BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Persediaan (Invenory) Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan aau digunakan unuk dijual pada periode mendaang, yang dapa berbenuk bahan baku yang disimpan unuk diproses, barang dalam proses manufakur dan barang jadi yang disimpan unuk dijual maupun diproses. Persediaan dierjemahkan dari kaa invenory yang merupakan imbunan barang (bahan baku, komponen, produk seengah jadi, aau produk akhir, dll) yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan (safey aau buffer-sock) unuk manghadapi kelangkaan pada saa proses produksi sedang berlangsung. Unuk lebih jelasnya mengenai persediaan, maka akan dipaparkan pengerian persediaan. Pengerian persediaan akan dijelaskan dari beberapa defenisi beriku. 1. Sarr dan Miller (1997:3) menjelaskan bahwa invenory is heory hardly enquires educaion and invenory immediaely brings o minds a sock of some kind of physical commodiy. 2. Rangkui (2007:2) menyaakan bahwa persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang erdapa dalam perusahaan unuk proses produksi, sera barang-barang jadi aau produk yang disediakan unuk memenuhi perminaan dari konsumen aau pelanggan seiap waku. 3. Baroo (dalam Riggs, 1976) menyaakan bahwa persediaan adalah bahan menah, barang dalam proses (work in process), barang jadi, bahan pembanu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam anisipasinya erhadap pemenuhan perminaan. Dari definisi di aas, dapa disimpulkan bahwa persediaan adalah maerial yang berupa bahan baku, barang seengah jadi, aau barang jadi yang disimpan dalam suau empa aau gudang dimana barang ersebu menunggu unuk diproses aau diproduksi lebih lanju. 6

2 7 2.2 Penyebab Persediaan Persediaan merupakan suau hal yang ak erhindarkan. Menuru Baroo (2002:53) mengaakan bahwa penyebab imbulnya persediaan adalah sebagai beriku. 1. Mekanisme pemenuhan aas perminaan Perminaan erhadap suau barang idak dapa dipenuhi sekeika bila barang ersebu idak ersedia sebelummya. Unuk menyiapkan barang ini diperlukan waku unuk pembuaan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang suli dihindarkan. 2. Keinginan unuk meredam keidakpasian Keidakpasian erjadi akiba: perminaan yang bervariasi dan idak pasi dalam jumlah maupun waku kedaangan, waku pembuaan yang cenderung idak konsan anara sau produk dengan produk berikunya, waku enggang (lead ime) yang cenderung idak pasi karena banyak fakor yang idak dapa dikendalikan. Keidakpasian ini dapa diredam dengan mengadakan persediaan. 3. Keinginan melakukan spekulasi yang berujuan mendapakan keunungan besar dari kenaikan harga di masa mendaang. 2.3 Jenis-Jenis Persediaan Seiap jenis persediaan memiliki karakerisik ersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Rangkui (2007:15) memaparkan persediaan dapa dibedakan menjadi beberapa jenis. 1. Persediaan bahan menah (raw maerial) yaiu persediaan barang-barang berwujud, seperi besi, kayu, sera komponen-komponen lain yang digunakan dalam proses produksi. 2. Persediaan komponen-komponen rakian (purchased pars/componens), yaiu persediaan barang-barang yang erdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapa diraki menjadi suau produk.

3 8 3. Persediaan bahan pembanu aau penolong (supplies), yaiu persediaan barangbarang yang diperlukan dalam proses produksi, eapi bukan merupakan bagian aau komponen barang jadi. 4. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaiu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran dari iap-iap bagian dalam proses produksi aau yang elah diolah menjadi suau benuk, eapi masih perlu diproses lebih lanju menjadi barang jadi. 5. Persediaaan barang jadi (finished goods), yaiu persediaan barang-barang yang elah selesai diproses aau diolah dalam pabrik dan siap dijual aau dikirim kepada pelanggan. 2.4 Fungsi-Fungsi Persediaan Pada prinsipnya persediaan mempermudah aau memperlancar jalannya operasi perusahaan/pabrik yang harus dilakukan secara beruru-uru unuk memproduksi barang-barang sera menyampaikannya pada para pelanggan aau konsumen. Rangkui (2007:15) menjelaskan adapun fungsi-fungsi persediaan oleh suau perusahaan/pabrik adalah sebagai beriku. 1. Fungsi Decoupling Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapa memenuhi perminaan pelanggan anpa erganung pada supplier. Persediaan bahan menah diadakan agar perusahaan idak akan sepenuhnya erganung pada pengadaannya dalam hal kuanias dan waku pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar deparemen-deparemen dan proses-proses individual perusahaan erjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan unuk memenuhi perminaan produk yang idak pasi dari para pelanggan. Persediaan yang diadakan unuk menghadapi flukuasi perminaan konsumen yang idak dapa diperkirakan aau diramalkan disebu flucuaion sock. 2. Fungsi Economic Lo Sizing Persediaan lo size ini perlu memperimbangkan penghemaan aau poongan pembeliaan, biaya pengangkuan per uni menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuanias yang lebih

4 9 besar dibandingkan biaya- biaya yang imbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, invesasi, resiko, dan sebagainya). 3. Fungsi Anisipasi Apabila perusahan menghadapi flukuasi perminaan yang dapa diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman aau daa-daa masa lalu, yaiu perminaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapa mengadakan persediaan musiman (seasional invenories). 2.5 Pengerian Pengendalian Persediaan Pengendalian persediaan (Invenory Conrol) adalah penenuan suau kebijakan pemesanan dalam anrian, kapan bahan iu dipesan dan berapa banyak yang dipesan secara opimal unuk dapa memenuhi perminaan, aau dengan kaa lain, pengendalian persediaan adalah suau usaha aau kegiaan unuk menenukan ingka opimal dengan biaya persediaan yang minimum sehingga perusahaan dapa berjalan lancar. Masalah penenuan besarnya persediaan merupakan masalah yang pening bagi perusahaan. Karena persediaan mempunyai efek yang langsung erhadap keunungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang erlalu besar dibandingkan kebuuhan perusahaan akan menambah beban bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, sera kemungkinan penyusuan dan kualias yang idak bisa diperahankan, sehingga akan mengurangi keunungan perusahaan. Sebaliknya persediaan bahan yang erlalu kecil akan mengakibakan kemacean dalam produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga. Apabila persediaan bahan erlalu besar aau penenuan ingka persediaan yang salah dapa berakiba buruk dan menimbulkan perusahaan anara lain disebabkan oleh: 1. penimbunan persediaan mengakibakan modal eranam erlalu besar, 2. kepuusan memesan aau membeli barang berulang-ulang dalam jumlah kecil mengakibakan biaya pemesanan menjadi besar, 3. kekurangan persediaan yang mengakibakan erhambanya kegiaan produksi,

5 10 1. ongkos persediaan, 2. resiko kerusakan bahan. Sebaliknya, apabila persediaan bahan yang erlalu kecil maka akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan anara lain disebabkan oleh: 1. kemacean dalam produksi, 2. ongkos pemesanan, 3. ongkos kekurangan persediaan. Dan fakor-fakor yang mempengaruhi persediaan bahan baku adalah: 1. perkiraan pemakaian, 2. harga bahan baku, 3. biaya-biaya dari persediaan, yang melipui biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, 4. pemakaian senyaanya, arinya pemakaian yang real yang sesuai dengan daa perusahaan, 5. waku unggu (lead ime), yaiu waku yang diperlukan unuk memesan barang sampai barang ersebu iba.waku unggu ini idak selamanya konsan, cenderung bervariasi karena erganung dari jumlah barang yang dipesan dan waku pemesanan. 2.6 Tujuan Pengendalian Persediaan Divisi yang berbeda dalam indusri manufakur akan memiliki ujuan pengendalian persediaan yang berbeda. Menuru Gining (2007:125) menjelaskan bahwa ujuan dari pengendalian persediaan adalah: a. pemasaran ingin melayani konsumen secepa mungkin sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak, b. produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang inggi akan menghasilkan persediaan yang besar (unuk mengurangi seup mesin). Di samping iu juga produk menginginkan persediaan bahan baku, seengah jadi aau komponen yang cukup sehingga proses produksi idak erganggu karena kekurangan bahan,

6 11 c. personalia (personel and indusrial relaionship) menginginkan adanya persediaan unuk menganisipasi flukuasi kebuuhan enaga kerja dan PHK idak perlu dilakukan. 2.7 Komponen Biaya Persediaan Salah sau ujuan persediaan adalah mendapakan biaya yang minimum. Oleh karena iu, menuru Nasuion dan Praseyawan (2008:121) dalam menenukan biaya persediaaan perlu dikeahui bahwa biaya-biaya yang mencakup dalam persediaan sebagai beriku. 1. Biaya penyimpanan (holding coss aau carrying coss), yaiu erdiri aas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuanias persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuanias bahan yang dipesan semakin banyak aau raa- raa persediaan semakin inggi. Biayabiaya yang ermassuk sebagai biaya penyimpanan adalah: a. biaya fasilias-fasilias penyimpanan (ermasuk penerangan, pendingin ruangan, dan sebagainya), b. biaya modal (opporuniy coss of capial), yaiu alernaive pendapaan aas dana yang diinvesasikan dalam persediaan, c. biaya keusangan, d. biaya penghiungan fisik, e. biaya asuransi persediaan, f. biaya pajak persediaan, g. biaya pencurian, pengrusakan, aau perampokan, h. biaya penanganan persediaan dan sebagainya. Biaya-biaya ersebu di aas merupakan variabel apabila bervariasi dengan ingka persediaan. Apabila biaya fasilias penyimpanan (gudang) idak variabel, eapi eap, maka idak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per uni. Biaya penyimpanan persediaan berkisar anara 12 sampai 40 persen dari biaya aau harga barang. Unuk perusahaaan manufakuring biasanya, biaya penyimpanan raa-raa secara konsisen sekiar 25 persen.

7 12 2. Biaya pemesanan aau pembelian (ordering coss aau procuremen coss). Biaya-biaya ini melipui: a. pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi, b. upah, c. biaya elepon, d. pengeluaran sura menyura, e. biaya pengepakan dan penimbangan, f. biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan, g. biaya pengiriman ke gudang, h. biaya uang lancar dan sebagainya. Pada umumnya, biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan poongan kuanias) idak naik apabila kuanias pemesanan berambah besar. Teapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan seiap kali pesan, jumlah pesanan per periode urun, maka biaya pemesanan oal akan urun. Ini berari, biaya pemesanan oal per periode (ahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan seiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan seiap kali pesan. 3. Biaya kehabisan aau kekurangan bahan (shorage coss) Adalah biaya yang imbul apabila persiapan idak mencukupi adanya perminaan bahan. Biaya-biaya yang ermasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai beriku: a. kehilangan penjualan, b. kehilangan pelanggan, c. biaya pemesanan khusus, d. biaya ekspedisi, e. selisih harga, f. erganggunya operasi, g. ambahan pengeluaran kegiaan manajerial dan sebagainya. Biaya kekurangan bahan suli diukur dalam prakik, eruama karena kenyaaannya biaya ini sering merupakan opporuniy coss yang suli diperkirakan secara objekif.

8 Sisem Pengendalian Persediaan Sisem persediaan adalah suau mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang berhubungan dengan persediaan menjadi oupu, dimana unuk ini diperlukan umpan balik agar oupu memenuhi sandar erenu. Mekanisme sisem ini adalah pembuaan serangkaian kebijakan yang memonior ingka persediaan, menenukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan harus dilakukan. Sisem ini berujuan unuk meneapkan dan menjamin ersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen dan bahan baku secara opimal, dan pada waku yang opimal. Krieria opimal adalah minimasi biaya oal yang erkai dengan persediaan, yaiu biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya kekurangan persediaan. Variabel kepuusan dalam pengendalian persediaan radisional dapa diklasifikasikan ke dalam variabel kuaniaif dan variabel kualiaif. Secara kuaniaif, variabel kepuusan pada pengendalian sisem persediaan adalah sebagai beriku: 1. berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan aau dibua, 2. kapan pemesanan aau pembuaan harus dilakukan, 3. berapa jumlah persediaan pengaman, 4. bagaimana mengendalikan persediaan. Secara kualiaif, masalah persediaan berkaian dengan sisem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan persediaan adalah sebagai beriku: 1. jenis barang apa yang dimiliki, 2. dimana barang ersebu berada, 3. berapa jumlah barang yang harus dipesan, 4. siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing iem. Secara luas, ujuan dari sisem persediaan adalah menemukan solusi opimal erhadap seluruh masalah yang berkaian dengan persediaan. Dikaikan dengan ujuan umum perusahaan, maka opimalias pengendalian persediaan sering kali diukur dengan keunungan maksimum yang dicapai. Karena perusahaan memiliki banyak subiem lain selain persediaan, maka mengukur

9 14 konribusi pengendalian persediaan dalam mencapai oal keunungan bukan hal mudah. Opimalisasi pengendalian persediaan biasanya diukur dengan oal biaya minimum pada suau periode erenu (Baroo, 2002:54) Pengendalian Persediaan dengan Sisem Q Sau model sokasik sediaan yang paling banyak dilakukan adalah sisem Q yang juga disebu sisem pemeriksaan erus-menerus, sisem iik pemesanan kembali dan sisem jumlah pemesanan eap. Pada sisem Q, perminaan berubah-ubah dan idak dapa dipasikan sebelumnya. Perminaan ini berubah-ubah secara sembarang sehingga yang dapa dienukan adalah perminaan raa-raa. Ini berari bahwa selama masa unggu pun perminaan ersebu berubah-ubah. Dikaakan sisem Q karena persediaan dengan jumlah pemesanan eap. Pada sisem ini pemesanan kembali dilakukan pada saa dimana persediaan mencapai suau iik pemesanan kembali (reorder poin) dengan memperhiungkan kebuuhan yang berflukuasi selama waku ancang-ancang (lead ime), Persediaan unuk meredam flukuasi selama lead ime disebu persediaan keamanan (safey sock). Menuru Baroo (2002:77) beberapa hal yang perlu diperhaikan dalam pengendalian persediaan dengan sisem Q adalah sebagai beriku: 1. persediaan keamanan (safey sock) adalah sejumlah bahan sebagai persediaan cadangan jika perusahaan berproduksi melebihi rencana yang elah dieapkan, 2. waku ancang-ancang (lead ime) adalah waku yang dibuuhkan unuk memesan bahan sampai bahan ersebu iba, 3. jumlah barang yang dipesan unuk seiap pemesanan adalah eap, 4. pemesanan kembali dilakukan, apabila persediaan elah mencapai iik pemesanan kembali (reorder poin), 5. besarnya reorder poin sama dengan jumlah perminaan raa-raa selama waku ancang-ancang diambah dengan besarnya persediaan keamanan.

10 15 Tipe sisem Q dapa digambarkan (Yami, 1999:48) sebagai beriku: Persediaan yang ada penerimaan pesanan Perminaan (uni) Menenukan posisi persediaan idak (on hand + on order back order) Posisi persediaan ROP ya Perganian pemesanan GAMBAR 2.1: Sisem Q 2.9 Disribusi Normal Disribusi normal adalah disribusi berkesinambungan (koninu) yang memiliki kurva berbenuk lonceng dan simeris yang sering dipakai karena mempunyai karakerisik maemaika sehingga membua perhiungan menjadi lebih mudah dan merupakan pendekaan yang layak unuk disribusi probabilias berkesinambungan dari sejumlah fenomena alam. Pusa disribusi normal berkaian dengan raa-raa (μ). Kedua akhir aau ekor dalam disribusi normal erus berlanju sampai dengan idak erhingga dari - sampai dengan + (Taylor Bernard W, 2005:112). Uji normalias pada dasarnya melakukan perbandingan anara daa yang kia miliki dengan daa yang berdisribusi normal yang memiliki mean dan sandar deviasi yang sama dengan daa kia. Beberapa karakerisik disribusi normal adalah sebagai beriku: 1. Disribusi normal memiliki dua parameer yaiu μ dan σ yang masingmasing menenukan lokasi dan benuk disribusi. 2. Tiik eringgi kurva normal berada pada raa-raa. 3. Disribusi normal adalah disribusi yang simeris.

11 16 4. Simpangan baku (sandar deviasi) σ, menenukan lebarnya kurva. Makin kecil σ, benuk kurva semakin runcing. 5. Toal luas daerah di bawah kurva normal adalah 1. (Hal ini berlaku unuk seluruh disribusi probabilias koninu. 6. Jika jarak dari masing-masing nilai X diukur dengan simpangan baku σ, maka kira-kira 68% berjarak 1σ, 95% berjarak 2σ dan 99% berjarak 3σ. Suau peubah acak y berdisribusi normal mempunyai persamaan umum sebagai beriku: dimana: μ = raa-raa, π = 3, е = 2, f (y) = 1 σ 2π e 1 2 y μ σ 2 σ = simpangan baku (sandar deviasi) Disribusi normal dengan parameer μ dan σ 2, biasanya diulis dengan N(μ, σ 2 ). Suau disribusi normal Z yang mempunyai raa-raa μ = 0 dan simpangan baku σ = 1 aau diulis N(0,1). Disribusi normal Z seperi ini disebu disribusi normal baku. Dengan demikian fungsi disribusi f (Z), yaiu: f (Z) = 1 1 2π e 2 [Z]2, dengan - < Z < Disribusi Probabilias dan Fungsi Probabilias Kumulaif Peubah Acak Koninu 1. Disribusi Probabilias variabel acak koninu Disribusi probabilias variabel acak koninu dinoasikan dengan fungsi f(x) dan sering disebu sebagai fungsi kepadaan (denciy funcion) aau fungsi kepadaan probabilias dan bukan fungsi probabilias. Nilai f(x) bisa lebih dari 1. Fungsi dikaakan fungsi peluang aau disribusi peluang peubah acak koninu, bila memenuhi persamaan: f(x) 0 f(x)dx = 1 (inegral fungsi kepadaan probabilias f(x) = 1)

12 17 caaan f(x)dx = P{x X (x + dx)}, yaiu probabilias bahwa nilai X erleak pada inerval x + dx. 2. Disribusi Probabilias variabel acak koninu Disibusi peluang kumulaif peubah acak koninu X dihiung dengan menginegralkan nilai disribusi peluangnya. Secara maemais, disribusi kumulaif peubah acak koninu aau fungsi pada f(x) dinyaakan sebagai beriku: F(x) = P(X x) = x f(x)dx Nilai-nilai x dalam rumus ini harus koninu aau dalam suau inerval (Suprano, 2001:7) 2.11 Persamaan Differensial Parsial Persamaan differensial parsial adalah persamaan-persamaan yang mengandung sau aau lebih urunan-urunan parsial. Persamaan ini haruslah melibakan paling sediki dua variabel bebas. Misalkan z = f(x, y) adalah fungsi variabel bebas x dan y. Karena x dan y bebas, (i) dapa dimungkinkan x yang berubah-ubah, semenara y dianggap eap, (ii) dapa dimungkinkan y yang berubah-ubah, semenara x dianggap eap (iii) dapa dibolehkan x dan y keduanya berubah bersama-sama. Pada dua keadaaan yang perama, z merupakan fungsi variabel unggal dan dapa diurunkan menuru auran-auran yang biasa. Conoh: z = 2x 2 + 3y 2 (z) (x) = 4x (z) (y) = 6y Jika erdapa variabel bebas yang unggal, urunannya merupakan urunan biasa. Conoh: x = f(y) x = y maka, dy dx = 5y4 Menuru Pudjiasui (2006:67) bahwa suau fungsi z = f(x, y) akan bernilai maksimum dan bernilai minimum dengan syara sebagai beriku.

13 18 1. Turunan perama parsial z erhadap x dan z erhadap y disamakan dengan nol. z = f(x, y) (z) (x) = 0 (z) (y) = 0 2. Turunan kedua parsial z erhadap x dan z erhadap y lebih kecil dari (<) nol maka bernilai maksimum dan urunan kedua parsial z erhadap x dan z erhadap y lebih besar dari (>) nol maka bernilai minimum. 2 (z) x 2 < 0, 2 (z) y 2 < 0 2 (z) x 2 > 0, 2 (z) y 2 > Model Persediaan Dengan Sisem Q maksimum minimum Menuru Sarr dan Miller (1977:112) menjelaskan model persediaan pada sisem Q dibedakan menjadi 2 bagian yaiu model persediaan dinamis mengandung resiko dan model persediaan dinamis mengandung keidakpasian. Unuk lebih memahami model persediaan yang digunakan pada produksi kare alam (crumb rubber) maka akan dibahas model persediaan ersebu sebagai beriku: Model Persediaan Dinamis Mengandung Resiko Masalah persediaan yang cukup banyak diemukan dalam prakiknya adalah model persediaan dinamis mengandung resiko yaiu model persediaan dengan jumlah frekuensi pemesanan bahan dilakukan lebih dari sau kali dan hanya dikeahui disribusi kemungkinan kebuuhannya (Sarr, 1977:112). Pada umumnya, model ini digunakan jika perminaan bervariasi unuk seiap periode, sehingga imbul kemungkinan erjadinya kekurangan persediaan. Parreo adalah seorang penelii mengenai persediaan menemukan bahwa penggunaan suau iem erenu kadang kala dalam jumlah sediki, kadang kala dalam jumlah besar, dan kadang kala dalam jumlah sanga besar. Bila dibua grafik peluangnya, dimana garis mendaar menunjukkan jumlah penggunaan dan garis verikal menunjukkan peluang, maka akan didapakan kurva yang berbenuk seperi lonceng. Pola daa seperi inilah yang dimaksud dengan disribusi (pola)

14 19 normal (Baroo, 2002:86). Hal ini erjadi apabila kebuuhan menyimpang dari daa yang diperkirakan. Unuk meredam flukuasi kebuuhan selama lead ime maka diadakan persediaan cadangan sebesar w sauan. Agar lebih mudah dipahami, beriku akan digunakan beberapa asumsi dengan menyesuaikan erhadap kebiasaan yang diempuh oleh perusahaan yaiu dengan menenukan jumlah produksi iap bulan. Dalam sisem Q banyak digunakan rumusan dalam perhiungan persediaan, sehingga unuk menurunkan rumus-rumus dalam meode ini diasumsikan bahwa kebuuhan dianggap dikeahui dan disribusi kemungkinan kebuuhan adalah berdisribusi normal. Sesuai dengan sisem yang berlaku bahwa; 1 ahun = 12 bulan, 1 bulan = 30 hari. Selanjunya produksi raa-raa per bulan = X uni, sandar deviasi = S uni dan lead ime = T bulan maka dapa dihiung besarnya produksi raa-raa selama 1 ahun yaiu D = 12X. Adapun oal biaya persediaan per ahun unuk menenukan sisem Q opimal diperoleh dari persamaan dengan pemesanan raa-raa unuk periode bulan yaiu dengan menjumlahkan komponen-komponen biaya persediaan (Sarr dan Miller, 1977:123) sebagai beriku: Toal Biaya Persediaan = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan unuk perminaan raa-raa + Biaya penyimpanan unuk persediaan cadangan + Biaya kekurangan persediaan Komponen oal biaya persediaan ersebu dapa dijabarkan sau persau secara epa sebagai beriku. 1. Biaya pemesanan per ahun (BP) Menuru Sarr dan Miller (1977:122) bahwa biaya pemesanan sesuai dengan rencana kebuuhan bahan selama 1 ahun dihiung berdasarkan jumlah kebuuhan bahan per ahun. Jika dalam sau ahun dilakukan 12 pemesanan per ahun adalah: 12 C r kali pemesanan, maka biaya BP = 12C r keerangan: biaya pemesanan = C r (seiap kali pesan) (1)

15 20 periode pemesanan = bulan jumlah kebuuhan raa-raa b ahan per ahun = D = 12X jumlah pemesanan opimal = Q = X frekuensi pemesanan = 12X X = Biaya Penyimpanan unuk perminaan raa-raa per ahun (BS). Menuru Sarr dan Miller (1977:122) bahwa biaya penyimpanan unuk perminaan raa-raa per ahun adalah: BS = Q 2.C.C c BS =.X 2.C.C c BS =. D 12 2.C.C c BS =.D.C.C c 24 (2) keerangan: biaya penyimpanan = C c periode pemesanan = bulan jumlah kebuuhan raa-raa bahan per ahun = D harga bahan per sauan = C jumlah pemesanan opimal = Q = X jumlah persediaan raa-raa = Q 2 3. Biaya penyimpanan unuk persediaan cadangan (BC) Unuk meredam flukuasi perminaan selama lead ime, maka diadakan jumlah persediaan cadangan (buffer sock) sebesar w sauan. Menuru Sarr dan Miller (1977:123) bahwa biaya penyimpanan unuk persediaan cadangan yaiu: BC = w.c.c c (3)

16 21 keerangan: w = jumlah persediaan cadangan selama lead ime C = harga bahan per sauan C c = biaya penyimpanan 4. Biaya kekurangan persediaan per ahun (BK) Kekurangan persediaan erjadi keika perminaan pelanggan idak dapa dipenuhi karena kurangnya persediaan di angan. Biaya kekurangan persediaan biasanya merupakan esimasi yang subjekif dan sering kali hanya berupa dugaan. Dan kemungkinan erjadinya kekurangan persediaan adalah keerangan: R+w f(y)dy y = kebuuhan bahan selama lead ime f(y) = fungsi dari kebuuhan bahan selama lead ime w = persediaan cadangan selama lead ime R = perminaan raa raa selama lead ime Bila dikeahui kemungkinan erjadinya kekurangan persediaan adalah f(y)dy dan disribusi f(y) mengikui pola disribusi normal maka harga R+w f(y)dy dapa diperoleh dari abel luas daerah di bawah kurva normal. Pada R+w disribusi normal, area aau probabilias diukur berdasarkan jumlah deviasi sandar variabel acak x nilai erhadap raa-raa. Unuk mengubah disribusi normal menjadi disribusi normal baku (sandar) adalah dengan cara mengurangi nilai variabel x dengan raa-raa µ dan membaginya dengan sandar deviasi σ sehingga diperoleh variabel baru Z. Z = x µ σ Jumlah deviasi sandar variabel acak x nilai adalah dari raa-raa memberikan pengukuran sandar yang konsisen unuk semua disribusi normal. Benuk sandar dari disribusi normal mempunyai raa-raa sebesar nol (µ = 0) dan deviasi sandar sebesar sau (σ = 1).

17 22 R+w f(y)dy R R + w x 0 Z Gambar 2.2: Hubungan kurva normal dan kurva normal sandar kebuuhan selama lead ime Jika selama lead ime erjadi kekurangan persediaan, maka akan imbul biaya kekurangan persediaan sebesark. Menuru Sarr dan Miller (1977:123) bahwa jika dalam 1 ahun dilakukan 12 pemesanan dan erjadi 12 lead ime, sehingga biaya kekurangan persediaan menjadi sebesar BK = 12K f(y)dy (4) R+w sehingga oal biaya persediaan per ahun diperoleh dari hasil penjumlahan komponen biaya biaya di aas menuru Sarr dan Miller (1977:123) adalah: TC = 12C r +.D.C.C c 24 + w. C. C c + 12K R+w f(y)dy persamaan (5) ini akan diurunkan secara parsial erhadap dua variabel bebas yaiu variabel dan w dimana fungsi akan minimum dengan syara urunan perama = 0 sehingga harga dan w dapa dihiung sebagai beriku: (TC) () (TC) () 2 = 0 dan = 12C r 2 (TC) (w) = 0 + D.C.C c 12K[1 F(R+w)] 24 2 = 24 {C r +K [1-F(R+w)]} (5) 12 D.C.C c (6) (TC) (w) = C. C c 12K f(r + w)

18 23 2 = 122.K 2.[f(R+w)] 2 C 2.C c 2 (7) dari persamaan (6) dan persamaan (7) diperoleh: keerangan: [f(r + w)] 2 = 2C.C c {C r+k[1 F(R+w)]} D.K 2 (8) f(r + w) = fungsi disribusi kemungkinan kebuuhan selama lead ime, yang merupakan disribusi normal N(R,σ 2 ). Ordina f(r + w) dapa dicari dengan menggunakan abel normal saisik dengan dimisalkan ordina ersebu adalah g(w) dalam disribusi normal baku N(0,1). g(w) = 1 2π 꺄1 2 (w)2 g (w) 0 f (x) = 1 σ 2π e 1 2 x R σ 2 f(r+w) R R + w Gambar 2.3: Hubungan ordina anara disribusi normal N(R,σ 2 ) dengan disribusi normal baku N(0,1) f(r + w) dikeahui sama dengan 1 S T g(w) (9) aau g(w) = S T. f(r + w) unuk T = lead ime S = sandar deviasi per ahun S T = sandar deviasi selama lead ime

19 24 maka harus dipenuhi persamaan: [g(w)] 2 = S T 2. [f(r + w)] 2 (10) Karena diasumsikan bahwa F(R+w) = 1 maka persamaan ersebu menjadi: maka diperoleh: [g(w)] 2 = S T C. C c. C r D. K 2 g(w) = S T. 2.C.C c.c r D.K 2 Seelah diperoleh nilai g(w), maka dengan menggunakan abel ordina kurva disribusi normal baku diperoleh nilai W. Dan juga dapa dienukan jumlah persediaan cadangan yaiu w = S T W dan iik pemesanan kembali = TX + S T W. Selanjunya f(r+w) diperoleh dengan menggunakan pers (8) aau pers (9). Harga diperoleh dengan mendisribusikan harga f(r+w) ke dalam pers (7) Model Persediaan Dinamis Mengandung Keidakpasian Pada umumnya model ini digunakan bila model persediaan dengan jumlah frekuensi pemesanan barang dilakukan lebih dari sau kali dan pola disribusi kemungkinan kebuuhan idak dikeahui (Sarr, 1977:152). Adapun oal biaya persediaan per ahun unuk menenukan sisem Q opimal diperoleh dari persamaan dengan pemesanan raa-raa unuk periode bulan yaiu dengan menjumlahkan komponen-komponen biaya persediaan (Sarr dan Miller, 1977:158) sebagai beriku: Toal Biaya Persediaan = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan unuk perminaan raa-raa + Biaya penyimpanan unuk persediaan cadangan + Biaya kekurangan persediaan Komponen oal biaya persediaan ersebu dapa dijabarkan sau persau secara epa sebagai beriku: 1. Biaya pemesanan per ahun (BP) Menuru Sarr dan Miller (1977:155) bahwa biaya pemesanan sesuai dengan rencana kebuuhan bahan selama 1 ahun dihiung berdasarkan jumlah kebuuhan per ahun.

20 25 Jika dalam sau ahun dilakukan 12 per ahun adalah: 12 C r kali pemesanan, maka biaya pemesanan keerangan: biaya pemesanan periode pemesanan BP = 12C r = C r (seiap kali pesan) = bulan jumlah kebuuhan raa-raa bahan per ahun = X = 12D jumlah kebuuhan raa-raa bahan per bulan = D jumlah pemesanan opimal = z = D frekuensi pemesanan = 12D D = 12 (11) [[ 2. Biaya Penyimpanan unuk perminaan raa-raa per ahun (BS) Menuru Sarr dan Miller (1977:155) bahwa biaya penyimpanan unuk perminaan raa-raa per ahun adalah: BS = z 2.C.C c BS =.X 12 2.C.C c BS =.X 24.C.C c keerangan: biaya penyimpanan periode pemesanan BS =.X.C.C c 24 = C c = bulan jumlah kebuuhan raa-raa per ahun = X harga bahan per sauan = C jumlah pemesanan opimal = z (12) jumlah persediaan raa-raa = z 2

21 26 z =.X Biaya penyimpanan unuk persediaan cadangan (BC) Unuk meredam flukuasi perminaan selama lead ime, maka diadakan jumlah persediaan cadangan (buffer sock) sebesar ks sauan. Menuru Sarr dan Miller (1977:124) bahwa biaya penyimpanan unuk persediaan cadangan yaiu: keerangan: BC = ks.c.c c (13) S = sandar deviasi kebuuhan/persediaan selama lead ime S = S T S = sandar deviasi kebuuhan bahan T = waku ancang-ancang (lead ime) ks = besarnya kemungkinan persediaan cadangan selama lead ime 4. Biaya kekurangan persediaan per ahun (BK) Kekurangan persediaan erjadi keika perminaan pelanggan idak dapa dipenuhi karena kurangnya persediaan di angan. Karakerisik model persediaan ini merupakan informasi enang disribusi kemungkinan per sauan waku idak dikeahui. Maka menuru Sarr dan Miller (1977:156) unuk menenukan besarnya kemungkinan kekurangan persediaan selama waku ancang-ancang digunakan suau keidaksamaan yaiu Keidaksamaaan Chebyshev, yaiu: keerangan: 1 k P Y X ks 1 k 2 unuk k > 0 (14) 2 = besarnya kemungkinan erjadinya kekurangan persediaan k = besarnya kemungkinan persediaan cadangan ks = besarnya kemungkinan persediaan cadangan selama lead ime Y = variabel acak dari persediaan kare alam X = jumlah kebuuhan raa-raa per ahun

22 27 Jika selama lead ime erjadi kekurangan persediaan, maka akan imbul biaya kekurangan persediaan sebesar K. Menuru Sarr dan Miller (1977:156) bahwa jika dalam 1 ahun dilakukan 12 sehingga biaya kekurangan persediaan menjadi sebesar BK = 12K 1 pemesanan dan erjadi 12 lead ime, k 2 (15) sehingga oal biaya persediaan per ahun diperoleh dari hasil penjumlahan komponen biaya biaya di aas menuru Sarr dan Miller (1977:157) adalah: TC 12C r +.X.C.C c 24 + ks. C. C c + 12K 1 k 2 (16) persamaan (16) ini akan diurunkan secara parsial erhadap dua variabel bebas yaiu variabel dan k dimana fungsi akan minimum dengan syara urunan perama = 0 sehingga harga dan k dapa dihiung sebagai beriku: (TC) () urunan erhadap (TC) () (TC) = 0 dan (k) = 0 = 12C r 2 X. C. C c = 288C r + 288K 2 2 k 2 2 urunan erhadap k (TC) (k) S. C. C c = 24K k 3 = 2 = + X.C.C c 24 12K 2 k 2 = 288(C rk 2 +K) k 2.X.C.C c (17) = S. C. C c 24K k 3 24K k 3.S.C.C c 576K 2 k 6 (S.C.C c ) 2 (18) dari persamaan (17) dan persamaan (18) dapa diperoleh: 288(C r k 2 +K) k 2.X.C.C c = 576K 2 k 6 (S.C.C c ) 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed, BAB II LANDASAN TEORI.1. Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakian, dan barang jadi yang ada dalam sisem produksi pada suau waku erenu. (Elsayed, 1994, p63).

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA Reka Inegra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.03 Vol.03 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Juli 2015 SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik Gula Kwala Madu merupakan Industri manufaktur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik Gula Kwala Madu merupakan Industri manufaktur yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Gambaran Perusahaan Pabrik Gula Kwala Madu merupakan Indusri manufakur yang memproduksi gula. PT. Perkebunan Nusanara II merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Indusri

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. sukoharjo. Permasalahan yang dibahas pada penelitian yang dilakukan Yuri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. sukoharjo. Permasalahan yang dibahas pada penelitian yang dilakukan Yuri BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka Sisem persediaaan ini pernah dibua oleh Yuri Prasyo (27) yaiu dengan judul Kompuerisasi sysem persediaan barang pada grahadia compuer sukoharjo.

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin)

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin) ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.01 Vol.04 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Januari 2016 USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sisem Produksi Produksi dalam pengerian sederhana adalah keseluruhan proses dan operasi yang dilakukan unuk menghasilkan produk aau jasa. Sisem produksi merupakan kumpulan dari

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

MONOGRAF EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKTUR DENGAN PENDEKATAN HEURISTIC SILVER MEAL IRIANI UPN VETERAN JAWA TIMUR

MONOGRAF EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKTUR DENGAN PENDEKATAN HEURISTIC SILVER MEAL IRIANI UPN VETERAN JAWA TIMUR i MONOGRAF EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKR DENGAN PENDEKATAN HEURISTIC SILVER MEAL IRIANI UPN VETERAN JAWA TIMUR ii Judul: EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN BAHAN BAKU DI INDUSTRI MANUFAKTURING PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR - MEDAN SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA 050803021 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Persediaan Menuru pendapa Indraji dan Djokopranoo (2005:4), manajemen persediaan (invenory conrol) aau disebu juga invenory managemen aau pengendalian ingka persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci