BAB IV AMPLITUDE VARIATION WITH OFFSET (AVO) AVO (Amplitude Variation with Offset) adalah analisa perubahan amplitudo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV AMPLITUDE VARIATION WITH OFFSET (AVO) AVO (Amplitude Variation with Offset) adalah analisa perubahan amplitudo"

Transkripsi

1 BAB I AMLITUDE ARIATION WITH OFFSET (AO I. rini Daar AO AO (Amlitude ariation with Offet adalah analia erubahan amlitudo inyal terantul ebagai fungi dari offet. ariai dari amlitudo terhada offet ini diebabkan oleh adanya variai dari koefiien refleki ebagai akibat dari udut gelombang datang yang bervariai juga. Seerti yang terlihat ada gambar 3., emakin bear offet maka emakin bear ula udut datangnya. offet S R R R 3 R 4 Laian emantul Gambar 4. Hubungan antara offet dan udut datang (. Makin bear offet, makin bear ula udut datangnya (Munadi, 993. Kone daar dari AO adalah ketika gelombang datang ada bata antara laian, ebagian energi dari gelombang terebut tereflekikan kembali ke ermukaan dan ebagian lainnya tertranmiikan. Jumlah energi yang terefleki dan tertranmii bergantung ada erbedaan arameter diantara dua laian 45

2 terebut. arameter terebut adalah keceatan gelombang, keceatan gelombang S, dan denita dari kedua laian terebut. ada udut datang normal (gambar 4.. koefiien refleki hanya bergantung ada keceatan gelombang dan denita laian terebut. Gambar 4. Refleki dan tranmii gelombang yang datang tegak luru mengenai bidang bata laian datar ada z = 0. (Gadallah, 994 R NI.. = =.. I I R NI adalah koefiien refleki untuk kau normal incidence dan I adalah Imedani gelombang Sedangkan ada udut datang bukan udut datang normal, ebagian energi gelombang yang amai ada bata antara laian akan dirubah menjadi gelombang S eerti yang ditunjukkan oleh gambar dibawah : 46

3 Gelombang datang (gelombang Gelombang antul (gelombang S Gelombang antul φ (gelombang Medium, S, Bidang bata Medium, S, φ Gelombang antul (gelombang Gelombang bia (gelombang S Gambar 4.3. Refleki dan tranmii gelombang untuk udut datang tidak ama dengan nol. (Munadi, 993 ada bata laian terebut, keceatan gelombang dan gelombang S akan berbeda. erbedaan keceatan gelombang ada bata laian ini menyebabkan variai ada koefiien refleki, yang ebagai mana kita tahu bahwa variai ada koefiien refleki inilah yang menjadi daar analia dalam AO. Sebagai contoh jika terdaat ga dalam ebuah laian, akan turun edangkan tidak berubah,. Ini berarti terjadi anomali ada /. Anomali ini bia kita lihat ada ola refleki yang dihaikan. ada rininya, analia AO haru mengukur amlitudo yang bervariai terhada udut datang. Amlitudo diukur dengan offet, karena biaanya jika offet meningkat maka udut datang un akan meningkat. 47

4 I. eramaan Zoeritz dan Arokimainya Zoeritz (99 telah menghubungkan arameter-arameter yang berua amlitudo refleki dan tranmii ebagai fungi dari udut datang,,, dan dari fenomena erambatan gelombang untuk udut datang tidak ama dengan nol dalam bentuk matrik. Karena erumuan eramaan Zoeritz ini cuku ulit dan kurang rakti, banyak arokimai eramaan zoeritz yang dierkenalkan untuk membantu interretai fii dan viualiai engaruh dari beberaa arameter terhada koefiien refleki. Beberaa arokimai terebut adalah: a. Arokimai Bortfeld (96 Bortfeld menghailkan arokimai ebagai berikut ini dengan aumi bahwa terjadi edikit erubahan roerti laian: ( = ln ln ln in co co ln ( R (4. 48

5 b. Arokimai Aki, Richard dan Fraier Aki, Richard dan Fraier (976 melakukan arokimai dengan menamilkan eliih variabel denita, keceatan gelombang, dan keceatan gelombang S yang dituli ebagai berikut: α β R ( = a b c (4. α β dengan: ( tan a = = (4.3 co β b = ( α β c = 4 in α in α = (α α /, β = (β β /, = ( /, α = (α -α, β = (β -β, = ( - eramaan di ata daat diuun ebagai berikut: R( = ( α ( α α β 4 α α β β β α in α (tan in α (4.4 Jika kita angga β/α =0.5, maka eramaan terebut menjadi : 49

6 (4.5 jika kita ambil: β β α α α α in ( ( ( = R ( α α = R ( β β = S R (4.6 maka: in ( S R R R (4.7. Hilterman (983 term n endekatan Bortfeld dengan memiahkan koefiien ( R = in ( G R R = ( S R R G = c Hil an menyedarhanaka refleki menjadi bentuk akutik dan elatik yaitu: ( ( in co co = ( 3 co co ( R (4.8 i endekatan Aki dan Richard (980 dengan d. Arokimai Shuey Shuey (985 memodifika menamilkan variabel raio oion ebagai berikut: in (tan in ( ( α σ α σ = O A R R R (4.9 50

7 dengan: σ = (σ σ /, σ = (σ - σ (4.0 A O σ = B ( B σ B = α / α α / α / Untuk udut yang kecil maka in = tan, ehingga eramaan di ata daat dituli kembali menjadi: R( = R 0 G in (4. dengan α β β G = (4. α α β yang dikenal ebagai Gradient AO atau loe. Wiggin et.al. (983 menunjukkan bahwa / kira-kira bernilai. Untuk udut kecil, gradient AO diberikan oleh: B = R 0 R (4.3 dengan R adalah koefiien refleki gelombang S ada udut normal. Smith dan Gidlow (987 menyuun kembali eramaan Aki Richard menjadi: α β β α R ( = ( ( in tan (4.4 α α β α atau dalam bentuk ederhana daat juga ditulikan dalam bentuk: R( = A B in C tan (4.5 5

8 Ketergantungan terhada denita dihilangkan dengan menggunakan eramaan Gardner: = c (4.6 4 dari eramaan di ata daat diturunkan ebagai berikut: = 4 (4.7 Dengan menubtituikan eramaan-eramaan di ata, maka eramaan Aki dan Richard daat ditulikan kembali menjadi eramaan jumlah terbobotkan dari variai keceatan dan S. R( = a b (4.8 dengan: 5 a = in tan (4.9 8 b = 4 in Aabila raio / telah ditentukan maka koefiien a dan b daat dihitung (nilai udut daat dihitung dengan ray tracing, dan digunakan untuk mengetahui nilai dan menggunakan amlitudo gather eimik. 5

9 Begitu keceatan dan S diketahui, maka daat digunakan untuk berbagai keerluan. Yang ertama adalah untuk mendaatkan alah atu atribut AO yaitu nilai raio oion emu yang didefiniikan ebagai: σ = σ (4.0 Kegunaan berikutnya adalah untuk menghitung atribut faktor fluida (fluid factor yang didaarkan eramaan mudrock oleh Catagna: = (4. Turunan eramaan diata adalah = 06 yang daat diekreikan dalam bentuk raio menjadi: =.6 (4. eramaan terebut hanya berlaku untuk reervoir yang tidak roduktif. Untuk reervoir beranomali didefiniikan bear kealahan faktor fluida ebagai berikut: F =. 6 (4.3 dengan kata lain, bila F = 0 maka reervoirnya tidak roektif, tai bila F 0 reervoirnya roektif. Hilterman (989 melakukan endekatan lain dari endekatan Shuey untuk udut kecil dengan aumi erubahan kecil ada arameter laian dan / = menjadi eramaan berikut: R( = R 0 co.5 σ in (4.4 53

10 I.3 REDIKSI RESON AO Seerti bahaan ebelumnya bahwa untuk udut yang kurang dari 30 o, maka eramaan Zoeritz bia diederhanakan ebagai berikut: R( = R 0 G in (4.5 dari e ramaan di ata terlihat bahwa reflektivita angat bergantung ada tanda raio oion yaitu kurva naik untuk erubahan raio oion yang oitif, dan turun untuk ebaliknya. Klaifikai AO:. Kela I: High Imedance Ga-Sandtone Sandtone kela I memiliki imedani yang lebih tinggi dari ada enutunya (hale. Interface antara hale dan andtone jeni ini akan menghailkan koefiien refleki yang tinggi dan oitif ada zero offet, namun memiliki magnitude amlitudo yang berkurang terhada offet. Magnitude amlitude berubah tehada offet ada andtone kela I memiliki gradient lebih bear dari ada gradient kela II dan kela III. ada andtone kela I terjadi erubahan olarita ada udut tertentu, kemudian amlitude akan meningkat terhada bertambahnya offet.. Kela II: Near zero imedance contrat ga andtone. Sandtone kela II memiliki imedani akutik yang hamir ama dengan enutunya (eal rock dan amlitude yang meningkat terhada 54

11 bertambahnya offet. Sandtone kela ini terbagi ata jeni yaitu kela II dan kela II. Sandtone kela II memiliki koefiien refleki negatif ada zero offet edangkan kela II oitif ada zero offetnya. 3. Kela III: Low Imedance Ga-Sandtone. Sandtone kela III memiliki imedani akutik yang lebih rendah dari laian enutunya. 4. Kela I: koefiien refleki negatif ada zero offet dan memiliki amlitude yang berkurang terhada offet. ada udut tertentu terjadi erubahan olarita kemudian terjadi eningkatan amlitude terhada offet. R Kela I Kela I Kela II Sudut Kela III Gambar 4.4 Klaifikai AO 55

12 I.4 INERSI ATRIBUT AO Inveri Atribut AO adalah taha daar dalam roeing AO. ada taha ini kita mengubah data eimik berua data eimik re-tack ke dalam reflektivita yang berbeda-beda ehingga memunyai makna fii yang jela. Data eimik retack merereentaikan koefiien refleki dan dengan menggunakan eramaan zoeritz kita mencoba mengubah data ini menjadi reflektivita. Makna dari reflektivita adalah erubahan relatif yang terjadi ada arameter batuan. Reflektivita daar yang relevan dalam AO adalah :. Reflektivita :. Reflektivita : S S 3. Reflektivita : Untuk melakukan Inveri AO, kita haru terlebih dahulu mengetahui udut datang dari emua gather ada eluruh offet dan ada waktu atau kedalaman tertentu. Jika diberikan model keceatan dan juga oii dari ource dan receiver kita bia tahu udut datang dengan menggunakan teknik ray tracing. erhitungan udut datang ecara akurat untuk offet tertentu akan menjadi faktor yang memengaruhi dalam inveri AO. Arokimai yang aling umum digunakan alam erhitungan udut datang adalah traight ray aroximation. Tetai bia kita 56

13 lihat diini bahwa udut datang yang dihailkan bia menjadi angat berbeda dengan kenyataannya. Seerti yang terlihat ada gambar 4.5 Gambar 4.5 Teknik ray tracing untuk menghitung udut datang. (Anonym, 000 Selain itu jika kita berhadaan dengan laian yang horizontal yang memunyai truktur atau laian miring, maka untuk offet dan travel time tertentu akan menghailkan erbedaan yang ignifikan ada udut datangnya, eerti yang ditunjukkan oleh gambar 4.6. Oleh karena itu ada erhitungan udut datang dengan teknik ray tracing, arokimai yang aling euai dengan model ebenarnya angat enting untuk digunakan. 57

14 Gambar 4.6 Efek Struktur ada ray tracing. (Anonym, 000 Setelah ray tracing dilakukan, langkah elanjutnya dalam AO inveri adalah icking eluruh nilai amlitudo (ada CM tertentu untuk eluruh offet ada amel waktu tertentu. Gambar 4.7 icking Amlitudo ada CM tertentu. (Anonym, 000 Kita menganalia amlitudo ebagai fungi dari udut datang. Dengan menggunakan formula leat quare kita memlot kurva arokimai zoeritz untuk mendaatkan kurva zoeritz yang aling rereentatif dengan data (gambar

15 Gambar 4.8 lot kurva arokimai Zoeritz. (Anonym, 000 Jika kurva zoeritz udah didaat, maka arameter-arameternya eerti, S S, daat diketahui. Nilai reflektivita ini adalah nilai reflektivita untuk amel CM dan waktu tertentu. roe ini diulang untuk eluruh CM dan eluruh waktu ehingga didaatkan data reflektivita berbentuk kubu 3D yang ering diebut dengan atribut AO. Selain itu kita daat menghitung atribut AO lain ebagaimana yang telah diturunkan diata yang meruakan fungi dari atribut daar reflektivita dan eerti faktor fluida (fluid factor dan reflektivita emu oion (eudo oion reflectivity. Atribut lain yang juga meruaka fungi dari reflektivita dan adalah reflektivita imedani atau imedance reflectivity ( I I dan I I λ μ dan reflektivita modulu elati atau elatic moduli reflectivity ( dan. λ μ Seluruh atribut ini adalah atribut yang diturunkan dari arokimai aki dan richard. Atribut AO lain yang lebih umum dan juga telah dijelakan 59

16 enurunannya diata dengan menggunakan arokimai huey adalah Intercet (R dan Gradient (G. Intercet diebut juga dengan normal incidence reflectivity yang identik dengan -wave imedance reflectivity. Selain itu metode umum yang diakai untuk inveri AO adalah melakukan tack ada udut tertentu. Mialnya near normal tack, medium angle tack, dan far angle tack. Analia erbedaan dari hail tack terebut bia digunakan ebagai indikai hidrokarbon. Sebagai contoh ada kla 3 anomali amlitudo yang bear ada udut jauh (far angle daat digunakan ebagai indikator ga. ada kla 3 terjadinya embalikan faa antara near angle tack dan far angle tack mengindikaikan adanya ga. Gambar 4.9 enggunaan beberaa atribut AO. (Anonym,

17 I.5 Atribut Lambda Mu Rho Hail dari inveri AO daat digunakan untuk menurunkan arameter rigidita (μ dan inkomreibilita (λ (Goodway et.al, 997. Kedua kotanta terebut angat diengaruhi oleh denita batuan. Secara matemati hubungan antara rigidita (μ dan inkomreibilita (λ dengan denita ( dinyatakan ebagai berikut : I S λ = I (4.5 I S μ = (4.6 Gray dan Anderen (00 menyatakan bahwa rigidita (μ atau modulu geer didefiniikan ebagai reiteni batuan terhada ebuah tarin yang mengakibatkan erubahan bentuk tana merubah volume total dari batuan terebut. Sedangkan inkomreibita (λ atau kontanta lame didefiniikan ebagai reiteni batuan terhada erubahan volume yang diebabkan oleh erubahan tekanan. Rigidita atau kekomakan angat enitif terhada erubahan lithologi, karena etia lithologi memunyai derajat rigidita yang berbeda. Sebagai contoh batuan karbonat biaanya lebih komak jika dibandingkan dengan batu air atau hale, dan batu bara biaanya kurang komak jika dibandigkan dengan batu air dan hale. Sedangkan inkomreibilita enitif terhada fluida engii ori terutama ga. Batuan yang terii ga akan terkomrei jika dibandingkan dengan batuan yang terii fluida lain eerti minyak atau air. 6

18 Secara ringka atribut Lambda Mu Rho daat dijelakan ebagai berikut :. Lambda*Rho (λ a Ketahanan terhada normal tre yang menyebabkan erubahan volume b Senitif terhada erubahan fluida engii ori c Membedakan komreibilita beberaa lithologi batuan eerti ga and, wet and, hale, karbonat, dan batu bara.. Mu*Rho (μ a Ketahanan terhada hear tre yang menyebabkan erubahan bentuk. b Senitif terhada erubahan lithologi dan tidak diengaruhi oleh jeni fluida c Membedakan rigidita beberaa lithologi batuan eerti karbonat, and, hale, dan batu bara 6

KARAKTERISASI RESERVOIR BATU PASIR TERSATURASI GAS MENGGUNAKAN INVERSI SIMULTAN DAN ANALISIS AVO PADA LAPANGAN F

KARAKTERISASI RESERVOIR BATU PASIR TERSATURASI GAS MENGGUNAKAN INVERSI SIMULTAN DAN ANALISIS AVO PADA LAPANGAN F KARAKTERISASI RESEROIR BATU PASIR TERSATURASI GAS MENGGUNAKAN INERSI SIMULTAN DAN ANALISIS AO PADA LAPANGAN F Fiky Firdau Program Studi Fiika, Fakulta Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Univerita Indoneia,

Lebih terperinci

ANALISIS INVERSI IMPEDANSI ELASTIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN RESERVOIR BATUPASIR

ANALISIS INVERSI IMPEDANSI ELASTIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN RESERVOIR BATUPASIR ANALISIS INVERSI IMPEDANSI ELASTIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN RESERVOIR BATUPASIR Skrii Untuk memenuhi alah atu yarat mencaai derajat endidikan Strata Satu (S-1) Sebagai Sarjana Sain ada Juruan Fiika.

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Momentum, Impuls dan Tumbukan SMK Negeri 1 Rangkasbitung Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd

Bahan Ajar Fisika Momentum, Impuls dan Tumbukan SMK Negeri 1 Rangkasbitung Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd ahan jar Fiika Momentum, Imul dan Tumbukan SMK Negeri Rangkabitung PEMERINTH KUPTEN LEK DINS PENDIDIKN & KEUDYN SMK NEGERI RNGKSITUNG Jl. Dewi Sartika No 6L. Tel (05 0895 05349 Rangkabitung 434 MOMENTUM,

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

Analisis AVO untuk Mengetahui Penyebaran Hidrokarbon Berdasarkan Faktor Fluida (Studi Kasus Lapangan H Formasi Talang Akar Cekungan Jawa Barat Utara)

Analisis AVO untuk Mengetahui Penyebaran Hidrokarbon Berdasarkan Faktor Fluida (Studi Kasus Lapangan H Formasi Talang Akar Cekungan Jawa Barat Utara) IN:089 033 Indonesian Journal of Alied hysics (03 Vol.3 No. Halaman 08 Oktober 03 Analisis AVO untuk Mengetahui enyebaran Hidrokarbon Berdasarkan Faktor Fluida (tudi Kasus Laangan H Formasi Talang Akar

Lebih terperinci

Induksi Elektromagnetik. Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Induksi Elektromagnetik.

Induksi Elektromagnetik. Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Induksi Elektromagnetik. Bab 13 Induki Elektromagnetik Pada uatu malam, ketika Ani edang belajar IPA. Tiba-tiba ayah Ani mendekat ambil bertanya keada Ani. Aa bedanya aru litrik yang ditimbulkan oleh ebuah baterai dengan aru litrik

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

PERANCANGAN KENDALI PID DENGAN MATLAB. Sri Sukamta ABSTRAK

PERANCANGAN KENDALI PID DENGAN MATLAB. Sri Sukamta ABSTRAK Jurnal Teknik Elektro Vol. No.1 1 PERANCANGAN ENAL P ENGAN MATLAB Sri Sukamta ABSTRA Perancangan P elama ini menggunakan metoda trial and error dengan erhitungan yang memakan waktu lama. MatLab yang dilengkai

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan

Lebih terperinci

Page 1

Page 1 MOUL Pengenalan Pengolahan Citra Citra Itilah citra atau citra monochrome digunakan untuk menatakan intenita cahaa dua dimeni dalam fungi f dimana menatakan koordinat aial dan nilai dari f ada titik menatakan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi?

1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi? . uara guntur terdengar ekon etelah kilat terlihat. Jika jarak aal kilat dari engamat adalah 3960 m, beraakah ceat rambat bunyi? 3960 330m/ t 3. eorang iwa X berdiri diantara dua dinding dan Q eerti ditunjukan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI FSKA KELAS X A - KURKULUM GABUNGAN 0 Sei NGAN GELOMBANG BUNY Bunyi merupakan gelombang longitudinal (arah rambatan dan arah getarannya ejajar) yang merambat melalui medium erta ditimbulkan oleh umber bunyi

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHUUAN atar Belakang Hail urey Organiai Keehatan Dunia (WHO) menyatakan jumlah enderita kencing mani (diabete melitu) di Indoneia ekitar 7 juta orang (86% dari jumlah enduduk) atau menduduki urutan

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN TERHADAP PENURUNAN PADA PONDASI JALUR

ANALISA KEANDALAN TERHADAP PENURUNAN PADA PONDASI JALUR Analia Keandalan terhadap enurunan pada ondai Jalur ANALIA KANDALAN TRHADA NURUNAN ADA ONDAI JALUR Juruan Teknik ipil UU Abtrak: erencanaan ecara tradiional dari pondai jalur (trip footing) untuk tanah

Lebih terperinci

ANALISA ANOMALI AVO PADA DATA SESIMIK 2D DAN 3D LAPANGAN EINSTEIN CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA. 2)

ANALISA ANOMALI AVO PADA DATA SESIMIK 2D DAN 3D LAPANGAN EINSTEIN CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA. 2) ANALISA ANOMALI AVO PADA DATA SESIMIK D DAN 3D LAPANGAN EINSTEIN CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA Oleh : ) Prof.Dr.rer.nat. Bagus Jaya Santosa,SU, ) Muhammad Arief Harvityan Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Inversi seismik..., Budi Riyanto, FMIPA UI, 2010.

BAB III DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Inversi seismik..., Budi Riyanto, FMIPA UI, 2010. 7 BAB III DAA TEOI Metode seismik merupakan metode geofisika yang sangat populer dalam eksplorasi hidrokarbon. Ketepatan dan resolusi tinggi dalam memodelkan struktur litologi bawah permukaan menjadikan

Lebih terperinci

PENGARUH CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN TERHADAP STABILITAS LERENG (Studi Kasus : Desa Mangunharjo, Jatipurno, Wonogiri)

PENGARUH CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN TERHADAP STABILITAS LERENG (Studi Kasus : Desa Mangunharjo, Jatipurno, Wonogiri) PENGARUH CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN TERHADAP STABILITAS LERENG (Studi Kau : Dea Mangunharjo, Jatiurno, Wonogiri) M. Zikry Tawakkal 1), Niken Silmi Surjandari 2), R. Harya Dananjaya 3) 1) Mahaiwa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 5 NO. 2 SEPTEMBER 2012

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 5 NO. 2 SEPTEMBER 2012 JURNAL TEKNOLOI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 86 498 VOL. 5 NO. SEPTEMBER PERANCANAN KOMPENSATOR PI LEAD PADA KESTABILAN TEANAN BUCK CONVERTER Irma Hunaini Anil ABSTRACT Thi aer decribe a combination two

Lebih terperinci

Perancangan Pengendali PID. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Perancangan Pengendali PID. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Perancangan Pengendali PID Intitut Teknologi Seuluh Noember Materi Contoh Soal Latihan Ringkaan Materi Contoh Soal Perancangan Pengendali P Perancangan Pengendali PI Perancangan Pengendali PD Perancangan

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS INVERSI EXTENDED ELASTIC IMPEDANCE

STUDI ANALISIS INVERSI EXTENDED ELASTIC IMPEDANCE STUDI ANALISIS INVERSI EXTENDED ELASTIC IMPEDANCE (EEI) UNTUK MEMPREDIKSI PROPERTY FISIS BATUAN DARI DATA SEISMIK (STUDI KASUS LAPANGAN KR FORMASI TALANG AKAR CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA) Skrii untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

Analisis Perkuatan Wire Rope

Analisis Perkuatan Wire Rope Analii Perkuatan Wire Roe dan Tulangan Konvenional Balok Beton Bertulang Tamang T Momen Negatif Menggunakan Metode Layer (Mengabaikan Tulangan Saya) Dima Langga Chandra Galuh Program Studi Teknik Siil,

Lebih terperinci

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT Ukuran utama kinerja evaporator adalah kapaita dan ekonomi. Kapaita didefiniikan ebagai jumlah olvent yang mampu diuapkan per atuan lua per atuan Waktu. Sedangkan

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SSTEM ENDAL ECEATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdau oliteknik Batam. Tujuan 1. Memahami kelebihan dan kekurangan item kendali lingkar tertutup (cloe-loop) dibandingkan item kendali terbuka (open-loop).

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG AKIBAT BEBAN HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN DAN BEBAN LALU LINTAS (Studi Kasus : Desa Mangunharjo, Jatipurno, Wonogiri)

ANALISIS STABILITAS LERENG AKIBAT BEBAN HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN DAN BEBAN LALU LINTAS (Studi Kasus : Desa Mangunharjo, Jatipurno, Wonogiri) ANALISIS STABILITAS LERENG AKIBAT BEBAN HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN DAN BEBAN LALU LINTAS (Studi Kau : Dea Mangunharjo, Jatiurno, Wonogiri) Demarda Kalimanto 1), Niken Silmi Surjandari 2), Raden Harya

Lebih terperinci

Prosiding SPMIPA; pp: ; 2006 ISBN:

Prosiding SPMIPA; pp: ; 2006 ISBN: Proiding SPMIPA; : 96-101; 006 ISBN: 979.70.7.0 SUKU BANYAK BIKUADRATIK TAK-TEREDUKSI DENGAN FAKTORISASI MODULO BILANGAN PRIMA Suryoto Juruan Matematika FMIPA Univerita Dionegoro Jl. Prof. H. Soedarto

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

TORTUOSITAS PADA MODEL 3D BATUAN BERPORI

TORTUOSITAS PADA MODEL 3D BATUAN BERPORI TORTUOSITAS PADA MODEL 3D BATUAN BERPORI Firmanyah 1*), Selly Feranie 1, Fourier D.E. Latief 2, Prana F. L. Tobing 1 1 Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antarika Juruan Pendidikan Fiika FPMIPA UPI,

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

KOEFISIEN DIFUSI PADA PROSES PENGERINGAN KAYU MAHONI DI SEKITAR KANDUNGAN AIR KRITIK

KOEFISIEN DIFUSI PADA PROSES PENGERINGAN KAYU MAHONI DI SEKITAR KANDUNGAN AIR KRITIK KOEFISIEN DIFUSI PADA PROSES PENGERINGAN KAYU MAHONI DI SEKITAR KANDUNGAN AIR KRITIK Wibawa Endra Juwana 1 Suyitno 1 Tri Itanto Abtract : The objective of thi reearch i to etimate diffuion coefficient

Lebih terperinci

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI DEFINISI DAN RUANG SOLUSI Pada bagian ini akan dibaha tentang bai dan dimeni menggunakan pengertian dari kebebaan linear ( beba linear dan merentang ) yang dibaha pada bab ebelumnya. Definii dari bai diberikan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф )

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф ) FSKA KELAS X PA - KURKULUM GABUNGAN 08 Sei NGAN NDUKS ELEKTROMAGNETK nduki elektromagnetik adalah gejala terjadinya GGL induki ada enghantar karena erubahan fluk magnetik yang melingkuinya. A. FLUKS MAGNETK

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

Simulasi numerik gaya dielektroforesis pada biopartikel berbentuk bola

Simulasi numerik gaya dielektroforesis pada biopartikel berbentuk bola Youngter Phyic Journal ISSN: 232-7371 Simulai numerik gaya dielektroforei ada bioartikel berbentuk bola M. Azam Deartemen Fiika, Fakulta Sain dan Matematika, Univerita Dionegoro, Semarang E-mail: azamfiika@gmail.com

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUTAKA 2.1 Umum Pile a meruakan alah atu elemen enting dari uatu truktur. Hal ini dikarenakan ile a memiliki eranan enting dalam enditribuian beban truktur ke tiang anang untuk kemudian

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

PENGARUH DURASI SERANGAN GELOMBANG TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG. Ida Bagus Agung

PENGARUH DURASI SERANGAN GELOMBANG TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG. Ida Bagus Agung PENGARU DURASI SERANGAN GELOMBANG TERADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECA GELOMBANG Ida Bagu Agung Fakulta Teknik, Univerita Sarjanawiyata Tamaniwa Email: idabaguagung @ yahoo.com ABSTRACT thi reearch

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

Pak Anang. 1 Pembahasan soal oleh FISIKA SMA/MA IPA. A-FIS-ZD-M /2012

Pak Anang. 1 Pembahasan soal oleh  FISIKA SMA/MA IPA.  A-FIS-ZD-M /2012 SANGAT RAHASIA 1 Pembahaan oal oleh htt://ak-anang.blogot.com Pak Anang htt://ak-anang.blogot.com SANGAT RAHASIA 2 Pembahaan oal oleh htt://ak-anang.blogot.com Mata Pelajaran Jenjang Program Studi Hari/Tanggal

Lebih terperinci

Analisis Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan dan Regangan Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi Bola Nirgeekan: Analii Hukum Keletarian Pua pada Peritiwa Tumbukan Dua Dimeni Akhmad Yuuf 1,a), Toni Ku Indratno 2,b) 1,2 Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sain, Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku 4 erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku.. endahuluan ada bab ini, akan dibaha mengenai perancangan uau iem konrol ingleinpu-ingle-oupu linier ime-invarian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

x x x x x x x x x x x x x x x

x x x x x x x x x x x x x x x Standar Kometei : Menerakan kone kelitrikan dan kemagnetan dalam berbagai enyeleaian maalah dan roduk teknologi. Kometeni Daar Memformulaikan kone induki Faraday dan aru bolak-balik, erta eneraannya ndikator

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MIKRO

PENGANTAR EKONOMI MIKRO PENGANTAR EKONOMI MIKRO www.febriyanto79.wordpre.com LOGO TEORI ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Elatiita ebagai % perubahan variabel dependen ebagai akibat perubahan variabel independen ebear 1% Teori

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. dimana rancangan yang tertulis dalam dokumen desain akan memperoleh kondisi

BAB II STUDI PUSTAKA. dimana rancangan yang tertulis dalam dokumen desain akan memperoleh kondisi BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Umum Faktor utama yang menjadi bahan ertimbangan untuk emilihan ondai adalah biaya dan keandalannya. Keandalan diini diartikan keyakinan dari ahli ondai dimana rancangan yang tertuli

Lebih terperinci

DEFERENSIAL PARSIAL BAGIAN I

DEFERENSIAL PARSIAL BAGIAN I DEFEENSAL PASAL BAGAN Diferenial parial olume uatu iliner berjari-jari r engan ketinggian h inatakan oleh r h Yakni bergantung kepaa ua bearan, aitu r an h. Jika r kita jaga tetap an ketinggian h kita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian adalah alah atu media yang digunakan dalam menuli dengan proedur yang telah ditentukan. Penelitian pada hakekatnya adalah uatu upaya dan bukan hanya

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS PENGARUH PERAWAAN KOMPRESOR DENGAN MEODE CHEMICAL WASH ERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS URBIN GAS dan KARAKERISIK ALIRAN ISENROPIK PADA URBIN IMPULS GE MS 600B di PERAMINA UP III PLAJU Imail hamrin, Rahmadi

Lebih terperinci

MODEL SIR UNTUK KETAHANAN BEHAVIOURAL

MODEL SIR UNTUK KETAHANAN BEHAVIOURAL PROSDG SB : 978 979 6353 3 T MODEL SR UTUK KETAHAA BEHAVOURAL KEASH BATAR Matematika Terapan, Juruan Pendidikan Matematika Fakulta Matematika dan lmu Pengetahuan Alam Univerita egeri Yogyakarta, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

MA 2081 STATISTIKA DASAR SEMESTER I 2012/2013 KK STATISTIKA, FMIPA ITB

MA 2081 STATISTIKA DASAR SEMESTER I 2012/2013 KK STATISTIKA, FMIPA ITB MA 081 STATISTIKA DASAR SEMESTER I 01/013 KK STATISTIKA, FMIPA ITB UJIAN RE-EVALUASI Jum at, 1 Deember 01, 13.30 15.30 WIB (10 MENIT) Kela 01. Pengajar: Utriweni Mukhaiyar, Kela 0. Pengajar: Sumanto Winotoharjo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada 0 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA Perada Bandar Lampung tahun ajaran 0/0 yang berjumlah 07 iwa dan terebar dalam 3 kela.

Lebih terperinci

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah Kealahan Akibat Defereniai Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur Tengah Zainal Abidin Fandi Purnama Lab. Dinamika Puat Rekayaa Indutri, ITB, Bandung E-mail: za@dynamic.pauir.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK

BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK 6. KESTABILAN LUP KONTROL 6.. Peramaan Karakteritik R( G c ( G v ( G ( C( H( Gambar 6. Lup kontrol berumpan-balik Peramaan fungi alihnya: C( R( Gc ( Gv (

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB Jurnal Reaki (Journal of Science and Technology) Juruan Teknik imia oliteknik Negeri Lhokeumawe Vol.6 No.11, Juni 008 SSN 1693-48X ERANCANGAN SSTEM ENGENDAL D DENGAN BANTUAN METODE SMULAS SOFTWARE MATLAB

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m) BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF5m) Teori finite field mulai diperkenalkan pada abad ke tujuh dan abad ke delapan dengan tokoh matematikanya Pierre de

Lebih terperinci

ALAT-ALAT OPTIK 1 ALAT ALAT OPTIK. Kegunaan dari peralatan optik adalah untuk memperoleh penglihatan lebih baik,

ALAT-ALAT OPTIK 1 ALAT ALAT OPTIK. Kegunaan dari peralatan optik adalah untuk memperoleh penglihatan lebih baik, ALAT ALAT OPTIK. 8.4.1 MATA DAN KACA MATA. M A T A Kegunaan dari peralatan optik adalah untuk memperoleh penglihatan lebih baik, karena mata dapat dipandang ebagai alat optik maka pembahaan kita tentang

Lebih terperinci

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3)

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3) MODUL IV ETIMAI/PENDUGAAN (3) A. ETIMAI RAGAM Etimai ragam digunakan untuk menduga ragam σ berdaarkan ragam dari uatu populai normal contoh acak berukuran n. Ragam contoh ini akan digunakan ebagai nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafiran

Lebih terperinci

Acoustics An Introduction by Heinrich Kuttruff

Acoustics An Introduction by Heinrich Kuttruff Acoustics An Introduction by Heinrich Kuttruff Diterjemahkan oleh : Okta Binti Masfiatur Rohmah Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, 1 Bab 4 4.1 Solusi dari ersamaan gelombang 48 4. Gelombang harmonik

Lebih terperinci

SPMB 2002 Matematika Dasar Kode Soal

SPMB 2002 Matematika Dasar Kode Soal SPMB 00 Matematika Daar Kode Soal Doc. Name: SPMB00MATDAS999 Verion : 0- halaman 0. Diketahui egitiga ABC dengan A(,5), B (4,), dan C(6,4). Peramaan gari yang melalui titik A dan tegak luru gari BC adalah.

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 7 NO. 1 Maret 2014

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 7 NO. 1 Maret 2014 JURNAL TEKNOLOI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 86 498 VOL. 7 NO. Maret 4 IMPLEMENTASI KOMPENSATOR PI-LEAD PADA KESTABILAN TEANAN KELUARAN BUCK KONVERTER. Irma Hunaini Anil Amirin Suriyatno 3 ABSTRACT Thi

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative)

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative) SISTEM KENDALI OTOMATIS PID Proportional-Integral-Derivative Diagram Blok Sitem Kendali Pendahuluan Urutan cerita :. Pemodelan item. Analia item 3. Pengendalian item Contoh : motor DC. Pemodelan mendapatkan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MATEMATIS

LATAR BELAKANG MATEMATIS 8 II LATAR BELAKANG MATEMATIS Derii : Bab ini memberian gambaran tentang latar belaang matemati ang digunaan ada item endali eerti eramaan linear diferenial orde (atu), orde (dua), orde tinggi, tranformai

Lebih terperinci