*) Diterima : 12 Maret 2006; Disetujui : 21 Mei 2007 ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "*) Diterima : 12 Maret 2006; Disetujui : 21 Mei 2007 ABSTRACT"

Transkripsi

1 Dinamika Peubahan Penutupan Vegetasi dan...(rinaldi I. dan Djoko W.) DINAMIKA PERUBAHAN PENUTUPAN VEGETASI DAN POTENSI HUTAN BERDASARKAN CITRA LANDSAT DI KALIMANTAN SELATAN*) (Dynamics of Vegetation Cove and Foest Volume Based on Landsat Image in South Kalimantan) Oleh/By: Rinaldi Imanuddin dan/and Djoko Wahjono Pusat Litbang Hutan dan Konsevasi Alam Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp , ; Fax Bogo *) Diteima : 12 Maet 2006; Disetujui : 21 Mei 2007 ABSTRACT To potect a foest aea, especially its ecosystem, the foest should be managed and utilized based on sustainable pinciple. To each it, all kind of foest distubances must be pevented, emoved, and/o minimalized with impovement on monitoing activities. This study was aimed to descibe and infom land changes and foest volume dynamics in logging concession of PT. Aya Yayang Indonesia (AYI), South Kalimantan Povince, based on landsat image ecoded in the last 10 yeas. Pincipally, the used methods in this study coveed 5 pocessing stages, namely: pe-image pocessing, gound checking, digital image classification, land cove, and land use mapping. ER-mappe 6.4 and AcView GIS 3.3 softwaes wee used fo data analyses. The esults showed that land changes and foest stock dynamics which happened in PT. AYI ecoded in the last 10 yeas wee vey dastic. Thee wee foest degadations as much 4,654 ha/yea and foest stand volume deceased as much 285, m 3 /yea. Key wods: Dynamic, land change, foest potency, landsat, South Kalimantan ABSTRAK Untuk menjaga kawasan hutan, teutama ekosistemnya, maka hutan haus dikelola dan dimanfaatkan bedasakan azas kelestaian. Untuk mewujudkan hal tesebut, maka segala bentuk gangguan tehadap hutan haus dicegah, dibeantas, dan atau diminimalisi dengan caa mempekuat tingkat pengawasan tehadap setiap bentuk gangguan tesebut. Penelitian ini betujuan untuk mempeoleh gambaan dan infomasi dinamika peubahan lahan dan potensi hutan di HPH/IUPHHK PT. Aya Yayang Indonesia (AYI) Povinsi Kalimantan Selatan bedasakan cita landsat selama kuun waktu 10 tahun teakhi. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini pada dasanya tedii dai lima tahap pemosesan, yaitu pengolahan awal cita, pemeiksaan lapangan, klasifikasi cita secaa digital, pemetaan penutupan dan penggunaan lahan. Kegiatan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan softwae ER-mappe vesi 6.4 dan AcView GIS 3.3. Hasil analisis menunjukkan bahwa dinamika peubahan lahan dan potensi tegakan yang tejadi di aeal PT. AYI selama kuun waktu 10 tahun teakhi menuun sangat dastis, di mana penuunan luas hutan mencapai ha/tahun dan penuunan potensi tegakan mencapai ,58 m 3 /tahun. Kata kunci: Dinamika, peubahan lahan, potensi hutan, landsat, Kalimantan Selatan I. PENDAHULUAN Komposisi vegetasi beubah secaa gadual dai satu daeah ke daeah lain, yang diikuti dengan peubahan kaakteistik daeah dalam jangka pendek, seiing dengan peubahan waktu. Dengan adanya peubahan penggunaan lahan maka keadaan atau kondisi suatu vegetasi akan beubah pula mengikuti pekembangan lahan tesebut. Begitu pula dengan lahan hutan yang mencakup komponen tanah, vegetasi, dan lain-lain, akan mengalami dinamika yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia pada masa lalu 211

2 dan sekaang yang kesemuanya bepengauh tehadap ekosistemnya pada saat sekaang dan masa mendatang. Sejalan dengan betambahnya populasi, dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia telah memaksa tanah/lahan untuk bepoduksi pada tingkat maksimum. Lahan sebagai tempat untuk melangsungkan usaha tidak betambah luasannya, justu sebaliknya menjadi bekuang akibat bebagai penggunaan. Peubahan jumlah penduduk dan bentuk kegiatannya mengakibatkan peubahan dalam tata guna lahan sebagai bagian dai sumbedaya alam. Akibatnya penggunaan lahanpun menghadapi bebagai macam fakto pembatas fisik maupun sosial ekonomi (Soemawoto, 1974 dalam Widiningsih, 1991). Untuk menjaga lahan hutan, teutama ekosistemnya, maka hutan haus dikelola dan dimanfaatkan bedasakan azas kelestaian. Untuk mewujudkan hal tesebut, maka segala bentuk gangguan tehadap hutan haus dicegah, dibeantas, dan atau diminimalisi dengan caa mempekuat tingkat pengawasan atau pemantauan (monitoing) tehadap setiap bentuk gangguan tesebut. Dengan melihat luasan hutan yang masih ada sampai saat ini sekita 120 juta hekta, maka tidak mudah melakukan monitoing tehadap kawasan hutan yang ada di seluuh wilayah Indonesia. Adanya ketebatasan kemampuan manusia dalam menganalisis bebagai sistem di bumi pada skala daeah yang luas temasuk hutan, maka pemanfaatan teknologi pengindeaan jauh meupakan metode altenatif yang pospektif, khususnya pengindeaan jauh satelit. Dihaapkan dengan teknologi ini dapat membantu teutama dalam mengumpulkan infomasi yang gayut tehadap ekosistem hutan. Penelitian ini betujuan untuk mempeoleh gambaan dan infomasi dinamika peubahan lahan dan potensi hutan di konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH)/ Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) PT. Aya Yayang Indonesia (AYI) Povinsi Kalimantan Selatan bedasakan cita landsat selama kuun waktu 10 tahun teakhi. II. RISALAH LOKASI PENELITIAN A. Letak Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah keja PT. AYI yang secaa geogafis teletak antaa Lintang Selatan dan Buju Timu. Secaa administasi pemeintahan teletak di wilayah Desa Dambung Raya, Kecamatan Hauai dan Muaa Uya, Kabupaten Tabalong, Povinsi Kalimantan Selatan. Sedangkan secaa administasi pengelolaan hutan temasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten Tabalong dan Dinas Kehutanan Povinsi Kalimantan Selatan. B. Kondisi Lokasi Penelitian Bedasakan fungsi hutannya, kawasan ini tebagi menjadi hutan poduksi (HP) seluas ha, hutan poduksi tebatas (HPT) seluas ha, dan hutan lindung (HL) seluas ha. Bedasakan peta upa bumi Indonesia tahun 1985 skala 1 : , konsesi hutan PT. AYI tedii dai lima kelas topogafi, yaitu data (0-8 %) seluas ha, landai (9-15 %) seluas ha, agak cuam (16-25 %) seluas ha, cuam (26-40 %) seluas ha, dan sangat cuam (> 40 %) seluas ha. Adapun fomasi geologi tedii dai delapan satuan lahan, yaitu fomasi beai (16,62 %), tanjung (53,06 %), basal kalase (8,19 %), pitap (10,14 %), anggota batu nunggal pitap (1,58 %), montalat (6,92 %), batuan tak tepeinci (2,78 %), dan ganit muskovit (0,71 %). Jenis tanah di kawasan yang dibebani HPH/ IUPHHK ini adalah Podsolik Meah Kuning (21,51 %), Podsolik Meah Kuning dai batuan beku/sediment (19,71 %), dan kompleks Podsolik Meah Kuning Latosol dan Litosol (58,78 %). Tipe iklim menuut klasifikasi tipe cuah hujan dai 212

3 Dinamika Peubahan Penutupan Vegetasi dan...(rinaldi I. dan Djoko W.) Lokasi Penelitian Gamba (Figue) 1. Peta lokasi penelitian di kawasan hutan konsesi PT. AYI (Study site map in logging concession of PT. AYI) Schmidt dan Feguson (1951) temasuk dalam tipe iklim A dengan nilai Q antaa 7,6-9,7 %. Tipe hutan di daeah ini temasuk tipe hutan hujan topika, dengan komposisi jenis didominasi oleh jenis pohon dai famili Dipteocapaceae, antaa lain jenis meanti (Shoea sp.), keuing (Dipteocapus sp.), nyatoh (Palaquium sp.), dan taap (Atocapus sp.). Jenis-jenis pohon dai famili non Dipteocapaceae antaa lain jenis medang (Litsea sp.), keanji (Uittienia modesta), binuang (Duabanga moluccana), jabon (Anthocephalus sp.), kayu aang (Diospyos spp.), dan kempas (Santiia giffithii). Jenis kayu indah tedii dai jenis ulin (Eusideoxylon zwagei) dan meijang (Sindoa sp.). Jenis langka antaa lain tengkawang (Shoea stenoptea) dan jelutung (Dyea costulata). III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Pembuatan peta vegetasi tekait dengan keadaan lahan yang besangkutan. Dengan adanya peubahan penggunaan lahan, maka keadaan atau kondisi suatu vegetasi akan beubah pula mengikuti pekembangan lahan tesebut. Oleh kaena itu, sebelum memetakan vegetasi suatu daeah, maka sangat penting untuk mengetahui jenis penutupan lahan daeah tesebut. Adanya ketebatasan kemampuan manusia dalam menganalisis bebagai sistem di bumi pada skala daeah yang luas, maka penggunaan peangkat Pengindeaan Jauh (Remote Sensing) dan Sistem Infomasi Geogafis (SIG) sangat dipelukan, untuk mengumpulkan infomasi tambahan yang elevan (gayut) tehadap manajemen ekosistem dan konsevasi keanekaagaman jenis hayati. Salah satu manfaat dai pengindeaan jauh adalah untuk menduga peubahan lahan dan potensi hutan yang dapat dilihat dai peubahan penutupan vegetasinya. Bebagai pendekatan metode dilakukan untuk menduga peubahan lahan, salah satunya dengan menggunakan Supevised Classification (klasifikasi tebimbing) 213

4 dengan menggunakan aea contoh (taining aea) yang diambil dai lapangan dengan menggunakan GPS. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antaa lain: cita landsat ETM+ path 117 ow 61 dengan zone NUTM 50 (liputan 16 Desembe 1997; 25 Septembe 1999; 31 Mei 2003; dan 7 Juli 2005) seta data Petak Uku Pemanen (PUP) PT. AYI sebagai aea contoh (taining aea). Data tambahan lainnya adalah peta digital HPH dai Badan Planologi Kehutanan dengan skala 1 : yang akan digunakan sebagai data ujukan dalam poses koeksi geometis dan untuk mempeoleh gambaan awal mengenai keadaan peubahan penutupan/penggunaan lahan di daeah penelitian. Sedangkan alat yang digunakan beupa alat uku sepeti phiband, hagamete, kompas, dan GPS. C. Metode Penelitian 1. Pengambilan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data cita landsat ETM+ dan data lapangan pada saat melakukan gound check. Pengambilan data dilakukan tehadap semua pohon yang tedapat dalam PUP meliputi keliling/diamete pohon dan tinggi pohon, seta pengambilan data koodinat bumi dengan menggunakan GPS pada lokasi tesebut. Cita landsat ETM+ membeikan gambaan secaa umum bagaimana kondisi lokasi penelitian. Hal ini dimungkinkan kaena pebedaan eflektansi yang diespon oleh masing-masing penutupan lahan sehingga menampilkan wana-wana yang bebeda dengan nilai DN (Digital Numbe) yang bebeda pula. Kegiatan pengecekan lapangan dilakukan sebagai acuan dalam menentukan taining aea dan untuk mengetahui jenis seta kondisi penutupan lahan yang akan diidentifikasi di daeah penelitian pada saat dilakukan peekaman oleh cita satelit landsat ETM+. 2. Analisis data Metodologi yang dikembangkan dalam penelitian ini pada dasanya tedii dai lima tahap pemosesan, yaitu pengolahan awal cita, pemeiksaan lapangan (gound check), klasifikasi cita secaa digital, pemetaan penutupan dan penggunaan lahan. Adapun tahapan pengolahan dan analisis data cita satelit pada umumnya dibagi dalam dua tahap, yaitu: a. Pengolahan awal cita (Pe-image pocessing) 1) Intepetasi visual cita satelit (Visual image intepetation) 2) Pemilihan kombinasi band tebaik dengan metode OIF (Optimum index facto). Secaa matematis OIF dihitung sebagai beikut : 3 Σ S i OIF = i= Σ i= 1 Σ j= 1 if = S i + S j + ij + ik + S k jk dimana S i, S j, dan S k adalah simpangan baku band ke i, j, dan k sedangkan ij, ik, dan jk adalah koefisien koelasi anta band (Chavez et al., 1982 dalam Wilkie and Finn, 1996). 3) Koeksi adiometik. Betujuan untuk mempebaiki distosi adiometik yang tejadi pada cita digital yang disebabkan oleh kesalahan espon detektodetekto yang digunakan pada senso landsat. Pengolahan cita multiwaktu membutuhkan penanganan yang dapat menempatkan cita yang diekam dai waktu yang bebeda, pada tingkat kompaabilitas yang sama dalam sudut pandang adiometik (Lillesand dan Kiefe, 1994). 4) Koeksi geometik. Dalam penelitian ini koeksi geometik dilakukan dengan menggunakan metode bedasakan titik-titik kontol lapangan (Gound Contol Point). Setelah GCP tepilih dengan menggunakan polynomial, selanjutnya dihitung aka dai kesalahan ata-ata kuadat, dianjukan aga RMSE (Root Mean Squae Eo) le- 214

5 Dinamika Peubahan Penutupan Vegetasi dan...(rinaldi I. dan Djoko W.) bih kecil dai 0,5 pixel. RMSE dinyatakan dengan umus : RMSE = I 2 I 2 ( P P ) ( I I ) Oiginal Oiginal P dan I = koodinat asli dai GCP pada cita P I dan I I = koodinat estimasi (Jensen, 1986 dalam Jaya, 1997). b. Pengolahan cita satelit (Image pocessing) 1) Klasifikasi cita digital satelit (Image classification) 2) Klasifikasi tebimbing (Supevised classification) Poses klasifikasi ini akan behasil baik bila kelas-kelas spektal yang dipilih dapat dipisahkan dan contoh-contoh kelas yang dipilih bena-bena mewakili seluuh data yang ada. Selanjutnya pendekatan tebimbing disedehanakan menjadi tiga tahapan, yaitu tahap penentuan kelas contoh (taining aea), penandaan aea contoh (signatue), klasifikasi, analisis ketepisahan kelas, akuasi, seta tahap penyajian hasil (output). 3) Aea contoh (Taining aea) Setelah dilakukan pengambilan contoh, selanjutnya dicatat statistik dai setiap tipe penggunaan lahan. Infomasi statistik ini akan digunakan untuk menjalankan fungsi akuasi. Infomasi statistik yang diambil adalah nilai ata-ata, simpangan baku, nilai digital minimum dan maksimum, seta matiks vaian-kovaian untuk setiap tipe penutupan lahan. 4) Metode kemungkinan maksimum (Maximum likelihood method) 5) Akuasi N X kk - X k+ X + k k k Kappa ( κ ) = x100% 2 N - X k+ X k+ k dimana, N = jumlah semua pixel yang digunakan untuk pengamatan = jumlah bais/laju pada matik kesalahan (sama dengan jumlah kelas) k i+ = X ij (jumlah semua kolom pada bais ke-i) k + j = X ij (jumlah semua kolom pada laju ke-j) 6) Selang kepecayaan akuasi hasil klasifikasi (Pecision) PQ 50 s = P z. + N N dimana, P : Oveall akuasi (%); Q : Peluang (100-P) x 100 %; N : Jumlah pixel taining yang diambil; Z : nilai z tabel dengan taaf nyata 95 % atau 99 % Kegiatan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan softwae ER-mappe vesi 6.4 dan Ac- View GIS 3.3. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi Cita Secaa visual, penutupan lahan dapat dipisahkan bedasakan pebedaan wana yang tedapat pada cita. Mengingat banyaknya wana, maka dalam mengintepetasi klasifikasi penutupan lahan dilakukan pendekatan dengan mengkelaskan penutupan lahan tesebut secaa digital. Setiap kelas pada klasifikasi bisa dibedakan dengan menggunakan scattegam. Semakin tinggi nilai digital (DN), maka semakin tidak bevegetasi daeah tesebut, sebaliknya semakin endah maka penutupan lahan di daeah tesebut mengandung kandungan ai dan kloofil yang tinggi. Hasil analisis tehadap cita landsat ETM+ yang digunakan menunjukkan bahwa sebaan setiap kelas mempunyai pola yang sama, hal ini dapat dilihat pada scattegam (Gamba 2) setiap cita (pada tahun yang bebeda). Bedasakan scattegam tesebut, didapatkan nilai digital (DN) ata-ata untuk setiap penutupan lahan di lokasi penelitian. Adapun hubungan antaa DN dengan band (pada cita) yang digunakan untuk setiap kelas hasil klasifikasi cita dapat dilihat pada gafik eflektansi vegetasi yang dapat dilihat pada Gamba 3. Pada Gamba 3 dapat dilihat bahwa hutan dengan penutupan tajuk apat selalu memiliki nilai digital (DN) yang lebih 215

6 kecil dibanding tipe penutupan lahan g f e c d b a i h 1997 lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa d e f c a b g 1999 i h a h a h g c d e f b i 2003 b c d e f g i 2005 Keteangan (Remaks): a : Semak (Shub), b : Beluka (Shub), c : Penutupan tajuk jaang (Low density canopy cove), d : Penutupan tajuk sedang (Middle density canopy cove), e: Penutupan tajuk apat (High density canopy cove), f: Sungai (Rive), g: Bayangan awan (Cloud shadow), h : Awan (Cloud), i : Tanah kosong dan alang-alang (Open aea and gass). Gamba (Figue) 2. Scattegam cita landsat ETM+ tahun 1997, 1999, 2003, dan 2004 (band 543) di aeal PT AYI (The scattegam of landsat ETM+ image yeas 1997, 1999, 2003, and 2004 (band 543) in PT AYI aea) Cita Landsat ETM+ Tahun 1997 Cita Landsat ETM+ Tahun Nilai Digital (DN) Nilai Digital (DN) Band Band Cita Landsat ETM+ Tahun 2003 Cita Landsat ETM+ Tahun Nilai Digital (DN) Nilai Digital (DN) Band Band Penutupan Tajuk Rapat Penutupan Tajuk Sedang Penutupan Tajuk Jaang Beluka Semak 216

7 Dinamika Peubahan Penutupan Vegetasi dan...(rinaldi I. dan Djoko W.) Gamba (Figue) 3. Gafik eflektansi vegetasi pada cita landsat ETM+ tahun 1997, 1999, 2003, dan 2005 di kawasan hutan konsesi PT. AYI (Vegetation eflectant gaphs on landsat ETM+ image yeas 1997, 1999, 2003, and 2005 in PT. AYI aea) penutupan lahan pada kawasan hutan dengan tutupan tajuk apat mengandung kandungan ai dan kloofil yang lebih tinggi dibandingkan pada kawasan hutan dengan tutupan lainnya. Setelah setiap kelas dapat disahkan dengan selang kepecayaan 95 % maka didapatkan cita klasifikasi sepeti pada Gamba 4. Secaa umum, semakin tinggi nilai akuasi yang dipeoleh menunjukkan hasil analisis yang didapat semakin teliti dan akuat. Untuk mengetahui besanya nilai akuasi yang dihasilkan dapat dilihat pada matiks kesalahan yang disajikan dalam Tabel 1. Bedasakan matiks kesalahan (Tabel 1), dapat dihitung nilai kebenaan akuasi Legenda (Legends): Penutupan tajuk apat (High density canopy cove) Penutupan tajuk sedang (Middle density canopy cove) Penutupan tajuk jaang (Low density canopy cove) Beluka (Shub) Semak (Shub) Tanah tebuka dan alang-alang (Open aea and gass) Bayangan awan (Cloud shadow) Awan (Cloud) 217

8 Gamba (Figue) 4. Peta penutupan vegetasi PT. AYI bedasakan cita landsat ETM+ band 543 tahun 1997, 1999, 2003, dan 2005 (Vegetation cove maps of PT. AYI based on landsat ETM+ image band 543 yeas 1997, 1999, 2003, and 2005) Tabel (Table) 1. Matik kesalahan hasil klasifikasi pada konsesi kawasan hutan PT. AYI Kalimantan Selatan (The classification esults of confusion matix in PT. AYI South Kalimantan) Kelas TKA Beluka PTJ PTS PTR Sungai Semak Total TKA Beluka PTJ PTS PTR Sungai Semak Total Rata-ata use s accuacy : 87 % Rata-ata poduce s accuacy : 86,7 % Oveall accuacy : 85,9 % Kappa accuacy : 82 % Keteangan (Remaks): TKA = Tanah kosong dan alang-alang (Open aea and gass) PTJ = Penutupan tajuk jaang (Low density canopy cove) PTS = Penutupan tajuk sedang (Middle density canopy cove) PTR = Penutupan tajuk apat (High density canopy cove) yang dihasilkan, di mana pada selang kepecayaan 95 % dai taining aea dengan hasil akuasi 85,9 % mempunyai nilai kebenaan akuasi 83 %, sedangkan pada selang kepecayaan 99 % dengan hasil akuasi yang sama mempunyai kebenaan akuasi 82,1 %. C. Aea Contoh (Taining Aea) Tahap penandaan atau penamaan pixel (signatue) dai taining aea meupakan tahapan tepenting dalam klasifikasi tebimbing (supevised classification) meskipun jumlah pixel yang akan dijadikan contoh tidak lebih dai 5 % tehadap jumlah total pixel yang ada pada seluuh cita. Pada penelitian ini, kawasan hutan yang dijadikan taining aea adalah lokasi PUP yang teletak antaa 1 36' '17 Lintang Selatan dan ' '10 Buju Timu dengan ketinggian sekita 248 m dpl (Gamba 5). Dai hasil analisis tehadap data yang diambil di lapangan, didapatkan bahwa potensi tegakan ( > 50 cm) di lokasi taining aea pada masing-masing kelas penutupan tajuk adalah sebagai beikut: 102,85 m 3 /ha pada kelas penutupan tajuk apat; 81,18 m 3 /ha pada kelas penutupan tajuk sedang; seta 35,42 m 3 /ha pada kelas penutupan tajuk jaang. Nilai-nilai potensi tegakan tesebut, untuk seluuh jenis pohon bediamete di atas 50 cm, baik jenis komesial maupun jenis non komesial. D. Peubahan Lahan dan Potensi Hutan Dai hasil klasifikasi cita didapatkan peta vegetasi dan penutupan lahan PT. AYI bedasakan cita landsat ETM+ tahun 1997, 1999, 2003, dan Bedasakan hasil tesebut, kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui peubahan yang tejadi selama kuun waktu yang meliputi peubahan luas penutupan lahan seta potensi tegakannya. Bedasakan hasil analisis didapatkan infomasi mengenai peubahan luas penutupan lahan yang tejadi di kawasan hutan konsesi PT. AYI yang disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa penutupan vegetasi beupa hutan (penutup- 218

9 an tajuk apat, sedang, dan jaang) cendeung menuun, teutama pada tahun 1999 penuunan luasnya sangat dastis mencapai ha atau 46 % dai luas hutan pada tahun Selanjutnya, penuunan luas hutan yang tejadi pada tahun 2003 Skala 1 : Taining Aea Gamba (Figue) 5. Posisi taining aea di lokasi PT. AYI Kalimantan Selatan (Taining aea position in PT. AYI South Kalimantan) Tabel (Table) 2. Peubahan luas penutupan lahan dai tahun di aeal PT. AYI (The change of land cove aea fom 1997 to 2005 in PT. AYI ) No Kelas penutupan lahan (Land cove class) Luas (Lage) (Ha) Aeal bevegetasi (Hutan) 1 Penutupan tajuk apat (High density canopy cove) , , , ,47 2 Penutupan tajuk sedang (Middle density canopy 9.788, , , ,02 cove) 3 Penutupan tajuk jaang (Low density canopy cove) , , , ,61 Jumlah aeal bevegetasi (Sum of vegetation aea) , , , ,10 Aeal tidak bevegetasi (Non hutan) 4 Beluka (Shub) 9.730, , , ,90 5 Semak (Shub) 5.502, , , ,59 6 Tanah tebuka dan alang-alang (Open aea and gass) , , , ,41 Jumlah aeal tidak bevegetasi (Sum of non vegetation aea) , , , ,90 Jumlah (Total) 87241, , , ,00 seluas ha dai luas hutan pada tahun 1999, dan pada tahun 2005 seluas ha dai luas hutan pada tahun Secaa umum, penuunan luas hutan mulai dai tahun 1997 sampai 2005 mencapai ha/tahun. Nilai tesebut jauh melebihi dai etat luas yang ditetapkan untuk PT. AYI yaitu ha/tahun, sehingga selisih antaa penuunan luas hutan yang tejadi dengan etat luas yang 2

10 ada sebesa ha/tahun (> 300 % dai etat luas tahunan yang dibeikan). Untuk melihat kecendeungan peubahan luas penutupan vegetasi di PT. AYI selama kuun waktu 10 tahun teakhi disajikan pada Gamba Luas (Ha) TAJUK RAPAT TAJUK SEDANG TAJUK JARANG BELUKAR SEMAK TANAH KOSONG Jenis Penutupan Lahan Gamba (Figue) 6. Gafik peubahan luas penutupan vegetasi di kawasan hutan konsesi PT. AYI (The gaphs of vegetation cove aea change in logging concession of PT. AYI) Tabel (Table) 3. Peubahan potensi tegakan di atas 50 cm dai tahun di kawasan hutan konsesi PT. AYI (The change of foest volume 50 cm up fom 1997 to 2005 in PT. AYI ) Kelas penutupan lahan Volume tegakan dalam m 3 (Stands volume in m 3 ) (Land cove class) Penutupan tajuk apat (High density canopy cove) , , , ,89 Penutupan tajuk sedang (Middle density canopy cove) , , , ,42 Penutupan tajuk jaang (Low density canopy cove) , , , ,31 Jumlah (Total) , , , ,62 Dai hasil analisis peubahan penutupan vegetasi di atas, maka dapat dipoyeksikan besanya peubahan potensi volume tegakan yang tejadi di kawasan hutan konsesi PT. AYI yang didasakan pada hasil analisis potensi tegakan pada taining aea. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa poyeksi potensi tegakan meliputi kelas penutupan tajuk apat, sedang, dan jaang pada tahun 1997 adalah sebesa ,22 m 3, sedangkan pada tahun 2005 sebesa ,62 m 3. Hal ini menunjukkan bahwa dai tahun (8 tahun) peubahan potensi volume tegakan mengalami penuunan sebesa ,60 m 3 atau secaa ata-ata sebesa ,58 m 3 /tahun. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 2

11 Dinamika Peubahan Penutupan Vegetasi dan...(rinaldi I. dan Djoko W.) 1. Cita landsat ETM+ cukup baik digunakan untuk mengklasifikasikan kelas penutupan vegetasi di mana nilai akuasi yang dihasilkan masih lebih tinggi dai nilai akuasi yang disyaatkan. 2. Dinamika peubahan penutupan vegetasi yang tejadi di kawasan hutan konsesi PT. AYI selama kuun waktu 10 tahun teakhi mengakibatkan penuunan luas hutan yang cukup dastis yaitu ata-ata seluas ha/tahun. 3. Akibat dai penuunan luas hutan tesebut, maka potensi tegakan (diamete > 50 cm) pun menuun mencapai ,58 m 3 /tahun. Penuunan potensi tegakan pada setiap kelas penutupan tajuk yaitu ,45 m 3 /tahun pada kelas penutupan tajuk apat; 6.373,75 m 3 /tahun pada kelas penutupan tajuk sedang; seta ,38 m 3 /tahun pada kelas penutupan tajuk jaang. B. Saan Pelu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan cita yang mempunyai esolusi lebih tinggi dan taining aea yang lebih epesentatif sehingga hasil yang didapatkan akan lebih teliti dan akuat. DAFTAR PUSTAKA Anonim NPS Vegetation Mapping Pogam. Website: biology.usgs.gov. Diakses tanggal 22 Januai Jaya, I. N. S Pengindeaan Jauh Satelit untuk Kehutanan. Laboatoium Inventaisasi Hutan. Juusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogo. Jensen, John R Intoductoy to Digital Image Pocessing : A Remote Sensing Pespective. Pentice-Hall. New Jesey, 379 p. Lillesand, T.M. and R.W. Kiefe Remote Sensing and Image Intepetation. John Wiley and Sons, Inc. New Yok, 750 p. Schmidt, F. H. and J. H. A. Fegusson Rainfall Types Based on Wet and Dy Peiod Ratios fo Indonesia with Westen New Guinea. Vehand No. 42. Kementian Pehubungan, Djawatan Meteoologi dan Geofisika. Jakata. Widiningsih, D.S Peanan Petanaman Agofoesty dalam Penggunaan Lahan Keing Petanian yang Beleeng Cuam di DAS Cimanuk, Jawa Baat. Disetasi. Fakultas Pasca Sajana IPB. Bogo. Wilkie, D.S. and J.T. Finn Remote Sensing Imagey fo Natual Resouces Monitoing. Columbia Univesity Pess, 295 p. 221

ANALISIS PERUBAHAN KAWASAN HUTAN KABUPATEN BLORA DENGAN PENDEKATAN KAJIAN SPATIO-TEMPORAL

ANALISIS PERUBAHAN KAWASAN HUTAN KABUPATEN BLORA DENGAN PENDEKATAN KAJIAN SPATIO-TEMPORAL ANALISIS PERUBAHAN KAWASAN HUTAN KABUPATEN BLORA DENGAN PENDEKATAN KAJIAN SPATIO-TEMPORAL (Analysis of Bloa Regency s Foest Aea Change Using Spatio-Tempoal Assessment Appoach) Oleh/by : Doddy M. Yuwono

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational BAB IV ANALISIS DATA Analisis data meupakan hasil kegiatan setelah data dai seluuh esponden atau sumbe data lainnya tekumpul. Hal ini betujuan untuk mengetahui tingkat kebenaan hipotesis-hipotesis penelitian

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1 Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Kerusakan Hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) (Studi Kasus : Sub DAS Brantas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif analitik, dengan menggunakan teknik analisis egesi dan koelasi. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA)

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) Da.Heny Mahmudah Dosen unisla ABSTRAK Pada hakekatnya suatu peusahaan didiikan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C pepustakaan.uns.ac.id ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C Budi Santoso, Respatiwulan, dan Ti Atmojo Kusmayadi Pogam Studi Matematika,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG Junal Agibisnis, Vol. 9, No. 2, Desembe 2015, [ 137-148 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

Penerapan Metode Saw Dalam Menentukan Juara Dance Sekolah Menengah Pertama

Penerapan Metode Saw Dalam Menentukan Juara Dance Sekolah Menengah Pertama ISSN: 2089-3787 63 Peneapan Metode Saw Dalam Menentukan Juaa Dance Sekolah Menengah Petama Yuni Melliyana, Fitiyadi 2 Pogam Studi Sistem Infomasi, STMIK Banjabau Jl.Ahmad Yani Km 33,5 Loktabat Banjabau,

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN. Data Identitas Responden Fekuensi identitas esponden dalam penelitian ini tedii dai jenis kelamin dan pendidikan guu yang dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG .,, ' [ SALINAN I fff~~~!jf~~..f~j~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA email : zeamays_hibida@yahoo.com FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 009 ANALISIS KORELASI 1. Koefisien Koelasi Peason Koefisien Koelasi Moment

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN I SALINAN I fi~@?~{5]f~~ ~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG C' PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap Vol. 3, No., 7-79, Januai 7 Model Matematika Sistem Pesediaan (Q, R) Yang Tekait Dengan Mutu Baang Dan Infomasi Pemintaan Lengkap Agus Sukmana Abstact This pape deals with an inventoy model fo continuous

Lebih terperinci

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN.. Lata Belakang Masalah Peanan pemasaan dalam kebehasilan peusahaan telah diakui di kalangan pengusaha untuk mempetahankan kebeadaanya dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TANAMAN KACANG-KACANGAN BERDASAR ZAT HARA LAHAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRE (STUDI KASUS:DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL)

IDENTIFIKASI TANAMAN KACANG-KACANGAN BERDASAR ZAT HARA LAHAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRE (STUDI KASUS:DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL) Semina SENATIK Nasional Vol. II, 26 Teknologi Novembe Infomasi 2016, ISSN: dan 2528-1666 Kedigantaaan (SENATIK) Vol. II, 26 Novembe 2016, ISSN: 2528-1666 AI- 95 IDENTIFIKASI TANAMAN KACANG-KACANGAN BERDASAR

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2016/2017

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2016/2017 MKB3383 - Teknik Pengolahan Cita Opeasi Piksel dan Histogam Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 216/217 Outline Opeasi Piksel Histogam Cita Meningkatkan Keceahan Meegangkan Kontas Ekualisasi Histogam Outline

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa .1. Bentuk Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencai maksud dan pengauh antaa vaiable independen

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL DALAM KEMASAN

APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL DALAM KEMASAN Posiding Semina Nasional Penelitian, Pendidikan dan Peneapan MIPA, Fakultas MIPA, Univesitas Negei Yogyakata, 14 Mei 011 APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM E-Junal Matematika Vol. 3, No.2 Mei 2014, 64-74 ISSN: 2303-175 PERHITUNGAN DA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM I GUSTI AYU KOMANG KUSUMA WARDHANI 1, I NYOMAN WIDA

Lebih terperinci

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) B. Vey Chistioko 1,, Dian Ti Wiyanti 2 Pogam Studi Teknik Infomatika Juusan

Lebih terperinci

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI Junal Teknik Sipil ISSN 30-053 Pogam Pascasajana Univesitas Syiah Kuala Pages pp. 4-35 PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA Semina Nasional Teknologi Infomasi dan Multimedia 0 STMIK AMIKOM Yogyakata, 6-8 Febuai 0 ISSN : 0-80 PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE ALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA Supiatin Sistem Infomasi STMIK AMIKOM Yogyakata supiatin@amikom.ac.id Abstak Tans Jogja meupakan salah satu altenatif tanspotasi massa

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci

The Production Process and Cost (I)

The Production Process and Cost (I) The Poduction Pocess and Cost (I) Yang dimaksud dengan Input (Kobanan) misalnya Mesin sebagai Kapital (Capital) dan Tenaga Keja sebagai Labou (L), sedangkan Q = Tingkat Output (Poduksi) yang dihasilkan

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU ABSTRAK

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU ABSTRAK PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU Mohamad Andi 1, Inda 2, Alimin Maidin 3 1 Bagian Penjaminan Mutu FKM Unismuh Palu 2 Bagian AKK, FKM Univesitas

Lebih terperinci

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan, Agustus 04 Ditebitkan oleh: Fakultas Matematika dan lmu Pengetahuan Alam, Univesitas Pattimua SBN: 978-60-9755-- Deskipsi halaman sampul : Gamba yang ada pada

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian meupakan sesuatu yang menjadi pehatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaan dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 HUBUNGAN KINERJA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN IPA DI SD PADA MAHASISWA PROGRAM D PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FKIP UNS TAHUN AKADEMIK 009 / 00 Wasiti Dosen PGSD FKIP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Dalam peneltian ini akan digunakan bebeapa teknik dalam pengumpulan data yaitu: 1. Obsevasi Yaitu caa pengumpulan data melalui pencatatan secaa cemat

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Latice Square Design

Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Latice Square Design Rancangan Buju Sangka Latin (RBSL) Latice Squae Design RBSL (Rancangan Buju Sangka Latin) Di bebeapa kasus, memungkinkan kita untuk mengontol dua atau lebih sumbe keagamaman RBSL digunakan apabila tedapat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian meupakan stategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipelukan, guna menjawab pesoalan yang dihadapi. Metode

Lebih terperinci

ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) DAN TRANSFORMASI FOURIER PADA SINYAL CURAH HUJAN INDONESIA

ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) DAN TRANSFORMASI FOURIER PADA SINYAL CURAH HUJAN INDONESIA ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) DAN TRANSFORMASI FOURIER PADA SINYAL CURAH HUJAN INDONESIA P. SEPTIAWAN 1, S. NURDIATI 2,A.SOPAHELUWAKAN 3 Abstak Cuah hujan meupakan paamete atmosfe yang sulit

Lebih terperinci

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis 13 BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD 3.1 Pendahuluan Analisisegesi yang seingkali digunakan dalam menganalisis data uji hidup salahsatunyaadalah Regesi Popotional Hazad. Analisis egesiinimengasumsikanbahwaasio

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti JUNAL ILMIAH ANGGAGADING Volume 4 No., Oktobe 004 : 99 104 PENGAUH MODEL PODUK TEHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selula Meek Nokia Pada PT. Bimasakti Oleh: Maju L. Tobing Dosen

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskiptif dan veifikatif. Menuut Sugiyono (005: 13), penelitian deskiptif adalah jenis penelitian yang menggambakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA Bentuk pesamaan egesi dengan dua vaiabel indenpenden adalah: Y = a + b X + b X Bentuk pesaman egesi dengan 3 veiabel independen adalah: Y = a + b X + b X + b 3 X

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di madasah Aliyah Negei (MAN) Model Medan yang bealamat di Jalan Williem Iskanda No. 7A Keluahan Sidoejo, Kecamatan

Lebih terperinci

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT Sudianto Manullang Yasifati Hia Abstak Pengelolaan dana pensiun dapat menentukan dan mendoong peningkatan poduktivitas angkatan keja.

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekspeimental. Pada penelitian ini akan ada kelompok ekspeimen dan kelompok

Lebih terperinci

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA Papes semina.uad.ac.id/index.php/quantum Semina Nasional Quantum #5 (018) 477-1511 (7pp) Pengembangan instumen penilaian kemampuan befiki kitis pada pembelajaan fisika SMA Suji Adianti, dan Ishafit Pogam

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Ratah Timber merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang memperoleh kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola

Lebih terperinci

98 Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.2 Oktober 2015

98 Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.2 Oktober 2015 98 Junal Fisika Edukasi (JFE) Vol. No. Oktobe 015 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA DASAR (STUDI KASUS MAHASISWA

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia

BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejaah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia Adapun sejaah Badan Pusat Statistik di Indonesia tejadi empat masa pemeintahan di Indonesia, antaa

Lebih terperinci

EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syariah DI JAWA)

EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syariah DI JAWA) EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syaiah DI JAWA) Enny Aiyani Podi Teknik Industi FTI-UPNV Jawa Timu ABSTRAK Pemasalahan dalam penelitian ini bahwa

Lebih terperinci

Watermarking dengan Algoritma Kunci Publik untuk Verifikasi dan Otentikasi Citra

Watermarking dengan Algoritma Kunci Publik untuk Verifikasi dan Otentikasi Citra Watemaking dengan Algoitma Kunci Publik untuk Veifikasi dan Otentikasi Cita Abstak Watemaking dengan Algoitma Kunci Publik untuk Veifikasi dan Otentikasi Cita Angga Inda Bata 13500070 Depatemen Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaan Objek Penelitian Obyek pada penelitian ini bejumlah 43 siswa kelas VIIA dan VIIB SMP Mate Alma Ambaawa tahun ajaan 2011/2012. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Seambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 016 ISSN : 337-8085 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Tamizi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 PM -7 Hubungan Fasilitas, Kemandiian, dan Kecemasan Belaja tehadap Pestasi Belaja Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Puing Tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI Amina Yusa 1), Pof. D.H. Rahmat Muboyono, M.Pd ), Siti Syuhada,

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Cita Opeasi Piksel dan Histogam Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 215/216 Outline Opeasi Piksel Histogam Cita Meningkatkan Keceahan Meegangkan Kontas Ekualisasi Histogam Outline

Lebih terperinci

Rancangan Petak Teralur pada Hasil Panen Tanaman Buncis di Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman

Rancangan Petak Teralur pada Hasil Panen Tanaman Buncis di Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Rancangan Petak Tealu pada Hasil Panen Tanaman Buncis di Fakultas Petanian Univesitas Mulawaman Stip Plot Design on Beans Havest in the Faculty of Agicultue Mulawaman Univesity Nujannah Masitah 1, Sifiyani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Haga Tahanan Jenis Teoi yang mendasai metode tahanan jenis atau metode geolistik adalah hukum Ohm [7] yang mempunyai pesamaan : V I = (2.) R Dengan V menyatakan tegangan (volt),

Lebih terperinci

EVALUASI APLIKASI SISTEM INFORMASI PRAKTEK INDUSTRI DAN TUGAS AKHIR DENGAN METODE USABILITY TESTING

EVALUASI APLIKASI SISTEM INFORMASI PRAKTEK INDUSTRI DAN TUGAS AKHIR DENGAN METODE USABILITY TESTING EVALUASI APLIKASI SISTEM INFORMASI PRAKTEK INDUSTRI DAN TUGAS AKHIR DENGAN METODE USABILITY TESTING Ealiea Puti Dwianita, Siyanto Pogam Studi Teknik Industi, Fakultas Teknik, Univesitas Diponegoo Jl. Pof.

Lebih terperinci