BAB II MODULASI AMPLITUDO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II MODULASI AMPLITUDO"

Transkripsi

1 BAB II MODULASI AMPLITUDO Secara umum, modulasi adalah suau proses dimana properi aau parameer dari suau gelombang divariasikan secara proporsional erhadap gelombang yang lain. Parameer yang diubah erganung dari modulasi yang diberikan. 2.1 Double SideBand-Suppressed Carrier (DSB-SC) Dalam modulasi AM, ampliudo dari suau sinyal carrier, dengan frekuensi dan phase eap, divariasikan oleh suau sinyal lain (sinyal informasi). Persamaan sinyal sinusoidal secara umum bisa diuliskan sbb. φ () = a() cos θ () (2.1) dimana a() adalah ampliudo sinyal dan θ () adalah sudu phase. θ () bisa diulis dalam benuk θ () = ω c + γ () sehingga : φ () = a() cos [ ω c + γ () ] (2.2) a() adalah selubung (envelope) dari sinyal φ () ω c adalah frekuensi gelombang carrier (rad/deik) = 2πf c (Hz) γ () adalah modulasi phase dari φ () Dalam modulasi AM, γ() dalam persamaan di aas adalah nol (konsan) dan selubung a() dibua proporsional erhadap suau sinyal f(). φ () = f() cos ω c (2.3) cos ω c dalam persamaan di aas disebu dengan sinyal carrier ; f() adalah sinyal pemodulasi. Sinyal resulan φ () disebu dengan sinyal ermodulasi AM. Kerapaan spekrum dari φ () diperoleh dengan ransformasi Fourier. Φ (ω) = ½ F(ω + ω c ) + ½ F(ω - ω c ) (2.4) Persamaan ini berari bahwa modulasi ampliudo menggeser spekrum frekuensi sinyal sejauh ± ω c rad/deik api benuk spekrum adalah eap, seperi yang diujukkan pada gambar 2.1 di bawah. Tipe modulasi seperi ini disebu dengan modulasi suppressed carrier karena dalam spekrum φ () idak ada idenias carrier yang ampak walaupun spekrum erpusa pada frekuensi carrier ω c.

2 Gambar 2.1.(a) menunjukkan suau rangkaian pembangki sinyal AM. Gambar (b) adalah sinyal pemodulasi (sinyal informasi). Gambar (c) adalah sinyal carrier frekuensi inggi. Dengan proses modulasi, ampliudo sinyal carrier akan berubah sesuai dengan ampliudo sinyal informasi, dengan frekuensi eap, seperi pada (d). Transformasi Fourrier digambarkan dalam domain frekuensi (ω) pada (e) dan (f). Asumsikan bahwa sinyal informasi mempunyai lebar pia (bandwidh) sebesar W. Dengan modulasi, sinyal bergeser sejauh ω c dan menempai spekrum dengan lebar 2W (gambar f ). Ini berari bahwa dengan meode modulasi seperi ini bandwidh sinyal digandakan. Spekrum sinyal di aas frekuensi ω c disebu upper sideband (USB), sedangkan spekrum di bawah ω c disebu lower sideband (LSB). Karena iu modulasi ini juga disebu modulasi double-sideband, suppressed carrier (DSB-SC). anena f () muliplier f () cos ω c (a) cos ω c f () cos ω c f () cos ω c F(ω) (b) (c) (d) [ f() cos ω c ] Lower sideband Upper sideband -W 0 W ω - ω c 0 ω c ω (e) 2W (f) 2W Gambar 2.1 Pembangkian sinyal DSB-SC

3 2.1.1 Penerimaan Sinyal DSB-SC Penerimaan kembali sinyal DSB-SC φ () unuk memperoleh sinyal informasi f() memerlukan ranslasi frekuensi lain unuk memindahkan spekrum sinyal ke posisi aslinya. Proses ini disebu demodulasi aau deeksi dan dilakukan dengan mengalikan sinyal φ () dengan sinyal carrier ω c. φ () cos ω c = f() cos 2 ω c (2.5) dengan idenias rigonomeri : cos 2 A = ½ ( 1 + cos 2A) (2.6) φ () cos ω c = ½ f() + ½ f() cos 2ω c (2.7) Bagian frekuensi inggi 2ω c dihilangkan dengan menggunakan Low Pass Filer (LPF), sehingga yang ersisa hanya sinyal informasi f(). f () cos ω c f () cos 2 ω c LPF ½ f () cos ω c (a) f () cos ω c f () cos 2 ω c ½ f () (b) (c) (d) [ f() cos 2 ω c ] Low Pass Filer -2ω c - ω c 0 ω c 2ω c ω (e) Gambar 2.2 Penerimaan sinyal DSB-SC Prinsip yang dijelaskan di aas berlaku unuk semua sinyal selama frekuensi sinyal informasi W jauh lebih kecil daripada frekuensi carrier ω c. Kesulian yang erjadi

4 pada penerima adalah perlunya rangkaian yang bisa membangkikan carrier sera rangkaian unuk sinkronisasi phase. 2.2 Double Side Band-Large Carrier (AM) Penggunaan meode modulasi suppressed carrier memerlukan peralaan yang kompleks pada bagian penerima, berkaian dengan perlunya pembangkian carrier dan sinkronisasi phase. Jika sisem didisain unuk memperoleh penerima yang relaif sederhana, maka beberapa kompromi harus dibua walaupun harus mengurangi efisiensi pemancar. Unuk iu idenias carrier dimasukkan ke dalam sinyal yang diransmisikan, dimana sinyal carrier dibua lebih besar dari sinyal yang lain. Karena iu sisem seperi ini disebu Double-Sideband Large Carrier (DSB-LC) aau umumnya dikenal dengan isilah AM Pembangkian sinyal AM. Benuk gelombang sinyal AM bisa diperoleh dengan menambahkan idenias carrier A cos ω c pada sinyal DSB-SC. φ AM () = f() cos ω c + A cos ω c (2.8) Kerapaan spekrum dari sinyal AM adalah : Φ AM (ω ) = ½ F(ω+ω c ) + ½ F(ω-ω c ) + πaδ (ω+ω c )+ πaδ (ω -ω c ) (2.9) Spekrum frekuensi dari sinyal AM adalah sama dengan sinyal DSB-SC f() cos ω c ; dengan ambahan impuls pada frekuensi ± ω c. Hal ini dijelaskan pada gambar 2.3 di bawah : f () F(ω) -W 0 W ω DSB-SC f () cos 2 ω c [ f () cos ω c - ω c 0 ω ω carrier A cos ω c [ A cos ω C ] - ω c ω ω AM [ f() cos ω c + A cos - ω c 0 ω ω

5 Gambar 2.3 Modulasi DSB-LC (AM) Sinyal ermodulasi ampliudo bisa diulis dalam benuk : φ AM () = [ A + f() ] cos ω c (2.10) Dengan demikian sinyal AM dapa dinyaakan sebagai sinyal dengan frekuensi ω c dan ampliudo [ A + f() ]. Jika ampliudo carrier cukup besar, maka selubung dari sinyal ermodulasi akan proporsional dengan f(). Dalam kasus ini, demodulasi akan sederhana yaiu dengan mendeeksi selubung dari sinyal sinusoidal, anpa erganung dari frekuensi maupun phase. Tapi jika A idak cukup besar, selubung dari φ AM () idak akan selalu proporsional dengan sinyal f(). Ampliudo carrier A harus cukup besar sehingga [ A + f() ] 0 ; unuk semua, aau A min { f() } (2.11) Jika kondisi di aas idak dipenuhi akan muncul disorsi selubung karena over-modulasi. Unuk sinyal sinus frekuensi unggal, injau sinyal f() = E cos ω m sebagai sinyal pemodulasi. Sinyal ermodulasi ampliudo akan berbenuk : φ AM () = [ A + f() ] cos ω c (2.12) = [ A + E cos ω m ] cos ω c (2.13) Suau fakor anpa dimensi m didefinisikan sebagai indeks modulasi, yang berguna unuk menenukan raio dari sideband erhadap carrier. E m = = A ampliudo puncak DSB - SC ampliudo puncak carrier Persamaan sinyal AM diulis dalam m menjadi : φ AM () = A cos ω c + ma cos ω m. cos ω c φ AM () = A [ 1 + m cos ω m ] cos ω c Benuk sinyal AM unuk beberapa nilai m dapa diliha pada gambar di bawah. (2.14) (2.15a) (2.15b) m < 1 m = 1 m > 1(over modulasi) Gambar 2.4 Benuk gelombang unuk beberapa nilai m

6 Ampliudo maksimum dari sinyal ermodulasi AM adalah A [1 + m ]; dan ampliudo minimum A [1 - m ]. Indeks modulasi m bisa dinyaakan dalam persen (%) dan bisa dicari dengan membandingkan anara ampliudo maksimum dengan minimum. E maks E E min B A Daya carrier dan daya sideband m = Gambar 2.5 Menghiung nilai indeks modulasi = = E maks E E E E E A B A + B min (2.16a) (2.16b) (2.16c) Dalam sinyal ermodulasi AM, sinyal carrier idak mempunyai kandungan informasi. Informasi yang berasal dari sinyal pemodulasi f() berada dalam kedua sideband (USB dan LSB). Secara umum sinyal AM bisa diuliskan sbb: φ AM () = A cos ω c + f() cos ω c (2.17) Unuk beban 1 Ohm, daya raa-raa sinyal akan diberikan oleh nilai raa-raa kuadranya, yaiu : φ 2 AM T / 2 lim 1 2 ( ) = ( φ AM ( ) d T 0 T (2.18) T / 2 T / 2 2 lim 1 φ AM ( ) = ( A cosωc + T 0 T T / 2 f ( ) cosω ) c 2 d (2.19) umumnya) : maka : T / 2 2 lim 1 φ AM ( ) = (A 2 cos 2 ω c + f 2 () cos 2 ω c +2A f () cos 2 ω c )d (2.20) T 0 T T / 2 Dengan asumsi bahwa nilai raa-raa unuk f() adalah nol (seperi pada T / 2 2 lim 1 φ AM ( ) = T 0 T ( 2A f () cos 2 ω c ) d = 0 (2.21) T / 2 2 φ AM ( ) = ½ A 2 + ½ f 2 ( ) (2.22) (anda bar menyaakan nilai raa-raa waku)

7 Daya oal P adalah penjumlahan dari daya carrier P c dan daya sideband P s ; P = ½ A 2 + ½ f 2 ( ) = P c + P s (2.23) dimana : P c = ½ A 2 (2.24) P s = ½ f 2 ( ) (2.25) Efisiensi ransmisi µ didefinisikan sebagai perbandingan dari daya sideband erhadap daya carrier : µ = 2 Ps f ( ) = P 2 2 A + f ( ) (2.26) Unuk kasus sinyal pemodulasi f() adalah sinyal sinusoidal frekuensi unggal : φ AM () = A [ 1 + m cos ω m ] cos ω c (2.27) = A cos ω c + ma cos ω m cos ω c (2.28) sehingga : AM () φ = ½ A 2 + ½ ½ m 2 A 2 (2.29) = ½ A 2 [ 1 + ½ m 2 ] (2.30) = P c [ 1 + ½ m 2 ] (2.31) dan : 2 m µ = (2.32) m Karena m 1, maka efisiensi ransmisi erbaik yang bisa diberikan oleh sisem AM adalah 33 %.

8 Conoh soal 2.1 Suau pemancar AM mempunyai daya carrier raa-raa sebesar 40 Kwa dengan indeks modulasi 0,707 modulasi sinus frekuensi unggal. Hiung (a). Daya oupu oal ; (b) efisiensi ransmisi ; (c) ampliudo puncak jika anena diasumsikan sebagai beban 50 Ohm. Jawab : (a) Dengan pers. (2.31) diperoleh P = 50 KW. (b) Dengan pers. (2.32) diperoleh µ = 20 % (c) P c = A 2 /2R A 2 = 2RP c (1+m) A = 3414 Vol Demodulasi sinyal DSB-LC. Dalam sinyal DSB-LC (AM), sinyal informasi f() erdapa dalam selubung sinyal ermodulasi. Unuk mendapakan kembali sinyal pesan, demodulasi bisa dilakukan dengan meoda deekor selubung (envelope deecor). Deekor selubung Benuk paling sederhana dari deekor selubung adalah rangkaian pengisian (charging) non-linear dengan waku pengisian kapasior (charge) yang cepa dan waku pembuangan (discharge) yang lamba (gambar 2.6). Resisor R digunakan unuk mengonrol konsana waku pembuangan. Efek dari berbagai konsana waku pembuangan yang berbeda diperlihakan pada gambar (c), (d) dan (e). v i C R v o (a) (b) (c) RC epa (d) RC besar (e) RC kecil Gambar 2.6 Deekor selubung

9 Operasi dari deekor selubung adalah sbb : Pada bagian posiif dari sinyal inpu, kapasior C diisi sampai dengan nilai puncak dari sinyal inpu. Keika sinyal inpu mulai urun dari nilai puncaknya, diode menjadi erbuka (off). Kapasior secara perlahan membuang muaannya sampai sinyal inpu menjadi posiif lagi dengan egangan melebihi egangan kapasior dan diode kembali ersambung (on). Kapasior diisi lagi sampai nilai puncak egangan inpu, yang diikui dengan proses pembuangan muaan berikunya. Demikian proses ersebu berulang. Proses yang baik diperoleh jika konsana waku pembuangan RC diaur sedemikian rupa sehingga kecepaan penurunan nilai negaif inpu idak melebihi waku pembuangan. Jika konsana waku ini erlalu besar, deekor bisa kehilangan beberapa puncak sinyal. Sebaliknya jika konsana waku erlalu kecil, deekor akan menghasilkan sinyal yang kasar, sehingga efisiensi menjadi berkurang. Sinyal yang elah dideeksi dilewakan pada sebuah low pass filer unuk menghilangkan kandungan harmonisa yang idak diinginkan sera unuk menghaluskan benuk sinyal. Suau kapasior coupling bisa dipasang unuk menghilangkan kandungan DC dari sinyal carrier. 2.3 Frequency Division Muliplexing (FDM) Muliplexing adalah pengiriman secara simulan beberapa sinyal informasi dengan menggunakan sau kanal. Dengan muliplexing sisem akan menjadi lebih efisien. Dalam FDM beberapa sinyal diransmisikan dengan menggunakan carrier yang berbeda. Frekuensi carrier diaur sedemikian rupa sehingga masing-masing idak overlapping. Beriku akan dijelaskan penggunaan FDM dalam AM, walaupun FDM juga bisa dierapkan dalam modulasi yang lain. Dalam FDM, bandwidh yang ersedia dibagi menjadi beberapa slo frekuensi, dan seiap sinyal informasi menangani slo-slo yang berbeda. Masing-masing kanal bisa dipisahkan pada penerima dengan menggunakan filer. Prinsip dari FDM dijelaskan pada gambar 2.7. Tiga buah sinyal F 1 (ω), F 2 (ω) dan F 3 (ω) masing-masing memodulasi 3 buah frekuensi sub-carrier ω c1, ω c2 dan ω c3. Dalam conoh ini modulasi yang dilakukan

10 adalah AM. Sinyal ermodulasi AM ersebu kemudian dijumlahkan unuk memperoleh sinyal ermulipleks (sinyal gabungan) F(ω). Spekrum dari sinyal gabungan ini diperlihakan pada gambar 2.8. Tampak bahwa masing-masing sinyal inpu bisa diidenifikasikan dengan jelas dalam domain frekuensi. Jarak anar frekuensi sub-carrier harus lebih besar dari dua kali frekuensi maksimum sinyal pemodulasi unuk mencegah erjadinya overlap anar spekrum sinyal gabungan. Sinyal ermulipleks bisa langsung diransmisikan aau digunakan unuk memodulasi suau carrier lain dengan frekuensi ω c F 1 (ω) φ AM 1 (ω) -ω m ω m -ω m -ω m F 2 (ω) ω m ω m F 3 (ω) ω c1 ω c2 φ AM 2 (ω) + + F (ω) Carrier modulaor + φ AM 3 (ω) ω c ω c3 Gambar 2.7 Muliplexing 3 sinyal dalam sau carrier 0 F (ω) ω c1 ω c2 ω c3 ω Frekuensi subcarrier harus diangani dengan hai-hai unuk mencegah erjadinya overlap anar sinyal. 2ω m 2ω m 2ω m Gambar 2.8 Spekrum sinyal gabungan F 1 (ω) BPF (ω c1 ) LPF -ω m ω m F 2 (ω) Carrier demodulaor BPF (ω c2 ) ω c1 LPF -ω m ω m BPF (ω c3 ) ω c2 LPF -ω m ω m F 3 (ω) ω c3 Gambar 2.9 Proses demulipleksing

11 Perolehan kembali sinyal informasikan diunjukkan pada gambar 2.9. Langkah perama adalah mendemodulasi sinyal dari frekuensi carrier ω c unuk memperoleh sinyal ermulipleks F(ω). BPF menyaring sinyal F(ω) unuk memperoleh sinyal ermodulasi AM : φ AM1 (ω), φ AM2 (ω) dan φ AM3 (ω). Sinyal informasi diperoleh kembali dengan mendemodulasi masing-masing sinyal AM ersebu. 2.4 Penerima superheerodyne Seiap sasiun pemancar AM menransmisikan sinyal DSB-LC dengan frekuensi carrier yang berbeda dengan frekuensi sasiun lain. Frekuensi carrier unuk sinyal AM mempunyai spasi 10 KHz mulai dari 540 KHz s/d 1600 KHz. Bandwidh ransmisi dibaasi sebesar 10 KHz. Penerima memilih salah sau frekuensi yang diinginkan, kemudian mendemodulasikannya dengan deekor selubung aau dengan meode demodulasi lain. Penerima yang umum digunakan adalah penerima superheerodyne. Dalam penerima ini, penguaan dilakukan pada pia frekuensi sempi yang eap. Heerodyne berari pergeseran frekuensi. Sinyal ermodulasi AM yang dierima diranslasikan (digeser) ke suau frekuensi baru yang disebu dengan Inermediae Frekuensi (IF). Frekuensi ini adalah eap, idak erganung dari sinyal yang dierima. Sinyal dikuakan pada IF sebelum didemodulasi. Jika frekuensi inermediae ini lebih rendah dari sinyal RF yang dierima, api lebih inggi daripada frekuensi akhir pada oupu, maka penerima seperi ini disebu penerima superheerodyne. Frekuensi inermediae unuk penerima superheerodyne siaran AM (broadcas) umumnya 455 KHz. B < B RF < 2f IF MIER speaker RF Amplifier IF Amplifier Demodulaor Audio Amplifier Local Oscillaor volume Pemilih saluran Gambar 2.10 Penerima Superheerodyne

12 Pemilihan frekuensi carrier yang diinginkan dilakukan dengan menala RF amplifier. Pergeseran frekuensi menuju frekuensi inermediae dilakukan dengan mencampur sinyal RF yang daang dengan suau frekuensi yang dibangkikan oleh local oscillaor dengan perbedaan frekuensi sebesar frekuensi inermediae (455 KHz). Sinyal yang dierima kini berada pada frekuensi inermediae dimana proses-proses penguaan, filering dan demodulasi lebih mudah dilakukan. Range penalaan (uning) RF adalah 540 KHz s/d 1600 KHz. Ada dua pilihan dalam penalaan local oscilaor (LO) Local oscillaor diala anara 995 s/d 2055 KHz jika f LO = f c + f IF Local oscillaor diala anara 85 s/d 1145 jika f LO = f c f IF Range penalaan unuk yang perama adalah sekiar 2 : 1 sedangkan unuk yang kedua adalah sekiar 13 : 1, yang berari lebih suli unuk diimplemenasikan. Karena iu f LO = f c + f IF lebih sering dipergunakan sebagai frekuensi local oscillaor. Bandwidh ransmisi B pada sisem AM adalah dua kali frekuensi sinyal pemodulasi ; B = 2 f m. Bandwidh dari RF amplifier (B RF ) harus sama dengan bandwidh ransmisi B. Jika B RF jauh lebih besar dari B, sinyal dari dua sasiun pemancar bisa masuk ke pengua IF, yang akan menghasilkan inerferensi. Misalkan ada dua sinyal RF pada frekuensi f c = f LO f IF dan f c = f LO + f IF. Sinyal yang ingin dierima berada pada frekuensi f c dan local oscillaor harus diala pada frekuensi f LO. Keika sinyal RF yang daang bercampur dengan sinyal local oscillaor, sinyal f c juga akan dierima, yang disebu dengan frekuensi bayangan (image). Sebagai conoh, ingin dierima siaran AM pada frekuensi 600 KHz. Ini berari lokal osilaor harus di-se pada frekuensi 600 KHz KHz = 1055 KHz. Tapi, jika ada sasiun pemancar lain bekerja pada frekuensi 1510 KHz, maka frekuensi ersebu akan jauh juga pada frekuensi IF karena = 455 KHz sehingga erjadi inerferensi.

13 Conoh soal 2.2 Suau penerima radar bekerja pada frekuensi 2,8 GHz dengan menggunakan prinsip superheerodyne dengan frekuensi osilaor lokal 2,86 GHz. Penerima lain (radar kedua) bekerja pada frekuensi bayangan radar perama, dan erjadi inerferensi. (a) Berapa frekuensi inermediae (IF) penerima radar perama? (b) Berapa frekuensi carrier penerima kedua? (c) Jika anda hendak mendisain penerima radar, berapa frekuensi inermediae minimum yang anda gunakan unuk mencegah masalah frekuensi bayangan dalam sisem radar dengan pia frekuensi 2,80 3,00 GHz? Jawab : (a) f IF = f LO f c = 2,86 GHz 2,80 GHz = 60 MHZ. (b) f bayangan = f c +2f IF = 2,80 GHz + 0,12 GHz = 2,92 GHz (c) 2f IF > f maks f min = 3,00 GHz 2,80 GHz = 200 MHz. f IF > 100 MHz Perhaikan bahwa jika f IF = 110 MHz maka f LO = 2,80 + 0,11 = 2,91 GHz. Tidak ada frekuensi lain dianara 2,8 GHz 3,0 GHz yang bisa jauh di frekuensi inermediae Single SideBand (SSB) Sisem komunikasi didisain unuk menghasilkan ransmisi informasi dengan bandwidh dan daya pancar minimal. Sisem AM boros dalam penggunaan daya dan bandwidh, dengan keunungan kemudahan dalam penerimaan. DSB-SC menggunakan daya yang lebih sediki, api bandwidh yang dipergunakan sama dengan dalam AM. Baik AM maupun DSB-SC memperahankan upper sideband dan lower sideband walaupun masing-masing sideband (USB aau LSB) mempunyai kandungan informasi yang lengkap. Akibanya bandwidh ransmisi menjadi dua kali bandwidh sinyal informasi. Dalam modulasi SSB, hanya sau dari kedua sideband yang dipancarkan. Diliha dari penggunaan bandwidh, modulasi ini lebih efisien karena mempunyai bandwidh ransmisi seengah dari AM maupun DSB-SC. Pembangkian sinyal SSB dilakukan dengan membangkikan sinyal DSB erlebih dahulu, kemudian menekan salah sau sideband dengan filer seperi diunjukkan gambar Jika USB yang diekan, maka akan menghasilkan sinyal SSB-LSB. Sebaliknya menghasilkan SSB-USB.

14 F(ω) f () φ DSB () Sideband Filer φ SSB () -ω m 0 ω m cos ωc (a) -ω c ω c SSB-USB -ω c ω c φ SSB () Low Pass Filer f x () -ω c ω c SSB-LSB cos ω c (b) -ω m 0 ω m (c) rekonsruksi Gambar 2.11 Modulasi SSB (a) Pembangkian ; (b) penerimaan (c) Spekra Dalam Prakek, operasi idak semudah yang erliha. Kesulian uama erleak pada persyaraan yang diberikan oleh filer. Filer sideband memerlukan karakerisik cu-off yang sanga ajam pada frekuensi ω c unuk membuang semua komponen frekuensi pada sau sisi dan melewakan komponen pada sisi lain. Karena filer ideal seperi iu idak bisa direalisasikan, maka beberapa kompromi harus dierima. Perama, jika sinyal pemodulasi f() idak mempunyai komponen frekuensi rendah yang pening (seperi suara : mempunyai lubang di frekuensi nol), maka idak ada komponen frekuensi di sekiar frekuensi ω c seelah modulasi. Karena iu, penggunaan filer dengan slope yang kurang ajam masih bisa dipergunakan. Kedua, adalah lebih mudah mendisain filer pada frekuensi yang dienukan oleh komponen filer, bukan oleh frekuensinya. Heerodyning bisa digunakan unuk menggeser spekrum menuju frekuensi yang diinginkan. Walaupun dengan kemudahan ersebu, disain dari filer sideband idaklah mudah.

15 Teknik lain yang bisa digunakan adalah dengan meode pergeseran phase, yang idak memerlukan filer sideband. Unuk memberi ilusrasi bagaimana meode ini bekerja, asumsikan bahwa sinyal pesan mempunyai benuk : f() = cos ( 2π f m ) (2.33) yang digunakan unuk memodulasi carrier cos (2π f c ). Upper sideband dan Lower sideband dari sinyal adalah φ SSB () = ½ cos [2π ( f c ± f m ) ] (2.34) Dengan cos(a + b ) = cos a cos b - sin a sin b, maka persamaan unuk sinyal SSB-USB bisa diulis : φ SSB-USB () = φ SSB+ () = ½ [ cos 2π f m cos 2π f c - sin 2π f m sin 2π f c ] (2.35) φ SSB-USB () = ½ [ cos ω m cos ω c - sin ω m sin ω c ] (2.36) dengan cara serupa diperoleh sinyal SSB-LSB mempunyai persamaan : φ SSB-LSB () = φ SSB- () = ½ [ cos ω m cos ω c + sin ω m sin ω c ] (2.37) Persamaan-persamaan di aas menunjukkan bahwa sinyal SSB bisa dibenuk dari dua sinyal DSB yang mempunyai carrier quadraure ½ cos 2ω c dan ½ sin 2ω c. Sinyal quadraure bisa diperoleh dengan menggeser phase sinyal sebesar 90 o. Modulaor SSB pergeseran phase erdiri dari dua modulaor DSB dan rangkaian penggeser phase seperi diunjukkan gambar Kesulian lain yang imbul adalah perlunya sinkronisasi seperi pada eknik DSB. Unuk iu, komponen carrier bisa diambahkan pada sinyal SSb dan demodulasi bisa dilakukan dengan menggunakan envelope deecor. Tapi meode ini boros daya pancar dan bisa menghasilkan disorsi pada sinyal. 2.6 Vesigial Sideband Kelemahan sisem SSB erleak pada kompleksias perangka dan respon buruk pada frekuensi rendah. Perbaikan erhadap kendala ersebu bisa diaasi jika hanya sebagian dari sideband yang diekan, bukan keseluruhannya. Skema modulasi dimana sau sideband dan sebagian dari sideband yang lain dilewakan disebu dengan modulasi vesigial sideband (VSB). Modulasi VSB digunakan unuk menransmisikan sinyal pesan dengan bandwidh sanga lebar dan mempunyai kandungan informasi pada frekuensi

16 rendah (seperi ransmisi daa kecepaan inggi dan elevisi). Penekanan sebagian dari sau sideband mengurangi bandwidh yang diperlukan dibandingkan dengan modulasi DSB api idak sama dengan efisiensi spekrum pada SSB. Jika carrier yang besar juga dikirim, sinyal pesan bisa didemodulasi dengan envelope deecor. Jika idak ada carrier yang dikirim, maka penerimaan memerlukan synchronous deecor. Modulasi VSB diperoleh dengan melewakan sau sideband dari sinyal DSB aau AM, dan melewakan sebagian dari sideband lainnya. Dalam sisem elevisi dengan bandwidh 4 MHz, sisem DSB akan memerlukan bandwidh sebesar 8 MHz. Dengan modulasi VSB bandwidh bisa dikurangi menjadi sekiar 5 MHz. Sisa lower sideband carrier video Audio (FM) Colour burs frekuensi 1,25 MHz 3,58 MHz 4,5 MHz Gambar VSB dalam spekrum elevisi broadcas 2.7 Soal-soal 1. Suau pemancar AM menghasilkan daya carrier sebesar 400 W dengan beban resisif 50 Ohm. Carrier dimodulasi gelombang sinus dengan frekuensi 5 KHz, indeks modulasi 0,8. Frekuensi carrier 1 MHz. Tulis benuk persamaan sinyal AM ersebu. 2. Suau sinyal pemodulasi f() = 2 cos 1000π + cos 4000 π dijadikan inpu pada suau modulaor DSB-SC yang beoperasi pada frekuensi 10 KHz. Ske kerapaan spekral f() dan sinyal DSB-SC yang erbenuk. Idenifikasi bagian upper sideband dan lower sideband. 3. Suau sinyal ermodulasi ampliudo : Φ ( ) = 10(1 + 0,5cos 2000π + 0,5cos 4000π )cos π V AM a. Ske spekrum sinyal AM ersebu b. Berapa indeks modulasi? c. Tenukan sinyal USB dan LSB d. Hiung daya oal, daya sideband dan daya carrier pada beban 1 Ohm

17 4. Suau gelombang ermodulasi AM : 10 V 6 V -6 V -10 V a. Hiung indeks modulasi b. Ske spekrum sinyal c. Hiung daya carrier dan daya sideband ( asumsi R = 1 Ohm) d. Hiung ambahan carrier yang diperlukan supaya indeks modulasi menjadi seengah dari semula 5. Sisem pada gambar di bawah ini digunakan unuk mengirim dua pesan dengan sau carrier : f 1 () cos ω c LPF ω = ω + Σ + φ() f 2 () HPF ω = ω a. Jika f 1 () = cos ω 1 dan f 2 () = cos ω 2, urunkan persamaan unuk φ(). b. Gambarkan blok diagram yang sesuai unuk mendemodulasi φ(). 6. Sinyal pemodulasi di bawah ini digunakan unuk memodulasi DSB_SC suau carrier 10 KHz. a. Ske spekrum sinyal ermodulasi b. Jika modulasi yang digunakan adalah AM, ske spekrum sinyal AM. c. Bisakah level DC pada inpu dibedakan dari carrier dalam sinyal ermodulasi AM? mdeik 7. Tinjau dua buah sinyal ermodulasi ampliudo (ω m << ω c ) sbb : φ 1 () = ( 2 + E 1 cos ω m ) cos ω c φ 2 () = E 2 cos ω m cos ω c a. Ske spekrum masing-masing sinyal

18 b. Tenukan nilai E 1 dan E 2 unuk menghasilkan indeks modulasi 100 % pada sinyal DSB-LC dengan daya raa-raa yang sama pada kedua sinyal. 8. Suau pemancar AM menghasilkan oupu carrier ak ermodulasi sebesar 100 W pada beban 50 Ohm resisif. Jika suau sinyal sinus dengan ampliudo puncak 5 V digunakan unuk memodulasi sinyal, daya oupu raa-raa naik sebesar 50%. Dalam kondisi ini enukan: a. indeks modulasi b. daya raa-raa sidebands c. Ampliudo puncak sinyal ermodulasi d. Ampliudo puncak sinyal USB e. Daya oupu oal jika ampliudo puncak sinyal pemodulasi adalah 2 V sinyal suara, masing-masing dengan bandwidh 3 KHz dimulipleksing dalam frekuensi dengan guard band 1 KHz dileakkan dianara masing-masing kanal dan anara carrier dengan kanal perama. Modulasi pilo carrier adalah DSB-LC. Hiung bandwidh sinyal ermulipleksing jika modulasi subcarrier adalah a) DSB-SC ; b) SSB-SC. 10. Sinyal f() = cos 2000π digunakan unuk memodulasi carrier 5 KHz. Gambar benuk gelombang dan spekrum sinyal jika modulasi yang digunakan adalah : (a) DSB-SC ; (b) DSB-LC ; (c) SSB-SC - ; (d) SSB-SC Frekuensi elevisi unuk kanal 6 menggunakan video carrier 83,25 MHz dan carrier suara 87,75 MHz. Pesawa penerima TV menggunakan prinsip superheerodyne dengan frekuensi IF video 45,75 MHz dan IF suara 41,25 MHz. Berapa frekuensi osilaor lokal pesawa penerima TV unuk bisa menerima siaran TV kanal 6? 12. Tinjau suau gelombang persegi di bawah ini : 1-1 Gambar benuk gelombang ermodulasi jika sinyal ersebu digunakan unuk memodulasi suau carrier sinus dengan modulasi (a) DSB-LC dengan m = 0,5 ; (b) DSB-SC. 13. Tinjau suau pemancar radio AM dengan raing daya selubung puncak maksimum 4 kw. Jika sinyal pemodulasi adalah gelombang sinus dan daya raaraa oal 1 KW, enukan nilai maksimum indeks modulasi m. 14. Suau pemancar AM menghasilkan daya oupu ak ermodulasi sebesar 100 W pada beban 50 Ohm resisif. Keika sinyal sinus dengan ampliudo maksimum 5 Vol diinpukan pada modulaor, daya oupu meningka sebesar 50%. Dalam kondisi ini enukan : a. daya raa-raa pada masing-masing sideband b. indeks modulasi c. ampliudo puncak sinyal ermodulasi d. ampliudo puncak sinyal sideband

19 e. daya oal jika sinyal ampliudo pemodulasi dikurangi menjadi 3 Vol. 15. Ske spekrum ypikal dari sisem FDM dengan modulasi DSB-LC unuk subcarrier dan main carrier. Apa keunungan dan kerugian sisem ersebu? sinyal suara, masing-masing 3 KHz di-mulipleks dalam frekuensi dengan menambahkan 1 KHz guard band anar kanal dan anara main carrier dengan kanal perama. Modulasi main carrier adalah DSB-LC. Hiung bandwidh sinyal gabungan jika modulasi sub-carrier adalah : (a) DSB-SC ; (b) SSB. 17. Sinyal f() = cos 4000π digunakan unuk memodulasi carrier 10 KHz. Ske benuk gelombang dan spekrum frekuensi jika modulasi yang digunakan adalah: (a) DSB-SC ; (b) AM dengan m = 0,5 ; (c) SSB-SC + ; (d) SSB-SC Alokasi frekuensi siaran TV VHF unuk kanal 6 menggunakan carrier video 83,25 MHz dan carrier suara 87,75 MHz. Penerima TV menggunakan prinsip superheerodyne dengan carrier video IF pada 45,75 MHz dan suara pada 41,25 MHz. a. Berapa frekuensi lokal osilaor penerima harus di-se unuk memperoleh siaran TV kanal 6? b. Kenapa ini sau-saunya pilihan?

MODULASI AM(DSB- SC,SSB dan VSB) SISTEM KOMUNIKASI (DTG2F3) PRODI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI

MODULASI AM(DSB- SC,SSB dan VSB) SISTEM KOMUNIKASI (DTG2F3) PRODI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI MODULASI AM(DSB- SC,SSB dan VSB) 1 SISTEM KOMUNIKASI (DTG2F3) PRODI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2 Apa iu Modulasi? Modulasi adalah pengauran parameer dari sinyal pembawa (carrier) yang berfrequency inggi

Lebih terperinci

MODUL 1 MODULASI ANALOG

MODUL 1 MODULASI ANALOG Uni I Ampliude Modulaion MODUL 1 MODULASI ANALOG Tujuan Prakikum 1. Memahami prinsip kerja modulasi dan demodulasi Ampliude Modulaion (AM) dan Frequency Modulaion (FM). Dapa menganalisa pengaruh index

Lebih terperinci

2 Modulasi Amplitudo

2 Modulasi Amplitudo Mdulasi Ampliud dari 3 Mdul 3 Mdulasi Ampliud Tujuan pengajaran: Seelah mempelajari mdul ini, mahasiswa diharapkan bisa memahami. ujuan dari prses mdulasi dan manfaanya. karakerisik dari mdulasi ampliud

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI MODULASI ANALOG: PM (Phase Modulation) & FM (Frequency Modulation) PRODI D3 TT TELKOM UNIVERSITY

SISTEM KOMUNIKASI MODULASI ANALOG: PM (Phase Modulation) & FM (Frequency Modulation) PRODI D3 TT TELKOM UNIVERSITY SISTEM KOMUNIKASI MODULASI ANALOG: PM (Phase Modulaion) & FM (Frequeny Modulaion) PRODI D3 TT TELKOM UNIVERSITY PENDAHULUAN Lahirnya Konsep modulasi rekuensi diurunkan dari konsep modulasi sudu/asa Apa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh ELEKTRONIKA DASAR PENGGUNAAN DIODA SEBAGAI PENYEARAH Penyearah Seengah Gelombang Dan Gelombang Penuh Tujuan Insruksional Umum Pesera mengenal rangkaian penyearah / recifier Tujuan Insruksional Khusus Pesera

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2014/2015 JUDUL SSB-DSB GRUP 2 3D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 2014 1 PEMBUAT

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 206/207 JUDUL SINGLE SIDEBANDD-DOUBLE SIDEBAND (SSB-DSB) GRUP 2 3C PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB IX KINERJA SISKOM ANALOG

BAB IX KINERJA SISKOM ANALOG 58 isem Komunikasi I (TT313) 9.1 KINERJ M-B BB IX KINERJ IKOM NLOG uau sinyal M-B-LB dengan pemodulasi sinusoidal unggal x. () -x () = os ( x), = pembawa inyal ersebu berampur dengan Whie Noise di inpu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A VI. ANALISA DATA Percobaan SSB dan DSB yang pertama sinyal audio dengan gelombang sinus 1kHz dan amplitudo 2Vpp dimodulasi dengan carrier. Sinyal audio digabung

Lebih terperinci

Gambar 6.30 PAL CODER Standar NTSC

Gambar 6.30 PAL CODER Standar NTSC 733 6.3 NTSC CODER Pada prinsipnya erdapa iga macam normalisasi pemancar elevisi yang digunakan, yaiu pemancar elevisi sandar PAL (Jerman), SECAM 1957 (Sequeniel a Memoire = Perancis) maupun pemancar elevisi

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

E(t) E( ) (a) (b) Gambar 1. AMDSBSC; (a) Bentuk sinyal; (b) spektrum

E(t) E( ) (a) (b) Gambar 1. AMDSBSC; (a) Bentuk sinyal; (b) spektrum TRANSMISI DATA DAN SUARA MELALUI SATU PEMBAWA MODULASI AMPLITUDO JALUR SISI GANDA PEMBAWA DITEKAN (AMDSBSC) Hardiaro Soeharo H.*, Sudjadi**, Ajub Ajulian Z.** Absrak: Modulasi ampliudo ada berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 3 Modulasi Amplitudo

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 3 Modulasi Amplitudo TKE 10 TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR Kuliah 3 Modulasi Amplitudo Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Meru Buana Yogyakarta 009 B A B

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

BAB IX KINERJA SISKOM ANALOG

BAB IX KINERJA SISKOM ANALOG 58 Sisem Komunikasi 1 EE3314 BAB IX KINERJA SISKOM ANALOG 9.1 KINERJA AM-SSB Suau sinyal AM-SSB-LSB dengan pemodulasi sinusoidal unggal x. S ηa -x S A osπ x, pembawa Sinyal ersebu berampur dengan Whie

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

Sinyal pembawa berupa gelombang sinus dengan persamaan matematisnya:

Sinyal pembawa berupa gelombang sinus dengan persamaan matematisnya: Modulasi Amplitudo (Amplitude Modulation, AM) adalah proses menumpangkan sinyal informasi ke sinyal pembawa (carrier) dengan sedemikian rupa sehingga amplitudo gelombang pembawa berubah sesuai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

DTG2F3. Sistem Komunikasi MODULASI ANALOG. By : Dwi Andi Nurmantris

DTG2F3. Sistem Komunikasi MODULASI ANALOG. By : Dwi Andi Nurmantris DTGF3 Sistem Komunikasi MODULASI ANALOG By : Dwi Andi Nurmantris Where We Are? OUTLINE MODULASI ANALOG 1. Penerapan Tranformasi Fourier dalam Sistem Komunikasi. Modulasi, Demodulasi, dan Kinerja Sistem

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL. Levy Olivia Nur, MT

SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL. Levy Olivia Nur, MT SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL Levy Olivia Nur, MT I. Sisem Komunikasi Digial Keunungan-keunungan sisem komunikasi digial Vs sisem komunikasi analog : a. Perencanaan rangkaian digial relaif sederhana, lebih

Lebih terperinci

Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasif 2009) ISSN: UPN Veteran Yogyakarta, 23 Mei 2009

Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasif 2009) ISSN: UPN Veteran Yogyakarta, 23 Mei 2009 Seminar Nasional Informaika 29 (semnasif 29) ISSN: 979-2328 UPN Veeran Yogyakara, 23 Mei 29 METODA TDOA-RADAR SEKUNDER ROKET LAPAN MENGGUNAKAN LINEAR FM CHIRP SIGNAL Wahyu Widada ), Sri Kliwai 2) Lembaga

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Amplitude Modulation. SISTEM KOMUNIKASI Semester Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom

Amplitude Modulation. SISTEM KOMUNIKASI Semester Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom Amplitude Modulation SISTEM KOMUNIKASI Semester Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom Apa itu Modulasi? Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (arrier)

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci