Pemetaan Penyakit Demam Berdarah (DBD) Kota Makassar Dengan Penduga Empirical Bayes

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemetaan Penyakit Demam Berdarah (DBD) Kota Makassar Dengan Penduga Empirical Bayes"

Transkripsi

1 Jurnal Matematka, Statstka & Komputas 1 Vol. 4 No. Januar 008 Pemetaan Penyakt Demam Berdarah (DBD) Kota Makassar Dengan Penduga Emprcal Bayes Ansa Abstrak Peneltan n mengkaj penggunaan model Emprcal Bayes (EB) untuk melakukan pendugaan tdak langsung jumlah trombost penderta Demam Berdarah Dengue (DBD) pada suatu area dengan bass kecamatan untuk populas Kota Makassar, dengan menggunakan model berbass area yang ddasarkan pada model lner campuran umum. Data yang dgunakan pada peneltan adalah data sekunder yang tercatat d Dnas Kesehatan Kota Makassar dan Dnas Kesehatan Propns Sulawes Selatan bulan Januar 005 sampa dengan September 007. Area yang dmaksud adalah Kecamatan Rappocn, Kecamatan Ujung Pandang Baru dan Manggala, dengan pertmbangan masng-masng kecamatan tersebut mempunya karakterstk mengena jumlah penderta penyakt DBD. Pendugaan langsung yang dlakukan pada ketga kecamatan tersebut memberkan nla MSE yang relatf besar, sehngga dlakukan pendugaan tdak langsung dengan memnjam kekuatan dar area atau kecamatan lan, ataupun dar populas berdasarkan data-data pada tahun sebelumnyanya dengan model EB. Kekuatan dar area lan atau populas dsebut pror atau nformas awal dalam peneltan n. Kata Kunc : area kecl, pror, posteror, pendugaan langsung dan tdak langsung, Emprcal Bayes. 1. Pendahuluan Sure samplng sudah lama dkenal sebaga suatu sure yang hemat baya untuk memperoleh nformas tentang topk yang melput banyak hal menark dan secara luas mempraktekkannya untuk menghaslkan penaksran, bak mengena total populas maupun untuk berbaga sub populas []. Pendugaan Area Kecl (Small Area Estmaton atau SAE) merupakan suatu teknk statstk untuk menduga parameter parameter sub populas yang ukuran sampelnya kecl. Area kecl ddefnskan sebaga hmpunan bagan dar populas dmana suatu peubah menjad perhatan. Area kecl pada umumnya menyatakan area geografs yang kecl sepert kota, kabupaten, kecamatan atau desa/kelurahan. Namun area kecl juga dapat dmaksudkan sebaga kelompok soso-demograf sepert kelompok suku, kelompok jens kelamn, dan kelompok umur (Rao, 003). Fuller (1999) dan Schable (1996) dalam [], menyatakan suatu daerah atau area danggap besar jka sampel daerah spesfk cukup besar untuk menghaslkan penaksran langsung dengan ketepatan (press) yang bsa dterma. Suatu area danggap kecl jka sampel daerah spesfk tdaklah cukup besar untuk mendukung penaksran langsung. Area kecl menanda daerah dmana penaksran langsung dengan ketepatan yang memada tdak bsa dhaslkan. Sehngga dperlukan bantuan Staf pengajar pada Jurusan Matematka FMIPA Unerstas Hasanuddn Makassar e-mal : nkalondeng@yahoo.com

2 Jurnal Matematka, Statstka & Komputas Vol. 4 No. Januar 008 penaksr tdak langsung yang memnjam kekuatan nformas dar area lan sehngga dapat menngkatkan efektftas pendugaan dengan cara menambah ukuran sampel. Rao (003) dan Carln dan Lous (000) dalam [] memperkenalkan beberapa metode atau model yang bsa dgunakan untuk penaksran tdak langsung, D antaranya adalah metode Emprcal Best Lnear Unbased Predcton (EBLUP) yang dturunkan dar metode Best Lnear Unbased Predcton (BLUP) yang merupakan model lnear campuran, dan metode Emprcal Bayes (EB) dan metode Herark Bayes (HB) yang ddasarkan pada konsep pendekatan Bayes. Namun demkan, metode EB akan dfokuskan pada tulsan n untuk melhat pemetaan penyakt Demam Berdarah (DBD) yang terjad d Kota Makassar. Sebagamana dketahu bahwa penyakt DBD adalah suatu penyakt endemk, dmana jka tdak dtangan dengan serus akan memakan banyak korban jwa. Berdasarkan hasl peneltan yang telah dlakukan dalam [1], maka faktor lngkungan memegang peranan yang sangat pentng untuk penyebaran penyakt DBD tersebut. Meskpun Kota Makassar belum masuk dalam kategor sebaga daerah dengan Kejadan Luar Basa (KLB) untuk DBD, namun banyaknya penderta dalam kurun waktu 5 tahun terakhr mula menampakkan gejala ke arah KLB. Pada rumahrumah sakt terbesar yang ada d Kota Makassar, bak yang statusnya rumah sakt negermaupun swasta, penyakt n masuk dalam kategor penyakt dengan jumlah penderta terbanyak (dalam [1]). Untuk tu, maka pada peneltan n, nformas dar [1], dan dengan menggunakan hasl [] akan dgunakan untuk melakukan pemetaan penyakt DBD yang terjad d beberapa area yang ada d Kota Makassar, dalam hal n kecamatan, dengan menggunakan model penduga EB.. Metode Emprcal Bayes Rao (003) menyatakan bahwa model dasar tngkat area yang merupakan model lner campuran ddefnskan sebaga berkut : ˆ T θ = z β + b + e, = 1,..., m (1) dmana : θˆ adalah penduga langsung dar parameter area ke- z adalah p x1 ektor dar tngkat area koaran β adalah p x1 ektor dar koefsen regres b adalah konstan postf adalah peubah acak ke- berdstrbus salng bebas dan dentk dengan rata-rata 0 dan arans σ e adalah sampel error ke- yang berdstrbs ndependen dengan rata-rata 0 dan arans ψ. Dketahu : ˆ, T y = θ X = z, Z = b dan =, e = e, β = ( β1,..., βp) kemudan dketahu σ dan ψ, maka T

3 Jurnal Matematka, Statstka & Komputas Vol. 4 No. Januar V ψ σ b = + () Model dasar tngkat area (1) dapat dnyatakan dalam model hrark tngkat yang mempunya bentuk dstrbus. Msalkan : () ˆ θ θ nd N( θ, ψ ) ~ T () θ nd N( z β b σ ) ~,, = 1,, m (3), = 1,, m dmana β adalah ektor dar parameter regres. Parameter model β dan σ adalah acak. Model herark tngkat pada (3) dsebut model herark yang salng bebas, sebab pasangan ( ˆ θ, θ ) area ke- yang salng bebas, khususnya pada β dan σ (Rao, 003). Penduga optmal θ dperoleh melalu ekspektas bersyarat θ dmana ˆ, ˆ θ β, dan ˆ σ dketahu dan dnyatakan sebaga : dmana γ E ( θ ˆ B T θ β σ ) = ˆ θ = γ ˆ θ + ( 1 γ ) z β b σ = and σ sehngga : ( b σ + ψ ). Hasl (4) mengkut dstrbus posteror θ dmana θˆ, β B θ θ, β, σ nd N( ˆ θ, 1 ( σ ) = γ ψ ) ~ Rao (003) menyatakan bahwa penduga ˆ B ˆ B θ ( β, σ ) ˆ g (5) θ = adalah penduga B Bayes dbawah kesalahan kuadrat, dan θˆ optmal dalam pengertan bahwa ratarata kuadrat ssa (Means Square Error atau MSE) dar penduga n lebh kecl dbandngkan dengan MSE dar penduga θ lannya, sehngga ˆB θ dsebut juga sebaga penduga terbak (Best Predcton) dar θ, sebab penduga n dperoleh dar dstrbus bersyarat (5) tanpa mengasumskan dstrbus pror pada parameter model. B Penduga Bayes θˆ bergantung pada parameter model β dan σ, yang ˆ T θ nd N z β, b σ + ψ menggunakan Maxmum dduga dar dstrbus margnal: ( ) ~ Lkelhood (ML). Jka penduga β dan σ dtuls sebaga βˆ dan ˆ σ, maka akan dperoleh penduga Emprcal Bayes (EB) dar θ dengan mensubttus βˆ dan ˆ σ pada persamaan (5) sehngga dperoleh : θ ( ˆ, β ˆ σ ) = ˆ γ ˆ θ + ( 1 ˆ γ ) z ˆ β ˆ EB T ˆ B = θ (6) Rao (003) menyatakan bahwa penduga EB, penduga Emprcal Best Lner Unbased Predcton (EBLUP) (4) θˆ EB, adalah dentk dengan H θˆ. Perhatkan bahwa EB θˆ juga merupakan rata-rata atau mean dar fungs kepadatan dstrbus posteror EB f ˆ, θ ˆ, β ˆ σ N ˆ θ,γ ψ. θ, msalkan dnamakan dengan ( ) dugaan, ( )

4 4 Jurnal Matematka, Statstka & Komputas Vol. 4 No. Januar 008 Salah satu keuntungan dar penduga EB adalah bahwa penduga n dapat dterapkan untuk menemukan penduga EB pada sebarang fungs φ = h( θ ), khususnya Y = g 1 ( θ ) = h( θ ). Rao (003) menyatakan bahwa perhtungan penduga EB EB φˆ mungkn saja mengharuskan penggunaan algortma Monte Carlo atau ntegras secara numerk. 3. Data dan Metode Data yang dgunakan pada peneltan adalah data sekunder yang tercatat d Dnas Kesehatan Kota Makassar dan Dnas Kesehatan Propns Sulawes Selatan bulan Januar 005 sampa dengan September 007, mengena penyakt DBD untuk seluruh kecamatan d Kota Makassar. Pada dasarnya, pemodelan penyakt Demam Berdarah yang sangat potensal untuk menjad wabah dan menyebar pada suatu daerah yang lebh luas, sebaknya dlakukan pada area yang kecl sehngga dharapkan segala nformas yang terkat mengena penyakt tersebut dapat dcarkan antspas dan langkah-langkah penanganan dengan cepat. Namun demkan, harapan untuk memodelkan penyakt n pada area yang sekecl-keclnya sepert desa atau kelurahan tdak dapat terpenuh karena desa dan kelurahan, atau area yang lebh kecl dar tu danggap tdak mampu menjelaskan kasus penyakt DBD d Kota Makassar, karena pada area-area tersebut nformas utamanya hanya berdasarkan pada pendataan yang dlakukan oleh Puskesmas setempat, sedangkan basanya penderta penyakt n dbawa langsung ke Rumah Sakt terdekat, sebagamana dketahu sebelumnya, Rumah Sakt pada suatu wlayah melput beberapa kelurahan atau mencakup wlayah kecamatan sebaga area terkeclnya. Sehngga kecamatan djadkan sebaga bass area dalam peneltan n. Faktor lan yang menyebabkan kelurahan tdak dambl sebaga area kecl adalah nformas yang akurat sebaga penjelas hanya berdasarkan nformas Puskesmas setempat sedangkan kecamatan dambl sebaga area kecl adalah nformas yang dgunakan berdasarkan Rumah Sakt. Sehngga dlakukan pendugaan tdak langsung pada area kecl dengan penduga Emprcal Bayes (EB) yang ddasarkan pada bass kecamatan. Adapun kecamatan yang dgunakan sebaga area kecl adalah Kecamatan Rappocn, Ujung Pandang dan Manggala, dengan pertmbangan bahwa kecamatan tersebut masng-masng mempunya karakterstk yang khas mengena kasus penyakt DBD d Kota Makassar, untuk area kecl yang berbass kecamatan. Indkator atau arabel yang damat dan dukur, secara rngkas dberkan pada tabel berkut. Tabel 1. Jens Peubah/ Varabel yang Damat. No Jens Peubah/Data yang Damat Keterangan 1 Trombost (mm 6 ) (Y) Sebaga Varabel Respon Hematokrt (%) (X 1 ) 3 Umur (X ) 4 Lama Drawat d Rumah Sakt dalam Satuan Har (X 3 ) 5 Jens Kelamn (X 4 ) 6 Tpe Rumah Sakt (X 5 ) Sebaga Varabel Penjelas

5 Jurnal Matematka, Statstka & Komputas Vol. 4 No. Januar Cara pengamblan data adalah pengamblan data sekunder berdasarkan data laporan rutn per bulan dar masng-masng Puskesmas kepada Dnas Kesehatan Kota Makassar mula bulan Januar 005 sampa dengan September 007, yatu sebanyak 093 pasen yang terjangkt penyakt Demam Berdarah Dengue (DBD) untuk seluruh kecamatan d Kota Makassar. Sesua dengan Undang-Undang No.4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakt Menular, dan Permenkes No.560 tahun 1989 tentang Jens Penyakt yang dapat Menmbulkan Wabah, Tatacara Penyampaan Laporannya dan Tatacara Penanggulangan Seperlunya. Berdasarkan kedua aturan perundangan tersebut, maka semua penyakt yang dapat menmbulkan wabah termasuk DBD harus segera dlaporkan selambat-lambatnya dalam waktu 4 jam setelah dagnoss dtegakkan. Dar data yang damat mencakup arabel respon dan arabel penjelas sesua Tabel 1, trombost merupakan arabel respon yang dperoleh dar hasl dagnoss laborators pertama serta menjad salah satu ndkator tersangka penderta penyakt DBD apabla jumlah trombost 150 mm 6. Varabel penjelas pertama Hematokrt (X 1 ), merupakan ndkator yang peka terjadnya perembesan plasma, sehngga perlu dlakukan pemerksaan hematokrt. Pada umumnya penurunan trombost mendahulu penngkatan hematokrt, dmana nla normal hematokrt adalah Anak-anak : % Dewasa lak-lak : % Dewasa perempuan : %. Varabel penjelas lannya yang damat dalam kasus penyakt DBD juga memlk pengaruh sebaga taraf ukuran penngkatan jumlah penyebaran penyakt n. Metode analss data yang dgunakan adalah dengan menduga parameter dar data mengena penyakt DBD Kecamatan Rappocn, Ujung Pandang dan Manggala Kota Makassar bulan Januar 005 sampa dengan September 007 yang dperoleh d Dnas Kesehatan Kota Makassar dan Dnas Kesehatan Propns Sulawes Selatan dengan pendekatan Bayes, yatu untuk mendapatkan pror atau nformas awal. Kegunaan dar metode n adalah untuk mendapatkan nformas awal parameter dar area kecl yang telah dtentukan. Kemudan dengan pendugaan posteror akan dlakukan pendugaan parameter secara tdak langsung dar area kecl yang dtentukan untuk mendapatkan model Emprcal Bayes (EB) dan dlakukan juga pengujan krtera kelayakan model dengan menggunakan ukuran keteltan dalam menduga suatu area kecl dengan rata-rata kuadrat galat (Means Square Error atau MSE). Kesmpulan yang akan dambl mengena pendugaan area kecl dengan penduga Emprcal Bayes (EB) ddasarkan pada hasl rata-rata kuadrat galatnya (Mean Square Error atau MSE), serta mengdentfkas hubungan antara arabel respon dan arabel penjelas sesua dengan bass yang dgunakan dan area kecl yang terplh dengan menggunakan penduga penduga Emprcal Bayes (EB). Dengan melhat hasl dugaan, nla t-statstk dan nla probabltas yang dperoleh dar hasl pengolahan data melalu perangkat lunak SAS Hasl dan Pembahasan 4.1 Deskrps Peubah yang Dgunakan Untuk deskrps statstk tpe data numerk untuk penderta penyakt DBD d Kota Makassar dberkan pada Tabel d bawah n.

6 6 Jurnal Matematka, Statstka & Komputas Vol. 4 No. Januar 008 Tabel. Deskrps Varabel Numerk untuk Penderta Penyakt DBD d Kota Makassar Nama Varabel Rata-rata Varans Mnmum Maksmum Keterangan Trombost 85,4 1587, Varabel Respon Hematokrt 38,553 46, Varabel Penjelas Lama drawat d Rumah Sakt 3,53 4, Varabel Penjelas Dstrbus jumlah trombost sebagamana yang dtunjukkan pada Tabel, terlhat bahwa rata-rata jumlah trombost penderta penyakt DBD adalah 85,4 mm 6 dan arans trombost adalah 1587,39. Nla maksmal trombost 150 mm 6 dan nla trombost mnmum 4 mm 6. Dstrbus jumlah hematokrt, terlhat bahwa rata rata penngkatan olume hematokrt penderta penyakt DBD adalah 38,553% dan arans penngkatan olume hematokrt adalah 46,407%. Jumlah penngkatan hematokrt terendah sebesar 3% dan nla tertngg sebesar 133%. Sedangkan dstrbus jumlah pasen menurut lama drawat terlhat bahwa rata rata lama drawat pasen yang menderta penyakt DBD adalah 3,53 dan arans lama drawat adalah 4,007. Lama rawat pasen maksmal 15 har dan lama rawat pasen mnmum 1 har. Sedangkan deskrps statstk dan kategork untuk penderta penyakt DBD d Kota Makassar dberkan pada Tabel 3 dbawah n. Tabel 3. Deskrps Varabel Kategork untuk Penderta Penyakt DBD d Kota Makassar Keterangan No Nama Varabel Frekuens Persen (%) 1 Jens Kelamn 1 = Lak-lak ,5 = Perempuan ,5 Umur 1= x < 1 tahun 5 1, = 1<=x< 5 tahun = 5<=x< 15 tahun ,7 4= 15<=x<45 tahun ,1 5= x>= 45 tahun Rumah Sakt 1= Tpe A 139 6,6 = Tpe B ,6 3= Tpe C ,7 4= Tpe C ,4 5= Tpe D 53 5,4 Varabel Penjelas Varabel Penjelas Varabel Penjelas Dstrbus jumlah pasen menurut jens kelamn dtunjukkan pada Tabel 3, terlhat bahwa persentase tertngg yang menderta penyakt DBD adalah lak-lak yatu 51,5%, sedangkan terendah adalah 48,5%. Dstrbus jumlah pasen menurut umur, persentase tertngg penderta penyakt DBD adalah pada umur antara 5-15 tahun yatu 43,7%, sedangkan terendah adalah pada umur kurang dar 1 tahun yatu 1,%. Sedangkan dstrbus jumlah pasen menurut rumah sakt tempat drawat, persentase tertngg tempat penderta penyakt DBD drawat adalah pada rumah sakt tpe B yatu 36,6%, sedangkan terendah adalah pada rumah sakt tpe A yatu 6,6%. Pada tahap berkutnya, deskrps Statstk hanya untuk tga kecamatan terplh yatu Kecamatan Rappocn, Kecamatan Ujung Pandang dan Kecamatan Manggala yang akan danalss menggunakan pendugaan tdak langsung dengan

7 Jurnal Matematka, Statstka & Komputas Vol. 4 No. Januar model Emprcal Bayes (EB). Deskrps statstk terbag atas dua bagan yatu data bertpe numerk dan data bertpe kategork Untuk Deskrps Statstk tpe data numerk untuk penderta penyakt DBD d tga kecamatan yang ada d Kota Makassar dberkan pada Tabel 4 dbawah n. Tabel 4. Deskrps Varabel Numerk untuk Penderta Penyakt DBD d Tga Kecamatan No Nama Varabel Rata-rata Varans Mnmum Maksmum Keterangan 1 Trombost 88, , Varabel Respon Hematokrt 38,87 56, Varabel Penjelas 3 Lama drawat d Rumah Sakt 3,67 4, Varabel Penjelas Dstrbus jumlah trombost sebagamana yang dtunjukkan pada Tabel 4 terlhat bahwa rata-rata jumlah trombost penderta penyakt DBD adalah 88,599 mm 6 dan arans trombost adalah 1767,83. Nla maksmal trombost 150 mm 6 dan nla trombost mnmum 4 mm 6. Dstrbus jumlah hematokrt, terlhat bahwa rata rata penngkatan olume hematokrt penderta penyakt DBD adalah 38,87% dan arans penngkatan olume hematokrt adalah 56,015%. Jumlah penngkatan hematokrt terendah sebesar 3% dan nla tertngg sebesar 133%. Sedangkan dstrbus jumlah pasen menurut lama drawat terlhat bahwa rata rata lama drawat pasen yang menderta penyakt DBD adalah 3,67 dan arans lama drawat adalah 4,346. Lama rawat pasen maksmal 14 har dan lama rawat pasen mnmum 1 har. Sedangkan deskrps statstk dan kategork untuk penderta penyakt DBD d tga kecamatan terplh dberkan pada Tabel 5 d bawah n. Tabel 5. Deskrps Varabel Kategork untuk Penderta Penyakt DBD d Tga Kecamatan No Nama Varabel Frekuens Persen (%) Keterangan 1 Jens Kelamn 1 = Lak-lak 58 50,4 Varabel Penjelas = Perempuan 54 49,6 Umur 1= x < 1 tahun 3 0,6 = 1<=x< 5 tahun 84 16,4 3= 5<=x< 15 tahun 6 44,1 Varabel Penjelas 4= 15<=x<45 tahun 17 33,6 5= x>= 45 tahun 7 5,3 3 Rumah Sakt 1= Tpe A 5 4,9 = Tpe B 5 43,9 3= Tpe C ,7 Varabel Penjelas 4= Tpe C 50 9,8 5= Tpe D 15 9,7 Dstrbus jumlah pasen menurut jens kelamn dtunjukkan pada Tabel 5, terlhat bahwa persentase tertngg yang menderta penyakt DBD adalah lak-lak yatu 50,4% sedangkan terendah adalah 49,6%. Dstrbus jumlah pasen menurut umur, persentase tertngg penderta penyakt DBD adalah pada umur antara 5-15 tahun yatu 44,1%, sedangkan terendah adalah pada umur lebh dar 45 tahun yatu 5,3 %. Sedangkan dstrbus jumlah pasen menurut rumah sakt tempat drawat, persentase

8 8 Jurnal Matematka, Statstka & Komputas Vol. 4 No. Januar 008 tertngg tempat penderta penyakt DBD drawat adalah pada rumah sakt tpe B yatu 43,9%, sedangkan terendah adalah pada rumah sakt tpe A yatu 4,9%. 4. Pendugaan Pror Sebaga Informas Awal Sebelum menggunakan pendugaan tdak langsung dengan metode EB untuk ketga kecamatan fokus peneltan, sebelumnya akan dlakukan pendugaan pror yang akan menjad nformas awal atau kekuatan untuk ketga kecamatan tersebut. Untuk tu dlakukan pendugaan jumlah trombost penderta DBD untuk data populas penderta Kota Makassar. Proses pendugaan n dsebut juga dengan pendugaan langsung. Dar hasl pengolahan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SAS 9.1, pada Pendugaan Pror dperoleh nla mean dan arans untuk masng-masng kecamatan berturut-turut adalah untuk Kecamatan Rappocn 86,916 dan 189,19, Kecamatan Ujung Pandang dan 183,17 dan yang terakhr nla mean dan arans pada Kecamatan Manggala sebesar 74,117 dan 1646,75. Dar hasl pengolahan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SAS 9.1, pada Pendugaan Pror dperoleh MSE populas atau semua kecamatan dmasukkan kedalam model, maka adalah Kecamatan Rappocn sebesar 1484,8, untuk Ujung Pandang sebesar 19,9, dan untuk Kecamatan Manggala sebesar 40,0. Nla MSE menunjukkan besarnya rata-rata kuadrat error pada arabel respon yang dberkan oleh arabel-arabel bebas dar model. Tabel 6. Nla MSE Kecamatan Terplh dan Populas dengan Pendugaan PRIOR Kecamatan Nla MSE Rappocn 1484,8 Ujung Pandang 19,9 Manggala 40,0 Nla MSE yang dperoleh d tga kecamatan n cukup beraras dan relatf besar, sehngga akan dlakukan pendugaan tdak langsung pada ketga kecamatan n menggunakan pendugaan Posteror untuk mendapatkan model Emprcal Bayes (EB) dengan menggunakan nla-nla mean dan arans dar masng-masng kecamatan terplh, dmana pada model EB pendugaan parameter model mendapat tambahan nformas dar pendugaan Pror (awal) pada area yang terkat, atau model populas untuk semua area yang ada, dalam hal n semua kecamatan yang ada d Kota Makassar. 4.3 Pendugaan Posteror Pendugaan tdak langsung, atau melakukan pendugaan posteror pada model EB berdasarkan nformas awal yang dperoleh dar EB, akan durakan sebaga berkut. Pada tahap awal, akan dlakukan pendugaan nla dugaan untuk tap kecamatan yang ada d Kota Makassar dengan menggunakan nformas mengena

9 Jurnal Matematka, Statstka & Komputas Vol. 4 No. Januar raso jumlah penderta yang ada d tap kecamatan dengan jumlah penduduk pada kecamatan tersebut. Raso n dsebut juga nla peluang terjadnya penyakt DBD relatf d tap kecamatan yang damat. Rngkasan hasl dugaan untuk tap kecamatan n dberkan pada Tabel 7 berkut. Berdasarkan Tabel 7 d bawah, meskpun semua nformas mengena kecamatan d Kota Makassar tetap dalam pembahasan n terfokus pada Kecamatan Rappocn, Ujung Pandang dan Manggala. Rata-rata jumlah trombost untuk semua kecamatan adalah 85,57. Sedangkan rata-rata jumlah trombost pada Kecamatan Rappocn adalah 90,51, Kecamatan Ujung Pandang adalah 86.49, dan Kecamatan Manggala adalah 80,54. Nla jumlah trombost untuk semua kecamatan berada pada persektaran nla rata-rata semua kecamatan d Kota Makassar. Tabel 7. Dugaan Populas Penderta Penyakt DBD d Kota Makassar Kecamatan Trombost e SMR ThetaDuga G Rappocn 90,51 0, ,70 0, ,05417 Tamalate 86,68 0, ,01 0, , Makassar 85,8 0,000594,40 0, , Marso 78,39 0, ,73 0, ,06031 Mamajang 90,31 0, ,06 0, ,05487 Ujung Pandang 86,49 0, ,11 0,5156 0, Tallo 9,57 0,0071 0,01 0, ,05988 Manggala 80,54 0, ,04 0, ,06051 Panakukkang 87,11 0, ,78 0,5469 0,0561 Wajo 85,06 0,000664,09 0, , Bontoala 74,41 0, ,97 0, , Ujung Tanah 96,86 0, ,71 0, ,05065 Tamalanrea 83,58 0, ,68 0, , Brngkanaya 79,67 0, ,79 0,7655 0,0611 dmana Trombost : Jumlah Trombost Rata-rata Penderta Penyakt DBD Kota Makassar. e : Rata-rata Peluang Terjangktnya Penyakt DBD pada tap kecamatan d Kota Makassar SMR : Standarzed Mortalty Rato ThetaDuga : Rata-rata Dugaan Populas penderta Penyakt DBD Kota Makassar G : Matrks Koarans hasl dugaan populas Dar hasl pengolahan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SAS 9.1, pada Pendugaan Posteror dperoleh MSE pada Kecamatan Rappocn sebesar 14,714, untuk Kecamatan Ujung Pandang sebesar 157,9445 dan untuk Kecamatan Manggala sebesar 194,774. Nla MSE untuk masng-masng kecamatan yang menunjukkan besarnya rata-rata kuadrat error pada arabel respon dberkan pada tabel berkut.

10 10 Jurnal Matematka, Statstka & Komputas Vol. 4 No. Januar 008 Tabel 8. Nla MSE Kecamatan Terplh Pendugaan Posteror Kecamatan Nla MSE Rappocn 14,714 Ujung Pandang Baru 157,9445 Manggala 194,774 Berdasarkan Tabel 8 datas, terlhat bahwa pendugaan Posteror mampu memnmumkan error dar model herark yang dgunakan dbandngkan dengan pendugaan Pror. Hal n dapat dlhat dar nla MSE model Posteror yang lebh kecl darpada model Pror. Pada Kecamatan Rappocn dan Manggala, tngkat akuras nla MSE pada pendugaan Posteror memberkan hasl yang lebh bak dbandngkan dengan pendugaan Pror. Perubahan pendugaan Pror ke pendugaan Posteror untuk nla MSE masng-masng kecamatan, terlhat bahwa Kecamatan Rappocn dan Manggala memberkan hasl berturut-turut 4,0858 dan 5,58. Akan tetap pada Kecamatan Ujung Pandang, tngkat akuras berdasarkan nla MSE pada pendugaan Pror memberkan hasl yang lebh bak dbandngkan dengan pendugaan Posteror. Perubahan pendugaan Pror ke pendugaan Posteror untuk nla MSE Kecamatan Ujung Pandang adalah Untuk tu pada Kecamatan Ujung Pandang tdak perlu dlakukan pendugaan tdak langsung berdasarkan data pada kecamatan lan. Selanjutnya akan dbahas dugaan parameter untuk setap arabel bebas dar masng-masng kecamatan terplh yatu Kecamatan Rappocn, Kecamatan Ujung Pandang dan Kecamatan Manggala. Adapun hasl dugaan parameter model untuk setap kecamatan terplh dberkan pada tabel berkut. Tabel 9. Nla Dugaan Parameter pada Area Kecl dengan model Emprcal Bayes (EB) Varabel Bebas Rappocn Ujung Pandang Manggala Hematokrt (X1) Umur (X) Lama Rawat (X3) Jens Kelamn (X4) Tpe Rumah Sakt (X5) Dar Tabel 9 dperoleh model pendugaan untuk tga kecamatan terplh yatu Kecamatan Rappocn, Kecamatan Ujung Pandang dan Kecamatan Manggala menggunakan model Emprcal Bayes (EB), dberkan pada persamaan ˆ θ EB 1 = 0.154X X X X X 5 ˆ θ EB = X X - 4.1X X X 5 ˆ θ EB 3 = X X X X X 5 Selanjutnya, berdasarkan nla sgnfkans hasl pengujan tap kecamatan terplh, dengan α = 5%, dperoleh bahwa untuk kecamatan Rappocn, arabel yang berpengaruh adalah umur dan lama rawat. Untuk kecamatan Ujung Pandang, arabel yang berpengaruh adalah Hematokrt. Sedangkan untuk kecamatan Manggala, tdak ada arabel bebas yang domnan mempengaruh jumlah trombost penderta DBD.

11 Jurnal Matematka, Statstka & Komputas Vol. 4 No. Januar Tabel 10. Nla-nla Probablty pada Area Kecl. Kecamatan Varabel Bebas Prob. Hematokrt (X1) Umur (X) RAPPOCINI Lama Rawat (X3) Jens Kelamn (X4) Tpe Rumah Sakt (X5) Hematokrt (X1) Umur (X) UJUNG PANDANG Lama Rawat (X3) Jens Kelamn (X4) Tpe Rumah Sakt (X5) Hematokrt (X1) 0.41 Umur (X) MANGGALA Lama Rawat (X3) Jens Kelamn (X4) Tpe Rumah Sakt (X5) Dar hasl yang dberkan pada Tabel 10 dan dar uraan d atas, maka model pendugaan tdak langsung dengan Emprcal Bayes kecamatan Rappocn dan Ujung Pandang dberkan sebaga berkut: ˆ θ EB 1 = X X X 5 ˆ θ EB = X1 5. Kesmpulan Berdasarkan hasl yang dperoleh dar peneltan n, maka beberapa kesmpulan yang dperoleh adalah : 1. Berdasarkan nla sgnfkans, terlhat bahwa arabel-arabel yang memlk pengaruh sgnfkan terhadap jumlah trombost penderta DBD dengan model EB untuk kecamatan Rappocn yatu umur, lama rawat dan tpe rumah sakt tempat penderta DBD drawat, dengan model ˆ θ EB 1 = X X X 5. Untuk kecamatan Ujung Pandang yatu penngkatan olume hematokrt pada penderta DBD, dengan model ˆ θ EB = X1, Sedangkan untuk kecamatan Manggala tdak ada arabel bebas domnan berpengaruh terhadap jumlah trombost d daerah tersebut.. Pada Pendugaan Pror dperoleh MSE populas atau semua kecamatan dmasukkan kedalam model, maka MSE Kecamatan Rappocn sebesar 1484,8, untuk Ujung Pandang sebesar 19,9, dan untuk Kecamatan Manggala sebesar 40,0. Sedangkan pada Pendugaan Posteror dperoleh MSE pada Kecamatan Rappocn sebesar 14,714, untuk Kecamatan Ujung Pandang sebesar 157,9445 dan untuk Kecamatan Manggala sebesar 194,774. Terlhat bahwa

12 1 Jurnal Matematka, Statstka & Komputas Vol. 4 No. Januar 008 ada Penurunan nla MSE pendugaan setelah dgunakan model Emprcal Bayes 3. Berdasarkan nla MSE yang dperoleh untuk Kecamatan Rappocn, model Posteror mampu memnmumkan error dar model dasar lner yang dgunakan dbandngkan dengan model Pror. Hal n dapat dlhat dar nla MSE model Posteror yang lebh kecl darpada model Pror, dengan perubahan sebesar 4,0858, sedangkan Kecamatan Ujung Pandang sebesar -8,0445, dan Kecamatan Manggala sebesar 5,58. Dapat dsmpulkan juga bahwa perubahan nla MSE dar model Pror ke model Posteror yang terkecl adalah pada Kecamatan Rappocn, sedangkan Kecamatan Ujung Pandang terjad sebalknya, artnya pendugaan pror lebh bak dar pada pendugaan posteror. Hal n dsebabkan oleh jumlah penderta penyakt DBD pada Kecamatan Ujung Pandang yang palng kecl dar tga kecamatan yang menjad objek peneltan. Untuk stud lanjut tentang pendugaan area kecl dengan metode Emprcal Bayes (EB), perlu dbandngkan dengan metode penduga area kecl lannya untuk melhat sejauh mana error yang dhaslkan msalkan metode Herark Bayes (HB), dan haslnya drangkum dalam suatu peta penyebaran DBD d Kota Makassar n. Daftar Pustaka [1] Ansa Analss data longtudnal penderta penyakt DBD, Dabetes Melltus, dan Kanker Paru-Paru RS. Wahdn Sudrohusodo dan RS. Stella Mars Makassar. Laporan Hasl Peneltan Tahun Anggaran 006, Program Hbah Kompets A Jurusan Matematka FMIPA UNHAS. [] Ansa Metode Emprcal Bayes pada pendugaan area kecl, Jurnal Matematka, Statstka dan Komputas, Eds Khusus Jul 007, pp : [3] S. Bernardo Bayesan Theory. John Wley & Sons Inc., Canada. [4] L. Carln Bayes and Emprcal Bayes Methods For Data Analyss. Chapman & Hall/CRC, New York. [5] J. N. K. Rao Small Area Estmaton. John Wley & Sons Inc., Canada.

Nirwan Ilyas, Anisa, Andi Kresna Jaya ABSTRAK

Nirwan Ilyas, Anisa, Andi Kresna Jaya ABSTRAK PERBANDINGAN MODEL REGRESI LOGISTIK DAN ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) UNTUK MENGANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KELANGSUNGAN HIDUP PENDERITA PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DBD) RS WAHIDIN SUDIROHUSODO

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Seemingly Unrelated Regression (SUR) Penderita Penyakit DBD RS. Wahidin Sudirohusodo Dan RS. Stella Maris Makassar

Seemingly Unrelated Regression (SUR) Penderita Penyakit DBD RS. Wahidin Sudirohusodo Dan RS. Stella Maris Makassar Vol. 3, o., -5, Jul 6 Seemngl Unrelated Regresson Penderta Penakt DBD RS. Wahdn Sudrohusodo Dan RS. Stella ars akassar A n s a Abstrak Hubungan antar varabel adalah salah satu hal ang selalu menark dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan. 0. Uji fungsi distribusi empiris yang populer, yaitu uji. distribusi nol

BAB I PENDAHULUAN. dan. 0. Uji fungsi distribusi empiris yang populer, yaitu uji. distribusi nol BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagan besar peneltan-peneltan bdang statstka berhubungan dengan pengujan asums dstrbus, bak secara teor maupun praktk d lapangan. Salah satu uj yang serng dgunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan metode statstka ang dgunakan untuk meramalkan sebuah varabel respon Y dar satu atau lebh varabel bebas X, selan tu juga dgunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecil untuk Respon Binomial dan Multinomial Berbasis Penarikan Contoh Berpeluang Tidak Sama

BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecil untuk Respon Binomial dan Multinomial Berbasis Penarikan Contoh Berpeluang Tidak Sama BAB V Model Bayes Pendugaan Area Kecl untuk Respon Bnomal dan Multnomal Berbass Penarkan Contoh Berpeluang Tdak Sama 5.1. Pendahuluan Pada umumnya pengembangan model SAE dan pendugaannya dlakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

Prediksi Kelainan Refraksi Berdasarkan Panjang Sumbu Bola Mata Pada Pasien Myopia Axial Melalui Regresi Bootstrap

Prediksi Kelainan Refraksi Berdasarkan Panjang Sumbu Bola Mata Pada Pasien Myopia Axial Melalui Regresi Bootstrap Predks Kelanan Refraks Berdasarkan Panjang Sumbu Bola Mata Pada Pasen Myopa Axal Melalu Regres Bootstrap Oleh: Karyam dan Qorlna Statstka UII ABSTRAKSI Peneltan n dlakukan d Rumah Sakt Mata Dr. YAP Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL Tan Wahyu Utam, Indah Manfaat Nur Unverstas Muhammadyah Semarang, emal : tan.utam88@gmal.com

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

Metode Estimasi Kemungkinan Maksimum dan Kuadrat Terkecil Tergeneralisasi pada Analisis Pemodelan Persamaan Struktural

Metode Estimasi Kemungkinan Maksimum dan Kuadrat Terkecil Tergeneralisasi pada Analisis Pemodelan Persamaan Struktural Jurnal Graden Vol. 11 No. 1 Januar 015 : 1035-1039 Metode Estmas Kemungknan Maksmum dan Kuadrat Terkecl Tergeneralsas pada Analss Pemodelan Persamaan Struktural Dan Agustna Jurusan Matematka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

Regresi Linear Sederhana dan Korelasi

Regresi Linear Sederhana dan Korelasi Regres Lnear Sederhana dan Korelas 1. Model Regres Lnear. Penaksr Kuadrat Terkecl 3. Predks Nla Respons 4. Inferens Untuk Parameter-parameter Regres 5. Kecocokan Model Regres 6. Korelas Utrwen Mukhayar

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL Abstrak ESIMASI PARAMEER PADA REGRESI SEMIPARAMERIK UNUK DAA LONGIUDINAL Msal y merupakan varabel respon, Lls Laome Jurusan Matematka FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar 933 e-mal : lhs@yahoo.com X adalah

Lebih terperinci

I. PENGANTAR STATISTIKA

I. PENGANTAR STATISTIKA 1 I. PENGANTAR STATISTIKA 1.1 Jens-jens Statstk Secara umum, lmu statstka dapat terbag menjad dua jens, yatu: 1. Statstka Deskrptf. Statstka Inferensal Dalam sub bab n akan djelaskan mengena pengertan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB IV TRIP GENERATION

BAB IV TRIP GENERATION BAB IV TRIP GENERATION 4.1 PENDAHULUAN Trp Generaton td : 1. Trp Producton 2. Trp Attracton j Generator Attractor - Setap tempat mempunya fktor untuk membangktkan dan menark pergerakan - Bangktan, Tarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan lapangan kuanttatf yang bersfat korelasonal. Peneltan lapangan merupakan suatu peneltan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

INFERENSI FUNGSI KETAHANAN DENGAN METODE KAPLAN-MEIER

INFERENSI FUNGSI KETAHANAN DENGAN METODE KAPLAN-MEIER Tatk Wdharh dan Naschah ska Andran (Inferens Fungs Ketahanan dengan Metode Kaplan-Meer INFERENI FUNGI KETAHANAN DENGAN METODE KAPLAN-MEIER Tatk Wdharh dan Naschah ska Andran Jurusan Matematka FMIPA UNDIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

Corresponding Author:

Corresponding Author: Perbandngan Fungs Ketahanan Hdup Dengan Metode Non Parametrk Menggunakan Uj Gehan Dan Uj Cox-Mantel (Lvng wth Securty Functon Comparson Method Usng Non Paremetrk Gehan test and Cox-Mantel Tes Ans Sept

Lebih terperinci

Oleh : Deri Akhmad (9738) Johan Arifin (9834) Muhammad Alawido (10830) esi Hapsari (10832) Windu Pramana Putra (10835) Tya Hermoza (10849) Gempur

Oleh : Deri Akhmad (9738) Johan Arifin (9834) Muhammad Alawido (10830) esi Hapsari (10832) Windu Pramana Putra (10835) Tya Hermoza (10849) Gempur Oleh : Der Akhmad (9738) Johan Arfn (9834) Muhammad Alawdo (83) es Hapsar (83) Wndu Pramana Putra (835) Tya Hermoza (849) Gempur Safar (877) Febra Aryan (97) Asr Wdyasar (978) Nur Inayah (4) Adharsa Rakhman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

2. ANALISIS DATA LONGITUDINAL

2. ANALISIS DATA LONGITUDINAL . ANALISIS DATA LONGITUDINAL Data longtudnal merupakan salah satu bentuk data berkorelas. Pada data longtudnal, peubah respon dukur pada beberapa ttk waktu untuk setap subyek. Dalam stud longtudnal dmungknkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci