PROVINSI SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROVINSI SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menjaga Momentum Perbaikan Ekonomi Melalui Perbaikan Iklim Investasi November 2017

2

3 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia: 1. Mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-nilai Strategis: Trust and Integrity- Professionalism Excellence Public Interest Coordination and Teamwork Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara: Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara: Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan. VISI DAN MISI i

4 VISI DAN MISI ii

5 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sumatera Utara November Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholders internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, keuangan dan sistem pembayaran di Provinsi Sumatera Utara. Pada triwulan III 2017, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari 5,1% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,2% (yoy) dan berada di atas perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Peningkatan tersebut didukung oleh kegiatan investasi khususnya investasi bangunan yang menunjukkan peningkatan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor juga mengalami peningkatan ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Masih baiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III Mencermati perkembangan indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2017 diperkirakan stabil atau berada pada rentang 5,1-5,5% (yoy). Hal ini terutama didorong oleh meningkatnya performa konsumsi khususnya pemerintah di akhir tahun. Sementara itu, kinerja sektor swasta diperkirakan masih positif seiring dengan masih kondusifnya sektor eksternal serta perbaikan harga komoditas perkebunan di awal tahun 2017 yang ikut menopang akselerasi perekonomian. Potensi perbaikan ekonomi masih terbuka lebar. Perkembangan harga komoditas yang diperkirakan masih stabil dan perbaikan ekonomi dunia yang terus berlanjut diperkirakan menjadi penopang kinerja sektor eksternal. Dampak dari kondisi eksternal yang positif tersebut diharapkan dapat mendorong permintaan domestik yang semakin kuat. Dengan dukungan Pemerintah untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui percepatan reformasi struktural, dapat tercipta perbaikan ekonomi domestik yang berkelanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam KEKR masih belum sepenuhnya sempurna sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari pembaca sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara ini bermanfaat bagi para pembaca.. Medan, Agustus 2017 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA Arief Budi Santoso Direktur Eksekutif KATA PENGANTAR iii

6 DAFTAR ISI VISI DAN MISI... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR TABEL... xi TABEL INDIKATOR... xii RINGKASAN UMUM... xiv BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL SECARA UMUM PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN PERKEMBANGAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA...11 BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH GAMBARAN UMUM APBD PROVINSI SUMATERA UTARA REALISASI PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III ANGGARAN BELANJA PROVINSI SUMATERA UTARA APBN PROVINSI SUMATERA UTARA REALISASI APBD KABUPATEN KOTA...24 BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH KONDISI UMUM PERKEMBANGAN INFLASI NON FUNDAMENTAL PERKEMBANGAN INFLASI FUNDAMENTAL INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA KELOMPOK BAHAN MAKANAN KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR DAFTAR ISI iv

7 3.4.4 KELOMPOK SANDANG KELOMPOK KESEHATAN KELOMPOK PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA PERBANDINGAN INFLASI ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA UPAYA PENGENDALIAN INFLASI...36 POLA INFLASI KOMODITAS CABAI MERAH...37 POLA INFLASI SUBKELOMPOK PENDIDIKAN...39 BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA KETAHANAN SEKTOR KORPORASI PROVINSI SUMATERA UTARA KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA PROVINSI SUMATERA UTARA PERKEMBANGAN PERBANKAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA PERKEMBANGAN BANK UMUM PERKEMBANGAN BANK SYARIAH PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM...54 BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH GAMBARAN UMUM SISTEM PEMBAYARAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI PERKEMBANGAN TRANSAKSI RTGS PERKEMBANGAN TRANSAKSI SKNBI SISTEM PEMBAYARAN TUNAI PENGELOLAAN KELANCARAN SISTEM PEMBAYARAN PENANGANAN UANG TIDAK ASLI PENYEDIAAN UANG RUPIAH PEMERIKSAAN KEGIATAN PENUKARAN VALUTA ASING PENGAWASAN KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING (KUPVA) PENGAWASAN PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA (PTD) PROGRAM ELEKTRONIFIKASI LAYANAN KEUANGAN DIGITAL (LKD)...64 DAFTAR ISI v

8 BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN...71 BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI PROSPEK INFLASI REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH DAERAH...79 PROSPEK 2018: DAMPAK PILKADA SERENTAK TERHADAP EKONOMI SUMATERA UTARA..81 LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI vi

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Survei Kegiatan Dunia Usaha... 3 Grafik 1.2 Andil Perekonomian Domestik dan Eksternal... 3 Grafik 1.3 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan... 4 Grafik 1.4 Survei Konsumen... 4 Grafik 1.8 Impor Barang Konsumsi... 4 Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi... 5 Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran... 5 Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Tukar... 5 Grafik 1.10 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja (Survei Konsumen).. 5 Grafik 1.11 Persentase Realisasi APBN Triwulan II 2016 dan 2017 di Sumatera Utara... 6 Grafik 1.12 Perkembangan Rekening Pemda... 6 Grafik 1.14 Penjualan Semen... 6 Grafik 1.15 Penjualan Alat Berat... 7 Grafik 1.13 Kredit Investasi... 7 Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara... 8 Grafik 1.18 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara... 8 Grafik 1.19 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama... 9 Grafik 1.20 Perkembangan Harga CPO dan Karet... 9 Grafik 1.21 Ekspor Karet... 9 Grafik 1.22 Ekspor CPO... 9 Grafik 1.23 PMI Negara Mitra Dagang Utama... 9 Grafik 1.24 IPI Produk Makanan Indonesia Grafik 1.25 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut Grafik 1.26 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut Grafik 1.27 Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pengolahan Grafik 1.28 Perkiraan Sifat Curah Hujan Juli Grafik 1.29 Perkiraan Sifat Curah Hujan Agustus DAFTAR GRAFIK vii

10 Grafik 1.30 Distribusi Sifat Curah Hujan September Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Pertanian Grafik 1.32 Realisasi NTP Sumatera Utara Grafik 1.34 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.35 Penyaluran Kredit Perkebunan Grafik 1.36 Perkiraan Sifat Curah Hujan Grafik 1.36 Perubahan Inventori Grafik 1.39 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan Grafik 1.40 Perkembangan Ekspor Manufaktur Grafik 1.41 Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan PBE Grafik 1.42 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi Grafik 1.43 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate Grafik 1.44 Penyaluran Kredit Kategori PBE Grafik 1.45 Perkembangan Bongkar Muat Sumatera Utara Grafik 1.46 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara Grafik 1.47 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional Grafik 3.2 Kontribusi Inflasi Sumatera Utara Grafik 3.3 Disagregasi Inflasi Sumut Tahunan Grafik 3.4 Harga Bawang Merah dan Cabai Merah Grafik 3.5 Ekspektasi Inflasi Grafik 3.6 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Grafik 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor Pertanian Grafik 4.2 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor Industri Pengolahan.. 46 Grafik 4.3. Indeks Realisasi dan Pelaku Usaha terhadap Kegiatan Usaha Grafik 4.4. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 4.5. Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor PBE Grafik 4.6. Perkembangan DPK Provinsi Sumatera Utara Grafik 4.7. Perkembangan Jenis Simpanan dan Suku Bunga Grafik 4.8. Perkembangan Suku Bunga Tertimbang DPK DAFTAR GRAFIK viii

11 Grafik 4.9. Perkembangan Pertumbuhan dan Resiko Kredit Rumah Tangga Grafik Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah Grafik Perkembangan Suku Bunga Kredit Rumah Tangga Grafik Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor Grafik Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Kredit Perbankan berdasarkan Lapangan Usaha Grafik Perkembangan SBT Kredit Per Jenis Penggunaa Grafik Perkembangan Komponen Aset Perbankan Syariah Grafik Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Pebiayaan Berdasarkan Lapangan Usaha Grafik Perkembangan Risiko Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Kredit UMKM... Error! Bookmark not defined. Grafik Perkembangan Kredit UMKM berdasarkan Lapangan UsahaError! not defined. Bookmark Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Grafik 5.2 Transaksi Outgoing Grafik 5.3 Perkembangan Outflow Inflow Uang Kartal Grafik 5.4 Inflow/Outflow Sumatera Utara Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah Grafik 5.6 Laporan Klarifikasi Upal Grafik 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan TPT Grafik 6.2 Proporsi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Grafik 6.3 Proporsi Tenaga Kerja Berrdasarkan Pendidikan Grafik 6.4 TPT Sumut dan Nasional Periode Agustus Grafik 6.5 TPT Menurut Kabupaten/Kota Agustus Grafik 6.6 Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan Grafik 6.7 Indeks Kondisi dan Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 6.8 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen serta Kondisi Ekonomi Grafik 6.9 NTP Sumatera Utara Grafik 6.10 NTP Sumatera Utara DAFTAR GRAFIK ix

12 Grafik 7.1 Survei Konsumen Grafik 7.2 Purchasing Manager Index Grafik 7.3 Stok Beras BULOG Grafik 7.4 Nilai Tukar Rupiah Terdahap Dollar Amerika Serikat Grafik 7.5 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik 7.6 Proyeksi harga minyak dunia Grafik 7.7 Proyeksi harga komoditas DAFTAR GRAFIK x

13 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan... 3 Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara... 7 Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama... 8 Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan I Tabel 3.2 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Tabel 4.1 Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral Tabel 4.2 Pengelompokan Tabungan Perseorangan Berdasarkan Nilai Tabel 4.3 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga per Kategori Tabel 4.4 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Sumatera Utara Tabel 4.5. Pangsa Kredit Air Bersih berdasarkan Nilai Tabel 4.6 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Syariah Tabel Kabupaten/Kota dengan Proporsi Serapan Tenaga Kerja Terbesar Periode Agustus Tabel 6.2 Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 6.3 NTP Subsektor Provinsi Sumatera Utara Tabel 6.4 Nilai Tukar Nelayan Perikanan Berdasarkan Kelompok Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan DAFTAR TABEL xi

14 TABEL INDIKATOR TABEL INDIKATOR xii

15 TABEL INDIKATOR xiii

16 RINGKASAN UMUM ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL Ekonomi Sumatera Utara masih tumbuh cukup kuat dimana pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 5,21% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,11% (yoy). Kondisi tersebut terutama didukung oleh perbaikan di sisi eksternal dan masih kuatnya permintaan domestik. Dari sisi eksternal, ekspor mengalami peningkatan ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Membaiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III Di sisi lain, impor juga meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi. Di sisi domestik, peningkatan terutama terjadi pada kegiatan investasi khususnya investasi bangunan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang on-track. Namun demikian, konsumsi rumah tangga melambat, selain akibat pergeseran perayaan idul fitri, juga disebabkan oleh penurunan harga komoditas. Secara sektoral, kondisi yang menggembirakan terjadi pada peningkatan sektor utama khususnya sektor konstruksi. Sektor Pertanian dan sektor Perdagangan juga menunjukkan perbaikan kinerja pada triwulan III Peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian terutama didukung oleh produksi tanaman perkebunan yang cukup baik sejalan dengan kondisi cuaca yang mendukung. Sementara itu, sektor Industri Pengolahan meski melambat masih tumbuh cukup tinggi. Selain itu, sektor jasa-jasa juga meningkat yang memberikan dukungan terhadap kinerja sektor utama ekonomi Sumatera Utara tersebut. ASESMEN KEUANGAN DAERAH Peningkatan konsumsi Pemerintah tersebut tercermin pada realisasi belanja APBD Provinsi Sumatera Utara yang pada triwulan III 2017 mencapai 56,8%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang masih sebesar..% terhadap pagu APBD. Namun demikian, realisasi tersebut lebih rendah dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya (602,2%). Realisasi tertinggi terjadi pada pos transfer ke Kabupaten/Kota, diikuti oleh Belanja Pegawai. Realisasi yang cukup tinggi juga terjadi pada pos belanja bantuan sosial dan hibah. Sementara belanja modal masih relatif rendah (20,7%). Di tingkat Kabupaten/Kota, realisasi belanja APBD juga masih relatif rendah yang sebesar 49,9%. Di sisi pendapatan, hingga triwulan III 2017, realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara dan APBN di Sumatera Utara relatif terjaga dan lebih tinggi dari realisasi triwulan yang sama tahun Bahkan, realisasi pendapatan tertinggi terjadi pada pos lainnya pendapatan daerah yang sah yang terealisasi melebihi pagu dan mencapai 131,6%. Sejalan dengan realisasi APBD Provinsi, Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota juga telah terealisasi 66,0%. Kondisi ini sejalan dengan komitmen pemerintah daerah untuk mengutamakan pengembalian hasil pendapatan daerah baik dari hasil pajak maupun retribusi kepada kabupaten/kota. ASESMEN INFLASI Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2017 diikuti oleh peningkatan laju inflasi dalam level yang masih terkendali dalam kisaran sasaran inflasi. Laju inflasi pada triwulan III 2017 tercatat 3,86% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II 2017 yang tercatat 3,75% (yoy). Level tersebut diatas inflasi nasional yang sebesar 3,73% (yoy). Tingginya inflasi triwulan III 2017 menyebabkan inflasi Provinsi RINGKASAN UMUM xiv

17 Sumatera Utara mencapai 1,82% (ytd). Peningkatan tekanan inflasi didorong oleh terbatasnya pasokan bahan makanan, terutama komoditas cabai merah. Harga cabai merah yang relatif rendah mendorong petani untuk tidak melakukan panen. Dapat ditambahkan bahwa memasuki triwulan IV 2017, kenaikan harga cabai merah sudah mereda, menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Rendahnya inflasi didukung oleh stabilnya inflasi inti dan menurunnya tekanan inflasi administered prices. Terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar mendorong terjaganya stabilitas inflasi inti. Sementara itu, penurunan inflasi administered prices dipengaruhi oleh tidak adanya kebijakan administered prices yang bersifat strategis. ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Perbaikan ekonomi dan masih terjaganya inflasi didukung oleh stabilitas sistem keuangan Provinsi Sumatera Utara pada Triwulan III Tahun 2017 yang masih cukup baik. Kinerja perbankan masih cukup kuat, yang diiindikasikan oleh pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga. Sementara itu, kredit perbankan melambat, tumbuh 6,6% (yoy) pada triwulan III 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,2%. Kondisi tersebut didukung oleh kinerja korporasi yang membaik dan ketahanan rumah tangga yang terjaga. Ketahanan sektor rumah tangga yang membaik tercermin pada kredit konsumsi yang tumbuh 9% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, risiko kredit perbankan Sumatera Utara juga masih terjaga baik. Meskipun risiko meningkat, tetapi masih dalam batas level indikatifnya. Disamping itu, risiko kredit perbankan syariah juga membaik. Kondisi ini juga pada akhirnya berpengaruh pada tingkat intermediasi perbankan yang berada pada level aman tergambar pada Loan To Funding Ratio sebesar 90%. ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Kondisi perekonomian Sumatera Utara yang mengalami perbaikan pertumbuhan didukung oleh penyelenggaraan sistem pembayaran yang aman dan lancar. Penyediaan uang kartal berjalan sesuai dengan kebutuhan dengan kualitas yang terjaga. Transaksi uang kartal di Sumatera Utara pada triwulan III 2017 menunjukkan net inflow ke Bank Indonesia sebesar Rp6,98 triliun, dibandingkan net outflow sebesar Rp0,36triliun pada triwulan sebelumnya. Pola aliran uang masuk dan keluar tersebut masih sesuai dengan pola historisnya. Perbaikan geliat ekonomi juga didukung oleh kelancaran sistem pembayaran non tunai. Transaksi non tunai Sumatera Utara relatif meningkat baik dari sisi nominal maupun volume. Secara nominal, transaksi RTGS meningkat sebesar 0,24% pada triwulan berjalan, sementara volumenya terkontraksi 53,71%, namun meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, nominal transaksi menggunakan SKNBI juga tumbuh 5,5% (yoy). ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara membaik seiring dengan perbaikan ekonomi pada periode laporan. Perbaikan tersebut tercermin dari peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) periode Agustus sebesar 6.0% (yoy) dan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka. Perbaikan kondisi ketenagakerjaan tersebut belum diikuti oleh membaiknya tingkat kesejahteraan khususnya petani yang tercermin dari penurunan NTP Sumatera Utara. Sementara itu, NTP subsektor perikanan yang masih berada di atas 100 yang menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan yang cukup baik. RINGKASAN UMUM xv

18 PROSPEK PEREKONOMIAN Pada tahun 2017 perekonomian Sumatera Utara diperkirakan melambat dibandingkan tahun Melambatnya perekonomian Sumatera Utara ini disebabkan oleh rendahnya realisasi PDRB di triwulan I 2017 akibat belum optimalnya kinerja sektor pertanian. Namun demikian, permintaan domestik diperkirakan masih cukup kuat ditopang oleh kinerja investasi pembangunan proyek infrastruktur strategis serta terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan rendahnya risiko tekanan inflasi. Memasuki tahun 2018, perekonomian Sumatera Utara diperkirakan akan mengalami perbaikan dan berada pada kisaran 5,0%-5,4%. Peningkatan pertumbuhan ini akan didorong oleh konsumsi pemerintah dan LNPRT seiring dengan pelaksaan PILKADA serentak Dari sisi Inflasi, secara keseluruhan tahun, inflasi Sumatera Utara di tahun 2017 diperkirakan masih berada pada kisaran sasaran inflasi nasional yaitu 4±1%. Penurunan tekanan inflasi terutama didorong oleh penurunan tekanan inflasi volatile food seiring membaiknya pasokan pangan terutama di awal tahun Kondisi tersebut didukung oleh rendahnya tekanan inflasi ini sejalan dengan terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar. Sementara itu, inflasi kelompok administerd prices mengalami peningkatan yang didorong oleh kenaikan biaya pengurusan STNK dan kenaikan tarif listrik. Optimisme tingkat inflasi yang rendah dan stabil diperkirakan akan berlanjut di tahun Inflasi tahun 2018 diperkirakan masih berada dalam sasaran inflasi nasional 3,5±1%. Pencapaian ini diperkirakan didukung oleh rendahnya tekanan inflasi inti dan inflasi administered prices. Pemerintah diperkirakan tidak akan mengambil kebijakan administered prices yang bersifat strategis. Sementara itu, inflasi volatile food diperkirakan akan meningkat terkait dengan terbatasnya produksi. RINGKASAN UMUM xvi

19 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH ULOS MANGIRING Ekonomi Sumatera Utara masih tumbuh cukup kuat dimana pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 5,21% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,11% (yoy). Kondisi tersebut terutama didukung oleh perbaikan di sisi eksternal dan masih kuatnya permintaan domestik. Dari sisi eksternal, ekspor mengalami peningkatan ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Membaiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III Di sisi lain, impor juga meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi. Di sisi domestik, peningkatan terutama terjadi pada kegiatan investasi khususnya investasi bangunan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang on-track. Namun demikian, konsumsi rumah tangga melambat, selain akibat pergeseran perayaan idul fitri, juga disebabkan oleh penurunan harga komoditas. Secara sektoral, kondisi yang menggembirakan terjadi pada peningkatan sektor utama khususnya sektor konstruksi. Sektor Pertanian dan sektor Perdagangan juga menunjukkan perbaikan kinerja pada triwulan III Peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian terutama didukung oleh produksi tanaman perkebunan yang cukup baik sejalan dengan kondisi cuaca yang mendukung. Sementara itu, sektor Industri Pengolahan meski melambat masih tumbuh cukup tinggi. Selain itu, sektor jasa-jasa juga meningkat yang memberikan dukungan terhadap kinerja sektor utama ekonomi Sumatera Utara tersebut. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 1

20 1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum hasil liaison kepada pelaku usaha industri pengolahan yang menyatakan bahwa permintaan domestik cenderung menurun yang disertai dengan menurunnya aktivitas manufaktur domestik. Di triwulan III 2017 Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari 5,11% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,21% (yoy). Pertumbuhan tersebut di atas perekonomian Nasional yang tumbuh sebesar 5,09%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara terutama didorong oleh kegiatan investasi khususnya investasi bangunan yang menunjukkan peningkatan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang ontrack. Namun demikian, sesuai dengan pola seasonalnya konsumsi rumah tangga melambat pasca puncak konsumsi pada perayaan idul fitri di triwulan II Dari sisi eksternal, ekspor mengalami peningkatan khususnya ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Membaiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III Ekonomi beberapa mitra dagang seperti Tiongkok dan Amerika Serikat pada triwulan III 2017 pada umumnya membaik dari perkiraan semula. Pada triwulan III 2017 perekonomian Tiongkok dan Amerika Serikat menguat masingmasing menjadi 6,8% (yoy) dan 3,1% (yoy) dari 6,7% (yoy) dan 2,1% (yoy) pada triwulan II Sementara itu, kinerja ekspor antar daerah masih terkontraksi. Hal ini terjadi seiring dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi beberapa daerah mitra dagang utama seperti Aceh, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Sementara itu, permintaan domestik akan produk makanan dan minuman juga belum kuat yang tercermin dari Secara sektoral, kinerja 4 sektor utama (sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi) pada triwulan III 2017 masih relatif baik. Peningkatan terutama terjadi di sektor pertanian khususnya subsektor pertanian pangan dan subsektor perkebunan. Puncak panen padi dan kelapa sawit yang jatuh pada triwulan III 2017 telah menopang peningkatan kinerja kedua subsektor tersebut. Selain itu, sektor konstruksi juga mengalami peningkatan didorong oleh masih berlangsungnya proyekproyek infrastruktur strategis. Namun demikian, kinerja industri pengolahan sedikit menurun merespon harga komoditas CPO dan karet yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Pada awal Triwulan IV 2017, harga komoditas perkebunan terutama CPO dan karet diperkirakan menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Harga CPO bulan Oktober terkontraksi 1,5% (mtm) atau turun sekitar - 12,3% dibandingkan dengan puncak harga CPO yang terjadi di awal tahun 2017 atau -3,87% (yoy). Sementara, harga karet juga mengalami penurunan sebesar -3,75% (mtm) dibandingkan bulan September Namun demikian, harga karet tersebut masih relatif tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dimana pada bulan Oktober 2017 masih mengalami kenaikan sebesar 14,35% (yoy). Dari sisi permintaan domestik, konsumsi dan investasi diperkirakan masih akan tumbuh positif terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja pemerintah yang terkonsentrasi di triwulan IV. Sementara itu, permintaan rumah tangga juga diharapkan akan meningkat seiring dengan perayaan natal dan tahun baru. Dari sisi sektoral, produksi komoditas perkebunan PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 2

21 diperkirakan cukup baik sejalan dengan masuknya periode panen raya (trek) sawit di tengah kondisi cuaca yang relatif kondusif. Dengan demikian, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2017 diperkirakan berada pada kisaran 5,1-5,5% (yoy). Mecermati perkembangan tersebut, secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Utara di tahun 2017 diperkirakan melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya realisasi PDRB di triwulan I 2017 akibat belum optimalnya kinerja sektor pertanian. Sementara itu, permintaan domestik diperkirakan masih cukup kuat ditopang oleh kinerja investasi pembangunan proyek infrastruktur strategis serta terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan rendahnya risiko tekanan inflasi. Grafik 1.1 Survei Kegiatan Dunia Usaha Ke depan beberapa faktor risiko penghambat perbaikan ekonomi yang perlu diwaspadai diantaranya adalah berlanjutnya penurunan harga komoditas. Penurunan harga tersebut merupakan disinsentif bagi perbaikan kinerja ekspor yang selanjutnya akan berdampak pada konsumsi dan investasi. Hal tersebut tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan bahwa terdapat sedikit penurunan perkiraan kegiatan dunia usaha ke depan. Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Dari sisi penggunaan, perbaikan ekonomi Sumatera Utara pada Triwulan III 2017 didorong oleh meningkatnya kinerja sektor eksternal. Ekspor mengalami peningkatan khususnya ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Mambaiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III Ekonomi beberapa mitra dagang seperti Tiongkok dan Amerika Serikat pada triwulan III 2017 pada umumnya membaik dari perkiraan semula. Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.2 Andil Perekonomian Domestik dan Eksternal PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 3

22 Sementara itu, permintaan domestik melambat terutama didorong oleh perlambatan konsumsi rumah tangga. Namun demikian, investasi khususnya investasi bangunan menunjukkan peningkatan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang on-track. Grafik 1.4 Survei Konsumen Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.3 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan Di sisi permintaan domestik, konsumsi rumah tangga melambat dari 5,2% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 4,1% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut lebih rendah dari rataratanya dalam 5 tahun terakhir yang hanya mencapai 4,9% (yoy). Penurunan tersebut disebabkan oleh meredanya kegiatan konsumsi masyarakat pasca puncak konsumsi pada perayaan idul fitri di triwulan sebelumnya. Selain itu, di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, konsumen rumah tangga cenderung mengalokasikan peningkatan pendapatannya untuk kegiatan investasi. Sumber pendapatan tersebut terindikasi dialokasikan dalam bentuk tabungan dan deposito, yang tercermin dari jumlah DPK yang meningkat. Pertumbuhan DPK pada triwulan III 2017 meningkat menjadi 10,2% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 8,7% (yoy). Perilaku rumah tangga tersebut juga terlihat pada hasil Survei Konsumen Bank Indonesia dimana pada triwulan III 2017 menunjukkan kecenderungan pengeluaran untuk konsumsi menurun sedangkan kecenderungan untuk menabung meningkat. Penurunan kinerja konsumi rumah tangga terjadi diseluruh subsektornya. Penurunan paling tinggi terjadi pada subsektor makanan dan minuman dimana pada triwulan III 2017 melambat dari 5,27% (yoy) ditriwulan sebelumnya menjadi 3,81% (yoy). Selain itu, penurunan juga terbesar juga terjadi pada subsektor konsumsi transportasi dan komunikasi yang turun menjadi 4,31% (yoy) dari sebelumnya sebesar 5,49% (yoy). Menurunnya frekuensi terbang beberapa maskapai penerbangan pasca perayaan Idul Fitri turut menyumbang penurunan konsumsi penggunaan jasa transportasi dan komunikasi. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari jumlah penumpang pesawat terbang yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Penurunan kinerja konsumi tersebut juga tercermin dari impor barang konsumsi yang menurun. Pada triwulan III 2017 impor barang konsumsi menurun dari triwulan sebelumnya sebesar 40,0% (yoy) menjadi -23,07% (yoy). Grafik 1.5 Impor Barang Konsumsi PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 4

23 Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi Namun demikian, masih optimisnya tingkat konsumsi tercermin dari pertumbuhan kredit konsumsi yang meningkat dari triwulan sebelumnya. Kredit konsumsi pada triwulan III 2017 tercatat meningkat menjadi 11,0% dari sebelumnya sebesar 9,9% (yoy). Selain itu, optimisme kegiatan konsumsi juga terindikasi dari Indeks Penjualan Eceran pada triwulan III yang menunjukkan kenaikan. Memasuki awal triwulan IV 2017, potensi perbaikan tingkat konsumsi rumah tangga mulai terlihat. Hal tersebut tercermin dari Survei Konsumen terhadap penghasilan dan kondisi ekonomi pada triwulan IV 2017 yang cenderung meningkat. Namun demikian, penurunan harga komoditas ke depan dapat menghambat optimisme tingkat pendapatan masyarakat maupun ketersediaan lapangan pekerjaan ke depan. Grafik 1.9 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja (Survei Konsumen) Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran Secara keseluruhan tahun, konsumsi rumah tangga di tahun 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun Peningkatan daya beli masyarakat ini ditopang oleh oleh perbaikan harga komoditas di 2017 yang mendorong perbaikan penerimaan ekspor. Selain itu, perbaikan kinerja sektor utama seperti industri pengolahan dan konstruksi juga menopang tingkat penerimaan masyarakat dari sisi sektoral. Grafik 1.8 Perkembangan Nilai Tukar Selain itu, nilai tukar Rupiah secara konsisten mengalami penguatan sejak awal tahun 2016 dan terus berlanjut memasuki triwulan III Stabilitas nilai tukar yang terus diupayakan oleh Bank Indonesia diperkirakan dapat menjaga level psikologis masyarakat dalam melakukan aktivitas konsumsinya. Di Triwulan III 2017 konsumsi pemerintah meningkat signifikan menjadi 7,4% (yoy) dari triwulan sebelumnya 4,6% (yoy). Peningkatan konsumsi pemerintah tersebut didorong oleh realisasi belanja APBD Realisasi belanja APBD Provinsi Sumatera Utara yang sudah mencapai mencapai 56,8% dari pagu atau Rp7,4 triliun dari Rp13,0 triliun. Selain itu, peningkatan konsumsi pemerintah juga tercermin dari meningkatnya pertumbuhan rekening pemerintah daerah dimana pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 5

24 12,7% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 8,4% (yoy). Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan III 2016 dan 2017 di Sumatera Utara Grafik 1.11 Perkembangan Rekening Pemda Memasuki triwulan IV 2017, kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan akan meningkat. Akselerasi belanja pemerintah tersebut didorong oleh penyaluran DAU dan DAK oleh pemerintah pusat, pengeluaran belanja barang dan modal serta pembangunan proyek-proyek infrastruktur strategis. Untuk keseluruhan tahun 2017, konsumsi pemerintah diperkiakan akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan belanja APBD 2017 sebesar 31% dibandingkan 2016 dan tidak adanya hambatan dalam penyaluran DAU dan DAK oleh pemerintah pusat menjadi pendorong perbaikan tersebut. Pada triwulan III 2017 kinerja investasi mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Investasi pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 6,2% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,5% (yoy). Perbaikan kinerja investasi tersebut didukung oleh kinerja investasi bangunan dan non bangunan yang meningkat masing-masing menjadi 6,9% (yoy) dan 2,9% (yoy) dari 5,4% (yoy) dan 2,0% (yoy) di triwulan II Peningkatan investasi bangunan didorong oleh mulai menggeliatnya investasi swasta disamping belanja modal pemerintah. Sementara itu, peningkatan investasi non bangunan ditopang oleh penjualan mesin dan perlengkapan, serta parts kendaraan untuk angkutan perkebunan yang meningkat merespon peningkatan produksi perkebunan. Peningkatan kinerja investasi bangunan tercermin dari peningkatan penjualan semen di Triwulan III Penjualan semen mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 69,4% (yoy) dari sebelumnya kontraksi sebesar -11,9% (yoy). Mulai terealisasinya belanja modal pemerintah mendorong kinerja investasi bangunan meningkat di triwulan III Grafik 1.12 Penjualan Semen Sementara itu, salah satu faktor yang mendorong perbaikan kinerja investasi non bangunan adalah perbaikan sektor eksternal. Perbaikan kinerja perekonomian negara mitra dagang utama menjadi pendorong investasi yang tercermin pada indikator investasi non-bangunan dari penjualan alat berat (UT) pada Agustus meningkat, terutama sektor agrikultur. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari hasil liaison kepada pelaku usaha di sektor industri pengolahan yang menyatakan adanya aktivitas investasi terkait dengan peningkatan kapasitas PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 6

25 produksi seperti pembangunan galangan kapal, pembangunan pabrik pengolahan biodiesel, oleo chemical maupun kernell pressing plant serta pemeliharaan mesin. II , ,8 III , ,5 IV , , I , ,1 II , ,1 III , ,8 IV , , I 39 18, ,3 II , ,2 III , ,5 IV , , I , ,5 II , ,3 III , ,7 Grafik 1.13 Penjualan Alat Berat Grafik 1.15 Penjualan Alat Berat Nilai investasi PMA pada triwulan III 2017 menurun dari USD397,3 juta di triwulan sebelumnya menjadi USD332,3 juta. Penurunan PMA tersebut didominasi oleh sektor Industri Listrik, Gas dan Air seiring dengan tidak adanya rencana pembangunan listrik oleh PLN di akhir tahun Sementara itu, nilai investasi PMDN pada triwulan III 2017 meningkat signifikan Rp1.440,3 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi Rp2.573,8 miliar. Peningkatan PMDN terutama terjadi pada kategori industri pengolahan (97% terhadap total PMDN). Hal tersebut berkenaan dengan peningkatan kinerja sektor pengolahan seiring dengan kinerja sektor eksternal yang meningkat. Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara Periode PMA PMDN Proyek I (juta USD) Proyek I (Rp miliar) 2014 I , ,5 P: jumlah proyek; I: Nilai Investasi Sumber: BKPM, diolah Namun, pertumbuhan kredit investasi cenderung melambat. Pada triwulan III 2017 pertumbuhan kredit tercatat 6,7% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 15,7% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit tersebut seiring dengan melambatnya kinerja industri pengolahan merespons penurunan harga komoditas. Hal ini mencerminkan masih tingginya risiko yang dapat mengganggu kinerja investasi. Grafik 1.14 Kredit Investasi Ke depan, dengan dukungan Pemerintah untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui percepatan reformasi struktural, dapat tercipta perbaikan ekonomi domestik yang berkelanjutan. Optimisme perbaikan ekonomi dan berlanjutnya perbaikan iklim investasi mendorong pulihnya tingkat kepercayaan investor untuk terus berinvestasi di wilayah Sumatera Utara. Sehingga, pada triwulan IV 2017 diperkirakan investasi akan kembali meningkat. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 7

26 Peningkatan belanja pemerintah seiring dengan selesainya proses pengadaan diharapkan juga mampu mendorong perbaikan iklim investasi di Sumatera Utara. Namun demikian, penurunan harga komoditas dapat menjadi risiko penghambat investasi di akhir Secara keseluruhan tahun, investasi di 2017 diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh membaiknya sektor eksternal yang berdampak pada perbaikan kinerja industri pengolahan dan lebih baiknya realisasi belanja investasi pemerintah. Hal ini tercermin dari peningkatan di kedua jenis investasi yakni bangunan dan non-bangunan. Ekspor luar negeri Sumatera Utara masih didominasi oleh ekspor kelapa sawit dengan pangsa sebesar 36,6% dari total nilai ekspor, disusul oleh komoditas karet dengan pangsa 9,0% dan kopi 3,8%. Pangsa komoditas kelapa sawit cenderung menurun sedangkan karet dan kopi meningkat dibandingkan dengan triwulan II Tingginya dominasi produk ekstraktif dalam komoditas ekspor menyebabkan kinerja ekspor Sumatera Utara relatif sangat sensitif terhadap perubahan harga komoditas. Ekspor pada triwulan III 2017 meningkat dari 0,9% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 13,2% (yoy). Hal tersebut terutama ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan dari 2,04% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 31,5% (yoy). Sementara ekspor antar daerah cenderung terkontraksi menjadi -1,51% (yoy) dari 0,02% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Dapat ditambahkan bahwa dalam struktur ekspor Provinsi Sumatera Utara, 55% adalah ekspor antar daerah. Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara 1 Perbaikan perekonomian negara mitra dagang utama di triwulan III 2017 mendorong melonjaknya kinerja ekspor luar negeri Sumatera Utara terutama CPO. Perbaikan harga komoditas tersebut juga disertai dengan perkembangan industri otomotif di Amerika dan Tiongkok. Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama Komoditas Pangsa Kelapa Sawit 36,6% Karet 9,0% Kopi 3,8% Lainnya 41,6% Kinerja ekspor Sumatera Utara masih bergantung pada kinerja perekonomian beberapa mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India dan Euro Area. Namun ekspor Sumatera Utara sudah relatif terdiversifikasi yang tercermin dari menurunnya pangsa ekspor ke Data Cognos Bank Indonesia PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 8

27 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017 empat negara tersebut dari 43,1% di triwulan I 2017 menjadi 37,9% di triwulan II Terdapat peningkatan ekspor ke negara-negara seperti Pakistan, Jepang, Spanyol dan Mesir. Grafik 1.17 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama Dari sisi harga, di triwulan III 2017 harga CPO dan karet cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Bahkan harga CPO kembali turun menjadi 631 USD/metric ton atau terkontraksi sebesar -2,7% (yoy). Sementara harga karet cenderung turun menjadi 197 USD cents/kg atau melambat menjadi 13,9% (yoy) dari 25,2% (yoy) di triwulan sebelumnya. Namun demikian, kinerja ekspor CPO dan karet di triwulan III 2017 masih positif. Ekspor CPO baik secara nilai maupun volume mengalami peningkatan masing-masing menjadi 15,6% (yoy) dan 15,3% (yoy) dari sebelumnya sebesar 10,1% (yoy) dan 5,2% (yoy). Peningkatan kinerja ekspor sawit ke luar negeri terjadi seiring dengan tingginya tingkat konsumsi yang tercermin dari tingginya aktivitas manufaktur makanan di negara partner dagang utama. Sejalan dengan hal tersebut, perbaikan ekspor luar negeri karet sejalan dengan meningkatnya permintaan kendaraan bermotor di Amerika dan Tiongkok. Sebagian besar (97%) karet di Sumatera Utara masih berbentuk crump rubber (SIR 20) yang mayoritas digunakan sebagai bahan baku ban kendaraan. Grafik 1.20 Ekspor CPO Sumber: Bloomberg, diolah Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume % Grafik 1.19 Ekspor Karet 31.4% 60% 40% 14.4% 20% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % 0% -20% -40% -60% Sumber: ieconomics.com dan tradingeconomics.com, diolah Grafik 1.21 PMI Negara Mitra Dagang Utama Memasuki awal triwulan IV 2017, terdapat beberapa downside risks yang perlu mendapat perhatian terutama tingkat harga komoditas yang terus menurun. Selain itu, black campaing produk CPO Indonesia yang tidak ramah lingkungan dan kebijakan proteksionisme negara partner utama seperti India dan Eropa PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 9

28 diperkirakan juga masih akan menjadi downside risk dari sisi permintaan ekspor CPO. Namun demikian, tujuan ekspor Sumatera Utara yang sudah mulai terdiversifikasi dan peningkatan permintaan komoditas karet khususnya dari AS dan Tiongkok akan menjadi pendorong untuk menggerakkan sektor eksternal dan sektor industri. Sehingga ke depan kinerja ekspor Sumatera Utara diperkirakan akan membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kinerja ekspor antar daerah masih terkontraksi. Hal ini terjadi seiring dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi beberapa daerah mitra dagang utama seperti Aceh, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Sementara itu, permintaan domestik akan produk makanan dan minuman juga belum kuat yang tercermin dari hasil liaison kepada pelaku usaha industri pengolahan yang menyatakan bahwa permintaan domestik cenderung menurun yang disertai dengan menurunnya aktivitas manufaktur domestik. Selain itu, kinerja sektor manufaktur khususnya industri makanan domestik yang tercermin dari Industrial Production Index (IPI) yang menurun di triwulan III dari 1,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 23,1% (yoy), sedangkan impor antar daerah dari -3,1% (yoy) menjadi 7,6% (yoy). Grafik 1.23 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut Impor luar negeri Sumatera Utara dari sisi volume pada triwulan III 2017 cenderung meningkat mencapai 22,5% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 8,5% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan impor barang modal dan bahan baku yang meningkat signifikan mencapai masing-masing 24,0% (yoy) dan 24,6% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar -1,4% (yoy) dan 8,5% (yoy). Namun, impor barang konsumsi cenderung menurun dari kontraksi 28,3% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 3,6% (yoy). Grafik 1.22 IPI Produk Makanan Indonesia Di triwulan III 2017, impor tumbuh sebesar 12,6% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 sebesar -0,5% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi baik pada impor luar negeri maupun impor antar daerah. Impor luar negeri meningkat Grafik 1.24 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut Tingginya pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal terjadi seiring dengan melimpahnya produksi kelapa sawit sehingga membutuhkan barang intermediate untuk bisa menghasilkan produk lanjutannya. Selain itu, volume impor barang modal ini juga mengindikasikan masih adanya kepercayaan pelaku usaha terhadap iklim usaha di Sumatera Utara. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 10

29 Memasuki awal triwulan IV tahun 2017, kinerja impor diperkirakan akan melambat seiring dengan mulai menurunnya kinerja industri pengolahan sebagai dampak melambatnya ekspor merespon penurunan harga komoditas. Selain itu, mulai terealisasinya belanja pemerintah khususnya belanja modal dan infrastruktur akan menambah perlambatan impor lebih lanjut khususnya impor barang modal. Secara keseluruhan tahun, kinerja impor di 2017 diperkirakan akan lebih tinggi dari tahun Lebih tingginya kondisi perekonomian negara partner dagang utama dan mulai terdiversifikasinya tujuan ekspor Sumatera Utara diperkirakan meningkatkan aktivitas industri pada 2017 sehingga kebutuhan akan barang modal dan bahan baku pendukung juga meningkat. Selain itu, realisasi belanja pemerintah yang lebih baik juga menopang peningkatan impor di Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha Dari sisi Lapangan Usaha, kinerja empat sektor utama pada triwulan III 2017 cenderung mengalami peningkatan, kecuali sektor industri pengolahan yang sedikit menurun. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh tingginya sektor konstruksi yang mencapai 6,7% (yoy) pada triwulan ini. Banyaknya realisasi proyek pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah dan swasta meningkatkan pencapaian sektor konstruksi. Walaupun peningkatan dari keempat sektor utama pada triwulan laporan kurang signifikan, keempat kategori tersebut masih menyumbang 74% PDRB Sumatera Utara. Sementara itu, sektor lainnya terutama sektor tersier tumbuh signifikan. Sektor administrasi pemerintahan, jasa perusahaan, serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial pada triwulan III 2017 tercatat lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, sehingga mendukung perkembangan ekonomi sisi produksi. Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran Indikator Makro Total I II III IV Total I II III Arah Sisi Produksi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan # Pertambangan dan Penggalian # Industri Pengolahan # Pengadaan Listrik, Gas # Pengadaan Air # Konstruksi # Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor # Transportasi dan Pergudangan # Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum # Informasi dan Komunikasi # Jasa Keuangan # Real Estate # Jasa Perusahaan # Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib # Jasa Pendidikan # Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial # Jasa lainnya # PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 11

30 Grafik 1.26 Perkiraan Sifat Curah Hujan Juli 2017 Kinerja sektor pertanian meningkat dari 2,4% (yoy) pada pada triwulan II 2017 menjadi 3,1% (yoy) pada triwulan III Peningkatan tersebut terutama didorong oleh subsektor perkebunan bersamaan dengan masuknya musim panen tanaman perkebunan semusim yang didukung oleh cuaca yang kondusif. Selain itu, cuaca pada triwulan III 2017 juga mendukung nelayan untuk menangkap ikan, sehingga dapat mendorong peningkatan sektor pertanian lebih jauh lagi. Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan Grafik 1.27 Perkiraan Sifat Curah Hujan Agustus 2017 Grafik 1.25 Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pengolahan Namun demikian, kinerja subsektor tanaman pangan dan hortikultura masih kurang optimal. Hal ini tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani Palawija (NTPP) serta Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) pada triwulan III NTPP menurun dari 95,0 pada triwulan II 2017 menjadi 93,8 pada triwulan ini, sedangkan NTPH menurun dari 93,9 menjadi 91,9 pada triwulan III Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan Grafik 1.28 Distribusi Sifat Curah Hujan September 2017 Di sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit pertanian juga sedikit melambat dari 16,9% (yoy) menjadi 15,5% (yoy). Namun, Non Performing Loan (NPL) sektor pertanian mengalami penurunan dari 1,5% menjadi 1,59% pada triwulan ini. Penurunan tersebut mencerminkan membaiknya risiko di sektor ini seiring dengan peningkatan ekspor CPO. Di akhir tahun, peningkatan kinerja sektor pertanian diharapkan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan masuknya musim panen bagi tanaman hortikultura. Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 12

31 Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Pertanian (yoy). Sementara itu, kredit kelapa sawit melambat dari 18,7% (yoy) menjadi 17% (yoy). Meskipun demikian, risiko kredit subsektor perkebunan mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari NPL perkebunan karet yang mengalami penurunan dari 5,8% menjadi 5,48%. Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.30 Realisasi NTP Sumatera Utara Grafik 1.32 Penyaluran Kredit Perkebunan Grafik 1.31 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara Membaiknya kinerja kategori perkebunan ditopang oleh peningkatan ekspor komoditas utama Sumatera Utara yaitu kelapa sawit, karet, dan kopi. Perbaikan kinerja ekspor komoditas tersebut ditunjang oleh meningkatnya permintaan mitra dagang utama. Hal ini ditunjukkan dengan Purchasing Manager Index (PMI) Tiongkok dan Amerika Serikat yang mengalami peningkatan. Permintaan komoditas tetap solid ditengah penurunan harga CPO dan karet yang diperkirakan akan terus menurun. Hal ini tercermin dari penurunan harga CPO dan karet pada bulan Oktober 2017 di pasar internasional. Pada bulan Oktober 2017, harga CPO turun 3,12% dari bulan sebelumnya, sedangkan harga karet turun 3,76% dari bulan sebelumnya. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan subsektor perkebunan belum mengalami perbaikan yang signifikan. Pertumbuhan kredit perkebunan karet cenderung membaik walaupun masih berkontraksi dari -17,3% (yoy) menjadi -14,9% Memasuki awal triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi sektor pertanian diperkirakan akan terus membaik seiring dengan masuknya musim panen pertanian khususnya subsector perkebunan (trak) serta cuaca yang mendukung. Sementara itu, permintaan mitra dagang diperkirakan akan tetap terjaga ditengah penurunan harga komoditas. Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan Grafik 1.33 Perkiraan Sifat Curah Hujan 2017 Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2017 mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tidak optimalnya kinerja pertanian pangan terutama pada triwulan I 2017 disebabkan oleh terganggunya masa tanam di tahun 2016 akibat gangguan cuaca dan bencana alam. Namun, kondisi tersebut berangsur pulih di sisa tahun 2017 seiring dengan komitmen pemerintah PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 13

32 daerah yang senantiasa memberikan berbagai bantuan termasuk pupuk dan peralatan pertanian, serta pembangunan berbagai infrastruktur sarana dan prasarana pendukung sektor pertanian. Pada triwulan III 2017, pertumbuhan industri pengolahan melambat menjadi sebesar 6,2% (yoy) dari 6,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Penurunan ini diperkirakan seiring dengan penurunan harga komoditas dan permintaan dari mitra dagang internasional. Selain itu, tingginya harga gas industri di Provinsi Sumatera Utara juga masih menjadi kendala dalam pertumbuhan kinerja industri pengolahan. Selain itu, perusahaan disinyalir lebih memilih menggunakan stok yang tersedia dibandingkan dengan harus memproduksi barang sehingga menurunkan laju pertumbuhan industri pengolahan. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan inventori yang mengalami kontraksi sebesar -46,2% (yoy) dari 8,3% (yoy) di triwulan sebelumnya. Grafik 1.35 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan Penurunan kinerja industri pengolahan tidak lepas dari penurunan minat ekspor khususnya dari Amerika dan Eropa. Pada triwulan III 2017, volume ekspor ke Amerika Serikat menurun tajam, melambat dari 81,4% (yoy) menjadi 42,3% (yoy). Sementara itu, volume ekspor ke Eropa mengalami kontraksi hingga -12,5% (yoy) dari 9,3% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Namun, peningkatan ekspor manufaktur menjaga penurunan kinerja industri pengolahan lebih jauh lagi. Grafik 1.36 Perkembangan Ekspor Manufaktur Grafik 1.34 Perubahan Inventori Turunnya kinerja industri pengolahan juga disertai dengan melambatnya penyaluran kredit, yakni dari 20,8% (yoy) menjadi 16,3% (yoy). Namun, risiko kredit industri pengolahan mengalami perbaikan ditunjukkan dengan penurunan NPL dari 1,62% menjadi 1,48% pada triwulan III Memasuki triwulan IV 2017, kinerja industri pengolahan diperkirakan akan melambat seiring dengan turunnya harga komoditas di pasar internasional. Namun, terdapat beberapa upside risk dari beberapa faktor pendukung, diantaranya pembebasan Bea Keluar untuk CPO, peningkatan kinerja ekonomi negara partner dagang, dan peluang diversifikasi ekspor ke negara lainnya. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 14

33 Sektor konstruksi di triwulan III 2017 meningkat tajam dari 5,2% (yoy) menjadi 6,7% (yoy). Tingginya ini diperkirakan disebabkan oleh peningkatan yang signifikan serapan belanja modal Pemerintah Daerah. Peningkatan ini terjadi setelah tertundanya proses pengadaan akibat keterlambatan pengesahan APBD infrastruktur strategis, seperti revitasliasi Pelabuhan Belawan, pembangunan terminal multipurpose Kuala Tanjung, dan Tol Trans Sumatera. Sektor perdagangan mengalami sedikit peningkatan dari 5,8% (yoy) menjadi 5,9% (yoy) pada triwulan III Peningkatan sektor perdagangan diperkirakan disebabkan oleh peningkatan belanja operasional Pemerintah Daerah seiring dengan telah selesainya proses pengadaan yang sebelumnya tertunda. Grafik 1.37 Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan PBE Grafik 1.38 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi Peningkatan kinerja sektor konstruksi tercermin oleh penyaluran kredit yang naik dari 19,1% (yoy) menjadi 21,2% (yoy) pada triwulan III Namun, seiring dengan peningkatan kinerja, risiko kredit sektor konstruksi juga meningkat. Hal ini terlihat dari naiknya NPL sektor konstruksi dari 6,49% menjadi 7,21% Peningkatan sektor konstruksi lebih ke arah pembangunan infrasktruktur. Sementara itu, sektor pembangunan properti (real estate) mengalami penurunan dari 9,3% (yoy) menjadi 7,4% (yoy). Memsuki triwulan IV 2017, kinerja sektor konstruksi diperkirakan akan terus mengalami perbaikan. Hal ini sejalan dengan fokus Pemerintah terhadap percepatan pembangunan Di sisi lain, kinerja sektor perdagangan tertahan seiring dengan menurunnya aktivitas konsumsi masyarakat pasca bulan Ramadhan. Selain itu, penurunan aktivitas perdagangan atar daerah menahan pertumbuhan sektor perdagangan lebih lanjut. Tertahannya pertumbuhan sektor perdagangn juga tercermin dari turunnya kinerja sektor pariwisata. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan kunjungan wisatawan mancanegara dan occupancy rate hotel/penginapan dari triwulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh telah terlewatinya hari raya Idul Fitri. Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.39 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate Sementara itu, dari sisi pemerintah, masih rendahnya realisasi belanja khususnya belanja barang juga telah menahan laju pertumbuhan sektor perdagangan. Realisasi belanja barang PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 15

34 APBD Sumatera Utara pada triwulan II 2017 hanya mencapai 33,6% dari pagu belanja APBD 2017 dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai 36,1%. Terlambatnya penetapan APBD 2017 di beberapa kabupaten/kota disinyalir menyebabkan proses pengadaan berjalan lambat sehingga realisasi belanja barang pada triwulan III 2017 tidak maksimal dan menghambat kinerja sektor perdagangan. Meskipun kinerja sektor perdagangan relatif stabil, pertumbuhan kredit yang relatif mengalami kontraksi dari -5,2% (yoy) menjadi - 9,8% (yoy). Selai itu, risiko kredit sektor perdagangan juga mengalami peningkatan dari 4,44% menjadi 5,69%. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja sektor perdagangan masih belum optimal. Grafik 1.40 Penyaluran Kredit Kategori PBE Memasuki triwulan IV 2017, aktivias perdagangan diperkirakan akan mengalam peningkatan sesuai dengan pola musiman menjelang natal dan tahun baru. Perbaikan sektor pertanian dan industri pengolahan diharapkan juga dapat mendorong aktivitas perdagangan antar daerah sehingga dapat meningkatkan kinerja sektor perdagangan. Kinerja sektor transportasi dan pergudangan tercatat menurun dari 7,8% menjadi 6,8% pada triwulan III Penurunan kinerja sektor transportasi seiring dengan penurunan kinerja industri pengolahan. Penurunan aktivitas ekspor antar daerah menurunkan arus transportasi dan pergudangan di Sumatera Utara. Aktivitas bongkar muat di Sumatera Utara pada triwulan III 2017 mengalami penurunan. Aktivitas bongkar mencapai 1,2 juta ton sedangkan pada triwulan II 2017 mencapai 1,5 juta ton. Sementara itu, aktivitas muat mencapi 45 ribu ton, sedangkan pada triwulan II 2017 aktivitasnya mencapai 60 ribu ton. Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.41 Perkembangan Bongkar Muat Sumatera Utara Penurunan sektor transportasi dan pergudangan juga sejalan dengan penurunan jumlah penumpang pada triwulan III Penumpang angkatan laut mengalami kontraksi dari 41,4% (yoy) menjadi -1,9% (yoy). Selain itu, pengumpang angkatan udara menurun dari 38,9% (yoy) menjadi 6,0% (yoy) pada triwulan III Penurunan ini disebabkan oleh telah terlewatinya perayaan hari Raya Idul Fitri dan libur sekolah. Walaupun kinerja transportasi dan pergudangan mengalami penurunan, penyaluran kredit untuk sektor ini mengalami peningkatan. Penyaluran kredit meningkat dari 5,7% (yoy) menjadi 3,5% (yoy). Hal ini diperkirakan mengindikasikan perbaikan kinerja transportasi dan pergudangan ke depannya. Namun, risiko kredit sektor transprotasi dan pergudangan masih perlu diwaspadai seiring dengan naiknya NPL di sektor ini dari 1,38% menjadi 1,73%. Memasuki triwulan IV 2017, kinerja transportasi dan pergudangan diperkirakan akan membaik seiring dengan peningkatan produksi sektor pertanian dan perbaikan aktivitas perdagangan antarderah. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 16

35 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.42 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara Grafik 1.43 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 17

36 BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH ULOS RAGI HIDUP (PUCA) Penurunan konsumsi Pemerintah tersebut tercermin pada realisasi belanja APBD Provinsi Sumatera Utara yang pada triwulan III 2017 mencapai 56,8%, menurun dibanding triwulan sebelumnya yang masih sebesar 60,2% terhadap pagu APBD. Namun demikian, realisasi tersebut lebih rendah dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya (602,2%). Realisasi tertinggi terjadi pada pos transfer ke Kabupaten/Kota, diikuti oleh Belanja Pegawai. Realisasi yang cukup tinggi juga terjadi pada pos belanja bantuan sosial dan hibah. Sementara belanja modal masih relatif rendah (20,7%). Di tingkat Kabupaten/Kota, realisasi belanja APBD juga masih relatif rendah yang sebesar 49,9%. Di sisi pendapatan, hingga triwulan III 2017, realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara dan APBN di Sumatera Utara relatif terjaga dan lebih tinggi dari realisasi triwulan yang sama tahun Bahkan, realisasi pendapatan tertinggi terjadi pada pos lainnya pendapatan daerah yang sah yang terealisasi melebihi pagu dan mencapai 131,6%. Sejalan dengan realisasi APBD Provinsi, Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota juga telah terealisasi 66,0%. Kondisi ini sejalan dengan komitmen pemerintah daerah untuk mengutamakan pengembalian hasil pendapatan daerah baik dari hasil pajak maupun retribusi kepada kabupaten/kota. KEUANGAN PEMERINTAH 18

37 2.1 Gambaran Umum Kontribusi belanja fiskal di Sumatera Utara sangat ditopang oleh APBD Kabupaten/Kota. Secara target tahunannya, anggaran belanja fiskal di Sumatera Utara tahun 2017 sebesar Rp.74.5 Triliun dengan pangsa terbesar pada belanja APBD Kabupaten/Kota yang mencapai Rp.41 Triliun diikuti oleh APBD Provinsi sebesar Rp.13 Triliun dan APBN yang didistribusikan di Provinis Sumatera Utara sebesar Rp.20.5 Triliun. Dari sisi kontribusi pendapatan fiskal, sumbangan Kabupaten/Kota yang juga cukup tinggi mencapai Rp.42 Triliun dari total anggaran pendapatan fiskal di Sumatera Utara yang mencapai Rp.54.1 Triliun. Hingga triwulan III 2017, realisasi belanja APBD Provinsi di Sumatera Utara terpantau lebih lambat dibandingkan dengan realisasi periode sama tahun lalu. Realisasi belanja APBD Provinsi Sumatera Utara baru mencapai 56,8% dari targetnya, lebih rendah dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu sebesar 60,2%. Sementara realisasi belanja APBD Kabupaten/Kota mencapai 49.9% dari targetnya, Dari sisi Pemerintah Pusat, belanja APBN terealisasi sebesar 23.8% dari pagunya, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi triwulan III 2016 sebesar 19.2% Sementara kinerja pendapatan APBD Provinsi di Sumatera Utara terpantau meningkat dibandingkan dengan realisasi periode sama tahun lalu. Realisasi pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara mencapai 75,5% dari targetnya, lebih tinggi dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu sebesar 72,1%. Sementara realisasi belanja APBD Kabupaten/Kota mencapai 66.6% dari targetnya. Tabel 2.2 Ringkasan Realisasi Belanja APBD Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2017 No Komponen Investasi APBD 2016 Realisasi Tw III 2016 APBD 2017 Realisasi Tw II 2017 Realisasi Tw III 2017 Growth (Rp Milyar) Milyar Rp % (Rp Milyar) Milyar Rp % Milyar Rp % (yoy) I Pendapatan 10, , % 12,170 6, % 9, % 21.0% 1 Pendapatan Asli Daerah 4, , % 4,925 2, % 3, % 5.0% 2 Dana Perimbangan 5, , % 7,235 3, % 5, % 40.7% 3 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah % % % -95.7% II Belanja 10, , % 13,038 4, % 7, % 28.1% 1 Belanja Operasional 6, , % 8,777 3, % 5, % 40.9% 2 Belanja Modal 1, % 2, % % 93.7% 3 Belanja Tidak Terduga % % % 66.7% 4 Belanja Transfer 2, , % 1,982 1, % 1, % -28.6% III Penerimaan Daerah % 945 1, % 1, % 76.3% IV Pengeluaran Daerah % % 0 0.0% -81.0% Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara 2.2 APBD Provinsi Sumatera Utara Meningkatnya aliran Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat dan alokasi Belanja Modal mendorong kenaikan anggaran pendapatan dan belanja Provinsi Sumatera Utara di tahun Anggaran pendapatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2017 mencapai Rp12,2 triliun, meningkat 21,0% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2016 (Tabel 2.1). Sementara itu anggaran belanja mencapai Rp13,0 triliun, meningkat 28,1% (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu. Peningkatan anggaran pendapatan Provinsi Sumatera Utara terutama bersumber dari pendapatan Dana Perimbangan yang naik 40,7% (yoy), atau Rp2,1 triliun dari alokasi tahun Peningkatan tertinggi berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang meningkat 90,3%. Peningkatan DAU berasal dari perhitungan alokasi dasar dengan proporsi 40% Provinsi dan 45% untuk Kabupaten/Kota dengan rincian gaji dan formasi PNSD Tahun 2016 sebesar Rp.992 Miliar dan celah fiskal dengan proporsi 60% Provinsi dan 55% Kabupaten/Kota. Pendapatan transfer merupakan semua pengeluaran negara 19

38 yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pendapatan transfer ini akan digunakan di tingkat provinsi dan sebagian diteruskan kepada pemerintah kabupaten/kota. Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya mampu tumbuh 5,0% (yoy), atau Rp234 miliar. Pajak daerah menjadi komponen terbesar PAD dengan pangsa mencapai 91,1%. Pertumbuhan penerimaan PAD tertahan dengan menurunnya pendapatan dari retribusi daerah. Grafik 2.1. Perbandingan realisasi pendapatan dan belanja APBD Provinsi Sumatera Utara Tabel 2.2 Rincian Realisasi Pendapatan pada APBD Provinsi Sumatera Triwulan III 2017 No Uraian Pagu 2016 Realisasi Tw. III Realisasi Tw. III % Growth Pagu 2017 Miliar Rp % Realisasi Miliar Rp % Realisasi (yoy) I PAD 4, , % 4, , % 5.0% a Pajak Daerah 4, , % 4, , % 8.6% b Retribusi Daerah % % -1.5% c Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah % % -32.7% d Lain-lain PAD % % -31.9% II Dana Perimbangan 5, , % 7, , % 40.7% a Bagi Hasil Pajak % % 10.1% b Dana Alokasi Umum 1, , % 2, , % 90.3% c Dana Alokasi Khusus 3, % 4, , % 26.4% III Lain-lain Pendapatan % % -95.7% a Bantuan Keuangan (Hibah) % % -95.7% b Lain-lain Penerimaan Total Pendapatan 10, , % 12, , % 21.0% Realisasi Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2017 Kinerja pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara mencatat perbaikan dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Realisasi pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara mencapai Rp9,2 triliun atau 75,5% dari target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp12,2 triliun. Pencapaian ini lebih baik dibandingkan dengan periode sama tahun 2016 yang baru mencapai Rp7,3 triliun atau 72,1% dari target pendapatan tahun 2016 sebesar Rp10,1 triliun. Hampir seluruh komponen pendapatan mencatat perbaikan. Sementara itu realisasi Lain-lain Pendapatan yang sudah melebihi pagu anggarannya disebabkan oleh adanya pengembalian dana BOS sebesar Rp.8,5 triliun yang tidak dianggarkan sebelumnya. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Perbaikan kinerja pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara ditopang oleh realisasi PAD yang mencapai 75,6% dari targetnya, atau lebih tinggi dari realisasi periode sama tahun sebelumnya sebesar 72,8%. Pencapaian tersebut ditopang oleh realisasi Pajak Daerah yang mencapai 74,4% dari targetnya, meningkat dari periode sama tahun 2016 sebesar 72,5%. Meningkatnya pajak daerah ditopang oleh Pajak Air Permukaan mencatat pencapaian tertinggi sebesar 80,8% dari target. Sedangkan Pajak Rokok mencatat pencapaian terendah sebesar 58,7%. Rendahnya realisasi pajak rokok diindikasikan rendahnya permintaan akan rokok pada Triwulan III Tahun

39 Realisasi tertinggi terdapat pada DAK Non Fisik khususnya di bidang Pendidikan yang mencapai 73,8% dari pagunya. Realisasi DAK Non Fisik bidang Pendidikan tertinggi adalah Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan realisasi mencapai 77,5% dari alokasinya. Grafik 2.2. Perbandingan Pagu dan Realisasi Triwulan III Pajak Daerah Sementara itu, di tengah pagu yang menurun, retribusi daerah justru mengalami penurunan. Penurunan pagu dimaksud juga terkait dengan beberapa ketentuan retribusi daerah yang dihapus atau beralih kewenangannya menjadi kewenangan kabupaten/kota. Realisasi tertinggi berasal dari retribusi izin trayek yang mencapai 110.6%. Grafik 2.2a. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor Sejalan dengan peningkatan jumlah kredit kendaraan bermotor roda empat yang tumbuh 10.1% (yoy) pada triwulan III tahun 2017 (Grafik 2.2a). Peningkatan kredit kendaraan bermotor didominasi untuk pelayanan angkutan umum. Realisasi Dana Perimbangan Realisasi Dana Perimbangan juga tercatat lebih baik dengan mencapai 75,4% dari periode sama tahun 2016 sebesar 74,3%. Pencapaian tersebut ditopang oleh realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) yang mencapai 72,2% dari targetnya, meningkat signifikan dari periode sama tahun 2016 sebesar 1,4% serta Dana Bagi Hasil (DBH) yang mencapai 75,1% dari targetnya, meningkat dari periode sama tahun 2016 sebesar 67,5%. Grafik 2.3 realisasi Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Realisasi Dana Bagi Hasil Triwulan III Tahun 2017 Provinsi Sumatera Utara mencapai 75.1% lebih tinggi dari realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya. Realisasi tertinggi berasal dari Bagi Hasil Pajak yang mencapai Rp.308 Miliar yang berasal dari Bagi Hasil Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dengan realisasi mencapai 61,4% dari pagu. Untuk Bagi Hasil Bukan Pajak yang berasal Sumber Daya Alam mencapai 36.3% dengan realisasi tertinggi berasal dari Dana Bagi Hasil SDA Panas Bumi sebesar 69.9% (Grafik 2.3), sedangkan realisasi terendah adalah Dana Bagi Hasil SDA Minyak bumi yang hanya terealisasi 25% dari pagu atau sebesar Rp.218 Juta. Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Sampai dengan triwulan III tahun 2017, realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan mencapai 65,2% dari pagu anggaran. Sumber pendapatan tersebut berasal dari 6 BUMD yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, yaitu : PT. Perkebunan Sumatera Utara, PT. Bank Sumut, PT. Dhirga Surya Sumatera Utara, PT. Kawasan Industri Medan, dan PT. Asuransi Bangun Askrida. Realisasi pendapatan tertinggi berasal dari PT. Kawasan Industri Medan mencapai 100.5% atau sebesar 21

40 Rp1,1 miliar. Sementara itu realisasi terendah berasal dari PT. Perkebunan Sumatera Utara yang baru mencapai 27,8% dari targetnya atau sebesar Rp5 miliar. Tabel 2.3 Rincian Realisasi Belanja pada APBD Provinsi Sumatera Triwulan III 2017 No Uraian Pagu 2016 Realisasi Tw. III Realisasi Tw. III % Growth Pagu 2017 Nominal % Realisasi Nominal % Realisasi (yoy) Belanja 10,180 6, % 13,038 7, % 28.1% 1 Belanja Pegawai 1, % 3, , % 115.0% 2 Belanja Barang dan Jasa 1, % 2, % 66.6% 3 Belanja Modal 1, % 2, % 91.9% 4 Belanja Bansos dan Hibah 3, , % 3, , % -3.7% 5 Transfer 2, , % 1, , % -28.6% 6 Belanja Lainnya % % 73.1% Anggaran Belanja Provinsi Sumatera Utara Kinerja realisasi belanja APBD Provinsi Sumatera Utara mencatat penurunan dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Realisasi belanja APBD Provinsi Sumatera Utara mencapai 56,8% dari pagu atau Rp7,4 triliun dari Rp13,0 triliun. Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan dengan periode sama tahun 2016 yang mencapai 60,2% atau Rp6,1 triliun dari pagu tahun 2016 sebesar Rp10,1 triliun. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh realisasi belanja barang, modal dan bantuan social yang le lebih rendah dianding tahun Realisasi Komponen Belanja Realisasi belanja APBD Provinsi pada triwulan III 2017 ditopang oleh realisasi Belanja Pegawai dan Transfer. Belanja Pegawai tercatat mencapai 71,4% dari targetnya, meningkat dari realisasi periode sama tahun 2016 sebesar 64,2%. Peningkatan belanja tersebut sebagai dampak dari pengalihan fungsi dan kewenangan berdasarkan Undang-undang Perangkat Daerah dan digunakan untuk membayar gaji pegawai. Selain itu, realisasi transfer mencapai 89,6% dari targetnya, atau lebih tinggi dari realisasi periode sama tahun sebelumnya sebesar 79,0%. Hal ini seiring dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk menyelesaikan pembayaran Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota sisa lebih perhitungan tahun sebelumnya. Sementara itu, penyerapan belanja modal masih sangat rendah, yakni hanya mencapai 20,7% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 yang mencapai 21,1%. Secara rinci, realisasi komponen Belanja Modal digunakan untuk Belanja Tanah (28.4%), Belanja Peralatan dan Mesin (28.2%), Belanja Bangunan (14.6%), Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan (18.3%) dan Belanja Aset tetap lainnya (47,4%). Rendahnya realisasi belanja modal merupakan salah satu dampak proses re-organisasi yang terjadi awal tahun dan menyebabkan awal proses pengadaan dilakukan pada pertengahan tahun. Progres pengadaan sampai dengan saat ini untuk pengadaan dengan nilai Rp200 juta sampai dengan Rp2,5 miliar telah berada pada tahap penandatanganan kontrak sebesar 28,5% dan tahap telah serah terima 2,4%. Sedangkan pengadaan dengan nilai Rp2,5 miliar sampai dengan Rp5 miliar yang telah mencapai proses tanda tangan kontrak sebesar 74,3% dan yang telah serah terima sebesar 5,8%. Grafik 2.4. Perkembangan Jumlah Rekening Pemerintah 22

41 Masih rendahnya realisasi belanja pemerintah terindikasi dari perkembangan jumlah rekening pemerintah yang masih cukup tinggi pada triwulan III tahun Rekening pemerintah daerah mencapai Rp.13 Triliun lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2016 sebesar Rp.11.6 Triliun. 2.3 APBN Provinsi Sumatera Utara Uraian Tabel 2.4 Realisasi APBN Triwulan III Pagu Realisasi Tw III Pagu Realisasi Tw III Miliar Rp Miliar Rp %Pagu Miliar Rp Miliar Rp % Pagu % Growth (yoy) Berdasarkan Jenis Belanja Belanja Pegawai 7,522 1, % 7,852 2, % 4.4% Belanja Barang 6,008 1, % 6,436 1, % 7.1% Belanja Modal 5, % 6,202 1, % 8.2% Belanja Bantuan Sosial % % 6.3% Total 19,328 3, % 20,558 4, % 6.4% Berdasarkan Fungsi Agama % % 29.2% Ekonomi 6, % 7,138 1, % 11.2% Kesehatan 1, % 1, % -14.4% Ketertiban dan Keamanan 3, % 2, % -8.4% Lingkungan Hidup % % 30.9% Pariwisata dan Budaya % % 300.0% Pelayanan Umum 1, % 857 1, % -20.2% Pendidikan 3, % 4,171 1, % 9.3% Perlindungan Sosial % % -2.2% Pertahanan 2, % 2, % 7.1% Perumahan dan Fasilitas Umum % % -5.8% Total 19,324 3, % 20,073 6, % 3.9% Berdasarkan Wewenang Kantor Pusat 7,659 1, % 6,322 1, % -17.5% Kantor Daerah 10,589 2, % 13,389 3, % 26.4% Dekonsentrasi % % -18.0% Tugas Pembantuan % % Desentralisasi 8,022 1,240 0 Total 19,328 3, % 28,580 6, % 47.9% Pagu APBN Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Jenis Belanja tahun 2017 meningkat 6.4% (yoy) atau mencapai Rp.20.5 Miliar dan telah terealisasi sebesar 23.8% dari keseluruhan pagu. Untuk realisasi APBN Sumut berdasarkan fungsi meningkat 3.9% (yoy) atau mencapai Rp.6.1 Triliun dan telah terealisasi 30.5% dari total pagu. Sedangkan berdasarkan wewenang terdapat penambahan pagu untuk sub belanja desentralisasi sebesar Rp.8 Miliar dan telah teralokasi sebesar Rp.1.2 Miliar. Realisasi APBN Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Jenis Belanja APBN Provinsi Sumatera Utara Pada Triwulan III Tahun 2017 berdasarkan fungsi telah terealisasi sebesar 23.8% atau sebesar Rp.4.8 Miliar lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya terealisasi 19.2%. Keseluruhan akun anggaran mengalami kenaikan dibandingkan Triwulan yang sama tahun Realisasi tertinggi berasal dari akun belanja pegawai yang telah terealisasi 26.6% lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya yang terealisasi 23%. Peningkatan pagu dan realisasi pada belanja pegawai disebabkan oleh reorganisasi dan pemenuhan beberapa fungsi jabatan pada struktur kementerian di daerah 23

42 dikarenakan penerimaan CPNS daerah pada tahun Realisasi terendah terdapat pada Belanja Bantuan Sosial sebesar 10.3%. Rendahnya realisasi Bantuan sosial disebabkan masuknya dana Desentralisasi dalam bentuk Dana Desa yang akan disalurkan kepada daerah yang sebelumnya belum dianggarkan. Realisasi APBN Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Fungsi Realisasi APBN Provinsi Sumatera Utara berdasarkan fungsi juga lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Realisasi APBN berdasarkan fungsi terealisasi 30.5% lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya terealisasi 19.2%. Peningkatan terutama disebabkan oleh adanya dana desentralisasi sebesar Rp.8 Triliun dan tersebar di beberapa fungsi. Sebagian besar akun APBN terealisasi lebih tinggi dari triwulan sebelumnya dengan realisasi tertinggi terdapat pada fungsi pelayanan umum yang mencapai 170.7% meskipun dari sisi pagu anggaran turun 20.2% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukan efektivitas penyerapan anggaran pada fungsi ini. Sedangkan fungsi pariwisata dan budaya terealisasi lebih rendah mencapai 16.7% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 32.4%. Secara pagu, fungsi pariwisata meningkat sampai 300% (yoy). Peningkatan ini sebagian besar disumbang oleh dana kelola pariwisata untuk kawasan pariwisata nasional Danau Toba yang dikelola melalui Badan Otoritas Danau Toba (BODT). Selain fungsi priwisata, fungsi kesehatan menjadi fungsi dengan tingkat realisasi terendah mencapai 10.2%. 2.4 Realisasi APBD Kabupaten Kota Realisasi Pendapatan Realisasi pendapatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara mencapai 66.6% dari pagu sebesar Rp.42 Triliun. Realisasi terbesar terdapat pada pendapatan transfer yang mencapai 67.9%, pendapatan lain sebesar 63.4% dan Pendapatan Asli Daerah yang mencapai 59%. Pendapatran transfer terutama didorong oleh transfer pemerintah pusat sebesar 71.4%. Sedangkan dari sisi pendapatan asli daerah, pendapatan melalui Pengelolaan Hasil Kekayaan Daerah telah terealisasi mencapai 78.4%. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah daerah untuk mengutamakan belanja transfer kepada kabupaten/kota. Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan Gabungan Kabupaten/Kota Realisasi Belanja Grafik 2.6 Realisasi Pendapatan Gabungan Kabupaten/Kota Realisasi belanja kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara mencapai 49.9% dari pagu sebesar Rp.41 Triliun. Realisasi terbesar terdapat pada belanja operasi, mencapai 55%, diikuti oleh belanja modal terealisasi 32.6% dan belanja tidak terduga yang hanya terealisasi 17.4%. Realisasi belanja operasi tertinggi adalah di sub akun belanja subsidi yang mencapai 69.4% dari pagu. Sedangkan untuk belanja modal, belanja tertinggi 24

43 terdapat pada sub akun belanja modal peralatan dan mesin yang mencapai 36%. Realisasi Transfer Grafik 2.7 Realisasi Pendapatan Gabungan Kabupaten/Kota Total pagu dana transfer kepada kecamatan dan desa di Provinsi Sumatera Utara mencapai Rp.2 Triliun. Dari keseluruhan pagu, telah terealisasi sebesar 55.3%. Realisasi transfer bagi hasil pendapatan telah mencapai 56.7% didorong oleh realisasi transfer bagi hasil pajak daerah sebesar 57.8%. Sedangkan transfer bantuan keuangan telah terealisasi 54.9% dan didorong oleh transfer bantuan keuangan ke pemerintah daerah yang telah terealisasi 73.1%. Transfer bantuan keuangan ke Pemerintah Daerah ini meliputi sebagian dana berasal dari kabupaten/kota yang berasal dari akun pendapatan hasil daerah. 25

44 BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ULOS BADAN PUCA Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2017 diikuti oleh peningkatan laju inflasi dalam level yang masih terkendali dalam kisaran sasaran inflasi. Laju inflasi pada triwulan III 2017 tercatat 3,86% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II 2017 yang tercatat 3,75% (yoy). Level tersebut diatas inflasi nasional yang sebesar 3,73% (yoy). Tingginya inflasi triwulan III 2017 menyebabkan inflasi Provinsi Sumatera Utara mencapai 1,82% (ytd). Peningkatan tekanan inflasi didorong oleh terbatasnya pasokan bahan makanan, terutama komoditas cabai merah. Harga cabai merah yang relatif rendah mendorong petani untuk tidak melakukan panen. Dapat ditambahkan bahwa memasuki triwulan IV 2017, kenaikan harga cabai merah sudah mereda, menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Rendahnya inflasi didukung oleh stabilnya inflasi inti dan menurunnya tekanan inflasi administered prices. Terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar mendorong terjaganya stabilitas inflasi inti. Sementara itu, penurunan inflasi administered prices dipengaruhi oleh tidak adanya kebijakan administered prices yang bersifat strategis.. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 26

45 3.1 Kondisi Umum Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III 2017 masih pada level yang terkendali. Inflasi tahunan IHK pada triwulan III 2017 mengalami peningkatan dari 3,75% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 3,86% (yoy). Laju inflasi Provinsi Sumatera Utara ini berada diatas laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,73% (yoy). Secara spasial, inflasi tahunan Provinsi Sumatera Utara merupakan inflasi kedua tertinggi di antara seluruh provinsi se-sumatera. Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III disebabkan oleh terbatasnya pasokan komoditas pangan, terutama cabai merah. Tingginya tekanan inflasi pada triwulan III 2017 menyebabkan inflasi tahun kalender Provinsi Sumatera Utara mencapai 1,82% (ytd). Namun, dengan menjaga pasokan pangan seiring dengan masuknya musim panen pada triwulan IV 2017, inflasi 2017 diperkirakan tetap berada pada kisaran sasaran inflasi 4±1%. Peningkatan inflasi yang didorong faktor fundamental ditengah peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sumber: BPS, diolah Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional Berdasarkan disagregasinya, peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III 2017 didorong oleh peningkatan tekanan inflasi volatile foods. Andil Inflasi volatile food mengalami peningkatan hingga 1,13%, yaitu dari -0,22% pada triwulan sebelumnya menjadi 0,91%. Sementara itu, tekanan inflasi inti dan administered prices mengalami penurunan yang tercermin dari andil inflasi inti dan administered priced yang menurun masing-masing dari 1,90% dan 1,61% menjadi 1,29% dan 1,99% (yoy). Tingginya tekanan inflasi volatile food disebabkan oleh terbatasnya pasokan komoditas bumbu-bumbuan. Komoditas cabai merah dan garam mendorong tekanan inflasi volatile food meningkat tajam. Pasokan komoditas cabai merah di Provinsi Sumatera Utara menurun karena keengganan petani untuk menanan akibat tingkat harga yang terlampu rendah. Sementara itu, pasokan komoditas garam menurun seiring dengan turunnya produksi garam di daerah Jawa dan Madura akibat faktor cuaca. Terjaganya tekanan inflasi inti di level yang rendah dan stabil disebabkan oleh ekspektasi inflasi yang masih terjaga dan nilai tukar rupiah yang stabil. Selain itu, terbatasnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa pasca puncak aktivitas konsumsi di bulan Ramadhan dan tahun ajaran baru turut mendorong rendahnya inflasi inti. Inflasi administered prices cenderung menurun sejalan dengan tidak adanya kebijakan yang strategis. Selain itu, tarif seluruh jenis angkutan kembali normal dengan terlewatinya bulan Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri. Kebijakan penyesuaian harga yang masih terkendali turut menjaga kestabilan inflasi administered prices. Masih tingginya inflasi disebabkan oleh dampak penyesuaian tarif listrik dan tarif air minum PAM pada periode sebelumnya. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 27

46 Sumber: BPS, diolah Grafik 3.2 Kontribusi Inflasi Sumatera Utara Secara spasial, tekanan inflasi meningkat pada dua kota Survei Biaya Hidup (SBH) di Provinsi Sumatera Utara. Kota Pematangsiantar mengalami kenaikan inflasi tertinggi di antara empat kota SBH di Provinsi Sumatera Utara. Inflasi kota Pematangsiantar diatas Provinsi Sumatera Utara, yaitu tercatat 4,16% (yoy). Kota Medan yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi Provinsi Sumatera Utara juga mengalami peningkatan tekanan inflasi dari 3,61% (yoy) menjadi 3,85% (yoy). Sementara itu, penurunan tekanan inflasi terjadi di Kota Sibolga dari 5,65% (yoy) menjadi 3,91% (yoy) dan Kota Padangsidempuan dari 5,18% (yoy) menjadi 3,44% (yoy). Tingginya laju inflasi kota Pematangsiantar didorong oleh peningkatan inflasi kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan memiliki andil 43% terhadap inflasi tahunan kota Pematangsiantar. Kelompok bahan makanan juga mendorong peningkatan laju inflasi di kota Medan. Di kota Medan, laju inflasi bahan makanan naik dari -0,68% (yoy) menajdi 4,77% (yoy). Sementara itu, di kota Sibolga dan kota Padangsidempuan, tekanan inflasi kelompok bahan makanan relatif menurun sehingga berdampak pada turunnya tekanan inflasi di kedua kota tersebut. Tekanan inflasi bahan makanan di Sibolga turun dari 4,70% (yoy) menjadi 1,13% (yoy). Tekanan inflasi bahan makanan di kota Padangsidempuan pun menurun dari 2,80% (yoy) menjadi 0,14% (yoy). Dapat disimpulkan bahwa kelompok bahan makanan memiliki andil yang besar terhadap pergerakan infasi di keempat kota SBH. Namun, masih terlihat ada perbedaan arah inflasi kelompok bahan makanan diantara kota-kota tersebut. Hal ini dapat mencerminkan masih terbatasnya proses distribusi komoditas pangan antardaerah. Juni 2017 INFLASI BULANAN (% mtm) Juli 2017 Agustus 2017 September ,26 0,25% 1,01% 0,99% Juni 2017 INFLASI TAHUNAN (% yoy) Juli 2017 Agustus 2017 September ,75 3,82% 4,01% 1,82% Secara umum, tekanan inflasi bulanan di sepanjang triwulan III 2017 tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan III tahun Secara tahunan, inflasi Sumatera Utara pada triwulan III 2017 cenderung meningkat. Peningkatan tersebut terutama terlihat pada akhir triwulan sejalan dengan inflasi bulanan yang lebih tinggi dibandingkan historisnya. Laju inflasi bulanan pada bulan Juli 2017 tercatat relatif rendah yaitu 0,25% (mtm). Kestabilan inflasi Provinsi Sumatera Utara didorong oleh menurunnya tekanan inflasi administered prices dan tekanan inflasi inti ditengah peningkatan inflasi volatile food. Tidak adanya kebijakan pemerintah dalam penyesuaian harga menahan tekanan inflasi administered prices dari 2,05% (mtm) menjadi PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 28

47 0,40% (mtm). Efek penyesuaian tarif air minum PAM dan penyesuaian tahap akhir tarif listrik pada bulan Juni 2017 terhadap tekanan inflasi juga mulai mereda. Inflasi komoditas air minum PAM dan komoditas tarif listrik kembali normal dari sebelumnya tercatat masing-masing sebesar 23,43 (mtm) dan 5,64% (mtm) pada bulan Juni Di sisi lain, tekanan inflasi inti menurun dari bulan sebelumnya. Rendahnya inflasi inti disbebakan olhe stabilitas bilai tukar dan penurunan permintaan pasca Bulan Ramadhan. Tekanan inflasi inti tercatat 0,07% (mtm) dari 0,30% (mtm). Berkurangnya permintaan ini tercermin dari meredanya tekanan inflasi makanan jadi dari 0,93% (mtm) menjadi 0,10% (mtm). Selain itu, kecenderungan masyarakat untuk menjual emas perhiasan setelah Hari Raya Idul Fitri juga mendorong penurunan tekanan inflasi inti. Sementara itu, pasokan pangan juga mulai berkurang sehingga mendorong kenaikan tekanan inflasi volatile food. Tekanan inflasi volatile food tercatat 0,37% (mtm) dari deflasi 1,09% (mtm). Peningkatan ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan pangan seperti cabai merah dan bawang merah karena telah berakhirnya periode panen dan keengganan petani untuk menanan akibat tingkat harga yang terlampu rendah. Penurunan pasokan pangan kembali menyebabkan laju inflasi bulan Agustus meningkat tajam. Laju inflasi bulanan pada bulan Agustus 2017 tercatat 1,01% (mtm) didorong oleh kenaikan signifikan inflasi volatile food sementara inflasi inti dan administered prices cenderung stabil. Kurangnya suplai bumbu-bumbuan terutama cabai merah kembali menggerakan inflasi volatile food hingga tercatat sebesar 4,15% (mtm). Penurunan harga cabai yang mencapai Rp18.000,- per Kg di bulan Juni 2017 merupakan disinsentif bagi petani untuk menanam cabai merah. Sehingga lambat laun petani mulai meninggalkan ladang cabai dan mengakibatkan kelangkaan cabai merah sehingga harga ratarata komoditas cabai merah pada bulan Agustus 2017 naik 49% dari bulan Juni Sementara itu, inflasi inti terjaga rendah yang tercatat sebesar 0,08% (mtm). Memasuki tahun ajaran baru, terjadi kenaikan tekanan inflasi di subkelompok pendidikan terutama Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang masing-masing tercatat 0,36% (mtm) dan 4,59% (mtm). Penurunan tarif transportasi angkutan udara pasca libur lebaran dan libur sekolah mendorong deflasi administered prices sebesar 0,47%. Tarif komoditas angkutan udara tercatat menurun hingga menjadi -16,23% (mtm) dari 17,94% (mtm) pada bulan sebelumnya. Di akhir triwulan III, laju inflasi bulanan tercatat 0,99% (mtm), menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan tekanan inflasi volatile food ditengah pengingkatan tekanan inflasi inti dan kestabilan administered prices. Masih terbatasnya pasokan bumbu-bumbuan mengakibatkan inflasi volatile food tercatat 3,68%% (mtm). Meskipun tergolong tinggi, inflasi volatile food mengalami penurunan dari bulan sebelumnya. Komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan bawang putih mengalami deflasi karena telah memasuki periode panen. Selain itu, inflasi cabai merah juga mengalami penurunan dari 83,26% (mtm) menjadi 29,49% (mtm). Sementara itu, inflasi inti pada bulan September 2017 tercatat 0,24% (mtm) dari 0,08% (mtm) PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 29

48 pada bulan sebelumnya. Peningkatan harga komoditas emas di pasar global disinyalir meningkatkan tekanan inflasi emas perhiasan yang memiliki andil besar terhadap tekanan inflasi. Di sisi lain, inflasi administered prices cenderung meningkat meskipun masih dalam level yang rendah yakni 0,04% (mtm) setelah mengalami deflasi pada bulan sebelumnya. Kenaikan inflasi disebabkan oleh peningkatan tarif angkutan udara bersamaan dengan libur Hari Raya Idul Adha. Namun, kenaikannya masih terkendali. Selain itu, LPG 3 kg yang mulai langka di Provinsi Sumatera Utara menyebabkan inflasi bahan bakar rumah tangga meningkat hingga 0,72% (mtm). Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan I 2017 No. Komoditas Sumber BPS (%, mtm) Kontribusi (%, mtm) (%, yoy) Kontribusi (%, yoy) 3.2 Perkembangan Inflasi Non Fundamental Secara umum, tekanan inflasi non fundamental meningkat. Peningkatan ini didorong oleh tingginya tekanan inflasi volatile food ditengah tekanan inflasi administered price yang mereda. Peningkatan tekanan inflasi volatile food disebabkan oleh terbatasnya pasokan beberapa komoditas bahan makanan, terutama komoditas bumbu-bumbuan. No. Komoditas (%, mtm) Kontribusi (%, mtm) (%, yoy) Kontribusi (%, yoy) 1 Angkutan Udara Jeruk Cabai Merah Semangka Bawang Merah Pisang Aug-17 No. Komoditas (%, mtm) Kontribusi (%, mtm) (%, yoy) Kontribusi (%, yoy) No. Komoditas (%, mtm) Kontribusi (%, mtm) (%, yoy) Kontribusi (%, yoy) 1 Cabai Merah Cat Tembok Dencis Sawi Putih Sekolah Menengah Terong Panjang Pertama Sep-17 No. Komoditas (%, mtm) Kontribusi (%, mtm) (%, yoy) Kontribusi (%, yoy) Jul-17 No. Komoditas (%, mtm) Kontribusi (%, mtm) (%, yoy) Kontribusi (%, yoy) 1 Cabai Merah Wortel Tongkol/Ambuambu Telur Ayam Ras Dencis Angkutan Antar Kota Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok) Grafik 3.3 Disagregasi Inflasi Sumut Tahunan Inflasi volatile food masih menjadi penggerak utama peningkatan inflasi pada triwulan III Inflasi volatile food mengalami peningkatan tajam dari -0,20% (yoy) menjadi 3,89% (yoy). Peningkatan ini terutama terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan, subkelompok daging dan hasil-hasilnya, dan subkelompok buah-buahan. Setelah mengalami deflasi pada triwulan II 2017, tekanan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan kembali meningkat. Laju inflasi bumbu-bumbuan tercatat 2,21% (yoy) dari -23,21% (yoy). Seperti triwulan sebelumnya, komoditas yang berkontribusi terhadap pergerakan inflasi ini utamanya adalah cabai merah. Harga cabai merah merangkak naik seiring dengan terbatasnya pasokan. Keterbatasan ini disebabkan oleh keenganan petani untuk menanam setelah harga cabai merah turun drastis di masa panen pada triwulan sebelumnya. Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi kelompok volatile food menurun seiring dengan membaiknya pasokan tanaman pangan di pasaran jika dibandingkan dengan tahun Namun, kondisi pasokan diperkirakan relatif terbatas sejalan dengan masuknya musim tanam ditengah peningkatan permintaan menjelang natal dan tahun baru masih perlu diwaspadai. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 30

49 cukai 2018 yang diumumkan pada akhir Oktober Penyesuaian tarif transportasi menjelang natal dan tahun baru juga diperkirakan menjadi sumber inflasi di triwulan IV Perkembangan Inflasi Fundamental Sumber: Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, diolah Grafik 3.4 Harga Bawang Merah dan Cabai Merah Sementara itu, laju inflasi administered prices relatif melambat dari 8,51% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 6,96% (yoy). Penurunan tekanan inflasi terutama disebabkan oleh menurunnya tekanan subkelompok perumahan, subkelompok air, listrik, gas, dan bahan bakar serta subkelompok trasportasi komunikasi, dan subkelompok jasa keuangan. Tekanan inflasi subkelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar perlahan menurun seiring dengan penurunan dampak penyesuaian tarif air minum PAM yang dilakukan Pemerintah pada triwulan II Inflasi tarif minum air PAM tercatat 23,43% (yoy) dari 26,26% (yoy). Selain itu, tekanan inflasi subkelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan juga mulai menurun. Normalisasi tarif seluruh moda transportasi pasca bulan Ramadhan menyebabkan penurunan tekanan inflasi transportasi. Inflasi angkutan antar kota tercatat 0,99% (yoy) dari 10,84% (yoy), sedangkan angkutan udara tercatat sebesar -4,03% (yoy) dari 1,65% (yoy). Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi administered prices meningkat seiring dengan kelangkaan pasokan gas elpiji 3 kg yang terjadi di beberapa daerah di Provinsi Sumatera Utara. Potensi tekanan diperkirakan berasal dari kenaikan harga rokok akibat penyesuaian tarif Laju inflasi terus menurun dari 3,63% (yoy) menjadi 2,35% (yoy), tercermin dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi. Penurunan tekanan inflasi inti utamanya terjadi pada subkelompok makanan jadi dan sandang seiring penurunan permintaan pasca bulan Ramadhan. Penurunan permintaan setelah bulan Ramadhan terjadi pada makanan jadi, sehingga laju inflasi makanan jadi tercatat 4,00% (yoy) dari 5,55% (yoy). Selain itu, tekanan inflasi sandang tercatat mengalami penurunan dari -1,11% (yoy) hingga - 2,02% (yoy). Turunnya permintaan masyarakat tercermin oleh penurunan Indeks Keyakinan Konsumen walaupun masih berada pada level optimis. Tekanan inflasi emas perhiasan pun menurun dari 1,36% (yoy) menjadi deflasi 2,32% (yoy). Hal ini didorong oleh kecenderungan masyarakat menjual emas perhiasan setelah hari Raya Idul Fitri ditengah peningkatan harga emas di pasar internasional. Inflasi inti yang rendah dan stabil juga ditopang oleh stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Memasuki triwulan IV 2017, inflasi inti diperkirakan akan naik seiring dengan peningkatan permintaan menjelang natal dan tahun baru. Sementara itu, ekspektasi inflasi di tingkat pedagang relatif menurun bersamaan dengan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi terhadap dollar Amerika. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 31

50 pada subkelompok bumbu-bumbuan yang meningkat hingga 25,4%, dari -23,2% (yoy) menjadi 2,2% (yoy). Selain itu, kenaikan tekanan inflasi juga meningkat pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya dari -3,4% (yoy) menjadi 8,0% (yoy). Sumber: Survei Pedagang Eceran Bank Indonesia, diolah Grafik 3.5 Ekspektasi Inflasi Grafik 3.6 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika 3.4 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Berdasarkan kelompok barang dan jasa, peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III 2017 didorong oleh peningkatan tekanan inflasi yang sangat signifikan pada kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan berkontribusi 30% pada inflasi umum Provinsi Sumatera Utara. Sementara itu, kelompok barang dan jasa lainnya cenderung menurun. Tabel 3.2 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Kelompok I II III IV I II III BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN UMUM Sumber: BPS, diolah Kelompok Bahan Makanan Tekanan inflasi Kelompok Bahan Makanan meningkat sangat tajam pada triwulan III 2017, yaitu dari 0,18% (yoy) menjadi 4,59% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi terbesar terjadi Arah Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kelompok Arah I II III IV I II III BAHAN MAKANAN Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Bumbu-bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya Sumber: BPS, diolah Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan tekanan inflasi bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah mendorong tekanan inflasi kelompok ini. Menurunnya antusiasme petani untuk menanam cabai merah pasca turunnya harga saat panen raya membuat tekanan inflasi komoditas cabai merah meningkat. Komoditas cabai merah merupakan salah satu komoditas yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian, perubahan harga cabai merah akan banyak memengaruhi inflasi secara keseluruhan. Secara rata-rata, kenaikan harga cabai merah mencapai 0,68 per bulan, dengan kenaikan tertinggi mencapai % (Grafik..). Tekanan inflasi subkelompok daging dan hasilhasilnya juga meningkat seiring dengan peningkatan permintaan pada saat hari Raya Idul Adha. Inflasi daging sapi dan daging ayam ras tercatat masing-masing meningkat hingga 4,75% (yoy) dan 11,61% (yoy). Pada bulan sebelumnya kedua komoditas tersebut tercatat masingmasing 1,83% (yoy) dan -8,56% (yoy). Selain itu, komoditas buah-buahan juga mengalami peningkatan inflasi yang cukup signifikan. Peningkatan inflasi terutama terjadi PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 32

51 pada komoditas melon dan semangka. Inflasi melon tercatat 12,66% (yoy) dari 0,08% (yoy), sementara inflasi semangka tercatat 11,38% (yoy) dari 2,60% (yoy). Peningkatan inflasi disebabkan oleh keterbatasan pasokan buahbuahan. Disisi lain, komoditas ikan segar yang memiliki andil 0,47% terhadap inflasi tahunan Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan tekanan inflasi. Inflasi komoditas ikan kembung turun dari 21,11% (yoy) menjadi 9,55% (yoy) sedangkan ikan teter mengalami deflasi hingga 6,38% (yoy). Penurunan inflasi ini disebabkan oleh tingginya pasokan ikan segar seiring dengan peningkatan aktivitas nelayan dalam cuaca yang mendukung. Meningkatnya aktivitas nelayan pada musim kemarau ini juga mendorong penurunan inflasi ikan yang diawetkan. Penurunan inflasi ikan yang diawetkan dari 29,04% (yoy) menjadi 27,40% (yoy). Inflasi ikan dencis menurun dari 21,15% (yoy) menjadi 16,26% (yoy) sementara inflasi ikan teri menurun dari 41,00% (yoy) menjadi 33,18% (yoy). Disamping itu, subkelompok sayur-sayuran kembali mengalami deflasi dari 2,07% (yoy) menjadi -3,85% (yoy). Inflasi terong panjang menurun dari 39,41% (yoy) menjadi 4,62% (yoy), sedangkan komoditas buncis dan kentang mengalami deflasi hingga 28,12% (yoy) dan 15,71% (yoy). Deflasi ini disebabkan oleh pasokan sayur-sayuran yang melimpah. Aktivitas Gunung Sinabung relatif tidak memberikan dampak yang signifikan pada tanaman pertanian di daerah sekitar. Adanya hujan dan penyiraman berkala mengurangi debu yang menempel di tanaman, sehingga tanaman tidak rusak. Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi bahan makanan menurun menjadi 0,97% (yoy) dari 4,59% (yoy). Hal ini disebabkan oleh masuknya masa panen beberapa komoditas seperti bawang merah dan bawang putih. Selain itu, kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) komoditas beras mampu menahan tekanan inflasi kelompok bahan makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau kembali mengalami penurunan tekanan inflasi dari 5,55% (yoy) menjadi 3,64% (yoy). Penurunan terjadi pada seluruh subkelompok dengan subkelompok makanan jadi yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi kelompok ini. Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Kelompok I II III IV I II III MAKANAN JADI Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol Sumber: BPS, diolah Tekanan inflasi subkelompok makanan jadi menurun dari 5,57% (yoy) menjadi 4,00% (yoy). Penurunan ini terutama didorong oleh komoditas nasi dengan lauk yang tercatat 8,79% (yoy) dari 14,72% (yoy). Selain itu, tekanan inflasi komoditas gula melemah dari 4,59% (yoy) menjadi 3,23% (yoy). Rendahnya tekanan inflasi subkelompok makanan jadi didorong oleh menurunnya permintaan pasca bulan Ramadhan. Pasca bulan Ramadhan, tekanan inflasi tembakau dan minuman beralkohol turun menjadi 5,25% (yoy) dari 8,60% (yoy) dengan andil 0,27% terhadap inflasi tahunan Provinsi Sumatera Utara. Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi kelompok ini tercatat kembali menurun dari 3,64% (yoy) menjadi 3,45% (yoy). Penurunan ini didorong oleh deflasi minuman tidak beralkohol Arah PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 33

52 yang terus berlanjut. Sampai dengan akhir tahun, inflasi dari kelompok ini diperkirakan meningkat sejalan dengan pola musiman Natal dan Tahun Baru Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Tekanan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menurun dari 7,57% (yoy) menjadi 6,77% (yoy). Penurunan terjadi pada hampir seluruh subkelompok dan utamanya terjadi pada subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air. Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok Arah I II III IV I II III PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BB Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumah Tangga Penyelenggaraan Rumah Tangga Sumber: BPS, diolah Subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air mengalami penurunan tekanan inflasi dari 22,15% (yoy) menjadi 20,22% (yoy). Hal ini didorong oleh tidak adanya kebijakan administered prices yang strategis. Pada awal triwulan IV 2017, inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sedikit meningkat. Hal ini disebabkan oleh kelangkaan bahan bakar rumah tangga atau gas LPG 3Kg terutama di Medan, Provinsi Sumatera Utara Kelompok Sandang Kelompok sandang terus mengalami deflasi dari -1,11% (yoy) menjadi -2,02% (yoy). Penurunan tekanan inflasi terjadi pada subkelompok sandang laki-laki, sandang anakanak, dan barang pribadi serta sandang lain. Subkelompok sandang laki-laki memilki andil terbesar dalam penurunan tekanan inflasi kelompok ini. Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang Kelompok I II III IV I II III SANDANG Sandang Laki-Laki Sandang Wanita Sandang Anak-Anak Barang Pribadi dan Sandang Lain Sumber: BPS, diolah Sandang laki-laki mengalami deflasi dari 4,21% (yoy) menjadi -5,03% (yoy), sementara sandang anak-anak mengalami deflasi dari 0,52% (yoy) menjadi -1,27% (yoy). Penurunan tekanan pada kelompok sandang diperkirakan terjadi akibat menurunnya permintaan masyarakat pasca bulan Ramadhan dan tahun ajaran baru. Hal ini ditunjukkan dengan komoditas seragam sekolah pria yang mengalami deflasi 1,09% (yoy) dari sebelumnya mengalami inflasi 4,15% (yoy). Sementara itu, komoditas baju muslim wanita mengalami deflasi 3,46% (yoy) dari 0,04% (yoy). Disisi lain, tekanan inflasi komoditas emas perhiasan juga turun dari 1,36% (yoy) menjadi - 2,32% (yoy) seiring dengan kebiasaan masyarakat menjual emas setelah lebaran. Memasuki awal triwulan IV 2017, tekanan inflasi kelompok sandang relatif meningkat. Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya tekanan inflasi pada subkelompok pribadi dan sandang lain, terutama pada komoditas emas perhiasan Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan mengalami penurunan tekanan inflasi dari 3,75% (yoy) menjadi 3,03% (yoy). Penurunan terbesar dialami oleh subkelompok jasa kesehatan dan subkelompok jasa perawatan jasmani. Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan Kelompok I II III IV I II III KESEHATAN Jasa Kesehatan Obat-obatan Jasa Perawatan Jasmani Perawatan Jasmani dan Kosmetika Sumber: BPS, diolah Arah Arah PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 34

53 Tekanan inflasi subkelompok jasa kesehatan menurun dari 4,46% (yoy) menjadi 2,09% (yoy). Penurunan inflasi terjadi pada jasa dokter umum dan jasa dokter gigi. Selain itu, subkelompok jasa perawatan jasmani turun dari 6,83% (yoy) menjadi 5,62% (yoy). Pasca lebaran, permintaan masyarakat untuk menggunakan jasa gunting rambut dan keriting/meluruskan rambut sedikit menurun Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga mengalami penurunan tekanan inflasi dari 3,60% (yoy) menjadi 0,32% (yoy). Melemahnya tekanan inflasi didorong oleh turunnya tekanan inflasi subkelompok pendidikan dan kursuskursus/pelatihan. Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok I II III IV I II III PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA Pendidikan Kursus-Kursus / Pelatihan Perlengkapan / Peralatan Pendidikan Rekreasi Olahraga Sumber: BPS, diolah Inflasi subkelompok pendidikan menurun signifikan dari 6,09% (yoy) menjadi 0,21% (yoy) sementara subkelompok kursuskursus/pelatihan sedikit menurun dari 0,72% (yoy) menjadi 0,40% (yoy). Penurunan inflasi subkelompok pendidikan terjadi pada seluruh jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi sejalan dengan masuknya tahun ajaran baru. Memasuki triwulan IV 2017, inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga cenderung stabil seiring dengan peningkatan inflasi subkelompok rekreasi ditengah penurunan inflasi sub kelompok peralatan pendidikan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Arah Tekanan inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sedikit menurun dari 3,77% (yoy) menajdi 3,07% (yoy). Menurunnya inflasi kelompok ini terjadi pada seluruh subkelompok kecuali jasa keuangan yang cenderung stabil. Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok Arah I II III IV I II III TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Transpor Komunikasi dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan Sumber: BPS, diolah Tekanan inflasi subkelompok transportasi turun dari 2,41% (yoy) menjadi 1,65% (yoy) sementara subkelompok sarana dan penunjang transpor juga turun dari 15,32% (yoy) 1,60% (yoy). Kedua subkelompok ini memiliki andil 0,45% (yoy) terhadap inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III Penurunan dipengaruhi oleh turunnya biaya seluruh moda angkutan pasca lebaran. Selain itu, setelah masa liburan permintaaan barang dan jasa untuk menunjang transportasi seperti helm, tambal ban, dan cuci kendaraan juga cenderung menurun. Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan relatif stabil. Kestabilan ini terutama didorong oleh tekanan inflasi subkelompok transpor dan jasa keuangan yang masih terjaga. 3.5 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi/Kota di Sumatera Secara agregat, laju inflasi tahunan Pulau Sumatera pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 3,63% (yoy), menurun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 4,65% (yoy). Pencapaian ini di bawah laju inflasi nasional sebesar 4,73% (yoy). Penurunan tekanan inflasi disebabkan oleh turunnya harga komoditas PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 35

54 bahan makanan pada sebagian daerah di Sumatera. Sementara itu, Provinsi Sumatera Utara menjadi provinsi dengan inflasi kedua tertinggi setelah Provinsi Riau yang mencapai 5,08% (yoy). Tingginya tekanan inflasi di Provinsi Riau disebabkan oleh kenaikan tarif listrik dan perpanjangan STNK. Sementara itu, inflasi Sumatera Barat tercatat yang terendah yakni 2,33% (yoy), seiring dengan koreksi harga bahan makanan seperti cabai merah, bawang merah, dan gula pasir. Grafik 3.7 Inflasi Spasial Sumatera 3.6 Upaya Pengendalian Inflasi Tingginya tekanan inflasi volatile food pada triwulan III 2017 menjadi perhatian Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara. Menyikapi hal teresbut, TPID Provinsi Sumatera Utara menyusun beberapa program untuk ditindaklanjuti, diantaranya: kondisi surplus/defisit komoditas pangan strategis di daerah. 3. Kooordinasi dengan distributor swasta, terutama distributor hortikultura untuk memperkuat perdagangan antar daerah. 4. Pembentukan cold storage dan revitalisasi gudang-gudang di daerah untuk penyimpanan komoditas pangan yang lebih baik. 5. Melakukan hilirisasi produk komoditas pangan, terutama cabai merah untuk mengatasi volatilitas harga cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Komoditas yang memiliki andil terbesar dalam tingginya tekanan inflasi volatile food pada triwulan III 2017 adalah komoditas cabai merah. Untuk itu, TPID Provinsi Sumatera Utara melakukan rapat koordinasi dengan distributor cabai merah. Rapat ini membahas faktor fluktuasi harga cabai merah, rantai produksi cabai merah serta proses penetapan harga di pasar induk. Sebagai tindak lanjut, TPID menyepakati hal-hal sebagai berikut: 1. Melakukan rapat koordinasi dengan tengkulak/pedagang besar dan perusahaan hilir cabai merah di kota Medan. 2. Melakukan monitoring terhadap perkembangan produksi cabai merah oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1. Percepatan proses pembentukan BUMD Pangan untuk memastikan kestabilan harga dan ketersediaan pangan. Pembentukan dikawal oleh Biro Bina Perekonomian. Saat ini, proses pembentukan masih dalam tahapan kajian akademis. 2. Penguatan database di masing-masing TPID dari setiap pihak terkait konsumsi, produksi, dan distribusi sehingga dapat diketahui PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 36

55 Suplemen 1 Pola Inflasi Komoditas Cabai Merah Cabai merah kembali mendominasi inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III tahun Di awal triwulan III tahun 2017, laju inflasi cabai merah perlahan meningkat 7,85% (mtm) dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi ( 29,22% mtm). Pada bulan Agustus 2017, laju inflasi cabai merah meningkat tajam hingga 82,26% (mtm) dengan kontribusi 1,06% (mtm) terhadap inflasi bulanan Provinsi Sumatera Utara yang tercatat 1,1% (mtm). Sementara di akhir triwulan III tahun 2017, laju inflasi menurun dengan kontribusi 0,33% terhadap total inflasi Provinsi Sumatera Utara secara tahunan. Secara spasial, komoditas cabai merah juga menjadi komoditas penyumbang inflasi di seluruh kota SBH Provinsi Sumatera Utara. Memasuki bulan Juli 2017, cabai merah menjadi salah satu dari sepuluh komoditas utama penyumbang inflasi di kota Medan, kota Sibolga, dan kota Pematangsiantar. Sementara itu, di kota Padangsidempuan cabai merah menjadi salah satu komponen penyumbang deflasi pada bulan Juli Pada bulan Agustus dan September 2017, cabai merah menjadi komoditas dengan sumbagan inflasi terbesar di seluruh kota SBH. Tidak hanya pada triwulan III tahun 2017, perubahan harga komoditas cabai merah mempengaruhi inflasi Sumatera Utara, melalui inflasi volatile food hampir di setiap periode (Grafik 3.8). Secara statistik, korelasi inflasi cabai merah dan inflasi IHK sejak periode Februari 2014 hingga Oktober 2017 sebesar 0,67. Mengapa hal ini dapat terjadi? Meskipun lebih rendah dibandingkan beberapa komoditas lainnya, bobot komoditas cabai merah cukup tinggi dan lebih fluktuatif (Grafik 3.9). Komoditas beras, kontrak rumah, dan tarif listrik memiliki bobot yang lebih besar, namun cenderung stabil dari waktu ke waktu. Bobot komoditas tersebut menggambarkan jumlah nilai konsumsi yang dikeluarkan oleh rumahtangga untuk memperoleh komoditi tersebut 1. Secara konseptual, perubahan nilai konsumsi dipengaruhi oleh perubahan harga komoditas dan/atau kuantitas yang dikonsumsi. Namun, dengan sistem Laspeyres, perubahan kuantitas hanya terjadi ketika ada perubahan tahun dasar dimana BPS akan melakukan Survei Biaya Hidup dalam rangka updating pola konsumsi masyarakat. Sumber : BPS diolah Grafik 3.8 Perbandingan growth harga cabai merah dengan inflasi volatile food Sumatera Utara (mtm) Sumber : BPS diolah Grafik 3.9 Perbandingan nilai konsumsi komoditas PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 37

56 Sumber : SPH Diolah Grafik 3.10 Harga Cabai Merah dan kontribusi komoditas cabai merah terhadap inflasi total bulanan Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan data Survei Pemantauan Harian, harga cabai merah sangat berfluktuatif. Komoditas ini pernah mencapai Rp84,990,00/kg pada bulan November 2016, namun juga pernah mencapai harga terendah hingga Rp18.413,00/kg pada bulan Juni Harga cabai merah akan berubah seiring dengan fluktuasi pasokan di pasaran. Yang menyebabkan naik turunnya jumlah pasokan, diantaranya: 1) Faktor iklim; 2) Disparitas informasi pedagang yang sulit mendatangkan cabai merah dari luar daerah masing-masing sehingga pedagang memiliki akses untuk mendatangkan cabai merah dari luar daerah akan mendominasi pembentukan harga; 3) kebutuhan cabai merah dari daerah lain yang menawarkan harga jual yang lebih mahal; 4) kendala distribusi; dan 5) Kebiasaan para petani. Keengganan petani menanam cabai merah ketika harga sedang turun akan menurunkan produksi cabai merah. Penurunan produksi cabai merah akan menyebabkan harga cabai merah naik. Ketika harga cabai merah sedang tinggi, petani yang bukan termasuk petani komoditas cabai merah akan ikut menanam cabai merah, sehingga suplai cabai merah melebihi kebutuhan yang menyebabkan penurunan harga cabai merah. Dalam rangka menjaga kestabilan harga cabai merah di Provinsi Sumatera Utara, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) telah menyusun beberapa program yang struktural untuk, diantaranya penguatan database TPID, hilirisasi produk cabai merah, pembangunan pergudangan (cold storage), dan penguatan perdagangan antara daerah. Selain itu TPID Provinsi Sumatera Utara juga mengusulkan pembentukan BUMD Pangan dan koordinasi yang lebih intensif dengan asosiasi distributor cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat mengendalikan penyebab fluktuasi harga cabai merah sehingga inflasi Provinsi Sumatera Utara dapat terjaga. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 38

57 Pola Inflasi Subkelompok Pendidikan Suplemen 2 Masyarakat sangat menyadari peran penting pendidikan dalam kehidupan. Bahkan, semakin banyak orang tua mulai memasukkan anak-anaknya mulai dari jenjang Kelompok Bermain hingga Perguruan Tinggi untuk mendapatkan generasi penerus bangsa yang lebih baik. Konsumsi masyarakat terhadap pendidikan yang tercermin pada biaya pendidikan berpengaruh terhadap penghitungan inflasi. Secara historis, subkelompok pendidikan biasanya memberikan sumbangan inflasi yang cukup signifikan pada triwulan II dan III serta menunjukkan pola yang mirip dari tahun , dengan sedikit fluktuasi di tahun 2013 (Grafik 3.11). Di tahun 2017, sumbangan inflasi dari biaya pendidikan relatif minimal. Pola peningkatan tekanan inflasi sesuai dengan pola tahun ajaran baru untuk setiap jenjang, dari mulai Kelompok Bermain hingga Perguruan Tinggi. Jenjang pendidikan tersebut masuk sebagai komoditas di dalam keranjang inflasi IHK. Berdasarkan komoditasnya, inflasi pada jenjang Kelompok Bermain relatif rendah. Hal ini diperkirakan karena jenjang pendidikan Kelompok Bermain belum secara umum diikuti oleh masyarakat, yang tercermin pada bobot komoditas tersebut di keranjang IHK yang relatif kecil. Sementara untuk tingkat Taman Kanak-Kanak, inflasi terjadi pada awal tahun dan pertengahan tahun (Grafik 3.12). Tekanan ini diperkirakan karena anak-anak dapat mulai mengikuti jenjang pendidikan TK pada awal tahun atau pertengahan tahun. Sejak tahun 2014, kenaikan tertinggi terjadi pada bulan Februari 2014 sebesar 0,84% (mtm). Walaupun terjadi pada dua periode, andil terhadap inflasi bulanan Sumatera Utara kurang dari 0,05%. Tekanan inflasi komoditas Sekolah Dasar mulai bergerak naik pada akhir triwulan II dan baru mulai mereda pada akhir triwulan III (Grafik 3.13). Hal ini diperkirakan sesuai dengan pola awal tahun ajaran baru untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar yang berkisar pada bulan-bulan di triwulan III. Pada tahun 2017, inflasi komoditas ini relatif rendah bahkan yang tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2017 hanya sebesar 0,37% (mtm). Sumber : BPS diolah Grafik 3.11 Pola inflasi subkelompok Pendidikan Sumber : BPS diolah Grafik 3.12 Pola inflasi Pendidikan Taman Kanak Kanak PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 39

58 Sumber : BPS diolah Grafik 3.13 Pola inflasi komoditas Sekolah Dasar Sumber : BPS diolah Grafik 3.14 Pola inflasi komoditas Sekolah Menengah Pertama Sementara itu, tekanan inflasi jenjang SMP dan SMA memuncak pada bulan Agustus, sesuai dengan pola mulainya tahun ajaran baru untuk jenjang-jenjang tersebut. Laju inflasi tingkat SMA naik pada bulan Agustus dengan rata-rata 2,18% per tahun, sedangkan untuk tingkat SMP tercatat 8,49% per tahun. Pada tahun 2017, inflasi SMP menurun dan tercatat 4,59% (mtm) dengan andil inflasi bulanan 0,05% (Grafik 3.14). Bahkan untuk SMA mengalami deflasi yang cukup dalam di Agustus 2017 (Grafik 3.15). Inflasi pendidikan jenjang Perguruan Tinggi juga meningkat pada triwulan III. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli 2015 yang tercatat 0,06% (mtm) (Grafik 3.16). Namun, pada tahun 2017, tekanan inflasi Perguruan Tinggi cenderung stabil. Sebagai informasi bahwa Angka Partisipasi Sekolah (APS) Provinsi Sumatera Utara 1 untuk kelompok umur tahun cenderung stagnan. Untuk kelompok umur tahun, APS Provinsi Sumatera Utara tahun 2017 tercatat 26,80, sedangkan pada tahun 2016 tercatat 26,62 (Grafik 3.17). Sumber : BPS diolah Grafik 3.16 Pola inflasi komoditas Sekolah Menengah Atas Sumber : BPS diolah Grafik 3.16 Pola inflasi komoditas Perguruan Tinggi Sumber : BPS diolah Grafik 3.17 Angka Partisipasi Sekolah kelompok umur tahun PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 40

59 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 41

60

61 BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM ULOS RAGIHOTANG Perbaikan ekonomi dan masih terjaganya inflasi didukung oleh stabilitas sistem keuangan Provinsi Sumatera Utara pada Triwulan III Tahun 2017 yang masih cukup baik. Kinerja perbankan masih cukup kuat, yang diiindikasikan oleh pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga. Sementara itu, kredit perbankan melambat, tumbuh 6,6% (yoy) pada triwulan III 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,2%. Kondisi tersebut didukung oleh kinerja korporasi yang membaik dan ketahanan rumah tangga yang terjaga. Ketahanan sektor rumah tangga yang membaik tercermin pada kredit konsumsi yang tumbuh 9% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, risiko kredit perbankan Sumatera Utara juga masih terjaga baik. Meskipun risiko meningkat, tetapi masih dalam batas level indikatifnya. Disamping itu, risiko kredit perbankan syariah juga membaik. Kondisi ini juga pada akhirnya berpengaruh pada tingkat intermediasi perbankan yang berada pada level aman tergambar pada Loan To Funding Ratio sebesar 90%. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 43

62

63 4.1 Perkembangan Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Sumatera Utara Stabilitas sistem keuangan Provinsi Sumatera Utara triwulan III tahun 2017 mulai menunjukkan perbaikan. Ketahanan sektor korporasi yang tergambar dari indikator keuangan korporasi yang terjaga dengan kinerja yang meningkat. Meskipun begitu, pertumbuhan kredit tertahan pada angka 6,6% lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 7,8% (yoy) diikuti oleh meningkatnya resiko kredit yang tercermin dari NPL yang meningkat 2,9% dari (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit ini terutama terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi sedangkan kredit konsumsi yang tumbuh positif 9,9% (yoy). Tabel 4.1 Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral Sektor DER Solvability Ratio Current Ratio Tw II 2016 Tw II 2017 Tw II 2016 Tw II 2017 Tw II 2016 Tw II 2017 Perkebunan Industri Dasar dan Kimia Industri Barang Konsumsi Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Aneka Industri Konstruksi, Properti dan Real Estate Perdagangan, Service dan Investasi Sumatera Utara Sumber : Bloomberg, diolah dari 80 korporasi di Sumatera Utara. Sektor ROA ROE Inventory Turnover Tw II 2016 Tw II 2017 Tw II 2016 Tw II 2017 Tw II 2016 Tw II 2017 Perkebunan 1.2 (2.3) 2.9 (5.4) Industri Dasar dan Kimia Industri Barang Konsumsi Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Aneka Industri Konstruksi, Properti dan Real Estate Perdagangan, Service dan Investasi Sumatera Utara Sumber : Bloomberg, diolah dari 80 korporasi di Sumatera Utara. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan III yang membaik, sejumlah Indikator kinerja keuangan korporasi (Tabel 4.1) di Sumatera Utara juga membaik. Profitabilitas yang tercermin pada rasio Return on Asset (RoA) dan Return on Equity (RoE) mulai menunjukkan peningkatan masingmasing tercatat 4,9% dan 11,8% pada triwulan II tahun Perbaikan terutama terjadi pada sektor Trade (Perdagangan, Service dan Investasi), Infrastructure (Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi) dan Property (Konstruksi, Properti dan Real Estate). Sedangkan untuk sektor Aneka Industri, meskipun ROA dan ROE mengalami penurunan, tetapi profit margin masih tumbuh positif. Membaiknya sektor Trade, Infrastructure dan Property disebabkan oleh percepatan pembangunan beberapa proyek infrastruktur vital di Sumatera Utara seperti pembukaan jalan tol Kualanamu-Tebing Tinggi dan Medan-Binjai. Meningkatnya profitabilitas berdampak pada ketahanan korporasi dan kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini terlihat dari current ratio tercatat meningkat 1,5% dan solvability ratio terjaga pada 1.7%. Proporsi Hutang terhadap Jumlah Ekuitas yang tergambar dari Debt to Equity Ratio (DER) juga membaik dan turun menjadi 1.4%. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 45

64 Sedikit berbeda dengan Trade dan Infrastructure, sektor Perkebunan dan Industri Kimia Dasar masih lesu. Sektor Perkebunan dan Industri Dasar dan Kimia Kebakaran hutan pada masa El Nino 2016 dan mayoritas perkebunan sawit rakyat yang sudah memasuki masa replanting, berdampak pada rendahnya produktifitas perkebunan kelapa sawit ditengah mulai membaiknya harga komoditas kelapa. Kondisi ini turut berpengaruh pada industri turunannya. Kinerja Pembiayaan Lapangan Usaha Utama. Struktur perekonomian Sumatera Utara didominasi oleh 3 lapangan usaha utama, yaitu Pertanian dengan share 20.7%, Industri Pengolahan sebesar 20.5% dan Perdagangan Besar dan Eceran (PBE) sebesar 18.1%. Begitu juga penyaluran kredit korporasi di Sumatera Utara juga terkonsentrasi pada ketiga lapangan usaha tersebut dengan porsi masing-masing Pertanian (25.3%; yoy), Industri pengolahan (30.7%; yoy) dan PBE (28.6%; yoy). Kinerja lapangan usaha tidak selalu sejalan dengan perkembangan penyaluran kredit perbankan. Suku bunga, opsi pembiayaan lain dan persepsi pelaku usaha terkait dengan perekonomian ke depan, berpengaruh terhadap inkonsistensi pembiayaan kredit dengan kinerja lapangan usaha dari sisi permintaan. Sedangkan dari sisi perbankan, kualitas kredit, prospek ekonomi domestik maupun internasional dapat mempengaruhi risk appetite lembaga keuangan dalam menyalurkan kreditnya. Pertanian Kinerja lapangan usaha pertanian pada triwulan III tahun 2017 meningkat 3,1% (yoy), (Grafik.4.1). Akan tetapi, dari sisi penyaluran kredit pada sektor ini tumbuh 15,5%(yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,9% (yoy). Sejalan dengan rasio korporasi Triwulan II Tahun 2017 sektor pertanian yang masih belum membaik. Perbaikan permintaan serta harga komoditas CPO yang mulai membaik turut mendukung meningkatnya kinerja lapangan usaha pertanian. Meskipun kenaikan tersebut masih didorong oleh kecukupan persediaan ditengah produksi TBS yang meningkat. Kondisi ini tergambar dari inventory turnover ratio yang membaik dari 10.2% menjadi 10.7%. Sejalan dengan peryumbuhan kredit yang melambat, resiko kredit sektor ini masih terjaga pada 1.5% (yoy). Perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit pada sektor ini. Selain isu status kepemilikan tanah yang masih menunggu keputusan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang dan Wilayah Sumatera Utara, permintaan dan harga komoditas karet yang belum membaik juga menjadi faktor risiko penyaluran kredit pada sektor ini. Salah satu instrumen pengendalian risiko bank adalah melalui Suku Bunga Tertimbang (SBT). Perbankan menerapkan SBT untuk sektor pertanian mencapai 8.5% (yoy), perkebunan kelapa sawit 8.2% (yoy) dan perkebunan karet10.8% (yoy). Industri Pengolahan Grafik 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor Pertanian Grafik 4.2 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor Industri Pengolahan STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 46

65 Berbeda dengan pertanian, pertumbuhan ekonomi lapangan usaha industri pengolahan sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit pada sektor dimaksud. Kinerja lapangan usaha sektor industri pengolahan mencapai 6.2% (yoy) dengan pertumbuhan kredit mencapai 16.3% (yoy) (Grafik 4.2). Berdasarkan klasifikasi industri pada indikator kinerja keuangan korporasi, rasio sektor Industri Barang Konsumsi mengalami penurunan dari sisi profitabilitas dan ketahanan. Meskipun kemampuan korporasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya masih cukup baik. Penurunan konsumsi masyarakat pada triwulan sebelumnya berdampak pada produksi dari industri dimaksud yang menurun. Kondisi ini berpengaruh kepada permintaan kredit sektor ini yang juga menurun meskipun SBT sektor ini adalah 7.6% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya 7.7% (yoy). Keyakinan pelaku usaha yang menurun juga tergambar dari indeks keyakinan pelaku usaha berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Indeks keyakinan mencapai 7% lebih rendah dari realisasi yang mencapai 10% (Grafik.4.3). IV seiring dengan masuknya PHBK Natal dan Tahun Baru. Selain itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Triwulan III Tahun 2017 meningkat 123.3% (Grafik 4.4). Kondisi permintaan akan membaik. Grafik 4.4. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Perdagangan Besar dan Eceran Kinerja lapangan usaha PBE meningkat tipis 5.9% (yoy) pada triwulan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5.8% (yoy) (Grafik 4.5). Berbeda dengan penyaluran kredit sektor PBE yang terkontraksi -9.8% (yoy). Penyaluran kredit yang rendah pada sektor ini salah satunya disebabkan oleh risiko kredit yang tinggi. mencapai 5.7% (yoy) di atas batas risiko kredit rata-rata perbankan yaitu 5%. Lembaga keuangan menjadi lebih berhati-hati menyalurkan kredit pada sektor ini. Kondisi ini juga direfleksikan oleh SBT sektor PBE yang mencapai 11.3% (yoy). Grafik 4.3. Indeks Realisasi dan Pelaku Usaha terhadap Kegiatan Usaha Meskipun beberapa indikator menunjukkan penurunan, risiko kredit lapangan usaha industri pengolahan membaik pada angka 1.4% (yoy) dari sebelumnya mencapai 1.6% (yoy). Industri Pengolahan masih akan membaik pada Triwulan Grafik 4.5. Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor PBE STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 47

66 kelebihan dana dalam waktu yang jauh lebih panjang (Grafik 4.6). Pada Triwulan III Tahun 2017, ketahanan sektor rumah tangga Sumatera Utara membaik. Begitu juga kredit konsumsi yang juga meningkat menjadi 9.9% (yoy). Meskipun begitu, peningkatan kredit cenderung dilakukan untuk barang konsumsi produktif seperti kendaraan bermotor maupun investasi berupa aset. Pola ini juga terlihat dari Dana pihak ketiga yang meningkat, terutama untuk jenis deposito yang tumbuh 11% (yoy). Perkembangan Dana Pihak Ketiga Grafik 4.7. Perkembangan Jenis Simpanan dan Suku Bunga Suku bunga yang lebih tinggi dan kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat pada 3 tahun terakhir turut mengubah pola pengelolaan keuangan masyakat di Sumatera Utara. Suku bunga deposito yang mencapai 5.7% (yoy) lebih tinggi dari dua opsi simpanan lainnya yang hanya menawarkan 2.1% (yoy) untuk giro dan 1.6% (yoy) untuk tabungan (Grafik 4.6). Grafik 4.6. Perkembangan DPK Provinsi Sumatera Utara Dana Pihak Ketiga provinsi Sumatera Utara meningkat signifikan mencapai 10.2% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 8.7% (yoy) (Grafik 4.6). Dari komponen DPK, pertumbuhan tertinggi terdapat pada Deposito mencapai 11% (yoy) diikuti oleh Giro sebesar 10,1%(yoy) dan tabungan sebesar 9.4% (yoy). Sejalan dengan pola historisnya preferensi masyarakat dalam menyimpan uangnya masih didominasi oleh tabungan dan deposito. Berdasarkan share jenis simpanan terhadap DPK, Deposito menjadi pilihan teratas dengan andil sebesar 44.4% (yoy), Tabungan dengan andil 37.9% dan Giro dengan andil 10.1%. Sampai dengan Triwulan IV Tahun 2013, Tabungan masih memiliki andil lebih besar dari pada Deposito. Akan tetapi, pada Triwulan I 2014 sampai dengan sekarang, Deposito mulai menjadi opsi menarik bagi masyarakat untuk menyimpan Grafik 4.8. Perkembangan Suku Bunga Tertimbang DPK Ditinjau berdasarkan kelompok nilainya, terlihat ketergantungan perbankan Sumatera Utara terhadap deposan perseorangan tertentu dengan nilai besar masih tinggi pada triwulan III Tahun Hal tersebut tercermin dari 0.2% deposan perseorangan dengan nilai tabungan di atas Rp.1 Miliar menguasai hingga 52% tabungan perseorangan di Sumatera Utara (Tabel 4.2). Tabel 4.2 Pengelompokan Tabungan Perseorangan Berdasarkan Nilai Pengelompokan Nominal Pangsa Nominal Pangsa Deposan Juta 17.2 % 97.8 % Juta 22.3 % 1.8 % 500 Juta 1 Miliar 8.5 % 0.2 % >1 Miliar 52 % 0.2 % Kredit Rumah Tangga STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 48

67 Grafik 4.9. Perkembangan Pertumbuhan dan Resiko Kredit Rumah Tangga Kredit Rumah Tangga (RT) Provinsi Sumatera Utara tumbuh 9.9%(yoy) pada Triwulan III Tahun 2017 lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9.4%(yoy) (Grafik 4.8). Pangsa kredit RT memiliki pangsa mencapai 25.2% dari total kredit yang disalurkan. Berdasarkan jenis kredit yang disalurkan, kredit multiguna memiliki share terbesar mencapai 46.4% diikuti oleh Kredit Pemilikan Rumah sebesar 31.4%, Kredit Kendaraan Bermotor 9.9% dan Perlengkapan Rumah Tangga 1.8%. Pangsa kredit Kendaraan bermotor mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya sebesar 14%. Kredit Pemilikan Rumah 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% RT Tipe 21 RT Tipe 22 s/d 70 RT Tipe > 70 Ruko atau Rumah Kantor 15.75% I II III IV I II III IV I II III IV I II III % Pemilikan Rumah terkait dengan turunnya suku bunga pinjaman bank seiring dengan kebijakan pelonggaran ketentuan Loan To Value (LTV) Peraturan Bank Indonesia No.18/16/PBI/2016 tentang Rasio Loan to Value untuk Kredit Properti, Rasio Financing to Value untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor tanggal 29 Agustus 2016 (Grafik 4.10). Suku bunga pinjaman Kredit Pemilikan Rumah mencapai 10.2% (yoy) lebih rendah dibandingkan kedua jenis kredit lainnya yaitu Kredit Kendaraan Bermotor sebesar 10.6% (yoy) dan Kredit Multiguna sebesar 12.8% (yoy). Ketentuan LTV yang baru memberikan pelonggaran 5% untuk pembelian rumah melalui pengajuan kredit melalui perbankan. Sebelumnya, berdasarkan ketentuan LTV pertama tanggal 18 Juni 2015, untuk Kredit Pemilikan Rumah Tipe >70, Bank hanya diperbolehkan memberikan pembiayaan sebesar 80% untuk kepemilikan rumah pertama, 70% untuk pemilikan rumah kedua dan 60% untuk pemilikan rumah ketiga dan seterusnya. Berdasarkan ketentuan yang baru tanggal 29 Agustus 2016, Bank diperbolehkan melakukan pembiayaan kepada pemilikan rumah dengan porsi 75% untuk rumah pertama, 80% untuk kepemilikan kedua dan 75% untuk kepemilikan rumah ketiga dan seterusnya. Transmisi kebijakan LTV baru berpengaruh pada Triwulan III disebabkan lesu nya perekonomian sepanjang tahun 2016 sampai dengan pertengahan % Grafik Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah Dari keseluruhan jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang disalurkan, Kredit untuk Rumah Tinggal Tipe 22 s/d 70 tumbuh paling tinggi sebesar 15.7% (yoy) pada Triwulan III Tahun 2017 (Grafik 4.9) dan Kredit Rumah Tingga Tipe 70 juga tumbuh 5.7% (yoy). meskipun kredit Rumah Tingga Tipe 21 masih terkontraksi -3.8% (yoy). Sedangkan untuk Rumah Toko tumbuh melambat dan tercatat 4.2% (yoy). Mulai tumbuhnya Kredit Grafik Perkembangan Suku Bunga Kredit Rumah Tangga Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 49

68 sepeda motor dan kendaraan roda empat, berdampak pada penyaluran kredit sektor ini. Grafik Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor Kredit Kendaraan Bermotor terkontraksi cukup dalam mencapai 26.2% (yoy) pada Triwulan III Tahun 2017 (Grafik 4.11). Kondisi ini dipicu oleh turunya penyaluran kredit untuk jenis kendaraan Truk dan Kendaraan Roda 6 yang terkontraksi % (yoy). Pertumbuhan kredit yang cukup tinggi pada Tahun 2015 dan 2016, berdampak penurunan yang cukup dalam pada Tahun Pertumbuhan yang cukup tinggi ini disebabkan oleh pembangunan beberapa proyek strategis nasional di Provinsi Sumatera Utara seperti pembangunan Jalan Tol, Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke dan Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung. Beberapa proyek tersebut telah dijadwalkan selesai pada Tahun 2017 dan Selain Truk dan Kendaraan Roda 6, penyaluran kredit untuk sepeda motor juga menunjukan tren melambat dan terkontraksi 11.6% (yoy) pada Triwulan III Tahun Meskipun pertumbuhannya cukup tinggi pada awal tahun 2015, kebijakan LTV yang juga berlaku untuk pembelian kendaraan bermotor, termasuk Berbeda dengan dua jenis kredit lainnya, Kredit untuk Kendaraan Roda empat tumbuh 10.1% (yoy) Pada Triwulan III Tahun Peningkatan ini mulai terlihat sejak Triwulan IV Tahun Pertumbuhan kredit untuk jenis ini didorong oleh naiknya permintaan seiring dengan semangkin tingginya jumlah kendaraan berbasis online yang beroperasi di Sumatera Utara, terutama Medan. Risiko Kredit Riesiko Kredit untuk kredit Rumah Tangga relatif stabil dengan tren menurun mencapai 2.5% (yoy) pada Triwulan III Tahun 2017 dari 2.6% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Dari sisi jenis kredit, Kredit Pemilikan Rumah memiliki risiko yang cukup tinggi mencapai batas 5%, meskipun pada Triwulan berjalan menurun menjadi 5.3% (yoy) dari sebelumnya 5.6% (yoy). Sejalan dengan risiko kredit kendaraan bermotor yang juga membaik dan tercatat 1.4% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2.4% (yoy). Berdasarkan subkategori jenis kredit pemilikan rumah, risiko kredit untuk Rumah Tinggal Tipe >70, Flat dan Apartemen meningkat (Tabel 4.3). Sedangkan untuk subkategori kredit kendaraan bermotor risiko disumbang oleh Truk dan Kendaraan bermotor Roda Enam dan kendaraan bermotor Lainnya. Tabel 4.3 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga per Kategori Kategori I II III IV I II III IV I II III IV I II III Rumah Tinggal s.d. Tipe % 5.27% 5.21% 3.81% 4.53% 4.08% 4.63% 3.56% 4.19% 4.87% 5.38% 5.14% 5.77% 6.23% 4.67% Rumah Tinggal Tipe 22 s.d % 4.90% 5.74% 5.54% 6.36% 6.88% 7.11% 6.42% 6.92% 7.24% 6.97% 6.02% 6.20% 6.11% 5.65% Rumah Tinggal Tipe Diatas % 2.99% 3.42% 3.45% 3.78% 4.14% 4.57% 3.60% 3.78% 4.38% 4.49% 4.39% 4.53% 4.90% 5.24% Flat atau Apartemen s.d. Tipe % 0.00% 0.00% 0.00% 2.66% 2.79% 2.84% 2.87% 1.02% 7.25% 5.77% 7.15% 3.54% 0.52% 3.37% Flat atau Apartemen Tipe 22 s.d % 3.85% 3.40% 2.83% 3.32% 4.37% 4.22% 1.30% 1.26% 2.07% 2.20% 2.35% 2.41% 2.91% 3.27% Flat atau Apartemen Tipe Diatas % 1.37% 1.60% 2.31% 2.72% 3.90% 4.38% 2.20% 2.55% 2.45% 2.51% 1.25% 1.42% 5.98% 5.77% Rumah Toko (Ruko) atau Rumah Kantor 2.13% 3.06% 2.80% 2.82% 3.01% 3.70% 4.28% 3.49% 4.16% 3.93% 4.41% 3.74% 4.12% 4.46% 4.71% Mobil Roda Empat 0.74% 0.95% 0.71% 0.65% 0.86% 0.96% 1.20% 1.41% 1.39% 1.36% 1.27% 1.29% 1.04% 1.06% 0.89% Sepeda Bermotor 2.54% 3.22% 2.94% 2.72% 3.04% 3.05% 3.38% 2.96% 3.20% 4.08% 3.43% 3.02% 2.88% 2.67% 2.62% Truk dan Kendaraan Bermotor Roda Enam 0.68% 3.44% 3.83% 3.19% 3.42% 3.41% 1.61% 2.23% 2.39% 1.28% 2.29% 3.02% 3.97% 3.85% 4.23% Kendaraan Bermotor Lainnya 2.06% 2.09% 1.94% 1.62% 0.76% 1.72% 1.71% 1.03% 1.66% 2.31% 2.51% 0.89% 0.93% 1.89% 2.37% Furnitur dan Peralatan Rumah Tangga 1.56% 1.63% 1.97% 3.71% 4.51% 2.79% 1.34% 0.93% 0.91% 1.33% 1.46% 0.99% 0.52% 0.92% 0.80% Televisi, Radio, dan Alat Elektronik 0.89% 0.75% 0.92% 1.11% 1.58% 0.89% 0.64% 0.71% 0.60% 0.38% 0.50% 0.75% 0.85% 0.80% 0.79% Komputer dan Alat Komunikasi 8.59% 4.42% 8.31% 10.09% 13.28% 13.16% 10.08% 3.00% 1.86% 1.62% 1.22% 1.73% 0.80% 1.69% 2.37% Peralatan Lainnya 3.12% 3.21% 1.47% 0.39% 0.83% 1.16% 0.98% 0.87% 1.08% 0.66% 0.75% 1.43% 1.42% 1.80% 2.03% Keperluan yang Tidak Diklasifikasikan di Tempat 2.19% 4.53% 2.05% 2.25% 2.24% 1.22% 1.20% 1.43% 1.10% 0.88% 0.80% 0.79% 1.19% 1.15% 1.06% Bukan Lapangan Usaha Lainnya 1.88% 1.66% 1.37% 2.35% 2.80% 3.23% 3.32% 3.03% 3.42% 3.09% 2.81% 2.86% 2.86% 2.65% 2.86% STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 50

69 4.2 Perkembangan Perbankan di Provinsi Sumatera Utara Tabel 4.4 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Sumatera Utara Indikator I II III IV I II III IV I II III IV I II III Loan To Funding Ratio Aset 213, , , , , , , , , , , , , , ,184 Kredit 148, , , , , , , , , , , , , , ,265 g Kredit 15.4% 14.4% 11.5% 9.6% 10.4% 8.7% 9.7% 6.6% 3.3% 5.4% 5.8% 6.5% 12.4% 9.2% 6.0% DPK 157, , , , , , , , , , , , , , ,491 g DPK 14.7% 19.7% 17.5% 15.1% 12.8% 9.6% 9.3% 3.2% 4.7% 6.5% 3.8% 9.0% 11.5% 8.7% 10.2% Non Performing Loan 2.5% 2.7% 2.9% 2.5% 2.8% 3.1% 3.3% 2.9% 3.2% 3.2% 3.1% 2.5% 2.7% 2.8% 3.0% Membaiknya perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2017 ditopang oleh stabilitas keuangan Sumatera Utara yang relatif terjaga. Kinerja perbankan di Sumatera Utara menunjukkan intermediasi perbankan yang cukup baik yang tercermin dari Loan to Funding Ratio (LFR) sebesar 90% disertai dengan risiko kredit yang masih di bawah level indikatif (3%). Meskipun demikian, kinerja perbankan masih belum optimal terkait dengan perkembangan kredit yang cenderung melambat. Aset Perbankan Konvensional Pada triwulan III 2017 aset perbankan di Sumatera Utara tercatat sebesar Rp291,1 triliun, tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, sebesar 10,9%. Meningkatnya aset pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan DPK yang tumbuh 10,2%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 8,7%. Namun demikian, perkembangan tersebut belum diikuti dengan peningkatan penyaluran kredit, sehingga LFR Sumatera Utara tercatat 90,2%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 92%. Berdasarkan kegiatannya, peningkatan aset terutama didorong oleh meningkatnya aset bank konvensional dan syariah. Aset bank konvensional sedikit meningkat dari 10,5% pada triwulan sebelumnya menjadi 10,9%. Sejalan dengan hal tersebut, aset bank syariah juga meningkat dari 10,4% menjadi 10,8%. Intermediasi Perbankan Konvensional Peran intermediasi perbankan di Sumatera Utara pada triwulan III tahun 2017 masih cukup baik, meski dalam tren melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Melambatnya LFR di Provinsi Sumatera Utara terutama disebabkan oleh perlambatan penyaluran kredit ditengah peningkatan DPK. Hal ini diperkirakan didorong oleh belum cukup kuatnya permintaan atas pembiayaan sejalan denga melambatnya permintaan domestik. Di sisi lain, berakhirnya periode lebaran dan liburan anak sekolah mendorong peningkatan DPK pada triwulan laporan. Perlambatan penyaluran kredit ini juga diiringi dengan meningkatknya non performing loan dari 2,8% menjadi 3%. Meskipun demikian, kualitas kredit tersebut masih dibawah level indikatifnya, yaitu 5%. Berdasarkan tujuan penggunaannya, kredit Sumatera Utara didominasi oleh kredit produktif (kredit modal kerja dan investasi) yang mencapai 75% dari total kredit yang disalurkan di Sumatera Utara. Hal ini diharapkan dapat memberikan multiplier effect yang positif bagi perekonomian Sumatera Utara. Melambatnya penyaluran kredit terutama didorong oleh perlambatan Kredit Modal Kerja yang cukup dalam, yaitu hanya tumbuh 0.6% (yoy) pada triwulan berjalan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6.1% (yoy). Melambatnya kredit modal kerja terjadi seiring dengan menurunnya permintaan domestik yang tercermin dari menurunnya aktivitas konsumsi masyarakat pada periode laporan. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 51

70 Tertahannya kebutuhan akan pembiayaan juga terjadi pada kebutuhan pembiayaan jangka panjang. Kredit Investasi juga tumbuh melambat, 13.1% (yoy), dari sebelumnya 15.2% (yoy). Melambatnya kinerja kredit investasi diperkirakan akibat dari menurunnya optimisme pelaku usaha seiring dengan tren penurunan harga komoditas. Hal ini juga terkonfirmasi dari hasil liaison kepada pelaku usaha yang menunjukkan rencana maupun realisasi investasi yang cenderung melambat. Berbeda dengan kredit konsumsi yang justru mengalami sedikit peningkatan menjadi 10% dari sebelumnya tercatat 9,4%. Hal ini sesuai dengan kondisi kredit rumah tangga sebagaimana dijelaskan pada bagian ketahanan sektor rumah tangga (Lihat Ketahanan Sektor Rumah Tangga) Grafik Perkembangan Kredit Perbankan berdasarkan Lapangan Usaha Berdasarkan jumlah nilai kreditnya, kredit bernilai 1 s/d 5 miliar memiliki pangsa terbesar mencapai 40.5%, diikuti dengan kredit bernilai 10 s/d 500 juta dengan pangsa 28,8%, sementara yang terkecil adalah kredit bernilai 500 Juta s/d 1 Miliar dengan pangsa 6.5%. Hal ini mengindikasikan proyek pengadaan air di Sumatera Utara cukup tinggi, terutama yang dilakukan oleh pemerintah. Tabel 4.5. Pangsa Kredit Air Bersih berdasarkan Nilai Pengelompokan Nilai Pangsa Kredit 10 s/d 500 Juta 28.8 % 500 Juta s/d 1 Miliar 6.5 % 1 s/d 5 Miliar 40.5 % >5 Miliar 24.2 % Grafik Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Berdasarkan sektor ekonominya, perlambatan penyaluran kredit di Sumatera Utara terutama didorong oleh melambatnya penyaluran pertumbuhan kredit sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing tercatat 15.5% (yoy) dan 16.3% (yoy), sementara itu kredit sektor konstruksi meningkat dari 19,1% menjadi 21,2%. Peningkatan realisasi kredit sektor kontruksi diperkirakan sejalan dengan mulai agresifnya proyek pembangunan pemerintah menjelang akhir tahun. Selain lapangan usaha utama dimaksud, lapangan usaha yang tumbuh cukup tinggi adalah dan Pengadaan Air mencapai 115.6% (yoy). Tingkat intermediasi Bank sesuai dengan PBI No.17/11/PBI/2015 dihitung menggunakan Loan To Funding Ratio. Batas bawah LFR yang diperbolehkan adalah 78% dengan batas atas 92%. Bank dapat melewati batas atas sampai dengan 94% dengan syarat bank dapat memenuhi rasio kredit UMKM lebih cepat dari target serta rasio NPL keseluruhan kredit dan kredit UMKM <5%. Grafik Perkembangan SBT Kredit Per Jenis Penggunaa STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 52

71 Suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi juga turun dan masing-masing tercatat, 9.6% (yoy) dan 9.4% (yoy). Penurunan suku bunga kredit diharapkan dapat meningkatkan kredit masyarakat terus mengalami perlambatan pada tiga tahun terakhir. Tabel 4.6 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Syariah Indikator I II III IV I II III IV I II III IV I II III Funding To Deposit Ratio Aset 9,462 9,119 9,095 9,718 9,251 9,395 10,119 10,958 10,574 11,123 11,547 12,398 11,841 12,530 13,012 Pembiayaan 8,746 9,064 9,017 8,506 8,092 7,998 7,461 7,700 7,613 7,914 8,398 8,906 9,034 9,441 9,507 g Pembiayaan -1.5% 3.1% 1.2% -7.9% -7.5% -11.8% -17.3% -9.5% -5.9% -1.0% 12.6% 15.7% 18.7% 19.3% 13.2% DPK 6,136 6,315 6,580 7,219 6,884 6,684 7,319 8,127 7,938 8,589 9,238 9,768 9,560 9,815 10,539 g DPK 13.4% 15.2% 15.7% 18.8% 12.2% 5.8% 11.2% 12.6% 15.3% 28.5% 26.2% 20.2% 20.4% 14.3% 14.1% Non Performing Fund 7.7% 10.0% 10.2% 8.6% 9.3% 9.8% 11.4% 9.8% 10.0% 9.9% 8.6% 7.3% 7.5% 7.2% 6.5% Aset Perbankan Syariah Sejalan dengan perkembangan aset perbankan konvensional, nominal aset perbankan syariah pada triwulan berjalan tumbuh lebih tinggi 12.7% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12.6% (yoy). Peningkatan aset tersebut menjadi dampak membaiknya risiko dan pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan. Grafik Perkembangan Komponen Aset Perbankan Syariah Penurunan risiko kredit pada akhirnya mengurangi jumlah pencadangan risiko penyaluran kridit bermasalah yang tercermin dalam CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset) yang pada akhirnya meningkatkan jumlah aset. Selain itu, perbankan syariah cenderung meningkatkan alat likuidnya pada Bank Indonesia melalui SBIS dan SDBIS (Grafik 4.13a). 91%, sedikit dibawah batas yang ditetapkan Bank Indonesia, 92%. Pembiayaan perbankan syariah triwulan III 2017 tumbuh melambat, mencapai 13,2% (yoy) dari sebelumnya 19,3% (yoy). Sejalan dengan pembiayaan, Dana Pihak Ketiga perbankan syariah juga melambat menjadi 14.1% (yoy) dari sebelumnya 14.3% (yoy). Perlambatan tersebut diperkirakan seiring dengan upaya menjaga kualitas kredit agar tetap dibawah level indikatifnya 5%. Risiko kredit perbankan syariah tercatat mencapai 6.5% (yoy) pada periode laporan, jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 7.2% (yoy). Perlambatan penyaluran pembiayaan utamanya didorong oleh melambatnya pembiayaan modal kerja dan pembiayaan investasi perbankan syariah. Masing-masing jenis pembiayaan tersebut tumbuh 1% (yoy) dan 5.9% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya mencapai 10.7% dan 19.8% (yoy) Intermediasi Perbankan Syariah Meski melambat, tingkat intermediasi perbankan syariah juga tercatat masih cukup baik, mencapai Grafik Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 53

72 Berdasarkan lapangan usaha utama, sebagian besar lapangan usaha mengalami penurunan dibandingkan Triwulan II Tahun 2017 (Grafik 4.15). Lapangan usaha Konstruksi dan Perkebunan Karet terkontraksi masing-masing mencapai -24.8% (yoy) dan -35.5% (yoy). Industri pengolahan tumbuh 22.4% (yoy). Meskipun tumbuh lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya, tetapi masih berada di atas rata-rata pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah sebesar 13.2% (yoy). Industri yang tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya adalah perkebunan kelapa sawit sebesar 22.1% (yoy). lapangan usaha dengan pertumbuhan pembiayaan tertinggi sebesar 126.5% (yoy). Risiko pembiayaan perbankan syariah Triwulan III Tahun 2017 membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan risiko kredit terlihat di keseluruhan jenis pembiayaan berdasarkan jenis penggunaan (Grafik 4.16) Risiko tertinggi terdapat di pembiayaan modal kerja yang mencapai 10.5% (yoy) diikuti dengan pembiayaan konsumsi sebesar 5.4% (yoy). Sedangkan risiko pembiayaan investasi terjaga dibawah batasan 5% dan tercatat turun menjadi 4.2% (yoy) pada triwulan berjalan dari sebelumnya 5.2% (yoy). Grafik Perkembangan Pebiayaan Berdasarkan Lapangan Usaha Selain lapangan usaha utama dimaksud, pembiayaan pengadaan air bersih menjadi Grafik Perkembangan Risiko Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan Tabel 4.6 Perkembangan Indikator Utama Kredit UMKM Indikator I II III IV I II III IV I II III IV I II III g Kredit Mikro 28% 45% 29% 32% 34% 16% 26% 20% 21% 21% 20% 12% 4% 3% 7% g Kredit Kecil 25% 18% 18% 8% 3% 6% 4% 4% 7% 6% 2% 3% 1% -2% 0% g Kredit Menengah 10% 16% 16% 15% 18% 7% 7% 9% -3% -3% -4% -3% 39% 3% 3% NPL Kredit Mikro 3.2% 6.5% 3.6% 4.4% 4.4% 4.1% 3.8% 3.3% 4.2% 4.1% 3.8% 2.8% 3.6% 3.4% 3.1% NPL Kredit Kecil 6.5% 6.7% 7.3% 6.1% 6.7% 7.3% 8.1% 6.5% 7.6% 7.5% 7.5% 6.1% 7.4% 7.2% 6.9% NPL Kredit Menengah 3.9% 4.7% 5.0% 4.8% 5.3% 5.8% 6.5% 5.7% 7.0% 7.3% 6.8% 5.4% 4.9% 5.6% 5.6% SBT Kredit Mikro SBT Kredit Kecil SBT Kredit Menengah Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Pengembangan sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) perlu dilakukan agar dapat dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi, mengingat sektor tersebut relatif kuat dalam menghadapi ancaman krisis. UMKM terbukti sebagai sektor penyelamat ekonomi dari krisis dan dapat meningkatkan ketahanan ekonomi rumah tangga, sekaligus menciptakan lapangan kerja di Indonesia mengingat sektor tersebut menyerap tenaga kerja. Untuk itu Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan perbankan menyalurkan kredit kepada UMKM STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 54

73 minimal 20%. Pemberlakuan ketentuan tersebut dilakukan secara bertahap, yaitu tahun 2015 sebesar 5%, 2016 sebesar 10%, tahun 2017 sebesar 15% dan tahun 2018 sebesar 20%. 2 Kebijakan ini diperkuat pula dengan kebijakan pelonggaran LFR (Loan to Funding Ratio) menjadi 94% per 1 Agustus 2015 bagi bank tertentu yang telah memenuhi pencapaian tertentu kredit UMKM dengan kualitas yang baik %, mendorong perbaikan kinerja usaha mikro. Penyaluran kredit UMKM di Sumatera Utara pada triwulan III 2017 mencapai Rp51,4 triliun, atau mencapai 26,6% dari total kredit yang disalurkan di Provinsi Sumatera Utara. Namun demikian, baiknya penyaluran kredit pada sektor ini masih dibayangi dengan kualitas kredit yang telah melampaui level indikatifnya, yaitu 5,3%. Seiring dengan perbaikan ekonomi pada periode laporan, kinerja kredit UMKM juga meningkat, tumbuh 3,4% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 1,5% (yoy). Berdasarkan golongan kredit yang disalurkan, peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan pembiayaan pada kredit skala mikro, dari 3,2%(yoy) menjadi 7,1% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, kredit skala kecil dan menengah juga tumbuh meningkat, masingmasing sebesar 0,3%(yoy) dan 3,5% (yoy). Pertumbuhan kredit ini diperkirakan sejalan dengan membaiknya risiko kredit UMKM yang tergambar dari NPL menurun mencapai 5.3% (yoy) dari sebelumnya mencapai 5.5% (yoy) (Grafik 4.16). Selain itu, suku bunga tertimbang kredit mikro yang relatif rendah, yaitu mencapai Grafik Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan jenis penggunaannya, 70.5% pangsa kredit merupakan kredit modal kerja dan 29.5% kredit investasi. Berbeda dengan kredit modal kerja secara umum dan pembiayaan syariah yang sedang terkontraksi, kredit modal kerja sektor UMKM tumbuh 4,5% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,6% (yoy). Dilihat berdasarkan lapangan usahanya, proporsi penyaluran kredit UMKM terbesar terkonsentrasi pada 3 subsektor utama, yaitu PBE sebesar 51.2%, Pertanian 19.3% dan Industri Pengolahan sebesar 8.9%.Membaiknya penyaluran kredit UMKM didorong oleh meningkatnya penyaluran kredit sektor pertanian, kredit konstruksi dan kredit subsektor akomodasi dan makan minum transportasi. Penyaluran kredit sektor pertanian tumbuh 5%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1%. Selain itu, penyaluran kredit sektor konstruksi meningkat 5% (yoy) Sementara itu, kredit subsektor industry pengolahan cenderung tumbuh melambat 11% Peraturan Bank Indonesia No. 17/12/PBI/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan UMKM 3 Peraturan Bank Indonesia No.17/11/2015 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Dalam Rupiah Dan valuta Asing yang telah disempurnakan dengan PBI No.18/14/PBI/2016 tgl. 18 Agustus 2016 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 55

74 (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 23% (yoy) Grafik Perkembangan Kredit UMKM berdasarkan Lapangan Usaha Dari sisi risiko kredit, NPL keseluruhan kredit UMKM menurun (Tabel 4.16). Penurunan risiko kredit ditengah suku bunga yang stabil dan kredit yang meningkat mengindikasikan penyaluran sektor UMKM membaik dibandingkan kredit ritel dan korporasi secara umum. Selanjutnya, dalam rangka mengenjot perbaikan penyaluran kredit kepada UMKM, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya pengembangan UMKM, dalam bentuk technical assistance dan pengembangan klaster. Berkaitan dengan tujuan utama Bank Indonesia, yaitu memelihara kestabilan harga dan nilai tukar, maka pengembangan klaster diarahkan pada upaya ketahanan pangan dan pengendalian inflasi. Sejak tahun 2014, Bank Indonesia di Sumatera Utara telah mengembangkan 14 klaster yang tersebar di wilayah kerja Bank Indonesia se-provinsi Sumatera Utara dengan rincian komoditi pengembangan sebagai berikut: No Wilayah Kerja Klaster Lokasi 1 Bawang Merah Dairi dan Karo 2 Kantor Perwakilan Padi Organik Serdang Bedagai 3 Bank Indonesia Padi Pulau Kampai 4 Provinsi Sumatera Desa Pesisir Serdang Bedagai 5 Utara Kopi Karo 6 Integrasi Padi Sapi Langkat 7 Sapi Potong Labuhan Batu Simalungun, Kantor Perwakilan Bawang Merah Baru Bara dan Bank Indonesia 8 Asahan Pematangsiantar 9 Cabai Merah Pematangsiantar 10 LED Songket Batu Bara 11 Cabai Merah Tapanuli Utara Kantor Perwakilan Pertanian 12 Bank Indonesia Terintegrasi Mandailing Natal 13 Sibolga Padi Tapanuli Selatan 14 Bawang Merah Samosir Selain itu Bank Indonesia juga melakukan peningkatan akses keuangan UMKM dalam bentuk technical assistance, berupa fasilitasi pameran, seminar, serta studi banding. Di sisi lain, untuk mendorong pengembangan potensi ekonomi lokal, Bank Indonesia juga melakukan pengembangan yang terkonsentrasi di satu daerah dengan focus pada komoditi tertentu. Pada periode 2017, Bank Indonesia mengembangkan produk turunan sapu lidi berbasis ekspor di daerah Besitang, Kabupaten Langkat. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 56

75 BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH ULOS RONDANG-RONDANG Kondisi perekonomian Sumatera Utara yang mengalami perbaikan pertumbuhan didukung oleh penyelenggaraan sistem pembayaran yang aman dan lancar. Penyediaan uang kartal berjalan sesuai dengan kebutuhan dengan kualitas yang terjaga. Transaksi uang kartal di Sumatera Utara pada triwulan III 2017 menunjukkan net inflow ke Bank Indonesia sebesar Rp6,98 triliun, dibandingkan net outflow sebesar Rp0,36triliun pada triwulan sebelumnya. Pola aliran uang masuk dan keluar tersebut masih sesuai dengan pola historisnya. Perbaikan geliat ekonomi juga didukung oleh kelancaran sistem pembayaran non tunai. Transaksi non tunai Sumatera Utara relatif meningkat baik dari sisi nominal maupun volume. Secara nominal, transaksi RTGS meningkat sebesar 0,24% pada triwulan berjalan, sementara volumenya terkontraksi 53,71%, namun meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, nominal transaksi menggunakan SKNBI juga tumbuh 5,5% (yoy). PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 57

76 5.1 Gambaran Umum Sistem Pembayaran Provinsi Sumatera Utara mencatatkan net inflow 4 (pemasukan) pada triwulan III Volume penyetoran uang kartal ke perbankan meningkat 61,5% jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut merupakan dampak normalisasi aktivitas perekonomian pasca Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Angka ini sejalan dengan terjadinya peningkatan dana pihak ketiga pada perbankan di wilayah Sumatera Utara pada Triwulan III Volume penarikan triwulan III 2017 mencapai 46,7% menunjukkan aktivitas perekonomian Sumatera Utara yang masih melambat sejak triwulan I Berbeda dengan transaksi tunai, transaksi non tunai Sumatera Utara meningkat baik dari sisi nominal maupun volume. Secara nominal, transaksi RTGS meningkat 43,78% (yoy) pada triwulan berjalan sementara volumenya tumbuh 29,64% dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun berbeda dengan SKNBI, nominal transaksi terkontraksi -20,01% (yoy) pada triwulan III 2017, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -39,78% (yoy). 5.2 Sistem Pembayaran Non Tunai Perkembangan Transaksi RTGS BI-RTGS merupakan sistem yang digunakan untuk transaksi, penatausahaan surat berharga dan setelmen dana yang dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. BI-RTGS merupakan muara dari keseluruhan transaksi keuangan yang dilakukan di Indonesia. Sumber: KPw BI Prov. Sumut Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Transaksi RTGS-BI Sumatera Utara meliputi keseluruhan transaksi dana masuk (incoming) dan dana keluar (outgoing) di wilayah Sumatera Utara. Secara nilai, transaksi RTGS Sumatera Utara pada triwulan III 2017 mencapai Rp92,37 triliun atau tumbuh 43,78% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 74,63% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, jumlah warkat yang ditransaksikan juga meningkat meski lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari keseluruhan transaksi yang dilakukan, 98,8% transaksi outgoing dilakukan di Kota Medan dan hanya 0,01% transaksi yang berasal dari Tebing Tinggi dan 0,002% dari Karo. Dominasi transaksi di kota Medan diperkirakan berkaitan dengan masih terpusatnya aktivitas ekonomi Sumatera Utara di kota tersebut. Kabupaten/Kota Volume Nilai DELI SERDANG KARO MEDAN TEBING TINGGI SUMATERA UTARA 6 1,242,648, ,211,358, ,819 30,446,573,364, ,680,800, ,924 30,544,708,172, Sumber: KPw BI Prov. Sumut Grafik 5.2 Transaksi Outgoing Perkembangan Transaksi SKNBI Selain BI-RTGS, transaksi non tunai yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 58

77 Indonesia Provinsi Sumatera Utara adalah Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia. Transaksi kliring mencakup kliring kredit dan kliring debet di Kota Medan, Tebing Tinggi dan Kabanjahe. Transaksi yang diproses oleh SKNBI meliputi kumulasi data keuangan elektronik transaksi card based melalui mesin EDC (kartu kredit dan kartu debet) dan transaksi paper based (cek, bilyet giro dan nota debet). Sumber: KPw BI Prov. Sumut Grafik 5.3 Perkembangan Outflow Inflow Uang Kartal Rata-rata jumlah warkat kliring pada triwulan III tahun 2017 mencapai lembar warkat per hari. Rata-rata jumlah warkat terus mengalami penurunan dari rata-rata transaksi Triwulanan I tahun 2017 yang mencapai lembar warkat per hari dan triwulan II 2017 yang mencapai lembar warkat per hari. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, transaksi menggunakan kliring mencatatkan penurunan volume warkat. (Grafik 5.2). Secara spasial, mayoritas transaksi kliring di Sumatera Utara dilakukan di Kota Medan dengan share mencapai 92,97% dari total transaksi Sumatera Utara. Sedangkan transaksi kliring di Tebing Tinggi dan Kabanjahe masing-masing hanya mencapai 5,6% dan 1,4%. Namun secara rata-rata nominal, Kaban Jahe menjadi wilayah dengan nominal transaksi rata-rata tertinggi yang mencapai Rp ,-/warkat, diikuti oleh Tebing Tinggi sebesar Rp ,-/warkat dan Medan sebesar Rp ,-/warkat. 5.3 Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan sistem pembayaran tunai meliputi rencana pencetakan, distribusi sampai dengan pemusnahan. Tujuan akhirnya adalah memenuhi kebutuhan uang Rupiah dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai dan kondisi yang layak edar. Transaksi uang kartal triwulan III 2017 di Sumatera Utara mencatat net inflow sebesar Rp6,98 triliun dibandingkan net outflow sebesar Rp0,36 triliun pada triwulan sebelumnya. Pola aliran uang masuk dan keluar system perbankan pada umumnya mengikuti kebutuhan masyarakat. Penarikan rupiah pada triwulan III tahun 2017 menurun menjadi Rp3,04 triliun dari Rp6,53 triliun, sedangkan, nominal penyetoran meningkat dari Rp6,17 triliun di triwulan sebelumnya menjadi Rp10,03 triliun pada triwulan laporan. Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh pola seasonalnya karena berakhirnya puncak konsumsi masyarakat pada saat Ramadhan dan Lebaran. Sumber: KPw BI Prov. Sumut Grafik 5.4 Inflow/Outflow Sumatera Utara Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 59

78 5.4 Pengelolaan Kelancaran Sistem Pembayaran Penanganan Uang Tidak Asli Uang Rupiah yang beredar di masyarakat terusmenerus dijaga kualitasnya oleh Bank Indonesia. Uang Rupiah perlu dijaga kualitasnya agar uang yang beredar dalam kondisi baik dan layak sehingga masyarakat nyaman dalam menggunakan uang Rupiah sehari-hari. Uang Rupiah memiliki ciri-ciri berupa tanda-tanda tertentu yang bertujuan mengamankan uang Rupiah dari upaya pemalsuan. Secara umum, ciri ciri keaslian uang Rupiah dapat dikenali dari unsur pengaman yang tertanam pada bahan uang dan teknik cetak yang digunakan. Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengklarifikasi keaslian rupiah. Sampai dengan triwulan laporan, terdapat lembar rupiah yang diragukan keasliannya. Temuan tersebut didapat dari masyarakat maupun setoran Bank. (Grafik 5.7). Jumlah temuan didominasi oleh Uang Pecahan Besar (UPB) yang mencapai 97,4%. Grafik 5.6 Laporan Klarifikasi Upal Masyarakat memliki peran besar dalam memutus mata rantai kejahatan pemalsuan uang Rupiah, diantaranya dengan melaporkan dugaan tindak pidana pemalsuan yang dialami atau diketahui kepada Polisi. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara bekerja sama dengan Kepolisian Daerah Sumatera Utara senantiasa melakukan koordinasi terkait penanganan uang palsu seperti Dugaan Pelanggaran Kewajiban Penggunaan Uang Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Dugaan Tindak Pidana terhadap Uang Rupiah. Kegiatan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah terus dilakukan dalam meningkatkan pemahaman masyarakat akan keaslian uang Rupiah Penyediaan Uang Rupiah Sebagaimana amanat Undang-Undang Mata Uang Nomor 11 Tahun 2011 bahwa Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diberikan wewenang untuk mengedarkan uang Rupiah kepada masyarakat. Sehubungan dengan kewenangan Bank Indonesia dalam mengedarkan uang Rupiah kepada masyarakat, Bank Indonesia selalu berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat, baik dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar (clean money policy). Kegiatan pengedaran uang kepada masyarakat dilakukan melalui layanan kas kepada bank umum maupun masyarakat. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui penerimaan setoran dan pemenuhan kebutuhan uang Rupiah. Sedangkan kepada masyarakat dilakukan melalui penukaran uang secara langsung melalui loket-loket penukaran uang di seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia atau melalui kegiatan kas keliling, baik kas keliling dalam kota maupun luar kota. Bank Indonesia selalu berupaya melakukan layanan kas dan distribusi uang Rupiah baik di dalam kota maupun di daerah perbatasan dan/atau terpencil dari kedudukan Bank Indonesia. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara selalu berupaya meningkatkan layanan kas guna memenuhi kebutuhan uang Rupiah layak edar kepada masyarakt Provinsi Sumatera Utara. Pemenuhan uang Rupiah selama ini telah dilakukan yaitu melalui kegiatan penarikan bank, setoran bank, penukaran, dan kas keliling. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara melakukan kegiatan kas PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 60

79 keliling sebanyak 14 kali pada triwulan III 2017 yang meliputi Besitang, Perbaungan, Sei Rampah, Teluk Mengkudu, Sidikalang, Stabat, P. Brandan, P. Susu, Pulau Kampai, Bahorok, Sei Bingei, Sumbul, Pakpak Bharat, Galang, Dolok Masihul, Indra Pura, Pasar Sukarami, Pasar Petisah, Berastagi, Laubalang, Kutacane. Namun dari keseluruhan layanan kas yang telah dilakukan belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan uang Rupiah kepada masyarakat. Selain itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara juga memenuhi kebutuhan uang masyarakat di daerah melalui kas titipan di Kabanjahe (BRI, BNI, Bank Sumut, Bank Mandiri, BSM) dan Tebing Tinggi (BRI, BNI, Bank Sumut, Bank Mandiri, BCA, Bank Mestika, Bank Mega, Bank Maybank, Bank Panin, Bank Sinarmas, Bank CIMB Niaga). Kas titipan adalah kegiatan penyediaan uang Rupiah milik Bank Indonesia yang dititipkan kepada salah satu bank untuk mencukupi persediaan kas bank-bank dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah/daerah tertentu. Pada kegiatan kas titipan terdapat 2 (dua) pihak yang bekerjasama dengan Bank Indonesia yaitu Bank Pengelola dan Bank Peserta. Bank Pengelola adalah kantor bank yang disetujui oleh Bank Indonesia sebagai pengelola kas titipan di suatu wilayah dan yang menggunakan kas titipan. Bank Peserta adalah bank yang menggunakan kas titipan. Bank Pengelola melakukan pengelolaan kas titipan untuk dan atas nama Bank Indonesia dengan memenuhi persyaratan layanan antara lain memenuhi kebutuhan jumlah nominal penarikan uang dari Bank Peserta, melakukan penukaran uang kepada masyarakat, dan melakukan kas keliling. Kas titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara terdapat di 2 kabupaten/kota yaitu Tebing Tinggi dan Kaban Jahe dengan 1 (satu) kabupaten masih dalam proses perizinan. 5.5 Pemeriksaan Kegiatan Penukaran Valuta Asing Dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah serta menjaga kelangsungan eknomi nasional, dibutuhkan dukungan pasar keuangan termasuk pasar valuta asing domestik yang sehat. Untuk mewujudkan pasar valuta asing domestik yang sehat, perlu dilakukan penyelarasan pengaturan transaksi valuta asing terhadap Rupiah antara penyelenggara kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank (KUPVA BB) dengan pihak lain dengan ketentuan Bank Indonesia. Bank Indonesia mengatur mengenai transaksi valuta asing terhadap Rupiah antara Bank dengan pihak domestik dan transkasi valuta asing terhadap Rupiah antara Bank dengan pihak asing. Hal ini dilakukan untuk mencegah KUPVA BB dimanfaatkan untuk pencucian uang, pendanaan terorisme, atau kejahatan lainnya dan meningkatkan profesionalisme penyelenggara KUPVA BB dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/15/PBI/2014 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank, pengawasan terhadap KUPVA BB atau dapat disebut juga Penyelenggara dilakukan oleh Bank Indonesia. Objek pengawasan Bank Indonesia adalah perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas bukan bank yang melakukan KUPVA (money changer) dan telah memperoleh izin sebagai Penyelenggara dari Bank Indonesia. Pengawasan terhadap Penyelenggara mencakup pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung antara lain dilakukan melalui pemeriksaan secara umum dan/atau khusus terhadap Penyelenggara. Pengawasan tidak langsung antara lain dilakukan melaui kegiatan analisis terhadap laporan, keterangan, dan penjelasan yang disampaikan oleh Penyelenggara dan/atau sumber atau pihak lain. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 61

80 Jumlah KUPVA BB yang telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia di wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2017 sebanyak 55 KUPVA. Sementara itu, masih terdapat 1 (satu) KUPVA yang masih dalam proses perizinan Bank Indonesia. Nominal transaksi beli pada triwulan III 2017 tercatat meningkat dari Rp 306,61 miliar menjadi Rp 307,12 miliar atau sebesar 0,17% (qtq). Untuk transaksi jual terjadi kenaikan dari Rp 308,60 miliar menjadi Rp 309,81 miliar atau sebesar 0,39% (qtq). 5.6 Pengawasan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) Dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah serta menjaga kelangsungan ekonomi nasional, dibutuhkan dukungan pasar keuangan termasuk pasar valuta asing domestik yang sehat. Untuk mewujudkan pasar valuta asing domestik yang sehat, selain mengatur transaksi valuta asing terhadap rupiah antara perbankan dengan pihak domestik maupun asing, perlu dilakukan pengaturan transaksi valuta asing terhadap Rupiah antara penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) dengan pihak lain dalam ketentuan Bank Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mencegah KUPVA BB dimanfaatkan untuk pencucian uang, pendanaan terorisme, atau kejahatan lainnya. Selain itu pengaturan juga ditujukan untuk meningkatkan profesionalisme penyelenggara KUPVA BB dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/15/PBI/2014 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank, pengawasan terhadap KUPVA BB atau dapat disebut juga Penyelenggara dilakukan oleh Bank Indonesia. Objek pengawasan Bank Indonesia adalah perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas bukan bank yang melakukan KUPVA (money changer) dan telah memperoleh izin sebagai Penyelenggara dari Bank Indonesia. Pengawasan terhadap Penyelenggara mencakup pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung antara lain dilakukan melalui pemeriksaan secara umum dan/atau khusus terhadap Penyelenggara. Pengawasan tidak langsung antara lain dilakukan melalui kegiatan analisis terhadap laporan, keterangan, dan penjelasan yang disampaikan oleh Penyelenggara dan/atau sumber/pihak lain. Jumlah KUPVA BB yang telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia di wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2017 sebanyak 55 KUPVA. Nominal transaksi beli pada triwulan III 2017 tercatat meningkat dari Rp 306,61 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi Rp 307,12 miliar atau sebesar 0,17% (qtq). Untuk transaksi jual terjadi kenaikan dari Rp 308,60 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi Rp 309,81 miliar atau sebesar 0,39% (qtq). 5.7 Pengawasan Penyelenggaraan Transfer Dana (PTD) Transfer Dana merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dengan perintah dari pengirim asal yang bertujuan memindahkan sejumlah dana kepada penerima yang disebutkan dalam perintah transfer dana sampai dengan diterimanya dana oleh penerima. Dalam rangka mendukung keamanan dan kelancaran transaksi transfer dana serta memberikan kejelasan pengaturan hak dan kewajiban bagi pihak yang terkait dalam penyelenggaraan kegiatan transfer dana, Bank Indonesia mengatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaan antara lain meliputi ketentuan mengenai tata cara dan proses perizinan, penyelenggaraan transfer dana, dan penyampaian laporan oleh penyelenggara. Badan usaha yang berbadan hukum Indonesia bukan bank yang melakukan penyelenggaraan kegiatan transfer dana wajib memperoleh izin dari Bank Indonesia. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 62

81 Pada triwulan III 2017, dana yang masuk ke wilayah Sumatera Utara melalui PTD lebih besar dibanding dana yang keluar sehingga terjadi kondisi net inflow, sebagaimana yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Dana masuk terbesar berasal dari Malaysia (98,92%) diikuti oleh Singapura (1,08%).Hal ini menunjukkan kondisi transfer dana dari pekerja TKI yang berada di luar masih cukup tinggi dan lebih besar dibandingkan dengan pengiriman uang keluar dari Sumatera Utara melalui PTD. Namun demikian, net inflow triwulan III 2017 Sumatera Utara tercatat turun sebesar -15,84% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan kondisi net inflow uang kartal sebagaimana disebutkan sebelumnya. 5.8 Program Elektronifikasi Penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik yang dilakukan masyarakat Indonesia relatif masih rendah. Jika dibandingkan dengan kondisi geografi dan jumlah populasi yang cukup besar, masih terdapat potensi yang cukup besar untuk perluasan penggunaan instrumen non tunai. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, pelaku bisnis dan juga lembagalembaga pemerintah untuk menggunakan sarana pembayaran non tunai dalam melakukan transaksi keuangan yang mudah, aman dan efisien, maka dicanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Kegiatan ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesempahaman antara Bank Indonesia dengan Kementerian Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Pemerintah Daerah serta Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia pada tanggal 14 Agustus GNNT memberikan manfaat kepada masyarakat antara lain praktis untuk digunakan sehingga tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar, meningkatkan akses masyarakat ke sistem pembayaran, membantu usaha pencegahan dan identifikasi kejahatan kriminal, menekan biaya pengelolaan uang Rupiah dan cash handling, dan transaksi tercatat secara lebih lengkap sehingga perencanaan lebih akurat. GNNT sebagai bagian dari Strategi Nasional Keuangan Inklusif, memiliki 3 (tiga) program prioritas yaitu elektronifikasi penyaluran bantuan sosial, perluasan elektronifikasi transaksi penerimaan dan pembayaran, serta pengembangan ekosistem GNNT melalui LKD dan UE. Program elektronifikasi penyaluran bantuan sosial yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara meliputi monitoring penyaluran bantuan sosial non tunai Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Sesuai dengan arahan Presiden RI mengenai transformasi penyaluran bantuan sosial (bansos) secara non tunai dalam Rapat Kabinet Terbatas tanggal 26 April 2016 menegaskan bahwa setiap penyaluran bansos akan dilakukan dalam bentuk non tunai melalui sistem perbankan dan diintergrasikan dalam satu kartu (Kartu Kombo/Kartu Keluarga Sejahtera). Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu lokasi penyaluran bansos non tunai Kemensos sehingga Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara ikut melaksanakan monitoring penyaluran bansos non tunai. Program yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara dalam rangka pengembangan dan perluasan elektronifikasi melibatkan pondok pesantren dan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda). Program elektronifikasi di lingkungan pondok pesantren sebagai bentuk implementasi transaksi non tunai dilakukan dengan pembukaan agen LKD di Pesantren Hidayatullah. Koordinasi dengan Pemda setempat merupakan bentuk sosialisasi dan evaluasi perluasan elektronifikasi. Kegiatan tersebut sesuai dengan Roadmap Elektronifikasi yang disepakati dengan Pemda yang akan dilaksanakan hingga Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara memfasilitasi Pemda dan pelaku industri dalam menyusun layanan pembayaran tunai yang dapat dimigrasikan menjadi non tunai. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 63

82 5.9 Layanan Keuangan Digital (LKD) Layanan Keuangan Digita 5 l merupakan layanan keuangan berbasis uang elektronik dimana masyarakat dapat menikmati layanan seperti tarik tunai, transfer, menabung dan sejumlah layanan pembayaran tanpa harus datang ke kantor bank. Program LKD dilaksanakan Bank Indonesia bekerjasama dengan perbankan agar masyarakat yang bermukim jauh dari kantor bank tetap dapat menikmati layanan keuangan tanpa harus mendatangi kantor bank yang menyita waktu, tenaga dan biaya. Layanan Keuangan Digital dapat dilakukan oleh Agen LKD Individu dan Bank dengan Agen LKD Berbadan Hukum. Agen LKD Individu adalah peseorangan atau badan usaha yang tidak berbadan hukum yang bekerjasama dengan Penerbit dan bertindak untuk dan atas nama Penerbit dalam memberikan LKD dalam lingkup terbatas. Khusus untuk implementasi LKD menggunakan agen LKD individu, saat ini hanya diperuntukkan bagi bank BUKU 4. Saat ini 2 (dua) bank di Sumatera Utara yang memperoleh izin untuk melaksanakan LKD antara lain Bank Rakyat Indonesia dan Bank Mandiri. Kedua bank tersebut telah memiliki izin dari Bank Indonesia sejak tahun Jumlah LKD di Sumatera Utara terus mengalami kenaikan. Saat ini, agen LKD Sumatera Utara mencapai angka agen pada September 2017 atau tumbuh 49,06% (yoy) dan 29,37% (ytd). Jika dibandingkan triwulan sebelumnya jumlah agen LKD tercatat mengalami kenaikan sebesar 48,55% (qtq). Kenaikan agen LKD terjadi di hampir 33 kabupaten/kota Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Nias Selatan (dari 125 agen menjadi 202 agen, 80% mtm) diikuti Kabupaten Nias dari (25 agen menjadi 45 agen, 61,60% mtm). Sementara penurunan jumlah LKD terjadi di 4 (empat) kabupaten/kota terutama di Kota Pematangsiantar (dari 122 agen menjadi 114 agen, -6,56% mtm) dan Kota Sibolga (dari 48 agen menjadi 46 agen, -4,17% mtm). Secara tahunan (yoy), seluruh kabupaten/kota mengalami peningkatan jumlah agen dimana Kabupaten Madiun mengalami pertumbuhan jumlah agen tertinggi (2000%, yoy) yakni dari 1 menjadi 21 agen. Daerah dengan jumlah agen terbanyak berada di Kota Medan sebanyak agen, meningkat sebesar 11,76% (yoy). Sementara daerah dengan jumlah agen terendah berada di Kabupaten Nias Utara sebanyak 1 agen, tidak mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan jumlah agen ini diiringi peningkatan jumlah pemegang uang elektronik (U-Nik) yang telah mencapai pengguna pada September 2017, tumbuh 0,77% (yoy). Sementara itu, jumlah U-Nik lebih banyak dibanding jumlah pemegang U-Nik mencapai kartu, dengan nilai nominal mencapai Rp75,85 juta. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, peningkatan jumlah pemegang U-Nik maupun jumlah U-Nik tertinggi terjadi di Kota Binjai, yakni dari 3 menjadi 11 pemegang U-Nik dan 11 jumlah U-Nik. Sementara penurunan terjadi di beberapa kabupaten/kota Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Nias Selatan dengan jumlah pemegang U-Nik dan jumlah U-Nik turun dari 1 menjadi 0. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 64

83 Kabupaten Karo yang memiliki jumlah pemegang U-Nik dan jumlah U-Nik terbesar mencapai pemegang, meningkat 0,33% (yoy). Sedangkan jumlah terendah dimiliki oleh Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Nias sebanyak 1 pemegang U-Nik. Hingga triwulan III 2017 terdapat 18 kabupaten/kota di wilayah Sumatera Utara yang tidak memiliki pemegang U-Nik PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 65

84 BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ULOS SADUM TARUTUNG Kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara membaik seiring dengan perbaikan ekonomi pada periode laporan. Perbaikan tersebut tercermin dari peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) periode Agustus sebesar 6.0% (yoy) dan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka. Perbaikan kondisi ketenagakerjaan tersebut belum diikuti oleh membaiknya tingkat kesejahteraan khususnya petani yang tercermin dari penurunan NTP Sumatera Utara. Sementara itu, NTP subsektor perikanan yang masih berada di atas 100 yang menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan yang cukup baik. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 66

85 6.1 Ketenagakerjaan Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Utara membaik seiring dengan perbaikan perekonomian Sumut di triwulan III. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk bekerja, menurunnya tingkat pengangguran terbuka, dan meningkatnya penduduk yang bekerja diatas jam kerja normal. Pada Agustus 2017 jumlah angkatan kerja meningkat 6.0% atau bertambah 375 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perbaikan tersebut juga diikuti dengan menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka dari sebelumnya 5,8% menjadi 5,6% (grafik 6.1) serta meningkatnya penduduk yang bekerja diatas jam kerja normal (full time worker), mencapai 69,92% lebih besar dibandingkan Agustus 2016 sebesar 68,76%. Sesuai dengan karakteristik daerah, sektor pertanian masih menjadi sektor yang paling dominan dalam penyerapan tenaga kerja (37,75%), meski dalam porsi yang terus menurun selama 4 tahun terakhir. Diikuti dengan sektor perdagangan (22,2%) dan Jasa Kemasyarakatan (17,3%). Berbeda dengan sektor pertanian, proporsi tenaga kerja di serapan tenaga kerja sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan serta sektor industri justru secara konsisten menunjukkan peningkatan sejak tahun Hal ini mengindikasikan semakin menggeliatnya sektor sekunder dan tersier yang memberi dampak terhadap perluasan kesempatan kerja pada sektor tersebut Partisipasi Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Sumatera Utara Agustus 2017 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, bahkan lebih tinggi dari rata-rata TPAK selama 4 tahun terakhir, yaitu sebesar 68,8%. Peningkatan tersebut disinyalir akibat adanya perubahan preferensi penduduk usia kerja dari sebelumnya mengurus rumah tangga menjadi bekerja. Selain perubahan preferensi, bertambahnya penduduk yang bekerja juga mengindikasikan kesempatan kerja yang mulai meningkat.. Sumber : BPS Grafik 6.2 Proporsi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Sumber : BPS, diolah Grafik 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumut Sektoral Triwulan III Sumber : BPS Grafik 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan TPT Secara spasial serapan tenaga kerja sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan & perikanan paling banyak berada di daerah Kepulauan Nias, Humbang Hasundutan, Pakpak Barat, Dairi, dan Karo. Sementara serapan tenaga kerja di sektor industri paling banyak di Medan, Tebing Tinggi, Binjai, Batubara, Asahan, Serdang Bedagai dan Pematang Siantar. Sesuai KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 67

86 karakteristik wilayahnya, tenaga kerja di sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi paling banyak terserap di wilayah Sibolga, Pematang Siantar, Tebing Tinggi dan Medan. Sumber : BPS (diolah) Tabel Kabupaten/Kota dengan Proporsi Serapan Tenaga Kerja Terbesar Periode Agustus 2017 Peran sektor informal 6 masih mendominasi dalam struktur ketenagakerjaan Sumut. Proporsi tenaga kerja informal di Sumut mencapai 58% atau sebanyak 3,6 juta orang terdiri dari tenaga kerja yang berusaha sendiri (34,2%), berusaha dibantu buruh tidak tetap (26,1%), pekerja bebas (14,4%) dan pekerja keluarga (25,3%). Banyaknya tenaga kerja di sektor informal Banyaknya serapan tenaga kerja pada sektor informal diperkirakan karena dampak dari rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja di Sumut. Selain itu, sektor informal juga menyediakan lapangan kerja yang lebih banyak dan relatif tidak memerlukan keterampilan yang tinggi (non skill) sehingga mudah diakses oleh seluruh kalangan masyarakat. Namun demikian dalam satu tahun terakhir ( ), proporsi tenaga kerja di sektor formal menunjukkan peningkatan, tumbuh lebih tinggi dibandingkan sektor informal. Jumlah tenaga kerja formal di Sumut pada periode Agustus mencapai 2,6 juta orang, bertambah 216 ribu orang. Pekerja formal terdiri dari tenaga kerja berusaha dibantu buruh tetap (8,3%) dan buruh/karyawan/pegawai(91,7%). Meningkatnya jumlah tenaga kerja di sektor formal secara absolut disebabkan oleh kenaikan pada komponen buruh/karyawan/pegawai sebanyak 278 ribu orang atau meningkat 12,8% (yoy). Adanya pergeseran serapan tenaga kerja dari sektor informal ke sektor formal terindikasi sejalan dengan berkurangnya serapan tenaga kerja di sektor pertanian yang beralih ke sektor perdagangan, sektor industri dan sektor jasa. LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA Aug-15 Aug-16 Aug-17 Sumber : BPS (diolah) Tabel 6.2 Lapangan Pekerjaan Utama % Sektor Formal 2,475 2,398 2, % Berusaha dibantu buruh tetap % Buruh/Karyawan/Pegawai 2,310 2, % Sektor Informal 3,697 3,593 3, % Berusaha sendiri 1, % Berusaha dibantu buruh tidak tetap % Pekerja bebas % Pekerja keluarga 1,057 1, % JUMLAH 6,172 5,991 6, % Proporsi Formal 40.1% 40.0% 42.0% - Proporsi Informal 59.9% 60.0% 58.0% - Sumber : BPS, diolah Grafik 6.3 Proporsi Tenaga Kerja Berrdasarkan Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikannya, tenaga kerja di Sumut masih didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan rendah (SMP kebawah) dengan porsi 51%, meski dengan porsi yang relatif menurun. Rendahnya pendidikan penduduk usia kerja tersebut menyebabkan serapan tenaga 68 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

87 kerja masih terkonsentrasi pada lapangan kerja unskilled seperti sektor pertanian dan sektor informal. Namun demikian, proporsi tenaga kerja jenjang diploma dan universitas yang mengalami kenaikan pada satu tahun terakhir diharapkan dapat menjadi faktor pendorong perbaikan ekonomi Sumut ke depan. Secara rinci, jumlah tenaga kerja yang berpendidikan SMP kebawah tercatat sebanyak 3,2 juta orang (51%), SMA sebanyak 1,5 juta orang (24,8%), SMK sebanyak 790 ribu orang (11,8%), dan Diploma-Universitas sebanyak 791 ribu orang (12,4%) Pengangguran Seiring dengan membaiknya perekonomian pada triwulan III, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sumatera Utara periode Agustus 2017 menurun. Meski jumlah pengangguran di Sumatera Utara secara absolut bertambah 5000 orang dari semula 372 ribu orang pada Agustus 2016 menjadi 377 ribu orang pada Agustus 2017, namun Tingkat Pengangguran Terbuka Sumatera Utara sedikit menurun dari 5,8% menjadi 5,6%. Membaiknya TPT di Sumut didorong oleh penambahan ketersediaan lapangan kerja, seperti berkembangnya perdagangan ritel mini market, terutama di kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Kota Binjai. Di sisi lain, pembangunan beberapa ruas jalan tol yang ditargetkan selesai pada 2017, seperti Jalan Tol Medan Binjai Medan Deli Serdang - Serdang Bedagai - Tebing Tinggi, mendorong serapan buruh/tenaga kerja di sektor konstruksi dan jasa yang cukup agresif. Sumber : BPS, diolah Grafik 6.4 TPT Sumut dan Nasional Periode Agustus Secara spasial, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang relatif tinggi justru terjadi di wilayah kabupaten/kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi relatif baik di Sumatera Utara. Kota Tebing Tinggi, Medan, Sibolga dan Pematang Siantar memiliki rasio TPT tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Sumatera Utara. Tingginya tingkat pengangguran didaerah tersebut disinyalir karena pertumbuhan ekonomi yang belum optimal dalam mendorong kesempatan kerja. Dalam hal ini umumnya tenaga kerja di kota besar dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan lapangan pekerjaan. Sehingga ketidaksesuaian antara ketersediaan tenaga kerja dan lapangan kerja mendorong rasio pengangguran yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terkait Kesempatan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan, yang menghasilkan bahwa tingkat kesempatan kerja kota Medan bersifat inelastis terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan sebesar 1% hanya membuka kesempatan kerja 0,207% KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

88 Sumut Grafik 6.5 TPT Menurut Kabupaten/Kota Agustus 2017 Sejalan dengan penurunan TPT, ekspektasi penghasilan meningkat. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan saat ini yang memandang optimis, meski tidak sebaik periode sebelumnya. Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara, indeks penghasilan saat ini tercatat optimis meski dalam level yang menurun, dari 119 menjadi menjadi 116,2 Penurunan optimisme tersebut diperkirakan karena adanya kenaikan harga bahan makanan seperti cabai merah, bawang merah dan ikanikanan, yang menjadi komoditas utama mayoritas masyarakat di Sumatera Utara. Pada periode mendatang, responden memandang optimis adanya peningkatan penghasilan, yang tercermin dari peningkatan indeks ekspektasi penghasilan. Hal ini mengindikasikan adanya optimisme perbaikan ekonomi yang berdampak pada peningkatan ketersediaan lapangan kerja. Menurunnya TPT juga sejalan dengan indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini yang tercata meningkat pada periode laporan. Indeks Ketersediaan lapangan Kerja Saat Ini menunjukkan tren peningkatan dari 97,3 menjadi 104,9 sejalan dengan perbaikan ekonomi pada triwulan laporan. Ke depan, optimisme akan ketersediaan lapangan pekerjaan diperkirakan tetap dalam tren yang meningkat. Meski demikian, responden memandang akan adanya penurunan ketersediaan lapangan pekerjaan pada periode Oktober yang kemudian diperkirakan membaik hingga akhir tahun. Penurunan optimisme pada bulan oktober diperkirakan karena (1) Mulai menurunnya harga komoditas CPO, (2) Masih belum optimalnya penyerapan CPO domestik terkait mandatori biodiesel; dan (3) Perbaikan perekonomian belum kuat. Sumber : Survei Konsumen KPw BI Sumut Grafik 6.7 Indeks Kondisi dan Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja Sejalan dengan indeks ekspektasi penghasilan dan ketersediaan tenaga yang meningkat, Indeks Ekspektasi Ekspektasi Konsumen (IEK), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), maupun Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) juga menunjukan tren yang meningkat. Peningkatan optimisme konsumen yang telah terjadi sejak triwulan II 2016 mengindikasikan ekspektasi perbaikan ekonomi Sumatera Utara. Grafik 6.6 Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 70

89 Grafik 6.8 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen serta Kondisi Ekonomi 6.2 Kesejahteraan Kesejahteraan Petani Tingkat kesejahteraan petani pada triwulan III menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumatera Utara. NTP Sumatera Utara menurun 0,69 persen dari triwulan sebelumnya, yaitu dari 99,5 menjadi 98,9. Penurunan tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima (It) 8 lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar (Ib). Indeks diterima tercatat (It) naik 1,2% sementara indeks yang dibayar (Ib) naik 2,1%. Sumber: BPS Sumatera Utara Grafik 6.9 NTP Sumatera Utara Indeks harga yang diterima (It) petani menggambarkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan oleh petani. Nilai It petani di Sumatera Utara pada triwulan ini sebesar 128,66, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 127,46, atau meningkat 2,1%. Kenaikan Indeks harga yang diterima diperkirakan didukung oleh kenaikan harga Harga Gabah Kering Giling (GKG) baik di level petani maupun penggilingan. Selain itu masih baiknya komoditas utama mendorong kenaikan It pada periode laporan. Sementara itu, Indeks Harga yang dibayar (It) petani menggambarkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada triwulan III 2017, Ib petani meningkat menjadi 130,15 dari triwulan sebelumnya 128,05, atau meningkat 2,1%. Kenaikan tersebut salah satunya didorong oleh tingginya inflasi pedesaan Sumatera Utara seiring dengan peningkatan harga hampir di seluruh kelompok yaitu bahan makanan, makanan jadi, sandang, kesehatan dan transportasi. Secara spasial, inflasi pedesaan Sumatera Utara tercatat paling tinggi dibandingkan 9 provinsi lainnya di Sumatera. Dengan demikian, kanaikan Ib yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan It, mendorong nilai NTP Sumatera Utara lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Berdasarkan sektor ekonomi, rendahnya NTP Sumatera Utara disebabkan rendahnya NTP beberapa sektor, diantaranya subsektor Tanaman Pangan (NTPP), NTP subsektor Hortikultura (NTPH), NTP subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR), dan NTP Pembudidaya Ikan (NTPi) yang tercatat dibawah 100. Penurunan NTP pada periode laporan disebabkan oleh turunnya NTP pada subsektor Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 2,2%, 71 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

90 subsektor Hortikultura (NTPH) sebesar 1,9%, subsektor Perikanan (NTPN) sebesar 0,6%. Hal ini sejalan dengan belum optimalnya kinerja subsektor tanaman pangan dan hortikultura pada periode berjalan. Penurunan Harga Gabah Kering Panen (GKP) menjadi salah satu penyebab menurunnya NTP, ditengah kenaikan beberapa harga bahan makanan dan faktor input produksi. Sementara itu, NTP subsektor perkebunan (NTPR) dan peternakan (NTPT) tercatat meningkat seiring dengan masih baiknya harga komoditas, sehingga dapat menahan penurunan NTP yang lebih dalam. Tabel 6.3 NTP Subsektor Provinsi Sumatera Utara NTP Subsektor Perubahan % I II III IV I II III Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP) Hortikultura (NTPH) Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Peternakan (NTPT) Perikanan (NTNP) Sumber : BPS Sumatera Utara Secara spasial, NTP beberapa provinsi di kawasan Pulau Sumatera tercatat menurun dibandingkan triwulan II 2017, kecuali Sumatera Selatan. Penurunan terbesar terjadi di provinsi Riau dan Sumatera Utara masing-masing sebesar -0,9% dan -0,7%. Sementara itu, Provinsi di Pulau Sumatera dengan NTP di atas 100 adalah Provinsi Riau (101,7) dan Lampung (106). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani di Sumatera masih relatif rendah. Sementara itu, secara Nasional NTP berada di atas angka 100 yaitu 102,2 dan kecenderungan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya Kesejahteraan Nelayan Nilai tukar nelayan perikanan (NTNP) merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur indeks kesejahteraan nelayan. Pada triwulan III 2017 tercatat indeks NTNP Sumatera Utara sebesar 102,7 atau menurun sebesar -0,6 dibandingkan dengan posisi triwulan II Penurunan tersebut didorong oleh kenaikan indeks harga yang dibayar (1,6) lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks yang diterima (0,8). Penurunan NTNP juga didukung oleh penurunan pada Nilai Tukar kelompok Penangkapan Ikan (NTNPi) sebesar -0,9 dari 98,5 pada triwulan II 2017 menjadi 97,7 pada triwulan laporan. Di sisi lain, indeks Nilai Tukar Nelayan kelompok Perikanan Tangkap (NTN) juga mencatatkan penurunan sebesar -0,4, yaitu dari 108,2 menjadi 107,8. Mayoritas peningkatan indeks harga yang dibayar disebabkan oleh peningkatan indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) seiring dengan tingginya inflasi pedesaan Provinsi Sumatera Utara, bahkan tertinggi secara nasional, tercatat inflasi 0,51. Tabel 6.4 Nilai Tukar Nelayan Perikanan Berdasarkan Kelompok Sumber: BPS Sumatera Utara Sumber: BPS Grafik 6.10 NTP Sumatera Utara KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 72

91 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 73

92 BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ULOS SIBOLANG Pada tahun 2017 perekonomian Sumatera Utara diperkirakan melambat dibandingkan tahun Melambatnya perekonomian Sumatera Utara ini disebabkan oleh rendahnya realisasi PDRB di triwulan I 2017 akibat belum optimalnya kinerja sektor pertanian. Namun demikian, permintaan domestik diperkirakan masih cukup kuat ditopang oleh kinerja investasi pembangunan proyek infrastruktur strategis serta terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan rendahnya risiko tekanan inflasi. Memasuki tahun 2018, perekonomian Sumatera Utara diperkirakan akan mengalami perbaikan dan berada pada kisaran 5,0%-5,4%. Peningkatan pertumbuhan ini akan didorong oleh konsumsi pemerintah dan LNPRT seiring dengan pelaksaan PILKADA serentak Dari sisi Inflasi, secara keseluruhan tahun, inflasi Sumatera Utara di tahun 2017 diperkirakan masih berada pada kisaran sasaran inflasi nasional yaitu 4±1%. Penurunan tekanan inflasi terutama didorong oleh penurunan tekanan inflasi volatile food seiring membaiknya pasokan pangan terutama di awal tahun Kondisi tersebut didukung oleh rendahnya tekanan inflasi ini sejalan dengan terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar. Sementara itu, inflasi kelompok administerd prices mengalami peningkatan yang didorong oleh kenaikan biaya pengurusan STNK dan kenaikan tarif listrik. Optimisme tingkat inflasi yang rendah dan stabil diperkirakan akan berlanjut di tahun Inflasi tahun 2018 diperkirakan masih berada dalam sasaran inflasi nasional 3,5±1%. Pencapaian ini diperkirakan didukung oleh rendahnya tekanan inflasi inti dan inflasi administered prices. Pemerintah diperkirakan tidak akan mengambil kebijakan administered prices yang bersifat strategis. Sementara itu, inflasi volatile food diperkirakan akan meningkat terkait dengan terbatasnya produksi. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 74

93 7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Sumatera Utara di keseluruhan 2017 diperkirakan melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu berada dalam rentang 4,8-5,2% (yoy). Melambatnya perekonomian Sumatera Utara ini disebabkan oleh rendahnya realisasi PDRB di triwulan I 2017 akibat belum optimalnya kinerja sektor pertanian. Namun demikian, permintaan domestik diperkirakan masih cukup kuat ditopang oleh kinerja investasi pembangunan proyek infrastruktur strategis serta terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan rendahnya risiko tekanan inflasi. Konsumsi rumah tangga di tahun 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan daya beli masyarakat ini ditopang oleh relatif lebih tingginya harga komoditas di 2017 dibandingkan tahun sebelumnya yang mendorong perbaikan penerimaan ekspor. Selain itu, perbaikan kinerja sektor utama seperti industri pengolahan dan konstruksi juga menopang tingkat penerimaan masyarakat dari sisi sektoral. Optimisme konsumen juga diperkirakan akan meningkat di sisa tahun 2017 seiring dengan perayaan Natal dan tahun baru. Dari sisi pemerintah, konsumsi pemerintah juga diperkirakan akan meningkat dari tahun sebelumnya seiring dengan optimalisasi belanja pemerintah khususnya penyelesaian pembangunan infrastruktur strategis. Selain itu, proses transfer DAU/DAK dari Pemerintah Pusat yang tidak menghadapi kendala juga diperkirakan akan meningkatkan realisasi belanja di sisa akhir tahun Seiring dengan peningkatan belanja pemerintah, kinerja investasi di tahun 2017 juga diperkirakan akan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan investasi terutama akan didorong oleh investasi bangunan seiring dengan gencarnya realisasi proyek infrastruktur strategis nasional seperti pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera dan Pelabuhan Kuala Tanjung. Sementara itu, di sisi swasta, investasi non-bangunan juga diperkirakan akan meningkat. Realisasi proyek infrastruktur yang tepat waktu dan membaiknya kinerja sektor eksternal telah menciptakan persepsi positif akan iklim investasi di Sumatera Utara. Hal tersebut juga diakomodasi oleh reformasi birokrasi yang terus diupayakan oleh pemerintah. Pembiayaan yang memadai juga menunjang realisasi investasi pada periode mendatang. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor di tahun 2017 diperkirakan membaik seiring dengan perbaikan harga komoditas perkebunan yang mencapai kinerja tertingginya di awal tahun 2017 yang disertai dengan mulai menggeliatnya industri manufaktur negara tujuan ekspor utama Sumatera Utara. Memasuki tahun 2018, perekonomian pada triwulan I 2018 diperkirakan masih cukup baik di kisaran 4,8-5,2% (yoy). Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kuatnya permintaan domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal relatif terbatas. Relaksasi perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I 2017 diperkirakan masih terjadi sesuai PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 75

94 dengan historisnya. Puncak periode panen CPO yang terjadi pada triwulan IV disertai dengan harga komoditas perkebunan yang diperkirakan akan kembali menurun memasuki awal tahun 2018 akan menekan kinerja perekonomian Sumatera Utara. Dari sisi konsumsi, daya beli masyarakat diperkirakan masih solid dan cenderung akan meningkat seiring dengan mulai meningkatnya konsumsi LNPRT karena persiapan pilkada pada triwulan ke II Selain itu kenaikan UMP di 2018 juga mendorong tingkat optimisme konsumsi masyarakat. Hal tersebut ditandai dengan hasil survei konsumen Bank Indonesia yang menunjukan bahwa konsumen masih tetap optimis dalam memandang kondisi ekonomi, penghasilan, dan lapangan pekerjaan di awal tahun investasi pemerintah pada periode mendatang. Kendati demikian, realisasi belanja infrastruktur strategis yang terus dilakukan seiring dengan komitmen pemerintah untuk terus menyempurnakan kualitas infrastruktur yang ada diperkirakan mampu menahan penurunan kinerja investasi lebih lanjut. Ekspektasi peningkatan investasi dari sisi swasta juga masih cukup kuat, tercermin dari beberapa kontak liaison yang menyatakan rencananya untuk merealisasikan investasi berupa barang modal pada periode mendatang, antara lain upaya peningkatan luas lahan serta pengadaan mesin. Optimisme tersebut dibarengi perbaikan harga yang tidak seoptimis perkiraan. Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan Komoditas Harga Tw IV 2017 (%, yoy, proyeksi) Harga Tw I 2018 (%, yoy, proyeksi) Kelapa Sawit -11,6-12,9 Karet -10,8-31,6 Kopi -12,7-4,4 Sumber: IMF Edisi Agustus 2017, diolah Grafik 7.1 Survei Konsumen Sejalan dengan polanya, kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan menurun. Pada awal tahun, seiring dengan realisasi anggaran pemerintah yang belum optimal, maka konsumsi pemerintah juga relatif terhambat. Meskipun demikian, monitoring realisasi anggaran yang terus dilaksanakan secara intensif diperkirakan dapat menjaga realisasi konsumsi pemerintah. Belum optimalnya realisasi belanja pemerintah juga turut menekan kinerja investasi pemerintah. Proses pengadaan yang pada umumnya tidak terjadi di awal tahun menyebabkan tidak optimalnya capaian Selesainya periode puncak panen yang terjadi pada triwulan IV lalu menyebabkan kinerja ekspor diperkirakan tertahan. Hal ini juga didorong oleh prakiraan akan kembali menurunnya harga komoditas perkebunan unggulan Sumatera Utara seiring dengan akan kembali membaiknya pasokan di pasar global. Perbaikan pasokan CPO di pasar global terjadi seiring dengan normalisasi produksi CPO dunia pasca gangguan produksi tahun yang memukul produksi negara eksportir utama. Kondisi cuaca di awal tahun yang cenderung basah juga memengaruhi kualitas produksi karet dan kopi yang merupakan komoditas unggulan Sumatera Utara. Meski dari sisi harga diperkirakan akan kembali menurun, namun pada dasarnya permintaan akan komoditas unggulan Sumatera Utara masih cukup tinggi. Perayaan Imlek yang terjadi PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 76

95 serentak di seluruh dunia akan meningkatkan kebutuhan CPO sebagai bahan baku maupun komplemen dari produk makanan, baik dari sisi domestik maupun internasional. Grafik 7.2 Purchasing Manager Index Momentum mulai membaiknya aktivitas industri manufaktur negara mitra dagang utama khususnya AS dan Tiongkok juga diperkirakan memberikan dampak yang baik bagi perekonomian. Perkembangan Purchasing Manager Index pada triwulan IV menunjukkan pergerakan yang cukup menggembirakan. Dari sisi penawaran, perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan didukung oleh kinerja kategori pertanian dan industri pengolahan yang masih baik. Sementara itu, kinerja kategori konstruksi dan perdagangan diperkirakan melambat. Masuknya periode puncak panen raya tanaman pangan dan hortikultura ditengah selesainya periode puncak panen kelapa sawit mendorong kinerja kategori pertanian. Ekspektasi akan meningkatnya permintaan, terutama dari sisi domestik meningkatkan kinerja kategori industri pengolahan. Meningkatnya kapabilitas industri pendukung seperti listrik dan gas mampu menunjang aktivitas industri. Peningkatan aktivitas industri juga dilakukan untuk meningkatkan stok dalam rangka menyambut Ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan II Belum optimalnya realisasi belanja infrastruktur pemerintah juga turut menekan kinerja kategori konstruksi. Proses pengadaan proyek infrastruktur yang biasanya membutuhkan waktu menyebabkan realisasi investasi bangunan sulit untuk dilaksanakan. Meskipun demikian, masih berlanjutnya proyek infrastruktur strategis diharapkan mampu menahan semakin dalamnya penurunan kinerja konstruksi. Sementara itu, selesainya puncak aktivitas konsumsi seiring dengan perayaan Natal dan tahun baru juga turut menekan kinerja kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Meskipun demikian, nilai tukar yang diperkirakan masih dapat menguat diharapkan mampu menahan penurunan kinerja PBE lebih lanjut. Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2018 diperkirakan akan meningkat dibandingkan 2017 dan berada pada kisaran 5,0%-5,4%. Peningkatan pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi pemerintah dan LNPRT seiring dengan pelaksaan PILKADA Di tahun politik, belanja pemerintah khususnya investasi dan belanja bansos diperkirakan akan meningkat. Secara historis, pelaksanaan pilkada akan meningkatkan PDRB sebesar ppt (percentage point). Namun demikian, sektor eksternal khususnya ekspor ke luar negeri diperkirakan akan melambat seiring penurunan harga CPO dan karet, sedangkan perdagangan antarpulau diperkirakan membaik seiring dengan perbaikan kinerja sektor pertanian khususnya tanaman pangan dan holtikultura. Perekonomian Sumatera Utara masih dibayangi beberapa risiko yang harus diwaspadai. Rasio belanja modal yang terus menurun dan realisasinya yang juga rendah dapat menahan perbaikan kinerja investasi pemerintah, begitu PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 77

96 pula pemanfaatan dana desa yang belum maksimal. Peningkatan investasi swasta pun masih dibayangi oleh iklim investasi yang masih gloomy. Selain itu, perbaikan kinerja eksternal dapat terpuruk terkait risiko penurunan permintaan CPO dari India dan Eropa serta peningkatan harga komoditas yang tidak sustainable. Namun, terdapat beberapa hal yang diharapkan dapat menahan perlambatan perekonomian Sumatera Utara. Anggaran belanja dalam APBD Sumatera Utara secara akumulasi di 2018 meningkat 30% serta adanya penyelenggaran PILKADA 2018 diharapkan mampu meningkatkan kinerja permintaan domestik. Selain itu, membaiknya kondisi perekonomian di negara tujuan ekspor yaitu AS dan Tiongkok masih memberikan harapan bagi kinerja sektor eksternal Sumatera Utara. Kesempatan untuk diversifikasi tujuan ekspor pun masih terbuka lebar. 7.2 Prospek Inflasi Secara keseluruhan 2017, inflasi Sumatera Utara diperkirakan masih berada pada sasaran nasional yaitu 4±1%. Penurunan tekanan inflasi terutama didorong oleh penurunan tekanan inflasi volatile food. Rendahnya tekanan inflasi volatile food didukung oleh membaiknya pasokan pangan sehingga terjadi penurunan harga pangan secara tajam dibandingkan dengan tahun Pada tahun 2017, inflasi volatile food mengalami penurunan. Penurunan inflasi ini merupakan hasil koordinasi dan upaya seluruh pihak dalam menjaga pasokan pangan. Menjelang lebaran, Tim Pengendalian Inflasi Daerah melakukan operasi pasar di 140 titik di Medan. Selain itu, BULOG juga memastikan ketersediaan beras sepanjang bulan Ramadhan. Selain itu, TPID juga langsung melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam mengendalikan tekanan inflasi volatile food yang sempat naik di triwulan III Terkendalinya pasokan pangan diperkirakan akan terus berlangsung hingga akhir Sumber: BULOG, diolah Grafik 7.3 Stok Beras BULOG Inflasi administered prices pada tahun 2017 masih terkendali. Penyesuaian harga komoditas seperti biaya perpanjangan STNK, tarif PDAM, dan tarif listrik yang terjadi di semester I 2017 meningkatkan tekanan inflasi administered prices. Namun, peningkatan tekanan inflasi ini masih dalam perkiraan. Peningkatan tekanan inflasi akan berlangsung hingga akhir tahun dimana diperkirakan akan ada penyesuaian tarif transportasi menjelang natal dan tahun baru. Namun, peningkatan tekanan inflasi administered prices masih dalam perkiraan. Sumber: CEIC, diolah Grafik 7.4 Nilai Tukar Rupiah Terdahap Dollar Amerika Serikat Inflasi inti pada tahun 2017 diperkirakan akan rendah. Pencapaian ini didukung oleh nilai tukar PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 78

97 yang stabil dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Pencapaian ini didukung oleh nilai tukar yang stabil dan ekspektasi inflasi yang terjaga di sepanjang tahun. Kenaikan permintaan menjelang natal dan tahun baru masih dapat terkendali. Sumber: IMF Grafik 7.7 Proyeksi harga komoditas Sumber: Survei Konsumen, diolah Grafik 7.5 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen Memasuki triwulan I 2018, laju inflasi diperkirakan akan meningkat seiring dengan peningkatan inflasi volatile food. Meningkatnya tekanan inflasi volatile food pada triwulan I 2018 diperikakan disebabkan oleh terbatasnya pasokan pangan dimana masa panen baru selesai di akhir Di sisi lain, tekanan inflasi administered prices mengalami penurunan. Setelah adanya penyesuaian tarif transportasi pada masa liburan akhir tahun, diperkirakan tidak ada penyesuaian kenaikan harga pada triwulan I Hal ini berkaitan dengan akan diadakannya pemilihan umum. Sementara itu, tekanan inflasi inti triwulan I 2018 cenderung menurun seiring dengan kestabilan nilai tukar dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Sumber: IMF Grafik 7.6 Proyeksi harga minyak dunia Secara keseluruhan, inflasi tahun 2018 diperkirakan masih berada dalam sasaran nasional 3,5±1%. Namun, terdapat beberapa risiko yang masih harus diwaspadai. Dari sisi administered prices, terdapat risiko kenaikan harga bbm non subsidi akibat tren harga minyak dunia yang cenderung meningkat. Dari sisi inflasi inti, terdapat risiko passthrough kenaikan harga komoditas, khususnya terhadap bahan pangan. Selain itu, terdapat risiko memburuk ekspektasi inflasi apabila pilkada berjalan kurang lancar. Dari sisi volatile food, terganggunya pasokan pangan menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan oleh keengganan petani menanam tanaman pangan seiring dengan rendahnya harga pangan di tahun Rekomendasi kepada Pemerintah Daerah Pertumbuhan Ekonomi Indikasi perbaikan perekonomian yang terus berlanjut masih dibayangi oleh beberapa faktor risiko terutama dari sisi eksternal yang belum menunjukkan perbaikan secara fundamental. Dengan demikian, diperlukan penguatan perekonomian dari sisi domestik yang dapat didorong oleh Pemerintah Daerah. Beberapa langkah dan rekomendasi di antaranya adalah: PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 79

98 1. Mendorong optimalisasi realisasi APBD dan APBN Provinsi dan seluruh Kabupatan/Kota di Sumatera Utara khususnya untuk belanja modal terkait dengan percepatan penyelesaian proyek-proyek infrastruktur strategis. 2. Mendorong berbagai kegiatan MICE dalam rangka penguatan permintaan domestik melalui aktivitas konsumsi seperti event pariwisata melalui media pemasaran yang massive dan terpusat serta penciptaan budaya masyarakat pariwisata. 3. Menciptakan persepsi positif terhadap iklim investasi di Sumatera Utara kepada investor dan masyarakat luas melalui publikasi perkembangan kemajuan pembangunan infrastruktur melalui media komunikasi yang lebih luas dan terpusat dengan kredibilitas informasi yang lebih tinggi (Regional Investor Relation Unit/RIRU). 4. Mempercepat penyediaan infrastruktur pendukung yang memadai seperti listrik dan gas sehingga proses industrialisasi dan daya tarik investasi di Sumatera Utara dapat meningkat. 5. Melakukan penyempurnaan infrastruktur perhubungan untuk mendukung aktivitas perekonomian ke depan. 2. Melakukan kerjasama antardaerah dalam memenuhi kebutuhan pangan ketika pasokan dalam daerah berkurang. 3. Pengawasan secara intensif perkembangan komoditas yang memiliki andil besar terhadap inflasi di setiap tingkat distribusi pangan. Pengawasan produksi di tingkat petani dapat menjaga harga komoditas lebih terkendali. Selain itu, Pemerintah Daerah dapat mengawasi harga dan distribusi pangan sehingga pendistribusian lebih merata dan dengan harga yang wajar. 4. Mempercepat realisasi pembentukan BUMD Pangan. Pembentukan BUMD Pangan ini menjadi penting sehingga pasokan pangan di Provinsi Sumatera Utara selalu terkendali. 5. Memperkuat database komoditas pangan. Database dapat mencakup hal terkait produksi dan harga komoditas pangan. Database tersebut kemudian disampaikan kepada kepada seluruh pihak terkait untuk mempermudah pengendalian inflasi. Pengendalian Inflasi Melihat pola inflasi Sumatera Utara, komoditas pangan merupakan salah satu komoditas yang memiliki kontribusi besar dalam fluktuasi inflasi. Untuk mencapai mecapai inflasi yang rendah dan stabil, Pemerintah Daerah perlu bekerja sama dengan stakeholder terkait dalam pengendalian komoditas pangan, dengan cara: 1. Mengatur pola tanam komoditas pangan sehingga pasokan tetap terjaga di sepanjang tahun. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 80

99 Prospek 2018: Dampak Pilkada Serentak Terhadap Ekonomi Sumatera Utara Suplemen 3 Tahun 2018 dapat dikatakan sebagai pesta demokrasi yang akan dirayakan oleh masyarakat Sumatera Utara. Bagaimana tidak, di tahun depan akan dilaksanakan 9 Pilkada serentak di Sumatera Utara. Pemilihan tersebut terdiri dari Pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara dan 8 Pemilihan Bupati/Walikota yakni Kab. Deli Serdang, Kab. Langkat, Kab. Batubara, Kab. Padang Lawas, Kab. Padang Lawas Utara, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Dairi dan Kota Padang Sidimpuan. Pilkada adalah sebuah perwujudan kebebasan berpendapat atau kebebasan dalam memilih pemimpin untuk daerahnya. Pada Pilkada-pilkada sebelumnya di berbagai daerah, dampak yang diberikan oleh Pilkada adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia khususnya daerah. Dalam pelaksanaannya Pilkada diyakini akan mendorong konsumsi masyarakat, seperti belanja untuk kampanye. Sektor perdagangan, jasa, komunikasi, dan transportasi juga akan tumbuh positif seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat saat kampanye Kepala Daerah. Pada sektor itu pula penyaluran kredit perbankan akan tinggi pada sektor-sektor tersebut. Berbagai penelitian sebelumnya juga menemukan dampak demokrasi terhadap pertumbuhan ekonomi (Barro, 1996; Tavares dan Wacziarg, 2001; Acemoglu et al., 2008). Studi yang dilakukan Barro (1996) menemukan bahwa demokrasi pada level menengah mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Grafik 1. Dampak Pelaksanaan Pilkada Grafik 2. Pertumbuhan PDRB Permintaan PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 81

100 Grafik 3. Andil Permintaan Domestik & Eksternal Grafik 4. Andil Permintaan Domestik Peristiwa politik besar tersebut tentu akan sangat mempengaruhi prospek ekonomi Sumatera Utara di tahun Di tengah harga komoditas yang diperkirakan akan kembali menurun di tahun depan, Sumatera Utara membutuhkan stimulus untuk kembali mendongkrak kinerja perekonomiannya. Pelaksanaan hajatan politik dengan dana yang besar dapat menjadi kegiatan yang memberikan dampak countercyclical untuk menstimulus perekonomian. Seberapa besar dampak pengungkit Pilkada terhadap perekonomian Sumatera Utara sangat bergantung pada seberapa besar uang yang beredar dalam perekonomian sebagai akibat dari kegiatan Pilkada tersebut. Perkiraan dampak tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pengalaman Pilkada Sumatera Utara Hasil perhitungan margin antara ouput potensial 9 dengan realisasi PDRB ditemukan bahwa pelaksanaan pilkada memberikan dampak sebesar 0,3 ppt 0,5 ppt terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Efek Pilkada tersebut diperkirakan akan mulai dirasakan pada triwulan II sampai dengan triwulan IV. Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut juga tentu diharapkan akan mendorong terciptanya lapangan pekerjaan. Kesempatan kerja tersebut diperkirakan akan tercipta di sektor-sektor yang berkaitkan langsung dengan pelaksaan Pilkada seperti industri tekstil dan pakaian jadi, sektor transportasi dan telekonomikasi, dan industri kertas dan percetakan. Walaupun kesempatan kerja yang tercipta sebagian besar bukan kesempatan kerja tetap, hal ini sudah cukup memberi manfaat yang besar dalam membantu mengurangi angka pengangguran. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 82

101 Namun demikian, pelaksanaan Pilkada serentak tersebut bukan tanpa risiko. Pelaksanaan Pilkada akan berdampak buruk terhadap perekonomian apabila tidak berlangsung dengan aman dan damai. Kondisi tersebut akan menghambat aktivitas ekonomi masyarakat dan menimbulkan sentimen negatif terhadap investor sehingga pada akhirnya akan menghambat kinerja perekonomian. Oleh karena itu marilah kita menjaga situasi dan suasana kondusif dalam pelaksanaan pesta demokrasi Sumatera Utara di tahun PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 83

102 LAMPIRAN INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam Triliun Rupiah) LAMPIRAN 84

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menjaga Momentum Perbaikan Ekonomi Melalui Perbaikan Iklim Investasi November 2017 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menciptakan Iklim Investasi Yang Kondusif Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat, Inklusif, dan Berkelanjutan Agustus 2017 VISI DAN

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menciptakan Iklim Investasi Yang Kondusif Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat, Inklusif, dan Berkelanjutan Mei 2017 VISI DAN MISI

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Mengoptimalkan Potensi Perekonomian Domestik Sumatera Utara Februari 2017 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV 2015 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV 2015 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA November 2016 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA MEI 2016 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA Agustus 2016 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 218 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Mei 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI Agustus 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi NOVEMBER 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14,

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date]

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date] Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Agustus 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten OKI;Andayani [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 KATEGORI Konsumsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan Edisi Agustus 217 Buku Kajian Ekonomi dan Regional ini Diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Jl. Mulawarman No. 123, Kota Tarakan 77117 No. Telp: 551-38 7777. Fax:

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci