KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA Agustus 2016

2

3 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia: 1. Mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-nilai Strategis: Trust and Integrity- Professionalism Excellence Public Interest Coordination and Teamwork Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara: Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara: Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan. VISI DAN MISI i

4 VISI DAN MISI ii

5 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Sumatera Utara. Edisi periode ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan II 2016 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, inflasi, stabilitas keuangan, sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, prospek ekonomi Sumatera Utara ke depan, serta rekomendasi kepada instansi terkait. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, data realisasi investasi dari Badan Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera Utara, dan data dari instansi/lembaga terkait lainnya serta informasi dari para pelaku ekonomi utama di Sumatera Utara. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, yaitu dari 5,0% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,7% (yoy). Akselerasi ini terjadi seiring dengan perbaikan perekonomian yang terjadi pada level nasional yang mencapai 5,2% (yoy). Perbaikan perekonomian pada triwulan II didorong oleh melonjaknya realisasi permintaan domestik yang diiringi dengan keseimbangan eksternal yang membaik. Memasuki triwulan III 2016, kinerja perekonomian diperkirakan masih disumbang oleh masih kuatnya aktivitas konsumsi, realisasi proyek infrastruktur strategis pemerintah yang tepat waktu serta net ekspor yang terus membaik. Mencermati perkembangan beberapa indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara triwulan III 2016 diperkirakan masih cukup baik dengan rentang 5,1% (yoy) 5,5% (yoy). Meskipun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian kedepan. Belum meratanya perbaikan harga komoditas perkebunan pada awal triwulan III diperkirakan menjadi penyebab kurang optimalnya kinerja perekonomian pada periode mendatang. Optimisme akan perbaikan perekonomian pada triwulan IV 2016 masih cukup kuat. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kokohnya permintaan domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal dapat dikatakan masih relatif terbatas. Perbaikan perekonomian ini mampu diimbangi dengan realisasi inflasi yang terjaga. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,5 ± 0,5% (yoy). Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Medan, Agustus 2016 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA Difi A. Johansyah Direktur Eksekutif KATA PENGANTAR iii

6 KATA PENGANTAR iv

7 DAFTAR ISI VISI DAN MISI... I KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI... V DAFTAR GRAFIK... VII DAFTAR TABEL... XI TABEL INDIKATOR... XII RINGKASAN UMUM... XIII BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL SECARA UMUM PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN PERKEMBANGAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH GAMBARAN UMUM REALISASI APBD PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA REALISASI APBN DI SUMATERA UTARA TRIWULAN II BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH KONDISI UMUM PERKEMBANGAN INFLASI NON FUNDAMENTAL PERKEMBANGAN INFLASI FUNDAMENTAL INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA KELOMPOK BAHAN MAKANAN KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR KELOMPOK SANDANG KELOMPOK KESEHATAN KELOMPOK PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA PERBANDINGAN INFLASI ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA UPAYA PENGENDALIAN INFLASI BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM KETAHANAN SEKTOR KORPORASI SUMBER-SUMBER KERENTANAN SEKTOR KORPORASI KINERJA KORPORASI DAN PENILAIAN RISIKO EKSPOSUR PERBANKAN PADA SEKTOR KORPORASI KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA SUMBER KERENTANAN DAN KONDISI SEKTOR RUMAH TANGGA DANA PIHAK KETIGA PERSEORANGAN DI PERBANKAN PERKEMBANGAN KREDIT RUMAH TANGGA SUMATERA UTARA PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM PROGRAM PENGEMBANGAN UMKM SUMUT BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH DAFTAR ISI v

8 5.1 PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN LAYANAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN TRANSAKSI SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI PERKEMBANGAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH PERKEMBANGAN TRANSAKSI PENYETORAN DAN PENARIKAN UANG KARTAL PELAKSANAAN CLEAN MONEY POLICY UPAYA MENEKAN PEREDARAN UANG PALSU BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI PROSPEK INFLASI REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH DAERAH LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI vi

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan... 3 Grafik 1.2 Konsumsi Listrik... 4 Grafik 1.3 Survei Konsumen... 4 Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Tukar... 4 Grafik 1.5 Indeks Penjualan Eceran... 4 Grafik 1.6 Impor Barang Konsumsi... 5 Grafik 1.7 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja... 5 Grafik 1.8 Perkembangan KPR... 5 Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi... 5 Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan II di Sumatera Utara... 6 Grafik 1.11 Persentase Realisasi Belanja Langsung APBD Triwulan II di Sumatera Utara... 6 Grafik 1.12 Perkembangan Rekening Pemda... 6 Grafik 1.13 Penjualan Semen... 7 Grafik 1.14 Penjualan Barang Konstruksi... 7 Grafik 1.15 Impor Barang Modal... 7 Grafik 1.16 Pembelian Barang Tahan Lama... 7 Grafik 1.17 Kredit Investasi... 8 Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet... 8 Grafik 1.19 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara... 9 Grafik 1.20 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama... 9 Grafik 1.21 Ekspor CPO... 9 Grafik 1.22 PMI Negara Mitra Dagang Utama Grafik 1.23 Ekspor Karet Grafik 1.24 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut Grafik 1.25 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut Grafik 1.26 Penyaluran Pupuk Bersubsidi Grafik 1.27 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Perkebunan Grafik 1.29 Realisasi NTP Sumatera Utara Grafik 1.30 Penyaluran Kredit Pertanian Grafik 1.31 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.32 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Kategori PBE Grafik 1.34 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Grafik 1.35 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara Grafik 1.36 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan Grafik 1.37 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi Grafik 1.38 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan Grafik 1.39 Perkembangan Ekspor Manufaktur Grafik 1.40 Perkembangan Penyaluran Air Grafik 1.41 Perkembangan Ekspor Manufaktur Grafik 1.42 Perkembangan Kegiatan Usaha Grafik 1.43 Jumlah Karyawan Grafik 1.44 Perkembangan Harga Jual DAFTAR GRAFIK vii

10 Grafik 1.45 Kapasitas Terpakai Grafik 1.46 Perkiraan Kegiatan Usaha dan Harga Jual Grafik 1.47 Perkiraan Jumlah Karyawan Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional Grafik 3.2 Inflasi Triwulan II 2016 di seluruh Provinsi se-sumatera Grafik 3.3 Inflasi Kumulatif Juli 2016 di seluruh Provinsi se-sumatera Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Sumut Grafik 3.5 Dinamika Inflasi Volatile Foods Sumut Grafik 3.6 Stok Beras BULOG Grafik 3.7 Ekspektasi Inflasi Grafik 3.8 Survei Harga Properti Residensial Grafik 3.9 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Grafik 3.10 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan Indeks Harga Konsumen di Sumatera Utara Grafik 4.1 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama Grafik 4.2 Perkembangan harga CPO dan Karet Grafik 4.3 Perkiraan Kegiatan Usaha Sektoral Grafik 4.4 Perkembangan Pembiayaan 3 (tiga) Sektor Utama Kredit Korporasi Sumut Grafik 4.5 Perkembangan Kemampuan Membayar Korporasi Keuangan Sumatera Utara Grafik 4.6 Indeks Harga Properti Residensial Sumatera Utara Grafik 4.7 Likert Scale Permintaan Domestik dan Ekspor Grafik 4.8 Likert Scale Kapasitas Utilisasi dan Investasi Grafik 4.9 Likert Scale Biaya Grafik 4.10 Proporsi Kredit Korporasi per Jenis Penggunaan Grafik 4.11 Proporsi Kredit Sektoral Korporasi Grafik 4.12 Pertumbuhan Kredit Korporasi Sektor Utama Sumatera Utara Grafik 4.13 Pertumbuhan NPL Kredit Korporasi Sektor Utama Sumatera Utara Grafik 4.14 Persepsi Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 4.15 Persepsi Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 4.16 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Grafik 4.17 Preferensi rata-rata penggunaan penghasilan rumah tangga Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.19 Pertumbuhan KPR per Tipe Grafik 4.20 Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.21 Perkembangan NPL Kredit UMKM Grafik 4.22 Aktifitas dan Pasar Keuangan Syariah Grafik 4.23 Porsi Bank Konven Pada PUAS Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 5.3 Penarikan dan Penyetoran di Sumut Grafik 5.4 Pemusnahan Uang Rupiah Tidak Layak Edar di Sumatera Utara Grafik 5.5 Temuan Uang Rupiah Palsu di Sumut Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 6.2 Indikator Jumlah Karyawan Total Grafik 6.3 Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan Grafik 6.4 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen serta Kondisi Ekonomi Grafik 6.5 Penduduk Miskin di Sumatera Utara Grafik 6.6 Persentase Penduduk Miskin di Sumatera Grafik 6.7 Penduduk Miskin Berdasarkan Lokasi Grafik 6.8 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di Sumatera Utara Grafik 7.1 Survei Konsumen DAFTAR GRAFIK viii

11 Grafik 7.2 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik 7.3 Indeks Perkiraan Penjualan Grafik 7.4 Purchasing Manager Index Grafik 7.5 Stock Beras BULOG Grafik 7.6 Pandangan Konsumen dan Pedagang Terhadap Perubahan Harga DAFTAR GRAFIK ix

12 DAFTAR GRAFIK x

13 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan... 3 Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara... 8 Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama... 9 Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran Tabel 1.5 Dramaga di Kawasan Danau Toba Tabel 2.1 Anggaran dan Realisasi APBD Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Triwulan II Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan II 2016 di Sumatera Utara Tabel 3.2 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Tabel 4.1 Indikator Perbankan Sumatera Utara Triwulan I Tabel 4.2 Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral Sumatera Utara Tabel 4.3 Perbandingan DSR dan ICR Per Sektor Tabel 5.1 Transaksi RTGS Tabel 5.2 Perputaran Kliring Tabel 5.3 Daftar Sosialisasi CIKUR Tabel 6.1 Nilai Tukar Petani Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan DAFTAR TABEL xi

14 TABEL INDIKATOR Indikator Makro IV Total I II III IV Total I II IIIP IVP Totalp PDRB (%,yoy) Sisi Permintaan Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto* Ekspor Impor Sisi Produksi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Inflasi IHK (%,yoy) Inti Volatile Foods ± ± ±0.5 Administered Prices Ekspor Luar Negeri (Juta USD) 2,223 9,162 1,804 1,953 1,965 1,926 7,647 1,690 1,853 Ekspor CPO 840 3, , Ekspor Karet 193 1, #N/A #N/A #N/A Ekspor Kopi Impor Luar Negeri (Juta USD) 877 3, , , Berbagai sumber, diolah p : angka proyeksi TABEL INDIKATOR xii

15 RINGKASAN UMUM ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL Diluar perkiraan, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 melonjak tajam dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari 5,0% (yoy) menjadi 5,7% (yoy). Akselerasi seiring dengan perbaikan perekonomian yang terjadi pada level nasional yang mencapai 5,2% (yoy). Perbaikan perekonomian pada triwulan II 2016 didorong oleh melonjaknya realisasi permintaan domestik yang diiringi dengan keseimbangan eksternal yang membaik. Adanya pergeseran bulan Ramadhan, pencairan THR, gaji ke 13 dan 14, perbaikan harga komoditas serta iklim investasi yang kondusif mampu mendorong tajamnya akselerasi perekonomian domestik. Sementara itu, perbaikan harga komoditas yang disertai dengan perayaan festival di Tiongkok mendorong kinerja perdagangan Sumatera Utara. Pada triwulan III 2016, kinerja perekonomian diperkirakan masih disumbang oleh masih kuatnya aktivitas konsumsi, realisasi proyek infrastruktur strategis pemerintah yang tepat waktu serta net ekspor yang terus membaik. Mencermati perkembangan beberapa indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara triwulan III 2016 diperkirakan masih cukup baik dengan rentang 5,1% (yoy) 5,5% (yoy). Meskipun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian kedepan. Belum meratanya perbaikan harga komoditas perkebunan pada awal triwulan III 2016 diperkirakan menjadi penyebab kurang optimalnya kinerja perekonomian pada periode mendatang. ASESMEN KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja Pemerintah di Sumatera Utara yang lebih baik memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Perbaikan realisasi anggaran terlihat baik pada APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota maupun APBN pada triwulan II 2016 yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi belanja Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan II 2016 mencapai 30,7% dari total anggaran. Demikian halnya dengan serapan APBN terealisasi 35,3% dari pagunya. Realisasi ini masih sesuai dengan polanya, dimana akselerasi penyerapan anggaran diperkirakan baru akan terjadi pada triwulan III 2016, sejalan dengan terlaksananya pengadaan barang dan jasa (belanja modal). ASESMEN INFLASI Perbaikan perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 juga didukung oleh capaian inflasi yang terkendali menuju sasaran yang telah ditetapkan. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat 4,3% (yoy), lebih rendah dari realisasi triwulan lalu yang mencapai 7,2% (yoy). Realisasi inflasi ini di atas inflasi nasional pada triwulan II 2016 yang mencapai 3,5% (yoy), maupun inflasi kawasan Sumatera yang mencapai 3,71% (yoy). Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi Sumatera Utara kembali mereda. Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli 2016 tercatat 0,2% (mtm) atau 2,2% (ytd). Rendahnya capaian inflasi tahun kalender per Juli 2016 kian menguatkan optimisme akan terjangkarnya tekanan inflasi pada triwulan III 2016 sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. Masih kuatnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa ditengah daya beli yang relatif terjaga diperkirakan akan menjadi pendorong utama tekanan inflasi pada triwulan III ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Sejalan pemulihan ekonomi Sumatera Utara, ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga masih terjaga. Kondisi tersebut sejalan dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II Sektor utama ekonomi Sumatera Utara yang mengalami perlambatan adalah Industri Pengolahan. Namun, konsumsi masyarakat yang membaik diperkirakan dapat menopang kinerja korporasi sektor Industri Pengolahan. Indikator kinerja korporasi dari sisi profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan debt equity ratio (DER) cenderung mengalami perbaikan hampir di semua sektor. Pertumbuhan kredit ke sektor korporasi meningkat dengan risiko yang masih terjaga. Di sektor rumah tangga, optimisme yang terjaga sejalan dengan perbaikan harga komoditas mengindikasikan ketahanan di sektor ini. Hal ini terkonfirmasi dari RINGKASAN UMUM xiii

16 indeks keyakinan konsumen (IKK) yang menunjukkan tendensi positif optimisme masyarakat terhadap perbaikan ekonomi Sumatera Utara. Berbeda dengan korporasi yang tumbuh positif, kredit rumah tangga masih tertahan dan melambat terutama untuk kredit kendaraan bermotor. ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Sumatera Utara yang pada umumnya mengalami net inflow, mencatatkan net outflow pada triwulan II Kondisi ini didorong oleh peningkatan kebutuhan uang baru menghadapi perayaan hari besar lebaran. Sejalan dengan kebijakan clean money policy, Bank Indonesia juga melakukan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang meningkat mencapai 57% dari triwulan sebelumnya. Temuan uang palsu juga mengalami penurunan yang signifikan mencapai -97,7% dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi non tunai Sumatera Utara melalui RTGS mengalami peningkatan mencapai 13,6% (qtq) setelah sebelumnya mengalami penurunan. Berbeda dengan transaksi RTGS, transaksi kliring menunjukkan tren penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh penerapan kebijakan bulk payment dalam pembayaran menggunakan mekanisme kliring. ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Di tengah membaiknya perekonomian, kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara pada triwulan II 2016 menunjukkan penurunan, meskipun persepsi terhadap triwulan mendatang kembali meningkat. Konsumen masih memandang pesimis terhadap ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2016, tercermin dari Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini yang kembali menunjukkan tren penurunan. Hal ini diperkirakan sejalan dengan kinerja kategori industri pengolahan yang kembali tumbuh melambat. Sementara itu, kesejahteraan penduduk Sumatera Utara pada triwulan II 2016 terindikasi membaik, yang tercermin dari Nilai Tukar Petani yang meningkat dan profil kemiskinan yang membaik. PROSPEK PEREKONOMIAN Optimisme akan perbaikan perekonomian pada triwulan IV 2016 masih cukup kuat. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kokohnya permintaan domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal dapat dikatakan masih relatif terbatas. Perbaikan perekonomian ini mampu diimbangi dengan realisasi inflasi yang terjaga. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,5 ± 0,5% (yoy). Perkiraan kembali menurunnya tekanan inflasi terutama didorong oleh peningkatan tekanan inflasi kelompok Volatile Foods dan Administered Prices sementara tekanan inflasi inti relatif menurun. Meskipun inflasi tahun kalender Sumatera Utara hingga bulan Juli 2016 masih relatif rendah, yaitu 2,2% (yoy), namun inflasi Sumatera Utara masih dihadapkan pada beberapa risiko. Meskipun demikian, tingginya komitmen Tim Pengendalian Inflasi Daerah se-sumatera Utara dalam mencapai realisasi inflasi yang rendah dan stabil mampu mendorong kembali terjangkarnya inflasi pada sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. RINGKASAN UMUM xiv

17 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH Diluar perkiraan, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 melonjak tajam dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari 5,0% (yoy) menjadi 5,7% (yoy). Akselerasi ini terjadi seiring dengan perbaikan perekonomian yang terjadi pada level nasional yang mencapai 5,2% (yoy). Perbaikan perekonomian pada triwulan II didorong oleh melonjaknya realisasi permintaan domestik yang diiringi dengan keseimbangan eksternal yang membaik. Adanya pergeseran bulan Ramadhan, pencairan THR, gaji ke 13 dan 14, perbaikan harga komoditas serta iklim investasi yang kondusif mampu mendorong tajamnya akselerasi perekonomian domestik. Sementara itu, perbaikan harga komoditas yang disertai dengan perayaan festival di tiongkok mendorong kinerja perdagangan Sumatera Utara. Pada triwulan III 2016, kinerja perekonomian diperkirakan masih disumbang oleh masih kuatnya aktivitas konsumsi, realisasi proyek infrastruktur strategis pemerintah yang tepat waktu serta net ekspor yang terus membaik. Mencermati perkembangan beberapa indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara triwulan III 2016 diperkirakan masih cukup baik dengan rentang 5,1% (yoy) 5,5% (yoy). Meskipun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian kedepan. Belum meratanya perbaikan harga komoditas perkebunan pada awal triwulan III diperkirakan menjadi penyebab kurang optimalnya kinerja perekonomian pada periode mendatang. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 1

18 1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum Tw-I 2016 Tw-II ,0 5,7 Tw-I 2016 Tw-II ,9 5,2 Sumut Diluar perkiraan, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 melonjak tajam dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari 5,0% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 5,7% (yoy). Akselerasi ini terjadi seiring dengan perbaikan perekonomian yang terjadi pada level nasional yang mencapai 5,2% (yoy). Perbaikan perekonomian pada triwulan II didorong oleh melonjaknya realisasi permintaan domestik yang diiringi dengan keseimbangan eksternal yang membaik. Adanya pergeseran bulan Ramadhan, pencairan THR, gaji ke 13 dan 14, perbaikan harga komoditas serta iklim investasi yang kondusif mampu mendorong akselerasi perekonomian domestik. Sementara itu, perbaikan harga komoditas yang disertai dengan pergeseran bulan Ramadhan dari sisi domestik serta perayaan festival kue bulan di Tiongkok dari sisi eksternal mendorong kinerja perdagangan Sumatera Utara. Dari sisi penawaran, melejitnya perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 ditopang oleh kategori Pertanian, kategori Konstruksi, serta kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Pergeseran periode panen beberapa komoditas tanaman pangan akibat anomali cuaca pada awal tahun serta perkembangan harga komoditas perkebunan yang relatif membaik mendorong optimalnya kinerja kategori Pertanian. Sementara itu, berlanjutnya proyek infrastruktur strategis nasional di Sumatera Utara mendorong akselerasi kinerja kategori Konstruksi. Kuatnya permintaan domestik dalam menyemarakkan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri juga turut mendorong kinerja kategori PBE. Meskipun demikian, momentum penguatan perekonomian domestik belum berimplikasi secara baik pada kategori Industri Pengolahan. Perbaikan harga komoditas yang disertai dengan kuatnya perekonomian domestik tidak serta merta berdampak pada kinerja Industri Pengolahan. Perilaku efisiensi di hulu yang terlanjur dilakukan pada tahun 2015 melalui pola pemupukan dan alih tanaman perkebunan, menyebabkan produktivitas tanaman perkebunan terutama kelapa sawit dan karet menurun. Penurunan produktivitas ini berdampak pada terganggunya pasokan bahan baku industri pengolahan,, sehingga industri pengolahan belum dapat tumbuh secara optimal. Meskipun demikian, secara kumulatif, perekonomian Sumatera Utara semester I 2016 tumbuh 5,3% (ctc) 1, lebih baik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,0% (ctc). Pada triwulan III 2016, kinerja perekonomian diperkirakan masih disumbang oleh masih kuatnya aktivitas konsumsi, realisasi proyek infrastruktur strategis pemerintah yang tepat waktu serta net ekspor yang terus membaik. Mencermati perkembangan beberapa indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2016 diperkirakan masih cukup baik dan berada pada rentang 5,1% (yoy) 5,5% (yoy). Meskipun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian kedepan. Belum meratanya perbaikan harga komoditas perkebunan pada awal triwulan III 2016 diperkirakan menjadi penyebab kurang optimalnya kinerja perekonomian pada periode mendatang. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 2

19 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan Pertumbuhan Ekonomi IV Total I II III IV Total I II Arah PDRB (%,yoy) Sisi Permintaan Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto* Ekspor Impor Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Akselerasi perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 ditopang oleh penguatan perekonomian domestik dan membaiknya keseimbangan eksternal. Perbaikan perekonomian pada triwulan II 2016 mengkonfirmasi tren perbaikan perekonomian sejak awal tahun 2015 lalu. Kuatnya konsumsi rumah tangga serta perbaikan kinerja ekspor menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II Net Ekspor; 0.5% PMTB; 1.6% Konsumsi Pemerintah ; 0.4% Konsumsi Rumah Tangga; 2.9% Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan Tw-I 2016 Tw-II ,7 5,2 Konsumsi rumah tangga meningkat tajam dari 4,7% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,2% (yoy) pada triwulan II Bergesernya Ramadhan ke triwulan II ditengarai menjadi penyebab utama lonjakan kinerja konsumsi rumah tangga. Adanya pergeseran Ramadhan menyebabkan pergeseran pencairan gaji ke 13, 14 dan THR sehingga daya beli masyarakat relatif meningkat. Daya beli masyarakat yang meningkat juga didukung oleh realisasi inflasi yang terkendali. Meningkatnya permintaan juga didorong oleh antusiasme masyarakat yang cukup tinggi dalam menyambut hari raya Idul Fitri melalui peningkatan konsumsi, terutama konsumsi makanan dan sandang. Persiapan lebaran yang bertepatan dengan end season sale menciptakan optimalnya aktivitas konsumsi masyarakat. Hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara kepada pelaku usaha di bidang ritel menyatakan permintaan akan sandang meningkat tajam. Selain itu, adanya aktivitas mudik sebagai budaya rutin tahunan umat muslim turut menyebabkan tingginya kebutuhan akan moda transportasi udara, laut maupun darat. Daya beli masyarakat yang membaik juga didukung oleh pemulihan harga komoditas perkebunan baik di pasar domestik maupun pasar internasional yang berdampak kepada peningkatan pendapatan masyarakat. Komoditas unggulan dengan perbaikan harga yang cukup signifikan pada triwulan II adalah kelapa sawit dan karet. Harga CPO di pasar domestik pada periode laporan sudah mencapai Rp8.605,-/kg, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi harga pada triwulan lalu yang hanya sebesar Rp7.475,-/kg. Di pasar internasional, harga CPO naik menjadi US$650/metric ton, jauh lebih baik dari periode sebelumnya yang tercatat US$576/metric ton. Komoditas karet juga turut menunjukkan perkembangan harga yang menggembirakan. Harga karet di pasar domestik membaik dari Rp14.959/kg menjadi Rp17.624/kg. Begitu juga dengan perkembangan harga di pasar internasional yang PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 3

20 PESIMIS OPTIMIS Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 membaik dari USD cents 139/kg pada triwulan I 2016 menjadi USD cents 183/kg. Perbaikan harga komoditas perkebunan ini tak lepas dari perbaikan harga minyak dunia yang mulai menunjukkan perbaikan pada triwulan II Perbaikan aktivitas konsumsi masyarakat turut terefleksikan dari perkembangan konsumsi listrik yang menunjukkan perbaikan. Membaiknya konsumsi listrik pada triwulan II 2016 didukung oleh mulai memadainya pasokan listrik memasuki tahun milyar kwh Bisnis Rumah Tangga G Bisnis Industri G Rumah G Industri I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, diolah Grafik 1.2 Konsumsi Listrik Daya beli masyarakat yang relatif membaik tercermin pada terjaganya keyakinan konsumen. Hal ini menunjukkan optimisme masyarakat dalam merealisasikan aktivitas konsumsinya yang didukung oleh perbaikan harga. Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen yang masih pada level optimis dan relatif stabil. Kondisi tersebut didukung oleh tingkat pendapatan masyarakat yang relatif meningkat. Pemulihan harga komoditas mendorong persepsi masyarakat yang positif atas penghasilan dan lapangan kerja yang ada saat ini. 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% yoy -5% -10% -15% -20% -25% USD/Rp 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - RptoUS Growth 8,904 8,590 8,610 9,000 9,100 9,306 9,508 9,624 9,694 9,789 10,664 11,689 11,847 11,618 11,762 12,247 12,799 13,134 13,639 13,578 13,533 13,332 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Tukar Perbaikan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari perkembangan indeks penjualan eceran yang secara konsisten membaik sejak tahun 2015 lalu. Perbaikan indeks penjualan eceran ini terutama terjadi pada kelompok suku cadang dan asesoris. Persiapan arus mudik Lebaran mendorong tersedianya kondisi moda angkutan dalam kondisi prima sehingga permintaan akan maintenance dan suku cadang kendaraan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dengan demikian, konsumsi untuk komoditas transportasi dan komunikasi meningkat dari 4,0% (yoy) menjadi 4,2% (yoy) Indeks SPE Grafik 1.5 Indeks Penjualan Eceran 1.9% 6.0% %, yoy 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% 0.0% -5.0% -10.0% 70% Growth (yoy) 60% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II % 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% IEK IKK IKE Batas I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.3 Survei Konsumen Peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2016 diperkirakan dipenuhi dari produksi domestik. Hal tersebut dikarenakan impor luar negeri untuk klasifikasi barang konsumsi justru tercatat melambat dari 88,6% (yoy) menjadi 11,9% (yoy). Merosotnya impor barang konsumsi ini terutama terjadi untuk klasifikasi barang makanan maupun makanan jadi. Stabilitas nilai tukar yang terus diupayakan oleh Bank Indonesia diperkirakan dapat menjaga level psikologis masyarakat dalam melakukan aktivitas konsumsinya. Nilai tukar Rupiah ini secara konsisten mengalami penguatan sejak awal tahun 2016 dan terus berlanjut memasuki triwulan III PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 4

21 ,383 6,863 8,010 8,644 9,063 10,190 9,640 10,338 10,778 11,867 12,674 13,067 13,093 14,142 13,703 13,844 13,877 14,001 14,074 14,048 13,995 14,084 juta Grafik 1.6 Impor Barang Konsumsi Grafik 1.7 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja Namun, sumber pembiayaan konsumsi masyarakat masih berasal dari tabungan. Hal ini terindikasi oleh pertumbuhan kredit konsumsi yang masih rendah. Demikian juga dengan kebijakan pelonggaran kembali ketentuan Loan to Value (LTV) untuk kepemilikan properti yang diindikasikan belum memberikan dampak yang signifikan dalam penyaluran kredit konsumsi. Hal tersebut tercermin dari penyaluran KPR yang masih relatif stagnan. Rp Miliar 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Volume (ton) % Grafik 1.8 Perkembangan KPR Growth (yoy) 88.6% 0.7% % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Nilai Growth YoY Persepsi Penghasilan % 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% -80% Persepsi Lapangan Kerja I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II %, Yoy Rp Miliar 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Nominal Growth (yoy) 4.7% 4.4% 24,781 26,299 27,803 29,371 30,219 31,239 32,880 34,548 35,072 35,421 36,943 37,681 37,821 38,615 39,752 40,968 40,965 41,762 42,414 42,794 42,907 43,607 43, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi yoy 40.0% 35.0% 30.0% 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 3.9% 5.0% 0.0% Memasuki triwulan III 2016, berdasarkan perkembangan indikator terkini, konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh bergesernya pola konsumsi masyarakat terkait Ramadhan dan Lebaran. Selain itu, perbaikan harga komoditas pada bulan Juli 2016 yang belum merata diperkirakan akan berdampak kepada pendapatan dan daya beli masyarakat. Namun, konsumsi masyarakat pada triwulan III 2016 masih akan didorong oleh kegiatan terkait libur sekolah, perayaan 17 Agustus, dan hari raya Idul Adha. Tw-I 2016 Tw-II ,3 4,5 Stabilisasi iklim politik serta upaya monitoring realisasi anggaran oleh pemerintah mendorong normalisasi realisasi konsumsi pemerintah. Selain itu, adanya pencairan gaji ke-13 dan 14 yang lebih cepat seiring dengan pergeseran hari raya Idul Fitri turut mendorong perbaikan pola konsumsi pemerintah. Dengan demikian, konsumsi pemerintah meningkat dari 4,3% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 4,5% (yoy). Perbaikan kinerja konsumsi pemerintah juga tercermin dari realisasi anggaran belanja APBN hingga triwulan II yang terus membaik. Hingga triwulan II 2016 realisasi belanja APBN telah mencapai 35,3% dari pagunya. Realisasi ini jauh lebih tinggi dari realisasi dalam 7 tahun terakhir yang terutama terdorong oleh tingginya realisasi belanja pegawai yang telah mencapai 51,8% dari pagunya. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 5

22 % Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan II di Sumatera Utara Realisasi belanja pemerintah Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan II telah mencapai 39,8% dari pagunya. Realisasi ini jauh lebih tinggi dari historisnya pada triwulan yang sama pada 4 tahun terakhir. Sementara itu, realisasi belanja pemerintah daerah se-provinsi Sumatera Utara 2 telah mencapai 30,7% dari pagunya. Derasnya belanja pemerintah ini juga tercermin dari rekening pemda di perbankan yang menurun dari 14,7% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,5% (yoy). 45.0% 40.0% 35.0% 30.0% 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% 0.0% 28.0% 24.1% 26.0% 32.6% 39.8% Sumber: DJPK dan Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.11 Persentase Realisasi Belanja Langsung APBD Pemprov Sumatera Utara Triwulan II 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, % 20.8% 16.0% 27.1% 22.0% -1.4% Kredit (Rp Miliar) 19.5% 0.6% -0.3% -19.6% 9.1% 11.7% Grafik 1.12 Perkembangan Rekening Pemda Pada triwulan III 2016, kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan terakselerasi sesuai dengan polanya, yang didukung oleh stabilitas politik yang kondusif. Berdasarkan pola historisnya, konsumsi pemerintah akan menanjak memasuki semester II Namun adanya pengurangan belanja operasional pemerintah pada semester II 2016 diperkirakan menjadi faktor risiko tidak optimalnya realisasi konsumsi pemerintah 3. Kinerja investasi di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 stabil di kisaran 5,0% (yoy). Kegiatan investasi terutama terjadi pada investasi bangunan. Hal ini sejalan dengan realisasi proyek infrastruktur strategis nasional di Sumatera Utara yang secara umum berjalan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Sementara itu, belanja modal Pemerintah Daerah masih terbatas sehingga menahan kinerja investasi. Investasi bangunan terkonfirmasi dari berlanjutnya perbaikan konsumsi semen yang mencapai 40,3% (yoy), jauh lebih baik dari realisasi pada triwulan sebelumnya yang telah mencapai 20,9% (yoy). Perbaikan konsumsi semen ini mengkonfirmasi tren perbaikan kinerja investasi bangunan yang terjadi sejak triwulan III 2014 lalu. 2.4% G (yoy) 41.8% 42.8% 27.3% 24.8% 18.7% 29.1% 32.9% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Tw-I 2016 Tw-II ,0 5,0 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 14.7% 10.0% 5.5% 0.0% -10.0% -20.0% -30.0% PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 6

23 Ribu Ton Volume Growth 1, Grafik 1.13 Penjualan Semen Sejalan dengan konsumsi semen, indeks penjualan barang konstruksi juga turut terakselerasi pada triwulan II Selain semen, melonjaknya pertumbuhan indeks penjualan barang konstruksi pada triwulan II 2016 hingga 53,6% (yoy) juga disebabkan oleh perbaikan penjualan perlengkapan konstruksi. Grafik 1.14 Penjualan Barang Konstruksi Grafik 1.15 Impor Barang Modal 40.3% 20.9% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Rp Juta Indeks Penjualan Barang Konstruksi Growth 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 juta , ,146 3,668 3,999 3,997 3,738 3,963 3,989 4,152 Dalam meningkatkan kapabilitas perekonomian untuk merespon penguatan ekonomi domestik, investasi non bangunan pada triwulan II 2016 juga turut membaik yang terindikasi dari peningkatan impor barang modal dari -17,8% (yoy) menjadi 19,0% (yoy). Peningkatan impor barang modal ini terkonfirmasi dari hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara kepada pelaku usaha yang masih menunjukkan optimismenya terhadap iklim usaha terutama untuk pasar domestik. Adanya 4,278 4,199 4,177 4,890 4, % 4, % 1.6% 4,776 4,967 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Volume (ton) % ,983.4 Growth (yoy) -17.8% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II % 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% 250% 200% 150% 100% 50% 19.0% 0% -50% -100% peningkatan indeks barang tahan lama semakin mengukuhkan tingginya potensi pasar domestik. Terus berlanjutnya stabilitas politik serta kondusivitas iklim investasi yang semakin digencarkan yang disertai dengan perkembangan indikator makro yang terus menggembirakan mendorong mulai pulihnya tingkat kepercayaan investor untuk terus berinvestasi di wilayah Sumatera Utara. Selain itu, upaya pemerintah untuk terus meningkatkan investasi melalui paket kebijakan juga turut berkontribusi pada menariknya iklim investasi di Sumatera Utara. Dengan demikian, pada triwulan II 2016, baik PMA maupun PMDN menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan setelah turun cukup signifikan pada triwulan lalu I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.16 Pembelian Barang Tahan Lama Realisasi PMA pada triwulan II 2016 mencapai USD320,0 juta, jauh lebih tinggi dari realisasi pada triwulan lalu yang hanya mencapai USD18,1 juta. Peningkatan investasi terutama terjadi pada sektor Listrik, Gas dan Air, Perdagangan dan Reparasi, Pertambangan serta Tanaman Pangan dan Perkebunan. Tingginya realisasi investasi pada sektor Listrik, Gas dan Air terjadi terkait dengan proyek pembangkitan Mega Watt yang banyak ditempuh dengan mekanisme Independent Power Producer (IPP). Adanya kebijakan pemerintah untuk menghapus atau meningkatkan porsi Daftar Negatif Investasi (DNI) untuk beberapa sektor diindikasikan belum terlihat pada perkembangan PMA. Hal ini mencerminkan perlu upaya untuk terus membangun persepsi positif investor akan iklim investasi di Sumatera Utara. Sama halnya dengan investasi PMA, realisasi PMDN di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 juga meningkat tajam. Nilai investasi PMDN pada triwulan II 2016 mencapai Rp888,2 miliar, jauh lebih tinggi dari realisasi pada triwulan lalu yang hanya mencapai Rp161,3 miliar. Peningkatan PMDN terutama terjadi pada kategori Listrik, Gas dan Air, Industri Mineral Non PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 7

24 Logam serta Industri Makanan. Masih disebabkan oleh gencarnya proyek infrastruktur listrik MW, realisasi PMDN pada sektor ini meningkat tajam hingga Rp208,2miliar. Meskipun demikian, potensi investasi masih dapat dikatakan cukup besar. Realisasi belanja modal pemerintah daerah di Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan II 2016 baru mencapai 15,9% dari pagunya. Realisasi belanja modal ini terkendala proses pengadaan yang diperkirakan baru dapat terlaksana dengan baik pada semester II Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara Periode PMA PMDN Proyek I (juta Proyek I (Rp USD) miliar) 2014 I , ,5 II , ,8 III , ,5 IV , ,1 Total , , I , ,1 II , ,1 III , ,8 IV , , I 39 18, ,3 II 320,0 888,2 P: jumlah proyek; I: Nilai Investasi Sumber: BKPM, diolah Dari sisi investasi non bangunan, realisasi pada kategori ini juga dapat dikatakan belum optimal. Mayoritas kapasitas terpasang perusahaan di Sumatera Utara dapat dikatakan belum maksimal, baru mencapai 74%. Selain itu, adanya kesepakatan pembatasan volume ekspor karet sebagai langkah perbaikan harga juga turut mendorong lebih rendahnya utilisasi alat yang digunakan. Dengan demikian, pelaku usaha relatif menahan rencana investasinya kedepan. Sikap ini juga terefleksikan dalam penyaluran kredit investasi yang justru terkontraksi dari 7,8% (yoy) menjadi -1,3% (yoy). Adanya pelonggaran kebijakan moneter yang diikuti penurunan tingkat suku bunga belum mendorong peningkatan permintaan kredit. Rp Miliar 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000-16,651 17,494 18,117 22,343 24,626 25,357 25,873 29,524 30,194 35,973 37,257 40,190 39,910 39,995 39,054 38,660 39,547 39,727 40,150 42,602 42,649 39,229 Grafik 1.17 Kredit Investasi 7.8% -1.3% Pada triwulan III 2016, seiring dengan mulai digelontorkannya belanja infrastruktur pemerintah daerah serta realisasi infrastruktur strategis nasional yang masih berjalan tepat waktu, kinerja investasi di Sumatera Utara diperkirakan meningkat. Pelonggaran kebijakan moneter, adanya tax amnesty serta efektifnya pemberlakuan paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah diperkirakan cukup akomodatif dalam mem-boost kinerja investasi kedepan. Di sisi eksternal, perbaikan kinerja ekspor terus berlanjut. Perbaikan kinerja ekspor ini terjadi baik untuk perdagangan luar negeri maupun perdagangan antar daerah. Selain dipengaruhi oleh perkembangan harga yang cukup baik, adanya mandatori bahan bakar nabati (BBN) yang meningkatkan konsumsi biodiesel dari sisi domestik turut memberikan dampak positif bagi kinerja ekspor antar daerah. Dengan demikian, perdagangan antar daerah turut mengalami perbaikan dari 6,0% (yoy) menjadi 12,5% (yoy) % 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% -20.0% -40.0% Nominal I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II Tw-I 2016 Tw-II ,2 6,9 Sumber: Bloomberg dan Bappebti, diolah Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet yoy 80.0% 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% -10.0% CPO Lokal CPO Intl Karet Lokal Karet Intl I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 8

25 Selaras dengan ekspor dalam negeri, ekspor luar negeri tercatat membaik dari -10,9% (yoy) menjadi 0,6% (yoy). Perbaikan ekspor luar negeri ini terutama didorong oleh membaiknya ekspor luar negeri untuk kategori barang, sementara kinerja ekspor luar negeri untuk jasa justru menurun. Kenaikan ekspor barang ini terutama didorong oleh mulai membaiknya harga komoditas di pasar internasional. Lainnya 61% Tiongkok 10% USA 12% India 8% Europa 9% Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume % Grafik 1.19 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara4 Ekspor luar negeri Sumatera Utara masih didominasi oleh ekspor kelapa sawit dengan pangsa sebesar 33,1% dari total nilai ekspor, disusul oleh komoditas karet dengan pangsa 8,7% dan kopi 5,0%. Tingginya dominasi produk ekstraktif dalam komoditas ekspor menyebabkan tingginya pengaruh pasar komoditas terhadap kinerja ekspor Sumatera Utara. Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama Komoditas Pangsa Kelapa Sawit 33,1% Karet 8,7% Kopi 5,0% Lainnya 53,2% 4.8% 10% -9.6% -6.3% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II % -10% Kinerja ekspor Sumatera Utara juga cukup bergantung pada kinerja perekonomian beberapa mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India dan Euro Area. Ekspor ke empat negara tersebut mencapai sekitar 39,9%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 39,3% terhadap total ekspor Sumatera Utara. 30% 20% 0% -20% -30% Grafik 1.20 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama Perbaikan kinerja ekspor luar negeri Sumatera Utara terjadi pada komoditas unggulan CPO dan karet seiring dengan harga di pasar internasional yang mulai membaik. Peningkatan harga terutama disebabkan oleh berkurangnya pasokan sebagai dampak El Nino pada tahun 2015 di sejumlah kawasan serta penyerapan CPO domestik untuk program mandatori biodiesel. Terkait dengan El Nino, dampak terhadap Sumatera Utara relatif minim sehingga produksi kelapa sawit dan karet tetap optimal di tengah kenaikan harga. Pada triwulan II 2016 ekspor luar negeri CPO Sumatera Utara membaik dari -12,5% (yoy) menjadi -11,6% (yoy). Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume % Grafik 1.21 Ekspor CPO 2.3% -15.7% 0% -20% -12.5% -11.6% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Pemberlakuan efektif pelarangan trans fat dalam produk makanan oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menjadikan CPO sebagai salah satu kandidat bahan substitusi yang relatif murah sehingga permintaan CPO dari Amerika Serikat meningkat. Selain itu, adanya perayaan festival di Tiongkok serta persiapan perayaan Diwali di India mendorong permintaan akan minyak nabati yang tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sebagai imbas penurunan produksi El Nino pada % 40% 20% -40% -60% Data Cognos Bank Indonesia, terdapat perbedaaan pencatatan ekspor luar negeri oleh BPS dan Bank Indonesia PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 9

26 lalu, juga menguntungkan kinerja perdagangan CPO Sumatera Utara. Dibatalkannya pajak progresif kelapa sawit oleh pemerintah Perancis diharapkan kembali menumbuhkan optimisme pelaku usaha di bidang kelapa sawit sehingga bisa mendorong kinerja ekspor kedepannya. Meskipun tren perbaikan sudah mulai terlihat, namun permintaan masih lemah. Perbaikan aktivitas manufaktur negara mitra dagang utama dapat dikatakan tidak merata. Perbaikan aktivitas manufaktur hanya terlihat di Tiongkok, sementara Amerika Serikat, India dan Jepang masih terus menunjukkan tren perlambatannya US China India Jepang Batas penurunan harga komoditas perkebunan. Namun adanya sistem kontrak yang ditetapkan dalam penjualan komoditas diharapkan masih berjalan dengan baik. Hal ini juga diperkuat dengan kapabilitas pasar domestik yang semakin mumpuni, terutama pasca program BBN yang semakin digalakkan. Tw-I 2016 Tw-II ,4 7,4 Seiring dengan penguatan perekonomian domestik, kebutuhan akan impor barang semakin meningkat. Kinerja impor meningkat dari 1,4% (yoy) menjadi 7,4% (yoy). Perbaikan kinerja impor terjadi baik untuk impor luar negeri maupun impor antar daerah EKSPANSI 150% Bahan Baku Barang Konsumsi Barang Modal Total % KONTRAKSI I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: ieconomics.com dan tradingeconomics.com, diolah Grafik 1.22 PMI Negara Mitra Dagang Utama Perbaikan kinerja ekspor juga mulai terlihat pada komoditas karet. Ekspor luar negeri karet tercatat membaik dari -26,6% (yoy) menjadi -18,5% (yoy). Adanya perbaikan harga komoditas mampu mendorong kinerja ekspor luar negeri karet. Namun perbaikan masih terbatas terkait adanya pembatasan volume impor sebagai bentuk kesepakatan antar anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC). Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume % Grafik 1.23 Ekspor Karet 20% -5.7% 10% -12.3% 0% -18.5% -26.6% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Pada triwulan III 2016, kinerja ekspor Sumatera Utara diperkirakan cukup baik. Meski perkembangan indikator harga terkini menunjukkan adanya -10% -20% -30% -40% -50% -60% 50% 0% -50% -100% I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.24 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut Impor antar daerah mengalami lonjakan tajam dari 6,0% (yoy) menjadi 10,8% (yoy). Lonjakan ini terjadi sebagai respons dari meningkatnya kebutuhan konsumsi terutama untuk komoditas bahan makanan dalam bulan Ramadhan dan persiapan Idul Fitri. Beberapa kebutuhan pokok masih harus diimpor dari daerah lain karena belum optimalnya produksi tanaman bahan makanan seiring dengan adanya anomali cuaca pada awal triwulan menyebabkan kebutuhan akan impor dari daerah lain meningkat. Impor luar negeri di Sumatera Utara meningkat dari - 8,6% (yoy) menjadi 0,5% (yoy). Peningkatan impor luar negeri didorong oleh peningkatan kebutuhan impor barang modal serta trend penguatan nilai tukar rupiah. Perekonomian domestik yang kuat mendorong adanya peningkatan kebutuhan akan barang modal dari luar negeri sehingga impor barang modal meningkat dari -10,9% (yoy) menjadi 0,6% (yoy). Sementara itu, impor jasa justru melambat dari 3,5% menjadi 0,2% (yoy). PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 10

27 150% 100% 50% 0% -50% -100% Bahan Baku Barang Konsumsi Barang Modal Total I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.25 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut Berdasarkan kategorinya, kelompok barang modal dan bahan baku mengalami peningkatan sementara impor barang konsumsi justru menurun. Impor barang modal meningkat signifikan dari -17,8% (yoy) menjadi 19,0% (yoy). Sementara itu, impor bahan baku tercatat membaik dari -11,1% (yoy) menjadi -0,4% (yoy). Selain dipengaruhi oleh permintaan domestik yang kuat, adanya kebutuhan untuk meningkatkan persediaan dalam menghadapi hari raya Idul Fitri juga turut menyebabkan tingginya perbaikan kinerja impor barang modal dan bahan baku. Lain halnya dengan impor barang konsumsi yang justru menurun dari 88,6% (yoy) menjadi 11,9% (yoy). Laju impor di triwulan III 2016 diperkirakan turun terbatas. Seiring dengan aktivitas konsumsi yang diperkirakan menurun akibat pergeseran pola konsumsi, impor diperkirakan turut menurun. Meskipun demikian, penurunan diperkirakan tidak akan terlalu dalam mengingat adanya kebutuhan untuk meningkatkan persediaan barang modal untuk mengolah CPO yang akan melimpah ruah pada akhir tahun. 1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha Dari sisi penawaran, perbaikan yang signifikan pada perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 ditopang oleh perbaikan kinerja kategori Pertanian, kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE), kategori Konstruksi serta kategori Transportasi dan Pergudangan. Sementara itu, kinerja kategori Industri Pengolahan yang merupakan sektor utama perekonomian Sumatera Utara justru mengalami perlambatan yang cukup dalam. Kelima kategori tersebut menyumbang lebih dari 75% PDRB Sumatera Utara. Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran Pertumbuhan Ekonomi IV Total I II III IV Total I II Arah PDRB (%,yoy) Sisi Produksi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 11

28 16.7% 38.4% 57.8% 83.2% 21.5% 48.4% 71.9% 100.8% 18.9% 43.9% 66.0% 90.4% 22.9% 48.2% 67.4% 94.4% 20.9% 44.2% Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Tw-I 2016 Tw-II ,5 7,2 Perbaikan harga komoditas di pasar domestik dan internasional terutama untuk komoditas CPO dan karet mendorong kinerja kategori Pertanian lebih baik dari pola historisnya. Kategori Pertanian membaik dari 5,5% (yoy) menjadi 7,2% (yoy). Perbaikan kinerja kategori Pertanian didorong oleh perbaikan kinerja subsektor perkebunan. Sementara itu, menurut data Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, subsektor tanaman bahan pangan masih menunjukkan penurunan produksi. Produksi padi pada triwulan II 2016 turun sebesar -29% (yoy), serta cabai merah dan bawang merah masing-masing turun -26%(yoy) dan -16% (yoy). Produksi Triwulan II 2016 (%, yoy) Padi -29 Cabai Besar -26 Bawang Merah -16 Penurunan produksi tanaman pangan direspon oleh pemerintah melalui penyaluran pupuk bersubsidi yang lebih intensif. Penyaluran pupuk bersubsidi pada triwulan II 2016 telah mencapai 44,2% dari pagu, relatif baik dari rata-rata penyaluran pupuk bersubsidi dalam 5 tahun terakhir untuk triwulan II 2016 yang biasanya mencapai 41,8% dari pagu. Begitu juga dengan volume impor pupuk yang masih terkontraksi. Permasalahan kualitas bibit yang digunakan oleh petani terlihat berdampak pada kinerja Pertanian pada periode laporan. juta Volume (ton) Grafik 1.27 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara Penurunan produksi tanaman bahan pangan juga dipengaruhi anomali cuaca dalam beberapa periode terakhir yang kurang kondusif. Cuaca di Sumatera Utara dilaporkan cenderung kering sehingga menyebabkan kurang kondusifnya aktivitas pertanian pada triwulan II Lebih lanjut, keadaan cuaca tersebut menggeser periode tanam beberapa komoditas pertanian. Hingga bulan September 2016 diperkirakan realisasi luas tanam di Sumatera Utara baru mencapai 49,6% dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut juga diperparah dengan masih belum memadainya kapasitas irigasi dalam memenuhi kebutuhan pengairan ditengah anomali cuaca yang terjadi memasuki triwulan II 2016 semakin menekan produktivitas tanaman pangan pada periode mendatang % Growth (yoy) 23.7% -36.9% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II % 80% 60% 40% -1.4% 20% 0% -20% -40% -60% 100% Realisasi Sisa Kebutuhan Growth Realisasi 40.0% 80% 60% 40% 20% 0% -20% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.26 Penyaluran Pupuk Bersubsidi 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% -10.0% -20.0% -30.0% Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan Gambar 1.1 Realisasi Sifat Curah Hujan April 2016 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 12

29 sudah mulai menurun akibat hilangnya minat petani karet rakyat untuk menderes getah karet akibat terlalu rendahnya harga. Hal tersebut juga turut meredupkan gairah perbankan dalam menyalurkan kreditnya pada sektor ini. Kredit ke perkebunan karet melambat dari -17,5% (yoy) menjadi -19,1% (yoy). Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan Gambar 1.2 Realisasi Sifat Curah Hujan Mei 2016 Berbeda dengan sektor tanaman pangan, kategori tanaman perkebunan justru diperkirakan membaik seiring dengan membaiknya harga komoditas di pasar internasional dan domestik. Adanya kenaikan harga minyak dunia mendorong kenaikan harga CPO dan karet di pasar internasional maupun domestik. Penguatan harga CPO di pasar domestik juga ditunjang dengan adanya komitmen kontrak pengadaan biodiesel yang akan disalurkan pada bulan Mei-Oktober Menurunnya produksi beberapa negara yang terimbas oleh El Nino pada tahun 2015 lalu menyebabkan pasokan menurun juga turut mendukung perbaikan harga. Kondisi ini cukup menguntungkan bagi Sumatera Utara mengingat minimalnya dampak El Nino pada tahun 2015 lalu sehingga produksi kelapa sawit tidak terganggu secara signifikan dibandingkan dengan pesaing utama lainnya seperti Malaysia. Dengan kondisi tersebut, optimisme perbankan dalam menyalurkan kredit ke kategori ini terus berlanjut, yang tercermin dari akselerasi kredit yang mencapai 28,2% (yoy), lebih tinggi dari capaian triwulan lalu yang mencapai 23,9% (yoy). Untuk komoditas karet, adanya kesepakatan pembatasan ekspor oleh ITRC serta pergerakan minyak dunia yang merangkak naik sepanjang triwulan II 2016 mendorong perbaikan harga baik di pasar lokal maupun internasional. Perbaikan harga ini memberikan angin segar bagi petani karet yang sudah beberapa tahun terakhir terhimpit faktor harga yang terlalu rendah. Meskipun demikian, tanpa adanya pembatasan ekspor pun pada dasarnya pasokan karet Rp Triliun Kebun Karet Kebun Sawit 30 G. P Karet G P Sawit I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Perkebunan 300% 250% 200% 150% 100% -50% -100% Sementara itu, kinerja perkebunan kopi pada triwulan II 2016 masih cukup baik yang disebabkan oleh masih kondusifnya aktivitas perdagangan domestik. Berdasarkan hasil liaison, penjualan kopi domestik terutama didorong oleh meningkatnya permintaan untuk produk kopi premium arabika seiring dengan daya beli masyarakat domestik yang membaik serta tren coffee shop yang semakin merebak di beberapa kota besar di Indonesia. Harga kopi arabika di pasar domestik membaik dari -5,7% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 6,0% (yoy) pada triwulan II Namun, kinerja perdagangan kopi di pasar internasional relatif menurun sejalan dengan belum pulihnya ekonomi global. Hal tersebut tercermin dari harga kopi di pasar internasional yang justru melambat dari 6,4% (yoy) menjadi 5,8% (yoy). Lebih lanjut, penurunan kinerja perkebunan kopi di pasar global juga tercermin dari penurunan ekspor kopi dari -8,9% (yoy) menjadi - 19,0% (yoy). 50% 0% Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 258/K/12/DJE/2016 mengenai penetapan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Alokasi Besaran Volume Untuk Pengadaan BBN Jenis Biodiesel di PT Pertamina dan PT AKR Corporindo Periode Mei-Oktober 2016 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 13

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Perbaikan kinerja kategori Pertanian mendorong tingkat kesejahteraan petani pada triwulan II 2016, bahkan mulai melewati level indikatifnya sebesar 100. NTP Provinsi Sumatera Utara 6 pada triwulan II 2016 membaik dari 99,3 pada triwulan lalu menjadi 100,6 pada periode laporan. Perbaikan NTP pada periode laporan terutama disebabkan oleh membaiknya NTP perkebunan secara signifikan yang didorong oleh membaiknya harga. Indeks ntp NTPR NTPH NTPP Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.29 Realisasi NTP Sumatera Utara 96 Mulai membaiknya harga diharapkan menjadi daya tarik bagi petani maupun buruh perkebunan untuk tetap bekerja di sektor Pertanian. Alih profesi petani perkebunan menjadi buruh pabrik, keengganan untuk melakukan aktivitas produksi atau bahkan menjadi petani tanaman pangan yang marak dilakukan akibat kemerosotan harga yang cukup signifikan pada tahun lalu menyebabkan menurunnya ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan. Rp Miliar 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Grafik 1.30 Penyaluran Kredit Pertanian Perbaikan kategori Pertanian diperkirakan masih berlangsung pada beberapa periode kedepan. Indikasi perbaikan ini tercermin dari masih tingginya penyaluran kredit pada kategori pertanian yang I II III IV I II III IV I II III IV I II Nominal Growth (yoy) 21.8% 25.7% 9,703 9,671 11,550 13,953 13,980 14,936 15,501 18,358 18,396 18,834 19,183 22,036 22,291 23,629 23,565 25,007 24,196 25,095 26,286 28,623 29,473 31,545 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II yoy 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% tumbuh dari 21,8% (yoy) menjadi 25,7% (yoy). Selain itu, adanya panen raya kedua tanaman pangan diperkirakan juga turut berkontribusi pada baiknya kinerja kategori ini pada periode mendatang, meski tidak optimal akibat adanya pergeseran periode tanam. Tw-I 2016 Tw-II ,4 5,2 Perbaikan permintaan domestik yang signifikan mendorong tingginya akselerasi kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Adanya persiapan perayaan Idul Fitri, penyaluran THR, gaji ke 13 dan 14 ditengah tekanan inflasi yang terkendali menyebabkan terjaganya daya beli masyakarakat. Dengan kondisi tersebut, kategori Perdagangan tercatat tumbuh dari 2,4% (yoy) menjadi 5,2% (yoy). Peningkatan aktivitas perdagangan didorong oleh melejitnya penjualan suku cadang yang mencapai 24,0% (yoy), jauh lebih tinggi dari capaian triwulan lalu yang hanya mencapai 2,5% (yoy). Perbaikan kinerja penjualan suku cadang ini terkait dengan tingginya aktivitas mudik yang dibarengi dengan penguatan nilai tukar yang terus berlanjut sehingga harga sparepart, suku cadang dan aksesoris kendaraan relatif menurun. Rp Juta Penjualan Suku Cadang Growth % 24.0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.31 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera Utara 160% 140% 120% 100% -20% -40% -60% Meskipun membaik, kinerja kategori ini diperkirakan belum optimal terkait dengan kinerja pariwisata yang masih terbatas. Hal tersebut tercermin dari tingkat occupancy rate hotel/penginapan yang menurun serta kunjungan wisatawan yang masih terkontraksi meski banyak event musiman. Masih berlanjutnya erupsi 80% 60% 40% 20% 0% Menggunakan nilai rata-rata bulanan April, Mei dan Juni 2016 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 14

31 Sinabung diperkirakan turut menahan laju kedatangan wisatawan ke daerah Sumatera Utara. Meskipun demikian, adanya program pemerintah dalam pengembangan Danau Toba sebagai objek wisata nasional kedepannya diperkirakan dapat mendorong kinerja pariwisata. 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% -10.0% -20.0% -30.0% -40.0% -11.4% Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.32 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate Pada triwulan III 2016, kinerja kategori PBE diperkirakan relatif stabil. Adanya perayaan hari raya Idul Fitri, libur sekolah, Festival Danau Toba, hari raya Idul Adha, serta tahun ajaran baru akan menjaga kuatnya permintaan domestik pada periode mendatang. Optimisme ini juga tercermin dari membaiknya penyaluran kredit pada triwulan II 2016, dari -3,0% (yoy) menjadi 3,0% (yoy) yang diharapkan menjadi stimulus perbaikan kinerja kategori ini kedepannya. Sementara itu, beberapa faktor yang diperkirakan menahan kinerja kategori ini pada triwulan III 2016 diantaranya adalah bergesernya pola konsumsi masyarakat seiring dengan beralihnya Ramadhan ke triwulan II Selain itu adanya pemotongan anggaran operasional pemerintah pusat dan daerah diperkirakan menahan kinerja kategori ini. Rp Miliar 50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Occupancy Rate Wisman I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Nominal Growth (yoy) -3.0% 3.0% 18,431 19,193 20,643 21,709 22,784 24,897 24,525 26,531 27,066 32,028 32,144 33,873 34,496 36,200 36,735 38,968 42,195 42,952 44,011 44,598 40,941 44,229 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Kategori PBE % yoy % 30.0% 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% 0.0% -5.0% Semaraknya budaya mudik serta perbaikan harga komoditas mendorong terdongkraknya kinerja Transportasi dan Pergudangan hingga tumbuh 8,3% (yoy). Adanya perbaikan harga komoditas juga mendorong tingginya arus transportasi barang sehingga membutuhkan kapasitas pergudangan yang memadai. Dengan demikian, kinerja subkategori perdagangan juga diperkirakan turut membaik seiring dengan perbaikan harga komoditas tersebut. Hal tersebut tercermin dari tingginya realisasi arus bongkar muat yang meningkat secara signifikan. juta Ton Tw-IV 2015 Tw-I ,6 8,3 Bongkar Muat G Bongkar G Muat 0.8% -18.1% -70.9% 42.1% -32.9% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II % 40.0% 20.0% 8.8% 0.0% -20.0% -40.0% -60.0% -80.0% Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.34 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Hari raya Idul Fitri diiringi dengan arus mudik yang cukup tinggi mendorong peningkatan kebutuhan akan moda transportasi baik untuk darat, laut dan udara. Adanya kebutuhan yang tinggi ini direspon dengan adanya penambahan kapasitas angkut baik melalui moda transportasi yang lebih banyak maupun frekuensi angkut yang lebih tinggi. Namun, arus mudik diperkirakan tidak hanya terkonsentrasi di akhir triwulan II 2016 menjelang Idul Fitri. Arus mudik terlihat masih cukup ramai mendekati Idul Fitri yang berlangsung pada awal triwulan III Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan arus penumpang udara maupun laut yang pada triwulan II 2016 justru terkontraksi dalam. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 15

32 juta orang Penumpang Udara Penumpang Laut 3 G Penumpang Udara G Penumpang Laut % -2.2% 6.8% 9.9% 60.0% 40.0% 20.0% -20.0% -40.0% -49.1% -60.0% Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.35 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara Selain didorong oleh perayaan Idul Fitri, libur sekolah dan tahun ajaran baru, ekspektasi akan membaiknya kategori Transportasi dan Pergudangan di periode mendatang tercermin dari masih terus berlanjutnya perbaikan penyaluran kredit ke kategori ini. Penyaluran kredit kategori transportasi dan pergudangan kembali membaik dari -11,7% (yoy) menjadi -3,2% (yoy). Terus digenjotnya akselerasi beberapa program peningkatan kapasitas infrastruktur perhubungan yang telah dimulai pada akhir tahun 2015 lalu diharapkan dapat mendukung kinerja kategori ini di masa mendatang. Rp Miliar 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Nominal 1,568 1,943 2,233 2,485 2,598 2,875 2,995 3,310 3,397 3,588 3,704 3,683 3,570 5,161 4,655 3,925 3,807 3,598 3,605 3,478 3,360 3,482 Grafik 1.36 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan Proyek infrastruktur strategis nasional di Sumatera Utara yang terus digencarkan menopang kokohnya realisasi kinerja kategori konstruksi dari 4,3% (yoy) menjadi 5,5% (yoy). Hal ini selaras dengan akselerasi konsumsi semen dan indeks penjualan barang konstruksi. Beberapa proyek infrastruktur strategis yang merupakan lanjutan dari proyek multiyears yang dimulai tahun lalu diantaranya adalah pembangunan Pelabuhan Belawan, Terminal Multi purpose 0.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% -3.2% -11.7% 0.0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Tw-I 2016 Tw-II ,3 5,5 Growth (yoy) yoy -20.0% -40.0% Pelabuhan Kuala Tanjung dan Tol Trans Sumatera. Dorongan pemerintah pusat untuk melakukan percepatan pembangunan infrastruktur strategis turut berkontribusi dalam tingginya realisasi proyekproyek tersebut. Sementara itu, kinerja kategori Konstruksi pada triwulan laporan belum mendapat dorongan yang lebih besar dari realisasi investasi swasta maupun program pemerintah daerah, khususnya investasi bangunan. Pelaku usaha masih cenderung wait and see terhadap perkembangan perekonomian, terutama terkait dengan belum kokohnya perbaikan permintaan. Sementara itu, terlambatnya proses pengadaan masih menjadi momok sulitnya optimalisasi realisasi pembangunan dari sisi pemerintah daerah. Rp Miliar 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Nominal Growth (yoy) -2.1% 2,702 2,687 3,190 3,156 2,935 3,297 3,835 3,953 3,776 4,407 5,279 5,114 4,904 4,907 5,357 5,394 5,027 5,181 5,297 5,270 4,922 5,592 Grafik 1.37 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi Pada triwulan III 2016, akselerasi kinerja kategori konstruksi diperkirakan berlanjut seiring dengan realisasi infrastruktur strategis yang tepat waktu. Selain itu, perkiraan dari selesainya proses pengadaan infrastruktur perhubungan dari sisi APBD juga diperkirakan mendorong kinerja kategori ini lebih baik. Penyaluran kredit pada triwulan II yang terakselerasi dari -2,1% (yoy) menjadi 7,3% (yoy) juga diharapkan dapat menjadi stimulus dari perbaikan perekonomian ke depan. Ditengah perbaikan harga komoditas yang terus berlanjut, kinerja kategori Industri Pengolahan pada triwulan II 2016 melambat cukup signifikan. Industri pengolahan tercatat melambat tajam dari 6,6% (yoy) menjadi 2,2% (yoy). Adanya perilaku pelaku usaha untuk meningkatkan stok sebelum pucak permintaan berlangsung sementara aktivitas produksi relatif 7.9% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Tw-I 2016 Tw-II ,6 2,2 yoy 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% -10.0% PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 16

33 menurun seiring dengan adanya libur lebaran mendorong perlambatan kategori ini. Melambatnya kinerja kategori ini juga tercermin dari melambatnya penyaluran kredit industri pengolahan. Rp Miliar 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Nominal Growth (yoy) 17,670 18,226 18,455 21,666 20,741 23,120 23,689 26,140 25,942 26,899 29,867 31,883 31,211 33,207 33,380 33,030 35,073 37,803 38,846 36,369 35,425 36,731 Grafik 1.38 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan Masih belum kuatnya permintaan global juga turut menahan perbaikan kinerja kategori Industri Pengolahan. Hal ini tertangkap dari masih terkontraksinya kinerja ekspor manufaktur Sumatera Utara. Selain terkendala dari sisi permintaan, perkembangan industri pengolahan di Sumatera Utara, terutama karet juga berasal dari pasokan. Permasalahan minimnya bahan baku juga masih menjadi dilema bagi industri pengolahan karet, dimana kekurangan bahan baku untuk industri domestik saja mencapai 40%. 1.0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II yoy 45.0% 40.0% 35.0% 30.0% 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% -2.8% 0.0% -5.0% -10.0% tersebut belum diiringi dengan keandalan layanan yang prima, dengan demikian pelaku usaha masih perlu menggunakan daya pengganti, baik itu dalam bentuk genset atau energi alternatif. Di tahun 2016, Pemerintah terus menggodok kebijakan maupun langkah-langkah akomodatif dalam menciptakan iklim usaha maupun investasi yang kondusif. Memasuki awal tahun 2016, pemerintah daerah Sumatera Utara berhasil mengupayakan penurunan tarif gas industri yang harganya jauh melebihi rata-rata harga gas industri di ASEAN. Harga gas industri di Sumatera Utara memasuki awal tahun 2016 turun dari US$12,22/MMBTU menjadi US$11,22/MMBTU. Meski sudah turun, namun harga gas industri di Sumatera Utara masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga gas industri di daerah lain yang hanya mencapai US$6-8/MMBTU. Pemerintah daerah Sumatera Utara terus melakukan koordinasi dan konsolidasi untuk mengatasi permasalahan tingginya harga gas ini. juta m Volume Growth (yoy) 8.0% 6.0% 4.0% 2.0% 0.0% -2.0% Milyar 2.5 Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume 40% 11 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II -4.0% % 20% 6.2% -9.3% 10% Sumber: PDAM Tirtanadi Grafik 1.40 Perkembangan Penyaluran Air % % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.39 Perkembangan Ekspor Manufaktur 0% -10% -20% -30% Meskipun kinerja Industri Pengolahan menurun, penyaluran air sebagai komponen pendukung industri yang sangat penting masih relatif prima. Penyaluran air bersih tumbuh dari 2,8% (yoy) menjadi 5,4% (yoy). Begitu juga dengan listrik industri yang tumbuh dari - 0,4% (yoy) menjadi 2,9% (yoy). Selain itu, kinerja kategori ini tidak lepas dari meningkatnya ketersediaan fasilitas pendukung, seperti listrik dan gas. Pada awal tahun 2016, Sumatera Utara secara keseluruhan telah melewati episode defisit listrik yang telah lama dikeluhkan oleh pelaku usaha dan masyarakat. Memadainya pasokan listrik untuk kepentingan industri yang diiringi dengan terus disesuaikannya harga listrik oleh pemerintah mendorong mulai kondusifnya aktivitas industri pengolahan. Meskipun demikian, pelaku usaha masih merasakan pasokan listrik yang telah memadai Pada triwulan III 2016, diperkirakan kinerja industri pengolahan membaik seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik serta meningkatnya hasil produksi kelapa sawit sebagai bahan baku industri. Selain itu, adanya kontrak pembelian CPO untuk biodiesel seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga diperkirakan turut mendorong kinerja industri pengolahan. Dari sisi eksternal, seiring dengan adanya pelaksanaan festival kue bulan di Tiongkok juga turut mendorong permintaan. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 17

34 Meskipun demikian, kinerja kategori ini masih dihadang oleh kembali menurunnya harga komoditas perkebunan di pasar internasional memasuki awal triwulan III Dengan adanya sistem kontrak pembelian yang telah dilakukan sebelumnya, diharapkan dampak dari penurunan harga komoditas ini minimal sehingga industri pengolahan masih dapat mencatatkan pertumbuhan yang baik kedepannya. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 18

35 Boks 1 Strategi Pengembangan Kawasan Danau Toba Sebagai Pusat Perekonomian Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan tingkat occupancy rate di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 kembali menurun. Tingkat occupancy rate pada triwulan II 2016 hanya mencapai 48%, terus menurun sejak awal tahun 2015 lalu. Hal ini patut disayangkan mengingat potensi pariwisata yang dimiliki oleh Sumatera Utara sangat besar. Dengan demikian, pemerintah daerah maupun pusat mulai serius melakukan penggarapan Danau Toba, salah satu icon pariwisata Sumatera Utara yang tersohor hingga ke mancanegara. Danau Toba merupakan danau alami dengan luas sebesar 1.130km 2 yang berada di 7 kabupaten yaitu Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Ketujuh kabupaten tersebut menyumbang 13,2% perekonomian Sumatera Utara. Pertumbuhan daerah di sekitar Danau Toba pada tahun 2014 mencapai 5,1% (yoy) 7. Pengembangan Danau Toba kedepannya tertuang di dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS), yang akan dikembangkan dalam bentuk kawasan strategis pariwisata nasional dan destinasi pariwisata nasional. Adapun pengembangan wisata Danau Toba direncanakan sesuai dengan Perpres 81 tahun 2014 pasar 8 ayat 4 dan pasar 40 diantaranya adalah budaya tradisional, panorama, cagar budaya etnik Batak, kampung adat, serta wisata tirta. Lebih lanjut, dalam mengembangkan Danau Toba, telah dibentuk Badan Otorita Danau Toba yang dibentuk melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2016 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba. Adapun arah kebijakan pengembangan pariwisata di Sumatera Utara, khusunya Danau Toba diantaranya adalah: 1. Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan mancanegara dan mendorong peningkatan wisatawan nusantara. 2. Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdaya saing di dalam negeri dan di luar negeri. 3. Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk/jasa pariwisata nasional di setiap destinasi pariwisata yang menjadi fokus pemasaran. 4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata: membangun sumber daya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional. Tabel 1.5 Dramaga di Kawasan Danau Toba Sumber: Bappeda Provinsi Sumatera Utara Pengembangan pariwisata di Sumatera Utara, khususnya Danau Toba masih menemui beberapa kendala, terutama permasalahan dari fasilitas pendukung, seperti infrastruktur, konektivitas, promosi dan sumber daya manusia. Aksesibilitas Danau Toba dinilai belum optimal. Jarak tempuh dari Bandara Internasional Kuala Namu ke Danau Toba (Parapat) sekitar 3-5 jam. Permasalahan ini telah diselesaikan dengan kembali beroperasinya Bandar Udara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara sebagai gerbang pintu masuk wisatawan dari sisi barat. Sementara itu, dari sisi timur saat ini tengah dilakukan pendalaman akses Bandar Udara Sibisa yang berlokasi di Kabupaten Toba Samosir. Meskipun demikian, kapasitas bandara yang ada saat ini masih belum optimal. Panjang landasan pacu saat ini untuk Bandara Sibisa adalah 750x23 meter, sementara untuk Bandara Silangit baru berukuran x 30 meter. Agregasi dari PDRB ketujuh kabupaten/kota sekitar Danau Toba PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 19

36 Selain penguatan infrastruktur udara, konektivitas darat juga tidak luput dari perhatian Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Terdapat beberapa jalan yang rencananya akan dibangun pada periode mendatang, diantaranya adalah Jalan Tol Tebing-Tinggi Parapat, Jalan Rawasaring (Tanjung Morawa-Saribu Dolok- Tongging), Jalan Lingkar Luar Danau Toba, Jalan Lingkar Pulau Samosir dan Jembatan Tano Ponggol. Selain itu, Danau Toba juga telah dilengkapi dengan pelabuhan penyeberangan baik untuk penumpang maupun barang. Pada saat ini terdapat 16 dermaga dengan luas daerah sebesar m 2. Dengan cukup baiknya konektivitas darat ke depannya, diharapkan mobilitas wisatawan dapat lebih tinggi sehingga dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan terbentuk perspektif positif di mancanegara terhadap Dana Toba. Permasalahan SDM di wilayah Danau Toba juga masih menjadi permasalahan tersendiri. Meski kualitas SDM Sumatera Utara yang tercermin dari IPM lebih baik dari nasional, namun persebaran kualitas SDM dapat dikatakan belum merata. IPM Kabupaten Dairi, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli Tengah tercatat lebih rendah dari IPM Sumatera Utara. Selain dari sisi kualitas SDM, permasalahan budaya melayani dan keramahan masyarakat juga masih dikeluhkan oleh wisatawan. Dengan demikian, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mencoba merumuskan kebijakan revolusi mental, diantaranya adalah membentuk masyarakat yang ramah dan lingkungan yang nyaman bagi pelancong, petugas yang ramah dan melayani serta penegakan hukum dan disiplin Sumut Tapteng Taput Tobasa Simalungun Dairi Karo Humbahas Grafik 1.41 Perkembangan IPM PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 20

37 Peluang Industri Non-Komoditas untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas Boks 2 Dalam dekade terakhir, pergerakan dan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara secara umum tidak dapat disangkal selalu diwarnai dengan pergerakan komoditas perkebunan, di antaranya yang paling besar adalah kelapa sawit dan karet. Besarnya pengaruh komoditas tersebut terhadap perekonomian Sumatera Utara disebabkan oleh faktor geografis dan kesuburan tanah yang sangat cocok untuk kedua komoditas di atas. Hal tersebut berdampak positif ketika harga komoditas sedang boom seperti yang terjadi pada tahun 2011, akan tetapi berdampak buruk secara signifikan ketika harga jatuh seperti yang dialami dalam 2 tahun terakhir. Dalam update terakhir, meskipun komoditas karet sedang cukup terpuruk namun industri berbasis kelapa sawit masih positif perkembangannya, dengan banyak investasi yang masuk. Pertanyaannya adalah, bagaimana bila komoditas kelapa sawit juga mengalami bust? Pada liaison periode ini, kami melakukan liaison ke 4 kontak perusahaan industri berbasis non komoditas perkebunan di mana tiga diantaranya merupakan perusahaan yang sudah cukup established dan berskala nasional maupun internasional. Meskipun demikian, berbeda dengan perusahaan berbasis komoditas kelapa sawit dan karet, perusahaan yang menjadi kontak tersebut merupakan pemain tunggal di Sumatera Utara atau minim kompetisi dari perusahaan serupa, sebagian besar pesaing berasal dari Jawa atau luar Indonesia. Dari hasil liaison yang kami lakukan kepada beberapa perusahaan industri berbasis non komoditas perkebunan, kinerja industri-industri ini relatif menggembirakan, berbeda dengan kondisi pelemahan industri komoditas perkebunan. Perbaikan yang terjadi pada industri ini diharapkan dapat berfungsi sebagai buffer terhadap pelemahan ekonomi akibat jatuhnya harga komoditas perkebunan. Salah satu contoh yang menarik adalah perusahaan pengecoran mesin berbasis baja untuk pertambangan. Industri tersebut merupakan salah satu industri bernilai tambah tinggi yang jarang dijumpai di Indonesia, dan sebagian besar pesaingnya berasal dari Amerika Serikat, Tiongkok atau Australia. Berhasil tumbuhnya perusahaan tersebut sangat positif bagi perekonomian Sumatera Utara, selain karena dari sisi penyerapan tenaga kerja, namun memberikan spesialisasi industri yang memberikan nilai tambah dan teknologi yang tinggi di Sumatera Utara. Perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah Daerah dan regulator bagaimana mengembangkan atau menambah pemain di industri serupa untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang lebih berkualitas. Berdasarkan hasil in-depth interview dengan pelaku usaha untuk mengembangkan industri non komoditas di perusahaan tersebut, diakui bahwa untuk non komoditas, keberadaan supporting industries yang diperlukan untuk sinergi pengembangan masih sangat minim. Oleh karena itu sebagian besar kebutuhan bahan baku masih harus diimpor dari luar negeri atau dari pulau Jawa. Beberapa kebijakan yang bisa dan penting untuk dilakukan Pemerintah Daerah saat ini ada 3 hal yaitu mengurai proses perizinan yang birokratis dan penuh biaya siluman, pembangunan infrastruktur logistik dan energi (listrik dan gas), serta dukungan pembiayaan yang lebih terjangkau. Ketiga hal tersebut serupa dengan hasil analisis riset Growth Diagnostic kami dimana faktor perizinan dan korupsi paling banyak dikeluhkan oleh pelaku usaha dan akan membuat investor asing enggan untuk masuk ke Sumatera Utara. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 21

38 -2.9% 3.2% 6.0% 5.2% 3.9% 2.8% 2.1% 72% 69% 69% 66% 66% 73% 66% 68% 70% 66% 67% 71% 76% 90% 81% 87% 77% 92% 83% 83% 82% 78% 7.9% 6.8% 5.2% 13.7% 16.0% 14.0% 18.8% 15.7% 11.8% 12.0% 9.3% 10.5% 18.0% 27.2% 25.2% -15.4% -10.1% -6.8% -5.5% -7.3% -7.5% -9.2% -11.0% -3.0% -4.9% -2.3% -1.4% -0.5% -1.5% -3.3% -3.2% 0.0% 4.2% 2.8% 4.4% 3.6% 3.5% Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Boks 3 Dunia Usaha Menunjukkan Optimisme Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Triwulan II 2016 Sejalan dengan siklus perkembangan perekonomian, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha pada triwulan II 2016 meningkat tajam dari -0,8% (yoy) menjadi 11,2% (yoy). Peningkatan kinerja dunia usaha ini terutama terjadi pada sektor perdagangan dan industri pengolahan. Saldo bersih tertimbang sektor perdagangan tercatat membaik dari -0,5% menjadi 3,2%. Begitu juga dengan sektor industri pengolahan yang meningkat dari 3,9% menjadi 6,1%. Adanya peningkatan kinerja dunia usaha belum diiringi dengan perbaikan penyerapan tenaga kerja. Masih tingginya ketidakpastian pasar komoditas internasional menyebabkan sikap pelaku usaha untuk wait and see dalam meningkatkan kapasitas produksinya. Dengan demikian, pertumbuhan jumlah karyawan pada triwulan II 2016 relatif stabil dari 3,6% menjadi 3,5%. 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% 0.0% -5.0% -10.0% -15.0% 11.3%11.1% 20.5% 19.4% 15.6% 3.8% -7.7% 7.1% 9.1% -12.2% 2.4% -0.3%0.0% 12.8% 8.4% 0.0% 17.6% -3.2% -0.81% % 2.41% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II % YoY 10.0% 5.0% 0.0% -5.0% -10.0% -15.0% -20.0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.42 Perkembangan Kegiatan Usaha Grafik 1.43 Jumlah Karyawan Belum kuatnya perbaikan pasar komoditas juga tercermin dari perkembangan saldo bersih tertimbang harga jual yang justru menurun, dari 18,0% menjadi 2,1%. Realisasi ini jauh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang menunjukkan tingginya ekspektasi perbaikan harga. Sementara itu, kapasitas terpakai juga relatif menurun dari 82% menjadi 78%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perbaikan kondisi dunia usaha pada triwulan II 2016 diperkirakan lebih banyak didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat yang bersifat musiman. %, yoy 30.0% 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% 0.0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II -5.0% Grafik 1.44 Perkembangan Harga Jual 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Kapasitas Terpakai I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.45 Kapasitas Terpakai Ke depan, hasil SKDU pada Juli 2016 mengkonfirmasi optimisme pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha khususnya pada triwulan III Hal tersebut tercermin dari indeks perkiraan kegiatan usaha yang justru meningkat pada triwulan III Tingginya permintaan masyarakat seiring dengan perayaan hari raya Idul Fitri, libur sekolah dan tahun ajaran baru mendorong optimisme pelaku usaha akan kegiatan dunia usaha dari 10,9% pada triwulan II 2016 menjadi 13,6% pada triwulan III Hal tersebut juga yang mendorong pelaku usaha PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 22

39 untuk melakukan perluasan penyerapan tenaga kerja, yang meningkat dari 11,8% menjadi 12,0%. Meskipun demikian, optimisme pelaku usaha relatif tertahan terkait keyakinan terhadap perbaikan pasar domestik maupun internasional yang belum persisten. Sementara itu, harga jual pada triwulan III 2016 diperkirakan kembali menurun. 40.0% 35.0% 30.0% 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% 0.0% -5.0% Perkiraan Kegiatan Usaha Perkiraan Harga Jual I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % 12.0% 10.0% 8.0% 6.0% 4.0% 2.0% 0.0% -2.0% -4.0% -6.0% -8.0% 6.2% 7.4% 11.3% 7.1% 11.6% 5.8% 4.4% -3.4% 0.0% -3.4% 3.4% -4.7% -5.5% 4.8% 7.3% 1.6% 0.3% 10.2% 0.0% 3.7% 0.2% 11.8% 12.0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Grafik 1.46 Perkiraan Kegiatan Usaha dan Harga Jual Grafik 1.47 Perkiraan Jumlah Karyawan PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 23

40 Boks 4 Potensi Maritim Sumatera Utara Dalam Menopang Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Sumatera Utara sebagai provinsi yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan Samudera Hindia memiliki potensi yang sangat besar dalam industri maritim, baik dari sumber daya perikanan, transportasi laut, maupun industri pariwisata. Sumatera Utara memiliki panjang pantai sebesar km serta luas laut sebesar km 2. Dengan luas laut di wilayah Sumatera Utara yang mencakup 60,5% dari luas wilayahnya serta pengembangan infrastruktur pelabuhan yang salah satunya akan menjadi hub perdagangan internasional menunjukkan besarnya potensi tersebut. Potensi perikanan tangkap di wilayah Sumatera Utara sangat tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan, potensi sumber daya ikan di Selat Malaka yang belum dimanfaatkan mencapai 276 ribu ton/tahun, sementara di Samudera Hindia mencapai 565,2 ribu ton/tahun. Sementara pada tahun 2015, produksi penangkapan ikan sebesar 611,9 ribu ton. Dengan demikian, produksi perikanan tangkap laut dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi untuk memenuhi kebutuhan ikan tidak hanya di Sumatera Utara tetapi juga secara nasional. Pada tahun 2016, target penangkapan ikan dinaikkan menjadi ton (untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan sebesar 42 kg/kapita/tahun). Untuk mendukung pemenuhan konsumsi tersebut, saat ini di Sumatera Utara telah dibangun Unit Pengolahan Ikan (UPI) skala kecil dan 54 UPI skala menengah dan besar serta 2 unit pengolahan dan penanganan produk non konsumsi. Akan tetapi jumlah UPI yang telah memiliki sertifikat kelayakan pengolahan (SKP) ada 55 SKP dengan hanya 1 UPI kecil yang memiliki SKP. Volume produk olahan dari keseluruhan UPI mencapai ton dengan nilai produksi olahan sebesar Rp 697 milyar. Belum optimalnya tangkapan perikanan laut didorong oleh beberapa faktor 8. Masih tradisionalnya metode penangkapan yang digunakan oleh nelayan menyebabkan hasil tangkapan nelayan tidak optimal. Sistem penangkapan masih menggunakan sistem one day fishing. Alat yang digunakan oleh nelayan juga masih terbatas, bahkan tidak jarang masih menggunakan alat yang dilarang seperti pukat hela dan pukat tarik. Kapal modern (kapal motor) yang berada di Sumatera Utara hanya tercatat sebanyak 45%. Kondisi tersebut diantaranya terkait dengan tingkat pendidikan mayoritas nelayan yang relatif rendah. Dalam kaitan tersebut, pemerintah melalui kementerian kelautan berupaya memberikan bantuan biaya pembuatan 3500 kapal penangkap ikan ramah lingkungan yang akan didistribusikan secara nasional. Syarat yang harus dipenuhi adalah nelayan dimaksud tergabung dalam gabungan kelompok nelayan dan memiliki badan hukum koperasi. Namun, banyak nelayan yang belum bergabung dalam koperasi. Dari sisi regulasi, masih terdapat beberapa faktor yang menyebabkan belum optimalnya pencapaian kinerja perikanan. Adanya pembatasan kapal angkut ikan yang hanya diperbolehkan dibawah 150 GT menyebabkan ikan yang ditangkap tidak dapat diangkut secara maksimal. Hal ini berakibat pada penurunan harga ikan di tingkat pemasok dan kenaikan di tingkat konsumen karena biaya angkut bertambah. Adanya ketentuan untuk memiliki surat izin angkut ikan juga dinilai menyulitkan proses pengangkutan ikan olahan dengan menggunakan kapal kargo. Potensi ekonomi maritim juga terkait dengan optimalisasi transportasi laut. Dari sisi industri logistik, lokasi Sumatera Utara dapat dikatakan sangat strategis. Total potensi lalu lintas peti kemas di Selat Malaka mencapai 51,5 juta TEUs/tahun. Namun, aktivitas peti kemas ini masih terpusat di Singapura sebagai wilayah transhipment untuk daerah ASEAN. Potensi peti kemas yang mampu diserap oleh Singapura adalah 31,3 juta TEUs/tahun, disusul oleh Port Klang dengan potensi sebesar 10,0 juta TEUs/tahun. Pelabuhan Belawan yang berlokasi di Selat Malaka baru menyerap arus peti kemas sebanyak 1,0 juta TEUs/tahun. Untuk mendorong kinerja sektor logistik Hasil FGD dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 24

41 dan ekspor impor, kapasitas pelabuhan terus diupayakan untuk ditingkatkan. Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan terbesar di Sumatera Utara saat ini masih direvitalisasi. Sementara itu, akses menuju Pelabuhan Belawan juga terus dikembangkan, diantaranya adalah revitalisasi jalan dan pembangunan jalur kereta api BICT Belawan. Selain Pelabuhan Belawan, pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung diharapkan dapat menyokong aktivitas logistik industri dan produk perkebunan yang lebih besar. Pelabuhan Kuala Tanjung sangat penting untuk dapat bersaing dengan Port Klang di Malaysia dan pelabuhan di Singapura karena keterbatasan Pelabuhan Belawan untuk dilalui mother vessel. Pelabuhan Kuala Tanjung merupakan pelabuhan di pantai timur Sumatera Utara yang direncanakan memiliki kapasitas ± 25 juta TEUs. Pelabuhan dengan kapasitas yang sangat besar ini direncanakan akan dibangun dalam beberapa tahap dalam kurun waktu , hingga mencapai cita-cita akhirnya untuk membentuk suatu kawasan integrated urban area Kuala Tanjung. Pembangunan awal dari kawasan ini adalah pembangunan terminal multipurpose hingga akhir Progress pembangunan terminal ini masih on track dan saat ini telah mencapai 51% dari rencana pembangunannya. Pelabuhan dengan karakteristik kedalaman alami ini diperkirakan akan menjadi pemain unggul dalam kancah pelabuhan di Selat Malaka ke depannya. Sama seperti halnya rencana pengembangan Pelabuhan Belawan, pelabuhan ini kedepannya akan turut ditunjang dengan fasilitas perkeretaapian. Pengembangan industri kemaritiman di Sumatera Utara juga dikukuhkan dengan pengembangan Pelabuhan Palimbungan Ketek di pantai barat dan pengembangan kawasan kepulauan Nias. Dari hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia, pelaku usaha melihat yang paling penting untuk diperbaiki adalah terkait dwelling time, kondisi infrastruktur menuju pelabuhan yang buruk dan bottleneck di pintu masuk, serta biaya bongkar muat yang relatif mahal. Rata-rata dwelling time di Belawan adalah antara 3-7 hari, salah satu penyebab utama pengecekan kepabeanan yang dianggap masih terlalu lama. Sementara di pelabuhan Singapura atau Port Klang menggunakan metode online sehingga dwelling time hanya 1 hari. Selain itu, pelaku usaha masih mengeluhkan mengenai biaya tidak resmi. Pembangunan infrastruktur maritim juga diperlukan untuk mendukung sektor kepariwisataan khususnya wisata bahari ke depan. Hal ini diperlukan mengingat jumlah wisatawan yang masuk ke Sumatera Utara di tahun 2015 turun sebesar 15,36% dibandingkan tahun 2014 dan merupakan penurunan terdalam dalam 10 tahun terakhir. Berdasarkan pintu masuk, sebagian besar wisatawan masuk melalui Bandar Udara Kuala Namu 87%, Pelabuhan Belawan 9% dan Pelabuhan Tanjung Balai 4%. Tujuan wisata di Sumatera Utara yang terkait dengan wisata bahari diantaranya Nias dan Danau Toba. Pembangunan infrastruktur maritim juga dapat mendukung pengembangan Danau Toba sebagai Monaco of Asia. Di kepulauan Nias, penurunan wisatawan terutama peselancar dimana olahraga selancar menjadi salah satu fokus pengembangan pariwisata di Sumatera Utara sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) berdasarkan PP No.50 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Nias memiliki potensi yang besar untuk wisata selancar dan keindahan pantainya. Kendala utama wisata bahari adalah akomodasi dan ketersediaan tenaga kerja pariwisata bersertifikat dan kesadaran pariwisata di masyarakat relatif rendah. Di Nias, jumlah akomodasi yang tersedia masih terkonsentrasi pada Gunung Sitoli dan Nias Selatan dengan kualitas akomodasi kelas melati. Tingkat penghunian juga masih berkisar antara 14% - 16%. Selain itu, secara umum penurunan jumlah wisatawan disebabkan beberapa faktor, antara lain: a. Jarak tempuh yang cukup lama dari kota Medan menuju tempat wisata dan variasi tempat wisata yang tidak bertambah. b. Naiknya karang laut akibat dari tsunami di Samudra Hindia menyebabkan tinggi ombak yang tidak sebaik dulu untuk peselancar. c. Infrastruktur jalan yang masih tersentralisasi di Teluk Dalam Nias Selatan menjadi hambatan bagi wisatawan untuk meng-explore lebih lanjut keindahan wisata Kepulauan Nias. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 25

42 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 26

43 BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi belanja Pemerintah di Sumatera Utara yang lebih baik memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Perbaikan realisasi anggaran terlihat baik pada APBD Provinsi, APBD Kabupaten / Kota maupun APBN pada triwulan II 2016 yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi belanja Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan II 2016 mencapai 30,7% dari total anggaran. Demikian halnya dengan serapan APBN terealisasi 35,3% dari pagunya. Realisasi ini masih sesuai dengan polanya, dimana akselerasi penyerapan anggaran diperkirakan baru akan terjadi pada triwulan III 2016, sejalan dengan terlaksananya pengadaan barang dan jasa (belanja modal). KEUANGAN PEMERINTAH 27

44 Tabel 2.1 Anggaran dan Realisasi APBD Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Triwulan II 2016 Dalam Rupiah APBD PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA PAGU REALISASI TW II PAGU REALISASI TW II 1. PENDAPATAN ,3% ,4% 1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH ,4% ,5% Pajak daerah ,6% ,5% Retribusi daerah ,3% ,4% Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ,0% ,5% Lain-lain PAD yang sah ,9% ,4% 1.2 TRANSFER ,1% ,7% DAPER ,0% ,3% Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak ,2% ,2% Dana Alokasi Umum ,0% ,3% Dana Alokasi Khusus ,0% ,0% Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus ,4% ,9% 1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH ,0% ,1% Transfer antar Pemda/Pusat ,4% ,4% Dana Darurat Hibah ,6% ,8% 2. BELANJA ,5% ,7% 2.1 Belanja Pegawai ,3% ,2% 2.2 Belanja Barang & Jasa ,5% ,4% 2.3 Belanja Modal ,7% ,9% 2.4 Belanja Bansos dan Hibah ,0% ,7% 2.5 Transfer ,1% ,8% 2.6 Belanja Lainnya Surplus/Defisit ( ) % ( ) ,7% Sumber: Biro Keuangan dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah 2.1 Gambaran Umum Pada triwulan II 2016, serapan anggaran APBD pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara dan APBN di Sumatera Utara meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Selain pengeluaran rutin kantor dan belanja pegawai, realisasi anggaran juga sudah meliputi belanja modal. Setelah sempat terkendala karena proses revisi Rencana Anggaran Biaya sehubungan dengan penyesuaian harga BBM, proses pelelangan proyek-proyek strategis sudah mulai dilaksanakan sejak bulan Mei Perikatan kontrak juga telah dilakukan mulai bulan Juli Diperkirakan serapan anggaran akan terus meningkat pada triwulan III mendatang. 2.2 Realisasi APBD Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Hingga triwulan II 2016, realisasi pendapatan pemerintah daerah Sumatera Utara 9 mencapai Rp miliar atau 48,4% dari target pendapatan tahun 2016 sebesar Rp miliar. Realisasi ini secara nominal lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015 yang hanya mencapai Rp miliar namun secara persentase terhadap pagunya lebih rendah dari capaian tahun lalu (49,3%). Peningkatan signifikan terjadi pada komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah yang meningkat dari Rp500 miliar atau 32% dari target Terdiri dari APBD pemerintah Provinsi dan pemerintah daerah 28 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara (data sementara). Yang tidak termasuk adalah Kabupaten Nias, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Samosir dan Kota Medan karena keterbatasan data. 28

45 menjadi Rp1.251 miliar atau 258,1% dari target. Komponen pendapatan transfer meningkat dari Rp miliar (51,1%) menjadi Rp miliar (46,7%), sementara PAD 10 terealisasi lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan strukturnya, realisasi APBD pemerintah daerah Sumatera Utara pada triwulan II 2016 masih didominasi oleh Dana Perimbangan/Transfer yang mencapai 78%, diikuti oleh PAD sebesar 15% dan Lainlain Pendapatan yang Sah sebesar 1%. Hal ini menunjukkan rasio derajat otonomi fiskal Provinsi Sumatera Utara masih rendah, dibandingkan daerah di Pulau Jawa yang pangsa PAD-nya umumnya di atas 50%. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai 41,5% dari pagu, atau Rp2.886 miliar dari target Rp6.962 miliar. Realisasi ini menurun jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp3.121 miliar (46,5%). Pajak daerah masih menjadi andalan sumber pendapatan yang terealisasi Rp2.080 miliar (40,5% dari pagu), menurun dibandingkan penerimaan triwulan II 2015 yang mencapai Rp2.159 miliar (42,6%). Retribusi daerah juga menurun dari 39,3% menjadi 26,4% dengan nilai nominal sebesar Rp136 miliar. Satu-satunya komponen PAD yang meningkat adalah komponen Lain-lain PAD yang sah yang meningkat tajam dari 38,6% menjadi 65,9% dari pagu dengan nominal sebesar Rp110,9 miliar. Belum optimalnya capaian PAD diperkirakan merupakan dampak dari masih terbatasnya perbaikan daya beli masyarakat seiring dengan koreksi harga komoditas yang masih terbatas di tengah melambatnya industri pengolahan. Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan II 2016, pendapatan transfer tercatat terealisasi sebesar Rp miliar (46,7% dari pagu). Peningkatan realisasi bersumber dari kenaikan dana bagi hasil (DBH) yang terealisasi senilai Rp1.699 miliar atau 64,2% dari pagu, meningkat dari triwulan II 2015 yang sebesar Rp589 miliar (37,2% dari pagu). Dana alokasi umum (DAU) sedikit menurun, yaitu Rp9.248 miliar (49,3%) dibandingkan triwulan II 2015 yang mencapai Rp9.329 miliar (55%). Sementara itu, Dana alokasi khusus (DAK) dan Dana penyesuaian dan otonomi khusus secara nominal meningkat tajam, masing-masing mencapai Rp1.535 miliar dan Rp2.608 miliar. Peningkatan yang cukup signifikan secara nominal tersebut diperkirakan merupakan realisasi dana operasional sekolah untuk pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SD, SMP, dan SMU yang berlangsung pada bulan April dan Mei 2016 dan realisasi dana desa. Dari sisi belanja, hingga triwulan II 2016 Pemerintah Daerah Sumatera Utara telah merealisasikan anggaran belanja sebesar Rp miliar atau 30,7% dari total anggaran. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015 yang tercatat hanya sebesar 28,5% dari total anggaran. Belanja Pemda Sumut masih didominasi oleh belanja pegawai sebesar Rp6.418 miliar (37,2% dari pagu) diikuti belanja bansos dan hibah sebesar Rp1.963 miliar (21,7% dari pagu), belanja barang dan jasa sebesar Rp1.655 miliar (22,4% dari pagu), dan belanja modal sebesar Rp1.241 miliar (15,9% dari pagu). Perbaikan realisasi belanja Pemda Sumatera Utara didorong oleh realisasi belanja modal yang pada triwulan I 2016 masih terealisasi sangat rendah. Setelah terkendala oleh revisi Rencana Anggaran Biaya (RAB) pengadaan karena adanya penurunan harga BBM, pengadaan proses pelelangan proyekproyek pembangunan maupun peningkatan jalan dan jembatan telah dimulai pada bulan Mei Penandatanganan kontrak sebagian telah terlaksana pada bulan Juli Dari 741 rencana paket pengadaan aktivitas strategis yang menggunakan APBD Pemprov Sumut dengan total nilai sebesar Rp1,53 triliun pada tahun 2016, hingga triwulan II 2016 telah diproses pengadaannya sebanyak 59,51% (441 paket). Dari jumlah tersebut, 21,86% (162 paket) Pajak provinsi umumnya adalah pajak yang berkaitan dengan kegiatan konsumsi rumah tangga, seperti Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. 29

46 telah memasuki tahap pelaksanaan dan 2,56% (19 paket) telah selesai. Secara spasial, Kabupaten Batubara merupakan wilayah dengan realisasi belanja terbesar mencapai 45,9% dari pagu (Rp535 miliar), diikuti oleh Kabupaten Langkat 43,5% (Rp794 miliar), Kota Binjai 42,5% (Rp434 miliar), Kota Gunung Sitoli 41,3% (Rp317 miliar) dan Pemprov Sumatera Utara 39,8% (Rp3.959 miliar). Sementara itu, Kabupaten Deli Serdang membukukan realisasi anggaran belanja terendah, hanya mencapai 10,4% dari total anggaran. Rendahnya pencapaian tersebut juga karena masih rendahnya realisasi untuk belanja modal yang baru mencapai 11% dari pagunya. Proses pengadaan lelang aktivitas strategis juga baru dilakukan sebanyak 27,2% dari rencana. Pada tahun 2016 pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah merencanakan paket aktivitas strategis pengadaan konstruksi maupun konsultansi senilai Rp726,29 miliar, sehingga ke depan diharapkan dapat mendorong pencapaian belanja modal yang optimal. Dengan perkembangan tersebut, realisasi anggaran belanja diperkirakan baru terakselerasi di triwulan III 2016 dan mencapai puncaknya di akhir tahun. Secara strukturnya, realisasi belanja Pemda Sumatera Utara masih didominasi oleh belanja pegawai, namun porsinya menurun dari 55,7% menjadi 49,3% dibandingkan triwulan II Realisasi belanja modal menunjukkan peningkatan dari 8,5% menjadi 9,5%, seiring dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah dan investasi yang lebih tinggi pada PDRB Sumatera Utara. Pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara terus berupaya untuk mempercepat proses pengadaan belanja modal serta barang dan jasa yang akuntabel dan transparan, antara lain dengan menerapkan e- procurement melalui satu pintu. Ke depan, realisasi belanja modal perlu senantiasa dicermati agar lebih optimal, karena belanja modal yang efektif dapat memberikan multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang lebih tinggi. 2.3 Realisasi APBN di Sumatera Utara triwulan II 2016 Seiring dengan terus diupayakannya pembangunan proyek-proyek infrastruktur strategis di Sumatera Utara, realisasi belanja APBN di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 juga lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015 (Tabel 2.3). Belanja APBN terealisasi sebesar 35,3% 11, sedangkan realisasi pada triwulan II 2015 hanya sebesar 22,2%. Berdasarkan jenisnya, belanja pegawai yang merupakan belanja rutin mencatat realisasi terbesar yaitu 51,8% 12. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, peningkatan terbesar terjadi pada belanja modal yang pada triwulan ini terealisasi 21,1%, lebih tinggi dari triwulan II 2015 yang terealisasi 6,5%. Meningkatnya realisasi belanja modal sejalan dengan peningkatan pembangunan infrastruktur seperti jalan nasional, jalan tol, fly over / underpass / terowongan, jalan akses menuju pelabuhan Belawan dan Kuala Tanjung, dan sistem kelistrikan bandara. Meningkatnya kinerja realisasi belanja modal tercermin dari tingginya pertumbuhan investasi (PMTB) pada struktur PDRB Sumatera Utara. Investasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tumbuh 5,0% (yoy), lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (3,1%, yoy). Jika dilihat dari fungsinya, realisasi belanja APBN terbesar dicapai oleh fungsi ketertiban dan keamanan (54,1% dari pagunya) dan fungsi pertahanan (46,7% dari pagunya), yang merupakan pengeluaran rutin untuk menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat. Namun secara nominal realisasi terbesar terjadi pada sektor ekonomi senilai Rp1.629 miliar (23,8% dari pagunya). Bentuk penyaluran belanja fungsi ekonomi antara lain berupa pembangunan jalan, irigasi, dan jaringan untuk mendukung program peningkatan kualitas pengkarantinaan pertanian dan pengawasan keamanan hayati, diversifikasi, dan ketahanan pangan masyarakat. Analisis yang digunakan adalah persentase realisasi anggaran terhadap total anggaran belanja APBN Analisis per jenis belanja maupun fungsi menggunakan persentase realisasi dari anggaran masing-masing per jenis belanja maupun fungsi, bukan dari total belanja APBN 30

47 Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara Miliar Rp No Uraian Realisasi Tw II Realisasi Tw II Anggaran Anggaran Nominal % Pagu Nominal % Pagu BERDASARKAN JENIS BELANJA 1 Belanja Pegawai ,4% ,8% 2 Belanja Barang ,0% ,0% 3 Belanja Modal ,5% ,1% 4 Belanja Bantuan Sosial ,5% ,5% BERDASARKAN FUNGSI 1. Agama ,5% ,3% 2. Ekonomi ,5% ,8% 3. Kesehatan ,0% ,6% 4. Ketertiban dan Keamanan ,6% ,1% 5. Lingkungan Hidup ,1% ,4% 6. Pariwisata dan Budaya ,8% ,8% 7. Pelayanan Umum ,6% ,6% 8. Pendidikan ,8% ,6% 9. Perlindungan Sosial ,6% ,3% 10. Pertahanan ,1% ,7% 11. Perumahan dan Fasilitas Umum ,7% ,5% TOTAL ,2% ,3% Sumber: Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara 31

48 32

49 BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Perbaikan perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 juga didukung oleh capaian inflasi yang terkendali menuju sasaran yang telah ditetapkan. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat 4,3% (yoy), lebih rendah dari realisasi triwulan lalu yang mencapai 7,2% (yoy). Realisasi inflasi ini di atas inflasi nasional pada triwulan II 2016 yang mencapai 3,5% (yoy), maupun inflasi kawasan Sumatera yang mencapai 3,7% (yoy). Lebih tingginya inflasi di Sumatera Utara disebabkan oleh adanya shock pasokan tanaman pangan terkait produktivitas tanaman pangan yang menurun serta permintaan masyarakat yang meningkat menyambut Ramadhan dan Idul Fitri. Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi Sumatera Utara kembali mereda. Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli 2016 tercatat 0,2% (mtm) atau 2,2% (ytd). Rendahnya capaian inflasi tahun kalender per Juli 2016 kian menguatkan optimisme akan terjangkarnya tekanan inflasi pada triwulan III 2016 sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. Masih kuatnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa ditengah daya beli yang relatif terjaga diperkirakan akan menjadi pendorong utama tekanan inflasi pada triwulan III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 33

50 3.1 Kondisi Umum Perbaikan perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 juga didukung oleh capaian inflasi yang terkendali menuju sasaran yang telah ditetapkan. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat 4,3% (yoy), lebih rendah dari realisasi triwulan lalu yang mencapai 7,2% (yoy). Realisasi inflasi ini di atas inflasi nasional pada triwulan II 2016 yang mencapai 3,5% (yoy), maupun inflasi kawasan Sumatera yang mencapai 3,71% (yoy). (% yoy) Nasional Sumut Sumber: BPS, diolah Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional Penurunan tekanan inflasi pada triwulan II 2016 terutama didorong oleh penurunan tekanan inflasi pada kelompok Volatile Foods dan Administered Prices. Sementara tekanan kelompok inflasi inti relatif meningkat sejalan dengan indikasi membaiknya permintaan. Komitmen TPID se-provinsi Sumatera Utara dalam mendukung capaian inflasi yang rendah dan stabil diejawantahkan dalam masifnya realisasi program-program pengendalian inflasi sesuai dengan roadmap pengendalian inflasi yang telah disusun. Secara umum, seluruh kota SBH di Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan tekanan inflasi yang cukup dalam pada triwulan II Kota dengan penurunan tekanan inflasi terdalam adalah kota Sibolga, dari 7,9% (yoy) menjadi 2,8% (yoy). Seluruh kota mencatatkan inflasi pada kisaran sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. Namun demikian, disparitas inflasi antara satu kota dan kota lain di Sumatera Utara yang disurvei oleh BPS yang masih tinggi tetap perlu mendapatkan perhatian. Kota SBH di Sumatera Utara dengan realisasi inflasi tertinggi adalah Kota Medan yang mencapai 4,5% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi inflasi kota Padang Sidimpuan yang hanya mencapai 2,7% (yoy). Dari 4 kota SBH, hanya Kota Medan dan PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Juli Tw-I 2016 Tw-II ,2 4,3 Tw-I 2016 Tw-II ,5 3,5 %, yoy Pematangsiantar yang mencatatkan angka realisasi yang lebih tinggi dari capaian nasional Babel Sumut Nasional Bengkulu Sumsel Sumut Kepri Inflasi Juni (yoy) Sumber: BPS, diolah Grafik 3.2 Inflasi Triwulan II 2016 di seluruh Provinsi se- Sumatera Dalam kurun waktu 3 bulan, Sumatera Utara turun dari posisi inflasi tahunan tertinggi kedua sekawasan Sumatera. Pada triwulan II 2016, Sumatera Utara tercatat sebagai provinsi dengan inflasi tahunan tertinggi ke-4 sekawasan Sumatera. Realisasi inflasi ini lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Bengkulu, dan Provinsi Sumatera Selatan. Penurunan tekanan inflasi ini ditopang oleh adanya kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga komoditas yang diatur oleh pemerintah seiring dengan perkembangan harga minyak dunia yang masih relatif rendah. Selain itu, program-program yang dirumuskan oleh TPID se-provinsi Sumatera Utara terutama dalam menghadapi puncak permintaan menyambut hari besar keagamaan nasional (HBKN) terbukti efektif dalam menekan lonjakan inflasi. INFLASI BULANAN (% mtm) APRIL 2016 MEI 2016 JUNI ,2% 0,4% 0,8% Secara bulanan, perkembangan inflasi Sumatera Utara triwulan II 2016 diwarnai dengan volatilitas yang cukup tinggi. Pada bulan April 2016 inflasi Sumatera Utara tercatat -1,2% (mtm). Deflasi yang cukup dalam pada periode ini disebabkan oleh membaiknya kondisi pasokan setelah terjadinya kelangkaan pada triwulan lalu. Selain itu, adanya kebijakan pemerintah untuk melakukan penyesuaian harga komoditas yang diatur pemerintah juga mendorong adanya deflasi pada periode ini. Lebih lanjut, realisasi ini jauh lebih rendah dari pola historisnya dalam 5 tahun terakhir. Jambi Sumbar Lampung Nasional Aceh Riau 34

51 Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan II 2016 di Sumatera Utara Apr-16 No. Komoditas (%, yoy) Kontribusi Kontribusi No. Komoditas (%, yoy) (%, yoy) (%, yoy) 1 Bawang Merah Cabai Merah Angkutan Udara Bensin Jeruk Daging Ayam Ras Mei-16 No. Komoditas (%, yoy) Kontribusi Kontribusi No. Komoditas (%, yoy) (%, yoy) (%, yoy) 1 Daging Ayam Ras Tomat Buah Gula Pasir Bensin Cabai Merah Kembung/Gembu Jun-16 No. Komoditas (%, yoy) Kontribusi Kontribusi No. Komoditas (%, yoy) (%, yoy) (%, yoy) 1 Gula Pasir Bawang Merah Daging Ayam Ras Tomat Buah Wortel Sawi Hijau Sumber: BPS, diolah Menjelang bulan puasa, tekanan inflasi Mei 2016 meningkat hingga 0,4% (mtm). Peningkatan tekanan inflasi terutama terjadi pada kelompok Volatile Foods dan inflasi inti. Kenaikan harga di tingkat agen untuk komoditas daging ayam ras yang umumnya terjadi menjelang bulan Ramadhan mendorong tingginya realisasi inflasi pada bulan ini. Kembali erupsinya Gunung Sinabung juga turut menghambat produksi dan produktivitas tanaman hortikultura sehingga pasokannya di pasaran relatif terganggu. Adanya dampak lanjutan penyesuaian harga BBM pada periode April lalu menahan peningkatan tekanan inflasi pada bulan Mei Seiring dengan meningkatnya permintaan pada bulan Ramadhan, tekanan inflasi Sumatera Utara bulan Juni 2016 mencapai 0,8% (mtm). Peningkatan permintaan menjelang HBKN yang diiringi dengan kenaikan daya beli berkontribusi pada kenaikan tekanan inflasi di periode laporan. Peningkatan tekanan inflasi terutama didorong oleh kenaikan tekanan inflasi gula pasir. Naiknya gula pasir secara signifikan ditengah kondusifnya aktivitas panen tebu maupun penggilingan di sentra produksi tebu mencerminkan tingginya permintaan masyarakat akan gula pasir pada bulan Ramadhan. Namun demikian, tekanan inflasi terkait pola musiman puasa tersebut relatif lebih rendah disbanding pola historisnya. Kondisi ini juga tercermin pada inflasi Juli Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi Sumatera Utara kembali mereda. Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli 2016 tercatat 0,2% (mtm). Berakhirnya periode puncak permintaan pada bulan Juni lalu yang disertai dengan intensifnya program kerja TPID dalam menangkal kenaikan harga, menahan peningkatan tekanan inflasi pada bulan Juli. Lebih jauh, inflasi pada Juli 2016 merupakan realisasi inflasi bulan Juli terendah dalam 14 tahun terakhir. Dengan demikian, inflasi tahun kalender hingga bulan Juli 2016 baru mencapai 2,2% (ytd). Merosotnya tekanan inflasi pada bulan Juli 2016 ini menggiring Sumatera Utara untuk turun dari posisi realisasi inflasi tahun kalender tertinggi di kawasan Sumatera. Rendahnya capaian inflasi tahun kalender per Juli 2016 kian menguatkan optimisme akan terjangkarnya tekanan inflasi pada triwulan III 2016 sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. Masih kuatnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa ditengah daya beli yang relatif terjaga diperkirakan akan menjadi pendorong utama tekanan inflasi pada triwulan III Sumber: BPS, diolah Grafik 3.3 Inflasi Kumulatif Juli 2016 di seluruh Provinsi se- Sumatera 3.2 Perkembangan Inflasi Non Fundamental Penurunan tekanan inflasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 lebih banyak dipengaruhi oleh faktor yang bersifat non fundamental. Tekanan inflasi berasal dari faktor non fundamental yang bersifat sementara menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik inflasi Volatile Food maupun Administered Prices. % (yoy) Babel Bengkulu Sumsel Inflasi IHK Core Volatile Foods Administered Prices Kepri Inflasi Juli (ytd) Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok) Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Sumut Sumut Sumbar Aceh Nasional (ytd) Riau Lampung 1.8 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 35

52 - - INFLASI year on year (%, YoY) harga minyak dunia serta adanya kebijakan penurunan tarif listrik untuk beberapa tarif rumah tangga dan industri per 1 Agustus Kembali normalnya tarif angkutan udara pasca Lebaran diperkirakan turut menjadi faktor penahan inflasi administered prices. Inflasi Administered Prices pada triwulan II 2016 tercatat 1,3% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan realisasi triwulan lalu yang mencapai 4,3% (yoy). Hal ini terutama didorong oleh normalisasi harga minyak dunia yang masih rendah. Terkait dengan hal tersebut, pada bulan April 2016 lalu, pemerintah memutuskan untuk kembali melakukan penyesuaian/penurunan harga BBM dan tarif listrik. Harga BBM bersubsidi baik untuk premium maupun solar diturunkan masing-masing sebesar Rp500,-/liter. Begitu juga dengan BBM non subsidi seperti pertamax plus, pertamina DEX dan pertalite yang turun sebesar Rp200,-/liter. Penurunan harga BBM non subsidi masih terus berlanjut untuk beberapa periode setelahnya seiring dengan masih rendahnya harga minyak dunia. Adanya penurunan BBM ini mendorong adanya penurunan tarif angkutan dalam dan antar kota dengan penurunan masing-masing sebesar 1% dan 4,7%. Dengan demikian, tekanan inflasi kelompok Administered Prices semakin rendah. Masih rendahnya harga minyak dunia juga turut menyebabkan adanya penurunan tarif listrik baik untuk golongan rumah tangga maupun industri. Penurunan tarif listrik tercatat terjadi pada bulan April dan Mei Hal tersebut turut berkontribusi pada rendahnya realisasi inflasi kelompok Administered Prices pada triwulan II Memasuki triwulan III (bulan Juli) 2016, kelompok Administered Prices mengalami peningkatan tekanan inflasi dari 1,3% (yoy) menjadi 1,5% yoy). Budaya mudik untuk memeriahkan hari raya Idul Fitri mendorong meningkatnya permintaan masyarakat akan angkutan udara. Tarif angkutan udara meningkat sebesar 27,6% (yoy). Kenaikan tarif listrik pada beberapa golongan rumah tangga dan industri juga turut menambah tekanan inflasi pada kelompok ini. Dengan mencermati realisasi inflasi Juli 2016 dan risiko yang masih relatif moderat, tekanan inflasi kelompok Administered Prices pada triwulan III 2016 diperkirakan relatif minimal. Keyakinan tersebut semakin diperkuat dengan kembali menurunnya - - INFLASI year on year (%, YoY) Tekanan inflasi kelompok Volatile Foods justru turun tajam ditengah menurunnya produksi tanaman pangan serta pola konsumsi masyarakat yang memasuki periode puncaknya. Inflasi kelompok Volatile Foods pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 5,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan realisasi triwulan I 2016 yang tercatat 13,7% (yoy). Terdapat beberapa komoditas yang mengalami penurunan yang sangat signifikan sehingga mengakomodasi penurunan tekanan inflasi pada kelompok Volatile Foods. Harga cabai merah yang kembali normal setelah melonjak tajam pada triwulan lalu mendorong rendahnya tekanan inflasi Volatile Foods pada triwulan ini. Pasokan cabai merah yang sempat menipis pada triwulan lalu terkait gangguan produksi sudah mulai memadai seiring dengan masifnya program operasi pasar pemerintah serta pelaksanaan panen susulan di beberapa sentra produksi. Selain itu, terkendalinya harga di kelompok ikanikanan juga mengakomodasi penurunan tekanan inflasi kelompok Volatile Foods. Pasokan ikan segar yang menjadi preferensi konsumsi masyarakat Sumatera Utara relatif memadai pasca kembali melautnya nelayan pada periode ini. %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok) Grafik 3.5 Dinamika Inflasi Volatile Foods Sumut PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 36

53 Penurunan tekanan inflasi kelompok Volatile Foods yang terjadi pada triwulan II 2016 ini diluar pola historisnya. Triwulan I 2016 yang biasanya merupakan puncak panen raya tanaman pangan relatif memiliki realisasi inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II. Terlebih lagi, produksi tanaman pangan triwulan II 2016 yang pada dasarnya terkontraksi antara -16% (yoy) hingga -29% (yoy) (baca Bab 1 Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha/Kategori Pertanian) ditambah dengan berlangsungnya bulan Ramadhan seyogyanya mendorong meroketnya tekanan inflasi pada triwulan ini. Kembali terjadinya erupsi Gunung Sinabung sebagai daerah produsen tanaman hortikultura juga mengancam perkembangan inflasi Volatile Foods. Namun, hal tersebut dapat diantisipasi dengan baik oleh TPID se-provinsi Sumatera Utara melalui program-program yang dirumuskan khusus untuk menyambut Ramadhan dan Idul Fitri, terutama dengan adanya pasar murah. Intensifnya program TPID Sumatera Utara mendorong terjaganya pasokan pangan untuk menghadapi lonjakan permintaan selama bulan Ramadhan. Siapnya TPID Provinsi Sumatera Utara dalam menangkal puncak permintaan yang biasanya terjadi setiap bulan Ramadhan tercermin dari tingginya tingkat persediaan beras BULOG pada triwulan II 2016 yang melonjak tajam dari 0,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 49,4% (yoy). juta ton Volume Growth 49.4% yoy 200.0% 150.0% 100.0% 50.0% inflasi. Masifnya operasi pasar sebagai program kerja TPID dapat disimpulkan sukses menahan meroketnya harga kebutuhan pokok masyarakat selama bulan Juli Adanya kerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam memenuhi pasokan bawang merah selama periode Ramadhan-Idul Fitri juga sukses menurunkan harga bawang merah. Meskipun realisasi inflasi pada bulan Juli sangat rendah, pengelolaan risiko tekanan inflasi Volatile Foods pada periode mendatang diperkirakan masih menjadi tantangan. Pasokan pangan yang menipis ditengah belum optimalnya produksi dan produktivitas tanaman pangan sepanjang triwulan III 2016 dapat meningkatkan risiko kenaikan inflasi pada kelompok ini. 3.3 Perkembangan Inflasi Fundamental - - INFLASI year on year (%, YoY) Perbaikan daya beli masyarakat mendorong kenaikan inflasi inti dari 5,2% (yoy) menjadi 5,7% (yoy). Daya beli masyarakat yang meningkat tidak terlepas dari perbaikan harga komoditas perkebunan yang terjadi pada triwulan II Ekspektasi inflasi yang melambung juga turut mendorong tekanan inflasi inti. Ekspektasi inflasi tercatat sedikit meningkat baik pada level pedagang maupun level konsumen % % -26.9% -50.0% SK (Perub Hrg 3 bln yad) SPE (Perub Hrg 3 bln yad) SK (Perub Hrg 6 bln yad) SPE (Perub Hrg 6 bln yad) - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % Data triwulan III 2016 ada data stok pada bulan Juli 2016 Sumber: BULOG Divisi Regional Sumatera Utara, diolah Grafik 3.6 Stok Beras BULOG Berdasarkan perkembangan inflasi bulan Juli 2016, tekanan inflasi kelompok Volatile Foods kembali mereda dari 5,6% (yoy) menjadi 2,7% (yoy). Program taktis TPID se-provinsi Sumatera Utara dalam menangkis lonjakan tekanan inflasi yang biasanya terjadi pada periode Ramadhan-Lebaran kembali menunjukkan efektivitasnya dalam mengendalikan 90.0 III IV I II III IV I II III IV I II III Grafik 3.7 Ekspektasi Inflasi Komoditas yang berkontribusi pada naiknya tekanan inflasi inti diantaranya adalah gula pasir, sewa rumah dan emas perhiasan. Naiknya harga gula pasir secara signifikan ditengah kondusifnya aktivitas panen tebu PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 37

54 maupun penggilingan di sentra produksi tebu mencerminkan tingginya permintaan masyarakat akan gula pasir pada bulan Ramadhan. Gula pasir pada bulan Juni 2016 naik hingga 24,1% (yoy). Harga properti yang terus meningkat ditengah kebutuhan akan hunian yang masih tinggi mendorong adanya kenaikan tekanan inflasi dari komoditas sewa rumah pada triwulan II 2016 sebesar 5,5% (yoy). Kenaikan harga properti ini didorong oleh kenaikan upah buruh bangunan terkait kenaikan UMP, serta kenaikan harga lahan terkait semakin terbatasnya lahan pemukiman di area perkotaan. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia, harga properti pada triwulan II 2016 meningkat dari 7,2% (yoy) menjadi 7,4% (yoy). Peningkatan harga properti terutama terjadi untuk properti kelas kecil dan menengah, sementara properti klasifikasi besar justru tercatat melambat % % 16.0% % % SHPR 3.3% 3.6% 3.4% 3.9% 4.6% 2.8% Grafik 3.8 Survei Harga Properti Residensial Masih disebabkan oleh adanya persiapan masyarakat dalam menyambut hari raya Idul Fitri yang identik dengan penampilan baru, permintaan akan emas perhiasan meningkat 8,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai 3,1% (yoy). Selain itu, adanya lonjakan harga emas internasional pasca Brexit juga turut berpengaruh terhadap kenaikan harga emas domestik Growth % 7.2% 7.4% 5.7% 6.0% I II III IV I II III IV I II III IV I II % 16.0% 14.0% 12.0% 10.0% 4.0% 2.0% 0.0% USD/Rp 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4, % 2,000-8,904 8,590 8,610 9,000 9,100 9,306 9,508 9,624 9,694 9,789 10,664 11,689 11,847 11,618 11,762 12,247 12,799 13,134 13,639 13,578 13,533 13, % RptoUS Growth 22.2% 21.5% 20.0% 18.7% 16.0% 15.0% 10.4% 12.2% 13.0% 10.3% 10.9% 10.0% 8.3% 8.0% 6.9% 5.2% 2.2% 4.8% 5.0% 6.5% 3.0% 0.9% 0.0% -2.3% -4.3% -5.0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 3.9 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika %, yoy 25.0% -10.0% Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi inti kembali meningkat hingga 5,8% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi inti terutama didorong oleh komoditas gula pasir dan emas perhiasan. Kultur masyarakat pada bulan Ramadhan hingga Idul Fitri untuk mengkonsumsi minuman dan makanan sarat gula dalam jumlah yang banyak meningkatkan permintaan sehingga harga tetap meningkat meski periode panen dan giling tebu tengah berlangsung di beberapa sentra produksi. Sementara itu kenaikan harga emas internasional berkontribusi besar dalam kenaikan harga emas perhiasan. Meskipun harga masih relatif tinggi, semaraknya perayaan hari raya Idul Fitri turut mendorong permintaan masyarakat terhadap emas perhiasan. Dengan mencermati realisasi inflasi pada bulan Juli tersebut, tekanan inflasi inti pada triwulan III 2016 diperkirakan kembali terkendali. Beberapa indikator pendukung juga mengindikasikan risiko tekanan inflasi yang minimal. Kembali melemahnya nilai tukar, harga komoditas perkebunan yang kembali merosot serta kenaikan ekspektasi inflasi di tingkat konsumen yang tidak disertai dengan kenaikan ekspektasi inflasi di level pedagang semakin memantapkan keyakinan akan kembali terkendalinya realisasi inflasi inti pada triwulan III Penguatan nilai tukar yang terus terjadi pada triwulan II 2016 mampu menahan peningkatan tekanan inflasi inti. Nilai tukar pada triwulan II 2016 tercatat Rp13.332/USD, menguat dibandingkan dengan nilai tukar pada periode lalu yang tercatat Rp13.533/USD. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 38

55 3.4 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau Perumahan, Air, listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Grafik 3.10 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan Indeks Harga Konsumen di Sumatera Utara Dinamika inflasi Sumatera Utara dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Keempat kelompok tersebut memiliki bobot 83% terhadap pembentukan inflasi di Sumatera Utara. Penurunan tekanan inflasi pada triwulan II 2016 terjadi di seluruh kelompok komoditas, kecuali kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Kelompok komoditas dengan andil inflasi tertinggi pada triwulan II 2016 adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan andil sebesar 1,8% (yoy), disusul oleh kelompok bahan makanan dengan andil sebesar 1,3% (yoy) dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dengan andil sebesar 0,5% (yoy). Tabel 3.2 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa Kelompok IV I II Arah Andil (yoy) Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Sumber: BPS, diolah Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan merupakan kelompok dengan penurunan tekanan inflasi terdalam pada triwulan II 2016, yaitu dari 14,8% (yoy) menjadi 5,4% (yoy). Penurunan tekanan inflasi yang sangat tajam ini terutama terjadi pada pada kelompok bumbubumbuan yang merosot secara signifikan dari 101,2% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 8,8% (yoy). Lebih spesifik, penurunan tekanan inflasi terutama terjadi untuk komoditas cabai merah dan bawang merah. Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kelompok IV I II Arah Andil (yoy) BAHAN MAKANAN Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Bumbu-bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya Sumber: BPS, diolah Pasokan cabai merah pada triwulan II 2016 ditengarai membaik meski periode puncak panen raya telah terlalui dan permintaan masyarakat yang meningkat dalam menyemarakkan bulan Ramadhan. Adanya perbaikan pasokan ini terutama terjadi dikarenakan intensifnya program operasi pasar TPID pasca langkanya pasokan cabai merah di pasaran akibat perdagangan antar wilayah serta penurunan produktivitas pada triwulan lalu. Adanya kerja sama dengan Pemerintah Daerah Jawa Tengah dalam meningkatkan pasokan bawang merah mampu menekan perkembangan harga bawang merah. Harga bawang merah tercatat turun signifikan dari 56,7% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 7,9% (yoy) pada triwulan II Kembali berlangsungnya erupsi Gunung Sinabung memasuki akhir triwulan II 2016 juga menimbulkan fluktuasi yang cukup tajam untuk komoditas sayuran. Selain itu, produksi tanaman hortikultura juga relatif belum optimal mengingat Gunung Sinabung merupakan salah satu sentra produksi tanaman hortikultura. Lebih jauh, data Dinas Pertanian menunjukkan adanya penurunan produksi cabai merah sebesar -26% (yoy) pada triwulan II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 39

56 Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi kelompok bahan makanan pada bulan Juli 2016 kembali merosot hingga hanya tercatat 2,4% (yoy). Realisasi ini merupakan realisasi inflasi terendah untuk kelompok bahan makanan sepanjang tahun Intensifnya program TPID dalam menjamin ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi masih memiliki andil yang cukup besar dalam rendahnya capaian inflasi kelompok bahan makanan. Dengan demikian, diharapkan tekanan inflasi bahan makanan pada triwulan III 2016 dapat kembali terkendali Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Tingginya permintaan masyarakat dalam menyambut Ramadhan mendorong peningkatan tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau. Inflasi kelompok ini meningkat dari 10,7% (yoy) menjadi 11,9% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi ini terutama didorong oleh peningkatan inflasi pada komoditas gula pasir. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bulan Ramadhan biasanya diwarnai pola konsumsi masyarakat akan makanan dan minuman sarat gula sehingga permintaan akan gula pasir tetap meroket meski aktivitas panen dan giling gula pasir relatif kondusif (lebih lanjut baca Perkembangan Inflasi Fundamental). Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Kelompok IV I II Arah Andil (yoy) MAKANAN JADI Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol Sumber: BPS, diolah Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Tekanan inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar juga turut mereda, dari 3,0% (yoy) menjadi 1,6% (yoy). Penurunan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh komoditas bahan bakar rumah tangga dan tarif listrik. Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok Penyelenggaraan Rumah Tangga Sumber: BPS, diolah Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, adanya kebijakan pemerintah untuk kembali melakukan penyesuaian tarif listrik baik untuk golongan rumah tangga maupun Industri pada triwulan II 2016 mendorong rendahnya realisasi inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan dan air. Sementara itu, penyesuaian harga LPG 12 kg yang dilakukan per 5 Januari 2016 lalu juga turut berkontribusi dalam capaian inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan dan air yang rendah. Pada Januari 2016 lalu terdapat penurunan harga LPG 12 kg dengan kisaran Rp Rp5.900/tabung. Dengan demikian, deflasi subkelompok bahan bakar, penerangan dan air kian mendalam dari -0,6% menjadi -3,7% (yoy) Kelompok Sandang 2015 IV I II PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BB Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumah Tangga Antusiasme masyarakat dalam menyambut lebaran yang identik dengan pakaian baru dan segala upaya untuk mempercantik diri mendorong peningkatan tekanan inflasi sandang dari 4,8% (yoy) menjadi 6,3% (yoy). Inflasi kelompok ini utamanya didorong oleh peningkatan inflasi subkelompok sandang wanita, sandang anak dan subkelompok barang pribadi dan sandang lain. Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang Kelompok IV I II Arah Arah Andil (yoy) Andil (yoy) SANDANG Sandang Laki-Laki Sandang Wanita Sandang Anak-Anak Barang Pribadi dan Sandang Lain Sumber: BPS, diolah Komoditas penyumbang inflasi utama dalam kelompok ini diantaranya emas perhiasan, sepatu, gaun/terusan, dan baju/kaos berkerah. Tingginya kebutuhan masyarakat untuk berhias selama Lebaran yang disertai dengan masih tingginya animo masyarakat untuk menjadikan emas perhiasan sebagai instrumen investasi dan lonjakan harga emas internasional mendorong kenaikan tekanan inflasi emas perhiasan (lebih lanjut baca Perkembangan Inflasi Fundamental). PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 40

57 Keinginan masyarakat untuk mempercantik diri selama lebaran juga mendorong lonjakan permintaan atas gaun/terusan, baju/kaos berkerah dan sepatu. Hal ini juga terkonfirmasi dari hasil liaison kepada perusahaan ritel yang menyatakan puncak dari permintaan masyarakat pada umumnya terjadi pada periode Ramadhan dan Lebaran. Sementara itu, periode lebaran yang beririsan dengan tahun ajaran baru juga semakin meningkatkan permintaan masyarakat akan sepatu Kelompok Kesehatan Inflasi kelompok kesehatan pada triwulan II 2016 relatif stabil, dari 4,9% (yoy) menjadi 4,7% (yoy). Stabilnya tekanan inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi subkelompok jasa kesehatan, obat-obatan dan jasa perawatan jasmani sementara subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika justru relatif menurun. Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan Kelompok IV I II Arah Andil (yoy) KESEHATAN Jasa Kesehatan Obat-obatan Jasa Perawatan Jasmani Perawatan Jasmani dan Kosmetika Sumber: BPS, diolah Komoditas dengan peningkatan tekanan inflasi terbesar pada kelompok ini diantaranya adalah tarif rumah sakit, tarif gunting rambut wanita dan tarif gunting rambut pria. Kenaikan tarif gunting rambut rambut wanita dan pria terjadi masih dikarenakan kebutuhan untuk bersolek dalam menyambut lebaran. Sementara itu, kenaikan tarif rumah sakit terjadi seiring dengan kenaikan biaya operasional terutama bahan habis pakai yang memang mengalami kenaikan setiap tahunnya Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Senada dengan kelompok kesehatan, inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga juga relatif stabil. Inflasi tahunan kelompok ini mencapai 6,5% (yoy). Terjaganya tekanan inflasi kelompok ini terutama didorong oleh stabilnya seluruh subkelompok, kecuali subkelompok pendidikan yang justru mengalami peningkatan. Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Kelompok 2015 IV I II PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA Pendidikan Kursus-Kursus / Pelatihan Perlengkapan / Peralatan Pendidikan Rekreasi Olahraga Sumber: BPS, diolah Komoditas yang mengalami peningkatan tekanan inflasi terbesar pada kelompok ini diantaranya adalah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Dimulainya tahun ajaran baru mendorong peningkatan inflasi pada komoditas ini Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kembali disesuaikannya harga BBM menyebabkan menurunnya tekanan inflasi kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan. Pada triwulan II 2016 inflasi kelompok ini tercatat deflasi -1,1% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 1,8% (yoy). Masih relatif rendahnya perkembangan harga minyak dunia mendorong adanya penyesuaian harga BBM. Pada bulan April 2016, pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi baik harga premium maupun solar yang mengalami penurunan harga sebesar Rp500,-/liter. Begitu juga dengan harga BBM non subsidi seperti pertamax plus, pertamina DEX dan pertalite yang turun sebesar Rp200,-/liter. Adanya penurunan harga BBM bersubsidi ini mendorong adanya penurunan tarif angkutan dalam kota sebesar 1% serta tarif angkutan antar kota sebesar 4,7%. Dengan demikian, bensin merupakan komoditas dengan penurunan tekanan inflasi tertinggi pada kelompok ini. Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok IV I II Arah Arah Andil (yoy) Andil (yoy) TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Transpor Komunikasi dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan Sumber: BPS, diolah PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 41

58 3.5 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi/Kota di Sumatera Secara agregat, laju inflasi tahunan Pulau Sumatera pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 3,7% (yoy), di atas laju inflasi nasional sebesar 3,5% (yoy). Inflasi Sumatera pada triwulan II menurun tajam bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (5,7%; yoy). Seluruh kota di kawasan Sumatera relatif menurun tekanan inflasinya pada triwulan II 2016, kecuali Provinsi Bangka Belitung. Tekanan inflasi Provinsi Bangka Belitung justru relatif meningkat dari 5,5% (yoy) menjadi 6,2% (yoy). Realisasi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional. Lebih lanjut, pada bulan Juli 2016 Provinsi Bangka Belitung merupakan provinsi dengan inflasi kumulatif tertinggi se-indonesia. SUMATERA 5,7 3,7 Sumber: BPS, diolah Gambar 3.1 Sebaran Inflasi Sumatera 3.6 Upaya Pengendalian Inflasi Meski risiko tekanan inflasi dapat dikatakan moderat, TPID Provinsi Sumatera Utara tetap siaga untuk mewujudkan tercapainya inflasi sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Beberapa program yang telah disiapkan diantaranya adalah: a. Mengintensifkan aktivitas perdagangan antar wilayah, diantaranya melalui kerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta melakukan pembelian langsung ke beberapa sentra produksi lain untuk menjamin ketersediaan pasokan bahan pangan. b. Pembenahan tata niaga yang terus disempurnakan untuk mengantisipasi praktik penimbunan serta pengembangan pasar lelang komoditas pertanian. Gudang-gudang penyimpanan barang pokok terus dimonitor secara intensif serta dilakukan pencatatan harga pada level distributor untuk memonitor sumber kenaikan harga. c. Melakukan operasi pasar dan pasar murah untuk menjamin akses masyarakat dalam memperoleh bahan pangan yang berkualitas dan terjangkau. d. Meningkatkan arus informasi terkait cuaca seperti prakiraan curah dan sifat hujan, hari tanpa hujan, daerah rawan banjir dan peta ketersediaan air tanah untuk mendukung pertanian dan perikanan Sumatera Utara. Terkait dengan hal tersebut, TPID juga menyiapkan program antisipasi bencana terkait dengan situasi cuaca yang kurang menentu. e. Meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) padi dari 1,5 menjadi 1,8 di tahun 2016 melalui pertanaman padi jajar legowo dengan metode hazton yang lebih tahan hama. Diharapkan produktivitas tanaman padi dapat meningkat dari 5,1 ton/ha menjadi 5,5 ton/ha. f. Membangun Toko Tani Indonesia di beberapa Kabupaten/Kota di Sumatera Utara sesuai dengan pedoman umum dari Kementerian terkait. g. Memasang variable message di ruas Pematangsiantar Parapat yang berfungsi memberikan informasi kepada pengguna jalan terkait kepadatan jalan dan alternatif jalan yang lebih nyaman. Saat ini variable message tersebut sudah terpasang di Tebing Tinggi Medan dan Medan Brastagi. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 42

59 Boks 6 Inflasi Lebaran Yang Terkendali Permintaan masyarakat yang memang biasanya melonjak pada perayaan hari raya Idul Fitri yang bersamaan dengan tahun ajaran baru 2016/2017 mampu ditangani dengan baik. Pasokan barang khususnya bahan pangan dapat dikelola dengan baik sehingga inflasi Juli 2016 terkendali. Realisasi inflasi Sumatera Utara bulan Juli 2016 tercatat 0,18% (mtm) jauh lebih rendah dari nasional 0,69% (mtm). Realisasi ini bahkan merupakan capaian inflasi bulan Juli terendah dalam 10 tahun terakhir yang secara rata-rata sebesar 0,92% (mtm). Rendahnya inflasi Sumatera Utara terutama didorong oleh sektor bahan makanan yang justru mengalami deflasi mencapai -0,48%. Intensifnya program kerja TPID Provinsi Sumatera Utara berkontribusi besar pada penurunan harga bahan pangan selama Ramadhan dan Lebaran. Menghadapi bulan Ramadhan, TPID Provinsi Sumatera Utara telah melaksanakan beberapa program unggulan untuk menekan laju inflasi. Beberapa program dimaksud diantaranya adalah: a. Mengintensifkan perdagangan antar wilayah, diantaranya melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta melakukan pembelian langsung ke beberapa sentra produksi lain untuk menjamin ketersediaan pasokan bahan pangan selama Ramadhan. b. Pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat yang lebih baik melalui strategi komunikasi yang gencar dan terpusat dalam mengedukasi masyarakat terkait perilaku konsumsi dan ketersediaan pasokan yang relatif terjaga, diantaranya melalui talkshow televisi dan radio. c. Pembenahan tata niaga yang terus disempurnakan untuk mengantisipasi praktik penimbunan serta pengembangan pasar lelang komoditas pertanian. d. Melakukan operasi pasar dan pasar murah untuk menjamin akses masyarakat dalam memperoleh bahan pangan yang berkualitas dan terjangkau. e. Program antisipasi bencana terkait dengan situasi cuaca yang kurang menentu. Ke depan, TPID se-provinsi Sumatera tetap berkomitmen dalam mencapai realisasi inflasi yang rendah dan stabil melalui beberapa program pengendalian inflasi strategis jangka menengah dan panjang. Tujuan dari perumusan program ini adalah untuk semakin memantapkan stabilitas harga. Program-program ini dituangkan dalam bentuk Roadmap Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Sumatera utara yang telah diformulasikan dan disetujui bersama seluruh anggota TPID se-sumatera Utara. Adapun kemajuan pelaksanaan program strategis tersebut adalah sebagai berikut: a. Peningkatan ketersediaan pasokan, telah dilaksanakan: 1) Pemberian saprodi secara bertahap serta bantuan alat tangkap 2) Program pendampingan kepada petani dan nelayan 3) Operasi pasar melalui BULOG 4) Penyusunan kalender tanam b. Pembenahan tataniaga dan kelembagaan, telah dilakukan: 1) Pengawasan terhadap ketersediaan pakan ternak 2) Pembentukan tim monitoring LPG dan pelabelan gas bersubsidi c. Distribusi dan infrastruktur, kemajuan yang telah dicapai: 1) Perluasan areal lahan dilakukan di Batubara melalui pengelolaan peralihan tanam dari cabai merah menjadi bawang merah; 2) Pengaktifan pasar induk telah berjalan sejak akhir Februari 2016 untuk menghadapi permasalahan penyaluran komoditas keluar daerah; dan. 3) Penyaluran raskin madani telah dilakukan sejalan dengan telah diterbitkannya pagu dan petunjuk teknis beras masyarakat sejahtera. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 43

60 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 44

61 BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Sejalan pemulihan ekonomi Sumatera Utara, ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga masih terjaga. Kondisi tersebut sejalan dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II Sektor utama ekonomi Sumatera Utara yang mengalami perlambatan adalah Industri Pengolahan. Namun, konsumsi masyarakat yang membaik diperkirakan dapat menopang kinerja korporasi sektor Industri Pengolahan. Indikator kinerja korporasi dari sisi profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan debt equity ratio (DER) cenderung mengalami perbaikan hampir di semua sektor. Pertumbuhan kredit ke sektor korporasi meningkat dengan risiko yang masih terjaga. Di sektor rumah tangga, optimisme yang terjaga sejalan dengan perbaikan harga komoditas mengindikasikan ketahanan di sektor ini. Hal ini terkonfirmasi dari indeks keyakinan konsumen (IKK) yang menunjukkan tendensi positif optimisme masyarakat terhadap perbaikan ekonomi Sumatera Utara. Berbeda dengan korporasi yang tumbuh positif, kredit rumah tangga masih tertahan dan melambat terutama untuk kredit kendaraan bermotor. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 45

62 Tabel 4.1 Indikator Perbankan Sumatera Utara Triwulan I 2016 Total Aset Triliun Rp 216,0 222,7 229,5 233,1 234,2 241,0 255,5 246,3 243,6 256,9 Pertumbuhan Aset (%yoy) 17,5 16,9 12,9 8,4 8,4 8,3 11,3 5,7 4,0 9,2 Kredit Triliun Rp 156,0 159,7 159,3 166,9 167,1 172,1 180,5 179,3 173,0 180,1 Pertumbuhan Kredit (%yoy) 16,5 13,8 8,7 7,0 7,1 7,7 13,3 7,4 3,5 7,8 DPK Triliun Rp 158,2 167,3 174,7 179,4 178,5 183,4 191,6 185,6 187,2 191,7 Pertumbuhan DPK (%yoy) 14,7 19,7 17,5 15,1 12,8 9,6 9,7 3,4 4,9 (2,4) LDR % 98,6 95,5 91,2 93,0 93,6 93,8 94,2 96,6 92,4 92,4 NPL-Gross % 2,4 2,6 2,8 2,5 2,7 3,0 3,2 3,0 3,0 3,2 4.1 Ketahanan Sektor Korporasi Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Provinsi Sumatera Utara masih terjaga ditengah kondisi ekonomi yang belum pulih. Kinerja perbankan masih relatif baik yang tercermin dari permodalan dan likuiditas yang memadai. Hal ini juga berdampak pada kinerja korporasi yang cenderung membaik ditandainya dengan Indikator Kinerja Koorporasi dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dari Debt Service Ratio yang turun 4,1% dan Interest Coverage Ratio yang naik 16,9%. Non Performing Loan (NPL) Sumatera Utara naik 0,2% dari triwulan sebelumnya namun masih terjaga pada kisaran dibawah 5%. Kenaikan ini merupakan dampak dari ekspansi kredit yang dilakukan perbankan Sumber-sumber Kerentanan Sektor Korporasi Kinerja korporasi masih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang menyebabkan harga komoditas internasional masih berada pada level yang rendah. Hal ini dikarenakan ekonomi Sumatera Utara masih sangat bergantung pada komoditas utamanya CPO selain karet dan kopi. Perbaikan harga komoditas secara terbatas baru terlihat pada komoditas CPO. Namun, perbaikan harga tersebut diperkirakan belum sustainable dikarenakan belum adanya perbaikan dari sisi permintaan. Sementara itu, di sisi domestik perbaikan permintaan juga masih terbatas. Kondisi tersebut terutama mempengaruhi kinerja korporasi khususnya sektor Industri Pengolahan yang melambat di triwulan II Sementara itu, sektor Pertanian justru masih tumbuh meningkat sehingga secara keseluruhan ekonomi Sumatera Utara meningkat dibanding triwulan sebelumnya. peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II 2016, sektor Industri Pengolahan melambat. Masih belum kuatnya permintaan global, minimnya bahan baku (terutama karet), dan belum memadainya fasilitas pendukung seperti listrik, air dan gas, diduga memberikan tekanan pada kinerja korporasi Sumatera Utara khususnya sektor industri pengolahan. Selain itukinerja perekonomian beberapa mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India dan Euro Area masih relatif belum pulih. Ekspor ke empat negara tersebut mencapai sekitar 39% terhadap total ekspor Sumatera Utara. Pelemahan permintaan dari negara mitra dagang utama tersebut menekan kinerja sektor korporasi khususnya yang berorientasi ekspor. Lainnya 61% Tiongkok 10% USA 12% India 8% Europa 9% Grafik 4.1 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama Namun demikian, tekanan kinerja korporasi di sektor Industri Pengolahan masih terjaga sejalan dengan masih kuatnya konsumsi swasta. Pada triwulan II 2016 konsumsi swasta meningkat cukup signifikan. Kondisi tersebut juga sejalan dengan Indeks Keyakinan Konsumen yang masih berada pada level optimis. Indeks penjualan eceran juga menunjukkan perbaikan. Di tengah peningkatan permintaan domestik dan terjaganya keseimbangan eksternal yang mendorong STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 46

63 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% -20.0% -40.0% CPO Lokal CPO Intl Karet Lokal Karet Intl I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 4.2 Perkembangan harga CPO dan Karet Penyaluran kredit ke sektor pertanian juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit sektor ini mencapai 25,7% (yoy), meningkat tajam jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 4,2% (yoy). Sementara itu penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan terkontraksi lebih dalam -2,8% (yoy) setelah triwulan sebelumnya tercatat tumbuh hanya 1% (yoy). Sumber kerentanan lainnya adalah anomali cuaca dan iklim. Hal ini berpengaruh pada korporasi yang berkaitan dengan tanaman bahan makanan dan perkebunan antara lain dengan bergesernya musim tanam dan terganggunya produktivitas/hasil panen Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang mengindikasikan perbaikan kegiatan dunia usaha dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan kegiatan usaha tersebut tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) kegiatan usaha sebesar 11,2%, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi akhir triwulan I 2016 sebesar -0,8%. Peningkatan kegiatan usaha di triwulan II 2016 terutama disebabkan oleh meningkatnya Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (Grafik 4.2). Kinerja korporasi subsektor Perdagangan diindikasikan masih baik yang tercermin pada indeks penjualan eceran yang meningkat dari 179,4 pad triwulan lalu menjadi 186,2 pad triwulan II Kinerja korporasi di subsektor hotel dan restoran diperkirakan juga masih cukup baik yang tercermin pada occupancy rate relatif tinggi. Hal ini juga tercermin dari meningkatnya pembiayaan perbankan ke sektor ini yang meningkat dari -3%% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 3% (yoy). Grafik 4.3 Perkiraan Kegiatan Usaha Sektoral Grafik 4.4 Perkembangan Pembiayaan 3 (tiga) Sektor Utama Kredit Korporasi Sumut. Grafik 4.5 Perkembangan Kemampuan Membayar Korporasi Keuangan Sumatera Utara Perbaikan perekonomian Sumatera Utara juga berdampak pada perbaikan kinerja keuangan korporasi secara keseluruhan. Indikator kinerja keuangan korporasi yang tercermin dari profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan debt equity ratio (DER) cenderung mengalami perbaikan hampir di semua sektor. Asset turnover korporasi relatif stabil 0,2% dibarengi dengan peningkatan inventory turn over dari 7,1% menjadi 13,7%. Jika ditinjau lebih jauh, ketahanan korporasi Sumatera Utara dalam jangka panjang (solvabilitas) maupun jangka pendek menunjukkan perbaikan. Hal ini tercermin dari meningkatnya rasio TA/TL (total asset/total liabilities), DER (deb equity ratio) dan rasio CR (current ratio). Seluruh sektor menunjukkan kemampuan membayar jangka panjang yang stabil STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 47

64 atau meningkat. Hal ini tercermin dari stabilnya rasio TA/TL (Total Asset/Total Liabilities) dengan kecenderungan meningkat dan menurunnya DER. Demikian pula halnya dengan kemampuan membayar jangka pendek/likuiditas seluruh sektor juga menunjukkan peningkatan, kecuali sektor industri barang konsumsi dan sektor properti yang menunjukkan penurunan. Di sektor barang konsumsi diperkirakan terkait dengan permintaan masyarakat yang belum pulih sepenuhnya. Sementara di sektor properti diperkirakan terkait dengan masih lesunya pasar properti sementara tekanan kenaikan harga tetap ada terkait kenaikan biaya input seperti bahan baku dan tenaga kerja (Grafik 4.6). Grafik 4.6 Indeks Harga Properti Residensial Sumatera Utara Tabel 4.2 Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral Sumatera Utara No Sektor ROA ROE DER TA/TL CR Inventory TO Asset TO Pertanian -0,26% 0,76% -0,53% 1,54% 1,1 1,0 1,9 2,0 1,0 1,2 2,1 2,2 0,2 0,2 2 Industri Dasar dan Kimia 1,14% 3,12% 2,67% 6,56% 1,3 1,1 1,7 1,9 1,8 1,9 1,2 1,2 0,3 0,3 3 Industri Barang Konsumsi 2,34% 2,14% 4,61% 3,93% 1,0 0,8 2,0 2,2 2,0 1,9 2,0 2,1 0,3 0,3 4 Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi 2,32% 5,01% 4,17% 8,97% 0,8 0,8 2,3 2,3 1,2 1,4 39,7 86,0 0,2 0,3 5 Aneka Industri -2,90% 0,32% -20,17% 0,52% 5,9 0,6 1,2 2,6 0,4 2,0 2,5 2,0 0,1 0,1 6 Properti dan Real Estate 0,94% 0,54% 2,51% 1,42% 1,7 1,7 1,6 1,6 1,8 1,7 0,5 0,4 0,1 0,1 7 Perdagangan Jasa dan Investasi 0,87% 1,41% 1,72% 2,77% 1,0 1,0 2,0 2,0 1,4 1,4 1,7 2,1 0,3 0,3 Agregat 0,64% 1,90% -0,72% 3,67% 1,8 1,0 1,8 2,1 1,4 1,6 7,1 13,7 0,2 0,2 Sumber: Bloomberg Tw III 2016, (diolah dari 81 Korporasi). Kemampuan korporasi dalam membayar utang membaik jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun Kondisi ini tercermin dari meningkatnya Interest Coverage Ratio (ICR) dari 24,4 manjadi 41,3. Selain itu, Debt Service Ratio (DSR) Sumatera Utara juga mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 8,3 % menjadi 4,2%. Penurunan ini merupakan dampak dari perilaku pelaku usaha yang pada triwulan sebelumnya sudah meningkatkan persediaan. Berdasarkan sebaran sektor ekonomi yang memiliki DSR paling rendah terdapat pada sektor Infrastruktur Utilitas dan Transportasi serta sektor Industri Barang Konsumsi. Hal ini diperkirakan terkait dengan membaiknya kinerja korporasi sejalan dengan meningkatnya permintaan terkait musiman puasa/lebaran. Lebih lanjut, sektor aneka industri memiliki kemampuan membayar bunga paling baik, sedangkan sektor industri dasar dan kimia memiliki kemampuan membayar bunga terendah. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Tabel 4.3 Perbandingan DSR dan ICR Per Sektor No Sektor DSR ICR Pertanian 9,0 8,5 10,9 8,8 2 Industri Dasar dan Kimia 3,6 3,0 8,6 8,5 3 Industri Barang Konsumsi 1,7 2,3 32,2 38,4 4 Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi 0,7 0,5 35,1 40,5 5 Aneka Industri 36,5 5,7 5,4 99,3 6 Properti dan Real Estate 3,6 5,6 50,0 56,4 7 Perdagangan Jasa dan Investasi 3,0 4,0 28,6 37,3 Agregat 8,3 4,2 24,4 41,3 Hasil liaison Sumatera Utara triwulan II 2016 juga menunjukkan kinerja korporasi yang meningkat. Penjualan domestik meningkat sejalan dengan konsumsi swasta, sementara penjualan ekspor meningkat seiring dengan peningkatan harga komoditas internasional dan perbaikan permintaan dari negara mitra dagang. Kapasitas utilisasi meningkat menghadapi permintaan domestik terkait Ramadhan dan Lebaran. Investasi tumbuh sedikit melambat dipengaruhi sikap hati-hati pengusaha untuk melakukan investasi ekspansif lebih lanjut terkait kenaikan permintaan yang masih terbatas. Beban biaya khususnya bahan baku dan tenaga kerja meningkat yang diteruskan kepada kebijakan peningkatan harga jual untuk menjaga margin perusahaan. Menghadapi kondisi dunia usaha yang meningkat, kebutuhan akan pembiayaan pada triwulan II 2016 juga menunjukkan peningkatan. 48

65 Grafik 4.7 Likert Scale Permintaan Domestik dan Ekspor Rp Triliun Modal Kerja Investasi Konsumsi SB Modal Kerja SB Investasi SB Konsumsi I II III IV I II III IV I II Grafik 4.10 Proporsi Kredit Korporasi per Jenis Penggunaan % Grafik 4.8 Likert Scale Kapasitas Utilisasi dan Investasi Grafik 4.11 Proporsi Kredit Sektoral Korporasi Grafik 4.9 Likert Scale Biaya Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi Kredit yang disalurkan ke sektor korporasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp ,- milyar atau 75,4% dari total kredit yang disalurkan perbankan. Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan paling tinggi terjadi pada kredit investasi yang mencapai 32,6% (yoy) meskipun secara share yang paling besar masih terdapat pada kredit modal kerja yang tumbuh 2,2% (yoy). Kredit konsumsi mengalami penurunan 4,3% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,7% (yoy). Namun demikian, berdasarkan hasil liaison, sebagian besar korporasi masih menggunakan dana internal sebagai sumber pembiayaan. Penyaluran kredit korporasi Sumatera Utara tumbuh meningkat 5,7% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 2,8% (yoy). Hal ini terutama didorong oleh peningkatan kredit sektor Pertanian yang memiliki pangsa kedua terbesar (23,6%) dari total penyaluran kredit korporasi, yaitu dari 21,8% (yoy) menjadi 25,7% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit sektor pertanian ditopang oleh peningkatan pembiayaan perkebunan kelapa sawit yang meningkat menjadi 28,2% (yoy) dari triwulan sebelumnya 23,9% (yoy). Kredit sektor Perdagangan Besar dan Eceran (pangsa 33%) sedikit meningkat dari -3% (yoy) menjadi 3% (yoy). Dari 3 sektor utama Sumatera Utara, penyaluran kredit ke sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan terdalam. Kredit ke sektor Industri Pengolahan terkontraksi -2,8% dari yang hanya tumbuh 1% pada triwulan sebelumnya. Penurunan ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan Industri Pengolahan dalam PDRB Sumatera Utara sebagaimana dijelaskan sebelumnya. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 49

66 Rp Miliar Kredit Pertanian Kredit Ind. Pengolahan Kredit PBE g Kredit Pertanian 120 g Kredit Ind. Pengolahan g Kredit PBE %, yoy Ketahanan Sektor Rumah Tangga Grafik 4.12 Pertumbuhan Kredit Korporasi Sektor Utama Sumatera Utara Secara keseluruhan NPL (Non Performing Loan) kredit korporasi masih terjaga seperti triwulan sebelumnya yaitu 3,4%. NPL sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan sektor Pertanian mengalami penurunan, sementara NPL pada sektor Industri Pengolahan meningkat. Sektor Industri Pengolahan menunjukkan peningkatan risiko kredit secara terbatas menjadi 2,5% dari sebelumnya 2,2%. Selain tiga sektor utama tersebut, rasio NPL sektor Konstruksi masih cukup tinggi mencapai 9,1% walaupun sudah menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,2% (yoy). Dengan demikian, meskipun rasio NPL di beberapa sektor meningkat, rasio NPL sektor korporasi secara keseluruhan masih terjaga di bawah batas indikatif 5%. Oleh karena itu, stabilitas keuangan yang bersumber dari korporasi di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 masih dikategorikan terjaga II I IV III II I IV III II I I II III IV I II III IV I II NPL PBE NPL Ind. Pengolahan NPL Pertanian Grafik 4.13 Pertumbuhan NPL Kredit Korporasi Sektor Utama Sumatera Utara (5.0) Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Seiring dengan meningkatnya perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016, kinerja konsumsi rumah tangga (RT) juga tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut bahkan lebih tinggi dari pola historisnya. Pertumbuhan konsumsi masyarakat tercermin dari hasil Survei konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan optimisme yang diindikasikan dari indeks keyakinan konsumen (IKK) terhadap kondisi ekonomi yang mencapai 105,8, khususnya indeks ekspektasi konsumen (IEK) sebesar 110,5. Angka ini lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Dengan terkendalinya inflasi, konsumsi rumah tangga triwulan depan diindikasikan juga masih optimis (Grafik 4.14) Optimis Pesimis I II III IV I II Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik 4.14 Persepsi Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja Melambatnya kinerja industri pengolahan sebagai salah satu sektor utama Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu faktor yang diperkirakan berdampak pada menurunnya optimisme terhadap ketersediaan lapangan kerja. Hal ini tercermin dari menurunnya indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia. Namun demikian ketersediaan lapangan kerja pada periode 6 bulan mendatang dipersepsikan meningkat. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 50

67 konsumsi meningkat dari 69% menjadi 70,5% dari pengeluarannya. Hal ini diperkirakan terkait dengan meningkatnya kebutuhan dalam rangka ramadhan dan Lebaran. (Grafik 4.17). Grafik 4.15 Persepsi Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja Sumber kerentanan rumah tangga lainnya adalah anomali cuaca dan iklim. Hal ini diperkirakan akan berdampak pada pendapatan masyarakat yang didominasi bekerja di sektor pertanian (hingga 42,5% pada tahun 2014). Namun demikian, perbaikan kesejahteraan petani yang tercermin dari NTP yang mulai di atas 100 menunjukkan ketahanan sektor rumah tangga relatif membaik Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat terkontraksi dari 4,9% menjadi -2,4% (yoy) pada triwulan II Perlambatan ini dipengaruhi oleh semakin menurunnya tabungan meskipun Giro dan Deposito menunjukkan tren meningkat sejak awal tahun Penurunan tabungan dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat pada triwulan II 2016 untuk keperluan perayaan hari besar keagamaan dan liburan sekolah. Pertumbuhan giro mengikuti peningkatan kebutuhan pembayaran proyek pembangunan pada tengah tahun. Rp Triliun Nominal Giro Nominal Deposito g Tabungan Nominal Tabungan g Giro g Deposito I II III IV I II Grafik 4.16 Perkembangan Dana Pihak Ketiga %, yoy Meskipun terkontraksi, berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia, persentase rata-rata penggunaan penghasilan rumah tangga untuk konsumsi di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Persentase pengeluaran masyarakat untuk aktivitas (5.0) II I IV III II I Grafik 4.17 Preferensi rata-rata penggunaan penghasilan rumah tangga Perkembangan Kredit Rumah Tangga Sumatera Utara Rp Miliar 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Kredit KPR Kredit Multiguna g Kredit KKB Konsumsi Tabungan Kredit KKB g Kredit KPR g Kredit Multiguna I II III IV I II III IV I II %, yoy (5.00) (10.00) Kredit perbankan kepada sektor rumah tangga di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp miliar. Kredit rumah tangga didominasi oleh kredit multiguna, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit kendaraan bermotor (KKB). Kredit sektor RT tumbuh 4,45% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 4,74% (yoy). Perlambatan didorong oleh penurunan ekspansi kredit kendaraan bermotor (KKB) yang terkontraksi -6,62% (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang sebesar -3,64%. Perlambatan juga terjadi pada kredit perumahan yang hanya tumbuh 0,59% (yoy), relatif stagnan dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 0,85% (yoy). Akselerasi terjadi pada kredit multiguna dan kredit pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d 70. Kredit multiguna tumbuh 7,09% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,83% (yoy). Penurunan suku bunga kredit rumah tinggal tipe 22 s.d 70 dari 17,3% (triwulan I 2016) menjadi 10,7% (triwulan II STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 51

68 2016) turut berdampak pada akselerasi pertumbuhan kredit ini menjadi 13,6% (yoy). Kondisi tersebut juga diindikasikan terkait dengan pelonggaran ketentuan Rasio Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV). Kredit untuk kepemilikan perumahan mengalami peningkatan terutama untuk tipe 22 s.d. 70 meski masih lambat. Sementara kredit untuk tipe lainnya cenderung masih stabil bahkan menurun pada tipe kecil. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan KPR ke depan diperkirakan semakin membaik dengan rencana relaksasi lebih lanjut ketentuan LTV tersebut. Selain itu, Bank Indonesia juga akan memperlonggar kredit/pembiayaan inden dengan pengaturan pencairan kredit bertahap sesuai progress pembangunan rumah. hasil Survei Penjualan Eceran pada triwulan II 2016 menunjukkan peningkatan pada pembelian bahan makanan dan suku cadang dan aksesoris. Hal ini mengindikasikan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersiernya. Sementara itu, kredit pemilikan apartemen-kpa masih menunjukkan peningkatan kinerja dari sebelumnya untuk semua tipe apartemen, terutama untuk apartemen s.d Tipe 21 yang tumbuh 7,2% (yoy). Kondisi ini sekaligus mengkonfirmasi masih tingginya permintaan apartemen pada periode laporan. 4.3 Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Rp Miliar 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 g RT Tipe 21 g RT Tipe 22 s/d 70 g RT Tipe >70 Kredit RT Tipe 21 Kredit RT Tipe 22 s/d 70 Kredit RT Tipe > 70 I II III IV I II III IV I II %, yoy Total kredit yang disalurkan ke pelaku usaha UMKM di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp miliar, atau 27,7% dari total kredit perbankan di Sumatera Utara. Kredit ke sektor UMKM tersebut tumbuh 5,1% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,6% (yoy). Perlambatan terjadi untuk kredit usaha mikro dan usaha kecil, sementara kredit usaha menengah mulai membaik meski pertumbuhannya masih terkontraksi Grafik 4.19 Pertumbuhan KPR per Tipe Secara agregat, kredit rumah tinggal mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan KPR terutama didorong penurunan KPR tipe 21 dari sebelumnya tumbuh 0,9% (yoy) menjadi - 5,1% (yoy), serta KPR tipe di atas 70 dari -4,9% (yoy) menjadi -5,3% (yoy). Penurunan KPR tipe di atas 70 selain dipengaruhi peningkatan suku bunga kredit dari 11,46% menjadi 11,47%, diduga dipengaruhi juga oleh kenaikan harga rumah. Peningkatan harga rumah ini tercermin dari peningkatan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) dari 229 (triwulan I 2016) menjadi 232,1 (triwulan II 2016). Sementara kenaikan suku bunga kredit Rumah Tinggal s.d Tipe 21 dari meningkat dari 11,3% (Triwulan I 2016) menjadi 11,33% pada triwulan berjalan. Grafik 4.20 Pertumbuhan Kredit UMKM Perlambatan terdalam terjadi pada sektor industri pengolahan, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan pada PDRB Sumatera Utara sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya. Penurunan suku bunga Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dari 11,66% menjadi 11,62% belum diikuti oleh pertumbuhan kredit KKB yang justru mengalami perlambatan. Perlambatan kredit kendaraan bermotor diikuti oleh kenaikan risiko kredit yang tercermin dari NPL KKB menjadi 2,2%, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 1,9%. Namun demikian, STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 52

69 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 I II III IV I II III IV I II NPL UMKM Mikro Kecil Menengah Grafik 4.21 Perkembangan NPL Kredit UMKM Perlambatan kredit kepada UMKM diikuti dengan meningkatnya risiko kredit. Hal ini tercermin dari meningkatnya NPL dari 6,51% menjadi 6,57%. NPL tertinggi terdapat pada kredit usaha kecil (7,54%) dengan kecenderungan menurun dan kredit usaha menengah (7,31%) dengan kecenderungan meningkat. Secara sektoral, NPL tertinggi terdapat pada UMKM sektor konstruksi (15,67%) dengan kecenderungan meningkat, diikuti oleh sektor jasa sosial masyarakat (8,02%) dan sektor pertambangan (7,28%). 4.4 Program Pengembangan UMKM Sumut Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Pematang Siantar berpartisipasi aktif dalam pengembangan UMKM di Sumatera Utara. Pengembangan UMKM dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain: 1) Mengembangkan klaster baik yang eksisting maupun baru. Terdapat 5 (lima) klaster yang menjadi fokus binaan yang terdiri dari 4 (empat) klaster ketahanan pangan (klaster padi, klaster bawang merah, klaster kopi, klaster pertanian terintegrasi) dan 1 (satu) klaster industri kreatif (tenun ulos). 2) Bank Indoneisa juga mengembangkan klaster pertanian terintegrasi pertanian dengan peternakan. Fokus pengembangan ada pada pengembangan sapi dengan memanfaatkan limbah tanaman pertanian menjadi pakan sapi. Selanjutnya limbah ternak diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk organik dan bio pestisida. Klaster dikembangkan di Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat. 3) Bank Indonesia juga mengembangkan Kawasan Ekonomi Daerah Pesisir dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi, penguatan kelembagaan sosial ekonomi dengan mendayagunakan sumber daya lahan dan pesisir laut secara berkesinambungan. Program diimplementasikan pada kawasan pesisir Serdang Bedagai. 4) Melaksanakan Program Pengembangan Wira Usaha Bank Indonesia (WUBI), antara lain melalui program pelatihan, pembentukan klinik UMKM oleh WUBI, dan pembentukan UMKM Ekspo. Dalam pelaksanaan berbagai program pengembangan UMKM, Bank Indonesia bekerjasama dengan institusi terkait baik dari pemerintah, gapoktan, maupun pelaku usaha UMKM. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 53

70 Boks 5 Hedging Syariah (Tahawuth Islami) Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Prinsip Syariah Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia perlu didukung oleh pengembangan pasar keuangan. Hal ini diperlukan agar pembiayaan syariah dapat ditingkatkan supaya lembaga keuangan dapat berkembang lebih baik diantaranya dalam menghadapi gejolak nilai tukar. Disamping itu, transaksi di Pasar Keuangan Antarbank Syariah (PUAS) juga semakin meningkat (Grafik 4.22) yang memerlukan pengaturan agar dapat berkembang dalam koridor yang aman. Tidak hanya bank syariah, PUAS juga dimanfaatkan oleh bank konvensional sebagai pilihan alternatif dalam dalam mengelola portofolio keuangannya. (Grafik 1.2). Grafik 4.22 Aktifitas dan Pasar Keuangan Syariah Grafik 4.23 Porsi Bank Konven Pada PUAS Pelaku pasar keuangan termasuk yang berbasis syariah juga perlu melakukan mitigasi risiko kerugian karena ketidakpastian pergerakan nilai tukar (currency mismatch). Sentimen ekonomi domestik, regional dan global serta kondisi mikrostruktur pasar valas domestik yang rentan terhadap market shock meningkatkan risiko tekanan nilai tukar. Kondisi ini berimplikasi pada ketidakstabilan pasar keuangan. Bagi pelaku usaha, hal ini turut meningkatkan risiko keuangan dan potensi kerugian serta ketidakpastian perhitungan bisnis terutama badan usaha yang business cycle-nya masih terdapat kebutuhan valas. Hedging atau lindung nilai menjadi salah satu solusi untuk memitigasi risiko nilai tukar. Untuk menjawab kebutuhan akan mekanisme lindung nilai untuk pelaku ekonomi yang berbasis syariah, maka diberlakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.18/2/PBI/2016 terkait Transaksi Lindung Nilai Rupiah. Terbitnya Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.96/DSN-MUI/III/2015 tentang Transaksi Lindung Nilai Syariah (Al- Tahawwuth Al Islami/Islamic Hedging) atas Nilai Tukar menjadi dasar pemberlakuan ketentuan hedging ini. Jenis transaksi ini pada prinsipnya boleh dilakukan dengan ketentuan : a. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan) dengan mekanisme saling berjanji (mu a adah) yang nontradeable. b. Adanya kebutuhan yang nyata untuk mengurangi risiko nilai tukar yang tidak terhindarkan c. Apabila dilakukan dengan mata uang sejenis, nilainya harus sama dan tunai (at-taqabudh) dan bila berlainan jenis nilainya harus sama dengan nilai kurs yang berlaku. Adapun Transaksi Lindung Nilai Syariah terdiri dari Transaksi Lindung Nilai Syariah Sederhana dan Transaksi Lindung Nilai Kompleks yang dapat dilihat dari diagram berikut: STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 54

71 Lindung Nilai Syariah Sederhana Lindung Nilai Syariah Kompleks Today Forward Date Today Forward Date Bank Bank Bank Bank Bank Deal Curr A Curr B Deal Curr A Curr B Curr A Curr B Nasabah Nasabah Nasabah Nasabah Nasabah Underlying Transaksi Underlying Transaksi a. Transaksi Lindung Nilai Syariah Sederhana adalah transaksi dengan skema forward agreement yang diikuti transaksi spot pada saat jatuh tempo serta penyelesaian berupa serah terima mata uang. b. Transaksi Lindung Nilai Syariah Kompleks adalah transaksi dengan skema berupa rangkaian spot dan forward agreement yang diikuti dengan transaksi spot pada saat jatuh tempo disertai dengan penyelesaian berupa serah terima mata uang. Lindung nilai syariah juga mensyaratkan pemberi wajib untuk memastikan pemohon menyampaikan dokumen underlying transaksi yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang dilakukan saat forward agreement dilakukan. Pelaku transaksi lindung nilai juga diatur dalam ketentuan ini. Pelaku yang boleh menjadi pemohon lindung nilai syariah adalah Nasabah, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Sedangkan Bank Umum Konvensional diperkenankan menjadi pemberi hedging akan tetapi tidak diperkenankan menjadi pemohon hedging. PBI ini juga mengatur sanksi bagi pelaku yang melakukan pelanggaran. Sanksi administratif (teguran tertulis), sanksi pelaporan dan kewajiban membayar dikenakan pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang melanggar ketentuan underlying. Sedangkan counterparty Bank Umum Konvensional hanya dikenakan sanksi administratif teguran dan sanksi pelaporan jika tidak melaksanakan ketentuan dan syarat yang diatur dalam hedging syariah. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 55

72 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 56

73 BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Sumatera Utara yang pada umumnya mengalami net inflow, mencatatkan net outflow pada triwulan II Kondisi ini didorong oleh peningkatan kebutuhan uang baru menghadapi perayaan hari besar lebaran. Sejalan dengan kebijakan clean money policy, Bank Indonesia juga melakukan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang meningkat mencapai 57% dari triwula laporan. Temuan uang palsu juga mengalami penurunan yang signifikan mencapai 97,7% dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi non tunai Sumatera Utara melalui RTGS mengalami peningkatan mencapai 13,5% setelah sebelumnya mengalami penurunan. Berbeda dengan transaksi RTGS, transaksi kliring menunjukka tren penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh penerapan kebijakan bulk payment dalam pembayaran menggunakan mekanisme kliring. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 57

74 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Tabel 5.1 Transaksi RTGS I II III IV I II III IV I II Jumlah Transaksi RTGS : Nominal (Triliun Rp) 201,7 233,9 212,1 239,7 176,3 223,8 196,1 179,7 121,2 137,6 Volume (ribu lembar warkat) 219,6 239,9 204,1 199,6 127,0 128,7 120,5 98,7 74,7 104,1 Rata-rata Transaksi RTGS per hari : Rata2 harian (Triliun Rp) 3,4 3,9 3,2 3,7 2,8 3,7 3,1 3,0 2,0 2,3 Rata2 harian (ribu lembar warkat) 3,7 4,0 3,1 3,1 2,0 2,1 1,9 1,6 1,2 1,7 Pertumbuhan RTGS Pertumbuhan nominal (qtq, %) (12,0) 16,0 (9,3) 13,0 (26,4) 26,9 (12,4) (8,4) (32,6) 13,6 Pertumbuhan volume (qtq, %) (7,8) 9,3 (14,9) (2,2) (36,4) 1,4 (6,4) (18,1) (24,3) 39,4 Pertumbuhan nominal (yoy, %) 2,8 10,6 4,3 4,6 (12,6) (4,3) (7,5) (25,0) (31,3) (38,5) Pertumbuhan volume (yoy, %) (8,8) (3,4) (10,5) (16,2) (42,2) (46,3) (41,0) (50,5) (41,2) (19,1) Tabel 5.2 Perputaran Kliring Perkembangan Penyelenggaraan Layanan Sistem Pembayaran 5.1. Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai Nominal (Triliun Rp) Volume (ribu lembar warkat) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS YoY (%) 120 Transaksi Non Tunai yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia terdiri dari transaksi RTGS dan SKNBI. Pada triwulan II 2016, transaksi yang dilakukan melalui Sistem BI-RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement) mencapai 104,1 ribu transaksi dengan nilai sebesar Rp137,6 triliun. Volume transaksi mengalami peningkatan sebesar 39,4% dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebanyak 74,7 ribu transaksi. Sementara itu nilai transaksi mengalami peningkatan sebesar 13,6% dari triwulan sebelumnya sebesar Rp121,2 triliun. Rata-rata transaksi harian BI- RTGS tercatat mencapai transaksi dengan nilai Rp2,3 triliun per hari. Peningkatan nilai transaksi BI RTGS dipengaruhi oleh peningkatan transaksi antar nasabah terkait dengan puasa dan lebaran Nominal (Triliun Rp) Volume (ratus ribu lembar warkat) Nominal (yoy) Volume (yoy) I II III IV I II III IV I II Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring yoy (%) 130 SKNBI merupakan sarana transfer dana non tunai secara ritel selain RTGS dengan nominal transaksi yang lebih kecil. Di Sumatera Utara, penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 3 (tiga) tempat Kantor Perwakilan Bank Indonesia yaitu di Medan, Pematang Siantar dan Sibolga. Untuk meningkatkan pelayanan PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 58

75 transaksi kliring kepada masyarakat, Bank Indonesia juga membuka kesempatan bagi institusi yang ingin menjadi Penyelenggara Kliring Lokal (PKL). Saat ini di Sumatera Utara terdapat 2 PKL yaitu di Kota Tebing Tinggi dan Kabanjahe (Kabupaten Karo). Pada triwulan II 2016, transaksi kliring melalui SKNBI 13 volumenya tercatat sebanyak warkat dengan nilai nominal transaksi sebesar Rp miliar. Volume tersebut menunjukkan penurunan sebesar 28,29% dibandingkan volume transaksi SKNBI pada triwulan I 2016 yang tercatat sebanyak warkat. Penurunan volume transaksi juga diikuti oleh penurunan nilai transaksi sebesar 18,16% dari sebelumnya sebesar Rp miliar menjadi Rp miliar. Rata-rata harian transaksi SKNBI di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat warkat dengan nilai sebesar Rp517 miliar per hari. Penurunan transaksi melalui SKNBI terutama disebabkan penerapan bulk payment sejak Mei 2016, dimana settlement dilakukan secara bulk per kantor cabang bank (sebelumnya dibukukan per masingmasing transaksi). Hal ini menyebabkan perbedaan signifikan dalam pencatatan transaksi kliring. 5.2 Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah Sesuai dengan polanya, pada triwulan laporan penarikan uang kartal meningkat secara signifikan disertai penurunan penyetoran seiring dengan peningkatan kebutuhan uang tunai menjelang Lebaran dan memasuki tahun ajaran baru. Peningkatan kebutuhan uang tunai ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga / swasta pada PDRB Sumatera Utara triwulan II 2016 (dari 4,7% menjadi 5,2%). Peningkatan net cash outflow pada triwulan laporan juga lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015 seiring dengan bergesernya bulan puasa. Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan peran Bank Indonesia dalam mengeluarkan dan mengedarkan uang, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan layak edar (clean money policy). Untuk mewujudkan clean money policy, pengelolaan pengedaran uang yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang, pencabutan dan penarikan uang sampai dengan pemusnahan uang Perkembangan Transaksi Penyetoran dan Penarikan Uang Kartal Secara keseluruhan, aliran uang kartal di Provinsi Sumatera Utara mencatat net cash outflow 14 sebesar Rp5.114 miliar, berbeda dengan kondisi triwulan sebelumnya yang tercatat net cash inflow sebesar Rp5.123 miliar. Secara spasial, net cash outflow terjadi di Pematang Siantar dan Sibolga masing-masing sebesar Rp3.441 miliar dan Rp1.846 miliar, sedangkan Medan masih mencatat net cash inflow sebagaimana polanya sebesar Rp173,6 miliar. Penyetoran uang kartal dari perbankan di Provinsi Sumatera Utara ke Bank Indonesia 15 pada triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp7.047 miliar, atau tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 15,7% (yoy) menjadi 10,5% (yoy). Sedangkan penarikan uang kartal oleh perbankan dari Bank Indonesia mencapai Rp miliar, atau meningkat signifikan dari 20,6% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 72,6% (yoy). 13 SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia), berbeda dengan BI RTGS, setelmennya periodik (netting) serta untuk transaksi bernilai kecil (maksimal Rp.500 juta). Data periode ini berbeda dengan triwu Net cash outflow mencerminkan jumlah penarikan (outflow) dari Bank Indonesia lebih tinggi dibanding jumlah penyetoran (inflow) ke Bank Indonesia. Perhitungan inflow/outflow uang kartal dilakukan berdasarkan pelaporan bank di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang berada di Sumatera Utara yaitu KPw BI Provinsi Sumatera Utara, KPw BI Sibolga, dan KPw BI Pematangsiantar. Terdapat 3 Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Sumatera Utara yaitu di Medan, Pematang Siantar dan Sibolga PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 59

76 Rp Juta 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 - (2,000,000) (4,000,000) (6,000,000) 6,229,852 4,935,781 3,103,415 7,379,392 4,279,606 5,857,047 7,333,689 8,358,466 7,567,275 5,079,707 4,545,618 8,410,882 5,587,744 6,791,526 8,578,229 9,780,612 7,165,954 4,178,413 3,726,494 8,313,765 7,048,068 6,378,689 8,090,061 9,592,420 9,012,489 5,968,705 4,492,860 9,616,263 12,161,924 7,047,916 Grafik 5.3 Penarikan dan Penyetoran di Sumut Pelaksanaan Clean Money Policy Dalam rangka melaksanakan clean money policy, seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Provinsi Sumatera Utara secara rutin melakukan kegiatan penarikan uang lusuh, cacat, dan sudah dicabut dan ditarik dari peredaran, untuk selanjutnya disortir dan diganti dengan uang layak edar. Hal tersebut untuk menjamin ketersediaan dan meningkatkan standar kualitas uang yang diedarkan ke masyarakat. Rp Juta 5,000,000 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, , ,611 Q IV Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Penarikan Penyetoran Net Penarikan/ Penyetoran 729,897 Q I ,339,420 Q II ,037,238 Q III Pemusnahan 2,464,085 Q IV ,755,042 Q I ,673,237 Q II ,114,008 (5,123,403) Grafik 5.4 Pemusnahan Uang Rupiah Tidak Layak Edar di Sumatera Utara Ditengah penyetoran uang kartal yang menurun, jumlah uang rupiah tidak layak edar (UTLE) yang dimusnahkan pada triwulan laporan meningkat 57% dari Rp2.930 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp4.602 miliar pada triwulan II Uang tidak layak edar yang dimusnahkan tersebut tercatat sebesar 65% dari penyetoran uang kartal ke Bank Indonesia di Sumatera Utara pada triwulan laporan, meningkat tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 30%. Meningkatnya UTLE mengindikasikan tingkat perputaran uang di masyarakat. Hal tersebut juga sejalan dengan preferensi masyarakat untuk melakukan penukaran uang lusuh untuk diganti dengan uang baru dan uang pecahan kecil terkait Lebaran. 2,167,465 Q III Q III ,919,186 Q IV Q IV ,244,569 Q I Q I ,628,846 Q II Q II ,840,162 Q III Q III ,213,975 Q IV % Pemusnahan thd Inflow Q IV % 2,930,718 Q I Q I % 4,602,216 Q II Q II % 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Selain itu, pada triwulan II 2016 Bank Indonesia juga mengeluarkan uang hasil cetak sempurna senilai Rp2.279 miliar yang diedarkan ke masyarakat di Sumatera Utara. Uang hasil cetak sempurna yang dikeluarkan tersebut mencapai 32,3% dari penarikan uang kartal oleh perbankan. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan triwulan lalu yang sebesar Rp508 miliar (11% dari penarikan). Peningkatan ini untuk mengimbangi meningkatnya UTLE yang dimusnahkan sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang baru dan uang pecahan kecil untuk keperluan Lebaran, Bank Indonesia selama bulan puasa melakukan penukaran secara langsung ke masyarakat maupun melalui perbankan secara intensif. Di Kota Medan misalnya, Bank Indonesia melakukan penukaran langsung ke masyarakat antara lain di Lapangan Benteng, Pasar Petisah dan kantor-kantor pemerintah Upaya Menekan Peredaran Uang Palsu Lembar 2,500 2,000 1,500 1, Q IV Q I ,094 Q II Q III Q IV Q I ,373 Q II Grafik 5.5 Temuan Uang Rupiah Palsu di Sumut Temuan uang rupiah palsu menurun signifikan 97,7% dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi 33 lembar pada triwulan laporan. Temuan tersebut antara lain berasal dari hasil setoran bank, setoran masyarakat melalui loket penukaran, serta dari temuan perbankan yang dilaporkan ke Bank Indonesia. Temuan uang palsu tersebut masingmasing sebanyak 29 lembar (87,8%) di Pematang Siantar dan 4 lembar (12,2%) di Sibolga. Bank Indonesia terus berupaya mengantisipasi penggunaan dan peredaran uang Rupiah palsu. Upaya yang dilakukan berupa perencanaan desain dan bahan pengaman uang, koordinasi yang intensif dengan berbagai pihak (termasuk Kepolisian), dan sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah (CiKUR) ke berbagai lapisan masyarakat baik melalui media maupun secara langsung. 615 Q III Uang Palsu 298 Q IV ,227 Q I ,066 Q II Q III ,446 1,496 Q IV Q I Q II PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 60

77 Tabel 5.3 Daftar Sosialisasi CIKUR Politeknik Mandiri Bina Prestasi Medan Mahasiswa UINSU STAI Jamaiyah Mahmudiah, Langkat Mahasiswa STAI Syeh Abdul Halim Hasan Al Islamiyah Binjai Universitas Samudera Langsa Aceh Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Universitas Negeri Medan Mahasiswa Politeknik Negeri Medan Pesantren Al Barokah Simalungun Murid dan Guru Sekolah Minggu GKPI Pelajar SMA/SMK PELITA Pematangsiantar SMP dan SMA Methodis Teacher Competency Development Program Masyarakat Kecamatan Pangkalan Brandan Masyarakat Masyarakat Kecamatan Pangkalan Susu Masyarakat Kecamatan Geang Anggota HIMPAUDI (Perhimpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini) Perbankan Teller dan Customer Service Bank Panin Teller dan Customer Service Bank Central Asia PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 61

78 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 62

79 BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Di tengah membaiknya perekonomian, kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara pada triwulan II 2016 menunjukkan penurunan, meskipun persepsi terhadap triwulan mendatang kembali meningkat. Kesejahteraan penduduk Sumatera Utara pada triwulan II 2016 terindikasi membaik, yang tercermin dari Nilai Tukar Petani dan profil kemiskinan. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 63

80 6.1 Ketenagakerjaan Di tengah kondisi perekonomian yang membaik, optimisme konsumen terhadap kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Utara belum membaik, bahkan cenderung kembali menurun. Konsumen masih memandang pesimis terhadap ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2016, tercermin dari Indeks Ketersediaan lapangan Kerja Saat Ini yang kembali menunjukkan tren penurunan dari 82,8 menjadi 81,1 (Grafik 5.1). Hal ini diperkirakan sejalan dengan kinerja kategori industri pengolahan yang kembali tumbuh melambat. Beberapa faktor yang diperkirakan mendorong optimisme akan perbaikan kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan mendatang diantaranya adalah: (1) masih berlanjutnya pemulihan harga komoditas, (2) meningkatnya penyerapan CPO domestik terkait mandatori biodiesel, (3) percepatan pembangunan infrastruktur strategis, serta (4) pembukaan lowongan kerja Pegawai Negeri Sipil. Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, BI Sumut Grafik 6.2 Indikator Jumlah Karyawan Total Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Provinsi Sumut Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Penurunan ketersediaan lapangan kerja ini juga terkonfimasi dari indikator jumlah karyawan total hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan penurunan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) dari 3,6 menjadi 3,5 (Grafik 5.2). Sektor dengan penurunan tenaga kerja terdalam adalah sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Hal ini berlawanan dengan kinerja kedua kategori ini yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan lalu. Hal ini terkonfirmasi dari hasil liaison kepada pelaku usaha sektor perkebunan yang melakukan efisiensi ketenagakerjaan dalam bentuk pengurangan ataupun tidak mengganti pegawai yang pensiun. Meskipun demikian, kondisi ketenagakerjaan yang akan datang masih dipandang optimis bahkan lebih baik dari saat ini. Hal ini terlihat dari indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang yang meningkat dari 85,5 menjadi 94,4. (Grafik 5.1). 6.2 Kesejahteraan Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian, kesejahteraan penduduk Sumatera Utara terindikasi membaik, meski belum optimal. Kondisi spasial juga perlu mendapat perhatian mengingat masih terdapat ketimpangan yang cukup tinggi antar perkotaan dan pedesaan. Di tengah penerimaan gaji ke 13, 14 dan THR pada periode laporan, hasil survei menunjukkan konsumen Sumatera Utara masih optimis dalam memandang penghasilan saat ini, meski tidak sebaik periode sebelumnya. Berdasar Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia di Sumatera Utara, indeks penghasilan saat ini kembali menurun menjadi 114,2 dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 121,6 (Grafik 5.4). Hal ini diperkirakan sejalan dengan efisiensi tenaga kerja di sektor industri pengolahan sebagaimana disebutkan sebelumnya, dan berkurangnya jam operasional pedagang khususnya restoran selama bulan puasa. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 64

81 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 NILAI TUKAR PETANI SUMATERA UTARA Grafik 6.3 Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan Tw-I 2016 Tw-II ,3 100,5 ilai ukar etani erkebunan akyat ilai ukar etani or kultura ilai ukar etani elayan dan embudidaya kan ilai ukar elayan ilai ukar embudidaya kan ilai ukar etani eternakan Optimisme masyarakat akan penghasilan saat ini juga sejalan dengan beberapa indikator seperti Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), meski Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) cenderung menurun dan di bawah level optimis (Grafik 5.5). Grafik 6.4 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen serta Kondisi Ekonomi Persepsi masyarakat terhadap penghasilannya pada triwulan mendatang justru meningkat. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan yang akan datang. Optimisme ini diperkirakan terkait dengan membaiknya harga komoditas serta meningkatnya ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan kerja Sumber: BPS Tabel 6.1 Nilai Tukar Petani Indeks ntp NTPR NTPH NTPP 106 I II III IV I II III IV I II III IV I II ilai ukar etani anaman angan Kesejahteraan petani pada periode laporan menunjukkan perbaikan dan sudah berada di level optimis. Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan tercatat 100,5, lebih baik dibandingkan dengan capaian triwulan lalu yang tercatat 99,3 (Tabel 6.1). Capaian ini juga telah berada di level indikatif kesejahteraan (NTP=100) yang diduga sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan kategori pertanian pada triwulan laporan. Kenaikan NTP pada triwulan laporan didorong kenaikan NTP petani perkebunan, hortikultura, peternakan dan perikanan. Sedangkan NTP petani tanaman pangan mengalami penurunan. NTP petani perkebunan rakyat meningkat menjadi 98,3 dibandingkan triwulan sebelumnya 95,0. Kenaikan NTP ini disebabkan oleh kenaikan harga jual TBS sawit dan karet sebagaimana disebutkan sebelumnya (lihat bab Perkembangan Ekonomi Makro Daerah). NTP perikanan mengalami kenaikan menjadi 98,9 dibandingkan triwulan sebelumnya 98,4. Kenaikan NTP perikanan pada triwulan laporan sejalan dengan inflasi pada beberapa komoditas ikan diantaranya dencis akibat kelangkaan pasokan dan banjir rob di Medan. Selain itu terjadi penurunan biaya produksi seiring dengan turunnya harga bahan bakar solar pada triwulan II NTP petani tanaman pangan berupa padi dan palawija menurun menjadi 98,3 dibandingkan triwulan sebelumnya 99,3. Penurunan diduga didorong oleh menurunnya tingkat produktivitas KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 65

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV 2015 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA MEI 2016 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA November 2016 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV 2015 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Mengoptimalkan Potensi Perekonomian Domestik Sumatera Utara Februari 2017 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menciptakan Iklim Investasi Yang Kondusif Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat, Inklusif, dan Berkelanjutan Agustus 2017 VISI DAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menciptakan Iklim Investasi Yang Kondusif Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat, Inklusif, dan Berkelanjutan Mei 2017 VISI DAN MISI

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menjaga Momentum Perbaikan Ekonomi Melalui Perbaikan Iklim Investasi November 2017 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menjaga Momentum Perbaikan Ekonomi Melalui Perbaikan Iklim Investasi November 2017 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN III 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA TRIWULAN II 2015 KATA PENGANTAR Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY i Periode Mei 2017 ii Periode Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi...

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Periode Agustus 2017

Periode Agustus 2017 i Periode Agustus 2017 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Periode Agustus 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Periode Februari 2017

Periode Februari 2017 i Periode Februari 2017 ii Periode Februari 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci