KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

2 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari No. Telp. (0401) ; No. Fax.(0401)

3 Kata Pengantar Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) disusun setiap triwulan oleh, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian Ekonomi daerah disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan modeter, makroprudensial maupun sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam mempuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi stakeholder di wilayah kerjanya. Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 masih berada dalam tren perlambatan seiring dengan pemberlakuan UU Minerba di awal tahun Meskipun demikian, pada triwulan tersebut perekonomian Sulawesi Tenggara masih dapat tumbuh sebesar 5,31% (yoy) dan berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 5,01% (yoy). Penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran disebabkan oleh melambatnya sektor pertanian dan sektor konstruksi, sedangkan dari sisi pengeluaran dipicu oleh terkontraksinya ekspor luar negeri dan melambatnya kegiatan konsumsi serta investasi. Sedangkan untuk perkembangan harga, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 mengalami peningkatan, dari 1,85% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 8,45% (yoy). Kenaikan laju inflasi Sulawesi Tenggara tersebut sejalan dengan meningkatnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Peningkatan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food. Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi baik secara langsung melalui survei dan liason maupun data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan. Kendari, Februari 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara Dian Nugraha Deputi Direktur i

4 VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rencah dan nilai tukar yang stabil MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualiatas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas: Trust and Integity Professionalism Excellence Public Interest Coordination and Teamwork ii

5 Daftar Isi KATA PENGANTAR... VISI MISI BANK INDONESIA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... TABEL INDIKATOR TERPILIH... i ii iii v vi viii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB 1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Kondisi Umum Perkembangan Sisi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor dan Impor Perkembangan Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Sektor Konstruksi Sektor Transportasi dan Pergudangan Sektor Jasa Keuangan Sektor Lainnya BOKS 1: PDRB PROVINSI SULAWESI TENGGARA TD BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH Struktur Anggaran Perkembangan Realisasi Anggaran APBD Realisasi Anggaran Pendapatan Realisasi Anggaran Belanja BOKS 2: STRUKTUR APBD PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN BAB 3. INFLASI DAERAH Kondisi Umum Disagregasi Inflasi Upaya Pengendalian Inflasi BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Perbankan Intermediasi Perbankan Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Koorporasi iii

6 4.1.3 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Perkembangan Sistem Pembayaran Transaksi Pembayaran Non Tunai Transaksi Pembayaran Tunai BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Ketenagakerjaan Kesejahteraan BAB 6. PROSPEK EKONOMI Prospek Ekonomi Makro Prospek Inflasi DAFTAR ISTILAH TIM PENYUSUN iv

7 Daftar Tabel Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy)... 7 Tabel 1.2. Realisasi Belanja Pemerintah Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy) Tabel 1.4 Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko Tabel 2.1. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi Tenggara Tabel 2.1. Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara 28 Tabel 3.1. Inflasi Kota Kendari (mtm) Per Kelompok Tabel 3.2. Inflasi Kota Kendari (qtq) Per Kelompok Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Triwulan I Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I v

8 Daftar Grafik Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara... 6 Grafik 1.2. Indeks Penghasilan... 8 Grafik 1.3. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen... 8 Grafik 1.4. Pertumbuhan Konsumsi Listrik... 8 Grafik 1.5. Pertumbuhan Konsumsi Air... 8 Grafik 1.6. Penerimaan Pajak... 9 Grafik 1.7. Pertumbuhan Kredit Konsumsi... 9 Grafik 1.8. Kredit Investasi Sulawesi Tenggara Grafik 1.9. Impor Barang Modal Grafik Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir Grafik Pertumbuhan Volume Ekspor Grafik Volume Ekspor Grafik Ekspor Feronikel Grafik Ekspor Biji Nikel Grafik Volume Impor Grafik Arus Bongkar Barang Pelabuhan Grafik Produksi Ore Nikel Grafik Produksi Feronikel Grafik Perkembangan Produksi Feronikel Grafik Ekspor Feronikel Grafik Volume Impor Barang Grafik Penjualan Kendaraan Bermotor Grafik Jumlah Barang Dibongkar Grafik Jumlah Barang Dimuat Grafik Kredit Sektor Konstruksi Grafik Konsumsi Semen Grafik Arus Penumpang Pesawat Udara Grafik Kredit Perbankan Grafik Aset Perbankan Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik Grafik 1.31 Perkembangan Konsumsi Air Grafik 2.1. Perkembangan dan Porsi Realisasi Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara 26 Grafik 2.2. Perkembangan dan Porsi Realisasi Belanja APBD Sulawesi Tenggara Grafik 2.3. Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara Grafik 2.4. Perkembangan Penyelesasian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara vi

9 Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari Grafik 3.4. Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari Grafik 3.5. Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi Grafik 3.6. Lokasi Pembentukan TPID pada Tahun Grafik 4.1. Dana Pihak Ketiga di Perbankan Sulawesi Tenggara Grafik 4.2. Kinerja Kredit, DPK dan LDR Grafik 4.3. Penyaluran Jenis Kredit Perbankan Grafik 4.4. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Grafik 4.5. NPL Kredit Sektor Utama Grafik 4.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.7. NPL Kredit Rumah Tangga Grafik 4.8. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM Grafik 4.9. Transaksi RTGS Sulawesi Tenggara Grafik Perkembangan Inflow-Outflow pembayaran tunai Grafik 5.1. Indeks Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Grafik 5.2. Pertumbuhan Penduduk Bekerja Grafik 5.3. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor (per Agustus 2014) Grafik 5.4. Pertumbuhan Tenaga Kerja Per Sektoral (per Agustus 2014) Grafik 5.5. Pertumbuhan Penduduk Menganggur Grafik 5.6. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 5.7. Indeks Penghasilan Grafik 5.8. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Grafik 6.2. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir Grafik 6.3. Inflasi bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari vii

10 Tabel Indikator Terpilih A. Inflasi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Indikator I II III IV I II III IV Indeks Harga Konsumen - Kendari 102,02 104,02 109,46 108,16 107,34 108,71 110,43 116,16 - Baubau ,84 112,72 115,31 121,89 Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) - Kendari 3,02 3,76 7,30 5,92 5,21 4,50 0,88 7,39 PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi Mobil & Spd Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori (151) 478 (107) 196 (108) (188) 6. Eksport Luar Negeri Import Luar Negeri Net Eksport Antar Daerah (3.085) (2.532) (1.316) (3.966) (1.266) (843) (699) (696) Total PDRB (Rp Miliar) Pertumbuhan PDRB (%, yoy) ,68 5,45 5,86 5,31 viii

11 B. Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Indikator I II III IV I II III IV Perbankan Total Asset (Rp miliar) Bank Umum BPR Syariah Dana Pihak Ketiga (Rp miliar) Giro Tabungan Deposito Kredit (Rp miliar) Modal Kerja Investasi Konsumsi NPL (Gross) NPL (%) 1,78 1,86 2,03 1,82 2,26 2,62 2,74 2,55 LDR Kredit UMKM (Rp miliar) NPL Kredit UMKM (%) 3,25 3,68 3,59 3,58 4,38 5,16 5,41 4,94 Kredit ke Rumah Tangga (Rp miliar) NPL Kredit ke Rumah Tangga (%) 0,84 0,93 0,89 0,74 0,87 1,05 1,07 1,00 Kas (Rp miliar) - Inflow Outflow Net (Inflow - Outflow) 360 (417) (649) (1.032) 512 (356) (595) (744) Kliring* - Volume (lembar) * - Nominal (Rp miliar) * RTGS - Volume (lembar) Nominal (Rp miliar) * posisi data hingga November 2014 ix

12 Ringkasan Eksekutif Perekonomian Sulawesi Tenggara pada Triwulan IV tumbuh melambat Gambaran Umum Pada Triwulan IV 2014, ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) tumbuh sebesar 5,31% (yoy) lebih lambat dibandingkan triwulan III 2014 (5,86%, yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, pertumbuhan Sultra lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan IV mencapai 5,01% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi di Sulawesi Tenggara tercatat meningkat sebesar 8,45% (yoy), dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,83% (yoy). Tekanan tersebut terjadi terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food. Disisi lain, kondisi sistem keuangan menunjukkan indikator perbankan masih dalam tendensi melambat, namun tetap dalam resiko terjaga. Sementara itu, kondisi sistem pembayaran nontunai maupun tunai juga mengalami penurunan. Terkontraksinya ekspor luar negeri masih menyebabkan perlambatan ekonomi pada triwulan IV 2014 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Melambatnya perekonomian Sulawesi Tenggara disebabkan oleh terkontraksinya ekspor luar negeri seiring dengan pelarangan ekspor nikel mentah (ore) sejak diberlakukannya UU Minerba pada 12 Januari 2014 yang lalu. Selain itu, meningkatnya inflasi seiring dengan kenaikan harga BBM bersubsidi menyebabkan perlambatan pada aktivitas konsumsi rumah tangga sehingga menahan laju perekonomian pada periode tersebut. Sementara itu dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor pertanian dan sektor konstruksi menjadi penyebab perlambatan perekonomian di Sulawesi Tenggara. 1

13 Realisasi pendapatan dan belanja pemerintah meningkat jika dibandingkand tahun sebelumnya Keuangan Pemerintah Realisasi pendapatan maupun belanja fiskal pemerintah provinsi mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 101,95%, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun 2013 sebesar 100,88%. Demikian pula dengan penyerapan anggaran belanja Provinsi Sulawesi Tenggara pada 2014 mencapai 85,21%, meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 83,28% Tekanan inflasi Sultra meningkat, disebabkan oleh naiknya harga BBM bersubsidi dan TTL Inflasi Daerah Laju inflasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014, tercatat sebesar 8,45% (yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2014 (1,85%, yoy). Kenaikan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan meningkatnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Peningkatan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food. Meskipun demikian, pemerintah daerah tetap berupaya mengendalikan inflasi melalui TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) yang sudah terbentuk. Intermediasi perbankan mengalami perlambatan dengan resiko yang membaik Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Tenggara mengalami perlambatan. Melambatnya kinerja sektor perbankan terlihat dari perlambatan penyaluran kredit maupun penghimpunan dana dari masyrakat. Meskipun demikian, resiko kredit perbankan di Sulawesi Tenggara masih terjaga bahkan dalam kondisi yang lebih baik daripada periode sebelumnya. Sejalan dengan perlambatan kinerja sektor perbankan, kondisi sistem keuangan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perlambatan, terlihat dari penurunan jumlah maupun nominal transaksi non tunai serta menurunnya pergerakan uang tunai. 2

14 Bab 6- Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kondisi ketenagakerjaan mengalami perbaikan namun kondisi kesejahteraan menurun. Perumbuhan ekonomi Sultra pada triwulan I 2015 akan mengalami peningkatan disertai penurunan tekanan inflasi Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kondisi ketenagakerjaan menunjukkan adanya perbaikan. Perbaikan ketenagakerjaan tersebut antara lain terlihat dari meningkatnya jumlah orang yang bekerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Meskipun demikian, tingkat pengangguran sedikit meningkat Sebaliknya, kondisi kesejahteraan mengalami penurunan karena berkurangnya penghasilan masyarakat seiring dengan perlambatan kinerja sektor pertanian. Prospek Perekonomian Pada triwulan I 2015 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan adanya penurunan tekanan inflasi. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 diprakirakan berada pada kisaran 7,2% - 7,6% (yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertambangan dan sektor konstruksi. Adapun untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara diprakirakan tumbuh pada kisaran 8,-8,4% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 cenderung menurun dengan perkirakan berada pada kisaran 7,9% - 8,3% (yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh pelemahan tekanan inflasi dari kelompok administered prices seiring dengan kebijakan penurunan harga BBM bersubsidi. 3

15 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan 4

16 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Bab 1 Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada akhir tahun 2014 masih berada dalam tren perlambatan seiring dengan pemberlakuan UU Minerba di awal tahun Meskipun demikian, pada triwulan tersebut perekonomian Sulawesi Tenggara masih dapat tumbuh sebesar 5,31% (yoy) dan berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 5,01% (yoy). Dari sisi pengeluaran, perlambatan di triwulan IV 2014 terutama terjadi karena ekspor luar negeri yang terkontraksi lebih dalam dan kegiatan konsumsi serta investasi yang melambat. Sementara itu, dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor pertanian dan sektor konstruksi menjadi penyebab perlambatan perekonomian di Sulawesi Tenggara. 5

17 Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah 1.1 KONDISI UMUM Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 tumbuh sebesar 5,31% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh mencapai 5,86% (yoy). Melambatnya perekonomian Sulawesi Tenggara disebabkan oleh terkontraksinya ekspor luar negeri seiring dengan pelarangan ekspor nikel mentah (ore) sejak diberlakukannya UU Minerba pada 12 Januari 2014 yang lalu. Selain itu, meningkatnya inflasi seiring dengan kenaikan harga BBM bersubsidi menyebabkan perlambatan pada aktivitas konsumsi rumah tangga sehingga menahan laju perekonomian pada periode tersebut. Sementara itu dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor pertanian dan sektor konstruksi menjadi penyebab perlambatan perekonomian di Sulawesi Tenggara. Dengan kinerja tersebut, maka sepanjang tahun 2014 perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 6,26% (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang dapat tumbuh sebesar 7,51% (yoy). Meskipun mengalami perlambatan, namun tingkat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tercatat masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan IV 2014 tercatat tumbuh sebesar 5,01% (yoy) dan untuk tahun 2014 hanya tumbuh 5,02%, yoy (grafik 1.1). %, yoy 10,63% 11,65% 7,51% 6,26% 8,68% 5,45% 5,86% 5,31% 6,17% 6,03% 5,58% 5,02% 5,14% 5,03% 4,92% 5,01% I II III IV Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional Sumber : BPS Sultra, Diolah Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Adapun sektor ekonomi utama di Sulawesi Tenggara selama tahun 2014 adalah sektor pertanian (pangsa sebesar 22,95%), sektor pertambangan (pangsa 20,49%), sektor konstruksi (pangsa 12,87%) dan sektor perdagangan besar dan eceran (pangsa sebesar 12,06%). Pada 6

18 Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah triwulan IV 2014 sektor ekonomi utama tersebut, kecuali sektor pertambangan, masih menopang perekonomian dimana kontribusi sektor konstruksi sebesar 1,21% dari 5,86% (yoy), sektor industri pengolahan sebesar 1,07% dari 5,86% (yoy), dan sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 1,0 dari 5,86% (yoy). 1.2 PERKEMBANGAN SISI PENGELUARAN Dari sisi pengeluaran, perlambatan di triwulan IV 2014 terutama terjadi karena ekspor luar negeri yang terkontraksi lebih dalam dan kegiatan konsumsi serta investasi yang melambat. Terkontraksinya ekspor luar negeri yang lebih dalam terjadi karena pada akhir 2013 perusahaan pertambangan nikel meningkatkan ekspor nikel mentah sebelum larangan ekspor mineral sesuai implementasi UU Minerba. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya based point effect di triwulan IV Selain itu, kondisi inflasi yang meningkat di akhir tahun 2014 juga mempengaruhi perlambatan aktivitas konsumsi dan investasi pada periode laporan. Meskipun demikian, konsumsi rumah tangga dan investasi masih menopang perekonomian dapat tumbuh di level yang tinggi. Berdasarkan pangsanya, konsumsi rumah tangga masih merupakan komponen pengeluaran dengan pangsa terbesar yaitu mencapai 48,5%, kemudian diikuti oleh komponen PMTB dan konsumsi pemerintah yang masing-masing sebesar 41,79% dan 17,03%. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy) 2014 Pangsa % SOG % Komponen Pengeluaran I II III IV Tw IV Konsumsi Rumah Tangga 7,03% 6,24% 6,36% 6,23% 6,38% 6,02% 48,5% 2,9 2. Konsumsi LNPRT 1,83% 11,98% 14,97% 11,8 10,01% 11,18% 1,1% 0,12% 3. Konsumsi Pemerintah 5,51% 3,42% 2,24% 2,77% 3,14% 5,08% 17, 0,87% 4. PMTB 6,17% 9,25% 6,53% 7,78% 11,74% 10,62% 41,8% 4,23% 5. Perubahan Inventori 2,43% 13,36% -28,54% -9,87% -413,84% -195,71% -1,1% -2,27% 6. Eksport Luar Negeri -2,47% -63,82% -51,09% -69,71% -54,45% -74,95% 5,4% -17,03% 7. Import Luar Negeri 37,89% 28,33% -4,23% 19,31% 43,89% 43,95% -8,9% -2,85% 8. Net Eksport Antar Daerah -13,02% -67,86% -58,97% -66,72% -46,91% -82,45% -3,9% 19,36% PDRB 7,51% 6,26% 8,68% 5,45% 5,86% 5,31% 10 5,31% PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (kontribusi) Sumber : BPS Sultra, Diolah Konsumsi Rumah Tangga Aktivitas konsumsi rumah tangga di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 tumbuh sebesar 6,02% (yoy), lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 6,38% (yoy). Perlambatan konsumsi tersebut disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat sebagai akibat menurunnya tingkat penghasilan dan kenaikan harga barang dan jasa di akhir tahun. Penurunan tingkat penghasilan tercermin dari indeks penghasilan sesuai hasil Survei Konsumen yang menurun dari 148,67 di triwulan III 2014 menjadi 137,67 di triwulan IV 2014 (Grafik 1.2). Sementara itu, kenaikan harga barang dan jasa 7

19 Ribu Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah di akhir tahun 2014 bersumber dari kenaikan tarif TTL, harga LPG 3kg dan LPG 12 kg, serta harga BBM di periode triwulan IV Indeks 148,67 137,67 Indeks Penghasilan I II III IV I II III IV I II III IV Indeks ,99 130,39 I II III IV I II III IV I II III IV Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Grafik 1.2. Indeks Penghasilan Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Grafik 1.3. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen Perlambatan konsumsi masyarakat tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia, dimana terjadi penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari sebesar 135,99 di triwulan III 2014 menjadi hanya sebesar 130,39 pada triwulan IV 2014 (Grafik 1.4). Penurunan tersebut menunjukkan adanya penurunan optimisme dari masyarakat terhadap berbagai faktor ekonomi seperti kondisi perekonomian, ketenagakerjaan, dan penghasilan sehingga terdapat kecenderungan untuk mengurangi atau menunda aktivitas konsumsinya. Selain itu, perlambatan konsumsi secara parsial juga terlihat dari perlambatan konsumsi listrik dan konsumsi air (Grafik 1.4 dan 1.5). Bahkan realisasi pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) juga menunjukkan adanya perlambatan (Grafik 1.6) Konsumsi Listrik (MW) Growth (YoY) 3 25% 2 15% 1 5% 1,200 1, Konsumsi Air Rumah Tangga Growth (YoY) 15% 1 5% -5% -1-15% -2 - TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q % Sumber: PLN Area Kendari Grafik 1.4. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Sumber: PDAM Kendari Grafik 1.5. Pertumbuhan Konsumsi Air 8

20 Triliun Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah Seiring dengan aktivitas konsumsi yang melambat, penyaluran kredit konsumsi juga mengalami perlambatan. Pada triwulan IV 2014, kredit konsumsi hanya tumbuh sebesar 15,77% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 16,82% (yoy). Perlambatan pada kredit konsumsi terutama terjadi pada kredit kendaraan bermotor yang terkontraksi sebesar 19,12% (yoy) dan kredit pemilikan rumah yang juga melambat dari 22,57% (yoy) di triwulan III 2014 menjadi hanya tumbuh 21,32% (yoy) pada periode laporan PPh (miliar) PPN dan PPnBM (miliar) Growth PPh (QtQ) Growth PPN&PPnBM (QtQ) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Nominal (Triliun) Growth (YoY) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q % 3 25% 2 15% 1 5% Sumber: KPP Kendari Grafik 1.6. Penerimaan Pajak Sumber: LB Bank Umum, BI Grafik 1.7. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Konsumsi Pemerintah Sedikit berbeda dengan komponen konsumsi rumah tangga yang tercatat tumbuh melambat, komponen konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2014 justru tercatat mengalami peningkatan yaitu menjadi sebesar 5,08% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 3,14% (yoy). Meskipun demikian, andil komponen konsumsi pemerintah masih relatif rendah yakni hanya sebesar 0,87% dari keseluruhan pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,31% (yoy). Tingginya laju pertumbuhan konsumsi pemerintah sejalan dengan tingginya pertumbuhan pada sektor konstruksi dimana proses pembangunan gedung perkantoran di daerah yang mengalami pemekaran yang dimulai dari triwulan I 2014 masih berlanjut sampai dengan saat ini dan sudah mulai memasuki tahap penyelesaian. Disamping itu berdasarkan konfirmasi dari para dinas terkait diketahui bahwa masih terdapat proyek-proyek pemerintah yang mulai direalisasikan pada periode laporan seperti diantaranya: a. Proyek pembangunan jalan nasional paket 1,2 dan 3. b. Pembangunan dan pengembangan bandara serta pelabuhan di Sulawesi Tenggara. c. Proses reklamasi teluk Kendari. d. Pembangunan water sport centre di Teluk Kendari. e. Pengembangan jalan bypass jalur kiri dan kanan. 9

21 Miliar Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Selain itu, pertumbuhan yang cukup signifikan atas komponen konsumsi pemerintah di periode laporan juga turut didorong oleh meningkatnya gaji pegawai, realisasi belanja barang/jasa dan belanja bantuan sosial pemerintah terutama yang bersumber dari APBD. NOMOR URUT URAIAN (Dalam Juta) Tabel 1.2 Realisasi Belanja Pemerintah ANGGARAN 2014 Realisasi (Q1-2014) 2 BELANJA 2,450, , ,788 1,140,931 2,088, BELANJA OPERASI 1,453, , , ,350 1,331, Belanja Pegawai 576,083 84, , , , Belanja Barang 406,148 21,194 94, , , Belanja Bunga 25,544 8,666 11,113 19,330 22, Belanja Subsidi Belanja Hibah 326,750 80, , , , Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan 119,010 6,000 27,857 55, , BELANJA MODAL 727,627 3,374 49, , , Belanja Tanah 42, , Belanja Peralatan dan Mesin 49, ,618 6,490 38, Belanja Bangunan dan Gedung 198, ,462 58, , Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan 436,022 3,211 25, , , Belanja Aset Tetap Lainnya 1, BELANJA TIDAK TERDUGA 20, Belanja Tak Terduga 20, TRANSFER 249,684 47,932 90, , , Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota 249,684 47,932 90, , , Bagi Hasil Pajak SURPLUS/DEFISIT (314,295) 12, , ,527 89,747 (28.55) Sumber : Biro Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Realisasi (Q2-2014) Realisasi (Q3-2014) Realisasi (Q4- Realisasi (%) 2014) Investasi Perlambatan investasi yang terjadi pada triwulan IV 2014 merupakan salah satu faktor penyebab perlambatan perekonomian Sulawesi Tenggara. Pada periode tersebut, aktivitas investasi tumbuh sebesar 10,62% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 11,72% (yoy). 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Nominal (Miliar) Growth (YoY) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Ribu Ton I II III IV I II III IV I II III IV Impor Barang Modal (Volume) %yoy 2000,0 1800,0 1600,0 1400,0 1200,0 1000,0 800,0 600,0 400,0 200,0 0,0-200,0 Pertumbuhan Impor Barang Modal, skala kanan Sumber: LB Bank Umum, BI Grafik 1.8 Kredit Investasi Sulawesi Tenggara Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Grafik 1.9. Impor Barang Modal 10

22 Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah Melambatnya laju investasi tersebut seiring dengan sebagian besar proyek pembangunan pemerintah memasuki tahap akhir seperti pembangunan dan perbaikan jalan, pembangunan gedung kantor dan proyek pembangunan pemerintah lainnya. Perlambatan investasi yang terjadi juga diindikasikan dengan masih terkontraksinya laju pertumbuhan kredit investasi. Kredit investasi perbankan di Sulawesi Tenggara tercatat terkontraksi sebesar 11,41% (yoy) pada triwulan IV 2014, lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 7,64% (yoy). PT. Kembar Mas Sultra 4 PT. Konutara Sejati 3 PT. Karyatama Konawe Utara* 6 10 PT. Aneka Tambang Tambahan Tungku: Comisioning & Piloting First Half 2015 Production: Second Half PT. Jien Smelting Indonesia PT. Jilin Metal Indonesia PT. Elit Kharisma Utama 3 PT. Cinta Jaya 4 PT. CMMI 10 Sudah beroperasi 4 tungku di Awal 2015 Selain itu terdapat pembangunan tambahan 4 tungku lagi di 2015 (skala kecil) PT. Bintang Smelter Indonesia 4 PT. Macika Mineral Industri 3 Ket: X% Realiasi konstruksi PT. Sambas Mineral Mining 6 Sumber: Dinas ESDM Provinsi Sultra Grafik Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014 Meskipun melambat, kinerja investasi tersebut masih dapat tumbuh pada level yang tinggi sehingga dapat menopang perekonomian Sulawesi Tenggara. Bahkan jika dilihat secara tahunan, maka pada tahun 2014 aktivitas investasi dapat tumbuh sebesar 9,25% (yoy), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 6,17% (yoy). Masih tingginya kegiatan investasi di Sulawesi Tenggara didorong oleh beberapa proyek pembangunan smelter pengolahan nikel. Disamping itu, pelaksanaan beberapa proyek instansi seperti pembangunan beberapa power plant PLN dalam rangka mendukung ketersediaan pasokan listrik sejalan dengan realisasi pembangunan smelter juga masih mendorong pertumbuhan investasi Sulawesi Tenggara. Disisi lain, pemerintah daerah juga memiliki beberapa proyek seperti pembangunan berapa ruas jalan nasional, pelabuhan dan bandara yang bertujuan untuk perbaikan infrastruktur yang ada di Sulawesi Tenggra. Hal ini terlihat juga dari peningkatan konsumsi semen sebesar 22,08% (yoy) dan terealisasinya belanja modal pemerintah daerah. 11

23 Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Meski tendensi peningkatan investasi tercatat cukup tinggi, namun masih terdapat kendalakendala pengembangan investasi agar berkelanjutan antara lain; (1) kualitas sumber daya manusia yang masih cukup rendah menyebabkan pengembangan investasi berbiaya tinggi karena harus mendatangkan tenaga kerja dari luar wilayah Sulawesi Tenggara, (2) infrastruktur jalan yang masih banyak rusak sehingga meningkatkan biaya transportasi, (3) masih terdapat masalah pembebasan lahan serta kurangnya infrastruktur pendukung seperti telekomunikasi, listrik dan pelabuhan Ekspor Dan Impor Komponen ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 tercatat kembali terkontraksi sebesar 74,95% (yoy). Menurunnya ekspor Sulawesi Tenggara pada periode laporan masih disebabkan sebagai dampak atas pemberlakuan UU Minerba No. 4 Tahun 2009 terkait pelarangan aktivitas ekspor hasil tambang berupa mineral mentah. Komoditas ekspor Sulawesi Tenggara yang didominasi oleh komoditas bahan tambang mentah yang mayoritas adalah ore nikel terkena dampak secara langsung atas diberlakukannya UU Minerba tersebut. Aktivitas ekspor tambang Sulawesi Tenggara berhenti secara total memasuki bulan Februari tahun 2014 terutama berasal dari perusahaan yang tidak memiliki smelter (g) Ekspor Total (g) Ekspor Non-Tambang (g) Ekspor Tambang 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Komoditi Non-Tambang Tambang Volume dalam ribu ton -12 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Grafik 1.11 Pertumbuhan Volume Ekspor - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Grafik Volume Ekspor Penurunan komponen ekspor tercermin dari menurunnya volume ekspor di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 sebesar 99,72% (yoy). Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, penurunan kinerja ekspor juga terindikasi dari penurunan ekspor luar negeri yang disebabkan oleh penurunan ekspor hasil tambang sebesar 99,9 (yoy), sementara ekspor komoditas non tambang justru tercatat tumbuh positif sebesar 22,33% (yoy). Meskipun demikian, secara triwulanan ekspor Sulawesi Tenggara tercatat mulai berada pada tren yang membaik dan dapat tumbuh positif, yakni sebesar 0,38% (qtq) pada triwulan IV 12

24 Ribu Ribu Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah Mulai tumbuhnya ekspor tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan ekspor aspal Buton. 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q , Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Ekspor FENI (metrik ton) Growth Ekspor Biji Nikel (metrik ton) Growth Sumber: Salah satu perusahaan tambang Sultra Grafik 1.13 Ekspor Feronikel Sumber: Salah satu perusahaan tambang Sultra Grafik Ekspor Biji Nikel Berlawanan arah dengan ekspor, aktivitas impor Sulawesi Tenggara pada periode laporan kembali menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu dari 43,89% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 43,95% (yoy) pada triwulan IV Impor Sulawesi Tenggara dihitung dari dua kegiatan yaitu impor antar pulau dan impor luar negeri. Meningkatnya aktivitas impor di Sulawesi Tenggara sejalan dengan informasi arus bongkar di Pelabuhan Kendari yang menunjukan bahwa terjadi peningkatan kapasitas arus bongkar sebesar 32,47% (yoy) setelah di periode sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 8,32% (yoy). Selain itu, peningkatan impor Sulawesi Tenggara juga ditunjukan dengan pertumbuhan positif volume impor Sulawesi Tenggara khususnya di KPBC Pomalaa. Dari data yang ada diketahui bahwa pangsa impor KPBC Pomalaa adalah sebesar 10 dari total impor. Kondisi tersebut mengkonfirmasi bahwa sebagian besar material impor ke Sulawesi Tenggara merupakan komponen antara yang digunakan dalam proses pembangunan smelter. Impor Total KPBC Kendari KPBC Pomalaa 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Volume dalam ton Jumlah Arus Bongkar (T/M3) Growth (YoY) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber: KPBC Grafik 1.15 Volume Impor Sumber: PT. Pelindo IV Grafik Arus Bongkar Barang Pelabuhan Disamping itu, peningkatan impor pada periode laporan sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan di sektor konstruksi dan komponen investasi, hal tersebut dikarenakan 13

25 Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah peningkatan pembangunan turut mendorong peningkatan impor bahan konstruksi dari luar Sulawesi Tenggara menuju Sulawesi Tenggara. Di sisi lain, tingginya tingkat pertumbuhan sektor perdagangan juga diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya aktivitas impor perdagangan komoditas bahan makanan menuju Sulawesi Tenggara. 1.3 PERKEMBANGAN SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor pertanian dan sektor konstruksi menjadi penyebab perlambatan perekonomian di Sulawesi Tenggara. Melambatnya kinerja sektor pertanian disebabkan karena telah lewatnya masa panen padi dan tidak optimalnya hasil panen kedua komoditas kakao. Sementara itu, perlambatan kinerja sektor konstruksi disebabkan oleh aktivitas investasi yang juga melambat di triwulan IV Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy) Sektoral Pangsa % SOG % I II III IV Tw IV 2014 Pertanian, Kehutanan, dan 6,04% 9,11% 13,9 12,04% 8,34% 2,83% 22,9% 0,67% Perikanan Pertambangan dan Penggalian 7,47% -4,83% 0,01% -8,13% -5,64% -4,99% 20,5% -1,13% Industri Pengolahan 4,22% 7,74% -3,79% 2,3 13,88% 18,66% 6,4% 1,07% Pengadaan Listrik, Gas 13,64% 10,6 7,08% 7,32% 9,11% 18,58% 0,1% 0,01% Pengadaan Air 9,34% 6,97% 9,5 4,93% 7,25% 6,25% 0,2% 0,01% Konstruksi 8,65% 12,61% 16,23% 13,78% 11,44% 9,78% 12,9% 1,21% Perdagangan Besar dan Eceran 9,11% 8,3 10,79% 6,02% 8,03% 8,55% 12,1% 1,0 Transportasi dan Pergudangan 6,45% 5,13% 6,97% 3,6 3,7 6,3 4,5% 0,28% Penyediaan Akomodasi dan Makan 8,33% 9,41% 9,71% 9,52% 8,83% 9,61% 0,6% 0,05% Minum Informasi dan Komunikasi 13,8 2,92% 4,84% 3,32% 1,72% 2,01% 2,3% 0,05% Jasa Keuangan 14,16% 9,44% 8,85% 8,24% 8,39% 12,22% 2,2% 0,25% Real Estate 5,63% 6,64% 7,72% 7,54% 5,89% 5,46% 1,7% 0,09% Jasa Perusahaan 13,01% 9,74% 13,01% 9,88% 9,29% 7,11% 0,2% 0,01% Administrasi Pemerintahan 4,34% 12,98% 11,32% 10,18% 13,89% 16,07% 5,9% 0,86% Jasa Pendidikan 11,52% 13,98% 14,88% 13,7 13,01% 14,36% 5,2% 0,69% Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11,06% 12,13% 15,21% 15,63% 8,25% 9,98% 1, 0,1 Jasa Lainnya 8,48% 12,93% 16,74% 18,04% 10,48% 7,45% 1,5% 0,11% PDRB 7,51% 6,26% 8,68% 5,45% 5,86% 5,31% 10 5,31% PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (kontribusi_ Sumber : BPS Sultra, Diolah Dari 4 (empat) sektor utama dengan pangsa terbesar di Sulawesi Tenggara, sektor konstruksi merupakan sektor dengan tingkat laju pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 9,78% (yoy). Sementara beberapa sektor lainnya tercatat masih tumbuh moderat apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Adapun kinerja sektor pertambangan tercatat kembali terkontraksi di triwulan IV 2014 yakni sebesar 4,99 (yoy). 14

26 Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan kontribusinya, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor konstruksi dan sektor industri olahan memberikan sumbangan kontribusi tertinggi atas perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara di periode triwulan IV Sektor perdagangan besar dan eceran berkontribusi sebesar 1,0, sektor konstruksi sebesar 1,21%, dan sektor industri olahan sebesar 1,07%. Sementara sektor pertambangan tercatat masih memberikan kontribusi negatif yakni sebesar 1,13% (yoy) Sektor Pertanian Pada periode laporan, perkembangan sektor pertanian tercatat tumbuh melambat cukup dalam sebesar 2,83% (yoy) apabila dibandingkan dengan posisi di triwulan sebelumnya sebesar 8,34% (yoy). Berdasarkan hasil liaison dengan beberapa instansi serta beberapa pelaku usaha di lapangan, penurunan kinerja sektor pertanian yang terjadi di triwulan IV 2014 terutama disebabkan oleh masa panen raya padi yang telah berlalu di triwulan sebelumnya, sehingga periode triwulan IV merupakan periode musim tanam padi. Selain itu, tanaman kakao yang juga merupakan salah satu komoditas utama sektor pertanian juga hanya mengalami 1x masa panen di tahun 2014 yakni di periode triwulan II Hal ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca di rentang periode triwulan III 2014 yang membuat tanaman kakao mengalami gagal panen di beberap sentra produksi kakao. Disamping itu, umur tanaman kakao yang relatif sudah tua disertai rendahnya kesadaran para petani tanaman kakao untuk melakukan rehabilitasi terhadap pohon yang ada juga turut menyebabkan masa panen kakao tahap II menjadi tidak berlangsung. Selain disebabkan oleh rendahnya kinerja sub-sektor tanaman pangan, rendahnya kinerja sektor pertanian Sulawesi Tenggara juga turut didorong oleh rendahnya kinerja sektor perikanan Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 yang hanya tumbuh sebesar 4,41% (yoy) setelah di periode sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 9,74% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh adanya puncak periode musim angin timur dan menyebabkan gelombang laut yang relatif tinggi dan berisiko bagi nelayan untuk melaut. Berdasarkan hasil liaison dengan beberapa kelompok nelayan dan pelaku usaha sektor perikanan, selama periode puncak musim angin timur, hasil tangkapan nelayan berkurang sebesar 70-85% dari masa normal. Masa musim angin timur sendiri baru berakhir di pertengahan periode triwulan IV yakni sekitar bulan November Meskipun demikian, untuk keseluruhan tahun 2014 sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan dan menopang perekonomian Sulawesi Tenggara. Sektor pertanian Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh terakselerasi 9,11% (yoy) pada tahun 2014 setelah di tahun 2013 hanya tumbuh sebesar 6,04% (yoy). Relatif tingginya kinerja sektor pertanian di tahun

27 Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah didorong oleh peningkatan produksi padi khususnya pada komoditas padi di awal tahun 2014 serta di akhir periode triwulan II Sektor Pertambangan Sektor pertambangan tercatat kembali terkontraksi pada periode laporan, terkoreksi cukup dalam akibat pemberlakuan UU Minerba terkait pelarangan aktivitas ekspor hasil tambang berupa mineral mentah. Berdasarkan hasil survey dan liaison diketahui bahwa hampir 9 pelaku usaha tambang berskala kecil yang ada di Sulawesi Tenggara telah tutup dan menghentikan aktivitas pertambangannya secara total. Hal tersebut menyebabkan sektor pertambangan tumbuh terkontraksi sebesar 4,99% (yoy), setelah sebelumnya tercatat terkontraksi sebesar 5,64% (yoy) di triwulan III Sedangkan untuk keseluruhan tahun 2014, kinerja sektor pertambangan tercatat mengalami kontraksi sebesar 4,83% (yoy), menurun cukup dalam dibanding tahun 2013 yang dapat tumbuh sebesar 7,47% (yoy). Meskipun demikian, pada triwulan IV 2014, kinerja sektor ini sudah menunjukkan adanya arah perbaikan. Secara triwulanan, kinerja sektor pertambangan sudah mulai tumbuh positif, yaitu sebesar 0,38% (qtq). Pertumbuhan positif tersebut diantaranya didorong oleh meningkatnya produksi nikel olahan seperti Feronikel dan Nickel Pig Iron (NPI). Selain itu, berdasarkan informasi dari salah satu produsen aspal, diketahui bahwa meningkatnya produksi tambang komoditas aspal buton seiring dengan meningkatnya permintaan juga turut mendorong kinerja positif sektor tambang secara triwulanan di periode laporan. 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , ,000 - Produksi Ore Nikel (WMT) (g) yoy Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q ,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Produksi g (qtq) g (yoy) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber: Salah Satu Produsen Nikel Utama Sultra Grafik 1.17 Produksi Ore Nikel Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra Grafik Produksi Feronikel Mulai membaiknya kinerja sektor tambang yang terjadi di periode laporan juga dikonfirmasi oleh mulai meningkatnya produksi nikel olahan salah satu pelaku usaha tambang terbesar di Sulawesi Tenggara yang tumbuh terakselerasi secara signifikan sebesar 24,44% (qtq) atau sebesar 29,81% (yoy). Sejalan dengan telah berlakunya UU Minerba terkait pelarangan ekspor mineral mentah, maka fokus pemerintah saat ini beralih kepada realisasi pengembangan dan 16

28 Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah pembangunan industri pengolahan di wilayah Sulawesi Tenggara. Diharapkan dengan berdirinya pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) disamping akan memberikan nilai tambah yang jauh lebih tinggi terhadap hasil pertambangan di Sulawesi Tenggara, juga dapat tetap menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi di sektor tambang sekaligus turut mendorong berkembangnya sektor industri pengolahan. Upaya pemerintah saat ini terlihat dari sudah berdirinya 2 (dua) pabrik pengolahan dan pemurnian mineral di Kabupaten Konawe dan Kolaka. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan beberapa waktu lalu terhadap responden pelaku usaha tambang, diketahui bahwa terdapat rencana pengembangan dan pembangunan 8 (delapan) pabrik pengolahan dan pemurnian mineral lainnya. Diharapkan pembangunan smelter tersebut sudah dapat selesai pada tahun 2016 dan beroperasi secara optimal di tahun Sektor Industri Pengolahan Meskipun perekonomian Sulawesi Tenggara mengalami perlambatan, namun pada triwulan IV 2014 sektor industri pengolahan tercatat tumbuh sebesar 18,66% (yoy), tumbuh terakselerasi dibandingkan laju pertumbuhan di periode sebelumnya sebesar 13,88% (yoy). Dengan demikian, untuk keseluruhan tahun 2014 sektor industri olahan tercatat tumbuh sebesar 7,74% (yoy), meningkat dibandingkan laju pertumbuhan di tahun 2013 sebesar 4,22% (yoy). Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan di Sulawesi Tenggara didorong oleh meningkatnya kapasitas produksi feronikel di salah satu perusahaan industri pengolahan terbesar di Sulawesi Tenggara, yang pada periode laporan tumbuh positif sebesar 29,82% dibandingkan posisi yang sama di tahun sebelumnya serta meningkatnya kinerja ekspor feronikel yang di periode laporan tercatat tumbuh sebesar 16,49% (yoy). 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Produksi g (qtq) g (yoy) Ekspor Feni g (yoy) 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra Grafik 1.19 Perkembangan Produksi Feronikel Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra Grafik Ekspor Feronikel 17

29 Ribu Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Meningkatnya produksi dan ekspor komoditas fero nikel di Sulawesi Tenggara diantaranya didorong oleh mulai meningkatnya permintaan ekspor atas komoditas feronikel dari negara tujuan ekspor seperti Belanda, Jepang dan Tiongkok. Selain itu, dengan berdirinya 2 (dua) pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) baru di Sulawesi Tenggara, serta rencana pengembangan dan pembangunan beberapa smelter lainnya, maka diharapkan kedepannya sektor industri pengolahan di Sulawesi Tenggara dapat kembali tumbuh positif sekaligus mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di sektor-sektor lainnya Sektor Perdagangan Besar Dan Eceran Sejalan dengan membaiknya kinerja ekspor dan meningkatnya impor, kinerja sektor perdagangan besar dan eceran di periode laporan tumbuh sebesar 8,55% (yoy), terakselerasi dibanding periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 8,03% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong cukup tingginya pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran di periode pelaporan diantaranya adalah akibat meningkatnya aktivitas perdagangan antar pulau. Impor Total KPBC Kendari KPBC Pomalaa 12,000 Volume dalam ton Jumlah Roda 2 Jumlah Roda 4 Growth Roda 2 (YoY) Growth Roda 4 (YoY) , , , , , Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber: KP Bea Cukai Grafik 1.21 Volume Impor Barang Sumber: Dispenda Prov. Sultra Grafik 1.22 Penjualan Kendaraan Bermotor Kondisi tersebut terkonfirmasi dari meningkatnya volume impor barang Sulawesi Tenggara, terutama komponen mesin smelter. Relatif tingginya kinerja sektor perdagangan besar dan eceran tidak lepas dari faktor realisasi pembangunan smelter di Sulawesi Tenggara yang didorong oleh kebutuhan untuk mendatangkan barang antara berupa komponen pendukung pembuatan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral. Disamping itu, peningkatan jumlah arus bongkar dan arus muat yang masing-masing tumbuh sebesar 32,47% (yoy) dan 146,52% (yoy) juga mengindikasikan peningkatan kinerja dari sektor perdagangan besar dan eceran khususnya komoditas bahan pangan yang dikirim ke luar Sulawesi Tenggara di periode triwulan IV

30 Ribu Ribu Ribu Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah Jumlah Arus Bongkar (T/M3) Growth (YoY) Jumlah Arus Muat (T/M3) Growth (YoY) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4-4 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber: Pelido IV Kendari Sumber: Pelido IV Kendari Grafik 1.23 Jumlah Barang Dibongkar Grafik 1.24 Jumlah Barang Dimuat Sektor Konstruksi Pada triwulan IV 2014, sektor konstruksi tumbuh sebesar 9,78% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 11,44% (yoy). Meskipun demikian, sektor ini masih memberikan andil yang cukup besar pada perekonomian daerah karena untuk tahun 2014 sektor ini dapat tumbuh sebesar 12,61% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan melambatnya aktivitas investasi di Sulawesi Tenggara dan terlihat juga dari perlambatan kredit sektor konstruksi di triwulan IV Nominal Konstruksi (Miliar) Growth Konstruksi (YoY) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 3 25% 2 15% 1 5% 1,600 1,400 1,200 1, Produksi Growth (QtQ) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber: LB Bank Umum, BI Grafik 1.25 Kredit Sektor Konstruksi Sumber: Asosiasi Semen Grafik 1.26 Konsumsi Semen Tingginya pertumbuhan dan andil sektor konstruksi terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara tidak lepas dari dampak atas diberlakukannya UU Minerba No. 4 tahun 2009 terkait pelarangan aktivitas ekspor mineral mentah, sehingga hal tersebut mendorong beberapa pelaku usaha tambang mendirikan smelter. Di samping itu, fokus pemerintah atas lanjutan pengembangan infrastruktur beberapa kota/kabupaten seperti konstruksi gedung perkantoran dan beberapa realisasi proyek swasta terkait konstruksi beberapa hotel dan komplek perumahan juga turut mendorong perkembangan pertumbuhan sektor konstruksi di triwulan IV

31 Ribu Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan hasil liaison dengan beberapa instansi terkait, diperkirakan kondisi tersebut akan berlangsung secara berkesinambungan selama rentang tahun 2014 hingga tahun Disamping itu, terdapat beberapa hal lain yang turut mengkonfirmasi akselerasi pertumbuhan sektor konstruksi adalah tingginya pertumbuhan kredit perumahan/ruko pada perbankan yaitu 13,75% (yoy) menjadi sebesar Rp 110,86 Milyar (Tabel 1.4), serta pertumbuhan kredit sektor konstruksi yang pada periode laporan tercatat tumbuh cukup tinggi sebesar 9,32% (yoy) (grafik 1.29). Tabel 1.4 Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 KPR KPA sampai tipe 70 1,527 5,279 18,401 42,276 60,541 39,090 18,910 19,789 KPR KPA diatas tipe 70 6,337 4,870 7,868 6,494 7,614 10,860 11,147 11,214 Konsumsi - Ruko dan Rukan 25,950 19,860 34,073 48,693 52,345 65,057 71,208 79, Sektor Transportasi Dan Pergudangan Sektor transportasi dan pergudangan Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh terakselerasi sebesar 6,3 (yoy) pada triwulan IV 2014 setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar 3,7 (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan yang terjadi di triwulan IV terkonfirmasi oleh peningkatan jumlah penumpang bandara yang mengalami peningkatan sebesar 4,9% (yoy). Kenaikan jumlah penumpang tidak lepas dari penambahan jumlah rute penerbangan baru dari dan menuju Kendari oleh beberapa maskapai penerbangan. 300 Jumlah Penumpang Growth (YoY) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber: Bandar Udara Haluoleo Grafik 1.27 Arus Penumpang Pesawat Udara Disamping itu, penambahan jadwal penerbangan juga turut menjadi faktor yang mendorong tumbuhnya kinerja sektor transportasi dan pergudangan Sulawesi Tenggara di triwulan IV Lebih lanjut, banyak momen hari libur nasional serta hari libur panjang (long weekend) selama rentang periode triwulan IV juga turut menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan jumlah arus penumpang bandara. 20

32 Triliun Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah Sektor Jasa Keuangan (G) Total Kredit (G) Kredit Modal Kerja (G) Kredit Investasi (G) Kredit Konsumsi Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Nominal (Triliun) Growth (YoY) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q % 4 35% 3 25% 2 15% 1 5% Sumber: LB Bank Umum, BI Grafik 1.28 Kredit Perbankan Sumber: LB Bank Umum, BI Grafik 1.29 Aset Perbankan Sektor jasa keuangan merupakan salah satu sektor yang tercatat mengalami laju pertumbuhan tertinggi. Pada triwulan IV 2014 sektor keuangan tercatat tumbuh terakselerasi sebesar 12,22% (yoy) dibanding laju pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,39% (yoy). Meski di triwulan IV tercatat tumbuh terakselerasi, namun secara keseluruhan tahun 2014, sektor jasa keuangan justru tercatat tumbuh melambat sebesar 9,44% (yoy) apabila dibandingkan posisi di tahun 2013 sebesar 14,16% (yoy). Perlambatan kinerja yang terjadi di sektor keuangan diperkirakan diantaranya didorong oleh melemahnya kinerja sektor perbankan di Sulawesi Tenggara sebagai bentuk dampak tidak langsung atas perkembangan kinerja sektor tambang. Tren perlambatan ekonomi di sektor keuangan yang terjadi di periode laporan didukung dengan perlambatan pertumbuhan kredit di Sulawesi Tenggara, baik itu pada kredit investasi, kredit konsumsi maupun kredit modal kerja. Lebih lanjut, kredit investasi tercatat mengalami penurunan meski yang cukup dalam selama rentang periode triwulan II sampai dengan triwulan IV Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan aset perbankan di Sulawesi Tenggara tercatat mengalami perlambatan apabila dibandingkan dengan tren yang ada sebelumnya dan turut menahan laju perkembangan kinerja ekonomi sektor keuangan di periode laporan. Dari data laporan bank umum, aset perbankan di Sulawesi Tenggara di triwulan IV 2014 tercatat sebesar Rp 17,74 Triliun atau tumbuh melambat sebesar 5,84% (yoy) apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,05% (yoy). Meskipun demikian, kinerja perbankan dalam melakukan penghimpunan dana dari pihak ketiga dan proses penyaluran kredit diketahui masih tumbuh positif cukup tinggi dan memberikan kontirbusi positif atas perkembangan kinerja ekonomi Sulawesi Tenggara, hal tersebut dikarenakan oleh meningkatnya penyaluran kredit usaha dalam berbagai jenis produk serta 21

33 Ribu Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah kredit perumahan dengan persyaratan yang relatif mudah, serta meningkatnya penyaluran KUR dan UMKM Sektor Lainnya Perkembangan sektor listrik dan gas di triwulan IV 2014 tercatat tumbuh positif berada pada level yang relatif tinggi sebesar 18,58% (yoy). Meskipun tercatat tumbuh cukup tinggi di triwulan IV 2014, namun secara keseluruhan tahun 2014 sektor listrik dan gas tercatat tumbuh melambat yakni sebesar 10,6 (yoy) apabila dibandingkan laju pertumbuhan tahun 2013 yang tercatat sebesar 13,64% (yoy). Relatif rendahnya tingkat pertumbuhan sektor listrik dan gas juga terkonfirmasi dari data konsumsi listrik yang menunjukan terjadinya penurunan jumlah konsumsi listrik di area kota Kendari pada periode laporan ,200 15% Konsumsi Listrik (MW) Growth (YoY) Konsumsi Air Rumah Tangga Growth (YoY) 80 25% ,000 5% % % % -15% TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV - -25% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber: PLN Area Kendari Grafik 1.30 Perkembangan Konsumsi Listrik Sumber: PDAM Area Kendari Grafik 1.31 Perkembangan Konsumsi Air Sejalan dengan hal itu, sektor pengadaan air juga tercatat tumbuh melambat di periode laporan yakni sebesar 6,25% (yoy) apabila dibandingkan laju pertumbuhan di periode sebelumnya yang tercatat sebesar 7,25% (yoy). Perlambatan pertumbuhan di sektor pengadaan air juga terkonfirmasi dari penurunan laju pertumbuhan konsumsi air PDAM di kota Kendari yang pada periode laporan tercatat sebesar sebesar 10,71% (yoy). Penurunan jumlah konsumsi air diantaranya disebabkan oleh penurunan jumlah pemasangan sambungan air baru di kota Kendari di triwulan IV

34 Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah BOKS 1 PDRB PROVINSI SULAWESI TENGGARA TD 2010 Pada bulan Februari 2015, Badan Pusat Statistik (BPS) PDRB dengan tahun dasar baru yaitu tahun dasar Perubahan tahun dasar 2010 kali ini berbeda dengan sebelumnya, karena selain merubah harga tahun dasar, pada saat yang bersamaan juga mengimplementasikan rekomendasri Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait konsep, cakupan dan metodologi yang tertuang dalam System of National Account 2008 (SNA 2008). Akibat perubahan tahun dasar tersebut PDRB sisi penawaran yang semula terdiri dari 9 sektor berubah menjadi 17 sektor. Sementara itu jika dilihart dari sisi pengeluaran yang semula terdiri dari 7 sektor berubah menjadi 8 sektor dengan penambahan sektor Net Ekspor Antar Daerah. JASA - JASA 12% KEUANGAN, DLL 6% PERTANIAN 29% PENGANGKUTA N 9% PHR 2 KONSTRUKSI LISTRIK, DLL 1 1% TAMBANG 7% INDUSTRI PENGOLAHAN 6% Grafik 1. Pangsa Sektoral Tahun 2014 (berdasarkan TD 2000) Industri Pengolahan 6% Pengadaan Air Konstruksi 12% Pengadaan Listrik, Gas Pertambangan dan Penggalian 2 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 12% Transportasi dan Pergudangan 4% Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1% Informasi dan Komunikasi 2% Real Estate 2% Jasa Perusahaan Jasa Keuangan 2% Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 26% Jasa lainnya 1% Jasa Pendidikan 5% Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1% Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6% Grafik 2. Pangsa Sektoral Tahun 2014 (berdasarkan TD 2010) 23

35 Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Sulawesi Tenggara untuk tahun 2014 berdasarkan tahun dasar 2010 adalah sebesar Rp 78,62 triliun, berbeda jika menggunakan tahun dasar 2000 yang tercatat sebesar Rp 44,81 triliun. Sementara itu PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2014 jika menggunakan tahun dasar 2010 tercatat sebesar Rp 68,29 triliun sedangkan jika berdasarkan tahun dasar 2000 tercatat sebesar Rp 15,98 triliun dalam Miliar dalam Miliar tahun dasar 2000 tahun dasar 2010 tahun dasar 2000 tahun dasar 2010 Grafik 3. Perbandingan PDRB ADHB Grafik 4. Perbandingan PDRB ADHK Akibat terjadinya perubahan besaran pertumbuhan ekonomi. Apabila menggunakan tahun dasar 2010 tercatat pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2014 sebesar 6,26% (yoy) sementara apabila menggunakan tahun dasar 2000 maka pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 6,02% (yoy) 14,0 12,0 10,63% 11,65% 10,0 8,0 8,96% 10,56% 7,51% 6,26% 6,0 4,0 7,39% 6,02% 2,0 0, tahun dasar 2000 tahun dasar 2010 Grafik 5. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Sultra 24

36 Keuangan Pemerintah Bab 2 Meskipun kondisi perekonomian selama tahun 2014 menunjukkan perlambatan, namun kinerja keuangan pemerintah provinsi menunjukkan peningkatan baik dari sisi pendapatan maupun pengeluaran. Realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 101,95%, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun 2013 sebesar 100,88%. Demikian pula dengan penyerapan anggaran belanja Provinsi Sulawesi Tenggara pada 2014 mencapai 85,21%, meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 83,28% 25

37 Bab 2 Keuangan Pemerintah 2.1 STRUKTUR ANGGARAN Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, peningkatan nilai APBD Provinsi Sulawesi Tenggara diikuti dengan perubahan struktur pada bagian pendapatan maupun belanja. Dari sisi pendapatan, pangsa pendapatan transfer pada tahun 2014 mencapai 71%, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang mencapai 74% (Grafik 2.1). Hal ini menunjukkan tingkat ketergantungan daerah kepada anggaran pusat semakin menurun. Meskipun demikian, secara nominal anggaran pendapatan transfer meningkat sebesar 6,73% (yoy) atau bertambah sebesar Rp97,83 miliar dari anggaran tahun Selain itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) di tahun 2014 menunjukkan perkembangan yang semakin baik dengan peningkatan sebesar 8,56% (yoy). Sementara itu, dari sisi belanja, sejak tahun 2013, porsi belanja modal modal mengalami peningkatan dan pada tahun 2014 mencapai 27%. Secara nominal, belanja modal meningkat sebesar 28,5% (yoy) atau mencapai Rp533 miliar. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa komitmen pemerintah daerah Sulawesi Tenggara untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur daerah. Rp triliun 2,50 2,00 Rp1,81 T Rp1,97 T Rp2,72 T Rp triliun 2,50 2,00 Rp1,71 T Rp1,81 T Rp2,09 T 1,50 1,00 0,50 - Rp1,06 T 68% 32% Rp1,29 T 66% 27% Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Transfer Pendapatan Lain-Lain yang Sah 72% 24% 74% 26% 71% 25% 1,50 1,00 0,50 - Rp1,33 T 12% Rp1,12 T 24% 27% 26% 21% 82% 72% 69% 64% 64% Belanja Operasi Belanja Modal Transfer Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik 2.1. Perkembangan dan Porsi Realisasi Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik 2.2. Perkembangan dan Porsi Realisasi Belanja APBD Sulawesi Tenggara 2.2 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN Realisasi pendapatan Sulawesi Tenggara terhadap anggaran pada tahun 2014 lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode tahun Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 mampu mencapai 101,95% dari target dalam APBD, lebih tinggi 26

38 Bab 2- Keuangan Pemerintah dibandingkan dengan pencapaian tahun 2013 yang sebesar 100,88% (Tabel 2.1). Peningkatan capaian tersebut terutama karena komponen Pendapatan Transfer mencapai 101,52% dari target dan komponen Pendapatan Lain-Lain yang Sah mencapai 183,6% dari target. Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara yang berasal dari transfer Pemerintah Pusat naik cukup signifikan pada tahun Pada periode laporan tercatat dana transfer ke Sulawesi Tenggara mencapai Rp 1,54 triliun, meningkat sebesar 6,73% (yoy). Peningkatan pendapatan transfer pada tahun 2014 yang diterima Provinsi Sulawesi Tenggara terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp 1,05 triliun atau setara dengan 67,99% dari total Dana Transfer ke Sulawesi Tengara di tahun Tabel 2.1. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi Tenggara U R A I A N Realisasi (Miliar Rp) APBD 2012 Serap (%) Realisasi (Miliar Rp) APBD 2013 APBD 2014 Serap (%) Realisasi (Miliar Rp) Serap (%) PENDAPATAN 1.811,98 97, ,13 100, ,20 101,95 PENDAPATAN ASLI DAERAH 439,18 80,48 511,43 101,76 555,24 97,38 Pendapatan Pajak Daerah 336,93 118,10 408,11 108,63 413,20 88,39 Hasil Retribusi Daerah 19,16 94,46 24,47 101,12 18,29 79,38 Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 25,05 99,59 23,84 100,09 23,32 97,15 Lain-lain PAD 58,04 27,00 55,01 69,73 100,43 180,47 PENDAPATAN TRANSFER 1.308,77 99, ,90 100, ,73 101,52 Transfer Pemerintah Pusat 1.019,75 101, ,90 101, ,02 101,96 Dana Bagi Hasil Pajak 69,71 81,87 67,21 99,95 62,48 104,06 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 45,49 238,32 59,38 149,30 61,15 153,76 Dana Alokasi Umum 869,88 99,96 981,04 100, ,64 100,00 Dana Alokasi Khusus 34,66 100,00 53,27 100,00 58,75 100,00 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 289,02 95,43 291,00 96, Dana Otonomi Khusus ,71 99,82 Dana Penyesuaian 289,02 95,43 291,00 96,28 313,71 99,82 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 64,03-5,80 100,00 73,23 183,60 Pendapatan Hibah 63,66-5,80 100,00 39,89 100,00 Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya 0, ,35 - Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Sejalan dengan peningkatan pendapatan daerah Sulawesi Tenggara, Pendapatan Asli Daeah (PAD) juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. PAD tahun 2014 tercatat sebesar Rp 555,23 miliar, tumbuh sebesar 8,56% (yoy). Meskipun demikian, realisasi pencapaian PAD hanya mencapai 97,38% dari anggaran semula. Hal tersebut disebabkan adanya penurunan Hasil Retribusi Daerah sebesar 25,26% (yoy). Kondisi sektor pertambangan yang mengalami kontraksi turut memperlemah kinerja sektor pengangkutan dan sektor perdagangan. Dengan demikian, sumber retribusi pemerintah juga terkena dampak dari kondisi tersebut. 27

39 Bab 2 Keuangan Pemerintah REALISASI ANGGARAN BELANJA Seiring dengan kinerja di sisi pendapatan, penyerapan belanja APBD Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 juga lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi anggaran Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 mencapai 85,21% dari target, lebih tinggi daripada kinerja tahun 2013 yang hanya mampu merealisasikan anggaran sebesar 83,28%. Peningkatan kinerja keuangan pemerintah terutama didorong peningkatan daya serap belanja operasi dan belanja modal. Belanja operasi telah direalisasikan sebesar 91,62% dan secara nominal meningkat sebesar 14,47% (yoy). Tabel 2.2 Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara U R A I A N Realisasi (Miliar Rp) APBD 2012 APBD 2013 APBD 2014 Serap (%) Realisasi (Miliar Rp) Serap (%) Realisasi (Miliar Rp) Serap (%) BELANJA 1.714,90 87, ,82 83, ,45 85,21 BELANJA OPERASI 1.406,35 92, ,34 87, ,74 91,62 Belanja Pegawai 493,81 90,54 493,85 85,02 517,03 89,75 Belanja Barang 275,04 90,40 259,29 87,20 362,83 89,33 Belanja Bunga 14,76 50,75 18,33 62,56 22,63 88,58 Belanja Hibah 390,19 96,03 295,63 96,21 324,56 99,33 Belanja Bantuan Keuangan 232,53 96,82 96,25 86,39 104,70 87,98 BELANJA MODAL 204,20 49,36 430,71 71,39 553,49 76,07 Belanja Tanah 5,18 49,59 1,93 6,93 26,00 61,39 Belanja Peralatan dan Mesin 21,25 89,68 39,48 81,38 38,40 77,64 Belanja Bangunan dan Gedung 69,03 89,17 45,15 80,46 160,07 80,59 Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan 107,46 36,42 343,49 73,06 328,43 75,32 Belanja Aset Tetap Lainnya 1,29 18,13 0,65 97,31 0,59 50,27 BELANJA TIDAK TERDUGA 0,09 0,66 3,95 35, Belanja Tak Terduga 0,09 0,66 3,95 35, TRANSFER 104,26 100,00 214,81 90,96 203,22 81,39 Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota 104,26 100,00 214,81 90,96 203,22 81,39 Bagi Hasil Pajak 104,26 100,00 214,81 90, Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Sementara itu, belanja modal penyerapannya masih rendah pada tahun 2014 namun mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi pos belanja modal sampai akhir 2014 mencapai Rp553,49 miliar, meningkat sebesar 28,5 (yoy) terutama pada pembangunan bangunan dan gedung. Sementara itu, belanja modal untuk infrastruktur secara nominal mengalami penurunan sebesar 4,34% (yoy). Sementara itu dari data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Daerah (LKPP), kinerja keuangan per bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan perkembangan yang baik sampai dengan realiasi bulan November Namun pada akhir tahun realisasi anggaran belanja tidak dapat tercapai karena progres fisik pembangunan maupun pengadaan barang 28

40 Bab 2- Keuangan Pemerintah yang belum selesai. Hal tersebut juga dipengaruhi keterlambatan proses pelelangan barang dan jasa pada triwulan I 2014 yang berimbas pada kinerja keseluruhan tahun , , ,48% Target Realisasi 10,58% 31,5 26,7 49,93% 47,43% Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Grafik 2.3. Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara 86,32% Bulan ,18% Target Realisasi 43,59% 12,42% 66,93% 28,83% 2,67% Bulan Sumber: : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa 74,22% Grafik 2.4. Perkembangan Penyelesasian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara 29

41 Bab 2 Keuangan Pemerintah BOKS 2 STRUKTUR APBD PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 Pada tanggal 19 Desember 2014, DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara menyetujui Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Anggaran Dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Tahun Anggaran 2015 ditetapkan menjadi Perda. Disahkannya APBD pada akhir tahun mendorong realisasi anggaran dan proses pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan lebih cepat. Sesuai Perda APBD Sulawesi Tenggara tahun 2015 tersebut, total anggaran pendapatan mencapai Rp2,263 triliun, meningkat sebesar 3,89% dari realisasi tahun Dari total pendapatan tersebut, sebanyak 58,4% merupakan pendapatan transfer (dana perimbangan), 23,6% merupakan pendapatan asli daerah, dan sisanya adalah dana penyesuaian dan otonomi khusus. Total Pendapatan Rp2.263,04 miliar 23,6% Pendapatan Asli Daerah Rp533,10 miliar Rp408,18 miliar 18, Dana Penyesuaian dan Otsus Rp1.321,76 miliar 58,4% Dana Perimbangan Rp405,6 miliar Rp18,33 miliar Rp24,00 miliar Rp85,16 miliar Rp71,84 miliar Rp1.176,4 2 miliar Rp73,49 miliar Pajak Daerah Retribusi Daerah Pengelolaan Kekayaan Lain-Lain Bagi Hasil DAU DAK Gambar 1. Struktur Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara 2015 Sementara itu untuk anggaran belanja pada tahun 2015 mencapai Rp2.321,89 miliar, meningkat sebesar 11,89% (yoy) dari realiasi belanja tahun Dari anggaran belanja tersebut, sebanyak 57,54% diperuntukkan dalam pos Belanja Tidak Langsung, sementara 42,46% merupakan anggaran Belanja Langsung. Adapun pangsa belanja modal dalam struktur APBD 2015 mencapai 25,51%. Meskipun pangsa belanja modal lebih kecil daripada APBD 2014 namun secara nominal anggaran belanja modal meningkat sebesar 7,05% (yoy). 30

42 Bab 2- Keuangan Pemerintah Total Belanja Rp2.321,89 miliar Belanja Tidak Langsung Rp1.336,12 miliar 57,54% 42,46% Rp985,77 miliar Belanja Langsung Rp534,85 miliar Rp801,27 miliar Rp58,76 miliar Rp334,47 miliar Rp529,53 miliar Belanja Pegawai Belanja Non Pegawai Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Gambar 2. Struktur Belanja APBD Sulawesi Tenggara 2015 Belanja Modal 23,03% 34,5 2,53% 14,4 25,51% ,08% 81,81% 68,97% 26,62% 35,38% 18,61% 16,68% 16,0 33,02% 19,74% 22,31% 4,93% 2,65% 11,18% 0,21% 7,05% B E L A N J A B E L A N J A P E G A W A I B E L A N J A N O N P E G A W A I B E L A N J A P E G A W A I L A N G S U NG -11,86% -12,63% B E L A N J A B A R A N G D A N J A S A B E L A N J A M O D A L Gambar 3. Grafik Peningkatan Anggaran Tiap Pos Belanja (%, yoy) 31

43 Bab 2 Keuangan Pemerintah Halaman Ini Sengaja Dikosongkan 32

44 Inflasi Daerah Bab 3 Secara agregat, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 mengalami peningkatan, dari 1,85% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 8,45% (yoy). Kenaikan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan meningkatnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Peningkatan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food. Komponen administered prices menjadi faktor terbesar yang mendorong peningkatan pada periode tersebut disebabkan oleh kebijakan kenaikan harga BBM bersubdisi dan TTL. Sementara itu, pasokan bahan makanan seperti komoditas cabai merah dan ikan laut tangkap juga mengalami kendala seiring dengan meningkatnya curah hujan dan tingginya gelombang laut. Meskipun demikian, pemerintah daerah tetap berupaya mengendalikan inflasi melalui TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) yang sudah terbentuk. 33

45 Bab 3 Inflasi Daerah 3.1 KONDISI UMUM Berdasarkan rilis inflasi yang dikeluarkan oleh BPS mengenai tingkat inflasi Kota Kendari dan Kota Baubau, menunjukkan bahwa tingkat inflasi secara agregat provinsi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 8,45% (yoy) pada triwulan IV Angka inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan laju laju inflasi di periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,83% (yoy). Kenaikan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan meningkatnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Laju inflasi Kota Kendari di triwulan IV 2014 tercatat sebesar 7,4 (yoy), meningkat cukup tinggi bila dibandingkan dengan laju inflasi di triwulan III 2014 sebesar 1,05% (yoy). Meskipun tercatat cukup tinggi, namun realisasi inflasi kota Kendari tersebut tercatat masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional (8,36%, yoy). Disisi lain, laju inflasi kota Baubau di triwulan IV 2014 tercatat sebesar 11,37% (yoy), meningkat cukup tinggi dibandingkan laju inflasi di triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 1,83% (yoy). 12% 1 8% Inflasi Nasional ( yoy) Inflasi Kendari (yoy) Inflasi Baubau (yoy) Inflasi Sultra ( yoy) 11,37% %, yoy 7,4 11,37% 8,45% 8,36% 8,31% 8,48% 6% 7,4 4% 2% Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2014 IHK Inflasi Kendari IHK Inflasi Baubau IHK Inflasi Sultra IHK Inflasi Nasional IHK Inflasi IHK Inflasi Sulampua KTI Sumber: BPS Prov Sultra (diolah) Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara Sumber: BPS Prov Sultra (diolah) Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Tingginya laju inflasi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau turut disebabkan oleh fenomena nasional yakni naiknya harga BBM bersubsidi. Di Kota Kendari, kelompok transportasi dan komunikasi di Kota Kendari mengalami laju inflasi tertinggi yakni sebesar 12,5 (yoy), diikuti kelompok perumahan sebesar 8,55% (yoy) dan kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 6,69% (yoy). Sedikit berbeda dengan kondisi di Kota Kendari, tingkat inflasi di Kota Baubau secara dominan didorong oleh pergerakan tingkat inflasi kelompok bahan makanan sebesar 17,02% (yoy), sementara kelompok transportasi mengalami inflasi sebesar 5,71% (yoy). 1 Seluruh angka inflasi Sulawesi Tenggara merupakan perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara berdasarkan data inflasi Kota Kendari yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi Sulawesi Tenggara dan inflasi Kota Baubau yang dikeluarkan oleh BPS Kota Baubau 34

46 Bab 3- Inflasi Daerah Secara bulanan, tingkat inflasi Sulawesi Tenggara selama di triwulan IV 2014 tercatat mengalami laju inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi di periode triwulan III Selama periode triwulan IV 2014 tersebut, inflasi agregat Provinsi Sulawesi Tenggara yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,29% (mtm) pada bulan Oktober, 1,68% (mtm) pada bulan November dan 3,29% (mtm) pada bulan Desember. Terlihat bahwa kenaikan laju inflasi mulai terjadi di bulan November 2014 dimana pada tanggal 18 November 2014 pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Tren peningkatan inflasi juga berlanjut di bulan Desember 2014, dimana kenaikan harga BBM bersubsidi telah memberikan dampak maksimal atas pembentukan tarif transportasi dan harga komoditas lainnya di Sulawesi Tenggara. Kondisi tersebut sejalan dengan peningkatan laju inflasi Kota Kendari selama periode triwulan IV Setelah deflasi yang terjadi di bulan Agustus dan September 2014, Kota Kendari tercatat mengalami kenaikan tingkat inflasi. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS Prov. Sultra, diketahui Kota Kendari tercatat mengalami inflasi sebesar 0,18% (mtm) di bulan Oktober, 1,67% (mtm) di bulan November dan sebesar 3,27% (mtm) di bulan Desember. (grafik 3.3) %, mtm 3,67% Tw IV'14 Oct'14 Nov'14 Dec'14 1,82% -0,11% -0,13% 0,18% 1,67% (1.22) Jul Aug Sep Oct Nov Dec Tw III TW IV Sumber: BPS Prov Sultra Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari Triwulan IV (yoy,%) Rata-rata Inflasi Tw IV Okt'14 (mtm,%) Rata-rata Inflasi Okt' Nov'14 (mtm,%) Rata-rata Inflasi Nov' Des'14 (mtm,%) Rata-rata Inflasi Des' Sumber: BPS Prov Sultra (diolah) Grafik 3.4 Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari Sumber: BPSProv Sultra (diolah) Tabel 3.1 Inflasi Kota Kendari (mtm) Per Kelompok Kelompok Jul'14 Aug'14 Sep'14 Oct'14 Nov'14 Dec'14 Bahan Makanan 5,79% -1,06% -1,62% -0,12% 2,39% 1,87% Makanan Jadi 1,29% -0,01% 0,26% 0,11% 0,39% 0,53% Perumahan 0,52% 0,55% 0,93% 1,02% 0,59% 3,79% Sandang 1,5-0,61% -0,51% -0,6-0,94% 1,48% Kesehatan 1,26% 0,01% -0,05% 0,45% 0,18% 1,5 Pendidikan & Kesehatan 0,02% 0,24% 0,39% 0,08% 0,18% 1,07% Transportasi & Komunikasi 0,35% 0,16% -0,03% -0,21% 4,46% 6,88% Inflasi (mtm) 1,82% -0,11% -0,13% 0,18% 1,67% 3,27% 35

47 Bab 3 Inflasi Daerah Adapun secara triwulanan, inflasi agregat Sulawesi Tenggara mencapai 5,33% (qtq) pada triwulan IV 2014, lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 1,78% (qtq). Hal ini berbeda dengan kondisi pada tahun 2013, dimana pada triwulan IV inflasi secara qtq cenderung mengalami penurunan karena sudah berlalunya masa bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, tingginya laju inflasi triwulanan di Sulawesi Tenggara disebabkan oleh meningkatnya laju inflasi pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 11,72% (qtq), diikuti oleh kelompok perumahan sebesar 5,34% (qtq), dan kelompok bahan makanan sebesar 4,48% (qtq). Hal tersebut masih didorong oleh naiknya indeks harga pada komoditas BBM bersubsidi yakni solar dan bensin yang memberikan dampak langsung dan tidak langsung pada pembentukan indeks harga komoditas lainnya. Kondisi tersebut didukung oleh kenaikan tingkat inflasi di Kota Kendari yang tercatat sebesar 5,19% (qtq) di triwulan IV setelah di triwulan III tercatat mengalami inflasi sebesar 1,58% - qtq (tabel 3.2). Tingginya tingkat inflasi triwulanan Kota Kendari didorong oleh kenaikan tingkat inflasi pada kelompok transportasi & komunikasi sebesar 5,19% (qtq) dan inflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 4,18% (qtq). Tabel 3.2 Inflasi Kota Kendari (qtq) Per Kelompok Inflasi IHK (qtq) I II III IV I II III IV Bahan Makanan 0,24% 1,06% 9,09% -5,15% -4,69% 4,34% 2,98% 4,18% Makanan Jadi 0,65% 0,96% 1,7 0,55% 0,82% 1,01% 1,54% 1,04% Perumahan 0,88% 6,16% 0,96% 0,79% 0,76% 0,12% 2,01% 5,48% Sandang -1,03% -7,11% 1,65% -1,31% 0,48% -0,34% 0,36% -0,08% Kesehatan 1,58% 0,1 0,02% 1,04% 1,05% 0,88% 1,22% 2,13% Pendidikan & Kesehatan 0,66% -0,05% 0,42% 0,11% 0,08% 0,3 0,66% 1,33% Transportasi & Komunikasi -0,96% 4,77% 13,56% 0,19% -0,21% 0,7 0,48% 11,42% Inflasi (qtq) 0,18% 1,96% 5,23% -1,2-0,76% 1,28% 1,58% 5,19% Sumber: BPSProv Sultra (diolah) 3.2 DISAGREGASI INFLASI 2 Peningkatan tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014, terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food. Komponen administered prices menjadi faktor terbesar yang mendorong peningkatan pada periode tersebut. Peningkatan inflasi di kelompok tersebut sudah terjadi sejak bulan Oktober 2014, dimana terdapat kebijakan peningkatan tarif tenaga listrik (TTL). Pada bulan tersebut, peningkatan tarif 2 Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi noninti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. 36

48 Bab 3- Inflasi Daerah listrik di Kota Kendari mencapai 4,71% (mtm) dan di Kota Baubau sebesar 4,27% (mtm). Selain itu, pada bulan tersebut tercatat pula kenaikan harga rokok kretek dan rokok putih di Kota Kendari masing-masing sebesar 1,45% (mtm) dan 0,63% (mtm) yang turut memberikan sumbangan inflasi di komponen administered prices. Selanjutnya, tekanan inflasi dari komponen administered prices semakin tinggi di bulan November 2014 seiring dengan kebijakan peningkatan harga BBM bersubsidi pada tanggal 18 November Sejak tanggal tersebut, harga bensin premium naik dari Rp6.500 menjadi Rp8.500 dan harga komoditas solar dari Rp5.500 menjadi Rp Kenaikan Rp2.000 pada kedua komoditas tersebut telah memicu terjadinya kenaikan tarif angkutan darat dalam kota untuk perorangan oleh para pelaku usaha yaitu dari yang semula Rp4.000 menjadi Rp Berdasarkan analisis sebelumnya, dampak kenaikkan harga BBM bersubsidi masing-masing sebesar Rp. 2,000,-/Liter akan mendorong kenaikkan tingkat inflasi di kota Kendari sebesar 2,85%, yang mana angka tersebut terbentuk dari dampak langsung atas kenaikkan harga bensin dan solar sebesar 1,27%, dampak tidak langsung atas komoditas tarif angkutan sebesar 1,05% dan dampak tidak langsung atas inflasi inti dan inflasi volatile food sebesar 0,53%. Adapun pada bulan November tersebut, komoditas bensin dan komoditas solar di Kota Kendari mengalami peningkatan sebesar 13,25% (mtm) dan 15,77% (mtm), sementara komoditas bensin dan solar di Kota Baubau tercatat mengalami inflasi sebesar 13,44% (mtm) dan 15,77% (mtm). Kondisi tersebut juga masih berlanjut di bulan Desember 2014, dimana komoditas bensin dan komoditas solar di Kota Kendari mengalami peningkatan sebesar 13,46% (mtm) dan 17,79% (mtm). Sementara di Kota Baubau, bensin dan solar masing-masing mengalami kenaikan sebesar 15,38% (mtm) dan 17,79% (mtm). Sebagai dampak kenaikan komoditas tersebut, tarif taksi juga tercatat mengalami kenaikan yang cukup tinggi yakni sebesar 26,92% (mtm). 15% Inflasi IHK (mtm) Volatile Food Administered Price Core 1 5% -5% Grafik 3.5. Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi 37

49 Bab 3 Inflasi Daerah Adapun untuk komponen volatile food, selama triwulan IV 2014 juga menunjukkan perkembangan harga yang meningkat, terutama pada bulan November dan Desember Beberapa komoditas volatile food di Kota Kendari yang mengalami peningkatan harga selama November 2014 antara lain sub-kelompok sayur-sayuran seperti komoditas daun singkong (21,69%, mtm) dan komoditas jagung manis (19,7, mtm). Disamping itu, dari sub kelompok bumbu-bumbuan, komoditas yang mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan adalah komoditas cabai rawit (45,13%, mtm). Peningkatan harga yang terjadi tersebut disebabkan oleh terhambatnya produksi, kenaikan biaya transportasi dan adanya faktor spekulan terutama di komoditas cabai rawit. Sementara itu, di Kota Baubau, tingginya gelombang laut selama rentang bulan November menyebabkan kelangkan stok ikan di pasaran yang pada akhirnya mendorong kenaikan indeks harga komoditas ikan segar di Kota Baubau. Kondisi tersebut terus berlanjut di bulan Desember 2014, sehingga di Kota Kendari terjadi peningkatan harga terutama pada sub-kelompok ikan segar seperti komoditas kerang (14,6, mtm) dan ikan tembang (13,37%, mtm). Disamping itu, dari sub kelompok bumbu-bumbuan, komoditas yang mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan adalah komoditas cabai rawit (39,64%, mtm) serta cabai merah (66,78%, mtm). Bahkan di Kota Baubau, komoditas cabai rawit meningkat sebesar 70,6 (mtm) dan cabai merah 64,66% (mtm). Sementara itu, untuk perkembangan komponen inflasi inti (core inflation) di Sulawesi Tenggara juga menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh adanya penyesuaian harga terkait dengan biaya energi dan biaya transportasi yang juga meningkat. Beberapa komoditas yang mengalami penyesuaian harga diantaranya adalah bahan bangunan dan bahan makanan. Selama triwulan IV 2014 di Kota Kendari, kelompok makanan jadi berturut-turut mengalami peningkatan sebesar 0,11% (mtm) di bulan Oktober, 0,39% (mtm) di bulan November dan 0,53% (mtm) di bulan Desember. Sementara itu untuk kelompok perumahan juga mengalami peningkatan sebesar 1,02% (mtm) di bulan Oktober, 0,59% (mtm) di bulan November dan 3,79% (mtm) di bulan Desember. 3.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Dalam rangka mengendalikan inflasi di tahun 2014, TPID telah mengindentifikasi permasalahan terkait dengan implementasi Penguatan Ketahanan Pangan Daerah dalam konteks UU No.18 Tahun 2012 tentang Pangan sebagai berikut: 1. Permasalahan produksi a) Sebagian komoditas pangan berasal dari luar wilayah Sulawesi Tenggara. b) Konversi lahan pertanian subur beririgasi teknis masih terus berlanjut. c) Terbatasnya fasilitas permodalan di pedesaan. 38

50 Bab 3- Inflasi Daerah d) Lambatnya penerapan teknologi. e) Adanya gangguan hama dan penyakit pada tanaman dan ternak. f) Keterbatasan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat. g) Sulitnya peningkatan produksi komoditas sayuran dan buah-buahan karena pemasaran yang belum terjamin. 2. Permasalahan distribusi a) Keterbatasan infrastruktur pelabuhan di Kendari. b) Keterbatasan infrastruktur jalan khususnya dari perbatasan Sulawesi Tenggara dengan Sulawesi Selatan. Mencermati permasalahan tersebut, terdapat beberapa upaya yang dilakukan seperti: 1. Upaya dalam mengatasi permasalahan produksi, antara lain: a) Optimalisasi program pemerintah dalam meningkatkan produksi komoditas pangan dan membangun kerja sama antara SKPD pelaksana dengan pihak-pihak terkait, b) Meningkatkan rasio land-man dengan mengeluarkan peraturan yang mengatur penyediaan lahan beririgasi abadi. c) Pengembangan dan pengenalan teknologi tepat guna dan peningkatan anggaran untuk keperluan riset dan pengembangan teknologi produksi serta pengolahan produk pangan. d) Penerapan teknologi budidaya tanaman dan ternak yang baik. e) Penyediaan anggaran dari pemerintah daerah untuk cadangan pangan pemerintah dan masyarakat. f) Pengembangan industri turunan hasil pertanian agar dapat menyerap produksi pertanian saat pasokan melimpah 2. Upaya dalam mengatasi permasalahan distribusi, antara lain: a) Peningkatan anggaran baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk perbaikan jalan rusak pada masing-masing jalan negara, provinsi dan kabupaten. (Usulan kepada Kementerian Pekerjaan Umum) b) Peningkatan produksi dalam daerah sehingga mengurangi ketergantungan pasokan dari luar yang sangat rentan terhadap cuaca.(usulan kepada Kementerian Pertanian) Selain itu, pada tahun 2014 sudah terbentuk 6 TPID baru di tingkat Kota/Kabupaten. Daerah yang sudah membentuk TPID tersebut adalah Kota Baubau, Kab. Wakatobi, Kab. Kolaka utara, Kab. Kolaka Timur, Kab. Kolaka dan Kab. Muna. Dengan demikian, sudah terdapat 1 TPID di tingkat provinsi dan 7 TPID di tingkat Kota/Kabupaten. Dengan terbentuknya TPID di kota/kabupaten, pengendalian inflasi lebih mudah dikoordinasikan dan disinergikan, terutama terkait dengan kelancaran produksi dan distribusi bahan makanan strategis. 39

51 Bab 3 Inflasi Daerah 2014 TPID Kab. Kolaka Utara 2014 TPID Kab.Kolaka Timur 2014 TPID Kab.Kolaka TPID Prov. Sultra TPID Kota Kendari TPID Kab.Muna 2014 TPID Kota Bau-Bau TPID Kab. Wakatobi Grafik 3.6. Lokasi Pembentukan TPID pada Tahun

52 Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Bab 4 Kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan IV 2014 mengalami perlambatan. Melambatnya kinerja sektor perbankan terlihat dari perlambatan penyaluran kredit maupun penghimpunan dana dari masyarakat. Meskipun demikian, resiko kredit perbankan di Sulawesi Tenggara masih terjaga bahkan dalam kondisi yang lebih baik daripada periode sebelumnya. Sejalan dengan perlambatan kinerja sektor perbankan, kondisi sistem keuangan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perlambatan, terlihat dari penurunan jumlah maupun nominal transaksi non tunai serta menurunnya pergerakan uang tunai. 41

53 Bab 4 Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran 4.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN Secara umum, perkembangan sistem keuangan terutama kinerja perbankan di Sulawesi Tenggara masih dalam keadaan yang baik meskipun mengalami perlambatan. Hal ini salah satunya terlihat dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan IV 2014 yang masih berada dalam tren yang melambat seiring dengan perekonomian Sulawesi Tenggara maupun nasional yang masih tumbuh terbatas. Perlambatan kinerja penghimpunan dana masyarakat didorong oleh pertumbuhan negatif giro (-5,11%, yoy) dan tabungan (-2,62%, yoy). Penurunan suku bunga dari 3,21% pada triwulan III menjadi 2,38% pada triwulan IV 2014 menjadi salah satu faktor penurunan DPK tersebut I II III IV I II III IV I II III IV 45% 4 35% 3 25% 2 15% 1 5% Dana Pihak Ketiga (miliar Rp) Growth yoy Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Grafik 4.1. Dana Pihak Ketiga di Perbankan Sulawesi Tenggara Intermediasi Perbankan Meskipun secara umum kondisi perekonomian mengalai perlambatan, namun kinerja intermediasi perbankan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 113,69% pada triwulan III 2014 menjadi 124,67% pada triwulan IV Peningkatan intermediasi ini diakibatkan oleh perlambatan pertumbuhan penghimpunan dana lebih besar dari perlambatan pada penyaluran kinerja kredit. Dari sisi penyaluran kredit, secara keseluruhan penyaluran kredit perbankan mengalami perlambatan terutama pada kredit investasi. Kredit investasi pada triwulan IV 2014 tercatat mengalami kontraksi sebesar 14,77% meningkat setelah pada triwulan III 2014 terkontraksi sebesar 11,19%. Perlambatan kredit investasi disebabkan oleh perlambatan yang tejadi pada perekonomian Sulawesi Tenggara. Hal ini juga terlihat dari perlambatan penyaluran kredit di sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor konstruksi. 42

54 Bab 4 Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran % % % 10 95% I II III IV I II III IV 35% 3 25% 2 15% 1 5% I II III IV I II III IV LDR growth DPK (yoy) growth Kredit (yoy) growth Kredit growth Modal Kerja growth Investasi growth Konsumsi Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Grafik 4.2. Kinerja Kredit, DPK dan LDR Grafik 4.3.Penyaluran Jenis Kredit Perbankan Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi Perlambatan kinerja kredit dipicu oleh terbatasnya pertumbuhan kinerja beberapa sektor utama Sulawesi Tenggara. Sektor utama yang menyebabkan perlambatan kinerja kredit yaitu sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor konstruksi. Kinerja penyaluran kredit sektor perdagangan besar dan eceran menunjukkan perlambatan dari 12,43% (yoy) pada triwulan III menjadi 11,64% (yoy) pada triwulan IV 2014 sejalan dengan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara. Meskipun demikian, ketahanan sektor perdagangan besar dan eceran mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini terlihat dari rasio NPL yang turun dari 4,77% (triwulan III 2014) menjadi 4,2 pada periode laporan. Pertanian Perikanan 150 Pertanian Perikanan Pertambangan & Penggalian Pengolahan 14% Pertambangan & Penggalian Pengolahan Konstruksi Perdagangan Konstruksi Perdagangan 12% % 50 6% 4% - I II III IV I II III IV 2% (50) I II III IV I II III IV (100) Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Grafik 4.4. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Grafik 4.5.NPL Kredit Sektor Utama Sementara itu, kinerja kredit sektor konstruksi tumbuh sebesar 9,32% (yoy), lebih rendah daripada triwulan sebelumnyaa yang tumbuh 14,31% (yoy). Ketahanan sektor ini juga mengalami tekanan pada triwulan IV 2014 dibanding dengan triwulan sebelumnnya. Hal ini 43

55 Bab 4 Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran terlihat dari rasio NPL yang naik dari 5,46% menjadi 5,55% pada triwulan IV Berdasarkan hasil liaison, penurunan kinerja kredit pada sektor konstruksi disebabkan pembangunan smelter yang dilakukan perusahaan tambang saat ini tidak lagi meminjam kredit dari perbankan namun beralih kepada menjalanin kerjasama dengan perusahaan asing Ketahanan Sektor Rumah Tangga Pada triwulan IV 2014, pertumbuhan kredit sektor rumah tangga yang dicerminkan oleh kredit konsumsi juga mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode laporan sebelumnya. Pada periode laporan, kredit sektor rumah tangga tersebut tumbuh sebesar 19,94% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 21,17% (yoy). Hal tersebut terutama disebabkan turunnya minat konsumen untuk membeli barang selain kebutuhan pokok yang tercermin dari turunnya Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama (kondisi saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu) dari 100 pada triwulan III 2014 menjadi 96 pada triwulan IV 2014 dan juga ditengarai juga dipicu oleh dampak kenaikan BBM. 25 3, I II III IV I II III IV 2,5% 2, 1,5% 1, 0,5% 0, I II III IV I II III IV Otomotif Multiguna Perumahan dan Apartemen Lainnya Otomotif Multiguna Perumahan dan Apartemen Lainnya Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Grafik 4.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.7.NPL Kredit Rumah Tangga Secara umum, ketahanan sektor rumah tangga mengalami perbaikan pada triwulan IV Rasio NPL untuk kredit rumah tangga sedikit mengalami perbaikan dari 1,07% pada triwulan III 2014 menjadi 1,0 pada triwulan IV Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Sejalan dengan kondisi kredit perbankan secara umum, laju pertumbuhan kredit UMKM pun mengalami perlambatan. Perlambatan ini terutama terjadi pada usaha yang bergerak di bidang penyediaan akomodasi dan konsumsi yang melambat dari 28,88% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 19,25% (yoy) pada triwulan IV Sedangkan kredit yang diberikan pada UMKM yang bergerak di bidang perdagangan besar dan eceran juga mengalami perlambatan 44

56 Bab 4 Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran pertumbuhan dari 14,72% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 12,58% (yoy) pada triwulan IV % 3 25% 2 15% 1 5% I II III IV I II III IV 6% 5% 4% 3% 2% 1% g Kredit Rasio NPL Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Grafik 4.8.Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM Sementara itu, ketahanan sektor UMKM menunjukan perbaikan. Saat ini level NPL kredit UMKM telah berada di bawah level aman (dibawah 5%) yaitu pada 4,94% setelah pada periode sebelumnya berada pada level 5,61%. Adapun jika diperhatikan berdasarkan sektor usahanya, masih terdapat sektor-sektor usaha yang NPL-nya berada pada level yang tinggi, yaitu sektor usaha perikanan (9,42%), sektor pendidikan (9,96%), dan sektor industri pengolahan (8,06%). 4.2 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Pembayaran Non Tunai Transaksi pembayaran non tunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini sejalan dengan lesunya aktivitas perekonomian triwulan IV 2014, khususnya pada sektor utama Provinsi Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan nilai transaksi RTGS menurun 17,2 (yoy) dengan penurunan volume transaksi sebesar 39,93% (yoy). Sejalan dengan penurunan transaksi yang terjadi pada RTGS, transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) juga mengalami penurunan pada November 2014, baik dari sisi volume maupun nominalnya. Penurunan nilai transaksi SKNBI menurun sebesar 26,99% (yoy) dengan penurunan volume sebesar 6,2 (yoy). 45

57 Bab 4 Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran I II III IV I II III IV Volume Transaksi (ribu warkat) Nominal (miliar) Sumber: Grafik 4.9. Transaksi RTGS Sulawesi Tenggara Transaksi Pembayaran Tunai Transaksi pembayaran tunai pada triwulan IV 2014 mengalami penurunan jika dibadingkan dengan triwulan sebelumnya. Data triwulan IV mencatat baik inflow maupun outflow mengalami penurunan masing-masing sebesar 39,15% (yoy) dan 2,96% (yoy) sehingga net outflow yang terjadi pada triwulan tersebut mencapai Rp 744,04 miliar. Penurunan jumlah uang keluar (outflow) disebabkan penurunan kebutuhan masyarakat akan uang fisik I II III IV I II III IV Inflow (miliar Rp) Net Inflow/Outflow (miliar Rp) Outflow (miliar Rp) Sumber: BI Provinsi Sultra Grafik Perkembangan Inflow-Outflow pembayaran tunai Di sisi lain, selama triwulan IV 2014, uang palsu yang ditemukan mengalami peningkatan dari 25 lembar pada triwulan III 2014 menjadi 60 lembar pada triwulan IV Uang palsu tersebut ditemukan dari kegiatan penukaran uang di loket Bank Indonesia, kegiatan kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau 46

58 Bab 4 Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran ditemukan oleh pihak kepolisian. Sebagai upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran dari masyarakat melalui berbagai macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat dan berbagai daerah di Sulawesi Tenggara. 47

59 Bab 4 Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Halaman Ini Sengaja Dikosongkan 48

60 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Bab 5 Meskipun kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara mengalami perlambatan, kondisi ketenagakerjaan menunjukkan adanya perbaikan. Perbaikan ketenagakerjaan tersebut antara lain terlihat dari meningkatnya jumlah orang yang bekerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Meskipun demikian, tingkat pengangguran sedikit meningkat karena penambahan jumlah angkatan kerja tidak diimbangi dengan peningkatan lapangan pekerjaan. Sebaliknya, kondisi kesejahteraan mengalami penurunan karena berkurangnya penghasilan masyarakat seiring dengan perlambatan kinerja sektor pertanian. Selain itu, tingkat inflasi yang tinggi di akhir tahun menyebabkan daya beli masyarakat berkurang. Meskipun demikian, tingkat kemiskinan semakin menurun seiring dengan berbagai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pedesaan. 49

61 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 5.1 KETENAGAKERJAAN Pada triwulan IV 2014, penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 1 dimana indeks penyerapan tenaga kerja di triwulan IV 2014 mencapai 1,79%, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 yang sebesar -1,29% (Grafik 5.1). Membaiknya kondisi ketenagakerjaan juga terlihat dari data BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, baik dari sisi jumlah orang yang bekerja maupun dari tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Selama setahun, dari Agustus 2013 sampai dengan Agustus 2014, jumlah penduduk yang bekerja bertambah sebanyak orang atau tumbuh sebesar 4,03%,yoy (Grafik 5.2 ). Dengan demikian, TPAK di Agustus 2014 mencapai 66,87%, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang hanya mencapai 65,91%. 12% 1 8% 6% 4% 2% -2% -4% -6% -8% 1,79% 0,26% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -1,29% Indeks Penyerapan TK juta orang %, yoy 1,05 6,0 1,04 4,03% 5,0 1,03 4,0 1,02 3,0 2,0 1,01 1,0 1,00 0,0 0,99-1,0 0,98-2,0 0,97-3,0 Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus Penduduk Bekerja Pertumbuhan yoy (skala kanan) Sumber: SKDU BI Provinsi Sultra Sumber: BPS Sultra (diolah) Grafik 5.1. Indeks Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Grafik 5.2.Pertumbuhan Penduduk Bekerja Dilihat secara sektoral, sektor pertanian, sektor jasa dan sektor perdagangan dan rumah makan merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar di Sulawesi Tenggara dengan pangsa masing-masing sebesar 42,62%, 18,89% dan 18,65% (Grafik 5.3). Meskipun demikian, peningkatan terbesar terjadi pada sektor konstruksi dengan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 12,81% (yoy). Hal tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya kegiatan investasi baik dalam bidang infrastruktur maupun pembangunan smelter nikel. Sebaliknya, penurunan terbesar terjadi di sektor pertambangan sebesar 13,2% (yoy) seiring dengan pembatasan ekspor mineral mentah sesuai dengan UU Minerba tahun 2009 (Grafik 6.4). 1 SKDU dilakukan oleh Kantor Perwakilan BI Provinsi Sulawesi Tenggara dengan responden pelaku usaha di berbagai sektor ekonomi. 50

62 Bab 5- Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Jasa 19% Jasa 3% Jasa Dunia Usaha 2% Pertanian 43% Jasa Dunia Usaha -6% Transportasi 6% Transportasi 4% PHR Konstruksi 6% 12,81% PHR 19% Konstruksi 6% LGA Industri 5% Tambang 2% -13% -6% LGA Industri Tambang Pertanian -15% -1-5% 5% 1 15% %, yoy 4% Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja 6% Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah) Grafik 5.3. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor (per Agustus 2014) Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah) Grafik 54.Pertumbuhan Tenaga Kerja Sektoral (per Agustus 2014) ribu orang %, yoy 60, , ,00 5,19% 1 30,00 20, , Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus Indeks 133,00 136,00 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja I II III IV I II III IV I II III IV Penduduk menganggur Pertumbuhan (skala kanan) Sumber: BPS Sultra (diolah) Grafik 5.5. Pertumbuhan Penduduk Menganggur Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Grafik 5.6.Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Meskipun terjadi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja, namun jumlah penduduk yang menganggur juga meningkat. Pada Agustus 2014, jumlah penduduk yang menganggur meningkat sebanyak orang, atau sebesar 5,19%,yoy (Grafik 5.5). Karena peningkatan penduduk yang menganggur lebih besar daripada peningkatan penduduk yang bekerja maka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara juga meningkat dari 4,38% (Agustus 2013) menjadi 4,43% (Agustus 2014). Bertambahnya penduduk yang menganggur juga tercermin dari jumlah lapangan pekerjaan yang berkurang. Dari hasil Survei Konsumen, masyarakat merasakan bahwa terjadi penurunan ketersediaan lapangan pekerjaan di triwulan IV 2014 (Grafik 5.6). Dengan jumlah penduduk bekerja di Sulawesi Tenggara terkonsentrasi di sektor pertanian, maka pekerja yang berada sektor informal juga mendominasi struktur ketenagakerjaan di provinsi ini. Pekerja informal dalam perekonomian Sulawesi Tenggara mencapai sebesar 51

63 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 67,86% atau orang lebih tinggi dibandingkan Agustus 2013 sebesar 67,44% atau orang. Meskipun demikian, dari sisi kualitas input tenaga kerja mengalami peningkatan. Hal tersebut tercemin dengan pangsa pekerja dengan pendidikan tinggi (Diploma dan Universitas) mencapai 13,27% pada Agustus 2014, lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang baru mencapai 13,05% dari keseluruhan penduduk yang bekerja. Selain itu, pekerja yang memiliki pendidikan dasar (SD-SMP) juga semakin berkurang dari 61,23% di Agustus 2013 menjadi 60,85% di Agustus KESEJAHTERAAN Meskipun dari sisi ketenagakerjaan terjadi peningkatan di Sulawesi Tenggara, namun dari sisi kesejahteraan pada triwulan IV 2014 menunjukkan adanya penurunan. Hal ini sebagai akibat menurunnya tingkat penghasilan masyarakat seiring dengan melambatnya kinerja perekonomian pada periode tersebut. Hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan indeks penghasilan masyarakat yang mengalami penurunan dari 148,67 di triwulan III 2014 menjadi 137,67 di triwulan IV 2014 (Grafik 5.7) Indeks 148,67 137,67 Perikanan Peternakan 105,95 103,23 103,75 103, Tanaman Perkebunan Rakyat 107,22 101, Indeks Penghasilan I II III IV I II III IV I II III IV Hortikultura Tanaman Pangan 96,14 97,19 92,94 93,13 Tw III 2014 Tw IV Total 101,64 99,63 85,00 90,00 95,00 100,00105,00110,00 Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Grafik 5.7. Indeks Penghasilan Sumber: BPS Sultra (diolah) Grafik 5.8. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara Selain itu, indeks pendapatan petani yang dicerminkan dengan Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan adanya penurunan. Penduduk Sulawesi Tenggara sebanyak 43% bekerja di sektor pertanian sehingga NTP yang turun akan berdampak pada keseluruhan kondisi kesejahteraan di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan IV 2014, NTP hanya mencapai 99,63%, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang dapat mencapai 101,64% (Grafik 5.8). Dengan pencapaian NTP di bawah 10 maka total pendapatan petani lebih rendah daripada total pengeluaran untuk memproduksi hasil usahanya. Penurunan NTP terjadi paling besar pada 52

64 Bab 5- Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan tanaman perkebunan rakyat dari 107,22 di triwulan III 2014 menjadi 101,76 di triwulan IV Kondisi ini terjadi karena pada periode tersebut bukan merupakan masa panen kakao. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak mendukung menyebabkan tanaman kakao dengan kemampuan panen 2 kali tidak dapat berproduksi secara optimal. Sementara itu, pada triwulan IV 2014 terdapat dua sektor yang nilai NTP berada di bawah 100, yaitu sektor tanaman pangan dan holtikultura yang masing masing tercatat sebesar 93,13 dan 97,19. Kedua sektor tersebut mengalami peningkatan setelah pada periode sebelumnya masing-masing tercatat sebesar 92,94 dan 96,14. Di sisi lain, angka kemiskinan Sulawesi Tenggara mengalami penurunan dari 14,05% di bulan Maret 2014 menjadi 12,77% di bulan September Jumlah penduduk miskin juga mengalami penurunan sebesar 28,17 ribu jiwa dan penurunan terbesar terjadi di tingkat desa sebesar 8,74% (yoy). Jumlah penduduk miskin di perkotaan pada bulan September 2014 mencapai 45,79 ribu jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di pedesaan mencapai 268,3 ribu jiwa atau memiliki pangsa 85,42% dari total penduduk miskin di Sulawesi Tenggara. Garis kemiskinan di Sulawesi Tenggara terus mengalami kenaikan. Dalam enam bulan terakhir, garis kemiskinan kota dan desa meningkat sebesar 5,38% dari Rp ,- per kapita per bulan pada Maret 2014 menjadi Rp ,- per kapita per bulan pada September BPS mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai pengeluaran minimum yang harus dikeluarkan oleh satu orang. Apabila seorang individu tidak dapat melewati rata-rata garis kemiskinan tersebut maka akan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Kenaikan garis kemiskinan dapat mempengaruhi angka kemiskinan karena secara langsung meningkatkan ambang nilai kemiskinan. 53

65 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Halaman Ini Sengaja Dikosongkan 54

66 Prospek Perekonomian Bab 6 Pada triwulan I 2015 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan adanya penurunan tekanan inflasi. Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 diprakirakan berada pada kisaran 7,2% - 7,6% (yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertambangan dan sektor konstruksi. Adapun untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara diprakirakan tumbuh pada kisaran 8,-8,4% (yoy). Sementara itu, dari arah trend data, isu di lapangan, serta hasil survei kepada masyarakat dan pelaku usaha, serta memperhatikan laju inflasi hingga triwulan laporan, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 cenderung menurun dengan perkirakan berada pada kisaran 7,9% - 8,3% (yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh pelemahan tekanan inflasi dari kelompok administered prices seiring dengan kebijakan penurunan harga BBM bersubsidi. Meskipun demikian, inflasi masih cenderung tinggi karena adanya risiko terhambatnya pasokan bahan makanan seiring dengan kondisi cuaca dan gelombang laut yang tinggi. 55

67 Bab 6 Prospek Perekonomian 6.1 PROSPEK EKONOMI MAKRO Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 diprakirakan berada pada kisaran 7,2% - 7,6% (yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. Hal tersebut juga sejalan dengan perkiraan membaiknya kondisi perekonomian global, khususnya pada negara tujuan ekspor komoditas utama Sulawesi Tenggara. 10,0 9,0 8,0 7,0 %, yoy 2014: 8,-8,4% 2013: 6,26% 6,0 5,0 4,0 3,0 I II III IV I II III IV Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Meningkatnya kinerja sektor tambang dan industri pengolahan pada triwulan mendatang diperkirakan didorong oleh beroperasinya beberapa smelter yang telah selesai dibangun pada tahun Dari hasil liaison dengan beberapa perusahaan pengolahan mineral di Sulawesi Tenggara, terdapat adanya peningkatan target produksi komoditas feronikel dan NPI (Nickel Pig Iron). Hal tersebut juga didorong oleh peningkatan harga nikel di tingkat internasional. Disamping itu, terdapat potensi peningkatan permintaan nikel olahan dari negara tujuan ekspor. Sementara itu, beberapa smelter pengolahan nikel masih dalam proses penyelesaian konstruksi dengan realisasi pada akhir tahun 2014 bervariasi antara 3 sampai dengan 6 (Grafik 6.2). Hal tersebut diperkirakan tetap mendorong kinerja sektor konstruksi di Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015 tetap berada pada level yang tinggi. Selain itu, beberapa proyek pemerintah yang bersifat multiyears seperti revitalisasi Teluk Kendari, peningkatan jalan bypass di Kota Kendari, dan pembangunan jembatan Bahteramas juga diperkirakan meningkatkan kinerja sektor tersebut. 56

68 Bab 6- Prospek Perekonomian Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Triwulan I 2015 Sektoral Tw IV Tw I Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,83 0,7-1,1 9,11 9,1-9,5 2. Pertambangan dan Penggalian (4,99) 8,8-9,2 (4,83) 6,5-6,9 3. Industri Pengolahan 18,66 17,6-18,0 7,74 12,0-12,4 4. Pengadaan Listrik, Gas 18,58 17,5-17,9 10,60 11,0-11,4 5. Pengadaan Air 6,25 4,2-4,6 6,97 6,6-7,0 6. Konstruksi 9,78 11,7-12,1 12,61 11,4-11,8 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil/ Sepeda Motor 8,55 5,1-5,5 8,30 8,3-8,7 8. Transportasi dan Pergudangan 6,30 8,0-8,4 5,13 3,5-3,9 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,61 4,1-4,5 9,41 3,7-4,1 10. Informasi dan Komunikasi 2,01 1,7-2,1 2,92 2,6-3,0 11. Jasa Keuangan 12,22 9,6-10,0 9,44 6,3-6,7 12. Real Estate 5,46 3,2-3,6 6,64 4,4-4,8 13. Jasa Perusahaan 7,11 3,6-4,0 9,74 9,9-10,3 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 16,07 16,0-16,4 12,98 5,8-6,2 15. Jasa Pendidikan 14,36 15,0-15,4 13,98 9,1-9,5 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9,98 4,2-4,6 12,13 8,5-8,9 17. Jasa Lainnya 7,45 4,1-4,5 12,93 6,5-6,9 Pertumbuhan Ekonomi 5,31 7,4-7,8 6,26 8,0-8,4 keterangan: meningkat melambat PT. Kembar Mas Sultra 4 PT. Konutara Sejati 3 PT. Karyatama Konawe Utara* 6 10 PT. Aneka Tambang Tambahan Tungku: Comisioning & Piloting First Half 2015 Production: Second Half PT. Jien Smelting Indonesia PT. Jilin Metal Indonesia PT. Elit Kharisma Utama 3 PT. Cinta Jaya 4 PT. CMMI 10 Sudah beroperasi 4 tungku di Awal 2015 Selain itu terdapat pembangunan tambahan 4 tungku lagi di 2015 (skala kecil) PT. Bintang Smelter Indonesia 4 PT. Macika Mineral Industri 3 Ket: X% Realiasi konstruksi PT. Sambas Mineral Mining 6 Sumber: Dinas ESDM Provinsi Sultra Grafik 6.2. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014 Sementara itu, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh melambat dan dapat menahan laju pertumbuhan Sultra di awal tahun Perlambatan yang terjadi di triwulan I 57

69 Bab 6 Prospek Perekonomian 2015 diperkirakan didorong oleh bergesernya musim panen padi. Sesuai Kalender Tanam (Katam) Padi yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian, sebagian besar masa tanam pada Musim Hujan (MH) 2014/2015 untuk Sulawesi Tenggara adalah pada bulan Desember 2014 s.d Januari 2015, sehingga musim panen raya yang pada tahun 2014 terjadi pada bulan Maret- April bergeser menjadi bulan April-Mei di tahun Disamping hal tersebut, komoditas tanaman kakao juga diperkirakan masih memasuki masa kultivasi selama rentang periode triwulan I Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2015 Komponen Pengeluaran Tw IV Tw I Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a s/d 1.i) 6,02 6,6-7,0 6,24 7,4-7,8 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 11,18 4,7-5,1 11,98 4,5-5,0 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah ( b) 5,08 6,3-6,7 3,42 7,2-7,6 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto(4.a +4.b) 10,62 10,7-11,1 9,25 9,8-10,2 5. Perubahan Inventori (195,71) (1,9) - (1,5) 13,36 4,3-4,7 6. Eksport Luar Negeri (6.a + 6.b) (74,95) (31,2) - (30,8) (63,82) 8,1-8,5 7. Import Luar Negeri (7.a + 7.b) 43,95 43,8-44,2 28,33 22,1-22,5 8. Net Eksport Antar Daerah (8.a - 8b) (82,45) (48,6) - (48,2) (67,86) (5,8) - (5,4) Pertumbuhan Ekonomi 5,31 7,4-7,8 6,26 8,0-8,4 keterangan: meningkat melambat Dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra diperkirakan akan didorong oleh perbaikan kinerja ekspor luar negeri, peningkatan aktivitas konsumsi dan masih tingginya realisasi investasi. Perbaikan ekspor luar negeri terutama terjadi seiring dengan peningkatan ekspor nikel olahan. Meskipun demikian, ekspor luar negeri diperkirakan masih mengalami terkontraksi karena ekspor nikel olahan belum mampu menutupi kekurangan ekspor mineral yang sebelumnya menjadi komoditas ekspor dominan dari Sulawesi Tenggara. Sementara itu, kegiatan konsumsi diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan I 2015 seiring dengan indeks ekspektasi konsumen yang meningkat di awal tahun Masyarakat cenderung memiliki optimisme yang tinggi terhadap peningkatan penghasilan dan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup di triwulan tersebut. Disamping itu, konsumsi juga diperkirakan mengalami peningkatan karena tekanan inflasi yang lebih rendah terutama karena adanya penurunan harga BBM bersubsidi. Adapun peningkatan investasi diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 10,5% s.d 11, (yoy). Beberapa kegiatan investasi yang diperkirakan masih berlangsung adalah beberapa proyek pemerintah yang bersifat multiyears, penyelesaian proyek smelter, pembangunan Kawasan Industri Khusus (KIK) di 13 daerah, pembangunan garbarata dan ruang VIP bandara Haluoleo, serta pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi. Meskipun demikian, tingginya akivitas 58

70 Bab 6- Prospek Perekonomian investasi tersebut diperkirakan juga akan diikuti oleh peningkatan impor, baik dari dalam dan luar negeri. Oleh sebab itu, peningkatan perekonomian diperkirakan akan sedikit tertahan oleh impor di triwulan mendatang. Adapun untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara diprakirakan tumbuh pada kisaran 8,-8,4% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2014 yang hanya sebesar 6,26% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kinerja sektor utama di Sulawesi Tenggara seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor perdagangan besar dan eceran. Selain itu ekspor luar negeri diperkirakan mengalami perbaikan dan ditambah dengan penigkatan realisasi investasi selama tahun 2015 terutama terkait perbaikan infrastruktur untuk menunjang program kemaritiman. 6.2 PROSPEK INFLASI Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 diperkirakan akan semakin rendah, sejalan dengan keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi di bulan Januari Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7,9% s.d 8,3% (yoy), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 8,45% (yoy). Kondisi tersebut diperkirakan akan dapat membawa inflasi sepanjang tahun 2015 berada dalam tren yang semakin rendah pada kisaran 3,4% s.d 3,8% (yoy). Turunnya harga BBM bersubsidi pada bulan Januari 2015 diprakirakan akan memberikan efek langsung maupun tidak langsung atas turunnya indeks harga beberapa komoditas utama penyumbang inflasi seperti cabai dan bawang. Disamping itu, beberapa komoditas bahan bangunan yang didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara juga diprakirakan akan mengalami penurunan harga seiring dengan turunnya biaya transportasi yang timbul untuk mendatangkan komoditas tersebut. Tarif transportasi juga mengalami penyesuaian meskipun penurunannya tidak sebesar pada saat penyesuaian tarif di akhir 2014 yang lalu. Meskipun tekanan inflasi lebih rendah daripada sebelumnya, namun terdapat beberapa faktor yang diperkirakan berpotensi meningkatkan laju inflasi khususnya pada komoditas bahan makanan. Hal tersebut diindikasikan dari perkiraan kondisi cuaca yang relatif tidak kondusif dimana tingkat curah hujan cukup tinggi selama periode triwulan I 2015 khususnya di bulan Februari Curah hujan yang tinggi diprakirakan dapat mengganggu produksi aneka cabai dan bawang. Disamping itu, kondisi cuaca tersebut berpotensi menganggu pola tanam pada komoditas padi sehingga berpotensi menimbulkan tekanan inflasi pada komoditas beras. Ditambah lagi kondisi cuaca yang kurang kondusif berpotensi meningkatkan risiko penurunan pasokan ikan laut. 59

71 Bab 6 Prospek Perekonomian Perkiraan kondisi inflasi tersebut juga tercermin dari angka ekspektasi inflasi 3 bulan kedepan pada Survei Konsumen di Kota Kendari yaitu dengan angka Saldo Bersih (SB)159 1 yang mencerminkan optimisme ekspektasi masyarakat akan terjadinya penurunan tingkat inflasi pada triwulan I Perubahan Harga 3 Bulan Inflasi (mtm) Jun Jul Aug Sept Oct Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Perubahan Harga 6 Bulan Sumber: Survei Konsumen - Bank Indonesia Grafik 6.3. Inflasi bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari 5% 4% 3% 2% 1% -1% -2% Mengacu kepada perkiraan inflasi tersebut, terdapat beberapa isu strategis yang menjadi pendorong utama terjadinya inflasi selama tahun 2015, sebagai berikut: a. Ketergantungan yang masih cukup tinggi terhadap wilayah luar Sulawesi Tenggara, yang berdasarkan data I/O (Input/Output) BPS Sultra mencapai 85% dari total komoditas konsumsi masyarakat. Beberapa komoditas utama yang didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara antara lain bumbu-bumbuan (bawang merah, cabe merah, tomat, sayuran), telur, daging ayam ras, gula pasir, minyak goreng, tepung dll. b. Sistem distribusi yang belum lancar akibat kendala dari sisi infrastruktur, cuaca serta alat transportasi yang terbatas. Saat ini arus masuk barang ke Sulawesi Tenggara melalui jalur laut dan darat yang masing-masing memiliki kendala keterbatasan infrastruktur sebagai berikut: i. Pelabuhan Kota Kendari sebagai pintu masuk utama jalur laut memiliki keterbatasan infrastruktur yang mencakup tempat sandar kapal, area parkir kontainer, dan angkutan penjemputan yang terbatas. Selain infrastruktur juga terdapat keterbatasan tenaga kerja bongkar muat serta juru pandu sandar kapal di pelabuhan. 1 Angka SB di atas 100 mencerminkan bahwa konsumen cenderung optimis bahwa akan terjadi kenaikan harga atau inflasi, sebaliknya jika dibawah 100 maka konsumen cenderung pesimis akan terjadi kenaikan harga atau inflasi. 60

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA TRIWULAN II 2015 KATA PENGANTAR Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 2017 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: MEI 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 218 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 218 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA No. 10/02/94/Th. X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 TUMBUH 9,21 PERSEN TUMBUH LEBIH CEPAT DIBANDING TAHUN LALU Perekonomian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA. FEERY TUMPAL D SARIBU Asisten Direktur

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA. FEERY TUMPAL D SARIBU Asisten Direktur KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id) Tw-II 2012 KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta Triwulan I 2016 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci