KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA. FEERY TUMPAL D SARIBU Asisten Direktur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA. FEERY TUMPAL D SARIBU Asisten Direktur"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw-II 2012 KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan dan sistem pembayaran, informasi tentang keuangan daerah serta prospek perekonomian daerah Sulawesi Tenggara. Kajian ini disusun secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Kendari baik dengan menggunakan data internal maupun data yang diperoleh dari instansi terkait di luar Bank Indonesia. Untuk itu, tanggung jawab penulisan laporan ini sepenuhnya berada pada Bank Indonesia KPw Sulawesi Tenggara. Kami berharap kajian ini dapat terus ditingkatkan mutu, isi dan cara penyajiannya sehingga dapat bermanfaat bagi para pihak yang membutuhkannya. Untuk itu, saran dan masukan guna perbaikan dan penyempurnaan buku kajian ini sungguh akan kami hargai. Akhirnya, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang memungkinkan tersusunnya buku kajian ini dan kiranya kerja sama, saling tukar menukar informasi dan data dapat terus berkelanjutan. Kendari, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEERY TUMPAL D SARIBU Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw-II 2012 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

3 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw-II 2012 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GRAFIK DAFTAR TABEL RINGKASAN EKSEKUTIF i iii v vii 1 BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.1 KONDISI UMUM PDRB MENURUT PENGGUNAAN Konsumsi Investasi Ekspor & Impor PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA Sektor Pertanian Sektor Pertambangan Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Bangunan Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan Sektor Lainnya 18 BOKS 1 DAMPAK PENETAPAN PERATURAN MENTERI NO.7 TAHUN BOKS 2 PERKEMBANGAN KAKAO... BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 Kondisi Umum Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Disagregasi Inflasi 26 BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1 Perkembangan Perbankan Bank Umum Bank Perkreditan Rakyat Perbankan Syariah PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Pembayaran Tunai Perkembangan Pembayaran Non Tunai 37 BAB IV. KEUANGAN DAERAH 4.1 Kondisi Umum Realisasi Anggaran Belanja Pada APBD Triwulan II Realisasi Anggaran Pendapatan Pada APBD Triwulan II BAB V. KETENAGAKERJAAN DAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN 5.1 Kondisi Umum Ketenagakerjaan Kesejahteraan 44 BAB VI. PROSPEK EKONOMI DAN INFLASI DAERAH 6.1 Prospek Ekonomi Makro Prospek Inflasi 49 LAMPIRAN DATA Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw-II 2012 DAFTAR GRAFIK Nama Grafik Halaman Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 4 Grafik 1.2 Pangsa PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) 6 Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen 7 Grafik 1.4 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 7 Grafik 1.5 Penerimaan Pajak 7 Grafik 1.6 Konsumsi Air 7 Grafik 1.7 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor 8 Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konsumsi 8 Grafik 1.9 Kredit Investasi 9 Grafik 1.10 Penjualan Semen 9 Grafik 1.11 Nilai dan Volume Ekspor 10 Grafik 1.12 Arus Muat Pelabuhan 10 Grafik 1.13 Arus Bongkar Pelabuhan 11 Grafik 1.14 Pangsa Sektoral 13 Grafik 1.15 Produksi Padi Sulawesi Tenggara 13 Grafik 1.16 Produksi Bijih Nikel PT.Antam, Tbk 14 Grafik 1.17 Produksi Ferronikel PT. Antam, Tbk 15 Grafik 1.18 Tingkat Hunian Hotel 16 Grafik 1.19 Arus Bongkar Muat 16 Grafik 1.20 Jumlah Arus Penumpang di Bandara Haluoleo Kendari 17 Grafik 1.21 Aset Perbankan Di Sulawesi Tenggara 18 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kendari yoy 23 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Kendari mtm Dan ytd 23 Grafik 2.3 Kontributor Inflasi Kendari 24 Grafik 2.4 Iflasi Aktual vs Historis 24 Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Bahan Makanan 25 Grafik 2.6 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan 25 Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Transpor, Keuangan, Komunkasi dan Jasa Keuangan 25 Grafik 2.8 Inflasi Kelompok Sandang 25 Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Perumahan 25 Grafik 2.10 Perkembangan Disagregasi Inflasi Kendari 26 Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Administered Price Grafik 2.12 Perkembangan Harga Komoditas Volatile Food 27 Grafik 2.13 Pola Curah Hujan di Sulawesi Tenggara 28 Grafik 2.14 Inflasi Kelompok Inflasi Inti 28 Grafik 3.1 Pertumbuhan (g) dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) 30 Grafik 3.2 Pangsa dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) 30 Grafik 3.3 Pertumbuhan (g) dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) 31 Grafik 3.4 Pangsa dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) 31 Grafik 3.5 Pertumbuhan DPK (%, Juta) 32 Grafik 3.6 Pangsa dan Nominal DPK 32 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

5 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw-II 2012 Grafik 5.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Pekerja di Sulawesi Tenggara 43 Grafik 5.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Tenggara dan Nasional 43 Grafik 5.3 Persentase Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama 44 Grafik 5.4 NTP Sulawesi Tenggara 45 Grafik 5.5 NTP Sulawesi Tenggara, Sulampua, Nasional 45 Grafik 5.6 Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara 46 Grafik 6.1 Indeks Keyakinan Konsumen 47 Grafik 6.2 Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari 49 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

6 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw-II 2012 DAFTAR TABEL Nama Tabel Halaman Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) 5 Tabel 1.2 Kontribusi PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) 5 Tabel 1.3 Pertumbuhan Tiap Sektor Y-O-Y 12 Tabel 1.4 Kontribusi Pertumbuhan Sektoral (yoy) 12 Tabel 1.5 Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko 17 Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang 25 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum dan BPR 29 Tabel 3.2 Perkembangan BOPO Bank Umum 33 Tabel 3.3 Perkembangan Rasio NIM Bank Umum 33 Tabel 3.4 Perkembangan Indikator BPR 34 Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah 36 Tabel 3.6 Data Indikator Sistem Pembayaran Provinsi Sulawesi Tenggara 38 Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara s.d Tw. II-2012 (Rupiah) 39 Tabel 4.2 Realisasi Belanja Hingga Triwulan II 2012 (Rupiah) 40 Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Hingga Triwulan II 2012 (Rupiah) 41 Tabel 5.1 Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama 43 Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Tenggara 45 Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Penggunaan 47 Tabel 6.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Sektoral 48 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

7 Ringkasan Eksekutif Tw-II 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II-2012 PERKEMBANGAN EKONOMI Pada triwulan II-2012, perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 11,21% (y.o.y) dan berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 6,40. Pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 8,67%. Secara triwulanan, perekonomian Sulawesi Tenggara juga tumbuh tinggi sebesar 5,50%(q.t.q). Berdasarkan harga berlaku, nominal PDRB triwulan II tercatat sebesar Rp9,04 Triliun, sementara atas dasar harga konstan nominal PDRB tercatat sebesar Rp3,48 Triliun. Pada sisi penggunaan, pertumbuhan tinggi ekonomi Sulawesi Tenggara ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan pemerintah sejalan dengan peningkatan daya beli antara lain didukung oleh kenaikan gaji pegawai negeri sipil dan kalangan profesional serta panen raya padi dan Kakao yang berlangsung di hampir seluruh wilayah. Pada sisi sektoral, peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara ditopang oleh tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor perdagangan-hotel-restauran (PHR). Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan tertinggi pada semester-i 2012 sejak 6 tahun terakhir, yang ditopang oleh pertambangan nikel yang kandungannya cukup besar di bumi Sulawesi Tenggara. INFLASI Inflasi Kota Kendari secara akumulatif hingga akhir triwulan II 2012 telah mencapai 3,59% (yt-d) atau secara tahunan sebesar 4,65% (y-o-y) mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya 5,10% (y-o-y). Inflasi Kota Kendari tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional dan sulampua (sulawesi, maluku, papua) yang masing-masing sebesar 4,53% (y-o-y) dan 4,14% (y-o-y). Namun perkembangan inflasi Kota Kendari tersebut masih berada pada sasaran pemerintah yakni 4,5%±1% (y-o-y). Penurunan inflasi tahunan pada periode laporan dipengaruhi oleh melemahnya inflasi administered price (harga yang diatur pemerintah) dan inflasi volatile food (bahan makanan bergejolak), meski terjadi peningkatan pada inflasi inti. Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, inflasi Kota Kendari sepanjang triwulan II 2012 tercatat sebesar 1,21% (q-t-q) melemah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 1

8 Ringkasan Eksekutif Tw-II 2012 tercatat 2,36% (q-t-q). Pelemahan inflasi pada periode laporan bersumber dari menurunnya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan; kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan; kelompok sandang; dan kelompok makanan jadi. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perbankan pada triwulan II-2012 menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi terukur dari pertumbuhan yang positif aset sebesar 46,29%. Sehingga secara total, aset perbankan pada triwulan II-2012 menjadi Perkembangan aset tersebut diakselerasi oleh ekspansi kredit yang tumbuh tinggi sebesar 32,14%. Tingginya pertumbuhan kredit tersebut ditopang oleh pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) yang juga tinggi sebesar 38,34% sehingga mendorong angka LDR (Loan to Deposit Ratio) menjadi sebesar 94,30%. Sementara itu, tingkat kesehatan penyaluran kredit juga masih berada pada level cukup aman yang terukur dari angka NPL (Non Performing Loan) yang relatif kecil sebesar 1,64% (Tabel 3.1). Perkembangan tinggi perbankan juga tercermin dari perbankan syariah dengan indikator pertumbuhan aset sebesar 47,85%. Peningkatan aset tersebut didorong oleh penyaluran kredit yang cukup tinggi melebihi pertumbuhan penjaringan dana pihak ketiga (DPK) masingmasing sebesar 69,46% dan 49,82%. Disparitas pertumbuhan kredit dengan DPK tersebut menyebabkan angka LDR perbankan syariah cukup besar yaitu 103,49%. Pada triwulan II-2012 Kantor Bank Indonesia Kendari telah mengedarkan uang kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara sebesar Rp791,06 Milyar, jumlah tersebut meningkat 24,10% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang sebesar Rp637,44 Milyar. Peningkatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang cukup tinggi pada triwulan II-2012 sebesar 11,21% (y.o.y). KEUANGAN DAERAH Kinerja penyerapan anggaran belanja APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara hingga akhir triwulan II-2012 masih belum optimal. Dari total anggaran belanja daerah sebesar Rp2,02 triliun, baru sekitar 31,36% yang telah direalisasikan atau sebesar Rp633,94 milyar. Persentase realisasi anggaran terbesar ada pada belanja transfer dan belanja operasi, masingmasing sebesar 55,09% dan 36,99% dari anggaran. Adapun belanja modal yang dialokasikan sebesar Rp397 milyar, hingga akhir triwulan II realisasinya hanya sebesar 6,13% atau sebesar Rp24,35 milyar. Dari sisi pendapatan, realisasi pendapatan APBD hingga triwulan III Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 2

9 Ringkasan Eksekutif Tw-II 2012 mengalami pecapaian yang baik. Realisasi pendapatan APBD secara nominal sebesar Rp922,27 milyar atau sekitar 49,96% dari total anggaran pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Pencapaian ini berasal dari transfer dana perimbangan dan pendapatan asli daerah yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah. Plafond transfer dari dana perimbangan sebesar Rp1.313,44 milyar yang sebagian besar dari hasil pajak, 53,88% telah ditransfer ke APBD Provinsi Sulawesi Tenggara. KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Kinerja indikator kesejahteraan hingga triwulan II 2012 masih melanjutkan trend perbaikan, tercermin dari meningkatnya indikator Nilai Tukar Petani (NTP) dan menurunnya jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara. Di sisi lain, kinerja indikator ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara hingga posisi Februari 2012 sedikit mengalami penurunan, tercermin pada tingkat pengangguran yang mengalami sedikit peningkatan. Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami sedikit peningkatan dari 3,06% pada tahun 2011 menjadi 3,10% pada Februari Hal ini dipengaruhi oleh siklus perekonomian pada beberapa sektor ekonomi yang relatif menurun antara lain sektor konstruksi, sektor angkutan dan sektor pertambangan pasca tahun baru, perayaan Imlek dan belum mulainya aktifitas proyek konstruksi pemerintah pada awal tahun. Sementara itu, meningkatnya indeks NTP disebabkan oleh peningkatan aktifitas petani di sub sektor perkebunan dan perikanan seiring masuknya musim panen komoditas di sub sektor tersebut yang meningkatkan pendapatan petani. Sedangkan, penurunan jumlah penduduk miskin dominan terjadi di pedesaan seiring meningkatnya penggunaan tenaga kerja pada musim tanam yang terjadi di periode triwulan I PROSPEK EKONOMI Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan III-2012 diperkirakan masih akan tumbuh meski mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II Angka pertumbuhan pada periode triwulan III-2012 diproyeksi ada pada kisaran 8,5% + 0,5% (y.o.y). Pada sisi penggunaan, peran konsumsi masih akan cukup kuat dalam menopang perekonomian Sulawesi Tenggara, khususnya konsumsi rumah tangga yang diprediksi tumbuh pada kisaran 8% + 0,5% (yoy). Prediksi ini didasarkan pada kondisi triwulan III-2012 yang bertepatan dengan faktor musiman pelaksanaan hari raya keagamaan Idul Fitri yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Pada sisi sektoral, kinerja sektor perdagangan-hotel-restoran (PHR), angkutan dan sektor pertambangan diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 3

10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw-II 2012 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

11 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II KONDISI UMUM Pada triwulan II-2012, perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 11,21% (y.o.y) dan berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 6,40. Pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 8,67%. Secara triwulanan, perekonomian Sulawesi Tenggara juga tumbuh tinggi sebesar 5,50%(q.t.q) (Lampiran PDRB). Berdasarkan harga berlaku, nominal PDRB triwulan II-2012 tercatat sebesar Rp9,04 Triliun, sementara atas dasar harga konstan nominal PDRB tercatat sebesar Rp3,48 Triliun. Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% 11,21% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q ,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Billions PDRB (Skala Kanan) Pertumbuhan (Skala Kiri) Sumber : Survei Konsumen BI Pada sisi penggunaan, pertumbuhan tinggi ekonomi Sulawesi Tenggara ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan pemerintah sejalan dengan peningkatan daya beli antara lain didukung oleh kenaikan gaji pegawai negeri sipil dan kalangan profesional serta panen raya padi dan Kakao yang berlangsung di hampir seluruh wilayah. Sementara itu, ekspor pada periode laporan mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang disebabkan oleh larangan ekspor barang tambang komoditas sejak Mei Pada komponen impor, juga mengalami penurunan pertumbuhan, yang disebabkan oleh tidak terdapatnya aktivitas impor luar negeri pada periode laporan, yang berbeda dengan kondisi pada periode tahun sebelumnya masih terdapar aktivitas impor luar negeri. Pada sisi sektoral, peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara ditopang oleh tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor perdagangan-hotel-restauran (PHR). Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan tertinggi pada semester-i 2012 sejak 6 tahun terakhir, yang ditopang oleh pertambangan nikel yang kandungannya cukup besar di bumi Sulawesi Tenggara. Sektor pertanian juga mengalami peningkatan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 4

12 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II 2012 pesat dibandingkan periode yang sama tahun 2011, seiring dengan panen tanaman bahan makanan yang cukup besar pada hampir seluruh sentra produksi utama. Pada sektor PHR, pertumbuhan didorong oleh arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara yang cukup tinggi serta peningkatan konsumsi masyarakat. 1.2 PDRB MENURUT PENGGUNAAN Pada sisi penggunaan berbeda dari periode sebelumnya, posisi komponen investasi mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara dengan kontribusi tertinggi diantara komponen lainnya yaitu sebesar 4,93%. Kontribusi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2011 yang disebabkan oleh semakin tingginya aktivitas investasi di Sulawesi Tenggara khususnya pada sektor pertambangan dan bangunan. Kemudian, komponen konsumsi yang pada tahun 2011 memiliki kontribusi terbesar, pada periode laporan mengalami penurunan, hal ini diperkirakan disebabkan oleh mulai adanya peralihan perekonomian Sulawesi Tenggara dari konsumtif ke produktif yang juga tercermin dari pertumbuhan sektoral yang akan dibahas pada bagian berikutnya. Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) PENGGUNAAN Q1 Q2 Q1 Q2 Rumah Tangga 5,20% 6,44% 5,62% 5,67% 4,94% 8,03% Pemerintah 6,52% 0,19% 2,22% 3,75% 7,78% 10,71% Investasi 13,00% 17,94% 16,64% 14,69% 7,25% 14,34% Ekspor barang dan jasa 8,45% 8,96% 12,08% 9,81% 17,23% 9,52% Dikurangi impor barang dan jasa 6,89% 7,94% 11,47% 7,98% 4,89% 7,95% PRODUK DOMESTIK BRUTO 8,21% 8,94% 8,47% 8,68% 10,10% 11,21% Sumber : BPS Sultra Tabel 1.2 Kontribusi PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) Penggunaan Kontribusi 2011 Kontribusi Tw Rumah Tangga 4,43% 4,01% Konsumsi Pemerintah 3,54% 2,06% Investasi 3,98% 4,93% Ekspor 1,91% 2,95% Impor 5,18% 2,74% Berdasarkan pangsanya, konsumsi rumah tangga masih merupakan komponen dengan pangsa terbesar yaitu 51,25%, kemudian diikuti oleh komponen investasi dan konsumsi pemerintah yang masing-masing sebesar 31,5% dan 21,49%. Besarnya peranan konsumsi rumah tangga tersebut, dikarenakan karakteristik masyarakat Sulawesi Tenggara yang tingkat konsumsinya cukup tinggi. Namun, secara historis, pangsa konsumsi rumah tangga tersebut mulai mengalami penurunan seiring dengan semakin Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 5

13 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II 2012 besarnya pangsa investasi yang mengindikasikan mulai adanya peralihan perekonomian dari konsumsi menjadi produksi. Grafik 1.2 Pangsa PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) 90% 70% 50% 30,29% 31,63% 32,77% 30,47% 31,55% 19,93% 19,62% 21,31% 21,53% 21,49% 30% 53,61% 52,12% 52,03% 52,16% 51,25% 10% 10% 3,84% 3,37% 6,11% 5,09% 6,14% Q Q Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Net Ekspor Sumber : Survei Konsumen BI KONSUMSI Aktivitas konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2012 secara tahunan tumbuh 8,03% (Tabel 1.1). Pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 5,62% (Tabel 1.1). Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga tercemin dari angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia Kendari yang berada pada level optimis sebesar 110,5 pada Juni 2012 (Grafik 1.3). Optimisme tersebut didorong oleh adanya optimisme kenaikan panghasilan saat ini dibandingkan dengan penghasilan pada tahun sebelumnya dengan angka indeks sebesar 136 (Grafik 1.4) Hal ini juga tercermin dari meningkatnya indikator keyakinan masyarakat akan kondusifnya kondisi ekonomi saat ini untuk melakukan aktivitas konsumsi yaitu Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang berada pada level optimis sebesar 111,7 (Grafik 1.4). Lebih lanjut, optimisme akan kenaikan penghasilan saat ini juga tercermin dari peningkatan penerimaan pajak sebesar 92,66% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tingginya penerimaan pajak tersebut mencerminkan bahwa semakin banyak masyarakat yang memiliki pendapatan yang dikenai pajak, serta juga mencerminkan adanya kenaikan pendapatan masyarakat. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 6

14 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II 2012 Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 180, , , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Bongkar Pertumbuhan : 58.07% Volume : T/M3 gbongkar (Axis Kanan) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q , , , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Bongkar Pertumbuhan : 58.07% Volume : T/M3 gbongkar (Axis Kanan) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Sumber : LBU Sumber : LBU ia Beberapa indikator lainnya yang juga mencerminkan pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga juga tumbuh cukup tinggi antara lain konsumsi air, dan pertumbuhan kendaraan bermotor di Sulawesi Tenggara. Konsumsi air di Kota Kendari pada triwulan II-2012 tumbuh 5,67%% secara tahunan (Grafik 1.6) dengan ratarata pemakaian air sebesar 39 M 3. Pertumbuhan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan pemasangan air di Kota Kendari, selain itu rata-rata pemakaian air juga mengalami peningkatan, yang pada tahun 2011 sebesar 35 M 3. Selanjutnya, jumlah kendaraan bermotor roda dua dan roda empat juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 15,32% dan 32,18% (Grafik 1.7) yang mencerminkan peningkatan pembelian kendaraan bermotor roda dua dan empat. Meningkatnya akses pembiayaan oleh perbankan melalui kredit konsumsi terhadap masyarakat juga turut mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga yang tercermin dari pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 26,75% (y.o.y) (Grafik 1.8). Grafik 1.5 Penerimaan Pajak Grafik 1.6 Konsumsi Air % % 10% 5% Ribu 20 0% 800 Milyar Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q % 10% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Pajak Penghasilan PPN & PPnBM Pendapatan atas Pl dan PIB Konsumsi Air Rumah Tangga (M3) (Skala kiri) Growth Konsumsi Air Rumah Tangga (skala kanan) Sumber : KPP Kendari Sumber : PDAM Kendari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 7

15 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II 2012 Grafik 1.7 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konsumsi Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Jumlah Roda 2 (Skala Kiri) Jumlah Roda 4 (Skala Kiri) gjumlah Roda 2 (Skala kanan) gjumlah Roda 4 (Skala kanan) 100% 80% 60% 40% 20% 0% 20% 40% Triliun 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Konsumsi (Skala Kiri) Growth Konsumsi (Skala Kanan) 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sumber : Polda Sulawesi Tenggara Sumber : LBU Berbagai indikator peningkatan konsumsi tersebut mencerminkan adanya kenaikan daya beli masyarakat sebagai pendorong konsumsi. Peningkatan daya beli masyarakat terutama berasal dari kenaikan gaji pegawai negeri sipil sebesar dan tenaga profesional, serta peningkatan pendapatan masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian seiring dengan panen raya padi, kakao, dan sayuran yang terjadi pada berbagai sentra produksi di Sulawesi Tenggara. Kemudian, pada komponen konsumsi pemerintah pada triwulan II-2012 juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 10,71% (y-o-y). Angka tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,22% (Tabel 1.1). Peningkatan tersebut diperkirakan disebabkan oleh meningkatnya penerimaan pemerintah melalui pendapatan asli daerah maupun dana bagi hasil dari pemerintah pusat (Bab Keuangan Daerah) INVESTASI Pada triwulan II-2012 investasi Sulawesi Tenggara masih menunjukkan tren perkembangan positif tumbuh sebesar 14,34% (y.o.y) (Tabel 1.1). Salah satu indikator pertumbuhan investasi adalah pertumbuhan kredit investasi pada triwulan II yang tumbuh sebesar 55,97% (y-o-y) (Grafik 1.9). Adapun penyaluran kredit investasi tersebut sebagain besar dialokasikan pada sektor konstruksi. Kondisi ini juga dikonfirmasi oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi semen di Sulawesi Tenggara dari 5,15% pada triwulan II-2011 menjadi 12,23% (Grafik 1.10). Beberapa investasi konstruksi besar yang saat ini sedang dikembangkan di Sulawesi Tenggara adalah pembangunan super blok Damai Jaya Lestari di Kolaka yang terdiri dari hotel, mall, pusat grosir serta masjid, pembangunan perumahan mewa Citra Land Kendari, pembangunan perumahan mewah Kemaraya, pembangunan pusat rekreasi Teluk Kendari, pembangunan pelabuhan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 8

16 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II 2012 kontainer Bungkutoko, pembangunan pabrik pengolahan Nikel di Konawe Utara oleh PT.Jilin Ferrous dari Cina, serta berbagai pembangunan lainnya. Grafik 1.9 Kredit Investasi Triliun 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 60% 50% 40% 30% 20% 10% Peningkatan investasi di Sulawesi Tenggara didorong oleh peningkatan kinerja sektor bangunan, sektor pertambangan serta sektor perdagangan. Hal ini juga terindikasi 0,00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Investasi (Skala Kiri) Growth Investasi (Skala Kanan) 0% dari tingginya arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara yang tujuan utamanya adalah untuk survei Sumber : LBU investasi. 1 Grafik 1.10 Penjualan Semen % % % % % % % 0 40% q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q Penjualan Semen gpenjualan Semen (q t q) Sumber : LBU Kekayaan pertambangan Sulawesi Tenggara menjadi sasaran investasi utama saat ini. Namun berbagai pembenahan masih dinantikan oleh investor agar mempermudah investasi yang dilaksanakan di Sulawesi Tenggara. Beberapa kendala yang dihadapi investor dalam realisasi investasi antara lain birokrasi pengurusan izin yang relatif sulit dan lama, infrastruktur listrik, pelabuhan dan jalan yang masih minim, tidak adanya kejelasan batas kuasa pertambangan antar pemilik kuasa pertambangan serta aksesbilitas yang masih terbatas EKSPOR & IMPOR Ekspor Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2012 menunjukkan pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 9,52% (y.o.y) (Tabel 1.1). Pencatatan ekspor pada PDRB Sulawesi Tenggara merupakan gabungan dari ekspor luar negeri dan perdagangan antar pulau. 1 Hasil survei BI Kendari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 9

17 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II ,12% (y.o.y) (grafik 1.11). Tingginya pertumbuhan ekspor tersebut didorong oleh peningkatan ekspor komoditas pertambangan yaitu bijih nikel dan aspal Buton dengan volume ekspor kedua komoditas tersebut pada periode berjalan sebesar 13,12 Juta Ton 2. Grafik 1.11 Nilai dan Volume Ekspor Millions 8.000, , , , , , , ,00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q nilai (USD) Volume (Kg) gnilai gvolume 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 0,5 Sumber : Bank Indonesia Peningkatan ekspor juga tergambar dari aktivitas perdagangan antar pulau yang juga menjadi bagian perhitungan ekspor pada PDRB Sulawesi Tenggara. Pada periode berjalan, perdagangan antar pulau mengalami peningkatan yang tercermin dari peningkatan arus muat barang di pelabuhan Kendari yaitu sebesar 28,46% (y.o.y) menjadi Ton pada triwulan II-2012 (Grafik 1.12). Grafik 1.12 Arus Muat Pelabuhan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q ,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 Muat gmuat Sumber : Pelindo Kendari Impor Sulawesi Tenggara pada periode berjalan secara tahunan menunjukkan pertumbuhan yang melambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu dari 11,47% menjadi 7,95% (Tabel 1.1). Impor Sulawesi Tenggara dihitung dari dua kegiatan yaitu impor antar pulau dan impor luar negeri. Perlambatan impor yang terjadi disebabkan oleh tidak terdapatnya impor luar negeri pada periode 2 Datawarehouse Bank Indonesia Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 10

18 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II 2012 pengamatan, berbeda dengan periode tahun sebelumnya yang masih terdapat kegiatan impor luar negeri. Dari sisi perdagangan antar pulau, terjadi peningkatan yang tercermin dari pertumbuhan tinggi arus bongkar di pelabuhan Kota Kendari sebesar 63,49% (Grafik 1.13). Tingginya aktivitas bongkar muat tersebut disebabkan oleh kondisi sentra produksi pasokan utama konsumsi Sulawesi Tenggara yang berada di luar provinsi. Selain itu, meningkatnya pertumbuhan arus bongkar tersebut diperkirakan disebabkan oleh kebutuhan barang konsumsi masyarakat yang meningkat yang tercermin dari pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga sebesar 8,03% (y-o-y). Selain itu juga terindikasi dari masuknya perusahaan kontainer baru yaitu PT.Tanto. Dengan pertumbuhan impor yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor, berimplikasi pada Net Balance arus perdagangan dengan arah positif. Grafik 1.13 Arus Bongkar Pelabuhan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q ,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0,1 0,2 Bongkar gbongkar Sumber : Pelindo Kendari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 11

19 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara secara sektoral pada triwulan II-2012 menunjukkan pertumbuhan yang positif pada hampir seluruh sektor kecuali sektor industri pengolahan (Tabel 1.3). Tabel 1.3 Pertumbuhan Tiap Sektor Y-O-Y (dalam persen) Sektor Q1 Q2 Q1 Q2 Pertanian 1,20% 0,20% 0,68% 1,59% 5,11% 7,39% Pertambangan 22,99% 38,50% 35,56% 35,12% 52,72% 40,79% Industri 18,77% 9,71% 8,20% 6,72% 6,61% 0,46% Listrik, Gas dan Air 8,62% 13,32% 6,23% 11,10% 20,22% 20,94% Bangunan 15,83% 16,87% 15,03% 12,76% 10,61% 13,19% Perdagangan 12,09% 11,20% 10,11% 11,12% 11,89% 12,11% Angkutan 9,04% 11,67% 12,43% 9,63% 8,78% 10,42% Keuangan 12,61% 19,42% 15,61% 18,23% 8,28% 8,52% Jasa jasa 1,35% 1,72% 3,57% 3,59% 6,46% 8,76% PDRB 8,21% 8,94% 8,67% 8,68% 10,10% 11,21% Sumber: BPS Sulawesi Tenggara Sektor yang memiliki kontribusi tertinggi yaitu sektor sektor pertambangan, pertanian dan sektor perdagangan-hotel-restauran. Sementara sektor industri memberikan tekanan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi (Tabel 1.4). Tabel 1.4 Kontribusi Pertumbuhan Sektoral (yoy) Sektor Q2 Pertanian 0,40% 0,52% 2,14% Pertambangan 1,18% 2,04% 3,09% Industri 1,50% 0,59% 0,04% Listrik, Gas dan A 0,06% 0,08% 0,16% Bangunan 1,35% 1,13% 1,24% Perdagangan 2,03% 1,91% 2,11% Angkutan 0,79% 0,85% 0,92% Keuangan 0,72% 1,08% 0,56% Jasa jasa 0,18% 0,45% 1,04% Sumber : BPS Prov. Sultra Pada periode ini, sumbangan sektor pertanian kembali mengalami penurunan pangsa yaitu dari 31,71% pada tahun 2011 menjadi 31,15%. Pada sisi lain, sektor pertambangan mengalami peningkatan pangsa dari 6,08% pada tahun 2011 menjadi 7,88% (Grafik 1.14). Peningkatan pangsa tersebut disebabkan oleh semakin tingginya pertambangan komoditas nikel dan aspal. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 12

20 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II 2012 Grafik 1.14 Pangsa Sektoral 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 13,32% 13,07% 13,05% 13,2% 12,4% 12,03% 11,71% 7,59% 7,44% 7,89% 8,8% 8,8% 9,21% 8,96% 15,11% 15,30% 15,75% 16,8% 17,4% 18,62% 18,57% 7,77% 7,85% 8,15% 8,5% 9,1% 8,56% 8,76% 8,75% 8,95% 8,86% 8,0% 8,8% 6,93% 6,22% 5,01% 5,75% 5,19% 5,1% 5,8% 6,08% 7,88% 36,19% 35,40% 34,66% 33,1% 31,0% 31,71% 31,15% Q2 Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa jasa Sumber : BPS Prov. Sultra Perkembangan tiap sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terhadap pembentukan PDRB akan dianalisis lebih lanjut dalam sub bab berikut ini Sektor Pertanian Grafik 1.15 Produksi Padi Sulawesi Tenggara Perkembangan sektor pertanian pada triwulan II % % menunjukkan pertumbuhan % % sebesar 7,39% (y.o.y) (Tabel 1.3) % 100% yang mengalami peningkatan % % signifikan dibandingkan periode yang 0 100% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 sama tahun sebelumnya sebesar ,68% (y-o-y). Sumber : Dinas Pertanian Prov. Sultra Produksi Padi (Ton) Luas Lahan (Ha) Luas Panen (Ha) gproduksi gluas Lahan gluas Panen Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan sektor pertanian yaitu pertumbuhan produksi padi 12,13% (Grafik 1.15) dengan dukungan cuaca yang relatif baik dibandingkan tahun 2011 yang mengalami banjir di beberapa daerah sentra produksi Sektor Pertambangan Perkembangan sektor pertambangan Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2012 kembali mengalami tren pertumbuhan yang pesat sebesar 40,79% (y.o.y) dan meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 35,56% (Tabel 1.3). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 13

21 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II 2012 Peningkatan pertumbuhan sektor pertambangan juga tercermin pada peningkatan hasil pertambangan komoditas bijih nikel PT.Antam, Tbk yang tumbuh sebesar 38,23% (y.o.y) (Grafik 1.16). Peningkatan produksi bijih nikel tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan yang datang dari Eropa, Korea dan Cina. Selain itu, peningkatan tersebut juga tercermin dari meningkatnya volume ekspor luar negeri Provinsi Sulawesi Tenggara yang tumbuh 24,12% (y.o.y) dengan pangsa komoditas pertambangan ±50% dari total ekspor. Grafik 1.16 Produksi Bijih Nikel PT.Antam, Tbk Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Bijih Nikel (WMT) gbijih nikel Sumber : PT.Antam Pertumbuhan sektor pertambangan pada triwulan I-II 2012 merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 6 tahun periode pengamatan. Peningkatan pesat sektor pertambangan didorong oleh semakin banyaknya investor asing dan dalam negeri yang melakukan investasi untuk eksplorasi bijih nikel di Sulawesi Tenggara. Penetapan kawasan ekonomi khusus pertambangan nikel juga turut menjadi daya tarik investasi bagi investor dalam melakukan eksploari nikel di Sulawesi Tenggara Sektor Industri Pengolahan Perkembangan sektor industri pengolahan pada triwulan II-2012 menunjukkan pertumbuhan negatif sebesar -0,46% (y.o.y) (Tabel 1.3) dan memberikan tekanan negatif terhadap pertumbuhan sebesar -0,04%. Kondisi pertumbuhan negatif sektor industri pengolahan juga sesuai dengan penurunan pertumbuhan produksi Ferronikel Sulawesi Tenggara yaitu dari 24,79% pada triwulan II menjadi sebesar 0,10% (y.o.y) (Grafik 1.17). Saat ini, hanya PT.Antam, Tbk yang memiliki pabrik pengolahan bijih nikel menjadi ferronikel, sehingga pertumbuhan sektor industri pengolahan masih belum optimal. Namun, rencana jangka panjang pemerintah daerah dan PT.Antam, Tbk merencanakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 14

22 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II 2012 pembangunan pabrik pengolahan ferronikel di Konawe Utara yang diharapkan dapat beroperasi mulai tahun Penurunan ini juga diduga disebabkan oleh sentralisasi produksi hasil pertambangan menjelang penetapan UU Minerba yang melarang ekspor hasil bumi tanpa diubah. Grafik 1.17 Produksi Ferronikel PT.Antam, Tbk Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0,2 0,4 0,6 0, Ferronikel (Ton Ni) gferronikel Sumber : PT.Antam Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pada triwulan II-2012 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) masih tumbuh positif sebesar 12,11% (y.o.y) (Tabel 1.3). Pertumbuhan sektor PHR antara lain ditandai dengan naiknya tingkat penghunian kamar hotel (TPK) di Sulawesi Tenggara dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dari 40,86% menjadi 46,82% (Grafik 1.18). Lebih lanjut, aktivitas perdagangan di Sulawesi Tenggara juga menunjukkan pertumbuhan yang positif yang tercermin dari pertumbuhan aktivitas arus bongkar muat di pelabuhan Kendari yang cukup tinggi yaitu sebesar 53,54% (y.o.y) (Grafik 1.19). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan sektor perdagangan antara lain peningkatan permintaan komoditas bahan bangunan, peningkatan permintaan komoditas konsumsi seiring dengan pertumbuhan konsumsi serta bertambahnya perusahaan kontainer baru yang memperlancar arus distribusi barang. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 15

23 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II 2012 Grafik 1.18 Tingkat Hunian Hotel 60 54,62 53,13 55, ,09 46,73 48,16 46,82 41,93 40,86 43,1 40,86 42,11 40, ,42 34,26 34,67 36, , Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Sumber : BPS Sultra Grafik 1.19 Arus Bongkar Muat Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q ,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0,1 Bongkar&Muat gbongkar&muat Sumber : Pelindo Kendari Sektor Bangunan Perkembangan sektor bangunan pada triwulan II-2012 menunjukkan pertumbuhan sebesar 13,19% (y.o.y) (Tabel 1.3). Relatif tingginya pertumbuhan sektor bangunan juga sesuai dengan tingginya pertumbuhan kredit perumahan/ruko pada perbankan yaitu 51,18% (y.o.y) menjadi sebesar Rp953,07 Milyar (Tabel 1.5). Aktivitas pembangunan oleh swasta diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan sektor bangunan yang relatif tinggi antara lain pembangunan perumahan, pembangunan ruko yang saat ini sedang berkembang pesat di tiga kota terpadat di Sulawesi Tenggara yaitu Kota Kendari, Bau-Bau dan Kolaka. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 16

24 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II 2012 Tabel 1.5 Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko Penggunaan 2011 Pangsa 2012 Pangsa Q1 Q2 Q3 Q Q1 Q KPR s/d Type ,08% ,03% KPR Di atas Type ,92% ,97% Total % % Sumber: Laporan Bank Umum Sektor Angkutan dan Komunikasi Grafik 1.20 Jumlah Arus Penumpang Di Bandara Haluoleo Kendari Perkembangan sektor angkutan dan ,0% komunikasi pada triwulan II ,0% mengalami pertumbuhan yang ,0% positif yaitu sebesar 10,42% (Tabel 30,0% ,0% 1.3). Peningkatan sektor angkutan ,0% ditandai dengan meningkatnya jumlah 0,0% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2* arus penumpang yang menggunakan alat transportasi udara di bandara Jumlah Penumpang (skala kanan) growth Kunjungan (skala kiri) Haluoleo. Pada periode berjalan jumlah Sumber : Bandara Haluoleo penumpang yang tiba di bandara Haluoleo tercatat sebanyak orang, dan jumlah penumpang yang berangkat tercatat sebanyak orang (Grafik 1.20) yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 24,81% dan 28,73% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan sektor angkutan diperkirakan didorong oleh meningkatnya aktivitas bisnis di Sulawesi Tenggara khususnya pada sektor pertambangan yang mengundang minat investor dalam negeri dan luar negeri. Peningkatan tersebut juga didukung oleh semakin tingginya aksesbilitas daerah-daerah di Sulawesi Tenggara melalui penambahan penerbangan ke daerah Wangi-Wangi, Bau-Bau dan Kolaka. Selain itu dukungan penambahan armada penerbangan Lion Air ke Kota Kendari juga menambah pertumbuhan sektor angkutan. Sementara pada sektor komunikasi, telekomunikasi yang berkembang pesat khususnya dalam hal akses internet tanpa kabel menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor komunikasi. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 17

25 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw-II Sektor Keuangan Sektor keuangan pada triwulan II-2012 tumbuh sebesar 8,52% (y.o.y) (Tabel 1.3). Pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 15,61% dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara sebesar 0,56% (Grafik 1.21). Grafik 1.21 Aset Perbankan Di Sulawesi Tenggara 0,5 0,45 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0, Tw Pertumbuhan sektor keuangan juga tercermin pada peningkatan aset perbankan Sulawesi Tenggara yang tercatat sebesar Rp 14,33 Triliun atau meningkat 46,48% dibandingkan triwulan II-2011 (grafik 1.20). Aset (Skala Kanan) Pertumbuhan Aset (Skala Kiri) Selain itu, perkembangan sektor keuangan juga tercermin dari Sumber : LBU pertumbuhan penyaluran kredit yang pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 38,59% (y.o.y) atau menjadi sebesar Rp9,34 Triliun (Tabel Indikator Perbankan). Triliun Sektor Lainnya Perkembangan sektor listrik, gas & air bersih (LGA) serta sektor jasa-jasa pada triwulan II-2012 menunjukkan pertumbuhan yang positif masing masing sebesar 20,94% (y.o.y) dan 8,76% (y.o.y). Pertumbuhan agresif sektor LGA didorong oleh peningkatan penggunaan gas rumah tangga seiring dengan beroperasinya stasiun gas di Kota Kendari. Sementara itu, peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa antara lain didorong oleh peningkatan pembiayaan perbankan terhadap sektor jasa dunia usaha yang mengalami pertumbuhan sebesar 61,41% (y.o.y) (Tabel Indikator Perbankan). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 18

26 BOKS 1 DAMPAK PENETAPAN PERATURAN MENTERI NO.07 TAHUN 2012 Berdasarkan UU Minerba No. 4 Tahun 2009, pada tahun 2014 akan dilakukan penghentian ekspor hasil pertambangan dalam hal ini ore nikel atau bijih nikel yang belum di olah atau dimurnikan ke luar negeri. Namun, mendahului penetapan UU tersebut, Kementrian ESDM mengeluarkan peraturan yang mengarahkan perusahaan pertambangan untuk mempersiapkan skema peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pegolahan dan pemurnian mineral, yang ditetapkan pada Perturan Menteri ESDM RI No.07 Tahun 2012 tertanggal 6 Februari 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral. Peraturan tersebut menetapkan bahwa perusahan pertambangan tidak dapat melakukan ekspor ore atau bijih nikel apabila perusahaan pertambangan tersebut belum memiliki IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi. Kemudian PerMen 07 Tahun 2012 tersebut diubah berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI No. 11 Tahun 2012 tertanggal 16 Mei 2012 yang menyebutkan bahwa perusahaan pertambangan dapat melakukan ekspor bijih atau ore mineral dalam hal ini nikel ke luar negeri sebelum tahun 2014 apabila telah mendapatkan rekomendasi dari Menteri ESDM c.q Direktur Jenderal. Rekomendasi tersebut akan diberikan dengan persyaratan sebagai berikut : a. Status IUP Operasi Produksi dan IPR clear and clean dalam artian bahwa setiap perusahaan pertambangan wajib memiliki IUP Operasi Produksi yang telah disetujui. b. Perusahaan pertambangan harus melunasi kewajiban pembayaran keuangan kepada negara. c. Perusahaan pertambangan wajib menyampaikan rencana kerja dan atau kerja sama dalam pengelolaan dan atau pemurnian mineral di dalam negeri d. Perusahaan pertambangan wajib menandatangani pakta integritas. Peraturan tersebut terhitung diberlakukan sejak Mei 2012 terhadap seluruh usaha pertambangan di Indonesia. Meski perusahaan pertambangan besar seperti PT.Antam telah melakukan proses pengolahan, namun tetap belum dapat melakukan penjualan/ekspor ke luar negeri, karena terlebih dahulu harus mendapat rekomendasi dari Menteri ESDM. Sehingga, sejak 19

27 diberlakukannya peraturan tersebut, perusahaan pertambangan hanya dapat melakukan transaksi penjualan hasil pertambangan di dalam negeri. Beberapa dampak yang ditimbulkan oleh penetapan PerMen tersebut yaitu : a. Berhentinya ekspor seluruh perusahaan pertambangan di seluruh Sulawesi Tenggara. Berhentinya ekspor tersebut dikarenakan cukup lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan rekomendasi menteri ESDM dengan terlebih dahulu harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan. b. Berhentinya ekspor tersebut juga berdampak pada berhentinya proses pertambangan di sebagian besar daerah Kolaka, Kolaka Utara, Konawe Utara dan Konawe Selatan yang merupakan sentra pertambangan di Sulawesi Tenggara c. Terdapat juga indikasi awal investor yang mulai lari dari Sulawesi Tenggara karena menyatakan ketidaksanggupan dalam memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh kementrian ESDM. d. Akibat penetapan PerMen tersebut, pelaku usaha pertambangan juga menjadi enggan dalam mereklamasi dan mereboisasi lahan-lahan eks pertambangan, sehingga sering terjadi tanah longsor dan banjir bandang selama musim hujan di beberapa daerah yang dekat dengan lokasi pertambangan seperti Kolaka Utara. e. Dampak lainnya yang secara langsung mempengaruhi masyarakat adalah berkurangnya tingkat hunian hotel di wilayah pertambangan seperti Kolaka, Kolaka Utara, Konawe dan Konawe Selatan, akibat kembalinya pekerja-pekerja pertambangan ke daerah asal selama penghentian pertambangan tersebut. f. Selain itu, masyarakat yang bekerja pada pertambangan menjadi kehilangan mata pencaharian/menganggur dan diperkirakan akan menyebabkan orang kehilangan pekerjaan. 20

28 BOKS 2 PERKEMBANGAN KAKAO Perkembangan perkebunan kakao di Sulawesi Tenggara secara dinamis menunjukkan penurunan dan peningkatan di beberapa daerah. Hasil survei di wilayah Kolaka Utara dan Kolaka terhadap petani dan eksportir menunjukkan terjadi penurunan produksi Kakao yang berkisar antara 5% - 10%. Beberapa penyebab penurunan tersebut adalah: a. Usia tanaman Kakao di Kolaka dan Kolaka Utara rata-rata di atas 20 tahun menyebabkan produksi Kakao menurun dengan kualitas yang menurun juga. b. Program Gernas Kakao sambung samping pada wilayah Kolaka dan Kolaka Utara belum memberikan hasil yang maksimal karena sambung samping dilakukan terhadap tanaman kakao yang sudah berusia diatas 15 tahun sehingga tidak dapat berproduksi secara maksimal. c. Selain itu, bimbingan dan pendampingan terhadap petani Kakao dalam memelihasi Kakao program sambung samping masih cukup minim, sehingga banyak terjadi kesalahan perawatan yang menyebabkan produksi tidak maksimal. d. Sebagian besar perkebunan Kakao di Kolaka dan Kolaka Utara juga memiliki berbagai jenis tanaman lain seperti nilam dan cengkeh secara berdampingan sehingga menyebabkan penyerapan unsur hara menjadi tidak optimal. e. Lebih lanjut menurunnya produksi Kakao juga disebabkan berkurangnya unsur hara dalam tanaman Kakao akibat pupuk kimia yang digunakan selama bertahun-tahun sehingga merusak unsur hara pada tanah. f. Ketidakfokusan petani terhadap satu jenis tanaman juga menjadi penyebab tidak terawatnya dengan baik tanaman Kakao sehingga tidak dapat berproduksi secara maksimal. Pada sisi lain, di wilayah Konawe dan Konawe Selatan, perkembangan produksi perkebunan Kakao menunjukkan peningkatan yang signifikan yang disebabkan oleh: a. Keberhasilan program Gernas Kakao sambung samping karena usia tanaman yang masih berkisar 15 tahun yang mengikuti program tersebut. b. Usia tanaman yang rata-rata antara tahun menyebabkan produktivitas masih tinggi. 21

29 Perkembangan pembelian kakao oleh eksportir pada tahun 2012 JUGA menunjukkan penurunan namun relatif kecil dibandingkan tahun 2011 yang berkisar anatara 5-10%. Penurunan tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu : a. Penurunan produksi kakao pada sebagian besar lahan perkebunan Kakao. b. Penurunan permintaan dari luar negeri karena sedang berlangsungnya panen raya Kakao di negara Ghana yang merupakan penghasil Kakao terbesar ke-2 dunia dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan Kakao Indonesia. Kualitas Kakao yang mulai menurunan juga turut mendorong penurunan pembelian Kakao oleh eksportir karena tingginya spesifikasi permintaan perusahaan pengelola Kakao di luar negeri. 22

30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw-II 2012 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

31 BAB II Perkembangan Inflasi Tw-II KONDISI UMUM Inflasi Kota Kendari secara akumulatif hingga akhir triwulan II 2012 telah mencapai 3,59% (y-t-d) atau secara tahunan sebesar 4,65% (y-o-y) mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya 5,10% (y-o-y). Inflasi Kota Kendari tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional dan sulampua (sulawesi, maluku, papua) yang masing-masing sebesar 4,53% (y-o-y) dan 4,14% (y-o-y). Namun perkembangan inflasi Kota Kendari tersebut masih berada pada sasaran pemerintah yakni 4,5%±1% (y-o-y). Penurunan inflasi tahunan pada periode laporan dipengaruhi oleh melemahnya inflasi administered price (harga yang diatur pemerintah) dan inflasi volatile food (bahan makanan bergejolak), meski terjadi peningkatan pada inflasi inti. Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kendari (%, yoy) Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Kendari (%, mtm, ytd) % (yoy) TW I 2012 TW II ,10 5 4,65 4,14 4 3, ,97 4,53 4,04 0,76 5,74 1,64 8,90 8,31 %, MTM %, YTD 5,08 4,90 5,09 2,14 3,59 2,99 0,79 2,36 2,81 2,91 (0,55) (0,17) 0,19 0,79 1,34 0,21 0,44 0,10 0,66 (2,98) 0 Kendari Sulampua Nasional Sumber : data BPS Sumber : data BPS 2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, inflasi Kota Kendari sepanjang triwulan II 2012 tercatat sebesar 1,21% (q-t-q) melemah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat 2,36% (q-t-q). Pelemahan inflasi pada periode laporan bersumber dari menurunnya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan; kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan; kelompok sandang; dan kelompok makanan jadi (Tabel 2.1). Inflasi kelompok bahan makanan mengalami perlambatan terutama didorong oleh penurunan harga (deflasi) pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya dari 16,56% (q-t-q) menjadi -3,24% (q-t-q); sub kelompok kacang-kacangan dari 1,66% (q-t-q) menjadi -12,95% (q-t-q); dan sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya dari 2,65% (q-t-q) menjadi -3,10% (q-t-q) (Grafik 2.6). Sementara kelompok transportasi, komunikasi dan jasa Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 23

32 BAB II Perkembangan Inflasi Tw-II 2012 keuangan tercatat deflasi secara triwulan dari 0,24% (q-t-q) menjadi (q-t-q) terutama dipengaruhi oleh deflasi pada sub kelompok transport sebesar -1,05% (q-t-q) dan menurunnya inflasi pada sub kelompok sarana dan penunjang transpor dari 1,89% (q-t-q) menjadi 0,53% (q-t-q). Selain itu, kelompok sandang turut mengalami deflasi dari 1,46% (qt-q) menjadi -0,58% (q-t-q) terutama pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya yang juga mengalami deflasi sebesar -1,93% (q-t-q). Meski mengalami pelemahan, pada periode laporan ditandai dengan inflasi di sepanjang periode bulanan yakni 0.44% (m-t-m) pada April, 0,10% (m-t-m) pada Mei, dan 0.66% (m-t-m) pada Juni 2012 sehingga inflasi secara akumulatif di tahun berjalan telah mencapai 3,59% (y-t-d) (Grafik 2.2). Perkembangan inflasi Kota Kendari tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi 2 tahun terakhir (historis) yang tercatat 1,17% (q-t-q), meski secara bulanan khususnya pada bulan Mei memiliki pola yang berbeda dengan ratarata inflasi historis (Grafik 2.4). Tekanan inflasi pada triwulan laporan masih didorong terutama oleh inflasi pada kelompok perumahan dan kelompok bahan makanan masing-masing 2,88% (q-t-q) dan 2,26% (q-t-q) memiliki kontribusi terbesar 0,68% (q-t-q) dan 0,61% (q-t-q) (Grafik 2.3). Inflasi kelompok bahan makanan didorong oleh kenaikan harga pada komoditas ikan segar dan bumbu-bumbuan masing-masing sebesar 8,69% (q-t-q) dan 21,14% (q-t-q). Sementara itu, peningkatan inflasi kelompok perumahan terjadi seiring kenaikan harga pada sub kelompok biaya tempat tinggal dan sub kelompok bahan bakar. Kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan memiliki bobot terbesar dalam keranjang inflasi masing-masing 27,18% dan 24%. (Grafik 2.3). Grafik 2.3 Kontributor Inflasi Kendari Grafik 2.4. Inflasi Aktual vs Historis BOBOT Bahan Makanan Perumahan Makanan Jadi Sandang Transportasi Pendidikan Kesehatan INFLASI 0,61 %, Q T Q 1,30 0,68 %, Y O Y 1,75 0,08 0,51 (0,05) 0,70 (0,14) 0,04 0,00 0,21 0,04 0,14 1,21 4, ,21 Triwulan II (q t q,%) Tw II 12 1,17 Rata rata Inflasi Tw II ,44 April'12 (mtm,%) April'12 0,06 0,10 Rata rata Inflasi April Mei'12 (mtm,%) Mei'12 0,77 Rata rata Inflasi April ,66 Juni'12 (mtm,%) Juni'12 0,35 Rata rata Inflasi April Sumber : data BPS Sumber : data BPS Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 24

33 BAB II Perkembangan Inflasi Tw-II 2012 Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Inflasi Kota Kendari Kelompok Barang I II III IV I II QTQ YOY QTQ YOY QTQ YOY QTQ YOY QTQ YOY QTQ YOY IHK 2,35 6,53 1,65 7,53 4,11 7,88 (2,97) 5,09 2,36 5,10 1,21 4,65 Bahan Makanan 2,31 12,56 2,50 10,97 9,42 11,90 (10,82) 2,33 5,08 5,10 2,26 4,86 Makanan Jadi 1,69 3,34 (0,04) 3,91 1,59 3,64 0,20 3,48 1,79 3,58 0,67 4,31 Perumahan 3,13 4,46 1,89 6,58 1,17 6,83 0,86 7,22 2,30 6,36 2,88 7,39 Sandang (0,12) 5,82 2,56 5,52 9,05 15,42 (1,63) 9,89 1,46 11,63 (0,58) 8,22 Kesehatan 2,58 2,90 1,48 3,82 0,75 4,82 1,38 6,32 0,97 4,66 0,99 4,15 Pendidikan 10,66 15,26 (0,05) 15,49 1,36 13,55 0,95 13,18 1,08 3,38 0,04 3,47 Transportasi 0,43 1,88 1,42 5,63 1,24 2,03 (0,46) 2,64 0,24 2,45 (0,73) 0,28 Grafik 2.5. Inflasi Kelompok Bahan Makanan Grafik 2.6. Deflasi Subkelompok Bahan Makanan (q t q) 50% 40% 30% 20% 10% 0% 10% 20% 30% (q t q) 15% 10% 5,08 4,69 8,69 2,26 5,75 I II III IV I II III IV I II III IV I II BAHAN MAKANAN Ikan Segar Bumbu bumbuan 21,14 Grafik 2.7. Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q t q) 30% 20% 10% 0% 10% 20% (q t q) 20% 15% 16,56 I II III IV I II III IV I II III IV I II Padi padian, Umbi umbian dan Hasilnya Kacang kacangan Telur, Susu dan Hasil hasilnya Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Sandang 2,65 1,66 3,24 3,10 12,95 5% 0% 5% 10% 1,89 0,24 0,53 0,03 0,73 1,05 I II III IV I II III IV I II III IV I II % 5% 0% 5% 10% 1,46 0,61 0,23 2,8 0,58 1,93 I II III IV I II III IV I II III IV I II TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Transpor Sarana dan Penunjang Transpor SANDANG Barang Pribadi dan Sandang Lain Sandang Wanita Grafik 2.9. Inflasi Kelompok Perumahan (q t q) 20% 15% 10% 5% 0% 5% 3,12 2,3 0,19 I II III IV I II III IV I II III IV I II PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Sumber : data BPS 5,84 2,88 0,76 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 25

34 BAB II Perkembangan Inflasi Tw-II DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan disagregasinya, penurunan inflasi pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh melemahnya inflasi administered price (harga yang diatur pemerintah) dan inflasi volatile food (bahan makanan bergejolak), meski terjadi peningkatan pada inflasi inti. Melemahnya pergerakan harga komoditas volatile food dan adminestered ditopang oleh memadainya pasokan di sisi penawaran dan relatif lancarnya distribusi khususnya bahan makanan. Grafik 2.10 Perkembangan Disagregasi Inflasi Kendari 29% 24% 19% Inflasi Umum (Tw II 12, 4,65%) Volatile (Tw II'12, 4,8%) Administered (Tw II'12, 0,78%) Core (Tw II'12, 6,27%) 14% 9% 4% 1% 6% I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : data BPS Inflasi administered price Kota Kendari mengalami penurunan dan berada pada level yang rendah. Inflasi administered yang tercatat sebesar 3.05% (yoy) pada akhir triwulan I 2012 menurun menjadi 0,78% (yoy) pada periode laporan. Penurunan dipengaruhi oleh penurunan harga pada sub kelompok transpor terutama tarif angkutan udara yang dipengaruhi oleh penurunan permintaan atau low season baik untuk kunjungan bisnis maupun kunjungan wisata di tengah membaiknya kapasitas terpasang di sisi penawaran seiring adanya penambahan layanan operasional armada pesawat maskapai penerbangan di Bandara Haluoleo Kendari. Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Administered Price (y o y) 15% 10% 5% 0% 5% 10% 2,13 2,83 0,31 15% 20% 15,36 Jan 12 Feb 12 Mar 12 Apr 12 Mei 12 Jun 12 TRANSPOR Angkutan Udara Sumber : data BPS Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 26

35 BAB II Perkembangan Inflasi Tw-II 2012 Pada periode laporan, inflasi volatile food melambat dari 4,98% (yoy) pada akhir triwulan I 2012 menjadi 4,80% (yoy) pada akhir triwulan II Melambatnya inflasi volatile food disebabkan antara lain oleh turunnya beberapa harga komoditas padi-padian, antara lain beras, ketela pohon, tepung terigu; komoditas sayuran-sayuran antara lain kangkung, bayam, tomat sayur, wortel, dan jagung manis; telur ayam; dan komoditas kacang-kacangan antara lain tahu mentah, tempe, dan kacang hijau (Grafik 2.11) Grafik 2.12 Perkembangan Harga Komoditas Volatile Food Rp Sayuran Rp Kacang Kacangan MI MII MIII MIV MV MI MII MIII MIV MV MI MII MIII MIV MI MII MIII MIV MV MI MII MIII MIV MV MI MII MIII MIV Jan Feb Mar Apr Mei Juni Wortel Tomat Sayur 0 MI MII MIII MIV MV MI MII MIII MIV MV MI MII MIII MIV MI MII MIII MIV MV MI MII MIII MIV MV MI MII MIII MIV Jan Feb Mar Apr Mei Juni Tahu Mentah Tempe Rp. Beras Medium Telur Ayam Ras MI MII MIII MIV MV MI MII MIII MIV MV MI MII MIII MIV MI MII MIII MIV MV MI MII MIII MIV MV MI MII MIII MIV Jan Feb Mar Apr Mei Juni Sumber : Hasil Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia Periode panen padi yang terjadi pada beberapa sentra utama produksi padi di Sulawesi Tenggara mendorong peningkatan pasokan perdagangan beras sehingga menyebabkan harga beras bergerak turun. Dibandingkan dengan triwulan lalu, komoditas beras pada akhir periode laporan mengalami deflasi sebesar -3,04% (q-t-q). Adapun penurunan harga komoditas sayur-sayuran yang tercatat deflasi sebesar -3% (q-t-q) diperkirakan terjadi akibat intensitas curah hujan pada periode laporan yang cenderung lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sehingga kondusif bagi produksi beragam komoditas sayur-sayuran. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 27

36 BAB II Perkembangan Inflasi Tw-II 2012 Grafik 2.13 Pola Curah Hujan di Sulawesi Tenggara milimeter Sumber : BMKG 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Stamar Kendari Stamar Betoambare Baubau Stamar Pomalaa Kolaka Sumber : data BMKG Prov. Sultra Berbeda dengan kelompok volatile food yang memberikan dorong inflasi cukup rendah, kelompok inflasi inti tercatat mengalami peningkatan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya dari 6,05% (y-o-y) menjadi 6,27% (y-o-y). Peningkatan inflasi tersebut terutama berasal dari komoditas bahan bangunan antara lain produk besi beton, tukang bukan mandor, dan batu. Diperkirakan permintaan yang meningkat seiring mulai berlangsungnya pengerjaan proyek-proyek pemerintah termasuk proyek swasta pembangunan ruko, mall, real estate mempengaruhi terjadinya kenaikan harga pada komoditas bahan bangunan. Grafik 2.14 Inflasi Kelompok Inflasi Inti 25% 20% 15% 10% 5% 0% 22,86 17,97 12,97 9,46 11,79 7,99 4,23 1,21 Jan 12 Feb 12 Mar 12 Apr 12 Mei 12 Juni 12 Sumber : data BPS BIAYA TEMPAT TINGGAL Batu Besi Beton Tukang Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 28

37 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw-II 2012 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

38 BAB III Perkembangan Perbankan Tw-II PERKEMBANGAN PERBANKAN Perbankan pada triwulan II-2012 menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi terukur dari pertumbuhan yang positif aset sebesar 46,29%. Sehingga secara total, aset perbankan pada triwulan II-2012 menjadi Perkembangan aset tersebut diakselerasi oleh ekspansi kredit yang tumbuh tinggi sebesar 32,14%. Tingginya pertumbuhan kredit tersebut ditopang oleh pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) yang juga tinggi sebesar 38,34% sehingga mendorong angka LDR (Loan to Deposit Ratio) menjadi sebesar 94,30%. Sementara itu, tingkat kesehatan penyaluran kredit juga masih berada pada level cukup aman yang terukur dari angka NPL (Non Performing Loan) yang relatif kecil sebesar 1,64% (Tabel 3.1). Perkembangan tinggi perbankan juga tercermin dari perbankan syariah dengan indikator pertumbuhan aset sebesar 47,85%. Peningkatan aset tersebut didorong oleh penyaluran kredit yang cukup tinggi melebihi pertumbuhan penjaringan dana pihak ketiga (DPK) masing-masing sebesar 69,46% dan 49,82%. Disparitas pertumbuhan kredit dengan DPK tersebut menyebabkan angka LDR perbankan syariah cukup besar yaitu 103,49%. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum dan BPR Indikator Pertumbuhan Pangsa Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 y t d y o y Aset (Juta) Total Aset ,75% 46,29% Bank Umum ,38% 20,82% 46,48% BPR ,62% 11,16% 20,93% DPK (Juta) Total DPK ,69% 38,34% Bank Umum ,38% 17,82% 38,59% BPR ,62% 1,12% 5,31% Kredit Yang Disalurkan (Juta) Total Kredit ,70% 32,14% Bank Umum ,38% 14,63% 32,13% BPR ,62% 25,15% 32,89% Loan To Deposit Ratio (LDR) Total LDR 99,06% 98,73% 95,26% 96,76% 93,04% 94,30% Bank Umum 97,81% 97,17% 95,21% 96,73% 92,89% 94,11% BPR 102,16% 98,31% 96,96% 98,60% 83,52% 77,91% Non Performing Loan (NPL) Total NPL 2,32% 2,06% 2,19% 1,24% 1,83% 1,64% Bank Umum 2,49% 2,56% 2,17% 1,38% 1,74% 1,55% BPR 13,91% 14,35% 15,82% 15,38% 14,78% 13,50% Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 29

39 BAB III Perkembangan Perbankan Tw-II Bank Umum Pertumbuhan tinggi aset perbankan pada pada triwulan II-2012 yang sebesar 46,29%, didorong oleh pertumbuhan aset pada bank umum sebesar 46,48%. Namun, pertumbuhan tersebut mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2012 yang sebesar. Lebih lanjut, penurunan pertumbuhan aset juga terindikasi dari penurunan pertumbuhan kredit sebagai pembentuk dari aset perbankan. Pertumbuhan kredit pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 32,15% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit pada triwulan I yang sebesar 34,63% (grafik 3.1). Berdasarkan nominalnya, angka penyaluran kredit bank umum Sulawesi Tenggara mencapai Rp9,34 Triliun. Penurunan pertumbuhan kredit dari sisi penggunaan didorong oleh penurunan pertumbuhan kredit konsumsi dan investasi. Kredit investasi tercatat mengalami penurunan pertumbuhan dari 61,15% pada triwulan I-2012 menjadi 55,69%. Adapun penurunan pertumbuhan pada kredit konsumsi tercatat cukup besar yaitu dari 33,77% pada triwulan I-2012 menjadi 22,99%. Pada sisi lain, kredit modal kerja tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan meski relatif kecil yaitu dari 39,20% menjadi 41,39% (Grafik 3.1). Grafik 3.1 Pertumbuhan (g) dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) Grafik 3.2 Pangsa dan Nominal Kredit Penggunaan (%,Juta) 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% Triliun Konsumsi; Rp ; 53,19% Modal Kerja; Rp ; 36,42% 0% Tw I 2012 Skala Kanan : Skala Kiri : Modal Kerja Investasi Konsumsi gmodal Kerja ginvestasi gkonsumsi Tw Investasi; Rp ; 10,39% Sumber : LBU Sumber : LBU Meski mengalami penurunan pertumbuhan, namun pangsa kredit penggunaan terbesar masih terkonsentrasi pada kredit konsumsi dengan nominal Rp4,97 Triliun atau 53,19% dari total kredit. Sementara kredit investasi menempati urutan ketiga dalam dominasi pangsa dengan nominal sebesar Rp971 Milyar atau 10,39% dari total kredit (grafik 3.2). Lebih lanjut, kredit penggunaan untuk modal kerja yang mengalami peningkatan pertumbuhan, memiliki pangsa terbesar kedua dengan nominal Rp3,40 Triliun atau 36,42% (Grafik 3.2). Dari sisi sektoral, penurunan kredit tercermin dari penurunan pertumbuhan kredit pada beberapa sektor utama yaitu sektor perdagangan-hotel-restauran (PHR), jasa dunia usaha, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 30

40 BAB III Perkembangan Perbankan Tw-II 2012 jasa sosial serta pertanian. Penurunan pertumbuhan paling besar terjadi pada sektor pertanian dan sektor jasa sosial yaitu dari 116,25% dan 23,42% pada triwulan-i 2012 menjadi 30,77% dan -46,08%. Sementara pada sektor PHR dan jasa dunia usaha, penurunan pertumbuhan berada pada kisaran moderat yaitu masing-masing dari 46,86% dan 72,91% menjadi 45,30% dan 61,41% (grafik 3.3). Penurunan pertumbuhan kredit tersebut diperkirakan disebabkan oleh pelunasan kredit sehingga baki debet kredit berkurang, serta alokasi penyaluran kredit konsumsi yang diperbesar seiring dengan kondisi triwulan II-2012 yang bersamaan dengan periode peralihan tahun ajaran sekolah, serta menjelang bulan puasa. Grafik 3.3 Pertumbuhan (g) dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Juta) Grafik 3.4 Pangsa dan Nominal Kredit Penggunaan (%,Juta) Listrik, Gas & Air Pertambangan Jasa Dunia Usaha Industri Perdagangan Lainnya Pertanian Angkutan Konstruksi Jasa Sosial 45,23% 309,14% 109,13% 213,04% 72,91% 61,41% 28,33% 50,06% Tw I 2012 Tw ,86% 45,30% 33,77% 31,20% 116,25% 30,77% 45,59% 19,49% 9,19% 11,06% 23,42% 46,08% 29,71% 3,60% 3,26% 2,89% 1,80% 56,74% 1,99% 0,56% 0,98% 0,43% Lainnya Perdagangan Jasa Dunia Usaha Konstruksi Pertanian Jasa Sosial Industri Angkutan Pertambangan Listrik, Gas & Air 0,02% Sumber : LBU Sumber : LBU Berdasarkan pangsanya, dominasi penyaluran kredit sektoral masih pada sektor PHR dengan pangsa sebesar 29,71%. Sementara itu, sektor lainnya, yang memberikan sumbangan cukup tinggi terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara, memiliki pangsa kredit relatif kecil yaitu sektor pertanian 2,89%, sektor pertambangan 0,43%, sektor industri 0,98% serta sektor konstruksi 3,26% (grafik 3.4). Penyebab relatif kecilnya pangsa pada sektor-sektor tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat risiko khususnya pada sektor pertanian, serta dominasi pelaku usaha besar pada sektor pertambangan, industri dan konstruksi yang memiliki kekuatan modal cukup besar sehingga tidak memerlukan pembiayaan perbankan lokal. Namun, meski penyaluran kredit mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, angka pertumbuhan kredit pada triwulan II-2012 masih berada pada level yang cukup tinggi sebesar 32,15%. Tingginya penyaluran kredit tersebut disebabkan oleh kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara yang sedang berkembang pesat dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 11,21%. Perkembangan tersebut mencerminkan kenaikan produktivitas masyrakat Sulawesi Tenggara serta diiringi dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 31

41 BAB III Perkembangan Perbankan Tw-II 2012 kenaikan pola konsumsi sehinga mendorong untuk permintaan kredit terhadap perbankan baik untuk kredit modal kerja maupun konsumsi. Lebih lanjut, pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup tinggi pada triwulan II-2012 tersebut, ditopang oleh pertumbuhan tinggi pada penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), yang pada triwulan II-2012 tercatat tumbuh sebesar 38,59% dengan nominal Rp9,92 Triliun. Penghimpunan DPK tersebut juga mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan periode triwulan I-2012 yang sebesar 44,50%. Penurunan pertumbuhan DPK tersebut disebabkan oleh penurunan pertumbuhan pada giro, tabungan dan deposito masing-masing dari 62,27%, 34,32% dan 53,08% pada triwulan I-2012 menjadi 56,84%, 33,16% dan 32,29% (grafik 3.5). Namun, meski mengalami penurunan pertumbuhan, pertumbuhan pada triwulan II-2012 masih pada kategori cukup tinggi, yang didorong oleh peningkatan pendapatan masyarakat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang juga cukup tinggi mencapai 11,21%. Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat untuk menabung serta akses perbankan yang semakin meningkat juga turut berperan dalam peningkatan nilai DPK perbankan di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan pangsanya, dominasi DPK masih terdapat pada tabungan dengan pangsa 53,59% atau sebesar Rp5,32 Triliyun (grafik 3.6). Hal ini mengindikasikan bahwa penghimpunan dana sebagian besar berasal dari masyarakat menengah kebawah Grafik 3.5 Pertumbuhan DPK (%,Juta) Grafik 3.6 Pangsa dan Nominal DPK Deposito 32,29% 53,08% Deposito; ; 19,63% Giro; ; 26,79% Tabungan 34,32% 33,16% Trw I Trw II Giro 56,84% 62,27% Tabungan; ; 53,59% Sumber : LBU Sumber : LBU Pertumbuhan kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan DPK sehingga angka LDR bank umum berada pada angka 94,11%. Namun, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan LDR pada triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 92,89%. Kondisi ini menunjukkan bahwa alokasi DPK sudah digunakan secara optimal untuk pembiayaan perekonomian Sulawesi Tenggara. Mengacu kepada kondisi penyaluran kredit dan penghimpunan dana yang tumbuh tinggi, efisiensi perbankan juga mengalami peningkatan yang tercermin dari angka rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO) yang relatif rendah. Rasio BOPO pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 32

42 BAB III Perkembangan Perbankan Tw-II 2012 triwulan II-2012 tercatat sebesar 49,03%, lebih rendah dibandingkan rata-rata rasio BOPO historis sejak tahun 2008 yang sebesar 58,88% (tabel 3.2). Tabel 3.2 Perkembangan BOPO Bank Umum BOPO Q Q Biaya Operasional (Juta) Pendapatan Operasional (Juta) Rasio 63,75% 57,28% 58,97% 55,53% 49,18% 49,03% Sumber : LBU Selain efisiensi perbankan, salah satu ukuran peningkatan kinerja perbankan adalah rasio Net Interest Margin (NIM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio NIM bank Umum di Sulawesi Tenggara, pada triwulan II tercatat sebesar 12,13%, yang menunjukkan bahwa sudah cukup efektif menempatkan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Akan tetapi rasio tersebut mengalami penurunan, meski relatif kecil (Tabel 3.3) seiring dengan peningkatan pertumbuhan DPK yang merupakan beban biaya bunga serta peningkatan kredit. Tabel 3.3 Perkembangan Rasio NIM Bank Umum Tahun Biaya Bunga Pendapatan Pend.Bunga Kredit Giro Dep Tab DPK Bunga Bersih NIM ,17% ,49% ,87% ,13% Sumber : LBU Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Seiring dengan perkembangan bank umum yang tumbuh tinggi baik dari sisi aset dan kredit, BPR di Sulawesi Tenggara juga menunjukkan perkembangan positif. Saat ini, terdapat 15 BPR di Sulawesi Tenggara, yang terdiri dari 8 BPR milik swasta dan 7 BPR milik pemerintah daerah. Aset ke 15 BPR pada triwulan II-2012 sudah mencapai Rp 88,7 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 33

43 BAB III Perkembangan Perbankan Tw-II 2012 Milyar, tumbuh 20,93% (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset pada triwulan I-2012 yang sebesar 7,77% (Tabel 3.4 Indikator BPR) Tabel 3.4 Perkembangan Indikator BPR Indikator Pangsa Pertumbuhan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 y t d y o y Aset BPR ,16% 20,93% Dana Pihak Ketiga (DPK) (Juta) Total DPK ,12% 5,31% Deposito ,83% 3,98% 4,83% Tabungan ,17% 4,91% 5,71% Kredit Yang Disalurkan Total Kredit ,15% 32,89% Modal Kerja ,97% 29,99% 44,36% Investasi ,61% 19,26% 37,53% Konsumsi ,42% 10,34% 3,01% Kredit Sektoral (Juta) Pertanian ,10% 71,06% 172,03% Pertambangan ,12% 141,94% 805,13% Industri ,50% 3,21% 75,16% Listrik, Gas dan Air ,01% 66,50% Konstruksi ,65% 18,40% PHR ,75% 24,61% 27,99% Transportasi ,05% 2,60% 316,30% Jasa Jasa ,26% 13,22% 5,76% Lainnya ,56% 10,20% 3,12% Rasio Loan To Deposit BPR 102,16% 98,31% 96,96% 98,60% 83,52% 77,91% Rasio Non Performing BPR 13,91% 14,35% 15,82% 15,38% 14,78% 13,50% Sumber : LBU Kenaikan pertumbuhan aset BPR tersebut didorong oleh peningkatan penyaluran kredit yang tumbuh tinggi sebesar 32,89% yang juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2012 yang sebesar 27,40%. Adapun alokasi penyaluran kredit BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan pangsa 77,97%, yang disusul oleh kredit investasi dengan pangsa 21,42% (Tabel 3.4 Indikator BPR). Berdasarkan sektoralnya, penyaluran kredit oleh BPR sama halnya dengan bank umum, masih terkonsentrasi pada sektor PHR dengan pangsa 53,75%, yang diikuti oleh sektor pertanian sebesar 16,10%. Sementara debitur penyaluran kredit BPR seluruhnya adalah pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 34

44 BAB III Perkembangan Perbankan Tw-II 2012 Dari sisi penghimpunan dana, BPR Sulawesi Tenggara juga mengalami peningkatan meski masih relatif kecil yaitu sebesar 5,31% mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2012 yang sebesar 4,15%. Berdasarkan asalnya, DPK terbesar berasal dari tabungan dengan pangsa 55,17%, sementara yang berasal dari deposito sebesar 44,83% (Tabel 3.4 Indikator BPR). Performa BPR pada triwulan II-2012 terbilang cukup baik, khususnya tercermin dari indikator LDR yang mencapai 77,91%, meski berarti masih memberikan ruang optimalisasi penyaluran kredit kepada masyarakat. Dari sisi tingkat kesehatan, performa penyaluran kredit masuk dalam kategori yang tidak sehat, hal ini tercermin dari rasio NPL atau kredit macet yang mencapai 13,50% dari total kredit yang disalurkan. Rasio tersebut melebihi batas normal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5% Perbankan Syariah Seiring dengan krisis keungan global yang sudah berlangsung sejak tahun 2007, perbankan syariah menjadi primadona sektor keuangan. Hal ini disebabkan oleh karakteristik keuangan syariah yang relatif aman dari goncangan pasar keuangan modern saat ini yang penuh dengan spekulasi. Bank Indonesia dalam pengamanan sektor keuangan juga mendorong perkembangan perbankan syariah sebagai alternatif bagi masyarakat yang memiliki preferensi tingkat keamanan sekaligus mengamalkan nilai-nilai keagamaan. Perbankan syariah di Sulawesi Tenggara sudah berdiri sejak tahun 2004, yang kemudian terus berkembang dengan semakin meningkatnya minat dari masyarakat Sulawesi Tenggara. Pada triwulan II-2012, perbankan syariah turut memberikan sumbangsih perkembangan perbankan di Sulawesi Tenggara, dengan pertumbuhan aset yang cukup tinggi yaitu 47,85% (yoy). Peningkatan aset tersebut didorong oleh penyaluran kredit yang tumbuh tinggi mencapai 69,46% (yoy). Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit perbankan syariah terbesar dialokasikan pada penggunaan untuk modal kerja sebesar 42,80% dari total kredit, yang kemudian diikuti untuk penggunaan investasi dan konsumsi yang berimbang masing-masing sebesar 29,95% dan 27,25% dari total kredit. Kemudian, dalam mendukung peningkatan penyaluran kredit, perbankan syariah juga melakukan aktivitas penghimpunan dana yang terdiri dari Giro, Tabungan dan Deposito. Tingginya pertumbuhan penyaluran kredit pada periode triwulan II-2012 juga ditopang oleh pertumbuhan penghimpunan dana yang cukup tinggi namun masih lebih kecil dari pertumbuhan kredit yaitu sebesar 49,82% (Table 3.5). Dengan disparitas pertumbuhan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 35

45 BAB III Perkembangan Perbankan Tw-II 2012 kredit dan pertumbuhan DPK tersebut menyebabkan LDR perbankan syariah sangat tinggi berada diatas yaitu sebesar 103,49% (Tabel 3.4). Kondisi ini mencerminkan bahwa animo masyarakat terhadap perbankan syariah sangat tinggi khususnya bagi pelaku usaha dalam pembiayaan usaha. Namun meski angka LDR berada pada level yang sangat tinggi, tingkat kesehatan penyaluran kredit perbankan syariah masih relatif aman, yang tercermin dari angka rasio NPL yang berada dibawah 5% yaitu sebesar 1,52% (Tabel 3.5). Hal ini menunjukkan bahwa masih besarnya peluang bagi pengembangan perbankan syariah di Sulawesi Tenggara khususnya dengan adanya jaminan kelancaran pembayaran oleh debitur yang tercermin dari angka NPL rendah. Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah Indikator Tw I 2012 (yoy) Tw (yoy) gasset 58,26% 47,85% gdpk 36,89% 49,82% ggiro 63,13% 71,57% gtabungan 40,53% 42,49% gdeposito 27,31% 59,11% gkredit 61,92% 69,46% gmodal Kerja 73,22% 77,08% ginvestasi 42,36% 67,49% gkonsumsi 69,19% 60,67% LDR 96,99% 103,49% NPL Gross Ratio 4,59% 1,52% Sumber : LBU 3.2 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Pembayaran Tunai a. Aliran Uang Keluar/Outflow Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal 1 khususnya untuk keperluan transaksi (transaction motive), pada triwulan II-2012 Kantor Bank Indonesia Kendari telah mengedarkan uang kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara sebesar Rp791,06 Milyar, jumlah tersebut meningkat 24,10% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang sebesar Rp637,44 Milyar. Peningkatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang cukup tinggi pada triwulan II-2012 sebesar 11,21% (y.o.y). 1 Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 36

46 BAB III Perkembangan Perbankan Tw-II 2012 Namun pada sisi lain, peningkatan tersebut juga mencerminkan masih relatif rendahnya penggunaan alat pembayaran non tunai untujk transaksi ekonomi. Hal ini disebabkan para pelaku ekonomi masih berpendapat bahwa transaksi tunai lebih fleksibel dan cepat dibandingkan dengan non tunai seperti cek dan transfer atau alat pembayaran non tunai lainnya, meskipun dari sisi keamanan relatif lebih aman. Selain faktor tersebut, tingginya penggunaan alat pembayaran tunai disebabkan oleh masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki rekening di bank karena masih terbatasnya jaringan kantor bank. Oleh sebab itu, akses perbankan yang menjangkau seluruh masyarakat sangat diperlukan khususnya melalui pengembangan jaringan perbankan pada daerah dengan transaksi ekonomi yang cukup tinggi. B. Aliran Uang Masuk/Inflow Jumlah aliran uang kartal yang masuk dari perbankan dan masyarakat ke Kantor Bank Indonesia Kendari pada triwulan II-2012 sebesar Rp67,29 Milyar atau menurun 41,09% dibandingkan besarnya aliran uang masuk ke Kantor Bank Indonesia Kendari pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan arus inflow disebabkan oleh penggunaan uang kartal di Sulawesi Tenggara yang masih relatif tinggi sehingga terjadi disparitas antara arus uang masuk dan arus uang keluar. Diduga bahwa disparitas tersebut disebabkan oleh tingginya transaksi tunai dalam kegiatan ekonomi masyarakat Sulawesi Tenggara dengan pelaku ekonomi dari luar Sulawesi Tenggara, sehingga menyebabkan, uang yang masuk di Sulawesi Tenggara sebagian dibawa keluar (Lihat Box 1 Transaksi Arus Uang Keluar) Perkembangan Pembayaran Non Tunai. Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2012 yang mengalami peningkatan juga tercermin dari meningkatnya aktivitas pembayaran non tunai baik yang dilakukan melalui sarana Sistim Kliring Nasional BI (SKNBI) maupun BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meningkatnya aktivitas kliring terlihat dari meningkatnya jumlah nominal kliring yaitu dari Rp710,33 Milyar pada triwulan II-2011 menjadi Rp876,75 Milyar. Berbeda dengan nominal kliring yang mengalami peningkatam, jumlah warkat kliring mengalami penurunan dibandingkan periode triwulan II-2011 yaitu dari lembar menjadi lembar (Tabel 3.3). Kondisi ini mencerminkan bahwa, terjadi peningkatan nominal transaksi oleh masyarakat Sulawesi Tenggara seiring dengan peningkatan kapasitas ekonomi. Demikian halnya dengan kegiatan transaksi non tunai melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement / BI-RTGS juga menunjukkan peningkatan, sebagaimana terlihat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 37

47 BAB III Perkembangan Perbankan Tw-II 2012 pada meningkatnya jumlah transaksi maupun nominal. Jumlah transaksi melalui BI-RTGS pada triwulan II-2012 tercatat sebanyak transaksi meningkat dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebanyak transaksi, sementara jumlah nominal transaksi tercatat sebesar Rp27,50 Triliun (Tabel 3.3) meningkat dari Rp10,37 Triliun. Meningkatnya transaksi dengan menggunakan BI-RTGS selain disebabkan oleh meningkatnya perekonomian Sulawesi Tenggara pada periode berjalan, dan juga diperkirakan disebabkan oleh mulai meningkatnya awareness masyarakat menggunakan transaksi non tunai. Tabel 3.6 Data Indikator Sistem Pembayaran Provinsi Sulawesi Tenggara Kegiatan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pembayaran Non Tunai SKNBI Warkat Kliring Nominal (juta) RTGS Jumlah Transaksi Nominal (juta) Pembayaran Tunai (juta) Aliran uang masuk (inflow) Aliran uang keluar (outflow) Net (11.112) PTTB Sumber : Bank Indonesia Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 38

48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw-II 2012 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

49 BAB IV Keuangan Pemerintah Tw-II KONDISI UMUM Kinerja penyerapan anggaran belanja APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara hingga akhir triwulan II-2012 masih belum optimal. Dari total anggaran belanja daerah sebesar Rp2,02 triliun, baru sekitar 31,36% yang telah direalisasikan atau sebesar Rp633,94 milyar. Persentase realisasi anggaran terbesar ada pada belanja transfer dan belanja operasi, masing-masing sebesar 55,09% dan 36,99% dari anggaran. Adapun belanja modal yang dialokasikan sebesar Rp397 milyar, hingga akhir triwulan II realisasinya hanya sebesar 6,13% atau sebesar Rp24,35 milyar. Dari sisi pendapatan, realisasi pendapatan APBD hingga triwulan III mengalami pecapaian yang baik. Realisasi pendapatan APBD secara nominal sebesar Rp922,27 milyar atau sekitar 49,96% dari total anggaran pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Pencapaian ini berasal dari transfer dana perimbangan dan pendapatan asli daerah yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah. Plafond transfer dari dana perimbangan sebesar Rp1.313,44 milyar yang sebagian besar dari hasil pajak, 53,88% telah ditransfer ke APBD Provinsi Sulawesi Tenggara. Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara s.d.tw II-2012 (Rupiah) NO URAIAN APBD TA.2012 REALISASI s.d. TW II % THD APBD (1) (2) (3) = (2)/(1) 1. Pendapatan Daerah ,96 a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ,30 b. Pendapatan Transfer ,88 c. Lain lain PAD yang sah 2. Belanja Daerah ,36 a. Belanja Operasi ,99 b. Belanja Modal ,13 c. Belanja Tak Terduga d. Belanja Bagi Hasil (Transfer) ,09 Surplus/(Defisit) ( ) Sumber : Biro Keuangan Pemprov. Sulawesi Tenggara 4.2 REALISASI ANGGARAN BELANJA PADA APBD TRIWULAN II 2012 Pada akhir triwulan II 2012 dari total anggaran APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar Rp2,02 triliun, baru 31,36% telah direalisasikan atau sebesar Rp633,94 milyar. Belanja operasional yang meliputi belanja pegawai, barang, hibah, bantuan sosial dan keuangan yang dianggarkan mencapai Rp1.492,64 milyar telah terealisasi sebesar 37,21%, dimana serapan tertinggi secara nominal pada belanja pegawai mencapai Rp191,85 milyar atau 35,97% dari anggaran. Secara persentase, serapan tertinggi pada belanja hibah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 39

50 BAB IV Keuangan Pemerintah Tw-II 2012 belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan masing-masing 48,05%; 44,61%; dan 40,17% dibandingkan dengan anggaran. Adapun belanja operasi yang realisasinya cukup rendah yakni belanja barang dan belanja bunga. Belanja barang baru terealisasi 23,54% atau Rp68,15 milyar sedangkan belanja bunga baru terserap sebesar 17,39% atau Rp5,06 milyar. Sementara itu, kinerja belanja modal hingga triwulan II 2012 masih minim baru mencapai 6,13% dari anggaran yang dialokasikan sebesar Rp397 milyar. Apabila dilihat strukturnya, minimnya realisasi belanja modal bersumber dari belanja modal jalan, irigasi dan jaringan yang dianggarkan cukup dominan dalam APBD (70,48% dari anggaran belanja modal) baru terealisasi Rp4,9 milyar atau 1,75% dari anggaran sebesar Rp279,8 milyar. Belanja peralatan mesin dan belanja bangunan gedung juga belum signifikan realisasinya masih sebesar masing-masing 18,14% dan 21,06% dari anggaran. Pola serapan anggaran belanja modal yang relatif lambat dikhawatirkan berpotensi menghambat upaya untuk penyediaan sarana infrastruktur yang memadai dimana kondisi tersebut pada akhirnya dapat menjadi disinsetif bagi iklim investasi di Sulawesi Tenggara. Di samping itu, alokasi anggaran belanja modal pada total anggaran belanja Pemerintah Perovinsi Sulawesi Tenggara mengalami penurunan dari Rp487,94 milyar atau 31,12% dari anggaran belanja pada TA.2011 menjadi Rp397 milyar atau 19,92% dari anggaran belanja pada TA Sementara itu, realisasi belanja dari dana transfer bagi hasil hingga triwulan II 2012 tercatat cukup baik telah mencapai Rp57,4 milyar atau 55,09% dari anggaran belanja transfer pada TA Tabel 4.2 Realisasi Belanja Hingga Triw II-2012 (Rupiah) URAIAN APBD TA.2012 REALISASI s.d. TW II % THD APBD (1) (2) (3) = (2)/(1) Belanja Operasi ,21 Belanja Pegawai ,97 Belanja Barang ,54 Belanja Bunga ,39 Belanja Hibah ,05 Belanja Bantuan Sosial ,61 Belanja Bantuan Keuangan ,17 Belanja Modal ,13 Belanja Tanah ,81 Belanja Peralatan dan Mesin ,14 Belanja Bangunan dan Gedung ,06 Belanja jalan, Irigasi dan Jaringan ,75 Belanja Aset tetap Lainnya ,54 Belanja Tidak terduga Belanja Tidak Terduga Belanja Bagi Hasil (Transfer) ,09 Belanja Transfer ke Kab/Kota/Desa ,09 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 40

51 BAB IV Keuangan Pemerintah Tw-II REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PADA APBD TRIWULAN II 2012 Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan II 2012 tercapai cukup baik, secara nominal sebesar Rp633,94 milyar atau sekitar 49,96% dari total target pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Pencapaian ini berasal dari transfer dana perimbangan dan pendapatan asli daerah yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah yang realisasinya secara proporsional realatif baik hingga triwulan II Plafond transfer dari dana perimbangan sebesar Rp1.313,44 milyar telah ditransfer sebesar 53,88% ke APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Optimalnya realisasi dana transfer tersebut terutama berasal dari realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) yang telah mencapai Rp507,43 milyar atau 58,33% dari target pendapatan DAU TA yang ditargetkan sebesar Rp869,88 milyar. Selain itu, pendapatan dengan realisasi yang cukup baik juga dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Non Pajak serta Dana Penyesuaian terealisasi di atas 40% dari target anggaran. Namun demikian, realisasi penerimaan dari dana alokasi khusus masih relatif kurang optimal hanya 30,54% dari target. Sementara itu, pencapaian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga akhir triwulan II 2012 relatif cukup baik bersumber dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah dan laba perusahaan daerah yang telah mencapai masing-masing sebesar 63,05%, 39,09% dan 85,9% dari target pendapatan APBD. Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Hingga Triw II-2012 URAIAN APBD TA.2012 REALISASI s.d. TW II % THD APBD (1) (2) (3) = (2)/(1) Pendapatan Asli Daerah ,30 Pendapatan Pajak Daerah ,05 Pendapatan Retribusi daerah ,09 Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah Yang dipisahkan ,90 Lain lain PAD yang Sah ,50 Pendapatan Transfer ,88 Dan Bagi Hasil Pajak ,97 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) ,83 Dana Alokasi Umum ,33 Dana Alokasi Khusus ,54 Dana Penyesuaian ,61 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 41

52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Tw-II 2012 BAB V PERKEMBANGAN TENAGA KERJA & INDIKATOR KESEJAHTERAAN Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

53 BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tw-II KONDISI UMUM Kinerja indikator kesejahteraan hingga triwulan II 2012 masih melanjutkan trend perbaikan, tercermin dari meningkatnya indikator Nilai Tukar Petani (NTP) dan menurunnya jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara. Di sisi lain, kinerja indikator ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara hingga posisi Februari 2012 sedikit mengalami penurunan, tercermin pada tingkat pengangguran yang mengalami sedikit peningkatan. Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami sedikit peningkatan dari 3,06% pada tahun 2011 menjadi 3,10% pada Februari Hal ini dipengaruhi oleh siklus perekonomian pada beberapa sektor ekonomi yang relatif menurun antara lain sektor konstruksi, sektor angkutan dan sektor pertambangan pasca tahun baru, perayaan Imlek dan belum mulainya aktifitas proyek konstruksi pemerintah pada awal tahun. Sementara itu, meningkatnya indeks NTP disebabkan oleh peningkatan aktifitas petani di sub sektor perkebunan dan perikanan seiring masuknya musim panen komoditas di sub sektor tersebut yang meningkatkan pendapatan petani. Sedangkan, penurunan jumlah penduduk miskin dominan terjadi di pedesaan seiring meningkatnya penggunaan tenaga kerja pada musim tanam yang terjadi di periode triwulan I KETENAGAKERJAAN Berdasarkan data BPS posisi Februari 2012, persentase Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Tenggara mengalami sedikit peningkatan dari 3,06% pada tahun 2011 menjadi 3,10% (Grafik 5.2) atau jumlah pengangguran meningkat dari orang menjadi orang. Kinerja indikator ketenagakerjaan ini tidak searah dibandingkan data nasional yang menunjukkan penurunan atau membaik dari 6,56% pada tahun 2011 menjadi 6,32% pada Februari Meski demikian, tingkat pengangguran di Sulawesi Tenggara masih lebih baik atau lebih rendah dibandingkan nasional. Dari sisi lapangan pekerjaan utama, meningkatnya tingkat pengangguran terutama dipengaruhi oleh penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor konstruksi, angkutan dan pertambangan masing-masing sebesar -31,42%;-19,31%;dan %. Meski demikian, terdapat peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor industri, sektor jasa, sektor perdagangan, dan sektor pertanian yang masing-masing tumbuh sebesar 18,54%; 17,59%; 9,66%; dan 2,07%. Berdasarkan pangsanya, sektor pertanian masih terbesar menyerap tenaga kerja dengan pangsa sebesar 48,4% atau meningkat dibandingkan tahun 2011 yang tercatat 47,5%. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 42

54 BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tw-II 2012 Tendensi pangsa tersebut mengindikasikan adanya perbaikan kinerja di sektor pertanian setelah dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami penurunan serapan tenaga kerja. Sektor yang memiliki pangsa dominan lainnya yakni sektor jasa dan sektor perdagangan masing-masing sebesar 21% dan 18,9%, disusul sektor industri dan sektor angkutan masing-masing memiliki pangsa 6,2% dan 4,6%. Sementara itu, sektor pertambangan yang mengalami perkembangan pesat di Sulawesi Tenggara hanya menyumbang pangsa tenaga kerja yang kecil sebesar 3,3% atau sebanyak orang (Grafik 5.3). Grafik5.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja di Sulawesi Tenggara Grafik5.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Tenggara dan Nasional ,00 8,00 7,00 7,87 7,14 6,56 6,32 orang ,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 4,74 4,61 3,06 3, Feb 12 Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran (rhs) orang % Feb 12 Tingkat Pengangguran Sulawei Tenggara Tingkat Pengangguran Nasional Sumber: data BPS diolah Sumber: data BPS diolah Tabel 5.1 Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Lapangan Kerja Agust Feb Growth (%) Pertanian ,07 Pertambangan (15,72) Industri ,54 Listrik Gas Air Bersih ,10 Konstruksi (31,42) Perdagangan ,66 Angkutan (19,31) Keuangan ,37 Jasa ,59 Sulawesi Tenggara ,28 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 43

55 BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tw-II % Grafik 5.3 Persentase Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama 90% 70% 50% 30% 10% 14,4% 17,9% 19,2% 17,8% 21% 0,6% 5,0% 0,7% 0,8% 1,2% 1,2% 4,6% 4,1% 5,7% 4,6% 15,6% 16,1% 18,4% 17,3% 18,9% 3,3% 5,2% 3,8% 3,9% 5,5% 3,8% 2,2% 5,5% 2,2% 6,7% 5,3% 6,2% 3,3% 3,9% 3,3% 53,5% 50,4% 46,9% 47,5% 48,4% Jasa Keuangan Angkutan Perdagangan Konstruksi Listrik Gas Air Bersih Industri Pertambangan Pertanian 10% Feb 10 Agust 10 Feb 11 Agust 11 Feb 12 Sumber: data BPS diolah 5.3 KESEJAHTERAAN Nilai Tukar Petani (NTP) Data NTP Sulawesi Tenggara yang mencerminkan tingkat kesejahteraan petani mengalami peningkatan selama periode tahun berjalan seiring dengan perkembangan mulai masuknya musim panen di beberapa sub sektor utama yakni perkebunan dan perikanan khususnya komoditas kakao dan ikan segar. Pada akhir triwulan II 2012, NTP Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 106,83 atau mengalami peningkatan 0,32% dibandingkan NTP pada akhir triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 106,51 (Grafik 5.4). Indeks NTP Sulawesi Tenggara tersebut lebih tinggi dibandingkan NTP Sulampua (Sulawesi, Maluku, Papua) yang tercatat sebesar 104,56 dan NTP Nasional sebesar 104,88 (Grafik 5.5). Kenaikan NTP pada akhir triwulan II 2011 tersebut dipengaruhi oleh peningkatan indeks pada beberapa subsektor utama yakni subsektor perkebunan rakyat meningkat sebesar 0,77% dan subsektor perikanan meningkat 0,68%. Meski demikian, terdapat sub sektor yang mengalami penurunan NTP yakni subsektor peternakan -0,32%, subsektor tanaman pangan -0,29%, subsektor hortikultura -0,24%. Penurunan NTP pada subsektor hortikultura tersebut diperkirakan akibat pengaruh cuaca yang kurang kondusif bagi pertumbuhan produktifitas komoditas sayur-sayuran. Adapun penurunan NTP pada sub sektor peternakan seiring penurunan harga komoditas daging ayam kampung akibat produksi yang meningkat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 44

56 BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tw-II 2012 sehingga margin pendapatan peternak mengalami penurunan. Penyebab yang sama diperkirakan juga mempengaruhi penurunan NTP pada subsektor tanaman pangan terutama oleh turunnya harga beras dan umbi-umbian seiring musim panen yang terjadi pada beberapa sentra produksi. Grafik 5.4 NTP Sulawesi Tenggara Grafik 5.5 NTP Sulawesi Tenggara, Sulampua, Nasional ,50 1,00 0,50 106,51 106,83 (0,50) (1,00) I II III IV I II III IV I II % NTP Sulawesi Tenggara gntp (Axis Kanan) Sumber: data BPS diolah ,83 104, , I II III IV I II III IV I II NTP Sulawesi Tenggara NTP Sulampua NTP Nasional Sumber: data BPS diolah Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Tenggara Sub Sektor 2012 Tw I Tw II Perubahan 1. Tanaman Pangan (NTP P) 86,48 86,23 0,29% 2. Hortikultura (NTP H) 122,27 121,98 0,24% 3. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP Pr) 122,45 123,39 0,77% 4. Peternakan (NTP Pt) 90,87 90,58 0,32% 5. Perikanan (NTP Pi) 107,73 108,46 0,68% NTP Gabungan 106,51 106,83 0,30% Sumber: data BPS Jumlah Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara per Maret 2012 tercatat sebesar 14,61% dari jumlah penduduk atau sebesar jiwa, mengalami penurunan sebanyak jiwa dibandingkan tingkat penduduk miskin Sulawesi tenggara tahun 2011 yang tercatat sebesar jiwa atau 14,61% dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk miskin pada posisi Maret 2012 tersebut telah menggunakan acuan garis kemiskinan yang meningkat dari Rp ,- per kapita per bulan posisi Maret 2011menjadi Rp ,- per kapita per bulan per Maret Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 45

57 BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tw-II 2012 Grafik 5.6 Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara ,15 18,9% 378,52 Jml Pendd. Miskin Kota Jml Pendd. Miskin Desa % Total Pendd. Miskin 17,1% 14,61% 305,95 284,77 26,19 22,18 28,33 31, Mar 12 Sumber: Data BPS 13,71% 20% 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Dari jumlah penduduk miskin tersebut, 90,02% berada di daerah pedesaan sedangkan sisanya sebesar 9,97% atau jiwa berada di daerah perkotaan. Persentase pangsa jumlah penduduk miskin di pedesaan pada Maret 2012 mengalami penurunan sebesar 1,5% dibandingkan data tahun 2011 yang tercatat sebesar 91,53% seiring dengan menurunnya angka kemiskinan di pedesaan dari orang pada tahun 2011 menjadi orang pada Februari Kondisi sebaliknya terjadi pada pangsa penduduk miskin di perkotaan yang mengalami kenaikan sebesar 1,50% atau tumbuh sebanyak orang dari posisi tahun 2011 yang tercatat sebesar 8,47% atau sebanyak orang. Meski mengalami perbaikan, masih konsentrasi jumlah penduduk miskin di pedesaan menjadi tantangan pembangunan ekonomi dan wilayah oleh pemangku kepentingan terkait khususnya pemerintah daerah, mengingat potensi sumber daya alam Sulawesi Tenggara yang dominan berada di pedesaan khususnya di sektor primer pertanian namun hasilnya belum secara optimal mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan secara lebih luas. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 46

58 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw-II 2012 BAB VI PROSPEK EKONOMI Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

59 BAB VI Prospek Ekonomi Tw-II PROSPEK EKONOMI MAKRO Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan III-2012 diperkirakan masih akan tumbuh meski mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II Angka pertumbuhan pada periode triwulan III-2012 diproyeksi ada pada kisaran 8,5% + 0,5% (y.o.y) (tabel 6.1). Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara PENGGUNAAN Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3 Rumah Tangga 5,20% 6,44% 5,62% 6,01% 5,67% 4,94% 8,03% 8,04% Pemerintah 6,52% 0,19% 2,22% 4,51% 3,75% 7,78% 10,71% 0,72% Investasi 13,00% 17,94% 16,64% 15,27% 14,69% 7,25% 14,34% 7,85% Ekspor barang dan jasa 8,45% 8,96% 12,08% 15,54% 9,81% 17,23% 9,52% 20,82% Dikurangi impor barang dan jasa 6,89% 7,94% 11,47% 16,27% 7,98% 4,89% 7,95% 6,32% PRODUK DOMESTIK BRUTO 8,21% 8,94% 8,47% 8,17% 8,68% 10,10% 11,21% 8,92% Sumber :BPS Sultra Pada sisi penggunaan, peran konsumsi masih akan cukup kuat dalam menopang perekonomian Sulawesi Tenggara, khususnya konsumsi rumah tangga yang diprediksi tumbuh pada kisaran 8% + 0,5% (yoy). Prediksi ini didasarkan pada kondisi triwulan III-2012 yang bertepatan dengan faktor musiman pelaksanaan hari raya keagamaan Idul Fitri yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Grafik 6.1. Indeks Keyakinan Konsumen 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Sumber : SK Bank Indonesia Prov. Sultra Perkiraan kinerja perekonomian tersebut sesuai dengan optimisme responden Survei Konsumen atas ekspektasi terhadap kondisi perekonomian yang akan datang pada Indeks Ekspektasi Konsumen dengan nilai SB sebesar 111,30 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 99,7 (Grafik 6.1). Optimisme pada Indeks Ekspektasi Konsumen tersebut menggambarkan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian yang Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 47

Kendari, 8 Mei 2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA. Dian Nugraha Deputi Direktur

Kendari, 8 Mei 2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA. Dian Nugraha Deputi Direktur KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id) Tw I-2013 KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Februari 2012 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Februari 2012 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 November 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 November 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KAA PENGANAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi enggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi enggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 2011 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00-30.00 VOLUME

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 5 Mei 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 5 Mei 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan

Lebih terperinci