BAB IX KINERJA SISKOM ANALOG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IX KINERJA SISKOM ANALOG"

Transkripsi

1 58 isem Komunikasi I (TT313) 9.1 KINERJ M-B BB IX KINERJ IKOM NLOG uau sinyal M-B-LB dengan pemodulasi sinusoidal unggal x. () -x () = os ( x), = pembawa inyal ersebu berampur dengan Whie Noise di inpu demodulaor B (iik ). i BPF-IF [-m ; ] B C D LPF o = m > x y() oupu o No Carrier Reovery inyal di C = 1. os Daya raa raa di inpu () = i = 0,5 ² inyal di D = os ( x) x os = 0,5 os x + 0,5 os (-x) eelah dilewakan ke LPF : y() = 0,5 os x Daya sinyal y() = o = 0,5 (0,5 )² = 0,5 i Besar rapa daya noise di B = di ; eapi erleak dalam spekrum yang erbaas. N B () dalam W/Hz PD pia sau sisi di B -m Rapa daya noise di D : 0,5 N D () W/Hz PD pia sau sisi di D m -m Jadi daya noise di oupu = No= 0,5 x m Maka (/N) D-B = 0,5 i / 0,5.m = i /.m i = daya sinyal yang diinginkan pada inpu demodulaor, = rapa daya noise di inpu demodulaor, m = rek. u o LPF

2 59 isem Komunikasi I (TT313) 9. KINERJ M-DB-C Misalkan sinyal m() merupakan pemodulasinya sehingga, () = m().os inyal ersebu berampur dengan whie Noise di inpu demodulaor : () -m +m i BPF-IF [-m ; +m] B D C os LPF o = m > x y() oupu o No Carrier Reovery ( gambar sama dengan demodulaor B; keuali BPF-IF ) Daya raa raa sinyal inpu demodulasi () : i = ( ) i = 0,5 m () = 0,5. daya sinyal m() Persamaan sinyal di iik D = m().os ² = 0,5m() + 0,5m().os () eelah dilewakan di LPF ; menjadi y() = 0,5 m() Daya sinyal inormasi y() di oupu demodulaor : o = 0,5 m () = 0,5i Besar rapa daya noise di B : N B () dalam W/Hz pia sau sisi -m +m Besar rapa daya noise di D : ND() W/Hz 0,5 0,5 pia sau sisi m -m +m Daya noise di oupu = No = 0,5.m Maka (/N) M-DB-C = i /.m i,, m = liha kasus B, di inpu deeor/demodulaor

3 60 isem Komunikasi I (TT313) 9.3 KINERJ M-DB-FC (digunakan deeor selubung) inyal M-DB-FC + noise ; ino : m() () = [ 1+m()] os + n() () n () BPF-IF [ -m,+m] () B n B () De. elubung C n () () -m +m BW = m BW BPF-IF = m ; Jadi sinyal () di B = () [di ] n () : dapa dipandang sebagai Whie Noise dengan PD n B () : band-pass noise (band limied noise) nb() dalam W/Hz PD pia sau sisi di B -m +m Noise di B dapa dinyaakan dalam benuk noise kuadraur sbb : n B () = n x ().os n y ().sin N x () = N y () n x () & n y () saling independen m Kia nyaakan sinyal & noise di B = X(), maka : X() = [1+m()] os + n x ().os - n y ().sin = [ (1+m()) + n x ()] os n y () sin = R(). os ( + ()) R x ( ) ny( ) selubung sinyal X() 1 m( ) n

4 61 isem Komunikasi I (TT313) Kia baasi permasalahan unuk (C/N)B >> 1 maka: [1+m()] >> n y (); sehingga : R 1 m( ) nx ( ) au R() = [1+m()] + n x () = +.m() + n x (); dimana: = komponen DC;.m() = komponen inormasi; n x () = komponen noise Komponen DC dioupu diredam dengan Kopling kapasii, maka Y() =.m() daya sinyal o = y()² = ². m()² Daya noise raa raa di oupu No = x BW N No =. m Perlu diinga bahwa daya raa raa sinyal M-DB-FC di inpu (iik ) sama dengan di B i = 0,5 ² + 0,5 ² m () Maka : (/N) OUTPUT M-DB-FC = m ( ). (1 m ( )) i m. di inpu demod. (Dengan deekor selubung) Inga persamaan umum M-DB-FC M () = (1 + m.os x). os m: index modulasi; os x : ino sinus; os : arrier berari m() = m.os x, dengan daya sinyal m 0,5m m( ) Maka (/N) OUT-M-DB-FC = m m i m Dimana : inormasi adalah sinusoidal dan m = index modulasi. Caaan!!!!!!!!!!! Jika sinyal M-DB-FC dideeksi dengan Deekor inkron maka akan menghasilkan persamaan kinerja yang sama juga N o o 1 ( ) m. m ( ) i. m m m. i. m

5 6 isem Komunikasi I (TT313) 9.4 KINERJ FM Misal suau sinyal FM dengan pemodulasi sinusoidal dengan rekuensi m, ampliude pemodulasi m, rekuensi pembawa. FM () = os [ + sin m]; K m. m i Predeeksi B Limier C d. ; G 1 d diskriminao r D de. elubung + Kopling C E o No blok diagram demod. FM inyal FM FM () : FM () -n m -m +m + n m inyal FM ersebu berampur dengan Whie Noise n () dengan PD : Pada blok diagram : sinyal FM di = di B = di C (dengan asumsi limier berungsi sempurna) Noise di C merupakan Band Pass Noise Band Limied Whie Noise; dengan PD: N C () W/Hz BW Carson Di iik D dihasilkan sinyal : X D d FM ( ) dengan urunan parsial d X D () = -[. +..m.os m].sin(. +.sin.m) Deekor selubung akan melewakan selubungnya saja. eelah dilewakan kopling kapasii yang meredam sinyal DC, maka yang keluar inggal bagian C saja: X E () = -.. m.os.m = -...os.m; = / m ehingga daya sinyal inormasi di oupu demodulaor : o = 0,5 (-.. )² = 0,5..² ².4 ²

6 63 isem Komunikasi I (TT313) Perhiungan Noise Oupu Di iik C, sinyal FM berampur noise dapa dinyaakan : FM () + noise = os ( +.sin m) + n x ().os n y ().sin Jika >>, maka :X() = FM () + noise = os + n x ().os n y ().sin X [ n ( )] x [ n y ( )].os( ( ) sumsi : C/N inpu diskriminaor keil << 1 dan limier bekerja sempurna. X() = L.os( + ()); dimana : n y ( ) n y ( ) an 1 maka: X l l Keluaran diskriminaor : X D L. X D d d C L d[ X ( )] d n ( ) y L. os sin n ( ) y L n ( ) eelah melewai deeor selubung & kopling kapasii [X E () n E ()]: y L n E L d n y ( ) d. n y ( ) d d L Dengan ransormasi Laplae : n E (s) = s.n y (s) ehingga ungsi ranser = H n E ( s) n ( s) y s j j. Maka PD noise di D: E (diskriminaor + de selubung + kopling kapasii) H( ) 4.. Frekuensi u o LPF (pada de. elubung) = M sehingga daya noise yang dilewakan oleh de. elubung. No M M E ( ) d edangkan o = (0,5.²) ².4 ² o = i. ².4 ² M M 4 d M M. M Jadi N o 3 M i. o. P = akor penguaan De-Empasis (jika ada); M P di inpu deeor

7 Perbandingan Kinerja nalog 64 isem Komunikasi I (TT313)

8 65 isem Komunikasi I (TT313) mpliude hi Keying (K) Modulasi K BB XI ITEM MODULI DIGITL Modulasi K dapa dipandang sebagai modulasi ampliuda dengan pemodulasi sinyal daa biner (bi 0 aau bi 1 ) seperi halnya pada modulasi M. Jadi sinyal K merepresenasikan sinyal daa biner 0 dan 1 dengan level ampliuda yang berbeda. Diagram blok modulaor K dapa digambarkan sebagai beriku : Gambar 11.1 Diagram Blok Modulaor K inyal daa biner 0 dan 1 NRZ unipolar dapa dinyaakan sebagai : x( ) Unipolar 0 ; bi "1" ; bi "0"...(11.1) inyal daa x() dengan orma NRZ unipolar diubah menjadi sinyal daa dengan orma NRZ bipolar dengan suau level shier. inyal daa biner ini direpresenasikan sebagai daa bipolar ernormalisasi b() dengan harga 1 ol unuk 0 dan +1 ol unuk 1. x( ) Bipolar / / ;bi "1" ; bi "0" b( ) ;b( ) 1 ; bi "1" 1 ; bi "0"...(11.) Jika sinyal arrier C() dinyaakan sebagai : C( ) os... (11.3) Maka persamaan sinyal K seara umum adalah : s( ) K 1 b( ) os... (11.4)

9 66 isem Komunikasi I (TT313) 1 m b( ) os... (11.5) Dengan m ( indeks modulasi) Persamaan (.5) di aas dapa diuliskan sebagai beriku : s( ) K 1 m os unuk merepresenasikan bi 0... (11.6) s( ) K 1 m os unuk merepresenasikan bi 1... (11.7) Dengan mengambil harga m yang berbeda, maka akan diperoleh benuk gelombang yang berbeda. Unuk harga m 1 proses modulasi K hampir sama dengan modulasi M-DB-Full Carrier, sedangkan unuk harga m = 1 (dikenal sebagai modulasi On-O Keying / OOK) hampir sama dengan modulasi M-DB-uppresed Carrier. Proses modulasi K dapa digambarkan seperi pada gambar. Gambar 11. Proses Modulasi K pekrum sinyal K adalah sebagai beriku :

10 67 isem Komunikasi I (TT313) Keerangan : = rekuensi arrier R = bi rae daa = 1/T b Gambar 11.3 pekrum inyal K Demodulasi K Demodulaor K dapa direalisasikan dengan menggunakan deekor selubung yang sederhana, baik unuk sinyal K maupun sinyal OOK. Hasil demodulasi dieruskan menuju Deision Cirui/olage Comparaor unuk diregenerasi. Diagram blok dari demodulaor K dapa diliha pada gambar 11.4 di bawah ini : Gambar 11.4 Diagram Blok Demodulaor K Proses demodulasi sinyal K dapa dijelaskan sebagai beriku : inyal K dideeksi oleh deekor selubung yang prinsip kerjanya menyerupai penyearah, sehingga keluaran deekor selubung merupakan bagian posii saja dari sinyal K. inyal K yang dierima deekor selubung seara maemais dapa diuliskan seperi halnya pada persamaan (11.5) : s( ) K 1 mb( ) os 1 m os (11.8) ehingga keluaran dari deekor selubung adalah : x( ) LB 1 m os... (11.9)

11 68 isem Komunikasi I (TT313) Unuk mendapakan selubung dari sinyal keluaran deekor selubung, diperlukan LPF unuk menghilangkan komponen sinyal arrier dari sinyal ersebu. ehingga keluaran dari LPF yaiu : x( ) LPF 1 m... (11.10) elanjunya unuk mengembalikan ke benuk pola daa ke benuk sinyal digial perlu dilakukan deision dan regenerasi sinyal keluaran LPF x() LPF dimana proses ini dilakukan oleh olage Comparaor Frekuensi hi Keying (FK) Modulasi FK Dalam modulasi rekuensi (FM), rekuensi arrier diubah-ubah harganya mengikui harga sinyal pemodulasinya (analog) dengan ampliudo pembawa yang eap. Jika sinyal yang memodulasi ersebu hanya mempunyai dua harga egangan 0 dan 1 (biner/digial), maka proses modulasi ersebu dapa diarikan sebagai proses pengunian rekuensi sinyal. Hasil gelombang FM yang dimodulasi oleh daa biner ini kia sebu dengan Frekuensi hi Keying (FK). Kia keahui persamaan gelombang FM adalah : X FM os K s( )d... (11.11) Jadi modulasi FK adalah sinyal FM dengan pemodulasi biner yang hanya mempunyai dua harga 0 dan 1 yang dipresenasikan dengan harga bipolar. Jika sinyal pemodulasi ersebu adalah sinyal NRZ bipolar : x( ) Bipolar / / ;bi "1" ; bi "0" ehingga dapa diuliskan menjadi : b( ) ;b( ) 1 ; bi "1"...(11.1) 1 ; bi "0" X( ) FK os os os os K K x( ) d b( ) d K b( ) (11.13). K os Deviasi rekuensi maksimum adalah K sehingga rekuensi FK adalah :

12 69 isem Komunikasi I (TT313) ( ) K... (11.14) Modulasi FK dapa juga direalisasikan sebagai penjumlahan dua buah sinyal OOK (On-O Keying)yang saling berganian unuk bi 1 dan bi 0, dengan rekuensi arrier H dan L. OOK-1 membawa daa dengan rekuensi yang lebih inggi H dan OOK- membawa daa komplemen dengan rekuensi yang lebih rendah L, jadi : X ( ) OOK"1" pada rekuensi H Δ X ( ) OOK"0" pada rekuensi H Δ Diagram blok modulaor FK dapa diliha pada gambar 11.5 di bawah ini : Gambar 11.5 Modulaor FK dari Modulaor OOK

13 70 isem Komunikasi I (TT313) Gambar 11.6 Proses Modulasi FK pekrum rekuensi FK merupakan gabungan K-1 dan K-. Unuk kasus R (R = bi rae daa) maka spekrum sinyal FK dapa digambarkan seperi pada gambar 7 di bawah ini : Gambar 11.7 pekrum FK

14 71 isem Komunikasi I (TT313) Demodulasi FK bawah ini : Diagram blok demodulaor FK dapa digambarkan seperi pada gambar 8 di Gambar 11.8 Diagram Blok Demodulaor FK dapun ara kerja dari demodulaor FK ersebu dapa dijelaskan sebagai beriku : inyal FK masuk ke suau diskriminaor Diskriminaor merupakan pengua yang penguaannya berganung pada rekuensi. da dua kemungkinan keberganungan pada rekuensi ersebu yaiu saa rekuensi yang masuk ke pengua ersebu lebih inggi dari sebelumnya, maka penguaannya naik aau sebaliknya saa rekuensi yang masuk ke pengua ersebu lebih inggi dari sebelumnya maka penguaannya menurun. Dalam perobaan ini jenis diskriminaor yang kia gunakan adalah diskriminaor yang jika rekuensi sinyal yang masuk lebih inggi dari sebelumnya maka penguaannya akan naik. inyal keluaran diskriminaor merupakan sinyal FM-M, yaiu selain rekuensinya berubah sesuai dengan pola daa, ampliudonya pun juga demikian. Karena ampliudo sinyal FK ersebu sudah berubah sesuai dengan pola daa, maka dapa kia gunakan deekor selubung dan Low Pass Filer (LPF) unuk me-reovery sinyal daa yang dibawa sinyal FK adi, namun demikian sinyal oupu LPF masih merupakan sinyal analog. ehingga unuk mengembalikan pola daa ke benuk sinyal diskri (digial) perlu dilakukan penenun level sinyal, apkah sebagai sinyal daa biner bi 1 aau bi 0, dengan membandingkan kepada level reerensi erenu (proses regenerasi), yang dilakukan oleh volage omparaor Phase hi Keying (PK) Jenis modulasi Phase hi Keying (PK) lebih sering dipakai pada ransmisi digial jika dibandingkan dengan jenis modulasi yang lain karena kelebihan-kelebihan sebagai beriku: o Perormansi inererensinya lebih baik o Jumlah level yang dikodekan lebih banyak o Bandwidhnya lebih keil Modulasi phase dapa dibedakan sebagai beriku:

15 7 isem Komunikasi I (TT313) Binary Phase hi Keying (BPK) Modulasi BPK Teknik modulasi BPK merupakan salah sau jenis modulasi digial. Diagram blok modulaor BPK erliha pada gambar 1 dibawah ini. inyal Daa Balane Modulaor BPK Carrier Gambar 11.9 Diagram Blok Modulaor BPK Phase hi Keying- aau BPK(Binary Phase hi Keying) merupakan benuk modulasi PK dengan ara mengubah phasa dari rekuensi pembawa sesuai dengan daa biner. Pada PK- erdapa dua level sinyal, yaiu binary 0 yang dinyaakan dengan phase 1 dan binary 1 yang dinyaakan dengan phase. nara dan selalu berbeda phase Jadi, pada modulasi BPK, inormasi yang dibawa akan mengubah asa sinyal pembawa, seperi pada gambar beriku: Daa Biner Car BP Gambar Proses Pembenukan inyal BPK Proses pembenukan sinyal BPK dapa dijelaskan sebagai beriku: inyal daa biner bipolar mempunyai dua level egangan + dan, masingmasing menyaakan bi 1 dan 0. Persamaan maemaisnya : d ( ) ; unuk bi "1" ; unuk bi "0"..(11.15)

16 73 isem Komunikasi I (TT313) Oleh Mixer, daa ersebu dikalikan dengan sinyal pembawa sehingga keluaran mixermerupakan sinyal BPK. Proses ersebu dijelaskan seara maemais sebagai beriku : BPK ( ) d( ) xc( ) os os os os 0 ; unuk bi 1' ' ; unuk bi '0' aau dapa diuliskan : ( ) os ( ) os ; dengan aau (11.16) BPK 0 inyal BPK dapa dinyaakan dalam diagram karesian dengan sumbu horizonal menyaakan osinus dan sumbu verikal menyaakan sinus. Diagram ini disebu sebagai diagram konselasi sinyal. Diagram konselasi unuk sinyal BPK adalah : -os. os. 0 1 Gambar Diagram Konselasi inyal BPK Demodulasi BPK Diagram blok dari penerima/demodulaor BPK dapa digambarkan seperi pada gambar 4 di bawah ini : Gambar 11.1 Diagram Blok Demodulaor BPK

17 74 isem Komunikasi I (TT313) Proses demodulasi sinyal BPK dapa dijelaskan sebagai beriku : inyal BPK oleh mixer dikalikan dengan sinyal pembawa yang dibangkikan oleh arrier reovery. eara maemais sinyal oupu mixer ersebu dapa diuliskan sebagai beriku : OM ( ) BPK (os 1 1 ( ) x.os os ( ) os ( sin sin os ) os ) 1 os sin sin.(11.17) C C os os os sin sin Kemudian oleh Low Pass Filer (LPF) komponen rekuensi inggi diredam dan rekuensi rendah dilewakan, sehingga dihasilkan sinyal rekuensi rendah yang polanya sama dengan daa, sinyalkeluaran LPF ( OLPF ()) adalah : OLPF os (11.18) Karena hanya bernilai 0 dan maka OLPF () adalah berharga +/ aau / yang merupakan daa yang dibawa oleh pembawa. olage omparaor berungsi melakukan deision dan sekaligus sebagai regeneraor. Bila inpu omparaor > re, maka oupunya = + (bi 1 ) Bila inpu omparaor < re, maka oupunya = - (bi 0 ) 11...Phase hi Keying-4 (PK-4 )/QPK Modulasi QPK Modulasi QPK merupakan modulasi yang sama dengan BPK, hanya saja pada modulasi QPK erdapa 4 (empa) level sinyal, yang merepresenasikan 4 kode binary yaiu 00, 01, 11, 10. Masing-masing level sinyal disimbolkan pada perbedaan phasa sebesar 90 0, sehingga sebagai salah sau onoh sinyal QPK dapa direpresenasikan dalam persamaan maemaisnya sebagai beriku : QPK.os.os.os.os ; unuk binary 00 ; unuk binary 01 ;unukbinary 11.(11.19) ; unuk binary 10

18 75 isem Komunikasi I (TT313) Unuk lebih jelasnya perhaikan benuk-benuk sinyal pada gambar 5 beriku yang merupakan proses pembenukan sinyal QPK. eperi halnya sinyal BPK, sinyal QPK dapa dinyaakan dalam diagram karesian dengan sumbu horisonal menyaakan osinus dan sumbu verikal menyaakan sinus diagram dinamakan diagram konselasi sinyal QPK. Gambar Diagram Konselasi inyal QPK

19 76 isem Komunikasi I (TT313) Gambar Proses Pembenukan inyal QPK Dari diagram konselasi ersebu di aas dapa dibua perangka modulaor QPK dengan diagram bloknya sebagai beriku :

20 77 isem Komunikasi I (TT313) Gambar Diagram Blok Modulaor QPK Cara kerja modulaor QPK adalah sebagai beriku : inyal daa dipisahkan oleh bi splier menjadi daa Q (bi uruan genap) dan I (bi uruan ganjil). Daa Q (Quadraure) memodulasi sinyal arier Quadraure (sinyal sinus) dan daa I (In-phase) memodulasi sinyal arier In-phase (sinyal osinus), sehingga menjadi sinyal BPK-Q dan BPK-I. Persamaan maemaisnya sebagai beriku : BPK Q d Q sin sin...(11.0) dengan d d Q Q '0' 1' ' 0 BPK I d I os os...(11.1) dengan d d I I '0' 1' ' 0 QPK BPK Q BPK I....(11.) Kemudian BPK-Q dan BPK-I dijumlahkan oleh adder sehingga menjadi sinyal QPK yang memiliki diagram konselasi dan persamaan sinyal sebagaimana diaas.

21 78 isem Komunikasi I (TT313) Demodulasi QPK isem demodulasi QPK dapa dilakukan dengan ara seperi pada gambar 8. Gambar Diagram Blok Demodulaor QPK Cara kerja sisem di aas seara garis besarnya adalah sebagai beriku: Carier reovery membangkikan sinyal pembawa dari sinyal QPK yang mana sinyal pembawa ersebu adalah sinyal arier In-phase (siyal osinus). gar didapa sinyal arier Quadraure (sinyal sinus), sinyal arier ersebu digeser sebesar 90 0 oleh penggeser phasa. inyal pembawa I dan Q masing-masing dikalikan oleh mixer dengan sinyal QPK sehingga dihasilkan sinyal yang polanya sama dengan daa I dan daa Q, enu saja masing-masing masih erdapa komponen rekuensi inggi. Komponen rekuensi inggi pada kedua sinyal yang polanya sama dengan daa I dan daa Qmasing-masing diredam dengan Low Pass Filer (LPF). gar diperoleh sinyal diskri yaiu daa I dan daa Q kembali, haruslah dibandingkan dengan egangan reerensi erenu unuk menyaakan apakah sebagai bi 1 aau bi 0. Proses ini dilakukan oleh volage omparaor. Dengan diperolehnya sinyal daa I dan Q maka unuk unuk ahap erakhir diperlukan suau perangka yang dapa digunakan unuk mengkombinasikan kedua bi ersebu menjadi sau derean bi. Perangka ersebu adalah bi ombiner aau Paralel o serial Converer.

BAB IX KINERJA SISKOM ANALOG

BAB IX KINERJA SISKOM ANALOG 58 Sisem Komunikasi 1 EE3314 BAB IX KINERJA SISKOM ANALOG 9.1 KINERJA AM-SSB Suau sinyal AM-SSB-LSB dengan pemodulasi sinusoidal unggal x. S ηa -x S A osπ x, pembawa Sinyal ersebu berampur dengan Whie

Lebih terperinci

MODUL 1 MODULASI ANALOG

MODUL 1 MODULASI ANALOG Uni I Ampliude Modulaion MODUL 1 MODULASI ANALOG Tujuan Prakikum 1. Memahami prinsip kerja modulasi dan demodulasi Ampliude Modulaion (AM) dan Frequency Modulaion (FM). Dapa menganalisa pengaruh index

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI MODULASI ANALOG: PM (Phase Modulation) & FM (Frequency Modulation) PRODI D3 TT TELKOM UNIVERSITY

SISTEM KOMUNIKASI MODULASI ANALOG: PM (Phase Modulation) & FM (Frequency Modulation) PRODI D3 TT TELKOM UNIVERSITY SISTEM KOMUNIKASI MODULASI ANALOG: PM (Phase Modulaion) & FM (Frequeny Modulaion) PRODI D3 TT TELKOM UNIVERSITY PENDAHULUAN Lahirnya Konsep modulasi rekuensi diurunkan dari konsep modulasi sudu/asa Apa

Lebih terperinci

MODULASI AM(DSB- SC,SSB dan VSB) SISTEM KOMUNIKASI (DTG2F3) PRODI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI

MODULASI AM(DSB- SC,SSB dan VSB) SISTEM KOMUNIKASI (DTG2F3) PRODI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI MODULASI AM(DSB- SC,SSB dan VSB) 1 SISTEM KOMUNIKASI (DTG2F3) PRODI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2 Apa iu Modulasi? Modulasi adalah pengauran parameer dari sinyal pembawa (carrier) yang berfrequency inggi

Lebih terperinci

BAB II MODULASI AMPLITUDO

BAB II MODULASI AMPLITUDO BAB II MODULASI AMPLITUDO Secara umum, modulasi adalah suau proses dimana properi aau parameer dari suau gelombang divariasikan secara proporsional erhadap gelombang yang lain. Parameer yang diubah erganung

Lebih terperinci

SINYAL TEAM DOSEN. Signal&System Prodi Telekomunikasi Polsri 1

SINYAL TEAM DOSEN. Signal&System Prodi Telekomunikasi Polsri 1 SINYAL TEAM DOSEN Prodi Telekomunikasi Polsri Ouline Definisi Sinyal & Sinyal dalam kehidupan kia Klasifikasi Sinyal Sinyal waku koninyu & Sinyal waku Diskre Sinyal Periodik & Aperiodik Sinyal Genap &

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Modul #04. PM (Phase Modulation) & FM (Frequency Modulation) Kelas TE-29-02

Modul #04. PM (Phase Modulation) & FM (Frequency Modulation) Kelas TE-29-02 Modul #04 TE3113 SISTEM KOMUNIKASI 1 MODULASI ANALOG: PM (Phase Modulaion) & FM (Frequeny Modulaion) Kelas TE-29-02 Progra Sudi S1 Teknik Telekounikasi Depareen Teknik Elekro - Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Encoder 2B1Q Berbasis FPGA

Desain dan Implementasi Encoder 2B1Q Berbasis FPGA Desain dan Implemenasi Encoder Berbasis FPGA Sahbuddin Abdul Kadir 1 1 Teknik Elekro, Polieknik Negeri Ujung Pandang Sahbuddin.ak@poliupg.ac.id Absrak Pada sisem komunikasi digial, daa diransmisikan dalam

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

1. Pengertian Digital

1. Pengertian Digital Kegiaan elajar. Pengerian Digial Tujuan Khusus Pembelajaran Pesera harus dapa: Menyebukan definisi besaran analog Menyebukan definisi besaran digial Menggambarkan keadaan logika Menyebukan perbedaan nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

2 Modulasi Amplitudo

2 Modulasi Amplitudo Mdulasi Ampliud dari 3 Mdul 3 Mdulasi Ampliud Tujuan pengajaran: Seelah mempelajari mdul ini, mahasiswa diharapkan bisa memahami. ujuan dari prses mdulasi dan manfaanya. karakerisik dari mdulasi ampliud

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL. Levy Olivia Nur, MT

SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL. Levy Olivia Nur, MT SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL Levy Olivia Nur, MT I. Sisem Komunikasi Digial Keunungan-keunungan sisem komunikasi digial Vs sisem komunikasi analog : a. Perencanaan rangkaian digial relaif sederhana, lebih

Lebih terperinci

TRANSFORMASI FOURIER SISTEM KOMUNIKASI (DTG2F3) PRODI D3 TT YUYUN SITI ROHMAH,ST.,MT

TRANSFORMASI FOURIER SISTEM KOMUNIKASI (DTG2F3) PRODI D3 TT YUYUN SITI ROHMAH,ST.,MT TRNSFORMSI FOURIER SISTEM KOMUNIKSI (DTG2F3) PRODI D3 TT YUYUN SITI ROHMH,ST.,MT FUNGSI DN DEFINISI Spekral sinyal periodik s() selalu dapa dianalisis dengan banuan Dere Fourier. Pada kenyaaannya banyak

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

E(t) E( ) (a) (b) Gambar 1. AMDSBSC; (a) Bentuk sinyal; (b) spektrum

E(t) E( ) (a) (b) Gambar 1. AMDSBSC; (a) Bentuk sinyal; (b) spektrum TRANSMISI DATA DAN SUARA MELALUI SATU PEMBAWA MODULASI AMPLITUDO JALUR SISI GANDA PEMBAWA DITEKAN (AMDSBSC) Hardiaro Soeharo H.*, Sudjadi**, Ajub Ajulian Z.** Absrak: Modulasi ampliudo ada berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Amplitude Modulation. SISTEM KOMUNIKASI Semester Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom

Amplitude Modulation. SISTEM KOMUNIKASI Semester Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom Amplitude Modulation SISTEM KOMUNIKASI Semester Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom Apa itu Modulasi? Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (arrier)

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Gambar 6.30 PAL CODER Standar NTSC

Gambar 6.30 PAL CODER Standar NTSC 733 6.3 NTSC CODER Pada prinsipnya erdapa iga macam normalisasi pemancar elevisi yang digunakan, yaiu pemancar elevisi sandar PAL (Jerman), SECAM 1957 (Sequeniel a Memoire = Perancis) maupun pemancar elevisi

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

Budihardja Murtianta. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga

Budihardja Murtianta. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga PERANCANGAN MODULATOR BPSK PERANCANGAN MODULATOR BPSK Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro -0, Salatiga 0 Email: budihardja@yahoo.com Intisari Dalam tulisan ini akan dirancang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar eori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaiu model regresi dua level, meode penaksiran maximum likelihood, mariks parisi, kronecker

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DTG2F3. Sistem Komunikasi MODULASI ANALOG. By : Dwi Andi Nurmantris

DTG2F3. Sistem Komunikasi MODULASI ANALOG. By : Dwi Andi Nurmantris DTGF3 Sistem Komunikasi MODULASI ANALOG By : Dwi Andi Nurmantris Where We Are? OUTLINE MODULASI ANALOG 1. Penerapan Tranformasi Fourier dalam Sistem Komunikasi. Modulasi, Demodulasi, dan Kinerja Sistem

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

Abstak. Kata Kunci: Op-amp, Integrator, Differensiator,Inverter dan Non inverter.

Abstak. Kata Kunci: Op-amp, Integrator, Differensiator,Inverter dan Non inverter. Rangkaian Inegraor dan Differensiaor ELIS SUSILAWATI (1127030017) FISIKA SAINS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNGUNG DJATI BANUNG TAHUN 2014 e-mail : elissusilawai533@yahoo.com Absak Aplikasi Pengua Operasional

Lebih terperinci

Transpor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik

Transpor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik Transpor Poluan Persamaan Konveksi Difusi Penelesaian Analiik Referensi Graf and Alinakar, 1998, Fluvial Hdraulis: Chaper 8, pp. 517-609, J. Wile and Sons, Ld., Susse, England. Teknik Sungai Transpor Poluan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Solusi Eksak Persamaan Boltzman dengan Nilai Awal Bobylev Misalkan dipilih nilai awal Bobylev berikut:

PEMBAHASAN. Solusi Eksak Persamaan Boltzman dengan Nilai Awal Bobylev Misalkan dipilih nilai awal Bobylev berikut: PEMBAHASAN Paa karya ilmiah ini persamaan Bolzmann yang akan icari solusinya aalah persamaan Bolzmann spasial homogen yaiu persamaan Bolzmann engan x bernilai nol iuliskan: S cos [ ] e. g θ 4 uas kiri

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Open Course Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku () Oleh: Sudaryano Sudirham Penganar Dalam kuliah ini dibahas analisis rangkaian lisrik di kawasan waku dalam kondisi manap Kuliah ini merupakan ahap

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM Perencanaan dan pembuatan Perangkat Keras

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM Perencanaan dan pembuatan Perangkat Keras BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Perencanaan dan pembuaan Perangka Keras Dalam pembuaan kunci jarak jauh dengan menggunakan minimum sisem 8088, digunakan meode pemodelan. Sebab pemodelan lebih

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK LATERAL DAN TENAGA ANGIN PUTARAN RENDAH Soebyako, Ahmad Farid Dosen soebyako@yahoo.com, farield_s@yahoo.com Absrak Sisem pembangki lisrik enaga ombak laeral dan enaga

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER W. Kurniawan * Jurusan Pendidikan Fisika, IKIP PGRI SEMARANG Jl. Lonar no Semarang, Indonesia Tel: 8...88 ; Email: wawan.hiam@gmail.com ABSTRAK Arikel ini

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

I. DASAR RANGKAIAN SEKUENSIAL

I. DASAR RANGKAIAN SEKUENSIAL I. D NGKIN EKUENIL Tujuan :. Memahami perbedaan anara rangkaian kombinasional dan sekuensial 2. Mengeri ae Diagram 3. Mengeri maksud dan ujuan Elemen Penyimpan iner 4. Dapa membua Flip-flop dari gerbang

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 ANGKA NDEKS (ndeks Raa-raa Harga Relaif, Variasi ndeks Harga, Angka ndeks Beranai, Pergeseran waku dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 NDEKS RATA-RATA HARGA RELATF Rumus, 1 P 100% n P,0 = indeks raa-raa

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA Arif Hermawan Jurusan Teknik Elekro FTI, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya 60111

Lebih terperinci

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

Kombinasi Fitting Sinusoids dan Metode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Permintaan Kredit

Kombinasi Fitting Sinusoids dan Metode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Permintaan Kredit Kombinasi Fiing Sinusoids dan Meode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Perminaan Kredi (Sudi Kasus: Koperasi Simpan Pinjam X Salaiga, Jawa Tengah) Rahayu Prihanini Fakulas Teknologi Informasi Universias

Lebih terperinci

Sistem Komunikasi II (Digital Communication Systems)

Sistem Komunikasi II (Digital Communication Systems) Siem Komunikai II (Digial Communicaion Syem) Topik: Lecure #2: Modulai Baeband (Baeband Modulaion) 2. Mapping (Formaing). - Binary (2-Level) PAM / PCM. - M-ary (Muli-Level) PAM / PCM. 2.2 Pule Shaping

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 01

Xpedia Fisika. Mekanika 01 Xpedia Fisika Mekanika 01 Doc. Name: XPFI0101 Doc. ersion : 2012-07 halaman 1 01. Manakah pernyaaan di bawah ini yang benar? (A) Perpindahan adalah besaran skalar dan jarak adalah besaran vekor. (B) Perpindahaan

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci