Menentukan Waktu Perawatan Preventif dan Persediaan dengan menggunakan Age Replacement Model dan Monograph Methode

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Menentukan Waktu Perawatan Preventif dan Persediaan dengan menggunakan Age Replacement Model dan Monograph Methode"

Transkripsi

1 SEMINAR STATISTIKA FMIPA UNPAD 27 (SNS VI) Menenukan Waku Perawaan Prevenif dan Persediaan dengan menggunakan Age Replacemen Model dan Monograph Mehode Enny Suparini Deparemen Saisika FMIPA UNPAD Bandung ABSTRAK Pemeliharaan Mesin sebagai ala produksi merupakan hal yang sanga pening, karena apabila erjadi kerusakan pada mesing yang menyebabkan erheninya proses produksi akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan, oleh karena iu perawaan mesin merupakan hal yang harus diperhaikan bagi perusahaan yang bergerak dibidang manufakur. Dalam peneliian ini akan dienuan waku perawaan mesin perceakan yaiu mesin Web karena sering mengalami kerusakan pada komponen bearing yang menyebabkan sering erheninya proses produksi, sehingga perlu dilakukan waku perawaan prevenif unuk komponen ersebu dan berapa jumlah persediaan komponen ersebu. Dari hasil peneliian diperoleh daa waku anar kerusakan dan melalui uji kecocokan disribusi dengan α=5% diperoleh hasil berdisribusi Weibul dengan dua parameer, berdasarkan esimasi parameer diperoleh esimasi unuk β=,234 dan esimasi unuk θ=24,922. Dengan melalukan uji fungsi inensias menhasilkan pengujian yang idak signifikan berari fungsi inensiasnya konsan aau mengikui proses Poisson homogen, sehingga idak diperoleh waku pengganian komponen yang opimum, sebagai solusinya digunakan nilai MTTF yaiu sebesar 92,556 aau komponen Bearing pada mesin Web harus digani seelah digunakan selama 93 jam. Sedangkan berdasarkan meode Monograph persediaan opimum unuk komponen Bearing adalah 4 uni pengadaan unuk seiap bulan dengan ingka poeksi 99,5% Kaa Kunci : Perawaan Prevenif, Age Replacemen Model, Persediaan Opimum, Monograph Mehod. PENDAHULUAN Dalam bidang indusri mesin merupakan hal yang sanga mendukung kelancaran produksi, oleh karena iu pemeliharaan mesin sangalah pening karena apabila erjadi kerusakan mesin pada saa produksi maka kegiaan produksi akan erganggu karena erjadi kerusakan pada salah sau komponen mesin ersebu, hal ini akan merugikan perusahaan, karena mesin akan berheni berproduksi dan perusahaan akan kehilangan kesempaan unuk memperoleh keunungan. Unuk mengurangi ingka kerusakan pada mesin ersebu maka perlu dilakukan perawaan aau mainenance. Perawaan aau pemeliharaan mempunyai definisi dan pengerian yang berbeda-beda. Perawaan merupakan suau kegiaan yang diarahkan pada ujuan unuk menjamin kelangsungan fungsional suau sisem produksi, sehingga dari sisem diharapkan menghasilkan oupu sesuai yang dikehendaki (Gasperz, 992). Sedangkan menuru (Ebeling, 997) perawaan adalah probabilias bahwa komponen aau sisem yang rusak akan diperbaiki ke dalam suau kondisi erenu dalam periode waku erenu sesuai dengan prosedur yang elah dienukan. Di beberapa perusahaan perawaan mesin yang dilakukan hanya berupa correcive mainenance yaiu melakukan perbaikan jika erjadi kerusakan, hal ini jusru mengakibakan peningkaan ongkos yang dikeluarkan karena perbaikan mesin dilakukan pada saa proses produksi sedang berjalan yang menyebabkan erhambanya proses produksi yang sanga merugikan perusahaan. Peneliian ini dilakukan pada perusahaan perceakan X yang memproduksi buku-buku sekolah. Dalam proses produksinya melalui beberapa ahapan yang salah saunya menggunakan mesin Web unuk menceak isi buku-buku ersebu. Mesin web 352

2 SEMINAR STATISTIKA FMIPA UNPAD 27 (SNS VI) memiliki beberapa komponen yang apabila erjadi kerusakan maka pengganian harus segera dilakukan dan mesin harus berheni beroperasi. Komponen bearing memiliki raa-raa umur pakai sau minggu sampai sau bulan erganung pemakaian. Hal ersebu menjadi sanga menggangu karena pengganian komponen yang dilakukan memakan waku sekiar 3 meni unuk seiap komponen yang digani. Oleh karena iu unuk mengaasi supaya mesin idak ibaiba berheni karena mengalami kerusakan maka perlu dienukan jadwal perawaan prevenif dan jumlah persediaan komponen bearing yang opimum yang bisa meminimumkan biaya kerugian perusahaan.perusahaan dengan menggunakan Age Replacemen Model unuk menenukan jadwal perawaan dan pengganian komponen bearing secara prevenif dan menenukan jumlah persediaan komponen yang opimum dengan Monograph Mehode. 2. METODE PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada beberapa perusahaan unuk perawaan mesin seringkali menggunakan correcive mainenance padahal hal ini akan menjadi masalah dan merugika perusahaan karena bisa erjadi kerusakan mesin aau komponen dari mesin keika proses produksi sedang berjalan maka proses produksi akan erheni karena kerusakan mesin ersebu, hal ini akan menimbulkan kerugian perusahaan karena perusahaan akan kehilangan kesempaan unuk memperoleh keunung, belum lagi akan dirugikan dengan adanya finali dari perusahaan pemesan produk karena keidak epaan dalam memenuhi perminaan pelanggan.oleh karena iu perlu dienukan jadual perawaan prevenif unuk mesin ersebu. 2.. Menenukan Waku Perawaan Prevenif Opimum Seperi sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa unuk mengurangi ingka kerusakan mesin aau komponen dari mesin maka mesin perlu dilakukan perawaan. Perawaan aau pemeliharaan mempunyai definisi dan pengerian beriku : Perawaan merupakan suau kegiaan yang diarahkan pada ujuan unuk menjamin kelangsungan fungsional suau sisem produksi, sehingga dari sisem diharapkan menghasilkan oupu sesuai yang dikehendaki (Gasperz, 992). Sedangkan menuru (Ebeling, 997) perawaan adalah probabilias bahwa komponen aau sisem yang rusak akan diperbaiki ke dalam suau kondisi erenu dalam periode waku erenu sesuai dengan prosedur yang elah dienukan. Ada beberapa jenis perawaan, yaiu:. Perawaan pencegahan (prevenive mainenance). Kegiaan perawaan pencegahan adalah kegiaan perawaan yang dilakukan unuk mencegah imbulnya kerusakan-kerusakan yang idak dapa diduga dan menemukan kondisi yang menyebabkan peralaan mengalami kerusakan pada saa digunakan dalam proses produksi. 2. Perawaan Perbaikan (correcive mainenance). Kegiaan perawaan ini melipui perbaikanperbaikan kecil dalam rencana perbaikan jangka panjang. Yang ermasuk kedalam jenis perawaan perbaikan adalah perawaan kerusakan (break down mainenance) yang dilakukan seelah erjadinya kerusakan aau kelainan peralaan sehingga idak dapa berfungsi. (Ebeling, 997) 2.2. Fungsi-fungsi Reliabilias Unuk efisiensi perawaan mesin harus dilakukan secara erjadual dengan waku yang epa karena semakin sering perawaan suau mesin dilakukan akan meningkakan biaya perawaan. Disisi lain bila perawaan idak dilakukan akan mengurangi performa kerja dari mesin ersebu. Pola mainenance yang opimum perlu dicari supaya anara biaya perawaan dan biaya kerusakan bisa seimbang pada oal cos yang paling 353

3 Cos SEMINAR STATISTIKA FMIPA UNPAD 27 (SNS VI) minimum. unuk mengeahui performa kerja dari mesin aau komponen perlu diamai daa kerusakan dari mesin aau komponen ersebu dan bisa diliha laju kerusakannya yang akan membenuk suau fungsi disribusi reliabilias. Menuru Jardine, A.K.S. (973) Fungsi reabilias didefinisikan sebagai probabilias suau ala akan beroperasi dengan baik pada kondisi yang elah dienukan pada suau periode, anpa mengalami kerusakan pada kondisi sandar. Sedangkan T didefinisikan sebagai sysem acak waku hingga erjadi kerusakan, T. Jadi fungsi keandalannya: R( ) P( T ) () dengan R ( ), R ( ), dan lim R ( ). F () adalah peluang bahwa kegagalan erjadi sebelum waku. F R PT (2) dimana F( ) dan lim F( ) dengan F () ~ : Fungsi peluang kerusakan erjadi sebelum waku Fungsi reliabilias dinyaakan dengan R() dan fungsi disribusi kumulaif dari disribusi kerusakan dinyaakan dengan F(), maka fungsi densias dari didefinisikan sebagai beriku : df( ) dr( ) f( ). d d (3) Dalam reliabilias erdapa parameer yang dapa menggambarkan reliabilias komponen aau 354ysem yaiu Mean Time o Failure (MTTF) dan Fungsi Hazard aau fungsi inensias λ(). Menuru O Connor dan Parick. (22) Mean Time o Failure (MTTF) adalah raa-raa jangka waku suau komponen aau 354ysem akan beroperasi seelah diperbaiki sampai erjadinya kerusakan kembali. Nilai MTTF didefenisikan sebagai: MTTF = E(T) = f()d (4) aau MTTF = R() d (5) Sedangkan menuru Ebeling,(997) Laju kerusakan dilambangkan dengan h() aau λ(). Jika sebuah sysem berfungsi dalam selang (, +Δ) maka didefinisikan: + Pr{ T + } = f()d = F( + ) F() Mainenance Cos = R() R( + ) Toal Cos (6) Fungsi peluang bersyara bahwa suau 354ysem akan berfungsi dalam selang waku (+Δ) adalah Failure Cos 354 Mainenance Level

4 Pr{ T + T } = R() R(+ ) R() SEMINAR STATISTIKA FMIPA UNPAD 27 (SNS VI) Maka peluang bersyara kegagalan aau kerusakan persauan waku sebagai beriku: R() R( + ) R() Fungsi peluang bersyara kerusakan per uni waku (laju kerusakan) λ() = R() R(+ ) R() unuk Jika diurunkan erhadap sehingga dapa dinyaakan menjadi λ() = lim [R(+ ) R()] R() λ() = dr() d = dr() d = f() R() R() R() dr() maka λ()d = R() (7) sehingga λ()d = R() dr() R() dalam hal ini R() = meneapkan dalam inegral di sisi kanan λ()d = ln R() sehingga R() = exp { λ()d} (8) Laju kerusakan λ() suau mesin aau 355ysem dapa meningka (increasing), menurun (decreasing) aau konsan, masing-masing dinoasikan dengan IFR, DFR dan CFR. Biasanya digambarkan dalam sebuah kurva yang disebu sebagai Bahub Curve. Gambar. Bahub Curve 355

5 SEMINAR STATISTIKA FMIPA UNPAD 27 (SNS VI) 2.3. Perawaan Prevenif dengan Age Replacemen Model Tahapan analisis daa unuk menenukan perawaan prevenif mesin Meisa yang dapa memaksimumkan reliabilias dan meminimumkan biaya adalah sebagai beriku:. Melakukan pengujian kecocokan benuk disribusi peluang (Goodness of Fi Tes) unuk waku anar kerusakan mesin aau komponen. Pengujian yang dilakukan bisa menggunakan Uji Mann unuk uji kecocokan disribusi Weibul, Uji Barle unuk disribusi Eksponensial dan Uji Kolmogorov Smirnov unuk disribusi normal dan Log normal, juga unuk disribusi lainnya 2. Melakukan penaksiran parameer. Karena benuk disribusinya sudah dikeahi maka digunakan Maximum Likelihood Esimaion (MLE). 3. Menenukan fungsi inensias seperi pada persamaan (9), kemudian lakukan uji fungsi inensias unuk mengeahui apakah konsan aau membenuk ren, keika konsan gunakan Consan Failure rae (CFR), dan apabila fungsi inensias membenuk ren maka gunakan model perawaan prevenif opimum Uji kecocokan Disribusi Peluang Uji Mann, M = k n ( ln i+ ln i i=k+ ) M i k 2 k ( ln i+ ln i) i= M i dengan k = n ; k 2 2 = ( n ) ; M 2 i = Z i+ Z i ; Z i = ln [ ln ( i.5 Keerangan : M : nilai uji saisik unuk Uji Mann i : daa waku kumulaif anar kerusakan ke-i i + : daa waku kumulaif anar kerusakan ke-(i+) n : jumlah uni yang diamai i : nomor daa kerusakan (,2,3,,n) n+.25 )] (9) Krieria Uji : Unuk nilai α =.5, olak H jika M F α;v ;v 2 dengan v = 2k dan v 2 = 2k 2 dan olak dalam hal lainnya.. Penaksiran Parameer mengikui Exponenial Law dan mengikui Power Law Process. Menuru Ginos dan Brenda F. (29) Fungsi densias gabungan dari waku kegagalan T, T 2, T 3,..., T n yang mempunyai fungsi inensias λ() adalah n f(, 2,, n ) = ( i= λ( i ))exp ( n λ()d) () sehingga aksiran parameer unuk daa yang mengikui Exponenial Law pada Lampiran 6.2 adalah sebagai beriku: () n α = nβ i ln + n [ β n ne β n ] = (2) β n ) e β n i= (e Nilai β diperoleh dengan meode ierasi, seelah β dikeahui maka α diperoleh dengan mensubiusikan nilai β aksiran parameer unuk daa yang mengikui Power Law Process adalah sebagai beriku: 356

6 SEMINAR STATISTIKA FMIPA UNPAD 27 (SNS VI) θ = n β = nβ n i= n (ln n i ) (3) (4) Dengan fumgsi inensias dengan menggunakan persamaan (9) diperoleh sebagai beriku : λ() = β θ ( θ )(β ) (5) Uji Fungsi Inensias Uji inensias menggunakan Power Law Process berujuan unuk meliha adanya rend pada daa waku kerusakan. Jika pada daa waku kerusakan erdapa rend maka daa mengikui Non Homogenous Poisson Process. Hipoesis : : β =, arinya fungsi inensias konsan H H α :.5 Saisik Uji: : β, arinya fungsi inensias idak konsan χ 2 = 2n (6) β Keerangan : n : jumlah kegagalan β : aksiran parameer unuk disribusi peluang hasil uji kecocokan disribusi 2 Krieria Uji: Tolak H jika χ α 2n 2(n ),( 2 ) β χ 2 2(n ), ( α 2 ) Menuru Paon (995) Jika fungsi inensias membenuk ren berari mengikui Non Homogen Poisson Proces (NHPP) maka dapa dienukan waku perawaan opimum dengan meminimumkan biaya dengan fungsi biaya menuru Ebeling (2997) model Age Replacemen adalah sebagai beriku: C( ) C C C ( ) d u o f dengan, C u = biaya uni = biaya pengganian uni aau komponen C = biaya operasi per uni waku C f = biaya kerusakan komponen = waku pengganian komponen dan fungsi biaya per uni waku adalah : C C u f C( ) Co ( ) d. (7) Unuk meminimumkan biaya per uni waku, maka persamaan diaas diurunkan erhadap dan kemudian disamadengankan nol unuk memenuhi syara perlu, yaiu dc = maka akan d diperoleh solusi yang opimum, yaiu waku pengganian pencegahan yang opimum Penenuan Persediaan Berdasarkan Fungsi Inensias 357

7 SEMINAR STATISTIKA FMIPA UNPAD 27 (SNS VI) Unuk menenukan banyaknya persediaan opimum dengan pendekaan Spare par requiremen nomograph sebelumnya nilai K T harus dikeahui. Dengan, K = banyaknya komponen yang dipakai = laju kerusakan T = periode pengadaan Seelah didapakan nilai dari K T maka dapa dienukan banyaknya persediaan opimum berdasarkan ingka proeksinya. Langkah-langkah dalam menenukan persediaan menggunakan Spare par requiremen nomograph adalah sebagai beriku : - Menenukan nilai K, nilai ini merupakan banyak komponen yang erpakai unuk sekali perbaikan, - Menenukan nilai yang merupakan laju kerusakan, nilai ini berganung dari disribusi daa waku kerusakan, - Benuk Spare par requiremen nomograph - Tarik garis lurus anara nilai K dan nilai yang elah didapa sebelumnya hingga membenuk iik poong I pada garis index, - Tenukan nilai T, nilai ini merupakan periode pengadaan yang juga merupakan masa enggang yang dibuuhkan dari komponen dipesan sampai dierima, - Tarik garis lurus anara nilai T dan iik poong I hingga didapa suau iik poong pada garis K T - Nilai K T merupakan nilai perkalian anara banyak komponen, laju kerusakan, dan periode pengadaan yang juga dapa dienukan dengan menggunakan operasi maemaika. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.. Menenukan Inerval Waku Perawaan Opimum Dari haril pengamaan mengenai waku anar kerusakan komponen bearing diperoleh hasil daa seperi pada Lampiran. Kemudian dilakukan uji kecocokkan disribusi dengan Uji Man dengan hipoesisi saisic sebagai beriku : H : Waku anar kerusakan bearing berasal dari populasi berdisribusi weibull H : Waku anar kerusakan komponen bearing idak berasal dari populasi berdisribusi weibull dengan α=5% dan menggunakan perumusan (9) diperoleh F,5;3;3, dan diperoleh M=,563< F,5;3;3,828345, maka H dierima berari waku anar kerusakan komponen bearing mengikii disribusi Weibull dua parameer dengan parameer benuk β dan parameer lokasi θ. Dengan menggunakan persamaan (3) dan (4) diperoleh : ˆ n, ln i i n dan ˆ 24,922 n Kemudian melakukan uji fungsi inensias seperi beriku : H : Fungsi Inensias konsan (β = ) H : Fungsi Inensias idak konsan (β ) Dengan α=5% dan menggunakan persamaan (6) diperoleh nilai saisik uji sebagai beriku: 358

8 SEMINAR STATISTIKA FMIPA UNPAD 27 (SNS VI) 2 2n 5, 59 ˆ Dengan nilai kriis erima H jika nilai 2 5,59 berada dianara: 2 2 6;,975 4, 487 dan, ernyaa H dierima maka fungsi inensias 6;,25 83,2976 kerusakan komponen bearing konsan berari secara saisika β=, aau mengikui Homogen Poisson Process, Sehingga waku perawaan opimal idak bisa diperoleh, sebagai solusinya inerval waku pengganian komponen bearing menggunakan MTTF. Dengan menggunakan persamaan (4) aau (5) diperoleh MTTF=92,56 jam Menenukan Tingka Persediaan Opimum Menggunakan Nomograph Mehod Seperi dijelaskan pada bagian 2.4. maka dalam peneliian ini banyaknya komponen bearing yang digunakan adalah sau (K=) dan periode pengadaannya sau bulan aau T= bulan pengadaan komponen dan λ adalah: Dan K λ T =,5 ( ),49 24,922 Berdasarkan hasil perhiungan bahwa K λ T =,5 dengan menggunakan Nomograph diperoleh seperi pada Gambar 2. Gambar 2. Persediaan Opimum Komponen Bearing menggunakan Nomograph Mehod 359

9 4. SIMPULAN DAN SARAN. 4.. Simpulan SEMINAR STATISTIKA FMIPA UNPAD 27 (SNS VI) Berdasarkan analis yang dilakukan dapa disimpulkan bahwa : - Dari hasil uji kecocokan disribusi peluang waku anar kerusakan komponen bearing mengikui disribusi disribusi Weibull dua parameer dan hasil uji fungsi inensias mengikui Homogen Poisson Process sehingga laju kerusakannya konsan berari kondisi mesin masih dalam kondisi yang baik (sabil) sehingga inerval perawaan prevenif cukup dengan menggunakan yang berdasarkan hasil perhiungan MTTF = 92,56 aau komponen bearing harus digani seelah pemakaian 92,56 jam. - Persediaan opimum unuk komponen bearing, dengan menggunakan Nomograph mehod yaiu dengan memperimbangkan laju kerusakan komponen diperoleh sebanyak 4 uni pengadaan unuk seiap bulan Saran Ada beberapa saran yang harus diperhaikan: - Dalam menenukan inerval waku perawaan suau komponen aau mesin akan sanga erganung pada laju kerusakan komponennya dan inerval waku perawaan opimal akan diperoleh apabila laju kerusakan komponen ersebu membenuk suau rend aau fungsi inensiasnya idak konsan. - Unuk laju kerusakan yang idak konsan dan membenuk ren sehingga harus dienukan inerval waku perawaan opimalnya, unuk inerval waku kerusakan berdisribusi Weibull dan parameer β berari kondisi mesin sudah dalam kondisi whare ou periode sehingga perawaan prevenif mesin aau komponen harus dilakukan secara inensip unuk mengurangi kerusakan pada saa mesin sedang produksi. 5. DAFTAR PUSTAKA [] Beasley, Michael. (99). Reliabiliy for Engineers an Inroducion. Educaion Ld,Macmillan. [2] Benbow, Donald W and Broome, Hugh W. (28). The Cerified Reliabiliy Engineer Handbook 2 nd Ediion. Milwaukee: ASQ Qualiy Press. [3] Blanchard, B.S. (2). Sysems Engineering and Analysis (5h Ediion). Prenice Hall Inernaional, USA. [4] Ebeling, Charles E. (997). An Inroducion o Reliabiliy and Mainainabiliy Engineering.Singapore:The Mc-Graw Hill Companies,Inc. [5] Gaspersz, V. (992). Analisis Sisem Terapan: Berdasarkan Pendekaan Teknik Indusri. Bandung: Penerbi Tarsio. [6] Jardine, A.K.S. (973). Mainenance, Replacemen, and Reliabiliy. Canada: Piman Publishing Corporaion. [7] Knezevic, Jezdimir, (993). Reliabiliy Mainenance and Supporabiliy:A Probabilisic Approach. London: McGraw-Hill Book Company. [8] Ringdon, Seven E and Basu, Asi P. (2). Saisical Mehods for The Reliabiliy of Repairable Sysem. New York : John Willey and Sons, Inc. [9] Sodikin, I. (2). Analisis Penenuan Waku Perwaan Dan Waku Perawaan Dan Jumlah Persediaan Suku Cadang Ranai Garu Yang Opimal. Vol 3,No,(2). 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin)

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin) ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.01 Vol.04 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Januari 2016 USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ORDER STATISTICS DALAM MENENTUKAN SAMPEL PADA EKSPERIMEN LIFE-TESTING

PENGGUNAAN ORDER STATISTICS DALAM MENENTUKAN SAMPEL PADA EKSPERIMEN LIFE-TESTING BIASaisics (2016) Vol. 10, No. 1, hal. 1-7 PENGGUNAAN ORDER STATISTICS DALAM MENENTUKAN SAMPEL PADA EKSPERIMEN LIFE-TESTING Yeny Krisa Frany 1, Budhi Handoko 2 1,2 Deparemen Saisika FMIPA Universias Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA Reka Inegra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.03 Vol.03 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Juli 2015 SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

MENENTUKAN INTERVAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN STRIPPING DI PT. ADITAMA RAYA FARMINDO DENGAN METODE AGE REPLACEMENT

MENENTUKAN INTERVAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN STRIPPING DI PT. ADITAMA RAYA FARMINDO DENGAN METODE AGE REPLACEMENT MENENTUKAN INTERVAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN STRIPPING DI PT. ADITAMA RAYA FARMINDO DENGAN METODE AGE REPLACEMENT Iksan 1 1 adalah Dosen Fakulas Teknik Indusri Insiu Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS RELIABILITAS PADA MESIN MEISA KHUSUSNYA KOMPONEN PISAU PAPER BAG UNTUK MEMPEROLEH JADUAL PERAWATAN PREVENTIF

ANALISIS RELIABILITAS PADA MESIN MEISA KHUSUSNYA KOMPONEN PISAU PAPER BAG UNTUK MEMPEROLEH JADUAL PERAWATAN PREVENTIF Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Statistika, hal. 42-51 ANALISIS RELIABILITAS PADA MESIN MEISA KHUSUSNYA KOMPONEN PISAU PAPER BAG

Lebih terperinci

JTM, Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013,

JTM, Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, JTM, Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 124-131 PENENTUAN INTERVAL WAKTU OPTIMUM KOMPONEN SLOT SCREEN PADA MESIN PUSHER CENTRIFUGE 0106M301B DI PT PETROKIMIA GRESIK Nicco Dimas Ari Nugroho S1 Pend Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Pengerian Perawaan (Mainenance) Menuru Assauri (999, p95) perawaan merupakan kegiaan unuk memelihara dan menjaga peralaan aau komponen, mengadakan perbaikan, penyesuaian, dan pengganian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Persediaan (Invenory) Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan aau digunakan unuk dijual pada periode mendaang, yang dapa berbenuk bahan baku yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Estimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepatitis di Kabupaten Jember (Estimating of Survival Function of Hepatitis Virus in Jember)

Estimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepatitis di Kabupaten Jember (Estimating of Survival Function of Hepatitis Virus in Jember) Jurnal ILMU DASAR Vol. 8 No. 2, Juli 2007 : 135-141 135 Esimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepaiis di Kabupaen Jember (Esimaing of Survival Funcion of Hepaiis Virus in Jember) Mohamad Faekurohman Saf Pengajar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

1.1 Konsep Distribusi

1.1 Konsep Distribusi BAB DISTRIBUSI PELUANG DALAM EVALUASI KEANDALAN SISTEM. Konsep Disribusi P ada bab sebelumnya elah beberapa konsep enang disribusi peluang (probabiliy disribuion) seperi probabiliy mass funcion, probabiliy

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI.. Pemeliharaan dan Perawaan Mainenance (pemeliharaan adalah semua akivias yang berkaian unuk memperahankan peralaan sisem dalam keadaan layak bekerja. Sebuah sisem pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA STOCK BERDASARKAN PROGRAM PREVENTIF MAINTENANCE (Studi Kasus : Belt Conveyor Sistem PLTA Sengguruh)

OPTIMASI BIAYA STOCK BERDASARKAN PROGRAM PREVENTIF MAINTENANCE (Studi Kasus : Belt Conveyor Sistem PLTA Sengguruh) Program Sudi MMT-ITS, Surabaya 7 Agusus 2010 OPTIMASI BIAYA STOCK BERDASARKAN PROGRAM PREVENTIF MAINTENANCE (Sudi Kasus : Bel Conveyor Sisem PLTA Sengguruh) Dwi Wahyu Pujiaro dan Haryono Program Sudi Magiser

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

Metode Regresi Linier

Metode Regresi Linier Modul 1 Meode Regresi Linier Prof. DR. Maman Djauhari A PENDAHULUAN nalisis regresi linier, baik yang sederhana maupun yang ganda, elah Anda pelajari dalam maa kuliah Meode Saisika II. Dengan demikian

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data III METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada Bulan Mare sampai dengan Bulan April 007. Lokasi peneliian berada di Pelabuhan Perikanan Nusanara Pemangka Kabupaen Sambas, Provinsi Kalimanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed, BAB II LANDASAN TEORI.1. Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakian, dan barang jadi yang ada dalam sisem produksi pada suau waku erenu. (Elsayed, 1994, p63).

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun BAB III ARFIMA-FIGARCH 3. Time Series Memori Jangka Panjang Proses ARMA sering dinyaakan sebagai proses memori jangka pendek (shor memory) karena fungsi auokorelasi anara dan urun cepa secara eksponensial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI

MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI Roni Hasudungan H e.al. Model Invenory Tingka Linear MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI Roni Hasudungan H, T.P Nababan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci