PROVINSI SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROVINSI SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menjaga Momentum Perbaikan Ekonomi Melalui Perbaikan Iklim Investasi November 2017

2

3 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia: 1. Mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-nilai Strategis: Trust and Integrity- Professionalism Excellence Public Interest Coordination and Teamwork Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara: Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara: Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan. VISI DAN MISI i

4 VISI DAN MISI ii

5 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sumatera Utara November Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholders internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, keuangan dan sistem pembayaran di Provinsi Sumatera Utara. Pada triwulan III 2017, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari 5,2% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,1% (yoy) dan berada di atas perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Peningkatan tersebut didukung oleh kegiatan investasi khususnya investasi bangunan yang menunjukkan peningkatan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor juga mengalami peningkatan ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Masih baiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III Mencermati perkembangan indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2017 diperkirakan stabil atau berada pada rentang 5,1-5,5% (yoy). Hal ini terutama didorong oleh meningkatnya performa konsumsi khususnya pemerintah di akhir tahun. Sementara itu, kinerja sektor swasta diperkirakan masih positif seiring dengan masih kondusifnya sektor eksternal serta perbaikan harga komoditas perkebunan di awal tahun 2017 yang ikut menopang akselerasi perekonomian. Potensi perbaikan ekonomi masih terbuka lebar. Perkembangan harga komoditas yang diperkirakan masih stabil dan perbaikan ekonomi dunia yang terus berlanjut diperkirakan menjadi penopang kinerja sektor eksternal. Dampak dari kondisi eksternal yang positif tersebut diharapkan dapat mendorong permintaan domestik yang semakin kuat. Dengan dukungan Pemerintah untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui percepatan reformasi struktural, dapat tercipta perbaikan ekonomi domestik yang berkelanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam KEKR masih belum sepenuhnya sempurna sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari pembaca sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara ini bermanfaat bagi para pembaca.. Medan, November 2017 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA Arief Budi Santoso Direktur Eksekutif KATA PENGANTAR iii

6 DAFTAR ISI VISI DAN MISI... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR TABEL... xii TABEL INDIKATOR... xiv RINGKASAN UMUM... xvi BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL SECARA UMUM PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN PERKEMBANGAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH GAMBARAN UMUM APBD PROVINSI SUMATERA UTARA ANGGARAN PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN REALISASI PENDAPATAN PROVINSI SUMUT ANGGARAN BELANJA PROVINSI SUMATERA UTARA REALISASI BELANJA PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III APBN PROVINSI SUMATERA UTARA REALISASI APBD KABUPATEN/ KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH KONDISI UMUM PERKEMBANGAN INFLASI NON FUNDAMENTAL PERKEMBANGAN INFLASI FUNDAMENTAL INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA KELOMPOK BAHAN MAKANAN KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR KELOMPOK SANDANG DAFTAR ISI iv

7 3.4.5 KELOMPOK KESEHATAN KELOMPOK PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA PERBANDINGAN INFLASI ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA UPAYA PENGENDALIAN INFLASI POLA INFLASI KOMODITAS CABAI MERAH POLA INFLASI SUBKELOMPOK PENDIDIKAN BAB 4 UMKM 45 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN 4.1 PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA KETAHANAN SEKTOR KORPORASI PROVINSI SUMATERA UTARA KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA PROVINSI SUMATERA UTARA PERKEMBANGAN PERBANKAN SUMATERA UTARA PERKEMBANGAN BANK KONVENSIONAL PERKEMBANGAN BANK SYARIAH PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM BAB 5 RUPIAH 62 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG 5.1 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI PERKEMBANGAN TRANSAKSI RTGS PERKEMBANGAN TRANSAKSI SKNBI SISTEM PEMBAYARAN TUNAI PENGELOLAAN KELANCARAN SISTEM PEMBAYARAN PENANGANAN UANG TIDAK ASLI PENYEDIAAN UANG RUPIAH PENGAWASAN KEGIATAN PENUKARAN VALUTA ASING PENGAWASAN PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA (PTD) PROGRAM ELEKTRONIFIKASI LAYANAN KEUANGAN DIGITAL (LKD) BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI PROSPEK INFLASI REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH DAERAH DAFTAR ISI v

8 PROSPEK 2018: DAMPAK PILKADA SERENTAK TERHADAP EKONOMI SUMATERA UTARA LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI vi

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Survei Kegiatan Dunia Usaha... 3 Grafik 1.2 Andil Perekonomian Domestik dan Eksternal... 3 Grafik 1.3 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan... 4 Grafik 1.4 Survei Konsumen... 4 Grafik 1.5 Impor Barang Konsumsi... 4 Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi... 5 Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran... 5 Grafik 1.8 Perkembangan Nilai Tukar... 5 Grafik 1.9 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja (Survei Konsumen)... 5 Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan III 2016 dan 2017 di Sumatera Utara... 6 Grafik 1.11 Perkembangan Rekening Pemda... 6 Grafik 1.12 Penjualan Semen... 6 Grafik 1.13 Penjualan Alat Berat... 7 Grafik 1.14 Kredit Investasi... 7 Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara... 8 Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara... 8 Grafik 1.17 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama... 9 Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet... 9 Grafik 1.19 Ekspor Karet... 9 Grafik 1.20 Ekspor CPO... 9 Grafik 1.21 PMI Negara Mitra Dagang Utama... 9 Grafik 1.22 IPI Produk Makanan Indonesia Grafik 1.23 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut Grafik 1.24 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut Grafik 1.25 Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pengolahan Grafik 1.26 Perkiraan Sifat Curah Hujan Juli Grafik 1.27 Perkiraan Sifat Curah Hujan Agustus DAFTAR GRAFIK vii

10 Grafik 1.28 Distribusi Sifat Curah Hujan September Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Pertanian Grafik 1.30 Realisasi NTP Sumatera Utara Grafik 1.31 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.32 Penyaluran Kredit Perkebunan Grafik 1.33 Perkiraan Sifat Curah Hujan Grafik 1.34 Perubahan Inventori Grafik 1.35 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan Grafik 1.36 Perkembangan Ekspor Manufaktur Grafik 1.37 Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan PBE Grafik 1.38 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi Grafik 1.39 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate Grafik 1.40 Penyaluran Kredit Kategori PBE Grafik 1.41 Perkembangan Bongkar Muat Sumatera Utara Grafik 1.42 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara Grafik 1.43 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan Grafik 2.1 Perkembangan APBD Provinsi Sumatera Utara Grafik 2.2 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal APBD Provinsi Sumatera Utara Anggaran Grafik 2.3 Proporsi Anggaran PAD Sumatera Utara Grafik 2.4 Persentase Realisasi Komponen PAD triwulan III 2016 dan Grafik 2.5 % Realisasi Komponen PAD 2016 dan Grafik 2.6 Realisasi dan Pagu Pajak Daerah (dalam miliar rupiah) Grafik 2.7 Persentase Realisasi Komponen Pendapatan Transfer 2016 dan Grafik 2.8 Persentase Realisasi Komponen Dana Perimbangan 2016 dan Grafik 2.9 Proporsi Anggaran Belanja Tahun Grafik 2.10 Realisasi Anggaran Belanja Triwulan III Tahun 2016 dan Grafik 2.11 Perkembangan Jumlah Rekening Pemerintah Grafik 2.12 Persentase Realisasi Komponen Belanja Operasi 2016 dan Grafik 2.13 Nominal Realisasi Komponen Belanja Operasi 2016 dan DAFTAR GRAFIK viii

11 Grafik 2.14 Pangsa Anggaran Belanja APBN 2016 dan 2017 Sumatera Utara menurut Jenis Belanja Grafik 2.15 Pangsa Anggaran Belanja APBN 2016 dan 2017 Sumatera Utara menurut Jenis Fungsi Grafik 2.16 Perkembangan APBD Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Grafik 2.17 Derajat Ekonomi Fiskal Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun Grafik 2.18 Proporsi Anggaran Pendapatan APBD 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun Grafik 2.19 Proporsi Anggaran Pendapatan APBD Spasial Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun Grafik 2.20 Realisasi Anggaran Pendapatan Triwulan III 2017 Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara Grafik 2.21 Proporsi Anggaran Belanja APBD 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun Grafik 2.22 Proporsi Anggaran Belanja APBD Spasial Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun Grafik 2.23 Realisasi Anggaran Belanja dan Transfer Triwulan III 2017 Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional Grafik 3.2 Kontribusi Inflasi Sumatera Utara Grafik 3.3 Disagregasi Inflasi Sumut Tahunan Grafik 3.4 Harga Bawang Merah dan Cabai Merah Grafik 3.5 Ekspektasi Inflasi Grafik 3.6 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Grafik 4.1 Perkembangan Kegiatan Usaha Grafik 4.2 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor Pertanian Grafik 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor Industri Pengolahan 48 Grafik 4.4. Indeks Realisasi dan Pelaku Usaha terhadap Kegiatan Usaha Grafik 4.5. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 4.6. Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor PBE Grafik 4.7. Grafik Indeks Kondisi Ekonomi (Survei Konsumen) Grafik 4.8. Perkembangan DPK Provinsi Sumatera Utara Grafik 4.9. Perkembangan Jenis Simpanan dan Suku Bunga DAFTAR GRAFIK ix

12 Grafik Perkembangan Suku Bunga Tertimbang DPK Grafik Perkembangan Pertumbuhan dan Resiko Kredit Rumah Tangga Grafik Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah Grafik Perkembangan Suku Bunga Kredit Rumah Tangga Grafik Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor Grafik Perkembangan Kredit Bank Konvensional Per Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Kredit Bank Konvensional berdasarkan Sektor Ekonomi Utama Grafik Perkembangan SBT Kredit Bank Konvensional Per Jenis Penggunaa Grafik Komposisi Kredit Bank Konvensional Per Jenis Penggunaan Kab/Kota Sumatera Utara Grafik NPL Bank Konvensional Per Jenis Penggunaan Kab/Kota Sumatera Utara. 57 Grafik NPL Bank Konvensional Per Sektor Ekonomi Utama Kab/Kota Sumatera Utara Grafik Komposisi Deposito Bank Konvensional Berdasarkan Jangka Waktu Grafik Komposisi Kredit Bank Konvensional Berdasarkan Jangka Waktu Grafik Komposisi Aktiva Lancar Bank Konvensional Grafik Perkembangan Komponen Aset Perbankan Syariah Grafik Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Pebiayaan Berdasarkan Lapangan Usaha Grafik Perkembangan NPL Bank Syariah per Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan NPL Bank Syariah per Sekto Utama Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Grafik 5.2 Transaksi RTGS Spasial Triwulan III Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi SKNBI Grafik 5.4 Inflow/Outflow Sumatera Utara Grafik 5.5 Laporan Klarifikasi Upal Grafik 5.6 Beli/Jual Valas Sumatera Utara Grafik 5.7 Transaksi Penyelenggaraan Transfer Dana Grafik 5.8 Inflow PTD Sumatera Utara DAFTAR GRAFIK x

13 Grafik 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan TPT Grafik 6.2 Proporsi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Grafik 6.3 Proporsi Tenaga Kerja Berrdasarkan Pendidikan Grafik 6.4 TPT Sumut dan Nasional Periode Agustus Grafik 6.5 TPT Menurut Kabupaten/Kota Agustus Grafik 6.6 Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan Grafik 6.7 Indeks Kondisi dan Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 6.8 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen serta Kondisi Ekonomi Grafik 6.9 NTP Sumatera Utara Grafik 6.10 NTP Sumatera Utara Grafik 7.1 Survei Konsumen Grafik 7.2 Purchasing Manager Index Grafik 7.3 Stok Beras BULOG Grafik 7.4 Nilai Tukar Rupiah Terdahap Dollar Amerika Serikat Grafik 7.5 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik 7.6 Proyeksi harga minyak dunia Grafik 7.7 Proyeksi harga komoditas DAFTAR GRAFIK xi

14 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan... 3 Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara... 7 Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama... 8 Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran Tabel 2.1 Rincian Realisasi Pendapatan pada APBD Provinsi Sumatera Triwulan III Tabel 2.2 Rincian Realisasi Belanja pada APBD Provinsi Sumatera Triwulan III Tabel 2.3 Realisasi APBN Triwulan III Tabel 2.4 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota Sumatera Utara Triwulan III Tabel 2.5 Anggaran dan Realisasi Belanja Kabupaten/Kota Sumatera Utara Triwulan III Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan I Tabel 3.2 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Tabel 4.1 Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral Tabel 4.2 Pengelompokan Tabungan Perseorangan Berdasarkan Nilai Tabel 4.3 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga per Kategori Tabel 4.4 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Syariah Tabel 5.1 Transaksi RTGS Tabel 5.2 Perputaran Kliring DAFTAR TABEL xii

15 Tabel Kabupaten/Kota dengan Proporsi Serapan Tenaga Kerja Terbesar Periode Agustus Tabel 6.2 Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 6.3 NTP Subsektor Provinsi Sumatera Utara Tabel 6.4 Nilai Tukar Nelayan Perikanan Berdasarkan Kelompok Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan DAFTAR TABEL xiii

16 TABEL INDIKATOR TABEL INDIKATOR xiv

17 TABEL INDIKATOR xv

18 RINGKASAN UMUM ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL Ekonomi Sumatera Utara masih tumbuh cukup kuat dimana pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 5,21% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,11% (yoy). Kondisi tersebut terutama didukung oleh perbaikan di sisi eksternal dan masih kuatnya permintaan domestik. Dari sisi eksternal, ekspor mengalami peningkatan ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Membaiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III Di sisi lain, impor juga meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi. Di sisi domestik, peningkatan terutama terjadi pada kegiatan investasi khususnya investasi bangunan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang on-track. Namun demikian, konsumsi rumah tangga melambat, selain akibat pergeseran perayaan idul fitri, juga disebabkan oleh penurunan harga komoditas. Secara sektoral, kondisi yang menggembirakan terjadi pada peningkatan sektor utama khususnya sektor konstruksi. Sektor Pertanian dan sektor Perdagangan juga menunjukkan perbaikan kinerja pada triwulan III Peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian terutama didukung oleh produksi tanaman perkebunan yang cukup baik sejalan dengan kondisi cuaca yang mendukung. Sementara itu, sektor Industri Pengolahan meski melambat masih tumbuh cukup tinggi. Selain itu, sektor jasa-jasa juga meningkat yang memberikan dukungan terhadap kinerja sektor utama ekonomi Sumatera Utara tersebut. ASESMEN KEUANGAN DAERAH Anggaran Belanja dan Transfer pemerintah di Sumatera Utara secara total mencapai Rp85,5 triliun pada tahun APBD Kabupaten/Kota merupakan contributor terbesar dengan pangsa 51,3%. Sampai dengan triwulan III 2017, realisasi anggaran pemerintah di Sumatera Utara terhadap pagu anggaran secara umum mencapai 53,8%. ASESMEN INFLASI Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2017 diikuti oleh peningkatan laju inflasi dalam level yang masih terkendali dalam kisaran sasaran inflasi. Laju inflasi pada triwulan III 2017 tercatat 3,86% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II 2017 yang tercatat 3,75% (yoy). Level tersebut diatas inflasi nasional yang sebesar 3,73% (yoy). Tingginya inflasi triwulan III 2017 menyebabkan inflasi Provinsi Sumatera Utara mencapai 1,82% (ytd). Peningkatan tekanan inflasi didorong oleh terbatasnya pasokan bahan makanan, terutama komoditas cabai merah. Harga cabai merah yang relatif rendah mendorong petani untuk tidak melakukan panen. Dapat ditambahkan bahwa memasuki triwulan IV 2017, kenaikan harga cabai merah sudah mereda, menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Rendahnya inflasi didukung oleh stabilnya inflasi inti dan menurunnya tekanan inflasi administered prices. Terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar mendorong terjaganya stabilitas inflasi inti. Sementara itu, penurunan inflasi administered prices dipengaruhi oleh tidak adanya kebijakan administered prices yang bersifat strategis. ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Perbaikan ekonomi dan masih terjaganya inflasi didukung oleh stabilitas sistem keuangan Provinsi Sumatera Utara pada Triwulan III Tahun 2017 yang masih cukup baik. Kinerja RINGKASAN UMUM xvi

19 perbankan masih cukup kuat, yang diiindikasikan oleh pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga. Sementara itu, kredit perbankan melambat, tumbuh 6,6% (yoy) pada triwulan III 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,2%. Kondisi tersebut didukung oleh kinerja korporasi yang membaik dan ketahanan rumah tangga yang terjaga. Ketahanan sektor rumah tangga yang membaik tercermin pada kredit konsumsi yang tumbuh 9% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, risiko kredit perbankan Sumatera Utara juga masih terjaga baik. Meskipun risiko meningkat, tetapi masih dalam batas level indikatifnya. Disamping itu, risiko kredit perbankan syariah juga membaik. Kondisi ini juga pada akhirnya berpengaruh pada tingkat intermediasi perbankan yang berada pada level aman tergambar pada Loan To Funding Ratio sebesar 90%. ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Kondisi perekonomian Sumatera Utara yang mengalami perbaikan pertumbuhan didukung oleh penyelenggaraan sistem pembayaran yang aman dan lancar. Penyediaan uang kartal berjalan sesuai dengan kebutuhan dengan kualitas yang terjaga. Transaksi uang kartal di Sumatera Utara pada triwulan III 2017 menunjukkan net inflow ke Bank Indonesia sebesar Rp6,98 triliun, dibandingkan net outflow sebesar Rp0,36triliun pada triwulan sebelumnya. Pola aliran uang masuk dan keluar tersebut masih sesuai dengan pola historisnya. Perbaikan geliat ekonomi juga didukung oleh kelancaran sistem pembayaran non tunai. Transaksi non tunai Sumatera Utara relatif meningkat baik dari sisi nominal maupun volume. Secara nominal, transaksi RTGS meningkat sebesar 0,24% pada triwulan berjalan, sementara volumenya terkontraksi 53,71%, namun meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, nominal transaksi menggunakan SKNBI juga tumbuh 5,5% (yoy). ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara membaik seiring dengan perbaikan ekonomi pada periode laporan. Perbaikan tersebut tercermin dari peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) periode Agustus sebesar 6.0% (yoy) dan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka. Perbaikan kondisi ketenagakerjaan tersebut belum diikuti oleh membaiknya tingkat kesejahteraan khususnya petani yang tercermin dari penurunan NTP Sumatera Utara. Sementara itu, NTP subsektor perikanan yang masih berada di atas 100 yang menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan yang cukup baik. PROSPEK PEREKONOMIAN Pada tahun 2017 perekonomian Sumatera Utara diperkirakan melambat dibandingkan tahun Melambatnya perekonomian Sumatera Utara ini disebabkan oleh rendahnya realisasi PDRB di triwulan I 2017 akibat belum optimalnya kinerja sektor pertanian. Namun demikian, permintaan domestik diperkirakan masih cukup kuat ditopang oleh kinerja investasi pembangunan proyek infrastruktur strategis serta terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan rendahnya risiko tekanan inflasi. Memasuki tahun 2018, perekonomian Sumatera Utara diperkirakan akan mengalami perbaikan dan berada pada kisaran 5,0%-5,4%. Peningkatan pertumbuhan ini akan didorong oleh konsumsi pemerintah dan LNPRT seiring dengan pelaksaan PILKADA serentak Dari sisi Inflasi, secara keseluruhan tahun, inflasi Sumatera Utara di tahun 2017 diperkirakan masih berada pada kisaran sasaran inflasi nasional yaitu 4±1%. RINGKASAN UMUM xvii

20 Penurunan tekanan inflasi terutama didorong oleh penurunan tekanan inflasi volatile food seiring membaiknya pasokan pangan terutama di awal tahun Kondisi tersebut didukung oleh rendahnya tekanan inflasi ini sejalan dengan terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar. Sementara itu, inflasi kelompok administerd prices mengalami peningkatan yang didorong oleh kenaikan biaya pengurusan STNK dan kenaikan tarif listrik. Optimisme tingkat inflasi yang rendah dan stabil diperkirakan akan berlanjut di tahun Inflasi tahun 2018 diperkirakan masih berada dalam sasaran inflasi nasional 3,5±1%. Pencapaian ini diperkirakan didukung oleh rendahnya tekanan inflasi inti dan inflasi administered prices. Pemerintah diperkirakan tidak akan mengambil kebijakan administered prices yang bersifat strategis. Sementara itu, inflasi volatile food diperkirakan akan meningkat terkait dengan terbatasnya produksi. RINGKASAN UMUM xviii

21 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH ULOS MANGIRING Ekonomi Sumatera Utara masih tumbuh cukup kuat dimana pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 5,21% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,11% (yoy). Kondisi tersebut terutama didukung oleh perbaikan di sisi eksternal dan masih kuatnya permintaan domestik. Dari sisi eksternal, ekspor mengalami peningkatan ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Membaiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III Di sisi lain, impor juga meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi. Di sisi domestik, peningkatan terutama terjadi pada kegiatan investasi khususnya investasi bangunan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang on-track. Namun demikian, konsumsi rumah tangga melambat, selain akibat pergeseran perayaan idul fitri, juga disebabkan oleh penurunan harga komoditas. Secara sektoral, kondisi yang menggembirakan terjadi pada peningkatan sektor utama khususnya sektor konstruksi. Sektor Pertanian dan sektor Perdagangan juga menunjukkan perbaikan kinerja pada triwulan III Peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian terutama didukung oleh produksi tanaman perkebunan yang cukup baik sejalan dengan kondisi cuaca yang mendukung. Sementara itu, sektor Industri Pengolahan meski melambat masih tumbuh cukup tinggi. Selain itu, sektor jasa-jasa juga meningkat yang memberikan dukungan terhadap kinerja sektor utama ekonomi Sumatera Utara tersebut. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 1

22 1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum hasil liaison kepada pelaku usaha industri pengolahan yang menyatakan bahwa permintaan domestik cenderung menurun yang disertai dengan menurunnya aktivitas manufaktur domestik. Di triwulan III 2017 Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari 5,11% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,21% (yoy). Pertumbuhan tersebut di atas perekonomian Nasional yang tumbuh sebesar 5,09%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara terutama didorong oleh kegiatan investasi khususnya investasi bangunan yang menunjukkan peningkatan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang ontrack. Namun demikian, sesuai dengan pola seasonalnya konsumsi rumah tangga melambat pasca puncak konsumsi pada perayaan idul fitri di triwulan II Dari sisi eksternal, ekspor mengalami peningkatan khususnya ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Membaiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III Ekonomi beberapa mitra dagang seperti Tiongkok dan Amerika Serikat pada triwulan III 2017 pada umumnya membaik dari perkiraan semula. Pada triwulan III 2017 perekonomian Tiongkok dan Amerika Serikat menguat masingmasing menjadi 6,8% (yoy) dan 3,1% (yoy) dari 6,7% (yoy) dan 2,1% (yoy) pada triwulan II Sementara itu, kinerja ekspor antar daerah masih terkontraksi. Hal ini terjadi seiring dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi beberapa daerah mitra dagang utama seperti Aceh, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Sementara itu, permintaan domestik akan produk makanan dan minuman juga belum kuat yang tercermin dari Secara sektoral, kinerja 4 sektor utama (sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi) pada triwulan III 2017 masih relatif baik. Peningkatan terutama terjadi di sektor pertanian khususnya subsektor pertanian pangan dan subsektor perkebunan. Puncak panen padi dan kelapa sawit yang jatuh pada triwulan III 2017 telah menopang peningkatan kinerja kedua subsektor tersebut. Selain itu, sektor konstruksi juga mengalami peningkatan didorong oleh masih berlangsungnya proyekproyek infrastruktur strategis. Namun demikian, kinerja industri pengolahan sedikit menurun merespon harga komoditas CPO dan karet yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Pada awal Triwulan IV 2017, harga komoditas perkebunan terutama CPO dan karet diperkirakan menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Harga CPO bulan Oktober terkontraksi 1,5% (mtm) atau turun sekitar - 12,3% dibandingkan dengan puncak harga CPO yang terjadi di awal tahun 2017 atau -3,87% (yoy). Sementara, harga karet juga mengalami penurunan sebesar -3,75% (mtm) dibandingkan bulan September Namun demikian, harga karet tersebut masih relatif tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dimana pada bulan Oktober 2017 masih mengalami kenaikan sebesar 14,35% (yoy). Dari sisi permintaan domestik, konsumsi dan investasi diperkirakan masih akan tumbuh positif terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja pemerintah yang terkonsentrasi di triwulan IV. Sementara itu, permintaan rumah tangga juga diharapkan akan meningkat seiring dengan perayaan natal dan tahun baru. Dari sisi sektoral, produksi komoditas perkebunan PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 2

23 diperkirakan cukup baik sejalan dengan masuknya periode panen raya (trek) sawit di tengah kondisi cuaca yang relatif kondusif. Dengan demikian, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2017 diperkirakan berada pada kisaran 5,1-5,5% (yoy). Mecermati perkembangan tersebut, secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Utara di tahun 2017 diperkirakan melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya realisasi PDRB di triwulan I 2017 akibat belum optimalnya kinerja sektor pertanian. Sementara itu, permintaan domestik diperkirakan masih cukup kuat ditopang oleh kinerja investasi pembangunan proyek infrastruktur strategis serta terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan rendahnya risiko tekanan inflasi. Grafik 1.1 Survei Kegiatan Dunia Usaha Ke depan beberapa faktor risiko penghambat perbaikan ekonomi yang perlu diwaspadai diantaranya adalah berlanjutnya penurunan harga komoditas. Penurunan harga tersebut merupakan disinsentif bagi perbaikan kinerja ekspor yang selanjutnya akan berdampak pada konsumsi dan investasi. Hal tersebut tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan bahwa terdapat sedikit penurunan perkiraan kegiatan dunia usaha ke depan. Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Dari sisi penggunaan, perbaikan ekonomi Sumatera Utara pada Triwulan III 2017 didorong oleh meningkatnya kinerja sektor eksternal. Ekspor mengalami peningkatan khususnya ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Mambaiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III Ekonomi beberapa mitra dagang seperti Tiongkok dan Amerika Serikat pada triwulan III 2017 pada umumnya membaik dari perkiraan semula. Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.2 Andil Perekonomian Domestik dan Eksternal PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 3

24 Sementara itu, permintaan domestik melambat terutama didorong oleh perlambatan konsumsi rumah tangga. Namun demikian, investasi khususnya investasi bangunan menunjukkan peningkatan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang on-track. Grafik 1.4 Survei Konsumen Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.3 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan Di sisi permintaan domestik, konsumsi rumah tangga melambat dari 5,2% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 4,1% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut lebih rendah dari rataratanya dalam 5 tahun terakhir yang hanya mencapai 4,9% (yoy). Penurunan tersebut disebabkan oleh meredanya kegiatan konsumsi masyarakat pasca puncak konsumsi pada perayaan idul fitri di triwulan sebelumnya. Selain itu, di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, konsumen rumah tangga cenderung mengalokasikan peningkatan pendapatannya untuk kegiatan investasi. Sumber pendapatan tersebut terindikasi dialokasikan dalam bentuk tabungan dan deposito, yang tercermin dari jumlah DPK yang meningkat. Pertumbuhan DPK pada triwulan III 2017 meningkat menjadi 10,2% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 8,7% (yoy). Perilaku rumah tangga tersebut juga terlihat pada hasil Survei Konsumen Bank Indonesia dimana pada triwulan III 2017 menunjukkan kecenderungan pengeluaran untuk konsumsi menurun sedangkan kecenderungan untuk menabung meningkat. Penurunan kinerja konsumi rumah tangga terjadi diseluruh subsektornya. Penurunan paling tinggi terjadi pada subsektor makanan dan minuman dimana pada triwulan III 2017 melambat dari 5,27% (yoy) ditriwulan sebelumnya menjadi 3,81% (yoy). Selain itu, penurunan juga terbesar juga terjadi pada subsektor konsumsi transportasi dan komunikasi yang turun menjadi 4,31% (yoy) dari sebelumnya sebesar 5,49% (yoy). Menurunnya frekuensi terbang beberapa maskapai penerbangan pasca perayaan Idul Fitri turut menyumbang penurunan konsumsi penggunaan jasa transportasi dan komunikasi. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari jumlah penumpang pesawat terbang yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Penurunan kinerja konsumi tersebut juga tercermin dari impor barang konsumsi yang menurun. Pada triwulan III 2017 impor barang konsumsi menurun dari triwulan sebelumnya sebesar 40,0% (yoy) menjadi -23,07% (yoy). Grafik 1.5 Impor Barang Konsumsi PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 4

25 Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi Namun demikian, masih optimisnya tingkat konsumsi tercermin dari pertumbuhan kredit konsumsi yang meningkat dari triwulan sebelumnya. Kredit konsumsi pada triwulan III 2017 tercatat meningkat menjadi 11,0% dari sebelumnya sebesar 9,9% (yoy). Selain itu, optimisme kegiatan konsumsi juga terindikasi dari Indeks Penjualan Eceran pada triwulan III yang menunjukkan kenaikan. Memasuki awal triwulan IV 2017, potensi perbaikan tingkat konsumsi rumah tangga mulai terlihat. Hal tersebut tercermin dari Survei Konsumen terhadap penghasilan dan kondisi ekonomi pada triwulan IV 2017 yang cenderung meningkat. Namun demikian, penurunan harga komoditas ke depan dapat menghambat optimisme tingkat pendapatan masyarakat maupun ketersediaan lapangan pekerjaan ke depan. Grafik 1.9 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja (Survei Konsumen) Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran Secara keseluruhan tahun, konsumsi rumah tangga di tahun 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun Peningkatan daya beli masyarakat ini ditopang oleh oleh perbaikan harga komoditas di 2017 yang mendorong perbaikan penerimaan ekspor. Selain itu, perbaikan kinerja sektor utama seperti industri pengolahan dan konstruksi juga menopang tingkat penerimaan masyarakat dari sisi sektoral. Grafik 1.8 Perkembangan Nilai Tukar Selain itu, nilai tukar Rupiah secara konsisten mengalami penguatan sejak awal tahun 2016 dan terus berlanjut memasuki triwulan III Stabilitas nilai tukar yang terus diupayakan oleh Bank Indonesia diperkirakan dapat menjaga level psikologis masyarakat dalam melakukan aktivitas konsumsinya. Di Triwulan III 2017 konsumsi pemerintah meningkat signifikan menjadi 7,4% (yoy) dari triwulan sebelumnya 4,6% (yoy). Peningkatan konsumsi pemerintah tersebut didorong oleh realisasi belanja APBD Realisasi belanja APBD Provinsi Sumatera Utara yang sudah mencapai mencapai 56,8% dari pagu atau Rp7,4 triliun dari Rp13,0 triliun. Selain itu, peningkatan konsumsi pemerintah juga tercermin dari meningkatnya pertumbuhan rekening pemerintah daerah dimana pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 5

26 12,7% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 8,4% (yoy). Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan III 2016 dan 2017 di Sumatera Utara Grafik 1.11 Perkembangan Rekening Pemda Memasuki triwulan IV 2017, kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan akan meningkat. Akselerasi belanja pemerintah tersebut didorong oleh penyaluran DAU dan DAK oleh pemerintah pusat, pengeluaran belanja barang dan modal serta pembangunan proyek-proyek infrastruktur strategis. Untuk keseluruhan tahun 2017, konsumsi pemerintah diperkiakan akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan belanja APBD 2017 sebesar 31% dibandingkan 2016 dan tidak adanya hambatan dalam penyaluran DAU dan DAK oleh pemerintah pusat menjadi pendorong perbaikan tersebut. Pada triwulan III 2017 kinerja investasi mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Investasi pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 6,2% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,5% (yoy). Perbaikan kinerja investasi tersebut didukung oleh kinerja investasi bangunan dan non bangunan yang meningkat masing-masing menjadi 6,9% (yoy) dan 2,9% (yoy) dari 5,4% (yoy) dan 2,0% (yoy) di triwulan II Peningkatan investasi bangunan didorong oleh mulai menggeliatnya investasi swasta disamping belanja modal pemerintah. Sementara itu, peningkatan investasi non bangunan ditopang oleh penjualan mesin dan perlengkapan, serta parts kendaraan untuk angkutan perkebunan yang meningkat merespon peningkatan produksi perkebunan. Peningkatan kinerja investasi bangunan tercermin dari peningkatan penjualan semen di Triwulan III Penjualan semen mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 69,4% (yoy) dari sebelumnya kontraksi sebesar -11,9% (yoy). Mulai terealisasinya belanja modal pemerintah mendorong kinerja investasi bangunan meningkat di triwulan III Grafik 1.12 Penjualan Semen Sementara itu, salah satu faktor yang mendorong perbaikan kinerja investasi non bangunan adalah perbaikan sektor eksternal. Perbaikan kinerja perekonomian negara mitra dagang utama menjadi pendorong investasi yang tercermin pada indikator investasi non-bangunan dari penjualan alat berat (UT) pada Agustus meningkat, terutama sektor agrikultur. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari hasil liaison kepada pelaku usaha di sektor industri pengolahan yang menyatakan adanya aktivitas investasi terkait dengan peningkatan kapasitas PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 6

27 produksi seperti pembangunan galangan kapal, pembangunan pabrik pengolahan biodiesel, oleo chemical maupun kernell pressing plant serta pemeliharaan mesin. II , ,8 III , ,5 IV , , I , ,1 II , ,1 III , ,8 IV , , I 39 18, ,3 II , ,2 III , ,5 IV , , I , ,5 II , ,3 III , ,7 Grafik 1.13 Penjualan Alat Berat Grafik 1.15 Penjualan Alat Berat Nilai investasi PMA pada triwulan III 2017 menurun dari USD397,3 juta di triwulan sebelumnya menjadi USD332,3 juta. Penurunan PMA tersebut didominasi oleh sektor Industri Listrik, Gas dan Air seiring dengan tidak adanya rencana pembangunan listrik oleh PLN di akhir tahun Sementara itu, nilai investasi PMDN pada triwulan III 2017 meningkat signifikan Rp1.440,3 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi Rp2.573,8 miliar. Peningkatan PMDN terutama terjadi pada kategori industri pengolahan (97% terhadap total PMDN). Hal tersebut berkenaan dengan peningkatan kinerja sektor pengolahan seiring dengan kinerja sektor eksternal yang meningkat. Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara Periode PMA PMDN Proyek I (juta USD) Proyek I (Rp miliar) 2014 I , ,5 P: jumlah proyek; I: Nilai Investasi Sumber: BKPM, diolah Namun, pertumbuhan kredit investasi cenderung melambat. Pada triwulan III 2017 pertumbuhan kredit tercatat 6,7% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 15,7% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit tersebut seiring dengan melambatnya kinerja industri pengolahan merespons penurunan harga komoditas. Hal ini mencerminkan masih tingginya risiko yang dapat mengganggu kinerja investasi. Grafik 1.14 Kredit Investasi Ke depan, dengan dukungan Pemerintah untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui percepatan reformasi struktural, dapat tercipta perbaikan ekonomi domestik yang berkelanjutan. Optimisme perbaikan ekonomi dan berlanjutnya perbaikan iklim investasi mendorong pulihnya tingkat kepercayaan investor untuk terus berinvestasi di wilayah Sumatera Utara. Sehingga, pada triwulan IV 2017 diperkirakan investasi akan kembali meningkat. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 7

28 Peningkatan belanja pemerintah seiring dengan selesainya proses pengadaan diharapkan juga mampu mendorong perbaikan iklim investasi di Sumatera Utara. Namun demikian, penurunan harga komoditas dapat menjadi risiko penghambat investasi di akhir Secara keseluruhan tahun, investasi di 2017 diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh membaiknya sektor eksternal yang berdampak pada perbaikan kinerja industri pengolahan dan lebih baiknya realisasi belanja investasi pemerintah. Hal ini tercermin dari peningkatan di kedua jenis investasi yakni bangunan dan non-bangunan. Ekspor luar negeri Sumatera Utara masih didominasi oleh ekspor kelapa sawit dengan pangsa sebesar 36,6% dari total nilai ekspor, disusul oleh komoditas karet dengan pangsa 9,0% dan kopi 3,8%. Pangsa komoditas kelapa sawit cenderung menurun sedangkan karet dan kopi meningkat dibandingkan dengan triwulan II Tingginya dominasi produk ekstraktif dalam komoditas ekspor menyebabkan kinerja ekspor Sumatera Utara relatif sangat sensitif terhadap perubahan harga komoditas. Ekspor pada triwulan III 2017 meningkat dari 0,9% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 13,2% (yoy). Hal tersebut terutama ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan dari 2,04% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 31,5% (yoy). Sementara ekspor antar daerah cenderung terkontraksi menjadi -1,51% (yoy) dari 0,02% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Dapat ditambahkan bahwa dalam struktur ekspor Provinsi Sumatera Utara, 55% adalah ekspor antar daerah. Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara 1 Perbaikan perekonomian negara mitra dagang utama di triwulan III 2017 mendorong melonjaknya kinerja ekspor luar negeri Sumatera Utara terutama CPO. Perbaikan harga komoditas tersebut juga disertai dengan perkembangan industri otomotif di Amerika dan Tiongkok. Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama Komoditas Pangsa Kelapa Sawit 36,6% Karet 9,0% Kopi 3,8% Lainnya 41,6% Kinerja ekspor Sumatera Utara masih bergantung pada kinerja perekonomian beberapa mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India dan Euro Area. Namun ekspor Sumatera Utara sudah relatif terdiversifikasi yang tercermin dari menurunnya pangsa ekspor ke Data Cognos Bank Indonesia PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 8

29 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017 empat negara tersebut dari 43,1% di triwulan I 2017 menjadi 37,9% di triwulan II Terdapat peningkatan ekspor ke negara-negara seperti Pakistan, Jepang, Spanyol dan Mesir. Grafik 1.17 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama Dari sisi harga, di triwulan III 2017 harga CPO dan karet cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Bahkan harga CPO kembali turun menjadi 631 USD/metric ton atau terkontraksi sebesar -2,7% (yoy). Sementara harga karet cenderung turun menjadi 197 USD cents/kg atau melambat menjadi 13,9% (yoy) dari 25,2% (yoy) di triwulan sebelumnya. Namun demikian, kinerja ekspor CPO dan karet di triwulan III 2017 masih positif. Ekspor CPO baik secara nilai maupun volume mengalami peningkatan masing-masing menjadi 15,6% (yoy) dan 15,3% (yoy) dari sebelumnya sebesar 10,1% (yoy) dan 5,2% (yoy). Peningkatan kinerja ekspor sawit ke luar negeri terjadi seiring dengan tingginya tingkat konsumsi yang tercermin dari tingginya aktivitas manufaktur makanan di negara partner dagang utama. Sejalan dengan hal tersebut, perbaikan ekspor luar negeri karet sejalan dengan meningkatnya permintaan kendaraan bermotor di Amerika dan Tiongkok. Sebagian besar (97%) karet di Sumatera Utara masih berbentuk crump rubber (SIR 20) yang mayoritas digunakan sebagai bahan baku ban kendaraan. Grafik 1.20 Ekspor CPO Sumber: Bloomberg, diolah Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume % Grafik 1.19 Ekspor Karet 31.4% 60% 40% 14.4% 20% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % 0% -20% -40% -60% Sumber: ieconomics.com dan tradingeconomics.com, diolah Grafik 1.21 PMI Negara Mitra Dagang Utama Memasuki awal triwulan IV 2017, terdapat beberapa downside risks yang perlu mendapat perhatian terutama tingkat harga komoditas yang terus menurun. Selain itu, black campaing produk CPO Indonesia yang tidak ramah lingkungan dan kebijakan proteksionisme negara partner utama seperti India dan Eropa PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 9

30 diperkirakan juga masih akan menjadi downside risk dari sisi permintaan ekspor CPO. Namun demikian, tujuan ekspor Sumatera Utara yang sudah mulai terdiversifikasi dan peningkatan permintaan komoditas karet khususnya dari AS dan Tiongkok akan menjadi pendorong untuk menggerakkan sektor eksternal dan sektor industri. Sehingga ke depan kinerja ekspor Sumatera Utara diperkirakan akan membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kinerja ekspor antar daerah masih terkontraksi. Hal ini terjadi seiring dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi beberapa daerah mitra dagang utama seperti Aceh, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Sementara itu, permintaan domestik akan produk makanan dan minuman juga belum kuat yang tercermin dari hasil liaison kepada pelaku usaha industri pengolahan yang menyatakan bahwa permintaan domestik cenderung menurun yang disertai dengan menurunnya aktivitas manufaktur domestik. Selain itu, kinerja sektor manufaktur khususnya industri makanan domestik yang tercermin dari Industrial Production Index (IPI) yang menurun di triwulan III dari 1,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 23,1% (yoy), sedangkan impor antar daerah dari -3,1% (yoy) menjadi 7,6% (yoy). Grafik 1.23 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut Impor luar negeri Sumatera Utara dari sisi volume pada triwulan III 2017 cenderung meningkat mencapai 22,5% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 8,5% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan impor barang modal dan bahan baku yang meningkat signifikan mencapai masing-masing 24,0% (yoy) dan 24,6% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar -1,4% (yoy) dan 8,5% (yoy). Namun, impor barang konsumsi cenderung menurun dari kontraksi 28,3% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 3,6% (yoy). Grafik 1.22 IPI Produk Makanan Indonesia Di triwulan III 2017, impor tumbuh sebesar 12,6% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 sebesar -0,5% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi baik pada impor luar negeri maupun impor antar daerah. Impor luar negeri meningkat Grafik 1.24 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut Tingginya pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal terjadi seiring dengan melimpahnya produksi kelapa sawit sehingga membutuhkan barang intermediate untuk bisa menghasilkan produk lanjutannya. Selain itu, volume impor barang modal ini juga mengindikasikan masih adanya kepercayaan pelaku usaha terhadap iklim usaha di Sumatera Utara. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 10

31 Memasuki awal triwulan IV tahun 2017, kinerja impor diperkirakan akan melambat seiring dengan mulai menurunnya kinerja industri pengolahan sebagai dampak melambatnya ekspor merespon penurunan harga komoditas. Selain itu, mulai terealisasinya belanja pemerintah khususnya belanja modal dan infrastruktur akan menambah perlambatan impor lebih lanjut khususnya impor barang modal. Secara keseluruhan tahun, kinerja impor di 2017 diperkirakan akan lebih tinggi dari tahun Lebih tingginya kondisi perekonomian negara partner dagang utama dan mulai terdiversifikasinya tujuan ekspor Sumatera Utara diperkirakan meningkatkan aktivitas industri pada 2017 sehingga kebutuhan akan barang modal dan bahan baku pendukung juga meningkat. Selain itu, realisasi belanja pemerintah yang lebih baik juga menopang peningkatan impor di Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha Dari sisi Lapangan Usaha, kinerja empat sektor utama pada triwulan III 2017 cenderung mengalami peningkatan, kecuali sektor industri pengolahan yang sedikit menurun. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh tingginya sektor konstruksi yang mencapai 6,7% (yoy) pada triwulan ini. Banyaknya realisasi proyek pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah dan swasta meningkatkan pencapaian sektor konstruksi. Walaupun peningkatan dari keempat sektor utama pada triwulan laporan kurang signifikan, keempat kategori tersebut masih menyumbang 74% PDRB Sumatera Utara. Sementara itu, sektor lainnya terutama sektor tersier tumbuh signifikan. Sektor administrasi pemerintahan, jasa perusahaan, serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial pada triwulan III 2017 tercatat lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, sehingga mendukung perkembangan ekonomi sisi produksi. Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran Indikator Makro Total I II III IV Total I II III Arah Sisi Produksi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan # Pertambangan dan Penggalian # Industri Pengolahan # Pengadaan Listrik, Gas # Pengadaan Air # Konstruksi # Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor # Transportasi dan Pergudangan # Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum # Informasi dan Komunikasi # Jasa Keuangan # Real Estate # Jasa Perusahaan # Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib # Jasa Pendidikan # Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial # Jasa lainnya # PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 11

32 Grafik 1.26 Perkiraan Sifat Curah Hujan Juli 2017 Kinerja sektor pertanian meningkat dari 2,4% (yoy) pada pada triwulan II 2017 menjadi 3,1% (yoy) pada triwulan III Peningkatan tersebut terutama didorong oleh subsektor perkebunan bersamaan dengan masuknya musim panen tanaman perkebunan semusim yang didukung oleh cuaca yang kondusif. Selain itu, cuaca pada triwulan III 2017 juga mendukung nelayan untuk menangkap ikan, sehingga dapat mendorong peningkatan sektor pertanian lebih jauh lagi. Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan Grafik 1.27 Perkiraan Sifat Curah Hujan Agustus 2017 Grafik 1.25 Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pengolahan Namun demikian, kinerja subsektor tanaman pangan dan hortikultura masih kurang optimal. Hal ini tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani Palawija (NTPP) serta Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) pada triwulan III NTPP menurun dari 95,0 pada triwulan II 2017 menjadi 93,8 pada triwulan ini, sedangkan NTPH menurun dari 93,9 menjadi 91,9 pada triwulan III Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan Grafik 1.28 Distribusi Sifat Curah Hujan September 2017 Di sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit pertanian juga sedikit melambat dari 16,9% (yoy) menjadi 15,5% (yoy). Namun, Non Performing Loan (NPL) sektor pertanian mengalami penurunan dari 1,5% menjadi 1,59% pada triwulan ini. Penurunan tersebut mencerminkan membaiknya risiko di sektor ini seiring dengan peningkatan ekspor CPO. Di akhir tahun, peningkatan kinerja sektor pertanian diharapkan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan masuknya musim panen bagi tanaman hortikultura. Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 12

33 Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Pertanian (yoy). Sementara itu, kredit kelapa sawit melambat dari 18,7% (yoy) menjadi 17% (yoy). Meskipun demikian, risiko kredit subsektor perkebunan mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari NPL perkebunan karet yang mengalami penurunan dari 5,8% menjadi 5,48%. Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.30 Realisasi NTP Sumatera Utara Grafik 1.32 Penyaluran Kredit Perkebunan Grafik 1.31 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara Membaiknya kinerja kategori perkebunan ditopang oleh peningkatan ekspor komoditas utama Sumatera Utara yaitu kelapa sawit, karet, dan kopi. Perbaikan kinerja ekspor komoditas tersebut ditunjang oleh meningkatnya permintaan mitra dagang utama. Hal ini ditunjukkan dengan Purchasing Manager Index (PMI) Tiongkok dan Amerika Serikat yang mengalami peningkatan. Permintaan komoditas tetap solid ditengah penurunan harga CPO dan karet yang diperkirakan akan terus menurun. Hal ini tercermin dari penurunan harga CPO dan karet pada bulan Oktober 2017 di pasar internasional. Pada bulan Oktober 2017, harga CPO turun 3,12% dari bulan sebelumnya, sedangkan harga karet turun 3,76% dari bulan sebelumnya. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan subsektor perkebunan belum mengalami perbaikan yang signifikan. Pertumbuhan kredit perkebunan karet cenderung membaik walaupun masih berkontraksi dari -17,3% (yoy) menjadi -14,9% Memasuki awal triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi sektor pertanian diperkirakan akan terus membaik seiring dengan masuknya musim panen pertanian khususnya subsector perkebunan (trak) serta cuaca yang mendukung. Sementara itu, permintaan mitra dagang diperkirakan akan tetap terjaga ditengah penurunan harga komoditas. Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan Grafik 1.33 Perkiraan Sifat Curah Hujan 2017 Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2017 mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tidak optimalnya kinerja pertanian pangan terutama pada triwulan I 2017 disebabkan oleh terganggunya masa tanam di tahun 2016 akibat gangguan cuaca dan bencana alam. Namun, kondisi tersebut berangsur pulih di sisa tahun 2017 seiring dengan komitmen pemerintah PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 13

34 daerah yang senantiasa memberikan berbagai bantuan termasuk pupuk dan peralatan pertanian, serta pembangunan berbagai infrastruktur sarana dan prasarana pendukung sektor pertanian. Pada triwulan III 2017, pertumbuhan industri pengolahan melambat menjadi sebesar 6,2% (yoy) dari 6,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Penurunan ini diperkirakan seiring dengan penurunan harga komoditas dan permintaan dari mitra dagang internasional. Selain itu, tingginya harga gas industri di Provinsi Sumatera Utara juga masih menjadi kendala dalam pertumbuhan kinerja industri pengolahan. Selain itu, perusahaan disinyalir lebih memilih menggunakan stok yang tersedia dibandingkan dengan harus memproduksi barang sehingga menurunkan laju pertumbuhan industri pengolahan. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan inventori yang mengalami kontraksi sebesar -46,2% (yoy) dari 8,3% (yoy) di triwulan sebelumnya. Grafik 1.35 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan Penurunan kinerja industri pengolahan tidak lepas dari penurunan minat ekspor khususnya dari Amerika dan Eropa. Pada triwulan III 2017, volume ekspor ke Amerika Serikat menurun tajam, melambat dari 81,4% (yoy) menjadi 42,3% (yoy). Sementara itu, volume ekspor ke Eropa mengalami kontraksi hingga -12,5% (yoy) dari 9,3% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Namun, peningkatan ekspor manufaktur menjaga penurunan kinerja industri pengolahan lebih jauh lagi. Grafik 1.36 Perkembangan Ekspor Manufaktur Grafik 1.34 Perubahan Inventori Turunnya kinerja industri pengolahan juga disertai dengan melambatnya penyaluran kredit, yakni dari 20,8% (yoy) menjadi 16,3% (yoy). Namun, risiko kredit industri pengolahan mengalami perbaikan ditunjukkan dengan penurunan NPL dari 1,62% menjadi 1,48% pada triwulan III Memasuki triwulan IV 2017, kinerja industri pengolahan diperkirakan akan melambat seiring dengan turunnya harga komoditas di pasar internasional. Namun, terdapat beberapa upside risk dari beberapa faktor pendukung, diantaranya pembebasan Bea Keluar untuk CPO, peningkatan kinerja ekonomi negara partner dagang, dan peluang diversifikasi ekspor ke negara lainnya. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 14

35 Sektor konstruksi di triwulan III 2017 meningkat tajam dari 5,2% (yoy) menjadi 6,7% (yoy). Tingginya ini diperkirakan disebabkan oleh peningkatan yang signifikan serapan belanja modal Pemerintah Daerah. Peningkatan ini terjadi setelah tertundanya proses pengadaan akibat keterlambatan pengesahan APBD infrastruktur strategis, seperti revitasliasi Pelabuhan Belawan, pembangunan terminal multipurpose Kuala Tanjung, dan Tol Trans Sumatera. Sektor perdagangan mengalami sedikit peningkatan dari 5,8% (yoy) menjadi 5,9% (yoy) pada triwulan III Peningkatan sektor perdagangan diperkirakan disebabkan oleh peningkatan belanja operasional Pemerintah Daerah seiring dengan telah selesainya proses pengadaan yang sebelumnya tertunda. Grafik 1.37 Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan PBE Grafik 1.38 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi Peningkatan kinerja sektor konstruksi tercermin oleh penyaluran kredit yang naik dari 19,1% (yoy) menjadi 21,2% (yoy) pada triwulan III Namun, seiring dengan peningkatan kinerja, risiko kredit sektor konstruksi juga meningkat. Hal ini terlihat dari naiknya NPL sektor konstruksi dari 6,49% menjadi 7,21% Peningkatan sektor konstruksi lebih ke arah pembangunan infrasktruktur. Sementara itu, sektor pembangunan properti (real estate) mengalami penurunan dari 9,3% (yoy) menjadi 7,4% (yoy). Memsuki triwulan IV 2017, kinerja sektor konstruksi diperkirakan akan terus mengalami perbaikan. Hal ini sejalan dengan fokus Pemerintah terhadap percepatan pembangunan Di sisi lain, kinerja sektor perdagangan tertahan seiring dengan menurunnya aktivitas konsumsi masyarakat pasca bulan Ramadhan. Selain itu, penurunan aktivitas perdagangan atar daerah menahan pertumbuhan sektor perdagangan lebih lanjut. Tertahannya pertumbuhan sektor perdagangn juga tercermin dari turunnya kinerja sektor pariwisata. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan kunjungan wisatawan mancanegara dan occupancy rate hotel/penginapan dari triwulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh telah terlewatinya hari raya Idul Fitri. Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.39 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate Sementara itu, dari sisi pemerintah, masih rendahnya realisasi belanja khususnya belanja barang juga telah menahan laju pertumbuhan sektor perdagangan. Realisasi belanja barang PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 15

36 APBD Sumatera Utara pada triwulan II 2017 hanya mencapai 33,6% dari pagu belanja APBD 2017 dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai 36,1%. Terlambatnya penetapan APBD 2017 di beberapa kabupaten/kota disinyalir menyebabkan proses pengadaan berjalan lambat sehingga realisasi belanja barang pada triwulan III 2017 tidak maksimal dan menghambat kinerja sektor perdagangan. Meskipun kinerja sektor perdagangan relatif stabil, pertumbuhan kredit yang relatif mengalami kontraksi dari -5,2% (yoy) menjadi - 9,8% (yoy). Selai itu, risiko kredit sektor perdagangan juga mengalami peningkatan dari 4,44% menjadi 5,69%. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja sektor perdagangan masih belum optimal. Grafik 1.40 Penyaluran Kredit Kategori PBE Memasuki triwulan IV 2017, aktivias perdagangan diperkirakan akan mengalam peningkatan sesuai dengan pola musiman menjelang natal dan tahun baru. Perbaikan sektor pertanian dan industri pengolahan diharapkan juga dapat mendorong aktivitas perdagangan antar daerah sehingga dapat meningkatkan kinerja sektor perdagangan. Kinerja sektor transportasi dan pergudangan tercatat menurun dari 7,8% menjadi 6,8% pada triwulan III Penurunan kinerja sektor transportasi seiring dengan penurunan kinerja industri pengolahan. Penurunan aktivitas ekspor antar daerah menurunkan arus transportasi dan pergudangan di Sumatera Utara. Aktivitas bongkar muat di Sumatera Utara pada triwulan III 2017 mengalami penurunan. Aktivitas bongkar mencapai 1,2 juta ton sedangkan pada triwulan II 2017 mencapai 1,5 juta ton. Sementara itu, aktivitas muat mencapi 45 ribu ton, sedangkan pada triwulan II 2017 aktivitasnya mencapai 60 ribu ton. Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.41 Perkembangan Bongkar Muat Sumatera Utara Penurunan sektor transportasi dan pergudangan juga sejalan dengan penurunan jumlah penumpang pada triwulan III Penumpang angkatan laut mengalami kontraksi dari 41,4% (yoy) menjadi -1,9% (yoy). Selain itu, pengumpang angkatan udara menurun dari 38,9% (yoy) menjadi 6,0% (yoy) pada triwulan III Penurunan ini disebabkan oleh telah terlewatinya perayaan hari Raya Idul Fitri dan libur sekolah. Walaupun kinerja transportasi dan pergudangan mengalami penurunan, penyaluran kredit untuk sektor ini mengalami peningkatan. Penyaluran kredit meningkat dari 5,7% (yoy) menjadi 3,5% (yoy). Hal ini diperkirakan mengindikasikan perbaikan kinerja transportasi dan pergudangan ke depannya. Namun, risiko kredit sektor transprotasi dan pergudangan masih perlu diwaspadai seiring dengan naiknya NPL di sektor ini dari 1,38% menjadi 1,73%. Memasuki triwulan IV 2017, kinerja transportasi dan pergudangan diperkirakan akan membaik seiring dengan peningkatan produksi sektor pertanian dan perbaikan aktivitas perdagangan antarderah. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 16

37 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.42 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara Grafik 1.43 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 17

38 BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH ULOS RAGI HIDUP (PUCA) Anggaran Belanja dan Transfer pemerintah di Sumatera Utara secara total mencapai Rp85,5 triliun pada tahun APBD Kabupaten/Kota merupakan contributor terbesar dengan pangsa 51,3%. Sampai dengan triwulan III 2017, realisasi anggaran pemerintah di Sumatera Utara terhadap pagu anggaran secara umum mencapai 53,8%. KEUANGAN PEMERINTAH 18

39 2.1 Gambaran Umum Anggaran Belanja dan Transfer pemerintah di Sumatera Utara secara total mencapai Rp85,5 triliun di tahun APBD Kabupaten/Kota merupakan kontributor terbesar dengan pangsa 51,3%. Sampai triwulan III, realisasi anggaran pemerintah di Sumatera Utara mencapai 53,8%. Pada periode 2017, pagu anggaran belanja pemerintah di Sumatera Utara mencapai Rp85,5 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp84,3 triliun. Sebagian besar didominasi oleh anggaran pemerintah kabupaten/kota, dengan pangsa 51,3% atau Rp43,9 triliun. Proporsi terbesar kedua adalah alokasi APBN untuk Sumatera Utara yang mencapai Rp28,6 triliun dengan pangsa 33,4% dan yang terendah adalah APBD Provinsi, sebesar Rp13,0 triliun (15,3%). Pada triwulan III 2017, realisasi belanja APBD provinsi, APBD kabupaten/kota, dan APBN terhadap pagu anggaran tercapai pada tingkat 53,8%. 2.2 APBD Provinsi Sumatera Utara Anggaran pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara meningkat 21% (yoy) di tahun 2017, didorong oleh pendapatan transfer. Anggaran belanja dan transfer turut meningkat 28,1% (yoy), dengan belanja operasi sebagai komponen utama. Nilai anggaran pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara tahun 2017 sebesar Rp12,1 triliun, sementara anggaran belanja dan transfer mencapai Rp13,0 triliun. Dengan demikian, defisit APBD Provinsi Sumatera Utara mencapai Rp867 miliar, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp124 miliar. Grafik 2.1 Perkembangan APBD Provinsi Sumatera Utara Tabel 2.1 Rincian Realisasi Pendapatan pada APBD Provinsi Sumatera Triwulan III 2017 Sumber : BPKAD Sumatera Utara 19

40 2.2.1 Anggaran Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017, Pendapatan Daerah ditargetkan naik 21,0% (yoy) dari tahun 2016 menjadi Rp12,1 triliun. Peningkatan anggaran pendapatan utamanya bersumber dari Pendapatan Transfer yang meningkat 35,1% (yoy). Sementara kenaikan pendapatan transfer bersumber dari peningkatan Dana Perimbangan Pemerintah Pusat. Meningkatnya pendapatan transfer seiring dengan keberhasilan tax amnesty di tahun 2016 serta didorong oleh upaya Pemerintah untuk melakukan transformasi mekanisme penyaluran transfer daerah dan transfer dana desa. PAD juga dianggarkan meningkat dari Rp4,6 triliun menjadi Rp4,9 triliun (naik 5%) sejalan dengan potensi perbaikan kinerja ekonomi domestik dan dunia yang berdampak pada kinerja ekonomi Sumatera Utara. Pemerintah Sumatera Utara akan mengoptimalkan sumber penerimaan PAD melaui meningkatkan basis pajak melalui 1) memperluas basis data dengan kerjasama pihak-pihak terkait; 2) keterbukaan data dan informasi keuangan; 3) kegiatan penghimpunan data objek dan subyek pajak daerah, untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Rasio PAD terhadap total pendapatan atau yang dikenal dengan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi Sumatera Utara (Pagu) mencapai 40,5%. Meskipun masih dalam s baik 2, namun DOF tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2016 (46,7%) dan dalam tren yang menurun selama 5 tahun terakhir. Hal ini disebabkan pertumbuhan target pendapatan jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan PAD. Grafik 2.2 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal APBD Provinsi Sumatera Utara Anggaran Pajak daerah masih menjadi sumber utama anggaran pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017 dengan pangsa 91,1% terhadap PAD Sumatera Utara. Penerimaan pajak daerah pada APBD Sumatera Utara ditargetkan sebesar Rp4,5 triliun, meningkat 8,6% dari tahun 2016 sebesar Rp4,1 triliun. Tren peningkatan pajak sebagai sumber utama PAD dalam 5 tahun terakhir menjadi sinyal positif bagi perekonomian daerah. Grafik 2.3 Proporsi Anggaran PAD Sumatera Utara Realisasi Pendapatan Provinsi Sumut Realisasi pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2017 (kumulatif) mencapai Rp9,1 triliun atau 75,5% dari pagu anggaran, sedikit lebih tinggi dibandingkan 20

41 realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 72,1%. Peningkatan realisasi tersebut didorong oleh peningkatan realisasi Pendapatan Transfer dari 71,5% pada 2016 (Rp3,8 triliun) menjadi 75,5% pada 2017 (Rp5,4 triliun) serta peningkatan realisasi PAD dari 72,8% (Rp3,4 triliun) menjadi 75,6% (Rp3,7 triliun) % 72.2% % 81.2% 131.8% 71.5% 75.6% 8.2% % PAD PENDAPATAN TRANSFER Grafik 2.5 % Realisasi Komponen PAD 2016 dan % LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Grafik 2.4 Persentase Realisasi Komponen PAD triwulan III 2016 dan 2017 Pendapatan Asli Daerah Pada triwulan III 2017, realisasi PAD mencapai 75,6% dari pagu anggaran atau senilai Rp3,7 triliun, lebih baik dibandingkan triwulan III 2016 sebesar 72,8% atau senilai Rp3,4 riliun. Pajak daerah merupakan komponen terbesar PAD yang telah terealisasi 74,4% (2017), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 72,5% (2016). Kenaikan tersebut sejalan ketatnya pengawasan kepatuhan pajak serta penguatan database obyek pajak, yang diperkirakan mendorong realisasi pajak daerah. Apabila dilihat lebih dalam, komponen yang mendorong peneriman pajak daerah adalah pajak kendaraan bermotor, pajak bea balik nama dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Hal ini terkonfirmasi dari pertumbuhan kredit kendaraan bermotor roda empat yang mencapai 10,1% (yoy) pada triwulan III tahun 2017). Grafik 2.6 Realisasi dan Pagu Pajak Daerah (dalam miliar rupiah) Sementara itu, ditengah kenaikan pajak daerah, yaitu realisasi retribusi daerah tahun 2017 cenderung stabil (70,1%) dibandingkan tahun sebelumnya (70,2%). Relatif tetapnya realisasi tersebut disinyalir terkait dengan penghapusan beberapa ketentuan retribusi daerah sehingga kewenangannya yang semula berada pada ruang lingkup provinsi menjadi kabupaten/kota. Pendapatan Transfer ,000 1,500 Sejalan dengan PAD, realisasi pendapatan transfer pada triwulan III 2017 mencapai 75,5% dibandingkan pagu atau senilai Rp5,4 triliun, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya 21

42 sebesar 71,5% (Rp3,8 triliun). Meningkatnya realisasi pendapatan transfer didorong oleh kemudahan mekanisme alokasi dan transfer Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Desa dari pemerintah pusat di daerah sebagaimana tersurat dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Tranfer ke Daerah dan Dana Desa Berdasarkan komponennya, dana perimbangan menjadi pendorong utama peningkatan realisasi pendapatan transfer, dengan peningkatan yang cukup signifikan dari semula 31,1% atau senilai Rp1,5 triliun (TW III 2016) menjadi 75,4% atau senilai Rp5,4 triliun pada periode laporan. Tingginya realisasi dana perimbangan ditopang oleh kenaikan realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) yang sangat signifikan dari 1,4% (Rp45,7 miliar) pada triwulan III 2016 menjadi 72,2% (Rp2,1 triliun) pada triwulan III pemerintah wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi : pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan tata ruang, perumahan rakyat dan kawasan pemukiman, perlindungan masyarakat dan dana sosial, beralih kewenangannya pada pemerintah pusat. Dari keseluruhannya, realisasi tertinggi bersumber dari serapan DAK Non Fisik khususnya di bidang Pendidikan yang mencapai 73,8% dari targetnya. Hal ini didorong oleh tingginya serapan Dana Bantuan Operasional (BOS). vzs DANA PERIMBANGAN TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Grafik 2.7 Persentase Realisasi Komponen Pendapatan Transfer 2016 dan 2017 Secara umum, meningkatnya realisasi DAK merupakan dampak dari peralihan kewenangan beserta alokasi anggaran beberapa program yang sebelumnya menjadi program Kabupaten/Kota menjadi program Pemerintah Daerah Provinsi. Sesuai UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, beberapa urusan Grafik 2.8 Persentase Realisasi Komponen Dana Perimbangan 2016 dan 2017 Di sisi lain, meningkatnya realisasi dana perimbangan juga didorong oleh kenaikan serapan Dana Bagi Hasil Pajak yang sebelumnya mencapai 66,0% dari target (Rp348 miliar) pada tahun 2016 menjadi 75,1% (Rp426 miliar) pada periode berjalan tahun Hal ini diperkirakan didukung oleh kenaikan penerimaan daripajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi, yang mencerminkan tingkat kepatuhan wajib pajak membaik. Tabel 2.2 Rincian Realisasi Belanja pada APBD Provinsi Sumatera Triwulan III

43 Sumber : BPKAD Sumatera Utara Anggaran Belanja Provinsi Sumatera Utara Anggaran belanja dan transfer APBD Provinsi Sumatera Utara tahun 2017 mencapai Rp13,0 triliun, meningkat 28,1% (yoy) dari tahun Sebaliknya, anggaran transfer ke daerah turun 28,6% (yoy). Dengan demikian secara umum, anggaran pemerintah kabupaten/kota di Sumatera Utara lebih didukung oleh Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat. Komponen terbesar anggaran belanja adalah belanja operasi yang mencapai pangsa 67,5% (Rp8,8 triliun) dari total belanja dan tumbuh 41,3% dibandingkan tahun Kenaikan tertinggi komponen belanja operasi terjadi pada belanja pegawai yang baik 143,4% dari Rp1,2 triliun menjadi Rp3,1 triliun. Peningkatan tersebut didorong oleh komponen gaji guru dan Bantuan Operasional Siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri yang dialihkan kewenangan penganggarannya dari APBD Kabupaten/Kota menjadi APBD Provinsi. 91,9% (yoy) dengan komposisi belanja terbesar pada belanja jalan, irigasi dan jaringan (52,1%) serta belanja gedung dan bangunan (24,8%) Realisasi Belanja Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2017 Realisasi belanja dan transfer Provinsi Sumatera Utara mencapai Rp7,4 triliun atau 58,6% dari pagu anggaran. Realisasi tersebut lebih rendah dari triwulan III 2016, yang mencapai 60,2% dari total anggaran (Rp6,1 triliun). Rendahnya realisasi tersebut disebabkan oleh serapan belanja operasi dan belanja modal lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, sementara realisasi belanja transfer cenderung meningkat Grafik 2.9 Proporsi Anggaran Belanja Tahun 2017 Selanjutnya, sejalan upaya peningkatan pelayanan dasar kepada masyarakat dan prioritas pembangunan, anggaran belanja modal naik Grafik 2.10 Realisasi Anggaran Belanja Triwulan III Tahun 2016 dan 2017 Rendahnya realisasi belanja pemerintah tercermin pada perkembangan jumlah nominal rekening pemerintah pada perbankan yang masih cukup tinggi dengan pertumbuhan yang cenderung meningkat pada triwulan III tahun Namun demikian, pemerintah provinsi Sumatera Utara optimis realisasi belanja akan 23

44 meningkat signifikan pada triwulan IV seiring dengan penyelesaian proyek-proyek pengadaan yang rata-rata telah memasuki tahapan hasil pemilihan. tingkat SMA Negeri ke dalam APBD Provinsi dari sebelumnya APBD Kabupaten/kota. Grafik 2.13 Nominal Realisasi Komponen Belanja Operasi 2016 dan 2017 Grafik 2.11 Perkembangan Jumlah Rekening Pemerintah Belanja Operasi Realisasi belanja operasi mencapai Rp5,1 triliun atau 56,8% dari pagu anggaran Realisasi ini sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 60,2%. Pendorong utama penurunan persentase realisasi belanja operasi adalah lebih rendahnya serapan belanja belanja pegawai, belanja barang dan belanja hibah. Belanja pegawai semula terealisasi 72,6% pada tahun 2016 menjadi 71,4% pada tahun Grafik 2.12 Persentase Realisasi Komponen Belanja Operasi 2016 dan 2017 Namun demikian, apabila dilihat secara nominal, realisasi terbesar terjadi pada komponen belanja pegawai, meningkat 139,4% (yoy), disusul dengan peningkatan realisasi pada komponen belanja barang 55,2% (yoy). Kenaikan tersebut diperkirakan terkait realisasi gaji guru dan BOS Belanja Modal Realisasi belanja modal pada triwulan III 2017 hanya sebesar Rp462 miliar atau 20,7% dari pagu anggaran, turun dibandingkan periode yang sama tahun 2016 (21,2%). Berdasarkan nominalnya, realisasi terbesar terjadi pada belanja jalan, irigasi, dan jaringan senilai Rp213,7 miliar, disusul oleh belanja peralatan dan mesin senilai Rp110,4 miliar. Secara umum, rendahnya realisasi belanja merupakan salah satu dampak proses reorganisasi yang terjadi awal tahun dan menyebabkan proses pengadaan baru dilakukan pada pertengahan tahun. Progres pengadaan sampai dengan saat ini untuk pengadaan dengan nilai Rp.200 Juta s/d Rp.2,5 Miliar telah berada pada tahap penandatanganan kontrak sebesar 28,5% dan tahap telah serah terima 2.4%. Sedangkan pengadaan dengan nilai Rp.2,5 Miliar s/d Rp.5 Miliar yang telah mencapai proses tanda tangan kontrak sebesar 74,3% dan yang telah serah terima sebesar 5,8. 24

45 2.2 APBN Provinsi Sumatera Utara Uraian Berdasarkan Jenis Belanja Tabel 2.3 Realisasi APBN Triwulan III perubahan Pagu Realisasi Tw III Pagu Realisasi Tw III realisasi Miliar Rp Miliar Rp %Pagu Miliar Rp Miliar Rp % Pagu (%pagu) Belanja Pegawai 7, , ,852 5, Belanja Barang 6, , ,436 3, Belanja Modal 5, , ,203 2, Belanja Bantuan Sosial Dana Alokasi Khusus Fisik - 0 #DIV/0! 3,825 1, #DIV/0! Dana Desa - 0 #DIV/0! 4,198 2, #DIV/0! Total 19, , ,583 16, Berdasarkan Fungsi Pelayanan Umum 1, ,363 5, Pertahanan 2, , ,414 1, Ketertiban dan Keamanan 3, , ,926 2, Ekonomi 6, , ,138 3, Lingkungan Hidup Perumahan dan Fasilitas Um Kesehatan 1, , Pariwisata dan Budaya Agama Pendidikan 3, , ,172 2, Perlindungan Sosial Total 19, , ,583 16, Alokasi belanja APBN di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017 tercatat meningkat hingga Rp28,5 triliun dari Rp19,3 triliun Rupiah pada tahun Peningkatan didorong oleh masuknya Dana Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa pada alokasi belanja APBN di tahun Selain itu, anggaran belanja APBN berdasarkaan fungsi Pelayanan Umum meningkat hingga 771,73% di tahun 2017 ini. Pemerintah Pusat untuk mempercepat pemerataan pembangunan di daerah dan desa dengan meningkatkan akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan infrastruktur dasar. pangsa anggaran belanja APBN. Pangsa anggaran untuk belanja pegawai menurun dari 39% pada tahun 2016 menjadi 27% pada tahun Pangsa anggaran belanja barang menurun dari 31% pada tahun 2016 menjadi 23% pada tahun Walaupun alokasi belanja modal menurun dari 30% menjadi 22%, namun dana alokasi khusus fisik meningkat hingga 13% pada tahun Anggaran Belanja APBN di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 Pada tahun 2017, Pemerintah lebih mengutamakan anggaran APBN untuk belanja yang berdampak langsung kepada masyarakat. Hal ini tergambarkan dari perubahan struktur Grafik 2.14 Pangsa Anggaran Belanja APBN 2016 dan 2017 Sumatera Utara menurut Jenis Belanja 25

46 Berdasarkan fungsinya, fokus belanja APBN Sumatera Utara juga mengalami perubahan. Pada tahun 2016, 33% anggaran belanja APBN tercatat untuk ekonomi, 20% tercatat untuk pendidikan, sedangkan 16% untuk ketertiban dan keamanan. Pada tahun 2017, 33% anggaran belanja APBN digunakan untuk fungsi pelayanan umum, 25% untuk ekonomi, dan 15% untuk pendidikan. Sementara itu, pangsa anggaran untuk fungsi ketertiban dan keamanan menurun menjadi 10%. Grafik 2.15 Pangsa Anggaran Belanja APBN 2016 dan 2017 Sumatera Utara menurut Jenis Fungsi Realisasi Belanja APBN di Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2017 Secara kumulatif, realisasi belanja APBN di triwulan III 2017 mencapai 57,20% dari pagu total Rp28,6 triliun. Pencapaian ini meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat 54,1% dari pagu total Rp19,3 triliun. Berdasarkan jenis belanja, realisasi tertinggi berasal dari akun belanja pegawai. Tingginya pagu dan realisasi belanja pegawai disebabkan oleh reorganisasi dan pemenuhan beberapa fungsi jabatan pada struktur kementerian di daerah dikarenakan penerimaan CPNS daerah pada tahun Sementara itu, realisasi terendah terdapat pada Belanja Bantuan Sosial sebesar 10.3%. Rendahnya realisasi Bantuan sosial disebabkan masuknya dana Desentralisasi dalam bentuk Dana Desa yang akan disalurkan kepada daerah yang sebelumnya belum dianggarkan. Berdasarkan fungsinya, realisasi terbesar terjadi pada fungsi ketertiban dan keamanan dengan realisasi anggaran sebesar 77% terhadap pagunya. Realisasi ini mengalami peningkatan. Pada triwulan III 2016, fungsi ketertiban dan keamanan terealisasi 67% dari pagunya. Selain itu, presentase realisasi fungsi pertahanan pada triwulan III 2017 juga tercatat mengalami peningkatan yakni 70% terhadap pagunya. Pada triwulan III 2016, presentase realisasi fungsi pertahanan tercatat 67%. Sementara itu, peningkatan anggaran fungsi pariwisata dari Rp3,89 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp13 miliar pada tahun 2017 tidak diiringi dengan penyerapan yang maksimal. Peningkatan anggaran ini sebagian besar disumbang oleh dana kelola pariwisata untuk kawasan pariwisata nasional Danau Toba yang dikelola melalui Badan Otoritas Danau Toba (BODT). Penyerapan anggaran fungsi pariwisata pada triwulan III 2017 tercatat 47% dari pagu. Walaupun mengalami peningkatan, realisasi anggaran belanja APBN 2017 masih belum optimal. Pada triwulan IV 2017, diharapkan realsiasi meningkat hingga angka yang optimal sehingga dapat mendorong perekonomian Provinsi Sumatera Utara. 26

47 2.3 Realisasi APBD Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara Secara akumulasi, Anggaran Pendapatan dan Anggaran Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun Anggaran pendapatan tahun 2017 tercatat menurun hingga Rp42,1 triliun dari Rp50,9 triliun pada tahun Sementara itu, anggaran belanja dan transfer tahun 2017 tercatat Rp43,9 triliun dari Rp54,8 triliun pada tahun Disaat yang bersamaan, defisit anggaran juga mengalami penurunan. Secara kumulatif, defisit anggaran kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017 hanya mencapai Rp1,8 triliun dari Rp3,9 triliun pada tahun Grafik 2.17 Derajat Ekonomi Fiskal Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2017 Grafik 2.18 Proporsi Anggaran Pendapatan APBD 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2017 Grafik 2.16 Perkembangan APBD Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten/Kota APBD Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara masih bergantung kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Hal ini tercermin dari anggaran pendapatan transfer yang mendominasi proporsi anggaran pendapatan APBD 33 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara sebesar 83%. Selain itu, seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, memiliki Derajat Otonomi Fiskal dibawah 40%. Derajat Otonomi Fiskal Kabupaten/Kota merupakan rasio PAD terhadap seluruh pendapatan di masing-masing Kabupaten/Kota. Secara spasial, Kota Medan memiliki proporsi anggaran pendapatan terbesar yaitu sebesar 11% terhadap 33 anggaran pendapatan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara. Sebagai pusat pemerintahan dan pusat ekonomi Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan mendapatkan anggaran pendapatan transfer dari pemerintah pusat sebesar 43% terhadap anggaran pendapatan Kota Medan tahun Sementara itu, anggaran pendapatan pajak daerah sebesar 26% terhadap total anggaran pendapatan Kota Medan tahun

48 Grafik 2.19 Proporsi Anggaran Pendapatan APBD Spasial Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2017 Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota Secara kumulatif, total realisasi pendapatan 33 Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan III 2017 mencapai 66,64%. Rendahnya realisasi pendapatan didorong oleh realisasi pendapatan retribusi pajak yang masih kurang dari 50% dan transfer dari Pemerintah Daerah yang kurang dari 60%. Rendahnya transfer dari Pemerintah Daerah disinyalir disebabkan oleh keterlambatan pengesahan APBD Provinsi Sumatera Utara tahun Sementara itu, realisasi transfer dari Pemerintah Pusat sudah mencapai 70%. Secara spasial, realisasi pendapatan Kabupaten Labuhan Batu Selatan memiliki realisasi pendapatan terbesar, yakni sebesar 76,33%. Sementara itu, Kota Sibolga merupakan Kabupaten/Kota dengan realisasi pendapatan terendah yaitu sebesar 25,55% pada triwulan III Hal ini disinyalir berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang yang terjadi di Kota Sibolga. Untuk itu, komitmen Pemerintah Daerah setempat berperan penting dalam realisasi anggaran pendapatan ini. Grafik 2.20 Realisasi Anggaran Pendapatan Triwulan III 2017 Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara Anggaran Belanja APBD Kabupaten/Kota Anggaran belanja 33 Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara masih belum berpengaruh langsung secara signifikan terhadap pemenuhan pelayanan publik kepada masyarakat. Hal ini tercermin dari anggaran belanja pegawai tahun 2017 yang mencapai 41,41%, meningkat dari tahun 2016 yang tercatat 40,01%. Sementara itu, belanja modal tahun 2017 tercatat 20,98%, meningkat dari tahun 2016 yang tercatat 20,32%. Secara spasial, Kota Medan juga memiliki anggaran belanja terbesar se-kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Walaupun masih didominasi oleh anggaran belanja operasi, anggaran belanja modal Kota Medan tercatat 25% dari anggaran belanja dan transfer Kota Medan pada tahun Hal ini menunjukkan Pemerintah Kota Medan berkomitmen dalam pembangunan, terutama pembangunan jalan, irigasi, dan jaringan. Tabel 2.4 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota Sumatera Utara Triwulan III 2017 Total (Dalam Miliar Rp) Uraian Pagu TW III % Pendapatan PAD Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yang sah Grafik 2.21 Proporsi Anggaran Belanja APBD 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun

49 triwulan III Realisasi Kabupaten Batubara mengalami peningkatan dari triwulan III 2016 yang tercatat 50,71% dari pagu tahun Tabel 2.5 Anggaran dan Realisasi Belanja Kabupaten/Kota Sumatera Utara Triwulan III 2017 Grafik 2.22 Proporsi Anggaran Belanja APBD Spasial Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2017 TOTAL (Miliar Rupiah) Uraian Pagu TW III % Belanja 41, , % Belanja Operasi 32, , % Belanja Modal 9, , % Belanja tidak terduga % Transfer 2, , % Belanja dan Transfer 43, , % Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota Secara kumulatif, realisasi anggaran belanja dan transfer 33 Kabupaten/Kota hingga triwulan III tahun 2017 tercatat 50,26%. Rendahnya realisasi anggaran belanja didorong oleh rendahnya realisasi anggaran belanja modal yang tercatat 32,61% dari pagu. Pada akhir tahun 2017, diharapkan realisasi anggaran dapat sesuai target sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui konsumsi pemerintah daerah. Secara spasial, Kabupaten Batubara memiliki realisasi anggaran belanja dan transfer terbesar yaitu 62,80%. Hal ini didukung oleh realisasi transfer bantuan keuangan yang tercatat mencapai 98,80%. Selain itu, belanja hibah Kabuaten Batubara juga mencapai 86,32% hingga Grafik 2.23 Realisasi Anggaran Belanja dan Transfer Triwulan III 2017 Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara 29

50 BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ULOS BADAN PUCA Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2017 diikuti oleh peningkatan laju inflasi dalam level yang masih terkendali dalam kisaran sasaran inflasi. Laju inflasi pada triwulan III 2017 tercatat 3,86% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II 2017 yang tercatat 3,75% (yoy). Level tersebut diatas inflasi nasional yang sebesar 3,73% (yoy). Tingginya inflasi triwulan III 2017 menyebabkan inflasi Provinsi Sumatera Utara mencapai 1,82% (ytd). Peningkatan tekanan inflasi didorong oleh terbatasnya pasokan bahan makanan, terutama komoditas cabai merah. Harga cabai merah yang relatif rendah mendorong petani untuk tidak melakukan panen. Dapat ditambahkan bahwa memasuki triwulan IV 2017, kenaikan harga cabai merah sudah mereda, menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Rendahnya inflasi didukung oleh stabilnya inflasi inti dan menurunnya tekanan inflasi administered prices. Terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar mendorong terjaganya stabilitas inflasi inti. Sementara itu, penurunan inflasi administered prices dipengaruhi oleh tidak adanya kebijakan administered prices yang bersifat strategis.. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 30

51 3.1 Kondisi Umum Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III 2017 masih pada level yang terkendali. Inflasi tahunan IHK pada triwulan III 2017 mengalami peningkatan dari 3,75% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 3,86% (yoy). Laju inflasi Provinsi Sumatera Utara ini berada diatas laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,73% (yoy). Secara spasial, inflasi tahunan Provinsi Sumatera Utara merupakan inflasi kedua tertinggi di antara seluruh provinsi se-sumatera. Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III disebabkan oleh terbatasnya pasokan komoditas pangan, terutama cabai merah. Tingginya tekanan inflasi pada triwulan III 2017 menyebabkan inflasi tahun kalender Provinsi Sumatera Utara mencapai 1,82% (ytd). Namun, dengan menjaga pasokan pangan seiring dengan masuknya musim panen pada triwulan IV 2017, inflasi 2017 diperkirakan tetap berada pada kisaran sasaran inflasi 4±1%. Peningkatan inflasi yang didorong faktor fundamental ditengah peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sumber: BPS, diolah Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional Berdasarkan disagregasinya, peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III 2017 didorong oleh peningkatan tekanan inflasi volatile foods. Andil Inflasi volatile food mengalami peningkatan hingga 1,13%, yaitu dari -0,22% pada triwulan sebelumnya menjadi 0,91%. Sementara itu, tekanan inflasi inti dan administered prices mengalami penurunan yang tercermin dari andil inflasi inti dan administered priced yang menurun masing-masing dari 1,90% dan 1,61% menjadi 1,29% dan 1,99% (yoy). Tingginya tekanan inflasi volatile food disebabkan oleh terbatasnya pasokan komoditas bumbu-bumbuan. Komoditas cabai merah dan garam mendorong tekanan inflasi volatile food meningkat tajam. Pasokan komoditas cabai merah di Provinsi Sumatera Utara menurun karena keengganan petani untuk menanan akibat tingkat harga yang terlampu rendah. Sementara itu, pasokan komoditas garam menurun seiring dengan turunnya produksi garam di daerah Jawa dan Madura akibat faktor cuaca. Terjaganya tekanan inflasi inti di level yang rendah dan stabil disebabkan oleh ekspektasi inflasi yang masih terjaga dan nilai tukar rupiah yang stabil. Selain itu, terbatasnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa pasca puncak aktivitas konsumsi di bulan Ramadhan dan tahun ajaran baru turut mendorong rendahnya inflasi inti. Inflasi administered prices cenderung menurun sejalan dengan tidak adanya kebijakan yang strategis. Selain itu, tarif seluruh jenis angkutan kembali normal dengan terlewatinya bulan Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri. Kebijakan penyesuaian harga yang masih terkendali turut menjaga kestabilan inflasi administered prices. Masih tingginya inflasi disebabkan oleh dampak penyesuaian tarif listrik dan tarif air minum PAM pada periode sebelumnya. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 31

52 Sumber: BPS, diolah Grafik 3.2 Kontribusi Inflasi Sumatera Utara Secara spasial, tekanan inflasi meningkat pada dua kota Survei Biaya Hidup (SBH) di Provinsi Sumatera Utara. Kota Pematangsiantar mengalami kenaikan inflasi tertinggi di antara empat kota SBH di Provinsi Sumatera Utara. Inflasi kota Pematangsiantar diatas Provinsi Sumatera Utara, yaitu tercatat 4,16% (yoy). Kota Medan yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi Provinsi Sumatera Utara juga mengalami peningkatan tekanan inflasi dari 3,61% (yoy) menjadi 3,85% (yoy). Sementara itu, penurunan tekanan inflasi terjadi di Kota Sibolga dari 5,65% (yoy) menjadi 3,91% (yoy) dan Kota Padangsidempuan dari 5,18% (yoy) menjadi 3,44% (yoy). Tingginya laju inflasi kota Pematangsiantar didorong oleh peningkatan inflasi kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan memiliki andil 43% terhadap inflasi tahunan kota Pematangsiantar. Kelompok bahan makanan juga mendorong peningkatan laju inflasi di kota Medan. Di kota Medan, laju inflasi bahan makanan naik dari -0,68% (yoy) menajdi 4,77% (yoy). Sementara itu, di kota Sibolga dan kota Padangsidempuan, tekanan inflasi kelompok bahan makanan relatif menurun sehingga berdampak pada turunnya tekanan inflasi di kedua kota tersebut. Tekanan inflasi bahan makanan di Sibolga turun dari 4,70% (yoy) menjadi 1,13% (yoy). Tekanan inflasi bahan makanan di kota Padangsidempuan pun menurun dari 2,80% (yoy) menjadi 0,14% (yoy). Dapat disimpulkan bahwa kelompok bahan makanan memiliki andil yang besar terhadap pergerakan infasi di keempat kota SBH. Namun, masih terlihat ada perbedaan arah inflasi kelompok bahan makanan diantara kota-kota tersebut. Hal ini dapat mencerminkan masih terbatasnya proses distribusi komoditas pangan antardaerah. Juni 2017 INFLASI BULANAN (% mtm) Juli 2017 Agustus 2017 September ,26 0,25% 1,01% 0,99% Juni 2017 INFLASI TAHUNAN (% yoy) Juli 2017 Agustus 2017 September ,75 3,82% 4,01% 1,82% Secara umum, tekanan inflasi bulanan di sepanjang triwulan III 2017 tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan III tahun Secara tahunan, inflasi Sumatera Utara pada triwulan III 2017 cenderung meningkat. Peningkatan tersebut terutama terlihat pada akhir triwulan sejalan dengan inflasi bulanan yang lebih tinggi dibandingkan historisnya. Laju inflasi bulanan pada bulan Juli 2017 tercatat relatif rendah yaitu 0,25% (mtm). Kestabilan inflasi Provinsi Sumatera Utara didorong oleh menurunnya tekanan inflasi administered prices dan tekanan inflasi inti ditengah peningkatan inflasi volatile food. Tidak adanya kebijakan pemerintah dalam penyesuaian harga menahan tekanan inflasi administered prices dari 2,05% (mtm) menjadi PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 32

53 0,40% (mtm). Efek penyesuaian tarif air minum PAM dan penyesuaian tahap akhir tarif listrik pada bulan Juni 2017 terhadap tekanan inflasi juga mulai mereda. Inflasi komoditas air minum PAM dan komoditas tarif listrik kembali normal dari sebelumnya tercatat masing-masing sebesar 23,43 (mtm) dan 5,64% (mtm) pada bulan Juni Di sisi lain, tekanan inflasi inti menurun dari bulan sebelumnya. Rendahnya inflasi inti disbebakan olhe stabilitas bilai tukar dan penurunan permintaan pasca Bulan Ramadhan. Tekanan inflasi inti tercatat 0,07% (mtm) dari 0,30% (mtm). Berkurangnya permintaan ini tercermin dari meredanya tekanan inflasi makanan jadi dari 0,93% (mtm) menjadi 0,10% (mtm). Selain itu, kecenderungan masyarakat untuk menjual emas perhiasan setelah Hari Raya Idul Fitri juga mendorong penurunan tekanan inflasi inti. Sementara itu, pasokan pangan juga mulai berkurang sehingga mendorong kenaikan tekanan inflasi volatile food. Tekanan inflasi volatile food tercatat 0,37% (mtm) dari deflasi 1,09% (mtm). Peningkatan ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan pangan seperti cabai merah dan bawang merah karena telah berakhirnya periode panen dan keengganan petani untuk menanan akibat tingkat harga yang terlampu rendah. Penurunan pasokan pangan kembali menyebabkan laju inflasi bulan Agustus meningkat tajam. Laju inflasi bulanan pada bulan Agustus 2017 tercatat 1,01% (mtm) didorong oleh kenaikan signifikan inflasi volatile food sementara inflasi inti dan administered prices cenderung stabil. Kurangnya suplai bumbu-bumbuan terutama cabai merah kembali menggerakan inflasi volatile food hingga tercatat sebesar 4,15% (mtm). Penurunan harga cabai yang mencapai Rp18.000,- per Kg di bulan Juni 2017 merupakan disinsentif bagi petani untuk menanam cabai merah. Sehingga lambat laun petani mulai meninggalkan ladang cabai dan mengakibatkan kelangkaan cabai merah sehingga harga ratarata komoditas cabai merah pada bulan Agustus 2017 naik 49% dari bulan Juni Sementara itu, inflasi inti terjaga rendah yang tercatat sebesar 0,08% (mtm). Memasuki tahun ajaran baru, terjadi kenaikan tekanan inflasi di subkelompok pendidikan terutama Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang masing-masing tercatat 0,36% (mtm) dan 4,59% (mtm). Penurunan tarif transportasi angkutan udara pasca libur lebaran dan libur sekolah mendorong deflasi administered prices sebesar 0,47%. Tarif komoditas angkutan udara tercatat menurun hingga menjadi -16,23% (mtm) dari 17,94% (mtm) pada bulan sebelumnya. Di akhir triwulan III, laju inflasi bulanan tercatat 0,99% (mtm), menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan tekanan inflasi volatile food ditengah pengingkatan tekanan inflasi inti dan kestabilan administered prices. Masih terbatasnya pasokan bumbu-bumbuan mengakibatkan inflasi volatile food tercatat 3,68%% (mtm). Meskipun tergolong tinggi, inflasi volatile food mengalami penurunan dari bulan sebelumnya. Komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan bawang putih mengalami deflasi karena telah memasuki periode panen. Selain itu, inflasi cabai merah juga mengalami penurunan dari 83,26% (mtm) menjadi 29,49% (mtm). Sementara itu, inflasi inti pada bulan September 2017 tercatat 0,24% (mtm) dari 0,08% (mtm) PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 33

54 pada bulan sebelumnya. Peningkatan harga komoditas emas di pasar global disinyalir meningkatkan tekanan inflasi emas perhiasan yang memiliki andil besar terhadap tekanan inflasi. Di sisi lain, inflasi administered prices cenderung meningkat meskipun masih dalam level yang rendah yakni 0,04% (mtm) setelah mengalami deflasi pada bulan sebelumnya. Kenaikan inflasi disebabkan oleh peningkatan tarif angkutan udara bersamaan dengan libur Hari Raya Idul Adha. Namun, kenaikannya masih terkendali. Selain itu, LPG 3 kg yang mulai langka di Provinsi Sumatera Utara menyebabkan inflasi bahan bakar rumah tangga meningkat hingga 0,72% (mtm). Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan I 2017 No. Komoditas Sumber BPS (%, mtm) Kontribusi (%, mtm) (%, yoy) Kontribusi (%, yoy) 3.2 Perkembangan Inflasi Non Fundamental Secara umum, tekanan inflasi non fundamental meningkat. Peningkatan ini didorong oleh tingginya tekanan inflasi volatile food ditengah tekanan inflasi administered price yang mereda. Peningkatan tekanan inflasi volatile food disebabkan oleh terbatasnya pasokan beberapa komoditas bahan makanan, terutama komoditas bumbu-bumbuan. No. Komoditas (%, mtm) Kontribusi (%, mtm) (%, yoy) Kontribusi (%, yoy) 1 Angkutan Udara Jeruk Cabai Merah Semangka Bawang Merah Pisang Aug-17 No. Komoditas (%, mtm) Kontribusi (%, mtm) (%, yoy) Kontribusi (%, yoy) No. Komoditas (%, mtm) Kontribusi (%, mtm) (%, yoy) Kontribusi (%, yoy) 1 Cabai Merah Cat Tembok Dencis Sawi Putih Sekolah Menengah Terong Panjang Pertama Sep-17 No. Komoditas (%, mtm) Kontribusi (%, mtm) (%, yoy) Kontribusi (%, yoy) Jul-17 No. Komoditas (%, mtm) Kontribusi (%, mtm) (%, yoy) Kontribusi (%, yoy) 1 Cabai Merah Wortel Tongkol/Ambuambu Telur Ayam Ras Dencis Angkutan Antar Kota Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok) Grafik 3.3 Disagregasi Inflasi Sumut Tahunan Inflasi volatile food masih menjadi penggerak utama peningkatan inflasi pada triwulan III Inflasi volatile food mengalami peningkatan tajam dari -0,20% (yoy) menjadi 3,89% (yoy). Peningkatan ini terutama terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan, subkelompok daging dan hasil-hasilnya, dan subkelompok buah-buahan. Setelah mengalami deflasi pada triwulan II 2017, tekanan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan kembali meningkat. Laju inflasi bumbu-bumbuan tercatat 2,21% (yoy) dari -23,21% (yoy). Seperti triwulan sebelumnya, komoditas yang berkontribusi terhadap pergerakan inflasi ini utamanya adalah cabai merah. Harga cabai merah merangkak naik seiring dengan terbatasnya pasokan. Keterbatasan ini disebabkan oleh keenganan petani untuk menanam setelah harga cabai merah turun drastis di masa panen pada triwulan sebelumnya. Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi kelompok volatile food menurun seiring dengan membaiknya pasokan tanaman pangan di pasaran jika dibandingkan dengan tahun Namun, kondisi pasokan diperkirakan relatif terbatas sejalan dengan masuknya musim tanam ditengah peningkatan permintaan menjelang natal dan tahun baru masih perlu diwaspadai. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 34

55 cukai 2018 yang diumumkan pada akhir Oktober Penyesuaian tarif transportasi menjelang natal dan tahun baru juga diperkirakan menjadi sumber inflasi di triwulan IV Perkembangan Inflasi Fundamental Sumber: Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, diolah Grafik 3.4 Harga Bawang Merah dan Cabai Merah Sementara itu, laju inflasi administered prices relatif melambat dari 8,51% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 6,96% (yoy). Penurunan tekanan inflasi terutama disebabkan oleh menurunnya tekanan subkelompok perumahan, subkelompok air, listrik, gas, dan bahan bakar serta subkelompok trasportasi komunikasi, dan subkelompok jasa keuangan. Tekanan inflasi subkelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar perlahan menurun seiring dengan penurunan dampak penyesuaian tarif air minum PAM yang dilakukan Pemerintah pada triwulan II Inflasi tarif minum air PAM tercatat 23,43% (yoy) dari 26,26% (yoy). Selain itu, tekanan inflasi subkelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan juga mulai menurun. Normalisasi tarif seluruh moda transportasi pasca bulan Ramadhan menyebabkan penurunan tekanan inflasi transportasi. Inflasi angkutan antar kota tercatat 0,99% (yoy) dari 10,84% (yoy), sedangkan angkutan udara tercatat sebesar -4,03% (yoy) dari 1,65% (yoy). Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi administered prices meningkat seiring dengan kelangkaan pasokan gas elpiji 3 kg yang terjadi di beberapa daerah di Provinsi Sumatera Utara. Potensi tekanan diperkirakan berasal dari kenaikan harga rokok akibat penyesuaian tarif Laju inflasi terus menurun dari 3,63% (yoy) menjadi 2,35% (yoy), tercermin dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi. Penurunan tekanan inflasi inti utamanya terjadi pada subkelompok makanan jadi dan sandang seiring penurunan permintaan pasca bulan Ramadhan. Penurunan permintaan setelah bulan Ramadhan terjadi pada makanan jadi, sehingga laju inflasi makanan jadi tercatat 4,00% (yoy) dari 5,55% (yoy). Selain itu, tekanan inflasi sandang tercatat mengalami penurunan dari -1,11% (yoy) hingga - 2,02% (yoy). Turunnya permintaan masyarakat tercermin oleh penurunan Indeks Keyakinan Konsumen walaupun masih berada pada level optimis. Tekanan inflasi emas perhiasan pun menurun dari 1,36% (yoy) menjadi deflasi 2,32% (yoy). Hal ini didorong oleh kecenderungan masyarakat menjual emas perhiasan setelah hari Raya Idul Fitri ditengah peningkatan harga emas di pasar internasional. Inflasi inti yang rendah dan stabil juga ditopang oleh stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Memasuki triwulan IV 2017, inflasi inti diperkirakan akan naik seiring dengan peningkatan permintaan menjelang natal dan tahun baru. Sementara itu, ekspektasi inflasi di tingkat pedagang relatif menurun bersamaan dengan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi terhadap dollar Amerika. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 35

56 pada subkelompok bumbu-bumbuan yang meningkat hingga 25,4%, dari -23,2% (yoy) menjadi 2,2% (yoy). Selain itu, kenaikan tekanan inflasi juga meningkat pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya dari -3,4% (yoy) menjadi 8,0% (yoy). Sumber: Survei Pedagang Eceran Bank Indonesia, diolah Grafik 3.5 Ekspektasi Inflasi Grafik 3.6 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika 3.4 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Berdasarkan kelompok barang dan jasa, peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III 2017 didorong oleh peningkatan tekanan inflasi yang sangat signifikan pada kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan berkontribusi 30% pada inflasi umum Provinsi Sumatera Utara. Sementara itu, kelompok barang dan jasa lainnya cenderung menurun. Tabel 3.2 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Kelompok I II III IV I II III BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN UMUM Sumber: BPS, diolah Kelompok Bahan Makanan Tekanan inflasi Kelompok Bahan Makanan meningkat sangat tajam pada triwulan III 2017, yaitu dari 0,18% (yoy) menjadi 4,59% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi terbesar terjadi Arah Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kelompok Arah I II III IV I II III BAHAN MAKANAN Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Bumbu-bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya Sumber: BPS, diolah Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan tekanan inflasi bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah mendorong tekanan inflasi kelompok ini. Menurunnya antusiasme petani untuk menanam cabai merah pasca turunnya harga saat panen raya membuat tekanan inflasi komoditas cabai merah meningkat. Komoditas cabai merah merupakan salah satu komoditas yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian, perubahan harga cabai merah akan banyak memengaruhi inflasi secara keseluruhan. Tekanan inflasi subkelompok daging dan hasilhasilnya juga meningkat seiring dengan peningkatan permintaan pada saat hari Raya Idul Adha. Inflasi daging sapi dan daging ayam ras tercatat masing-masing meningkat hingga 4,75% (yoy) dan 11,61% (yoy). Pada bulan sebelumnya kedua komoditas tersebut tercatat masingmasing 1,83% (yoy) dan -8,56% (yoy). Selain itu, komoditas buah-buahan juga mengalami peningkatan inflasi yang cukup signifikan. Peningkatan inflasi terutama terjadi pada komoditas melon dan semangka. Inflasi melon tercatat 12,66% (yoy) dari 0,08% (yoy), PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 36

57 sementara inflasi semangka tercatat 11,38% (yoy) dari 2,60% (yoy). Peningkatan inflasi disebabkan oleh keterbatasan pasokan buahbuahan. Disisi lain, komoditas ikan segar yang memiliki andil 0,47% terhadap inflasi tahunan Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan tekanan inflasi. Inflasi komoditas ikan kembung turun dari 21,11% (yoy) menjadi 9,55% (yoy) sedangkan ikan teter mengalami deflasi hingga 6,38% (yoy). Penurunan inflasi ini disebabkan oleh tingginya pasokan ikan segar seiring dengan peningkatan aktivitas nelayan dalam cuaca yang mendukung. Meningkatnya aktivitas nelayan pada musim kemarau ini juga mendorong penurunan inflasi ikan yang diawetkan. Penurunan inflasi ikan yang diawetkan dari 29,04% (yoy) menjadi 27,40% (yoy). Inflasi ikan dencis menurun dari 21,15% (yoy) menjadi 16,26% (yoy) sementara inflasi ikan teri menurun dari 41,00% (yoy) menjadi 33,18% (yoy). Disamping itu, subkelompok sayur-sayuran kembali mengalami deflasi dari 2,07% (yoy) menjadi -3,85% (yoy). Inflasi terong panjang menurun dari 39,41% (yoy) menjadi 4,62% (yoy), sedangkan komoditas buncis dan kentang mengalami deflasi hingga 28,12% (yoy) dan 15,71% (yoy). Deflasi ini disebabkan oleh pasokan sayur-sayuran yang melimpah. Aktivitas Gunung Sinabung relatif tidak memberikan dampak yang signifikan pada tanaman pertanian di daerah sekitar. Adanya hujan dan penyiraman berkala mengurangi debu yang menempel di tanaman, sehingga tanaman tidak rusak. Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi bahan makanan menurun menjadi 0,97% (yoy) dari 4,59% (yoy). Hal ini disebabkan oleh masuknya masa panen beberapa komoditas seperti bawang merah dan bawang putih. Selain itu, kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) komoditas beras mampu menahan tekanan inflasi kelompok bahan makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau kembali mengalami penurunan tekanan inflasi dari 5,55% (yoy) menjadi 3,64% (yoy). Penurunan terjadi pada seluruh subkelompok dengan subkelompok makanan jadi yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi kelompok ini. Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Kelompok I II III IV I II III MAKANAN JADI Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol Sumber: BPS, diolah Tekanan inflasi subkelompok makanan jadi menurun dari 5,57% (yoy) menjadi 4,00% (yoy). Penurunan ini terutama didorong oleh komoditas nasi dengan lauk yang tercatat 8,79% (yoy) dari 14,72% (yoy). Selain itu, tekanan inflasi komoditas gula melemah dari 4,59% (yoy) menjadi 3,23% (yoy). Rendahnya tekanan inflasi subkelompok makanan jadi didorong oleh menurunnya permintaan pasca bulan Ramadhan. Pasca bulan Ramadhan, tekanan inflasi tembakau dan minuman beralkohol turun menjadi 5,25% (yoy) dari 8,60% (yoy) dengan andil 0,27% terhadap inflasi tahunan Provinsi Sumatera Utara. Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi kelompok ini tercatat kembali menurun dari 3,64% (yoy) menjadi 3,45% (yoy). Penurunan ini didorong oleh deflasi minuman tidak beralkohol yang terus berlanjut. Sampai dengan akhir tahun, inflasi dari kelompok ini diperkirakan Arah PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 37

58 meningkat sejalan dengan pola musiman Natal dan Tahun Baru Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Tekanan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menurun dari 7,57% (yoy) menjadi 6,77% (yoy). Penurunan terjadi pada hampir seluruh subkelompok dan utamanya terjadi pada subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air. Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok Arah I II III IV I II III PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BB Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumah Tangga Penyelenggaraan Rumah Tangga Sumber: BPS, diolah Subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air mengalami penurunan tekanan inflasi dari 22,15% (yoy) menjadi 20,22% (yoy). Hal ini didorong oleh tidak adanya kebijakan administered prices yang strategis. Pada awal triwulan IV 2017, inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sedikit meningkat. Hal ini disebabkan oleh kelangkaan bahan bakar rumah tangga atau gas LPG 3Kg terutama di Medan, Provinsi Sumatera Utara Kelompok Sandang Kelompok sandang terus mengalami deflasi dari -1,11% (yoy) menjadi -2,02% (yoy). Penurunan tekanan inflasi terjadi pada subkelompok sandang laki-laki, sandang anakanak, dan barang pribadi serta sandang lain. Subkelompok sandang laki-laki memilki andil terbesar dalam penurunan tekanan inflasi kelompok ini. Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang Kelompok I II III IV I II III SANDANG Sandang Laki-Laki Sandang Wanita Sandang Anak-Anak Barang Pribadi dan Sandang Lain Sumber: BPS, diolah Sandang laki-laki mengalami deflasi dari 4,21% (yoy) menjadi -5,03% (yoy), sementara sandang anak-anak mengalami deflasi dari 0,52% (yoy) menjadi -1,27% (yoy). Penurunan tekanan pada kelompok sandang diperkirakan terjadi akibat menurunnya permintaan masyarakat pasca bulan Ramadhan dan tahun ajaran baru. Hal ini ditunjukkan dengan komoditas seragam sekolah pria yang mengalami deflasi 1,09% (yoy) dari sebelumnya mengalami inflasi 4,15% (yoy). Sementara itu, komoditas baju muslim wanita mengalami deflasi 3,46% (yoy) dari 0,04% (yoy). Disisi lain, tekanan inflasi komoditas emas perhiasan juga turun dari 1,36% (yoy) menjadi - 2,32% (yoy) seiring dengan kebiasaan masyarakat menjual emas setelah lebaran. Memasuki awal triwulan IV 2017, tekanan inflasi kelompok sandang relatif meningkat. Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya tekanan inflasi pada subkelompok pribadi dan sandang lain, terutama pada komoditas emas perhiasan Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan mengalami penurunan tekanan inflasi dari 3,75% (yoy) menjadi 3,03% (yoy). Penurunan terbesar dialami oleh subkelompok jasa kesehatan dan subkelompok jasa perawatan jasmani. Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan Kelompok I II III IV I II III KESEHATAN Jasa Kesehatan Obat-obatan Jasa Perawatan Jasmani Perawatan Jasmani dan Kosmetika Sumber: BPS, diolah Tekanan inflasi subkelompok jasa kesehatan menurun dari 4,46% (yoy) menjadi 2,09% (yoy). Arah Arah PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 38

59 Penurunan inflasi terjadi pada jasa dokter umum dan jasa dokter gigi. Selain itu, subkelompok jasa perawatan jasmani turun dari 6,83% (yoy) menjadi 5,62% (yoy). Pasca lebaran, permintaan masyarakat untuk menggunakan jasa gunting rambut dan keriting/meluruskan rambut sedikit menurun Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga mengalami penurunan tekanan inflasi dari 3,60% (yoy) menjadi 0,32% (yoy). Melemahnya tekanan inflasi didorong oleh turunnya tekanan inflasi subkelompok pendidikan dan kursuskursus/pelatihan. Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok I II III IV I II III PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA Pendidikan Kursus-Kursus / Pelatihan Perlengkapan / Peralatan Pendidikan Rekreasi Olahraga Sumber: BPS, diolah Inflasi subkelompok pendidikan menurun signifikan dari 6,09% (yoy) menjadi 0,21% (yoy) sementara subkelompok kursuskursus/pelatihan sedikit menurun dari 0,72% (yoy) menjadi 0,40% (yoy). Penurunan inflasi subkelompok pendidikan terjadi pada seluruh jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi sejalan dengan masuknya tahun ajaran baru. Memasuki triwulan IV 2017, inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga cenderung stabil seiring dengan peningkatan inflasi subkelompok rekreasi ditengah penurunan inflasi sub kelompok peralatan pendidikan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Arah Tekanan inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sedikit menurun dari 3,77% (yoy) menajdi 3,07% (yoy). Menurunnya inflasi kelompok ini terjadi pada seluruh subkelompok kecuali jasa keuangan yang cenderung stabil. Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok Arah I II III IV I II III TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Transpor Komunikasi dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan Sumber: BPS, diolah Tekanan inflasi subkelompok transportasi turun dari 2,41% (yoy) menjadi 1,65% (yoy) sementara subkelompok sarana dan penunjang transpor juga turun dari 15,32% (yoy) 1,60% (yoy). Kedua subkelompok ini memiliki andil 0,45% (yoy) terhadap inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III Penurunan dipengaruhi oleh turunnya biaya seluruh moda angkutan pasca lebaran. Selain itu, setelah masa liburan permintaaan barang dan jasa untuk menunjang transportasi seperti helm, tambal ban, dan cuci kendaraan juga cenderung menurun. Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan relatif stabil. Kestabilan ini terutama didorong oleh tekanan inflasi subkelompok transpor dan jasa keuangan yang masih terjaga. 3.5 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi/Kota di Sumatera Secara agregat, laju inflasi tahunan Pulau Sumatera pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 3,63% (yoy), menurun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 4,65% (yoy). Pencapaian ini di bawah laju inflasi nasional sebesar 4,73% (yoy). Penurunan tekanan inflasi disebabkan oleh turunnya harga komoditas PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 39

60 bahan makanan pada sebagian daerah di Sumatera. Sementara itu, Provinsi Sumatera Utara menjadi provinsi dengan inflasi kedua tertinggi setelah Provinsi Riau yang mencapai 5,08% (yoy). Tingginya tekanan inflasi di Provinsi Riau disebabkan oleh kenaikan tarif listrik dan perpanjangan STNK. Sementara itu, inflasi Sumatera Barat tercatat yang terendah yakni 2,33% (yoy), seiring dengan koreksi harga bahan makanan seperti cabai merah, bawang merah, dan gula pasir. Grafik 3.7 Inflasi Spasial Sumatera 3.6 Upaya Pengendalian Inflasi Tingginya tekanan inflasi volatile food pada triwulan III 2017 menjadi perhatian Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara. Menyikapi hal teresbut, TPID Provinsi Sumatera Utara menyusun beberapa program untuk ditindaklanjuti, diantaranya: kondisi surplus/defisit komoditas pangan strategis di daerah. 3. Kooordinasi dengan distributor swasta, terutama distributor hortikultura untuk memperkuat perdagangan antar daerah. 4. Pembentukan cold storage dan revitalisasi gudang-gudang di daerah untuk penyimpanan komoditas pangan yang lebih baik. 5. Melakukan hilirisasi produk komoditas pangan, terutama cabai merah untuk mengatasi volatilitas harga cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Komoditas yang memiliki andil terbesar dalam tingginya tekanan inflasi volatile food pada triwulan III 2017 adalah komoditas cabai merah. Untuk itu, TPID Provinsi Sumatera Utara melakukan rapat koordinasi dengan distributor cabai merah. Rapat ini membahas faktor fluktuasi harga cabai merah, rantai produksi cabai merah serta proses penetapan harga di pasar induk. Sebagai tindak lanjut, TPID menyepakati hal-hal sebagai berikut: 1. Melakukan rapat koordinasi dengan tengkulak/pedagang besar dan perusahaan hilir cabai merah di kota Medan. 2. Melakukan monitoring terhadap perkembangan produksi cabai merah oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1. Percepatan proses pembentukan BUMD Pangan untuk memastikan kestabilan harga dan ketersediaan pangan. Pembentukan dikawal oleh Biro Bina Perekonomian. Saat ini, proses pembentukan masih dalam tahapan kajian akademis. 2. Penguatan database di masing-masing TPID dari setiap pihak terkait konsumsi, produksi, dan distribusi sehingga dapat diketahui PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 40

61 Suplemen 1 Pola Inflasi Komoditas Cabai Merah Cabai merah kembali mendominasi inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III tahun Di awal triwulan III tahun 2017, laju inflasi cabai merah perlahan meningkat 7,85% (mtm) dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi ( 29,22% mtm). Pada bulan Agustus 2017, laju inflasi cabai merah meningkat tajam hingga 82,26% (mtm) dengan kontribusi 1,06% (mtm) terhadap inflasi bulanan Provinsi Sumatera Utara yang tercatat 1,1% (mtm). Sementara di akhir triwulan III tahun 2017, laju inflasi menurun dengan kontribusi 0,33% terhadap total inflasi Provinsi Sumatera Utara secara tahunan. Secara spasial, komoditas cabai merah juga menjadi komoditas penyumbang inflasi di seluruh kota SBH Provinsi Sumatera Utara. Memasuki bulan Juli 2017, cabai merah menjadi salah satu dari sepuluh komoditas utama penyumbang inflasi di kota Medan, kota Sibolga, dan kota Pematangsiantar. Sementara itu, di kota Padangsidempuan cabai merah menjadi salah satu komponen penyumbang deflasi pada bulan Juli Pada bulan Agustus dan September 2017, cabai merah menjadi komoditas dengan sumbagan inflasi terbesar di seluruh kota SBH. Tidak hanya pada triwulan III tahun 2017, perubahan harga komoditas cabai merah mempengaruhi inflasi Sumatera Utara, melalui inflasi volatile food hampir di setiap periode (Grafik 3.8). Secara statistik, korelasi inflasi cabai merah dan inflasi IHK sejak periode Februari 2014 hingga Oktober 2017 sebesar 0,67. Mengapa hal ini dapat terjadi? Meskipun lebih rendah dibandingkan beberapa komoditas lainnya, bobot komoditas cabai merah cukup tinggi dan lebih fluktuatif (Grafik 3.9). Komoditas beras, kontrak rumah, dan tarif listrik memiliki bobot yang lebih besar, namun cenderung stabil dari waktu ke waktu. Bobot komoditas tersebut menggambarkan jumlah nilai konsumsi yang dikeluarkan oleh rumahtangga untuk memperoleh komoditi tersebut 1. Secara konseptual, perubahan nilai konsumsi dipengaruhi oleh perubahan harga komoditas dan/atau kuantitas yang dikonsumsi. Namun, dengan sistem Laspeyres, perubahan kuantitas hanya terjadi ketika ada perubahan tahun dasar dimana BPS akan melakukan Survei Biaya Hidup dalam rangka updating pola konsumsi masyarakat. Sumber : BPS diolah Grafik 3.8 Perbandingan growth harga cabai merah dengan inflasi volatile food Sumatera Utara (mtm) Sumber : BPS diolah Grafik 3.9 Perbandingan nilai konsumsi komoditas PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 41

62 Sumber : SPH Diolah Grafik 3.10 Harga Cabai Merah dan kontribusi komoditas cabai merah terhadap inflasi total bulanan Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan data Survei Pemantauan Harian, harga cabai merah sangat berfluktuatif. Komoditas ini pernah mencapai Rp84,990,00/kg pada bulan November 2016, namun juga pernah mencapai harga terendah hingga Rp18.413,00/kg pada bulan Juni Harga cabai merah akan berubah seiring dengan fluktuasi pasokan di pasaran. Yang menyebabkan naik turunnya jumlah pasokan, diantaranya: 1) Faktor iklim; 2) Disparitas informasi pedagang yang sulit mendatangkan cabai merah dari luar daerah masing-masing sehingga pedagang memiliki akses untuk mendatangkan cabai merah dari luar daerah akan mendominasi pembentukan harga; 3) kebutuhan cabai merah dari daerah lain yang menawarkan harga jual yang lebih mahal; 4) kendala distribusi; dan 5) Kebiasaan para petani. Keengganan petani menanam cabai merah ketika harga sedang turun akan menurunkan produksi cabai merah. Penurunan produksi cabai merah akan menyebabkan harga cabai merah naik. Ketika harga cabai merah sedang tinggi, petani yang bukan termasuk petani komoditas cabai merah akan ikut menanam cabai merah, sehingga suplai cabai merah melebihi kebutuhan yang menyebabkan penurunan harga cabai merah. Dalam rangka menjaga kestabilan harga cabai merah di Provinsi Sumatera Utara, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) telah menyusun beberapa program yang struktural untuk, diantaranya penguatan database TPID, hilirisasi produk cabai merah, pembangunan pergudangan (cold storage), dan penguatan perdagangan antara daerah. Selain itu TPID Provinsi Sumatera Utara juga mengusulkan pembentukan BUMD Pangan dan koordinasi yang lebih intensif dengan asosiasi distributor cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat mengendalikan penyebab fluktuasi harga cabai merah sehingga inflasi Provinsi Sumatera Utara dapat terjaga. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 42

63 Pola Inflasi Subkelompok Pendidikan Suplemen 2 Masyarakat sangat menyadari peran penting pendidikan dalam kehidupan. Bahkan, semakin banyak orang tua mulai memasukkan anak-anaknya mulai dari jenjang Kelompok Bermain hingga Perguruan Tinggi untuk mendapatkan generasi penerus bangsa yang lebih baik. Konsumsi masyarakat terhadap pendidikan yang tercermin pada biaya pendidikan berpengaruh terhadap penghitungan inflasi. Secara historis, subkelompok pendidikan biasanya memberikan sumbangan inflasi yang cukup signifikan pada triwulan II dan III serta menunjukkan pola yang mirip dari tahun , dengan sedikit fluktuasi di tahun 2013 (Grafik 3.11). Di tahun 2017, sumbangan inflasi dari biaya pendidikan relatif minimal. Pola peningkatan tekanan inflasi sesuai dengan pola tahun ajaran baru untuk setiap jenjang, dari mulai Kelompok Bermain hingga Perguruan Tinggi. Jenjang pendidikan tersebut masuk sebagai komoditas di dalam keranjang inflasi IHK. Berdasarkan komoditasnya, inflasi pada jenjang Kelompok Bermain relatif rendah. Hal ini diperkirakan karena jenjang pendidikan Kelompok Bermain belum secara umum diikuti oleh masyarakat, yang tercermin pada bobot komoditas tersebut di keranjang IHK yang relatif kecil. Sementara untuk tingkat Taman Kanak-Kanak, inflasi terjadi pada awal tahun dan pertengahan tahun (Grafik 3.12). Tekanan ini diperkirakan karena anak-anak dapat mulai mengikuti jenjang pendidikan TK pada awal tahun atau pertengahan tahun. Sejak tahun 2014, kenaikan tertinggi terjadi pada bulan Februari 2014 sebesar 0,84% (mtm). Walaupun terjadi pada dua periode, andil terhadap inflasi bulanan Sumatera Utara kurang dari 0,05%. Tekanan inflasi komoditas Sekolah Dasar mulai bergerak naik pada akhir triwulan II dan baru mulai mereda pada akhir triwulan III (Grafik 3.13). Hal ini diperkirakan sesuai dengan pola awal tahun ajaran baru untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar yang berkisar pada bulan-bulan di triwulan III. Pada tahun 2017, inflasi komoditas ini relatif rendah bahkan yang tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2017 hanya sebesar 0,37% (mtm). Sumber : BPS diolah Grafik 3.11 Pola inflasi subkelompok Pendidikan Sumber : BPS diolah Grafik 3.12 Pola inflasi Pendidikan Taman Kanak Kanak PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 43

64 Sumber : BPS diolah Grafik 3.13 Pola inflasi komoditas Sekolah Dasar Sumber : BPS diolah Grafik 3.14 Pola inflasi komoditas Sekolah Menengah Pertama Sementara itu, tekanan inflasi jenjang SMP dan SMA memuncak pada bulan Agustus, sesuai dengan pola mulainya tahun ajaran baru untuk jenjang-jenjang tersebut. Laju inflasi tingkat SMA naik pada bulan Agustus dengan rata-rata 2,18% per tahun, sedangkan untuk tingkat SMP tercatat 8,49% per tahun. Pada tahun 2017, inflasi SMP menurun dan tercatat 4,59% (mtm) dengan andil inflasi bulanan 0,05% (Grafik 3.14). Bahkan untuk SMA mengalami deflasi yang cukup dalam di Agustus 2017 (Grafik 3.15). Inflasi pendidikan jenjang Perguruan Tinggi juga meningkat pada triwulan III. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli 2015 yang tercatat 0,06% (mtm) (Grafik 3.16). Namun, pada tahun 2017, tekanan inflasi Perguruan Tinggi cenderung stabil. Sebagai informasi bahwa Angka Partisipasi Sekolah (APS) Provinsi Sumatera Utara 1 untuk kelompok umur tahun cenderung stagnan. Untuk kelompok umur tahun, APS Provinsi Sumatera Utara tahun 2017 tercatat 26,80, sedangkan pada tahun 2016 tercatat 26,62 (Grafik 3.17). Sumber : BPS diolah Grafik 3.16 Pola inflasi komoditas Sekolah Menengah Atas Sumber : BPS diolah Grafik 3.16 Pola inflasi komoditas Perguruan Tinggi Sumber : BPS diolah Grafik 3.17 Angka Partisipasi Sekolah kelompok umur tahun PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 44

65 BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM ULOS RAGIHOTANG Perbaikan ekonomi dan masih terjaganya inflasi didukung oleh stabilitas sistem keuangan Provinsi Sumatera Utara pada Triwulan III Tahun 2017 yang masih cukup baik. Kinerja perbankan masih cukup kuat, yang diiindikasikan oleh pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga. Sementara itu, kredit perbankan melambat, tumbuh 6,6% (yoy) pada triwulan III 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,2%. Kondisi tersebut didukung oleh kinerja korporasi yang membaik dan ketahanan rumah tangga yang terjaga. Ketahanan sektor rumah tangga yang membaik tercermin pada kredit konsumsi yang tumbuh 9% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, risiko kredit perbankan Sumatera Utara juga masih terjaga baik. Meskipun risiko meningkat, tetapi masih dalam batas level indikatifnya. Disamping itu, risiko kredit perbankan syariah juga membaik. Kondisi ini juga pada akhirnya berpengaruh pada tingkat intermediasi perbankan yang berada pada level aman tergambar pada Loan To Funding Ratio sebesar 90%. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 45

66 4.1 Perkembangan Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Sumatera Utara Stabilitas sistem keuangan Provinsi Sumatera Utara triwulan III tahun 2017 terjaga dengan baik. Kondisi tersebut tercermin pada ketahanan sektor korporasi dan sektor rumah tangga, yang didukung oleh kinerja perbankan yang cukup baik. Ketahanan sektor korporasi dan sektor rumah tangga membaik sejalan dengan perbaikan harga komoditas khususnya pada awal tahun Ketahanan sektor korporasi tercermin pada kegiatan investasi yang tumbuh membaik dibanding triwulan sebelumnya. Kinerja keuangan korporasi pada triwulan III membaik sejalan dengan kecenderungan perbaikan harga komoditas yang mendorong kenaikan ekspor. Produktivitas sektor korporasi relatif stabil. Namun demikian, profitabilitas membaik cukup signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, kemampuan membayar hutang realtif stabil dengan kondisi likuiditas yang relatif membaik. Sementara itu, ketahanan sektor rumah tangga yang terjaga tercermin pada pertumbuhan kredit rumah tangga yang masih kuat dengan NPL yang relatif masih terkendali. Selain itu, tingkat keyakinan konsumen masih berada pada level optimis ditengah kegiatan konsumsi kegiatan konsumsi pada triwulan III 2017 yang melambat dibanding triwulan sebelumnya. Stabilitas sistem keuangan juga didukung oleh kinerja perbankan yang masih kuat. Aset perbankan di Sumatera Utara dan penghimpunan dana (dana pihak ketiga) tumbuh meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit pada triwulan III 2017 tertahan pada angka 6,6%, melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 7,8% (yoy). Risiko kredit yang tercermin dari NPL sedikit meningkat menjadi 2,9% dari (yoy) atau masih di bawah level indikatif. Melambatnya pertumbuhan kredit ini terutama terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi sedangkan kredit konsumsi tumbuh positif sebesar 9,9% (yoy). Tabel 4.1 Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral Sektor DER Solvability Ratio Current Ratio Tw II 2016 Tw II 2017 Tw II 2016 Tw II 2017 Tw II 2016 Tw II 2017 Perkebunan Industri Dasar dan Kimia Industri Barang Konsumsi Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Aneka Industri Konstruksi, Properti dan Real Estate Perdagangan, Service dan Investasi Sumatera Utara Sumber : Bloomberg, diolah dari 80 korporasi di Sumatera Utara. Sektor ROA ROE Inventory Turnover Tw II 2016 Tw II 2017 Tw II 2016 Tw II 2017 Tw II 2016 Tw II 2017 Perkebunan 1.2 (2.3) 2.9 (5.4) Industri Dasar dan Kimia Industri Barang Konsumsi Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Aneka Industri Konstruksi, Properti dan Real Estate Perdagangan, Service dan Investasi Sumatera Utara Sumber : Bloomberg, diolah dari 80 korporasi di Sumatera Utara. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 46

67 4.1.1 Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Sumatera Utara Kinerja korporasi di Sumatera Utara dipengaruhi terutama oleh kondisi ekonomi global. Hal ini dikarenakan produk yang dihasilkan sebagian besar diekspor ke luar negeri. Produk utama ekspor dari Sumatera Utara adalah crude palm oil (CPO), karet, dan kopi. Dengan demikian, kinerja korporasi banyak dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas internasional. Meski harga komoditas relatif melambat atau perkembangannya masih lemah, permintaan terhadap produk ekspor Sumatera Utara masih cukup kuat sejalan dengan perbaikan ekonomi di beberapa mitra dagang utama. Di triwulan III 2017, harga CPO dan karet cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, kinerja ekspor CPO dan karet di triwulan III 2017 masih positif. Peningkatan kinerja ekspor sawit ke luar negeri terjadi seiring dengan tingginya aktivitas manufaktur makanan di negara partner dagang utama. Sejalan dengan hal tersebut, perbaikan ekspor ke luar negeri untuk komoditas karet sejalan dengan meningkatnya permintaan kendaraan bermotor di Amerika dan Tiongkok (lihat Bab I Makroekonomi). Kinerja Korporasi - Umum Kegiatan dunia usaha pada triwulan III 2017 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Saldo bersih tertimbang (SBT) kegiatan usaha berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara meningkat dari -2% menjadi 10%. Peningkatan SBT tersebut diikuti oleh kenaikan SBT kapasitas produksi terpakai. Struktur perekonomian Sumatera Utara didominasi oleh 3 sektor utama ekonomi, yaitu Pertanian dengan share 20,7%, Industri Pengolahan sebesar 20,5% dan Perdagangan Besar dan Eceran (PBE) sebesar 18,1%. Penyaluran kredit korporasi di Sumatera Utara juga terkonsentrasi pada ketiga sektor tersebut. Tertinggi di sektor Industri Pengolahan (30,7%), diikuti sektor Pertanian (25,3%) dan PBE (28,6%). Grafik 4.1 Perkembangan Kegiatan Usaha Peningkatan SBT kegiatan dunia usaha terutama terjadi pada sektor Pertanian dan sektor Industri Pengolahan, sementara sektor Perdagangan mengalami penurunan. Penyaluran kredit ke ketiga sektor tersebut dalam kecenderungan yang menurun. Namun demikian, pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor Pertanian dan sektor Industri Pengolahan masih cukup tinggi, sementara penyaluran kredit ke sektor Perdagangan tumbuh negatif pada triwulan III Risiko kredit juga masih terjaga kecuali untuk sektor Perdagangan yang di atas level indikatif. Pertanian Grafik 4.2 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor Pertanian STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 47

68 Penyaluran kredit pada sektor ini tumbuh 15,5% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,9% (yoy), namun dengan risiko kredit yang masih terjaga. Penyaluran kredit yang cukup tinggi tersebut merespon kinerja sektor Pertanian khususnya di subsektor Perkebunan yang masih cukup kuat ditengah penurunan harga komoditas. Secara keseluruhan pada triwulan III tahun 2017 sektor Pertanian tumbuh moderat sebesar 3,1% (yoy) (Grafik.4.1). Perbaikan permintaan serta harga komoditas CPO yang mulai membaik turut mendukung meningkatnya kinerja sektor pertanian. Meskipun kenaikan tersebut masih didorong oleh kecukupan persediaan ditengah produksi TBS yang meningkat. Kondisi ini tergambar dari inventory turnover ratio yang membaik dari 10.2% menjadi 10.7%. Sejalan dengan pertumbuhan kredit yang melambat, resiko kredit sektor ini masih terjaga pada 1,5% (yoy). Suku bunga tertimbang (SBT) kredit untuk sektor pertanian mencapai 8.5% (yoy), perkebunan kelapa sawit 8,2% (yoy) dan perkebunan karet 10,8% (yoy). Industri Pengolahan Penurunan konsumsi masyarakat pada triwulan sebelumnya berdampak pada produksi dari industri dimaksud yang menurun. Kondisi ini berpengaruh kepada permintaan kredit sektor ini yang juga menurun meskipun SBT sektor ini adalah 7,6% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya 7,7% (yoy). Keyakinan pelaku usaha yang menurun juga tergambar dari indeks keyakinan pelaku usaha berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Indeks keyakinan mencapai 7% lebih rendah dari realisasi yang mencapai 10% (Grafik.4.3). Grafik 4.4. Indeks Realisasi dan Pelaku Usaha terhadap Kegiatan Usaha Meskipun beberapa indikator menunjukkan penurunan, risiko kredit lapangan usaha industri pengolahan membaik pada angka 1,4% (yoy) dari sebelumnya mencapai 1,6% (yoy). Industri Pengolahan masih akan membaik pada Triwulan IV seiring dengan masuknya PHBK Natal dan Tahun Baru. Selain itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Triwulan III Tahun 2017 meningkat 123.3% (Grafik 4.4). Kondisi permintaan akan membaik. Grafik 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor Industri Pengolahan Kondisi yang sama terlihat pada penyaluran kredit ke sektor Industri Pengolahan. Kredit ke sektor ini masih tumbuh cukup tinggi (16,3% yoy) (Grafik 4.2) yang mendukung pertumbuhan kegiatan ekonomi pada sektor Industri Pengolahan, yang tumbuh 6,2% (yoy) pada triwulan III Grafik 4.5. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 48

69 Perdagangan Besar dan Eceran Kinerja lapangan usaha PBE meningkat tipis 5.9% (yoy) pada triwulan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,8% (yoy) (Grafik 4.5). Berbeda dengan penyaluran kredit sektor PBE yang terkontraksi -9.8% (yoy). Penyaluran kredit yang rendah pada sektor ini salah satunya disebabkan oleh risiko kredit yang tinggi. mencapai 5,7% (yoy) di atas batas risiko kredit rata-rata perbankan yaitu 5%. Lembaga keuangan menjadi lebih berhati-hati menyalurkan kredit pada sektor ini. Kondisi ini juga direfleksikan oleh SBT sektor PBE yang mencapai 11,3% (yoy). Grafik 4.6. Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor PBE Kinerja Korporasi - Keuangan Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan perbaikan pada triwulan III, indikator kinerja keuangan korporasi di Sumatera Utara pada triwulan II 2017 membaik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (Tabel 4.1). Produktivitas korporasi di Sumatera Utara relatif stabil yang tercermin pada indikator inventory turnover. Berdasarkan industri, sektor Perkebunan menunjukkan perbaikan produktivitas dan dengan level yang jauh di atas produktivitas industri secara keseluruhan. Sementara industri lainnya cenderung stabil. Tingkat produktivitas yang stabil tersebut dibarengi dengan profitabilitas yang membaik cukup signifikan. Profitabilitas yang tercermin pada rasio Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan II 2017, meningkat masing-masing menjadi 4,9% dan 11,8%. Perbaikan terutama terjadi pada sektor Trade (Perdagangan, Service dan Investasi), Infrastructure (Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi) dan Property (Konstruksi, Properti dan Real Estate). Sedangkan untuk sektor Aneka Industri, meskipun ROA dan ROE mengalami penurunan, tetapi profit margin masih tumbuh positif. Membaiknya sektor Trade, Infrastructure dan Property dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas yang mendorong ekspor. Perbaikan tersebut juga sejalan dengan pembangunan beberapa proyek infrastruktur strategis di Sumatera Utara yang berjalan on-track seperti pembangunan jalan tol Kualanamu-Tebing Tinggi dan Medan-Binjai. Meningkatnya profitabilitas berdampak pada ketahanan korporasi dan kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Proporsi hutang terhadap jumlah ekuitas yang tergambar dari Debt to Equity Ratio (DER) juga membaik, turun menjadi 1,4%. Kondisi tersebut juga didukung oleh kondisi likuiditas yang membaik. Hal ini terlihat dari current ratio tercatat meningkat 1,5% dan solvability ratio terjaga pada 1,7%. Berbeda dengan Trade dan Infrastructure, sektor Perkebunan dan Industri Kimia Dasar menunjukkan penurunan, terutama sektor Perkebunan. ROA dan ROE sektor Perkebunan mencatat angka yang negatif. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kebakaran hutan pada masa El Nino 2016 dan mayoritas perkebunan sawit rakyat yang sudah memasuki masa replanting, berdampak pada rendahnya produktifitas perkebunan kelapa sawit ditengah mulai membaiknya harga CPO. Kondisi ini turut berpengaruh pada industri turunannya. Namun, untuk Industri Kimia Dasar, tingkat profitabilitas industri masih lebih tinggi dari rata-rata industry keseluruhan. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 49

70 Risiko Korporasi Hingga triwulan III 2017 kemampuan membayar utang diindikasikan masih terjaga, yang tercermin pada rasio NPL yang relatif rendah. NPL pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 2,88%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,78%. Kondisi tersebut juga didukung oleh kinerja ekspor yang cukup baik, meningkat signifikan pada triwulan III 2017 dibandingkan triwukan sebelumnya, yaitu 0,9% (yoy) menjadi 13,2% (yoy). Namun demikian, hasil liaison menyatakan bahwa korporasi memandang bahwa isu proteksionismedan ketatnya persaingan masih menjadi kendala peningkatan usaha. Ekspektasi kegiatan usaha oleh korporasi juga masih cukup kuat, menunjukkan kecenderungan meningkat. Survei SKDU pada triwulan III 2017 menunjukkan bahwa SBT perkiraan kondisi dunia usaha sebesar 30%, terus meningkat dibandingkan dua triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 21% dan 14%. Kenaikan risiko korporasi terkait dengan tekanan kenaikan biaya, terutama biaya energi. Berdasarkan hasil liaison, korporasi di Sumatera Utara pada triwulan III 2017 merasakan adanya kenaikan biaya energi terkait dengan kenaikan tarif listrik. Likert Scale (LS) biaya energi cenderung meningkat dari 0,6 menjadi 0,9. Sementara itu, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja cenderung stabil atau bahkan menurun. Di sisi lain, harga jual produk relatif tetap sehingga margin usaha mengalami penurunan. Ke depan, risiko korporasi diperkirakan berkurang sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis. Beberapa infrastruktur strategis yang dapat memberikan peran penting terhadap ekonomi Sumatera Utara diantaranya pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung, pengembangan Bandara Kualanamu, dan pembangunan jalan to yang menjadi bagian trans Sumatera. Pembangunan tersebut berjalan sesuai jadwal yang ditetapkan (on track), yang diharapkan ke depan memberikan dampak yang positif kepada sektor korporasi. Perdagangan antar wilayah akan semakin berkembangan yang selanjutnya akan mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi dengan lebih baik dan berkesinambungan. Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi Berdasarkan hasil liaison, sebagian besar dana korporasi bersumber dari dana internal. Sejak terjadi krisis 2008, perusahaan lebih banyak mengoptimalkan dana sendiri. Hingga saat ini exposure perbankan pada sektor korporasi terlihat masih relatif rendah dibandingkan penggunaan internal funding. Dilihat dari proporsi penyaluran kredit, jumlah kredit yang disalurkan ke sektor korporasi pada triwulan III 2017 masih cukup dominan. Kondisi tersebut didukung oleh suku bunga kredit yang terus menurun, yang pada triwulan III 2017 sebesar 10,14%. Dengan perkembangan tersebut, rasio NPL masih terjaga meski sedikit meningkat (lihat subbab Perkembangan Perbankan). Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit terutama dalam bentuk modal kerja (sekitar 48%). Sementara itu, porsi kredit investasi mencapai sekitar 30%, yang terus meningkat sejalan dengan perbaikan ekonomi yang mendorong kegiatan investasi. Namun demikian, pada triwulan III 2017 pertumbuhan kredit investasi melambat yang menjadi pendorong utama perlambatan pertumbuhan kredit secara keseluruhan. Kredit modal kerja juga melambat cukup signifikan, sementara pertumbuhan kredit konsumsi relatif stabil. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 50

71 4.1.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Sumatera Utara Pada Triwulan III Tahun 2017, ketahanan sektor rumah tangga Sumatera Utara diindikasikan masih terjaga. Konsumsi masyarakat yang melambat dibarengi oleh peningkatan simpanan masyarakat khususnya untuk golongan perseorangan yang didukung oleh tingkat inflasi yang relatif terkendali. Kondisi tersebut juga tercermin pada kredit perseorangan yang tumbuh cukup baik dengan NPL yang berada di bawah level indikatif. Tingkat kerentanan rumah tangga dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Pada triwulan III 2017, inflasi IHK mengalami peningkatan yang disebabkan oleh adanya gangguan pasokan (lihat bab Inflasi). Namun demikian, sampai dengan September (ytd), tingkat inflasi jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan akhir tahun, tingkat inflasi diperkirakan masih terkendali sehingga inflasi 2017 diperkirakan lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Kondisi ini mendukung tingkat ketahanan rumah tangga dengan terjaganya tingkat pendapatan. pada triwulan III 2017 tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya. Ditengah kondisi tersebut, kredit konsumsi tumbuh cukup tinggi dan tingkat keyakinan konsumen masih pada level yang optimis. Kinerja Keuangan Rumah Tangga Begitu pula kredit konsumsi yang meningkat menjadi 9,9% (yoy). Meskipun demikian, peningkatan kredit cenderung dilakukan untuk barang konsumsi produktif seperti kendaraan bermotor maupun investasi berupa aset. Pola ini juga terlihat dari Dana Pihak Ketiga yang meningkat, terutama untuk jenis deposito yang tumbuh 11,0% (yoy). Perkembangan Dana Pihak Ketiga Grafik 4.8. Perkembangan DPK Provinsi Sumatera Utara Komposisi DPK perbankan di Sumatera Utara yang bersumber dari sektor rumah tangga mencapai sekitar 71%. Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2010 yang tercatat sebesar 78,2%. Penurunan tersebut dikarenakan adanya kenaikan DPK dari non-perseorangan terutama pada sektor korporasi. Grafik 4.7. Grafik Indeks Kondisi Ekonomi (Survei Konsumen) Tingkat kerentanan rumah tangga juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara keseluruhan. Di tiwulan III 2017, ekonomi Sumatera Utara mampu tumbuh membaik. Namun demikian, konsumsi masyarakat yang Pada triwulan III 2017, komposisi DPK kelompok perseorangan (sektor rumah tangga) tersebut terutama dalam bentuk tabungan dan deposito, yang masing-masing sebesar 50,6% dan 45,0%. Peningkatan porsi terutama dalam bentuk deposito yang mengindikasikan tingkat kehatihatian rumah tangga untuk berjaga-jaga dalam menghadapi kondisi perbaikan ekonomi yang belum kuat. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 51

72 Kredit Rumah Tangga Grafik 4.9. Perkembangan Jenis Simpanan dan Suku Bunga Kondisi tersebut sejalan dengan suku bunga deposito yang relatif masih tinggi. Kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat pada 3 tahun terakhir turut mengubah pola pengelolaan keuangan masyakat di Sumatera Utara. Suku bunga deposito yang mencapai 5,7% (yoy), lebih tinggi dari dua opsi simpanan lainnya yang hanya menawarkan 2,1% (yoy) untuk giro dan 1,6% (yoy) untuk tabungan (Grafik 4.6). Grafik Perkembangan Suku Bunga Tertimbang DPK Ditinjau berdasarkan kelompok nilainya, terlihat ketergantungan perbankan Sumatera Utara terhadap deposan perseorangan tertentu dengan nilai besar masih tinggi pada triwulan III Hal tersebut tercermin dari komposisi DPK dimana 0,2% deposan perseorangan dengan nilai tabungan di atas Rp.1 Miliar menguasai hingga 52% tabungan perseorangan di Sumatera Utara (Tabel 4.2). Tabel 4.2 Pengelompokan Tabungan Perseorangan Berdasarkan Nilai Pengelompokan Nominal Pangsa Nominal Pangsa Deposan Juta 17.2 % 97.8 % Juta 22.3 % 1.8 % 500 Juta 1 Miliar 8.5 % 0.2 % >1 Miliar 52 % 0.2 % Grafik Perkembangan Pertumbuhan dan Resiko Kredit Rumah Tangga Berbeda dengan kredit sektor korporasi, kredit sektor Rumah Tangga (RT) oleh perbankan di Provinsi Sumatera Utara masih tumbuh cukup tinggi. Pada Triwulan III 2017, kredit ke sektor rumah tangga tumbuh 9,9% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,4% (yoy) (Grafik 4.11). Dapat ditambahkan bahwa pangsa kredit RT mencapai 25,2% dari total kredit yang disalurkan. Berdasarkan jenis kredit yang disalurkan, kredit multiguna memiliki share terbesar mencapai 46,4%, diikuti oleh Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebesar 31,4%, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) 9,9% dan Perlengkapan Rumah Tangga 1,8%. Pangsa kredit Kendaraan bermotor mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya sebesar 14%. Kredit Pemilikan Rumah 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% RT Tipe 21 RT Tipe 22 s/d 70 RT Tipe > 70 Ruko atau Rumah Kantor Grafik Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah 15.75% I II III IV I II III IV I II III IV I II III % Dari keseluruhan jenis Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) yang disalurkan, Kredit untuk Rumah Tinggal Tipe 22 s/d 70 tumbuh paling tinggi, yaitu STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 52

73 sebesar 15,8% (yoy) pada Triwulan III 2017 (Grafik 4.9), diikuti oleh kredit Flat atau Apartemen Tipe diatas 70 yang tumbuh 18,1% (yoy). Sementara kredit Rumah Tinggal Tipe 21 masih terkontraksi - 3,8% (yoy). Sementara itu, selain kredit Rumah Tinggal Tipe Diatas 70, perkembangan kredit yang positif juga terlihat pada kredit untuk Rumah Toko yang masih tumbuh 4,2% (yoy), sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,8% (yoy). Mulai tumbuhnya Kredit Pemilikan Rumah terkait denganturunnya suku bunga pinjaman bank seiring dengan kebijakan pelonggaran ketentuan Loan To Value (LTV) sesuai Peraturan Bank Indonesia No.18/16/PBI/2016 tentang Rasio Loan to Value untuk Kredit Properti, Rasio Financing to Value untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor tanggal 29 Agustus 2016 (Grafik 4.10). Perkembangan kredit RT tersebut didukung oleh suku bunga yang cenderung menurun. Pada triwulan III 2017, penurunan tertinggi terjadi pada suku bunga tertimbang (SBT) kredit KKB. Suku bunga pinjaman Kredit Pemilikan Rumah mencapai 10,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan kedua jenis kredit lainnya yaitu Kredit Kendaraan Bermotor sebesar 10,6% (yoy) dan Kredit Multiguna sebesar 12,8% (yoy). Ketentuan LTV yang baru memberikan pelonggaran 5% untuk pembelian rumah melalui kredit perbankan. Sebelumnya, berdasarkan ketentuan LTV tanggal 18 Juni , untuk Kredit Pemilikan Rumah Tipe >70, Bank hanya diperbolehkan memberikan pembiayaan sebesar 80% untuk kepemilikan rumah pertama, 70% untuk pemilikan rumah kedua dan 60% untuk pemilikan rumah ketiga dan seterusnya. Berdasarkan ketentuan yang baru tanggal 29 Agustus , Bank diperbolehkan melakukan pembiayaan kepada pemilikan rumah dengan porsi 75% untuk rumah pertama, 80% untuk kepemilikan kedua dan 75% untuk kepemilikan rumah ketiga dan seterusnya. Transmisi kebijakan LTV belum berpengaruh secara signifikan sejalan dengan perbaikan perekonomian yang belum kuat. Grafik Perkembangan Suku Bunga Kredit Rumah Tangga Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor Grafik Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor Kredit Kendaraan Bermotor Kredit Kendaraan Bermotor terkontraksi cukup dalam mencapai 26,2% (yoy) pada Triwulan III Tahun 2017 (Grafik 4.11). Kondisi ini terutama terjadi pada turunnya penyaluran kredit untuk STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 53

74 jenis kendaraan Truk dan Kendaraan Roda 6 yang terkontraksi -48,7% (yoy). Penurunan tersebut diperkirakan terkait normalisasi penyaluran kredit dimana pada dua tahun sebelumnya, kredit KKB tumbuh cukup tinggi sejalan dengan maraknya kendaraan sewa berbasis online. Ke depan, pertumbuhan kredit KKB diperkirakan akan meningkat sejalan dengan perbaikan ekonomi yang dibarengi oleh pembangunan beberapa proyek strategis nasional di Provinsi Sumatera Utara terutama pembangunan Jalan Tol di berbagai wilayah sebagai bagian dari trans Sumatera. Selain Truk dan Kendaraan Roda 6, penyaluran kredit untuk sepeda motor juga menunjukan tren melambat dan terkontraksi 11,6% (yoy) pada Triwulan III Tahun Meskipun pertumbuhannya cukup tinggi pada awal tahun 2015, kebijakan LTV yang juga berlaku untuk pembelian kendaraan bermotor, termasuk sepeda motor dan kendaraan roda empat, berdampak pada penyaluran kredit sektor ini. Berbeda dengan dua jenis kredit lainnya, Kredit untuk Kendaraan Roda empat tumbuh 10,1% (yoy) pada Triwulan III Peningkatan ini mulai terlihat sejak Triwulan IV Tahun Pertumbuhan kredit untuk jenis ini didorong oleh naiknya permintaan seiring dengan semakin tingginya jumlah kendaraan berbasis online yang beroperasi di Sumatera Utara, terutama Medan. Risiko Kredit Risiko kredit untuk kredit Rumah Tangga relatif stabil dengan tren menurun mencapai 2,5% (yoy) pada Triwulan III Tahun 2017 dari 2,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Dari sisi jenis kredit, Kredit Pemilikan Rumah memiliki risiko yang cukup tinggi meski pada Triwulan laporan menurun menjadi 5,3% (yoy) dari sebelumnya 5,6% (yoy). Sejalan dengan risiko kredit kendaraan bermotor yang juga membaik dan tercatat 1,4% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,4% (yoy). Berdasarkan subkategori jenis kredit pemilikan rumah, risiko kredit untuk Rumah Tinggal Tipe >70, Flat dan Apartemen meningkat (Tabel 4.3). Sedangkan untuk subkategori kredit kendaraan bermotor risiko disumbang oleh Truk dan Kendaraan bermotor Roda Enam dan kendaraan bermotor Lainnya. Tabel 4.3 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga per Kategori 4.2 Perkembangan perbankan Sumatera Utara Membaiknya perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2017 belum diikuti oleh kinerja perbankan. Kredit perbankan tumbuh melambat di tengah peningkatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Namun demikian, secara umum intermediasi perbankan masih cukup baik yang tercermin dari Loan to Funding Ratio (LFR) yang relatif stabil pada level 90%. Selain itu, risiko kredit juga masih di bawah level indikatifnya yang mencapai 2,9% Perkembangan Bank Konvensional Aset Perbankan Konvensional Pada triwulan III 2017 aset perbankan konvensional di Sumatera Utara tercatat sebesar Rp291,1 triliun, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp283,9 triliun atau tumbuh dari 10,5% (yoy) menjadi 10,9% (yoy). Sementara STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 54

75 itu, kegiatan penghimpunan dana, DPK perbankan konvensional tumbuh 10,2%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 8,7%. Namun demikian, perkembangan tersebut belum diikuti dengan peningkatan penyaluran kredit, sehingga LFR Sumatera Utara tercatat 90,2%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 92,0%. Berdasarkan kegiatannya, peningkatan aset terutama didorong oleh meningkatnya aset bank konvensional dan bank syariah. Aset bank konvensional sedikit meningkat dari 10,5% pada triwulan sebelumnya menjadi 10,9%. Sejalan dengan hal tersebut, aset bank syariah juga meningkat dari 10,4% menjadi 10,8%. Intermediasi Perbankan Konvensional Peran intermediasi perbankan di Sumatera Utara pada triwulan III tahun 2017 masih relatif baik, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia 5, yaitu berada pada level 90%. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang tercatat 92%. Melambatnya LFR di Provinsi Sumatera Utara terutama disebabkan oleh perlambatan penyaluran kredit di tengah peningkatan DPK. Menurunnya penyaluran kredit disinyalir sebagai dampak dari penurunan konsumsi RT dan melambatnya industri pengolahan merespons harga komoditas yang mulai menurun. Perlambatan penyaluran kredit ini diiringi dengan sedikit meningkatnya non performing loan dalam level yang terkendali dibawah level indikatifnya. Sementara itu, peningkatan DPK pada triwulan laporan diperkirakan sebagai salah satu bentuk investasi masyarakat dengan mengurangi tingkat konsumsi. Penurunan peran intermediasi perbankan Sumatera Utara terjadi baik di perbankan konvensional maupun syariah. LDR perbankan konvensional menurun dari 92,0% menjadi 90,2%, sementara Loan to Financing Ratio (LFR) perbankan Syariah juga menurn dari 96,4% menjadi 91,1%. Perbankan syariah masih lebih gencar menyalurkan kreditnya yang tercermin dari kredit yang masih mampu tumbuh ditengah perlambatan kredit perbankan konvensional. Perbankan syariah cukup confident dalam menyalurkan kreditnya yang turut ditopang oleh NPF (Non Performing Financing) perbankan Syariah yang relatif menurun. Perkembangan Kredit Di tengah perbaikan perekonomian, kegiatan penyaluran kredit 6 di Sumatera Utara justru relatif melambat dari 8,2% (yoy) menjadi 6,6% (yoy). Melambatnya penyaluran kredit ini Menurunnya penyaluran kredit disinyalir sebagai dampak dari penurunan konsumsi RT dan melambatnya industri pengolahan merespons harga komoditas yang mulai menurun. Perlambatan penyaluran kredit ini juga turut diiringi oleh meningkatnya non performing loan dari 2,8% menjadi 2,9%. Meskipun demikian, kualitas kredit tersebut masih jauh dibawah level indikatifnya, yaitu 5% Berdasarkan tujuan penggunaannya, kredit Sumatera Utara didominasi oleh kredit produktif (kredit modal kerja dan investasi) yang mencapai 75% dari total kredit yang disalurkan di Sumatera Utara. Hal ini diharapkan dapat memberikan multiplier effect yang positif bagi perekonomian Sumatera Utara. Namun demikian, kedua jenis Menggunakan konsep penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek, dimana setiap Bank di wilayah manapun dapat memberikan kredit kepada debitur yang ada di Sumatera Utara STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 55

76 kredit tersebut menunjukkan perlambatan, sementara kresdit konsumsi meningkat. Melambatnya penyaluran kredit terutama didorong oleh perlambatan Kredit Modal Kerja, yaitu tumbuh 4,6% (yoy) pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,7% (yoy). Melambatnya kredit modal kerja terjadi seiring dengan menurunnya kinerja industri pengolahan merespons tingkat harga komoditas yang mulai menurun meskipun ekspor luar negeri cenderung meningkat. Perusahaan disinyalir menggunakan inventorinya guna memenuhi permintaan eskpor di triwulan III 2017 yang tercermin dari penurunan tingkat inventori yang mencapai -46% (yoy) sebagaimana dibahas dalam bab sebelumnya. konsumsi meskipun tingkat konsumsi pada periode laporan cenderung menurun. Sementara itu, berdasarkan sektor ekonominya, perlambatan penyaluran kredit di Sumatera Utara terutama didorong oleh melambatnya penyaluran pertumbuhan kredit sektor pertanian dan sektor industri pengolahan yang masingmasing tercatat 8,1% (yoy) dan 23,6% (yoy) dari 12,6% (yoy) dan 24,9% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Dapat ditambahkan bahwa kondisi tersebut sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan pada triwulan III 2017, sementara kinerja sektor Pertanian mengalami peningkatan pertumbuhan pada level yang moderat. Sementara itu, kredit sektor konstruksi meningkat dari 17,3% menjadi 21,9%. Peningkatan realisasi kredit sektor kontruksi diperkirakan sejalan dengan semakin agresifnya proyek pembangunan pemerintah menjelang akhir tahun. Kondisi tersebut tercermin pada peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor konstruksi. (Sumber: LBU, berdasarkan Lokasi Bank) Grafik Perkembangan Kredit Bank Konvensional Per Jenis Penggunaan Terbatasnya kebutuhan akan pembiayaan juga terjadi pada kebutuhan pembiayaan jangka panjang. Kredit Investasi juga melambat cukup dalam menjadi 6,7% (yoy), dari sebelumnya 11,2% (yoy). Melambatnya kinerja kredit investasi diperkirakan akibat dari perbaikan optimisme pelaku usaha seiring dengan tren penurunan harga komoditas. Hal ini juga terkonfirmasi dari hasil liaison kepada pelaku usaha yang menunjukkan rencana maupun realisasi investasi yang belum kuat. Berbeda dengan kedua jenis kredit tersebut, kredit konsumsi justru mengalami sedikit peningkatan menjadi 11,0% dari sebelumnya yang tercatat 9,9%. Hal ini mencerminkan masih optimisnya rumah tangga dalam melakukan (Sumber: LBU, berdasarkan Lokasi Bank) Grafik Perkembangan Kredit Bank Konvensional berdasarkan Sektor Ekonomi Utama Dari suku bunga, Suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi juga turun dan masingmasing tercatat, 9.6% (yoy) dan 9.4% (yoy). Penurunan suku bunga kredit diharapkan dapat meningkatkan kredit masyarakat terus mengalami perlambatan pada tiga tahun terakhir STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 56

77 Risiko Perbankan Grafik Perkembangan SBT Kredit Bank Konvensional Per Jenis Penggunaa Perkembangan Dana Pihak Ketiga Penghimpunan DPK pada triwulan III 2017 tumbuh 10,2% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,7% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan seleurh komponen simpanan dalam bentuk tabungan, giro dan deposito dimana masingmasing tumbuh sebesar 9,4% (yoy), 10,1% (yoy) dan 11,0% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mencapai 8,6% (yoy), 8,9% (yoy) dan 8,5% (yoy). Peningkatan tabungan dan deposito tersebut sejalan dengan survey konsumen Bank Indonesia di periode laporan dimana preferensi menabung masyarakat lebih tinggi dibandingkan preferensi untuk kegiatan konsumsi. Sementara itu, peningkatan giro terkait dengan meningkatnya aktivitas ekonomi yang meningkat di triwulan III Secara spasial, kegiatan pengumpulan dana perbankan masih terpusat di Kota Medan dengan pangsa sebesar 78%. Hal tersebut mencerminkan persebaran aktivitas ekonomi Sumatera Utara yang tidak merata dimana Kota Medan masih menjadi pusat utama kegiatan ekonomi di Sumatera Utara. Risiko kredit perbankan pada triwulan III 2017 masih relatif terjaga dimana NPL perbankan masih di bawah batas yang di tentukan Bank Indonesia. NPL pada triwulan III 2017 adalah sebesar 2,9% sedikit lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 2,8%. Berdasarkan jenis kegiatannya, NPL perbankan syariah mengalami perbaikan, turun menjadi 6,2% sementara perbankan konvensional meningkat menjadi 2,7%. Kualitas kredit tersebut masih berada dibawah level indikatifnya, yaitu 5%, kecuali untuk perbankan syariah. Grafik NPL Bank Konvensional Per Jenis Penggunaan Kab/Kota Sumatera Utara Berdasarkan sektor ekonominya, mayoritas NPL di sektor utama mengalami kenaikan diantaranya pertanian, konstruksi dan perdagangan yakni sebesar 1,6%, 7,0% dan 4,6% dari sebelumnya 1,5%, 6,3% dan 4,1%. Sementara itu sektor industri pengolahan mengalami perbaikan dari 1,6% di triwulan sebelumnya menjadi 1,4%. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan kineja sektor ekonomi tersebut pada triwulan laporan dimana sektor pertanian, konstruksi dan perdagangan pada triwulan III 2017 lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan industri pengolahan cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat bab 1.3 Perkembangan ekonomi sisi lapangan usaha). Grafik Komposisi Kredit Bank Konvensional Per Jenis Penggunaan Kab/Kota Sumatera Utara STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 57

78 Grafik Komposisi Deposito Bank Konvensional Berdasarkan Jangka Waktu (Sumber: LBU, berdasarkan Lokasi Bank) Grafik NPL Bank Konvensional Per Sektor Ekonomi Utama Kab/Kota Sumatera Utara Risiko Likuiditas Komposisi DPK di Sumatera Utara didominasi oleh deposito (44,1%), diikuti oleh tabungan (37,7%) dan giro (18,2%). Berdasarkan jangka waktunya, deposito didominasi oleh tabungan kangka pendek 1-3 bulan (76,4%). Sementara itu, dari sisi penyaluran dana, mayoritas kredit perbankan di Sumatera Utara didominasi oleh kredit berjangka waktu lebih dari 60 bulan (41,7%). Tingginya komposisi deposito jangka pendek tersebut meningkatkan risiko likuiditas apabila terdapat penarikan dana sewaktu-waktu dalam jumlah yang besar mengingat mayoritas kredit yang diberikan perbankan didominasi kredit dengan jangka yang lebih panjang. (Sumber: LBU, berdasarkan Lokasi Bank) Grafik Komposisi Kredit Bank Konvensional Berdasarkan Jangka Waktu Dalam pengelolaan likuiditasnya, perbankan di Sumatera Utara komposisi aktiva lancarnya terutama dalam bentuk kas dan penempatan pada Bank Indonesia serta pada bank lain yang hanya mencapai 1,1% dari total asset. Hal tersebut mengindikasikan masih tingginya risiko likuiditas perbankan di Sumatera Utara apabila terjadi rush. Grafik Komposisi Aktiva Lancar Bank Konvensional Tabel 4.4 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Syariah STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 58

79 Indikator I II III IV I II III IV I II III Funding To Deposit Ratio Aset 9,251 9,395 10,119 10,958 10,574 11,123 11,547 12,398 11,841 12,530 13,012 g Aset -2.2% 3.0% 11.3% 12.8% 14.3% 18.4% 14.1% 13.1% 12.0% 12.6% 12.7% Pembiayaan 8,092 7,998 7,461 7,700 7,613 7,914 8,398 8,906 9,034 9,441 9,507 g Pembiayaan -7.5% -11.8% -17.3% -9.5% -5.9% -1.0% 12.6% 15.7% 18.7% 19.3% 13.2% DPK 6,884 6,684 7,319 8,127 7,938 8,589 9,238 9,768 9,560 9,815 10,539 g DPK 12.2% 5.8% 11.2% 12.6% 15.3% 28.5% 26.2% 20.2% 20.4% 14.3% 14.1% Non Performing Fund 9.3% 9.8% 11.4% 9.8% 10.0% 9.9% 8.6% 7.3% 7.5% 7.2% 6.5% Perkembangan Bank Syariah Aset Perbankan Syariah Pada triwulan III 2017 aset perbankan syariah di Sumatera Utara tercatat sebesar Rp13,0 triliun, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp12,7 triliun atau tumbuh dari 12,6% (yoy) menjadi 12,7% (yoy). Sementara itu, dari sisi penghimpunan dana, meskipun melambat DPK perbankan syariah masih tumbuh pada level yang cukup tinggi yakni mencapai 14,1% dari triwulan sebelumnya yang mencapai 14,3%. Namun demikian, pertumbuhan kredit perbankan syariah melambat lebih dalam sehingga LFR Sumatera Utara pada triwulan III 2017 turun signifikan dan berada dibawah level indikatif Bank Indonesia. Menurunnya penyaluran kredit disinyalir sebagai dampak dari penurunan konsumsi RT dan melambatnya industri pengolahan merespons harga komoditas yang mulai menurun. Perlambatan penyaluran kredit ini diiringi dengan perbaikan non performing loan tercatat mencapai 6.5% (yoy) pada periode laporan, jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 7.2% (yoy). Namun demikian, level NPL tersebut masih di atas level indikatifnya sebesar 5% sehingga peningkatan kualitas kredit di perbankan syariah perlu diperbaiki. Penghimpunan Dana Penghimpunan DPK pada triwulan III 2017 tumbuh 14,1% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,6% (yoy). Penurunan tersebut didorong oleh pernurunan seluruh komponen simpanan dalam bentuk tabungan, giro dan deposito dimana masingmasing tumbuh sebesar 13,7% (yoy), -0,5% (yoy) dan 16,6% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mencapai 18,5% (yoy), 40,0% (yoy) dan 21,4% (yoy). Grafik Perkembangan Komponen Aset Perbankan Syariah Intermediasi Perbankan Syariah Kinerja intermediasi perbankan syariah pada triwulan III 2017 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercemin dari penurunan tingkat LFR dari 96% menjadi 91% atau di bawah batas atas yang ditetapkan Bank Indonesia (92%). Melambatnya LFR di Provinsi Sumatera Utara terutama disebabkan oleh perlambatan penyaluran kredit yang lebih dalam dari DPK. Grafik Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan Perkembangan Kredit Sama halnya dengan perbankan konvensional, penyaluran kredit di perbankan syariah pada STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 59

80 triwulan III 2017 melambat dari 19,3% di triwulan sebelumnya menjadi 13,2%. Perlambatan penyaluran pembiayaan utamanya didorong oleh melambatnya pembiayaan modal kerja dan pembiayaan investasi perbankan syariah. Pembiayaan tersebut masing-masing tumbuh 1,0% (yoy) dan 5,9% (yoy), jauh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,7% dan 19,8% (yoy) Grafik Perkembangan NPL Bank Syariah per Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Pebiayaan Berdasarkan Lapangan Usaha Berdasarkan lapangan usaha utama, sebagian besar lapangan usaha mengalami penurunan dibandingkan Triwulan II Tahun Lapangan usaha Konstruksi dan Perkebunan Karet terkontraksi masing-masing mencapai -24.8% (yoy) dan -35.5% (yoy). Industri pengolahan tumbuh 22,4% (yoy), tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pembiayaan bank syariah untuk industri yang tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya adalah perkebunan kelapa sawit sebesar 22,1% (yoy). Grafik Perkembangan NPL Bank Syariah per Sekto Utama Risiko pembiayaan perbankan syariah Triwulan III Tahun 2017 membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan risiko kredit terlihat di keseluruhan jenis pembiayaan berdasarkan jenis penggunaan (Grafik 4.16). Risiko tertinggi terdapat di pembiayaan modal kerja yang mencapai 10.5% (yoy) diikuti dengan pembiayaan konsumsi sebesar 5.4% (yoy). Sedangkan risiko pembiayaan investasi terjaga dibawah batasan 5% dan tercatat turun menjadi 4.2% (yoy) pada triwulan berjalan dari sebelumnya 5.2% (yoy). 4.3 Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Pengembangan sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) perlu dilakukan agar dapat dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi, mengingat sektor tersebut relatif kuat dalam menghadapi ancaman krisis. UMKM terbukti sebagai sektor penyelamat ekonomi dari krisis dan dapat meningkatkan ketahanan ekonomi rumah tangga, sekaligus menciptakan lapangan kerja di Indonesia mengingat sektor tersebut menyerap tenaga kerja. Untuk itu Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 60

81 perbankan menyalurkan kredit kepada UMKM minimal 20%. Pemberlakuan ketentuan tersebut dilakukan secara bertahap, yaitu tahun 2015 sebesar 5%, 2016 sebesar 10%, tahun 2017 sebesar 15% dan tahun 2018 sebesar 20%. 7 Kebijakan ini diperkuat pula dengan kebijakan pelonggaran LFR (Loan to Funding Ratio) menjadi 94% per 1 Agustus 2015 bagi bank tertentu yang telah memenuhi pencapaian tertentu kredit UMKM dengan kualitas yang baik. 8 Penyaluran kredit UMKM di Sumatera Utara pada triwulan III 2017 mencapai Rp51,4 triliun, atau mencapai 26,6% dari total kredit yang disalurkan di Provinsi Sumatera Utara. Namun demikian, baiknya penyaluran kredit pada sektor ini masih dibayangi dengan kualitas kredit yang telah melampaui level indikatifnya, yaitu 5,3%. Seiring dengan perbaikan ekonomi pada periode laporan, kinerja kredit UMKM juga meningkat, tumbuh 3,4% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 1,5% (yoy). Berdasarkan golongan kredit yang disalurkan, peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan pembiayaan pada kredit skala mikro, dari 3,2%(yoy) menjadi 7,1% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, kredit skala kecil dan menengah juga tumbuh meningkat, masingmasing sebesar 0,3%(yoy) dan 3,5% (yoy). Pertumbuhan kredit ini diperkirakan sejalan dengan membaiknya risiko kredit UMKM yang tergambar dari NPL menurun mencapai 5.3% (yoy) dari sebelumnya mencapai 5.5% (yoy). Selain itu, suku bunga tertimbang kredit mikro yang relatif rendah, yaitu mencapai 12,1%, mendorong perbaikan kinerja usaha mikro. Grafik Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan jenis penggunaannya, 70.5% pangsa kredit merupakan kredit modal kerja dan 29.5% kredit investasi. Berbeda dengan kredit modal kerja secara umum dan pembiayaan syariah yang sedang terkontraksi, kredit modal kerja sektor UMKM tumbuh 4,5% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,6% (yoy). Dilihat berdasarkan lapangan usahanya, proporsi penyaluran kredit UMKM terbesar terkonsentrasi pada 3 subsektor utama, yaitu PBE sebesar 51.2%, Pertanian 19.3% dan Industri Pengolahan sebesar 8.9%.Membaiknya penyaluran kredit UMKM didorong oleh meningkatnya penyaluran kredit sektor pertanian, kredit konstruksi dan kredit subsektor akomodasi dan makan minum transportasi. Penyaluran kredit sektor pertanian tumbuh 5%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1%. Selain itu, penyaluran kredit sektor konstruksi meningkat 5% (yoy) Sementara itu, kredit subsektor industry pengolahan cenderung tumbuh melambat 11% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 23% (yoy) Peraturan Bank Indonesia No. 17/12/PBI/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan UMKM 8 Peraturan Bank Indonesia No.17/11/2015 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Dalam Rupiah Dan valuta Asing yang telah disempurnakan dengan PBI No.18/14/PBI/2016 tgl. 18 Agustus 2016 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 61

82 Sumatera Utara dengan rincian komoditi pengembangan sebagai berikut: Tabel 4.2 Lokasi Pengembangan Klaster Sumatera Utara Grafik Perkembangan Kredit UMKM berdasarkan Lapangan Usaha Dari sisi risiko kredit, NPL keseluruhan kredit UMKM menurun (Tabel 4.16). Penurunan risiko kredit ditengah suku bunga yang stabil dan kredit yang meningkat mengindikasikan penyaluran sektor UMKM membaik dibandingkan kredit ritel dan korporasi secara umum. Selanjutnya, dalam rangka mengenjot perbaikan penyaluran kredit kepada UMKM, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya pengembangan UMKM, dalam bentuk technical assistance dan pengembangan klaster. Berkaitan dengan tujuan utama Bank Indonesia, yaitu memelihara kestabilan harga dan nilai tukar, maka pengembangan klaster diarahkan pada upaya ketahanan pangan dan pengendalian inflasi. Sejak tahun 2014, Bank Indonesia di Sumatera Utara telah mengembangkan 14 klaster yang tersebar di wilayah kerja Bank Indonesia se-provinsi No Wilayah Kerja Klaster Lokasi 1 Bawang Merah Dairi dan Karo 2 Kantor Perwakilan Padi Organik Serdang Bedagai 3 Bank Indonesia Padi Pulau Kampai 4 Provinsi Sumatera Desa Pesisir Serdang Bedagai 5 Utara Kopi Karo 6 Integrasi Padi Sapi Langkat 7 Sapi Potong Labuhan Batu Simalungun, Kantor Perwakilan Bawang Merah Baru Bara dan Bank Indonesia 8 Asahan Pematangsiantar 9 Cabai Merah Pematangsiantar 10 LED Songket Batu Bara 11 Cabai Merah Tapanuli Utara Kantor Perwakilan Pertanian 12 Bank Indonesia Terintegrasi Mandailing Natal 13 Sibolga Padi Tapanuli Selatan 14 Bawang Merah Samosir Selain itu Bank Indonesia juga melakukan peningkatan akses keuangan UMKM dalam bentuk technical assistance, berupa fasilitasi pameran, seminar, serta studi banding. Di sisi lain, untuk mendorong pengembangan potensi ekonomi lokal, Bank Indonesia juga melakukan pengembangan yang terkonsentrasi di satu daerah dengan focus pada komoditi tertentu. Pada periode 2017, Bank Indonesia mengembangkan produk turunan sapu lidi berbasis ekspor di daerah Besitang, Kabupaten Langkat. BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 62

83 ULOS RONDANG-RONDANG Sejalan dengan perbaikan kinerja ekonomi Sumatera Utara pada triwulan III 2017, transaksi non tunai baik secara volume maupun nilai meningkat dari triwulan sebelumnya. Volume transaksi non tunai meningkat meningkat sebesar 16,4% (qtq) dari transaksi pada triwulan sebelumnya menjadi transaksi. Selain itu, nilai transaksi non tunai juga mengalami peningkatan sebesar 3,07% (qtq) dari Rp89,6 triliun pada triwulan lalu menjadi sebesar Rp92,4 triliun. Dari sisi transaksi non tunan, sesuai dengan polanya, pada triwulan III 2017 Provinsi Sumatera Utara mencatatkan net inflow (pemasukan) sebesar Rp6,98 triliun atau meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat net outflow Rp0,37 triliun. Kondisi tersebut sesuai dengan pola seasonalnya dimana aktivitas ekonomi masyarakat cenderung menurun pasca Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri di triwulan II Tabel 5.1 Transaksi RTGS Tabel 5.2 Perputaran Kliring PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 63

84 5.1 Sistem Pembayaran Non Tunai Perkembangan Transaksi RTGS Sejalan dengan perbaikan kinerja ekonomi Sumatera Utara pada triwulan III 2017, transaksi non tunai secara volume meningkat dari transaksi pada triwulan sebelumnya menjadi transaksi atau meningkat sebesar 16,4% (qtq). Selain itu, nilai transaksi non tunai juga mengalami peningkatan dari Rp89,6 triliun pada triwulan lalu menjadi sebesar Rp92,4 triliun atau meningkat sebesar 3,07% (qtq). Rata-rata transaksi harian BI-RTGS tercatat mencapai 461 lembar warkat dengan nilai Rp1,4 triliun per hari. Secara spasial, 98,06% transasksi atau Rp90,6 trilun dilakukan di Kota Medan, sedangkan 1,94% transaksi atau Rp1,79 triliun sisanya tersebar di Kabupaten/Kota Rantau Prapat, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Kisaran, Padang Sidempuan, Karo, Sibolga, dan Deli Serdang. Dominasi transaksi di kota Medan diperkirakan berkaitan dengan masih terpusatnya aktivitas ekonomi Sumatera Utara di kota tersebut. Sumber: KPw BI Prov. Sumut Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS 9 Sumber: KPw BI Prov. Sumut Grafik 5.2 Transaksi RTGS Spasial Triwulan III Perkembangan Transaksi SKNBI Selain BI-RTGS, transaksi non tunai yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara adalah Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia. Transaksi kliring 64 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

85 mencakup kliring kredit dan kliring debet di Kota Medan, Tebing Tinggi dan Kabanjahe. Transaksi yang diproses oleh SKNBI meliputi kumulasi data keuangan elektronik transaksi card based melalui mesin EDC (kartu kredit dan kartu debet) dan transaksi paper based (cek, bilyet giro dan nota debet). 5.2 Sistem Pembayaran Tunai Sesuai dengan polanya, pada triwulan laporan penarikan uang kartal menurun secara signifikan disertai peningkatan penyetoran seiring dengan menurunnya kebutuhan uang tunai pasca Lebaran dan tahun ajaran baru pada triwulan II Dengan demikian transaksi uang kartal di Sumatera Utara mencatat net cash inflow 11. Penurunan kebutuhan uang tunai ini sejalan dengan menurunnya aktivitas konsumsi, sebagaimana tercermin pada penurunan pertumbuhan konsumsi pada PDRB Sumatera Utara triwulan III Sumber: KPw BI Prov. Sumut Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi SKNBI Pada triwulan III 2017, transaksi kliring melalui SKNBI 10 secara volume tercatat sebesar warkat dengan nilai nominal transaksi sebesar Rp37,9 triliun. Volume tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 5,50% (qtq) dibandingkan volume transaksi SKNBI pada triwulan II yang tercatat sebanyak warkat. Kenaikan volume transaksi juga diikuti oleh kenaikan nilai transaksi sebesar 0,67% dari sebelumnya sebesar Rp35,9 triliun. Sementara itu, rata-rata harian transaksi SKNBI di Sumatera Utara pada triwulan III 2017 tercatat warkat dengan nilai sebesar Rp602,8 miliar per hari. Sebagaimana halnya dengan RTGS, peningkatan transaksi kliring tersebut juga sejalan dengan peningkatan kinerja ekonomi pada triwulan III Sumber: KPw BI Prov. Sumut Grafik 5.4 Inflow/Outflow Sumatera Utara Secara keseluruhan, aliran uang kartal di Provinsi Sumatera Utara mencatat net cash inflow sebesar Rp6,98 triliun. Berbeda dengan kondisi triwulan sebelumnya yang tercatat net cash outflow sebesar Rp0,37 triliun. Dari sisi inflow, penyetoran uang kartal dari perbankan di Provinsi Sumatera Utara ke Bank Indonesia, 12 pada triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp10,3 triliun meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar Rp6,17 triliun. Sedangkan penarikan uang kartal oleh perbankan dari Bank Indonesia mencapai Rp3,05 triliun atau menurun dari 10 SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia), berbeda dengan BI RTGS, setelmennya periodik (netting) serta untuk transaksi bernilai kecil (maksimal Rp.500 juta). Net cash inflow mencerminkan jumlah penarikan (outflow) dari Bank Indonesia lebih rendah dibanding jumlah penyetoran (inflow) ke Bank Indonesia. Perhitungan inflow/outflow uang kartal dilakukan berdasarkan pelaporan bank di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang berada di Sumatera Utara yaitu KPw BI Provinsi Sumatera Utara, KPw BI Sibolga, dan KPw BI Pematangsiantar. Terdapat 3 Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Sumatera Utara yaitu di Medan, Pematang Siantar dan Sibolga PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 65

86 triwulan lalu sebesar Rp6,53 triliun. Hal ini sesuai dengan polanya seiring dengan telah selesainya kebutuhan uang kartal untuk transaksi HBKN dan libur anak sekolah pada triwulan II Pengelolaan Kelancaran Sistem Pembayaran Dalam menjaga kelancaran sistem pembayaran di Sumatera Utara, Bank Indonesia senantiasa melakukan berbagai tindakan yang bersifat preventif maupun represif, agar sistem pembayaran berjalan lancar, aman, efektif dan efisien Penanganan Uang Tidak Asli Uang Rupiah yang beredar di masyarakat terusmenerus dijaga kualitasnya oleh Bank Indonesia. Uang Rupiah perlu dijaga kualitasnya agar uang yang beredar dalam kondisi baik dan layak sehingga masyarakat nyaman dalam menggunakan uang Rupiah sehari-hari. Uang Rupiah memiliki ciri-ciri berupa tanda-tanda tertentu yang bertujuan mengamankan uang Rupiah dari upaya pemalsuan. Secara umum, ciri ciri keaslian uang Rupiah dapat dikenali dari unsur pengaman yang tertanam pada bahan uang gitu Sampai triwulan III 2017, terdapat lembar rupiah yang diragukan keasliannya. Temuan tersebut didapat dari masyarakat maupun setoran Bank. (Grafik 5.7). Jumlah temuan didominasi oleh Uang Pecahan Besar (UPB) yang mencapai 97,4%. Grafik 5.5 Laporan Klarifikasi Upal Masyarakat memliki peran besar dalam memutus mata rantai kejahatan pemalsuan uang Rupiah, diantaranya dengan melaporkan dugaan tindak pidana pemalsuan yang dialami atau diketahui kepada Polisi. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara bekerja sama dengan Kepolisian Daerah Sumatera Utara senantiasa melakukan koordinasi terkait penanganan uang palsu seperti Dugaan Pelanggaran Kewajiban Penggunaan Uang Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Dugaan Tindak Pidana terhadap Uang Rupiah. Kegiatan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah terus dilakukan dalam meningkatkan pemahaman masyarakat akan keaslian uang Rupiah Penyediaan Uang Rupiah Sebagaimana amanat Undang-Undang Mata Uang Nomor 11 Tahun 2011 bahwa Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diberikan wewenang untuk mengedarkan uang Rupiah kepada masyarakat. Sehubungan dengan kewenangan Bank Indonesia dalam mengedarkan uang Rupiah kepada masyarakat, Bank Indonesia selalu berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat, baik dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar (clean money policy). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara selalu berupaya meningkatkan layanan kas guna memenuhi kebutuhan uang Rupiah layak edar kepada masyarakt Provinsi Sumatera Utara. Pemenuhan uang Rupiah selama ini telah dilakukan yaitu melalui kegiatan penarikan bank, setoran bank, penukaran, dan kas keliling. Selama triwulan III 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara melakukan kegiatan kas keliling sebanyak 14 kali yang meliputi Besitang, Perbaungan, Sei Rampah, Teluk Mengkudu, Sidikalang, Stabat, P. Brandan, P. Susu, Pulau Kampai, Bahorok, Sei Bingei, Sumbul, Pakpak Bharat, Galang, Dolok Masihul, PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 66

87 Indra Pura, Pasar Sukarami, Pasar Petisah, Berastagi, Laubalang, Kutacane. Selain itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara juga memenuhi kebutuhan uang masyarakat di daerah melalui kas titipan di Kabanjahe (BRI, BNI, Bank Sumut, Bank Mandiri, BSM) dan Tebing Tinggi (BRI, BNI, Bank Sumut, Bank Mandiri, BCA, Bank Mestika, Bank Mega, Bank Maybank, Bank Panin, Bank Sinarmas, Bank CIMB Niaga). 5.4 Pengawasan Kegiatan Penukaran Valuta Asing Dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah serta menjaga kelangsungan eknomi nasional, dibutuhkan dukungan pasar keuangan termasuk pasar valuta asing domestik yang sehat. Untuk mewujudkan pasar valuta asing domestik yang sehat, perlu dilakukan penyelarasan pengaturan transaksi valuta asing terhadap Rupiah antara penyelenggara kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank (KUPVA BB) dengan pihak lain dengan ketentuan Bank Indonesia. Jumlah KUPVA BB yang telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia di wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2017 sebanyak 55 KUPVA. Secara nominal transaksi beli pada triwulan III 2017 tercatat meningkat sebesar Rp 307,12 miliar dari Rp 306,61 miliar atau 0,17% (qtq). Sementara itu, transaksi jual juga meningkat dari Rp 308,60 miliar menjadi Rp 309,81 miliar atau sebesar 0,39% (qtq). Sumber: KPw BI Prov. Sumut Grafik 5.6 Beli/Jual Valas Sumatera Utara 5.5 Pengawasan Penyelenggaraan Transfer Dana (PTD) Dalam rangka mendukung keamanan dan kelancaran transaksi transfer dana serta memberikan kejelasan pengaturan hak dan kewajiban bagi pihak yang terkait dalam penyelenggaraan kegiatan transfer dana, Bank Indonesia mengatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaan antara lain meliputi ketentuan mengenai tata cara dan proses perizinan, penyelenggaraan transfer dana, dan penyampaian laporan oleh penyelenggara. Badan usaha yang berbadan hukum Indonesia bukan bank yang melakukan penyelenggaraan kegiatan transfer dana wajib memperoleh izin dari Bank Indonesia. Pada triwulan III 2017, dana yang masuk ke wilayah Sumatera Utara melalui PTD lebih besar dibanding dana yang keluar sehingga terjadi kondisi net inflow, sebagaimana yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Sumber: KPw BI Prov. Sumut Grafik 5.7 Transaksi Penyelenggaraan Transfer Dana Namun demikian, net inflow triwulan III 2017 Sumatera Utara tercatat turun sebesar -15,84% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.dana masuk terbesar berasal dari Malaysia (98,92%) diikuti oleh Singapura (1,08%). Sumber: KPw BI Prov. Sumut Grafik 5.8 Inflow PTD Sumatera Utara PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 67

88 5.6 Program Elektronifikasi Penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik yang dilakukan masyarakat Indonesia relatif masih rendah. Jika dibandingkan dengan kondisi geografi dan jumlah populasi yang cukup besar, masih terdapat potensi yang cukup besar untuk perluasan penggunaan instrumen non tunai. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, pelaku bisnis dan juga lembagalembaga pemerintah dalam menggunakan sarana pembayaran non tunai, maka dicanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Kegiatan ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesempahaman antara Bank Indonesia dengan Kementerian Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Pemerintah Daerah serta Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia pada tanggal 14 Agustus Peningkatan implementasi elektronifikasi yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara dalam rangka pengembangan dan perluasan elektronifikasi melibatkan pondok pesantren dan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda). Koordinasi dengan Pemda setempat merupakan bentuk sosialisasi dan evaluasi perluasan elektronifikasi. Kegiatan tersebut sesuai dengan Roadmap Elektronifikasi yang disepakati dengan Pemda yang akan dilaksanakan hingga Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara memfasilitasi Pemda dan pelaku industri dalam menyusun layanan pembayaran tunai yang dapat dimigrasikan menjadi non tunai. 5.7 Layanan Keuangan Digital (LKD) Layanan Keuangan Digital 13 merupakan layanan keuangan berbasis uang elektronik dimana masyarakat dapat menikmati layanan seperti tarik tunai, transfer, menabung dan sejumlah layanan pembayaran tanpa harus datang ke kantor bank. Program LKD dilaksanakan Bank Indonesia bekerjasama dengan perbankan agar masyarakat yang bermukim jauh dari kantor bank (unbanked) tetap dapat menikmati layanan keuangan tanpa harus mendatangi kantor bank yang menyita waktu, tenaga dan biaya. Layanan Keuangan Digital dapat dilakukan oleh Agen LKD Individu dan Bank dengan Agen LKD Berbadan Hukum. Khusus untuk implementasi LKD menggunakan agen LKD individu, saat ini hanya diperuntukkan bagi bank BUKU 4. Saat ini 2 (dua) bank di Sumatera Utara yang memperoleh izin untuk melaksanakan LKD antara lain Bank Rakyat Indonesia dan Bank Mandiri. Kedua bank tersebut telah memiliki izin dari Bank Indonesia sejak tahun Jumlah agen LKD di Sumatera Utara terus mengalami kenaikan. Sampai dengan September 2017, agen LKD Sumatera Utara mencapai angka agen meningkat sebesar 48,55% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan jumlah agen ini diiringi pertumbuhan positif jumlah pemegang uang elektronik (U-Nik) yang telah mencapai pemegang, tumbuh 9,5% (qtq). Sementara itu, jumlah U-Nik tercatat sebanyak pada September 2016 dengan nominal mencapai Rp 2,3 miliar (Grafik 5.4). PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 68

89 jumlah terendah dimiliki oleh Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Nias sebanyak 1 pemegang U-Nik. Hingga triwulan III 2017 terdapat 18 kabupaten/kota di wilayah Sumatera Utara yang tidak memiliki pemegang U-Nik. Grafik 5.4 Jumlah Agen LKD dan Pemegang Uang Elektronik di Sumatera Utara Daerah dengan agen terbanyak berada di Medan sebanyak agen, sementara daerah dengan agen terendah berada di Kabupaten Nias Utara sebanyak 1 agen. Kabupaten Karo yang memiliki jumlah pemegang U-Nik dan jumlah U-Nik terbesar mencapai pemegang. Sedangkan Transaksi LKD terdiri atas pengisian ulang (top up), tarik tunai, pembayaran atas tagihan rutin/berkala, fasilitator registrasi pemegang, transfer person to person serta transfer person to account. Berdasarkan frekuensi dan nominal, transaksi yang paling banyak dilakukan oleh pemegang U-Nik adalah top up sebanyak pada triwulan III 2016 (naik 49,08% qtq) dengan nominal mencapai Rp106,17 juta (turun 31,56%, qtq). BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 69

90 ULOS SADUM TARUTUNG Kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara membaik seiring dengan perbaikan ekonomi pada periode laporan. Perbaikan tersebut tercermin dari peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) periode Agustus sebesar 6.0% (yoy) dan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka. Perbaikan kondisi ketenagakerjaan tersebut belum diikuti oleh membaiknya tingkat kesejahteraan khususnya petani yang tercermin dari penurunan NTP Sumatera Utara. Sementara itu, NTP subsektor perikanan yang masih berada di atas 100 yang menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan yang cukup baik. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 70

91 6.1 Ketenagakerjaan Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Utara membaik seiring dengan perbaikan perekonomian Sumut di triwulan III. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk bekerja, menurunnya tingkat pengangguran terbuka, dan meningkatnya penduduk yang bekerja diatas jam kerja normal. Pada Agustus 2017 jumlah angkatan kerja meningkat 6.0% atau bertambah 375 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perbaikan tersebut juga diikuti dengan menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka dari sebelumnya 5,8% menjadi 5,6% (grafik 6.1) serta meningkatnya penduduk yang bekerja diatas jam kerja normal (full time worker), mencapai 69,92% lebih besar dibandingkan Agustus 2016 sebesar 68,76%. Sesuai dengan karakteristik daerah, sektor pertanian masih menjadi sektor yang paling dominan dalam penyerapan tenaga kerja (37,75%), meski dalam porsi yang terus menurun selama 4 tahun terakhir. Diikuti dengan sektor perdagangan (22,2%) dan Jasa Kemasyarakatan (17,3%). Berbeda dengan sektor pertanian, proporsi tenaga kerja di serapan tenaga kerja sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan serta sektor industri justru secara konsisten menunjukkan peningkatan sejak tahun Hal ini mengindikasikan semakin menggeliatnya sektor sekunder dan tersier yang memberi dampak terhadap perluasan kesempatan kerja pada sektor tersebut Partisipasi Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Sumatera Utara Agustus 2017 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, bahkan lebih tinggi dari rata-rata TPAK selama 4 tahun terakhir, yaitu sebesar 68,8%. Peningkatan tersebut disinyalir akibat adanya perubahan preferensi penduduk usia kerja dari sebelumnya mengurus rumah tangga menjadi bekerja. Selain perubahan preferensi, bertambahnya penduduk yang bekerja juga mengindikasikan kesempatan kerja yang mulai meningkat.. Sumber : BPS Grafik 6.2 Proporsi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Sumber : BPS, diolah Grafik 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumut Sektoral Triwulan III Sumber : BPS Grafik 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan TPT Secara spasial serapan tenaga kerja sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan & perikanan paling banyak berada di daerah Kepulauan Nias, Humbang Hasundutan, Pakpak Barat, Dairi, dan Karo. Sementara serapan tenaga kerja di sektor industri paling banyak di Medan, Tebing Tinggi, Binjai, Batubara, Asahan, Serdang Bedagai dan Pematang Siantar. Sesuai KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 71

92 karakteristik wilayahnya, tenaga kerja di sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi paling banyak terserap di wilayah Sibolga, Pematang Siantar, Tebing Tinggi dan Medan. Sumber : BPS (diolah) Tabel Kabupaten/Kota dengan Proporsi Serapan Tenaga Kerja Terbesar Periode Agustus 2017 Peran sektor informal 14 masih mendominasi dalam struktur ketenagakerjaan Sumut. Proporsi tenaga kerja informal di Sumut mencapai 58% atau sebanyak 3,6 juta orang terdiri dari tenaga kerja yang berusaha sendiri (34,2%), berusaha dibantu buruh tidak tetap (26,1%), pekerja bebas (14,4%) dan pekerja keluarga (25,3%). Banyaknya tenaga kerja di sektor informal Banyaknya serapan tenaga kerja pada sektor informal diperkirakan karena dampak dari rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja di Sumut. Selain itu, sektor informal juga menyediakan lapangan kerja yang lebih banyak dan relatif tidak memerlukan keterampilan yang tinggi (non skill) sehingga mudah diakses oleh seluruh kalangan masyarakat. Namun demikian dalam satu tahun terakhir ( ), proporsi tenaga kerja di sektor formal menunjukkan peningkatan, tumbuh lebih tinggi dibandingkan sektor informal. Jumlah tenaga kerja formal di Sumut pada periode Agustus mencapai 2,6 juta orang, bertambah 216 ribu orang. Pekerja formal terdiri dari tenaga kerja berusaha dibantu buruh tetap (8,3%) dan buruh/karyawan/pegawai(91,7%). Meningkatnya jumlah tenaga kerja di sektor formal secara absolut disebabkan oleh kenaikan pada komponen buruh/karyawan/pegawai sebanyak 278 ribu orang atau meningkat 12,8% (yoy). Adanya pergeseran serapan tenaga kerja dari sektor informal ke sektor formal terindikasi sejalan dengan berkurangnya serapan tenaga kerja di sektor pertanian yang beralih ke sektor perdagangan, sektor industri dan sektor jasa. LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA Aug-15 Aug-16 Aug-17 Sumber : BPS (diolah) Tabel 6.2 Lapangan Pekerjaan Utama % Sektor Formal 2,475 2,398 2, % Berusaha dibantu buruh tetap % Buruh/Karyawan/Pegawai 2,310 2, % Sektor Informal 3,697 3,593 3, % Berusaha sendiri 1, % Berusaha dibantu buruh tidak tetap % Pekerja bebas % Pekerja keluarga 1,057 1, % JUMLAH 6,172 5,991 6, % Proporsi Formal 40.1% 40.0% 42.0% - Proporsi Informal 59.9% 60.0% 58.0% - Sumber : BPS, diolah Grafik 6.3 Proporsi Tenaga Kerja Berrdasarkan Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikannya, tenaga kerja di Sumut masih didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan rendah (SMP kebawah) dengan porsi 51%, meski dengan porsi yang relatif menurun. Rendahnya pendidikan penduduk usia kerja tersebut menyebabkan serapan tenaga 72 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

93 kerja masih terkonsentrasi pada lapangan kerja unskilled seperti sektor pertanian dan sektor informal. Namun demikian, proporsi tenaga kerja jenjang diploma dan universitas yang mengalami kenaikan pada satu tahun terakhir diharapkan dapat menjadi faktor pendorong perbaikan ekonomi Sumut ke depan. Secara rinci, jumlah tenaga kerja yang berpendidikan SMP kebawah tercatat sebanyak 3,2 juta orang (51%), SMA sebanyak 1,5 juta orang (24,8%), SMK sebanyak 790 ribu orang (11,8%), dan Diploma-Universitas sebanyak 791 ribu orang (12,4%) Pengangguran Seiring dengan membaiknya perekonomian pada triwulan III, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sumatera Utara periode Agustus 2017 menurun. Meski jumlah pengangguran di Sumatera Utara secara absolut bertambah 5000 orang dari semula 372 ribu orang pada Agustus 2016 menjadi 377 ribu orang pada Agustus 2017, namun Tingkat Pengangguran Terbuka Sumatera Utara sedikit menurun dari 5,8% menjadi 5,6%. Membaiknya TPT di Sumut didorong oleh penambahan ketersediaan lapangan kerja, seperti berkembangnya perdagangan ritel mini market, terutama di kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Kota Binjai. Di sisi lain, pembangunan beberapa ruas jalan tol yang ditargetkan selesai pada 2017, seperti Jalan Tol Medan Binjai Medan Deli Serdang - Serdang Bedagai - Tebing Tinggi, mendorong serapan buruh/tenaga kerja di sektor konstruksi dan jasa yang cukup agresif. Sumber : BPS, diolah Grafik 6.4 TPT Sumut dan Nasional Periode Agustus Secara spasial, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang relatif tinggi justru terjadi di wilayah kabupaten/kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi relatif baik di Sumatera Utara. Kota Tebing Tinggi, Medan, Sibolga dan Pematang Siantar memiliki rasio TPT tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Sumatera Utara. Tingginya tingkat pengangguran didaerah tersebut disinyalir karena pertumbuhan ekonomi yang belum optimal dalam mendorong kesempatan kerja. Dalam hal ini umumnya tenaga kerja di kota besar dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan lapangan pekerjaan. Sehingga ketidaksesuaian antara ketersediaan tenaga kerja dan lapangan kerja mendorong rasio pengangguran yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terkait Kesempatan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan, yang menghasilkan bahwa tingkat kesempatan kerja kota Medan bersifat inelastis terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan sebesar 1% hanya membuka kesempatan kerja 0,207% KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

94 Sumut Grafik 6.5 TPT Menurut Kabupaten/Kota Agustus 2017 Sejalan dengan penurunan TPT, ekspektasi penghasilan meningkat. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan saat ini yang memandang optimis, meski tidak sebaik periode sebelumnya. Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara, indeks penghasilan saat ini tercatat optimis meski dalam level yang menurun, dari 119 menjadi menjadi 116,2 Penurunan optimisme tersebut diperkirakan karena adanya kenaikan harga bahan makanan seperti cabai merah, bawang merah dan ikanikanan, yang menjadi komoditas utama mayoritas masyarakat di Sumatera Utara. Pada periode mendatang, responden memandang optimis adanya peningkatan penghasilan, yang tercermin dari peningkatan indeks ekspektasi penghasilan. Hal ini mengindikasikan adanya optimisme perbaikan ekonomi yang berdampak pada peningkatan ketersediaan lapangan kerja. Menurunnya TPT juga sejalan dengan indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini yang tercata meningkat pada periode laporan. Indeks Ketersediaan lapangan Kerja Saat Ini menunjukkan tren peningkatan dari 97,3 menjadi 104,9 sejalan dengan perbaikan ekonomi pada triwulan laporan. Ke depan, optimisme akan ketersediaan lapangan pekerjaan diperkirakan tetap dalam tren yang meningkat. Meski demikian, responden memandang akan adanya penurunan ketersediaan lapangan pekerjaan pada periode Oktober yang kemudian diperkirakan membaik hingga akhir tahun. Penurunan optimisme pada bulan oktober diperkirakan karena (1) Mulai menurunnya harga komoditas CPO, (2) Masih belum optimalnya penyerapan CPO domestik terkait mandatori biodiesel; dan (3) Perbaikan perekonomian belum kuat. Sumber : Survei Konsumen KPw BI Sumut Grafik 6.7 Indeks Kondisi dan Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja Sejalan dengan indeks ekspektasi penghasilan dan ketersediaan tenaga yang meningkat, Indeks Ekspektasi Ekspektasi Konsumen (IEK), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), maupun Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) juga menunjukan tren yang meningkat. Peningkatan optimisme konsumen yang telah terjadi sejak triwulan II 2016 mengindikasikan ekspektasi perbaikan ekonomi Sumatera Utara. Grafik 6.6 Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 74

95 Grafik 6.8 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen serta Kondisi Ekonomi 6.2 Kesejahteraan Kesejahteraan Petani Tingkat kesejahteraan petani pada triwulan III menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumatera Utara. NTP Sumatera Utara menurun 0,69 persen dari triwulan sebelumnya, yaitu dari 99,5 menjadi 98,9. Penurunan tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima (It) 16 lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar (Ib). Indeks diterima tercatat (It) naik 1,2% sementara indeks yang dibayar (Ib) naik 2,1%. Sumber: BPS Sumatera Utara Grafik 6.9 NTP Sumatera Utara Indeks harga yang diterima (It) petani menggambarkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan oleh petani. Nilai It petani di Sumatera Utara pada triwulan ini sebesar 128,66, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 127,46, atau meningkat 2,1%. Kenaikan Indeks harga yang diterima diperkirakan didukung oleh kenaikan harga Harga Gabah Kering Giling (GKG) baik di level petani maupun penggilingan. Selain itu masih baiknya komoditas utama mendorong kenaikan It pada periode laporan. Sementara itu, Indeks Harga yang dibayar (It) petani menggambarkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada triwulan III 2017, Ib petani meningkat menjadi 130,15 dari triwulan sebelumnya 128,05, atau meningkat 2,1%. Kenaikan tersebut salah satunya didorong oleh tingginya inflasi pedesaan Sumatera Utara seiring dengan peningkatan harga hampir di seluruh kelompok yaitu bahan makanan, makanan jadi, sandang, kesehatan dan transportasi. Secara spasial, inflasi pedesaan Sumatera Utara tercatat paling tinggi dibandingkan 9 provinsi lainnya di Sumatera. Dengan demikian, kanaikan Ib yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan It, mendorong nilai NTP Sumatera Utara lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Berdasarkan sektor ekonomi, rendahnya NTP Sumatera Utara disebabkan rendahnya NTP beberapa sektor, diantaranya subsektor Tanaman Pangan (NTPP), NTP subsektor Hortikultura (NTPH), NTP subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR), dan NTP Pembudidaya Ikan (NTPi) yang tercatat dibawah 100. Penurunan NTP pada periode laporan disebabkan oleh turunnya NTP pada subsektor Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 2,2%, 75 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

96 subsektor Hortikultura (NTPH) sebesar 1,9%, subsektor Perikanan (NTPN) sebesar 0,6%. Hal ini sejalan dengan belum optimalnya kinerja subsektor tanaman pangan dan hortikultura pada periode berjalan. Penurunan Harga Gabah Kering Panen (GKP) menjadi salah satu penyebab menurunnya NTP, ditengah kenaikan beberapa harga bahan makanan dan faktor input produksi. Sementara itu, NTP subsektor perkebunan (NTPR) dan peternakan (NTPT) tercatat meningkat seiring dengan masih baiknya harga komoditas, sehingga dapat menahan penurunan NTP yang lebih dalam. Tabel 6.3 NTP Subsektor Provinsi Sumatera Utara NTP Subsektor Perubahan % I II III IV I II III Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP) Hortikultura (NTPH) Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Peternakan (NTPT) Perikanan (NTNP) Sumber : BPS Sumatera Utara Secara spasial, NTP beberapa provinsi di kawasan Pulau Sumatera tercatat menurun dibandingkan triwulan II 2017, kecuali Sumatera Selatan. Penurunan terbesar terjadi di provinsi Riau dan Sumatera Utara masing-masing sebesar -0,9% dan -0,7%. Sementara itu, Provinsi di Pulau Sumatera dengan NTP di atas 100 adalah Provinsi Riau (101,7) dan Lampung (106). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani di Sumatera masih relatif rendah. Sementara itu, secara Nasional NTP berada di atas angka 100 yaitu 102,2 dan kecenderungan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya Kesejahteraan Nelayan Nilai tukar nelayan perikanan (NTNP) merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur indeks kesejahteraan nelayan. Pada triwulan III 2017 tercatat indeks NTNP Sumatera Utara sebesar 102,7 atau menurun sebesar -0,6 dibandingkan dengan posisi triwulan II Penurunan tersebut didorong oleh kenaikan indeks harga yang dibayar (1,6) lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks yang diterima (0,8). Penurunan NTNP juga didukung oleh penurunan pada Nilai Tukar kelompok Penangkapan Ikan (NTNPi) sebesar -0,9 dari 98,5 pada triwulan II 2017 menjadi 97,7 pada triwulan laporan. Di sisi lain, indeks Nilai Tukar Nelayan kelompok Perikanan Tangkap (NTN) juga mencatatkan penurunan sebesar -0,4, yaitu dari 108,2 menjadi 107,8. Mayoritas peningkatan indeks harga yang dibayar disebabkan oleh peningkatan indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) seiring dengan tingginya inflasi pedesaan Provinsi Sumatera Utara, bahkan tertinggi secara nasional, tercatat inflasi 0,51. Tabel 6.4 Nilai Tukar Nelayan Perikanan Berdasarkan Kelompok Sumber: BPS Sumatera Utara Sumber: BPS Grafik 6.10 NTP Sumatera Utara KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 76

97 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 77

98 BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ULOS SIBOLANG Pada tahun 2017 perekonomian Sumatera Utara diperkirakan melambat dibandingkan tahun Melambatnya perekonomian Sumatera Utara ini disebabkan oleh rendahnya realisasi PDRB di triwulan I 2017 akibat belum optimalnya kinerja sektor pertanian. Namun demikian, permintaan domestik diperkirakan masih cukup kuat ditopang oleh kinerja investasi pembangunan proyek infrastruktur strategis serta terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan rendahnya risiko tekanan inflasi. Memasuki tahun 2018, perekonomian Sumatera Utara diperkirakan akan mengalami perbaikan dan berada pada kisaran 5,0%-5,4%. Peningkatan pertumbuhan ini akan didorong oleh konsumsi pemerintah dan LNPRT seiring dengan pelaksaan PILKADA serentak Dari sisi Inflasi, secara keseluruhan tahun, inflasi Sumatera Utara di tahun 2017 diperkirakan masih berada pada kisaran sasaran inflasi nasional yaitu 4±1%. Penurunan tekanan inflasi terutama didorong oleh penurunan tekanan inflasi volatile food seiring membaiknya pasokan pangan terutama di awal tahun Kondisi tersebut didukung oleh rendahnya tekanan inflasi ini sejalan dengan terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar. Sementara itu, inflasi kelompok administerd prices mengalami peningkatan yang didorong oleh kenaikan biaya pengurusan STNK dan kenaikan tarif listrik. Optimisme tingkat inflasi yang rendah dan stabil diperkirakan akan berlanjut di tahun Inflasi tahun 2018 diperkirakan masih berada dalam sasaran inflasi nasional 3,5±1%. Pencapaian ini diperkirakan didukung oleh rendahnya tekanan inflasi inti dan inflasi administered prices. Pemerintah diperkirakan tidak akan mengambil kebijakan administered prices yang bersifat strategis. Sementara itu, inflasi volatile food diperkirakan akan meningkat terkait dengan terbatasnya produksi. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 78

99 7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Sumatera Utara di keseluruhan 2017 diperkirakan melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu berada dalam rentang 4,8-5,2% (yoy). Melambatnya perekonomian Sumatera Utara ini disebabkan oleh rendahnya realisasi PDRB di triwulan I 2017 akibat belum optimalnya kinerja sektor pertanian. Namun demikian, permintaan domestik diperkirakan masih cukup kuat ditopang oleh kinerja investasi pembangunan proyek infrastruktur strategis serta terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan rendahnya risiko tekanan inflasi. Konsumsi rumah tangga di tahun 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan daya beli masyarakat ini ditopang oleh relatif lebih tingginya harga komoditas di 2017 dibandingkan tahun sebelumnya yang mendorong perbaikan penerimaan ekspor. Selain itu, perbaikan kinerja sektor utama seperti industri pengolahan dan konstruksi juga menopang tingkat penerimaan masyarakat dari sisi sektoral. Optimisme konsumen juga diperkirakan akan meningkat di sisa tahun 2017 seiring dengan perayaan Natal dan tahun baru. Dari sisi pemerintah, konsumsi pemerintah juga diperkirakan akan meningkat dari tahun sebelumnya seiring dengan optimalisasi belanja pemerintah khususnya penyelesaian pembangunan infrastruktur strategis. Selain itu, proses transfer DAU/DAK dari Pemerintah Pusat yang tidak menghadapi kendala juga diperkirakan akan meningkatkan realisasi belanja di sisa akhir tahun Seiring dengan peningkatan belanja pemerintah, kinerja investasi di tahun 2017 juga diperkirakan akan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan investasi terutama akan didorong oleh investasi bangunan seiring dengan gencarnya realisasi proyek infrastruktur strategis nasional seperti pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera dan Pelabuhan Kuala Tanjung. Sementara itu, di sisi swasta, investasi non-bangunan juga diperkirakan akan meningkat. Realisasi proyek infrastruktur yang tepat waktu dan membaiknya kinerja sektor eksternal telah menciptakan persepsi positif akan iklim investasi di Sumatera Utara. Hal tersebut juga diakomodasi oleh reformasi birokrasi yang terus diupayakan oleh pemerintah. Pembiayaan yang memadai juga menunjang realisasi investasi pada periode mendatang. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor di tahun 2017 diperkirakan membaik seiring dengan perbaikan harga komoditas perkebunan yang mencapai kinerja tertingginya di awal tahun 2017 yang disertai dengan mulai menggeliatnya industri manufaktur negara tujuan ekspor utama Sumatera Utara. Memasuki tahun 2018, perekonomian pada triwulan I 2018 diperkirakan masih cukup baik di kisaran 4,8-5,2% (yoy). Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kuatnya permintaan domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal relatif terbatas. Relaksasi perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I 2017 diperkirakan masih terjadi sesuai PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 79

100 dengan historisnya. Puncak periode panen CPO yang terjadi pada triwulan IV disertai dengan harga komoditas perkebunan yang diperkirakan akan kembali menurun memasuki awal tahun 2018 akan menekan kinerja perekonomian Sumatera Utara. Dari sisi konsumsi, daya beli masyarakat diperkirakan masih solid dan cenderung akan meningkat seiring dengan mulai meningkatnya konsumsi LNPRT karena persiapan pilkada pada triwulan ke II Selain itu kenaikan UMP di 2018 juga mendorong tingkat optimisme konsumsi masyarakat. Hal tersebut ditandai dengan hasil survei konsumen Bank Indonesia yang menunjukan bahwa konsumen masih tetap optimis dalam memandang kondisi ekonomi, penghasilan, dan lapangan pekerjaan di awal tahun investasi pemerintah pada periode mendatang. Kendati demikian, realisasi belanja infrastruktur strategis yang terus dilakukan seiring dengan komitmen pemerintah untuk terus menyempurnakan kualitas infrastruktur yang ada diperkirakan mampu menahan penurunan kinerja investasi lebih lanjut. Ekspektasi peningkatan investasi dari sisi swasta juga masih cukup kuat, tercermin dari beberapa kontak liaison yang menyatakan rencananya untuk merealisasikan investasi berupa barang modal pada periode mendatang, antara lain upaya peningkatan luas lahan serta pengadaan mesin. Optimisme tersebut dibarengi perbaikan harga yang tidak seoptimis perkiraan. Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan Komoditas Harga Tw IV 2017 (%, yoy, proyeksi) Harga Tw I 2018 (%, yoy, proyeksi) Kelapa Sawit -11,6-12,9 Karet -10,8-31,6 Kopi -12,7-4,4 Sumber: IMF Edisi Agustus 2017, diolah Grafik 7.1 Survei Konsumen Sejalan dengan polanya, kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan menurun. Pada awal tahun, seiring dengan realisasi anggaran pemerintah yang belum optimal, maka konsumsi pemerintah juga relatif terhambat. Meskipun demikian, monitoring realisasi anggaran yang terus dilaksanakan secara intensif diperkirakan dapat menjaga realisasi konsumsi pemerintah. Belum optimalnya realisasi belanja pemerintah juga turut menekan kinerja investasi pemerintah. Proses pengadaan yang pada umumnya tidak terjadi di awal tahun menyebabkan tidak optimalnya capaian Selesainya periode puncak panen yang terjadi pada triwulan IV lalu menyebabkan kinerja ekspor diperkirakan tertahan. Hal ini juga didorong oleh prakiraan akan kembali menurunnya harga komoditas perkebunan unggulan Sumatera Utara seiring dengan akan kembali membaiknya pasokan di pasar global. Perbaikan pasokan CPO di pasar global terjadi seiring dengan normalisasi produksi CPO dunia pasca gangguan produksi tahun yang memukul produksi negara eksportir utama. Kondisi cuaca di awal tahun yang cenderung basah juga memengaruhi kualitas produksi karet dan kopi yang merupakan komoditas unggulan Sumatera Utara. Meski dari sisi harga diperkirakan akan kembali menurun, namun pada dasarnya permintaan akan komoditas unggulan Sumatera Utara masih cukup tinggi. Perayaan Imlek yang terjadi PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 80

101 serentak di seluruh dunia akan meningkatkan kebutuhan CPO sebagai bahan baku maupun komplemen dari produk makanan, baik dari sisi domestik maupun internasional. Grafik 7.2 Purchasing Manager Index Momentum mulai membaiknya aktivitas industri manufaktur negara mitra dagang utama khususnya AS dan Tiongkok juga diperkirakan memberikan dampak yang baik bagi perekonomian. Perkembangan Purchasing Manager Index pada triwulan IV menunjukkan pergerakan yang cukup menggembirakan. Dari sisi penawaran, perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan didukung oleh kinerja kategori pertanian dan industri pengolahan yang masih baik. Sementara itu, kinerja kategori konstruksi dan perdagangan diperkirakan melambat. Masuknya periode puncak panen raya tanaman pangan dan hortikultura ditengah selesainya periode puncak panen kelapa sawit mendorong kinerja kategori pertanian. Ekspektasi akan meningkatnya permintaan, terutama dari sisi domestik meningkatkan kinerja kategori industri pengolahan. Meningkatnya kapabilitas industri pendukung seperti listrik dan gas mampu menunjang aktivitas industri. Peningkatan aktivitas industri juga dilakukan untuk meningkatkan stok dalam rangka menyambut Ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan II Belum optimalnya realisasi belanja infrastruktur pemerintah juga turut menekan kinerja kategori konstruksi. Proses pengadaan proyek infrastruktur yang biasanya membutuhkan waktu menyebabkan realisasi investasi bangunan sulit untuk dilaksanakan. Meskipun demikian, masih berlanjutnya proyek infrastruktur strategis diharapkan mampu menahan semakin dalamnya penurunan kinerja konstruksi. Sementara itu, selesainya puncak aktivitas konsumsi seiring dengan perayaan Natal dan tahun baru juga turut menekan kinerja kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Meskipun demikian, nilai tukar yang diperkirakan masih dapat menguat diharapkan mampu menahan penurunan kinerja PBE lebih lanjut. Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2018 diperkirakan akan meningkat dibandingkan 2017 dan berada pada kisaran 5,0%-5,4%. Peningkatan pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi pemerintah dan LNPRT seiring dengan pelaksaan PILKADA Di tahun politik, belanja pemerintah khususnya investasi dan belanja bansos diperkirakan akan meningkat. Secara historis, pelaksanaan pilkada akan meningkatkan PDRB sebesar ppt (percentage point). Namun demikian, sektor eksternal khususnya ekspor ke luar negeri diperkirakan akan melambat seiring penurunan harga CPO dan karet, sedangkan perdagangan antarpulau diperkirakan membaik seiring dengan perbaikan kinerja sektor pertanian khususnya tanaman pangan dan holtikultura. Perekonomian Sumatera Utara masih dibayangi beberapa risiko yang harus diwaspadai. Rasio belanja modal yang terus menurun dan realisasinya yang juga rendah dapat menahan perbaikan kinerja investasi pemerintah, begitu PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 81

102 pula pemanfaatan dana desa yang belum maksimal. Peningkatan investasi swasta pun masih dibayangi oleh iklim investasi yang masih gloomy. Selain itu, perbaikan kinerja eksternal dapat terpuruk terkait risiko penurunan permintaan CPO dari India dan Eropa serta peningkatan harga komoditas yang tidak sustainable. Namun, terdapat beberapa hal yang diharapkan dapat menahan perlambatan perekonomian Sumatera Utara. Anggaran belanja dalam APBD Sumatera Utara secara akumulasi di 2018 meningkat 30% serta adanya penyelenggaran PILKADA 2018 diharapkan mampu meningkatkan kinerja permintaan domestik. Selain itu, membaiknya kondisi perekonomian di negara tujuan ekspor yaitu AS dan Tiongkok masih memberikan harapan bagi kinerja sektor eksternal Sumatera Utara. Kesempatan untuk diversifikasi tujuan ekspor pun masih terbuka lebar. 7.2 Prospek Inflasi Secara keseluruhan 2017, inflasi Sumatera Utara diperkirakan masih berada pada sasaran nasional yaitu 4±1%. Penurunan tekanan inflasi terutama didorong oleh penurunan tekanan inflasi volatile food. Rendahnya tekanan inflasi volatile food didukung oleh membaiknya pasokan pangan sehingga terjadi penurunan harga pangan secara tajam dibandingkan dengan tahun Pada tahun 2017, inflasi volatile food mengalami penurunan. Penurunan inflasi ini merupakan hasil koordinasi dan upaya seluruh pihak dalam menjaga pasokan pangan. Menjelang lebaran, Tim Pengendalian Inflasi Daerah melakukan operasi pasar di 140 titik di Medan. Selain itu, BULOG juga memastikan ketersediaan beras sepanjang bulan Ramadhan. Selain itu, TPID juga langsung melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam mengendalikan tekanan inflasi volatile food yang sempat naik di triwulan III Terkendalinya pasokan pangan diperkirakan akan terus berlangsung hingga akhir Sumber: BULOG, diolah Grafik 7.3 Stok Beras BULOG Inflasi administered prices pada tahun 2017 masih terkendali. Penyesuaian harga komoditas seperti biaya perpanjangan STNK, tarif PDAM, dan tarif listrik yang terjadi di semester I 2017 meningkatkan tekanan inflasi administered prices. Namun, peningkatan tekanan inflasi ini masih dalam perkiraan. Peningkatan tekanan inflasi akan berlangsung hingga akhir tahun dimana diperkirakan akan ada penyesuaian tarif transportasi menjelang natal dan tahun baru. Namun, peningkatan tekanan inflasi administered prices masih dalam perkiraan. Sumber: CEIC, diolah Grafik 7.4 Nilai Tukar Rupiah Terdahap Dollar Amerika Serikat Inflasi inti pada tahun 2017 diperkirakan akan rendah. Pencapaian ini didukung oleh nilai tukar PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 82

103 yang stabil dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Pencapaian ini didukung oleh nilai tukar yang stabil dan ekspektasi inflasi yang terjaga di sepanjang tahun. Kenaikan permintaan menjelang natal dan tahun baru masih dapat terkendali. Sumber: IMF Grafik 7.7 Proyeksi harga komoditas Sumber: Survei Konsumen, diolah Grafik 7.5 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen Memasuki triwulan I 2018, laju inflasi diperkirakan akan meningkat seiring dengan peningkatan inflasi volatile food. Meningkatnya tekanan inflasi volatile food pada triwulan I 2018 diperikakan disebabkan oleh terbatasnya pasokan pangan dimana masa panen baru selesai di akhir Di sisi lain, tekanan inflasi administered prices mengalami penurunan. Setelah adanya penyesuaian tarif transportasi pada masa liburan akhir tahun, diperkirakan tidak ada penyesuaian kenaikan harga pada triwulan I Hal ini berkaitan dengan akan diadakannya pemilihan umum. Sementara itu, tekanan inflasi inti triwulan I 2018 cenderung menurun seiring dengan kestabilan nilai tukar dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Sumber: IMF Grafik 7.6 Proyeksi harga minyak dunia Secara keseluruhan, inflasi tahun 2018 diperkirakan masih berada dalam sasaran nasional 3,5±1%. Namun, terdapat beberapa risiko yang masih harus diwaspadai. Dari sisi administered prices, terdapat risiko kenaikan harga bbm non subsidi akibat tren harga minyak dunia yang cenderung meningkat. Dari sisi inflasi inti, terdapat risiko passthrough kenaikan harga komoditas, khususnya terhadap bahan pangan. Selain itu, terdapat risiko memburuk ekspektasi inflasi apabila pilkada berjalan kurang lancar. Dari sisi volatile food, terganggunya pasokan pangan menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan oleh keengganan petani menanam tanaman pangan seiring dengan rendahnya harga pangan di tahun Rekomendasi kepada Pemerintah Daerah Pertumbuhan Ekonomi Indikasi perbaikan perekonomian yang terus berlanjut masih dibayangi oleh beberapa faktor risiko terutama dari sisi eksternal yang belum menunjukkan perbaikan secara fundamental. Dengan demikian, diperlukan penguatan perekonomian dari sisi domestik yang dapat didorong oleh Pemerintah Daerah. Beberapa langkah dan rekomendasi di antaranya adalah: PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 83

104 1. Mendorong optimalisasi realisasi APBD dan APBN Provinsi dan seluruh Kabupatan/Kota di Sumatera Utara khususnya untuk belanja modal terkait dengan percepatan penyelesaian proyek-proyek infrastruktur strategis. 2. Mendorong berbagai kegiatan MICE dalam rangka penguatan permintaan domestik melalui aktivitas konsumsi seperti event pariwisata melalui media pemasaran yang massive dan terpusat serta penciptaan budaya masyarakat pariwisata. 3. Menciptakan persepsi positif terhadap iklim investasi di Sumatera Utara kepada investor dan masyarakat luas melalui publikasi perkembangan kemajuan pembangunan infrastruktur melalui media komunikasi yang lebih luas dan terpusat dengan kredibilitas informasi yang lebih tinggi (Regional Investor Relation Unit/RIRU). 4. Mempercepat penyediaan infrastruktur pendukung yang memadai seperti listrik dan gas sehingga proses industrialisasi dan daya tarik investasi di Sumatera Utara dapat meningkat. 5. Melakukan penyempurnaan infrastruktur perhubungan untuk mendukung aktivitas perekonomian ke depan. 2. Melakukan kerjasama antardaerah dalam memenuhi kebutuhan pangan ketika pasokan dalam daerah berkurang. 3. Pengawasan secara intensif perkembangan komoditas yang memiliki andil besar terhadap inflasi di setiap tingkat distribusi pangan. Pengawasan produksi di tingkat petani dapat menjaga harga komoditas lebih terkendali. Selain itu, Pemerintah Daerah dapat mengawasi harga dan distribusi pangan sehingga pendistribusian lebih merata dan dengan harga yang wajar. 4. Mempercepat realisasi pembentukan BUMD Pangan. Pembentukan BUMD Pangan ini menjadi penting sehingga pasokan pangan di Provinsi Sumatera Utara selalu terkendali. 5. Memperkuat database komoditas pangan. Database dapat mencakup hal terkait produksi dan harga komoditas pangan. Database tersebut kemudian disampaikan kepada kepada seluruh pihak terkait untuk mempermudah pengendalian inflasi. Pengendalian Inflasi Melihat pola inflasi Sumatera Utara, komoditas pangan merupakan salah satu komoditas yang memiliki kontribusi besar dalam fluktuasi inflasi. Untuk mencapai mecapai inflasi yang rendah dan stabil, Pemerintah Daerah perlu bekerja sama dengan stakeholder terkait dalam pengendalian komoditas pangan, dengan cara: 1. Mengatur pola tanam komoditas pangan sehingga pasokan tetap terjaga di sepanjang tahun. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 84

105 Prospek 2018: Dampak Pilkada Serentak Terhadap Ekonomi Sumatera Utara Suplemen 3 Tahun 2018 dapat dikatakan sebagai pesta demokrasi yang akan dirayakan oleh masyarakat Sumatera Utara. Bagaimana tidak, di tahun depan akan dilaksanakan 9 Pilkada serentak di Sumatera Utara. Pemilihan tersebut terdiri dari Pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara dan 8 Pemilihan Bupati/Walikota yakni Kab. Deli Serdang, Kab. Langkat, Kab. Batubara, Kab. Padang Lawas, Kab. Padang Lawas Utara, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Dairi dan Kota Padang Sidimpuan. Pilkada adalah sebuah perwujudan kebebasan berpendapat atau kebebasan dalam memilih pemimpin untuk daerahnya. Pada Pilkada-pilkada sebelumnya di berbagai daerah, dampak yang diberikan oleh Pilkada adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia khususnya daerah. Dalam pelaksanaannya Pilkada diyakini akan mendorong konsumsi masyarakat, seperti belanja untuk kampanye. Sektor perdagangan, jasa, komunikasi, dan transportasi juga akan tumbuh positif seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat saat kampanye Kepala Daerah. Pada sektor itu pula penyaluran kredit perbankan akan tinggi pada sektor-sektor tersebut. Berbagai penelitian sebelumnya juga menemukan dampak demokrasi terhadap pertumbuhan ekonomi (Barro, 1996; Tavares dan Wacziarg, 2001; Acemoglu et al., 2008). Studi yang dilakukan Barro (1996) menemukan bahwa demokrasi pada level menengah mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Grafik 1. Dampak Pelaksanaan Pilkada Grafik 2. Pertumbuhan PDRB Permintaan PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 85

106 Grafik 3. Andil Permintaan Domestik & Eksternal Grafik 4. Andil Permintaan Domestik Peristiwa politik besar tersebut tentu akan sangat mempengaruhi prospek ekonomi Sumatera Utara di tahun Di tengah harga komoditas yang diperkirakan akan kembali menurun di tahun depan, Sumatera Utara membutuhkan stimulus untuk kembali mendongkrak kinerja perekonomiannya. Pelaksanaan hajatan politik dengan dana yang besar dapat menjadi kegiatan yang memberikan dampak countercyclical untuk menstimulus perekonomian. Seberapa besar dampak pengungkit Pilkada terhadap perekonomian Sumatera Utara sangat bergantung pada seberapa besar uang yang beredar dalam perekonomian sebagai akibat dari kegiatan Pilkada tersebut. Perkiraan dampak tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pengalaman Pilkada Sumatera Utara Hasil perhitungan margin antara ouput potensial 17 dengan realisasi PDRB ditemukan bahwa pelaksanaan pilkada memberikan dampak sebesar 0,3 ppt 0,5 ppt terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Efek Pilkada tersebut diperkirakan akan mulai dirasakan pada triwulan II sampai dengan triwulan IV. Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut juga tentu diharapkan akan mendorong terciptanya lapangan pekerjaan. Kesempatan kerja tersebut diperkirakan akan tercipta di sektor-sektor yang berkaitkan langsung dengan pelaksaan Pilkada seperti industri tekstil dan pakaian jadi, sektor transportasi dan telekonomikasi, dan industri kertas dan percetakan. Walaupun kesempatan kerja yang tercipta sebagian besar bukan kesempatan kerja tetap, hal ini sudah cukup memberi manfaat yang besar dalam membantu mengurangi angka pengangguran. Namun demikian, pelaksanaan Pilkada serentak tersebut bukan tanpa risiko. Pelaksanaan Pilkada akan berdampak buruk terhadap perekonomian apabila tidak berlangsung dengan aman dan damai. Kondisi tersebut akan menghambat aktivitas ekonomi masyarakat dan menimbulkan sentimen negatif terhadap investor sehingga pada akhirnya akan menghambat kinerja perekonomian. Oleh karena itu marilah kita menjaga situasi dan suasana kondusif dalam pelaksanaan pesta demokrasi Sumatera Utara di tahun PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 86

107 LAMPIRAN INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam Triliun Rupiah) LAMPIRAN 87

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menjaga Momentum Perbaikan Ekonomi Melalui Perbaikan Iklim Investasi November 2017 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menciptakan Iklim Investasi Yang Kondusif Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat, Inklusif, dan Berkelanjutan Agustus 2017 VISI DAN

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menciptakan Iklim Investasi Yang Kondusif Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat, Inklusif, dan Berkelanjutan Mei 2017 VISI DAN MISI

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Mengoptimalkan Potensi Perekonomian Domestik Sumatera Utara Februari 2017 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV 2015 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA November 2016 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV 2015 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA MEI 2016 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA Agustus 2016 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 218 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Mei 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan Edisi Agustus 217 Buku Kajian Ekonomi dan Regional ini Diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Jl. Mulawarman No. 123, Kota Tarakan 77117 No. Telp: 551-38 7777. Fax:

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 1 Visi, Misi, dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI Agustus 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi NOVEMBER 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14,

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci