Prosiding SPMIPA; pp: ; 2006 ISBN:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prosiding SPMIPA; pp: ; 2006 ISBN:"

Transkripsi

1 Proiding SPMIPA; : ; 006 ISBN: SUKU BANYAK BIKUADRATIK TAK-TEREDUKSI DENGAN FAKTORISASI MODULO BILANGAN PRIMA Suryoto Juruan Matematika FMIPA Univerita Dionegoro Jl. Prof. H. Soedarto SH Tembalang, Semarang yahoo.com Abtrak: Suku banyak bikuadratik tak-tereduki ata himunan emua bilangan bulat Z daat dijadikan tereduki melalui faktoriai modulo bilangan rima. Berawal dari keterdukian ata Z daat diturunkan kriteria keteredukian modulo uatu bilangan rima. Faktoriai uku banyak bikuadratik ke dalam uku-uku banyak dengan derajat yang lebih rendah ditentukan oleh kondii dikriminan uku banyak kuadratik identiknya. Kata Kunci: uku banyak monik, faktoriai modulo rima, dikriminan PENDAHULUAN Faktoriai uku banyak meruakan alah atu ermaalahan klaik di dalam matematika yang memunyai ejarah eerkembangan yang cuku anjang dan telah ada ejak 1600 tahun ebelum Maehi. Meki boleh dikatakan udah cuku tua, ternyata teta aja menarik untuk mengkaji fenomena-fenomena baru yang muncul berkaitan dengan faktoriai uku banyak ini. Dummit dan Foote [1] mengungkakan bahwa terdaat beberaa contoh uku banyak di Z[x], mekiun tak-tereduki, tetai daat dijadikan tereduki modulo uatu bilangan tertentu. Sebagai contoh uku banyak x 10x + 1 yang tak-tereduki di Z[x], tetai tereduki modulo etia bilangan rima. Berdaarkan fakta yang telah diungkakan di ata, ada tulian ini akan diberikan kondii-kondii aakah yang haru dienuhi oleh uku banyak tak-tereduki di Z[x] ini agar tereduki modulo uatu bilangan rima. Pada makalah ini hanya akan dikaji uku banyak kuartik yang memunyai bentuk yang identik dengan uku banyak kuadratik. Khuunya akan dikaji alah atu keluarga dari uku banyak bikuadratik yang muncul ada Kometii Matematika Putnam ke-6 yang telah dielenggarakan ada tahun 00, emat tahun ilam. PEMBAHASAN Pandang uku banyak monik f(x) = x + rx +, dengan r, Z dan Z menyatakan himunan emua bilangan bulat. Mekiun beberaa enuli menggunakan itilah bikuadratik dan kuartik ebagai atu itilah yang berinonim, tetai enuli lebih condong keada engertian yang diberikan oleh Kae dan Waren [3], dimana uku banyak bikuadratik adalah uku banyak kuartik atau uku banyak berderajat emat yang memunyai bentuk yang identik dengan uku banyak kuadratik. Kriteria Keteredukian ata Z Berikut ini akan diberikan yarat erlu dan cuku uku banyak bikuadratik f(x) di ata tereduki ata Z, eerti diberikan oleh teorema berikut ini. Teorema 1. Mialkan r, Z. Suku banyak bikuadratik-monik f(x) = x + rx + tereduki di Z[x] jika dan hanya jika terdaat a, c, e Z, edemikian hingga berlaku: c + e a r = 0 (1) a(e c) = 0 () dan ce = 0 (3) Dalam hal ini, f(x) = (x + ax + c)(x ax + e). Bukti : ( ) Mialkan f(x) = x + rx + tereduki di Z[x], maka etidaknya f(x) memunyai faktor linier x m atau faktor kuadratik tak-tereduki x + ax + c di Z[x]. Pandang kemungkinan 1 : Mialkan m 0, maka x + m juga meruakan faktor dari f(x). Dengan demikian x m = (x m)(x + m) juga meruakan faktor dari f(x) dan f(x) = x + rx + = (x m )(x + bx + d), dengan b, d Z. Sedangkan untuk m = 0, x meruakan alah atu faktor dari f(x) dan 96

2 Proiding SPMIPA; : ; 006 ISBN: f(x) = x + rx + = x (x + r). Dimana untuk kedua nilai m di ata, jela kondii (1), () dan (3) dienuhi. Selanjutnya andang kemungkinan : f(x) memunyai faktor kuadratik tak-tereduki x + ax + c di Z[x]. Tuli f(x) = x + rx + = (x + ax + c)(x + bx + e), dengan b, e Z. Dengan menyamakan koefiien dari keamaan dua uku banyak di ata dieroleh b = a dan f(x) = x + rx + = (x + ax + c)(x ax + e) atau f(x) = x + rx + = x + (c + e a )x + a(e c)x + ce dan dieroleh : c + e a r = 0, a(e c) = 0 dan ce = 0. ( ) Mialkan kondii (1), () dan (3) dienuhi, maka (x + ax + c)(x ax + e) = x + (c + e a )x + a(e c)x + ce = x + rx +, yaitu f(x) tereduki di Z[x]. Selanjutnya akan diberikan kriteria keteredukian yang lain untuk uku banyak bikuadratik-monik f(x) = x + rx +. Untuk itu andang fungi kuadrat f(y) = y + ry +, yang dieroleh dari eramaan bikuadratik di ata, dengan mengambil y = x. Berkaitan dengan fungi kuadrat ini, kita memunyai D = r, yang dinamakan dikriminan dari fungi kuadrat f(y). Dengan memerhatikan kondii dikriminan dari fungi kuadrat di ata dan ebagai konekueni Teorema 1 daat diturunkan hail-hail berikut ini. Akibat 1. Mialkan r, Z edemikian hingga D = r kuadrat emurna, mialkan D = k, untuk uatu k Z, maka f( x) = x + rx + tereduki di Z[x] dan f(x) = (x + ½(r k))(x + ½(r + k)). Bukti : Diberikan f(x) = x + rx +, maka f( x ) = x + rx + dan D = r. Karena D = k, untuk uatu k Z, maka = 1 (r k ) dan dieroleh f(x) = x + rx + 1 (r k ) = (x + 1 (r k))(x + 1 (r + k)). Klaim : 1 (r k) Z. Bukti Klaim : Dari D = r = k, untuk uatu k Z, maka r k = atau (r k)(r + k) =. Yaitu (r k)(r + k) gena dan berakibat (r k) dan (r + k) keduanya haru gena. Sehingga benar bahwa 1 (r k) Z. Dengan demikian terbukti bahwa f(x) tereduki di Z[x]. Akibat. Mialkan r, Z edemikian hingga D = r bukan kuadrat emurna. Maka f(x) = x + rx + tereduki di Z[x] jika dan hanya jika terdaat bilangan bulat c edemikian hingga c = dan c r = a. Dalam hal ini, f(x) = (x + ax + c)(x ax + e), dengan a uatu bilangan bulat edemikian hingga a = c r. Bukti : ( ) Mialkan f(x) = x + rx + = (x + ax + c)(x ax + c), dengan a, c Z, maka f(x) = x + (c a )x + c dan dieroleh c a = r dan c = atau c r = a dan c =. ( ) Mialkan c =, dengan c Z dan c r = a, untuk uatu a Z, maka r = c a. Akibatnya f(x) = x + rx + = x + (c a )x + c = (x + ax + c)(x ax + c), dengan a, c Z, yaitu f(x) tereduki di Z[x]. Dari Akibat 1 dan dari Teorema 1 di ata, tamak bahwa faktoriai uku banyak monik bikuadratik f(x) = x + rx + bergantung keada kondii dikriminan D = r dari uku banyak kuadratik identiknya, yaitu : 1. Jika D = r = t, untuk uatu t Z atau D kuadrat emurna, maka f(x) teruraikan ke dalam erkalian dua buah uku banyak kuadratik tak lengka.. Jika D = r, bukan kuadrat emurna, maka f(x) teruraikan ke dalam hail kali dua buah uku banyak kuadratik biaa. Contoh 1 : Suku banyak yang telah diungkakan ada bagian Pendahuluan, meruakan contoh yang daat menjelakan hail-hail di ata. Dari uku banyak f(x) = x 10x + 1, kita memunyai r = 10, = 1 dan D = r = 96, bukan kuadrat emurna erta tidak ada bilangan bulat c yang memenuhi c = 1 dan c + 10 uatu kuadrat emurna ekaligu. Sehingga menurut Akibat, uku banyak f(x) = x 10x + 1 tak-tereduki di Z[x]. 97

3 Proiding SPMIPA; : ; 006 ISBN: Kriteria Keteredukian Modulo Pada bagian ebelumnya, telah diberikan kriteria keteredukian untuk uku banyak bikuadratik monik f(x) = x + rx + ata Z. Pada bagian ini, akan diberikan yarat erlu dan cuku uku banyak bikuadratik f(x) = x + rx + tereduki modulo, dengan uatu bilangan rima, yang diadoi dari Teorema 1, eerti diberikan oleh teorem berikut ini. Teorema. Mialkan uatu bilangan rima. Maka uku banyak bikuadratik f(x) = x + rx + di Z[x] tereduki modulo jika dan hanya jika terdaat a, c, e Z, yang memenuhi : c + e a r 0 (mod ) () a( e c ) 0 (mod ) (5) ce 0 (mod ) (6) Dalam hal ini f(x) (x + ax + c)(x ax + e)(mod ). Bukti : Sejalan dengan bukti Teorema 1. Pada bagian ebelumnya telah diberikan kriteria keteredukian uku banyak bikuadratik berturut-turut ata himunan emua bilangan bulat Z dan modulo uatu bilangan rima. Berikut ini, akan diberikan beberaa kriteria keteredukian tambahan untuk melengkai kriteria yang udah ada. Pembahaan akan dimulai dengan kriteria keteredukian modulo, dengan uatu bilangan rima yang ganjil. Pandang uku banyak bikuadratik-monik f(x) = x + rx + di Z[x] dan uatu bilangan rima yang ganjil. Terdaat beberaa kondii berkaitan dengan uku banyak f(x) = x + rx +, yaitu : 1). Jika 0 (mod ). Maka f(x) = x + rx + x + rx (mod ) x (x + r) (mod ). Sehingga dieroleh a = 0 = c dan e = r. ). Jika D = r 0 (mod ). 1 r Maka r (mod ) atau r (mod ) atau (mod ). Dengan demikian f(x) = x + rx + x + rx + r r (mod ) (x + ) (mod ) dan dieroleh a = 0 dan c = e r (mod ), dimana 1 menyatakan inver dari modulo. 3). Jika 0 (mod ) dan D = r 0 (mod ). Berkaitan dengan kondii 3 ini dan dalam rangka melengkai kriteria keteredukian uku banyak bikuadratik f(x) modulo bilangan rima yang ganjil, akan diberikan terlebih dahulu notai Legendre entingnya. k dan ifat-ifat Menurut Roen [,. 33], untuk uatu bilangan bulat k dan bilangan rima yang ganjil, notai Legendre k didefiniikan oleh : k = 1, jika tidak membagi k dan x 0, jika membagi k -1, jika tidak membagi k dan x k( mod ) daat dieleaikan k( mod ) tidak daat dieleaikan. Dimana notai Legendre ini memenuhi ifat-ifat berikut ini : k l 1). Jika k l (mod ), maka = ). Untuk etia bilangan bulat k dan l, berlaku : 98

4 Proiding SPMIPA; : ; 006 ISBN: kl k 3). = k l ). l = l, jika tidak membagi k. Dari Teorema dan mengingat definii notai Legendre beerta ifat-ifat entingnya, dieroleh hail, ebagaimana dituangkan dalam teorema berikut ini. Teorema 3. Mialkan uatu bilangan rima yang ganjil dan r, Z, edemikian hingga 0 (mod ) dan D = r 0 (mod ), maka ernyataan-ernyataan berikut ini enantiaa benar : a. f(x) = x + rx + teruraikan ke dalam hail kali dua buah uku banyak monik berlainan berderajat atu dan ebuah uku banyak monik kuadratik tak-tereduki modulo jika dan hanya jika D = 1 dan = 1. b. f(x) = x + rx + teruraikan ke dalam hail kali emat buah uku banyak monik berlainan berderajat atu modulo jika dan hanya jika D r t = 1 dan = 1, dimana t adalah bilangan bulat edemikian hingga t (mod ). c. f(x) = x + rx + teruraikan ke dalam hail kali dua buah uku banyak monik kuadartik yang berlaianan modulo jika dan hanya jika D r t = 1 dan = 1, d imana t adalah bilangan bulat edemikian hingga t (mod ) D atau = 1 dan = 1. d. f(x) = x + rx + tak-tereduki modulo jika dan hanya jika D = 1 dan = 1. = 1, = 1, Bukti : Hanya akan dibuktikan bagian (a), karena untuk bukti bagian (b), bagian (c) dan bagian (d) daat dibuktikan ejalan dengan bukti bagian (a). ( ) Mialkan f(x) = x + rx + (x a)(x b)(x + cx + d) (mod ), dengan uku banyak x + cx + d taktereduki, maka f(x) = x + ( a b + c)x 3 + (d + ab (a + b)c)x + ( (a + b)d + abc)x + abd dan dieroleh : a b + c = 0 (1) d + ab (a + b)c = r () (a + b)d + abc = 0 (3) abd = () Dari eramaan (1) dieroleh c = a + b dan bilamana diubtituikan ke eramaan (3) dieroleh (a + b)(ab d) = 0 dan harulah a + b = 0. Sebab andaikan ab d = 0 atau ab = d, maka f(x) (x a)(x b)(x + cx + d)(mod ) (x a)(x b)(x + (a + b)x + ab) (x a)(x b)(x + a)(x + b), yaitu x + cx + d = (x + a)(x + b) atau x + cx + d tereduki, bertentangan dengan yang diketahui bahwa uku banyak x + cx + d tak-tereduki. Jadi benar bahwa a + b = 0 atau b = a. Dengan demikian, f(x) (x a)(x b)(x + cx + d) f(x) (x a)(x + a)(x + d) x + (d a )x da. 99

5 Proiding SPMIPA; : ; 006 ISBN: Sehingga dieroleh r = d a, = da dan D = r = (d a ) + da = (d + a ), yaitu D x (mod ) D memunyai enyeleaian atau = 1. Selanjutnya tinjau = da = abd. Karena ab d atau a d, dengan d bukan kuadrat emurna, maka juga bukan kuadrat emurna, dengan erkataan lain t (mod ) untuk etia t Z, ini memberikan D ( ) Mialkan = 1 dan = 1. Tinjau f(x) = x + rx +, dengan D = r. Karena = 1. D 1 = 1, maka D = t, untuk uatu t Z. Dengan demikian t = r atau = (r t ) dan f(x) = x + rx + = x + rx + 1 (r t ) = (x + 1 (r t))(x + 1 (r + t)) atau f(x) = (x a)(x b), dengan a = 1 1 (r t) dan b = (r + t), yaitu f(x) = x + rx + tereduki. Andaikan x a dan x b keduanya tereduki, maka terdaat x 1, x Z edemikian hingga x 1 = a dan = b. Dengan demikian dieroleh (x 1 x ) = ab = ( 1 (r t))( 1 (r + t)) = 1 (r t ) =, yaitu kongrueni x (mod ) memunyai enyeleaian atau x = 1. Ini bertentangan dengan yang diketahui bahwa = 1. Jadi harulah alah atu dari x a atau x b tak-tereduki. Tana mengurangi keumuman bukti mialkan x b tak-tereduki dan dieroleh f(x) = x + rx + = (x a)(x b) = (x c)(x d)(x b), yaitu f(x) = x + rx + teruraikan ke dalam hail kali dua buah uku banyak linier dan ebuah uku banyak kuadratik tak-tereduki. Sekarang akan diberikan kondii yang lebih umum bagi kriteria keteredukian uku banyak bikuadratik f(x) = x + rx + modulo etia bilangan rima, eerti diungkakan dalam teorema berikut ini. Teorema. Mialkan r, Z edemikian hingga D = r bukan kuadrat emurna. Maka uku banyak f(x) = x + rx + tereduki modulo, untuk etia bilangan rima jika dan hanya jika kuadrat emurna. Bukti : Lihat E. Driver, dkk [, ]. Dengan mengkombinaikan Teorema dengan Akibat 1 dan dari Teorema 1, dieroleh yarat erlu dan cuku bagi uku banyak bikuadratik-monik f(x) = x + rx + yang tak-tereduki di Z[x], tetai tereduki modulo untuk etia bilangan rima. Seerti diberikan oleh teorema berikut ini. Teorema 5. Mialkan r, Z. Maka uku banyak bikuadratik f(x) = x + rx + yang tak-tereduki di Z[x], tetai tereduki modulo, untuk etia bilangan rima jika dan hanya jika hal-hal berikut ini dienuhi : kuadrat emurna, tetai D = r dan r ketiganya bukan kuadrat emurna. Bukti : Terlihat dari bukti Teorema dan bukti Akibat 1 dan Akibat. Sebagai foku dari tulian ini, ekarang ditinjau keluarga uku banyak bikuadratik yang muncul ada Kometii Matematika Putnam ke-6 tahun 00 [5, Soal A3], yang diberikan oleh : P m (x) = x (m + )x + (m ), (m Z). Dari uku banyak bikuadratik ini, kita memunyai r = (m + ) dan = (m ). Dengan demikian D = r = (m + ) (m ) = 3m. Sehingga D meruakan kuadrat emurna jika dan hanya jika m kuadrat emurna. Jika m uatu kuadrat emurna, maka m = t, untuk uatu t Z dan menurut Akibat 1 dieroleh : P m (x) = (x (t t + ))(x (t + t + )). 100

6 Proiding SPMIPA; : ; 006 ISBN: Sebaliknya, mialkan m bukan kuadrat emurna. Maka berdaarkan Akibat, P m (x) tereduki jika dan hanya jika (m ) + m + uatu kuadrat emurna dan hal ini benar jika dan hanya jika m kuadrat emurna. Dalam hal ini, kita memunyai P m (x) = (x + tx + t )(x tx + t ). Dengan demikian dieroleh hail ebagai berikut : Suku banyak bikuadratik P m (x) = x (m + )x + (m ), (m Z) tak-tereduki di Z[x], aalkan m dan m keduanya bukan kuadrat emurna. Contoh : Suku banyak f(x) = x 10x + 1, yang telah diberikan ada bagian Pendahuluan tidak lain adalah uku banyak P m (x) = x (m + )x + (m ), dimana m = 3. Dengan demikian karena m = 3 dan m = 6, keduanya bukan kuadrat emurna, maka berdaarkan hail di ata, f(x) = x 10x + 1 tak-tereduki di Z[x]. Contoh 3 : Pandang kembali uku banyak bikuadratik f(x) = x 10x + 1. Maka kita memunyai r = 10, = 1, = 1, ehingga D = r = 96, r = 1 dan r = 8 ketiganya bukan kuadrat emurna. Dengan demikian menurut Teorema 5 di ata, f(x) = x 10x + 1 yang tidak tereduki di Z[x] (berdaarkan Contoh ), tetai tereduki modulo, untuk etia bilangan rima. Sekarang akan ditinjau untuk = 5. Akan kita lihat faktoriai uku banyak bikuadratik-monik f(x) = x 10x + 1 dengan faktoriai modulo 5. Dari uku banyak f(x) di ata, kita memunyai r = 10, = 1 dan D = r = 96. Karena = 5, maka = 1 0 (mod 5) dan D = (mod 5), maka dieroleh : 1 = = 1 (karena reidu kuadratik dari 5 adalah 1 dan ), 5 D r - t 8 3 = = = 1 dan = = = 1, dimana t adalah bilangan bulat edemikian hingga t (mod ) atau 1 t (mod 5), ehingga t = 1. Dengan demikian menurut Teorema 3 bagian (c), f(x) = x 10x + 1 teruraikan ke dalam hail kali dua buah uku banyak kuadratik berlainan yang tak-tereduki modulo 5, yaitu : f(x) = x 10x + 1 x + 1 (mod 5) (x + 3)(x + ) (mod 5) (x )(x 3) (mod 5). KESIMPULAN Dari hail embahaan faktoriai uku banyak bikuadratik tak-tereduki f(x) = x + rx + dengan faktoriai modulo bilangan rima, daat diimulkan bahwa faktoriai ditentukan oleh dua hal, yaitu kondii dan kondii dikriminan D = r dari uku banyak kuadratik identiknya, aakah meruakan kuadrat emurna atau bukan. DAFTAR PUSTAKA [1]. Dummit, D. S. and Foote, R. M., Abtract Algebra, Prentice-Hall, Englewood Cliff, New Jerey, []. Driver, E., Leonard, P. A., and William, K. S., Irredicible Quartic Polynomial with Factorization Modulo, The Mathematical Aociation of America Monthly 11, , 005. [3]. Kae, L. C. and Waren, B., An Elementary Tet for The Galoi Grou of a Quartic Polynomial, The Mathematical Aociation of America Monthly 96, , []. Roen, K. H., Elementary Number Theory and It Alication, Addion-Weley, Reading, Maachuett, [5]. 6 nd Annual William Lowell Putnam Mathematical Cometition, Math. Magazine, 75,. 7 78,

Pembentukan Ring Bersih Menggunakan Lokalisasi Ore. Construction of Clean Ring using Ore Localization

Pembentukan Ring Bersih Menggunakan Lokalisasi Ore. Construction of Clean Ring using Ore Localization Jurnal Matematika & Sain, April 4, Vol. 9 Nomor Pembentukan Ring Berih Menggunakan Lokaliai Ore Abtrak Uha Inaini dan Indah Emilia Wijayanti ) Juruan Matematika, Fakulta Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m) BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF5m) Teori finite field mulai diperkenalkan pada abad ke tujuh dan abad ke delapan dengan tokoh matematikanya Pierre de

Lebih terperinci

STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK

STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 105 109 ISSN : 2303 2910 c Juruan Matematika FMIPA UNAND STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK ERIN DWI FENTIKA, ZULAKMAL Program Studi

Lebih terperinci

ASSOSIASI PRIMA PADA MODUL FRAKSI ATAS SEBARANG RING

ASSOSIASI PRIMA PADA MODUL FRAKSI ATAS SEBARANG RING ASSOSIASI PRIMA PADA MODUL FRAKSI ATAS SEBARANG RING Uha Inaini 1 dan Indah Emilia Wijayanti 2 S2 Matematika FMIPA UGM, uhainaini@mail.ugm.ac.id 2 Juruan Matematika FMIPA UGM, ind wijayanti@ugm.ac.id Abtrak.

Lebih terperinci

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita

Lebih terperinci

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI DEFINISI DAN RUANG SOLUSI Pada bagian ini akan dibaha tentang bai dan dimeni menggunakan pengertian dari kebebaan linear ( beba linear dan merentang ) yang dibaha pada bab ebelumnya. Definii dari bai diberikan

Lebih terperinci

EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR

EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR Elma Rahayu Manuharawati Jurusan Matematika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya 603 Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

Transformasi Laplace

Transformasi Laplace Tranformai Laplace Muhafzan Agutu 22 Tranformai Laplace 3 Denii Tranformai Laplace Dalam bagian ini kita akan membicarakan ifat-ifat dan beberapa aplikai dari tranformai Laplace. Denii Diberikan uatu fungi

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi Bola Nirgeekan: Analii Hukum Keletarian Pua pada Peritiwa Tumbukan Dua Dimeni Akhmad Yuuf 1,a), Toni Ku Indratno 2,b) 1,2 Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sain, Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Matrik Alih Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Pengantar Dalam Peramaan Ruang Keadaan berdimeni n, teradapat

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 12 Diferensiasi dan Integrasi Transformasi Laplace

MATEMATIKA IV. MODUL 12 Diferensiasi dan Integrasi Transformasi Laplace MATEMATIKA IV MODUL 2 Difereniai dan Integrai Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2008 年 0 月 3 日 ( 日 ) Difereniai dan Integrai Tranformai Laplace Tranformai Laplace

Lebih terperinci

DEFERENSIAL PARSIAL BAGIAN I

DEFERENSIAL PARSIAL BAGIAN I DEFEENSAL PASAL BAGAN Diferenial parial olume uatu iliner berjari-jari r engan ketinggian h inatakan oleh r h Yakni bergantung kepaa ua bearan, aitu r an h. Jika r kita jaga tetap an ketinggian h kita

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Momentum, Impuls dan Tumbukan SMK Negeri 1 Rangkasbitung Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd

Bahan Ajar Fisika Momentum, Impuls dan Tumbukan SMK Negeri 1 Rangkasbitung Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd ahan jar Fiika Momentum, Imul dan Tumbukan SMK Negeri Rangkabitung PEMERINTH KUPTEN LEK DINS PENDIDIKN & KEUDYN SMK NEGERI RNGKSITUNG Jl. Dewi Sartika No 6L. Tel (05 0895 05349 Rangkabitung 434 MOMENTUM,

Lebih terperinci

Pengantar Teori Bilangan. Kuliah 10

Pengantar Teori Bilangan. Kuliah 10 Pengantar Teori Bilangan Kuliah 10 Materi Kuliah Chinese Remainder Theorem (Teorema Sisa Cina) 2/5/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Pengantar Chinese Remainder Theorem (Teorema sisa Cina) adalah hasil

Lebih terperinci

Teorema Faktor. Misalkan P (x) suatu polynomial, (x k) merupakan faktor dari P (x) jika dan hanya jika P (k) = 0

Teorema Faktor. Misalkan P (x) suatu polynomial, (x k) merupakan faktor dari P (x) jika dan hanya jika P (k) = 0 Teorema faktor adalah salah satu teorema pada submateri polynomial. Teorema ini cukup terkenal dan sangat berguna untuk menyelesaikan soal - soal baik level sekolah maupun soal level olimpiade. Berikut

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

TEOREMA VIETA DAN JUMLAH NEWTON. 1. Pengenalan

TEOREMA VIETA DAN JUMLAH NEWTON. 1. Pengenalan TEOREMA VIETA DAN JUMLAH NEWTON TUTUR WIDODO. Pengenalan Sebelum berbicara banyak tentang Teorema Vieta dan Identitas Newton, terlebih dahulu saya beri penjelasan singkat mengenai polinomial. Di sekolah

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL "We are the first of the fastest online solution of mathematics" 009 SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 009 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL Bidang

Lebih terperinci

1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi?

1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi? . uara guntur terdengar ekon etelah kilat terlihat. Jika jarak aal kilat dari engamat adalah 3960 m, beraakah ceat rambat bunyi? 3960 330m/ t 3. eorang iwa X berdiri diantara dua dinding dan Q eerti ditunjukan

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 015 CALON TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 016 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL Bidang Matematika Disusun oleh : 1. 015 = 5 13 31 Banyaknya faktor

Lebih terperinci

Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean

Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean Oleh Ratwa Suriadikirta Irawati A B S T R A C T Daerah Euclid (DE) merupakan daerah ideal utama (DIU), daerah ideal utama merupakan daerah faktorisasi tunggal

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MATEMATIS

LATAR BELAKANG MATEMATIS 8 II LATAR BELAKANG MATEMATIS Derii : Bab ini memberian gambaran tentang latar belaang matemati ang digunaan ada item endali eerti eramaan linear diferenial orde (atu), orde (dua), orde tinggi, tranformai

Lebih terperinci

PENGKONSTRUKSIAN BILANGAN TIDAK KONGRUEN

PENGKONSTRUKSIAN BILANGAN TIDAK KONGRUEN Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 4 Hal. 27 33 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENGKONSTRUKSIAN BILANGAN TIDAK KONGRUEN RATI MAYANG SARI Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE

BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE Kompeteni Mahaiwa mampu. Menentukan nilai tranformai Laplace untuk fungi-fungi yang ederhana. Menggunakan ifat-ifat tranformai untuk menentukan nilai tranformai Laplace untuk

Lebih terperinci

Induksi Elektromagnetik. Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Induksi Elektromagnetik.

Induksi Elektromagnetik. Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Induksi Elektromagnetik. Bab 13 Induki Elektromagnetik Pada uatu malam, ketika Ani edang belajar IPA. Tiba-tiba ayah Ani mendekat ambil bertanya keada Ani. Aa bedanya aru litrik yang ditimbulkan oleh ebuah baterai dengan aru litrik

Lebih terperinci

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 013 Seleksi Tingkat Provinsi Tutur Widodo Bagian Pertama : Soal Isian Singkat 1. Diberikan tiga lingkaran dengan radius r =, yang saling bersinggungan. Total luas dari

Lebih terperinci

APOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 2, Nomor 2 Juli 2016 p ISSN BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE

APOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 2, Nomor 2 Juli 2016 p ISSN BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE APOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2 Nomor 2 Juli 2016 p 63-75 ISSN 2407-8840 BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE Moh Affaf Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI BANGKALAN

Lebih terperinci

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Tranformai Laplace Slide: Tri Harono PENS - ITS 1 1. Pendahuluan Tranformai Laplace dapat digunakan untuk menyatakan model matemati dari item linier waktu kontinu tak ubah waktu, Tranformai Laplace dapat

Lebih terperinci

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

Relasi, Fungsi, dan Transformasi Modul 1 Relasi, Fungsi, dan Transformasi Drs. Ame Rasmedi S. Dr. Darhim, M.Si. M PENDAHULUAN odul ini merupakan modul pertama pada mata kuliah Geometri Transformasi. Modul ini akan membahas pengertian

Lebih terperinci

PERTEMUAN Logika Matematika

PERTEMUAN Logika Matematika 3-1 PERTEMUAN 3 Nama Mata Kuliah : Matematika Diskrit (3 SKS) Nama Dosen Pengamu : Dr. Suarman E-mail : matdis@netcourrier.com HP : 0813801198 Judul Pokok Bahasan Tujuan Pembelajaran : 3. Logika Matematika

Lebih terperinci

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI Jurnal Matematika Vol.6 No. Nopember 6 [ 9 : 8 ] MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI DI PROPINSI JAWA BARAT Juruan Matematika, Uiverita Ilam Bandung,

Lebih terperinci

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI PENAKIR VARIANI POPLAI YANG EFIIEN PADA AMPLING ACAK EDERHANA MENGGNAKAN KOEFIIEN REGREI Neneng Gutiana Rutam Efendi Harion Mahaiwa Program Matematika Doen Juruan Matematika Fakulta Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Pembahasan Soal OSK SMA 2018 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA SMA OSK Matematika SMA. (Olimpiade Sains Kabupaten/Kota Matematika SMA)

Pembahasan Soal OSK SMA 2018 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA SMA OSK Matematika SMA. (Olimpiade Sains Kabupaten/Kota Matematika SMA) Pembahasan Soal OSK SMA 018 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA SMA 018 OSK Matematika SMA (Olimpiade Sains Kabupaten/Kota Matematika SMA) Disusun oleh: Pak Anang Pembahasan Soal OSK SMA 018 OLIMPIADE SAINS

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

BAHAN AJAR TEORI BILANGAN. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAHAN AJAR TEORI BILANGAN. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN BAHAN AJAR TEORI BILANGAN DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN. 0212088701 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015 KATA PENGANTAR ب

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Matematika

Antiremed Kelas 10 Matematika Antiremed Kelas 0 Matematika Persamaan dan Fungsi Kuadrat - Fungsi Kuadrat - Pilihan Ganda Doc. Name: AR0MAT00 Version : 0-07 halaman 0. Ordinat titik balik grafik fungsi arabola y x x (5 9) adalah 5,

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Matematika Wajib

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Matematika Wajib K Revisi Antiremed Kelas 0 Matematika Wajib Fungsi Kuadrat - Latihan Soal Doc. Name: RKAR0MATWJB050 Version : 06-0 halaman 0. Ordinat titik balik grafik fungsi arabola y x x (5 9) adalah 5, > 0. Absis

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB Jurnal Reaki (Journal of Science and Technology) Juruan Teknik imia oliteknik Negeri Lhokeumawe Vol.6 No.11, Juni 008 SSN 1693-48X ERANCANGAN SSTEM ENGENDAL D DENGAN BANTUAN METODE SMULAS SOFTWARE MATLAB

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan menenai teori teori yan berhubunan denan penelitian sehina dapat dijadikan sebaai landasan berfikir dalam melakukan penelitian dan akan mempermudah dalam

Lebih terperinci

SUKU BANYAK. A. Teorema Sisa 1) F(x) = (x b) H(x) + S, maka S = F(b) 2) F(x) = (ax b) H(x) + S, maka S = F( a

SUKU BANYAK. A. Teorema Sisa 1) F(x) = (x b) H(x) + S, maka S = F(b) 2) F(x) = (ax b) H(x) + S, maka S = F( a SUKU BANYAK A. Teorema Sisa 1) F(x) = (x b) H(x) + S, maka S = F(b) 2) F(x) = (ax b) H(x) + S, maka S = F( a b ) 3) F(x) : [(x a)(x b)], maka S(x) = (x a)s 2 + S 1, dengan S 2 adalah sisa pembagian pada

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

PERANCANGAN KENDALI PID DENGAN MATLAB. Sri Sukamta ABSTRAK

PERANCANGAN KENDALI PID DENGAN MATLAB. Sri Sukamta ABSTRAK Jurnal Teknik Elektro Vol. No.1 1 PERANCANGAN ENAL P ENGAN MATLAB Sri Sukamta ABSTRA Perancangan P elama ini menggunakan metoda trial and error dengan erhitungan yang memakan waktu lama. MatLab yang dilengkai

Lebih terperinci

III TRANSFORMASI. = ; (ad bc). Jika

III TRANSFORMASI. = ; (ad bc). Jika 10 III TRANSFORMASI 3.1 Tranformai Bilinear a + b Dari peramaan (2.30), yaitu = T( = ; (ad bc). Jika c + d maka peramaan terebut dapat dikalikan dengan c + d, ehingga diperoleh c + d = a + b. Selanjutnya

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA XI IPA SUKU BANYAK SMA SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN SEMSTER GENAP

MODUL MATEMATIKA XI IPA SUKU BANYAK SMA SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN SEMSTER GENAP MODUL MATEMATIKA XI IPA SUKU BANYAK SMA SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN 05 06 SEMSTER GENAP STANDAR KOMPETENSI 4. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. KOMPETENSI DASAR 4. Menggunakan

Lebih terperinci

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar. X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 2012

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 2012 Tutur Widodo Pembahasan OSK Matematika SMA 01 Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 01 Oleh Tutur Widodo 1. Banyaknya bilangan bulat n yang memenuhi (n 1(n 3(n 5(n 013 = n(n + (n

Lebih terperinci

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015 Volume 9 Nomor 1 Maret 015 Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 015 Volume 9 Nomor 1 Hal. 1 10 KARAKTERISASI DAERAH DEDEKIND Elvinus R. Persulessy 1, Novita Dahoklory 1, Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 62

Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 62 Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 62 Sudjana. 2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugianto, D. 2014). Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Sta Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran

Lebih terperinci

MA 2081 STATISTIKA DASAR SEMESTER I 2012/2013 KK STATISTIKA, FMIPA ITB

MA 2081 STATISTIKA DASAR SEMESTER I 2012/2013 KK STATISTIKA, FMIPA ITB MA 081 STATISTIKA DASAR SEMESTER I 01/013 KK STATISTIKA, FMIPA ITB UJIAN RE-EVALUASI Jum at, 1 Deember 01, 13.30 15.30 WIB (10 MENIT) Kela 01. Pengajar: Utriweni Mukhaiyar, Kela 0. Pengajar: Sumanto Winotoharjo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi penjumlahan dua bilangan kuadrat sempurna. Seperti, teori keterbagian bilangan bulat, bilangan prima, kongruensi

Lebih terperinci

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun Oleh Tutur Widodo. (n 1)(n 3)(n 5)(n 2013) = n(n + 2)(n + 4)(n )

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun Oleh Tutur Widodo. (n 1)(n 3)(n 5)(n 2013) = n(n + 2)(n + 4)(n ) Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 01 Oleh Tutur Widodo 1. Banyaknya bilangan bulat n yang memenuhi adalah... (n 1)(n 3)(n 5)(n 013) = n(n + )(n + )(n + 01) Jawaban : 0 ( tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

BAB 2 RUANG BERNORM. 2.1 Norm dan Ruang `p. De nisi 2.1 Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi k:k : V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut :

BAB 2 RUANG BERNORM. 2.1 Norm dan Ruang `p. De nisi 2.1 Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi k:k : V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut : BAB 2 RUANG BERNORM 2. Norm dan Ruang ` De nisi 2. Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi kk V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut [N] kxk 0 jika dan hanya jika x 0 [N2] kxk jj kxk untuk setia

Lebih terperinci

PERSAMAAN KUADRAT. Untuk suatu kuadrat sempurna x bx c, nilai c diperoleh dengan membagi koefisien x dengan 2, kemudian mengkuadratkan hasilnya.

PERSAMAAN KUADRAT. Untuk suatu kuadrat sempurna x bx c, nilai c diperoleh dengan membagi koefisien x dengan 2, kemudian mengkuadratkan hasilnya. PERSAMAAN KUADRAT Bab. Bentuk Umum : a b c 0, a 0, a, b, c Real Menyelesaikan ersamaan kuadrat :. dg. Memfaktorkan : a b c a ( a )( a q) q a q = a ( q) a dimana : b = + q dan c, Jika ac 0 dan q berbeda

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR. Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR. Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah STANDAR KOMPETENSI Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah KOMPETENSI DASAR Menggunakan teorema sisa dan teorema faktor dalam pemecahan masalah INDIKATOR Menentukan faktor, akar-akar

Lebih terperinci

BAB I INDUKSI MATEMATIKA

BAB I INDUKSI MATEMATIKA BAB I INDUKSI MATEMATIKA 1.1 Induksi Matematika Induksi matematika adalah suatu metode yang digunakan untuk memeriksa validasi suatu pernyataan yang diberikan dalam suku-suku bilangan asli. Dalam pembahasan

Lebih terperinci

>> SOAL MATEMATIKA SMA KELAS X SEMESTER 2 << ( 100 SOAL MATEMATIKA )

>> SOAL MATEMATIKA SMA KELAS X SEMESTER 2 << ( 100 SOAL MATEMATIKA ) >> SOAL MATEMATIKA SMA KELAS X SEMESTER > Pilihlah jawaban yang benar! Soal nomor samai 60 tentang Trigonometri:. Cos 0 o senilai dengan. cos 0 o cos 0 o sin 0 o cos 0 o sin

Lebih terperinci

TUGAS KAPITA SELEKTA KELOMPOK ALJABAR FIELD BERHINGGA DOSEN PEMBINA: DR. AGUNG LUKITO, M.S. OLEH: MOH

TUGAS KAPITA SELEKTA KELOMPOK ALJABAR FIELD BERHINGGA DOSEN PEMBINA: DR. AGUNG LUKITO, M.S. OLEH: MOH TUGAS KAPITA SELEKTA KELOMPOK ALJABAR FIELD BERHINGGA DOSEN PEMBINA: DR. AGUNG LUKITO, M.S. OLEH: MOH. HAFIYUSHOLEH (117936019) PROGRAM STUDI S3 PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2012 0

Lebih terperinci

Pengintegralan Fungsi Rasional

Pengintegralan Fungsi Rasional Pengintegralan Fungsi Rasional Ahmad Kamsyakawuni, M.Kom Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember 25 Maret 2014 Pengintegralan Fungsi Rasional 1 Pengintegralan Fungsi Rasional 2

Lebih terperinci

Analisis Perkuatan Wire Rope

Analisis Perkuatan Wire Rope Analii Perkuatan Wire Roe dan Tulangan Konvenional Balok Beton Bertulang Tamang T Momen Negatif Menggunakan Metode Layer (Mengabaikan Tulangan Saya) Dima Langga Chandra Galuh Program Studi Teknik Siil,

Lebih terperinci

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMP

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

PENAKSIR RASIO DAN PRODUK EKSPONENSIAL YANG EFISIEN UNTUK VARIANSI POPULASI PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA

PENAKSIR RASIO DAN PRODUK EKSPONENSIAL YANG EFISIEN UNTUK VARIANSI POPULASI PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA PEAKIR RAIO DA PRODUK EKPOEIAL YAG EFIIE UTUK VARIAI POPULAI PADA AMPLIG ACAK EDERHAA Mega Elmaanti 1* Firdau Hapoan irait 1 Mahaiwa Program 1 Matematika Doen Juruan Matematika Fakulta Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Evaluasi Distribusi Gabungan pada Teori Resiko

Evaluasi Distribusi Gabungan pada Teori Resiko Evaluai Ditribui Gabungan pada Teori Reio Roita Kuumawati Juruan Pendidian Matematia, Univerita egeri Yogyaarta Karangmalang, Yogyaarta roitauumawati@gmailcom ABTRAK Evalui ditribui gabungan merupaan bagian

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryatno Sudirham nalii angkaian itrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalii angkaian itrik nalii angkaian Menggunakan Tranformai aplace Setelah mempelajari bab ini kita akan memahami konep impedani di kawaan.

Lebih terperinci

Hamburan, Peluruhan dan Diagram Feynman

Hamburan, Peluruhan dan Diagram Feynman 6 Hamburan, Peluruhan dan Diagram Feynman Setelah memelajari bab 6, mahaiwa diharakan daat:. Menyatakan rumuan enamang hamburan dari hamburan dan laju eluruhan. Menghitung laju tranii dari hamburan dan

Lebih terperinci

Pengantar Teori Bilangan

Pengantar Teori Bilangan Pengantar Teori Bilangan Kuliah 2 2/2/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 1 Materi Kuliah 2 Teori Pembagian dalam Bilangan Bulat Algoritma Pembagian Pembagi Persekutuan Terbesar 2/2/2014 2 Algoritma Pembagian

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

Page 1

Page 1 MOUL Pengenalan Pengolahan Citra Citra Itilah citra atau citra monochrome digunakan untuk menatakan intenita cahaa dua dimeni dalam fungi f dimana menatakan koordinat aial dan nilai dari f ada titik menatakan

Lebih terperinci

Solusi Olimpiade Sains Tingkat Kabupaten/Kota 2015 Bidang Matematika

Solusi Olimpiade Sains Tingkat Kabupaten/Kota 2015 Bidang Matematika Solusi Olimpiade Sains Tingkat Kabupaten/Kota 01 Bidang Matematika Oleh : Tutur Widodo 1. Karena 01 = 13 31 maka banyaknya faktor positif dari 01 adalah (1 + 1) (1 + 1) (1 + 1) = 8. Untuk mencari banyak

Lebih terperinci

BAB IV AMPLITUDE VARIATION WITH OFFSET (AVO) AVO (Amplitude Variation with Offset) adalah analisa perubahan amplitudo

BAB IV AMPLITUDE VARIATION WITH OFFSET (AVO) AVO (Amplitude Variation with Offset) adalah analisa perubahan amplitudo BAB I AMLITUDE ARIATION WITH OFFSET (AO I. rini Daar AO AO (Amlitude ariation with Offet adalah analia erubahan amlitudo inyal terantul ebagai fungi dari offet. ariai dari amlitudo terhada offet ini diebabkan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK PEMODELAN MATEMATIK Model Matematik Gambaran matematik dari karakteritik dinamik uatu item. Beberapa item dinamik eperti mekanika, litrik, pana, hidraulik, ekonomi, biologi

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009 SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009 Bidang Matematika Bagian Pertama Waktu : 90 Menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*)

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) A. Faktor Prima Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan faktor prima sebuah bilangan adalah pembagi habis dari sebuah bilangan

Lebih terperinci

POLINOM (SUKU BANYAK) Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah.

POLINOM (SUKU BANYAK) Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah. POLINOM (SUKU BANYAK) Standar Kompetensi: Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar: 1. Menggunakan algoritma pembagian suku banyak untuk menentukan hasil bagi dan sisa

Lebih terperinci

BAB 4. TEOREMA FERMAT DAN WILSON

BAB 4. TEOREMA FERMAT DAN WILSON BAB 4. TEOREMA FERMAT DAN WILSON 1 Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah, Ponorogo June 11, 2012 Metoda Faktorisasi Fermat (1643) Biasanya pemfaktoran n melalui tester, yaitu faktor

Lebih terperinci

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM 3.1. Pengembangan Teorema Dalam enelitian dan erancangan algoritma ini, akan dibahas mengenai beberaa teorema uji rimalitas yang terbaru. Teorema-teorema

Lebih terperinci

Pembahasan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

Pembahasan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Pembahasan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri SNMPTN) Bidang Matematika Kode Paket Oleh : Fendi Alfi Fauzi. Lingkaran x 6) 2 + y + ) 2 menyinggung garis y di titik a), ) b), ) c) 6, ) d) 6,

Lebih terperinci

TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG

TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG Jurnal Matematika Vol. No. November 03 [ : 8 ] TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG Gani Gunawan dan Suwanda Program Studi Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Islam Bandung Prgram Studi Statistika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

Materi Pembinaan Olimpiade SMA I MAGELANG TEORI BILANGAN

Materi Pembinaan Olimpiade SMA I MAGELANG TEORI BILANGAN Materi Pembinaan Olimpiade SMA I MAGELANG TEORI BILANGAN Oleh. Nikenasih B 1.1 SIFAT HABIS DIBAGI PADA BILANGAN BULAT Untuk dapat memahami sifat habis dibagi pada bilangan bulat, sebelumnya perhatikan

Lebih terperinci

METODA ROOT LOCUS. Stabilitas suatu sistem tergantung pada akar-akar persamaan karakteristik. E(s) G(s) - B(s) H(s)

METODA ROOT LOCUS. Stabilitas suatu sistem tergantung pada akar-akar persamaan karakteristik. E(s) G(s) - B(s) H(s) METODA ROOT LOCUS item Stailita uatu item tergantung ada akar-akar eramaan karakteritik R E G C - B H Dari Gamar di ata Gamar. Blok Diagram Sitem Pengaturan OLTF adalah GH CLTF adalah C G R GH Akar-akar

Lebih terperinci

FAKTORISASI SUKU ALJABAR

FAKTORISASI SUKU ALJABAR 1 FAKTORISASI SUKU ALJABAR Pernahkah kalian berbelanja di supermarket? Sebelum berbelanja, kalian pasti memperkirakan barang apa saja yang akan dibeli dan berapa jumlah uang yang harus dibayar. Kalian

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan Tentang Suku Banyak

Soal dan Pembahasan Tentang Suku Banyak Soal dan Pembahasan Tentang Suku Banyak Oleh : Fendi Alfi Fauzi 9 Maret 014 1. Nilai suku banyak untuk f (x) = x 3 x 3x + 5 untuk x = adalah... f ( ) = ( ) 3 ( ) 3 ( ) + 5 = 16 4 + 6 + 5 = 0 + 11 = 9.

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH (2 sks) MX 127 Teori Bilangan

DIKTAT KULIAH (2 sks) MX 127 Teori Bilangan DIKTAT KULIAH ( sks) MX 17 Teori Bilangan (Revisi Terakhir: Juli 009 ) Oleh: Didit Budi Nugroho, S.Si., M.Si. Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana KATA

Lebih terperinci

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO Saropah Mahasiswa Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail: haforas@rocketmail.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHUUAN atar Belakang Hail urey Organiai Keehatan Dunia (WHO) menyatakan jumlah enderita kencing mani (diabete melitu) di Indoneia ekitar 7 juta orang (86% dari jumlah enduduk) atau menduduki urutan

Lebih terperinci

OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan. n = F P B(a, b) + KP K(a, b) a b

OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan. n = F P B(a, b) + KP K(a, b) a b OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan adalah bilangan bulat genap tak negatif. n = F P B(a, b + KP K(a, b a b Solusi. Misalkan d = F P B(a, b,

Lebih terperinci

Penerapan Kurva Eliptik Atas Zp Pada Skema Tanda Tangan Elgamal

Penerapan Kurva Eliptik Atas Zp Pada Skema Tanda Tangan Elgamal A7 : Peneraan Kurva Elitik Atas Z... Peneraan Kurva Elitik Atas Z Pada Skema Tanda Tangan Elgamal Oleh : Puguh Wahyu Prasetyo S Matematika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email : uguhw@gmail.com Muhamad

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci