BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI.1. Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakian, dan barang jadi yang ada dalam sisem produksi pada suau waku erenu. (Elsayed, 1994, p63). Menuru Sipper, Daniel, dan Bulfin (1998, p06) persediaan adalah sejumlah komodias aau barang dagangan yang dikonrol oleh perusahaan, disimpan selama beberapa waku unuk memenuhi perminaan yang akan daang. Menuru Yunaro (005, p1) persediaan adalah iem aau maerial yang dipakai oleh suau organisasi aau perusahaan unuk menjalankan bisnisnya. Jika perusahaan ersebu memproduksi suau barang aau jasa maka maerial ersebu digunakan unuk mendukung aau menyediakan kebuuhan produksi. Definisi dari persediaan yang lain secara umum adalah sebagai beriku: 1. Suau iem yang disimpan unuk memenuhi kebuuhan yang akan daang.. Suau iem yang harus dienukan kapan harus dibuuhkan. 3. Suau iem yang harus dienukan berapa banyak yang harus dibuuhkan. 4. Suau iem dengan seberapa jauh harus di-mainain. Persediaan bagi perusahaan biasa digunakan unuk menganisipasi perminaan pelanggan. Begiu juga dalam indusri manufacuring, persediaan digunakan dalam akivias produksi unuk memenuhi perminaan pelanggan yang kadang kala idak dapa

2 8 diprediksi, sehingga sok persediaan dalam kegiaan produksi harus dijaga. (Yunaro, 005, p). Hal yang idak dapa diprediksi bukan saja erjadi aas pelanggan yang menginginkan barang dari perusahaan, namun hal ini juga dapa erjadi pada supplier yang akan men-supply barang ke perusahaan. Coba bayangkan jika ada perminaan yang cukup besar dari pelanggan namun supplier perusahaan sedang bermasalah. Oleh sebab iu diperlukan persediaan unuk menganisipasi hal ersebu. Adapun fungsi pening lainnya dari persediaan adalah ( juni 006) : 1. Unuk memberikan sock agar dapa memenuhi perminaan yang akan erjadi.. Unuk menyeimbangkan produksi dengan disribusi. 3. Unuk memperoleh keunungan dari poongan kuanias, karena membeli dalam jumlah banyak biasanya ada diskon. 4. Menghindari flukuasi harga yang meningka. 5. Menyediakan persediaan cadangan unuk kondisi perminaan yang idak menenu. 6. Unuk menghindari kekurangan sok yang dapa erjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, muu, aau keidakepaan pengiriman. 7. Menjaga kelangsungan proses produksi... Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah sau masalah pening yang dihadapi oleh perusahaan. Seiap perusahaan perlu mengadakan persediaan unuk dapa menjamin kelangsungan hidup usahanya. Unuk mengadakan persediaan ini diperlukan

3 9 sejumlah modal. Persediaan yang erlalu besar maupun erlalu kecil dapa menimbulkan masalah-masalah yang rumi. Kekurangan persediaan bahan menah akan mengakibakan adanya hambaanhambaan pada proses produksi. Kekurangan persediaan barang dagangan akan menimbulkan kekecewaan pada pelanggan dan akan mengakibakan perusahaan kehilangan mereka. Kelebihan persediaan akan mengakibakan erlalu banyak modal yang eranam, menimbulkan biaya eksra, sera resiko barang menjadi rusak. Dapa dikaakan bahwa manajemen persediaan yang efekif akan memberikan keunungan bagi perusahaan. Oleh sebab iu, perusahaan harus dapa memperahankan persediaan yang opimal sehingga dapa menjamin kelancaran usahanya dengan cara menenukan jumlah persediaan yang epa sehingga menghasilkan biaya yang serendahrendahnya. (Subagyo, 1995, p199). Teapi perlu dijelaskan disini bahwa dengan adanya pengedalian persediaan idaklah berari dapa meleyapkan sama sekali resiko yang imbul akiba adanya persedian yang erlalu besar aau erlalu kecil, melainkan hanya berusaha mengurangi resiko ersebu sampai sekecil mungkin. Jadi dapa dikaakan pengendalian persediaan adalah menyediakan barang-barang yang dibuuhkan dalam jumlah yang sesuai pada waku yang dienukan dengan biaya dan cara yang paling ekonomis dan mengunungkan..3. Opimalisasi Menuru Nash & Sofer (1996, p3) opimasi adalah sarana unuk mengekspresikan model maemaika yang berujuan unuk memecahkan masalah dengan

4 10 cara yang erbaik. Jika digunakan unuk ujuan bisnis, arinya memaksimalkan keunungan dan efisiensi sera meminimalkan kerugian, biaya dan resiko. Menuru Parker (1997, p174) opimalisasi adalah proses memaksimalkan aau meminimalkan fungsi yang diberikan erhadap beberapa jenis baasan. Sedangkan menuru Kamus Besar Bahasa Indonesia, opimalisasi diarikan sebagai proses, cara unuk menjadikan paling baik, paling inggi, paling mengunungkan, dan sebagainya. Hasil dari opimalisasi disebu hasil yang opimal..4. Komponen - Komponen Biaya Persediaan Pengendalian persediaan berujuan unuk menghasilkan jumlah biaya yang minimal. Jadi jelas bahwa komponen biaya merupakan fakor yang pening. Unuk iu akan diinjau beberapa macam biaya yang mempengaruhi persediaan. 1. Biaya pembelian aau produksi (Siagian, 1987, p17) Biaya pembelian adalah harga pembelian aau produksi yang memperlihakan dua jenis biaya, yaiu: a. Kalau harga pembelian adalah eap, maka biaya per sauan, c, adalah juga eap anpa meliha jumlah yang dibeli. b. Kalau diskon ersedia, maka harga per sauan adalah variabel erganung pada jumlah pembelian.. Biaya pemesanan (ordering cos) Merupakan semua pengeluaran yang imbul unuk melakukan sau kali penambahan persediaan. Besarnya biaya pemesanan dapa dihiung dengan mengeahui prosedur

5 11 pemesanannya yang biasanya melipui biaya pemeriksaan, biaya pemesanan, biaya penerimaan dan pemeriksaan unuk menjamin lancarnya arus barang. Secara spesifik, biaya pemesanan ini erdiri dari (Ballou, 1999, p ) : a. Biaya manufakuring aau harga dari produk unuk beragam ukuran pesanan. b. Biaya penyiapan proses produksi. c. Biaya pemrosesan pesanan oleh deparemen keuangan dan pembelian. d. Biaya pengiriman pesanan ersebu ke supply poin, biasanya melalui sura aau ala elekronik lainnya. e. Biaya pendisribusian pesanan jika biaya ransporasi idak dimasukkan dalam peneapan harga pembelian. f. Biaya penanganan maerial aau proses-proses lainnya erhadap produk selama perjalanan ke lokasi penerimaan. Pada umumnya jumlah ordering cos akan urun aau naik sesuai dengan jumlah pesanan. Hal ini berari bahwa, bila barang dipesan dalam jumlah banyak unuk persediaan, maka pesanan pun idak erlalu sering, sehingga mengurangi biaya pemesanan. Akan eapi, hal ini akan menimbulkan kasus baru yaiu berambahnya biaya penyimpanan. (Siagian, 1987, p18) 3. Biaya penyimpanan (Carrying cos / Holding cos) Merupakan semua pengeluaran yang imbul akiba memiliki persediaan. Biaya ini erganung pada jumlah barang yang disimpan dan lama barang ersebu disimpan. Karena iu biaya penyimpanan seringkali dinyaakan per sauan nilai persediaan. (Sarr, 1981, p11). Biaya ini melipui:

6 1 a. Biaya modal yang eranam dalam persediaan. Biaya ini muncul karena sejumlah uang yang dianam dalam persediaan, idak dapa dimanfaakan unuk kegiaan lain yang mengunungkan. Misalnya bila uang ersebu disimpan di bank maka akan memperoleh bunga. b. Biaya penyimpanan (Sorage cos). Merupakan biaya yang imbul akiba gudang dipakai unuk persediaan sehingga idak dapa dipakai unuk keperluan lain seperi misalnya disewakan. Biaya penyimpanan juga mencakup biaya lain seperi biaya penjagaan dan biaya operasi gudang. c. Biaya yang imbul akiba barang yang disimpan menjadi rusak aau keinggalan jaman. (deerioraion cos) d. Asuransi dan pajak. Hal ini dikenakan pada barang yang disimpan sebagai persedian, karena barang ersebu ermasuk hara perusahaan. 4. Biaya kekurangan persediaan (Ou of Sock Cos) Biaya ini imbul akiba perminaan suau barang yang idak dapa dipenuhi karena idak ada persediaan yang cukup. Hal ini dapa disebabkan oleh adanya peningkaan laju pemakaian barang aau mundurnya waku enggang akiba suau hal. Biaya ini melipui: a. Biaya unuk melakukan indakan penanggulangan berupa pemesanan darura yang biasanya menimbulkan biaya-biaya ambahan, perbaikan-perbaikan aau indakan-indakan lain yang diujukan unuk segera mengaasi kejadian ini. b. Biaya yang imbul karena kehilangan kesempaan unuk memperoleh keunungan, akiba dari pelanggan idak bersedia menunggu daangnya barang.

7 13 Biaya jenis ini umumnya mendapa perhaian serius karena dampak yang diimbulkan walaupun idak segera erasa namun sifanya merusak dan berlangsung secara lamba laun. (Siagian, 1987, p18) Keseluruhan biaya diaas bila dijumlahkan akan menghasilkan oal biaya persediaan. Disini perlu dicari model yang epa agar oal biaya yang dihasilkan dapa seminimal mungkin, seperi dijelaskan dalam gambar.1. Gambar.1 Toal Biaya Minimum (Sumber : Yunaro, 005, p33).5. Model Persediaan Secara umum model persediaan dapa dibagi menjadi beberapa model, yang dibedakan menuru perminaan barang. (Taha, 1997, p111). Ada yang bersifa deerminisic, yaiu kebuuhan barang dikeahui dengan pasi, aau probabilisic, yaiu kebuuhan barang dijabarkan dengan sebuah fungsi kepadaan probabilias.

8 14 Model-model persediaan ersebu anara lain (Elsayed, 1994, p69): 1. Model persediaan saic deerminisic, yaiu model persediaan yang komponen perminaannya bersifa deerminisic (jumlah perminaan pada horizon waku pengamaan dikeahui) dan independen erhadap waku.. Model persediaan dynamic deerminisic, yaiu model persediaan yang komponen perminaannya bersifa deerminisic eapi dependen erhadap waku. 3. Model persediaan saic probabilisic, yaiu model persediaan yang komponen perminaannya merupakan variabel acak dengan suau disribusi eapi independen erhadap waku. 4. Model persediaan dynamic probabilisic, yaiu model persediaan yang komponen perminaannya merupakan variabel acak dengan suau disribusi dan dependen erhadap waku. Perminaan saic deerminisic jarang erjadi dalam kehidupan nyaa. Karena iu siuasi ini dapa dipandang sebagai kasus penyederhanaan. Misalnya, walaupun perminaan akan barang sehari-hari, seperi roi dapa bervariasi dari sau hari ke hari berikunya, variasi ersebu kemungkinan erlalu kecil dan dapa diabaikan dengan hasil bahwa asumsi perminaan sais kemungkinan idak erlalu jauh dari kenyaaan. (Taha, 1997, p111)..6. Dynamic Probabilisic Invenory Model Merupakan model persediaan dinamis dengan disribusi kemungkinan kebuuhan dikeahui. Model ini digunakan bila dikeahui daa kebuuhan barang di masa lalu yang bervariasi sehingga disribusi kemungkinan kebuuhan barang dapa dikeahui.

9 15 Unuk Dynamic Probabilisic Invenory Model dikenal adanya persediaan cadangan yang diujukan unuk meredam flukuasi kebuuhan selama waku enggang. Karena jumlah kebuuhan bervariasi maka erdapa kemungkinan kekurangan persediaan bila ernyaa kebuuhan menyimpang dari yang diperkirakan. Hal ini dapa dijelaskan seperi pada gambar.. Gambar. Dynamic Probabilisic Invenory Model (Sumber : Yunaro, 005, p36) Supaya menghasilkan perhiungan yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan, maka digunakan sisem pemesanan Q Sysem yaiu sisem pemesanan dengan ukuran order eap, eapi inerval pemesanan idak eap. Toal biaya persediaan yang dibuuhkan dapa dihiung dengan menjumlahkan komponen-komponen biaya persediaan sebagai beriku (Sarr, 1981, p1-14) : 1. Biaya pemesanan Cr = biaya pesan seiap kali

10 16 X = jumlah kebuuhan barang per ahun = 5. D D = jumlah kebuuhan barang per minggu = D i n = periode pemesanan raa-raa q = jumlah pemesanan yang opimal =. D Frekuensi pemesanan = q x maka biaya pemesanan = q x.cr =. Biaya penyimpanan (holding cos) Cc = Biaya simpan dalam % C = Harga barang per uni 5.Cr Persediaan raa-raa unuk seiap siklus = q maka biaya penyimpanan = q.c. Cc =.x.c.cc Biaya penyimpanan unuk persediaan cadangan (buffer sock) Disini kebuuhan dihiung dengan disribusi normal. deviasi sandard dalam uni s = ( D - D) i n - 1 L = waku enggang dalam minggu Kebuuhan raa-raa selama waku enggang R = L. D Deviasi sandard kebuuhan selama waku enggang σ = s L

11 17 Gambar.3 Disribusi normal kebuuhan selama waku enggang Luas daerah yang diarsir menyaakan persenase kemungkinan erjadinya kekurangan persediaan selama waku enggang. Bila besar resiko = α, maka jumlah persediaan diunjukkan oleh Z α dan besarnya dapa dihiung dengan menggunakan abel saisik disribusi normal. Jadi jumlah persediaan cadangan W = maka biaya penyimpanan = W.C. Cc Z α. σ disini dapa dikeahui iik pemesanan kembali p = R+W 4. Biaya akiba kekurangan persediaan (ou of sock) k = biaya kekurangan persediaan persenase kemungkinan erjadinya kekurangan persediaan = f (y)dy R + W maka biaya akiba kekurangan persediaan = x q.k f(y)dy R+W 5.K = f(y)dy R+W Sehingga oal biaya menjadi: TC = 5.Cr +.x.c.cc K + W.C. Cc + f(y)dy R+W

12 18 TC merupakan fungsi variabel. Fungsi ini akan mencapai nilai eksrim jika: TC = 0 TC dan = 0 W TC unuk = 0 maka 5.Cr - + x.c.cc k 1 - ( F( R + W ) = 0 x.c.cc Cr = + 5.k 1 - ( F( R + W ) x.c.cc = [ Cr + k( 1 F( R + W) )] 5 x.c.cc = 104[ Cr + k( 1 - F( R + W )]...(1) TC unuk = 0 W maka 5.k C.Cc - f( R + W) = 0 5.k C.Cc = f( R + W) = 5.K.f ( R + W) C.Cc...() persamaan (1)dan () idak dapa segera dipecahkan eapi harus disubsiusi sebagai beriku: [ + k( 1 F( R + W )] = 104 Cr - 5 x.c.cc 5.K C.f ( R + W).Cc [ + k( 1 F( R + W )] = 104 Cr - 5 x.c.cc [ ( )] f (R + W) = 104 Cr + k 1 - F( R + W) 5.C.Cc x.c.cc.5.k

13 19 f ( R + W).C.Cc Cr = [ + k( 1 - F( R + W )] x.k...(3) Dengan mengasumsikan F(R+W) = 1 yang arinya f (y)dy = 0 (kekurangan R + W persediaan diharapkan sekecil mungkin) maka f(r+w) adalah disribusi kemungkinan kebuuhan selama waku enggang, yang merupakan disribusi Normal (R, σ ). Ordina ini dapa dicari dengan menggunakan abel normal saisik, dengan dimisalkan ordina ersebu adalah g(w) dalam disribusi Normal Baku (0,1) g(w) = 1 π exp 1 w 1 1 f(x) = exp (X - R) σ π σ Gambar.4 Hubungan ordina anara disribusi Normal (R, σ ) dengan disribusi Normal Baku (0,1) 1 f(r+w) dikeahui sama dengan g(w ) σ...(4) Dari (3) dan (4) maka g(w), yaiu ordina pada abel normal saisik yang menyaakan besarnya erjadi kemungkinan kekurangan persediaan, dapa dicari dengan cara g(w) = σ.f(r + W) g(w) = σ.f(r + W) g(w).c.cc = σ. [ Cr + k( 1 - F( R + W )] x.k

14 0 karena elah diasumsikan bahwa F(R+W)=1 maka persamaan ersebu menjadi g(w) Cr = σ..c.cc. x.k Cr g(w) = σ..c.cc. x.k Seelah diperoleh nilai g(w) maka melalui disribusi Normal dapa diperoleh nilai w. Kemudian dari persamaan (4) dapa diperoleh nilai f (R+W). Dan dari persamaan () dapa diperoleh periode pemesanan opimal, dan besarnya ukuran pemesanan yang opimal yaiu q =. D Persediaan cadangan dapa diperoleh dengan cara W = σ. Zα dimana Z α merupakan absis dari ordina g(w). Tiik pemesanan kembali p = R+W aau p = L. D + W Seelah iu dapa dihiung besar biaya oalnya, yaiu TC = 5.Cr +.x.c.cc C. Cc 5.K W + R+W f(y)dy.7. Persediaan Cadangan (Buffer Sock) Fungsi dari adanya persedian cadangan pada suau indusri adalah unuk menjaga agar produksi idak erheni karena kehabisan bahan sampai bahan yang dipesan daang lagi. Unuk iu diperlukan model yang epa agar persediaan cadangan idak habis. Namun masih ada resiko habisnya persediaan ersebu, anara lain disebabkan oleh peningkaan laju pemakaian barang maupun mundurnya waku enggang karena suau hal.

15 1 Unuk menjamin kelancaran produksi, maka resiko habisnya persediaan perlu dihindari sampai baas-baas yang idak merugikan perusahaan iu sendiri. Oleh sebab iu perlu disediakan sejumlah persediaan cadangan. Persediaan cadangan idak dapa erlalu sediki, sebab dengan demikian resiko persediaan unuk habis akan menjadi besar. Namun enu saja jumlah barang yang disediakan sebagai persediaan cadangan ersebu idak dapa erlalu banyak, sebab dengan demikian juga akan merugikan perusahaan. Jadi disini perlu dihiung jumlah persediaan cadangan yang epa. (Yunaro, 005, p14).8. Waku Tunggu (Lead Time) Waku unggu adalah enggang waku yang diperlukan anara saa pemesanan barang dilakukan sampai saa barang iu iba di gudang. (Elsayed, 1994, p65). Waku unggu juga merupakan bagian dari komponen perhiungan yang mempengaruhi proses perencanaan persediaan..9. Inegrasi Numerik Masalah inegrasi numerik adalah masalah unuk menenukan hasil b a f (x)dx secara numerik. Masalah ini imbul karena fungsi yang diberikan idak dapa diinegrasikan secara analiik aau f(x) hanya dikeahui pada sejumlah iik yang erbaas Auran Simpson Auran Simpson merupakan salah sau meode yang dikenal unuk menyelesaikan masalah inegrasi numerik. Gambar.8 menjelaskan ide enang

16 perhiungan luas area dibawah parabola dengan iga iik, menggunakan auran simpson. (hp:// negrasi%0newon%0coes.pp, januari 007). Gambar.5 Gambar Auran Simpson (Sumber : Chapra, 006, p596) Benuk umum dari auran simpson adalah b a h a + b f(x)dx { f (a) + 4f( ) + f(b) } 3 Dimana h = b a Auran simpson dapa diingkakan performanya dengan membagi inerval inegrasi kedalam sejumlah segmen dengan lebar yang sama, seperi pada gambar.9. Dimana segmen ersebu harus berjumlah genap. (Chapra, 006, p599). Gambar.6 Gambar Auran Komposisi Simpson (Sumber : Chapra, 006, p599)

17 3 Sehingga benuk umum dari auran komposisi simpson menjadi x x 0 n f(x )dx n -1 n - ( x 0 ) + 4 f( x i ) + f( x j ) + f( x n ) i=1,3,5 j=,4,6 b a n Widh f Average heigh.10. Klasifikasi ABC Persediaan melibakan sejumlah besar barang dengan harga yang bervariasi dari yang relaif idak mahal sampai barang-barang yang sanga mahal. Karena persediaan sebenarnya merupakan modal yang menganggur, maka pengendalian persediaan sanga pening dilakukan erhadap barang-barang yang berperan besar dalam penggunaan modal. (Taha, 1997, p108) Pengalaman menunjukan bahwa hanya sejumlah kecil barang-barang persediaan yang menanggung sebagian besar dari modal. Barang-barang seperi iulah yang harus dikenakan pengendalian persediaan yang kea. Jadi barang dalam suau persediaan akan diklasifikasikan menuru besarnya modal yang dianam pada barang ersebu. Yang dimaksud dengan modal yang dianam iu adalah jumlah kebuuhan barang (x) dikalikan dengan harga sauannya (c). Dalam hal ini bila (c.x) makin besar, maka penghemaan yang didapa akiba pengendalian persediaan akan lebih besar dari pada barang-barang yang memiliki nilai (c.x) lebih kecil. Pada gambar.7 diberikan perbandingan anara jumlah kebuuhan barang dengan modal yang dianam, yang dikenal sebagai sisem klasifikasi ABC.

18 4 Gambar.7 Sisem Klasifikasi ABC (Sumber : Taha, 1997, p109) Gagasan dari prosedur ini adalah menenukan barang yang berkonribusi 80% dari nilai uang oal. Barang-barang ini diklasifikasikan sebagai kelompok A, dan umumnya erdiri dari 0% jumlah keseluruhan barang. Kelompok B erdiri dari barangbarang dengan persenase 15% dari nilai uang oal. Barang-barang ini biasanya berjumlah 5% dari semua barang. Semenara barang-barang sisanya adalah kelompok C, yang jumlahnya melipui 55% dari jumlah keseluruhan barang dengan persenase 5% dari nilai uang oal. Barang-barang kelompok A mewakili sejumlah kecil barang-barang yang mahal dan harus dikenakan pengendalian persediaan yang sanga kea. Pengonrolan keadaan barang dilakukan paling inensif dan elii, unuk iu dibuuhkan pengawas yang berpengalaman. Selain iu pencaaan dilakukan paling elii dari waku ke waku karena harus selalu dikeahui jumlahnya secara pasi.

19 5 Barang-barang kelompok B berada di uruan berikunya di mana pengendalian persediaan yang cukup kea dapa diberikan. Yang erakhir, barang-barang kelompok C harus diberikan priorias erendah dalam penerapan seiap benuk pengendalian persediaan. Selain iu pencaaan barang cukup dilakukan secara periodik. Dari semua barang yang diperlukan dalam pembangunan perumahan, disini hanya akan dibahas barang-barang yang mempunyai nilai paling kriis, yaiu barangbarang yang ermasuk pada kelompok A..11. Pengenalan Borland Delphi 7.0 Borland Delphi aau yang biasa disebu Delphi saja, merupakan sarana pemrograman aplikasi visual. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa pemrograman Pascal. Delphi merupakan generasi penerus dari Turbo Pascal. Turbo Pascal yang diluncurkan pada ahun 1983 dirancang unuk dijalankan pada sisem operasi DOS (yang merupakan sisem operasi yang paling banyak digunakan pada saa iu). Sedangkan Delphi yang diluncurkan perama kali ahun 1995 dirancang unuk beroperasi di bawah sisem operasi Windows. Delphi memiliki sarana yang angguh unuk pembuaan aplikasi, mulai dari sarana unuk pembuaan form, menu, oolbar, hingga kemampuan unuk menangani pengelolaan basis daa yang besar. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Delphi anara lain karena pada Delphi, form dan komponen-komponennya dapa dipakai ulang dan dikembangkan, mampu mengakses VBX, ersedia emplae aplikasi dan emplae form, memiliki lingkungan pengembangan visual yang dapa diaur sesuai kebuuhan,

20 6 menghasilkan file erkompilasi yang berjalan lebih cepa, sera kemampuan mengakses daa dari bermacam-macam forma. Delphi menerapkan konsep aplikasi yang digerakan oleh even (even driven). Pemrograman even driven mencoba melengkapi kekurangan pemrograman prosedural dengan kerangka yang membedakan anara anarmuka pemakai dengan proses erenu dalam aplikasi. Dengan adanya sarana pemrograman visual yang even driven, para pembua aplikasi sanga erbanu keika menyediakan sarana anarmuka bagi pemakai. Dengan demikian, harapannya ia akan lebih erkonsenrasi pada penanganan masalah aplikasinya, bukan anarmukanya. (Wahana Kompuer, 003, p1-3)..1. Perancangan Perangka Lunak Perangka lunak adalah (1) perinah (program kompuer) yang bila dieksekusi memberikan fungsi dan unjuk kerja seperi yang diinginkan. () srukur daa yang memungkinkan program memanipulasi informasi secara proporsional, dan (3) dokumen yang menggambarkan operasi dan kegunaan program. (Pressman, 005, p36). Menuru Sommerville (001, p6), perancangan perangka lunak adalah disiplin perancangan yang berhubungan dengan semua aspek dari produksi perangka lunak dari ahap awal spesifikasi sisem sampai dengan pemeliharaan seelah sisem dalam ahap berjalan Daur Hidup Perangka Lunak Salah sau model perancangan perangka lunak adalah dengan menggunakan model air erjun (waerfall model). Menuru Sommerville (001, p45), ahap-ahap

21 7 uama dalam model air erjun, seperi dalam gambar.8, yang menggambarkan akivias dasar pengembangan perangka lunak adalah sebagai beriku: 1. Analisis dan penenuan kebuuhan Tugas, kendala dan ujuan sisem dienukan melalui konsulasi dengan pemakai sisem. Kemudian dienukan cara yang dapa dipahami, baik oleh user maupun pengembang.. Desain sisem dan perangka lunak. Proses desain sisem erbagi dalam kebuuhan perangka keras dan perangka lunak. hal ini menenukan arsiekur perangka lunak secara keseluruhan. Desain perangka lunak mewakili fungsi sisem perangka lunak dalam suau benuk yang dapa diransformasikan ke dalam sau aau lebih program yang dapa dieksekusi. 3. Implemenasi dan pengujian uni. Dalam ahap ini, desain perangka lunak direalisasikan dalam suau himpunan program aau uni-uni program. Pengujian uni mencakup kegiaan verifikasi erhadap suau uni sehingga memenuhi syara spesifikasinya. 4. Inegrasi dan pengujian sisem. Uni program secara individual diinegrasikan dan diuji sebagai sau sisem yang lengkap unuk memasikan bahwa kebuuhan perangka lunak elah erpenuhi. Seelah pengujian, sisem perangka lunak disampaikan kepada pengguna. 5. Pengoperasian dan pemeliharaan. Secara normal, walaupun idak selalu diperlukan, ahap ini merupakan bagian siklus hidup yang erpanjang. Sisem elah erpasang dan sedang dalam penggunaan. Pemeliharaan mencakup perbaikan kesalahan yang idak diemukan dalam ahap-

22 8 ahap sebelumnya, meningkakan implemenasi uni-uni sisem dan memperinggi pelayanan sisem yang disebabkan oleh diemukannya kebuuhan baru. Gambar.8 Daur Hidup Perangka Lunak (Sumber: Sommerville, 001, p45)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Persediaan (Invenory) Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan aau digunakan unuk dijual pada periode mendaang, yang dapa berbenuk bahan baku yang

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik Gula Kwala Madu merupakan Industri manufaktur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik Gula Kwala Madu merupakan Industri manufaktur yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Gambaran Perusahaan Pabrik Gula Kwala Madu merupakan Indusri manufakur yang memproduksi gula. PT. Perkebunan Nusanara II merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Indusri

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN BAHAN BAKU DI INDUSTRI MANUFAKTURING PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR - MEDAN SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA 050803021 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

MONOGRAF EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKTUR DENGAN PENDEKATAN HEURISTIC SILVER MEAL IRIANI UPN VETERAN JAWA TIMUR

MONOGRAF EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKTUR DENGAN PENDEKATAN HEURISTIC SILVER MEAL IRIANI UPN VETERAN JAWA TIMUR i MONOGRAF EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKR DENGAN PENDEKATAN HEURISTIC SILVER MEAL IRIANI UPN VETERAN JAWA TIMUR ii Judul: EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin)

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin) ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.01 Vol.04 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Januari 2016 USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 3 LANDAAN TEORI 3.1 Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis dibidang ekonomi, sosial dan sebagainya, kia memerlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA

PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA Sii Nur Fadlilah A 1 ; Thomas Widjaja 2 ABSTRACT Producion planning is an aciviy o make decison

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 ANGKA NDEKS (ndeks Raa-raa Harga Relaif, Variasi ndeks Harga, Angka ndeks Beranai, Pergeseran waku dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 NDEKS RATA-RATA HARGA RELATF Rumus, 1 P 100% n P,0 = indeks raa-raa

Lebih terperinci

MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI

MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI Roni Hasudungan H e.al. Model Invenory Tingka Linear MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI Roni Hasudungan H, T.P Nababan,

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci