4 PRAKIRAAN SUHU MAKSIMUM DAN MINIMUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 PRAKIRAAN SUHU MAKSIMUM DAN MINIMUM"

Transkripsi

1 4 PRAKIRAAN SUHU MAKSIMUM DAN MINIMUM Pendahuluan Parameter cuaca suhu maksmum dan mnmum merupakan parameter utama yang dprakrakan oleh lembaga pelayanan cuaca dantaranya BMKG. Suhu maksmum adalah suhu udara tertngg yang dcapa selama satu har, sedangkan suhu mnmum adalah suhu udara terendah yang dapat dcapa selama satu har. Suhu udara maksmum d daerah Jabodetabek terjad sektar jam WIB sedangkan suhu mnmum terjad sektar jam WIB. Man et al. (2003) membangun persamaan regres menggunakan data TOGA dengan semblan grd berukuran 2,5 o 2,5 o tahun sebaga predktor dan pengamatan suhu sebaga predktan. Pada tahap awal dtentukan predktor yang mungkn dapat dgunakan. Untuk menentukan hasl kombnas lner terbak dar nla-nla predktor d semblan grd sektar lokas stasun, dhtung korelas kanonk antara predktan (Tmaks dan Tmn) d stasun dengan predktor d semblan grd. Kombnas lner terbak yang dhaslkan mempunya korelas maksmum dengan predktan. Untuk mengelmnas predktor yang mempunya nformas redundance dgunakan regres stepwse. Predktor yang berpotens menjelaskan seluruh varan dplh sebaga predktor. Man et al. (2003) melakukan prakraan suhu maksmum dan mnmum menggunakan nterpretas statstk dar luaran model cuaca numers. Dalam peneltannya, dnyatakan bahwa keterbatasan model srkulas umum (GCM) dalam mempredks parameter cuaca permukaan secara akurat memerlukan nterpretas statstk terhadap produk NWP. Sstem untuk mempredks suhu maksmum dan mnmum d 12 lokas d Inda telah dkembangkan dengan pendekatan metoda PPM. Hasl verfkas beberapa model MOS yang dlakukan oleh Man, 2003 menunjukkan nla root mean square error (RMSE) untuk prakraan suhu maksmum har ke-1 sampa ke-4 sektar 1,69 o C - 3,1 o C, sedangkan RMSE prakraan suhu maksmum har ke-1 sampa ke-4 yang dlakukan oleh Federco, 2011 sektar 2,4 o C sampa 2,9 o C. Pada bab n akan dbuat model prakraan suhu udara maksmum dan mnmum d wlayah Jabodetabek (8 lokas stasun) sampa dengan empat har ke depan. Bahan Bahan dan Metoda Bahan yang dgunakan dalam pemodelan n adalah suhu maksmum, mnmum dan NWP perode September 2010 sampa Desember Data NWP hanya menggunakan grd nomor 29, 30, 31, 37, 38, 39, 45, 46, dan 47. Metode Model statstk dbangun menggunakan data hstors predktor pada waktu t dan predktan pada waktu T. Persamaan regres MOS dan prakraan y p dtuls sebaga berkut (Marzban et al. 2006):

2 32 Model I : = ( ) + (4.1 ), = ( ) (4.2 ) Model II :, = ( ) + (4.3 ), = ( ) dengan : y : predktan x : predktor o : menyatakan data observas p : menyatakan hasl prakraan m: menyatakan data hasl model t : waktu predktor T: waktu predktan f : fungs persamaan lner dmana parameternya dduga dar data (4.4 ) Pertmbangan penentuan waktu predktan dan predktor djelaskan pada Gambar 4.1. Suhu maksmum umumnya terjad sektar jam 14 WIB atau 07 UTC, sehngga pada penentuan predktor NWP dplh waktu yang palng dekat yatu jam 06 UTC untuk har ke satu, seterusnya jam 30, 54 dan 78 UTC. Suhu mnmum umumnya terjad sektar jam 04 WIB atau 21 UTC, sehngga pada penentuan predktor NWP dplh waktu yang palng dekat yatu jam 18 UTC untuk har ke satu, seterusnya jam 42, 66 dan 90 UTC. Tmaks Dlaporkan 19 L Tmn Dlaporkan 07 L Tmak Tmn t+1 t+2 t+3 07 L 19 L 07 L 19 L 07 L 19 L 07 L 19 L Pengamatan 00 z 12 z 24 z 36 z 48 z 60 z 72 z 84 z NWP y : suhu maksmum (terjad sektar pukul WIB / UTC) y : suhu mnmum (terjad sektar pukul WIB / UTC) x : NWP Gambar 4.1. Referens waktu yang dgunakan untuk menentukan predktor dan predktan pemodelan prakraan suhu maksmum dan mnmum

3 Pemlhan jam predktan dan predktor pada tahap pembangunan dan mplementasa model dapat dlhat pada Tabel 4.1. Prakraan suhu maksmum pada Model I, tahap pembangunan model menggunakan predktan jam 07 UTC dan predktor menggunakan waktu 06 UTC. Sedangkan pada tahap mplementas dgunakan predktor pada jam 30 UTC (atau jam 06 UTC har berkutnya) untuk prakraan har kedua, dan seterusnya menggunakan predktor pada jam 54 UTC dan 78 UTC. Pada Model II, pada tahap pembangunan menggunakan predktor jam 06 UTC, 30 UTC (prakraan jam 06 UTC har berkutnya), 54 UTC dan 78 UTC, demkan pula pada pada tahap mplementas menggunakan waktu yang sama. Prakraan suhu mnmum pada Model I, tahap pembangunan dgunakan predktan jam 21 UTC dan predktor menggunakan waktu 18 UTC. Sedangkan pada tahap mplementas dgunakan predktor pada jam 42 UTC (atau jam 18 UTC har berkutnya) untuk prakraan har kedua, dan seterusnya menggunakan predktor pada jam 66 UTC dan 90 UTC. Pada Model II, pada tahap pembangunan dgunakan predktor jam 18 UTC, 42 UTC (prakraan jam 18 UTC har berkutnya), 66 UTC dan 90UTC, demkan pula pada tahap mplementas menggunakan waktu yang sama. Tabel 4.1. Penentuan waktu (UTC) pada predktan dan predktor pada dua model I dan II Model I Model II Para- Har Pembangunan Implementas Pembangunan Implementas meter Y X X Y X X Tmaks 1 07 *) *) *) *) *) Tmn 1 21 *) *) *) *) *) Ket. : waktu Y berdasarkan tanggal pengamatan, waktu X berdasarkan tanggal nsas NWP, *) waktu perkraan terjad suhu maksmum dan mnmum Pemlhan parameter yang djadkan sebaga predktor sepert pada Tabel 4.2. Semua parameter yang terseda pada GFS dgunakan sebaga predktor dengan alasan agar tdak ada varas data yang tdak masuk dalam model. Alasan n sesua dengan penggunaan metoda yatu PLSR dan PCR. Kedua metoda dmaksudkan untuk menghlangkan faktor multkolonertas. Metoda PCR hanya mengambl komponen utama yang secara kumulatf telah mencapa lebh besar 33

4 34 dar 90% varas, sedangkan metoda PLSR untuk menghndar varas yang tdak masuk dalam PCR. Tabel 4.2. Predktor untuk model prakraan suhu maksmum dan mnmum Parameter Deskrps Satuan Surf Heght Geoptental heght m x x x x Tmax Maxmum K x temperature Tmn Mnmum K x temperature T Temperature K x x x x x RH Relatve humdty x x x x U U-component m/det x x x x V V-component m/det x x x x Vvel Vertcal Velocty m/det x x x x Psurf Surface pressure Pa x PRMSL Pressure at mean sea Pa x level Pwat Precptable water mm x Prncpal Component Regresson Salah satu metoda untuk menghlangkan kolnertas peubah bebas X adalah mencar peubah baru sebaga kombnas lner dar X dengan syarat peubah baru tersebut salng ortogonal. Metoda n dsebut metoda PCA atau komponen utama. Regres komponen utama (PCR) adalah analss regres yang menggunakan analss komponen utama dalam menduga koefsen regres. Prosedur n dgunakan untuk memecahkan masalah jka peubah bebasnya mempunya kolnertas. Dalam PCR, komponen yang dplh hanya beberapa komponen yang secara kumulatf telah mempunya keragaman lebh besar dar 90. Persamaan regres asal antara peubah respon Y dengan peubah bebas X adalah sebaga berkut, = (4.5 ) Msalkan peubah baru K merupakan komponen utama sebaga kombnas lner dar X, maka dapat dbentuk matrks K=AX, sehngga komponen ke-j dapat dtuls sebaga berkut : = (4.6 ) atau =

5 Msal komponen utama K 1, K 2...K m merupakan komponen yang secara kumulatf mempunya varan lebh dar 90 dan Y adalah peubah respon, maka model regres komponen utama dapat dtuls sebaga berkut : Kalbras dan verfkas model = (4.7 ) Kalbras model untuk menentukan metoda yang tepat untuk setap lokas dan pada tmestep yang berbeda. Kalbras model membandngkan hasl prakraan dan observas pada perode tahun pengembangan model, sedangkan verfkas model adalah untuk membandngkan hasl prakraan dan observas pada perode tga bulan kemudan. Kalbras dan verfkas menggunakan metoda root mean sqare error (RMSE) dan koefsen korelas (r), dengan 35 = = (4.8 ) dengan : e = kesalahan atau galat atau error pada perode ke dengan =1,2,,...n Y = observas (data rl) pada perode ke dengan =1,2,...,n Yˆ = hasl prakraan pada pada perode ke dengan =1,2,,n n= panjang perode = (4.9 ) dengan r ˆ = koefsen korelas antara observas (data rl) dengan hasl prakraan YY Y = observas (data rl) pada perode ke dengan =1,2,..n Y = nla rata rata observas (data real) Yˆ = hasl prakraan pada pada perode ke dengan =1,2,,n Ŷ = nla rata rata hasl prakraan n = panjang perode

6 36 Model prakraan suhu maksmum Model prakraan suhu maksmum menggunakan metoda PLSR dan PCR, masng-masng dbuat dalam dua model. Model I menggunakan predktor pada waktu yang sama dengan predktan, sedangkan Model II menggunakan predktor pada waktu prakraan NWP, sehngga untuk Model I dperoleh 8 persamaan regres dan Model II sebanyak 32 persamaan untuk masng-masng metoda PLSR dan PCR. Prosedur penentuan predktor merupakan bagan yang pentng pada tahap pembangunan model MOS (Termona dan Deckmyn 2007). Calon predktor yang dgunakan sepert pada Tabel 4.2. Jumlah keseluruhan predktor adalah [30 (parameter level) x 9 grd] atau 270. Pada tahap awal dhtung nla RMSE antara suhu maksmum pengamatan d delapan stasun dengan suhu maksmum NWP d 9 grd untuk data bulan Oktober 2012 sampa Desember Tahap n adalah pengujan keakuratan secara langsung prakraan luaran NWP terhadap nla pengamatan tanpa menggunakan model statstk. Tabel 4.3 adalah nla RMSE antara suhu maksmum pengamatan d delapan stasun dengan suhu maksmum NWP d grd doman 3 yatu 29, 30, 31, 37, 38, 39, 45, 46, dan 47. RMSE terkecl tercatat antara suhu maksmum prakraan d grd 39 terhadap suhu maksmum d semua stasun, kecual stasun Cteko, rata-rata RMSE sebesar 2,06. Plot data suhu maksmum pengamatan dan suhu maksmum luaran NWP pukul 06 UTC pada grd 39 tersaj pada Lampran 3 dan Lampran 4. Pada plot tersebut tampak bahwa keduanya tdak mempunya pola yang sama, bahkan perbedaan sangat menyolok d stasun Cteko. Secara umum keduanya sangat berbeda pada bulan-bulan Me sampa Nopember atau pada saat musm kemarau. Berdasarkan letak topograf, Cteko yang terletak d kawasan Puncak, Bogor, mempunya ketnggan palng tngg (920 m) dbandngkan dengan stasun lannya (Dramaga Bogor = 207 m). Berdasarkan fakta n terlhat bahwa NWP belum mampu untuk memprakrakan cuaca d tempat yang mempunya sfat ekstrm dbandng sektarnya, dalam hal n terlhat untuk kasus d Cteko. Tabel 4.3. Nla RMSE antara suhu maksmum pengamatan dan NWP ( o C) pada setap ttk grd doman 3 (har ke-1) grd PRI CKG KMO TNG PBT CRG BGR CTK

7 37 NWP sebaga predktor mempunya korelas antar parameter cuaca, korelas antar grd dan korelas antar level, atau terdapat multkolnertas. Dkarenakan adanya multkolnertas n, maka model yang dgunakan adalah PLSR dan PCR. PLSR dan PCR keduanya menghlangkan faktor multkolnertas dengan cara menghtung komponen utama bak predktor dan predktan untuk PLSR maupun predktor saja untuk PCR. Tabel 4.4 adalah nla egen predktor NWP jam 06 UTC untuk prakraan suhu maksmum Model I dan II serta nla propors varas kumulatfnya. Komponen pertama telah mencapa 98%, dan pada komponen ke lma telah mencapa 100%. Tga komponen utama dsumbang oleh empat parameter utama yatu tekanan udara permukaan laut, tekanan udara permukaan, tngg geopotensal, kelembapan, precptable water (lhat Tabel 4.5. kolom parameter). Area 64 grd yang dgunakan melput sebagan besar wlayah laut (Gambar 3.1), sehngga varas terbesar komponen utama adalah tekanan udara permukaan laut. In menunjukan bahwa srkulas atmosfer dan laut menjad pemcu cuaca d daerah peneltan. Varas angn zonal (U) dan angn merdonal tdak tampak dalam tga komponen utama. Selanjutnya untuk membangun model PCR dgunakan tga komponen utama. Tabel 4.6 adalah prosentase kumulatf dar varas komponen utama pada pemodelan PLSR. X menyatakan peubah NWP sedangkan Y merupakan peubah suhu maksmum. Secara umum, varas peubah X telah mencapa 99% pada tga komponen utama, sedangkan untuk peubah Y hanya mencapa 52% pada sepuluh komponen utama. Selanjutnya untuk membangun model PLSR dgunakan tga komponen utama. Tabel 4.4. Propors kumulatf nla Egen predktor NWP jam 06, 30, 54 dan 78 UTC untuk Model I dan II (Model I menggunakan statstk har ke-1) PC EgenValue Propors Kumulatf (%) Har-1 Har-2 Har-3 Har-4 Har-1 Har-2 Har-3 Har Tabel 4.5. Parameter penyumbang varas terbesar pada tga komponen utama PC Parameter 1 PRMSL, Psurf, Heght, RH 2 Psurf, RH, PWAT, Heght 3 Psurf, PRMSL, RH, PWAT

8 38 Tabel 4.6. Persentase kumulatf varas komponen utama pada pemodelan PLSR Har PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7 PC8 1 X Y X Y X Y X Y Hasl pemodelan suhu maksmum menggunakan metode PLSR sepert pada Lampran 5 (koefsen regres b 11 sampa b 270 tdak dcantumkan). Tabel 4.7 adalah koefsen determnas (R 2 ) yang menjelaskan sumbangan predktor (NWP) yang dapat menjelaskan predktan (suhu maksmum pengamatan). Nla R 2 berksar antara 33 sampa dengan 64, terendah tercatat d Tangerang har ke tga dan Cengkareng har ke empat dan tertngg tercatat d Bogor har ke satu. Tabel 4.7. Nla R 2 (%) pada pemodelan PLSR Model I dan II (Model I hanya menggunakan statstk har ke-1) Har Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 adalah hasl verfkas model selama tga bulan (Oktober 2012 sampa dengan Desember 2012). Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 adalah penggambaran grafs dar nla korelas dan RMSE untuk setap metoda dan model. Korelas yang dmaksud pada tabel tersebut adalah korelas antara prakraan suhu maksmum dengan pengamatan suhu maksmum, sedangkan RMSE adalah nla kesalahan rata-rata dar prakraan suhu maksmum terhadap pengamatannya. Har 1 menyatakan waktu yang dtetapkan sebaga awal prakraan, sedangkan adalah satu har berkutnya, dan seterusnya. Secara umum, pemodelan PLSR Model I dan Model II mempunya tngkat keakuratan yang hampr sama, tdak ada perbedaan yang sgnfkan bak dar nla korelas maupun RMSE-nya. Hal n menunjukkan bahwa predktor luaran NWP menggunakan waktu yang sama dengan predktan (pengamatan) menghaslkan predks yang sama jka menggunakan predktor pada waktu prakraan. Dengan kata lan bahwa tdak perlu menggunakan 32 persamaan model, namun cukup menggunakan delapan persamaan. Hasl pemodelan PLSR bak Model I maupun Model II menunjukkan bahwa makn jauh waktu yang dprakrakan maka tngkat keakuratannya semakn menurun. Hal n dapat dlhat dar nla korelas pada har ke-1 lebh besar dar har ke-2, korelas har ke-2 lebh besar dar har ke-3 dan seterusnya. Demkan

9 ( ) ( ) juga dengan nla RMSE, har ke-1 lebh kecl dar har ke-2, har ke-2 lebh kecl dar har ke-3. Model terbak dcatat d Bogor dan terburuk d Tanjung Prok dan Tangerang. Tabel 4.8. Hasl verfkas prakraan suhu maksmum PLSR Model I dan Model II Model Statstk I II Prak Korelas RMSE ( o C) Korelas RMSE ( o C) K o r e l a s Korelas (PLSR Model I) r-mn R 1.4 M 1.2 S 1.0 E C RMSE (PLSR Model I) K o r e l a s Korelas (PLSR Model II) r-mn R 1.4 M 1.2 S 1.0 E C RMSE (PLSR Model II) Gambar 4.2. Grafk verfkas prakraan suhu maksmum PLSR Model I dan Model II (r-mn : korelas mnmum pada n=90 dan alpha=5%)

10 40 Tabel 4.9. Hasl verfkas prakraan suhu maksmum PCR Model I dan Model II Model Statstk I II Prak Korelas RMSE ( o C) Korelas RMSE ( o C) K o r e l a s Korelas (PCR Model I) r-mn R M S E RMSE (PCR Model I) K o r e l a s Korelas (PCR Model II) r-mn Gambar 4.3. Grafk verfkas prakraan suhu maksmum PCR Model I dan II (rmn : korelas mnmum pada n=90 dan alpha=5%) R M S E RMSE (PCR Model II)

11 Hasl pemodelan suhu maksmum menggunakan metode PCR sepert pada Lampran 6. Persamaan regres seluruhnya sangat sgnfkan (alpha<1) dan nla R 2 berksar antara 12 sampa dengan 43. Hasl pemodelan PCR n tdak berbeda dengan PLSR. Pemodelan PCR Model I dan II juga mempunya tngkat keakuratan yang hampr sama. Model terbak dcatat d Bogor dan terburuk d Tangerang. Demkan pula dengan keakuratan prakraan har ke-1 lebh akurat dar har ke-2, har ke-2 lebh akurat dar har ke-3 dan seterusnya. Perbedaan RMSE antara prakraan dan observas tanpa pemodelan dan dengan pemodelan cukup sgnfkan yatu rata-rata sebesar 0,8 o C. Rata-rata RMSE tanpa pemodelan (tdak termasuk Cteko) adalah sektar 1,9 o C, sedangkan rata-rata RMSE dengan pemodelan (metoda PCR dan PLSR bak model I atau II) sebesar 1,2 o C. Dengan demkan dengan menggunakan model statstk mampu menngkatkan keakuratan prakraan rata-rata sektar 0,7 o C. Plot suhu maksmum pengamatan dan hasl prakraan metode PCR Model I tersaj pada Lampran 7 dan Lampran 8. Pada plot tersebut umumnya tampak bahwa keduanya mempunya pola yang sama, namun demkan model belum bsa memprakrakan dengan tepat untuk pengamatan yang ekstrm. Hal menark adalah plot pada Tanjung Prok, perbedaan antara pengamatan dan prakraan cukup besar (>2 o C) terjad pada bulan Oktober Tabel 4.10 bers resume nla RMSE dan korelas prakraan suhu maksmum antara metode PLSR dan PCR, keduanya mempunya hasl yang hampr sama. Statstk (maksmum, mnmum, rata-rata dan standard devas) dar RMSE dan korelas mempunya nla yang hampr sama atau tdak ada yang secara sgnfkan berbeda. Tabel Resume nla RMSE dan korelas Model I dan II prakraan suhu maksmum Metode Model RMSE Korelas Maks Mn Rata SD Maks abs(mn) Rata SD PLSR I II PCR I II Model prakraan suhu mnmum Sebagamana yang dmodelkan pada prakraan suhu maksmum, prakraan suhu mnmum juga dmodelkan dengan dua metode yatu PLSR dan PCR dan masng-masng dbuat dalam dua model yatu Model I dan Model II (persamaan 4.1 sampa 4.4). Tabel 4.11 adalah nla egen predktor NWP jam 18, 42, 66 dan 90 UTC untuk prakraan suhu mnmum Model I dan II serta nla propors kumulatfnya. Komponen pertama telah mencapa 100%. Tga komponen utama dsumbang oleh empat parameter utama yatu suhu permukaan laut, suhu permukaan, kelembapan, tngg geopotensal, dan precptable water (lhat Tabel 4.12 kolom parameter). Selanjutnya untuk membangun model PCR dgunakan tga komponen utama. 41

12 PC 42 Tabel 4.13 adalah prosentase kumulatf dar varas komponen utama pada pemodelan suhu mnmum dengan metode PLSR. X menyatakan peubah NWP sedangkan Y merupakan peubah suhu maksmum. Secara umum, peubah X telah mencapa 100 pada dua komponen utama, sedangkan untuk peubah Y hanya mencapa 38 pada sepuluh komponen utama. Selanjutnya untuk membangun model PLSR dgunakan tga komponen utama. Tabel 4.14 merupakan nla RMSE antara suhu mnmum pengamatan d delapan stasun dengan suhu mnmum NWP d 9 grd untuk data bulan Oktober 2012 sampa Desember RMSE terkecl tercatat d grd 37 terhadap suhu maksmum d semua stasun, kecual stasun Cteko. Rata-rata RMSE pada grd 37 sebesar 2,05 o C. Sama sepert pada hasl pemodelan suhu maksmum, bahwa Cteko merupakan lokas dengan hasl RMSE yang sangat berbeda dengan lokas lannya. NWP juga belum mampu untuk memprakrakan suhu mnmum d tempat yang mempunya sfat ekstrm dbandng sektarnya. Tabel Nla Eegen predktor NWP jam 18, 42, 66 dan 90 UTC untuk prakraan suhu mnmum Model II (Model I menggunakan statstk har ke-1) EgenValue Propors Kumulatf (%) Har-1 Har-2 Har-3 Har-4 Har-1 Har-2 Har-3 Har Tabel Parameter penyumbang varas terbesar pada tga komponen utama untuk pemodelan suhu mnmum PC Parameter 1 PRMSL, Psurf 2 Psurf, RH, Heght 3 RH, Psurf, PWAT Jka dbandngkan dengan pemodelan suhu maksmum, NWP yang menghaslkan RMSE terkecl untuk suhu mnmum adalah grd 37, sedangkan untuk suhu maksmum pada grd 39. Besaran nla RMSE pada suhu maksmum umumnya lebh besar dar RMSE suhu mnmum. Plot data suhu mnmum pengamatan dan suhu mnmum luaran NWP pukul 18 UTC pada grd 37 tersaj pada Lampran 9 dan Lampran 10. Pada plot tersebut tampak bahwa keduanya tdak mempunya pola yang sama.pada Cteko mempunya pola yang sama, namun error antara keduanya cukup besar yatu sektar 3 o C.

13 Tabel Persentase kumulatf varas komponen utama pada pemodelan PLSR Komponen Har X Y X Y X Y X Y Tabel Nla RMSE antara suhu mnmum pengamatan dan NWP ( o C) pada setap ttk grd doman 3 (har ke-1) grd Hasl pemodelan suhu mnmum menggunakan metode PLSR sepert pada Lampran 11 (koefsen regres b 11 sampa b 270 tdak dcantumkan). Tabel 4.15 adalah koefsen determnas (R 2 ) yang menjelaskan sumbangan predktor (NWP) yang dapat menjelaskan predktan (suhu mnmum pengamatan). Nla R 2 berksar antara 9 sampa dengan 62, terendah tercatat d Tangerang dan Kemayoran har ke empat dan tertngg tercatat d Curug har ke satu. Tabel Nla R 2 (%) pada pemodelan PLSR Model I dan II (Model I hanya menggunakan statstk har ke-1) Har

14 44 Verfkas pemodelan dengan metoda PLSR bak untuk Model I atau Model II (Tabel 4.16 dan Gambar 4.4) mengndkaskan bahwa hasl prakraan dapat memperbak prakraan dbandng dengan prakraan langsung menggunakan data NWP. Secara umum metoda PLSR mampu memperkecl RMSE sebesar 1,3 o C, yatu dar rata-rata RMSE sebesar 2,0 o C menjad sektar 0,7 o C. Nla korelas terkecl tercatat pada lokas Tangerang, Pondok Betung dan Kemayoran yatu d bawah 0,2. Sedangkan untuk lokas lan umumnya korelasnya mencapa antara 0,3 sampa dengan 0,56. Nla korelas yang mencolok adalah d Cteko, yatu mempunya korelas tertngg d antara stasun yang lan. Sedangkan nla RMSE antara suhu mnmum Cteko dengan prakraan NWP suhu mnmum pada 9 grd menunjukkan nla yang tertngg. Hal n menunjukkan bahwa pemodelan PLSR dan PCR mampu menngkatkan keterandalan prakraan. Tabel Hasl verfkas prakraan suhu mnmum PLSR Model I dan Model II Model Statstk Prak I Korelas RMSE II Korelas RMSE Plot suhu mnmum pengamatan dan hasl prakraan metode PCR Model I tersaj pada Lampran 13 dan Lampran 14. Pada plot tersebut umumnya tampak bahwa keduanya mempunya pola yang tdak sama. Hanya d Cteko yang mempunya pola yang sama.

15 ( ) ( ) 45 Korelas (PLSR Model I) RMSE (PLSR Model I) K o r e l a s r-mn R 1.4 M 1.2 S 1.0 E C Korelas (PLSR Model II) RMSE (PLSR Model II) K o r e l a s r-mn R 1.4 M 1.2 S 1.0 E C Gambar 4.4. Grafk verfkas prakraan suhu mnmum PLSR Model I dan II(rmn : korelas mnmum pada n=90 dan alpha=5%) Perbandngan keterandalan prakraan har ke-1, 2, 3 dan 4 menunjukkan umumnya semakn menurun. Korelas verfkas har ke 1 lebh bak dar har-har berkutnya, dan RMSE juga menngkat nlanya pada har-har berkutnya. Namun demkan penurunan keterandalan prakraan tdak sgnfkan, yatu penurunan maksmum nla korelas hanya sektar 0,01 sampa 0,19. Verfkas prakraan Model I secara umum sedkt lebh bak dar Model II. Sehngga dengan menggunakan metoda PLSR tdak dperlukan data prakraan NWP pada tahapan pengembangan. Hal n juga terjad pada pemodelan suhu maksmum. Hasl pemodelan suhu mnmum menggunakan metode PCR sepert pada Lampran 12. Persamaan regres seluruhnya sangat sgnfkan (alpha<1) dan nla R 2 berksar antara 7 sampa dengan 54. Hasl pemodelan PCR n tdak berbeda dengan PLSR. Tabel 4.17 dan Gambar 4.5 menunjukkan bahwa hasl prakraan metoda PCR bak Model I dan II dapat memperbak prakraan dbandng dengan prakraan langsung menggunakan data NWP. Secara umum metode PCR mampu memperbak keakuratan prakraan, yatu dar rata-rata RMSE sebesar 2,0 o C menjad sektar 0,74 o C. Sama dengan prakraan suhu maksmum, verfkas pada prakraan suhu mnmum juga menunjukkan nla korelas terkecl tercatat pada lokas Tangerang, Pondok Betung dan Kemayoran yatu d bawah 0,2. Sedangkan untuk lokas lan umumnya korelasnya mencapa antara 0,3 sampa dengan 0,6. Demkan pula dengan yang terjad d Cteko, nla korelas Cteko mempunya korelas tertngg d antara stasun yang lan. Sedangkan nla RMSE antara suhu mnmum Cteko dengan prakraan NWP suhu mnmum pada 9 grd menunjukkan nla yang tertngg. Hal n menunjukkan bahwa pemodelan PLSR dan PCR mampu menngkatkan keterandalan prakraan.

16 46 Tabel Hasl verfkas prakraan suhu mnmum PCR Model I dan Model II Model Statstk Prak I Korelas RMSE II Korelas RMSE Jka dlhat dar keterandalan prakraan suhu mnmum har ke-1, 2, 3 dan 4 umumnya semakn menurun. Korelas verfkas har ke 1 lebh bak dar har ke- 2, demkan juga seterusnya, dan RMSE juga menngkat nlanya pada har-har berkutnya. Penurunan keterandalan prakraan har ke satu ke har berkutnya tdak sgnfkan, yatu penurunan maksmum nla korelas hanya sektar 0,01 sampa 0,07. Verfkas prakraan Model I secara umum sama dengan Model II. Sehngga dengan menggunakan metoda PLSR dan PCR tdak dperlukan data prakraan NWP pada tahapan pengembangan. Tabel 4.18 bers resume nla RMSE dan korelas prakraan suhu mnmum metode PLSR dan PCR untuk Model I dan II. Dar tabel n menunjukkan bahwa antara metode PLSR dan PCR mempunya hasl yang sama. Statstk (maksmum, mnmum, rata-rata dan standard devas) dar RMSE dan korelas mempunya nla yang hampr sama atau tdak ada yang secara sgnfkan berbeda.

17 ( ) ( ) 47 Korelas (PCR Model I) RMSE (PCR Model I) K o r e l a s r-mn R 1.4 M 1.2 S 1.0 E C K o r e l a s Korelas (PCR Model II) r-mn R 1.4 M 1.2 S 1.0 E C Gambar 4.5. Grafk verfkas prakraan suhu mnmum PCR Model I dan II (rmn : korelas mnmum pada n=90 dan alpha=5%) Tabel Resume nla RMSE dan korelas Model I dan II prakraan suhu mnmum Metode Model RMSE Korelas Maks Mn Rata SD Maks abs(mn) Rata SD PLSR I II PCR I II Smpulan RMSE (PCR Model II) Luaran NWP khususnya GFS belum mampu memprakrakan suhu maksmum dan mnmum secara tepat untuk tempat yang mempunya karakterstk sangat berbeda dengan wlayah sektarnya. Hal n terlhat pada ketdakakuratan prakraan NWP suhu maksmum dan mnmum d Meteorolog Cteko. Cteko mempunya ketnggan yang berbeda secara sgnfkan terhadap wlayah sektarnya. Pemodelan MOS suhu maksmum menggunakan metoda PLSR dan PCR tdak berbeda, keduanya menunjukkan keakuratan yang sama yatu rata-rata RMSE sebesar 1,2 o C. Pemodelan n mampu menngkatkan keakuratan prakraan NWP sebesar 0,86 o C dar rata-rata RMSE sebesar 2,06 o C menjad 1,2 o C. Pemodelan Model I dan Model II, keduanya menunjukkan keakuratan yang tdak berbeda. Pemodelan prakraan suhu mnmum dengan metode PLSR dan PCR mampu menngkatkan keakuratan sebesar 1,35 o C dar RMSE sebesar 2,05 o C menjad 0,7 o C. Sehngga pemodelan MOS cukup menggunakan luaran NWP pada waktu yang bersamaan dengan observas. Perbedaan yang sgnfkan adalah

18 48 keakuratan model untuk memprakrakan pada waktu yang akan datang. Prakraan suhu maksmum dan mnmum har ke-1 lebh akurat dbandngkan har ke-2, prakraan har ke-2 lebh akurat har ke-3, dan seterusnya. Perlu dcar metode lan yang mampu menngkatkan keakuratan prakraan terutama yang mampu memprakrakan tujuh har ke depan dengan tngkat keakuratan yang sama.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND E-mal : statstkasta@yahoo.com Blog : Analss Regres SederhanaMenggunakan MS Excel 2007 Lsens Dokumen: Copyrght 2010 sssta.wordpress.com Seluruh dokumen d sssta.wordpress.com dapat dgunakan dan dsebarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

Regresi Linear Sederhana dan Korelasi

Regresi Linear Sederhana dan Korelasi Regres Lnear Sederhana dan Korelas 1. Model Regres Lnear. Penaksr Kuadrat Terkecl 3. Predks Nla Respons 4. Inferens Untuk Parameter-parameter Regres 5. Kecocokan Model Regres 6. Korelas Utrwen Mukhayar

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian.

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian. BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN Bab n dbag menjad dua bagan, yatu objek peneltan dan desan peneltan. III.1 Objek Peneltan Objek peneltan dalam skrps n adalah nla perusahaan LQ 45 perode 2009-2011.

Lebih terperinci

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL Tan Wahyu Utam, Indah Manfaat Nur Unverstas Muhammadyah Semarang, emal : tan.utam88@gmal.com

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI)

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) PowerPont Sldes byyana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 9 Bandung, Telp. 0 013163-53 Hal-hal

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Sumber data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan Bank Indonesa (BI). Data yang dgunakan dalam

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

Apabila dua variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk mempekirakan / menaksir Y.

Apabila dua variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk mempekirakan / menaksir Y. ANALISIS KORELASI (ANALISIS HUBUNGAN) Korelas Hubungan antar kejadan (varabel) yang satu dengan kejadan (varabel) lannya (dua varabel atau lebh), yang dtemukan oleh Karl Pearson pada awal 1900 Apabla dua

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3. Sejarah dan Kegatan Operasonal Perusahaan 8 3.. Sejarah Perkemangan Kantor Perwaklan Bank Indonesa Wlayah I (Sumut & Aceh) 8 3. Struktur Organsas dan Deskrps Tugas Kantor

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

STATISTIK menyatakan kumpulan data, bilangan maupun non bilangan, yg disusun ke dlm tabeldiagram-grafik yang menggambarkan suatu persoalan.

STATISTIK menyatakan kumpulan data, bilangan maupun non bilangan, yg disusun ke dlm tabeldiagram-grafik yang menggambarkan suatu persoalan. PERTEMUAN 1 STATISTIK menyatakan kumpulan data, blangan maupun non blangan, yg dsusun ke dlm tabeldagram-grafk yang menggambarkan suatu persoalan. STATISTIKA lmu yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

Pendugaan Parameter Regresi. Itasia & Y Angraini, Dep Statistika FMIPA - IPB

Pendugaan Parameter Regresi. Itasia & Y Angraini, Dep Statistika FMIPA - IPB Pendugaan Parameter Regres Menduga gars regres Menduga gars regres lner sederhana = menduga parameter-parameter regres β 0 dan β 1 : Penduga parameter yang dhaslkan harus merupakan penduga yang bak Software

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel PRAKTIKUM 6 Penyelesaan Persamaan Non Lner Metode Newton Raphson Dengan Modfkas Tabel Tujuan : Mempelajar metode Newton Raphson dengan modfkas tabel untuk penyelesaan persamaan non lner Dasar Teor : Permasalahan

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI. Penduga Kuadrat Terkecil. Penduga b0 dan b1 yang memenuhi kriterium kuadrat terkecil dapat ditemukan dalam dua cara berikut :

REGRESI DAN KORELASI. Penduga Kuadrat Terkecil. Penduga b0 dan b1 yang memenuhi kriterium kuadrat terkecil dapat ditemukan dalam dua cara berikut : BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA REGRESI DAN KORELASI Tujuan metode kuadrat terkecl adalah menemukan nla dugaan b0 dan b yang menghaslkan jumlah kesalahan kuadrat

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Analss Regres Analss regres adalah suatu metode statstka yang umum dgunakan untuk melhat pengaruh antara varabel ndependen dengan varabel dependen. Hal n dapat dlakukan melalu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Semnar Nasonal Statstka IX Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, 7 November 29 MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Stud Kasus : Kota Surabaya Rokhana DB 1, Sutkno 2, Agnes Tut

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Dalam bab III ini, akan dibahas mengenai bentuk umum model

BAB III PEMBAHASAN. Dalam bab III ini, akan dibahas mengenai bentuk umum model BAB III PEMBAASAN Dalam bab III n, akan dbahas mengena bentuk umum model Autoregressve Condtonal Duraton (ACD), model Autoregressve Condtonal Duraton dengan error berdstrbus Eksponensal (EACD), beserta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci