Teknik Koreksi Posisi dan Bentuk Objek Citra dalam Basis Waktu-Bilangan Gelombang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Teknik Koreksi Posisi dan Bentuk Objek Citra dalam Basis Waktu-Bilangan Gelombang"

Transkripsi

1 JNTETI, Vol. 5, No., Mei 06 0 Teknik Koreksi Posisi an Bentuk Objek Citra alam Basis Waktu-Bilangan Gelombang Is Marianto Abstract In the case of raar imagery, the image is the result of convolution between the wave source an the reflection coefficient of the objec which of them is the amount of electrical conuctivity an ielectric constant of the object. Image is prouce from the concept of scattering, where the absence of scattering events will not prouce raar image. The image of the measurement results usually o not represent the position an shape of the actual object conition. To restore the image to the actual conition, a proper technique is neee. This stuy presents the technique of image correction in the base perio an the number of waves (T-K), on the conitions of the object in the form of sloping soil layers an iffraction object in the form of metal that is roun. Image correction on the basis of T-K is conucte by performing Fourier transformation on the original image (wave fiel F ( k)) in the space imension x to imension k that generates a fiel new wave F ( k). Then, wave fiel F (k) will be correcte for each wave number by converting it first into a new wave fiel Q (τ,k), then the wave fiel Fourier transforme to obtain the correcte section q (τ,x) Results of image correction on the basis of the T-K gives the results of the position an shape of the image that is appropriate base on the actual conitions. This can be ascertaine because of the imagery use is a synthetic image of the position an the initial conition is set an known in avance. Intisari Paa kasus citra raar, citra merupakan hasil konvolusi antara sumber gelombang an koefisien refleksi obje i mana i antaranya merupakan representasi ari besaran konuktivitas listrik an konstanta ielektrik objek. Citra muncul akibat ari konsep hamburan (scattering) i mana tanpa aanya peristiwa hamburan maka tiak akan aa citra raar. Citra hasil pengukuran biasanya tiak merepresentasikan posisi an bentuk konisi objek yang sebenarnya. Untuk mengembalikan citra kepaa posisi an bentuk yang sebenarnya iperlukan teknik yang tepat agar objek kembali paa posisi an bentuk yang sebenarnya. Makalah ini menyajikan teknik koreksi citra alam basis waktu an bilangan gelombang (T-K) paa konisi objek berupa lapisan tanah yang miring an objek penifraksi berupa logam yang berbentuk bulat. Koreksi citra alam basis T-K ilakukan engan cara melakukan transformasi Fourier paa citra asal (mean gelombang F(k)) paa ruang imensi x ke ruang imensi k yang menghasilkan mean gelombang baru F(k). Mean gelombang F(k) kemuian ikoreksi untuk setiap bilangan gelombangnya engan mengubahnya terlebih ahulu menjai mean gelombang baru Q(τ,k). Lalu paa mean gelombang ini ilakukan transformasi Fourier untuk menapatkan seksi terkoreksi q(τ,x) Hasil koreksi citra alam basis T-K memberikan hasil posisi an bentuk citra yang sesuai berasarkan konisi yang Jurusan Teknik Infomatika, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. Jakarta 0 INDONESIA (tlp: ; fax: ; marianto@trisakti.ac.i) sesungguhnya. Hal ini apat ipastikan karena citra yang igunakan merupakan citra sintetik yang posisi an konisi awalnya suah iatur an iketahui sebelumnya. Kata Kunci Koreksi Posisi, Koreksi Bentu Transformasi Fourier, Migrasi Data Basis T-K. I. PENDAHULUAN Koreksi ata citra asal aalah proses yang bertujuan untuk menempatkan posisi reflektor (citra) paa posisi yang sebenarnya. Koreksi ilakukan engan mengimplementasikan algoritme migrasi ata paa omain T-K [] engan jalan menempatkan kembali event-event citra paa waktu an lokasi yang tepa sehingga iapatkan suatu hasil penampang gambar yang menekati konisi sebenarnya. Proses kesalahan posisi an bentuk citra untuk biang reflektor miring terjai akibat perubahan kemiringan yang terekam i citra, ikarenakan sifat penjalaran gelombang yang menjalar ke segala arah, i mana gelombang akan lebih ulu terekam i raargram berasal ari posisi terekat ari posisi pengambilan ata. Proses koreksi citra paa objek engan penampang miring apat iilustrasikan seperti Gbr., Gbr., an Gbr. 3. Gbr. Moel objek penampang miring. Gbr. Gambar citra sebelum proses koreksi. Is Marianto: Teknik Koreksi Posisi an... ISSN 30-56

2 0 JNTETI, Vol. 5, No., Mei 06 Gbr. 3 Gambar citra setelah proses koreksi. Gbr. menjelaskan posisi penampang objek yang memiliki bentuk kemiringan. Proses akuisisi citra menghasilkan bentuk citra yang tampak seperti paa Gbr.. Proses koreksi citra paa Gbr. menggunakan teknik migrasi ata paa omain T-K [], an akan mengembalikannya ke posisi an bentuk yang sebenarnya, seperti yang terlihat paa Gbr. 3. II. KOREKSI CITRA DALAM BASIS WAKTU DAN BILANGAN GELOMBANG (T-K) Konsep ari koreksi citra paa basis T-K ini aalah engan mengubah suatu persamaan yang beraa paa basis x,z menjai z melalui transformasi Fourier yang kemuian ikembalikan lagi menjai x,z melalui inverse transformasi Fourier. Berikut akan iberikan rumusan matematis secara lengkap: Ditinjau persamaan gelombang (Helmholtz) [] untuk mean magnet berikut. H H H µε µσ engan H : intensitas mean magnetik (ampere/meter) ε : permitivitas listrik (Fara/m) µ : permeabilitas magnetik σ : konuktivitas listrik (Mho / m) Jika fungsi ruang itinjau paa parameter x an z saja maka: H H H H + µε µσ () x Dilakukan transformasi Fourier x k H( x,z,t) H ( ) ( x,z,t) exp ikx x+ exp( ikx) x x () H( x,z,t) H ( ) ( x,z,t) µε exp ikx x exp( ikx) x= 0 µσ engan : x an z : jarak alam ruang spasial t :waktu k: bilangan gelombang v: kecepatan i : imajiner ω : frekuensi kemuian iefinisikan bila F( z,t) = H( x,z,t) exp( ikx)x maka iapatkan: F ( ) ( z,t) z,t) F( z,t) k F z,t + µε µσ = 0 (3) kemuian iasumsikan z ς τ, = v an = v, sehingga 0 v(ς ) iapatkan F( k v F( v () kasus two way time membuat () menjai: v v F( k F( Jika kemuian iasumsikan bahwa gelombang yang membentuk citra itinjau aalah gelombang monokromatik lalu iselesaikan engan menggunakan teori separasi variabel [3] engan F( τ ) = K( k) Z( τ ) exp( iωt) engan : ( k) : mean vektor K Z τ : mean vektor Z K ( ) maka iapatkan v Z ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( τ ) k K k Z τ exp iωt + K k exp iωt exp ( ) ( ) ( iωt) v (5) exp ( ) ( ) ( iωt) K k Z τ µσ K k Z τ = 0 Z( τ ) k i v v + ( ) + ω ωµσ Z τ (6) τ Z( τ ) + m ( ) 0 Z τ = v v m = τ i mana k + ω iωµσ engan teori tebak solusi Z( τ ) = A exp( bτ ) Z( τ ) b ( ) 0 Z τ =, maka b = -m, b = i m τ sehingga ( τ ) exp i v v Z = A -k ω iµωσ + τ (7) ( ) ( ) v v F τ,t = K k A exp i -k + ω iµωσ τ + t ω (8) Solusi untuk mean magnet pembentuk citra aalah v H π Maka, untuk harga t=0, iperoleh (9). ( x, τ,t) = A K( k) exp i -k + ω iµωσ τ + ωt kx k v ISSN Is Marianto: Teknik Koreksi Posisi an...

3 JNTETI, Vol. 5, No., Mei 06 H π v v ( x, τ ) = A K( k) exp i -k + ω iµωσ τ kx k III. KONSEP DASAR BEDA HINGGA DARI KOREKSI CITRA SEISMIK DALAM BASIS T-K Teknik koreksi citra seismik engan metoe bea hingga alam basis T-K apat ijelaskan melalui teknik matematis berikut ini. Ditinjau persamaan berikut: H H H µε µσ H H H H x v engan: H : intensitas mean magnetik (ampere/meter) ε : permitivitas listrik (Fara/m) µ : permeabilitas magnetik σ : konuktivitas listrik (Mho/m) Kemuian ilakukan Transformasi Fourier x k x. z,t F = H x,z,t exp ikx Diasumsikan bila ( ) ( ) ( )x F F F k v F + v µσ v (0) engan : x an z : jarak alam ruang spasial t :waktu k: bilangan gelombang v: kecepatan i : imajiner ω : frekuensi Kemuian iasumsikan z ς τ, = v an = v 0 v(ς ), sehingga iapatkan: v v F( k F( () Dengan menggunakan metoe bea hingga [] untuk koreksi yang iasarkan paa t= τ+ t t = τ t () akan iapatkan I µσ v I I k v I 6 6 (3) engan I [ t( τ,t),t ( τ,t) ] F( () Untuk menapatkan solusi ari (3) igunakan penekatan Crank-Nicolson [5] sehingga persamaan yang ihasilkan berbentuk persamaan bea hingga seperti itunjukkan paa (5). (9) k v j j k v μσv I j + 6 Δt + I j + 6 Δt 6 t k v μσv (5) j j k v + I j 0 6 Δt 6 t + I j + 6 Δt = Persamaan (5) iseerhanakan menjai bentuk seperti (6). j j j j I + ai + bi + I 0 (6) j j j j = engan koefisien bea hingga a an b iefinisikan sebagai k v μσv k v μσv + 6 Δt 6 t a= 6 Δt 6 t b= (7) k v + k v + 6 Δt 6 Δt IV. DIAGRAM TEKNIK KOREKSI CITRA DALAM BASIS T-K Paa () itemukan persamaan engan ua buah ineks sehingga lebih baik jika ianggap I sebagai sebuah matriks. Permasalahan yang timbul akibat syarat batas iketahui untuk variabel t an τ iselesaikan engan menggunakan hubungan τ engan t an t yang merupakan perputaran 5 0 itambah penskalaan sebesar sehingga apat ihasilkan iagram paa Gbr. an engan iasumsikan kolom i bawah baris pertama berharga 0. Dari (6) apat isimpulkan bahwa elemen ke akan iketahui jika elemen j I j, j Ij an j I j I j j iketahui. Bila igambarkan sebagai sebuah matriks yang jelas relevan ari efinisi t an t, iapatkan bahwa sebuah elemen matriks yang tiak iketahui apat icari jika tiga buah elemen tetangganya iketahui. b a Gbr. Diagram komputasi koreksi hasil moifikasi []. 03 Urutan pengerjaan paa Gbr. aalah sebagai berikut. Kotak no ihitung terlebih ahulu, karena tiga tetangganya iketahui, yaitu berharga P, 0, an 0. Kemuian kotak no ini igunakan untuk menghitung kotak nomor ua an kotak nomor ua igunakan untuk menghitung kotak nomor tiga, an seterusnya. V. SIMULASI Simulasi ibuat engan mempertimbangkan kecepatan rambat gelombang paa suatu meia. Tabel I berisi informasi kecepatan rambat an konstanta ielektrik meia [6]. Is Marianto: Teknik Koreksi Posisi an... ISSN 30-56

4 0 JNTETI, Vol. 5, No., Mei 06 TABEL I BESARAN KECEPATAN MATERIAL BERDASARKAN NILAI KONSTANTA DIELEKTRIKNYA Material Dielectric Constant ε r Velocity V (mm/ns) Air 300 Water (Fresh) 8 33 Water (Sea) 8 33 Polar Snow Polar Ice Temperate Ice Pure Ice Freshwater like 50 Ice Sea Ice Permafrost Coastal San 0 95 (Dry) San (Dry) San (Wet) Silt (Wet) 0 95 Clay (Wet) Clay Soil (Dry) 3 73 Marsh 86 Agricultural 5 77 Lan Pastoral Lan 3 83 Average Soil 6 75 Granite Limestone Dolomite Basalt (Wet) 8 06 Shale (Wet) 7 3 SanStone (Wet) 6 Coal Quartz.3 5 Concrete Asphalt PVC, Epoxy, Polyesters 3 73 Gbr. 5 menunjukkan citra sintetik yang merepresentasikan kecepatan rambat gelombang pembentuk citra paa meia miring berbahan concrete, engan besaran kecepatan gelombang merambat paa meia sebesar 80x0 6 meter/etik. Citra paa Gbr. 5 masih merupakan citra asal yang belum mengalami proses koreksi posisi, seperti yang ijelaskan oleh Gbr.. Proses koreksi posisi citra ilakukan engan proses migrasi engan beberapa kecepatan migrasi agar apat terlihat perbeaan pengaruh kecepatan rambat gelombang migrasi terhaap bentuk posisi sebenarnya. Gbr. 6 menunjukkan hasil koreksi posisi an bentuk citra buatan ketika igunakan kecepatan rambat gelombang migrasi 80x0 6 meter/eti i mana kecepatan tersebut sama engan kecepatan rambat gelombang paa meia sintetik concrete. Diapatkan hasil koreksi posisi citra terbai citra mengalami koreksi posisi an kemiringan lapisan sesuai bentuk yang sebenarnya serta tiak terjai istorsi bentuk paa hasil migrasi. Gbr. 5 Citra buatan engan kecepatan gelombang pembentuk citra paa meia miring 80x0 6 m/s. Gbr. 6 Hasil koreksi posisi an bentuk citra buatan paa penampang miring engan kecepatan gelombang pengoreksi citra 80x0 6 m/s. Gbr. 7 menunjukkan hasil ketika igunakan kecepatan rambat gelombang migrasi 60x0 6 meter/eti i mana kecepatan migrasi tersebut lebih kecil aripaa kecepatan rambat meia sintetik yang ibuat. Diapatkan hasil koreksi posisi yang kurang tepat. Walaupun perubahan kemiringan ISSN Is Marianto: Teknik Koreksi Posisi an...

5 JNTETI, Vol. 5, No., Mei juga terjai tetapi panjang kemiringan meia lebih panjang ibaning posisi sebenarnya. Gbr. 7 Hasil koreksi posisi an bentuk citra buatan paa penampang miring engan kecepatan gelombang pengoreksi citra 60x0 6 m/s. Gbr. 8 Hasil koreksi posisi an bentuk citra buatan paa penampang miring engan kecepatan gelombang pengoreksi citra 00x0 6 m/s. Gbr. 9 Citra buatan engan kecepatan gelombang pembentuk citra paa obyek penifraksi 90x0 6 m/s. Paa Gbr. 8, ketika igunakan kecepatan rambat gelombang migrasi 00x 0 6 meter/eti i mana kecepatan migrasi tersebut lebih besar aripaa kecepatan meia sintetik yang ibua iapatkan hasil koreksi posisi yang kurang tepat. Walaupun perubahan kemiringan terjai tetapi panjang kemiringannya lebih penek ibaningkan posisi yang sebenarnya. Dari hasil koreksi posisi menggunakan migrasi ata alam omain T-K terlihat bahwa perbeaan kecepatan rambat gelombang migrasi yang igunakan untuk koreksi posisi citra memiliki pengaruh terhaap bentuk posisi citra yang sebenarnya. Secara umum hasil migrasi ata menunjukkan hasil yang baik. Hal ini ikarenakan migrasi ata paa basis T-K sangat baik alam mengatasi ata-ata yang memiliki jenis perlapisan yang miring. Gbr. 9 menunjukkan citra sintetik yang merepresentasikan simulasi kecepatan rambat gelombang pembentuk citra terifraksi ketika bertemu engan suatu objek logam, engan besaran kecepatan gelombang perambat paa objek logam tersebut sebesar 90x0 6 meter/etik. Citra paa Gbr. 9 masih merupakan citra asal yang belum mengalami proses koreksi bentuk. Proses koreksi bentuk citra ilakukan engan memigrasinya engan beberapa kecepatan rambat gelombang migrasi agar apat terlihat perbeaan pengaruh kecepatan rambat gelombang migrasi terhaap bentuk objek sebenarnya. Gbr. 0 menunjukkan hasil ketika igunakan kecepatan rambat gelombang migrasi 90x0 6 meter/eti i mana kecepatan tersebut sama engan kecepatan rambat gelombang ketika terifraksi oleh objek sintetik berupa logam i bawah tanah. Diapatkan hasil koreksi bentuk objek citra terbaik. Citra mengalami koreksi bentuk objek sesuai bentuk yang sebenarnya serta tiak terjai istorsi bentuk paa hasil migrasi. Is Marianto: Teknik Koreksi Posisi an... ISSN 30-56

6 06 JNTETI, Vol. 5, No., Mei 06 Gbr. 0 Hasil koreksi posisi an bentuk citra buatan paa obyek penifraksi engan kecepatan gelombang pengoreksi citra 90x0 6 m/s. Gbr. Hasil koreksi posisi an bentuk citra buatan paa obyek penifraksi engan kecepatan gelombang pengoreksi citra 70x0 6 m/s. Gbr. Hasil koreksi posisi an bentuk citra buatan paa obyek penifraksi engan kecepatan gelombang pengoreksi citra 0x0 6 m/s. Paa Gbr., ketika igunakan kecepatan rambat gelombang migrasi 70x0 6 meter/eti i mana kecepatan migrasi tersebut lebih kecil aripaa kecepatan rambat objek sintetik yang ibua iapatkan hasil koreksi bentuk yang kurang tepat. Walaupun koreksi bentuk tetap terjai tetapi terjai istorsi yang cukup besar terhaap bentuk objek yang sebenarnya. Paa Gbr., ketika igunakan kecepatan rambat gelombang migrasi 0x0 6 meter/eti i mana kecepatan migrasi tersebut lebih besar aripaa kecepatan rambat objek sintetik yang ibua iapatkan hasil koreksi bentuk yang kurang tepat. Walaupun koreksi bentuk tetap terjai tetapi terjai istorsi terhaap bentuk objek yang sebenarnya. Dari hasil koreksi bentuk menggunakan migrasi ata alam omain T-K terlihat bahwa perbeaan kecepatan rambat gelombang migrasi yang igunakan untuk koreksi bentuk citra memiliki pengaruh terhaap bentuk posisi citra yang sebenarnya. VI. KESIMPULAN Makalah ini menyeiakan penekatan teknik koreksi posisi an bentuk citra engan menggunakan migrasi ata paa omain T-K untuk apat memberi gambaran an mengenali keberaaan objek yang beraa i bawah permukaan tanah alam ua skenario, yaitu skenario citra sintetik alam bentuk lapisan tanah miring an skenario citra sintetik alam bentuk objek logam yang tertanam i alam tanah. Berasarkan hasil yang iperoleh, koreksi citra paa basis T-K memiliki kelebihan paa keakuratan harga amplituo ISSN Is Marianto: Teknik Koreksi Posisi an...

7 JNTETI, Vol. 5, No., Mei reflektor untuk reflektor yang memiliki kemiringan yang amat curam. Seangkan kekurangan ari metoe koreksi T-K ini aalah ketiakmampuannya untuk menangani variasi kecepatan lateral yang aa. Proses ari koreksi T-K ini aalah engan menggunakan metoa bea hingga paa basis waktu (T) an bilangan gelombang (K). Koreksi T-K menjai efisien engan penggunaan metoa bea hingga [] akibat seerhananya implementasi ari metoe tersebut. Metoe ini apat ikembangkan untuk keperluan peneteksian objek-objek komersial seperti sumber mineral hirokarbon maupun objek-objek non komersial seperti forensi arkeologi, lingkungan, an lain sebagainya. REFERENSI [] Hale, Dave. Migration in The Time-Wave Number Domain, Project Review, CWP Colorao, 99. [] Reitz, John R. Milfor, Freerick J. Christy, Robert W, Dasar Teori Listrik Magne Penerbit ITB, Banung, 993. [3] Boas, Mary L., Mathematical Methos in The Physical Sciences, John Wiley an Sons, USA, 006. [] Li, Z., Wave-Fiel Extrapolation by the Linearly Transforme Wave Equation: Geophysics, 986. [5] Claerbou J. F., Imaging the Earth s Interior, Blackwell Scientific Publications, 985. [6] Reynols, John M., An Introuction to Applie an Environmental Geophysics, n eition, John Wiley an Sons, New Yor 0. Is Marianto: Teknik Koreksi Posisi an... ISSN 30-56

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB ISSN: 1693-6930 17 DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB Kartika Firausy, Yusron Saui, Tole Sutikno Program Stui Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Ahma Dahlan

Lebih terperinci

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER PADA ALJABAR MAX-PLUS Bui Cahyono Peniikan Matematika, FSAINSTEK, Universitas Walisongo Semarang bui_oplang@yahoo.com Abstrak Dalam kehiupan sehari-hari seringkali kita menapatkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi

Lebih terperinci

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 DAN 3,3 Zul Hariansyah Hutasuhut, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n Oleh : JOHANES ARIF PURWONO 105 100 00 Pembimbing : Drs. Suhu Wahyui, MSi 131 651 47 ABSTRAK Graph aalah suatu sistem

Lebih terperinci

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat.

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat. E 3 E 1 -σ 3 σ 3 σ 1 1 a Namakan keping paling atas aalah keping A, keping keua ari atas aalah keping B, keping ketiga ari atas aalah keping C an keping paling bawah aalah keping D E 2 muatan bawah keping

Lebih terperinci

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

, serta notasi turunan total ρ

, serta notasi turunan total ρ LANDASAN TEORI Lanasan teori ini berasarkan rujukan Jaharuin (4 an Groesen et al (99, berisi penurunan persamaan asar fluia ieal, sarat batas fluia ua lapisan an sistem Hamiltonian Penentuan karakteristik

Lebih terperinci

SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT

SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT Junik Rahayu, Usman Pagalay, an 3 Ari Kusumastuti,,3 Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail: rahayujunik@yahoo.com

Lebih terperinci

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENULANGAN LENTUR DAN GESER BALOK PERSEGI MENURUT SNI 03-847-00 Slamet Wioo Staf Pengajar Peniikan Teknik Sipil an Perenanaan FT UNY Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan

Lebih terperinci

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES Raita.Arinya Universitas Satyagama Jakarta Email: raitatech@yahoo.com Abstrak Penalaan parameter kontroller PID selalu iasari atas tinjauan terhaap karakteristik

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH

PENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH Jurnal Matematika UNND Vol. 5 No. 4 Hal. 54 61 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIP UNND PENENTUN SOLUSI SOLITON PD PERSMN KDV DENGN MENGGUNKN METODE TNH SILVI ROSIT, MHDHIVN SYFWN, DMI NZR Program

Lebih terperinci

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN Ruy Setiawan, ST., MT. Sukanto Tejokusuma, Ir., M.Sc. Jenny Purwonegoro, ST. Staf Pengajar Fakultas Staf Pengajar Fakultas Alumni Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13 ISSN: 337-3539 (31-971 Print B-11 Respon Getaran Lateral an Torsional Paa Poros Vertical-Axis Turbine (VAT engan Pemoelan Massa Tergumpal Ahma Aminuin, Yerri Susatio,

Lebih terperinci

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A Solusi Tutorial 6 Matematika A Arif Nurwahi ) Pernyataan benar atau salah. a) Salah, sebab ln tiak terefinisi untuk 0. b) Betul. Seerhananya, titik belok apat ikatakan sebagai lokasi perubahan kecekungan.

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA Penentuan Frekuensi Maksimum Komunikasi Raio an Suut..(Jiyo) PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA J i y o Peneliti iang Ionosfer an Telekomunikasi, LAPAN ASTRACT In this

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham BAB II DASAR TEORI Paa bab ini akan ijelaskan asar teori yang igunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis funamental, analisis teknis, moving average, oscillator, an metoe Relative Strength

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI SEL

BAB III INTERFERENSI SEL BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung

Lebih terperinci

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan Jurnal Graien Vol 8 No 1 Januari 2012:775-779 Penerapan Aljabar Max-Plus Paa Sistem Prouksi Meubel Rotan Ulfasari Rafflesia Jurusan Matematika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Bab 3. Migrasi Data Seismik. Migrasi dilakukan untuk memindahkan posisi reflektor yang terlihat pada

Bab 3. Migrasi Data Seismik. Migrasi dilakukan untuk memindahkan posisi reflektor yang terlihat pada Bab 3 Migrasi Daa Seismik Migrasi ilakukan unuk meminahkan posisi reflekor yang erliha paa rekaman aa seismik menjai posisi yang sebenarnya sesuai engan posisi i bawah permukaan. Unuk srukur geologi yang

Lebih terperinci

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (3) ISSN: 337-3539 (3-97 Prin B- Penentuan Parameter Banul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum engan Gelombang alam Tangki Eky Novianarenti, Yerri Susatio, Riho Hantoro

Lebih terperinci

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor Perekonomian suatu negara igerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum ikelompokkan kepaa empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah an ekspor-impor.

Lebih terperinci

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr. Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton an baja. Kombinasi keuanya membentuk suatu elemen struktur imana ua macam komponen saling bekerjasama alam menahan beban

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Kontribusi Fisika Inonesia Vol. 13 No.3, Juli 00 Relasi Dispersi alam Panu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Abstrak Hengki Tasman 1) an E Soewono 1,) 1) Pusat Penelitian Pengembangan an Penerapan Matematika,

Lebih terperinci

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat *

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat * Jurnal Matematika Murni an Terapan εpsilon ANALISIS MODEL PREDATOR-PREY TERHADAP EFEK PERPINDAHAN PREDASI PADA SPESIES PREY YANG BERJUMLAH BESAR DENGAN ADANYA PERTAHANAN KELOMPOK Mursyiah Pratiwi, Yuni

Lebih terperinci

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER Asrul Syam Program Stui Teknik Informatika, STMIK Dipanegara, Makassar e-mail: assyams03@gmail.com Abstrak Masalah optimasi

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Sisi Elektrode Sangkar Delta pada Nilai Resistans Satu Batang Pentanah

Pengaruh Perubahan Sisi Elektrode Sangkar Delta pada Nilai Resistans Satu Batang Pentanah 462 Pengaruh Perubahan Sisi Elektroe Sangkar Delta paa Nilai Resistans Satu Batang Pentanah Harnoko Stephanus 1 Abstract Grouning ro is more practical than grouning plate or grouning strip. Grouning resistance

Lebih terperinci

Praktikum Total Quality Management

Praktikum Total Quality Management Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC)

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 Perbaikan Kualitas Arus Output paa Buck-Boost Inverter yang Terhubung Gri engan Menggunakan Metoe Fee-Forwar Compensation (FFC) Faraisyah Nugrahani, Deet

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC BAB ANAL DAN MNMA RAK EGANGAN DAN ARU DC. Penahuluan ampai saat ini, penelitian mengenai riak sisi DC paa inverter PWM lima-fasa paa ggl beban sinusoial belum pernah ilakukan. Analisis yang ilakukan terutama

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS KNM XVI 3-6 Juli 01 UNPAD, Jatinangor ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS NANIK LISTIANA 1, WIDOWATI, KARTONO 3 1,,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK TERHADAP TINGKAT PENGUAPAN AIR

ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK TERHADAP TINGKAT PENGUAPAN AIR J. Sains MIPA, Agustus 8, Vol. 14, No., Hal.: 17-113 ISSN 1978-1873 ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK TERHADAP TINGKAT PENGUAPAN AIR Roniyus Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung Banar Lampung 35145 Inonesia

Lebih terperinci

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Saintia Matematika Vol. XX, No. XX (XXXX), pp. 17 24. JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Penulis Abstrak. Ketikkan Abstrak Ana i sini. Sebaiknya tiak lebih ari 250 kata. Abstrak sebaiknya menjelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL SAMPLING ERROR TERHADAP QUALITY ASSURANCE DAN QUALITY CONTROL, KAB. LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN

ANALISIS FUNDAMENTAL SAMPLING ERROR TERHADAP QUALITY ASSURANCE DAN QUALITY CONTROL, KAB. LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN ANALISIS FUNDAMENTAL SAMPLING ERROR TERHADAP QUALITY ASSURANCE DAN QUALITY CONTROL, KAB. LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN Inri Warani AS 1, Djamuin 2, Hasbi Bakri 1 * 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas

Lebih terperinci

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 PEMODEAN EMPIRIS COST 231-WAFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI INTASAN ANTENA RADAR DI PERUM PPNPI INDONESIA Ria

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Tampilan Aplikasi IV.1.1 Tampilan Aplikasi untuk Pengguna 1. Halaman Home Halaman ini merupakan halaman pertama saat pengguna membuka aplikasi. Gambar IV.1 Tampilan

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PANAS BUMI BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DAERAH PROSPEK PANAS BUMI GUNUNGAPI HULU LAIS BAGIAN UTARA

PEMODELAN SISTEM PANAS BUMI BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DAERAH PROSPEK PANAS BUMI GUNUNGAPI HULU LAIS BAGIAN UTARA PEMODELAN SISTEM PANAS BUMI BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DAERAH PROSPEK PANAS BUMI GUNUNGAPI HULU LAIS BAGIAN UTARA Arif Ismul Hai, Refrizon, an Suhenra Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

1.1. Sub Ruang Vektor

1.1. Sub Ruang Vektor 1.1. Sub Ruang Vektor Dalam membiarakan ruang vektor, tiak hanya vektoer-vektornya saja yang menarik, tetapi juga himpunan bagian ari ruang vektor tersebut yang membentuk ruang vektor lagi terhaap operasi

Lebih terperinci

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU Davi S. V. L Bangguna 1) 1) Staff Pengajar Program Stui Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sintuwu

Lebih terperinci

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201 akultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 20 PEMBUATAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI POTENSIAL DENGAN METODE PROMETHEE II Ahma Jalaluin )

Lebih terperinci

BAB VII KONDUKTOR DIELEKTRIK DAN KAPASITANSI

BAB VII KONDUKTOR DIELEKTRIK DAN KAPASITANSI BAB VII KONDUKTOR DIELEKTRIK DAN KAPASITANSI 6.. Arus an Kerapatan Arus. Muatan listrik yang bergerak membentuk arus yang memiliki satuan ampere (A) an iefinisikan sebagai laju aliran muatan yang melalui

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN TRANSIENT SISTEM TENAGA LISTRIK MULTIMESIN (MODEL IEEE 9 BUS 3 MESIN)

STUDI KESTABILAN TRANSIENT SISTEM TENAGA LISTRIK MULTIMESIN (MODEL IEEE 9 BUS 3 MESIN) No. ol. Thn. X November 8 SSN: 854-847 STUD KSTABLAN TANSNT SSTM TNAGA LSTK MULTMSN (MODL 9 BUS MSN) Heru Dibyo Laksono Jurusan Teknik lektro, Universitas Analas Paang, Kampus Limau Manis Paang, Sumatera

Lebih terperinci

SUATU FORMULASI HAMILTON BAGI GERAK GELOMBANG INTERFACIAL YANG MERAMBAT DALAM DUA ARAH

SUATU FORMULASI HAMILTON BAGI GERAK GELOMBANG INTERFACIAL YANG MERAMBAT DALAM DUA ARAH SUATU FORMULASI HAMILTON BAGI GERAK GELOMBANG INTERFACIAL YANG MERAMBAT DALAM DUA ARAH JAHARUDDIN Departemen Matematika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Raya

Lebih terperinci

Penggunaan Persamaan Pendekatan Untuk panjang gelombang pantai

Penggunaan Persamaan Pendekatan Untuk panjang gelombang pantai Penggunaan Persamaan Penekatan Untuk panjang gelombang pantai Nizar Acma Program Stui Teknik Sipil, Universitas Janabara Yogyakarta, Jl.Tentara Rakyat Mataram 35-37 Yogyakarta Email: nizarachma@yahoo.com

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Paa Serat Optik Ragam Tunggal Oleh : Nama : Agus Setiyaan Nim : LF 31 419 Kebutuhan akan serat optik yang tinggi serta kompleksitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksu 1.1.1 Memisahkan fraksi butiran seimen paa ukuran (iameter) butir tertentu. 1.1.2 Menentukan nilai koefisien sortasi, skewness an kurtosi baik secara grafis maupun matematis.

Lebih terperinci

=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL ===

=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL === TKNIK IITL === PRNNN RNKIN KOMINSIONL === Rangkaian logika atau igital apat ibagi menjai 2 bagian yaitu:. Rangkaian Kombinasional, aalah suatu rangkaian logika yang keaaan keluarannya hanya ipengaruhi

Lebih terperinci

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR BAB III KONROL PADA SRUKUR III. Klasifikasi Kontrol paa Struktur Sistem kontrol aktif aalah suatu sistem yang menggunakan tambahan energi luar. Sistem kontrol aktif ioperasikan engan sistem kalang-terbuka

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE SIMULASI DISKRIT PADA PT. BIOPLAST UNGGUL

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE SIMULASI DISKRIT PADA PT. BIOPLAST UNGGUL ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE SIMULASI DISKRIT PADA PT. BIOPLAST UNGGUL Jeefry Sutrisman Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Inonesia Abstrak PT. Bioplast

Lebih terperinci

KENDALI LQR DISKRIT UNTUK SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN SUMBER JARINGAN TUNGGAL. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

KENDALI LQR DISKRIT UNTUK SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN SUMBER JARINGAN TUNGGAL. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang KENDALI LQR DISKRIT UNTUK SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN SUMBER JARINGAN TUNGGAL Dita Anies Munawwaroh Sutrisno Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl Prof H Soearto SH Tembalang Semarang itaaniesm@gmailcom

Lebih terperinci

IV. ANALISA RANCANGAN

IV. ANALISA RANCANGAN IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Multi-criteria Decision Aid dalam Proses Pemilihan Supplier

Penggunaan Metode Multi-criteria Decision Aid dalam Proses Pemilihan Supplier Performa (24) Vol. 3, No.2: 62-7 Penggunaan Metoe Multi-criteria Decision Ai alam Proses Pemilihan Supplier Inra Cahyai Jurusan Teknik an Manajemen Inustri, Universitas Trunojoyo Maura Abstract Noways,

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika PERSAMAAN DIFFERENSIAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Disusun oleh: Aurey Devina B 1211041005 Irul Mauliia 1211041007 Anhy Ramahan 1211041021 Azhar Fuai P 1211041025 Murni Mariatus

Lebih terperinci

ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND

ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND HUBUNGAN ANTARA AERAH IEAL UTAMA, AERAH FATORISASI TUNGGAL, AN AERAH EEIN Eka Susilowati Fakultas eguruan an Ilmu Peniikan, Universitas PGRI Aibuana Surabaya eka50@gmailcom Abstrak Setiap aerah ieal utama

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. identitas responden seperti jenis kelamin. Tabel 4.1 Identitas Jenis Kelamin Responden. Frequ Percent

BAB 4 HASIL PENELITIAN. identitas responden seperti jenis kelamin. Tabel 4.1 Identitas Jenis Kelamin Responden. Frequ Percent BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Ientitas Responen Dari analisis ata ang iperoleh peneliti ari lapangan akan iuraikan alam bab ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh taangan

Lebih terperinci

Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser dari Matahari dan Geomagnetik

Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser dari Matahari dan Geomagnetik 166 Slamet Syamsuin /Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser ari Matahari an Geomagnetik Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser ari Matahari an Geomagnetik Slamet Syamsuin Pusat Sains Antarksa LAPAN Jl. Dr. Junjunan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi Suaratno Suirham Diferensiasi Bahan Kuliah Terbuka alam format pf terseia i.buku-e.lipi.go.i alam format pps beranimasi terseia i.ee-cafe.org Pengertian-Pengertian 0-0 Kita telah melihat baha kemiringan

Lebih terperinci

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc BAB KAPASITOR ontoh 5. Definisi kapasitas Sebuah kapasitor 0,4 imuati oleh baterai volt. Berapa muatan yang tersimpan alam kapasitor itu? Jawab : Kapasitas 0,4 4 0-7 ; bea potensial volt. Muatan alam kapasitor,,

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA Nurhayati Fakultas Sains an Teknologi, UIN Ar-Raniry Bana Aceh nurhayati.fst@ar-raniry.ac.i Jamru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan sistem yang saat ini marak

BAB I PENDAHULUAN. Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan sistem yang saat ini marak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan sistem yang saat ini marak dikembangkan baik dari sisi teknologi maupun segi bisnis. GPR adalah sistem radar yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 1 Safa at Yulianto, Kishera Hilya Hiayatullah 1, Ak. Statistika Muhammaiyah Semarang

Lebih terperinci

Koreksi Efek Pull Up dengan Menggunakan Metode Horizon Based Depth Tomography

Koreksi Efek Pull Up dengan Menggunakan Metode Horizon Based Depth Tomography JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-69 Koreksi Efek Pull Up dengan Menggunakan Metode Horizon Based Depth Tomography Sando Crisiasa Rahmawan Yanuar, Bagus Jaya

Lebih terperinci

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Vol. 9 No. 1 Juni 1 : 53 6 ISSN 1978-365 ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Slamet Pusat Penelitian an Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan an

Lebih terperinci

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I. Rizka Anggraini ABSTRACT

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I. Rizka Anggraini ABSTRACT PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I Rizka Anggraini Mahasiswa Program Stui S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER

IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER Sujito, Implementasi Kenali PID alam Meningkatkan Kinerja Power System Stabilizer IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER SUJITO Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI A II LANASAN TEORI. MICRO ULE GENERATOR Micro ubble Generator (MG) aalah suatu alat yang berfungsi untuk menghasilkan gelembung uara i alam air engan ukuran iameter kurang ari 00 µm. Micro bubble apat

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU Perbeaan pokok antara mekanika newton an mekanika kuantum aalah cara menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa epan partikel telah itentukan oleh keuukan

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas Lereng

Analisis Stabilitas Lereng Analisis Stabilitas Lereng Lereng Slope Stability Dr.Eng.. Agus Setyo Muntohar, S.T.,M.Eng.Sc. Faktor Keamanan (Factor of Safety) Faktor aman (FS): nilai baning antara gaya yang menahan an gaya yang menggerakkan.

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS

PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS SEMIRATA MIPAnet 27 24-26 Agustus 27 UNSRAT, Manao PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS TONAAS KABUL WANGKOK YOHANIS MARENTEK Universitas Universal Batam, tonaasmarentek@gmail.com,

Lebih terperinci

Penerapan Model Deformasi Horizontal Mogi untuk Prediksi Perubahan Volume Sumber Tekanan pada Gunungapi Guntur

Penerapan Model Deformasi Horizontal Mogi untuk Prediksi Perubahan Volume Sumber Tekanan pada Gunungapi Guntur Reka Geomatika Jurusan Teknik Geoesi Itenas No. Vol. 1 ISSN 8-50X Desember 01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Penerapan Moel Deformasi Horizontal Mogi untuk Preiksi Perubahan Volume Sumber Tekanan

Lebih terperinci

=== BENTUK KANONIK DAN BENTUK BAKU ===

=== BENTUK KANONIK DAN BENTUK BAKU === TEKNIK DIGITL === ENTUK KNONIK DN ENTUK KU === entuk Kanonik yaitu Fungsi oolean yang iekspresikan alam bentuk SOP atau POS engan minterm atau maxterm mempunyai literal yang lengkap. entuk aku yaitu Fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD dan JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD dan JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD an JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD YOSEPHINA NOVALIA NRP : 0521034 Pembimbing : Ir. Ibrahim Surya, M.Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

Metode Nonparametrik untuk Menaksir Koefisien Korelasi Parsial

Metode Nonparametrik untuk Menaksir Koefisien Korelasi Parsial Prosiing Statistika ISSN 46-6456 Metoe Nonparametrik untuk Menaksir Koeisien Korelasi Parsial 1 Silmi Kaah, Anneke Iswani Ahma, 3 Lisnur Wachiah 1,,3 Statistika, Fakultas MIPA, Universitas Islam Banung,

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR Sesuai engan persetujuan ari Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, melalui surat 812/TA/FTS/UKM/III/2004 tanggal 9 Februari 2004, engan

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE)

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) Amin Tohari Universitas Nusantara PGRI Keiri, amin.tohari@unpkeiri.ac.i Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi Hukum oulomb a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar, iharapkan ana apat: - menjelaskan hubungan antara gaya interaksi ua muatan listrik, besar muatan-muatan, an jarak pisah

Lebih terperinci

3. Kegiatan Belajar Medan listrik

3. Kegiatan Belajar Medan listrik 3. Kegiatan Belajar Mean listrik a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, iharapkan Ana apat: Menjelaskan hubungan antara kuat mean listrik i suatu titik, gaya interaksi,

Lebih terperinci

Formulasi Lentur BAB ANALSS KASUS LENTUR DAN GESER PADA BALOK ELASTS Suatu elemen balok ikatakan alam konisi lentur murni, jika balok tersebut menerima beban ang berupa momen lentur secara konstan tanpa

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI (DIFERENSIAL)

TURUNAN FUNGSI (DIFERENSIAL) TURUNAN FUNGSI (DIFERENSIAL) A. Pengertian Derivatif (turunan) suatu fungsi. Perhatikan grafik fungsi f( (pengertian secara geometri) ang melalui garis singgung. f( f( f(+ Q [( +, f ( + ] f( P (, f ( )

Lebih terperinci

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aditya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2.

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aditya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2. Makalah Tugas Akhir PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aitya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2 Abstract Human iris has a very unique pattern which

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok II, Teknik Elektro, Unhas

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok II, Teknik Elektro, Unhas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika asar II merupakan matakuliah lanjutan ari matematika asar I yang telah ipelajari paa semester sebelumnya. Matematika asar II juga merupakan matakuliah pengantar

Lebih terperinci

PERANCANGAN INFORMATION RETRIEVAL SYSTEM UNTUK DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN EXTENDED BOOLEAN

PERANCANGAN INFORMATION RETRIEVAL SYSTEM UNTUK DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN EXTENDED BOOLEAN PERANCANGAN INFORMATION RETRIEVAL SYSTEM UNTUK DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN EXTENDED BOOLEAN Steven Teknik Informatika Universitas Tarumanagara Jl. S. Parman No.1, Jakarta 11440 Inonesia

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Jurusan Matematika FMIPA IPB UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Sabtu, 4 Maret 003 Waktu : jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT 10 1. Tentukan: (a) (b) x sin x x + 1 ; x (cos (x 1)) :. Diberikan fungsi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Jurnal J-Ensitec: Vol 0 No. 0, Mei 06 RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Gugun Gunai, Asep Rachmat, Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Majalengka

Lebih terperinci

PENGUKURAN UNTUK MENDETEKSI DEFORMASI BANGUNAN SIPIL

PENGUKURAN UNTUK MENDETEKSI DEFORMASI BANGUNAN SIPIL Pengukuran untuk Meneteksi Deformasi angunan Sipil PENGUKURAN UNUK MENDEEKSI DEFORMASI ANGUNAN SIPIL Sutomo Kahar 1 ASRAC Deformation for territory will impact to above the builing stability an also will

Lebih terperinci

APLIKASI MIGRASI METODE BEDA HINGGA PADA PENGOLAHAN DATA SEISMIK UNTUK MENGGAMBARKAN PENAMPANG BAWAH PERMUKAAN YANG SEBENARNYA

APLIKASI MIGRASI METODE BEDA HINGGA PADA PENGOLAHAN DATA SEISMIK UNTUK MENGGAMBARKAN PENAMPANG BAWAH PERMUKAAN YANG SEBENARNYA Berkala Fisika ISSN : 40-966 Vol.8, No., April 005, hal 6-68 APLIKASI MIGRASI METODE BEDA HINGGA PADA PENGOLAHAN DATA SEISMIK UNTUK MENGGAMBARKAN PENAMPANG BAWAH PERMUKAAN YANG SEBENARNYA Eka Nusantara,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan i Kecamatan Leuwiliang Analisis hirarki pusat-pusat pelayanan i Kecamatan Leuwiliang ilakukan engan menggunakan metoe skalogram berbobot berasarkan

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2 PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN Hewig A Tan, Ratna S Alifen ABSTRAK: Metoe penjawalan linier cocok untuk proyek engan aktivitas seerhana, an repetitif

Lebih terperinci

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) Jurnal Agribisnis an Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 13 DAMPAK KEBIJAKAN TARIF IMPOR GULA TERHADAP KESEJAHTERAAN PRODUSEN DAN KONSUMEN (The Effects of Sugar Import Tariff Policy on the

Lebih terperinci