatu model regres yang dtaksr dengan menggunakan metoda Maxmum Lkelhood Estmaton (MLE) memenuh persyaratan yang telah dtetapkan mengena parameter-parameter model regres efsens tekns dengan pendekatan Stochastc Producton Fronter yang dtaksr, maka dlakukan pengujan statstk. Salah satu cara pengujan yang telah banyak dlakukan a- dalah Lkelhood Rato (LR) untuk error satu ss 1. Dar hasl percobaan Monte-Carlo, Coell (1995) menympulkan bahwa pengujan Lkelhood Rato (LR) tersebut cocok untuk pengujan model efsens tekns dengan pendekatan Stochastc Producton Fronter sepert yang dgunakan dalam peneltan n. Statstk tersebut dgunakan pada uj restrks terhadap parameter H o melawan alternatf H 1 yatu: LR= 2{ln( LH ( ) ln( LH ( )} (13) 0 1 dmana L(.) menunjukkan nla fungs log-lkelhood. Secara statstk pengujan hpotess nol (H o ) mengkut sebaran X 2 dengan derajat bebas sama dengan jumlah dar restrks parameter. Karena hpotess nol tersebut menyangkut parameter γ sebaga rato dar dua buah varan, maka pengujan statstknya mengkut sebaran X 2 (Kodde dan Palm, 1986), dan nla krtsnya dapat dcar dalam Tabel Ch-Square Dstrbuton (Conover, 1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Program INBUDKAN Udang Program ntensfkas buddaya kan (IN- BUDKAN) merupakan salah satu program utama pembangunan perkanan buddaya, dengan mentkberatkan pada gerakan bersama dar berbaga phak, yakn nstans pemerntah, pengusaha hulu-hlr dan masyarakat pembuddayaan kan yang dlaksanakan atas dasar kerjasama antar anggota kelompok pembuddayaan kan (POK- DAKAN) sebaga peserta program d dalam kawasan dengan menerapkan teknolog anjuran untuk menngkatkan mutu produks dan produktvtas usaha pembuddayaan kan secara efsen dan berkelanjutan (Drektotar Jenderal Perkanan Buddaya, 2003 b ). Program INBUDKAN melput pengembangan komodtas udang, kerapu, rumput laut 1 Pengujan secara statstk dar Lkelhood Rato (LR), λ= -2 {log[lkelhood (H 0 )] log[lkelhood (H 1 )] adalah mendekat dstrbus X 2 q dengan q sama dengan jumlah parameter yang dasumskan 0 dalam hpotess nol.

7 Tajern, Efsens Tekns Usaha Buddaya Udang d Lahan Tambak dengan Teknolog 7 dan nla dengan menerapkan teknolog sesua anjuran. Program n baru dmula pada tahun 2002 yang merupakan program INTAM (ntensfkas tambak) dan INMINDI (ntensfkas mna pad) yang dlaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya. Khusus untuk INBUD udang, daerah pelaksanaan sampa tahun 2003 sebanyak 24 provns. Sedangkan sasaran areal tebar INBUD u- dang samapa dengan tahun 2003 adalah ha dengan rncan ha untuk sstem sederhana, ha untuk madya, dan ha untuk sstem maju. Sedangkan komodtas u- tama dalam program INBUD udang adalah u- dang wndu (Penaeous monodon) (Drjen Perkanan Buddaya, 2004 b ). Mengngat bahwa berdasarkan hasl evaluas knerja INBUDKAN khususnya untuk komodtas udang pada tahun 2002 dan 2003 yang belum menunjukkan hasl yang optmal, maka tahun 2004 dkembangkan INBUDKAN dengan mengefektfkan model showcase yang merupakan model pengembangan sstem buddaya yang berbasskan kawasan/kelompok hamparan usaha dengan menggunakan teknolog sem ntensf/ntensf untuk mewujudkan unjuk kerja yang optmal dengan mengacu pada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk tekns yang dtetapkan dan dlaksanakan melalu kordnas dan snkronsas pelaksanaan program antar kelembagaan yang terkat. (Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya, 2004 b ). Hasl Dugaan Parameter Dalam peneltan hasl dugaan parameter efsens tekns dengan menggunakan metoda Maxmum Lkelhood Estmaton (MLE) terhadap Fungs Produks dan Fungs Inefsens berdasarkan Model Stoshastc Producton Fronter, dsajkan pada Tabel 1. Hasl analss mendapatkan bahwa γ = 0.84 dan nyata secara statstk (p<0.01). Hal n mencermnkan random errors yang tdak dapat djelaskan dalam model fungs produks sangat domnan; dan nlah yang djelaskan dalam Ineffcency Functon. Selanjutnya dar Tabel 2, pengujan hpotess nol dperoleh bahwa γ yang merupakan seluruh komponen vektor δ yang secara keseluruhan adalah sama dengan nol, sehngga hpotesa bahwa kegatan usaha buddaya udang d lokas peneltan tdak nefsens adalah dtolak. Atau dengan kata lan hpotess bahwa u- saha buddaya udang tambak dengan menggunakan teknolog INBUDKAN tdak efsen adalah dterma. Hasl pengujan yang sama juga terjad untuk hpotess nol (H 0 ) tdak ada efek nefsens. Dengan demkan berdasarkan kedua hasl pengujan tersebut, terbukt bahwa model penggunaan teknolog pada usaha buddaya udang d lahan tambak oleh para pembuddaya d lokas peneltan, merupakan hubungan antara penggunaan masukan (nputs) dan keluaran (output) sebaga sebuah Stoshastc Producton Fronter yang lebh bak darpada fungs produks standarnya adalah kurang dapat ddukung, karena berlangsung dalam konds yang tdak efsen secara tekns. Tabel 1. Hasl Dugaan Parameter Stoshastc Producton Fronter Menggunakan Metoda Maxmum Lkelhood Estmaton (MLE) pada Usaha Buddaya Udang d Lokas Peneltan. Parameter Koefsen t-htung Fungs Produks Konstanta x 1 Luas Areal Lahan Tambak x 2 Benh Udang x 3 Pakan Udang x 4 Tenaga Kerja Manusa Fungs u (Ineffcency Functon) Konstanta z 1 Pendapatan Per Kapta z 2 Pangsa Pendapatan Usaha Buddaya Udang z 3 Umur z 4 Penddkan Formal z 5 Pelathan Buddaya Udang D 1 Peubah dummy Showcase Varance Parameter: - Sgma-squared ( σ = σv + σu) Gamma ( γ = σ u / σ s ) Log Lkelhood Functon LR Test of The One-Sded Error Mean Effcency (%) Keterangan: * nyata pada α = * * * * * * * * * Tabel 2. Hasl Pengujan Generalzed Lkelhood Rato (LR). Hpotess Nol (H 0 ) 1. Tdak Inefsens γ=δ 1 =δ 2 =δ 3 =δ 4 =δ 5 =δ 6 =0 2. Tdak Ada Efek Inefsens δ 1 =δ 2 =δ 3 =δ 4 =δ 5 = δ 6 =0 Nla krts: (0.05), (0.10) Log Lkelhood LR Statstk Keputusan dtolak dtolak

8 8 Jurnal Ilmu-lmu Peraran dan Perkanan Indonesa, Jun 2007, Jld 14, Nomor 1: 1-11 Tngkat Efsens Tekns Rata-rata tngkat efsens tekns yang dcapa pembuddaya udang d lahan tambak d lokas peneltan adalah Artnya, rata-rata produktvtas yang dcapa adalah 56 persen dar fronter yakn produktvtas maksmum yang dapat dcapa dengan sstem pengelolaan yang terbak (the best practced). Secara umum sebenarnya tngkat efsens tekns tersebut relatf merata (yang dtunjukkan dengan koefsen keragaman 0.164) dan tergolong dalam kategor tngkat efsens tekns rendah sedang. Tngkat efsens tekns dalam hal n dapat dnterpretaskan berwajah ganda. D satu ss, tngkat efsens tekns yang rendah mencermnkan prestas pembuddaya udang dalam keteramplan manajeral usaha buddaya udang d lahan tambak yang mash tergolong rendah. Hal n karena penguasaan nformas dan pengamblan keputusan dalam mengelola faktor-faktor pentng yang mempengaruh knerja produktvtas usaha buddayanya dapat dnla berada dalam taraf yang belum memuaskan. D ss lan, tngkat efsens tekns yang rendah juga mereflekskan bahwa peluang yang besar untuk menngkatkan produktvtas, karena senjang antara tngkat produktvtas yang telah dcapanya dengan tngkat produktvtas maksmum yang dapat dcapa dengan sstem pengelolaan terbak (the best practced) cukup besar. Dalam Gambar 1. dsajkan bentuk sebaran pembuddaya udang menurut tngkat efsens tekns yang dcapanya. Tampak bahwa dar seluruh pembuddaya udang yang dtelt, sebagan besar pembuddaya udang (51.4%) berada pada selang tngkat efsens tekns ; dan sebanyak 14.5% dengan tngkat efsens tekns d bawah 0.4. Sedangkan propors pembuddaya udang yang mendekat fronter (tngkat efsens tekns mendekat 1.0) terdapat sebanyak 0.6%; dan ssanya sebanyak 33.1% dengan tngkat efsens tekns Temuan d atas menunjukkan bahwa dalam kenyataannya, pembuddaya udang d lahan tambak tdak selalu dapat mencapa tngkat efsens tekns sepert yang dharapkan. Meskpun mempergunakan paket teknolog yang sama, pada musm yang sama dan d areal yang sama, keragaman selalu muncul. Hal n dsebabkan keluaran (output) yang dcapa pada dasarnya merupakan resultante dar bekerjanya demkan banyak faktor, bak yang tdak dapat dkendalkan (external factors) maupun yang dapat dkendalkan (ntertnal factors). Oleh karena d luar kendal pembuddaya kan maka perlaku faktor eksternal danggap gven. Sebenarnya jka dplh lebh lanjut terdapat dua kategor faktor eksternal, yatu: (a) strctly external karena mutlak berada d luar kendal pembuddaya kan (sepert klm, bencana alam) dan (b) quas external karena dengan suatu aks kolektf, ntens dan waktu yang cukup (dengan dbantu phak-phak yang kompeten) pembuddaya kan mempunya kesempatan untuk mengubahnya (sepert harga, nfrastruktur dan sebaganya). Faktor-faktor nternal lazmnya berkatan erat dengan kapabltas manajeralnya dalam berusaha. Tercakup dalam gugus faktor n adalah tngkat pengusaan teknolog buddaya dan pasca panen serta kemampuan pembuddaya kan mengakumulaskan dan mengolah nformas yang relevan dengan usaha buddayanya sehngga pengamblan keputusan yang dlakukan menjad tepat. Gambar 1. Sebaran Pembuddaya Udang Menurut Tngkat Efsens Tekns yang Dcapa. Wujud kapabltas manajeral dalam aspek buddaya udang d lahan tambak tercermn dalam aplkas teknolog usaha bdudaya tersebut. Masukan apa saja yang dgunakan, berapa banyak, kapan (berapa kal) dan dengan cara bagamana mengaplkaskannya merupakan unsur-unsur pokok yang tercakup dalam aplkas teknolog tersebut. Pada akhrnya, kapabltas manajeral akan tercermn dar keluaran (output) yang dperolehnya. Jka produks yang dperoleh mendekat potens maksmum suatu a- plkas teknolog yang terbak (the best practced) d suatu ekosstem yang serupa, maka dapat dkatakan bahwa pembuddaya tersebut te-

9 Tajern, Efsens Tekns Usaha Buddaya Udang d Lahan Tambak dengan Teknolog 9 lah mengelola usaha buddayanya dengan tngkat efsens tekns yang tngg. Faktor-Faktor yang Mempengaruh Efsens Tekns Pada fungs u (Ineffcency Functon) enam peubah yang dhpotesskan merupakan determnan nefsens, terdapat lma faktor yang pengaruhnya nyata (yatu z 2, z 5, z 1, z 3 dan D 1 ). Selanjutnya jka peranan tap faktor yang berpengaruh nyata dcermnkan oleh nla koefsen parameter (semakn besar koefsennya berart semakn pentng peranannya) sepert tertera pada Gambar 2, maka faktor terpentng adalah z 2 (pangsa pendapatan usaha buddaya udang terhadap total pendapatan keluarga). Urutan berkutnya adalah z 5 (pelathan buddaya udang), z 1 (pendapatan per kapta), z 3 (umur pembuddaya) dan D (dummy showcase). Parameter Gambar 2. Nla Koefsen Grafk Nla Koefsen Parameter Fungs Ineffsens ( u ) yang Menunjukkan Peranan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Nyata Terhadap Efsens Tekns. Peranan usaha buddaya udang bag ekonom keluarga pembuddaya udang ternyata sangat menentukan tngkat efsens tekns usaha buddaya udang d lahan tambak. Semakn pentng peranannya, yakn pangsa pendapatan dar usaha buddaya udang terhadap total pendapatan keluarga (z 2 ) yang semakn besar, maka semakn rendah ketdakefsenan yang terjad (secara tekns semakn tdak efsen). Selan lebh tngg peranannya, ternyata koefsen varasnya juga lebh rendah. Artnya, kelompok keluarga pembuddaya udang yang mengandalkan nafkahnya dar usaha buddaya udang bukan saja relatf lebh efsen tetap prestas dalam kelompok n juga lebh merata (Tabel 3). D z5 z3 z2 z1 Tabel 3. Sebaran Tngkat Efsens Tekns Menurut Kelompok Pangsa Pendapatan dar Usaha Buddaya Udang d Lahan Tambak terhadap Total Pendapatan Keluarga. Pangsa Pendapatan dar Usaha Buddaya Udang Terhadap Pendapatan Total (z 2 ) Z < z < z z 2 > 0.75 Rata- Rata Efsens Tekns Koefsen Varas (%) Koefsen peubah pelathan buddaya u- dang (z 5 ) yang negatf merupakan ndkas bahwa tngkat efsens tekns yang lebh rendah pada umumnya terjad d kalangan pembuddaya udang yang kurang serng mengkut pelathan buddaya udang. Jka serngnya mengkut pelathan buddaya udang berkorelas dengan tngkat pengetahuan dan keteramplan tentang buddaya udang yang dmlk pembuddaya u- dang maka ada kecenderungan telah terjadnya penngkatan dalam novas berbuddaya udang. Dengan kata lan, para pembuddaya udang yang lebh serng mengkut pelathan buddaya u- dang cenderung lebh mampu melakukan antspas terhadap menurunnya kualtas sumberdaya ar (kesuburan fsk dan kma ar d peraran sektar areal buddaya), sehngga produktvtas yang dcapa lebh tngg dar pada yang kurang serng atau bahkan tdak pernah mengkut kegatan pelathan buddaya udang. Pembuddaya u- dang yang lebh serng mengkut pelathan buddaya udang akan lebh banyak memperoleh nformas tentang buddaya tersebut dan cenderung lebh progresf. Pendapatan per kapta (z 1 ) berpengaruh postf terhadap efsens tekns (negatf terhadap nefsens tekns) usaha buddaya udang d lahan tambak. Mengngat bahwa pendapatan per kapta keluarga pembuddaya udang umumnya berkorelas postf dengan kemampuan pembuddaya udang dalam menyedakan modal untuk usaha buddayanya. Fenomena tersebut merupakan bukt emprs bahwa menngkatnya kemampuan pembuddaya kan dalam membaya usaha buddaya sangat kondusf untuk menngkatkan efsens tekns usaha buddayanya. Dengan menngkatnya kemampuan permodalan makn mudah bag pembuddaya udang untuk mem-

10 10 Jurnal Ilmu-lmu Peraran dan Perkanan Indonesa, Jun 2007, Jld 14, Nomor 1: 1-11 peroleh masukan (nput) dengan mutu yang lebh bak dan tepat waktu. Koefsen peubah umur pembuddaya u- dang yang negatf merupakan ndkas bahwa tngkat efsens tekns yang lebh rendah pada umumnya terjad pada kalangan pembuddaya udang yang umurnya lebh muda. Jka umur pembuddaya udang berkorelas postf dengan pengalaman maka ada kecenderungan terjad penngkatan dalam novas dan adops yang tngg. Dengan kata lan, dbandng dengan pembuddaya udang yang lebh muda ternyata pembuddaya udang yang lebh tua lebh progresf dan mampu melakukan antspas terhadap menurunnya kualtas sumberdaya ar (kesuburan fsk dan kma ar) dan menngkatnya serangan penyakt udang sehngga produktvtas yang dcapa lebh tngg darpada yang dcapa oleh pembuddaya udang yang lebh muda dalam melakukan antspas terhadap perubahan tersebut. Peubah dummy model showcase (D 1 ) menunjukkan peubah boneka yang dlhat dar a- da-tdaknya kelompok hamparan pertambakan yang dkut pembuddaya dengan perbedaan dalam penggunaan teknolog. Model showcase menunjukkan kelompok pembuddaya udang dalam sstem hamparan usaha pertambakan dengan menggunakan teknolog sem ntensf, sedangkan model non-showcase menunjukkan kelompok pembuddaya udang tdak dalam sstem hamparan usaha pertambakan dengan tdak menggunakan teknolog ntensfkas atau bersfat ekstensf (tradsonal). Dar hasl dugaan ternyata dketahu bahwa peubah dummy model showcase (D 1 ) berpengaruh postf terhadap efsens tekns (negatf terhadap nefsens tekns) menunjukkan bahwa model pengembangan kawasan INBUDKAN melalu penggunaan sstem kelompok hamparan usaha pertambakan dengan menggunakan teknolog sem ntensf dapat menngkatkan efsens tekns buddaya udang. Hal n membuktkan pula bahwa upaya penngkatan efsens tekns akan kurang efektf jka dlakukan secara parsal kepada kelompok tertentu tanpa dserta dengan kekutsertaan kelompok hamparan lannya dalam suatu model pengembangan kawasan pertambakan, karena akan terkat dengan adanya nterdependens, terutama dalam aspek pengelolaan kualtas ar, penanggulangan penyakt - kan dan struktur pasar. Selan tu, kontrbus postf model showcase dalam penngkatan taraf efsens tekns, dduga terkat dengan adanya fokus kegatan yang dlakukan pada usaha buddaya udang d lahan tambak model showcase, yatu: (1) buddaya berskala kawasan yang melput beberapa kelompok hamparan; (2) penguatan kelembagaan POKDOKAN; (3) skm permodalan bag pembuddaya; (4) pengawasan penggunaan sarana produks yang berstandar (benh, pakan dan obat-obatan); (5) pengendalan kesehatan dan lngkungan; dan (6) pendampngan teknolog (Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya, 2004 b ). KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Rata-rata tngkat efsens tekns yang dcapa para pembuddaya udang d lahan tambak dengan teknolog INBUDKAN d lokas peneltan adalah sebesar (56% dar tngkat e- fsens sempurna) dengan sebaran yang relatf merata (koefsen varas sebesar 0.16). Secara umum tngkat efsens tekns yang dcapa tersebut tergolong dalam kategor rendah sedang dan terbukt belum efsen secara tekns, dengan sebaran sebanyak 65.9% pembuddaya udang dengan kategor efsens tekns rendah, dan sebanyak 14.5% pembuddaya udang dengan kategor efsens cukup tngg. Sedangkan determnas faktor utama yang mempengaruh neffcency adalah tngkat pangsa pendapatan keluarga dar usaha bdudaya udang terhadap total pendapatan keluarga. Faktor lan yang terbukt kondusf adalah pelathan buddaya udang, pendapatan total perkapta, umur pembuddaya dan peubah dummy showcase. Adanya perbedaan yang mencolok antara propors usaha buddaya udang d lahan tambak yang memlk tngkat efsens tekns cukup tngg dengan propors tngkat efsens rendah dmana propors usaha buddaya udang tambak dengan tngkat efsens tekns yang tergolong rendah jauh lebh banyak dbandngkan yang tergolong cukup tngg -, mencermnkan bahwa kebjakan dan program INBUDKAN untuk u- dang tambak d Indonesa dapat dkatakan mash belum efektf. Berdasarkan beberapa temuan yang dhaslkan dar peneltan, untuk tujuan menngkatkan efsens tekns dalam buddaya u- dang d lahan tambak terutama dkatkan dengan upaya mensukseskan program revtalsas perkanan khususnya untuk komodtas udang d Indonesa, pemerntah dalam hal n Drektorat

11 Tajern, Efsens Tekns Usaha Buddaya Udang d Lahan Tambak dengan Teknolog 11 Jenderal Perkanan Buddaya perlu mempertmbangkan hal-hal yang lebh mendorong konsoldas usaha buddaya udang dengan mengoptmalkan kerjasama secara snergs antar kelompok pembuddaya udang dalam suatu hamparan. Melalu upaya n dharapkan produktvtas usaha buddaya dapat dtngkatkan dan pada glrannya dharapkan mampu mempercepat keberhaslan program pemerntah merevtalsas usaha buddaya udang d lahan tambak. Hal n antara lan dsebabkan oleh adanya faktor nterdependes, terutama dalam aspek pengelolaan kualtas ar dan penanggulangan penyakt udang. Dalam pengelolaan kualtas ar, nterdependens antar pembuddaya udang merupakan konsekuens logs dar rancang bangun penentuan kawasan buddaya udang d lahan tambak. Dalam penanggulangan penyakt udang, nterdepens antar pembuddaya udang merupakan mplkas logs karakterstk ekosstem. PUSTAKA Ahmad, T., Haryant, dan A. Sudrajat Analss Kebjakan Revtalsas Pertambakan Utara Jawa Tmur. Analss Kebjakan Pembangunan Perkanan Buddaya. Departemen Kelautan dan Perkanan. Badan Rset Kelautan dan Perkanan, Agner, D. J., C. A. K. Lovell, and F. Schmd Formulaton and Estmaton of Stochastc Producton Models. Journal of Econometrcs, 6: Battese, G. E. and G. Corra Estmaton of a Producton Fronter Model wth Applcaton to the Pastoral Zone off Eastern Australa. Australan Journal of Agrcultural Economcs, 21: Battese, G. E. and T. J. Coell A Model for Techncal Ineffcency Effects n a Stochastc producton Functon for Panel data. Emprcal Econometrcs, 20: Coell, T. J A Monte Carlo Analyss of the Stochastc Fronter Producton Functon. Journal of Productvty Analyss, 6, Coell, T. J A Gude to Verson 4.1: A Computer Program for Stochastc Producton and Cost Functon Estmaton. Centre for Effcency and Productvty Analyss. Unversty of New England Armdale. New South Wales. 19 p. Conovor, W. J Practcal Nonparametrc Statstc, Second Edton. John Wley & Son. New York. 246 p. Dahur, R Kebjakan dan Strateg Pembangunan Kelautan dan Perkanan. Menggapa Cta-Cta Luhur: Perkanan Sebaga Sektor Andalan Nasonal. E- ds ke-2. Ikatan Sarjana Perkanan Indonesa (ISPI- KANI) bekerja sama dengan Departemen Keluatan dan Perkanan (DKP), p Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya a. Acton Plan Pengembangan Buddaya Udang: Revtalsas Pertambakan. Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya. Departemen Kalutan dan Perkanan, Jakarta. 52p. Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya b. Petunjuk Pelaksanaan Program Intensfkas Pembuddayaan Ikan (INBUDKAN). Jakarta, Maret p. Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya a. Dukungan Revtalsas Tambak Pantura Eks SPL-INP 23. Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya. Departemen Kalutan dan Perkanan, Jakarta. 26p. Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya b. Laporan Hasl Survey Sosal Ekonom Perkanan Buddaya. Departemen Kelautan dan Perkanan. Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya. Drektorat pembuddayaan. Jakarta. 38p. Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya c. Peta Indkatf Program Intensfkas Pembuddayaan Ikan. Drektotat Jenderal Perkanan Buddaya. Departemen Kalutan dan Perkanan, Jakarta. 14p. Greene, W. H Maxmum Lkelhood Estamton of Stochastc Producton Models. J. Econ., 18: Jondrow, J., C. A. K. Lovell, I. S. Materov, and P. Schmd On Estmaton of Techncal Ineffcency n The Stochastc producton Functon Model. Journal of Econometrcs, 19: Kodde, D. A. and F. C. Palm Wald Crtera for Jontly Testng Equal and Inequalty Restrcton. Econometrca, 54, Kusnendar, E Analss Kebjakan Pembangunan Perkanan dan Kelautan. Mater Pelathan Analss Kebjakan, Mater Pusat Rset Perkanan Buddaya, Jakarta. 24p. Kusmastanto, T Reposs Ocean Polcy dalam Pembangunan Ekonom Indonesa d Era Otonom Daerah. Oras Ilmah: Guru Besar Tatap Bdag Ilmu Kebjakan Ekonom Perkanan dan Kelautan, Fakultas Perkanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor. Putro, S Penahanan dan Penolakan Ekspor Hasl Perkanan d Un Eropa. Dalam buku Menggapa Cta-Cta Luhur: Perkanan Sebaga Sektor Andalan Nasonal. Ikatan Sarjana Perkanan Indonesa (ISPI- KANI) bekerja sama dengan Departemen Kelautan dan Perkanan (DKP). Jakarta. p Yao, S., and Z. Lu Determnants of Gran Producton and Techncal Effcency n Chna. Journal of Agrcultural Economcs, 49 (2):

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lngkup Peneltan Fokus peneltan n adalah menganalss bagamana melakukan pengembangan pengelolaan sumberdaya pessr berkelanjutan yang ddasarkan pada pembuddayaan tambak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER Pengaruh Bantuan Pnjaman Langsung Masyarakat Terhadap Pendapatan dan Efsens Usahatan Pad Sawah (Maryah) 9 PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013 EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Producton s Effcency And Income Of Tobacco Farmng In East Lampung Regency) Erza Estarza, Fembrart Erry Prasmatw, Hurp Santoso

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) ABSTRACTS

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) ABSTRACTS ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) 1 Ttn Agustna 1 Fakultas Pertanan, Unverstas Jember ABSTRACTS Soybean

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Data yang dgunakan dalam peneltan adalah data prmer dan data sekunder. Data prmer berupa data prmer (cross secton) Surve Khusus Tabungan dan Investas

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN Elys Fauzyah Unverstas Trunojoyo Kanddat Doktor, Insttut Pertanan Bogor Sr Hartoyo Nunung Kusnad Sr Utam Kuntjoro Pascasarjana Isttut Pertanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perlaku Rsko Produks Ells (1988) menyatakan bahwa perlaku petan dalam menghadap rsko dkategorkan menjad tga yatu rsk averse, rsk neutral, dan rsk taker. Penjelasan mengena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonom merupakan masalah perekonoman dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonom merupakan fenomena pentng yang dalam duna hanya dua abad belakangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN 1)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN 1) Analss Efsens Ekonom dan Daya Sang Jagung pada Lahan Kerng (A.Y. Kurnawan et al.) ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN 1) (Analyss

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandr yatu pada hutan prmer (BLOK RKT 01), Logged Over Area (LOA) berumur tahun (Blok RKT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci