MODEL PENYUSUTAN DARAB JUMLAH PESERTA ASURANSI PADA ASURANSI JIWA. Sunarsih 1, Meidar Sakinata 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PENYUSUTAN DARAB JUMLAH PESERTA ASURANSI PADA ASURANSI JIWA. Sunarsih 1, Meidar Sakinata 2"

Transkripsi

1 MODEL PENYUSUTAN DARAB JUMLAH PESERTA ASURANSI PADA ASURANSI JIWA Sunarsih, Meidar Sakinaa 2 Program Sudi Maemaika FMIPA UNDIP 2 Alumni Program Sudi Maemaika FMIPA UNDIP Absrac Muliple decremen model in life insurance is a decremen model here he decremen of amoun paricipans of insurance do no only because of jus one cause of decremen bu because of o or more causes of decremen, so ha can provide various benefi in one policy of insurance program. In his paper, using o causes of decremen, ha is disabiliy and deah. In consrucion of a muliple-decremen able, can be associaed from he ables of single-decremen hich have knon. The number of premium paymens for life insurance depends on ha kind of insurance program ha have been aken. A life insurance, he number of premium depends on of age, even hough on erm insurance, ecep age is policy ime period. Keyords: Insurance, Muliple Decremen Model. Pendahuluan Seiap orang dalam kehidupannya memiliki resiko-resiko, anara lain resiko kemaian (loss in life), resiko hari ua (mauriy age), resiko caca badan (disabiliy, incapaciy, invalidiy). Resiko ersebu diaas merupakan sebagian penyebab penurunan jumlah pesera asuransi. Penyebab penurunan ini disebu dengan decremen aau penyusuan dan diliha dari modelnya erdapa dua model yaiu model penyusuan unggal dan model penyusuan darab (muliple decremen) [5]. Unuk membenuk double decremen able dilakukan dengan menggabungkan single decremen dengan asumsi konsan [2]. Model muliple decremen selanjunya disebu penyusuan darab yaiu suau model penyusuan yang disebabkan oleh dua aau lebih fakor yang dapa saling mempengaruhi, sebagai conoh adalah penyusuan yang idak disebabkan oleh kemaian saja, mungkin juga caca. Sedangkan model penyusuan unggal lebih banyak dikenal, yaiu suau model penyusuan aau penurunan yang disebabkan oleh sau fakor saja, sebagai conoh, penyusuan yang disebabkan oleh kemaian. 2. Asuransi Jia Asuransi jia merupakan suau benuk kerjasama dari sejumlah orang yang ingin menghindarkan aau memperkecil resiko yang anara lain diakibakan oleh: resiko kemaian (loss in life) baik secara alamiah (naural deah) maupun karena kecelakaan (accidenally deah) aau karena diserang penyaki, resiko hari ua (mauriy age), yaiu merosonya kesehaan dan kemampuan fisik sehingga meroso aau hilang kemampuan menghasilkan, resiko caca badan (disabiliy, incapaciy, invalidiy) disebabkan oleh kecelakaan aau penyaki sehingga meroso aau hilang kemampuan fisik unuk menghasilkan [7]. Beberapa simbol yang digunakan pada perhiungan asuransi jia adalah: l adalah jumlah orang hidup usia epa ahun d adalah jumlah orang yang meninggal anara usia dan + ahun 9

2 Media Saisika, Vol. 2, No., Juni 29: 9-28 np adalah peluang seseorang yang berusia ahun akan hidup mencapai usia +n ahun, dengan ln n p () l n adalah peluang seseorang yang berusia ahun akan meninggal sebelum usia +n ahun Unuk menyederhanakan perhiungan, dibualah simbol komuasi aau simbol peranara sebagai beriku [6] : D v l v ( i), dengan i adalah ingka suku bunga dalam ahun (3) i N Di D D... i S N C M R i i N N D (4)... N (5) v d (6) Ci C C... i i M i M M C dengan adalah usia eringgi yang dicapai. (7)... M (8) Dalam asuransi jia pembayaran premi biasanya dilakukan secara berkala. Pembayaran secara berkala disini dinamakan anuias [3]. a. Anuias seumur hidup adalah pembayaran berkala selama orang ersebu masih hidup. Nilai unai anuias aal seumur hidup bagi seorang berusia ahun sebesar sauan seiap ahun adalah: N a (9) D b. Anuias berjangka adalah pembayaran berkala dalam jangka aku erenu, misal n ahun. Nilai unai anuias aal berjangka bagi seorang berusia ahun, pembayaran paling lama n ahun adalah: a :n = N N D n Unuk membayar berapa besar sanunan yang harus dibayarkan perusahaan asuransi kepada ahli aris digunakan perumusan: a. Asuransi seumur hidup yaiu asuransi yang memberikan sanunan kepada ahli aris pada akhir ahun kemaian eranggung. Premi unggal bersihnya adalah: M A () D () 2

3 Model Penyusuan Darab (Sunarsih) b. Asuransi berjangka, yaiu asuransi yang memberikan sanunan kepada ahli aris apabila eranggung meninggal dalam jangka aku, misal n ahun, maka premi unggal bersihnya: A :n M M D n 3. Model Penyusuan Darab Model penyusuan darab, merupakan model penyusuan dimana penyusuan idak hanya disebabkan oleh sau sebab saja, misalkan kemaian, namun mungkin juga disebabkan oleh caca, maupun sebab-sebab yang lain. Pada model penyusuan unggal, idak menyediakan model maemaika unuk polis dengan berbagai manfaa. Sedangkan model penyusuan darab, dikembangkan unuk menyediakan kerangka pembelajaran unuk banyak sisem pengaman keuangan. Sebagai conoh, banyak polis asuransi jia yang sering menyediakan sanunan khusus jika kemaian disebabkan oleh kecelakaan aau jika erjadi caca pada pesera asuransi []. Beberapa conoh dari model penyusuan darab:. Keanggoaan dari rencana pensiun: erdapa beberapa fakor yang menyebabkan anggoa boleh dihenikan dari keanggoaan, anara lain, apabila anggoa iu meninggal, mengundurkan diri (pindah kerja), caca, aaupun dipeca. Beberapa fakor ersebu dapa erjadi pada saa yang sama dan mungkin keanggoaan dihenikan pada kejadian perama dari empa fakor ersebu. 2. Asuransi jia perorangan: suau polis asuransi dapa dihenikan jika anggoa asuransi ersebu meninggal aau menyerahkan polisnya. 3. Asuransi kesehaan: beberapa asuransi menyediakan pembayaran sanunan secara periodik pada anggoanya, jika mereka seuju dengan pengerian caca yang erera diaas polis. Pembayaran sanunan pada anggoa akan dihenikan apabila anggoa ersebu meninggal aau sembuh dari cacanya. 4. Perencanaan kesehaan masyaraka: pada suau analisis moralias mengenai penyebab kemaian, masing-masing penyebab kemaian uama dapa dijelaskan menjadi beberapa fakor penyebab erpisah. Sebagai conoh, penyebab kemaian dapa dikarenakan oleh (i) kecelakaan dan kekerasan, (ii) kanker, (iii) penyaki kardiovaskular, (iv) penyaki oleh infeksi, dan (v) lainnya []. Beberapa simbol yang digunakan yang berhubungan dengan model penyusuan darab pada perhiungan asuransi jia adalah: (T ) d adalah jumlah orang yang mengalami penyusuan di anara usia dan (+) yang diakibakan oleh penyusuan (), sebab penyusuan,..., sebab penyusuan (m). (k ) d adalah jumlah orang yang mengalami penyusuan dianara usia dan (+), dimana diakibakan oleh sebab penyusuan (k). (T ) l adalah jumlah orang yang hidup pada usia ahun dan akan mengalami penyusuan yang diakibakan oleh sebab penyusuan (),,..., (m). (T ) p adalah peluang seseorang berusia akan eap berada didalam kumpulan orangorang berusia paling sediki sau ahun. l p (3) l 2

4 Media Saisika, Vol. 2, No., Juni 29: 9-28 (k ) adalah peluang seseorang berusia akan meninggalkan (keluar) dari kumpulan orang orang berusia dalam ahun, diakibakan oleh sebab penyusuan (k), dengan d (4) l Jumlah laju penyusuan (force of decremen) pada usia, didefinisikan sebagai [4] : dl d ln l (5) l d d (T ) merupakan represenasi laju penyusuan dari semua sebab penyusuan. Beriku ini merupakan penurunannya seperi pada penyusuan unggal, y dy n d l l e, n e Laju penyusuan unuk sebab penyusuan k didefinisikan sebagai beriku : dl (6) l d 4. Pembenukan Tabel Penyusuan Tabel penyusuan darab dapa dibenuk, apabila dikeahui abel penyusuan unggal, dengan dikeahui baha: m ( k () k )... (7) ( m) Pada abel penyusuan darab, jika yang merupakan peluang penyusuan dari abel penyusuan unggal dengan sebab penyusuan (k), dikalikan dengan l d ' Unuk mendapakan perumusan ' (k ), adalah sebagai beriku : (T ) l, maka p d (8) Unuk sebab penyusuan (), menjadi () p () d p () () p d () p '() '() p p () p d p (3) ( m)... p d dengan diasumsikan penyusuan pada abel penyusuan unggal dalam sau ahun mempunyai disribusi seragam (uniform disribuion of decremens) [5] dengan, maka 22

5 Model Penyusuan Darab (Sunarsih) () '() '() '() p p (3) ( m)... p d (3) ( m) [ ] [ ]... [ ] d (3) ( m) [ ] [ ]... [ ] d '() 2 ( l) [...] d '() k [ 2 3 k lk k k lk ( l)...] Unuk 2 (dua) sebab penyusuan, maka () '() [ ] (9) 2 ' () [ ] 2 dengan mensubsiusikan persamaan (9) ke dalam persamaan, dan sebaliknya, sehingga '() ' ( ) () 2 '() ' 4 ' '() ( ) 2 (22) '() ' 4 5. Model Penyusuan Darab pada Asuransi Jia Unuk menyederhanakan perhiungan, diperlukan simbol komuasi aau simbol peranara sebagai beriku: D v l (23) N D (24) C v d () M C (26) Dalam asuransi jia pembayaran premi biasanya dilakukan secara berkala, pembayaran secara berkala disini dinamakan anuias [3]. Anuias pada penyusuan darab dapa didefinisikan: a. Anuias seumur hidup pada model penyusuan darab adalah suau rangkaian pembayaran sebesar Rp.,- yang dilakukan iap ahun, dimana pembayaran berlangsung selama anggoa ersebu masih didalam kumpulan. Nilai unai anuias aal seumur hidup bagi seorang berusia ahun sebesar sauan seiap ahun adalah: 23

6 Media Saisika, Vol. 2, No., Juni 29: 9-28 N a (27) D b. Anuias semenara pada model penyusuan darab adalah serangkaian pembayaran sebesar Rp.,- secara berkala dan paling lama n ahun, asalkan anggoa ersebu masih berada dalam kumpulan. Nilai unai anuias aal berjangka bagi seorang berusia ahun, pembayaran paling lama n ahun adalah: a N N n (28) : n ( T D ) Unuk membayar berapa besar sanunan yang harus dibayarkan perusahaan asuransi kepada ahli aris digunakan perumusan: (k ) a. Asuransi seumur hidup pada model penyusuan darab dinoasikan dengan A adalah asuransi seumur hidup sebesar Rp.,- unuk seseorang berusia, yang berari bila meninggalkan kumpulan dikarenakan penyusuan (k) maka ahli arisnya akan menerima pembayaran sebesar Rp.,- pada akhir ahun meninggalkan kumpulan. Perhiungan A adalah sebagai beriku: (k ) M (29) (k ) A D b. Asuransi berjangka (n ahun) pada model penyusuan darab yang dinoasikan dengan ( ) A adalah asuransi yang membayar pada ahli aris apabila orang yang diasuransikan ' k : n mengalami penyusuan (k) dalam jangka aku yang dienukan. Namun apabila sampai jangka aku asuransi, eranggung idak mengalami penyusuan (k), maka idak ada pembayaran. ( ) Perhiungan A adalah sebagai beriku: ' k : n M M n (3) A ' : n ( T D ) 6. Conoh Penerapan Musibah seseorang idak dapa diramalkan dengan epa kapan erjadinya. Musibah ersebu dapa berupa penyaki, kecelakaan yang mengakibakan caca aaupun kemaian. Menyadari hal ersebu, seorang pemuda berusia ahun hendak mengikui program asuransi. Perusahaan menaarkan sanunan-sanunan sebagai beriku: a. Apabila erjadi kemaian(de), maka ahli aris akan mendapakan sanunan sebesar Rp.35..,. b. Apabila mengalami caca(ds), maka eranggung mendapa sanunan sebesar Rp.3..,. Pembayaran premi dilakukan kali pada seiap permulaan ahun. Perusahaan menaarkan bunga 6%/ahun (liha lampiran) dengan memberikan alernaif program asuransi adalah:. Asuransi seumur hidup 2. Asuransi berjangka 35 ahun Oleh karena iu besar premi bersih dari ke-2 alernaif program asuransi ersebu dapa dihiung sebagai beriku:. Besarnya pembayaran premi jika mengikui program asuransi seumur hidup dapa dihiung dengan cara sebagai beriku : 24

7 Model Penyusuan Darab (Sunarsih) Misalkan besarnya pembayaran premi aau besar pembayaran cicilan iap ahun adalah B rupiah dan dibayarkan selama kali pada seiap permulaan ahun. Sehingga didapakan persamaan: 6 ( de) 6 ( ds) B a 35 A 3 A : ( de) ( ds) N N35 35 B 3 ( ) D D D T ( de) ( ds) D B 35 3 D D N N35 Nilai komuasi yang digunakan adalah nilai komuasi yang erdapa pada abel penyusuan ganda pada lampiran yang dibenuk dari penggabunggan abel 952 US Disabiliy Benefi 5, Age Neares dengan abel 94 US CSO Basic, Age Neares, Male & Female, maka , ,67 26,55 B ,55 26, ,95 652,66 B 6836, Jadi dengan membayar sebesar Rp ,- iap aal ahun selama sepuluh ahun, dapa mengikui program asuransi seumur hidup dan apabila erjadi kemaian aau caca, sanunan akan diberikan pada akhir ahun kejadian. 2. Besarnya pembayaran premi jika mengikui program asuransi berjangka 35 ahun dapa dihiung dengan cara sebagai beriku : Misalkan besarnya pembayaran premi aau besar pembayaran cicilan iap ahun adalah B rupiah dan dibayarkan selama kali pada seiap permulaan ahun. Sehingga didapakan persamaan: 6 ( de) 6 ( ds) B a 35 A' 3 A ' : :35 :35 (de) (de) (ds) (ds) N N35 M6 M6 B 35 3 D D D (de) (de) M6 35 D D B (ds) (ds) M N N 35 3 D Nilai komuasi yang digunakan adalah nilai komuasi yang erdapa pada abel penyusuan ganda pada lampiran yang dibenuk dari penggabunggan abel 952 US Disabiliy Benefi 5, Age Neares dengan abel 94 US CSO Basic, Age Neares, Male & Female, maka ,5 837, ,55 26,55 B 6 756,67 63, ,95 652, ,55 B 42958, Jadi dengan membayar sebesar Rp ,- iap aal ahun selama sepuluh ahun, dapa mengikui program asuransi berjangka 35 ahun dan apabila erjadi kemaian aau caca dalam jangka aku ersebu, sanunan akan diberikan pada akhir ahun kejadian,

8 Media Saisika, Vol. 2, No., Juni 29: 9-28 namun apabila idak erjadi kemaian aaupun caca, maka idak mendapakan pembayaran apapun. 7. Penuup Dari pembahasan dapa diambil kesimpulan, baha model penyusuan darab, merupakan model penyusuan yang idak hanya disebabkan oleh sau sebab penyusuan saja. Salah sau penerapannya adalah dalam asuransi jia, dimana erdapa program asuransi yang menaarkan jaminan apabila erjadi kemaian aau caca dalam sau pake polis asuransi. Dalam paper ini, menggunakan dua sebab penyusuan, yaiu kemaian dan caca. Dalam pembenukan abel penyusuan darab, dapa dilakukan dengan menggabungkan abel penyusuan unggal yang elah dikeahui. Tabel penyusuan unggal diperoleh dengan menggunakan sofare able manager. Besar premi yang dibayarkan unuk asuransi jia dengan penyusuan darab berganung pada program asuransi yang diambil. Pada asuransi seumur hidup unuk sesorang yang berusia, apabila meninggalkan kumpulan dikarenakan penyusuan (k), maka ahli arisnya akan menerima pembayaran. Sedangkan pada asuransi berjangka n ahun apabila orang yang diasuransikan mengalami penyusuan (k) dalam jangka aku yang dienukan, maka ahli aris akan menerima pembayaran dan apabila sampai jangka aku asuransi, eranggung idak mengalami penyusuan (k), maka idak ada pembayaran. 8. DAFTAR PUSTAKA. Boers, N.L., e al., Acuarial Mahemaics, Schaunburg, Illinois, Daris, S. and Kuslan, On The Esimaion of Double-Decremen Model, Seminar Nasional Saisika UNISBA, Jones, H.E., Prinsip-prinsip Asuransi Jia, Kesehaan dan Anuias, Edisi Kedua, Georgia: FLMI Insuransce Educaion Program Life Managemen Insiue Roma Alana, Jordan Jr, C.W., Life Coningencies, Second Ediion, The Sociey of Acuaris, Chicago, Ross, S. A Firs Course in Probabiliy, Macmillan College Publishing Company, Ne York, Sembiring, R.K., Buku Maeri Pokok Asuransi I dan Asuransi II, Penerbi Karunika Jakara, Universias Terbuka, Skoog, G.R. and Ciecka, J.E., Worklife Epecancy via Compeing Risks/Muliple Decremen Theory ih an Applicaion o Railroad Workers, Journal of Forensic Economics, 27, Vol. 9, No. 3:

9 Model Penyusuan Darab (Sunarsih) Lampiran Nilai Komuasi, i = 6% Pada Tabel Penyusuan dengan Dua Penyusuan ( Kemaian dan Caca ) X D N S C (de) C (ds) M (de) M (ds) R (de) R (ds) 27

10 Media Saisika, Vol. 2, No., Juni 29:

PERHITUNGAN PREMI ASURANSI JIWA DWIGUNA PASUTRI SEBAGAI PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA EKONOMI

PERHITUNGAN PREMI ASURANSI JIWA DWIGUNA PASUTRI SEBAGAI PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA EKONOMI Perhiungan Premi Asuransi Jiwa Dwiguna... PERHITUNGAN PREMI ASURANSI JIWA DWIGUNA PASUTRI SEBAGAI PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA EKONOMI Irma Fauziah Dosen Maemaika FST Universias Islam Negeri Syarif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

Pemodelan Intensitas Transisi dan Peluang pada Asuransi Perawatan Jangka Panjang

Pemodelan Intensitas Transisi dan Peluang pada Asuransi Perawatan Jangka Panjang Pemodelan Inensias Transisi dan Peluang pada Asuransi Perawaan Jangka Panjang Rosia Kusumawai 1, dan Gunardi 2 1 Universias egeri Yogyakara, 2 Universias Gadjah Mada Inisari Proses perubahan saus kesehaan

Lebih terperinci

CADANGAN PREMI ASURANSI PENSIUN UNTUK PENSIUN NORMAL PADA STATUS HIDUP GABUNGAN

CADANGAN PREMI ASURANSI PENSIUN UNTUK PENSIUN NORMAL PADA STATUS HIDUP GABUNGAN CAAGA PREMI ASURASI PESIU UTUK PESIU ORMAL PAA STATUS HIUP GABUGA esi oiasari Silaban *, Hasriai, Musraini Mahasiswa Program S Maemaika osen Jurusan Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Universias

Lebih terperinci

MODEL PENYUSUTAN MAJEMUK JUMLAH PESERTA ASURANSI PADA ASURANSI JIWA

MODEL PENYUSUTAN MAJEMUK JUMLAH PESERTA ASURANSI PADA ASURANSI JIWA Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 99 17 ISSN : 233 291 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND MODEL PENYUSUTAN MAJEMUK JUMLAH PESERTA ASURANSI PADA ASURANSI JIWA WILLIAM HUDA, DODI DEVIANTO, YUDIANTRI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan)

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galaia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Saionary Disribuion of Swiss Bonus-Malus

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 11 Laar Belakang Seiap orang mendambakan berheni bekerja di suau masa dalam siklus kehidupannya dan menikmai masa uanya dengan enram Terjaminnya kesejaheraan di masa ua akan mencipakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran Saisika, Vol. 10 No. 2, 129 138 Nopember 2010 Proyeksi Penduduk Provinsi Riau 2010-2015 Menggunakan Meode Campuran Ari Budi Uomo, Yaya Karyana, Tei Sofia Yani Program Sudi Saisika, Universias Islam Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

PREMIUM PRICING IN HEALTH INSURANCE BY NELSON- AALEN ESTIMATOR

PREMIUM PRICING IN HEALTH INSURANCE BY NELSON- AALEN ESTIMATOR REMIUM RICING IN HEALTH INSURANCE BY NELSON- AALEN ESTIMATOR Najmah Isikaanah rogram Sudi endidikan Maemaika FMIA IKI GRI Semarang Jl. Sidodadi Timur No. 24 Semarang ABSTRACT In his paper he using of Nelson

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

Bilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi

Bilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi Bilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi Ilham Saifudin ) ) Jurusan Teknik Informaika, Fakulas Teknik, Universias Muhammadiyah Jember Jl. Karimaa No. 49 Jember Kode Pos 68 Email :

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUAT TATITIK 3.. ejarah ingka BP (Badan Pusa aisik) A. Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 920, Kanor aisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU LEMMA VOL I NO. 2, MEI 215 PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU Siskha Handayani STKIP PGRI Sumaera Bara Email: siskhandayani@yahoo.com Absrak. Dalam peneliian ini akan dibahas penyelesaian dari sisem

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB))

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)) Model Dinamis: Auoregressive Dan Disribusi Lag (Sudi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domesik Regional Bruo (PDRB)) Dynamic Model : Auoregressive and Disribuion Lag (Case Sudy: Effecs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 1, Juni 2007 ISSN

Volume 1, Nomor 1, Juni 2007 ISSN Volume, Nomor, Juni 7 ISSN 978-77 Barekeng, Juni 7 hal6-5 Vol No ANALISIS VARIANS MULTIVARIAT PADA EKSPERIMEN DENGAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (Variance Mulivaria Analysis for Experimen wih Complee Random

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Persediaan (Invenory) Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan aau digunakan unuk dijual pada periode mendaang, yang dapa berbenuk bahan baku yang

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci