KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan

2

3 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) periode triwulan III 2014 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel makro ekonomi di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihakpihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalsel. Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja perekonomian Kalsel pada triwulan III 2014 mencatat pertumbuhan yang stabil sebesar 4,8% (yoy). Hal ini tidak terlepas dari peningkatan kinerja sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih tumbuh tinggi dapat menopang perekonomian Kalsel pada triwulan tersebut. Sementara itu, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi Kalimantan Selatan yang diwakili Kota Banjarmasin dan Tanjung tercatat sebesar 4,80 % (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,83%, yoy). Menurunnya inflasi Kalimantan Selatan tersebut terutama didorong oleh penurunan indeks harga kelompok barang lainnya khususnya kelompok bahan makanan. Beberapa komoditas pangan strategis mengalami koreksi harga berkat membaiknya pasokan dan distribusi dari daerah produsen maupun dari kapasitas lokal. Dari sisi perbankan, kinerja intermediasi perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 menunjukkan perlambatan. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 8,40% (yoy) dan kredit tumbuh 9,66% (yoy), dengan tingkat LDR mencapai 123,35%. Ke depan, kami memperkirakan prospek ekonomi Kalimantan pada triwulan IV 2014 tumbuh pada kisaran 4,7% 5,1% (yoy). Peningkatan terutama disumbang oleh peningkatan kinerja sektor perkebunan kelapa sawit dan karet. Selain itu, konsumsi rumah tangga dan kegiatan investasi masih menopang perekonomian Kalsel. Di sisi lain, tekanan inflasi pada Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014 i i

4 Kata Pengantar triwulan IV 2014 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu pada kisaran 5,3% 5,7% (yoy). Kesimpulan di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II juga berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan dinas dinas terkait, BPS Kalimantan Selatan, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, serta berbagai perusahaan, serta asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini. Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkah langkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik Banjarmasin, 17 November 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH KALIMANTAN Mokhammad Dadi Aryadi Direktur Eksekutif ii Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

5 Daftar Isi DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... KETERANGAN DAN SUMBER DATA... TABEL INDIKATOR TERPILIH... i iii v vii ix xi RINGKASAN EKSEKUTIF BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sisi Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Pemerintah Investasi Perkembangan Ekspor Perkembangan Impor Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah Sektor Pertanian Sektor Pertambangan Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kondisi Umum Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi BOKS : Hubungan Kenaikan BBM dan UMP Mempengaruhi Tekanan Inflasi dari Sisi Suplai BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Perbankan Intermediasi Perbankan Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi Ketahanan Sektor Rumah Tangga Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Perkembangan Sistem Pembayaran Transaksi Pembayaran Non Tunai Transaksi Pembayaran Tunai BOKS : Bank Indonesia Luncurkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) BAB 4. KEUANGAN DAERAH Realisasi Pos Pendapatan Daerah Realisasi Belanjar Daerah BOKS : Keterkaitan Perekonomian dan PAD di Kalimantan Selatan BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Ketenagakerjaan Kesejahteraan BOKS : UMP dan Daya Saing Tenaga Kerja Kalimantan Selatan Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014 iii

6 Daftar Isi BAB 6. PROSPEK EKONOMI Prakiraan Kondisi Makro Ekonomi Prakiraan Inflasi DAFTAR ISTILAH TIM PENYUSUN iv Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

7 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan... 9 Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (%,yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tingkat Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Tingkat Inflasi Kota Banjarmasin Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy) Menurut Kelompok Tingkat Inflasi Kota Tanjung Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy) Menurut Kelompok Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar).. 52 Tabel 5.1. Tabel 5.2. Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 5.5. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (%) Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (%) Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2007) Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014 v v

8

9 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan... 9 Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.3. Indeks Penghasilan & Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 1.4. Indeks Tedensi Konsumen Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Kalimantan Selatan Grafik 1.6. Realisasi Investasi PMA Grafik 1.7. Jumlah Proyek Investasi PMA Grafik 1.8. Realisasi Investasi PMDN Grafik 1.9. Jumlah Proyek Investasi PMDN Grafik Kredit Investasi Grafik Volume Bongkar Barang Modal Grafik Nilai Ekspor LN Kalsel Grafik Volume Ekspor LN Kalsel Grafik Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Grafik Tujuan Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas Grafik Volume Impor Barang Dari Provinsi Lain Via Pelabuhan Grafik Nilai Impor LN Kalsel Grafik Kredit Sektor Pertanian Lokasi Proyek Grafik Luas Lahan Panen Padi Kalsel Grafik Produksi Kelapa Sawit (Tandan Buah Segar) Grafik Produksi karet Grafik Volume Ekspor Batubara Grafik Stok Batubara Taboneo Grafik Produksi Batubara Grafik Kredit Sektor Pertambangan Grafik Ekspor CPO Kalsel Grafik Produksi CPO Grafik Volume Muat Komoditas Kayu Lapis di Pelabuhan Grafik Kredit Sektor Industri Pengolahan Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan, Kalimantan, dan Nasional Grafik 2.2. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Grafik 2.3. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Grafik 2.4. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan Grafik 2.5. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran di Tw III Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Menurut Komponen Penyebab Grafik 2.7. Perkembangan Harga Komoditas Harga Pangan Grafik 2.8. Perkembangan Beberapa Harga Komoditas Global Grafik 2.9. Perkembangan Kurs Rupiah Grafik Ekspektasi Inflasi Konsumen Grafik Ekspektasi Kenaikan Harga Kelompok (SK) Grafik 3.1. Kinerja Penyaluran Kredit Perbankan Grafik 3.2. Kinerja Kredit, DPK dan LDR Grafik 3.3. Penyaluran Jenis Kredit Perbankan Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014 vii vii

10 Daftar Grafik Grafik 3.5. NPL Kredit Sektor Utama Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 3.7. NPL Kredit Rumah Tangga Grafik 3.8. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM Grafik 3.9. Transaksi RTGS Per Hari Grafik Transaksi Kliring Grafik Perkembangan Inflow Outflow Grafik Perkembangan Jumlah Uang Palsu Grafik 4.1. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Dalam APBD Triwulan III Grafik 4.2. Rasio Kemandirian Daerah / Desentralisasi Fiskal Grafik 4.3. Prosentase Realisasi Belanja OperasiTerhadap Anggaran Belanja Total Grafik 4.4. Rasio Realisasi Belanja Modal Terhadap Belanja Total Grafik 5.1. TPAK dan TPT Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalsel Grafik 5.2. Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Grafik 5.3. Upah Rill di Kalimantan Selatan Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel Grafik 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia Grafik 6.2. Ekspektasi Kegiatan Usaha Grafik 6.3. Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang viii Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

11 KETERANGAN DAN SUMBER DATA Buku Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi PDIE-Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan. Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis. Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring KPw Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan). Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan. Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil SKDU KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi dan moneter dengan didukung oleh hasil survei yang dilakukan KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan seperti SKDU, SK, dan SPE. Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian di antaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014 ix ix

12 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trus and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork. Visi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasiona. Misi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan. x Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

13 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO IHK Kalimantan Selatan Inflasi Kalimantan Selatan (y-o-y) IHK Banjarmasin Inflasi Banjarmasin (y-o-y) IHK Tanjung Inflasi Tanjung (y-o-y) PDRB Harga Konstan (Rp Miliar) TW - I TW - II TW - III TW - IV TW - I TW - II TW - III 135,4 143,47 146,00 145,71 151,02 153,49 108,32 110,91 111,66 3,98 5,96 5,25 4,74 7,09 6,98 4,89 6,81 4,81 135,4 143,47 146,00 145,71 151,02 153,49 108,22 110,91 111,63 3,98 5,96 5,25 4,74 7,09 6,98 4,84 6,81 4,67 109,57 111,79 112,10 5,49 7,02 6,54 Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) TAHUN 2011 TAHUN ,12% 5,72% 5,57% 5,05% 4,77% 5,40% 5,50% 4,81% 4,78% ,5 626,3 69,4 44,8 124,8 62,3 106,9 65,5 34,6 279,2 197,4 26,5 31,5 68,3 49,0 56,6 61,1 50,2 b. Perbankan INDIKATOR Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III PERBANKAN Bank Umum (Rp miliar) Total Asset DPK Giro Tabungan Deposito Kredit - Lokasi Proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR - Lokasi Proyek 101,98% 107,78% 113,33% 115,90% 121,94% 118,03% 121,15% 118,61% 123,35% Kredit - Lokasi Bank Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR 74,61% 78,73% 79,63% 82,37% 84,50% 87,13% 88,00% 86,98% 86,92% NPL 1,61% 1,24% 1,44% 1,42% 1,42% 1,38% 1,78% 2,22% 2,79% Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014 xi xi

14 c. Sistem Pembayaran Indikator Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Posisi Kas Gabungan (Rp miliar) Inflow (Rp miliar) Outflow (Rp miliar) Pemusnahan Uang (Rp miliar) Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) Volume Transaksi RTGS (ribu lbr) Nominal Kliring (Rp Miliar) Volume Kliring (ribu lbr) Rata-rata Harian Nominal Kliring 64,62 67,82 73,01 66,40 67,62 71,30 65,52 73,29 60,65 Rata-rata Harian Volume Kliring (ribu lbr) 1,22 1,31 1,35 1,32 1,26 1,34 1,30 1,57 1,25 Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar) Volume Kliring Pengembalian (lembar) Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian 1,71 1,93 1,95 1,68 2,55 6,34 1,93 2,51 1,85 (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar) Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong (%) 1,98 2,00 2,23 2,03 2,32 8,45 2,46 2,21 1,79 Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong (%) 2,27 2,49 2,16 2,30 2,52 2,34 2,32 2,26 2,26 xii Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

15 RINGKASAN EKSEKUTIF

16

17 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 tumbuh relatif stabil yakni sebesar 4,8% (yoy). Stabilnya pertumbuhan ini terjadi ditopang oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Pasca disepakatinya hasil renegosiasi kontrak perusahaan pertambangan batubara mendorong pelaku usaha tambang untuk mengejar target produksi dan meningkatkan kinerja di sektor pertambangan. Selain itu, mulai dioperasikannya smelter bijih besi dan diberikannya izin ekspor konsentrat turut mendorong perbaikan kinerja sektor tersebut. Namun, menurunnya kinerja produksi pertanian, khususnya tanaman bahan makanan (padi), menyebabkan perlambatan kinerja sektor pertanian dan menahan laju perekonomian di triwulan tersebut. Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2014 sebesar 4,8% (yoy), masih stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi permintaan, stabilnya perekonomian disebabkan oleh peningkatan konsumsi dan investasi namun tertahan oleh ekspor yang terkontraksi. Peningkatan konsumsi terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga seiring dengan peningkatan penghasilan dari sektor pertambangan dan industri pengolahan. Adapun kegiatan investasi didorong oleh masih berlangsungnya beberapa proyek pembangunan infrastruktur seperti jalan, pembangkit listrik dan jembatan. Sementara itu, ekspor Kalimantan Selatan yang didominasi oleh ekspor komoditas batubara masih mengalami kontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi Tiongkok. Dari sisi penawaran atau sektoral, stabilnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 ditopang oleh membaiknya aktivitas produksi di sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Kinerja produksi pertambangan yang membaik didorong oleh adanya peningkatan produksi batubara dan telah beroperasinya smelter bijih besi di Pulau Sebuku. Selain itu, konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh tinggi seiring dengan faktor musiman liburan sekolah dan penyelenggaraan ibadah Ramadhan dan Idul Kegiatan konsumsi dan investasi sebagai penopang perekonomian Kalsel di tengah kegiatan ekspor yang masih terkontraksi. Stabilnya sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan menjadi penopang stabilnya laju pertumbuhan perekonomian Kalsel Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

18 Ringkasan Eksekutif Fitri turut mendorong peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Sementara itu, kinerja sektor pertanian yang melambat menahan laju perekonomian Kalimantan Selatan. Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan produksi padi terkait dengan cuaca yang lebih kering di triwulan III ASESMEN INFLASI Laju inflasi Kalsel pada triwulan III 2014 sebesar 4,80% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya karena hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM dan terjaganya pasokan komoditas pangan Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat 4,80% (yoy), menurun bila dibandingkan dengan triwulan II 2014 (6,83%, yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM yang terjadi pada triwulan II 2013, serta relatif terjaganya tekanan inflasi pada perayaan bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Terjaganya pasokan dan kembali normalnya permintaan masyarakat terhadap komoditas pangan strategis pada akhir triwulan III 2014 mendorong terjadinya deflasi pada kelompok volatile food yang menjadi salah satu faktor penurunan inflasi Kalimantan Selatan. Di sisi lain, tekanan inflasi pada triwulan III 2014 didorong oleh kelompok administered prices yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga LPG 12 Kg dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap kedua. Sedangkan pada kelompok inti (core inflation), inflasi terjadi pada kelompok biaya/tarif pendidikan, rekreasi dan olahraga; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Pada triwulan III 2014, pertumbuhan DPK melambat menjadi 8,40%(yoy), kredit perbankan tumbuh 9,66% (yoy). PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja intermediasi perbankan Provinsi Kalimantan Selatan mengalami perlambatan, baik dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun penyaluran kredit. Pertumbuhan penghimpunan DPK mengalami perlambatan dari 9,55% (yoy) pada Triwulan II-2014 menjadi 8,40% (yoy) pada Triwulan III Perlambatan penghimpunan DPK dipicu oleh perlambatan dari dana tabungan yang tumbuh melambat sejalan dengan penurunan suku bunga 2 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

19 dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kredit perbankan juga tumbuh melambat dari 11,20%(yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 9,66%(yoy)pada triwulan III Perlambatan kinerja kredit dipicu oleh melambatnya pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Melambatnya kredit modal kerja dipengaruhi oleh kinerja sektor pertanian yang melambat terkait turunnya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Sementara itu, perlambatan kredit konsumsi merupakan konsekuensi dari meningkatnya suku bunga kredit konsumsi dari 12,39% menjadi 12,45% (Suku Bunga Tertimbang). Perlambatan kredit konsumsi ini terutama terjadi pada kredit barang elektronik dan kredit perumahan, yang merupakan dampak penerapan kebijakan Loan-to-Value (LTV) Bank Indonesia. Kualitas kredit yang disalurkan kepada sektor ekonomi maupun sektor rumah tangga Provinsi Kalimantan Selatan mengalami sedikit penurunan pada triwulan III 2014, walaupun masih dalam batas aman. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) sektor ekonomi meningkat dari 2,21% pada tiwulan II 2014 menjadi 2,79% pada triwulan III Kenaikan ini terutama dipicu oleh tekanan di sektor pertanian, PHR, pertambangan dan konstruksi. Rasio NPL sektor rumah tangga juga meningkat dari 1,74% pada tiwulan II 2014 menjadi 1,79% pada triwulan III Kondisi ini diperkirakan terkait pendapatan masyarakat yang mengalami penurunan sebagaimana terindikasi dari hasil Indeks Penghasilan Konsumen pada Survei Konsumen yang turun dari 147,1 pada triwulan II menjadi 139,6 pada triwulan III Ringkasan Eksekutif NPL sektor ekonomi mengalami peningkatan dari 2,21% pada triwulan II 2014 menjadi 2,79% pada triwulan III NPL rumah tangga juga mengalami peningkatan dari 1,74% menjadi 1,79%. Perlambatan terjadi pada transaksi pembayaran secara non tunai, walaupun secara tunai mengalami peningkatan. Transaksi pembayaran non tunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini sejalan dengan melemahnya aktivitas perekonomian pada triwulan III-2014, khususnya pada sektor utama Provinsi Kalimantan Selatan. Pertumbuhan nilai transaksi RTGS Per Hari melambat -14,60% (yoy) dengan pertumbuhan volume sebesar - 15,08% (yoy). Sejalan dengan peningkatan transaksi BI-RTGS, transaksi pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Transaksi pembayaran secara non tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mengalami perlambatan, sedangkan transaksi pembayaran secara tunai mengalami peningkatan. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

20 Ringkasan Eksekutif Bank Indonesia (SKNBI) juga mengalami perlambatan pada Triwulan III-2014, baik dari sisi volume maupun nominalnya. Pertumbuhan nilai transaksi SKNBI Per Hari melambat -15,95% (yoy) dengan pertumbuhan volume -14,10% (yoy). Transaksi pembayaran tunai pada triwulan III-2014 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II Data terkini mencatat net inflow sebesar Rp 1,03 triliun pada triwulan III- 2014, atau meningkat sebesar 77,61% (qtq) dari Rp 576,57 miliar pada triwulan II Meskipun jumlah uang keluar (outflow) mengalami peningkatan seiring persiapan tahun ajaran baru dan bulan Ramadhan serta hari raya Idul Fitri, namun jumlah uang masuk (inflow) juga meningkat lebih tajam. Meningkatnya aliran uang masuk diperkirakan berasal dari masyarakat luar daerah yang datang ke Kalimantan Selatan untuk berbelanja sekaligus merayakan Hari Raya Idul Fitri dan sisa libur sekolah menjelang tahun ajaran baru. KEUANGAN DAERAH Realisasi keuangan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan belum optimal dibandingkan dengan periode yang sama tahun Sampai dengan triwulan III-2014, realisasi keuangan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan relatif masih belum optimal. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2013, realisasi pendapatan daerah tercatat mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang baru mencapai 74,51% atau sedikit mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang realisasinya mencapai 76,21%, atau mengalami penurunan realisasi sebesar 1,59%. Sementara untuk belanja daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan relatif relatif masih mengikuti pola realisasi anggaran yang 58,03% baik pada triwulan III-2014 maupun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Total realisasi belanja daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 sebesar Rp3,07 triliun dari rencana belanja daerah sebesar Rp5,29 triliun. 4 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

21 Ringkasan Eksekutif KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Seiring dengan tren perlambatan kinerja perekonomian Kalimantan Selatan, pada triwulan III-2014 kondisi ketenagakerjaan memperlihatkan adanya pelemahan. Pada triwulan laporan, penyerapan tenaga kerja memperlihatkan kecenderungan melambat sebagaimana terindikasi dari hasil survei Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan yang mencatat beberapa penurunan pada beberapa indikator ketenagakerjaan dan peningkatan pada indikator pengangguran. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan pada triwulan laporan secara umum juga memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Berbagai indikator seperti daya beli masyarakat dari hasil Survei Konsumen memperlihatkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini mengalami mengalami penurunan. Selain itu Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalsel juga mengalami penurunan pada triwulan laporan. Pelemahan ketenagakerjaan akibat kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan yang masih terbatas PROSPEK EKONOMI Pada triwulan IV 2014 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diperkirakan mengalami peningkatan di tengah tekanan inflasi yang cenderung meningkat. Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan IV 2014 diprakirakan berada pada kisaran 4,7% - 5,1% (yoy). Adapun untuk keseluruhan tahun 2014, perkiraan perekonomian Kalsel berada pada kisaran 4,8% - 5,2% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan terutama disumbang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan peningkatan penghasilan masyarakat. Ekspor luar negeri yang masih mengalami kontraksi meskipun tidak sedalam periode sebelumnya karena terbantu oleh peningkatan permintaan dari India. Sementara itu kegiatan investasi masih menopang perekonomian Kalsel dengan adanya beberapa proyek Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan IV 2014 diperkirakan sebesar 4,7%- 5,1% (yoy) sehingga untuk tahun 2014 tumbuh sebesar 4,8 5,2% (yoy). Pergeseran masa panen padi dan cuaca yang mendukung kelapa sawit dan karet akan mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalsel yang bersumber dai sektor pertanian dan industri pengolahan. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

22 Ringkasan Eksekutif pembangunan infrastruktur dan smelter. Dari sisi sektoral, peningkatan diperkirakan terjadi karena adanya perbaikan kinerja pada sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Bergesernya sebagian panen padi ke triwulan IV 2014 diperkirakan akan menambah produksi pada triwulan tersebut, selain itu kondisi cuaca yang mendukung produksi kelapa sawit dan karet diperkirakan akan semakin meningkatkan kinerja sektor pertanian. Seiring dengan bahan baku kelapa sawit yang melimpah, produksi CPO diperkirakan akan meningkat dan mendorong kinerja sektor industri pengolahan. Sementara itu, sektor pertambangan diperkirakan akan mengalami perlambatan seiring dengan masih berlangsungnya konsolidasi berkaitan dengan pergeseran ekspor batubara ke Tiongkok menjadi ekspor ke India. PROSPEK INFLASI Laju inflasi d triwulan IV diperkirakan pada kisaran 5,3%-5,7% (yoy). Tekanan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan terakhir di tahun 2014 diperkirakan terus meningkat, bahkan berpotensi melampaui sasaran inflasi yang ditetapkan jika Pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi. Dengan mempertimbangkan berbagai potensi resiko yang ada dan tanpa menghitung dampak rencana kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir tahun diprakirakan mencapai 5,3% - 5,7%. Secara historis Inflasi pada triwulan IV, khususnya bulan November dan Desember cenderung tinggi dan pada tahun ini juga dihadapkan pada sejumlah faktor yang berpotensi semakin mendorong tingginya inflasi di akhir Sejumlah faktor yang berpotensi semakin mendorong tingginya inflasi di akhir 2014 antara lain peningkatani Tarif Tenaga Listrik (TTL), kenaikan tarif batas atas angkutan udara, terjadinya El Nino, kenaikan harga LPG 12KG, dan berhentinya penyaluran RASKIN. Dari sisi permintaan diperkiraan juga akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya ekspektasi inflasi pada triwulan IV 2014 yang didorong oleh wacana peningkatan BBM berubsidi, khususnya pada beberapa komoditas yang secara suplai tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi lokal seperti beberapa produk hortikultura, beras, dan telur ayam ras. 6 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

23 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional paman BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

24

25 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian Kalimantan Selatan sampai dengan triwulan III 2014 tumbuh stabil pada kisaran 4,8% (yoy). Pada periode tersebut, stabilnya perekonomian Kalimantan Selatan didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Telah ditandatanganinya renegosiasi kontrak perusahaan pertambangan batubara menyebabkan perusahaan tersebut mengejar target produksi dan meningkatkan kinerja di sektor pertambangan. Telah dioperasikannya smelter bijih besi dan diberikannya izin ekspor konsentrat turut mendorong perbaikan kinerja sektor tersebut. Sementara itu, menurunnya produksi tanaman bahan makanan (padi) menyebabkan perlambatan kinerja sektor pertanian dan menahan laju perekonomian di triwulan tersebut. Pertumbuhan Kalsel (yoy) Pertumbuhan Nasional (yoy) 5,1% 4,8% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: BPS, BPS Kalimantan Selatan Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan 1. SISI PERMINTAAN Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan Penggunaan Pangsa % SOG % I II III IV I II III Tw III 2014 Konsumsi Rumahtangga 7,8 7,4 6,9 6,6 6,6 7,1 7,4 44,7 3,2 Konsumsi Pemerintah 6,0 6,9 10,6 8,7 8,9 6,7 9,2 14,0 1,2 PMTB (Investasi) 10,0 10,3 10,0 7,0 7,1 10,8 12,1 19,8 2,2 Ekspor 12,4-5,4-5,2-3,8-7,6-2,1-1,2 51,9-0,7 Impor 3,8 0,6 3,6 3,2 3,4 6,0 3,2-39,6-1,3 PDRB 5,6 5,1 4,8 5,4 5,5 4,8 4,8 4,9 Keterangan: PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (sumber pertumbuhan); yoy Sumber: BPS Kalimantan Selatan (diolah) Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

26 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Dari sisi permintaan, stabilnya perekonomian disebabkan oleh peningkatan konsumsi dan investasi namun tertahan oleh ekspor yang terkontraksi. Peningkatan konsumsi terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga seiring dengan peningkatan penghasilan dari sektor pertambangan dan industri pengolahan. Adapun kegiatan investasi didorong oleh masih berlangsungnya beberapa proyek pembangunan infrastruktur seperti jalan, pembangkit listrik dan jembatan. Sementara itu, ekspor Kalimantan Selatan yang didominasi oleh ekspor komoditas batubara masih mengalami kontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi Tiongkok Konsumsi Rumah Tangga Kegiatan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2014 tumbuh meningkat menjadi 7,4% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 7,1% (yoy). Perbaikan kinerja sektor pertambangan dan industri pengolahan masih memberikan keyakinan kepada rumah tangga untuk menerima tambahan penghasilan. Peningkatan konsumsi pada triwulan tersebut juga didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat terkait dengan perayaan hari besar keagamaan terutama bulan Ramadhan dan Idul Fitri Indeks Pembelian Barang Tahan Lama Indeks Penghasilan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja IKE - Kondisi Ekonomi Saat Ini IEK - Ekspektasi Konsumen IKK - Indeks Keyakinan Konsumen I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan) Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan) Grafik 1.3. Indeks Penghasilan & Ketersediaan Lapangan Kerja Kondisi tersebut tercermin juga dari hasil Survei Konsumen (Bank Indonesia) dan Indeks Tendensi Konsumen (BPS). Pada survei konsumen, konsumsi lebih banyak terjadi pada pembelian barang konsumsi tahan lama seperti otomotif dan perlengkapan rumah tangga. Sementara itu, dari indeks tendensi konsumen terjadinya peningkatan juga didorong oleh meningkatnya konsumsi makanan dan minuman. Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat di triwulan III 2014 tersebut juga tercermin dari meningkatkan realisasi penyaluran kredit konsumsi. Pada akhir triwulan III 2014, kredit konsumsi tercatat mencapai Rp16,2 triliun, atau bertambah sebesar Rp364 miliar dari posisi akhir triwulan II Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

27 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Indeks I II III IV I II III IV I II III Indeks Tendensi Konsumsi Kaitan inflasi dengan konsumsi Pendapatan rumah tangga Konsumsi food & non food Sumber: BPS Kalimantan Selatan Grafik 1.4. Indeks Tendensi Konsumen Kredit (Rp triliun) 19,0 17,0 15,0 13,0 11,0 9,0 7,0 5,0 15,8 16,2 13,5 %, yoy 30,0 10,3 I II III IV I II III IV I II III Kredit Konsumsi gkredit Konsumsi (sk. Kanan) Sumber: BPS Kalimantan Selatan Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Kalimantan Selatan 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0, Pengeluaran Pemerintah Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja pemerintah pada triwulan III 2014 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan tersebut mencapai 9,2% (yoy), sementara pada triwulan II 2014 hanya tumbuh 6,7% (yoy). Hal ini terlihat dari realisasi belanja operasi yang lebih baik daripada realisasi tahun lalu pada periode yang sama. Realisasi belanja operasi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 berhasil mencapai 62,25% dari total anggaran. Sementara itu pada triwulan III 2013 yang lalu, realisasi belanja operasional hanya mencapai 62,07% dari total anggaran. Dari realisasi belanja operasi tersebut yang mengalami pencapaian terbesar adalah belaja bantuan sosial (realisasi 69,78%) dan belanja pegawai (60,78%) Investasi Kegiatan investasi di Kalimantan Selatan turut menopang stabilnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III Pertumbuhan investasi tercatat sebesar 12,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh 10,8% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan adanya peningkatan realisasi investasi PMDN pada triwulan tersebut. Nilai investasi PMDN tercatat mencapai Rp1,7 triliun (tumbuh 488,9%, yoy) untuk 14 proyek investasi. Meningkatnya produksi kelapa sawit di Kalimantan Selatan dan rencana hilirisasi produk CPO turut mendorong investasi perusahaan pengolahan CPO. Selain itu, pemberlakukan UU Minerba mendorong perusahaan tambang membangun smelter bijih besi. Pada penanaman modal asing, kegiatan investasi tercatat mengalami perlambatan. Pada triwulan III 2014, realisasi PMA hanya sebesar US$77,5 juta, tumbuh 0,3% (yoy). Peningkatan investasi juga terjadi investasi bangunan. Hal ini sejalan dengan peningkatan kinerja sektor bangunan dari semula tumbuh 7,3% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 7,6% (yoy) pada Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

28 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional triwulan III Beberapa faktor yang mendorong peningkatan kinerja investasi bangunan/ perumahan adalah menguatnya rupiah, suku bunga kredit yang masih stabil, pertambahan penduduk dan pendatang, dan peningkatan penghasilan masyarakat. Kondisi ini tercermin dari volume bongkar barang modal (berupa bahan bangunan) di pelabuhan Banjarmasin yang mengalami peningkatan dan tumbuh sebesar 24,0% (yoy). Selain itu, kredit investasi juga masih dapat tumbuh 18,5% (yoy) Juta US$ Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Grafik 1.6. Realisasi Investasi PMA 500% 400% 300% 200% 100% 0% -100% -200% I II III IV I II III IV I II III Realisasi Investasi PMA Pertumbuhan yoy (sb.kanan) % 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% I II III IV I II III IV I II III Proyek Investasi PMA Pertumbuhan yoy (sb.kanan) Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Grafik 1.7. Jumlah Proyek Investasi PMA 4000 Miliar Rp 1000% % % 600% 400% 200% 0% % 200% 100% 0% -100% -200% 0-200% I II III IV I II III IV I II III Realisasi Investasi PMDN Pertumbuhan yoy (sb.kanan) Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Grafik 1.8. Realisasi Investasi PMDN 0-300% I II III IV I II III IV I II III Proyek Investasi PMDN Pertumbuhan yoy (sb.kanan) Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Grafik 1.9. Jumlah Proyek Investasi PMDN Selain itu, peningkatan pertumbuhan investasi Kalimantan Selatan pada periode laporan turut disumbang oleh peningkatan realisasi belanja modal pemerintah. Beberapa proyek infrastruktur pemerintah masih terus berjalan terutama untuk proyek multiyears seperti pembangunan jalan layang Gatot Subroto di Banjarmasin, beberapa jembatan, peningkatan dan pelebaran beberapa ruas jalan. Realisasi belanja modal pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mencapai 46,1% dari target, dimana pencapaian tersebut lebih tinggi daripada realisasi pada tahun 2013 yang hanya mencapai 44,1%. 12 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

29 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kredit (Rp triliun) 19,0 17,0 15,0 13,0 11,0 9,0 7,0 5,0 Sumber: KSOP Banjarmasin Grafik Kredit Investasi 15,0 12,4 %, yoy 16,1 I II III IV I II III IV I II III Kredit Investasi gkredit Investasi (sb.kanan) 18,5 50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0, Ribu Ton 24,0% %, yoy Sumber: KSOP Banjarmasin Grafik Volume Bongkar Barang Modal 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% I II III IV I II III IV I II III Vol Bongkar Barang Modal Pertumbuhan yoy (skala kanan) 1.4. Perkembangan Ekspor Pada triwulan III 2014 ekspor Kalimantan Selatan (ke luar negeri dan provinsi lain) masih menunjukkan kontraksi meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Secara total, ekspor Kalimantan Selatan mengalami penurunan sebesar 1,2% (yoy), setelah pada triwulan II 2014 turun sebesar 2,1% (yoy). Hampir sama dengan kondisi pada triwulan sebelumnya, kinerja ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 tersebut dipengaruhi penurunan ekspor hasil pertambangan batubara ke luar negeri. Penurunan ekspor batubara tersebut lebih dominan disebabkan karena permintaan Tiongkok yang menurun, seiring dengan pelemahan ekonomi Tiongkok, depresiasi mata uang Renminbi dan persediaan batu bara yang masih tinggi di negara tersebut. Meskipun demikian, ekspor batubara ke India yang semakin membesar menyebabkan arah ekspor Kalimantan Selatan menjadi lebih baik. Perbaikan juga disumbang oleh ekspor hasil smelter bijih besi yang sudah beroperasi dan mendapatkan rekomendasi ekspor. Berdasarkan data Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai, nilai ekspor Kalimantan Selatan ke luar negeri pada triwulan III 2014 mencapai US$1,78 miliar, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang sebesar US$2,02 miliar. Dari sisi volume, ekspor juga menunjukkan penurunan. Jumlah barang yang diekspor ke luar negeri pada triwulan III 2014 hanya sebesar 32,1 juta ton, sementara di triwulan sebelumnya dapat mencapai 34,9 juta ton. Dilihat jenis komoditasnya, produk utama yang diekspor pada triwulan III 2014 masih didominasi oleh komoditas batubara sebesar 77% dari total ekspor Kalimantan Selatan, diikuti dengan crude palm oil (CPO) sebesar 14% dan produk kayu sebesar 3%. Sementara jika dilihat dari negara tujuannya, terjadi pergesaran dominasi ekspor ke Tiongkok menjadi ekspor ke India. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

30 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional USD Juta %,yoy 40% % % % % % % 0-30% I II III IV I II III IV I II III Nilai Ekspor Pertumbuhan (sb. kanan) Grafik Nilai Ekspor LN Kalimantan Selatan Ribu Ton I II III IV I 2012 Volume Ekspor %, yoy 40% 35% 30% 25% % 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% II III IV I II III Pertumbuhan (sb. kanan) Grafik Volume Ekspor LN Kalimantan Selatan Karet Kayu 3% 3% Lain 3% CPO 14% Batubara 77% Grafik Pangsaa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas Di sisi ekspor antar daerah, peningkatan aktivitas muat barang untuk dalam negeri pada pelabuhan Banjarmasin mendukung perbaikan ekspor Kalimantan Selatan. Padaa triwulan III 2014, total barang yang dimuat untuk dikirim ke daerah lain mencapai 1,29 ribu ton, atau tumbuh sebesar 20,2% (yoy). Komoditas yang tercatat mengalami peningkatan diekspor ke daerah lain adalah CPO, karet alam olahan dan bijih besi Perkembangan Impor Impor Kalimantan Selatan (dari luar negeri dan provinsi lain) l pada triwulan III 2014 mengalami perlambatan sebesar 3,2% (yoy). Nominal impor pada triwulan tersebut tercatat sebesar Rp11,13 triliun (harga berlaku) dimana sebanyak 77,1% merupakan m aktivitas impor antar provinsi dan 22,9% merupakan aktivitas impor luar negeri. Melambatnya aktivitas impor terutama disebabkan penurunann impor dari luar negeri. 14 Kajian Ekonomi Keuangann Regional Provinsi Kalimantan Selatann Triwulan III 2014

31 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Ribu Ton 50% 39,4% 40% 30% 20% 10% 0% USD Juta 150% 100% 50% 0% % 50-50% - -20% I II III IV I II III IV I II III Total Volume Bongkar Barang* Pertumbuhan yoy (sb.kanan) Sumber: KSOP Banjarmasin Grafik Volume Impor Barang Dari Provinsi Lain Via Pelabuhan *) Total volume bongkar tidak termasuk batubara 0 I II III IV I II III IV I II III Nilai impor Pertumbuhan (sb. kanan) Sumber: KSOP Banjarmasin Grafik Nilai Impor LN Kalimantan Selatan -100% Dari sisi impor luar negeri, aktivitas impor pada triwulan III 2014 menunjukkan penurunan. Total impor Kalimantan Selatan yang berasal dari negara lain mencapai US34,6 juta, atau mengalami kontraksi sebesar 72,3% (yoy). Adapun jumlah volume impor mencapai 50,2 ribu ton dimana sebanyak 79% merupakan impor bahan baku dan 21% merupakan impor barang modal. Sementara dari sisi impor antar daerah, peningkatan aktivitas bongkar barang di pelabuhan Banjarmasin menunjukkan impor antar daerah masih menopang impor Kalimantan Selatan secara keseluruhan. Pada triwulan III 2014, total barang yang dibongkar berasal dari daerah lain mencapai 19,4 ribu ton, atau tumbuh sebesar 5,6% (yoy). Komoditas impor dari daerah lain yang tercatat meningkat adalah beras, jagung dan tepung terigu. 2. SISI PENAWARAN: SEKTOR UTAMA DAERAH Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (%, yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan Lapangan Usaha Pangsa % SOG % I II III IV I II III Tw III 2014 Pertanian 4,2 2,6 2,4 2,2 2,6 3,5 2,2 26,03 1,25 Pertambangan 2,6 1,6 0,8 1,1 0,8 0,1 1,4 18,66 0,89 Industri Pengolahan 4,6 5,1 3,3 4,1 4,7 4,6 4,9 9,40 0,45 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,3 6,4 5,4 6,0 6,0 5,9 6,3 0,50 0,02 Bangunan/Konstruksi 7,4 8,9 8,7 8,1 7,3 7,6 7,6 5,81 0,28 PHR 6,9 8,6 8,0 10,3 10,1 8,1 8,2 16,70 0,80 Pengangkutan & Komunikas 7,6 7,0 7,0 5,9 7,9 6,9 6,5 8,81 0,42 Jasa Dunia Usaha 10,9 11,4 10,9 7,9 8,9 7,7 8,5 4,30 0,21 Jasa-jasa 8,2 6,7 9,3 10,5 9,1 8,2 8,1 9,80 0,47 PDRB 5,6 5,1 4,8 5,4 5,5 4,8 4, ,78 SOG = Source of Growth (sumber pertumbuhan) Sumber: BPS Kalimantan Selatan (diolah) Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

32 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Dari sisi penawaran atau sektoral, stabilnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 ditopang oleh peningkatan sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Kinerja produksi pertambangan meningkat seiring dengan peningkatan produksi batubara dan telah beroperasinya smelter bijih besi di Pulau Sebuku. Selain itu, konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh tinggi seiring dengan faktor musiman liburan sekolah dan penyelenggaraan ibadah Ramadhan dan Idul Fitri turut mendorong peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Sementara itu, kinerja sektor pertanian yang melambat menahan laju perekonomian Kalimantan Selatan. Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan produksi padi terkait dengan cuaca yang lebih kering di triwulan III Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2014 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode tersebut, sektor pertanian hanya tumbuh sebesar 2,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,5%. Perlambatan tersebut terutama terjadi pada produksi tanaman bahan makanan (tabama) padi. Kredit (Rp triliun) 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 %, yoy 5,3 5,0 29,2 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 250,0 200,0 150,0 100,0 50,0 Ribu Ha %, yoy 100% 80% 60% 40% 20% 0% -7,51%-20% 0,0 I II III IV I II III IV I II III Kredit Pertanian gkredit Pertanian (sb.kanan) Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Selatan Grafik Kredit Sektor Pertanian 0, % I II III IV I II III IV I II III Luas Panen Padi Kalsel (Ha) Pertumbuhan yoy (sb.kanan) Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Selatan Grafik Luas Lahan Panen Padi Kalimantan Selatan Pada subsektor tabama, perlambatan kinerja dipengaruhi oleh penurunan produksi padi pada triwulan III Selama periode tersebut, luas panen padi hanya sebesar 197,9 ribu hektar, atau mengalami kontraksi sebesar 7,5% (yoy). Meskipun Kalimantan Selatan mengalami panen raya pada triwulan tersebut namun cuaca yang lebih kering menyebabkan terjadinya pergesaran panen dan gagal panen di beberapa daerah. Sementara itu, perlambatan kinerja sektor pertanian dapat tertahan oleh peningkatan produksi perkebunan kelapa sawit dan karet. Produksi tandan buah segar (TBS) di Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mencapai 244,5 ribu ton, atau tumbuh 17,2% (yoy) lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 11,6% (yoy). Hal tersebut seiring dengan kondisi cuaca yang mendukung pada periode enam bulan sebelumnya dan juga didorong oleh mulai berproduksinya lahan-lahan sawit baru. Untuk kinerja perkebunan karet, pada triwulan III 2014 dapat memproduksi 66,7 ribu ton karet alam, tumbuh sebesar 2,4% (yoy). 16 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

33 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional ribu ton %, yoy I II III IV I II III IV I II III TBS Kalsel Pertumbuhan yoy (sb.kanan) Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan Grafik Produksi Kelapa Sawit (Tandan Buah Segar) 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% Ribu Ton Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan Grafik Produksi Karet %, yoy 30% 25% 20% 15% 10% 2,35% 5% 0% -5% -10% -15% -20% I II III IV I II III IV I II III Produksi Karet (ton) Pertumbuhan yoy (sb.kanan) Sementara itu, dukungan dari perbankan terhadap sektor pertanian di Kalimantan Selatan tetap tumbuh tinggi. Pada triwulan III 2014, kredit di sektor pertanian mencapai Rp5,3 triliun atau tumbuh sebesar 29,2% (yoy), lebih rendah daripada pertumbuhan kredit periode sebelumnya yang dapat mencapai 41,9% (yoy) Sektor Pertambangan Sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 tumbuh sebesar 1,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan tersebut terjadi pada pertambangan batubara dan pertambangan bijih besi. Beroperasinya smelter bijih besi di Pulau Sebuku turut mendorong pertambangan bijih besi kembali berproduksi. Sementara itu pada pertambangan batubara, produksi menunjukkan adanya peningkatan meskipun masih terbatas seiring dengan masih melemahnya permintaan batubara dari Tiongkok. Produksi batubara pada triwulan III 2014 mencapai 41,9 juta ton (tumbuh 6,1%). Peningkatan produksi batubara salah satunya didorong oleh meningkatnya permintaan batubara dari India. Juta Ton ,1% I II III IV I II III IV I II III Ekspor Batubara Pertumbuhan (sb. kanan) Sumber: KSOP Pelabuhan Banjarmasin Grafik Volume Ekspor Batubara %, yoy 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% 10,0 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 - rata-rata bulanan (juta ton) Sumber: KSOP Pelabuhan Banjarmasin Grafik Stok Batubara Taboneo 6,30 5,28 I II III IV I II III IV I II III Stok batubara Taboneo Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

34 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional juta ton 42,3 42,0 Sumber: Kementerian ESDM Grafik Produksi Batubara 6,1% I II III IV I II III IV I II III Produksi batubara Pertumbuhan yoy (sb.kanan) 120% Kredit (Rp triliun) 4,0 100% 80% 3,5 60% 3,0 40% 2,5 20% 2,0 0% 1,5-20% 1,0-40% 0,5-60% 0,0 Grafik Kredit Sektor Pertambangan 2,4 %, yoy 120,0 3,6 14,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0-20,0-40,0 I II III IV I II III IV I II III Kredit Pertambangan gkredit Pertambangan (sb.kanan) Dari sisi pembiayaan perbankan, membaiknya sektor pertambangan turut mendorong peningkatan kredit ke sektor tersebut. Pada triwulan III 2014, kredit ke sektor pertambangan mencapai Rp3,6 triliun. Dengan pencapaian tersebut pertumbuhan kredit sektor pertambangan mencapai 14,0% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -24,49% (yoy) Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan pada triwulan III 2014 mencatatkan kinerja yang meningkat dan turut menopang stabilnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada periode tersebut. Pertumbuhan sektor industri pengolahan mencapai 4,9% (yoy), meningkat dari 4,6% (yoy) pada periode sebelumnya. Peningkatan sektor industri pengolahan pada periode ini terutama disumbang oleh peningkatan produksi CPO. Hal ini terlihat dari produksi CPO yang tumbuh meningkat sebesar 15,5% (yoy). Pada triwulan III 2014, permintaan CPO untuk pasar dalam negeri mengalami peningkatan. Pengiriman CPO melalui pelabuhan untuk perdagangan dalam negeri tercatat tumbuh sebesar 57,7% (yoy) pada triwulan tersebut. Kondisi ini merupakan dampak dari semakin tingginya kebutuhan biodiesel di dalam negeri. Adapun ekspor CPO Kalimantan Selatan ke luar negeri masih berada dalam tren yang melambat pada kisaran 23,3% (yoy). Hal ini karena permintaan CPO terpengaruh dengan berlangsungnya masa panen sumber minyak nabati lainnya, seperti kedelai, rapeseed dan bunga matahari. Selain itu adanya penurunan harga minyak dunia menyebabkan permintaan CPO untuk biodiesel relatif tertahan. Kondisi ini tercermin dari pelemahan harga komoditas CPO internasional. Dimana pada triwulan III 2014, harga CPO tercatat pada level 795,35 USD/metric ton atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 815,82 USD/metric ton. 18 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

35 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 450 Ribu Ton %, yoy 100% % % ,3% 40% 20% % % 50-40% 0-60% I II III IV I II III IV I II III Volume Ekspor CPO Pertumbuhan (sb. kanan) Grafik Ekspor CPO Kalimantan Selatan ribu ton Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan Grafik Produksi CPO 200% 150% 100% 50% 15,5% 0% -50% I II III IV I II III IV I II III Produksi CPO Pertumbuhan yoy (sb.kanan) Ribu Ton %, yoy 200% 150% 100% 72,3% 50% Sumber: KSOP Banjarmasin Grafik Volume Muat Komoditas Kayu Lapis di Pelabuhan Trisakti 0% (10) I II III IV I II III IV I II III -50% Volume Muat Kayu Lapis Pertumbuhan yoy (sb. Kanan) Kredit (Rp triliun) %, yoy 2,5 50,0 2,1 40,0 2,0 38,9 30,0 30,0 1,5 20,0 10,0 1,0 0,0-10,0 0,5-20,0 0,0-30,0 I II III IV I II III IV I II III Kredit Sektor Industri gkredit Industri (sb.kanan) Sumber: KSOP Banjarmasin Grafik Kredit Sektor Industri Pengolahan Sementara itu, permintaan kayu lapis di pasar domestik sebagai salah satu komoditas utama sektor industri pengolahan Kalimantan Selatan relatif masih tumbuh tinggi sebesar 72,3% (yoy). Dari data pengiriman barang (muat barang) di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, jumlah kayu lapis yang dimuat ke daerah lain mencapai 81,3 ribu ton. Meningkatnya sektor industri pengolahan juga mendorong tumbuhnya pembiayaan terhadap sektor industri pengolahan di Kalimantan Selatan pada triwulan III Pada periode laporan realisasi kredit ke sektor ini mencapai nilai yang cukup tinggi yaitu Rp2,1 triliun, tumbuh sebesar 30,0% (yoy) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menopang perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 dan dapat tumbuh sebesar 8,2% (yoy). Kinerja sektor PHR pada triwulan ini mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,1% (yoy). Hal ini terutama terjadi di subsektor perdagangan yang mendominasi sektor PHR sebesar 87,7%. Dari sisi perdagangan, peningkatan terjadi karena membaiknya aktivitas Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

36 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional perdagangan komoditas tambang. Selain itu, aktivitas perdagangan yang meningkat juga tercermin dari peningkatan aktivitas bongkar-muat di pelabuhan Banjarmasin. Total bongkar muat barang perdagangan luar negeri pada triwulan III 2014 mencapai 17,45 juta ton (5,1%, yoy) dan untuk perdagangan dalam negeri mencapai 20,6 juta ton (6,4%, yoy) %, yoy %, yoy I II III IV I II III IV I II III Volume Bongkar Volume Muat Sumber: KSOP Banjarmasin Grafik Aktivitas Perdagangan LN I II III IV I II III IV I II III Volume Bongkar Volume Muat Sumber: KSOP Banjarmasin Grafik Aktivitas Perdagangan DN 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 Tingkat Hunian -10% -11,4% -15% Sumber: BPS Kalimantan Selatan Grafik Tingkat Hunian Hotel Berbintang 10% 5% 0% -5% 0,00-20% I II III IV I II III IV I II III Tingkat Hunian Hotel Bintang Pertumbuhan yoy (sb.kanan) Kredit (Rp triliun) 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 Grafik Kredit Sektor PHR 9,7 10,0 11,3 I II III IV I II III IV I II III Kredit Sektor PHR gkredit PHR (sk. Kanan) %, yoy 60,0 6,4 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Sementara itu, pada sisi subsektor hotel menunjukkan adanya perlambatan kinerja. Pada triwulan III 2014 rata-rata tingkat hunian hotel berbintang hanya sebesar 45,52%, atau lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang dapat mencapai 48,42%. Dari sisi pembiayaan, terjadi perlambatan realisasi kredit sektor PHR. Sampai dengan triwulan III 2014 total kredit yang disalurkan ke sektor ini mencapai Rp10,0 triliun, atau tumbuh sebesar 6,4% (yoy) lebih rendah dari periode sebelumnya. Meskipun melambat, realisasi kredit perbankan di Kalimantan Selatan kepada sektor ini masih mencatatkan adanya peningkatan nilai kredit. Pada triwulan III 2014 tersebut, kredit kepada sektor PHR bertambah sebesar Rp300 miliar. 20 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

37 Bab 2 Perkembangan Inflasi ai BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

38

39 Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat 4,80% (yoy), menurun bila dibandingkan dengan triwulan II 2014 (6,83%, yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM yang terjadi pada triwulan II 2013, serta relatif terjaganya tekanan inflasi pada perayaan bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Terjaganya pasokan dan kembali normalnya permintaan masyarakat terhadap komoditas pangan strategis pada akhir triwulan III 2014 mendorong terjadinya deflasi pada kelompok volatile food yang menjadi salah satu faktor penurunan inflasi Kalimantan Selatan. Di sisi lain, tekanan inflasi pada triwulan III 2014 didorong oleh kelompok administered prices yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga LPG 12 Kg dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap kedua. Sedangkan pada kelompok inti (core inflation), inflasi terjadi pada kelompok biaya/tarif pendidikan, rekreasi dan olahraga; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. 1. KONDISI UMUM Setelah pada triwulan sebelumnya tekanan inflasi terjadi akibat adanya kenaikan permintaan bertepatan dengan hari libur keagamaan, nasional dan libur sekolah, serta persiapan bulan Ramadhan, pada triwulan III 2014 tekanan inflasi Kalimantan Selatan relatif berkurang. Realisasi inflasi triwulan tersebut tercatat sebesar 4,80% (yoy) atau 0,87% (qtq) lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,83% (yoy) atau 2,39% (qtq). Penurunan tekanan inflasi tersebut terjadi akibat hilangnya pengaruh kenaikan BBM bersubsidi pada tahun sebelumnya dan sebagai bagian dari proses normalisasi permintaan pada mekanisme stok rumah tangga. Selain dipengaruhi oleh hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun sebelumnya, turunnya tekanan inflasi pada triwulan III 2014 juga didorong oleh penurunan inflasi pada kelompok bahan makanan, sandang, serta transportasi dan komunikasi. Membaiknya pasokan lokal komoditas pangan strategis serta normalisasi tingkat permintaan menjadi penyebab terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan. Selain itu, rendahnya curah hujan pada bulan Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III

40 Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah September juga meningkatkan pasokan beberapa komoditas buah - buahan dan ikan segar yang berasal dari Kalimantan Selatan Kalsel Kalimantan 7,57 Nasional 6,83 5,06 6,70 4,80 4,53 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: BPS Kalsel, data diolah Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan, Kalimantan dan Nasional Pada triwulan III 2014, koreksi harga terjadi pada sejumlah komoditas pangan strategis seperti semangka, bawang merah, cabai merah, tomat sayur, udang basah, daging ayam ras, dan ikan gabus. Selain komoditas bahan makanan, koreksi harga juga terjadi pada komoditas sandang dan tiket pesawat. Penurunan tekanan inflasi pada kedua komoditas tersebut terjadi seiring dengan menurunnya permintaan musiman bertepatan dengan berlalunya perayaan Idul Fitri. Tabel 2.1. Tingkat Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan menurut Kelompok Inflasi yoy Sumbangan Inflasi yoy Kelompok Barang Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Umum 5,2 4,7 7,1 7,0 4,9 6,8 4,8 5,2 4,7 7,1 7,0 4,9 6,8 0,2 Bahan Makanan 8,3 6,7 11,8 9,9 6,4 11,0 5,6 2,3 1,8 3,3 2,8 1,3 2,3 (0,7) Mamin, Rokok & Tembakau 7,7 6,7 6,1 5,6 6,7 7,2 7,4 1,8 1,6 1,4 1,3 1,6 1,8 0,9 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,7 3,8 4,4 6,2 2,3 3,8 4,2 0,8 0,8 0,9 1,2 0,5 0,8 0,6 Sandang 0,8 (1,3) (0,8) (2,3) 1,0 0,9 (1,0) 0,1 (0,1) (0,1) (0,2) 0,1 0,1 (0,2) Kesehatan 4,3 4,2 2,4 3,3 2,4 3,9 9,4 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 3,0 3,4 2,1 2,4 2,1 2,2 3,7 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 1,3 Transportasi & Komunikasi 0,8 2,9 11,1 12,4 7,6 10,6 2,2 0,1 0,4 1,6 1,8 1,2 1,8 (0,4) Sumber: BPS Kalsel, data diolah Meksipun demikian, tekanan inflasi yang meningkat pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menjadi penahan penurunan inflasi di Kalimantan Selatan. Tekanan inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau lebih disebabkan karena adanya penyesuaian peningkatan biaya produksi terutama kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) industri. Selain itu, peningkatan tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Hal ini terutama karena adanya kenaikan harga bahan bakar LPG 12Kg dan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) di sektor rumah tangga. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), kenaikan harga LPG 12 kg pada level pengecer dapat mencapai Rp Rp per tabung (kenaikan resmi dari Pertamina sebesar Rp1.500/kg atau Rp per tabung). Hal tersebut diikuti 24 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

41 Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah dengan peningkatan permintaan LPG 3 kg karena adanya konsumen LPG 12 kg yang beralih menggunakan LPG 3 kg. Peningkatan tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang dipicu oleh kenaikan tarif perguruan tinggi dan akademi. Hal ini terjadi karena beberapa perguruan tinggi dan akademi di Kalimantan Selatan ini baru menerapkan peraturan SE Dirjen Dikti No. 972/E/KU/2013 pada Februari 2013 tentang penerapan UKT (Uang Kuliah Tunggal) dan penghapusan pemberlakuan uang pangkal bagi mahasiswa baru program S1 Reguler. Sesuai dengan penerapan UKT tersebut, tarif pendidikan utama yang dibebankan kepada mahasiswa akan disusun berdasarkan tarif berjenjang dan subsidi sesuai dengan kondisi ekonomi mahasiswa. Sumber: BPS Kalsel, data diolah Grafik 2.2. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Sumber: BPS Kalsel, data diolah Grafik 2.3. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga %, mtm 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,04 1,00 0,76 0,81 0,69 0,50 0,53 0,01 0,02 0,00 0,50 0,28 0,35 1,00 Bulan max 5 tahun min 5 tahun Sep Agust Jul 0,36 0,72 0,24 0,14 0,55 1,34 0,87 4,00 3,00 2,00 1,000,001,002,003,004,005,006,00 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuanga Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kesehatan Sandang Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Bahan Makanan Sumber: BPS Kalsel, data diolah Grafik 2.4. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan Sumber: BPS Kalsel, data diolah Grafik 2.5. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran di TW III-2014 Bila dilihat secara bulanan, inflasi Kalimantan Selatan selama bulan Juli, Agustus, dan September 2014 masih berada di tengah rentang tingkat inflasi bulanan selama 5 tahun terakhir. Pada bulan Agustus 2014, inflasi berada di level terendah selama 5 tahun terakhir (0,01%, mtm) dan di bawah tingkat inflasi nasional (0,47%, mtm). Koreksi harga terjadi pada beberapa kelompok barang yang permintaannya tinggi pada bulan sebelumnya bertepatan dengan perayaan Idul Fitri Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III

42 Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah seperti: tarif angkutan udara, kelompok bumbu-bumbuan (bawang merah dan bawang putih), serta aneka daging dan hasilnya. Perbaikan terhadap pasokan kebutuhan pokok serta kondisi fundamental makroekonomi yang lebih baik pasca berlangsungnya pemilihan umum presiden tahun 2014 menyebabkan tingkat inflasi yang rendah pada Agustus Triwulan III 2014 ditutup pada tingkat inflasi bulanan sebesar 0,02% setelah sebelumnya diprediksi terjadi penurunan harga pada beberapa kelompok barang berlanjut di September 2014 hingga menyebabkan deflasi. Perkembangan Inflasi Menurut Kota Jika dilihat berdasarkan kota, inflasi triwulan III 2014 untuk Kota Banjarmasin tercatat sebesar 4,67% (yoy), menurun bila dibandingkan dengan triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 6,81% (yoy). Sedangkan untuk Kota Tanjung pada periode laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 6,54% (yoy) yang juga menurun bila dibandingkan dengan periode sebelumnya (7,01%, yoy). Tingkat inflasi Kota Banjarmasin pada bulan Juli 2014 tercatat sebesar 0,69% (mtm) atau 5,23% (yoy). Peningkatan harga berbagai komoditas pangan strategis dan tiket angkutan udara seiring dengan tingginya permintaan ketika Ramadhan hingga Idul Fitri menjadi kontributor utama inflasi pada bulan tersebut. Komoditas pangan strategis yang mengalami kenaikan harga meliputi daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, dan beras. Kemudian pada bulan Agustus 2014 tercatat inflasi sebesar 0,02% (mtm) atau 3,93% (yoy). Koreksi harga terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang, serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Inflasi di akhir triwulan III 2014 untuk Kota Banjarmasin berada pada level 0,18% (mtm) atau 4,67% (yoy) dengan adanya peningkatan tekanan pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau. Tabel 2.2. Tingkat Inflasi Kota Banjarmasin bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) menurut Kelompok No Kelompok Barang Tw III-2014 (mtm) Tw III-2014 (yoy) Jul Agt Sep Jul Agt Sep Umum 0,69 0,02 0,18 5,23 3,93 4,67 1 Bahan Makanan 2,10 (0,59) (0,79) 8,04 2,25 5,08 2 Mamin, Rokok & Tembakau 0,86 0,64 0,90 7,21 7,25 7,45 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,22 0,73 0,54 3,86 4,28 4,34 4 Sandang 0,64 (0,18) (0,25) 1,77 0,18 (1,39) 5 Kesehatan 0,14 5,54 0,11 3,70 9,40 9,44 6 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga (0,04) 1,08 1,34 2,13 2,25 3,40 7 Transportasi & Komunikasi (0,16) (2,98) (0,40) 3,86 1,33 2,13 Sumber: BPS Kalsel, data diolah Sementara itu, tekanan inflasi di Kota Tanjung terjadi pada awal periode laporan dan akhir periode laporan. Pada bulan Juli 2014 inflasi di Kota Tanjung tercatat sebesar 0,40% (mtm) atau 7,47 (yoy). Pada bulan tersebut bertepatan dengan bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, seluruh jenis kelompok barang mengalami inflasi. Sejumlah komoditas pangan strategis yang naik 26 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

43 Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah tajam pada bulan tersebut meliputi beras, kacang panjang, ikan nila, dan daging ayam kampung. Barang lain yang mengalami kenaikan tajam yaitu baju muslim dan emas. Daya tarik permintaan dipastikan menjadi faktor utama pendorong inflasi di Kota Tanjung meski tingkat inflasi tidak sebesar di Kota Banjarmasin. Kemudian pada bulan Agustus Kota Tanjung justru mengalami deflasi meskipun di Banjarmasin terjadi inflasi. Tercatat pada bulan tersebut kota Tanjung mengalami deflasi sebesar 0,12% (mtm) atau 6,87% (yoy). Hal tersebut karena permintaan yang berkurang pasca perayaan Idul Fitri langsung terjadi di bulan berikutnya, tercermin dari kontribusi deflasi terbesar berasal dari kelompok bahan makanan (inflasi -1,26%, mtm) dan tarif angkutan (inflasi -0,02%, mtm). Di akhir triwulan III 2014, inflasi Kota Tanjung tercatat sebesar 0,42% (mtm) atau 6,54% (yoy). Seluruh kelompok barang mengalami inflasi dengan kontribusi terbesar berasal dari kelompok bahan bakar rumah tangga (LPG) sebesar 1,39% (mtm) dan kelompok tarif pendidikan sebesar 2,54% (mtm). Tabel 2.3. Tingkat Inflasi Kota Tanjung bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) menurut Kelompok No Kelompok Barang Tw III-2014 (mtm) Tw III-2014 (yoy) Jul Agt Sep Jul Agt Sep Umum 0,40 (0,12) 0,42 7,47 6,87 6,54 1 Bahan Makanan 0,11 (1,26) 0,26 11,91 10,28 11,78 2 Mamin, Rokok & Tembakau 0,34 0,30 0,42 7,67 7,91 6,56 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,16 0,13 0,70 5,02 5,02 2,90 4 Sandang 1,62 0,01 (0,09) 4,84 4,85 4,76 5 Kesehatan 0,07 0,48 0,48 9,03 8,92 9,44 6 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 2,43 1,69 1,33 5,40 6,83 8,25 7 Transportasi & Komunikasi 0,21 (0,02) 0,20 4,59 2,32 2,52 Sumber: BPS Kalsel, data diolah Pemerintah Daerah dan pihak terkait melalui TPID di Kalimantan Selatan telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga tingkat harga dan pasokan komoditas pangan strategis selama bulan Ramadan dan persiapan Idul Fitri tahun Operasi pasar dilakukan secara serentak di seluruh kabupaten dan kota sebelum Ramadhan sampai menjelang hari raya. Potensi inflasi pada tarif angkutan udara juga lebih dapat diredam karena mayoritas masyarakat telah memesan tiket angkutan udara (pesawat) sejak jauh-jauh hari (tercatat bahwa pembelian tiket pesawat mencapai puncaknya di bulan Juni 2014). Kemudian memasuki Agustus 2014 sejumlah harga pangan strategis yang pada bulan sebelumnya sempat naik namun masih dalam tingkat yang wajar, terkoreksi dengan laju penurunan yang lebih cepat di Kota Tanjung. Selanjutnya pada bulan September 2014, inflasi Kalimantan Selatan tercatat sebesar 0,02% (mtm) atau 4,80 (yoy). Setelah sebelumnya diprediksi tren penurunan harga akan berlanjut setelah melewati Agustus 2014, inflasi Kalimantan Selatan pada bulan September 2014 dipicu oleh kenaikan tarif pendidikan (perguruan tinggi), makanan jadi, dan administered prices yaitu kenaikan harga bahan bakar LPG nonsubsidi sebesar Rp /kg. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III

44 Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah Dilihat dari sisi pendukung transportasi dan distribusi, kuota bahan bakar solar per awal Oktober 2014 telah mencapai 230 kiloliter dari kuota awal sebesar 253 kiloliter. Tingginya kebutuhan energi dalam menunjang interkoneksi darat untuk kepentingan distribusi berbagai barang kebutuhan pokok di Kalimantan (termasuk Kalimantan Selatan) pada akhirnya akan mempengaruhi pergerakan harga di tengah-tengah masyarakat. Sementara itu kenaikan harga LPG 12 kg yang diberlakukan per 10 September 2014 ikut berkontribusi dalam mendorong inflasi Kota Banjarmasin dan Tanjung pada periode laporan. Konsumen LPG 12 kg dilaporkan dapat menerima kenaikan harga yang ada namun di lapangan terjadi kelangkaan stok LPG ukuran tersebut sehingga kenaikan harga juga berimbas pada LPG 3 kg. Kenaikan harga LPG nantinya akan terus dilakukan oleh Pertamina secara gradual hingga 2016 untuk menyesuaikan harga jual dengan harga ekonominya. 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Tekanan inflasi menurun dari 6,83% (yoy) menjadi 4,80% (yoy) pada triwulan III Penurunan tersebut terjadi terutama pada infkasi administered prices dan volatile food. Inflasi administered prices mengalami penurunan yang paling signifikan dari 14,14% (yoy) menjadi 5,66% (yoy) pada periode laporan, atau secara triwulanan mengalami deflasi sebesar 2,14%. Penurunan inflasi terbesar kedua berasal dari volatile food yaitu dari 11,08% (yoy) menjadi 5,47% (yoy). Sedangkan dari inflasi inti mengalami peningkatan dari 4,10% (yoy) menjadi 4,36% (yoy) atau secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,75%. %, yoy 18,00 Inflasi IHK (yoy) Adm Price 16,00 VF Core 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII Sumber: BPS Kalsel, data diolah Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Menurut Komponen Penyebab Penurunan inflasi volatile food pada triwulan III 2014 didorong oleh kembali normalnya tingkat permintaan masyarakat serta kapasitas pasokan dari lokal Kalimantan Selatan dan pasokan dari luar pulau yang terjaga. Pada awal triwulan tersebut, tekanan inflasi pada kelompok volatile food 28 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

45 Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah didorong oleh kenaikan harga di sejumlah komoditas pangan strategis seperti beras, udang basah, ikan patin, ikan nila, serta harga buah-buahan seperti semangka dan apel. Peningkatan permintaan terhadap beras menghadapi terbatasnya pasokan karena belum tibanya masa panen raya. Di sisi lain, tingginya tingkat curah hujan juga menyebabkan tersendatnya pasokan hasil laut. Selanjutnya, pada bulan Agustus 2014 tekanan inflasi volatile food turun seiring dengan mulai kembali normalnya tingkat permintaan pasca Ramadhan dan Idul Fitri. Penurunan permintaan pada periode tersbeut juga didukung oleh lancarnya pasokan. Terdapat beberapa komoditas pangan strategis yang mengalami koreksi harga antara lain udang basah, semangka, bawang merah, daging ayam ras, ikan gabus, ikan layang, tomat sayur, dan cabai merah. Harga (Rp.) P Ikan haruan %, mtm Perubahan (mtm) 0,40 0,30 Harga (Rp.) P Beras Perubahan (mtm) %, mtm 0,2 0, ,20 0, ,1 0, , , Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep 0,10 0,20 0, Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep 0,1 0,15 0,2 0, Harga (Rp.) %, mtm ,1 P Daging sapi Perubahan (mtm) 0, , , , ,02 0,04 Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Harga (Rp.) %, mtm 0,50 P Bawang merah 0,40 Perubahan (mtm) 0,30 0,20 0,10 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Harga (Rp.) P Daging ayam ras Perubahan (mtm) %, mtm 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 0,10 Harga (Rp.) P Telur ayam ras Perubahan (mtm) %, mtm 0,30 0,20 0,10 0,00 0,10 0,20 0,30 0, ,20 0, ,50 0,60 0,40 0,70 Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Sumber: Survei Pemantauan Harga Mingguan, KPw BI Wilayah II (Kalimantan) Grafik 2.7. Perkembangan Harga Komoditas Harga Pangan Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III

46 Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi kelompok administered prices pada triwulan III 2014 cenderung mengalami peningkatan yang didorong oleh kebijakan kenaikan harga LPG nonsubsidi pada akhir triwulan. Pada awal triwulan tekanan inflasi administered prices tercatat 0,17% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya (3,44%, mtm). Kebijakan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) serta tarif angkutan laut dan udara pada arus mudik menjadi pemicu utama. Kemudian pada bulan Agustus 2014 secara bulanan kelompok administered prices mengalami deflasi sebesar 2,53% (mtm), didorong oleh koreksi tarif angkutan udara yang mengalami deflasi sebesar 27,52% (mtm). Meskipun demikian, deflasi pada Agustus 2014 tertahan oleh adanya peningkatan tarif tenaga listrik (TTL) tahap ke-2. Selanjutnya memasuki September 2014, tekanan inflasi administered prices kembali meningkat. Kebijakan kenaikan LPG 12 kg tahap ketiga dari Pertamina menyebabkan harga LPG 12 kg naik sebesar Rp1.500/kg per 10 September 2014 setelah sebelumnya pada tanggal 1 Juni 2014 telah dilakukan kenaikan tahap kedua sebesar Rp1.000/kg. Sementara itu, tekanan inflasi dari kelompok inti mengalami peningkatan namun masih berada dalam batas yang wajar. Selama triwulan III 2014 inflasi inti dipicu oleh kenaikan harga pada makanan jadi, tarif layanan kesehatan, tarif pendidikan, rekreasi dan olahraga. Pemantauan inflasi terus dilakukan melalui TPID mengingat potensi inflasi volatile food dan administered prices memiliki dampak tidak langsung terhadap kenaikan harga barang lainnya yang bila persisten nantinya akan mengarah kepada inflasi inti. Tekanan faktor eksternal seperti melemahnya nilai tukar Rupiah dapat sedikit diredam oleh penurunan harga komoditas dunia. Pada triwulan III 2014, nilai Rupiah melemah dengan nilai rata-rata kurs lebih tinggi bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ketidakpastian politik pasca Pilpres 2014 turut mempengaruhi terjadinya fenomena outflow dari sebagian investor asing. Namun begitu pada triwulan III 2014 terjadi penurunan harga dunia pada sejumlah komoditas konsumsi, CPO, tambang (termasuk Harga Batubara Acuan sebagai salah satu barang ekspor utama Kalimantan), serta emas. 140,0 90,0 40,0 10,0 60,0 % yoy gemas gjagung gkedelai gterigu gcpo gminas IDR/USD (Q1) (Q2) (Q3) (Q4) IDR/USD Average of Q1 Average of Q2 Average of Q3 Average of Q4* Jan Mar Mei Jul 01 Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Okt Okt Okt Okt Okt Okt Okt Okt Okt Okt Okt Sumber: Bloomberg, data diolah Grafik 2.8. Perkembangan Beberapa Harga Komoditas Global 2014 Sumber: Bloomberg, data diolah Grafik 2.9. Perkembangan Kurs Rupiah 30 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

47 Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah 200,00 180,00 160,00 140,00 120,00 Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad Inflasi aktual (yoy) 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 Harga Umum Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tebakau Sandang Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 170,00 160,00 150,00 140,00 130,00 Bahan Makanan Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 100,00 80, Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah Grafik Ekspektasi Inflasi Konsumen 4,00 3,00 120,00 110,00 100,00 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah Grafik Ekspektasi Kenaikan Harga Kelompok (SK) 2014 Di sisi lain, ekspektasi inflasi di tingkat konsumen menunjukan peningkatan. Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III 2014 tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada triwulan II 2014 yang menunjukkan adanya peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat Kalimantan Selatan. Peningkatan ekspektasi inflasi tersebut terutama terjadi karena adanya ketidakpastian dan isu-isu pada kebijakan energi terutama terkait dengan rencana pengurangan subsidi BBM. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III

48 Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah BOKS Hubungan Kenaikan BBM dan UMP dalam Mempengaruhi Tekanan Inflasi dari sisi Suplai Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi pada November 2014 dan UMP di Kondisi perekonomian saat ini relatif moderat di mana secara nasional pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2014 diperkirakan mencapai 5,2% dan realisasi inflasi sebesar 4,53% (yoy) dengan tren perlambatan pada tingkat konsumsi rumah tangga. Sementara itu Kalimantan Selatan diprediksi tumbuh 4,82% di triwulan III. Survei Konsumen yang dilakukan pada triwulan III 2014 menunjukkan kecenderungan penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen; tendensi konsumsi rumah tangga Kalimantan Selatan juga menurun. Kenaikan BBM Quick survey yang dilakukan di Kalimantan Selatan terhadap beberapa sektor industri menunjukkan sentimen yang berimbang terhadap rencana kenaikan BBM. Sektor properti, kelapa sawit, dan jasa teknik las yang banyak melayani pertambangan batubara menjadi sektor yang paling keberatan terkait dengan rencana kenaikan BBM. Sektor properti lokal hanya dihadapkan oleh pilihan untuk menaikkan harga di tengah lesunya pasar properti menengah ke bawah. Dengan mayoritas sistem pembelian yang berdasarkan pesanan, tingkat permintaan yang rendah, serta potensi kenaikan harga bahan baku akibat kenaikan BBM, harga properti diperkirakan tidak seprospektif harapan developer. Meskipun demikian, developer besar tetap optimis dengan pertumbuhan harga propertinya karena memiliki segmen tersendiri. Sementara itu jasa las berencana menaikkan tarif jasa las listrik kepada pelanggannya yang mayoritas perusahaan tambang batubara. Sektor lain yaitu perkebunan kelapa sawit, berencana untuk melakukan pengurangan SDM dan pencarian energi alternatif. Pilihan terakhir paling tidak praktis (membutuhkan riset) sehingga kemungkinan besar penyesuaian terjadi pada operasional dan harga jual. Kebutuhan CPO yang luas untuk industri manufaktur mencakup makanan, minuman, kosmetik, dan sebagainya. Tekanan terhadap sisi suplai dapat berpotensi meningkatkan harga produk (hilir) harga jual kapasitas produksi spesifikasi 1 teknologi mesin 1 0 properti Jasa Teknik Perkebunan alternatif energi penggunaan energi Grafik 1. Pendapat terhadap rencana kenaikan BBM Grafik 2. Langkah penyesuaian terhadap kenaikan BBM 32 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

49 Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah Kenaikan UMP Rencana kenaikan UMP 2015 direspon dengan strategi berupa menaikkan harga jual barang/jasa, seperti yang dikutip dari responden quick survey yaitu dari sektor perkebunan, properti, industri pengolahan dan kerajinan, serta jasa teknik. Kenaikan harga barang dan jasa yang diberlakukan sebagai imbas dari kewajiban pengusaha untuk menaikkan upah pegawai meski tidak secara langsung seiring dengan kenaikan harga BBM. 25,00% 25,00% 50,00% tenaga kerja harga jual sistem kontrak tenaga kerja Grafik 3. Langkah penyesuaian terhadap kenaikan UMP 2015 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III

50

51 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

52

53 Babb 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja intermediasi perbankan dan transaksi sistem pembayaran nonn tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mengalami perlambatan. Meskipun melambat, secara nominal penyaluran kredit masih mencatat adanya penambahan realisasi kredit sehingga masih dapat menopang perekonomian Kalimantan Selatan pada periode tersebut. Selain itu, risiko kredit masih terkendali meskipun terdapatt sedikit peningkatan tekanan dari sis nonperforming loan (NPL). Di sisi lain, transaksi sistem pembayaran non tunai mengalami penurunan seiringg dengan terbatasnya aktivitas ekspor dan impor. Sementara itu, kebutuhan uang tunai t mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan konsumsi secara musiman khususnya terkait dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri. 1. PERKEMBANGAN PERBANKAN Secara umum, perkembangan sistem keuangan terutama kinerjaa perbankan di Kalimantan Selatan masih dalam keadaan yang baik meskipun masih mengalami perlambatan. p. Hal ini salah satunya terlihat dari penyaluran kredit perbankann di Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 yang y masih berada dalam tren yang melambat seiring dengan kondisi perekonomian Kalimantan Selatan maupun nasional yang masih tumbuh terbatas. Dari jenis penggunaannya, perlambatan kinerja kredit ini dipicu oleh adanya melambatnya kredit konsumsi dan d kredit modal kerja. Dari sisi sektoral, perlambatan kinerja penyaluran kredit didorong oleh perlambatan kredit di sektor konstruksi, sektor pertanian, dan sektor PHR. Grafik 3.1. Kinerja Penyaluran Kredit Perbankan Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

54 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 1.1. Intermediasi Perbankan Kinerja intermediasi perbankan Provinsi Kalimantan Selatan relatif terbatas, hal ini tercermin dari penurunan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dari 87,0% pada triwulan II 2014 menjadi 86,9% pada triwulan III Terbatasnya intermediasi perbankan ini diakibatkan oleh perlambatan dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun penyaluran kredit. Pertumbuhan penghimpunan DPK mengalami perlambatan dari 9,55% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 8,40% (yoy) pada triwulan III Perlambatan penghimpunan DPK disebabkan oleh perlambatan dari dana tabungan yang tumbuh melambat dari 8,09% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 4,58% (yoy) pada triwulan laporan. Salah satu pendorong turunnya penghimpunan dana tabungan karena adanya penurunan suku bunga dari 1,94% pada triwulan II 2014 menjadi 1,92% pada triwulan III Sementara itu, perlambatan kinerja kredit dipicu oleh melambatnya pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Melambatnya kredit modal kerja didominasi oleh sektor pertanian yang melambat dari pertumbuhan triwulan II 2014 sebesar 47,85% (yoy) menjadi 3,79% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan ini dipengaruhi oleh turunnya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit untuk semua umur pohon. Di sisi lain, perlambatan kredit konsumsi merupakan konsekuensi dari meningkatnya suku bunga kredit konsumsi dari 12,39% menjadi 12,45%. Perlambatan kredit konsumsi ini terutama terjadi pada kredit barang elektronik yang melambat dari 176,79% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 161,36% pada triwulan III 2014 (yoy). Selain itu, kredit perumahan dan apartemen yang memiliki porsi terbesar dalam kredit konsumsi juga masih mengalami perlambatan seperti triwulan sebelumnya, yaitu dari 20,5% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 12,6% (yoy) pada triwulan laporan. 50% 40% 30% 20% 10% 0% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Tw ITw II Tw IIITw IV Tw ITw II Tw IIITw IV Tw ITw II Tw III LDR (skala Kanan) Growth DPK (y o y) Growth Kredit (y o y) BI Rate Grafik 3.2 Kinerja Kredit, DPK dan LDR 86,98% 86,92% 11,20% 9,66% 9,55% 8,40% 7,50% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% yoy % Tw ITw II Tw III Tw IV Tw ITw II Tw III 13.03% 18.58% 13.54% 10.28% 11.20% 9.66% 7.11% 1.36% Grafik 3.3. Penyaluran Jenis Kredit Perbankan Tw IV Tw ITw II Tw III Tw II 14 Tw III TOTAL KALSEL KREDIT MODAL KERJA KREDIT INVESTASI KREDIT KONSUMSI Walaupun secara umum kinerja kredit melambat, pertumbuhan kredit investasi justru mengalami peningkatan menjadi 18,58% (yoy) pada triwulan III 2014 dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II 2014 yang sebesar 13,03% (yoy). Peningkatan kredit investasi ini dipicu oleh pertumbuhan kredit investasi di sektor konstruksi seiring dengan pembangunan smelter di Provinsi 38 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

55 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Kalimantan Selatan untuk pengolahan pasir besi menjadi sponge iron. Berdasarkan informasi hasil liaison, smelter di Provinsi Kalimantan Selatan yang saat ini masih dalam tahap pembangunan berlokasi di Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Kotabaru Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi Perlambatan kinerja kredit dipicu oleh terbatasnya kinerja beberapa sektor utama Kalimantan Selatan. Sektor utama yang menyebabkan perlambatan kinerja kredit yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor Perdagangan, Hotel dan restoran (PHR). Namun, pertumbuhan sektor pertambangan mengalami peningkatan seiring dengan adanya perbaikn kinerja produksi batubara pada triwulan III Kinerja penyaluran kredit pada sektor pertanian menunjukan tren perlambatan dari 41,90% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 29,61% (yoy) pada triwulan III Perlambatan ini terutama terjadi pada penyaluran kredit pada sub sektor perkebunan sawit, yang memiliki porsi terbesar seluruh kredit sektor pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, melambat dari 53,27% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 30,84% (yoy). Ketahanan sektor pertanian mengalami tekanan pada triwulan III 2014 dibandingkan triwulan II Rasio NPL naik dari 1,08% menjadi 1,62%. Berdasarkan data anekdotal, tekanan ini terjadi seiring turunnya harga TBS di Kalimantan Selatan untuk semua umur pohon pada triwulan III 2014 dibandingkan triwulan II Meksipun terjadi peningkatan risiko namun secara umum kondisi penyaluran kredit pada sektor pertanian masih berada pada batas terkendali. 140% yoy % 120% 100% 80% Tw II 14 Tw III 14 60% 41.90% 29.61% 40% 38.96% 30.07% 20% 11.20% 9.66% 0% 11.26% 6.44% 20% Tw ITw Tw Tw Tw ITw Tw Tw Tw ITw Tw II III IV II III IV II III 12.44% 4.19% 40% 24.49% 16.44% Sektor Ekonomi PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI KONSTRUKSI PHR Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% Tw II 14 Tw III % 3.76% 2.48% 3.41% 2.21% 2.79% 1.80% 2.16% 1.08% 1.62% Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2.57% 1.18% Sektor Ekonomi PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI KONSTRUKSI PHR Grafik 3.5. NPL Kredit Sektor Utama Perlambatan kinerja penyaluran kredit juga terjadi pada sektor industri pengolahan, yakni dari 38,96% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 30,07% (yoy) pada triwulan III Serupa dengan sektor pertanian, kenaikan tingkat suku bunga kredit pertanian dari 10,76% menjadi 10,83% juga merupakan salah satu pemicu perlambatan kinerja kredit sektor industri pengolahan. Selain itu, perlambatan juga disebabkan oleh penyaluran kredit pengolahan karet yang menurun dari - 14,42% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi -28,11% (yoy). Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

56 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Ketahanan sektor industri pengolahan mengalami perbaikan sejalan peningkatan produksi CPO yang tumbuh meningkat sebesar 15,5% (yoy). Rasio NPL masih berada dalam level aman, bahkan mengalami penurunan dari 2,57% menjadi 1,18%. Sementara itu, penyaluran kredit sektor PHR mengalami perlambatan dari 11,26% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 6,44% pada triwulan III Perlambatan terjadi pada sub sektor perdagangan dalam negeri berupa makanan, minuman dan tembakau lainnya dari 55,84% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 30,22% (yoy) pada triwulan III 2014, dan sub sektor restoran dan rumah makan yang turun dari 28,13% (yoy) menjadi 27,08% (yoy). Ketahanan sektor PHR mengalami tekanan. Tekanan terjadi pada sub sektor perdagangan ekspor batu bara dan jasa akomodasi lainnya dengan peningkatan rasio NPL dari triwulan II 2014 dibandingkan triwulan III 2014, masing masing dari 1,38% menjadi 3,93% dan dari 1,17% menjadi 3,10% seiring masih belum pulihnya kinerja sektor pertambangan batubara hingga triwulan laporan. Di sisi lain, penyaluran kredit pertambangan dan konstruksi mengalami tren meningkat dari triwulan II 2014 dibandingkan triwulan III 2014, masing-masing dari -24,49% (yoy) menjadi - 16,44% (yoy) dan dari -12,44% (yoy) menjadi -4,19% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit sektor pertambangan dipicu oleh kenaikan pertumbuhan kredit konstruksi seiring adanya pembangunan smelter di Provinsi Kalimantan Selatan untuk pengolahan pasir besi menjadi sponge iron. Selain itu, kinerja kredit pada sub sektor pertambangan batu bara juga mengalami perbaikan dari -25,79% (yoy) menjadi 14,04% (yoy). Sementara itu, meskipun terjadi pertumbuhan kredit yang meningkat namun rasio NPL untuk sektor pertambangan dan konstruksi juga mengalami peningkatan pada triwulan II 2014 ke triwulan III 2014, masing-masing dari 1,80% menjadi 2,16% dan dari 2,48% menjadi 3,41%. Hal ini sebagai dampak masih lemahnya kinerja sektor pertambangan batubara seiring rendahnya harga batubara internasional dan rendahnya permintaan dunia Ketahanan Sektor Rumah Tangga Pada triwulan III 2014, pertumbuhan penyaluran kredit rumah tangga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II Perlambatan paling dalam terjadi pada kredit elektronik. Pertumbuhan kredit elektronik yang melambat ini sejalan dengan turunnya minat/kebutuhan konsumen akan barang elektronik yang tercermin dari turunnya Indeks Konsumsi Barang-barang Kebutuhan Tahan Lama (kondisi saat ini dibandingkan 6 bulan lalu) dari 135,4 pada triwulan II 2014 menjadi 123,7 pada triwulan III Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

57 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 150% yoy % yoy % 1400% 1200% 100% 1000% 800% 50% 600% 400% 0% 200% Tw ITw II Tw Tw Tw ITw II Tw Tw Tw ITw II Tw 0% III IV III IV III 50% 200% % 100% 600% Tw II 14 Tw III % 12.62% 14.56% 14.85% 13.54% 10.28% 6.61% 4.65% % % 11.58% 11.48% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW Tw II 14 Tw III % 4.58% 2.85% 2.57% 2.36% 2.65% 1.74% 1.79% 1.66% 1.36% 0.65% 0.69% TOTAL Perumahan dan Apartemen TOTAL Perumahan dan Apartemen Otomotif Multiguna Otomotif Elektronik Lainnya Elektronik (Skala Kanan) Multiguna Lainnya Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 3.7. NPL Kredit Rumah Tangga Secara umum, ketahanan sektor rumah tangga mengalami sedikit tekanan pada triwulan III Rasio NPL untuk kredit rumah tangga meningkat dari 1,74% dari triwulan II 2014 menjadi 1,79% pada triwulan III Peningkatan rasio NPL turut terindikasi dari hasil Survei Konsumen, dimana Indeks Penghasilan Konsumen (Kondisi Ekonomi Saat Ini) mengalami penurunan dari 147,1 pada triwulan II 2014 menjadi 139,6 pada triwulan III 2014 sehingga secara normal mengurangi repayment capacity konsumen. Tekanan tertinggi terjadi pada kredit perumahan, khususnya KPR, yang naik dari 2,45% pada triwulan II 2014 menjadi 2,63% pada triwulan III Hal ini sejalan dengan adanya kenaikan suku bunga kredit (suku bunga tertimbang) untuk kredit perumahan tipe 70 dari 11,13% menjadi 11,28% pada kredit perumahan. Selain itu, dengan jumlah NPL yang tetap, perlambatan pada kredit perumahan yang dipengaruhi oleh kebijakan LTV Bank Indonesia turut meningkatkan rasio NPL pada triwulan III Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pertumbuhan kredit UMKM mengalami perlambatan di triwulan III 2014 dibandingkan triwulan II Perlambatan ini terutama terjadi pada Debitur UMKM yang bergerak di bidang usaha Perdagangan Besar dan Eceran (porsi paling dominan di dalam kredit debitur UMKM dengan persentase sebesar 47,2% pada Triwulan III 2014). Sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi pada triwulan II 2014, pertumbuhan kredit pada Debitur UMKM yang bergerak di bidang usaha Perdagangan Besar dan Eceran juga melambat dari 13,57% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 10,26% (yoy) pada triwulan laporan. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

58 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 6% 5% 4% 3% 2% 1% yoy % 35% 30% Tw II 14 Tw III 14 25% 3.87% 4.86% 20% 18.33% 14.58% 15% 10% 5% 0% TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW % g Kredit (skala kanan) Rasio NPL Grafik 3.8. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM Ketahanan sektor UMKM masih dalam batas aman walaupun mengalami tekanan pada triwulan III Secara umum, meskipun masih berada dalam level aman (dibawah 5%) namun rasio NPL sektor UMKM harus menjadi perhatian karena mengalami peningkatan dari 3,87% pada triwulan II 2014 menjadi 4,86%. Tekanan terkonsentrasi pada sektor UMKM yang bergerak di bidang pertambangan dan penggalian dengan kenaikan rasio NPL dari 4,44% pada triwulan II 2014 menjadi 11,00% pada triwulan III Kondisi ini terjadi karena berhentinya beberapa perusahaan pertambangan batubara dengan skala kecil di Provinsi Kalimantan Selatan seiring lemahnya permintaan batubara dunia. 2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 2.1. Transaksi Pembayaran Non Tunai Transaksi pembayaran non tunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini sejalan dengan lesunya aktivitas perekonomian pada triwulan III 2014, khususnya pada sektor utama Provinsi Kalimantan Selatan. Pertumbuhan nilai transaksi RTGS Per Hari melambat -14,60% (yoy) dengan pertumbuhan volume sebesar -15,08% (yoy). Sejalan dengan peningkatan transaksi BI- RTGS, transaksi pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) juga mengalami perlambatan pada Triwulan III 2014, baik dari sisi volume maupun nominalnya. Pertumbuhan nilai transaksi SKNBI Per Hari melambat -15,95% (yoy) dengan pertumbuhan volume -14,10% (yoy). 42 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

59 Babb 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 1,400 1,200 1, ,200 miliar Rp 1,000 Tw II 14 Tw III , ,800 1,600 1,400 1,200 1, miliarm Rp Tw II 14 Tw III ,568 1, TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW Nominal (Rp. Juta) Volume (lembar warkat) Nominal (skala kanan) Volume Grafik 3.9. Transaksi RTGS Per Harii Grafik Transaksi Kliring 2.2. Transaksi Pembayaran Tunai Transaksi pembayaran tunai pada triwulan III 2014 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II Data terkini mencatat net inflow sebesar Rp 1,03 triliun pada triwulan III 2014, atau meningkat sebesar 77,61% (qtq) dari Rp 576,57 miliar pada triwulan II Meskipun jumlah uang keluar (outflow) mengalami peningkatan seiring persiapan tahun ajaran baru dan bulan Ramadhan serta hari raya Idul Fitri, namun jumlah uang masuk (inflow) juga meningkat lebih tajam yang berasal dari masyarakatt luar daerahh terutama Kalimantan Tengah yang datang ke Kalimantan Selatan untuk berbelanja sekaligus merayakan Hari Raya Idul Fitri dan sisa libur sekolah menjelang tahun ajaran baru. Grafik Perkembangan Inflow Outflow Grafik Perkembangan Jumlah Uang Palsu Selama triwulan III 2014, jumlah lembar uang palsu turun dari 167 lembar pada triwulan II 2014 menjadi 126 lembar pada triwulan IIII Uang palsu tersebut ditemukan dari kegiatan penukaran uang di loket Bank Indonesia, kegiatan kas keliling, lokett perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau ditemukann oleh pihak kepolisian. Seiring jumlah bilyet uang palsu pada triwulan II 2014 yang menurun, m rasio jumlah uang palsu terhadap aliran uang masuk (inflow) juga menurun dibandingkan dengan triwulan II 2014 yaitu dari 0,000339% menjadi 0, % pada triwulan III 2014.Seperti pada triwulan sebelumnya, Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

60 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran mayoritas uang palsu yang ditemukan merupakan uang pecahan Rp dan pecahan Rp Sebagai upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan) terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran dari masyarakat melalui berbagai macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat dan berbagai daerah di Kalimantan Selatan. 44 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

61 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BOKS BANK INDONESIA LUNCURKAN GERAKAN NASIONAL NON TUNAI (GNNT) Dibandingkan negara-negara ASEAN, penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik yang dilakukan masyarakat Indonesia relatif masih rendah, sementara dengan kondisi geografi dan jumlah populasi yang cukup besar, masih terdapat potensi yang cukup besar untuk perluasan akses layanan sistem pembayaran di Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia bersama perbankan sebagai pemain utama dalam penyediaan layanan sistem pembayaran kepada masyarakat perlu memiliki visi yang sama dan komitmen yang kuat untuk mendorong penggunaan transaksi non tunai oleh masyarakat dalam mewujudkan Less Cash Society/ LCS. Dalam rangka itu, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo meresmikan peluncuran Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada tanggal 14 Agustus 2014 di Jakarta. GNNT ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen non tunai (Less Cash Society/LCS) khususnya dalam melakukan transaksi atas kegiatan ekonominya. Di Kalimantan Selatan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II-Kalimantan (KPw BI Wilayah Kalimantan bekerjasama dengan perbankan penerbit uang elektronik di Kalimantan (PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Mandiri (Persero, Tbk, dan PT Bank Central Asia, Tbk.) juga telah menginisiasi penerapan kawasan transaksi non tunai perguruan tinggi di Kalimantan. Rangkaian kegiatan yang telah dilakukan adalah : Soft Launching Kegiatan soft launching dilaksanakan melalui sosialisasi kepada dosen dan karyawan (diikuti 125 peserta), sosialisasi kepada mahasiswa penerima beasiswa/ GENBI (26 peserta), dan sosialisasi kepada pengurus dan petugas koperasi. Grand Launching Grand Launching GNNT di Kalimantan Selatan dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2014 di Auditorium IAIN Antasari Banjarmasin. Pelaksanaan kegiatan tersebut bertepatan dengan kegiatas orientasi mahasiswa baru. Grand Launching diikuti ±1.800 peserta dari kalangan civitas akademika, sebagian besar merupakan mahasiswa baru IAIN Antasari. Rangkaian kegiatan selama grand launching yaitu: 1. Sosialisasi pengenalan uang elektronik 2. Penekanan bel dan pelepasan balon sebagai seremoni dimulainya GNNT di IAIN Antasari. 3. Simbolis pembelanjaan uang elektronik oleh tamu VIP di Koperasi Pegawai Negeri IAIN Antasari. 4. Pembukaan booth bank peserta untuk melayani informasi mengenai uang elektronik 5. Pembagian uang elektronik gratis kepada para mahasiswa dan latihan top up. 6. Masing-masing bank peserta menyediakan 1000 uang elektronik gratis. Gratis yang dimaksudkan dalam hal ini pembebasan biaya administrasi kartu sebesar Rp20.000,00- Rp25.000, Mahasiswa yang telah menerima uang elektronik dan melakukan top up melakukan pembelanjaan ke koperasi yang menyediakan layanan uang elektronik tersebut. 1. P ekan dan Bulan Belanja Non Tunai Kegiatan belanja non tunai dibagi dalam 2 tahap, yaitu: 1. Pekan belanja Dilaksanakan pada tanggal 1-5 September Dalam pekan belanja ini ditunjuk 1 koperasi yaitu Koperasi pegawai Negeri IAIN Antasari untuk memberikan pelayanan transaksi khusus untuk uang elektronik. Konsumen yang melakukan transaksi berhak mengikuti pengundian hadiah. Di samping itu, koperasi juga memberikan diskon barang yang dibeli menggunakan uang elektronik. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

62 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2. Bulan belanja Bulan belanja dilaksanakan pada tanggal 8-30 September Dalam bulan belanja ini, 4 koperasi dapat menerima transaksi uang elektronik. Selanjutnya, untuk menarik minat para konsumen maka konsumen yang melakukan transaksi dan top-up akan memperoleh hadiah undian. Pengundian hadiah dilakukan setiap minggu. Hadiah yang diberikan dapat berupa topup dan uang elektronik. 3. Aktivitas Transaksi Transaksi uang elektronik dimulai pada event grand launching. Civitas akademika IAIN Antasari sangat antusias dalam melakukan transaksi pada event itu. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya transaksi menggunakan uang elektronik selama grand launching. Total kartu yang dikeluarkan pihak bank dan langsung digunakan peserta yaitu kartu. Dari data di atas, disimpulkan bahwa setidaknya satu mahasiswa baru yang mengikuti acara GNNT di IAIN Antasari telah memiliki setidaknya satu produk uang elektronik yang diperkenalkan selama acara berlangsung. Dari hasil rekapitulasi bank, selama bulan dan pekan belanja tercatat total jumlah kartu yang beredar adalah kartu dengan frekuensi transaksi Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa selama sebulan pelaksanaan GNNT, 49% civitas akademika IAIN Antasari telah memiliki uang elektronik. Ke depan, dalam rangka mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, aman dan andal dengan tetap menjunjung tinggi aspek perlindungan konsumen, memperhatikan perluasan akses dan kepentingan nasional, Bank Indonesia akan meningkatkan elektronifikasi transaksi pembayaran dan peningkatan infrastruktur sistem pembayaran. 46 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

63 Bab 4 Keuangan Daerah BAB IV KEUANGAN DAERAH 48 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

64

65 Bab 4 Keuangan Daerah 4 KEUANGAN DAERAH Sampai dengan triwulan III 2014, realisasi keuangan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan relatif masih belum optimal. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2013, realisasi pendapatan daerah tercatat mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang baru mencapai 74,51% atau sedikit mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang realisasinya mencapai 76,21%, atau mengalami penurunan realisasi sebesar 1,59%. Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar) Uraian Pos APBD APBD Realisasi s/d Triwulan III % Realisasi Pendapatan Daerah 4,369,706 4,734,618 3,330,299 3,527, % 74.51% Pendapatan Asli Daerah 2,751,770 2,975,594 1,862,966 1,944, % 65.36% Dana Perimbangan 1,270,215 1,403,290 1,214,646 1,310, % 93.40% Lain-lain Pendapatan yang Sah 347, , , , % 76.41% Belanja Daerah 4,551,706 5,299,618 2,641,558 3,075, % 58.03% Belanja Operasi 3,542,137 3,928,322 2,198,554 2,443, % 62.20% Belanja Modal 999,569 1,361, , , % 46.12% Belanja Tidak Terduga 10,000 10,000 1,926 1, % 18.93% Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan Sedangkan untuk belanja daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan relatif memperlihatkan tingkat realisasi yang cenderung stabil, dengan realisasi yang mencapai 58,03% baik pada triwulan III 2014 maupun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Total realisasi belanja daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 sebesar Rp3,07 triliun dari rencana belanja daerah sebesar Rp5,29 triliun. 1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah Perkembangan realisasi pendapatan daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan laporan menunjukan kinerja yang menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Efektivitas keuangan daerah 1, sebagaimana diukur melalui realisasi 1 Efektivitas Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap rencana pendapatan asli daerah yang dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

66 Bab 4 Keuangan Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD), pada triwulan laporan mencapai 65,36% dari total PAD yang dianggarkan. Angka rasio tersebut sedikit lebih rendah dari periode yang sama tahun 2013 (67,7%), hal ini menunjukkan adanya penurunan kinerja dari pendapatan asli daerah Provinsi Kalimantan Selatan jika dibandingkan dengan total Pendapatan Daerah. Penurunan tersebut terutama didorong oleh penurunan realisasi hasil pajak daerah sebesar 3,8% dan penurunan realisasi hasil retribusi daerah sebesar 31,73%, dimana khusus pajak daerah yang merupakan kompenen terbesar dari pendapatan asli daerah dengan share 80,81% sangat menentukan kinerja dari realisasi pendapatan asli daerah Provinsi Kalimantan Selatan. Penurunan tersebut terjadi seiring dengan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan semenjak triwulan I-2014 yang didorong oleh faktor eksternal yaitu melemahnya permintaan Tiongkok terhadap batubara yang merupakan komoditas ekspor utama Kalimantan Selatan. Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar) Uraian Pos APBD APBD Realisasi s/d Triwulan III % Realisasi Pendapatan Asli Daerah 2,751,770 2,975,594 1,862,966 1,944, % 65.36% Hasil Pajak Daerah 2,481,325 2,652,000 1,564,805 1,571, % 59.26% Hasil Retribusi Daerah 7,069 18,205 8,152 15, % 83.37% Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 43,528 33,666 38,154 44, % % lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 219, , , , % % Dana Perimbangan 1,270,215 1,403,290 1,214,646 1,310, % 93.40% Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 545, , , , % % Dana Alokasi Umum 683, , , , % 83.33% Dana Alokasi Khusus 41,554 54,190 31,165 40, % 75.00% Lain-lain Pendapatan yang Sah 347, , , , % 76.41% Pendapatan Daerah 4,369,706 4,734,618 3,330,299 3,527, % 74.50% Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan Seiring dengan penurunan realisasi PAD, rasio kemandirian daerah 2 Provinsi Kalimantan Selatan selama triwulan III-2014 juga mulai mengalami penurunan. Rasio kemandirian daerah mencapai 63,24%, yang mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 70,53%. Selain itu, kemampuan fiskal daerah 3 Provinsi Kalimantan Selatan dalam membiayai belanja sedikit mengalami penurunan, dari 55,94% pada triwulan III-2013 menjadi 55,13% pada triwulan laporan. Peningkatan realisasi PAD sebesar 4,4% (yoy) belum dapat mengimbangi peningkatan realisasi belanja daerah, yang meningkat sebesar 16,4% (yoy). Hal ini berakibat pada meningkatnya ketergantungan daerah terhadap dana perimbangan. 2 Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut 3 Kemampuan Fiskal Daerah merupakan rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap realisasi belanja daerah pada periode yang sama. Indikator ini menunjukkan sejauh mana kemandirian pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerahnya. 50 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

67 Bab 4 Keuangann Daerah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan, diolah Grafik 4.1. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah dalam APBD Triwulan III Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan, diolah Grafik 4.2. Rasio Kemandirian Daerah/ DesentralisasiD i Fiskal Dilihat dari komponen pembentuk PAD, pajak daerah yang memiliki porsii paling besar dalam penyusunan PAD mengalami penurunan realisasi yang cukupp signifikan yaitu dari 63,06% menjadi 59,26% pada triwulan III Jika dilihat dari nilainya, pada triwulan III 2014, realisasi pajak daerah mencapai Rp1, 57 triliun, atau hanya mengalami pertumbuhann sebesar 0,4% (yoy). Hal ini seiring dengan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan yang berpengaruh langsung terhadap capaian realisasi pajak daerah. Sedangkan untuk prosentasee realisasi dana perimbangan juga cenderung mengalami menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 95,63% pada triwulan III-2013 menjadi 93,4% pada triwulan laporan. Namun demikian, realisasi tersebutt masih cukup tinggi dengan capaian realisasi sudah mencapaii diatas 90% pada triwulan III. 2. Realisasi Belanja Daerah Berbeda dengan pos pendapatan yang mengalami penurunan, kinerja realisasi sisi pos belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan selama triwulan III 2014 tercata relatif stabil dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya dengan tingkat realisasi sebesar 58,03% %. Dilihat dari nominalnya, realisasi belanja mengalami peningkatan sebesar 16,4 % (yoy), yaitu dari Rp2,64 triliun t pada triwulan III 2013 menjadi Rp3,07 triliun pada triwulan laporan. Namun demikian, besar realisasi belanja daerah tersebut masih belum optimal karena seharusnya dapat mencapai 75% seperti halnya pencapaian realisasi pendapatan daerah. Ditinjau dari komponen belanja daerah, baik belanjaa operasi maupun belanja modal mengalami sedikit peningkatan realisasi. Pada belanja operasi, realisasi pada triwulann III 2014 mencapai Rp2,44 triliun atau 62,25% dari total anggaran, relatif stabil dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang realisasinyaa mencapai sebesar 62, 07% dari total anggaran. Relatif stabilnya prosentase realisasi belanja pada triwulan III 2014 disebabkan adanya peningkatan pada Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

68 Bab 4 Keuangan Daerah realisasi belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja bantuan sosial, namun diimbangi oleh terjadinya penurunan realisasi pada belanja bantuan keuangan. Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar) Uraian Pos APBD APBD Realisasi s/d Triwulan III % Realisasi Belanja Operasi 3,542,137 3,928,322 2,198,554 2,445, % 62.25% Belanja Pegawai 806, , , , % 60.78% Belanja Barang dan Jasa 1,028,254 1,280, , , % 58.93% Belanja Bantuan Sosial 422, , , , % 69.78% Belanja Bantuan Keuangan 1,284,409 1,379, , , % 64.07% Belanja Modal 999,569 1,361, , , % 46.12% Belanja Tidak Terduga 10,000 10,000 1,926 1, % 18.93% Total Belanja 4,551,706 5,299,618 2,641,558 3,075, % 58.03% Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan Sedangkan untuk realisasi komponen belanja modal sedikit mengalami peningkatan. Sampai dengan akhir triwulan III 2014, realisasi telah mencapai Rp627,77 miliar, atau 46,12% dari anggaran 2014, yang mengalami peningkatan dari realisasi periode yang sama tahun 2013 sebesar 44,13%. Dengan melihat capaian realisasi belanja modal sampai dengan akhir triwulan III-2014 yang belum mencapai 50%, hal ini menunjukkan masih kurang optimalnya peran Pemerintah Daerah dalam mendorong perekonomian Kalimantan Selatan, terutama dalam hal penyediaan infrastruktur. Hal ini mengingat belanja modal pada umumnya dipergunakan untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong investasi dan memperlancar distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah. Namun demikian, jika dilihat dari komposisi belanja operasional dan belanja modal terhadap belanja total, terdapat peningkatan rasio belanja modal terhadap total belanja dan penurunan rasio belanja operasional terhadap belanja total. Dari komposisi tersebut mengindikasikan adanya peningkatan porsi perhatian pemerintah daerah Kalimantan Selatan terhadap belanja modal % 84.00% 82.00% 80.00% 78.00% 76.00% 74.00% 72.00% 70.00% 68.00% 66.00% Rasio Realisasi Belanja Operasi terhadap Belanja Total Poly. (Rasio Realisasi Belanja Operasi terhadap Belanja Total) 72.98% 74.95% 83.56% 77.82% Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan, diolah Grafik 4.3. Prosentase Realisasi Belanja Operasi Terhadap Anggaran Belanja Total 74.12% Tw Tw Tw Tw Tw % 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Rasio Realisasi Belanja Modal terhadap Belanja Total Poly. (Rasio Realisasi Belanja Modal terhadap Belanja Total) 26.88% 24.93% 16.31% 21.96% Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan, diolah Grafik 4.4. Rasio Realisasi Belanja Modal Terhadap Belanja Total 25.69% Tw Tw Tw Tw Tw Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

69 Bab 4 Keuangan Daerah BOKS Keterkaitan Perekonomian dan PAD di Kalimantan Selatan Dengan diberlakukannya era-otonomi daerah sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004, setiap daerah diberi kewenangan yang luas untuk menggurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit mungkin adanya campur tangan dari pemerintah pusat. Dengan demikian, pemerintah daerah dituntut untuk menciptakan kemandirian daerah dalam membuat rencana keuangannya sendiri dan membuat kebijakan-kebijakan yang dapat berpengaruh pada kemajuan daerahnya. Sebagai salah satu indikator kemandirian daerah daerah dalam hal keuangan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai peran yang cukup besar dalam menopang pendapatan daerah. Berdasarkan UU No. 32 tahun 2014, PAD terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dengan melihat porsi dari penyusun PAD, komponen pajak daerah memberikan sumbangan yang paling dominan dengan porsi sebesar 80-85% dari total PAD. Hal tersebut memperlihatkan kondisi bahwa PAD dipengaruhi oleh kinerja ekonomi di daerah tersebut. Semakin besar kinerja perekonomian suatu daerah akan mendorong semakin besarnya aktivitas ekonomi dan mendorong PAD lebih besar (dari pajak, retribusi, laba BUMD dan lain-lain). Bukti empiris pengaruh kinerja perekonomian pada PAD di Kalimantan Selatan dapat dilihat dari salah satu persamaan pendapatan asli daerah (OREVNL) di Blok Fiskal dalam REMBI* (Regional Macroeconomic Model Bank Indonesia) yang dikembangkan oleh KPw BI Wilayah II Kalimantan dengan menggunakan metode Error Correcting Model (ECM). PENDAPATAN ASLI DAERAH (OREVNL) Persamaan Jangka Panjang Komponen yang Mempengaruhi (Var. Independen) Koefisien Regresi C Konstanta *** GDRPNL PDRB Provinsi Kalimantan Selatan nominal 1.94 *** Menggunakan Dummy Waktu (t) : 2004.Q4 t 2009.Q1; t 2011.Q1 Persamaan Jangka Pendek Komponen yang Mempengaruhi (Var. Independen) Koefisien Regresi C Konstanta 0.03 *** GDRPNL PDRB Provinsi Kalimantan Selatan nominal 0.43 *** ECM_OREVNL( 1) ECM Persamaan Pendapatan Asli Daerah 0.20 *** Menggunakan Dummy Waktu (t) : (t=2002.q1)+(t=2005.q1); (t=2008.q1)+(t=2010.q1); 2009.Q1 t 2009.Q3; 2004.Q2 t 2005.Q3; t=2004.q1 Diagnostic Test Adjusted R Squared 0.88 Durbin Watson Stat 1.82 LM Test Stat 0.68 Heteroscedasticity Test Stat 0.42 ***signifikan pada α = 1% * REMBI merupakan suatu model makroekonometrik regional yang relatif komplit (struktural), obyektif dan powerfull dalam menjelaskan State of Economy daerah (termasuk untuk proyeksi 1-2 tahun kedepan), Terdiri dari 5 blok: blok PDRB Permintaan, PDRB Penawaran, Blok Moneter, Fiskal dan Harga. Metode estimasi dan proyeksi yang digunakan adalah Error Correcting Model (ECM). REMBI Provinsi Kalsel diestimasi dengan menggunakan data kuartalan, dari kuartal I-2000 s.d kuartal IV Hasil estimasi pada persamaan pendapatan asli daerah tersebut memperlihatkan secara jangka panjang PDRB Provinsi Kalimantan Selatan berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah, hal tersebut sesuai dengan teori ekonomi yang ada. Sama halnya dengan persamaan jangka panjang, untuk persamaan jangka pendek PDRB Provinsi Kalimantan Selatan juga berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan koefisien elastisitas sebesar 0,43. Sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

70 Bab 4 Keuangan Daerah setiap penambahan 1% PDRB Provinsi Kalimantan Selatan secara nominal akan meningkatkan PAD Kalimantan Selatan sebesar 0,43%. Dengan kata lain untuk meningkatkan PAD Kalsel sebesar 1% diperlukan penambahan PDRB Kalsel (ADHB) sebesar 2,32%. Dengan kondisi PDRB Kalsel (ADHB) tahun 2013 sebesar Rp75,93 triliun dan realisasi PAD Kalsel tahun 2013 adalah Rp2,54 triliun, jika menggunakan persamaan di atas maka untuk meningkatkan PAD Kalsel sebesar Rp25,4 miliar, diperlukan penambahan PDRB Kalsel (ADHB) sebesar Rp1,76 triliun. Pada prakterknya, PDRB Provinsi Kalimantan Selatan dapat berkontribusi lebih terhadap PAD Kalimantan Selatan apabila sumber-sumber pendapatan dimaksimalkan seperti melalui : 1. Mengoptimalkan pendapatan daerah melalui sistem online (pembayaran pajak daerah, retribudi dan lain sebagainya). 2. Menggunakan sistem pembayaran non tunai dalam menerima pembayaran dari masyarakat. 3. Mengoptimalkan laba dari BUMD terutama yang bergerak pada sektor-sektor unggulan dan bekelanjutan (agroindustri, perikanan dan kelautan) dan, 4. Meningkatkan PMA dan PMDN di wilayah Kalsel dengan upaya menyiapkan berbagai macam infrastruktur pendukung baik fisik maupun regulasi yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan PDRB Provinsi Kalimantan Selatan. 54 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

71 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

72

73 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Pada triwulan III 2014 kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan memperlihatkan adanya pelemahan seiring dengan melambatnya kinerja sektor pertanian yang menyerap tenaga kerja terbesar. Pada triwulan laporan, penyerapan tenaga kerja memperlihatkan kecenderungan melambat sebagaimana terindikasi dari hasil survei Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan yang mencatat beberapa penurunan pada beberapa indikator ketenagakerjaan dan peningkatan pada indikator pengangguran. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan pada triwulan laporan secara umum juga memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Berbagai indikator seperti daya beli masyarakat dari hasil Survei Konsumen memperlihatkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini mengalami mengalami penurunan. Selain itu Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalsel juga mengalami penurunan pada triwulan laporan. 1. KETENAGAKERJAAN Tingkat pengangguran terbuka di Kalimantan Selatan berdasarkan data Agustus 2014 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh penyerapan penduduk yang bekerja. Dalam satu tahun terakhir angkatan kerja mengalami peningkatan sebanyak 40,9 ribu orang menjadi 1,94 juta, sedangkan tambahan penduduk yang bekerja hanya sebesar 36,6 ribu orang. Sehingga terdapat tambahan 4,3 ribu pengangguran menjadi total 73,76 ribu atau mengalami peningkatan sebesar 6,18% (yoy). Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Uraian Feb 2012 Agst 2012 Feb 2013 Agst 2013 Feb 2014 Agst 2014 Angkatan Kerja (juta jiwa) a. Bekerja (juta jiwa) b. Pengangguran (juta jiwa) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/TPAK (%) Tingkat Pengganguran Terbuka/TPT (%) Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah Secara sektoral, penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi di sektor pertanian. Meskipun demikian, jumlah penduduk yang bekerja di sektor tersebut mengalami penurunan sebesar 0,74% dibandingkan Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

74 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan periode yang sama pada tahun Penurunan pada sektor pertanian diimbangi dengan adanya peningkatan pada sektor perdagangan yang mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 1,86% menjadi 23,28% dari total penduduk yang bekerja pada data Agustus Terjadinya penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian seiring dengan kondisi tidak kondusifnya sektor pertanian, terutama tanaman pangan akibat fenomena alam yang menyebabkan terjadinya kegagalan panen komoditas utama pangan Kalimantan Selatan. Tabel 5.2. Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama (%) Lapangan Pekerjaan Utama Feb 2012 Agust 2012 Feb 2013 Agust 2013 Feb 2014 Agust 2014 Pertanian Industri Bangunan Perdagangan Jasa Kemasyarakatan Lainnya ***) Total ***) Sektor lainnya terdiri dari: Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Angkutan dan keuangan Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar angkatan kerja di Kalimantan Selatan terserap di sektor informal 1. Proporsi pekerja Kalimantan Selatan yang mempunyai status pekerjan utama formal dan informal setiap periode dalam 3 tahun terkahir hampir selalu persisten dengan share ± 63,5% untuk sektor informal dan ± 36,5% untuk sektor formal. Namun demikian, untuk data Agustus 2014, terjadi penurunan porsi atau persentase pekerja di sektor formal dari 63,74% pada posisi data Agustus 2013 menjadi 63,03% pada periode laporan. Tabel 5.3. Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan (%) Status Pekerjaan Feb 2012 Agust 2012 Feb 2013 Agust 2013 Feb 2014 Agust 2014 Berusaha Sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tidak dibayar Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar Buruh/karyawan/pegawai Pekerja bebas Pekerja tak dibayar Total Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah Dari sisi kualitas, tenaga kerja di Kalimantan Selatan menunjukan adanya perbaikan. Perbaikan kualitas tersebut tercermin dari peningkatan tenaga kerja dengan pendidikan terakhir SMA atau setingkat, yang seiring dengan penurunan pada tenaga kerja dengan pendidikan terakhir SD dan/atau SMP. Tenaga kerja dengan pendidikan SMA atau setingkat pada periode Agustus 2014 meningkat sebesar 9,62% dari periode yang sama tahun Sementara itu, tenaga kerja dengan tingkat pendidikan 1 Status pekerjaan informal adalah pekerja yang mempunyai status selain sektor formal yaitu berusaha dibantu buruh tetap/baruh dibayar dan buruh/karyawan/pegawai 58 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

75 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan terakhir Diploma atau Universitas hanya mengalami peningkatan sebesar 1,9% pada periode Agustus 2014 dibandingkan periode yang sama pada tahun Tabel 5.4. Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (%) Presentase Penduduk Menurut Pekerjaan Feb 2012 Agust 2012 Feb 2013 Agust 2013 Feb 2014 Agust 2014 Rendah Menengah Tinggi Total Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah Berdasarkan pendidikan yang ditamatkan, persentase penangguran terbuka di kelompok angkatan kerja yang memiliki pendidikan menengah (SMA atau setingkat) dan pendidikan tinggi (Diploma dan Universitas) mengalami peningkatan. Sementara itu, kelompok pendidikan rendah (SD dan SMP) mengalami penurunan persentase penangguran terbuka. Hal ini memperlihatkan pertambahan angkatan kerja dengan pendidikan lulusan pendidikan menengah dan tinggi tidak diimbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang membutuhkan spesifikasi lulusan pendidikan menengah dan tinggi. Untuk tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tertinggi dan Tingkat Penangguran Terbuka Terendah (TPT) pada periode Agustus 2014 terdapat pada Kabupaten Balangan dengan TPAK sebesar 78,26% dan TPT sebesar 1,34%. Sedangkan untuk Kabupaten Tapin menjadi Kabupaten yang memiliki penurunan TPT terbesar (3,64%) dari TPT pada periode Agustus 2013 sebesar 5,43% menjadi 1,79% pada periode laporan. TPT terbesar pada periode Agustus 2014 terdapat di Kota Banjarmasin dengan besar 6,02% dan Kota Banjarbaru dengan besar 5,35%. Peningkatan TPT pada dua kota tersebut seiring dengan adanya penurunan pekerjaan formal pada periode laporan yang lebih banyak terkonsentrasi pada dua kota besar di Kalimantan Selatan TPAK (%) Ags 2013 TPAK (%) Ags 2014 TPT (%) Ags 2013 TPT (%) Ags Tanah Laut Kota Baru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah 2.83 Hulu Sungai Utara 2.2 Tabalong 4.76 Tanah Bumbu Balangan Banjarmasin Banjarbaru Kalimantan Selatan Grafik 5.1. TPAK dan TPT Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

76 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 2. KESEJAHTERAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 kembali melanjutkan tren penurunan semenjak awal tahun. Hal ini dikonfirmasi dari beberapa indikator kesejahteraan yang dihasilkan selama triwulan laporan di bawah ini Daya Beli Masyarakat Seiring dengan meningkatnya tekanan inflasi di Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014, daya beli masyarakat Kalimantan Selatan menunjukan indikator penurunan. Bedasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan), Indeks Penghasilan Konsumen (IPK) pada triwulan III 2014 sebesar 139,6 dan mengalami penurunan sejak triwulan I Penurunan ini sejalan dengan turunnya UMP riil Kalimantan Selatan karena semakin besarnya tekanan inflasi sampai dengan triwulan III 2014 akibat adanya kenaikan harga pangan dan komoditas strategis lainya, serta faktor musiman adanya perayaan Idul Fitri yang selalu ditandai dengan peningkatan harga kebutuhan pokok. Namun, Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen pada triwulan III 2014 yang diperoleh dari hasil Survei Konsumen, masih berada pada level yang optimis dan tercatat sebesar 141,3 (di atas 100), walaupun mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 152,9. Masyarakat Kalimantan Selatan masih mengekspektasikan bahwa ke depan masih ada penghasilan yang akan diperoleh untuk memenuhi kebutuhan, walaupun adanya kecenderungan penurunan daya beli akibat meningkatnya tekanan inflasi Indeks Rp Ribu Upah Riil (Rp ribu, LHS) gupah Riil (%, qtq, RHS) gupah Riil (%, yoy, RHS) % 1,206 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III 0.00 I II III IV I II III IV I II III Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wilayah II (Kalimantan) Grafik 5.2. Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah Grafik 5.3. Upah Riil di Kalimantan Selatan 60 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

77 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 2.2. Nilai Tukar Petani Sebagai salah satu indikator pengukur kemampuan petani untuk menukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan dalam konsumsi rumah tangga dan untuk memproduksi produk pertanian, Nilai Tukar Petani (NTP), dapat dijadikan sebagai salah satu alat ukur untuk tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya yang bekerja di sektor pertanian. Pada triwulan III-2014, NTP Kalimantan Selatan tercatat sebesar 99,11 atau sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 99,89. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh peningkatan Indeks yang dibayarkan petani (109,98, meningkat 1,2%) tercatat lebih besar dibandingkan dari indeks yang diterima petani (109,07, meningkat 0,4%). Hal tersebut memperlihatkan bahwa secara umum petani di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi dan/atau memproduksi produk pertanian daripada pendapatan atau penerimaan yang diperoleh dari usaha tani. Sehingga masyarakat petani Kalimantan Selatan secara umum mengalami penurunan kesejahteraan pada triwulan III Dilihat dari sub sektornya, petani sektor tanaman pangan dan sektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan NTP. Tercatat NTP sub sektor tanaman pangan pada triwulan III 2014 sebesar 97,89, turun -0,88% dari triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar 98,76. Sedangkan untuk NTP sub sektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar -4,34% (qtq), dari NTP pada triwulan sebelumnya sebesar 93,87 menjadi 89,80 pada triwulan III Sedangkan untuk sub sektor lainnya (hortikultura, peternakan dan perikanan) mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia, NTP Kalimantan Selatan mengalami penurunan ranking kembali, dimana saat ini berada pada urutan ke-27 sementara pada triwulan sebelumnya berada pada urutan ke-24. Sementara jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan, NTP Kalimantan Selatan berada di urutan ke-2 setelah Kalimantan Timur dengan NTP 101,12, kemudian Kalimantan Tengah di urutan ke-2 dengan NTP 100,56 dan Kalimantan Barat berada di urutan terakhir dengan NTP 96, NTP Indeks I II III IV I II III IV I II III NTP (LHS) Indeks yang dibayar petani (RHS) Indeks yang diterima petani (RHS) Sumber : BPS Provinsi Kalsel, diolah Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

78 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Sumber : BPS Provinsi Kalsel Tabel 5.5. Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2007) Sektor, Kelompok dan Subkelompok Perubahan (%) II III IV I II III IV I II III qtq yoy Tanaman Pangan Nilai Tukar Petani % -4.60% Indeks harga yang diterima petani (lt) % % a. Padi % % b. Palawija % % Indeks harga yang dibayar petani (lb) % % a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga % % b. Indeks BPPBM % % Hortikultura Nilai Tukar Petani % % Indeks harga yang diterima petani (lt) % % a. Sayur-sayuran % % b. Buah-buahan % % c. Tanaman Obat % Indeks harga yang dibayar petani (lt) % % a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga % % b. Indeks BPPBM % % Tanaman Perkebunan Rakyat Nilai Tukar Petani % -0.99% Indeks harga yang diterima petani (lt) % % Tanaman Perkebunan Rakyat % % Indeks harga yang dibayar petani (lt) % % a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga % % b. Indeks BPPBM % % Peternakan Nilai Tukar Petani % 4.31% Indeks harga yang diterima petani (lt) % % a. Ternak Besar % -5.41% b. Ternak Kecil % % c. Unggas % % d. Hasil Ternak % % Indeks harga yang dibayar petani (lt) % % a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga % % b. Indeks BPPBM % -4.65% Perikanan Nilai Tukar Petani % 22.27% Indeks harga yang diterima petani (lt) % 1.89% a. Penangkapan Ikan % 6.45% b. Budidaya % -8.46% Indeks harga yang dibayar petani (lb) % % a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga % % b. Indeks BPPBM % -5.72% Gabungan Nilai Tukar Petani % -4.88% Indeks harga yang diterima petani (lt) % % Indeks harga yang dibayar petani (lb) % % a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga % % b. Indeks BPPBM % % 62 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

79 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan BOKS UMP DAN DAYA SAING TENAGA KERJA KALIMANTAN SELATAN Saat ini keterbukaan ekonomi tidak t hanya dialami dalam lingkup negara melainkan juga pada tingkat provinsi. Konsep free flow of laborr yang akan dihadapi Indonesia dan seluruh negara yang tergabung dalam ASEAN melalui adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN tentu akan mempengaruhi pasar tenaga kerja di Indonesia. Masing-masing provinsi akan memiliki dayaa tarik yang berbeda terhadap angkatan kerja yangg tersedia. Variabel yangg paling mudah dipakai dalam menilai daya tarik masing-masing provinsi ialah melalui Upah Minimum Provinsi (UMP) yang tiap tahun dilakukan revisi. Data terakhir menunjukkan dari 34 provinsi di Indonesia 27 di antaranya telah menyampaikan besaran UMP untuk tahun Untuk Kalimantan sendiri seluruh provinsi telah menyampaikan besaran UMP Berikut merupakan peta besaran nilai UMP masing-masing provinsi di Kalimantan. Provinsi Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Nasional UMP 2015 Rp Rp Rp Rp Rp UMP 2014 g (YoY) Rp ,04% Rp ,11% Rp ,43% Rp ,41% Rp ,93% Sumber : Direktorat Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja KEMENAKERTRANS Gambar 1. Peta Nilai UM Provinsi di Kalimantan Tabel 1. Nilai dan Petumbuhan UMP Melalui data di atas dapat dilihat bahwa Kalimantan Selatan merupakan provinsi dengan persentase peningkatan UMP yang palingg besar di Kalimantann dan lebihh tinggi daripada pertumbuhan UMP nasional. Meningkatnya UMP tersebut memberikan dampak tidak hanya kepada dunia usahaa melainkann juga mempengaruhi pasar tenaga kerja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya UMP memiliki pengaruh negatif terhadapp serapan tenaga kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah mengingatt dari data yang disajikan oleh BPS menunjukkan adanya peningkatan pengangguran terbuka pada tahun Pengangguran terbuka sendiri mencapai 4,03% atau meningkat 0,19% dibandingkan periode yang sama tahun 2013 sebesar 3,84% %. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

80 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraann Sumber : BPS Kalimantan Selatan Grafik 1. Tingkat Pengangguran Terbuka Kalimantan Selatan Grafikl 2. Status Pekerjaan Angkatan Kerja Kalimantan Selatan Selain itu rasio status pekerjaan angkatan kerja pun mulai kembali bergeser kee sektor informal, setelah empat tahun berturut-turut sektor formal mengalami peningkatan, padaa 2014 mengalami penurunan rasio. Hal ini sejalan dengan beberapa jurnal yang menyatakann bahwa dengan meningkatnya upah minimum akan meningkatkan angkatan kerja di sektor informal. Usaha mikro akan memiliki peran penting dalam menyerap tenaga kerja yang tidak mampuu diserap di pasar formal melalui perusahaan-perusahaan besar. Menurut survei oleh Asia Competitiveness Institute (ACI) Kalimantan Selatan menduduki peringkat ke 13 dalam hal tingkat daya saing antar provinsi, dimana bila dibagi per sektor maka lingkup kondisi keuangan, Bisnis dan Tenaga Kerja memiliki peringkat terendah pada peringkat 27 dari total 33 provinsi. Kondisi demikian perlu menjadi perhatian pemerintah agar peningkatan UMP tidak akan meningkatkann tingkat pengangguran yang ada. Oleh karena itu kebijakan peningkatan nilai UMP yang telah ditetapkan tersebut harus diiringi oleh kebijakan lanjutann yang mampu merangsangg industri di Kalimantan Selatan. 64 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

81 Bab 6 Prospek Ekonomi BAB VI PROSPEK EKONOMI Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

82

83 Babb 6 Prospek Ekonomi 6 PROSPEK EKONOMII 1. PRAKIRAAN KONDISI MAKRO EKONOM MI I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan) Grafik 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha (rhs) Sumber: SKDU - KPw BI Wilayahh II (Kalimantan) Padaa triwulan IV 2014 mendatang pertumbuhan ekonomi e Kalimantann Selatan diperkirakan mengalami peningkatan disertaii kecenderungan meningkatnyaa tekanan inflasi. Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan d liaison, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV 2014 diprakirakan berada pada kisaran 4,7% - 5,1% (yoy). Adapun untuk keseluruhan tahun 2014, perkiraan perekonomiann Kalimantann Selatan berada pada kisaran 4,8% - 5,,2% (yoy). Sementara itu, dari arah trend data, isuu di lapangan, serta hasil survei kepada masyarakat dan pelaku usaha, serta memperhatikan laju inflasi hingga triwulan laporan, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV 2014 cenderungg meningkat dengan perkirakan berada pada kisaran 5,3% - 5,7% (yoy). Peningkatan tersebut t disebabkan oleh tekanan inflasi dari kelompok administered prices (kenaikan TTL, tarif batas atas angkutan udara dan potensi kelangkaan LPG 3 Kg), serta tekanan dari peningkatan harga komoditas volatile food seiring meningkatnya potensi dampak El- Nino dan meningkatnya permintaan di akhir tahun Grafik 6.2. Ekspektasi Kegiatan Usaha Perekonomian Kalimantann Selatan diperkirakan meningkat pada triwulan IV 2014 dan berada dalam kisaran 4,7% - 5,1% (yoy). Perekonomian ke depan d diperkirakan masih memiliki Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

84 Bab 6 Prospek Ekonomi kondisi yang tidak jauh berbeda dengan triwulan III 2013 terutama pengaruh dari sisi eksternal. Dari sisi eksternal, perekonomian dunia pada periode mendatang diperkirakan masih dapat tumbuh meski diwarnai dengan risiko pelemahan yang tinggi. Perekonomian negara-negara tujuan ekspor Kalimantan Selatan seperti India diperkirakan akan semakin meningkat dan mampu menutupi permintaan Tiongkok yang menurun. Kondisi ini juga tercermin dari peningkatan ekspektasi dunia usaha di Kalimantan Selatan sesuai Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah II-Kalimantan. Dari sisi permintaan, peningkatan terutama disumbang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan peningkatan penghasilan masyarakat. Ekspor luar negeri yang masih mengalami kontraksi meskipun tidak sedalam periode sebelumnya karena terbantu oleh peningkatan permintaan dari India. Sementara itu kegiatan investasi masih menopang perekonomian Kalimantan Selatan. Hal ini terkait dengan masih berlanjutnya proyek-proyek pembangunan infrastruktur dan pembangunan smelter. Selain itu, berkembangnya pasar batubara domestik untuk pembangkit listrik dan smelter diperkirakan akan membuat perusahaan tetap melanjutkan kegiatan investasinya di bidang pertambangan. Dari sisi sektoral, peningkatan diperkirakan terjadi karena adanya perbaikan kinerja pada sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Bergesernya sebagian panen padi ke triwulan IV 2014 diperkirakan akan menambah produksi pada triwulan tersebut, selain itu kondisi cuaca yang mendukung produksi kelapa sawit dan karet diperkirakan akan semakin meningkatkan kinerja sektor pertanian. Seiring dengan bahan baku kelapa sawit yang melimpah, produksi CPO diperkirakan akan meningkat dan mendorong kinerja sektor industri pengolahan. Sementara itu, sektor pertambangan diperkirakan akan mengalami perlambatan seiring dengan masih berlangsungnya konsolidasi berkaitan dengan pergeseran ekspor batubara ke Tiongkok menjadi ekspor ke India. Konsolidasi pasar batubara juga terjadi antara peningkatan penggunaan batubara domestik dan mengurangi ketergantungan ekspor batubara. Selain itu, dikeluarkannya ketentuan Eksportir Terdaftar (ET) untuk komoditas batubara mulai 1 Oktober 2014 diperkirakan akan menahan produksi dan ekspor batubara dari Kalimantan Selatan. Dengan kondisi tersebut, perekonomian Kalimantan Selatan untuk tahun 2014 yang pada awal tahun diperkirakan tumbuh sebesar 5,2% - 5,6% (yoy) akan cenderung terkoreksi ke bawah berada pada kisaran 4,8% - 5,2%. Dengan demikian, perekonomian Kalimantan Selatan diperkirakan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 5,18% (yoy). 2. PRAKIRAAN INFLASI Tekanan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan terakhir di tahun 2014 diperkirakan terus meningkat, bahkan berpotensi melampaui sasaran inflasi yang ditetapkan jika Pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi. Dengan mempertimbangkan 68 Kaji an Eko nom Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

85 Bab 6 Prospek Ekonomi berbagai potensi resiko yang ada dan tanpa menghitung dampak rencana kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir tahun diprakirakan mencapai 5,3% - 5,7%. Secara historis Inflasi pada triwulan IV, khususnya bulan November dan Desember cenderung tinggi dan pada tahun ini juga dihadapkan pada sejumlah faktor yang berpotensi semakin mendorong tingginya inflasi di akhir Selain rencana kenaikan BBM bersubsidi, berbagai resiko yang turut berpotensi untuk mendorong peningkatan tekanan inflasi Kalimantan Selatan antara lain: 1. Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) untuk 6 golongan listrik, khususnya listrik rumah tangga, untuk tahap ke-4 yang akan mendorong inflasi baik secara langsung terhadap peningkatan biaya tarif listrik, serta kenaikan harga barang yang disebabkan oleh peningkatan biaya produksi oleh produsen. 2. Rencana kenaikan tarif batas atas angkutan udara dengan kenaikan di kisaran 10% diperkirakan akan memberikan tekanan yang cukup besar pada inflasi kelompok administered price. Selama tahun 2014, tarif angkutan udara sering menjadi penyumbang inflasi terbesar di provinsi Kalimantan Selatan. 3. Terjadinya El Nino meskipun dengan intensitas kecil moderat diperkirakan berpengarup pada mundurnya musim tanam dan dapat berdampak pada penurunan produksi pangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan tekanan inflasi kelompok volatile food. 4. Dengan adanya kenaikan LPG 12KG pada pertengahan September 2014, terdapat kemungkinan meluasnya kelangkaan LPG 3 Kg akibat penyalahgunaan yang berpotensi mendorong lonjakan harga. 5. Tidak adanya penyaluran RASKIN di bulan November-Desember 2014, akibat telah ditarik sebelumnya untuk bulan Februari-Maret dapat berpotensi untuk meningkatkan harga beras yang merupakan komponen utama dalam konsumsi masyarakat di Indonesia pada umumnya. Selain itu, dari sisi permintaan diperkiraan akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya ekspektasi inflasi pada triwulan IV 2014 yang didorong oleh wacana peningkatan BBM berubsidi, khususnya pada beberapa komoditas yang secara suplai tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi lokal seperti beberapa produk hortikultura, beras, dan telur ayam ras. Peningkatan ekspektasi tersebut terindikasi dari Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang, menunjukkan bahwa di pada tiga bulan mendatang (triwulan IV) mengalami peningkatan, sementara itu untuk jangka panjang (6 bulan mendatang) terdapat ekspektasi adanya penurunan. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

86 Bab 6 Prospek Ekonomi Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad Inflasi Aktual yoy (skala kanan) Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah Grafik 6.3. Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang Mempertimbangkan besarnya resiko tekanan inflasi mendatang, Pemerintah Daerah, Bank Indonesia dan Stakeholder terkait perlu segera melakukan langkah-langkah antisipasi untuk meminimalkan dampak inflasi. Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain; 1. Mengendalikan dampak lanjutan dari rencana kenaikan harga BBM bersubsidi melalui: a. Penegakan hukum terhadap penyalahgunaan (penimbunan dan penyelewengan) BBM bersubsidi terutama menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi b. Membahas dengan pemerintah (pusat dan daerah) terkait pengaturan tarif angkutan, baik di dalam kota maupun antarkota, dengan kenaikan secara wajar yang mempertimbangkan daya beli masyarakat c. Memperkuat program komunikasi kepada masyarakat dalam rangka mengelola ekspektasi inflasi, dengan menyampaikan beberapa hal penting a.l. dampak inflasi dari kenaikan harga BBM bersifat temporer; penyesuaian harga BBM merupakan upaya reformasi bidang energi yang diperlukan untuk kesehatan perekonomian dalam jangka panjang; dan kenaikan harga barang dan jasa sepatutnya tidak berlebihan karena hanya diakibatkan oleh kenaikan biaya distribusi sementara stoknya mencukupi 2. Memperkuat dan memperbaiki sistem distribusi LPG 3 kg untuk meminimalkan penyalahgunaan mengingat subsidi pada komoditas ini masih cukup besar dan disparitas harganya dengan LPG 12 kg sangat lebar. 3. Mempersiapkan stok pangan yang cukup, khususnya beras karena penurunan produksi dan pengaruh El Nino yang menyebabkan bergesernya musim tanam. 70 Kaji an Eko nom Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014

87 Bab 6 Prospek Ekonomi Tabel Prospek Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) Pertumbuhan PDRB, % yoy * 2013 I II III IV I II III IV* 6,1 5,7 5,6 5,1 4,8 5,4 5,2 5,5 4,8 4,8 4,7-5,1 4,8 5,2 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wil II Kalimantan Inflasi I II III I II III 2014* IHK, %yoy 3,98 5,96 5,25 4,74 7,09 6,98 4,89 6,83 4,81 5,3 5,7 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wil II Kalimantan Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

88

89 DAFTAR ISTILAH Administered price Andil inflasi APBD Bobot inflasi Dana Perimbangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Faktor Fundamental Faktor Non Fundamental Imported inflation Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Investasi Inflasi inti Liaison Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah. Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan. Anggaran Pendapatann dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam pemberian otonomi daerah. mencapai tujuan Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu bank. Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat Faktor nonn fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang beradaa di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusii bahan pangan ( volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price) Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi perkembangan harga di luar negeri (eksternal) yang berasal dari pengaruh Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumenn terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumenn terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skalaa Indeks yang menunjukkan level keyakinann konsumenn terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi peningkatan modal. melalui Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsungg kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

90 Loan to Deposit Ratio (LDR) Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatuu waktu tertentu. Migas Mtm Non Performing Loan (NPL) Omzet PDRB Pendapatan Asli Daerah (PAD) Perceived risk Qtq Saldo Bersih SBT Sektor ekonomi dominan Volatile food West Texas Intermediate Yoy Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas. Month to month. Perbandingann antara data satu bulan dengann bulan sebelumnya. Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total keseluruhan kreditnya Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi. Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara Quarter to quarter. Perbandingan antara dataa satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban meningkat dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban menurun dan mengabaikan jawaban sama. Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengann bobot sektor/subsekto yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karenaa faktor-fakto tertentu. Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia. Year on year. Perbandingan antaraa data satu tahun dengann tahun sebelumnya.

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan

Halaman ini sengaja dikosongkan Halaman ini sengaja dikosongkan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i Halaman ini sengaja dikosongkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci