KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2017"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2017

2 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari No. Telp. (0401) ; No. Fax.(0401) Keterangan Cover: Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Kendari Fotografer: Daniel AP

3 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha-nya, buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara November 2017 dapat diterbitkan. Buku ini disusun setiap triwulan dan merupakan asesmen terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah ini disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial maupun sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi stakeholder di wilayah kerjanya. Dalam penyusunan laporan ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan dinas-dinas terkait, BPS Sulawesi Tenggara, BULOG Divre Sultra, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, PLN, berbagai perusahaan, perbankan, asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang membantu penyusunan buku ini. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan kajian yang lebih baik ke depan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha- Nya dan menerangi setiap langkah kita. Kendari, 21 November 2017 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara Minot Purwahono i

4 VISI MISI BANK INDONESIA VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rencah dan nilai tukar yang stabil. MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas: Trust and Integity Professionalism Excellence Public Interest Coordination and Teamwork ii

5 DAFTAR DAFTAR ISI ISI Kata Pengantar Visi Misi Bank Indonesia Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel Tabel Indikator Terpilih i ii iii v viii ix RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL KONDISI UMUM SISI PERMINTAAN Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor dan Impor SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA UTAMA Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Perdagangan Besar dan Eceran Konstruksi PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN 24 BAB II KONDISI FISKAL DAERAH STRUKTUR ANGGARAN APBD TAHUN PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI Realisasi Anggaran Pendapatan Realisasi Anggaran Belanja PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBN Realisasi APBN Provinsi Realisasi APBN Kabupaten/Kota PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD KOTA/KABUPATEN Realisasi Anggaran Pendapatan Realisasi Anggaran Belanja 35 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH KONDISI UMUM Perkembangan Inflasi Tahunan (year on year) Perkembangan Inflasi Bulanan (month to month) DISAGREGASI INFLASI UPAYA PENGENDALIAN INFLASI 44 iii

6 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Kinerja Keuangan Rumah Tangga Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di Perbankan Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga ASESMEN SEKTOR KORPORASI Sumber Kerentanan Sektor Korporasi Kinerja Korporasi Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) DI SULAWESI 64 TENGGARA Aset Bank Umum Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Penyaluran Kredit Rentabilitas Bank Umum Sulawesi Tenggara Perbankan Syariah Bank Perkreditan Rakyat AKSES KEUANGAN Akses Keuangan Kepada UMKM Akses Keuangan Kepada Penduduk 75 BAB V SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI Perkembangan Transaksi Kliring Perkembangan Transaksi RTGS PENGELOLAAN UANG TUNAI Aliran Uang Kartal Penyediaan Uang Layak Edar Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli 84 BAB VI KONDISI TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN 87 BAB VII PROSPEK EKONOMI DAERAH PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Triwulan I Tahun PROSPEK INFLASI Triwulan I Tahun Daftar Istilah Tim Penyusun iv

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 6 Grafik 1.2 Pangsa Sektor Dominan Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan III Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga 8 Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen 8 Grafik 1.6 Konsumsi Semen Di Sulawesi Tenggara 11 Grafik 1.7 Pertumbuhan Kredit Investasi Di Sulawesi Tenggara 11 Grafik 1.8 Realisasi Investasi PMA Di Sulawesi Tenggara 12 Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMDN Di Sulawesi Tenggara 12 Grafik 1.10 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 13 Grafik 1.11 Pangsa Komoditas Ekspor 13 Grafik 1.12 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara 13 Grafik 1.13 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara 14 Grafik 1.14 Arus Muat Barang 14 Grafik 1.15 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 15 Grafik 1.16 Arus Bongkar Barang Di Pelabuhan 15 Grafik 1.17 Pangsa Lapangan Usaha Pertanian 18 Grafik 1.18 Luas Panen Padi Di Sulawesi Tenggara 18 Grafik 1.19 Jumlah Pendaratan Ikan Di Kota Kendari 18 Grafik 1.20 Kredit Pertanian Sulawesi Tenggara 18 Grafik 1.21 Indeks Produksi Ore Nikel 19 Grafik 1.22 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara 19 Grafik 1.23 Kredit Industri Sulawesi Tenggara 20 Grafik 1.24 Pertumbuhan Produksi Manufaktur Mikro Dan Kecil 20 Grafik 1.25 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara 21 Grafik 1.26 Transaksi Perdagangan Luar Negeri 21 Grafik 1.27 Pertumbuhan Aktivitas Bongkar Muat Pelabuhan Kendari 22 Grafik 1.28 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara 22 Grafik 1.29 Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara 23 Grafik 1.30 Perkembangan Ekonomi Non Pertambangan Sulawesi Tenggara 24 Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara 28 Grafik 2.2 Perkembangan Tahunan Anggaran Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara 28 Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD 30 Sulawesi Tenggara Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi Dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara 30 Grafik 3.1 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara 38 Grafik 3.2 Pergerakan Inflasi Tahun Tahunan Sultra dan Andilnya Berdasarkan Kelompok 38 Grafik 3.3 Peta Spasial Inflasi Tahunan 39 Grafik 3.4 Pergerakan Inflasi Tahunan Kota Kendari Dan Kota BauBau Berdasarkan Kelompok 39 Grafik 3.5 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Pada Triwulan II 2017 Dan Triwulan III Grafik 3.6 Pergerakan Dan Pola Inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 41 Grafik 3.7 Pergerakan Inflasi Bulanan Kota Kendari Dan Kota BauBau Triwulan III Grafik 3.8 Disagregasi Inflasi 42 Grafik 3.9 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Penurunan 42 Grafik 3.10 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Peningkatan 42 Grafik 3.11 Indeks Harga Triwulan III 44 Grafik 3.12 Indeks Harga 3 & 6 Bulan Mendatang 44 v

8 vi Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara 48 Grafik 4.2 Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT Se-Sulawesi 48 Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumsi Sulawesi Tenggara 49 Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga 49 Grafik 4.5 Perubahan Penghasilan Saat Ini Di Bandingkan 6 Bulan Yang Lalu 49 Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan 6 bulan Mendatang 49 Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 50 Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pengeluaran/Bulan 50 Grafik 4.9 Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 51 Grafik 4.10 Kecukupan Pendapatan RT Debitur Bank Untuk Memenuhi Kebutuhan dan 51 Membayar Cicilan Grafik 4.11 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Debitur Bank 51 Grafik 4.12 Saving Ratio Rumah Tangga 51 Grafik 4.13 Kepemilikan Dana Cadangan Berupa Tabungan/Deposito/Cash 52 Grafik 4.14 Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah Tangga Terhadap Pendapatannya 52 Grafik 4.15 Kepemilikan Produk Perbankan 53 Grafik 4.16 Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan 53 Grafik 4.17 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara 54 Grafik 4.18 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara 54 Grafik 4.19 Komposisi DPK Perseorangan Sulawesi Tenggara 54 Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan Tiap Jenis Penempatan 54 Grafik 4.21 Komposisi Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 55 Grafik 4.22 Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 55 Grafik 4.23 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT 55 Grafik 4.24 NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT 55 Grafik 4.25 Pertumbuhan KPR Dan Pangsa KPR Tiap Tipe 56 Grafik 4.26 NPL Dan Suku Bunga KPR 56 Grafik 4.27 Pertumbuhan KKB Dan Pangsa Tiap Jenis 56 Grafik 4.28 NPL dan Suku Bunga KKB 56 Grafik 4.29 Pertumbuhan Multiguna Dan Pangsa Berdasarkan Besaran Kredit 57 Grafik 4.30 NPL dan Suku Bunga Multiguna 57 Grafik 4.31 Harga Nikel Internasional 58 Grafik 4.32 Pangsa Komoditas Ekspor 58 Grafik 4.33 Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison 59 Grafik 4.34 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Di Sulawesi Tenggara 60 Grafik 4.35 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral 60 Grafik 4.36 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapat Korporasi 6 Bulan Mendatang 60 Grafik 4.37 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi 61 Grafik 4.38 Pertumbuhan Kredit Korporasi 61 Grafik 4.39 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan 62 Grafik 4.40 Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi 62 Grafik 4.41 Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan 64 Grafik 4.42 Pergerakan MPL Kredit Investasi Korporasi 64 Grafik 4.43 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara 64 Grafik 4.44 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank 64 Grafik 4.45 DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara 65 Grafik 4.46 Pertumbuhan DPK Per Penempatan 65 Grafik 4.47 Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara 68 Grafik 4.48 Perbandingan Pertumbuhan DPK di Sulawesi 68 Grafik 4.49 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara 71 Grafik 4.50 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara 71 Grafik 4.51 Perkembangan BOPO dan NIM Bank Umum 71 Grafik 4.52 Spread Suku Bunga Bank Umum 71 Grafik 4.53 Pangsa Perbankan Syariah 72 Grafik 4.54 Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset Syariah se-sulawesi 72 Grafik 4.55 Perkembangan DPK Syariah 72 Grafik 4.56 Perkembangan Pembiayaan Syariah 72 Grafik 4.57 Perkembangan Aset BPR 74

9 Grafik 4.58 Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara 74 Grafik 4.59 Pertumbuhan Kredit BPR 74 Grafik 4.60 Pangsa Kredit BPR per Sektoral 74 Grafik 4.61 Pangsa Kredit UMKM 75 Grafik 4.62 Pertumbuhan Kredit UMKM 75 Grafik 4.63 Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral 75 Grafik 4.64 NPL Kredit UMKM Sektor Dominan 75 Grafik 4.65 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara 76 Grafik 4.66 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara 76 Grafik 4.67 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja 76 Grafik 4.68 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja 76 Grafik 5.1 Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 78 Grafik 5.2 Jumlah Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 78 Grafik 5.3 Preferensi Penggunaan Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 78 Grafik 5.4 Rata-Rata Nilai Per Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai Sulawesi Tenggara 78 Grafik 5.5 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 79 Grafik 5.6 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 79 Grafik 5.7 Preferensi Penggunaan Cek dan BG dalam Kliring Debet Penyerahan di Sulawesi 79 Tenggara Grafik 5.8 Perputaran Kliring Harian 79 Grafik 5.9 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) di Sulawesi Tenggara 80 Grafik 5.10 Persentase Tolakan Berdasarkan Warkat 80 Grafik 5.11 Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten 80 Grafik 5.12 Perkembangan Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten 80 Grafik 5.13 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 81 Grafik 5.14 Perputaran Harian Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 81 Grafik 5.15 Aliran Uang Kartal BI-Perbankan di Sulawesi Tenggara 82 Grafik 5.16 Posisi Net Outflow Uang Kartal di Sulawesi Tenggara 82 Grafik 5.17 Aliran Uang Kartal Keluar Berdasarkan Lokasi Kas 82 Grafik 5.18 Outflow Melebihi Kegiatan Penukaran dan Kas Keliling di Sulawesi Tenggara 82 Grafik 5.19 Rasio Pemusnahan Uang Rupiah Terhadap Inflow 84 Grafik 5.20 Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan 84 Grafik 6.1 Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha 86 Grafik 6.2 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Dari Sisi Tenaga Kerja 86 Grafik 6.3 Indeks Penghasilan Konsumen 87 Grafik 6.4 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara 87 Grafik 7.1 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen 90 Grafik 7.2 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi 90 Grafik 7.3 Perkiraan Perekonomian Dunia 92 Grafik 7.4 Perkiraan Harga Nickel dan Kakao 92 Grafik 7.5 Proyeksi Harga Minyak Dunia 93 Grafik 7.6 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk 93 vii

10 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Kawasan Sulawesi 6 Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 7 Tabel 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 16 Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Pada Triwulan III Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara 31 Pada Triwulan III 2017 Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Dan Belanja APBN Pada Triwulan 32 III 2017 Tabel 2.4 Realisasi Dana Desa 33 Tabel 2.5 Pencapaian APBN Kota/Kabupaten 34 Tabel 2.6 Pencapaian Pendapatan dan Belanja Kota/Kabupaten 35 Tabel 4.1 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya 65 Tabel 4.2 Tabungan Berdasarkan Nilainya 66 Tabel 4.3 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan III Tabel 4.4 Deposito Berdasarkan Pemiliknya 66 Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Nilainya 66 Tabel 4.6 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan III Tabel 4.7 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan III Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 91 Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 91 viii

11 TABEL INDIKATOR TABEL INDIKATOR PDRB DAN IHK Indikator I II III IV I II III Indeks Harga Konsumen - Kendari Baubau Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) - Sulawesi Tenggara PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,433 4,508 4,580 4,749 4,645 4,797 4, Pertambangan dan Penggalian 3,415 3,948 3,867 4,188 4,002 4,435 4, Industri Pengolahan 1,161 1,189 1,241 1,244 1,247 1,294 1, Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi 2,144 2,480 2,719 2,930 2,367 2,531 2, Perdagangan Besar & Eceran, 2,191 2,394 2,632 2,564 2,321 2,596 2, Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Adm Pemerintahan, 964 1,077 1,033 1, ,089 1, Jasa Pendidikan , Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 8,989 9,167 9,419 9,483 9,516 9,769 9, Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,308 2,926 2,817 2,941 2,462 2,956 3, Pembentukan Modal Tetap Bruto 7,227 7,892 8,195 8,936 8,294 8,579 9, Perubahan Inventori (16) Eksport Luar Negeri , ,000 1, Import Luar Negeri 764 1,210 1,040 1,598 2,007 1,770 2, Net Eksport Antar Daerah (445) (431) (524) (675) (379) (525) (615) Total PDRB (Rp Miliar) 17,918 19,320 19,922 20,580 19,347 20,676 21,224 Pertumbuhan PDRB (%, yoy) ix

12 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Indikator I II III IV I II III Perbankan Total Asset (Rp miliar) 22,003 22,895 22,906 23,347 23,194 25,207 24,383 - Bank Umum (Konvensional & Syariah) 21,732 22,603 22,632 23,038 22,900 24,881 24,073 - BPR Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Rp miliar) 15,367 15,690 15,442 14,872 15,882 17,058 17,072 - Giro 4,211 4,030 3,790 2,545 4,016 4,529 4,017 - Tabungan 7,245 7,665 7,717 8,627 7,635 8,109 8,157 - Deposito 3,912 3,995 3,934 3,700 4,230 4,420 4,898 Kredit Bank Umum* (Rp miliar) 16,915 17,910 18,119 18,266 18,813 19,450 19,904 - Modal Kerja 4,669 5,002 5,061 5,071 5,155 5,490 5,518 - Investasi 1,823 1,962 1,920 1,920 1,968 1,854 1,909 - Konsumsi 10,423 10,946 11,140 11,275 11,690 12,105 12,478 NPL Bank Umum(%) LDR (%) Kas (Rp miliar) - Inflow 1, , , ,339 - Outflow 282 1,612 1,044 1, , Net (Inflow - Outflow) 997 (1,033) 96 (1,058) 840 (1,422) 468 Kliring - Volume (transaksi) Nominal (Rp miliar) 2,084 2,437 2,172 2,404 2,000 1,634 1,848 RTGS dari Perbankan Sultra - Volume (transaksi) Nominal (Rp miliar) *Lokasi Bank x

13 RINGKASAN EKSEKUTIF November 2017

14 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Pertumbuhan ekonomi Sultra masih berada di atas nasional, namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya karena konsumsi rumah tangga yang melambat dan impor yang terakselerasi. Kondisi perbaikan diperkirakan terjadi pada triwulan IV 2017 sehingga secara keseluruhan tahun 2017 masih dapat tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan Ekonomi Daerah Pada triwulan III 2017 ekonomi Sulawesi Tenggara kembali mencatatkan pertumbuhan yang positif sebesar 6,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional yang hanya tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan kinerja perekonomian Sultra pada triwulan II 2017, kinerja pada triwulan III tersebut menunjukkan adanya perlambatan dari semula dapat tumbuh sebesar 7,0% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan tersebut disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga dan akselerasi yang terjadi pada impor luar negeri. Sementara itu dari sisi penawaran, perlambatan terjadi pada lapangan usaha utama seperti lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran serta lapangan usaha industri pengolahan. Memasuki triwulan IV 2017, perkembangan beberapa indikator ekonomi di Sulawesi Tenggara mengindikasikan arah pertumbuhan dengan tren meningkat dan diperkirakan mampu tumbuh pada kisaran 6,8% - 7,2% (yoy). Sektor ekonomi yang diperkirakan akan mengalami percepatan pertumbuhan yaitu lapangan usaha pertambangan dan penggalian, lapangan usaha industri pengolahan dan lapangan usaha konstruksi. Dengan realisasi perekonomian sampai dengan triwulan III tersebut, pada tahun 2017 perekonomian Sulawesi Tenggara diperkirakan dapat tumbuh sebesar 6,9% - 7,3% (yoy). Pertumbuhan ekonomi selama tahun 2017 tersebut masih mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang tumbuh hanya sebesar 6,5% (yoy). 2 Tekanan inflasi Sultra mengalami penurunan seiring dengan kembali normalnya konsumsi rumah tangga dan upaya pengendalian inflasi untuk meningkatkan produksi dan pasokan pangan strategis. Inflasi Daerah Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 mencapai 3,18% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy). Sumber utama penurunan inflasi tersebut berasal dari kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan, serta kelompok bahan makanan seiring dengan telah kembali normalnya permintaan masyarakat pasca perayaan hari besar keagamaan yang berada pada triwulan sebelumnya. Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama Bank Indonesia melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan III 2017 difokuskan pada upaya meningkatkan produksi dan pasokan pangan strategis. Upaya yang dilakukan antara lain yaitu mengimplementasikan Urban Farming untuk komoditas sayur-sayuran, rapat koordinasi membahas permasalahan pasokan ikan tangkap, sosialisasi kebijakan HET untuk komoditas beras dan gula pasir, serta upaya penguatan TPID tingkat kabupaten. Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan IV 2017 diperkirakan meningkat di tengah meningkatnya permintaan domestik seiring dengan libur Natal dan Tahun Baru. Beberapa komoditas yang diperkirakan mengalami peningkatan tekanan inflasi diantaranya tarif angkutan, pakaian, dan makanan jadi.

15 Stabilitas keuangan daerah masih terjaga dan mendukung peningkatan kinerja institusi keuangan di Sultra. Stabilitas Keuangan Daerah Stabilitas keuangan daerah masih terjaga, terutama dari ketahanan sektor rumah tangga. Meskipun menghadapi kerentanan yang disebabkan oleh adanya penurunan optimisme konsumsi, namun tingkat konsumsi yang masih dalam batas wajar, perilaku berutang yang membaik dan risiko kredit yang masih terjaga berdampak minimal pada stabilitas sistem keuangan. Sementara itu dari sisi sektor korporasi, kinerja korporasi utama masih cukup stabil meskipun terjadi perlambatan beberapa sektor utama. Meskipun demikian, optimisme dalam perekonomian turut mendukung kinerja institusi keuangan, khususnya perbankan di Sulawesi Tenggara. Kinerja penghimpunan dana pihak ketiga masih melanjutkan tren peningkatan, sementara itu penyaluran kredit mulai menunjukkan perbaikan. Selain itu, risiko kredit masih terjaga. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya di tengah pengetatan fiskal. Keuangan Pemerintah Realisasi pendapatan dan belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 relatif lebih rendah jika dibandingkan realisasi pendapatan pemerintah daerah di periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan mencapai 70,51% sementara belanja mencapai 55,86%. Menurunnya persentase realisasi ini terutama didorong oleh masih berhati-hatinya pemerintah daerah dalam merealisasikan anggaran seiring adanya pengetatan fiskal oleh pemerintah pusat. Sementara itu hanya 5 (lima) daerah yang memiliki realisasi belanja di atas realisasi belanja provinsi, yakni Kab. Buton Utara, Kab. Kolaka, Kab. Kolaka Timur, Kab. Kolaka Utara, dan Kab. Konawe Utara. Transaksi nontunai yang didominasi oleh transaksi kliring mengalami penurunan sejalan dengan perlambatan konsumsi rumah tangga. Sementara untuk transaksi tunai terjadi net inflow. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Selama triwulan III 2017, nilai transaksi sistem pembayaran nontunai di Sulawesi Tenggara mencapai Rp2,59 triliun, masih mengalami penurunan sebesar 9,2% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut, terutama disebabkan oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Dari preferensi penggunaannya, transaksi nontunai secara nominal di Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh penggunaan SKNBI sebesar 71,2% dan sisanya sebesar 28,8% menggunakan BI-RTGS. Sementara itu transaksi pembayaran tunai pada triwulan III 2017 memiliki pola yang sama dengan periode pasca Hari Raya Idul Fitri di tahun sebelumnya yang terjadi net-inflow. Bank Indonesia secara berkala terus menjaga ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat. Selama bulan Juli hingga September 2017, kegiatan kas keliling telah dilakukan sebanyak 10 (sepuluh) kali, dengan rincian 8 (delapan) kali di luar Kota Kendari dan 2 (dua) kali di dalam Kota Kendari. KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 3

16 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Kondisi ketenagakerjaan masih belum mengalami perbaikan yang signifikan di tengah penurunan supply of labor dan demand of labor. Selain itu, kesejahteraan masyarakat relatif menurun karena penurunan penghasilan. Kondisi Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 diindikasikan belum mengalami perbaikan yang signifikan. Hal ini juga sejalan dengan terjadinya perlambatan ekonomi pada periode tersebut. Pada triwulan III 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan. Hal ini diindikasikan dari penurunan jumlah angkatan kerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada bulan Agustus 2017 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Masih belum adanya perbaikan kondisi ketenagakerjaan yang signifikan pada triwulan III 2017 tercermin dari peningkatan kondisi permintaan tenaga kerja yang masih relatif kecil. Sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi, kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan pada triwulan III Hal ini terlihat dari penurunan indeks penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode tersebut jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Penurunan kesejahteraan juga terjadi pada tingkat konsumen yang dicerminkan pada terjadinya penurunan tingkat penghasilan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Sultra pada tahun 2018 diperkirakan meningkat di tengah tekanan inflasi yang masih rendah dan stabil. Prospek Perekonomian Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 diprakirakan berada pada kisaran 7,1% - 7,5% (yoy) mengalami akselerasi jika dibandingkan pertumbuhan pada periode 2017 yang diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,9% 7,3% (yoy). Perkembangan perekonomian di Sultra tersebut searah dengan prakiraan perekonomian Indonesia dan dunia yang juga diperkirakan mengalami peningkatan. Kinerja lapangan usaha pertanian, pertambangan dan industri pengolahan yang masih mendominasi perekonomian Sultra secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global. Beberapa asumsi yang menjadi pendorong perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2018 adalah (1) peningkatan kinerja lapangan usaha utama, (2) peningkatan konsumsi rumah tangga, (3) peningkatan realisasi investasi, dan (4) meningkatnya ekspor komoditas utama. 4 Di sisi lain, Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 mendatang diperkirakan berada pada sasaran inflasi nasional yaitu sebesar 3,5% ± 1%. Pada tahun tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara diperkirakan sekitar 2,8% - 3,2% (yoy), relatif meningkat dibandingkan dengan perkiraan inflasi selama tahun 2017 yang berada pada kisaran 2,5% - 2,9% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi pada tahun tersebut didorong oleh peningkatan tekanan inflasi inti dan administered prices. Sementara itu, tekanan volatile foods relatif berkurang dengan peningkatan produksi seiring dengan bertambahnya luas lahan, pengembangan urban farming, dan bertambahnya kapal penangkap ikan. Meskipun demikian, BMKG memperkirakan adanya potensi La Nina lemah pada awal tahun 2018 yang menyebabkan cuaca lebih basah dan dapat mempengaruhi produksi tanaman pangan.

17 EKONOMI MAKRO REGIONAL 1 Loading Peti Kemas di Pelabuhan Kendari Foto: Daniel

18 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Ekonomi Makro Regional 1.1. KONDISI UMUM Pada triwulan III 2017 ekonomi Sulawesi Tenggara kembali mencatatkan pertumbuhan yang positif sebesar 6,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja perekonomian nasional yang hanya tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan ekonomi Sultra tersebut didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertambangan, ekspor luar negeri, investasi dan konsumsi pemerintah. Peningkatan kinerja sektor pertambangan tersebut merupakan dampak dari adanya relaksasi ekspor nikel mentah kadar rendah (di bawah 1,7%) yang mulai diekspor pada triwulan II 2017 yang lalu. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan kinerja perekonomian Sultra pada triwulan I dan II tahun ini, kinerja pada triwulan III tersebut menunjukkan adanya perlambatan. Pada triwulan I 2017, perekonomian Sultra tumbuh sebesar 8,0% (yoy) dan triwulan II dapat tumbuh 7,0% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan tersebut disebabkan disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga dan akselerasi yang terjadi pada impor luar negeri. Sementara itu dari sisi penawaran, perlambatan yang terjadi pada beberapa kinerja lapangan usaha utama seperti lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha perdagangan besar dan Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Sulawesi Keterangan Tw II 2017 Tw III 2017 Sulawesi Utara 5.8% 6.5% Sulawesi Tengah 6.6% 8.7% Sulawesi Selatan 6.6% 6.3% Sulawesi Tenggara 7.0% 6.5% Gorontalo 6.6% 5.3% Sulawesi Barat 4.8% 6.9% Sulawesi 6.5% Sumber: BPS, ADHK, diolah 6.7% eceran serta lapangan usaha industri pengolahan menjadi sumber perlambatan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara pada periode laporan. Berdasarkan spasial kawasan Sulawesi, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang tercatat tumbuh sebesar 6,5% (yoy) di triwulan III 2017 merupakan pertumbuhan tertinggi ketiga di kawasan. Perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara juga merupakan penyumbang terbesar ketiga dengan sumbangan sebesar 13,6% terhadap perekonomian Kawasan Sulawesi setelah Sulawesi Selatan (48,6%) dan Sulawesi Tengah (15,8%). Namun perlambatan pertumbuhan yang terjadi menyebabkan andil perekonomian di Sulawesi Tenggara menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 13,7%. Memasuki triwulan IV 2017, perkembangan beberapa indikator ekonomi di Sulawesi 6 %, yoy 9.0% 8.0% 7.0% 6.0% 5.0% 4.0% 3.0% Grafik 1.1 Sultra Lainnya 2015=6,9% Sultra 7.0% 2016=6,5% 22.8% 21.1% 6.5% 6.1% 12.8% 5.1% 13.0% Perdagangan 5.0% 24.2% I II III IV I II III IV I II III Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional Sumber: BPS, ADHK, diolah Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Grafik 1.2 Konstruksi Industri Pengolahan Pertanian Pertambangan Sumber: BPS, ADHB, diolah Pangsa Sektor Dominan Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan III 2017

19 Tenggara mengindikasikan arah pertumbuhan dengan tren meningkat dan diperkirakan mampu tumbuh pada kisaran 6,8% - 7,2% (yoy). Hasil survei yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara dan pendalaman informasi yang dilakukan melalui liaison juga mengindikasikan akan terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi. Sektor ekonomi yang diperkirakan akan mengalami percepatan pertumbuhan yaitu lapangan usaha pertambangan dan penggalian, lapangan usaha industri pengolahan dan lapangan usaha konstruksi. Namun demikian, lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan serta lapangan usaha perdagangan besar dan eceran diperkirakan akan mengalami perlambatan sehingga menahan laju akselerasi ekonomi yang terjadi. Sementara dari sisi permintaan, percepatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara diperkirakan berasal dari adanya peningkatan, konsumsi pemerintah, investasi serta ekspor. Dengan realisasi perekonomian sampai dengan triwulan III tersebut, pada tahun 2017 perekonomian Sulawesi Tenggara diperkirakan dapat tumbuh sebesar 6,9% s.d 7,3% (yoy). Pertumbuhan ekonomi selama tahun 2017 tersebut masih mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang tumbuh hanya sebesar 6,5% (yoy). Kondisi perbaikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja lapangan usaha pertambangan. Harga nikel internasional yang kembali meningkat dan ekspor nikel mentah kadar rendah (low grade) masih berlangsung dan terdapat beberapa perusahaan yang sedang dalam proses pengajuan perizinan ke Kementerian ESDM menjadi pendorong peningkatan kinerja lapangan usaha tersebut. Meskipun demikian, kondisi lapangan usaha lainnya diperkirakan tumbuh lebih rendah daripada tahun sebelumnya sehingga menahan peningkatan pada tahun ini SISI PERMINTAAN Realisasi Triwulan III 2017 Dari sisi permintaan (dilihat dari komponen pengeluaran pada PDRB), perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga dan akselerasi yang terjadi pada impor luar negeri. Perlambatan yang terjadi pada konsumsi rumah tangga disebabkan oleh telah berlalunya Idul Fitri yang terjadi pada periode sebelumnya sehingga tingkat konsumsi masyarakat kembali ke kondisi normal dan juga kecenderungan masyarakat untuk menyimpan kembali uangnya setelah lebaran. Selain itu, impor terakselerasi seiring dengan masih berlangsungnya pembangunan smelter Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Komponen Pengeluaran I II III IV I II III IVP Pangsa Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Inventori (114.2) (83.5) (80.0) (124.7) (2332.4) (586) - (588) 1.7 Eksport Luar Negeri (49.7) (29.4) (2.6) Import Luar Negeri (22.8) Net Eksport Antar Daerah 6.7 (41.1) (27.7) 5.0 (14.8) (2.9) PDRB * Keterangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam % (yoy); angka dalam kurung ( ) menunjukkan negatif Rasio = perbandingan terhadap total PDRB di Tw III 2017 PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto (investasi); p= proyeksi KPw BI Sultra LNPRT= Lembaga Non Profit melayani Rumah Tangga Sumber: BPS, ADHK, diolah 7

20 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Makanan dan Minuman, selain Restoran Pakaian dan Alas Kaki Perumahan dan Perlengkapan Rumah Tangga Kesehatan dan Pendidikan Transportasi dan Komunikasi Restoran dan Hotel Konsumsi lainnya Ekonomi Makro Regional dan juga kebutuhan kokas yang digunakan untuk pemurnian nikel. Dari sisi rasio komponen pengeluaran terhadap total PDRB, konsumsi rumah tangga masih mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara dengan pangsa sebesar 47,2% diikuti oleh pengeluaran untuk kegiatan investasi sebesar 41,6%. Selain itu, konsumsi pemerintah juga masih memiliki peran yang cukup besar dengan pangsa mencapai 14,3% sehingga realisasinya perlu mendapat perhatian agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang optimal dan berkelanjutan. Sementara itu, ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara hanya memberikan kontribusi sebesar 5,0% jika dibandingkan dengan keseluruhan PDRB. (Tabel 1.2). Tracking Triwulan IV 2017 Pada triwulan IV 2017 yang sedang berjalan, diperkirakan akan terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi yang masih didorong oleh perbaikan pada seluruh lapangan usaha. Peningkatan tersebut didorong oleh masih berlakunya relaksasi ekspor bijih nikel kadar rendah. Selain itu, mulai berakhirnya pembangunan smelter baik dari sisi bangunan ataupun infrastruktur diperkirakan akan mendorong terjadinya perbaikan dari sisi impor. Masuknya beberapa investasi baru juga diprediksikan mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada periode mendatang. Konsumsi baik dari rumah tangga maupun pemerintah diperkirakan akan mengalami perbaikan. Perbaikan pada konsumsi pemerintah diperkirakan akan terjadi seiring dengan realisasi belanja pemerintah yang sempat tertunda serta adanya tambahan melalui dana belanja pemerintah yang disebabkan oleh pengembalian DAU tahun Tracking Tahun 2017 Peningkatan perekonomian Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 dari sisi permintaan terjadi pada semua komponen, mulai dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi hingga ekspor luar negeri. Meskipun demikian, meningkatnya impor luar negeri yang menjadi pengurang dari PDRB menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi masih terbatas Konsumsi Rumah Tangga Realisasi Triwulan III 2017 Pada triwulan III 2017 konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh sebesar 5,6% (yoy), mengalami perlambatan laju pertumbuhan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,6% (yoy). Perlambatan tersebut sebagai akibat dari kembali normalnya daya beli serta kualitas konsumsi masyarakat seiring dengan berlalunya bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang terjadi di periode sebelumnya. %, yoy indeks I II III IV I II III IV I II III IV 8 Grafik 1.3 Tw II 2017 Tw III 2017 Sumber: BPS, ADHK, diolah Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Indeks Tendensi Konsumen Sumber: BPS Prov Sultra, diolah

21 Rp Triliun Grafik 1.5 Berdasarkan jenis pengeluaran konsumsinya, pengeluaran rumah tangga yang mengalami perlambatan pada periode tersebut terjadi pada konsumsi makanan dan minuman, konsumsi Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi Tenggara pakaian dan alas kaki, konsumsi kesehatan dan pendidikan. Sementara untuk konsumsi perumahan dan perlengkapan, konsumsi restoran dan hotel serta konsumsi lainnya tercatat mengalami peningkatan sehingga menahan laju perlambatan yang terjadi (Grafik 1.3). Konsumsi rumah tangga Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh konsumsi makanan dan minuman sebesar 46,6%, diikuti oleh konsumsi untuk transportasi dan komunikasi sebesar 20,5%. Sementara itu konsumsi perumahan dan peralatan rumah tangga berada pada posisi ke-3 dengan pangsa sebesar 12,2%. Perlambatan yang terjadi terkonfirmasi dari Indeks Tendensi Konsumen. Berdasarkan hasil survei tersebut terdapat penurunan indeks dari 111,59 di triwulan II 2017 menjadi 110,03 di triwulan III 2017 seiring dengan kembali normalnya pola konsumsi dan kecenderungan masyarakat untuk menabung uangnya pascalebaran (Grafik 1.4). 13,37 11,7% I II III IV I II III IV I II III Kredit Konsumsi yoy 18,0% 17,0% 16,0% 15,0% 14,0% 13,0% 12,0% 11,0% 10,0% gkredit Konsumsi (sb. Kanan) Meskipun konsumsi masyarakat mengalami perlambatan, namun hal tersebut tidak diikuti oleh pertumbuhan kredit konsumsi yang justru mengalami peningkatan. Pertumbuhan kredit konsumsi pada periode tersebut mengalami rebound setelah terus mengalami penurunan sejak tahun Pada triwulan III 2017, kredit konsumsi di Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp13,4 triliun atau tumbuh sebesar 11,7% (yoy), sedangkan pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 11,2% (yoy) (Grafik 1.5). Tracking Triwulan IV 2017 Memasuki triwulan IV 2017, perkembangan berbagai indikator terkini mengindikasikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih akan mengalami pertumbuhan pada kisaran 5,8% - 6,2% (yoy). Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh meningkatnya hasil produksi dari lapangan usaha pertanian dan industri pengolahan sehingga mampu meningkatkan penghasilan masyarakat dan berdampak pada peningkatan konsumsi. Hal tersebut diindikasikan juga dari hasil Survei Konsumen yang menunjukkan adanya peningkatan indeks keyakinan konsumen sebesar 141,7 pada periode tersebut dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya sebesar 125,1. Tracking Tahun 2017 Berdasarkan perkembangan aktivitas konsumsi yang terjadi sepanjang tahun 2017, maka konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh dengan kecenderungan melambat. Pada tahun 2017, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 5,8% - 6,2% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi pada tahun 2016 sebesar 6,1%. Perlambatan tersebut terjadi karena sebagian besar tenaga kerja di Sulawesi Tenggara bekerja di lapangan usaha pertanian yang justru pada tahun ini menunjukkan tren yang melambat. Selain itu, inflasi yang relatif tinggi pada pertengahan tahun 2017 menyebabkan konsumsi rumah tangga relatif terbatas. KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 9

22 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Ekonomi Makro Regional Konsumsi Pemerintah Realisasi Triwulan III 2017 Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja pemerintah pada triwulan III 2017 mengalami akselerasi sehingga mampu menahan terjadinya perlambatan yang lebih dalam pada periode laporan. Pada periode tersebut konsumsi pemerintah tercatat tumbuh sebesar 7,6% (yoy), jauh meningkat jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 1,0% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan adanya pembayaran gaji ke 13 pada periode laporan. Dari sisi jenisnya, akselerasi konsumsi pemerintah tersebut disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan yang terjadi pada konsumsi kolektif 1 dan konsumsi individual pemerintah 2. Pada periode tersebut konsumsi kolektif pemerintah mampu tumbuh sebesar 6,9% (yoy), setelah pada periode sebelumnya tercatat hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,9% (yoy). Sedangkan untuk konsumsi individual pemerintah mampu tumbuh sebesar 8,6% (yoy) setelah sebelumnya hanya tumbuh sebesar 1,2% (yoy). Hal tersebut didorong oleh realisasi belanja yang sangat tinggi pada triwulan III 2017 dibandingkan dengan realisasi belanja sepanjang semester I Tracking Triwulan IV 2017 Pada triwulan IV 2017, pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan mengalami peningkatan. Pada triwulan mendatang konsumsi pemerintah diperkirakan akan kembali meningkat dan tumbuh sebesar 8,0% - 8,4% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah seperti festival maupun aktivitas seminar dan rapat. Selain itu, dari sisi pola realisasinya, proyek-proyek pemerintahan yang mengalami keterlambatan pada periode sebelumnya yang terkendala cuaca diperkirakan akan semakin dipercepat dan mendorong peningkatan pada triwulan tersebut. Tracking Tahun 2017 Pembangunan yang tengah dilakukan oleh pemerintah di Sulawesi Tenggara diprediksi menjadi dorongan utama terjadinya akselerasi pada konsumsi pemerintah pada tahun 2017 dengan pertumbuhan berkisar di antara 5,6% - 6,0% (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat hanya tumbuh sebesar 2,0%. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan dana transfer dari APBN yang masuk ke dalam APBD. Peningkatan Dana Desa juga menjadi pendorong meningkatnya konsumsi pemerintah pada tahun ini. Meskipun demikian, anggaran belanja untuk instansi vertikal yang berasal dari APBN lebih rendah daripada tahun sebelumnya sehingga menahan laju peningkatan yang terjadi Investasi Realisasi Triwulan III 2017 Komponen investasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 tercatat mengalami 10 1 Konsumsi kolektif pemerintah merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan (umum) dan semua anggota masyarakat mendapatkan manfaat dari jasa seperti ini. Jasa kolektif yang diberikan oleh pemerintah antara lain keamanan dan pertahanan, peraturan-peraturan yang menyangkut kemasyarakatan, pemeliharaan undang-undang dan peraturan, perlindungan lingkungan, penelitian dan pengembangan, infrastruktur dan pembangunan ekonomi. 2 Konsumsi individu merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan rumah tangga individu antara lain: Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, olah raga dan rekreasi, dan kebudayaan

23 Ton ,1-0,50% I II III IV I II III IV I II III yoy 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% Konsumsi semen Pertumbuhan Kons Semen (sb.kanan) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 1.6 Konsumsi Semen di Sulawesi Tenggara Grafik 1.7 Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi Tenggara Rp Triliun 4,73-4,7% I II III IV I II III IV I II III Kredit Investasi yoy 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% -10,0% -20,0% g Kredit Investasi (sb. Kanan) peningkatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Aktivitas investasi Sulawesi Tenggara di triwulan III 2017 tercatat mampu tumbuh cukup tinggi mencapai 10,9% (yoy), setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar 8,7% (yoy). Peningkatan tersebut didorong terutama oleh investasi nonbangunan yang mengalami akselerasi sebesar 19,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 14,2% (yoy). Peningkatan investasi nonbangunan yang signifikan tersebut ditandai dengan mendekatinya akhir dari pembangunan fisik smelter dan difokuskan pada pembelian infrastruktur yang menunjang proses kerja seperti mesin dan kendaraan. Di sisi lain investasi bangunan juga masih mampu tumbuh sebesar 6,0% (yoy), meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,5% (yoy). Masih terbatasnya peningkatan investasi bangunan tersebut tercermin dari data konsumsi semen yang masih mengalami kontraksi sebesar 0,5% (yoy) dengan total penjualan selama triwulan III mencapai 157,1 ribu ton (Grafik 1.6). Investasi yang dilakukan oleh pihak swasta berdasarkan status penanaman modalnya terjadi pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Pada triwulan III 2017, jumlah PMDN adalah sebanyak 25 proyek dengan total investasi mencapai Rp422,3 miliar atau tumbuh hingga mencapai 25,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 19,2% (yoy). Sedangkan untuk Penanaman Modal Asing (PMA) tercatat mengalami perlambatan. Perlambatan yang terjadi disebabkan oleh lonjakan investasi yang sangat tinggi pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya sehingga menyebabkan pertumbuhan investasi PMA turun drastis. Pada triwulan III 2017 jumlah PMA adalah sebanyak 41 proyek dengan nilai investasi sebesar US$194,5 juta atau tumbuh sebesar 87% (yoy), jauh menurun dibandingkan dengan periode triwulan II 2017 yang tercatat tumbuh sebesar 2599,3% (yoy). Sementara itu belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah juga terus berlangsung sesuai dengan pola musimannya dan telah berlalunya cuaca buruk yang terjadi pada periode sebelumnya. Hal tersebut juga ditandai dengan meningkatnya realisasi perkembangan fisik pemerintah yang bersumber dari APBD dengan capaian sebesar 64,3% per Tw III 2017 dibandingkan dengan progres per Tw II 2017 yang hanya sebesar 37,8% Investasi pemerintah yang sedang berjalan pada periode triwulan III 2017 antara lain pembangunan Jembatan Teluk Kendari, Revitalisasi Teluk Kendari, KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 11

24 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Ekonomi Makro Regional US$ (Juta) yoy 3000% 194,5 2000% 87% I II III IV I II III IV I II III PMA (US$ Juta) Pertumbuhan(sb. Kanan) 2500% 1500% 1000% 500% 0% -500% Sumber: BKPM, diolah US$ (Juta) Sumber: BKPM, diolah Grafik 1.8 Realisasi Investasi PMA di Sulawesi Tenggara Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMDN di Sulawesi Tenggara I II III IV I II III IV I II III yoy 1200% 1000% 800% 600% 400% % 24,93% 0% PMDN (Rp miliar) Pertumbuhan(sb. Kanan) -200% 12 Pembangunan Mesjid Al Alam, Pembangunan Jembatan Teluk Kendari, Pembangunan Bendungan Ladongi, Bendungan Pelosika, dan Pembangunan akses jalan menuju Kawasan Industri Konawe. Sejalan dengan peningkatan yang terjadi, penyaluran kredit investasi untuk proyekproyek yang ada di Sulawesi Tenggara tercatat mengalami perbaikan meskipun masih terkontraksi sebesar 4,7% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 9,9% (yoy). Sampai dengan periode triwulan III 2017 tersebut, jumlah outstanding kredit investasi adalah sebesar Rp4,73 triliun, sementara pada triwulan sebelumnya mencapai Rp4,59 triliun. (Grafik 1.7) Tracking Triwulan IV 2017 Di triwulan berjalan kegiatan investasi di Sultra diperkirakan masih akan terakselerasi jika dibandingkan dengan triwulan III Pada triwulan berjalan kegiatan investasi diperkirakan akan tumbuh sebesar 12,0% - 12,4% (yoy). Kondisi tersebut masih akan didorong oleh pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Beberapa proyek yang sempat terhambat akibat kondisi cuaca yang tidak kondusif diprediksi akan dipercepat seiring dengan target penyelesaian di akhir tahun. Sementara itu, proyek seperti rencana pembangunan pabrik gula di Bombana diprediksi juga akan mendorong investasi yang terjadi di Sulawesi Tenggara. Tracking Tahun 2017 Peningkatan investasi yang terjadi di Sulawesi Tenggara sejak triwulan III 2016 diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir tahun ini. Investasi oleh pihak asing seperti pembangunan pembangunan smelter masih menjadi pendorong utama tumbuhnya investasi yang terjadi sepanjang tahun Begitu pula dengan beberapa proyek baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang masih berlanjut akan semakin membentuk iklim investasi yang baik sehingga diprediksi mampu terus meningkatkan investasi di Sulawesi Tenggara. Dengan kejadian tersebut, investasi diperkirakan akan tumbuh di kisaran antara 11,4% - 1,8% (yoy), meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 7,6% (yoy) Ekspor dan Impor Realisasi Ekspor Triwulan III 2017 Komponen ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 tercatat mengalami peningkatan. Pada periode tersebut ekspor Sulawesi Tenggara mampu tumbuh sebesar 91,4% (yoy), meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 52,6% (yoy) (Tabel 1.2). Peningkatan yang terjadi disebabkan masih berlangsungnya relaksasi

25 Juta US$ 112 yoy % 120% % 80% 80 31,2% 60% 40% 60 20% 40 0% -20% 20-40% -60% - -80% I II III IV I II III IV I II II Ekspor Sultra g Ekspor Sultra (sb. Kanan) Sumber: Bea Cukai, diolah Feronikel, 65.14% Grafik 1.10 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara Grafik 1.11 Pangsa Komoditas Ekspor Bijih Nikel, 27.57% Lainnya, 1.53% Minyak Nilam, 1.36% Perikanan, 4.39% Sumber: Bea Cukai, diolah ekspor ore nickel low grade yang didukung dengan peningkatan produksi yang signifikan. Berdasarkan jenisnya, ekspor Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh ekspor barang dengan pangsa sebesar 94,4% meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 93,9% dan pangsa ekspor jasa sebesar 5,6%. Berdasarkan nilai ekspor barang dari data Bea Cukai, ekspor Sulawesi Tenggara pada periode laporan mencapai 112,3 juta dolar AS (Grafik 1.10). Hampir seluruh komoditas mengalami peningkatan sehingga mendorong peningkatan ekspor. Hanya ekspor kakao olahan yang mengalami kontraksi sehingga sedikit menahan laju pertumbuhan ekspor pada triwulan III Masih berlangsungnya relaksasi ekspor ore nickel low grade masih menjadi pendorong utama dari pertumbuhan ekspor yang terjadi di Sulawesi Tenggara. Pada periode laporan, ekspor komoditas tersebut mencapai 30,9 juta dolar AS atau memiliki pangsa sebesar 27,6% dari total ekspor Sulawesi Tenggara (Grafik 1.11). Jumlah tersebut meningkat secara signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 7,5 juta dolar AS atau pangsa sebesar 12,0%. Selain itu, ekspor nikel olahan (feronikel) juga tercatat mengalami peningkatan. Pada triwulan III 2017, ekspor nikel olahan mampu tumbuh secara signifikan dengan capaian sebesar 49,9% (yoy), jauh meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya sebesar 2,3% (yoy) (Grafik 1.12). Peningkatan harga nikel yang terjadi secara signifikan pada triwulan III 2017 mendorong terjadinya peningkatan nilai ekspor atas nikel olahan, meskipun produksi nikel olahan tercatat sedikit mengalami perlambatan. Dengan perkembangan yang terjadi selama periode laporan, terjadi penurunan pangsa pada ekspor nikel olahan yang tercatat sebesar 65,1% dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 69,8%. Meskipun demikian, ketergantungan kinerja ekspor di Sulawesi Tenggara terhadap nikel semakin tinggi yang ditunjukkan dengan peningkatan total pangsa ekspor nikel (bijih dan olahan) yang mencapai sebesar 92,7%, jauh meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya sebesar 81,8%. Juta US$ Grafik ,9% I II III IV I II III IV I II II 73 Ekspor feronikel g Ekspor feronikel (sb. Kanan) Sumber: Bea Cukai, diolah Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara yoy 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% -80% KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 13

26 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Ekonomi Makro Regional ribu USD ,125 1, ,521 2,961 Ikan Hidup Tuna Ikan Beku Rajungan Udang Gurita Daging Ikan Tw II 2017 Tw III 2017 Sumber: Bea Cukai, diolah Volume (T/M 3 ) Grafik 1.13 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara Grafik 1.14 Arus Muat Barang - 15,0% I II III IV I II III IV I II III Arus muat g Arus muat (sb. Kanan) yoy 30% 20% 10% % -10% -20% -30% -40% -50% Sumber: Pelindo IV Kendari, diolah 14 Ekspor komoditas perikanan pada periode laporan yang mengalami peningkatan juga turut mendorong terjadinya peningkatan ekspor di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan III 2017, ekspor komoditas perikanan tercatat senilai 4,9 juta dolar AS atau mengalami pertumbuhan mencapai 358,1% (yoy), meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 106,7% (yoy). Peningkatan tersebut salah satunya terjadi pada komoditas daging ikan olahan yang tercatat sebesar 3,5 juta dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 3,0 juta dolar AS (Grafik 1.13). Sementara itu, laju pertumbuhan ekspor pada periode laporan tertahan dengan penurunan pada ekspor kakao. Ekspor kakao tercatat sebesar 451 ribu dolar AS atau mengalami pertumbuhan negatif sebesar 52,8% (yoy). Hal tersebut disebabkan hasil perkebunan kakao yang kurang optimal pada masa panen kakao triwulan III tahun ini karena kondisi cuaca dan usia tanaman. Di sisi lain, peningkatan kinerja ekspor juga tercermin dari arus muat barang di pelabuhan peti kemas yang pada periode laporan tercatat berjumlah 79,1 ribu MT atau tumbuh sebesar - 15,0% (yoy). Kondisi tersebut meningkat jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar 3,6% (yoy) (Grafik 1.14) Mitra dagang utama Sulawesi Tenggara untuk ekspor mengalami sedikit perubahan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pangsa terbesar negara tujuan ekspor Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 adalah Tiongkok yang mencapai 47,3%, dikuti oleh pengiriman ke India (28,1%) dan ke Taiwan (10,5%). Sementara pada periode sebelumnya pangsa terbesar negara tujuan ekspor Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2017 adalah India yang mencapai 30,5%, diikuti oleh pengiriman ke Korea Selatan (20,2%) dan ke Taiwan (16,8%). Perubahan tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan nikel oleh Tiongkok. Realisasi Impor Triwulan III 2017 Akselerasi ekspor yang terjadi sepanjang periode laporan juga diiringi oleh akselerasi impor. Aktivitas impor pada triwulan III 2017 tercatat sebesar tumbuh 104,8% (yoy), jauh meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 46,2% (yoy). Peningkatan impor tersebut didorong oleh pemenuhan industri smelter nikel yang sedang dibangun seperti mesin, kendaraan dan material pemurnian nikel seiring dengan telah mendekati akhir proses pembangunan fisik smelter dan pendukung kegiatan operasional smelter. Berdasarkan jenisnya, aktivitas impor masih didominasi oleh impor barang dengan pangsa sebesar 97,1% dan sisanya impor jasa.

27 Juta US$ % I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2014 Import Sultra g Import Sultra (sb. Kanan) yoy 800% 700% 600% 500% 400% 300% 200% 100% 0% -100% Sumber: Bea Cukai, diolah Volume (T/M 3 ) Sumber: Pelindo IV Kendari, diolah Grafik 1.15 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara Grafik 1.16 Arus Bongkar Barang di Pelabuhan ,4% I II III IV I II III IV I II III yoy 50% Arus bongkar g Arus bongkar (sb. Kanan) 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% Pangsa impor barang tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 96,7%. Dilihat berdasarkan nilai impor barang secara riil dari data Bea Cukai, impor Sulawesi Tenggara pada periode laporan adalah sebesar 100,6 juta dolar AS atau tumbuh sebesar 481,6% (yoy), jauh meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 51,4 juta dolar AS atau tumbuh mencapai 20,7% (yoy) (Grafik 1.15). Impor Sultra pada periode laporan berbeda dengan periode sebelumnya. Pada triwulan III 2017, impor Sulawesi Tenggara dinominasi oleh barang modal yang mencapai 55,6%, lalu diikuti oleh barang antara 44,3% dan barang konsumsi 0,1%. Sementara pada periode sebelumnya yang mendominasi adalah barang antara mencapai 71,3% lalu barang modal 28,7%. Pergeseran tersebut sejalan dengan pembelian mesin dan kendaraan untuk menunjang operasional bisnis terutama smelter yang mendominasi pada periode laporan. Untuk negara asal barang, pada triwulan II 2017 impor Sultra masih didominasi Tiongkok sebesar 65,7%, Finlandia sebesar 29,7% dan Australia sebesar 4,5%. Tracking Ekspor Impor Triwulan IV 2017 Memasuki triwulan IV 2017, kinerja ekspor luar negeri diperkirakan masih akan membaik. Pada triwulan mendatang ekspor Sulawesi Tenggara diperkirakan akan tumbuh sebesar 137,0% - 139,0% (yoy). Hal ini selain disebabkan oleh adanya peningkatan ekspor komoditas nikel olahan seiring dengan mulai adanya peningkatan harga komoditas nikel olahan dunia serta sudah mulai beroperasinya smelter baru di Sulawesi Tenggara. Selain itu, masih cukup besarnya kuota ekspor yang diperoleh atas berlakunya kebijakan relaksasi ekspor nikel mentah kadar rendah oleh pemerintah pusat diprediksi akan mendorong terjadinya akselerasi pada pertumbuhan kinerja ekspor Sulawesi Tenggara. Masih adanya faktor base effect juga turut memberikan pengaruh yang kuat pada akselerasi ekspor di triwulan mendatang. Pada tahun sebelumnya, ekspor Sulawesi Tenggara mengalami penurunan akibat rendahnya harga komoditas nikel dunia pada saat itu. Selain itu, ekspor komoditas perikanan diperkirakan juga akan mengalami akselerasi seiring dengan faktor musiman yang mengakibatkan adanya peningkatan produksi ikan pada periode mendatang. Sedangkan impor Sulawesi Tenggara pada triwulan berjalan diperkirakan masih akan tumbuh stabil dengan kecenderungan menurun. Pada periode tersebut impor diperkirakan akan tumbuh sebesar 75,0% - 77,0% (yoy). Stabilnya pertumbuhan tersebut terutama terjadi pada impor barang modal KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 15

28 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Ekonomi Makro Regional Tabel 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Komponen Pengeluaran I II III IV I II III IVP Pangsa Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian (9.1) 0.5 (9.0) Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air (3.2) Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate (8.8) Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PDRB * Keterangan Dalam % (yoy); p= proyeksi KPw BI Sultra; angka dalam kurung ( ) menunjukkan negatif Sumber: BPS, ADHK, diolah 16 seiring sudah mulai selesainya pembangunan dan pengadaan infrastruktur pendukung operasional smelter. Tracking Ekspor Impor Tahun 2017 Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah berupa relaksasi ekspor bijih nikel kadar rendah menjadi pendorong utama peningkatan kinerja ekspor Sulawesi Tenggara pada tahun Selain itu, rendahnya kinerja ekspor pada tahun sebelumnya juga menjadi salah satu faktor kinerja ekspor meningkat sangat tinggi. Pada tahun 2017, ekspor Sulawesi Tenggara diproyeksi akan mengalami akselerasi dengan capaian sebesar 102,5% - 104,5% (yoy), jauh meningkat dibandingkan dengan tahun 2016 yang terkontraksi sebesar 8,5% (yoy). Dari sisi impor, peningkatan juga diperkirakan akan terjadi disebabkan oleh pembangunan smelter yang dilakukan oleh para pelaku usaha pertambangan. Kinerja impor pada tahun 2017 diproyeksi akan tumbuh sebesar 88,1% - 90,1% (yoy), meningkat dibandingkan dengan tahun 2016 yang tercatat sebesar 3,9% (yoy) SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA UTAMA Realisasi Triwulan III 2017 Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 disebabkan oleh perlambatan yang terjadi pada beberapa kinerja lapangan usaha utama seperti lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran serta lapangan usaha industri pengolahan di periode laporan. Namun kondisi tersebut sedikit tertahan oleh adanya akselerasi pada kinerja lapangan pertambangan dan penggalian. Perlambatan yang terjadi pada sektor lapangan usaha pertanian disebabkan oleh penurunan produksi yang terjadi pada subsektor pertanian. Sementara itu lapangan usaha konstruksi juga mengalami perlambatan seiring sudah mulai selesainya pembangunan fisik dari smelter dan juga pengaruh dari cuaca buruk pada periode sebelumnya. Penurunan produksi juga terlihat pada sektor industri pengolahan yang ditandai dengan perlambatan laju pertumbuhan produksi

29 feronikel sehingga menyebabkan perlambatan pada sektor industri pengolahan. Selain itu, pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran juga mengalami perlambatan seiring dengan penurunan konsumsi masyarakat terhadap barang-barang. Tracking Triwulan IV 2017 Sementara itu, pada triwulan IV yang sedang berjalan diperkirakan akan terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh kenaikan yang terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha pedagang besar dan eceran serta lapangan usaha konstruksi. Namun demikian, pertumbuhan lapangan usaha pertambangan dan penggalian masih stabil dengan kecenderungan melambat yang diakibatkan oleh tingginya pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya diperkirakan menahan percepatan laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara di periode tersebut. Tracking Tahun 2017 Sepanjang tahun 2017, peningkatan yang terjadi secara signifikan pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian menjadi pendorong utama pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara. Akselerasi tersebut didukung oleh meningkatnya produksi terutama bijih nikel kadar rendah. Sementara itu, laju pertumbuhan tersebut tertahan oleh terjadinya perlambatan pada lapangan usaha utama lainnya, yaitu lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha pedagang besar dan eceran serta lapangan usaha konstruksi. Beberapa kondisi seperti tidak beroperasinya kapal andon dan perubahan cuaca yang terjadi secara ekstrem menjadi penyebab terjadinya penurunan produksi serta pertumbuhan sepanjang tahun Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Realisasi Triwulan III 2017 Pada triwulan III 2017, pertumbuhan lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan (selanjutnya disebut usaha pertanian) mengalami perlambatan. Kinerja lapangan usaha tersebut tumbuh hanya sebesar 5,5% (yoy), setelah pada periode sebelumnya mampu tumbuh sebesar 6,4% (yoy). Berdasarkan sublapangan usahanya, perlambatan yang terjadi didorong oleh sublapangan usaha pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian serta sublapangan usaha kehutanan dan penebangan kayu. Sementara itu, peningkatan pada sublapangan usaha perikanan menahan laju perlambatan yang terjadi pada lapangan usaha pertanian. Pada triwulan III 2017 tersebut, sublapangan usaha pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian hanya tumbuh sebesar 2,7% (yoy), mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 4,6% (yoy). Penyebab dari perlambatan pertumbuhan yang terjadi adalah cuaca buruk pada awal periode sehingga mengakibatkan gagal panen yang cukup besar. Hal tersebut tercermin juga dari luas panen padi yang mengalami penurunan. Pada triwulan III 2107 jumlah luas panen padi tercatat hanya sebesar 38,1 ribu Ha atau turun sebesar 1,5% (yoy), jauh mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 14,5% (yoy). Sementara itu, akselerasi sublapangan usaha perikanan yang tercatat tumbuh dari 8,8% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi sebesar 9,3% (yoy) mampu menahan perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada lapangan usaha pertanian di periode yang sama. Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan lapangan usaha pertanian, penyaluran kredit KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 17

30 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Ekonomi Makro Regional 54,5 42,9 2,7 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jas Pertanian Kehutanan dan Penebangan Kayu Perikanan Luas (ribu Ha) yoy 150% 61,4 100% 38 50% 14,5% 0% -1,5% -50% Sumber: BPS, diolah Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan, diolah Grafik 1.17 Pangsa Lapangan Usaha Pertanian Grafik 1.18 Luas Panen Padi di Sulawesi Tenggara Thousands Jumlah (ribu ton) ,04-3,9% I II III IV I II III IV I II III yoy 70% Pendaratan Ikan Pertumbuhan(sb. Kanan) 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% Sumber: PPS Samudra Kendari, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 1.19 Jumlah Pendaratan Ikan di Kota Kendari Grafik 1.20 Kredit Pertanian di Sulawesi Tenggara - Rp Miliar I II III IV I II III IV I II III Luas Panen Padi Pertumbuhan(sb. Kanan) 656,54 15,7% I II III IV I II III IV I II III Kredit Pertanian -100% yoy 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% -10,0% -20,0% gkredit Pertanian (sb. Kanan) 18 pada lapangan usaha tersebut hanya tumbuh sebesar 15,7% (yoy), mengalami perlambatan setelah di periode sebelumnya dapat tumbuh sebesar 36,0% (yoy). Jumlah penyaluran kredit pada lapangan usaha tersebut sampai dengan akhir periode triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp656,5 miliar (Grafik 1.20). Tracking Triwulan IV 2017 Pada triwulan IV mendatang, lapangan usaha pertanian diperkirakan akan mengalami peningkatan. Lapangan usaha ini diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,8% - 6,2% (yoy) pada periode tersebut. Penyebab utama peningkatan disebabkan oleh peningkatan tangkapan ikan dikarenakan cuaca dan musim yang sudah mendukung. Selain itu, pada sublapangan usaha pertanian pangan juga diperkirakan akan menjadi pendorong pertumbuhan yang terjadi. Hal ini tercermin dari perkiraan luas panen yang meningkat hingga 65,0% dari 38,0 ribu ha menjadi 62,7 ribu ha pada periode mendatang. Tracking Tahun 2017 Sepanjang tahun 2017, lapangan usaha pertanian diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan tahun Pelambatan tersebut terjadi disebabkan oleh faktor perubahan cuaca secara ekstrem yang terjadi pada pertengahan tahun 2017 sehingga mengganggu produksi pertanian pada periode tersebut. Kebijakan pemerintah terkait izin penangkapan ikan di luar wilayahnya dan belum adanya kerjasama dengan provinsi lain terkait izin kapal andon juga menjadi faktor perlambatan yang terjadi. Secara keseluruhan, lapangan usaha pertanian diperkirakan hanya tumbuh sebesar 5,5% - 5,9% (yoy), melambat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 7,0% (yoy).

31 Indeks ,3 I II III IV I II III IV I II III Sumber: Produsen Nikel Sultra, diolah Rp Miliar Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 1.21 Indeks Produksi Ore Nikel Grafik 1.22 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara ,81 I II III IV I II III IV I II III Kredit Pertambangan yoy 100,0% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% -20,0% -13,4% -40,0% g Kredit Pertambangan (sb. Kanan) Pertambangan dan Penggalian Realisasi Triwulan III 2017 Kinerja lapangan usaha pertambangan dan penggalian pada periode triwulan III 2017 kembali terakselerasi setelah mengalami perlambatan pada triwulan sebelumnya dan mampu menahan laju perlambatan ekonomi yang terjadi di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan III 2017 kinerja lapangan usaha ini tercatat mampu tumbuh sebesar 15,8% (yoy), meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 12,3% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan produksi yang signifikan pada bijih nikel, baik itu bijih nikel kadar rendah untuk pemenuhan kuota ekspor ataupun bijih nikel kadar tinggi yang digunakan sebagai bahan dasar dari produksi feronikel. Berdasarkan data yang berhasil diperoleh dari pelaku usaha, tercatat produksi bijih nikel pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 1,3 juta MWT, jauh meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 607,4 ribu MWT. Produksi bijih nikel kadar rendah mendominasi produksi bijih nikel dengan capaian sebesar 1,1 juta MWT dan sisanya adalah bijih nikel kadar tinggi. Peningkatan kinerja lapangan usaha pertambangan juga didukung oleh peningkatan harga nikel yang terjadi sepanjang periode laporan. Rata-rata harga nikel tercatat sebesar ,0 dolar AS per metric ton. Harga tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 9.208,6 dolar AS per metric ton. Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan pemintaan pasar yang sangat tinggi baik itu bijih nikel maupun nikel olahan. Regulasi pemerintah Filipina yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi nikel mentah maupun olahan turut mendorong peningkatan harga nikel di dunia. Meskipun demikian, penyaluran kredit pada lapangan usaha tersebut masih mengalami kontraksi. Pada triwulan III 2017 pertumbuhan penyaluran lapangan usaha pertambangan terkontraksi sebesar 13,4% (yoy) (Grafik 1.22). Secara nominal, outstanding kredit pada lapangan usaha ini masih stabil sebesar Rp2,15 triliun. Tracking Triwulan IV 2017 Memasuki triwulan IV 2017, kinerja lapangan usaha ini diperkirakan akan tumbuh stabil dengan kecenderungan melambat pada kisaran 15,7% - 16,1% (yoy). Kondisi tersebut terjadi disebabkan oleh pertumbuhan yang sangat tinggi pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Namun perlambatan tersebut diprediksi masih akan tertahan seiring dengan masih berlakunya relaksasi ekspor oleh pemerintah serta masih stabilnya harga nikel olahan dunia pada level yang cukup tinggi. KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 19

32 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Ekonomi Makro Regional Tracking Tahun 2017 Relaksasi ekspor bijih nikel oleh pemerintah pada tahun 2017 mendorong terjadinya pertumbuhan yang sangat signifikan pada sektor lapangan usaha pertambangan. Lapangan usaha ini diprediksi mampu tumbuh sebesar 15,1% - 15,5% (yoy), jauh meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi pada tahun 2016 yang tercatat hanya sebesar 0,1% (yoy). Kebijakan yang diambil oleh negara lain penghasil nikel seperti Filipina juga cenderung mendorong harga nikel internasional mengalami perbaikan dan mendorong pertumbuhan lapangan usaha pertambangan di Sulawesi Tenggara. Selain itu, dengan meningkatnya kegiatan investasi dan pembangunan infrastruktur, pertambangan galian C seperti pasir dan batu juga mengalami peningkatan kinerja sepanjang tahun Industri Pengolahan Realisasi Triwulan III 2017 Pada triwulan III 2017, lapangan usaha industri pengolahan menjadi salah satu penyebab terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara. Hal tersebut disebabkan oleh kinerja lapangan usaha industri pengolahan yang hanya tumbuh sebesar 4,3%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 8,8%(yoy). Perlambatan yang terjadi pada sektor lapangan usaha ini didorong oleh perlambatan pada industri manufaktur besar dan sedang. Pelambatan yang terjadi pada industri besar dan sedang ditandai dengan perlambatan laju pertumbuhan produksi atas feronikel selama periode laporan. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dari pelaku usaha, produksi feronikel tercatat hanya tumbuh sebesar 18,7% (yoy), jauh menurun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 65,3% (yoy). Selain itu, perlambatan juga terjadi pada industri berbasis produk pertanian seperti padi, kakao dan hasil laut. Melambatnya kinerja lapangan usaha pertanian juga berpengaruh pada kinerja industri pengolahan. Meskipun demikian, beberapa industri mikro dan kecil masih mengalami peningkatan. Hal ini terjadi pada industri makanan yang dapat tumbuh sebesar 42,0% (yoy), industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia yang tumbuh sebesar 36,0% (yoy) dan industri barang galian bukan logam yang tumbuh sebesar 23,1% (yoy). Peningkatan pada industri mikro dan kecil tersebut searah dengan peningkatan penyaluran kredit lapangan usaha industri pengolahan. Pada triwulan III 2017, outstanding kredit ke lapangan usaha industri pengolahan mencapai Rp514,9 miliar atau 20 Rp Miliar ,86 28,0% I II III IV I II III IV I II III Kredit Industri yoy 140,0% 120,0% 100,0% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% g Kredit Industri (sb. Kanan) Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Ket: Pertumbuhan Industri Besar & Sedang adalah proyeksi KPw BI Sultra sesuai dengan hasil liaison dan SKDU Sumber: BPS, diolah Grafik 1.23 Kredit Industri Sulawesi Tenggara Grafik 1.24 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur I II III IV I II III IV I II III Besar dan Sedang Mikro dan Kecil

33 tumbuh sebesar 28,0% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 15,9% (Grafik 1.23). Tracking Triwulan IV 2017 Pada periode mendatang, kondisi lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi dengan kecenderungan yang meningkat. Pertumbuhan pada lapangan usaha tersebut pada triwulan IV 2017 diprakirakan akan tumbuh pada kisaran 9,5% - 9,7% (yoy). Tingginya pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan oleh tingginya realisasi produksi pengolahan nikel (feronikel dan NPI/Nickel Pig Iron) pada akhir tahun 2017 seiring dengan telah selesainya pembangunan beberapa smelter di Sulawesi Tenggara. Selain itu, membaiknya harga nikel olahan dunia juga turut menyebabkan peningkatan produksi. Tracking Tahun 2017 Selama tahun 2017, kinerja lapangan usaha ini diperkirakan hanya dapat tumbuh pada kisaran 6,2% - 6,5%. Kondisi ini disebabkan karena sebagian besar industri pengolahan bergerak di sektor pengolahan hasil pertanian. Sepanjang 2017, kinerja lapangan usaha pertanian mengalami perlambatan dan menyebabkan gangguan pada pasokan bahan baku industri. Meskipun demikian, relatif meningkatnya harga nikel dan terdapatnya beberapa smelter baru yang beroperasi dapat Volume (ribu ton) ,4% 986,22 I II III IV I II III IV I II II Ekspor Sultra (volume) yoy 5000% 4000% 3000% 2000% 1000% 0% -1000% g Ekspor Sultra (sb.kanan) Sumber: Bea Cukai, diolah menjadi sumber peningkatan kinerja lapangan usaha ini Perdagangan Besar dan Eceran Realisasi Triwulan III 2017 Kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan eceran pada triwulan III 2017 tercatat mengalami perlambatan sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tidak setinggi periode sebelumnya. Pada triwulan III 2017 lapangan usaha perdagangan besar dan eceran hanya tumbuh sebesar 4,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 8,4% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh melambatnya perdagangan domestik seiring dengan melambatnya konsumsi rumah tangga. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan selama periode laporan, kondisi perlambatan perdagangan domestik tersebut tercermin dengan nilai likert scale perdagangan domestik sebesar -3, yang berarti penurunan yang terjadi di luar dari perkiraan para pelaku usaha. Hal ini juga tercermin dari arus bongkar barang di Pelabuhan Kendari yang masih tumbuh negatif. Dari data PT. Pelindo IV, diketahui bahwa pada triwulan III 2017 arus bongkar barang tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,4% (yoy). Meskipun demikian, terjadi perbaikan pada arus muat barang yang mampu tumbuh positif sebesar 15,0% (yoy) setelah pada periode sebelumnya mengalami Juta USD 250 Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.25 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik 1.26 Transaksi Perdagangan Luar Negeri I II III IV I II III IV I II III Nilai Eksport Nilai Import KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 21

34 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Ekonomi Makro Regional 22 %, yoy 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% Grafik 1.27 pertumbuhan negatif sebesar 3,6% (yoy) (Grafik 1.27). Sementara itu, kinerja perdagangan ekspor luar negeri pada periode laporan mengalami peningkatan sehingga menahan laju perlambatan pertumbuhan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Pada triwulan III 2017, total ekspor provinsi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 986,2 ribu ton atau tumbuh mencapai 3943,4% (yoy) (Grafik 1.25). Pada triwulan tersebut, komoditas utama yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan pada perdagangan luar negeri adalah komoditas nikel baik berupa olahan maupun bijih. Perdagangan ekspor komoditas nikel olahan tercatat sebesar 40,1 ribu ton atau tumbuh sebesar 66,9% (yoy). Kondisi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,3% (yoy). Sumber: PT Pelindo, diolah Pertumbuhan Aktivitas Bongkar Muat Pelabuhan Kendari 15,0% -2,4% I II III IV I II III IV I II III Arus bongkar Arus muat Berbeda dengan perlambatan pada lapangan usaha perdagangan, laju pertumbuhan penyaluran kredit ke lapangan usaha tersebut mengalami peningkatan. Pada periode laporan total penyaluran kredit pada lapangan usaha tersebut tercatat sebesar Rp5,04 triliun atau tumbuh sebesar 4,6% (yoy), meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,3% (yoy) (Grafik 1.28). Rp Miliar ,06 4,6% Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 1.28 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara yoy 18,0% 16,0% 14,0% 12,0% 10,0% 8,0% 6,0% ,0% 2,0% - 0,0% I II III IV I II III IV I II III Kredit Perdagangan g Kredit Perdagangan (sb. Kanan) Tracking Triwulan IV 2017 Memasuki triwulan IV, kinerja usaha perdagangan besar dan eceran diperkirakan akan tumbuh terbatas pada kisaran 4,9% - 5,3% (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan produksi pada sektor-sektor lapangan usaha lainnya seperti pertanian dan industri pengolahan. Selain itu, adanya peningkatan produksi nikel olahan akibat sudah mulai beroperasinya beberapa smelter dan adanya relaksasi ekspor nikel mentah kadar rendah diperkirakan juga turut mendorong akselerasi pertumbuhan dan memberikan andil positif di lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Tracking Tahun 2017 Sepanjang tahun 2017, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran diprediksi akan mengalami perlambatan pertumbuhan. Lapangan usaha ini diprediksi hanya akan tumbuh sebesar 5,8% - 6,2% (yoy), menurun dibandingkan dengan tahun 2016 yang tercatat sebesar 10,0% (yoy). Perlambatan terjadi seiring dengan sempat terganggunya tingkat produksi pertanian dan tingginya harga pada pertengahan tahun 2017 sehingga berdampak terhadap daya beli masyarakat Sulawesi Tenggara.

35 Konstruksi Realisasi Triwulan III 2017 Pada triwulan III 2017, kinerja lapangan usaha konstruksi tercatat kembali mengalami perlambatan sehingga menahan laju pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara. Pada periode tersebut, pertumbuhan usaha konstruksi hanya tercatat sebesar 0,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,1% (yoy). Kondisi tersebut terjadi seiring dengan hambatan cuaca bahkan banjir pada awal periode yang menyebabkan pembangunan infrastruktur terutama pembangunan jalan menjadi terhenti. Selain itu, beberapa perusahaan yang sudah mulai membangun smelter pada tahun 2016 telah memasuki tahap percobaan produksi (commisioning). Perlambatan pembangunan juga terjadi pada proyek-proyek pemerintah yang menggunakan sumber APBN, namun laju perlambatan masih dapat ditahan seiring dengan peningkatan pembangunan oleh pemerintah yang bersumber dari APBD. Melambatnya kinerja lapangan usaha ini juga tercermin dari konsumsi semen yang masih mengalami kontraksi. Pada triwulan III 2017 konsumsi semen di Sulawesi Tenggara sebanyak 157,1 ton atau terkontraksi sebesar 0,5% (yoy), masih melanjutkan periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar 2,8%(yoy). Meskipun demikian, penyaluran kredit pada lapangan usaha tersebut menunjukkan adanya perbaikan. Pada triwulan III 2017, outstanding kredit ke lapangan usaha konstruksi mencapai Rp1,1 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 6,8% (yoy). Kondisi tersebut jauh meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar 4,5% (yoy). (Grafik 1.29). Rp Miliar Grafik ,73 6,8% Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara yoy 100,0% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 200 0,0% - -20,0% I II III IV I II III IV I II III Kredit Konstruksi g Kredit Konstruksi (sb. Kanan) Tracking Triwulan IV 2017 Pada triwulan IV 2017, lapangan usaha konstruksi diperkirakan akan mampu tumbuh dengan kecenderungan meningkat. Pada triwulan mendatang lapangan usaha tersebut diperkirakan mampu tumbuh sebesar 3,0% - 3,4% (yoy). Peningkatan tersebut terutama bersumber dari pembangunan proyek pemerintah sering dengan pemenuhan target pembangunan proyek-proyek pemerintah dan kondisi cuaca yang cukup stabil sehingga tidak mengganggu proses pengerjaan proyek. Sementara itu, investasi swasta juga diperkirakan masih stabil mengingat masih akan masuknya beberapa investasi pada periode mendatang. Selain itu adanya kebijakan pemerintah pusat untuk relaksasi ekspor nikel low grade yang masih mewajibkan adanya pembangunan smelter diperkirakan akan menyebabkan investor meneruskan aktivitas pembangunan smelternya. Tracking Tahun 2017 Cuaca buruk yang terjadi pada pertengahan tahun 2017 menyebabkan terjadinya perlambatan pembangunan yang dilakukan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan lapangan usaha konstruksi diprediksi akan mengalami perlambatan. Pertumbuhan lapangan usaha ini diperkirakan hanya sebesar 3,4% - 3,8% (yoy) pada tahun KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 23

36 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Ekonomi Makro Regional 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00-5,00-10,00-15,00 %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III Pertumbuhan Ekonomi Tambang Pertumbuhan Ekonomi Non Tambang Pertumbuhan Ekonomi Sultra Grafik 1.30 Perkembangan Ekonomi Nonpertambangan Sulawesi Tenggara Sumber: BPS, ADHK, diolah , menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2016 yang dapat mencapai 7,7% (yoy) PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN Realisasi Triwulan III 2017 Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara di periode triwulan III 2017, pertumbuhan ekonomi nonpertambangan juga mengalami perlambatan. Pada triwulan III 2017 pertumbuhan ekonomi nonpertambangan tercatat mengalami perlambatan laju pertumbuhan sebesar 4,3% (yoy), setelah pada periode sebelumnya tercatat sebesar 5,7% (yoy). Perlambatan yang terjadi pada lapangan usaha nonpertambangan menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada periode laporan. Pada triwulan III 2017, lapangan usaha utama nonpertambangan tercatat mengalami perlambatan, yaitu lapangan usaha pertanian seiring dengan rendahnya tingkat produksi pertanian, industri pengolahan akibat penurunan produksi pada feronikel, industri perdagangan besar dan eceran, dan lapangan usaha konstruksi. Namun laju perlambatan masih dapat tertahan dengan terjadinya peningkatan pada beberapa lapangan usaha seperti, lapangan usaha jasa pendidikan, lapangan usaha administrasi pemerintahan dan lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum. Dari sisi rasio komponen lapangan usaha terhadap total PDRB nonpertambangan, lapangan usaha pertanian masih mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara dengan rasio sebesar 28,9%. Namun demikian rasio tersebut menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mampu mencapai 29,5%. Penurunan rasio tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan rasio pada lapangan usaha perdagangan dari 16,0% menjadi 16,5% dan lapangan usaha konstruksi dari 15,6% menjadi 16,2%. Tracking Triwulan IV 2017 Pada triwulan IV 2017 mendatang lapangan usaha nonpertambangan diperkirakan akan mampu tumbuh terakselerasi berada di kisaran 4,5% - 4,9%(yoy). Akselerasi tersebut terjadi akibat adanya rebound dari lapangan usaha utama nonpertambangan yang mengalami perlambatan pada triwulan III 2017, yaitu lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran serta lapangan usaha konstruksi. Lapangan usaha pertanian diperkirakan akan mengalami akselerasi seiring terjadinya peningkatan produksi, lapangan usaha industri pengolahan juga akan cenderung mengalami peningkatan

37 seiring dengan mulai beroperasinya smelter secara efektif dan harga nikel yang masih cukup tinggi. Begitu pula dengan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran yang diprediksi akan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan produksi yang dihasilkan oleh lapangan usaha lain dan juga ketersediaan stok barang yang masih sangat tinggi. Sementara untuk lapangan usaha konstruksi disebabkan oleh penyelesaian pembangunan proyek-proyek pemerintah. Tracking Tahun 2017 Pada tahun 2017, lapangan usaha nonpertambangan diperkirakan akan mengalami perlambatan. Kelompok lapangan usaha ini diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 4,9% - 5,3% (yoy), menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 8,2% (yoy). Penurunan yang terjadi pada lapangan usaha utama seperti lapangan usaha pertanian, lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha pedagang besar dan eceran serta lapangan usaha konstruksi menjadi pendorong utama dari perlambatan yang terjadi. Selain itu, hampir keseluruhan lapangan usaha nonpertambangan juga mengalami perlambatan. Hal tersebut mengakibatkan laju pertumbuhan lapangan usaha nonpertambangan mengalami perlambatan yang cukup signifikan. KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 25

38 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Ekonomi Makro Regional Halaman Ini Sengaja Dikosongkan 26

39 KONDISI FISKAL DAERAH 2 Pembangunan Masjid Al Alam Kendari Foto: Daniel AP

40 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara Kondisi Fiskal Daerah 2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD TAHUN 2017 Anggaran pendapatan dan belanja pada APBD 2017 meningkat dibandingkan dengan anggaran APBD Perubahan tahun Anggaran pendapatan meningkat menjadi Rp3,55 triliun atau naik cukup tinggi sebesar 43.3% dibanding dengan tahun Begitu pula dengan anggaran belanja yang meningkat menjadi Rp3,50 triliun atau naik sebesar 17,0%. Dari sisi pendapatan, peningkatan anggaran pendapatan tersebut terjadi pada anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta pendapatan transfer. PAD Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 ditargetkan mencapai Rp743,9 miliar atau meningkat 33,2% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara untuk pendapatan transfer pada tahun 2017 ditargetkan mencapai Rp2,8 triliun atau meningkat 35,2% dari tahun sebelumnya (Grafik 2.1). Sementara itu dari sisi belanja, peningkatan anggaran belanja pada tahun 2017 didorong hanya oleh meningkatnya anggaran belanja operasi. Sementara untuk anggaran belanja modal mengalami penurunan. Pada tahun 2017 anggaran belanja operasi mencapai Rp2,4 triliun atau meningkat sebesar 41,3%. Kondisi berbeda terjadi pada anggaran belanja modal yang hanya mencapai RP774,6 miliar atau menurun sebesar 3,5% jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya (Grafik 2.2). Secara historis, APBD Provinsi Sulawesi Tenggara selalu mencatatkan defisit sejak tahun Namun demikian pada APBD tahun 2017, defisit anggaran tercatat jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Defisit APBD tahun 2017 adalah sebesar Rp51,96 miliar atau menurun sebanyak Rp297,47 miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp349,43 miliar PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI Realisasi Anggaran Pendapatan Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pendapatan pemerintah daerah di (miliar) , Miliar % yoy , Pendapatan Growth Pendapatan Belanja Growth Belanja Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah 28 Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik 2.2 Perkembangan Tahunan Anggaran Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara

41 Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemprov Sulawesi Tenggara Pada Triwulan III Keterangan: Anggaran dan Realisasi dalam Miliar Rupiah Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara hingga periode laporan terealisasi sebesar 70,51% dari total anggaran APBD 2017, atau sebesar Rp2,49 triliun. Capaian tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi periode yang sama pada tahun 2016 yang tercatat sebesar 78,53% dari target dalam APBD tahun 2016 atau sebesar Rp1,94 Triliun (Tabel 2.1). Penurunan realisasi tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan target pendapatan dalam APBD 2017 yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi nominal serapan anggaran. Realisasi pendapatan pada tahun 2017 tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata realisasi pendapatan pada triwulan III selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 76,26%. Sumber pendapatan daerah Sulawesi Tenggara berasal dari pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan (Daper). Pangsa PAD Sulawesi Tenggara tercatat menurun dari sebelumnya 23,00% pada tahun 2016 menjadi 18,97% pada tahun Kondisi ini mengindikasikan memburuknya kemandirian fiskal pemerintah provinsi. Sementara itu, pangsa Daper meningkat menjadi 81,03% pada tahun 2017 dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 77,00%. Realisasi Dana Perimbangan pada triwulan III 2017 tercatat hanya mampu mencapai 72,30% dari total target dalam APBD tahun 2017 atau sebesar Rp2,03 Triliun. Padahal pada periode yang sama tahun 2016, realisasi pendapatan mampu mencapai 81,96% dari total target pendapatan transfer tahun 2016 atau senilai Rp1,49 Triliun. Berdasarkan komponennya, sumber pendapatan utama pemerintah Sulawesi Tenggara adalah berasal dari transfer pemerintah pusat seperti Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Sementara itu, realisasi PAD Sulawesi Tenggara pada triwulan III tahun 2017 tercatat sebesar Rp474,16 miliar atau mencapai 63,74%, menurun dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya yang mampu mencapai 70,01%. Sumber utama KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Mei

42 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara Kondisi Fiskal Daerah PAD Sulawesi Tenggara berasal dari komponen pajak daerah, dengan peran 68,43% dari total PAD, diikuti oleh lain-lain PAD yang sah (21,18%), hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (7,99%) dan sisanya bersumber dari retribusi daerah (2,39%). Adapun pajak daerah yang dipungut oleh provinsi diantaranya adalah pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan dan pajak rokok. Sampai dengan pertengahan tahun 2017, pendapatan pajak daerah tersebut hanya mampu terealisasi sebesar 51,66% dari total anggaran. Kondisi tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang mampu mencapai 74,27% dari total anggaran. Lebih lanjut, komponen Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah tercatat mengalami peningkatan. Pada triwulan III 2017, realisasi pos ini tercatat sebesar 125,00%, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 40,21%. Keseluruhan pendapatan tersebut berasal dari pos hibah. Sementara untuk realisasi hasil pengelolaan yang dipisahkan pada tahun 2017 tidak dianggarkan. Meskipun demikian, terdapat realisasi sebesar Rp175 juta dari pos tersebut pada triwulan laporan Realisasi Anggaran Belanja Sejalan dengan kinerja di sisi pendapatan, penyerapan anggaran belanja APBD Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara hingga pertengahan tahun 2017 tercatat 55,86% atau sebesar Rp2,01 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mampu merealisasikan anggaran sebesar 60,26% (Tabel 2.2). Menurunnya persentase realisasi ini terutama didorong oleh masih berhati-hatinya pemerintah daerah dalam merealisasikan anggaran seiring adanya pengetatan fiskal oleh pemerintah pusat. 30 Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa, diolah Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa, diolah Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara

43 Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemprov Sulawesi Tenggara Pada Triwulan III Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah Penurunan tersebut terjadi baik pada realisasi belanja operasional maupun belanja modal. Realisasi belanja operasional hanya sebesar Rp1,48 triliun atau 61,72%. Rendahnya pencapaian tersebut disebabkan oleh belum optimalnya realisasi belanja hibah dan belanja pegawai yang masing-masing mencatatkan realisasi sebesar 51,52% dan 63,75%. Sementara itu, realisasi belanja modal pada periode laporan juga menunjukkan kinerja yang belum optimal dengan tingkat realisasi sebesar 47,11% atau senilai Rp364,89 miliar. Kondisi tersebut menurun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 48,47%. Penurunan tersebut disebabkan oleh rendahnya seluruh komponen belanja modal, terutama belanja tanah serta belanja bangunan dan gedung, yang masing-masing terealisasi sebesar 10,54% dan 44,97%. Berdasarkan sumbangannya, pangsa belanja modal terbesar adalah pembangunan jalan, irigasi dan jaringan yang mencapai 47,96%, diikuti oleh belanja bangunan dan gedung sebesar 36,83% dan belanja peralatan dan mesin 13,68%. Berdasarkan data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Daerah (LKPP), kinerja keuangan per bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara hingga triwulan III 2017 relatif di bawah target yang ditetapkan. Pada triwulan laporan, kondisi realisasi keuangan Pemprov Sultra baru mencapai 57,01% di bawah target 81,25%; bahkan lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 61,62% (Grafik 2.3). Sementara itu, kondisi penyelesaian fisik baru mencapai 64,27%, di bawah target yaitu sebesar 85,48%. Namun pencapaian tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang mencapai 49,06% (Grafik 2.4). KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Mei

44 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara Kondisi Fiskal Daerah Sementara itu, untuk proses pengadaan barang dan jasa, hingga akhir triwulan III 2017, tercatat bahwa dari total aktivitas strategis yang terdiri dari 483 paket atau senilai Rp107,18 miliar. Tercatat sebanyak 38% atau 281 proyek berada dalam tahap pemilihan, sementara 31% atau 225 proyek berada dalam tahap pelaksanaan PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBN Realisasi APBN Provinsi Alokasi anggaran APBN Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan tahun Tercatat, terjadi kenaikan anggaran APBN sebesar 5,32% dari sebelumnya Rp1,63 triliun pada tahun 2016 menjadi Rp1,72 triliun di tahun 2017 (Tabel 2.3). Berdasarkan jenisnya, belanja barang dianggarkan sebesar Rp837,52 miliar atau sebesar 50,73% dari total APBN Provinsi Sulawesi Tenggara 2017, diikuti oleh belanja modal sebesar Rp831,07 miliar (48,27%), belanja pegawai sebesar Rp12,85 miliar (0,75%) dan belanja bantuan sosial Rp4,43 miliar (0,26%). Komposisi tersebut relatif tidak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan komposisi periode tahun Lebih jauh, realisasi APBN secara keseluruhan mengalami perbaikan. Sampai triwulan III 2017, realisasi APBN tercatat sebesar Rp877,78 miliar atau sebesar 50,98%, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 yang tercatat sebesar Rp793,11 miliar atau 48,51% dari APBN provinsi Sulawesi Tenggara Realisasi belanja pegawai tercatat sebesar Rp8,74 miliar atau sebesar 68,00%, secara persentase menurun jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 79,48% atau sebesar Rp8,28 miliar. Realisasi belanja barang pada tahun 2017 sebesar Rp477,93 miliar atau 54,71% dari total yang dianggarkan dalam APBN Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun 2016 yang hanya sebesar Rp409,89 miliar atau 51,33% dari total anggaran belanja barang dalam APBN Sementara itu, realisasi belanja modal pada tahun 2017 tercatat sebesar Rp388,04 miliar atau 46,69% dari total anggaran, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp367,62 miliar atau 44,97% dari total anggaran belanja modal dalam APBN Peningkatan tersebut juga disebabkan oleh adanya pengerjaan beberapa proyek Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN Pada Triwulan III 2017 (Rp Miliar) 32 Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

45 Tabel 2.4 Realisasi Dana Desa (Rp Miliar) Kabupaten/Kota Pagu Realisasi Realisasi (%) Kab. Buton % Kab. Muna % Kab. Kolaka % Kab. Konawe Selatan % Kab. Bombana % Kab. Wakatobi % Kab. Kolaka Utara % Kab. Konawe % Kab. Konawe Utara % Kab. Buton Utara % Kab. Kolaka Timur % Kab. Konawe Kepulauan % Kab. Muna Barat % Kab. Buton Selatan % Kab. Buton Tengah % Total 1, % Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah infrastruktur yang sempat tertunda pada akhir tahun 2016 akibat adanya penundaan transfer DAU. Adapun realisasi belanja bantuan sosial pada triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp3,07 miliar atau 69,26% dari total anggaran. Capaian ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2016 yang mampu terealisasi sebesar Rp7,32 miliar atau 86,70% dari total anggaran Dana Desa Sesuai dengan data dari Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, hingga triwulan III 2017, telah dilakukan realisasi Dana Desa Tahap I sebesar Rp915 miliar. Dengan demikian, besaran Dana Desa yang telah direalisasikan adalah sebesar 60% dari total pagu Dana Desa Sulawesi Tenggara sebesar Rp1,48 triliun (Tabel 2.4). Lebih jauh, hanya Kabupaten Kolaka yang mencatatkan realisasi dana desa sebesar 100%. Beberapa kabupaten masih mencatatkan realisasi yang masih kurang dari 60%. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan, realisasi Dana Desa Tahap I adalah sebesar 60% dan dilakukan sampai bulan Maret serta Tahap II sebesar 40% yang dilakukan sampai bulan Agustus. Beberapa kendala dalam pencairan antara lain: 1) adanya kendala transfer dari kas daerah ke kas desa karena perbedaan perhitungan pagu anggaran, 2) belum ada Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Dana Desa tahun 2016 oleh desa, 3) adanya penjabaran program penggunaan Dana Desa yang tidak sesuai dengan program pada RPJMDes, RKPDes dan APBDes Realisasi APBN Kabupaten/Kota Porsi anggaran APBN Provinsi Sulawesi Tenggara untuk Kabupaten/Kota pada tahun 2017 tercatat sebanyak Rp7,59 miliar. Dana ini dibagikan kepada 17 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara. Anggaran APBN Kabupaten/kota terbagi atas anggaran belanja pegawai sebesar Rp1,87 triliun atau 24,68% dari total anggaran APBN untuk KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Mei

46 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara Kondisi Fiskal Daerah Tabel 2.5 Pencapaian APBN Kota/Kabupaten (%) % Realisasi Kabupaten/Kota Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial DAK Fisik Dana Desa 34 Kab. Buton 82.38% 53.08% 57.03% 61.86% 74.34% 60.00% Kab. Muna 70.98% 63.83% 57.54% 61.64% 55.00% 59.26% Kab. Kolaka 75.80% 55.20% 56.68% 44.73% 55.00% % Kab. Konawe Selatan 65.23% 56.58% 35.63% 44.04% 62.01% 58.88% Kab. Bombana 71.68% 62.19% 44.14% 50.29% 74.01% 60.00% Kab. Wakatobi 68.33% 56.41% 44.26% 35.06% 55.37% 58.81% Kab. Kolaka Utara 71.46% 57.21% 68.22% 44.91% 56.44% 60.00% Kab. Konawe 75.53% 56.90% 45.94% 48.41% 60.96% 59.74% Kab. Konawe Utara 66.24% 62.50% 44.84% 88.84% 55.00% 60.00% Kab. Buton Utara 63.84% 39.22% 41.03% 42.21% 53.05% 60.00% Kab. Kolaka Timur 59.82% 29.21% 6.78% 13.21% 55.00% 60.00% Kab. Konawe Kepulauan 43.36% 28.96% 41.66% 0.00% 55.34% 59.16% Kota Kendari 68.73% 61.82% 53.66% 39.60% 55.00% Kota Bau-Bau 70.90% 58.68% 63.17% 45.44% 55.13% Kab. Muna Barat 41.79% 31.56% 28.80% 0.00% 55.00% 60.00% Kab. Buton Selatan 47.48% 80.37% 18.66% 0.00% 73.73% 60.00% Kab. Buton Tengah 38.62% 57.83% 18.90% 0.00% 74.62% 60.00% Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara, anggaran belanja barang sebesar Rp1,62triliun (21,39%), belanja modal sebesar Rp1,29 triliun (17,05%), belanja bantuan sosial Rp11,5 miliar (0,15%), Dana Alokasi Khusus Fisik Rp1,3 triliun (17,19%), dan dana desa Rp1,48 miliar (19,53%). Dari data realisasi anggaran belanja pegawai 17 kabupaten/kota di Sulawesi tenggara, diperoleh total realisasi anggaran sebesar 69,59%, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja negara dari APBN Provinsi Sulawesi Tenggara yang sebesar 68,00%. Hal serupa juga terjadi pada realisasi belanja barang. Secara total, realisasi belanja barang kabupaten/kota mencapai 59,82% pada triwulan III 2017, sedangkan realisasi belanja barang APBN provinsi Sultra sebesar 54,71%. Namun terdapat beberapa daerah yang masih memiliki angka realisasi cukup rendah yaitu Kabupaten Konawe Kepulauan, Kolaka Timur dan Muna Barat (Tabel 2.5). Realisasi belanja modal di kabupaten/kota juga lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi APBN Provinsi. Sampai pertengahan tahun 2017 ini anggaran belanja modal kabupaten/kota telah terealisasi sebesar 52,21%, sementara di tingkat provinsi terealisasi sebesar 46,69%. Sejalan dengan anggaran belanja lainnya, anggaran belanja bantuan sosial dari APBN kabupaten/kota pada triwulan III 2017 terealisasi sebesar 39,52%. Sementara itu, belanja bantuan sosial pada anggaran APBN Provinsi Sultra telah terealisasi 69.26% PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD KOTA/KABUPATEN Realisasi Anggaran Pendapatan Berdasarkan data yang diperoleh dari realisasi Kota/Kabupaten di Sulawesi

47 Tabel 2.6 Pencapaian Pendapatan dan Belanja Kota/Kabupaten (%) *) Perbedaan Format LRA yang menggunakan format Permendagri, sementara yang lain menggunakan format SAP. Belanja Modal didekati dari Pos Belanja Modal dalam Komponen Belanja Langsung **) LRA belum diterima Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah Tenggara terdapat 10 (sepuluh) Kota/Kabupaten yang realisasi pendapatannya melebihi realisasi anggaran provinsi yaitu, Kab. Bombana, Kab. Buton, Kab. Buton Tengah, Kab. Buton Utara, Kab. Kolaka Timur, Kab. Kolaka Utara, Kab. Konawe Selatan, Kab. Konawe Utara, Kab. Muna Barat, dan Kab. Wakatobi. Kabupaten dengan capaian realisasi anggaran tertinggi adalah Kabupaten Bombana yang mencapai 77%. Capaian tinggi tersebut disebabkan oleh capaian realisasi anggaran pendapatan transfer yang mencapai 78%. Sementara kabupaten dengan capaian realisasi anggaran terendah adalah Kabupaten Bau-Bau (39%), rendahnya capaian tersebut disebabkan oleh rendahnya capaian pendapatan transfer yang hanya sebesar 38% Realisasi Anggaran Belanja Berbeda dengan realisasi anggaran pendapatan, realisasi anggaran belanja Kota/Kabupaten pada triwulan III 2017 tercatat relatif lebih rendah. Hal ini terlihat dari hanya terdapat 5 (lima) daerah yang memiliki realisasi belanja di atas realisasi belanja provinsi, yakni Kab. Buton Utara, Kab. Kolaka, Kab. Kolaka Timur, Kab. Kolaka Utara, dan Kab. Konawe Utara (Tabel 2.6). Capaian realisasi pada triwulan III 2017 yang tertinggi adalah Kabupaten Konawe Utara yang mencapai 63%. Sama seperti triwulan sebelumnya, tingginya capaian realisasi anggaran belanja tersebut ditengarai berasal dari tingginya realisasi belanja operasi. Sementara itu, daerah dengan capaian KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Mei

48 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara Kondisi Fiskal Daerah realisasi terendah adalah Kabupaten Muna Barat yang hanya mencapai 37%. Rendahnya capaian tersebut terjadi akibat rendahnya realisasi belanja modal. 36

49 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 3 Sayuran di Pasar Mandonga Kendari Foto: Daniel

50 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Perkembangan Inflasi Daerah 3.1. KONDISI UMUM INFLASI Perkembangan Inflasi Tahunan (year on year) Realisasi Triwulan III 2017 Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara 1 pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 3,18% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy). Capaian ini juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi triwulan III 2016 yang tercatat sebesar 3,28% (yoy) (Grafik 3.1). Dengan kondisi tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara mencatatkan capaian yang lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yaitu 3,72% (yoy) dan inflasi Sulawesi yaitu 3,62% (yoy). Secara spasial, inflasi di Sulawesi Tenggara merupakan provinsi dengan inflasi terendah ketujuh secara nasional dan terendah pertama di Sulawesi (Grafik 3.3). Sumber utama penurunan inflasi tersebut berasal dari kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan, serta kelompok bahan makanan seiring dengan telah kembali normalnya permintaan masyarakat pasca perayaan hari besar keagamaan yang berada pada triwulan sebelumnya. Pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan, penurunan terutama berasal dari kembali normalnya tarif angkutan udara. Hal tersebut terjadi seiring dengan menurunnya permintaan pasca Ramadhan dan Idul Fitri sehingga mendorong pelaku usaha angkutan udara melakukan penurunan tarif tiket penerbangan. Sementara itu, penurunan inflasi kelompok bahan makanan berasal dari komoditas bawang merah dan beras. Selain faktor normalisasi harga pasca Lebaran, kedua komoditas tersebut juga mencatatkan kecukupan pasokan seiring dengan masuknya periode panen yang terjadi di beberapa sentra penghasil. Komoditas bawang putih turut mengalami penurunan harga di tengah kebijakan impor bawang putih oleh pemerintah pusat. Meskipun demikian, beberapa komoditas ikan segar, meliputi ikan kembung, ikan cakalang, dan ikan bandeng, menahan penurunan inflasi bahan makanan lebih dalam. Hal ini terjadi karena kondisi cuaca di awal triwulan yang masih mengalami curah hujan tinggi mencapai 300 mm per hari sementara kondisi perairan Sulawesi Tenggara yang masih mengalami angin timur juga memiliki kondisi gelombang yang tinggi. %, yoy 10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2014 Sultra Nasional Sulawesi 3,72% 3,62% 3,18% 0,72 %yoy 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00-2,00 Bahan Makanan 0,36 Makanan Jadi 0,62 Perumahan 0,08 Sandang 0,19 Kesehatan 0,05 Pendidikan Transpor Tw II 2017 Tw III 2017 %andil 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00-0,20-0,16-0,40 38 Grafik 3.1 Sumber: BPS, diolah Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara Sumber: BPS, diolah Grafik 3.2 Pergerakan Inflasi Tahunan Sultra dan Andilnya Berdasarkan Kelompok 1 Angka inflasi Sulawesi Tenggara adalah angka inflasi hasil perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara dengan menggunakan data IHK (indeks harga konsumen) Kota Kendari dan Kota Baubau yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik.

51 Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Grafik 3.3 Peta Spasial Inflasi Tahunan Sumber: BPS, diolah Kelompok lainnya yang juga mencatatkan penurunan tekanan inflasi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar. Penurunan inflasi terutama berasal dari komoditas bahan bakar rumah tangga dan komoditas bahan baku bangunan seperti semen dan batu bata. Selain itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau juga mengalami penurunan. Kondisi ini terutama didorong penurunan harga komoditas gula pasir, seiring dengan implementasi kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) gula pasir yang telah ditetapkan semenjak April 2017 serta normalisasi permintaan masyarakat pasca Ramadhan dan Idul Fitri. (Grafik 3.2). %yoy 10,00 Baubau 5,00 0,00-5,00-10,00 Grafik 3.4 Tw II 2017 Tw III 2017 %yoy 15,00 10,00 5,00 0,00 Sumber: BPS, diolah Pergerakan Inflasi Tahunan Kota Kendari dan Kota Baubau Berdasarkan Kelompok Kendari Inflasi Spasial Ditinjau dari kota perhitungan inflasi di Sulawesi Tenggara, penurunan inflasi tahunan Sulawesi Tenggara disebabkan oleh menurunnya harga yang terjadi di dua kota perhitungan inflasi di Sulawesi Tenggara, baik di Kota Kendari maupun Kota Baubau. Inflasi di Kota Kendari pada triwulan III 2017 menurun menjadi 3,49% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II 2017 yang mencapai 6,17% (yoy). Inflasi di Kota Baubau juga mengalami penurunan dari 2,67% (yoy) menjadi 2,37% (yoy) pada triwulan III Penurunan inflasi tahunan di Kota Kendari disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok bahan makanan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, % (yoy) 6,17 3,49 2,67 2,37 5,21 4,37 4,27 3,72 3,60 3,18 Kendari Baubau Sultra Nasional Kawasan Timur Tw II 2017 Tw III 2017 Sumber: BPS, diolah Grafik 3.5 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Pada Triwulan II 2017 & Triwulan III 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 39

52 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Perkembangan Inflasi Daerah 40 serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau. Inflasi pada kelompok bahan makanan turun menjadi 7,73% (yoy) dari sebelumnya 11,96% (yoy) pada triwulan II 2017, dengan komoditas bawang merah, ayam hidup, dan bawang putih menyumbangkan penurunan harga. Sementara itu, penurunan harga elpiji dan semen menyebabkan terjadinya penurunan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Adapun rendahnya inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau disumbangkan oleh penurunan harga komoditas gula pasir dan berbagai minuman ringan. Penurunan inflasi juga terpantau di Kota Baubau. Menurunnya inflasi di kota ini disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, seiring dengan normalisasi tarif angkutan udara. Inflasi kelompok ini mencatatkan deflasi lebih dalam, dari sebelumnya deflasi 1,17% (yoy) pada triwulan II 2017, menjadi deflasi 8,62% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan inflasi juga terjadi untuk kelompok bahan makanan, dari sebelumnya inflasi 1,63% (yoy) menjadi 6,62% (yoy), yang disebabkan oleh penurunan harga beras, bawang merah, buah-buahan terutama pisang dan apel. Penurunan inflasi juga terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau yang disebabkan oleh menurunnya harga gula pasir dan makanan ringan di tengah kembali normalnya permintaan masyarakat. Tracking Triwulan IV 2017 Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa pada bulan Oktober 2017, Sulawesi Tenggara mengalami inflasi yang relatif terkendali yakni sebesar 2,06% (yoy). Capaian ini terjadi di tengah rendahnya inflasi di Kota Kendari dan Baubau (Grafik 3.5). Meredanya tekanan inflasi pada triwulan laporan bersumber dari kelompok transpor, komunikasi, dan jasa; terutama penurunan tarif angkutan udara. Tekanan inflasi tahunan yang rendah juga berasal dari kelompok bahan makanan seiring dengan penurunan harga beberapa komoditas, meliputi bawang merah, bawang putih, ikan segar dan sayur-sayuran yang telah memasuki musim panen. Dengan perkembangan inflasi pada bulan Oktober 2017 tersebut, laju inflasi Sulawesi Tenggara diperkirakan akan relatif terkendali seiring dengan tekanan kelompok pangan yang rendah. Meskipun demikian, diperkirakan terdapat peningkatan tekanan secara moderat pada komoditas sayur-sayuran dan bumbubumbuan seperti sawi hijau dan cabai rawit seiring dengan curah hujan yang mulai meningkat. Tekanan inflasi secara moderat juga diperkirakan terjadi untuk komoditas beras, terutama di akhir tahun disebabkan adanya peningkatan permintaan masyarakat. Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan IV 2017 diperkirakan meningkat di tengah meningkatnya permintaan domestik seiring dengan libur Natal dan Tahun Baru. Beberapa komoditas yang diperkirakan mengalami peningkatan tekanan inflasi diantaranya tarif angkutan, pakaian, dan makanan jadi Perkembangan Inflasi Bulanan (month to month) Realisasi Triwulan III 2017 Secara bulanan, pergerakan inflasi Sulawesi Tenggara selama triwulan III 2017 mengalami tren yang menurun. Pada bulan Juli, terjadi inflasi sebesar 0,99% (mtm), dilanjutkan dengan deflasi yang dalam sebesar 1,55% (mtm) pada bulan Agustus. Selanjutnya, pada bulan September, capaian deflasi masih berlanjut meskipun tidak sedalam bulan sebelumnya, menjadi deflasi 0,52% (mtm) (Grafik 3.6). Apabila dibandingkan dengan pola bulanannya selama tahun , inflasi

53 %, mtm 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00-1,00-2,00 Grafik 3.6-1,55 0,99-0, Sumber: BPS, diolah Pergerakan dan Pola Inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00-0,50-1,00-1,50-2,00 %, mtm 0,46-0,76-1,48 Kendari 2,44 Jul-17 Agu-17 Sep-17-1,76 Baubau 0,14 Sumber: BPS, diolah Grafik 3.7 Pergerakan Inflasi Bulanan Kota Kendari dan Kota Baubau Triwulan III 2017 yang terjadi pada akhir triwulan III 2017 tersebut merupakan inflasi terendah. Pada bulan Juli, inflasi tercatat lebih rendah daripada bulan sebelumnya seiring dengan terjaganya inflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Inflasi yang rendah pada kelompok bahan makanan disebabkan oleh penurunan harga komoditas sayur-sayuran, terutama di Kota Kendari. Namun demikian, komoditas ikan segar pada bulan tersebut tercatat meningkat, terutama di Kota Kendari sehingga menahan laju penurunan yang terjadi. Selanjutnya, penurunan harga yang lebih dalam pada kelompok bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan mendorong terjadinya deflasi lebih dalam pada bulan Agustus. Deflasi pada periode tersebut terutama didorong oleh penurunan harga komoditas bahan makanan terutama komoditas ikan segar dan sayursayuran. Selain itu, tarif angkutan udara juga tercatat mengalami deflasi dan merupakan salah satu penyebab penurunan tekanan. Sementara itu, pada September 2017, Sulawesi Tenggara masih mencatatkan deflasi yang didorong oleh penurunan harga komoditas bahan makanan, terutama komoditas sayur-sayuran seiring dengan produksi yang mulai normal. Selain itu tarif angkutan udara juga masih mengalami deflasi dan merupakan salah satu penyebab penurunan tekanan di periode tersebut. Meskipun demikian, harga ikan masih menunjukkan kecenderungan meningkat seiring dengan kendala cuaca, pasokan dan distribusi sehingga menahan laju deflasi menjadi lebih dalam dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya. Tracking Triwulan IV 2017 Mengawali triwulan IV 2017, inflasi Sulawesi Tenggara pada Oktober 2017 masih mengalami deflasi sebesar 0,88% (mtm), lebih dalam jika dibandingkan dengan deflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,52% (mtm). Secara spasial deflasi tersebut disebabkan oleh deflasi yang terjadi di Kota Kendari dan Kota Baubau. Deflasi pada Oktober 2017 didorong oleh penurunan harga komoditas bahan makanan terutama komoditas ikan segar. Selain itu, komoditas sayur-sayuran dan komoditas bumbubumbuan juga tercatat mengalami deflasi dan merupakan salah satu penyebab penurunan tekanan harga di awal triwulan IV Inflasi yang tetap rendah diperkirakan akan berlanjut pada bulan November dan Desember mendatang. Hal ini terutama didorong oleh pasokan komoditas ikan segar dan sayur-sayuran yang mulai bertambah seiring dengan pola musimannya. Meskipun KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 41

54 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Perkembangan Inflasi Daerah inflasi (%,yoy) (2) (4) Inflasi Umum Inflasi Inti Volatile Food Administered Prices Sumber: BPS, diolah Grafik 3.8 Disagregasi Inflasi demikian, pada akhir triwulan IV 2017, diperkirakan terjadi peningkatan tekanan inflasi dari sub kelompok bumbu-bumbuan dan padi-padian. Hal ini sejalan dengan pasokan komoditas yang sudah mulai berkurang. Sementara itu, dari sisi permintaan, adanya momen liburan Hari Raya Natal dan Tahun Baru diperkirakan turut berpotensi meningkatkan inflasi. Adapun komoditas yang diperkirakan akan mengalami peningkatan relatif tinggi adalah tarif angkutan udara, dan beberapa komoditas bahan makanan serta makanan jadi, meliputi telur ayam ras serta nasi dengan lauk. Beberapa pembangunan di akhir tahun diperkirakan juga mampu mendorong kenaikan harga bahan baku bangunan seperti pasir, besi beton, dan batu bata DISAGREGASI INFLASI Realisasi Triwulan III 2017 Jika dilihat dari komponen pembentuknya, penurunan tekanan inflasi tahunan Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 disebabkan oleh menurunnya harga pada kelompok administered prices dan volatile food. Penurunan yang signifikan pada kelompok administered prices terutama didorong oleh penurunan harga untuk tarif angkutan udara, Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT), serta tidak adanya kenaikan harga untuk Tarif Tenaga Listrik (TTL). Menurunnya tarif angkutan udara seiring dengan normalnya harga pasca Ramadhan dan Idul Fitri yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Penurunan juga terjadi untuk komoditas BBRT seiring penyesuaian harga elpiji 12 kg yang diberlakukan efektif pada 16 September Harga elpiji 12 kg di Kota Kendari turun menjadi Rp per tabung dari sebelumnya Rp untuk harga pengambilan di gudang. Inflasi komoditas ini terpantau turun menjadi deflasi 5,05% (yoy) pada triwulan laporan, dari sebelumnya deflasi 0,09% (yoy). Sementara itu, komoditas BBRT di Kota Baubau terpantau stabil. Selanjutnya, penurunan harga yang terjadi pada beberapa komoditas dari kelompok volatile food terutama terjadi untuk komoditas sayur-sayuran setelah pada akhir triwulan sebelumnya mengalami kendala di sisi produksi karena curah hujan yang ekstrem 42 Rupiah Rupiah I II III IV I II III IV I II III Bawang Putih Bayam (sb.kanan) Beras (sb.kanan) Rupiah Rupiah I II III IV I II III IV I II III Kembung Tongkol (sb.kanan) Bandeng (sb.kanan) Grafik 3.9 Sumber: SPH KPw BI Sultra, diolah Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Penurunan Sumber: SPH KPw BI Sultra, diolah Grafik 3.10 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Peningkatan

55 terjadi di Sulawesi Tenggara. Komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain bayam, kacang panjang. Komoditas bayam dan kacang panjang mengalami penurunan inflasi dari sebelumnya masing-masing sebesar 91,57% (yoy) dan 71,66% (yoy), turun menjadi 15,67% (yoy) dan 15,05% (yoy). Penurunan juga terjadi untuk komoditas sayur lainnya, seperti sawi hijau, daun kacang panjang muda, dan kangkung. Kondisi tersebut sejalan dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara di Kota Kendari. Komoditas yang tercatat mengalami penurunan adalah sayur-sayuran, bumbu-bumbuan. Rata-rata harga komoditas sayur bayam di empat pasar di Kota Kendari pada akhir triwulan II 2017 tercatat Rp per kg, turun pada triwulan III 2017 menjadi sebesar Rp6.821 per kg. Hal serupa juga terjadi pada komoditas kacang panjang yang pada akhir periode sebelumnya tercatat memiliki harga rata-rata Rp per kg, sementara pada akhir triwulan III 2017 turun menjadi Rp per kg. Selain sayur-sayuran, komoditas bumbubumbuan, seperti bawang merah, bawang putih dan cabai rawit juga tercatat mengalami penurunan harga pada triwulan laporan. Penurunan inflasi ini terjadi baik di Kota Kendari maupun Kota Baubau. Sejalan dengan pantauan harga dalam SPH, komoditas bawang merah mengalami penurunan harga, dari sebelumnya Rp per kg pada akhir triwulan II 2017, menjadi Rp per kg pada akhir triwulan III Sementara itu adanya panen padi pada pertengahan triwulan turut menurunkan tekanan inflasi pada triwulan laporan (Grafik 3.9). Meskipun demikian, untuk komoditas ikan segar masih mengalami tekanan dari sisi pasokan. Beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain belum ada kerjasama antar provinsi terkait dengan nelayan andon (nelayan dari provinsi lain), adanya daerah pelarangan penangkapan ikan (zonasi), dan masih adanya kapal di atas 30 GT yang belum diurus kembali perizinannya setelah dilakukan perhitungan ulang berat kapal nelayan. Selain itu, belum adanya pengaturan distribusi ikan ke luar daerah menyebabkan pasokan ikan yang ada belum mencukupi kebutuhan dalam provinsi sehingga memicu kenaikan harga di pasar pada triwulan laporan (Grafik 3.10). Kondisi tersebut juga sesuai dengan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara yang menunjukkan perkiraan masyarakat terhadap harga kebutuhan bahan makanan akan mengalami penurunan pada triwulan laporan. Hal tersebut tercermin dari menurunnya indeks perubahan harga bahan makanan untuk 3 bulan ke depan yakni dari 199,0 pada triwulan sebelumnya menjadi 168,4 pada triwulan III 2017 (Grafik 3.11). Sementara itu, inflasi inti (core inflation) pada triwulan III 2017 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring dengan normalnya permintaan masyarakat pasca Lebaran. Beberapa komoditas yang mengalami penurunan adalah gula pasir, aneka pakaian, dan bahan bangunan. Hal ini sejalan dengan perkiraan masyarakat terhadap harga komoditas nonmakanan & komoditas peralatan rumah tangga untuk 3 bulan ke depan. Tracking Triwulan IV 2017 Mengawali triwulan IV 2017, inflasi tahunan Sulawesi Tenggara tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III Inflasi yang rendah ini terutama didorong adanya penurunan harga pada seluruh komponen inflasi, terutama untuk kelompok volatile food. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan harga komoditas bahan makanan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 43

56 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Perkembangan Inflasi Daerah indeks Indeks 220,0 200,0 180,0 160, I II III IV I II III IV I II III Indeks Harga Indeks Harga Bahan Makanan Sumber: BPS, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Grafik 3.11 Indeks Harga Triwulan III Grafik 3.12 Indeks Harga 3 & 6 Bulan mendatang 140,0 120,0 I II III IV I II III IV I II III IV Harga 3 Bulan Mendatang Harga 6 Bulan Mendatang 44 terutama komoditas ikan segar seiring dengan musim tangkapan ikan dan gelombang laut yang kondusif menjelang akhir tahun. Selain itu pasokan komoditas sayur-sayuran yang meningkat juga menjadi penyebab terjadinya inflasi kelompok volatile food yang rendah. Penurunan tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok administered prices yang disumbangkan oleh normalisasi tarif angkutan udara, serta menurunnya harga BBRT. Penurunan angkutan udara terutama terjadi di Kota Baubau, sementara penurunan harga BBRT terjadi di Kota Kendari. Meskipun demikian, melihat perkembangan yang ada, laju inflasi tahunan Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2017 diperkirakan akan mengalami peningkatan tekanan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Meningkatnya tekanan ini disumbangkan oleh semua kelompok disagregasi inflasi, baik dari kelompok volatile food, administered prices dan kelompok inflasi inti. Tekanan inflasi kelompok volatile food diperkirakan berasal dari telah kembali normalnya harga komoditas sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan serta selama beberapa bulan terakhir. Sementara itu, tekanan pada kelompok administered prices disebabkan oleh meningkatnya permintaan berbagai macam tarif angkutan seiring dengan memasuki liburan akhir tahun. Adapun kelompok inflasi inti diperkirakan juga akan mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat di tengah Hari Raya Natal dan Tahun Baru, meliputi kebutuhan sandang dan makanan jadi. Peningkatan tekanan inflasi pada periode mendatang ini juga terindikasi dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil SK diperoleh informasi bahwa indeks perubahan harga pada 3 bulan mendatang meningkat dari 157,0 pada triwulan III 2017 menjadi 159,0 pada triwulan IV 2017 (Grafik 3.12). Peningkatan tersebut terutama disumbangkan oleh meningkatnya pengeluaran komoditas nonmakanan serta makanan yang masing-masing menjadi 184,8 dan 155,9 pada triwulan IV 2017, lebih tinggi dari triwulan III 2017 yang sebesar 168,4 dan141,7. Sementara itu, komoditas lainnya yang terpantau dalam SK, meliputi perumahan dan peralatan rumah tangga juga terpantau mengalami peningkatan UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama Bank Indonesia melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan III 2017 difokuskan pada upaya meningkatkan produksi dan pasokan pangan strategis. Upaya yang dilakukan antara lain yaitu mengimplementasikan Urban

57 Farming untuk komoditas sayur-sayuran, rapat koordinasi membahas permasalahan pasokan ikan tangkap, sosialisasi kebijakan HET untuk komoditas beras dan gula pasir, serta upaya penguatan TPID tingkat kabupaten. Secara ringkas langkah-langkah pengendalian inflasi yang ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Penguatan Kelembagaan dan Koordinasi antar TPID. Dalam rangka penguatan koordinasi, telah dilaksanakan rapat TPID Sulawesi Tenggara. Beberapa hasil rapat tersebut adalah: 1) Mendorong terlaksananya kerjasama antar daerah yang dilakukan secara formal didasari dengan perjanjian kerjasama antar daerah, baik antar provinsi, kota/kabupaten antar provinsi, maupun kota/kabupaten dalam provinsi. 2) Mengalokasikan anggaran dalam APBD untuk kegiatan atau program kerja pengendalian harga sesuai dengan kewenangan masing masing. 3) Perumusan peraturan daerah terkait tataniaga perdagangan komoditas ikan ke luar Sulawesi Tenggara agar komoditas ikan segar terlebih dahulu diolah melalui Unit Pengolahan Ikan (UPI) masing-masing Kabupaten/Kota. Dalam hal belum terdapat UPI agar dapat terlebih dahulu di bentuk. 4) Perbaikan sarana dan prasarana perikanan seperti perbaikan fasilitas di PPI (Pelabuhan Pendaratan Ikan) maupun PPS (Pelabuhan Perikanan Samudra) serta penambahan kapasitas cold storage. Selain itu, kapasitas armada kapal juga perlu ditingkatkan. 5) Meningkatkan awareness anggota TPID dan masyarakat dalam kebijakan HET Beras dan Gula Pasir Selain itu, untuk meningkatkan pemahaman anggota TPID terutama yang berasal dari kabupaten/kota terkait pentingnya pengendalian inflasi, telah dilaksanakan Capacity Building bagi seluruh TPID Kabupaten Kolaka Utara. 2. Menambah Ketersediaan Pasokan Sayur-Sayuran Melalui Urban Farming Upaya untuk menekan inflasi oleh TPID juga dilakukan dengan meningkatkan pasokan sayur-sayuran. Hal ini dilakukan untuk meredam tingginya gejolak harga sayur-sayuran di Sulawesi Tenggara. KPw BI Provinsi Sultra telah mengadakan pelatihan Urban Farming di Kota Kendari. Hal ini bertujuan untuk: i) meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan ditanami tanaman produktif, seperti sayur-sayuran, sehingga dapat memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat, ii) dapat mengurangi tekanan inflasi yang cukup tinggi, terutama di Kota Kendari. Pelatihan Urban Farming dilakukan kepada kelompok tani dan dasa wisma di Kota Kendari pada awal triwulan III Dalam pelaksanaan kegiatan ini, KPw BI Provinsi Sultra berkoordinasi dengan stakeholders terkait, meliputi Dinas Pangan Kota Kendari. Adapun metode penanaman juga dilakukan dengan menggunakan sistem penanaman organik yang ramah lingkungan. Dalam jangka panjang, kegiatan ini diharapkan dapat menekan inflasi yang berasal dari komoditas sayur-sayuran KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 45

58 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Perkembangan Inflasi Daerah Halaman Ini Sengaja Dikosongkan 46

59 STABILITAS KEUANGAN DAERAH 4 Aktivitas Pelabuhan Kendari Foto: Daniel

60 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Pertumbuhan Konsumsi RT Stabilitas Keuangan Daerah ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Dalam menjaga stabilitas sistem keuangan, ketahanan individu saja tidak cukup, perlu juga dilihat interkoneksi yang terjadi antara komponen untuk memitigasi terjadinya risiko sistemik. Di Sulawesi Tenggara, rumah tangga merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian dan sistem keuangan baik dari sisi kontribusi maupun keterkaitannya dengan perbankan, pemerintah, lembaga keuangan lainnya dan korporasi. Pada triwulan III 2017, perlambatan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara salah satunya disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga hanya dapat tumbuh sebesar 5,6% (yoy) dari 6,6% (yoy) pada periode sebelumnya (Grafik 4.1). Secara pangsa, konsumsi rumah tangga terhadap PDRB triwulan III juga mengalami penurunan sesuai dengan pola historisnya, yaitu dari 47,2% pada triwulan II 2017 menjadi 46,9%. Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga terjadi di provinsi lainnya di Pulau Sulawesi, bahkan pertumbuhan di Sulawesi Tenggara lebih rendah daripada pertumbuhan di Sulawesi (Grafik 4.2). Selain itu, peran konsumsi rumah tangga dalam perekonomian berada di bawah 50%. Kondisi ini disebabkan Pangsa thd 60,0PDRB (%) 55,0 50,0 45,0 40,0 Grafik 4.1 %, yoy 8 5,6 47,2 4 46,9 3 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2014 Pangsa gkonsumsi RT (sb.kanan) Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara karena tingginya peranan investasi di Sulawesi Tenggara dengan pangsa sebesar 42,8%, di atas rata-rata Sulawesi yang hanya sebesar 38,1%. Melambatnya konsumsi rumah tangga selama triwulan III 2017 juga terkonfirmasi dari hasil survei konsumen yang menunjukkan terjadinya penurunan optimisme rumah tangga untuk melakukan kegiatan konsumsi. Walaupun secara keseluruhan, hasil survei masih berada di atas angka 100 yang berarti konsumen masih optimis, namun selama periode laporan rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun menjadi 125,1 dari 131,3 pada periode sebelumnya (Grafik 4.3). Optimisme konsumen tersebut relatif berkurang terutama karena adanya ekspektasi penurunan kegiatan usaha dalam enam bulan ke depan. Namun dari sisi lapangan kerja terdapat peningkatan ekspektasi konsumen untuk 6 bulan ke depan. Optimisme tersebut juga didukung oleh ekspektasi penghasilan yang masih tinggi sehingga dapat menjaga ketahanan keuangan rumah tangga dalam sistem keuangan di Sulawesi Tenggara. (Grafik 4.4). Walaupun terjadi penurunan tingkat konsumsi, namun berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Sulawesi Tenggara, terjadi peningkatan penghasilan rumah tangga pada triwulan III 2017 yang dialami oleh 42% responden, bahkan 2% dari %, yoy 8,0 7,5 7,0 6,5 6,0 5,5 5,0 4,5 Grafik 4.2 Sultra Sulut TwII-17 Sulteng TwIII-17 Sulsel SULAWESI Sulbar Gorontalo 4,0 40,0 45,0 50,0 55,0 60,0 65,0 Pangsa Konsumsi RT dalam PDRB Sumber: BPS, diolah Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT se- Sulawesi %

61 pesimis pesimis optimis optimis 200,0 180,0 160,0 140,0 120,0 100,0 80,0 Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Poly. (Indeks Keyakinan Konsumen) Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara Grafik 4.5 indeks Pertanian Industri Listrik Air Konstruksi Perdagangan Transportasi Hotel Restoran Infokom Jasa Keuangan Real Estate Jasa Profesional Persewaan Pemerintahan Pendidikan Kesehatan Kebudayaan Lainnya SULTRA % TETAP -100% -50% 0% 50% 100% 150% 67% 100% 25% 0% 35% 0% 3% 33% 67% 25% 89% 0% 45% 3% 41% 0% 40% 4% 50% -6% 36% 29% 33% -1% -22% 40% 2% 6% Sedikit Meningkat Meningkat Sedikit Menurun Menurun Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Perubahan Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 Bulan yang lalu Grafik 4.4 indeks pangsa responden naik turun Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Lap.Kerja Ekspektasi Usaha Est. Jan 18 Est. Feb 18 Est. Mar 18 Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah 19% -2% Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga 22% 14% -6% -6% Gaji Omzet Pendapatan Lain Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan 6 Bulan Mendatang responden tersebut merasakan peningkatan yang berarti. Namun untuk menjadi perhatian, sebanyak 22% responden mengalami penurunan penghasilan. Sementara itu, sisanya masih mendapatkan penghasilan yang sama dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya. Berdasarkan sektornya, rata-rata sektor usaha yang disurvei mengalami peningkatan penghasilan, kecuali sektor industri, air, transportasi, infokom dan real estate. (Grafik 4.5). Meskipun terjadi penurunan optimisme rumah tangga, hasil Survei Konsumen menunjukkan bahwa mayoritas responden masih memperkirakan terjadinya peningkatan penghasilan 6 bulan yang akan datang. Ekspektasi tersebut dapat mendukung ketahanan sektor rumah tangga dari sisi penghasilan. Secara detail, responden yang memperkirakan kenaikan penghasilan yang berasal dari kenaikan omzet tercatat sebesar 22%, sementara yang berasal dari kenaikan gaji mencapai 19%, sementara 15% responden memperkirakan terjadi peningkatan pada pendapatan lain. Meskipun demikian, dalam survei juga tertangkap adanya ekspektasi penurunan penghasilan dari sejumlah responden. (Grafik 4.6). Salah satu faktor yang menjadi sumber risiko pada keuangan rumah tangga adalah perlambatan lapangan usaha pertanian, padahal tenaga kerja pada lapangan usaha ini adalah yang paling dominan. Berdasarkan data BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, lapangan usaha pertanian masih menjadi dominasi penyerap tenaga kerja yaitu sebesar 37,07% disusul oleh sektor jasa kemasyarakatan sebesar 20,86% dan sektor perdagangan sebesar 19,15%. Melambatnya lapangan usaha pertanian pada triwulan III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 49

62 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Pengeluarana/bulan Stabilitas Keuangan Daerah lebih banyak disebabkan oleh pengaruh cuaca ekstrem yang terjadi pada awal triwulan. Selain itu, melambatnya lapangan usaha pertanian berpengaruh pula pada kinerja lapangan usaha industri pengolahan yang melambat (lihat Bab 1) Kinerja Keuangan Rumah Tangga Pada triwulan III 2017, keperluan konsumsi masih mendominasi pengeluaran rumah tangga yang secara porsi mencapai 56,6% dari total pengeluaran. Namun bila dibandingkan dengan periode sebelumnya, pengeluaran untuk konsumsi tersebut mengalami sedikit penurunan (Grafik 4.7). Penurunan porsi tersebut oleh rumah tangga digunakan untuk meningkatkan porsi tabungan dan pembayaran cicilan yang masing-masing mencapai 28,3% dan 15,1%. Berdasarkan klasifikasi pendapatan rumah tangga, secara proporsi, kelompok rumah tangga yang berpendapatan rendah (total pengeluaran Rp1 juta s.d Rp2juta) mencatatkan konsumsi yang paling tinggi sedangkan rumah tangga berpendapatan menengah (total pengeluaran Rp5,1 juta s.d Rp6juta) mencatatkan proporsi tabungan yang paling tinggi mencapai 39,5%. Rumah tangga berpendapatan tinggi (total pengeluaran > 8 juta) mencatatkan pembayaran cicilan tertinggi selama periode pelaporan, pembayaran cicilan tertinggi pada kelompok tersebut juga disertai dengan proporsi konsumsi yang 26,7 14,7 Tw II ,6 28,3 15,1 Tw III ,6 Konsumsi Cicilan/Pinjaman Tabungan Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara terendah dan tabungan yang hampir menyamai proporsi tertinggi. (Grafik 4.8). Debt Service Ratio Dalam melihat perilaku meminjam salah satu indikator yang digunakan adalah debt service ratio (DSR), institusi keuangan menilai bahwa threshold aman untuk DSR adalah 30%, yang berarti rumah tangga dengan DSR>30% memiliki risiko kredit yang tinggi dan dapat menjadi sumber kerentanan rumah tangga terhadap risiko kredit macet yang dihitung dengan indikator NPL (non performing loan). Berdasarkan nilai DSR, risiko kredit rumah tangga Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 terpantau relatif terjaga meskipun tetap perlu diwaspadai. Secara agregat, hal tersebut dicerminkan dengan jumlah rumah tangga yang memiliki DSR lebih dari 30% (DSR>30%) masih lebih rendah dibandingkan dengan kelompok rumah tangga yang memiliki DSR di bawah 30% dengan tren yang membaik dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada triwulan III 2017, jumlah rumah tangga dengan DSR>30% tercatat sebesar 36,9%, turun dari 43,2% pada periode sebelumnya (Grafik 4.9). Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa seluruh rumah tangga dengan tingkat pengeluaran per bulan Rp7,1 juta-rp8 juta dan Rp4,1juta-5 juta memiliki pangsa DSR>30%. Begitu juga dengan rumah tangga dengan tingkat pengeluaran per bulan Rp5,1 juta-rp6 juta yang mencatatkan >Rp8 juta Rp7,1-8 juta Rp6,1-7 juta Rp5,1-6 juta Rp4,1-5 juta Rp3,1-4 juta Rp2,1-3 juta Rp1,0-2 juta 33,1 50,0 41,5 56,7 52,0 53,7 54,6 61,5 27,5 19,0 11,7 20,0 32,0 18,2 16,2 12,0 39,4 31,7 30,0 39,5 28,1 29,2 16,0 26, Konsumsi Cicilan Tabungan Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pengeluaran/Bulan

63 pengeluaran/bulan Grafik 4.9 pengeluaran/bulan SULTRA >Rp8 juta Rp7,1-8 juta Rp6,1-7 juta Rp5,1-6 juta-16,7 Rp4,1-5 juta Rp3,1-4 juta Rp2,1-3 juta Rp1,0-2 juta SULTRA >Rp8 juta Rp7,1-8 juta Rp6,1-7 juta Rp5,1-6 juta Rp4,1-5 juta Rp3,1-4 juta Rp2,1-3 juta Rp1,0-2 juta DSR>30% -6,5-30,4-12,5-100,0-100,0-66,7-4,2-4,1-9,2-25,0-25,0-28,4-26,2 Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Grafik 4.11 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Debitur Bank DSR>30% sebesar 83,4% responden bahkan 16,7% dari angka tersebut merupakan rumah tangga dengan DSR>50%. DSR<30% 63,0 16,7 62,5 64,6 Kecukupan Keuangan RT Debitur Bank 100,0 70,8 67,6-100% -50% 0% 50% 100% pangsa DSR 30% - 49% -14,3 pangsa % -4,4-100,0-100,0-14,3-75,0-2,6-2,2-50,0 DSR>50% -29,2-25,6-21,7 tetap -14,3 Secara keseluruhan, pada triwulan III 2017 kondisi rumah tangga Sulawesi Tenggara berada dalam level yang aman. Hal ini ditunjukkan dengan indikator Survei Konsumen mengenai kecukupan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan. Sebanyak 61,9% responden menyatakan bahwa pendapatan yang diterima masih cukup untuk memenuhi kebutuhan dan membayar cicilan dan masih terdapat sisa untuk ditabung guna pemenuhan kebutuhan kesehatan dan pendidikan. Bahkan 8,8% responden menyatakan bahwa pendapatan yang diterima dalam kategori sangat cukup sehingga terdapat dana lebih untuk investasi dan rekreasi dan sebanyak 8,7 7,1 14,3 7, Berkurang Sangat Berkurang Bertambah Sangat Bertambah pengeluaran/bulan SULTRA >Rp8 juta Rp7,1-8 juta Rp6,1-7 juta Rp5,1-6 juta Rp4,1-5 juta Rp3,1-4 juta Rp2,1-3 juta Rp1,0-2 juta Sangat Cukup -0,9-22,1 8,8 6,2-25,0 0,0-14,3 14,3 Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Grafik 4.10 Kecukupan Pendapatan RT Debitur Bank Untuk Memenuhi Kebutuhan dan Membayar Cicilan pengeluaran/bulan SULTRA >Rp8 juta Rp7,1-8 juta -33,3 Rp6,1-7 juta Rp5,1-6 juta Rp4,1-5 juta Rp3,1-4 juta Rp2,1-3 juta Rp1,0-2 juta cukup Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Grafik 4.12 Saving Ratio Rumah Tangga 6,2% responden menyatakan pendapatannya lebih dari cukup karena selain terdapat tambahan untuk investasi dan berlibur, mereka dapat membeli kebutuhan tersier seperti mobil dan perabotan. Meskipun demikian, perlu menjadi perhatian bahwa terjadi peningkatan jumlah responden yang berada dalam kondisi pas-pasan yaitu dari 17,3% pada periode sebelumnya menjadi 22,1%. Kenaikan tersebut diperkirakan merupakan pergeseran dari kelompok rumah tangga yang kondisi keuangannya tidak mencukupi menjadi pas-pasan, dimana pada kelompok rumah tangga yang kondisi keuangannya tidak mencukupi persentasenya menurun dari 2,0% pada periode sebelumnya menjadi 0,9% periode laporan (Grafik 4.10). 4,3 25,0 7,1-2,6-10,3 10,3 7,7-39,1 0,0 28,6 100,0 100, ,7-20,0-4,8-12,3 Lebih Dari Cukup 13,3 22,0 12,5 12,5 0,0 0,0 30,0 20,0 16,1 19,4 15,4 21,2 12,3 23,2 40,0 pangsa % 66,7 52,0 20,0 70,0 51,6 50,0 75,0 100,0 51,9-50% 0% 50% 100% pangsa No Saving Saving Ratio >0-10% 10%-20% 20%-30% >30% KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 51

64 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Stabilitas Keuangan Daerah 14,3 85,7 pangsa 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% <1 bulan 1-3 bulan 3-6 bulan 6-12 bulan >1tahun Tdk Jawab 6,3 11,4 19,9 16,5 32,7 Grafik 4.13 Tidak Memiliki Memiliki Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Kepemilikan Dana Cadangan Berupa Tabungan/Deposito/Cash pengeluaran/bulan Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Grafik 4.14 Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah Tangga Terhadap Pendapatannya 52 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Selain ekspektasi pendapatan dan kecukupan keuangan debitur, kondisi keuangan rumah tangga juga dapat dikategorikan berada dalam kondisi yang aman karena diperkirakan beban cicilan/pinjaman akan semakin ringan. Rumah tangga yang memperkirakan bahwa posisi pinjaman mereka pada 6 bulan mendatang akan berkurang tercatat sebanyak 33,6% responden. Sebagian besar pengurangan tersebut terjadi karena pelunasan sesuai dengan jadwal pembayaran cicilan dan hanya sebagian kecil terjadi karena adanya percepatan pelunasan (Grafik 4.11). Sementara itu, rumah tangga yang memperkirakan posisi pinjaman akan sama dengan periode sebelumnya adalah sebanyak 58,4%. Responden yang memperkirakan akan bertambah tercatat sebesar 8,0%, meningkat dari 2,7% pada periode yang lalu. Peningkatan pinjaman yang tidak disertai dengan peningkatan kemampuan bayar dapat meningkatkan risiko NPL. Saving Ratio Dari sisi rasio tabungan terhadap pengeluaran rumah tangga, sebagian besar rumah tangga di Sulawesi Tenggara yang menjadi responden Survei Konsumen telah memiliki tabungan dimana hanya 8,7% dari responden yang tidak memiliki tabungan (Grafik 4.12). Hal tersebut mencerminkan penetrasi perbankan yang relatif baik, bahkan pada triwulan III 2017 jumlah rumah tangga yang memiliki saving ratio > 30% mencapai 52% dari total responden. Diharapkan dengan kondisi tersebut rumah tangga di Sulawesi Tenggara memiliki ketahanan keuangan yang baik. Dana Cadangan Dalam menjaga ketahanan, buffer merupakan instrumen yang dibutuhkan untuk meredam risiko. Dalam kesehariannya, antisipasi kejadian tak terduga, rumah tangga memiliki buffer dalam bentuk dana cadangan. Rumah tangga Sulawesi Tenggara memiliki ketahanan akumulasi cadangan dana yang relatif baik. Hal ini terlihat dari kepemilikan dana cadangan dalam bentuk tabungan, deposito maupun uang tunai oleh sebanyak 85,7% responden. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 83,3% (Grafik 4.13). Dalam dana cadangan yang dimiliki oleh rumah tangga tersebut, sebesar 32,7% responden memiliki dana cadangan sampai dengan 1 bulan pendapatannya. Sedangkan 16,5 % dan 19,9% rumah tangga masingmasing memiliki dana cadangan sebesar 1-3 bulan dan 3-6 bulan pendapatannya. Sebesar 11,4% dan 6,3% rumah tangga sudah memiliki dana cadangan dengan horizon waktu yang lebih panjang yaitu 6-12 bulan dan di atas 1 tahun (Grafik 4.14).

65 pangsa % , ,7 7,7 22,3 10,7 3,0 75,3 1,7 Suku Bunga 14% Kepemilikan Bank 15% Keamanan 26% Lokasi Bank 21% Pelayanan 24% Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Grafik 4.15 Kepemilikan Produk Perbankan Grafik 4.16 Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan Kepemilikan Produk Perbankan Secara umum, rumah tangga di Sulawesi Tenggara yang menjadi responden Survei Konsumen relatif telah memiliki produk-produk perbankan. Sebanyak 90,3% responden telah memiliki tabungan di bank dan sebanyak 75,3% telah memiliki kartu debit yang merupakan fasilitas standar tabungan perbankan pendamping tabungan (Grafik 4.15). Sementara dari sisi kredit, instrumen yang paling banyak dimanfaatkan oleh rumah tangga adalah kredit kendaraan yang pangsanya mencapai 22,3% dan kartu kredit yang dimiliki oleh 10,7% responden. Selain itu, dari sisi kepemilikan uang elektronik, hanya sebanyak 1,7% dari responden rumah tangga di Sulawesi Tenggara yang memilikinya. Rendahnya angka tersebut mendorong perlu adanya upaya terkoordinasi lebih intensif untuk memasyarakatkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Dalam menentukan pilihan simpanan bank, beberapa faktor mempengaruhi preferensi rumah tangga. Secara agregat, rumah tangga memilih simpanan bank berdasarkan faktor keamanan (26%) seperti adanya jaminan pemerintah atau Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Faktor kedua adalah kualitas pelayanan berupa keramahan dan kemudahan dalam melakukan transaksi. Faktor ketiga utama adalah lokasi bank yaitu dari sisi jarak tempuh dan aksesibilitas (Grafik 4.16) Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di Perbankan Peran sektor rumah tangga dalam sistem keuangan Sulawesi Tenggara terlihat dari dominasi dana pihak ketiga (DPK) rumah tangga di sektor perbankan. Pangsa DPK perseorangan mencapai 68,1% dari total DPK di Sulawesi Tenggara. Secara nominal, DPK perseorangan mencapai Rp11,6 triliun (Grafik 4.17). Selain pangsa yang besar, DPK perseorangan juga kembali mencatatkan pertumbuhan yang tinggi sebesar 12,5% (yoy) walau angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,20% (yoy) (Grafik 4.18). Dari produk simpanan yang ditawarkan oleh perbankan, rumah tangga masih menjadikan fasilitas tabungan dan deposito sebagai pilihan utama penempatan dana. Secara proporsi terhadap total DPK perseorangan di Sulawesi Tenggara, tabungan perseorangan mencapai 67,7%, bahkan lebih tinggi dari periode sebelumnya yang mencatatkan proporsi 66,7%. Peningkatan juga terjadi pada deposito yang pada periode pelaporan mencatatkan proporsi 28,9% dari total DPK perseorangan dari sebelumnya 27,9%. Peningkatan di kedua produk tersebut mengakibatkan penurunan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 53

66 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Stabilitas Keuangan Daerah 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% pangsa Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.17 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara Grafik 4.18 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik ,5 31,4 86,4 90,1 5,6 3,6 32,7 31,9 72,5 68,6 Tw II 2017 pangsa Tw III ,6 9,9 Tw II 2017 Tw III ,4 96,4 Tw II 2017 Tw III ,3 68,1 Tw II 2017 Deposito Giro Tabungan Total Perseorangan Bukan Perseorangan Tw III ,9 67,7 3,4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2014 Giro Tabungan Deposito Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Tenggara %, yoy 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0-10,0-20,0-30,0 12,5 10, Giro Tabungan Deposito Sk.Bg Deposito (sb.kanan) Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan 5,5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2014 DPK Total Perseorangan Bukan Perseorangan %, yoy % 140,0 8,0 120,0 7,5 100,0 7,0 5,9 80,0 6,5 6,0 60,0 39,7 5,5 40,0 5,0 20,0 4,5 0,0 5,3 4,0-20,0-12,6 3,5-40,0 3,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 54 pada produk giro yang pada saat periode pelaporan hanya sebesar 3,4% dari total DPK perseorangan (Grafik 4.19). Berdasarkan nominalnya, deposito tercatat tumbuh sebesar 5,3%, (yoy), naik dari periode sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 3,5% (yoy). Sementara itu tabungan kembali mencatatkan pertumbuhan double digit sebesar 39,7% (yoy), naik dari 34,6% (yoy) pada periode sebelumnya. Kondisi tersebut sejalan dengan meningkatnya proporsi rumah tangga yang memiliki dana cadangan dengan jumlah lebih besar dari 1 bulan pendapatan (Grafik 4.20). Sebaliknya, giro perseorangan terkontraksi sebesar 12,6% (yoy) dari sebelumnya tumbuh sebesar 72,1% (yoy). Selain kontraksi pertumbuhan, volatilitas pada giro perseorangan perlu menjadi perhatian karena dapat menjadi sumber kerentanan keuangan rumah tangga walaupun secara pangsa masih relatif kecil Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga Selain DPK, keterkaitan rumah tangga dengan perbankan juga dapat terlihat dari penyaluran kredit perbankan. Di Sulawesi Tenggara kredit ke rumah tangga mendominasi realisasi penyaluran kredit pada triwulan III Hal ini terlihat dari pangsa kredit untuk perseorangan yang mencapai 80,1% dari total kredit yang direalisasikan (Grafik 4.21). Dari sisi penggunaannya, sebagian besar kredit perseorangan tersebut masih digunakan untuk konsumsi dengan pangsa sebesar 68,6%. Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan periode sebelumnya terdapat peningkatan kredit untuk kegiatan yang produktif. Pangsa kredit produktif modal kerja dan investasi masing-masing mencapai 23,6% dan 7,7% dari total kredit pada triwulan III 2017 (Grafik 4.22).

67 pangsa 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Lokasi Proyek Grafik 4.21 Dari sisi pertumbuhannya, pada triwulan III 2017 kredit konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 11,7% (yoy), sedikit lebih tinggi dari periode sebelumnya dari sebelumnya sebesar 11,4% (yoy). Kenaikan pertumbuhan tersebut selaras dengan kenaikan pertumbuhan kredit multiguna dan kredit kepemilikan rumah (KPR) yang masing-masing tumbuh sebesar 13,6% dan 10,4% (yoy). Sementara itu, kredit kendaraan bermotor (KKB) mengalami penurunan pertumbuhan menjadi 2% (yoy) (Grafik 4.23). Dilihat dari sisi suku bunganya, seiring dengan turunnya suku bunga acuan, suku bunga kredit konsumsi rumah tangga di Sulawesi Tenggara juga mengalami penurunan melanjutkan tren penurunan sebelumnya. Pada triwulan III 2017, suku bunga tertimbang kredit perseorangan di Sulawesi Tenggara mencapai 12,70% per tahun dimana pada periode sebelumnya tercatat sebesar 12,86% (Grafik %, yoy 30,0 20,0 10,0 0,0-10,0-20,0 19,9 80,1 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2014 Perseorangan Bukan Perseorangan Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Komposisi Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara I II III IV I II III IV I II III 13,6 10,4 2,1 Kredit Konsumsi RT KPR/KPA KKB Multiguna Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Konsumsi Modal Kerja Investasi Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.22 Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara 4.24). Penurunan pada suku bunga tersebut belum memberikan dampak terhadap risiko kredit yang ditunjukkan dengan persistensi NPL kredit konsumsi rumah tangga. NPL kredit konsumsi rumah tangga pada periode pelaporan tercatat sebesar 1,5% sama dengan posisi triwulan II Kredit Kepemilikan Rumah Secara umum, KPR dan KPA di Sulawesi Tenggara kembali menunjukkan adanya peningkatan pada triwulan III 2017 dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,40% (yoy) dari sebelumnya tumbuh 8,1% (yoy) (Grafik 4.25). Peningkatan yang terjadi pada KPR tersebut terutama didorong oleh kenaikan realisasi kredit untuk pembelian rumah tipe sedang (KPR tipe 21 s.d 70). Kredit untuk pembelian rumah tipe sedang mencatatkan pertumbuhan sebesar 20,09% (yoy) pada triwulan III 2017 meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.23 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT Grafik 4.24 NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT 68,6 23,6 7,7 Tw III 2017 Multiguna KPR KKB Alat RT 74,4 19,0 5,0 1,0 *Lokasi Proyek %, tertimbang %, NPL 13,2 5,0 13,0 12,7 4,5 4,0 12,8 3,5 12,6 3,0 12,4 12,2 1,5 2,5 2,0 1,5 12,0 1,0 0,5 11,8 0,0 I II III IV I II III IV I II III SB.Kredit Kons RT NPL Kredit Kons RT (sb.kanan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 55

68 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Stabilitas Keuangan Daerah %, yoy 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0-5,0-10,0-15,0-20,0 I II III IV I II III IV I II III pangsa 20,09 19,75 10,40-6,25-9,44 KPR/KPA Tipe sd 21 Tipe >21-70 Tipe >70 Ruko 8,07 63,28 13,05 15,60 <T.21 >T.21 - T.70 >T.70 Ruko Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah NPL % sk. bunga % 12,5 12,0 Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.25 Pertumbuhan KPR dan Pangsa KPR Tiap Tipe Grafik 4.26 NPL dan Suku Bunga KPR 10,0 7,5 5,0 2,5 0,0 I II III IV I II III IV I II III 11,5 11,0 4,90 10,5 10,0 TIpe sd 21 Tipe >21-70 Tipe >70 Ruko KPR/KPA Sk.Bunga KPR (sb.kanan) yang hanya tumbuh 16,9% (yoy). Di sisi lain, penyaluran kredit kepemilikan Ruko masih melanjutkan kontraksi yang lebih dalam. Dari sisi risiko kredit KPR, pada triwulan III 2017 secara umum terdapat sedikit peningkatan tekanan NPL dan perlu menjadi perhatian karena sudah hampir mencapai threshold 5%. Pada triwulan III 2017, NPL gross KPR mencapai 4,90%, lebih tinggi dari sebelumnya yang tercatat sebesar 4,69% (Grafik 4.27). Penyaluran KP Ruko dan KPR rumah tipe kecil (KPR tipe s.d. 21) perlu mendapatkan perhatian khusus dari perbankan karena semakin tinggi bahkan melewati threshold 5% menjadi masingmasing 10,12% dan 6,73%. Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor Kredit kendaraan bermotor (KKB) di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 2% (yoy) jauh menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 12,4% (yoy). Perlambatan laju pertumbuhan tersebut disebabkan oleh penurunan yang terjadi pada seluruh kategori penyaluran kredit kendaraan bermotor. Kredit kendaraan roda 2 (motor) pada triwulan III 2017 melanjutkan kontraksi menjadi -26,1% (yoy) dari -19,8% (yoy) pada periode sebelumnya. Sementara itu, laju pertumbuhan kredit kendaraan roda 4 (mobil) mengalami penurunan menjadi sebesar 5,2% (yoy) dari periode sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 9,2% (yoy). Setelah pada triwulan II 2017, mencatatkan pertumbuhan sebesar 305,5% (yoy), pada triwulan III 2017 kredit kendaraan bermotor selain kendaraan roda 4 (mobil) dan kendaraan roda 2 (motor) mengalami moderasi dan mencatatkan pertumbuhan sebesar 27,5% (yoy) (Grafik 4.27). Pada periode tersebut risiko KKB yang tercermin dari NPL gross masih terjaga 56 %, yoy I II III IV I II III IV I II III pangsa % Mobil Sepeda Motor KKB 79,3 11,3 9,4 Mobil 5,2 2,0-26,1 Sepeda Motor Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah NPL % sk. bunga % 14 10,0 Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.27 Pertumbuhan KKB dan Pangsa Tiap Jenis Grafik 4.28 NPL dan Suku Bunga KKB 7,5 5,0 2,5 0,0 2,63 I II III IV I II III IV I II III Mobil Sepeda Motor KKB Sk.Bunga KKB (sb.kanan)

69 %, yoy Grafik 4.29 walaupun mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya menjadi 2,63% dari 2,37% pada periode sebelumnya (Grafik 4.28). Peningkatan risiko tersebut didorong oleh peningkatan NPL KKB kendaraan roda 4 (mobil) yang memiliki pangsa pasar KKB terbesar menjadi 2,52% dari 2,21% pada periode sebelumnya. Kenaikan NPL gross juga terjadi pada KKB selain kendaraan roda 4 (mobil) dan kendaraan roda 2 (motor). Sedangkan KKB kendaraan roda 2 (motor) mengalami sedikit penurunan. Kredit Multiguna Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Pertumbuhan Multiguna dan Pangsa Berdasarkan Besaran Kredit Besarnya penggunaan kredit konsumsi perseorangan untuk multiguna menunjukkan bahwa kebutuhan pembiayaan rumah tangga lainnya masih cukup besar, di luar kebutuhan untuk memiliki rumah, kendaraan bermotor maupun peralatan rumah tangga. Hal ini terjadi karena pengajuan kredit multiguna relatif mudah dengan menggunakan jaminan/agunan yang dimiliki oleh rumah tangga. Selain itu penggunaan dana yang diterima dapat secara leluasa digunakan oleh rumah tangga dalam melakukan aktivitas konsumsi seperti merenovasi rumah, biaya pernikahan, biaya pendidikan, biaya pengobatan, maupun pembelian barang berharga/elektronik, dan bahkan dapat digunakan untuk modal usaha. 22,7 4,5-5,0-15,7 I II III IV I II III IV I II III <Rp50jt >Rp50jt - Rp100 jt >Rp100jt - Rp500jt >Rp500jt pangsa 3,9 % 15,3 79,1 1,7 <Rp50jt Rp50jt-Rp100jt Rp100jt-Rp500jt >Rp500jt NPL % sk. bunga % 7,5 14 5,0 13 2,5 12 0,5 0,0 11 I II III IV I II III IV I II III Multiguna <Rp50jt >Rp50jt - Rp100 jt >Rp100jt - Rp500jt >Rp500jt Sk.Bunga Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.30 NPL dan Suku Bunga Multiguna Pada triwulan III 2017, kredit multiguna tumbuh sebesar 13,2% (yoy), lebih tinggi daripada periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,1% (yoy) (Grafik 4.29). Peningkatan tersebut disebabkan oleh membaiknya kinerja kredit multiguna >Rp50 juta s.d Rp100 juta dan kredit multiguna <Rp50 juta yang walaupun masih terkontraksi masing-masing sebesar 15,7% (yoy) dan 5% (yoy) namun lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar 17,8%(yoy) dan 11,4% (yoy). Sementara itu kredit multiguna dengan nominal kredit >Rp100 juta s.d Rp500 juta dan >Rp100 juta tetap mencatatkan pertumbuhan yang positif walaupun mengalami penurunan masingmasing menjadi 22,7% (yoy) dan 4,5% (yoy) dari 23,3% (yoy) dan 8,8% (yoy) pada periode sebelumnya. Dari sisi risiko kredit, kredit rumah tangga untuk fasilitas multiguna terus terjaga pada level yang sangat rendah. Pada triwulan III 2017, NPL kredit multiguna hanya sebesar 0,5% dan NPL pada pinjaman multiguna dengan pangsa terbesar (79,1% dari total pinjaman multiguna) yaitu kelompok >Rp100 juta s.d Rp500 juta tercatat hanya sebesar 0,29% (Grafik 4.30). Yang perlu menjadi perhatian khusus adalah kredit multiguna dengan nominal pembiayaan di atas Rp500 juta dikarenakan NPL-nya sangat tinggi melewati threshold 5% menjadi 7,37%. KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 57

70 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Stabilitas Keuangan Daerah Meskipun begitu, eksposur kredit multiguna nominal besar tersebut masih berdampak minimal pada institusi keuangan maupun pada sistem keuangan di Sulawesi Tenggara karena pangsanya yang hanya sebesar 1,7% dari keseluruhan kredit multiguna ASESMEN SEKTOR KORPORASI Sumber Kerentanan Sektor Korporasi Kondisi kerentanan pada sektor korporasi tercermin dari kinerja dari sisi penawaran. Pada triwulan III 2017 terdapat lapangan usaha yang mengalami perlambatan kinerja, terutama terjadi pada lapangan usaha dominan kecuali pertambangan. Pada periode tersebut, kinerja usaha pertanian, usaha industri pengolahan, usaha konstruksi dan usaha perdagangan lebih rendah (low grade ore nickel). Pada triwulan III 2017, ketergantungan ekspor Sulawesi Tenggara pada ekspor komoditas feronikel mencapai 92,71% pangsa dari total ekspor komoditas nonmigas (Grafik 4.32). Tingginya pangsa ekspor nikel tersebut menyebabkan ekspor Sulawesi Tenggara rentan terhadap risiko volatilitas harga nikel di pasar internasional dan kondisi perekonomian negara tujuan ekspor nikel tersebut seperti Tiongkok, Korea Selatan dan Jepang Kinerja Korporasi Omzet Penjualan Dari hasil liaison kepada pelaku usaha korporasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017, secara industri, kinerja penjualan domestik mengalami penurunan jika USD/metric ton ,3 I II III IV I II III IV I II III IV I II %, yoy 60, Harga Nikel Perubahan yoy (sb.kanan) 40,0 20,0 0,0-20,0-40,0-60,0 Feronikel, 65.14% Bijih Nikel, 27.57% Lainnya, 1.53% Minyak Nilam, 1.36% Perikanan, 4.39% Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Grafik 4.31 Harga Nikel Internasional Grafik 4.32 Pangsa Komoditas Ekspor 58 rendah dari kinerja triwulan sebelumnya. Kondisi cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir di beberapa wilayah Sulawesi Tenggara berpengaruh pada hasil produksi pertanian dan juga kegiatan pembangunan konstruksi. Hal ini menunjukkan bahwa faktor cuaca menjadi salah satu sumber kerentanan korporasi. Selain risiko penurunan kinerja karena faktor cuaca, sumber kerentanan sektor korporasi lainnya adalah tingginya ketergantungan ekspor Sulawesi Tenggara pada ekspor nikel, baik olahannya berupa feronikel dan NPI (Nickel Pig Iron) maupun nikel mentah kadar dibandingkan dengan kondisi di periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan omzet penjualan domestik terutama terjadi pada korporasi perdagangan besar & eceran dan pertanian. Secara garis besar, beberapa kontak liaison pertanian dan perdagangan besar dan eceran mengungkapkan bahwa penurunan kinerja penjualan domestik diperiode laporan disebabkan oleh menurunnya pasokan yang signifikan sebagai akibat dari kondisi cuaca yang kurang kondusif selama periode laporan serta adanya alih fungsi lahan untuk komoditas lainnya.

71 Skala Likert 4,00 3,00 2,00 1,00 - (1,00) (2,00) (3,00) (4,00) Penjualan Domestik Penjualan Ekspor Kapasitas Utilisasi Persediaan Investasi Biaya Harga Jual Marjin Bangunan Pertanian PBE Perikanan Pengolahan Keterangan Skala Likert: +/- 4,00 = Kenaikan/Penurunan Signifikan Di Luar Rata-rata/Pola Normal Korporasi +/- 3,00 = Kenaikan/Penurunan Di Atas Rata-rata Pola Normal +/- 2,00 = Kenaikan/Penurunan Sesuai dengan Pola Normalnya +/- 1,00 = Kenaikan/Penurunan Di Bawah Pola Normalnya Grafik 4.33 Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison Korporasi di bidang pertanian mengungkapkan bahwa rata-rata penjualan domestik pada periode laporan mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang disebabkan oleh menurunnya produksi panen dan produktivitas lahan. Penurunan ini dipicu oleh cuaca yang tidak kondusif akibat hujan yang berkepanjangan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh secara optimal. Korporasi juga menambahkan bahwa dari sisi permintaan tidak terjadi penurunan, sehingga pada periode laporan produksi yang ada tidak dapat mengimbangi permintaan. Selain itu, pada sektor pertanian saat ini juga banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi komoditas lain. Petani banyak terpengaruh oleh booming komoditas di lapangan sehingga pengalihan fungsi lahan terjadi dengan mudah. Petani melakukan alih fungsi lahan karena saat ini harga jual komoditas utama mengalami penurunan yang cukup dalam, contohnya kakao yang turun sekitar 35-40% dibandingkan dengan tahun lalu. Petani cenderung mengganti fungsi lahannya ke komoditas lain yang memiliki harga lebih baik. Selain itu korporasi di bidang perdagangan besar dan eceran juga mengeluhkan kondisi jalan yang tidak kunjung diperbaiki sehingga pihaknya harus Sumber: Liaison KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah menambah biaya perawatan kendaraan untuk pengiriman. Meskipun demikian, kinerja positif dialami oleh pelaku usaha di kategori konstruksi dan perikanan. Korporasi sektor konstruksi mengungkapkan bahwa kinerja penjualannya pada periode laporan mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yang terutama disumbangkan oleh penjualan rumah tipe kecil. Pelonggaran kebijakan Loan to Value (LTV) oleh Bank Indonesia dipercaya memberikan dampak positif terhadap penjualan rumah tipe kecil karena nilai uang muka yang dibayarkan tidak terlalu tinggi. Sementara itu pada sektor perikanan, produksi pada triwulan ini mencapai lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yaitu sebanyak 500 ton sementara tahun lalu hanya sebesar 200 ton. Peningkatan tersebut disebabkan cuaca yang cocok terhadap tangkapan ikan khususnya ikan cakalang. Selain itu, kenaikan ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang secara tegas melarang kapal-kapal asing menangkap ikan di perairan Indonesia. Kebijakan pemerintah ini dinilai efektif oleh para pelaku usaha. Untuk penjualan luar negeri, terdapat sedikit kenaikan meski masih berada pada level KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 59

72 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Stabilitas Keuangan Daerah Tw II 2017 Tw III 2017 Jasa jasa Transportasi 51,6 30,0 48,4 70,0 Pertanian 57,7 42,3 3,49% 36,05% 60,47% 1,16% 45,35% 53,49% Hotel Resto Perdagangan Industri0,0 Tambang0,0 36,4 64,0 100,0 87,5 32,0 63,6 4,0 12,5 Konstruksi 20,0 80,0 Grafik 4.34 Baik Cukup Buruk Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Sulawesi Tenggara 0% 20% 40% 60% 80% 100% Baik Cukup Buruk Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Grafik 4.35 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral moderat sejalan dengan peningkatan ekspor sektor perikanan. Korporasi menjelaskan bahwa saat ini pihaknya bisa mengekspor 150 ton ikan per bulan. Kenaikan ini terjadi karena adanya perluasan pasar ke Arab Saudi, Rusia dan negara-negara di ASEAN seperti Malaysia dan Singapura. Pada tahun sebelumnya, mitra dagang berasal dari negara-negara di Amerika, Eropa, dan Jepang. Perluasan pasar ini berdampak signifikan terhadap omzet penjualan Kontak karena pasar ekspor memiliki porsi sebesar 90% dari total penjualannya. Biaya Pada triwulan III 2017, berdasarkan hasil liaison, dibandingkan dengan periode sebelumnya, biaya produksi secara industri relatif mengalami penurunan meski masih terbatas. Penurunan biaya tertinggi terjadi pada pelaku usaha di katagori perdagangan besar dan eceran. Sementara kenaikan biaya yang terjadi pada pelaku usaha di sektor perikanan dan konstruksi membuat kondisi perkembangan biaya secara agregat pada periode laporan tidak menurun lebih jauh. Berdasarkan pangsanya diketahui bahwa pada periode laporan komponen biaya yang mengalami penurunan cukup dalam adalah komponen biaya bahan baku. Hal tersebut sejalan dengan penurunan harga komoditi dunia yang menjadi komoditi penjualan utama korporasi pertanian. Selain itu, sejalan dengan menurunnya nilai penjualan, biaya energi yang dikeluarkan korporasi juga mengalami penurunan karena waktu produksi kini semakin pendek. Namun, komponen biaya upah justru mengalami kenaikan mengacu pada kenaikan UMP. TETAP 0,0 12,5 Pertanian 15,38-50,0 50,0 Pertambangan 25,00 0,0 Industri 16,67 0,0 Konstruksi 40,00-15,47,7 Perdagangan 39,39-8,316,7 Hotel Restoran 48,00-60,0 0,0 Angkutan 50,00 Pangsa % 0,0-14,010,0 Jasa Total 34,25 100, ,0-50,0 0,0 50,0 100,0 Tambah Berat Tambah Ringan Responden Sebagai Debitur Bank (%) Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Grafik 4.36 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapatan Korporasi 6 Bulan Mendatang

73 Margin Keuntungan Pada triwulan III 2017, secara agregat margin keuntungan korporasi yang menjadi responden liaison tidak mengalami perubahan. Namun secara sektoral terdapat korporasi yang mengalami kenaikan dan ada yang mengalami penurunan. Kenaikan margin dirasakan oleh korporasi yang bergerak dibidang konstruksi. Peningkatan margin tersebut didorong oleh peningkatan harga perumahan yang terjadi di periode laporan sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan masih menggunakan harga lama. Hal yang sebaliknya terjadi pada sektor pedagang besar dan eceran yang mengalami penurunan margin keuntungan. Hal ini disebabkan oleh penurunan biaya produksi yang diikuti oleh penurunan harga jual. Korporasi di sektor ini secara rata-rata mengkonfirmasi adanya penurunan harga jual yakni sekitar 35%-40% dibanding dengan kondisi harga di triwulan yang sama tahun Kondisi likuiditas keuangan korporasi Berdasarkan hasil SKDU, pada triwulan III 2017 secara umum kondisi likuiditas keuangan korporasi terpantau dalam kondisi yang relatif aman dimana 53,49% responden menyatakan bahwa likuiditas keuangan korporasi cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional 0,6 32,0 67,4 Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi usahanya. Walaupun angka tersebut turun dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 60,47%, namun terjadi kenaikan yang signifikan pada jumlah responden yang menyatakan bahwa kondisi likuiditas keuangan korporasi lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional usahanya menjadi 45,25% dari 36,05% pada periode sebelumnya. Selain itu jumlah responden yang menyatakan bahwa kondisi likuiditas perusahaan berada pada kondisi yang buruk untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya turun dari 3,49% pada triwulan II 2017 menjadi 1,16% dari total responden pada triwulan III (Grafik 4.34). Sebagian besar responden, sebanyak 60,5% menyatakan memiliki likuiditas yang cukup untuk melangsungkan kegiatan usahanya. Di sisi lain, terdapat 3,5% responden korporasi yang mengalami kondisi likuiditas yang buruk dan dapat berisiko pada pembayaran angsuran kredit maupun aktivitas investasi yang sedang dilakukan. Jika dilihat secara sektoral, korporasi yang berada pada kondisi likuiditas baik adalah korporasi yang bergerak di sektor jasa, pertanian serta hotel dan resto. Jumlah korporasi yang memiliki likuiditas keuangan baik di sektor tersebut mencapai masingmasing 51,6%, 57,7% dan 64%. Sementara itu, korporasi pada sektor industri hanya %, yoy I II III IV I II III IV I II III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara Kredit Korporasi Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.37 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.38 Pertumbuhan Kredit Korporasi 61

74 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Stabilitas Keuangan Daerah memiliki likuiditas yang cukup seiring dengan melambatnya kinerja sektor tersebut pada triwulan III Sektor tambang dibandingkan dengan periode sebelumnya juga mengalami pengurangan pada kategori baik (Grafik 4.35). Beban Angsuran Hutang Korporasi Secara umum, jumlah responden SKDU yang merupakan debitur perbankan mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya, dari 29,07% total responden pada triwulan II 2017 menjadi 34,25% dari keseluruhan responden pada triwulan III Dilihat dari sisi kemampuan membayar hutang, korporasi di Sulawesi Tenggara secara umum masih memiliki risiko gagal bayar yang relatif terjaga. Hal tersebut tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan III 2017 yang menunjukkan bahwa terdapat 76,0% responden korporasi yang merasakan bahwa beban angsuran perbankan tetap seperti periode sebelumnya dan terdapat 10,0% korporasi yang sedang memiliki kredit perbankan menyatakan bahwa beban angsuran kredit ke depan akan semakin ringan terhadap pendapatan perusahaan. Namun perlu menjadi perhatian bahwa korporasi yang menyatakan beban angsuran akan semakin berat naik menjadi 14% dari total responden dimana pada sektor pertambangan dan angkutan proporsinya masing-masing mencapai 50% dan 60% (Grafik 4.36) Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi Selain melihat faktor-faktor kerentanan dan risk factor sektor korporasi, untuk memitigasi risiko sistemik diperlukan juga analisis interkoneksi antarsektor. Analis tersebut diperlukan karena dalam suatu sistem keuangan, korporasi akan terkait dengan seluruh pelaku dalam sistem keuangan. Dalam usahanya, sektor korporasi sangat terkait erat dengan sektor perbankan dengan adanya penempatan DPK korporasi pada perbankan dan perbankan memberikan kredit yang dapat digunakan korporasi yang dapat digunakan untuk modal kerja dan investasi. Eksposur kredit perbankan pada sektor korporasi pada periode triwulan III 2017 tercatat sebesar 19,77% dari total kredit di Sulawesi Tenggara (berdasarkan lokasi proyek). Saat ini memang eksposur kredit perbankan pada sektor korporasi masih berada di bawah kredit perbankan terhadap rumah tangga, namun korporasi menjadi sumber penghasilan dan penyerapan tenaga kerja dapat menimbulkan contagion effect %, yoy 15,0 10,0 4,8 5,0 0,0-5,0-10,0-15,0-20,0-25,0-30,0 pangsa (%) Tw I17 Tw II17 Tw III17 12,8 10,2 Konstruksi Perdagangan Pertambangan lainnya 46,1 34,5 9,2 10,2 %, NPL 20% 15% 10% 5% 0% risiko terkendali threshold Konstruksi risiko menurun risiko terkendali risiko menurun Perdagangan Pertambangan Modal Kerja Korporasi Tw I17 Tw II17 Tw III17 62 Grafik 4.39 Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.40 Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi

75 pada rumah tangga apabila terjadi shock pada sektor korporasi. Secara nominal, kredit perbankan pada sektor korporasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 mencapai Rp4,79 triliun, terjadi kontraksi sebesar 4,2%, sedikit mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 7,1% (yoy) (Grafik 4.38). Perbaikan laju pertumbuhan kredit korporasi tersebut disebabkan peningkatan penyaluran seluruh kategori kredit korporasi. Kredit investasi yang memiliki pangsa paling besar sebesar 67,4% masih mengalami kontraksi sebesar 6,5% (yoy), namun angka tersebut sudah membaik dibanding dengan periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar 9,8%. Sementara itu kredit modal kerja yang memiliki pangsa sebesar 32% tumbuh sebesar 0,9% (yoy) mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 0,2% (yoy). Kredit Modal Kerja Korporasi Posisi kredit modal kerja korporasi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 0,9% (yoy), meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 0,2% (yoy) dengan penyaluran yang mencapai Rp1,53 triliun. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan penyaluran kredit modal kerja pada sektor konstruksi di Sulawesi Tenggara. Sektor Konstruksi yang pada periode pelaporan meraup pangsa sampai dengan 46,1% dari total kredit modal kerja korporasi mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,2% (yoy) setelah sebelumnya terkontraksi sebesar 5,5% (yoy). Sedangkan kredit perdagangan yang mencapai 34,5% pangsa kredit modal kerja mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,5% (yoy), angka ini lebih rendah dari pertumbuhan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 11,2% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan positif kredit modal kerja terhambat oleh kredit modal kerja pertambangan yang melanjutkan pola kontraksinya. Pada triwulan pelaporan, kredit modal kerja pertambangan terkontraksi 27,1% lebih dalam dibandingkan dengan periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar 12,2% (yoy). Seiring dengan kontraksi yang lebih dalam tersebut, pangsa kredit modal kerja pertambangan turun dari 9,8% pada periode sebelumnya menjadi 9,2% sedangkan sektor lainnya mengalami kenaikan pangsa dari 9,7% menjadi 10,2% pada periode laporan. (Grafik 4.39). Dari sisi risiko kredit, secara umum terjadi perbaikan walau NPL sektor perdagangan masih tercatat berada di atas threshold 5%. NPL kredit modal kerja korporasi secara agregat pada triwulan III 2017 tercatat sebesar menjadi 4,98% turun dari sebelumnya 5,59% (Grafik 4.40). Penurunan tekanan risiko kredit tersebut berasal dari penurunan risiko pada sektor perdagangan dan pertambangan. Sebaliknya kredit modal kerja pada sektor konstruksi mengalami sedikit peningkatan namun masih terjaga di bawah threshold. Kredit Investasi Korporasi Posisi kredit investasi korporasi pada triwulan III 2017 mencapai Rp3,22 triliun atau mengalami kontraksi sebesar 6,5% (yoy), namun angka tersebut sudah membaik dibanding dengan periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar 9,8%. Pangsa terbesar kredit investasi korporasi diberikan kepada sektor pertambangan dan penggalian (pangsa 60,9%). Diikuti oleh penyaluran kredit ke sektor pertanian (pangsa 9,5%) dan sektor perhotelan (pangsa 7%) (Grafik 4.41). Perbaikan laju pertumbuhan penyaluran kredit investasi korporasi dipengaruhi oleh perbaikan penyaluran kredit ke sektor pertambangan, dimana pada triwulan III 2017 kredit investasi korporasi pada sektor pertambangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 63

76 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Stabilitas Keuangan Daerah %, yoy 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0-20,0-40,0 pangsa (%) terkontraksi 13,2% (yoy) lebih baik dari periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar 15,2% (yoy). Sedangkan sektor pertanian masih mencatatkan pertumbuhan double digit sebesar 28,4% (yoy) meskipun lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai 32,8%. (yoy) Sedangkan kredit perhotelan terkontraksi lebih dalam yaitu terkontraksi sebesar 17,9% (yoy) dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya terkontraksi sebesar 6,5% (yoy) (Grafik 4.41). Tw I 17 Tw II 17 Tw III 17 Pertambangan Pertanian Perhotelan Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.41 Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan Sementara itu risiko kredit investasi korporasi tetap terjaga pada level yang rendah di bawah threshold 5% dan menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada triwulan III 2017, NPL kredit investasi korporasi terpantau di level 1,44% lebih rendah dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 1,59% (Grafik 4.42). 60,9 9,5 7,0 22,6 lainnya %, NPL 5% 4% 3% 2% 1% 0% Secara sektoral, kredit investasi perbankan yang disalurkan ke sektor perhotelan memiliki risiko tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya namun tetap terjaga pada level yang rendah yaitu 1,24%. Sedangkan sektor tambang dan perhotelan mencatatkan risiko kredit masing-masing sebesar 0,05% dan 0,01%. threshold risiko terjaga risiko terjaga Tambang Pertanian Perhotelan Investasi Tw I 17 Tw II 17 Tw III 17 Korporasi Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.42 Pergerakan NPL Kredit Investasi Korporasi 4.3. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA Aset Bank Umum risiko terjaga risiko terjaga Secara keseluruhan, aset bank umum yang berada di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 mencapai Rp24,07 triliun, tumbuh sebesar 6,4% (yoy). Pertumbuhan aset bank umum tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 10,1% (yoy) (Grafik 4.43). Penurunan laju pertumbuhan tersebut disebabkan penurunan aset seluruh kelompok bank terutama kelompok bank pemerintah. 64 %, yoy Rp triliun 25, , , ,0 22 5,0 6,4 21 0,0-5, , ,0 18 I II III IV I II III IV I II III Aset Bank (sb. Kanan) gaset Bank Pemerintah gaset Bank Total gaset Bank Swasta Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Rp20,21 triliun Aset Bank Pemerintah Aset Bank Swasta Rp3,87 triliun 83,9% 16,1% Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.43 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.44 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank

77 Kota/Kabupaten Berdasarkan pangsanya, pada periode laporan bank pemerintah masih mendominasi industri perbankan di Sulawesi Tenggara dengan porsi aset mencapai 83,9% dari total aset bank umum, sedangkan pangsa total aset bank swasta nasional hanya sebesar 16,1% dari total aset bank umum di Sulawesi Tenggara (Grafik 4.44) Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank umum yang berkantor di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 kembali mencatatkan pertumbuhan positif dan menembus level double digit menjadi 10,6% (yoy). Pertumbuhan DPK tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,7% Tabel 4.1 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan III 2017 DPK Pangsa thd Sultra Pangsa gdpk Nominal Rekening %Nominal %Rekening Giro Tabungan Deposito Kab. Buton 1.306, ,7% 1,0% 25,2% 30,5% 55,2% 14,2% Kab. Muna 1.496, ,8% 1,0% 7,8% 29,3% 48,7% 22,1% Kab. Kolaka 2.054, ,0% 14,9% 0,2% 25,8% 52,3% 22,0% Kab. Wakatobi 339, ,0% 2,3% 13,7% 19,1% 52,9% 27,9% Kab. Konawe 434, ,5% 5,6% 7,3% 24,4% 63,2% 12,4% Kab. Konawe Selatan 136, ,8% 2,6% 13,4% 1,9% 77,6% 20,6% Kab. Bombana 219, ,3% 3,3% -3,6% 1,0% 84,6% 14,4% Kab. Kolaka Utara 174, ,0% 2,4% 21,4% 1,5% 72,8% 25,7% Kab. Konawe Utara 39, ,2% 0,1% - 2,9% 7,8% 89,3% Kota Baubau 2.487, ,6% 1,2% 0,1% 30,9% 51,8% 17,4% Kota Kendari 8.385, ,1% 36,0% 14,4% 20,3% 41,4% 38,3% Sulawesi Tenggara , ,0% 100,0% 10,2% 23,5% 47,8% 28,7% Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, gdpk = pertumbuhan DPK (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota masih menggunakan daftar daerah otonomi tahun 2005 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah %, yoy Rp triliun 30, , , , , ,6 8 10,0 6 5, ,0 0 I II III IV I II III IV I II III DPK (sb.kanan) gdpk Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah (yoy) (Grafik 4.45). Dengan demikian, total DPK di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2017 mencapai Rp17,07 triliun. Sebagian besar DPK yang dihimpun oleh bank umum di Sulawesi Tenggara ditempatkan pada fasilitas tabungan dengan pangsa 47,8%. Sedangkan untuk giro dan deposito terjadi perubahan besaran pangsa, dimana pada triwulan III 2017, deposito menempati tempat kedua dengan pangsa pasar sebesar 28,7% dan giro sebesar 23,5%. Bila dilihat dari sisi pertumbuhan per komponen, pada triwulan III 2017, peningkatan DPK didorong oleh pertumbuhan deposito yang tumbuh sebesar 24,5% (yoy), dua kali lipat lebih dari dibandingkan dengan triwulan II 2017 yang tercatat sebesar 10,6%. %, yoy 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0-10,0-20,0 gdpk Giro gdpk Deposito gdpk Tabungan I II III IV I II III IV I II III pangsa thd total DPK 23,5% 47,8% 28,7% GIRO TABUNGAN DEPOSITO Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.45 DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.46 Pertumbuhan DPK Per Penempatan 24,5 5,7 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 65

78 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Stabilitas Keuangan Daerah Tabel 4.2 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.3 Tabungan Berdasarkan Nilainya Bank Persero Bank Swasta Bank Pemda Pemerintah 0,03% 0,03% 1,36% Pemda 0,06% 0,00% 0,20% Korporasi 1,85% 1,44% 14,84% Tabungan Nominal (Rp miliar) Rekening % Nominal % Rekening Jt 4.536, ,6% 99,26% 100Jt-500Jt 2.543, ,2% 0,70% 500Jt -1 M 325, ,0% 0,02% > 1 M 752, ,2% 0,02% Perseorangan 98,05% 98,53% 83,60% Total 100% 100% 100% Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sedangkan fasilitas giro dan tabungan mengalami penurunan pertumbuhan masingmasing menjadi 6,0% dan 5,7%(yoy) dari sebelumnya 12,4% dan 5,8% (yoy) (Grafik 4.46). Secara spasial, DPK Sulawesi Tenggara masih terpusat di Kota Kendari baik secara nominal maupun jumlah rekeningnya. Pangsa secara nominal untuk kota tersebut mencapai 49,1% sementara dari jumlah rekening mencapai 36%. Selanjutnya diikuti oleh Kota Bau-Bau dan Kab. Kolaka dengan pangsa masing-masing sebesar 14,6% dan 12,0%. Ketiga daerah tersebut menjadi pusat konsentrasi DPK karena merupakan pusat aktivitas bisnis dan keuangan di Sulawesi Tenggara. Dari sisi pertumbuhan spasial, Kab. Buton mencatatkan tingkat pertumbuhan tertinggi dengan tumbuh 25,2% (yoy), disusul oleh Kab. Kolaka dan Kota Kendari yang masing-masing tumbuh 21,4% dan 14,4% (yoy). Daerah lainnya mencatatkan pertumbuhan positif kecuali Kab. Bombana. Secara umum, hal ini mengindikasikan perbankan juga sudah aktif menjangkau daerah kabupaten dan kesadaran masyarakat untuk menabung juga semakin meningkat (Tabel 4.1). Tabungan Pada triwulan III 2017, penghimpunan dana tabungan masyarakat di Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 5,7% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,8% (yoy). Secara nominal, total tabungan masyarakat di Sulawesi Tenggara sampai dengan periode laporan mencapai Rp8,16 triliun. Adapun pangsa terbesar pemegang rekening tabungan adalah nasabah perseorangan sebesar 96,44%, diikuti oleh korporasi sebesar 3,30% dan sisanya adalah nasabah pemerintah. Preferensi penempatan oleh pemilik dana dari pemerintah pusat dan daerah lebih besar menempatkan dananya di bank pemda (Tabel 4.2). Berdasarkan nilai tabungannya, sebagian besar penabung di Sulawesi Tenggara memiliki tabungan sampai dengan Rp100 juta yaitu mencapai 99,26% dari total rekening tabungan. Sementara itu penabung dengan nilai di atas Rp1 miliar masih sedikit dengan pangsa hanya sebesar 0,02%.(Tabel 4.3). Deposito Penghimpunan dana dalam bentuk deposito di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 Tabel 4.4 Deposito Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Nilainya 66 Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

79 tumbuh sebesar 24,5% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,6% (yoy). Jumlah penghimpunan deposito sampai periode laporan mencapai Rp4,9 triliun. Kenaikan pada deposito tersebut didorong oleh deposan besar yang tumbuh sebesar 10,6% (yoy). Jumlah penghimpunan deposito sampai periode laporan mencapai Rp4,9 triliun. Kenaikan pada deposito tersebut didorong oleh deposan besar (nilai deposito di atas Rp1 miliar) yang sampai dengan triwulan III 2017 memiliki pangsa 59,8% total deposito Sulawesi Tenggara walau secara rekening hanya mencatatkan 2,78% total rekening deposito. Konsentrasi pangsa nominal deposito pada sejumlah rekening tersebut membutuhkan perhatian khusus agar ketahanan dari sisi DPK berupa deposito tetap terjaga (Tabel 4.5). Dari sisi pemilik rekening, seperti halnya tabungan, perseorangan masih mendominasi pangsa deposito Sulawesi Tenggara untuk dana yang ditempatkan di bank persero, bank swasta maupun bank pemda. Korporasi memiliki pangsa terbesar kedua diikuti oleh deposito milik pemda. Sementara itu berdasarkan jangka waktu penempatan deposito, secara umum penempatan 1 bulan masih di mendominasi pangsa deposito Sulawesi Tenggara diikuti oleh deposito 1 tahun atau lebih dan 3 bulan. Jangka penempatan deposito yang tidak terkonsentrasi pada salah satu tenor tertentu merupakan salah satu hal yang berguna untuk menjaga ketahanan perbankan, namun diperlukan perhatian khusus agar perbankan terhindar dari mismatch karena lebih dari 50% dana biaya tinggi perbankan (deposito) memiliki tenor yang relatif pendek. Giro Pada triwulan III 2017, penempatan dana di giro tumbuh sebesar 6% (yoy). Pertumbuhan ini lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,4% (yoy). Penurunan pertumbuhan giro ini disebabkan oleh penurunan laju pertumbuhan pada giro yang dimiliki oleh perseorangan yang tumbuh sebesar 40,0% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 6,8% (yoy). Sementara itu dana giro pemerintah menguat terbatas dengan tumbuh 0,1% (yoy) setelah mengalami kontraksi 10,5% pada triwulan sebelumnya. Dari sisi kepemilikan, pangsa terbesar pemilik giro adalah nasabah pemerintah (76,6%), korporasi (14,5%), dan perseorangan (8,9%) Penyaluran Kredit Selaras dengan akselerasi penghimpunan dana pihak ketiga, pada triwulan III 2017 penyaluran kredit perbankan oleh bank umum yang berkantor di Sulawesi Tenggara secara keseluruhan juga mengalami peningkatan pertumbuhan. Kredit perbankan tumbuh sebesar 9,8% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja periode sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 8,6% ( (yoy). Secara nominal, kredit perbankan yang disalurkan sampai dengan triwulan III 2017 mencapai Rp19,9 triliun (Grafik 4.47). Kredit Berdasarkan Lokasi Bank Secara spasial, penyaluran kredit masih terkonsentrasi di Kota Kendari, dengan pangsa sebesar 59,3% dari seluruh penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan di Sulawesi Tenggara. Meskipun demikian, pertumbuhan kredit di Kota Kendari hanya sebesar 8,8% (yoy) berada di bawah rata-rata pertumbuhan kredit Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan kredit tertinggi berada di Kabupaten Buton sebesar 35,8% (yoy), diikuti oleh penyaluran di Kab. Kolaka Utara yang tumbuh sebesar 23,6% (yoy) (Tabel 4.4). KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 67

80 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Stabilitas Keuangan Daerah %, yoy Rp triliun 25 19,9 20 9,8 I II III IV I II III IV I II III Kredit (sb.kanan) Pertumbuhan Kredit Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Berdasarkan sebaran jenis penggunaannya, perbankan di sebagian besar kabupaten masih menyalurkan kredit untuk kebutuhan konsumsi dimana pada periode pelaporan juga terjadi peningkatan pangsa kredit konsumsi dibandingkan dengan periode sebelumnya. Terdapat 7 kabupaten dari 12 kabupaten/kota (masih menggunakan daftar daerah otonomi tahun 2005) yang memiliki pangsa kredit konsumsi di atas 90% dari total kredit yang disalurkan di daerah tersebut. Sedangkan untuk kegiatan produktif, hanya terdapat 4 daerah yang memiliki pangsa kredit modal kerja di atas 20%, yaitu Kota Kendari, Kota Bau-Bau, Kab. Kolaka dan Kab. Muna. Perbankan di Kab. Buton pada periode pelaporan menjaga pangsa kredit modal kerja pada level 12,4%. Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.47 Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.48 Perbandingan Pertumbuhan Kredit di Sulawesi Tenggara Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja, investasi dan konsumsi menunjukkan perbaikan laju penyaluran pada triwulan III Kredit konsumsi yang pada triwulan II 2017 memiliki pangsa sebesar 62,2% mengalami peningkatan pangsa menjadi 62,7% pada periode pelaporan. Peningkatan pangsa ini sejalan dengan peningkatan laju penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 12% (yoy) pada periode pelaporan, naik dari pertumbuhan 10,6% (yoy) pada periode sebelumnya. Kredit investasi juga menunjukkan perbaikan penyaluran dengan tingkat kontraksi yang berkurang, dari Tabel 4.6 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan III 2017 Kredit Pangsa thd Sultra Pangsa Kota/Kabupaten gkredit Nominal Rekening %Nominal %Rekening K.MK K.INV K.KONS Kab. Buton ,7% 0,5% 35,8% 12,4% 5,2% 82,4% Sulawesi Tenggara ,0% 100,0% 9,8% 27,7% 9,6% 62,7% Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, K.MK = Kredit Modal Kerja, K.INV = Kredit Investasi, K.KONS = Kredit Konsumsi gkredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota masih menggunakan daftar daerah otonomi tahun 2005 Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0-5,0-10,0 %, yoy Rp triliun I II III IV I II III IV I II III Modal Kerja Investasi Konsumsi pangsa kredit (%) 27,7% 9,6% 62,7% Kab. Muna ,2% 11,1% 12,0% 28,4% 3,7% 67,9% Kab. Kolaka ,7% 17,0% 13,7% 37,2% 5,7% 57,1% Kab. Wakatobi ,8% 0,8% 12,6% 3,8% 0,2% 96,0% Kab. Konawe ,7% 1,6% 4,0% 1,8% 0,2% 98,0% Kab. Konawe Selatan ,3% 1,4% 10,5% 1,7% 0,2% 98,0% Kab. Bombana ,3% 0,9% 14,0% 1,1% 0,4% 98,5% Kab. Kolaka Utara ,2% 0,9% 23,6% 4,3% 0,6% 95,1% Kab. Buton Utara ,7% 0,6% 13,0% 4,8% 1,1% 94,1% Kab. Konawe Utara ,3% 0,8% -10,4% 2,8% 0,4% 96,8% Kota Baubau ,1% 11,8% 10,7% 30,2% 6,8% 63,0% Kota Kendari ,0% 52,5% 8,8% 29,7% 13,3% 57,0% 12,0 9,0-0,6

81 terkontraksi 5,5% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi terkontraksi hanya sebesar 0,6% (yoy) pada triwulan III Namun secara proporsi, kredit investasi masih memiliki pangsa terkecil yaitu sebesar 9,6% pada periode pelaporan, naik dari periode sebelumnya yang tercatat memiliki pangsa sebesar 9,5%. Kredit modal kerja yang sebelumnya tumbuh sebesar 9,8% (yoy) mengalami sedikit penurunan dengan tumbuh 9% (yoy) pada triwulan III Seiring dengan penurunan laju pertumbuhan tersebut, pangsa kredit modal kerja terhadap total kredit perbankan Sulawesi Tenggara juga mengalami penurunan menjadi sebesar 27,7% dari sebesar 28,2% pada triwulan sebelumnya (Grafik 4.48). Sektor Ekonomi Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi Tabel 4.7 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Posisi Triwulan III 2017 Nominal (Rp miliar) % Nominal Berdasarkan penyaluran kredit pada sektor ekonomi, kenaikan pertumbuhan kredit yang terjadi disebabkan karena mayoritas (11 dari 17) sektor menunjukkan perbaikan penyaluran. Namun sektor perdagangan yang memiliki pangsa terbesar untuk kategori kredit produktif (65,3% dari total kredit produktif) masih melanjutkan tren penurunan. Setelah pada triwulan II 2017, kredit yang disalurkan oleh perbankan ke sektor perdagangan tumbuh sebesar 3,2% (yoy), pada triwulan III kredit perdagangan hanya tumbuh sebesar 2,2% (yoy). gkredit (%, yoy) Tw II 2017 Tw III 2017 Selain perdagangan, 5 sektor ekonomi lain yang termasuk dalam kredit produktif juga mengalami perlambatan seperti listrik gas yang terkontraksi 39,3% (yoy), akomodasi makan dan minum yang terkontraksi 7,3% (yoy), informasi komunikasi yang terkontraksi 13,8% (yoy), jasa keuangan yang terkontraksi 62,7% (yoy) dan jasa perusahaan yang hanya tumbuh 3,1% (yoy) (Tabel 4.5). Loan to Deposit Ratio (LDR) NPL (%) Pertanian ,8% 61,3 65,5 1,9 Pertambangan 540 0,7% 30,1 39,7 5,4 Industri Pengolahan ,1% 22,6 27,5 3,0 Listrik Gas 39 0,1% 58,5-39,3 0,0 Air 31 0,0% -33,9-2,9 4,9 Konstruksi ,1% -4,7 12,5 8,5 Perdagangan ,3% 3,2 2,2 6,5 Transportasi-Pergudangan ,6% 5,5 11,5 3,3 Akomodasi Makan Minum ,8% -1,9-7,3 6,8 Informasi Komunikasi 28 0,0% -10,6-13,8 0,1 Jasa Keuangan 49 0,1% -39,6-62,6 0,0 Real Estate 881 1,2% -11,6-6,2 4,5 Jasa Perusahaan ,3% 13,6 3,1 3,9 Adm Pemerintahan 5 0,0% -28,4 56,4 0,0 Jasa Pendidikan 206 0,3% -12,4-9,8 3,0 Jasa Kesehatan Sosial 263 0,4% 8,5 9,1 1,9 Jasa Lainnya ,3% 2,3 6,5 5,6 Kredit Produktif % 8,6 9,8 0,1 Ket: gkredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy), Kredit Produktif = Kredit Modal Kerja + Kredit Investasi NPL = Non Performing Loan Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Salah satu indikator yang dapat merepresentasikan intermediasi perbankan adalah indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) yang menghitung rasio penyaluran kredit per DPK yang dikelola oleh perbankan. Pada triwulan III 2017 LDR bank umum di Sulawesi Tenggara mencapai 116,0%, lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 114% (Grafik 4.49). Peningkatan LDR tersebut terjadi karena peningkatan yang KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 69

82 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Stabilitas Keuangan Daerah 70 LDR (%) Rp triliun , , ,7 111,0 117,3 105,110,9110,114,1 114,0 116, Grafik 4.49 terjadi dalam penyaluran kredit lebih tinggi daripada peningkatan DPK yang dikelola oleh perbankan Sulawesi Tenggara. Nilai LDR sebesar 100% berarti seluruh DPK yang dikelola oleh perbankan Sulawesi Tenggara disalurkan dalam bentuk kredit. Sedangkan pencapaian pada triwulan III 2017 menunjukkan bahwa dalam rangka menyalurkan kredit, perbankan di Sulawesi Tenggara memerlukan dana dari daerah lain. Kondisi ini terlihat dari adanya peningkatan kewajiban antarkantor (penerimaan dari kantor bank yang sama di daerah lain) sebesar 10,27% (yoy) pada triwulan III Tingkat LDR yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah dapat menjadi sumber kerentanan apabila tidak disertai dengan tingkat risiko kredit yang sehat. I II III IV I II III IV I II III DPK (sb.kanan) LDR Kredit (sb.kanan) Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara Non Performing Loan (NPL) Pada triwulan III 2017, penyaluran kredit yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya disertai dengan perbaikan dalam sisi risiko kredit. Penurunan risiko kredit tersebut terlihat dari menurunnya indikator Non Performing Loan (NPL) Gross pada triwulan III 2017 yang tercatat hanya sebesar 3,12%, lebih rendah daripada periode sebelumnya yang mencapai 3,27% dan masih berada di bawah threshold 5% (Grafik 4.50). Pada periode pelaporan, penyaluran kredit investasi memiliki risiko kredit terbesar dimana NPL tercatat sebesar 7,10%, lebih kecil %, NPL 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 daripada periode sebelumnya yang tercatat sebesar 7,88%. Sementara itu sama dengan risiko kredit investasi, kredit modal kerja juga masih memiliki NPL melebihi threshold 5% yaitu sebesar 5,63%. Penyaluran kredit konsumsi adalah satu-satunya kategori kredit yang memiliki NPL di bawah 5% namun mencatatkan kenaikan risiko dengan mencatatkan NPL sebesar 1,40% pada periode laporan, lebih tinggi dari periode sebelumnya yang mencatatkan NPL sebesar 1,39%. I II III IV I II III IV I II III NPL NPL K.MK NPL K.Inv NPL K.Kons Secara sektoral, NPL dari sektor dengan pangsa penyaluran kredit yaitu sektor perdagangan mencatatkan NPL di bawah threshold 5% dengan mencatatkan NPL sebesar 3,3%, lebih kecil dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 6,8%. Secara umum, kredit produktif mengalami penurunan risiko dengan mencatatkan NPL yang lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu sebesar 6%. Namun perlu menjadi perhatian bahwa nilai tersebut masih berada di atas threshold Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.50 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara 5% bersama beberapa sektor seperti konstruksi, akomodasi makan minum dan jasa lainnya yang juga masih mencatatkan NPL di atas threshold 5%. Sementara itu, sektor pertanian memiliki NPL yang terjaga pada level yang sangat rendah.

83 Rentabilitas Bank Umum Sulawesi Tenggara Rentabilitas suatu bank umum dipengaruhi dari kemampuan mendapatkan pengelolaan aset dan tingkat efisiensi. Pada triwulan III 2017, kondisi rentabilitas bank umum di Sulawesi Tenggara relatif berada dalam kondisi yang baik. Salah satu indikasi tersebut adalah meningkatnya Net Interest Margin (NIM) dari 9,24% pada triwulan II 2017 menjadi 9,47% pada triwulan III 2017 (Grafik 4.51). Kondisi tersebut terjadi karena spread suku bunga (selisih antara bunga kredit dengan bunga DPK) di Sulawesi Tenggara relatif besar yaitu pada kisaran 9,64% (Grafik 4.52). Net Interest Margin (NIM) merupakan suatu indikator yang mengukur margin yang diperoleh perbankan dari selisih pendapatan bunga dan beban bunga. Semakin tinggi nilai NIM mencerminkan keuntungan perbankan yang didapatkan dari selisih tersebut semakin besar. Namun perlu menjadi perhatian hal tersebut dapat berarti tingginya perbedaan bunga pinjaman dengan bunga DPK yang diterapkan perbankan yang bila tidak disesuaikan dengan karakter daerah dapat menyebabkan melemahnya realisasi kredit. Selain itu dari sisi efisiensi operasional, perbankan Sulawesi Tenggara juga menunjukkan terjadinya peningkatan efisiensi. Kondisi ini tercermin dari rasio BOPO (Biaya Operasional per Pendapatan Operasional) yang semakin rendah. Pada triwulan III 2017, 100% 90% 80% 70% 60% 50% % % I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2014 BOPO Net Interest Margin (Sb. Kanan) 12,00% 11,00% 10,00% 9,00% 8,00% 7,00% 6,00% 5,00% Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah BOPO perbankan di Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 66,03% turun dari 69,43% pada periode sebelumnya (Grafik 4.51). Rasio BOPO yang semakin rendah berarti perbankan semakin efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dan sebaliknya bila rasio BOPO tinggi, dalam kesehariannya perbankan semakin tidak efisien di sisi operasional Perbankan Syariah Pangsa perbankan syariah di Sulawesi Tenggara masih relatif kecil. Dari sisi aset, perbankan syariah hanya memiliki aset sebesar Rp1,12 triliun, atau sebesar 4,7% dari keseluruhan aset bank umum di Sulawesi Tenggara. Pangsa ini lebih tinggi dibanding dengan periode sebelumnya yang hanya mencatatkan 4,4% dari pangsa bank umum (Grafik 4.53). Kondisi yang sama juga terjadi pada penghimpunan dana dan penyaluran pembiayaan. Pada triwulan III 2017, pangsa pembiayaan hanya mencapai 4,8% dari total realisasi kredit oleh bank umum, meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 4,7%. Sedangkan penghimpunan DPK bank syariah hanya sebesar 4,2% dari seluruh DPK se Sulawesi Tenggara, meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 4,1%. % % 10,5 8,00 7,75 7, ,86 7,25 7,00 6,75 9,5 6,50 6,25 6,00 5,75 9 5,50 5,25 5,00 8,5 4,75 4,50 4,25 8 4,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II 2014 Spread Suku Bunga BI 7 DRR (sb.kanan) Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.51 Perkembangan BOPO dan NIM Bank Umum Grafik 4.52 Spread Suku Bunga Bank Umum BI Rate (sb.kanan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 71

84 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Stabilitas Keuangan Daerah Ase Rp 1,09 triliun 4,4% Pembiayaa Rp 918 miliar 4,7% DPK 4,1% Rp 690 miliar 20,00 15,00 10,00 Tw III Tw II Sulbar Sulteng Sultra 5,00 Sulut 0,00 Gorontalo SULAWESI Sulsel Bank Konvensional Bank Syariah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.53 Pangsa Perbankan Syariah Grafik 4.54 Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset Syariah se-sulawesi %, yoy %, yoy 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0-10,0-20,0-30,0 pangsa DPK I II III IV I II III IV I II III ggiro gtabungan gdeposito DPK Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah -5,00 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 pangsa aset syariah thd total aset Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.55 Perkembangan DPK Syariah Grafik 4.56 Perkembangan Pembiayaan Syariah 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% -10,0% -20,0% -30,0% pangsa pembiayaan 18,5% I II III IV I II III IV I II 10,0% -4,1% -5,0% gmdl.kerja ginv gkonsumsi gpembiayaan 18,9% 13,0% 68,2% 72 Apabila dibandingkan dengan kinerja perbankan syariah di Pulau Sulawesi, walaupun memiliki laju pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya, namun secara umum perkembangan aset bank syariah di Sulawesi Tenggara relatif lebih baik. Pertumbuhan aset bank syariah di Sulawesi Tenggara mencapai 13,6% (yoy), lebih tinggi daripada rata-rata pertumbuhan aset bank syariah se-sulawesi yang hanya tumbuh sebesar 6,58% (yoy) pada triwulan III Sementara itu, pangsa aset bank syariah di Sulawesi Tenggara yang mencapai 4,7% sudah berada di atas rata-rata pangsa aset bank syariah di Sulawesi yang hanya sebesar 4,2%. Sulawesi Tenggara merupakan provinsi dengan aset perbankan syariah terbesar kedua di Sulawesi setelah Provinsi Sulawesi Selatan yang aset perbankan syariahnya mencapai 5,3% terhadap keseluruhan aset perbankan di provinsi tersebut (Grafik 4.54). Sampai dengan triwulan III 2017, penyaluran pembiayaan syariah mengalami percepatan laju pertumbuhan. Pada periode laporan pembiayaan syariah tumbuh sebesar 13,9% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp945,52 miliar, dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,0% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp918,05 miliar (Grafik 4.56). Sama dengan penyaluran perbankan umum, penyaluran pembiayaan syariah juga paling banyak dilakukan untuk penggunaan konsumsi sebanyak 69,4% yang mampu tumbuh sebesar 21,6% (yoy). Sementara itu, penyaluran pembiayaan untuk modal usaha dengan pangsa sebanyak 17,6% menunjukkan perbaikan terbatas sehingga terkontraksi sebesar 4,8% (yoy). Dari sisi risiko pembiayaan, tekanan pada risiko kredit kembali mengalami perbaikan. Hal ini terlihat dari NPF (Non Performing Financing) yang kembali menurun dari 4,5% pada periode sebelumnya menjadi 3,82% pada triwulan III 2017.

85 Aset (Rp miliar) I II III IV I II III IV I II III Aset BPR gaset (sb.kanan) %, yoy 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% -10,0% -20,0% %, yoy I II III IV I II III IV I II III gdeposito gtabungan gdpk pangsa DPK 37,8% 62,2% Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.57 Perkembangan Aset BPR Grafik 4.58 Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara %, yoy 140,0% 120,0% 100,0% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% -20,0% I II III IV I II III IV I II III gmdl.kerja ginvestasi pangsa kredit 71,1% 2,5% 26,4% Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Jasa-Jasa 8% Tansport 1% Lainnya 26% Tambang Pertanian 1% Industri 10% 3% LGA 0% Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.59 Pertumbuhan Kredit BPR Grafik 4.60 Pangsa Kredit BPR per Sektoral PHR 41% Konstruks i 10% Seiring dengan kinerja penyaluran pembiayaannya, penghimpunan DPK perbankan syariah juga menunjukkan peningkatan. Pada periode tersebut jumlah DPK bank syariah mencapai Rp709,2 miliar, tumbuh sebesar 10,9% (yoy), meskipun lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 15,6% (yoy). Penurunan tersebut disebabkan oleh moderasi laju pertumbuhan penempatan DPK di seluruh fasilitas, yaitu giro sebesar 18,5% (yoy), deposito sebesar 16,1% (yoy), dan tabungan sebesar 7,0% (yoy) Bank Perkreditan Rakyat Pada triwulan III 2017, kinerja BPR menunjukkan perbaikan. Dalam hal akumulasi aset, BPR tumbuh sebesar 12,9% (yoy), lebih tinggi dari periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,9% (yoy) sehingga secara nominal asetnya mencapai Rp309,5 miliar (Grafik 4.57). Sementara itu, penghimpunan dana dari masyarakat mengalami sedikit penurunan setelah mengalami perbaikan laju pertumbuhan pada periode sebelumnya. Penghimpunan DPK tumbuh sebesar 5,3% (yoy) atau tercatat sebesar Rp115,9 miliar, lebih rendah dari pertumbuhan periode sebelumnya sebesar 10,3% (yoy). (Grafik 4.58). Sementara itu dari sisi penyaluran kredit, BPR masih melanjutkan perlambatan dan hanya dapat tumbuh sebesar 8,6% (yoy) dengan nominal sebesar Rp233,8 miliar (Grafik 4.59). Perlambatan tersebut terjadi pada jenis penggunaan kredit modal kerja dan konsumsi, dimana bahkan khusus untuk kredit konsumsi yang memiliki pangsa kredit BPR terbesar di Sulawesi Tenggara terjadi kontraksi. Di lain sisi kredit investasi BPR di Sulawesi Tenggara pada triwulan laporan mencetak pertumbuhan dua digit menjadi 20,6% (yoy) dari sebelumnya terkontraksi sebesar 2,1% (yoy) (Grafik 4.60). KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 73

86 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Stabilitas Keuangan Daerah Non UMKM 72.5% UMKM 27.5% Rp6,60 triliun 44,48 % 30,96 % 24,56 % Usaha Menengah Usaha Kecil Usaha Mikro 60 %, yoy I II III IV I II III IV I II III Mikro Kecil Menengah UMKM Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.61 Pangsa Kredit UMKM Grafik 4.62 Pertumbuhan Kredit UMKM %, yoy Tw I 17 Tw II 17 Tw III 17 %, NPL 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0-10,0 pangsa 4,3 5,2 66,9% 49,3 26,7 16,0 7,5% 7,0% 4,5% 3,6% Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.63 Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral Grafik 4.64 NPL Kredit UMKM Sektor Dominan 15,0 10,0 5,0 0,0 theshold Perdagangan Konstruksi Pertanian Industri Pengolahan Tw I 17 Tw II 17 Tw III 17 Transportasi 74 Dengan kondisi tersebut, LDR BPR pada triwulan III 2017 mencapai 201,6% yang berarti kredit yang disalurkan oleh BPR menggunakan dana dari institusi keuangan lainnya. Dengan demikian risiko yang terjadi pada BPR dapat menyebabkan risiko pada institusi keuangan lainnya. Sementara itu, risiko kredit pada BPR masih sangat tinggi tercermin dari NPL sebesar 19,1%, di atas threshold 5% AKSES KEUANGAN Akses Keuangan Kepada UMKM Pada triwulan III 2017, kredit yang diterima oleh UMKM di Sulawesi Tenggara (berdasarkan lokasi proyek) mencapai Rp6,60 triliun. Secara pangsa mencapai 27,5% dari total kredit di Sulawesi Tenggara. Kredit kepada UMKM tersebut, sebagian besar diberikan kepada usaha kecil sebesar 44,5 % dan usaha mikro dengan pangsa sebesar 31,0%. Sedangkan untuk usaha menengah memiliki pangsa sebesar 24,5% dari total kredit UMKM (Grafik 4.61). Seiring dengan pertumbuhan kredit perbankan secara umum, pada triwulan III 2017 laju pertumbuhan kredit UMKM juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 7,6% (yoy) dibandingkan dengan 3,0% (yoy) pada triwulan II Hal ini terjadi karena seluruh kategori kredit mengalami akselerasi, yaitu kredit mikro tumbuh sebesar 9,6%, kredit usaha kecil tumbuh sebesar 8,5% (yoy) dan kredit usaha menengah tumbuh sebesar 3,5% (yoy) (Grafik 4.62). Secara sektoral, pertumbuhan kredit UMKM tersebut dipengaruhi oleh kenaikan laju pertumbuhan kredit UMKM pada semua sektor. Perdagangan yang merupakan kontributor terbesar dengan pangsa 66,9% pada triwulan III 2017 tumbuh lebih cepat menjadi 4,3% (yoy) dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,6% (yoy). Selain itu sektor konstruksi yang

87 Baki Debet (Rp miliar) Nasabah I II III IV I II III IV I II III KUR Rekening (sb.kanan) Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek 0 Akomodasi Mamin; 3,5% Perdagangan; 62,2% Industri Pengolahan; 6,0% Jasa masyarakat; 4,5% Pertanian; 17,4% Lainnya; 0,8% Perikanan; 3,6% Transportasi ; 1,2% Jasa usaha; 0,7% Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi bank Grafik 4.65 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara Grafik 4.66 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara tadinya terkontraksi sebesar 1,2% (yoy) pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 5,2% (yoy) aktif mencapai usaha (Grafik 4.65). Penyaluran KUR di Sulawesi Tenggara masih pada triwulan III 2017 (Grafik 4.63). terkonsentrasi pada usaha di sektor perdagangan yang mencapai 62,2%. Dari sisi risiko kreditnya, secara umum NPL Sementara itu penyaluran pada produksi kredit UMKM masih berada sedikit di atas primer seperti ke pertanian dan perikanan threshold 5% namun menunjukkan perbaikan sudah menunjukkan adanya peningkatan. dibandingkan dengan periode sebelumnya. Selain itu industri pengolahan dan sektor Pada triwulan III 2017 NPL kredit UMKM penyediaan akomodasi dan penyediaan mencapai 5.52%, lebih kecil dibandingkan makan minum juga mengalami peningkatan dengan periode sebelumnya yang tercatat yang cukup signifikan. sebesar 5,77%. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh penurunan tingkat risiko yang cukup Akses Keuangan Kepada Penduduk signifikan di sektor transportasi meskipun Indikator akses keuangan di Sulawesi masih terjadi sedikit peningkatan tingkat risiko Tenggara terutama dari sisi penghimpunan di sektor perdagangan (Grafik 4.64). dana mengalami peningkatan, begitu juga dari Seiring dengan adanya perubahan kebijakan sisi kredit. Rasio jumlah rekening DPK KUR (Kredit Usaha Rakyat) pada tahun 2017, terhadap penduduk angkatan kerja di terdapat peningkatan penyaluran kredit Sulawesi Tenggara tetap menunjukkan tren kepada UMKM. Sampai dengan triwulan III 2017, baki debet KUR di Sulawesi Tenggara mencapai Rp1,26 triliun dengan jumlah debitur peningkatan, dimana pada triwulan III 2017 rasio tersebut tercatat sebesar 162,3% (Grafik 4.67). Rasio yang lebih besar dari 100% % nasabah (ribu) % nasabah (ribu) ,720,0 21,322,0 21,0 22, ,118,418,118,418, , I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III Rekening DPK (sb Kanan) Rasio DPK Rekening Kredit (sb Kanan) Rasio Kredit Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi bank Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek Grafik 4.67 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja Grafik 4.68 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 75

88 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2017 Stabilitas Keuangan Daerah menunjukkan bahwa terdapat penduduk angkatan kerja di Sulawesi Tenggara yang memiliki rekening simpanan lebih dari satu. Selain itu rasio lebih dari 100% juga mengindikasikan adanya penduduk bukan angkatan kerja yang juga memiliki rekening seperti siswa sekolah maupun mahasiswa. Sementara itu, rasio jumlah rekening kredit terhadap penduduk angkatan kerja di Sulawesi Tenggara masih stabil pada kisaran 18,6% (Grafik 4.68). Meskipun demikian, rasio tersebut masih rendah karena pada awal tahun 2016 rasio dapat mencapai 21,0. Masih rendahnya rasio rekening kredit menunjukkan bahwa fasilitas pembiayaan masih sedikit digunakan oleh masyarakat di provinsi ini dan masih terdapat ruang untuk meningkatkan penyaluran kredit di masa yang akan datang. Upaya pengembangan akses keuangan memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara. Oleh karena itu, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara berupaya memberikan dan memfasilitasi berbagai kegiatan edukasi keuangan yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai produk dan jasa keuangan serta menumbuhkan kesadaran masyarakat pada umumnya untuk menabung dan melakukan pengelolaan keuangan. 76

89 5 SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH

90 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NONTUNAI Terdapat 2 (dua) sistem pembayaran nontunai yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia di provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS). Kedua sistem tersebut berjalan dengan baik dan lancar selama triwulan III Penguatan infrastruktur dan kebijakan sistem pembayaran yang dilakukan oleh Bank Indonesia secara konsisten dan berkesinambungan mampu memitigasi risiko kredit, likuiditas, dan operasional dalam sistem pembayaran. Selama triwulan III 2017, nilai transaksi sistem pembayaran nontunai di Sulawesi Tenggara mencapai Rp2,59 triliun, masih mengalami penurunan sebesar 9,2% (yoy) (Grafik 5.1). Sementara itu, total transaksi sistem pembayaran nontunai selama periode tersebut mencapai kali, mengalami penurunan sebesar 10,9% (yoy) (Grafik 5.2). Kondisi ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut, terutama disebabkan oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, secara nominal transaksi tersebut dapat tumbuh sebesar 14,7% (qtq) karena pada triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar Rp2,26 triliun dengan total transaksi sebanyak kali. Hal ini menunjukkan adanya potensi perbaikan perekonomian di periode mendatang. Dari preferensi penggunaannya, transaksi nontunai secara nominal di Sulawesi Rp miliar Grafik I II III IV I II III SKNBI BI-RTGS Sumber: Bank Indonesia, diolah Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara Transaksi SKNBI 99,9% 1,0% BI-RTGS transaksi Grafik 5.2 Rp miliar Rp Juta 2,0 1,5 1, I II III IV I II III SKNBI BI-RTGS Sumber: Bank Indonesia, diolah Jumlah Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 51,53 Tw III , I II III IV I II III ,44 SKNBI BI-RTGS SP Nontunai 78 Grafik 5.3 Sumber: Bank Indonesia, diolah Preferensi Penggunaan Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara Grafik 5.4 Sumber: Bank Indonesia, diolah Rata-rata Nilai Per Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai Sulawesi Tenggara

91 Tenggara masih didominasi oleh penggunaan SKNBI sebesar 71,2% dan sisanya sebesar 28,8% menggunakan BI-RTGS. Sementara dari sisi jumlah transaksi, penggunaan SKNBI mencapai 99,0% sedangkan penggunaan BI- RTGS hanya sebesar 1,0% (Grafik 5.3). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar transaksi perekonomian di Sulawesi Tenggara masih merupakan transaksi ritel dengan ratarata sebesar Rp37,07 juta per transaksi SKNBI. Sementara untuk transaksi sistem pembayaran nilai besar yang menggunakan BI-RTGS rata-rata sebesar Rp1,44 miliar per transaksi (Grafik 5.4) Perkembangan Transaksi Kliring Selama triwulan III 2017, nilai transaksi sistem pembayaran nontunai melalui SKNBI di Sulawesi Tenggara mencapai Rp1,85 triliun, masih mengalami penurunan sebesar 14,8% (yoy). Sementara itu, total transaksi SKNBI Rp miliar Grafik 5.5 Grafik I II III IV I II III Kliring Kredit Kliring Debet Sumber: Bank Indonesia, diolah Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara Tw III 2017 Cek Bilyet Giro Lain share 29,8% 70,2% Transaksi 23,7% cek 75,6% BG 0,6% 139 warkat Nominal 38,2% Rp217,7 miliar 61,3% Rp349,5 miliar 0,5% Rp2,6 miliar Sumber: Bank Indonesia, diolah Preferensi Penggunaan Cek dan BG dalam Kliring Debet Penyerahan di Sultra selama periode tersebut sebesar kali, mengalami penurunan sebesar 11,1% (yoy). Dilihat dari sisi penggunaannya, sebagian besar transaksi kliring tersebut secara nominal adalah dengan menggunakan kliring kredit dengan pangsa sebesar 70,2%, sementara penggunaan kliring debet hanya sebesar 29,8%. Meskipun demikian, jika dilihat dari jumlah transaksinya penggunaan kliring kredit hanya sebesar 58,4%. Kondisi ini terjadi karena penggunaan kliring kredit memiliki nominal per transaksi yang lebih besar daripada kliring debet. Pada periode tersebut rata-rata kliring kredit adalah sebesar Rp44,6 juta per transaksi, sementara kliring debet hanya sebesar Rp26,5 juta per transaksi. Kliring kredit secara umum dikenal sebagai transfer antar bank dan dilakukan secara paperless, sementara kliring debet dilakukan dengan menggunakan warkat seperti cek dan transaksi Grafik 5.6 Grafik 5.8 I II III IV I II III Kliring Kredit Kliring Debet Sumber: Bank Indonesia, diolah Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara Perputaran Kliring Harian share 41,6% 58,4% Rp miliar/ hari , , I II III IV I II III ,8 Kliring Kredit Kliring Debet Total Kliring Sumber: Bank Indonesia, diolah KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 79

92 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Rp miliar Grafik 5.9 I II III IV I II III Kendari; 68,3% Nominal ,6 Sumber: Bank Indonesia, diolah Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) di Sulawesi Tenggara Tw III Transaksi (sb.kanan) transaksi Baubau; 16,7% Muna; 8,5% Kolaka; 3,3% Konut; 2,8% Konawe; 0,2% Bombana; 0,1% - Kolut; 0,1% % tolakan 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% I II III IV I II III Cek BG Total Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.10 Persentase Tolakan Berdasarkan Warkat Rp miliar 500 3,3% 2,9% 2,5% , I II III IV I II III 1264,2 156,4 60,9 52, Kendari Baubau Muna Kolaka Konut Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.11 Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten Grafik 5.12 Perkembangan Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten 80 bilyet giro. Peningkatan kemudahan transfer antar bank, baik melalui teller bank, ATM maupun dengan penggunaan e-banking maupun sms banking semakin memperbesar penggunaan kliring kredit. Dilihat dari sisi perputaran hariannya, transaksi SKNBI di Sulawesi Tenggara masih berada pada tren yang stabil meskipun lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada triwulan III 2017, perputaran kliring mencapai Rp29,8 miliar/hari dengan jumlah transaksi mencapai 818,3 transaksi/hari. Perputaran kliring kredit dapat mencapai Rp20,9 miliar/hari sementara kliring debet mencapai Rp8,9 miliar/hari (Grafik 5.8). Dalam melakukan transaksi usahanya, pemilik rekening giro lebih banyak memanfaatkan Bilyet Giro (BG) daripada cek. Pada triwulan III 2017, sebanyak 75,6% transaksi kliring debet adalah dengan menggunakan BG dengan nominal mencapai Rp469,5 miliar. Sementara itu, pemanfaatan cek hanya sebanyak 23,7% dengan nilai sebesar Rp217,7 miliar, sedangkan penggunaan warkat lain sebesar 0,6% dari total transaksi kliring debet. Dari sisi kepatuhan dan risiko kredit, penarikan cek dan BG kosong mengalami penurunan setelah sebelumnya tercatat sebanyak 916 lembar menjadi 706 lembar dengan nominal mencapai Rp18,6 miliar (Grafik 5.9). Dengan demikian, tingkat penarikan Cek/BG kosong pada triwulan III 2017 hanya sebesar 3,3% dari total penarikan kliring debet, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 4,9%. Penurunan tingkat penarikan Cek/BG kosong tersebut terutama disebabkan dari penarikan cek kosong yang turun dari 6,9% menjadi 2,9% pada periode laporan (Grafik 5.10).

93 Rp miliar Grafik 5.13 transaksi , I II III IV I II III Nominal Transaksi (sb.kanan) Sumber: Bank Indonesia, diolah Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara Rp miliar/hari transaksi/hari 16 12,1 8,4 I II III IV I II III Rata-rata harian nilai Rata-rata Harian Volume (sb.kanan) Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.14 Perputaran Harian Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara Secara spasial, transaksi SKNBI masih dominan dilakukan di Kota Kendari dengan pangsa nominal mencapai 68,3% dari total transaksi kliring di Sulawesi Tenggara. Total transaksi kliring di Kota Kendari mencapai Rp1,26 triliun dan sudah menunjukkan kondisi perbaikan setelah sejak triwulan IV 2016 berada pada tren yang terus menurun. Kondisi perbaikan juga diikuti oleh Kota Baubau dengan transaksi kliring mencapai Rp308,9 miliar dengan pangsa mencapai 16,7% (Grafik 5.12) Perkembangan Transaksi RTGS Berbeda dengan transaksi SKNBI, pada triwulan III 2017 transaksi BI-RTGS di Sulawesi Tenggara justru menunjukkan adanya peningkatan. Pada periode tersebut transaksi BI-RTGS mencapai Rp748,49 miliar, atau tumbuh sebesar 8,7% (yoy) (Grafik 5.13). Pemanfaatan sistem pembayaran nontunai nominal besar ini seiring dengan peningkatan kinerja lapangan usaha pertambangan dan investasi di daerah ini. BI-RTGS merupakan sistem pembayaran nontunai dengan minimal nilai transaksi sebesar Rp100 juta sehingga lebih banyak digunakan untuk aktivitas ekonomi skala besar. Sementara itu untuk volume transaksi, pada triwulan III 2017 tercatat mencapai 518 transaksi (Grafik 5.13). Dengan jumlah transaksi yang cenderung stabil, terdapat indikasi nominal per transaksi yang lebih tinggi daripada periode sebelumnya. Pada periode tersebut rata-rata transaksi BI-RTGS mencapai Rp1,44 miliar, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp1,25 miliar (Grafik 5.4). Kondisi perbaikan tersebut terlihat juga dari perputaran harian nilai transaksi RTGS yang dapat mencapai Rp12,1 miliar/hari, lebih tinggi daripada periode sebelumnya yang hanya sebesar Rp11,5 miliar/hari. Meskipun demikian, jumlah transaksi hariannya mengalami sedikit penurunan menjadi 8,4 transaksi/hari dari sebelumnya 9,2 transaksi/hari PENGELOLAAN UANG TUNAI Aliran Uang Kartal Transaksi pembayaran tunai pada triwulan III 2017 memiliki pola yang sama dengan periode pasca Hari Raya Idul Fitri di tahun sebelumnya yang terjadi net-inflow. Kondisi ini terjadi karena pada periode tersebut terdapat aliran inflow atau masuk ke KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar Rp1,33 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya sebesar Rp667,0 miliar. Sementara itu untuk aliran outflow atau keluar dari KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara pada periode yang sama hanya tercatat sebesar Rp871,3 miliar, jauh menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya yang dapat mencapai Rp2,08 triliun. KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 81

94 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Grafik 5.15 Rp Miliar %, yoy , , I II III IV I II III IV I II III Inflow g Inflow (sb. Kanan) Outflow g Outflow (sb. Kanan) Sumber: Bank Indonesia, diolah Aliran Uang Kartal BI-Perbankan di Sulawesi Tenggara net outflow net inflow Rp Miliar ,4-468,0 I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.16 Posisi Net Outflow Uang Kartal di Sulawesi Tenggara Karena jumlah inflow yang lebih besar daripada outflow-nya maka pada triwulan III 2017 terjadi net-inflow sebesar Rp468,0 miliar (Grafik 5.16). Kondisi net-inflow yang terjadi tersebut disebabkan karena berakhirnya periode Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri sehingga konsumsi masyarakat kembali pada level normalnya. Dengan demikian uang kartal yang beredar akan terserap masuk kembali ke perbankan dan pada akhirnya jika terjadi kelebihan likuiditas uang kartal maka akan kembali ke Bank Indonesia. Meskipun demikian, selama tahun 2017 s.d bulan September 2017 jumlah uang kartal yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia di Sulawesi Tenggara sudah mencapai Rp3,36 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Ket: Lain = Penukaran, Kas Keliling dan Penarikan Non bank Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik ,7% 64,6% 31,8% 32,4% 33,3% I II III IV I II III KENDARI KASTIP BAUBAU KASTIP KOLAKA LAIN Aliran Uang Kartal Keluar Berdasarkan Lokasi Kas triliun dan menyerap kembali sebesar Rp3,24 triliun. Untuk memperluas cakupan layanan kas ke seluruh wilayah Sulawesi Tenggara, Bank Indonesia melaksanakan kegiatan Kas Titipan 1. Di Sulawesi Tenggara, KPw BI Sulawesi Tenggara sudah memiliki 3 (tiga) Kas Titipan yang sudah berjalan yaitu Kas Titipan Baubau, Kas Titipan Kolaka, dan Kas Titipan Muna. Kas Titipan Muna tersebut baru dibuka pada bulan Oktober 2017 untuk memenuhi kebutuhan perbankan di daerah tersebut. Pada triwulan III 2017, penarikan perbankan dari Kas Titipan Baubau dan Kas Titipan Rp miliar 40,00 30,00 20,00 10,00 - I II III IV I II III PENUKARAN KAS KELILING 13,49 7,46 Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.18 Outflow Melalui Kegiatan Penukaran dan Kas Keliling di Sulawesi Tenggara 82 1 Kas Titipan adalah kegiatan penyediaan uang rupiah milik Bank Indonesia yang dititipkan kepada salah satu bank untuk mencukupi persediaan kas bank-bank dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah/daerah tertentu.

95 Kolaka sudah berlangsung efektif. Penarikan dari kedua Kas Titipan tersebut dapat mencapai 32,4% dan 31,8% dari total outflow pada periode tersebut (Grafik 5.17). Dengan semakin tersebarnya kas titipan, maka masyarakat dapat lebih mudah dan cepat mendapatkan uang kartal yang layak edar Penyediaan Uang Layak Edar Bank Indonesia secara berkala terus menjaga ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat. Uang layak edar adalah uang rupiah asli yang memenuhi persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penyediaan uang rupiah yang berkualitas sangat penting untuk menjaga integritas rupiah sebagai salah satu simbol kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, uang yang layak edar akan memberikan kenyamanan bertransaksi bagi masyarakat. Uang rupiah dinyatakan tidak layak edar berdasarkan standar Bank Indonesia apabila kondisinya telah berubah, antara lain karena jamur, minyak, bahan kimia dan coretan atau uang fisiknya berubah karena terbakar, berlubang atau robek. Tidak hanya melalui penukaran di kantor Bank Indonesia, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga memperluas jaringan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat atas uang layak edar dengan mengajak perbankan yang ada di Sulawesi Tenggara untuk menerima penukaran uang lusuh/rusak dari masyarakat. Sementara itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga tetap berupaya secara langsung menyediakan uang layak edar melalui pelayanan langsung penukaran uang rusak pada hari kerja tertentu. Pada triwulan III 2017, kegiatan penukaran uang mencapai Rp13,49 miliar, meningkat lebih dari 4 kali lipat dari periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp2,44 miliar. Selain itu, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga melakukan kegiatan Kas Keliling 2 di dalam kota Kendari maupun di luar Kota Kendari hingga wilayah terpencil yang sulit dijangkau. Selama bulan Juli hingga September 2017, kegiatan kas keliling telah dilakukan sebanyak 10 (sepuluh) kali, dengan rincian 8 (delapan) kali di luar Kota Kendari dan 2 (dua) kali di dalam Kota Kendari. Kas keliling di luar Kota Kendari tersebut dilakukan di Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Kolaka Timur, Bombana, Raha, Kolaka Utara, Konawe, Konawe Selatan, Konawe utara, hingga pulau terluar di Kabupaten Wakatobi. Pada triwulan III 2017, uang yang ditukarkan oleh masyarakat melalui kegiatan Kas Keliling mencapai Rp7,46 miliar (Grafik 5.18). Di sisi lain, demi menjaga agar kualitas uang yang diterima masyarakat dalam kondisi yang baik, Bank Indonesia juga secara berkala melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE). Pada triwulan III 2017, uang yang dimusnahkan mencapai Rp523,24 miliar, dengan rasio terhadap inflow mencapai 39,07% (Grafik 5.19). Hal tersebut sejalan dengan kebijakan clean money policy melalui peningkatan standar kualitas uang (soil level 3 ) yang diedarkan. Keberhasilan implementasi clean money policy tersebut tercermin dari hasil survei yang dilakukan di Kota Kendari dan Kota Baubau pada semester I Tingkat soil level untuk Uang Pecahan Besar (UPB) di Sulawesi KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 2 Kas Keliling adalah kegiatan penukaran uang rupiah oleh Bank Indonesia kepada masyarakat atau pihak lain yang melakukan kerja sama dengan Bank Indonesia dengan menggunakan moda transportasi; dilakukan dengan mekanisme retail (kepada masyarakat umum) dan wholesale (kepada perbankan). 3 Soil Level yang digunakan Bank Indonesia memiliki kisaran soil level 1 sampai dengan 16. Soil level 1 adalah uang yang sangat tidak layak edar dan soil level 16 adalah uang hasil cetak sempurna (HCS) dari Perum Peruri. 83

96 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Rp, Miliar Rasio (%) , Pecahan ; 4,0% , Pecahan ; 88,4% Pecahan ; 1,9% 0 Grafik 5.19 I II III IV I II III IV I II III Pemusnahan Rasio Pemusnahan/Inflow (sb.kanan) Sumber: Bank Indonesia, diolah Rasio Pemusnahan Uang Rupiah Terhadap Inflow 0 Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.20 Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan Pecahan ; 5,7% Tenggara mencapai level 11 (standar:8) dan Uang Pecahan Kecil (UPK) mencapai level 10 (standar: 6) Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli Pecahan besar masih mendominasi peredaran uang tidak asli yang ditemukan pada triwulan III Selama triwulan III 2017, telah ditemukan uang tidak asli sebanyak 877 lembar, melonjak tinggi dibandingkan dengan penemuan pada triwulan II yang hanya sebanyak 159 lembar. Temuan uang tidak asli selama triwulan II 2017 didominasi oleh pecahan uang Rp50.000,- sebanyak 775 lembar, 50 lembar pecahan uang Rp ,-, 35 lembar pecahan uang Rp20.000,- dan 17 lembar pecahan uang Rp10.000,-. Kondisi temuan uang palsu meningkat tajam pada triwulan III ini khususnya di bulan Juli karena terdapat temuan upal dari Kepolisian Resort Kolaka. Sebagai upaya untuk mengantisipasi peredaran uang palsu sekaligus memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga telah senantiasa melakukan kegiatan sosialisi ciri-ciri keaslian uang rupiah di setiap kegiatan yang dilakukan Bank Indonesia maupun bersama stakeholder dalam berbagai kegiatan lainnya.

97 KONDISI TENAGA KERJA & KESEJAHTERAAN 6 Petani di Konawe Foto: Suharjono

98 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Kondisi Tenaga Kerja & Kesejahteraan KETENAGAKERJAAN Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2017 diindikasikan belum mengalami perbaikan yang signifikan. Hal ini juga sejalan dengan terjadinya perlambatan ekonomi pada periode tersebut. Kondisi ketenagakerjaan di suatu daerah tergantung pada penawaran lapangan pekerjaan (demand of labor) dan angkatan kerja yang tersedia (supply of labor). Penawaran Tenaga Kerja Pada triwulan III 2017, kondisi penawaran tenaga kerja di Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan. Hal ini diindikasikan dari penurunan jumlah angkatan kerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada bulan Agustus 2017 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan data BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, penduduk usia kerja (di atas 15 tahun) mencapai jiwa pada bulan Agustus 2017, meningkat sebesar 2,35% dibandingkan dengan posisi Agustus Meskipun demikian, jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara yang sebesar jiwa justru mengalami penurunan sebesar 4,23% (yoy). Dengan demikian, TPAK pada Agustus 2017 hanya sebesar 68,70%, lebih rendah daripada Agustus 2016 yang dapat mencapai 73,47%. Grafik 6.1 Jasa Angkutan Hotel & Resto 4% Perdagangan Konstruksi Pertambangan Industri Pertanian 6% 6% 19% 10% 20% 67% 70% 88% 86% 88% 60% 90% 77% 33% 20% 20% 14% 3% 8% 6% 4% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Meningkat Tetap Menurun Sumber: SKDU KPw BI Sultra, diolah Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha Menurunnya jumlah angkatan kerja tersebut diiringi dengan adanya peningkatan jumlah penduduk usia kerja yang bukan angkatan kerja sebesar 20,53% (yoy). Peningkatan terutama terjadi pada penduduk yang melakukan aktivitas mengurus rumah tangga sebesar 23,69% (yoy) sementara peningkatan penduduk yang bersekolah meningkat sebesar 8,08% (yoy). Dari total jumlah penduduk usia kerja yang bukan angkatan kerja sebesar jiwa, terdapat 60,51% yang mengurus rumah tangga dan sebanyak 29,65% yang sekolah. Permintaan Tenaga Kerja Masih belum adanya perbaikan kondisi ketenagakerjaan yang signifikan pada triwulan III 2017 tercermin dari peningkatan kondisi permintaan tenaga kerja yang masih relatif kecil. Hal tersebut tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara umum jumlah pelaku usaha yang masih memiliki jumlah tenaga kerja yang tetap mencapai 84%. Sementara itu, terdapat 8% pelaku usaha yang melakukan penambahan namun juga terdapat 8% pelaku usaha yang melakukan pengurangan tenaga kerja. Dari hasil survei tersebut juga didapatkan informasi bahwa tenaga kerja di sektor usaha pertanian, perdagangan serta sektor hotel dan resto relatif tidak mengalami perubahan. Hal ini diindikasikan dari persentase jawaban Lap Kerja Saat ini Grafik 6.2 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2014 Sumber: SK KPw BI Sultra, diolah Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Dari Sisi Tenaga Kerja 106

99 tetap yang menempati urutan 3 besar. Sementara itu, sektor industri, konstruksi dan oleh sektor jasa kemasyarakatan sebesar 20,86% dan sektor perdagangan sebesar angkutan mengalami penurunan jumlah 19,15%. Sementara untuk jenis pekerjaan karyawan yang paling signifikan dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Penurunan tersebut disebabkan oleh 2 faktor utama, yaitu yang dominan pada bulan Agustus 2017 adalah kelompok orang yang bekerja sebagai buruh/karyawan yaitu sebesar 33,17%. efisiensi kerja dan adanya pegawai yang Pengangguran mengundurkan diri/pensiun. Berdasarkan data BPS Provinsi Sulawesi Meskipun demikian, masih terdapat sektor yang mampu menyerap tambahan tenaga kerja seperti sektor konstruksi dan jasa (Grafik 6.1). Kondisi ini juga sejalan dengan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara. Indeks ketersediaan lapangan kerja meningkat dari 102,0 di triwulan II 2017 menjadi 106,0 di Tenggara diketahui bahwa jumlah angkatan kerja yang menganggur pada bulan Agustus 2017 adalah sebanyak jiwa. Jumlah pengangguran tersebut meningkat sebanyak jiwa atau sebesar 16,30% (yoy) dibandingkan dengan kondisi pada bulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu jika dibandingkan dengan kondisi pada bulan triwulan III 2017(Grafik 6.2). Peningkatan ini Februari 2017, peningkatan jumlah disebabkan oleh kegiatan pemerintah/proyek pengangguran hanya sebesar 0,17%. Hal ini swasta yang meningkat. menunjukkan bahwa kecenderungan meningkatnya pengangguran sudah terjadi Dengan kondisi tersebut, berdasarkan data sejak awal tahun BPS Provinsi Sulawesi Tenggara jumlah penduduk yang bekerja mencapai Dengan demikian, tingkat pengangguran jiwa pada bulan Agustus Jika terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara pada dibandingkan dengan kondisi tahun bulan Agustus 2017 tercatat sebesar 3,30% sebelumnya, jumlah penduduk bekerja atau meningkat dibandingkan dengan kondisi tersebut mengalami penurunan sebesar pada bulan Agustus 2016 yang tercatat 4,80% (yoy), sementara jika dibandingkan sebesar 2,72%. dengan kondisi bulan Februari 2017, terjadi penurunan sebesar 4,98%. Jika dilihat dari sektor ekonominya, sektor pertanian masih menjadi dominasi penyerap tenaga kerja yaitu sebesar 37,07% disusul 6.2. KESEJAHTERAAN Penghasilan Petani (NTP) Sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi, kesejahteraan masyarakat Sulawesi Penghasilan Saat ini Perikanan Peternakan Perkebunan Rakyat Hortikultura Tanaman Pangan Total I II III IV I II III IV I II III IV I II III II 2017 III Sumber: SK KPw BI Sultra, diolah Sumber: BPS Prov Sultra, diolah Grafik 6.3 Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 6.4 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Sulawesi Tenggara 87

100 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA November 2017 Kondisi Tenaga Kerja & Kesejahteraan Tenggara cenderung mengalami penurunan pada triwulan III Hal ini terlihat dari penurunan indeks penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode tersebut jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. NTP merupakan suatu indikator perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan Indeks harga yang dibayar petani. Oleh karena itu, NTP dapat dijadikan alat ukur untuk tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya yang bekerja di sektor pertanian. Pada triwulan III 2017, NTP Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 94,1 atau sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan II 2017 yang tercatat sebesar 94,7(Grafik 6.4). Penurunan NTP terjadi pada subsektor perkebunan rakyat dan tanaman pangan. Sementara subsektor perikanan, peternakan, dan hortikultura tercatat mengalami kenaikan pada triwulan III 2017 ini. Subsektor yang memiliki NTP di atas 100 adalah subsektor perikanan dengan NTP 114,1 dan peternakan dengan NTP 105,1. Sementara 3 subsektor lainnya memiliki NTP di bawah 100, yang berarti bahwa total pendapatan yang diterima oleh para petani pada subsektor tersebut lebih rendah dibandingkan dengan total pengeluaran untuk memproduksi hasil usahanya. 88 Penghasilan Umum Penurunan kesejahteraan juga terjadi pada tingkat konsumen yang dicerminkan pada terjadinya penurunan tingkat penghasilan masyarakat. Hal ini terlihat dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara yang menunjukkan penurunan Indeks Penghasilan Konsumen (IPK) dari 122,7 pada triwulan II 2017 menjadi 119 pada triwulan III 2017(Grafik 6.3). Penurunan ini terus terjadi sejak awal tahun 2017 hingga triwulan III 2017.

101 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 7

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan Edisi Agustus 217 Buku Kajian Ekonomi dan Regional ini Diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Jl. Mulawarman No. 123, Kota Tarakan 77117 No. Telp: 551-38 7777. Fax:

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 2017 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Menyongsong Pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang Berkualitas Februari 2017 Untuk

Lebih terperinci

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi...

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang NTT (38) 832-364 / 827-916 ; fax : [38] 822-13 www.bi.go.id Daftar Isi

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 218 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Agustus 2016 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Mengoptimalkan Potensi Perekonomian Domestik Sumatera Utara Februari 2017 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada

Lebih terperinci