Desain dan Implementasi Encoder 2B1Q Berbasis FPGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Desain dan Implementasi Encoder 2B1Q Berbasis FPGA"

Transkripsi

1 Desain dan Implemenasi Encoder Berbasis FPGA Sahbuddin Abdul Kadir 1 1 Teknik Elekro, Polieknik Negeri Ujung Pandang Sahbuddin.ak@poliupg.ac.id Absrak Pada sisem komunikasi digial, daa diransmisikan dalam benuk pulsa yang mempresenasikan b i 0 dan 1. Jika informasi yang diransmisikan masih dalam benuk analog, erlebih dahulu diubah ke dalam benuk digial. Proses pengubahan sinyal analog ke sinyal digial menggunakan beberapa benuk pengkodean sinyal dianaranya yaiu NRZ, Bipolar-AMI, dan HDB3 sesuai dengan saluran yang akan dilaluinya. Pengkodean ini biasa disebu dengan penyandian saluran. Umumnya represenasi sinyal digial menggunakan NRZ dengan dua level egangan. Represenasi bi 0 dan 1 pada jaringan komunikasi daa menggunakan kabel embaga memerlukan perhaian khusus yang berhubungan dengan sinyal. Salah saunya adalah aenuasi yang membua sinyal melemah dengan berambahnya jarak dan frekuensi yang semakin inggi. Dengan demikian diperlukan suau eknik penyandian yang bukan sekedar merepresenasikan informasi ke dalam bi 0 dan 1, eapi memiliki kualifikasi yang berkaian dengan karakerisik jarak dan frekuensi informasi. adalah suau eknik pengkodean 2 (dua) biner yang direpresenasikan dalam 1 dari 4 level egangan. Pola daa yang erdiri dari 2 bi dikodekan menjadi sebuah elemen sinyal yang merupakan bagian dari empa level sinyal. Sehingga daa erkirim dengan kecepaan 2 (dua) kali lebih cepa dibanding dengan pengkodean NRZ. Kaa kunci: sinyal, jarak, frekuensi, I. Pendahuluan Pada sisem komunikasi digial, daa diransmisikan dalam benuk pulsa yang mempresenasikan bi 0 dan 1. Jika informasi yang diransmisikan masih dalam benuk analog, erlebih dahulu diubah ke dalam benuk digial. Proses pengubahan sinyal analog ke sinyal digial menggunakan beberapa benuk pengkodean sinyal dianaranya yaiu NRZ, Bipolar-AMI, dan HDB3 sesuai dengan saluran yang akan dilaluinya. Pengkodean ini biasa disebu dengan penyandian saluran. Umumnya represenasi sinyal digial menggunakan NRZ dengan dua level egangan. Represenasi bi 0 dan 1 pada jaringan komunikasi daa menggunakan kabel embaga memerlukan perhaian khusus yang berhubungan dengan sinyal. Salah saunya adalah aenuasi yang membua sinyal melemah dengan berambahnya jarak dan frekuensi yang semakin inggi. Dengan demikian diperlukan suau eknik penyandian yang bukan sekedar merepresenasikan informasi ke dalam bi 0 dan 1, eapi memiliki kualifikasi yang berkaian dengan karakerisik jarak dan frekuensi informasi. adalah suau eknik pengkodean 2 (dua) biner yang direpresenasikan dalam 1 dari 4 level egangan. Pola daa yang erdiri dari 2 bi dikodekan menjadi sebuah elemen sinyal yang merupakan bagian dari empa level sinyal. Sehingga daa erkirim dengan kecepaan 2 (dua) kali lebih cepa dibanding dengan pengkodean NRZ. Pada peneliian ini didesain dan diimplemenasikan penyandian saluran menggunakan meode sisem on chip dan diimplemnasikan pada FPGA sebagai modul pembelajaran pada Prakikum Saluran Transmisi dan Telekomunikasi Radio unuk mendemonsrasikan pengkodean daa 2 bi menjadi sau elemen sinyal dari empa elemen sinyal yang berbeda. II. KAJIAN LITERATUR 2.1 Penyandian Saluran Penyandian saluran adalah pola pengkodean sinyal serial digial yang digunakan unuk memperahankan reliabilias dan inegrias daa. Line code yang digunakan dienukan oleh penyedia layanan komunikasi daa. Benuk kode biner 1 dan 0 seperi pada sinyal PCM, dapa direpresenasikan dalam beberapa forma sinyal serial digial yang disebu sebagai line-code sebagai beriku: Unipolar Pengkodean saluran jenis polar unggal aau unipolar adalah suau pengkodean yang paling sederhana. Pengkodean unipolar hanya menggunakan sebuah level egangan aau sau polarias unuk menyaakan dua posisi bilangan biner yaiu 0V (bila idak ada egangan) dan +V unuk menyaakan daa 1

2 biner 0 dan 1. Pengkodean unipolar mempunyai dua persoalan, yakni komponen DC dan sinkronisasi. Ampliudo raa-raa sinyal unipolar yang idak nol disebu dengan komponen DC (frekuensi nol) [5]. Sinyal dengan komponen DC idak dapa disalurkan ke media yang idak dapa menangani komponen DC. Karena pada ujung-ujung penerima biasanya erpasang kapasior kopling yang digunakan unuk menahan sinyal dc yang berakiba pada munculnya derau. Bila sinyal idak bervariasi, maka penerima idak dapa membedakan mana yang awal dan mana yang akhir dari iap-iap bi. Inilah masalah sinkronisasi dari pengkodean unipolar, yang memungkinkan aliran daanya erdiri dari derean panjang logika 1 dan 0. Pengkodean digial menggunakan perubahan level egangan unuk mengindikasikan adanya perubahan bi. Perubahan sinyal juga memberikan indikasi bahwa sau bi elah berakhir dan dimulai bi berikunya. v Gambar 2.1 Unipolar Polar Pengkodean polar menggunakan 2 (dua) buah level egangan yaiu V dan +V. Pengkodean saluran dalam kelompok polar, dibagi-bagi lagi menjadi bebrapa jenis yaiu: Non-Reurn o Zero (NRZ) Reurn o Zero (RZ) Mancheser Differanial Mancheser Jenis pengkodean polar menggunakan 2 (dua) buah level egangan yaiu V dan +V (egangan posiif dan negaif) unuk menyaakan daa biner dengan nilai 0 dan 1. Pengkodean saluran jenis Non-Reurn o Zero (NRZ) dibedakan menjadi dua yaiu a. NRZ-L menggunakan level +V digunakan unuk menyaakan daa biner 0, sedangkan level egangan V digunakan unuk menyaakan daa biner 1 seperi yang diunjukkan pada gambar 2.2. b. NRZ-I (Non-Reurn o Zero-Invered) NRZ-I (Non-Reurn o Zero-Invered) merepresenasikan level V aau +V yang menyaakan adanya perubahan daa biner dari menuju logika 1. Arinya, seiap ada perubahan uruan daa biner dari 0 ke 1 aau 1 ke 1, maka level egangan akan berubah dari sebelumnya NRZ-L NRZ-I Gambar 2.5 Perbedaan NRZ-L dan NRZ-I Pengkodean saluran jenis Reurn o Zero (RZ) menggunakan level V dan +V dengan ransisi di perengahan bi daa biner. Daa biner 0 dinyaakan dengan ransisi dari level V menuju 0V, sedangkan daa biner 1 dinyaakan dengan ransisi dari level 0V menuju +V. Conoh pengkodean saluran jenis RZ diunjukkan pada gambar beriku ini (Gambar 2.3) v Gambar 2.3 Reurn o Zero (RZ). Pengkodean Mancheser menggunakan level egangan V dan +V dengan ransisi diengah-engah bi daa biner. Daa biner 0 dinyaakan dengan ransisi level egangan dari +V menuju V, sedangkan daa biner 1 dinyaakan dengan ransisi level egangan dari V menuju +V. v Zero is One is Gambar 2.4 Pengkodean Mancheser. Pengkodean Differenial Mancheser digunakan pada jaringan oken ring dan merupakan modifikasi pengkodean Mancheser, dimana leak ransisi level egangan dari V menuju +V aau sebaliknya yaiu +V menuju V dipengaruhi oleh daa biner. Daa biner 0 diampilkan dengan ransisi level egangan erleak di awal inerval daa bi, sedangkan daa biner 1 dengan ransisi level egangan erleak diengah inerval bi dari daa. Conoh pengkodean Differenial Mancheser diunjukkan pada gambar

3 v Gambar 2.5 Differenial Mancheser Bipolar Jenis pengkodean bipolar yaiu pengkodean dengan menggunakan 3 (iga) buah level egangan, yaiu: -V, 0V, dan +V unuk menyaakan daa biner. Bi 0 akan bernilai level egangan nol dan bi 1 direpresenasikan dengan egangan yang selalu berlawanan polarias dari posiif ke negaif aau sebaliknya dari negaif ke posiif. Pengkodean jenis ini dapa diemukan pada AMI dan. Bipolar Alernae Mark Inversion (AMI) adalah jenis pengkodean bipolar yang paling sederhana menggunakan level egangan 0V unuk menyaakan bi 0, sedangkan bi 1 dinyaakan dengan level egangan V dan +V secara berganian. Dengan kaa lain, egangan 0 direpresenasikan sebagai bi 0. Bi 1 adalah represenasi oleh egangan posiif dan egangan negaif secara berganian Gambar 2.6 Alernae Mark Inversion (AMI) Pengkodean 2BIQ digunakan unuk melakukan pengkodean dua daa biner unuk dijadikan sau kuarer, pola daa yang erdiri dari 2 bi dikodekan menjadi sebuah elemen sinyal yang merupakan bagian dari sinyal berlevel empa. Sedangkan daa dikirim dengan kecepaan dua kali lebih cepa dibanding dengan pengkodean NRZ-L, dan pada bagian penerima memiliki empa hreshold unuk melayani penerimaan daa erkirim. Jika Daa bi 00 dinyaakan dengan level egangan -3 V, daa bi 11 dinyaakan dengan level egangan +1V, daa bi 01 dinyaakan dengan level egangan -1 V, daa bi 10 dinyaakan dengan egangan +3 V. Seperi diperlihakan pada gambar beriku ini Gambar 2.7 Daa. 2.2 Field-Programmable Gae Array (FPGA) FPGA merupakan sebuah IC digial yang sering digunakan unuk mengimplemenasikan rangkaian digial. FPGA berbenuk komponen elekronika dan semikondukor yang erdiri dari komponen gerbang erprogram (programmable logic) dan sambungan erprogram (inerkoneksi). Komponen gerbang erprogram erdiri aas gerbang logika biasa (AND, OR, NOT) maupun fungsi maemais dan kombinaorik yang lebih kompleks, seperi decoder, adder, subracor dan muliplier. Selain iu, Blok-blok komponen di dalam FPGA juga erdapa elemen memori (regiser) mulai dari flip-flop sampai pada RAM. FPGA sanga sesuai unuk pemrosesan kompuasi algorima inegrasi numerik. FPGA mempunyai koreksi error yang kecil dan merupakan eknologi yang bebas (echnologyindependen) unuk diimplemenasikan dalam berbagai algorima. Kinerja aplikasi FPGA lebih cepa dibandingkan dengan aplikasi mikrokonroler, karena FPGA hanya mensinesis perangka keras saja, semenara mikrokonroler mengeksekusi insruksi perangka lunak yang digunakan unuk mengendalikan perangka keras, sehingga waku unda yang diimplemenasikan hanya waku unda perambaan saja. Gambar 2.8 FPGA jenis Alera Cyclone De2. 3

4 Pengerian erprogram (programmable) pada FPGA adalah seperi inerkoneksi saklar pada bread board yang bisa diubah sesuai kebuuhan pengguna. Inerkoneksi ini bisa diprogram kembali oleh pengguna di lab aau lapangan (field). Oleh karena iu jajaran gerbang logika (Gae Array) ini disebu fieldprogrammable. III. METODE PENELITIAN Meode peneliian yang digunakan pada paneliian ini adalah desain dan implemnasi penyandian saluran. Desain dilakukan dengan bahasa pemrograman HDL verilog sedangkan implemenasi menggunakan FPGA. +3V. Sedangkan unuk mengembalikan sinyal informasi ke benuk aslinya dibuuhkan perangka decoder pada penerima. 3.4 Flowchar Encoder Desain encoder penyandian saluran dilakukan dengan coding HDL verilog. Desain dimulai dengan mendeeksi 2 bi daa inpu lalu dikodekan dengan salah sau dari empa elemen sinyal yang sesuai dengan runun 2 bi ersebu. Proses ini diunjukkan dengan flowchar pada gambar 3.2. Sar Inpu NRZ NRZ Deekor 2 Bi Encoder 2 Bi Pembangki Polarias Deeksi 2 Bi Deeksi Bi l Gambar 3.1. Diagram Blok Encoder 3.1 Deekor 2 Bi Daa inpu yang masuk, sebelum sampai ke rangkaian coding 2 bi didelay 1 bi. Indikasi 2 bi secara bersamaan sebagai langkah awal unuk membua lebar pulsa yang sesuai dengan algorina kode. Delay 1 bi (selalu) digunakan unuk membaca bi 1 dan 2 secara bersamaan dan dikodekan unuk level egangan yang sesuai runun bi 1 dan Encoder 2 Bi Runun bi yang erdeeksi akan dikodekan ke salah sau dari empa level egangan. Daa pada bi perama mengindikasikan polarias, jika bi perama=1 maka polarias sinyal posiif (+). Sebaliknya jika bi perama bernilai=0, maka polarias sinyal negaive (-). Sedangkan pada bi kedua mengindikasikan nilai level egangan. Jika bi kedua berlogika 1 maka level egangan 1V, dan level egangan 3V unuk bi 0. Pada oupu encoder akan diperoleh gabungan dari bi 1 dan 2 daa inpu. 3.3 Pembangki Polarias Pada bagian pembangki sinyal digunakan 4 level egangan. Polarias dan level egangan sesuai dengan runun bi 0 dan 1 unuk seiap 2 bi daa. Dimana, daa 00 dinyaakan dengan level egangan -3V, daa 11 dinyaakan dengan level egangan +1V, daa 01 dinyaakan dengan level egangan -1 V, daa 10 dinyaakan dengan egangan Bi 0? Polarias - Polarias + Deeksi Bi ll Deeksi Bi ll Bi 0? Bi 0? -3V +3V -1V +1V Penjumlah Lanju? Sar Gambar 3.2 Flowchar Encoder 3.5 Inegrasi FPGA Implemenasi encoder panyandian saluran FPGA menggunakan program aplikasi quarus. Inegrasi HDL verilog encoder dimulai dengan sinesis unuk mengeahui frekuensi clock maksimum yang dapa digunakan. Seelah iu, dilakukan konfigurasi pin unuk menyediakan por inpu dan oupu encoder. Por inpu menggunakan clock inernal. Sedangkan daa inpu menggunakan 8 swich pada board FPGA Alera DE2. Kemudian por oupu memamfaakan General Por Inpu Oupu (GPIO) pada board FPGA. 4

5 Sar Bua design di verilog Save Menenukan Device Kompilasi Simulasi Konfigurasi Pin Download FPGA Sop Generae Waveform Simulaon Gambar 3.3. Inegrasi FPGA 4.1 Dengan Sau Level Tegangan Pada rangkaian pembangki sinyal, digunakan 4 level egangan. Polarias dan level egangan sesuai dengan runun dua bi daa biner. Daa 00 dinyaakan dengan level egangan -3 V, daa 11 dinyaakan dengan level egangan +1V, daa 01 dinyaakan dengan level egangan -1 V, daa 10 dinyaakan dengan egangan +3 V. Daa inpu unuk sau level egangan diunjukkan pada gambar 4.2 dan 4.3. Kanal 1 pada gambar 4.2 menunjukkan sinyal inpu clock dan inpu NRZ pada kanal 2. Sedangkan pada kanal 1 pada gambar 4.3 adalah inpu NRZ dan oupu encoder pada kanal 2. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perancangan encoder penyandian diinegrasikan ke board FPGA menggunakan program aplikasi quarus. Inegrasi dimulai dengan compile kode verilog penyandian unuk memeriksa jika erjadi kesalahan pemrograman. Seelah iu dilakukan simulasi unuk meliha keluaran hasil rancangan sudah sesuai dengan inpu yang diberikan. Sebelum diimplemenasikan ke board FPGA, dilakukan konfigurasi pin sebagai por inpu dan oupu implemenasi penyandian. Sehingga ersedia por unuk pengukuran dan pengujian. Gambar 4.2 Sinyal inpu clock dan NRZ Sar Bua design di verilog Save Menenukan Device Kompilasi Simulasi Konfigurasi Pin Download FPGA Sop Generae Waveform Simulaon Gambar 4.1 Inegrasi FPGA Gambar 4.3 Inpu NRZ dan oupu 4.2 Dengan Dua Level Tegangan Daa inpu unuk dua level egangan diunjukkan pada kanal 1 dan oupu encoder pada kanal 2 gambar

6 level egangan -1V, daa 11 dinyaakan dengan level egangan +1V yang dihasilkan merupakan nilai polariasnya. 4.4 Dengan Empa Level Tegangan Daa inpu unuk empa level egangan diunjukkan pada kanal 1 dan oupu encoder pada kanal 2 gambar 4.6. Gambar 4.4 Inpu NRZ dan oupu Hasil pengujian pada pembangki polarias menghasilkan sinyal dengan level egangan V2. Sinyal ini merupakan sinyal dengan runun bi 11 dan 00. Daa oupu yang dihasilkan yaiu berupa sinyal dengan egangan V2 dan V0 karena Daa 11 dinyaakan dengan level egangan +1V, daa 00 dinyaakan dengan level egangan -3V merupakan nilai polarias yang dihasilkan. 4.3 Dengan Tiga Level Tegangan Daa inpu unuk iga level egangan diunjukkan pada kanal 1 dan oupu pada kanal 2 gambar 4.5 Gambar 4.5 Inpu NRZ dan oupu Daa inpu unuk iga level egangan diunjukkan pada gambar 4.5 Channel 1 merupakan inpu daa (NRZ) dan channel 2 merupakan oupu. Hasil pengujian pada pembangki polarias menghasilkan sinyal dengan level egangan V3, V1, dan V2 sinyal ini merupakan sinyal dengan runun bi 10, 01, dan 11 Daa oupu yang dihasilkan yaiu berupa sinyal dengan egangan V3, V1, dan V2 karena Daa 10 dinyaakan dengan level egangan +3V, daa 01 dinyaakan dengan Gambar 4.6 Inpu NRZ dan oupu Daa inpu unuk iga level egangan diunjukkan pada gambar 4.6 Channel 1 merupakan inpu NRZ daa dan channel 2 merupakan oupu dari rangkaian pembangki polarias. Hasil pengujian pada pembangki polarias akan menghasilkan sinyal dengan level egangan V3, V1, V2, dan V0 sinyal ini merupakan sinyal dengan runun bi 10, 01, 11, dan 00. Daa oupu yang dihasilkan yaiu berupa sinyal dengan egangan V3, V1, V2, dan V0 karena Daa 10 dinyaakan dengan level egangan +3 V, daa 01 dinyaakan dengan level egangan -1V, daa 11 dinyaakan dengan level egangan +1 V, daa 00 dinyaakan dengan egangan -3 V. Daa inpu NRZ 8 bi sebagai es-bench pada peneliian ini digunakan unuk memperlihakan oupu pengujian encoder penyandian saluran pada FPGA. Karena encoder menggunakan 4 elemen sinyal yang berbeda unuk mengkodekan seiap 2 bi inpu, maka esbench divariasikan unuk 4 runun bi yang berbeda. Sehingga seiap elemen sinyal dapa diamai pada oupu encoder. Hasil desain dan implemenasi encoder penyandian saluran menggunakan FPGA dapa memnampilkan 4 elemen sinyal yang berbeda dengan level egangan yang elah menunjukkan algorima penyandian saluran. Teapi masih memerlukan 6

7 perangka ambahan unuk menampilkan egangan -3V, -1V, +1V dan +3V. walaupun demikin encoder ini sudah dapa digunakan unuk mendemonsrasikan penyandian saluran unuk memperlihakan empa elemen sinyal yang berbeda unuk seiap runun 2 bi yang berbeda. V. KESIMPULAN Teknik pennyandian saluran 2 biner dengan yang merepresenasikan seiap 2 bi daa inpu ke salah sau dari empa elemen sinyal membua daa erkirim dengan kecepaan 2 (dua) kali lebih cepa dibanding dengan pengkodean NRZ. Sehingga dapa mereduksi seengah dari bandwih. Sehingga dapa digunakan pada frekuensi rendah dan jarak yang lebih jauh sampai 5 KM menggunakan saluran kawa UTP. UCAPAN TERIMA KASIH Pada pelaksanaan peneliian ini penulis dibanu oleh rekan-rekan dosen mahasiswa Teknik Elekro Polieknik Negeri Ujung pandang. Oleh karena iu penulis mengucapkan erima kasih yang sebesarbesarnya semoga hasil peneliian ini dapa bermamfaa bagi kemajuan ilmu pengeahuan. REFERENSI 1. Ali, Imran and Ahmad, Ali An Efficien FPGA Based HDB3 Decoding Sysem Using, nernaional Journal of Fuure Compuer and Communicaion Vol. 2, No Salling, William Daa and Compuer Communicaion. New Jersey: Prenice-Hall Inernaional, Inc. 3. Sandige, Ricards Modern Digial Design. McGraw-Hill Publishing Company. 4. Sanley, William D. 1994, Operaional Amplifier wih Linier Inegraed Circui. McGraw-Hill. 5. Winch, Rober G Telecommunicaion Transmission Sysem. Singapura; McGraw-Hill, Inc. 6. Black Box Nework Services HDB3 Encoding hp:// 7. Kadir, Sahbuddin Abdul Rancang Bangun Penyandian Saluran HDB3 Berbasis FPGA. Seminar Nasional Teknik Elekro dan Informaika 7

Rancang Bangun Penyandian Saluran HDB3 Berbasis FPGA

Rancang Bangun Penyandian Saluran HDB3 Berbasis FPGA Rancang Bangun Penyandian Saluran HDB3 Berbasis FPGA Sahbuddin Abdul Kadir 1, Irmawati 2 1,2 Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang dinsth@yahoo.com, irmawati@poliupg.ac.id Abstrak Pada sistem

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Abstak. Kata Kunci: Op-amp, Integrator, Differensiator,Inverter dan Non inverter.

Abstak. Kata Kunci: Op-amp, Integrator, Differensiator,Inverter dan Non inverter. Rangkaian Inegraor dan Differensiaor ELIS SUSILAWATI (1127030017) FISIKA SAINS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNGUNG DJATI BANUNG TAHUN 2014 e-mail : elissusilawai533@yahoo.com Absak Aplikasi Pengua Operasional

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL. Levy Olivia Nur, MT

SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL. Levy Olivia Nur, MT SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL Levy Olivia Nur, MT I. Sisem Komunikasi Digial Keunungan-keunungan sisem komunikasi digial Vs sisem komunikasi analog : a. Perencanaan rangkaian digial relaif sederhana, lebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram Blok Rangkaian Roda Moor Sensor Tuas Gas Mikrokonrol BS2SX Sabilizer Sang Sensor Sang Gambar 3.1 Blok diagram sisem keamanan sepeda moor berbasis mikrokonroler. Dari

Lebih terperinci

1. Pengertian Digital

1. Pengertian Digital Kegiaan elajar. Pengerian Digial Tujuan Khusus Pembelajaran Pesera harus dapa: Menyebukan definisi besaran analog Menyebukan definisi besaran digial Menggambarkan keadaan logika Menyebukan perbedaan nilai

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Wulan Fain Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 1,2,3 Teknologi Informasi dan Kompuer, Polieknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM Perencanaan dan pembuatan Perangkat Keras

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM Perencanaan dan pembuatan Perangkat Keras BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Perencanaan dan pembuaan Perangka Keras Dalam pembuaan kunci jarak jauh dengan menggunakan minimum sisem 8088, digunakan meode pemodelan. Sebab pemodelan lebih

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh ELEKTRONIKA DASAR PENGGUNAAN DIODA SEBAGAI PENYEARAH Penyearah Seengah Gelombang Dan Gelombang Penuh Tujuan Insruksional Umum Pesera mengenal rangkaian penyearah / recifier Tujuan Insruksional Khusus Pesera

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 3PERANCANGAN SISTEM

BAB 3PERANCANGAN SISTEM 16 BAB 3PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sensor Cahaa ATMEGA8535 DRIVER LAMPU LAMPU LED DC LCD Gambar 3.1.Diagram Blok Beriku deskripsi fungsi seiap blok : 1 Blok Sensor Cahaa (TSL2561) : sensor cahaa

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 3 LANDAAN TEORI 3.1 Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis dibidang ekonomi, sosial dan sebagainya, kia memerlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

I. DASAR RANGKAIAN SEKUENSIAL

I. DASAR RANGKAIAN SEKUENSIAL I. D NGKIN EKUENIL Tujuan :. Memahami perbedaan anara rangkaian kombinasional dan sekuensial 2. Mengeri ae Diagram 3. Mengeri maksud dan ujuan Elemen Penyimpan iner 4. Dapa membua Flip-flop dari gerbang

Lebih terperinci

E(t) E( ) (a) (b) Gambar 1. AMDSBSC; (a) Bentuk sinyal; (b) spektrum

E(t) E( ) (a) (b) Gambar 1. AMDSBSC; (a) Bentuk sinyal; (b) spektrum TRANSMISI DATA DAN SUARA MELALUI SATU PEMBAWA MODULASI AMPLITUDO JALUR SISI GANDA PEMBAWA DITEKAN (AMDSBSC) Hardiaro Soeharo H.*, Sudjadi**, Ajub Ajulian Z.** Absrak: Modulasi ampliudo ada berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER W. Kurniawan * Jurusan Pendidikan Fisika, IKIP PGRI SEMARANG Jl. Lonar no Semarang, Indonesia Tel: 8...88 ; Email: wawan.hiam@gmail.com ABSTRAK Arikel ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Jobsheet Praktikum MULTIVIBRATOR

Jobsheet Praktikum MULTIVIBRATOR MULTIVIBRATOR A. Tujuan Kegiaan Prakikum 8-9 : Seelah memprakekkan Topik ini, anda diharapkan dapa :. Memahami macam-macam dan prinsip kerja mulivibraor. 2. Merancang imer/clock dan delay (aplikasi mulivibraor)

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

II. METODE Langkah-langkah yang akan dilakukan diuraikan berikut ini:

II. METODE Langkah-langkah yang akan dilakukan diuraikan berikut ini: Perancangan IC Shif Regiser 8bi Serial In Serial Ou (SISO) dengan Menggunakan Teknologi High Speed CMOS (HCMOS) Jurusan Teknik Elekro, Universias Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 614, Indonesia

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari 2014 LAORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Luvia, Imroaul Maghfiroh, Rana Dewi Kumalasari Laboraorium Fisika Maerial Jurusan Fisika, Deparemen Fisika

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

MODUL 1 MODULASI ANALOG

MODUL 1 MODULASI ANALOG Uni I Ampliude Modulaion MODUL 1 MODULASI ANALOG Tujuan Prakikum 1. Memahami prinsip kerja modulasi dan demodulasi Ampliude Modulaion (AM) dan Frequency Modulaion (FM). Dapa menganalisa pengaruh index

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci