HASIL DAN PEMBAHASAN BAHAN DAN METODE. Eksplorasi dan Deskripsi Data. Bahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN BAHAN DAN METODE. Eksplorasi dan Deskripsi Data. Bahan"

Transkripsi

1 4 BAHAN DAN METODE Bahan Sumber data ang dgunakan pada peneltan n adalah SUSENAS 2005 dan Potens Desa (PODES) Peubah ang damat dan menad perhatan dalam peneltan n adalah tngkat kemsknan (P) pada beberapa desa d Kota Bogor tanpa menggunakan peubah pendukung. Peubah-peubah ang dgunakan dalam analss gerombol atu : X 1 = persentase keluarga pengguna telepon (data PODES 2005) X 2 = persentase keluarga praseahtera dan seahtera I (data PODES 2005) X 3 = pengeluaran per kapta (data SUSENAS 2005) Metode Pada peneltan n akan dka pendugaan langsung dan pendugaan sntetk ang termasuk dalam pendugaan tdak langsung. Metode ang dgunakan pada peneltan n adalah sebaga berkut : 1. Menduga secara langsung (drect estmaton) tngkat kemsknan masngmasng kelurahan/desa. 2. Melakukan analss gerombol untuk mengetahu kelurahan/desa ang mempuna karakterstk sama dalam hal tngkat kemsknan. 3. Menduga tngkat kemsknan untuk tap gerombol. 4. Menduga tngkat kemsknan masngmasng kelurahan/desa dengan metode pendugaan sntetk. 5. Membandngkan penduga langsung dan penduga sntetk dengan melhat nla RRMSE (Relatve Root Mean Squared Error) ang dperoleh dengan perhtungan sebaga berkut : S RRMSE ( Pˆ Pˆ ) = 100% Pˆ Software ang dgunakan dalam peneltan n adalah Mcrosoft Excel dan Mntab 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Eksploras dan Deskrps Data Peubah ang dasumskan mempengaruh dan menggambarkan tngkat kemsknan dplh berdasarkan eksploras menggunakan scatterplot dan nla korelas Pearson (Lampran 1). Scatterplot data menunukkan bahwa desa/kelurahan dengan tngkat kemsknan ang kecl dndkaskan dengan persentase keluarga pengguna telepon dan pengeluaran per kapta ang besar. Selan tu, desa/kelurahan dengan tngkat kemsknan ang besar dndkaskan dengan persentase keluarga praseahtera dan seahtera I ang besar pula. Berdasarkan eksploras, peubahpeubah tersebut cukup sesua dgunakan untuk menggambarkan tngkat kemsknan. Dagram kotak gars dgunakan untuk mendeskrpskan data peubah asal X, =1, 2, 3 (Lampran 2), statstk deskrptf dar peubah asal X (Lampran 3), dan nla korelas antar peubah X (Lampran 6). Rata-rata persentase keluarga pengguna telepon adalah 37,18%. Persentase mnmum sebesar 2,46% d Kelurahan Harasar, sedangkan persentase maksmum sebesar 80,29% d Kelurahan Pabaton. Rata-rata persentase keluarga praseahtera dan seahtera I adalah 13,35%. Persentase mnmum sebesar 3,99% d Kelurahan Semplak, sedangkan persentase maksmum sebesar 45,01% d Kelurahan Kedungwarngn. Terdapat penclan atas pada peubah n atu d Kelurahan Stugede, Baranangsang, dan Pabaton. Rata-rata pengeluaran per kapta adalah Rp ,-. Pengeluaran per kapta terendah atu sebesar Rp ,- d Kelurahan Pamoanan, sedangkan pengeluaran per kapta tertngg sebesar Rp ,- d Kelurahan Pabaton. Terdapat penclan atas pada peubah n atu d Kelurahan Kebon Kelapa, Sndangbarang, dan Pabaton. Analss gerombol dlakukan untuk mengetahu kelurahan-kelurahan ang memlk karakterstk ang relatf sama pada satu regonal/gerombol dalam hal tngkat kemsknan sehngga dapat dperoleh nla dugaan tngkat kemsknan untuk tap gerombol. Berdasarkan Model Pendugaan Tdak Langsung Regonal dan defns Gonzalez (1973), nla dugaan tngkat kemsknan anggota gerombol akan sama dengan nla dugaan tngkat kemsknan gerombolna.

2 5 Penggerombolan kelurahan d Kota Bogor berdasarkan beberapa ndkator kemsknan menggunakan metode penggerombolan berhrark, ukuran arak Eucld dan metode memperbak matrks arakna adalah metode pautan rataan (average lnkage). Berdasarkan analss gerombol ang dlakukan, kelurahan-kelurahan d Kota Bogor dapat dbag ke dalam 11 gerombol. Pemotongan dendogram dlakukan secara subektf berdasarkan kepentngan peneltan dalam memperoleh penduga propors tngkat kemsknan gerombol ang lebh beragam (Lampran 7). Daftar anggota tap gerombol dan nla rataan peubah asal pada setap gerombol dapat dlhat pada Lampran 8. Gerombol satu terdr dar tga kelurahan. Penduduk ang berlangganan telepon sangat sedkt, umlah keluarga praseahtera dan seahtera I cukup besar, dan rata-rata pengeluaran per kapta mempuna nla terkecl dantara gerombol lan. Gerombol dua hana terdr dar satu telepon sangat sedkt, umlah keluarga praseahtera dan seahtera I cukup besar, dan rata-rata pengeluaran per kapta kecl. Gerombol tga terdr dar dua kelurahan. Penduduk ang berlangganan telepon besar, umlah keluarga praseahtera dan seahtera I cukup besar, dan rata-rata pengeluaran per kapta kecl. Gerombol empat terdr dar sepuluh telepon cukup besar, umlah keluarga praseahtera dan seahtera I kecl, dan rata-rata pengeluaran per kapta kecl. Gerombol lma terdr dar dua kelurahan. Penduduk ang berlangganan telepon cukup besar, umlah keluarga praseahtera dan seahtera I sangat kecl, dan rata-rata pengeluaran per kapta cukup besar. Gerombol enam terdr dar semblan telepon besar, umlah keluarga praseahtera dan seahtera I sangat kecl, dan rata-rata pengeluaran per kapta cukup besar. Gerombol tuuh terdr dar dua telepon cukup besar, umlah keluarga praseahtera dan seahtera I sangat kecl, dan rata-rata pengeluaran per kapta besar. Gerombol delapan terdr dar tga telepon sangat besar, umlah keluarga praseahtera dan seahtera I sangat kecl, dan rata-rata pengeluaran per kapta cukup besar. Gerombol semblan terdr dar dua telepon sangat besar, umlah keluarga praseahtera dan seahtera I kecl, dan rata-rata pengeluaran per kapta cukup besar. Gerombol sepuluh terdr dar satu telepon cukup besar, umlah keluarga praseahtera dan seahtera I sangat besar, dan rata-rata pengeluaran per kapta kecl. Gerombol sebelas terdr dar satu telepon sangat besar, umlah keluarga praseahtera dan seahtera I kecl, dan rata-rata pengeluaran per kapta sangat besar. Pendugaan Langsung Dugaan propors tngkat kemsknan tap desa dperoleh dar rumus : ; = 1, 2, 3,..., 36 n = dugaan propors tngkat kemsknan pada desa ke-. = umlah rumah tangga mskn pada desa ke-. n = umlah rumah tangga contoh pada desa ke-. Dugaan ragam tap desa dperoleh dar rumus : 2 (1 ) N n s ( ) n 1 N N = umlah rumah tangga pada desa ke-. Pada peneltan n damat 36 desa/kelurahan dengan banakna contoh ang dambl pada masng-masng kelurahan sebesar 16 rumah tangga, kecual untuk Kelurahan Kedung Halang (15 rumah tangga) dan Kelurahan Kedung Badak (32 rumah tangga). Jumlah tersebut sangat kecl untuk merepresentaskan seluruh rumah tangga pada masng-masng desa, sehngga dapat memberkan hasl dugaan ang kurang akurat. Nla MSE pendugaan langsung pada peneltan n dduga oleh s 2 ang merupakan nla dugaan ragam propors tngkat kemsknan pada desa ke-. Propors contoh merupakan penduga tak bas bag propors populas pmaka nla MSE-na sama dengan dugaan nla ragamna.

3 6 Hasl ang dperoleh dar pendugaan langsung dapat dlhat pada Lampran 9. Hasl pada Lampran 9 menunukkan bahwa pendugaan langsung menghaslkan nla RRMSE ang besar secara keseluruhan. Pada data SUSENAS 2005 untuk Kelurahan Sndangrasa, Cbuluh, Pabaton, Kebon Kelapa, Clendek Barat, dan Semplak dketahu umlah rumah tangga contohna, tetap tdak ada rumah tangga ang tergolong mskn sehngga dugaan propors tngkat kemsknanna bernla nol. Tetap ka melhat tngkat kemsknan d Indonesa ang tngg, peluangna kecl ka ada kelurahan tanpa ada satu pun rumah tangga mskn maka dasumskan ada satu rumah tangga mskn. Nla dugaan propors tngkat kemsknan tap kelurahan sangat berpengaruh terhadap nla RRMSE-na. Semakn besar nla dugaan tngkat kemsknan maka nla RRMSE-na akan semakn kecl dan sebalkna. Pada Kelurahan Kedung Badak nla RRMSE-na lebh kecl ka dbandngkan dengan kelurahan lan ang mempuna dugaan tngkat kemsknan ang sama dengan Kelurahan Kedung Badak karena ukuran contoh Kelurahan Kedung Badak lebh besar dbandngkan kelurahan lanna atu sebesar 32 rumah tangga contoh, sedangkan kelurahan ang lan hana 16 rumah tangga contoh. r Pendugaan Sntetk Pendugaan tngkat kemsknan tap gerombol menggunakan rumus : m pr m ˆ ; = 1, 2, 3,..., 11 = dugaan propors tngkat kemsknan pada gerombol ke-. = banakna rumah tangga mskn pada gerombol ke-. = banakna rumah tangga contoh pada gerombol ke-. Dugaan ragam gerombol dperoleh dar rumus: s 2 r r(1 r) M m ( ) m 1 M M = banakna rumah tangga pada gerombol ke-. Peneltan n menggunakan konsep pendugaan tdak langsung sederhana model regonal tetap berdasarkan defns Gonzalez (1973) tentang pendugaan sntetk ang asumsna sama dengan pendugaan tdak langsung sederhana maka dapat dasumskan bahwa peneltan n menggunakan pendugaan sntetk. Hasl dugaan tngkat kemsknan untuk tap gerombol dsakan pada Tabel 1. Tabel 1. Nla dugaan tngkat kemsknan tap gerombol Gerombol P r Var M m 1 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Berdasarkan Tabel 1, dapat dlhat bahwa gerombol 1 mempuna tngkat kemsknan terbesar dantara gerombol ang lan. Pendugaan tngkat kemsknan dengan menggunakan metode pendugaan sntetk untuk tap kelurahan menggunakan asums : P P r P = penduga propors kemsknan d area kecl pada gerombol/regonal ke-. P r = penduga propors kemsknan pada gerombol/regonal ke- d Kota Bogor. Berdasarkan model regonal, nla pendugaan tngkat kemsknan untuk tap-tap kelurahan ang berada dalam satu gerombol ang sama akan bernla sama (Lampran 10). Penggerombolan kelurahan pada peneltan n berpengaruh pada bertambahna nformas dar kelurahan-kelurahan ang menad anggota dalam satu gerombol sepert ukuran contohna menad lebh besar karena merupakan gabungan dar anggota gerombolna sehngga dapat memperbak keakuratan nla dugaanna walaupun belum secara keseluruhan, karena ada gerombol ang hana terdr dar satu anggota.

4 7 MSE pendugaan sntetk pada peneltan n menggunakan dua pendekatan atu : 1. Pendugaan MSE ddekat dengan MSE pendugaan sntetk dar Marker (1995). 2. Pendugaan MSE ddekat dengan nla dugaan ragam gerombolna. MSE dar pendugaan n ang ddekat dengan MSE pendugaan sntetk dar Marker (1995) atu : mse(p s ) = v(p s s )+ 2 s p p ) - v p ) - v( ) ( ( Pada peneltan n, perhtungan MSE pendugaan sntetk dengan menggunakan formula dar Marker (1995) mempuna kelemahan atu ka p =p s atau p s p akan menebabkan (p s -p ) 2 = 0, maka nla MSEna akan bernla negatf. Hal n terad pada Kelurahan Stugede, Cbuluh, Semplak, Kebonkelapa, Sndangbarang, Tegalgundl, Menteng, Kedung Badak, Pasr Mula, Kedungaa, Kedungwarngn dan Pabaton. Pada peneltan n, sebaga solusna nla MSE ang bernla negatf ddekat dengan nla MSE dar pendugaan langsungna (Lampran 10). MSE dar pendugaan sntetk ang ddekat dengan nla dugaan ragamna, atu : mse(p s ) = v(p s ) Perhtungan MSE pendugaan sntetk ang dperoleh dar nla dugaan ragam gerombolna memberkan nla dugaan MSE ang sama dengan dugaan ragamna sehngga sangat bergantung pada umlah rumah tangga contoh gerombolna. MSE n akan bak ka anggota-anggota dalam satu gerombol benarbenar mendekat homogen sedangkan pada analss gerombol, kehomogenan d dalam satu gerombol bersfat relatf. Perbandngan Pendugaan Langsung dan Pendugaan Sntetk Perbandngan antara pendugaan langsung dengan pendugaan sntetk dapat dlhat dar nla RRMSE dar masng-masng pendugaan ang dsakan pada Tabel 2. Tabel 2 menunukkan bahwa nla RRMSE pendugaan sntetk ang perhtungan MSE-na menggunakan formula dar Marker (1995) tdak selalu lebh kecl dbandngkan nla RRMSE pendugaan langsung. Nla RRMSE-na cenderung mendekat rataan dar nla RRMSE pendugaan langsung sehngga nlana cenderung lebh stabl. Untuk kasus gerombol dengan satu atau dua anggota ang MSE berdasarkan formula Marker bernla p negatf maka nla RRMSE-na sama dengan nla RRMSE pendugaan langsungna, sedangkan gerombol dengan tga anggota ang MSE-na bernla negatf maka nla RRMSE-na tergantung dar nla MSE pendugaan langsungna, ka MSE-na bernla besar maka RRMSE pendugaan sntetkna akan bernla besar pula dan sebalkna. Tabel 2. Nla RRMSE untuk setap pendugaan Gerombol Nama Desa Langsung Sntetk MSE= Marker Var((Pr) PAMOYANAN 14,858 27,969 14,534 1 GENTENG 29,127 27,969 14,534 HARJASARI 38,183 27,969 14,534 2 SITUGEDE 53,513 53,513 53,513 3 BARANANGSIANG 38,246 49,789 37,330 GUNUNGBATU 99,815 49,789 37,330 CIPAKU 29,191 25,797 10,213 SUKASARI 33,238 25,797 10,213 KENCANA 17,343 25,797 10,213 KATULAMPA 33,276 25,797 10,213 4 CIPARIGI 38,232 25,797 10,213 CIKARET 68,170 25,797 10,213 KAYUMANIS 53,559 25,797 10,213 CIMAHPAR 29,200 25,797 10,213 BABAKANPASAR 33,228 25,797 10,213 PASIRJAYA 29,221 25,797 10,213 5 CIBULUH 99,829 99,829 69,406 SEMPLAK 99,680 99,680 69,406 BATUTULIS 38,186 47,164 15,838 EMPANG 99,811 47,164 15,838 SINDANGRASA 99,636 47,164 15,838 KEDUNGHALANG 28,523 47,164 15,838 6 CILENDEK BARAT 99,756 47,164 15,838 BANTARJATI 38,237 47,164 15,838 TANAHBARU 33,272 47,164 15,838 TEGALLEGA 68,187 47,164 15,838 KEBONPEDES 53,660 47,164 15,838 7 KEBONKELAPA 99,709 99,709 69,364 SINDANGBARANG 99,725 99,725 69,364 TEGALGUNDIL 68,221 51,166 28,113 8 MENTENG 53,620 60,323 28,113 KEDUNGBADAK 37,287 41,948 28,113 9 PASIRMULYA 99,168 99,168 69,255 KEDUNGJAYA 99,701 99,701 69, KEDUNGWARINGIN 44,640 44,640 44, PABATON 99,105 99,105 99,105

5 8 Pada kelurahan-kelurahan ang dasumskan ada satu rumah tangga mskn belum dapat dperbak secara keseluruhan nla keakuratanna. Dar enam kelurahan hana dua kelurahan ang nla RRMSE-na menad lebh kecl dar penduga langsungna sedangkan ang lanna nla RRMSE penduga sntetkna tetap sama dengan RRMSE penduga langsungna. Nla RRMSE (MSE dduga dar nla ragam gerombol) hampr seluruhna lebh kecl dar RRMSE penduga langsung kecual gerombol dengan satu anggota. KESIMPULAN DAN SARAN Kesmpulan Nla RRMSE pendugaan sntetk dengan perhtungan MSE formula Marker (1995) dan MSE dar dugaan nla ragam gerombolna cenderung lebh stabl. Penduga sntetk (formula Marker) mempuna kelemahan atu ka p =p s atau p s p akan menebabkan (p s -p ) 2 = 0, maka nla MSE-na akan bernla negatf. Pada peneltan n, sebaga solusna nla MSE ang bernla negatf ddekat dengan nla MSE dar pendugaan langsungna. Adapun MSE (dugaan nla ragam gerombol) tdak ada ang bernla negatf, tetap MSE n akan bak ka anggotaanggota dalam satu gerombol benar-benar mendekat homogen sedangkan pada analss gerombol, kehomogenan d dalam satu gerombol bersfat relatf. DAFTAR PUSTAKA BPS Memaham Data Strategs Yang Dhaslkan BPS. Jakarta : BPS. Dllon WR, Goldsten M Multvarate Analss Methods and Applcatons. New York : John Wle and Sons Inc. Har, JFJ, Anderson RE, Tattam RL, Black WC Multvarate Data Analss 5 th ed. New Jerse : Prentce-Hall. Johnson RA, Wchern DW Appled Multvarate Statstcal Analss 5 th ed. New Jerse : Prentce-Hall. Jollfe IT Prncpal Component Analss. New York : Sprnger Verlag. Kurna A, Notodputro KA Penerapan Metode Jackknfe dalam Pendugaan Area Kecl. Forum Statstka dan Komputas ISSN Vol. 11 No.1. Longford NT Mssng Data and Small Area Estmaton : Modern Analtcal Equpment for the Surve Statstcan. New York: Sprnger Scence + Busness Meda, Inc. Rao JNK Small Area Estmaton. New Jerse : John Wle & Sons, Inc. drect Saran Untuk kaan lebh lanut perlu dperhatkan : 1. Idealna dgunakan peubah pendukung (auxlar varable) untuk mengevaluas penduga sntetk dar tap gerombol dan mengka kehomogenan dar gerombol untuk melhat seberapa auh pengaruh dar kehomogenan gerombol. 2. Perlu dlakukan evaluas untuk mengatas permasalahan hasl surve dengan = 0 atau = 1 drect

METODE PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN TEKNIK EMPIRICAL BAYES PADA PENDUGAAN PROPORSI KELUARGA MISKIN DI KOTA BOGOR WAHYU DWI LAKSONO

METODE PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN TEKNIK EMPIRICAL BAYES PADA PENDUGAAN PROPORSI KELUARGA MISKIN DI KOTA BOGOR WAHYU DWI LAKSONO METODE PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN TEKNIK EMPIRICAL BAYES PADA PENDUGAAN PROPORSI KELUARGA MISKIN DI KOTA BOGOR WAHYU DWI LAKSONO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDUGA HUBER M DALAM GENERAL REGRESSION PADA PENDUGAAN AREA KECIL IKA WIDYAWATI

PENERAPAN PENDUGA HUBER M DALAM GENERAL REGRESSION PADA PENDUGAAN AREA KECIL IKA WIDYAWATI PENERAPAN PENDUGA HUBER M DALAM GENERAL REGRESSION PADA PENDUGAAN AREA KECIL IKA WIDYAWATI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 ..katakanlah:

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE EMPIRICAL BAYES

PERBANDINGAN METODE EMPIRICAL BAYES PERBANDINGAN METODE EMPIRICAL BAYES (EB) DAN EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION (EBLUP) PADA PENDUGAAN AREA KECIL (Stud Kasus Pendugaan Pengeluaran Per Kapta d Kota Bogor) AGUSTINA DWI WARDANI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

Penduduk dan Ketenagakerjaan/Population and Employment Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment

Penduduk dan Ketenagakerjaan/Population and Employment Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment 3 Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 71 72 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Penduduk Kota

Lebih terperinci

PENGARUH PENDUGAAN RAGAM PENARIKAN CONTOH PADA SMALL AREA ESTIMATION

PENGARUH PENDUGAAN RAGAM PENARIKAN CONTOH PADA SMALL AREA ESTIMATION PENGARUH PENDUGAAN RAGAM PENARIKAN CONTOH PADA SMALL AREA ESTIMATION Anang Kurnia Khairil A. Notodiputro Departemen Statistika - IPB Center for Statistics and Public Opinions 1. Pendahuluan Otonomi daerah

Lebih terperinci

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Penduduk Kota Bogor pada tahun terdapat sebanyak 1.004.831 orang yang terdiri atas 510.884 orang laki-laki dan sebanyak 493.947 perempuan. Dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GENERAL REGRESSION DALAM PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA MASYARAKAT KOTA BOGOR RAHAYU WULANDARI

PENERAPAN METODE GENERAL REGRESSION DALAM PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA MASYARAKAT KOTA BOGOR RAHAYU WULANDARI PENERAPAN METODE GENERAL REGRESSION DALAM PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA MASYARAKAT KOTA BOGOR RAHAYU WULANDARI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Semnar Nasonal Statstka IX Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, 7 November 29 MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Stud Kasus : Kota Surabaya Rokhana DB 1, Sutkno 2, Agnes Tut

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecil untuk Respon Binomial dan Multinomial Berbasis Penarikan Contoh Berpeluang Tidak Sama

BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecil untuk Respon Binomial dan Multinomial Berbasis Penarikan Contoh Berpeluang Tidak Sama BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecl untuk Respon Bnomal dan Multnomal Berbass Penarkan Contoh Berpeluang Tdak Sama 5.1. Pendahuluan Pada umumnya pengembangan model SAE dan pendugaannya dlakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana contoh mengestimasi. parameter model yang diasumsikan memiliki karateristik spasial lag

BAB IV APLIKASI. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana contoh mengestimasi. parameter model yang diasumsikan memiliki karateristik spasial lag BAB IV APLIKASI Pada bagan n akan dbahas bagamana contoh mengestmas parameter model yang dasumskan memlk karaterstk spasal lag sekalgus spasal error. Estmas dlakukan dengan menggunakan software Evews 3

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

PP 2/1995, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR. Presiden Republik Indonesia,

PP 2/1995, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR. Presiden Republik Indonesia, PP 2/1995, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BOGOR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOGOR Menimbang: Presiden Republik Indonesia, a. bahwa meningkatnya perkembangan pembangunan di Propinsi

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EMPIRICAL BAYES PADA PENDUGAAN AREA KECIL (Studi Kasus Pendugaan Pengeluaran Per Kapita di Kota Bogor Tahun 2003)

PENERAPAN METODE EMPIRICAL BAYES PADA PENDUGAAN AREA KECIL (Studi Kasus Pendugaan Pengeluaran Per Kapita di Kota Bogor Tahun 2003) PENERPN MEOE EMPIRICL BYES P PENUGN RE KECIL (Stud Kasus Pendugaan Pengeluaran Per Kapta d Kota Bogor ahun 003 R YUNI G40304 EPREMEN SISIK FKULS MEMIK N ILMU PENGEHUN LM INSIU PERNIN BOGOR 008 RINGKSN

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI

PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI TEKNIK SAMPLING PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI PENDAHULUAN Pendugaan parameter dar peubah Y seharusnya dlakukan dengan menggunakan nformas dar nla-nla peubah Y Bla nla-nla peubah Y sult ddapat, maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOAL : Suatu Peneltan dlakukan untuk menelaah empat metode pengajaran, yatu Metode A (ceramah d kelas), Metode B (mengajak dskus langsung dengan sswa), Metode C (ceramah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

Pemetaan Penyakit Demam Berdarah (DBD) Kota Makassar Dengan Penduga Empirical Bayes

Pemetaan Penyakit Demam Berdarah (DBD) Kota Makassar Dengan Penduga Empirical Bayes Jurnal Matematka, Statstka & Komputas 1 Vol. 4 No. Januar 008 Pemetaan Penyakt Demam Berdarah (DBD) Kota Makassar Dengan Penduga Emprcal Bayes Ansa Abstrak Peneltan n mengkaj penggunaan model Emprcal Bayes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

4 PRAKIRAAN SUHU MAKSIMUM DAN MINIMUM

4 PRAKIRAAN SUHU MAKSIMUM DAN MINIMUM 4 PRAKIRAAN SUHU MAKSIMUM DAN MINIMUM Pendahuluan Parameter cuaca suhu maksmum dan mnmum merupakan parameter utama yang dprakrakan oleh lembaga pelayanan cuaca dantaranya BMKG. Suhu maksmum adalah suhu

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

PEMETAAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN NILAI UJIAN NASIONAL SMA DAN AKREDITASI SEKOLAH. Charles E. Mongi 1)

PEMETAAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN NILAI UJIAN NASIONAL SMA DAN AKREDITASI SEKOLAH. Charles E. Mongi 1) PEMETAAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN NILAI UJIAN NASIONAL SMA DAN AKREDITASI SEKOLAH Charles E. Mong 1) 1) Jurusan Matematka FMIPA Unverstas Samratulang, Manado emal: charlesmong@ymal.com

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

ANALISIS KOVARIANSI part 2

ANALISIS KOVARIANSI part 2 ANALISIS KOVARIANSI part Analss Kovarans merupakan suatu analss statstka untuk mengetahu pengaruh satu atau lebh varabel bebas terhadap varable terkat dengan memperhatkan satu atau lebh varable konkomtan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Seemingly Unrelated Regression (SUR) Penderita Penyakit DBD RS. Wahidin Sudirohusodo Dan RS. Stella Maris Makassar

Seemingly Unrelated Regression (SUR) Penderita Penyakit DBD RS. Wahidin Sudirohusodo Dan RS. Stella Maris Makassar Vol. 3, o., -5, Jul 6 Seemngl Unrelated Regresson Penderta Penakt DBD RS. Wahdn Sudrohusodo Dan RS. Stella ars akassar A n s a Abstrak Hubungan antar varabel adalah salah satu hal ang selalu menark dalam

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN. Rita Rahmawati Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN. Rita Rahmawati Program Studi Statistika FMIPA UNDIP PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN Rta Rahmawat Program Stud Statstka FMIPA UNDIP Abstrak Dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), asums terpentng adalah

Lebih terperinci

Analysis of Covariance (ANACOVA)

Analysis of Covariance (ANACOVA) Analss of Covarance ANACOVA Bett Kash Paramtha Ihda Ihsana Gempur Safar Oleh: La Ftran Muhammad Alawdo Erma Aprlana Eka Setanngsh Prof Dr Sr Haratm Kartko Program Stud Statstka FMIPA Unverstas Gadah Mada

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN PRODUKSI BAWANG PUTIH, BAWANG MERAH, CABE BESAR DAN CABE RAWIT

BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN PRODUKSI BAWANG PUTIH, BAWANG MERAH, CABE BESAR DAN CABE RAWIT Bplot (DahSaftr) BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN PRODUKSI BAWANG PUTIH, BAWANG MERAH, CABE BESAR DAN CABE RAWIT Dah Saftr 1, Supart 2, Est Pratw 3, Tyas

Lebih terperinci

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan :

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan : Analss Regres Pokok Bahasan : Dagnosa Model Melalu Pemerksaan Ssaan dan Identfkas Pengamatan Berpengaruh Itasa & Y Angran Dep. Statstka FMIPA-IPB Ssaan Ssaan adalah menympangnya nla amatan y terhadap dugaan

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X D-324

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X D-324 JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol. 1, No. 1, (Sept. ) ISSN: 3-98X D-3 Analss Statstk entang Faktor-Faktor yang Mempengaruh Waktu unggu Kerja Fresh Graduate d Jurusan Statstka Insttut eknolog Sepuluh Nopemper

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

Pendugaan Parameter Regresi. Itasia & Y Angraini, Dep Statistika FMIPA - IPB

Pendugaan Parameter Regresi. Itasia & Y Angraini, Dep Statistika FMIPA - IPB Pendugaan Parameter Regres Menduga gars regres Menduga gars regres lner sederhana = menduga parameter-parameter regres β 0 dan β 1 : Penduga parameter yang dhaslkan harus merupakan penduga yang bak Software

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci