KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan dan sistem pembayaran, informasi tentang keuangan daerah serta prospek perekonomian daerah Sulawesi Tenggara. Kajian ini disusun secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Kendari baik dengan menggunakan data internal maupun data yang diperoleh dari instansi terkait di luar Bank Indonesia. Untuk itu, tanggung jawab penulisan laporan ini sepenuhnya berada pada Kantor Bank Indonesia Kendari. Kami berharap kajian ini dapat terus ditingkatkan mutu, isi dan cara penyajiannya sehingga dapat bermanfaat bagi para pihak yang membutuhkannya. Untuk itu, saran dan masukan guna perbaikan dan penyempurnaan buku kajian ini sungguh akan kami hargai. Akhirnya, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang memungkinkan tersusunnya buku kajian ini dan kiranya kerja sama, saling tukar menukar informasi dan data dapat terus berkelanjutan. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI Lawang M. Siagian Pemimpin

2 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan KANTOR BANK INDONESIA KENDARI ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GRAFIK... v DAFTAR TABEL... vii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 PERKEMBANGAN EKONOMI... 1 INFLASI... 1 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN... 2 KEUANGAN DAERAH... 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN... 6 PROSPEK EKONOMI... 6 BAB I. ASESMEN MAKROEKONOMI Kondisi Umum PDRB Menurut Penggunaan PDRB Menurut Lapangan Usaha Boks 1Dilema Infrastruktur Jalan Provinsi Sulawesi Tenggara...28 BAB II. ASESMEN INFLASI Kondisi Umum Perkembangan Inflasi Bulanan di Provinsi Sulawesi Tenggara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Inflasi Tahun Berjalan dan Inflasi Tahunan Inflasi/Deflasi Terbesar per-sub Kelompok Boks 2 Infrastruktur Buruk Penyebab Tingginya Inflasi Kota Kendari...41 BAB III. ASESMEN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Kondisi Umum Perkembangan Bank Umum Perkembangan Aset Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perkembangan Kredit Perkembangan Kredit UMKM Perkembangan Kredit Lokasi Proyek KANTOR BANK INDONESIA KENDARI iii

4 Perkembangan NPLs Bank Umum Profitabilitas Usaha Efisiensi Usaha Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Perbankan Per Wilayah Perkembangan Aset Perkembangan Penghimpunan DPK Perkembangan Penyaluran Kredit Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Perkembangan Non Performing Loans (NPLs) BAB IV. KEUANGAN DAERAH Realisasi APBD TA Realisasi Berdasarkan Surat Perintah Pembayaran Dana Stimulus Infrastruktur BAB V. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkenbangan Alat Pembayaran Tunai Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai BAB VI. KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Ketenagakerjaan Daerah Kesejahteraan BAB VII. PROSPEK EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Prospek Ekonomi Makro Perkiraan Inflasi Prospek Perbankan Dan Sistem Pembayaran LAMPIRAN DATA KANTOR BANK INDONESIA KENDARI iv

5 KANTOR BANK INDONESIA KENDARI v

6 DAFTAR GRAFIK Nama Grafik Nomor Halaman Grafik Perekonomian Sulawesi Tenggara Grafik Ekspektasi Inflasi Grafik Konsumsi Bahan Bakar Grafik Konsumsi Air Grafik Realisasi Kredit Konsumsi Grafik Realisasi Kredit Investasi Grafik Realisasi Kredit Modal Kerja dan Investasi...15 Grafik. 1.8.Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik Arus Bongkar Grafik Impor Sulawesi Tenggara Grafik Arus Muat Grafik Share setiap sektor terhadap pembentukan PDRB Grafik Ekspor Bijih Nikel Grafik Arus Bongkar Muat Di PelabuhanKendari dan Bau-Bau (Ton/M 3 ) Grafik Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tenggara Grafik Jumlah Arus Penumpang di Bandara Wolter Monginsidi Kendari Grafik NTB Perbankan Di Sulawesi Tenggara Grafik Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) Nasional dan Kendari Grafik Inflasi Tahunan Kota Kendari Grafik Perkembangan Pangsa Aktiva Produktif Grafik Perkembangan Pangsa Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank Grafik Pangsa DPK Bank Umum Berdasarkan Jenis Simpanan Triwulan II Grafik Perkembangan DPK Bank Umum di Sulawesi Tenggara Menurut Golongan Pemilik Grafik Pertumbuhan Kredit (y.t.d) Berdasarkan Penggunaan Grafik Pangsa Penyaluran Kredit Berdasarkan Penggunaan Grafik Pertumbuhan Kredit (y-t-d) Berdasarkan Kelompok Bank Grafik Pangsa Penyaluran Kredit Berdasarkan sektor Ekonomi Grafik Realisasi Kredit Baru Grafik Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi Grafik PangsaKomponen Pendapatan Operasional Grafik Pangsa Kredit BPR BerdasarkanPenggunaan KANTOR BANK INDONESIA KENDARI vi

7 Grafik Pangsa Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi Grafik Perkembangan Aliran Uang Masuk/Keluar Ke/Dari KBI Kendari Grafik Perbandingan Inflow dan PTTB Grafik Perkembangan Transaksi SKN melalui BI Grafik Perkembangan Transaksi RTGS melalui BI Grafik Pangsa Luas Sawah Per Kabupaten Grafik Pergerakan Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari KANTOR BANK INDONESIA KENDARI vii

8 DAFTAR TABEL Nama Tabel... Nomor Halaman Tabel PDRB Penggunaan Tabel Indeks Keyakinan Tabel Volume Ekspor Per Komoditas Propinsi Sulawesi Tenggara Tabel Pertumbuhan Tiap Sektor (dalam persen) Tabel Aram Produksi Tabama Prov.Sultra Tabel Produksi Kakao Prov.Sultra Tabel Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko Tabel Perkembangan Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara Tabel Perkembangan Inflasi Bulanan Tabel Komoditi Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan Makanan Tabel Komoditi Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, rokok dan Tembakau Tabel Komoditi Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 35 Tabel Komoditi Penyumbang Deflasi Kelompok Sandang Tabel Komoditi Penyumbang Inflasi Kelompok Kesehatan Tabel. 2.8 Komoditi Penyumbang Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Tabel Komoditi Penyumbang Inflasi Kelompok Transportasi dan Komunikasi Tabel Bebrapa Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi/Deflasi Di Kota Kendari Tabel Inflasi (Deflasi) Terbesar Per Sub Kelompok Secara Bulanan Tabel Perkembangan Indikator Perbankan Sulawesi Tenggara Tabel Pergerakan Suku Bunga Deposito Rata-rata Bank Umum Sulawesi Tenggara Tabel Perkembangan UMKM Perbankan Sulawesi Tenggara Tabel Perkembangan UMKM Menurut Jumlah Rekeningn Tabel Penyaluran Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek Tabel Perkembangan NPLs Gross (%) Per Sektor Ekonomi Tabel Perkembangan NPLs Gross (%) Berdasarkan Penggunaan Tabel Perkembangan ROA dan NIM Tabel Perkembangan Pendapatan Dan Beban Operasional Tabel Perkembangan Indikator BPR Sulawesi Tenggara Tabel Dana Pihak Ketiga BPR KANTOR BANK INDONESIA KENDARI viii

9 Tabel Kredit BPR Berdasarkan Jenis Penggunaan Tabel Perkembangan Kolektabilitas Kredit BPR Tabel Perkembangan Aset Perbankan Per Wilayah...62 Tabel Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Tabel Perkembangan Kredit per Wilayah Tabel Perkembangan LDR per Wilayah Tabel Perkembangan NPLs per Wilayah...64 Tabel Realisasi APBD TA 2008 Provinsi Sultra Tabel Realisasi Belanja Pada APBD TA 2008 provinsi Sultra Tabel Realisasi Pendapatan Pada APBD TA 2008 provinsi Sultra Tabel Realisasi Anggaran Dinas-Dinas Yang Mencapai 100% Tabel Stimulus Infrastruktur Tahun Tabel Perkembangan Penukaran Uang Melalu Kas Keliling Tabel Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Tabel Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Tabel Ketenagakerjaan di Sulampua Februari Tabel Nilai Tukar Petani (NTP) Tabel. 7.1 Ekspektasi Dunia Usaha Triwulan I Tabel Indeks Ekspektasi Konsumen KANTOR BANK INDONESIA KENDARI ix

10 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II PERKEMBANGAN EKONOMI Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2009 sebesar 7,78% (y.o.y), Secara sektoral, yang memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan adalah sektor pertanian, perdagangan dan jasa-jasa. Pada sisi penggunaan, meningkatnya permintaan domestik menjadi penyumbang utama pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2009 menunjukkan pergerakan yang meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang diukur berdasarkan PDRB harga konstan pada triwulan II-2009 sebesar 7,78% 1 (y.o.y) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2008 dimana pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,53 2 % (y.o.y) Secara sektoral, laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 terutama didorong oleh kinerja sektor pertanian, sektor perdagangan, dan sektor jasajasa yang masing-masing memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 1,47%, 1,88%, dan 1,33%. Pada periode ini meski krisis keuangan global masih berlangsung namun sektor pertambangan menunjukkan pertumbuhan yang positif. Sementara itu, Kontribusi terhadap pembentukan PDRB pada triwulan II-2009 masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, dan sektor jasajasa yang masing-masing memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB sebesar 33,68%, 16,24% dan 13,28% seperti tampak pada Grafik 1.2. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 didorong oleh permintaan domestik yang meningkat dengan tingginya aktivitas kampanye pemilihan calon presiden. Namun demikian, permintaan domestik tersebut menunjukkan pergerakan yang melambat dibanding periode sebelumnya. Inflasi Sulawesi Tenggara triwulan INFLASI Perkembangan harga yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada triwulan II-2009 mengalami inflasi sebesar 6,81% (y.o.y) atau lebih rendah 1 Proyeksi Bank Indonesia dengan metode dekomposisi 2 Data BPS Prov. Sultra

11 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN II tercatat sebesar 6,81% (y.o.y) Deflasi terjadi pada bulan Mei dan bulan Juni 2009 yang dipengaruhi oleh deflasi pada kelompok bahan makanan. dibandingkan triwulan II-2008 yang mengalami inflasi sebesar 15,86% (y.o.y). Laju inflasi di Sulawesi Tenggara tersebut juga tercatat masih lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 3,65% (y.o.y). Berdasarkan kelompoknya, inflasi tertinggi di Sulawesi Tenggara terjadi pada kelompok bahan makanan serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau. Perkembangan IHK di Kota Kendari pada periode April 2009-Juni 2009 ditandai dengan terjadinya deflasi bulanan yang terjadi selama dua bulan berturut-turut yaitu bulan Mei 2009 dan bulan Juni 2009 masing-masing sebesar -0,39% (m.t.m) dan -0,87% (m.t.m). Secara umum, deflasi yang terjadi pada dua bulan tersebut dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan seiring dengan harga beras, daging, dan sayur mayur yang cenderung mengalami penurunan. Deflasi yang terjadi selama dua bulan tersebut berdampak positif terhadap laju inflasi tahun berjalan sampai dengan bulan Juni 2009 yang relatif rendah yaitu sebesar 2,64% (y.t.d). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi terbesar terjadi pada sub kelompok sayur mayur, ikan diawetkan dan ikan segar masing-masing sebesar -6,77% (m.t.m), -5,51% (m.t.m), dan -3,38% (m.t.m). Selain itu, kelompok padipadian juga tercatat mengalami deflasi sebesar -0,42 yang antara lain dipengaruhi oleh turunnya harga beras seiring dengan adanya panen di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara sehingga pasokan beras di Sulawesi Tenggara cukup terjaga. Secara umum, inflasi di Kota Kendari dipangaruhi oleh faktor pasokan mengingat sebagian besar komoditi yang diperdagangkan di Kota Kendari dipasok dari luar provinsi sehingga perubahan harga di daerah asal akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan harga di Kota Kendari. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan Sultra hingga triwulan-ii 2009 menunjukkan kinerja yang cukup baik. Sejalan dengan optimisme pemerintah dimana pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II-2009 diperkirakan masih akan tumbuh positif, roda perekonomian Sulawesi Tenggara secara tahunan pada triwulan II-2009 diperkirakan juga tumbuh positif dengan laju pertumbuhan sebesar 7,76%3. Tumbuhnya kegiatan perekonomian ini tidak terlepas dari peran lembaga 3 Proyeksi Bank Indonesia 2

12 PERKEMBANGAN PERBANKAN pembiyaan yang ada di Sulawesi Tenggara terutama lembaga perbankan, dimana hingga akhir triwulan II-2009 masih menunjukkan kinerja yang cukup baik sebagaimana terlihat pada beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit/pembiayaan, efisiensi dan laba usaha. Total aset tumbuh 13,29% (y.t.d) yang didorong peningkatan DPK dan pembukaan kantor cabang bank umum baru DPK tumbuh 11,54% (y.t.d) yang terutama terjadi pada giro dan deposito. Berdasarkan penggunaan, peningkatan kredit terjadi pada semua jenis. 16,60% pembiayaan proyek-proyek di Sulawesi Tenggara berasal dari perbankan lain di luar Sulawesi Tenggara Total aset pada triwulan II-2009, tercatat sebesar Rp6.692,99 miliar, meningkat 13,29% dibandingkan posisi triwulan IV-2008 yang sebesar Rp5.907,92 miliar (y-t-d). Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dari pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2008 yang sebesar 7,41%. Peningkatan aset terutama didorong oleh meningkatnya dana pihak ketiga (DPK) dan adanya pembukaan satu kantor cabang bank umum baru di Kota Kendari yakni PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) yang berkantor pusat di Bandung. DPK yang dihimpun tercatat sebesar Rp5.141,82 miliar, meningkat 11,54% dibandingkan posisi Desember 2008 (y-t-d), sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya hanya meningkat 7,87%. Peningkataan DPK terutama terjadi pada giro dan deposito dengan laju peningkatan masing-masing sebesar 57,86% dan 11,38%, sedangkan tabungan mengalami sedikit penurunan yakni sebesar 3,73%. Berdasarkan penggunaan, peningkatan kredit terjadi pada semua jenis kredit baik modal kerja, investasi maupun konsumsi, dengan laju pertumbuhan yang relatif sama yakni masing-masing sebesar 12,16%, 10,96% dan 11,66% (y-td). Kondusifnya iklim usaha dan masih banyaknya sektor usaha di Sulawesi Tenggara yang memerlukan pembiayaan dari perbankan serta terbatasnya kewenangan memutus kredit perbankan lokal, telah membuka peluang kepada perbankan di luar Sulawesi Tenggara untuk menyalurkan pembiayaannya pada proyek-proyek yang berlokasi di wilayah ini. Hal ini terlihat pada kredit berdasarkan lokasi proyek, yakni kredit yang disalurkan perbankan di Indonesia untuk membiayai proyek-proyek yang berlokasi di Sulawesi Tenggara dimana pada triwulan II-2009 mencapai Rp4.864,14 miliar. Dari jumlah tersebut sebesar Rp4.056,71 miliar disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tenggara, dengan demikian terdapat Rp807,42 miliar (16,60%) kredit yang disalurkan dari perbankan di luar Sulawesi Tenggara. 3

13 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Sektor lain-lain dan sektor PHR menjadi sektor yang mendominasi penyaluran kredit. Berdasarkan sektor ekonomi, sektor lain-lain yang umumnya dipergunakan untuk kegiatan konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit di wilayah ini dengan pangsa sebesar 54,61%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor konstruksi dan sektor jasa dunia usaha dengan pangsa masing-masing sebesar 31,85%, 5,12% dan 3,77%. Sementara sektor-sektor yang lainnya terutama sektor pertanian yang kontribusinya terhadap pembentuk PDRB rata-rata pertahun mencapai 40,00%, pangsa penyerapan kreditnya masih relatif kecil yakni hanya sebesar 2,12%. Posisi kredit kepada UMKM meningkat 11,92% (y.t.d) Transaksi tunai pada triwulan II-2009 meningkat dibandingkan triwulan I-2009 Pada triwulan II-2009 terjadi net outflow sebesar Rp161,78 milliar. Posisi kredit/pembiayaan bank umum kepada UMKM 4 pada triwulan II-2009 telah mencapai Rp4.005,16 miliar, meningkat 11,92% dibandingkan posisi triwulan IV-2008 yang sebesar Rp3.578,69 miliar (q-t-q). Jumlah kredit UMKM tersebut mencapai 94,74% dari total kredit yang disalurkan oleh bank umum di Sulawesi Tenggara yang sebesar Rp4.227,71 miliar (tabel 3.3). Pertumbuhan kredit untuk sektor UMKM tersebut tentunya akan semakin mendorong peningkatan kegiatan perekonomian sektor riil di Sulawesi Tenggara. Aktivitas transaksi melalui pembayaran tunai di Sulawesi Tenggara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Kendari pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I Peningkatan ini diperkirakan karena meningkatnya kebutuhan akan uang tunai selama berlangsungnya masa kampanye pemilihan presiden. Selain itu, dimulainya masa ajaran baru juga meningkatkan kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk transaksi selama masa liburan dan pembelian peralatan dan perlengkapan sekolah. Peningkatan transaksi pembayaran tunai ini tergambar pada peningkatan jumlah uang kartal yang dikeluarkan Bank Indonesia Kendari pada triwulan II Pada periode tersebut jumlah uang kartal yang dikeluarkan Kantor Bank Indonesia Kendari mengalami peningkatan sebesar 384,44% dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari Rp109,98 milliar menjadi Rp493,19 milliar. Sementara itu, aliran uang kartal yang masuk dari perbankan dan masyarakat ke Kantor Bank Indonesia Kendari pada triwulan II-2009 tercatat hanya sebesar Rp331,42 milliar. Aliran uang masuk tersebut mengalami penurunan -33,79% yang menandakan banyaknya uang kartal yang beredar pada masyarakat. 4 Kredit MKM adalah kredit dengan plafon s.d Rp5 Miliar 4

14 PERKEMBANGAN PERBANKAN Dengan demikian telah terjadi net ouflow sebesar Rp161,78 milliar. Transaksi non tunai melalui kliring sebesar Rp788,253 miliar sedangkan melalui RTGS tercatat sebesar Rp4.616,33 miliar Pada triwulan II-2009 jumlah transaksi pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya, baik disisi volume maupun nominal. Volume kliring tercatat sebanyak sebanyak transaksi, meningkat sebesar 8,2% dibandingkan triwulan I-2009 yang tercatat sebanyak transaksi. Sementara nominal kliring mencapai Rp788,253 milliar atau rata-rata Rp.262,75 perbulan, meningkat 21,54% dibandingkan triwulan III-2008 yang tercatat sebesar Rp648,53 miliar atau rata-rata Rp216,17 miliar per bulan. Transaksi pembayaran non tunai yang diakukan melalui sistem BI-RTGS yang umumnya masih lebih banyak dilakukan oleh perbankan dan pemerintah juga menunjukan peningkatan, hal ini terlihat dari rata-rata nominal dan volume transaksi. Pada triwulan II-2009 nominal transaksi perbulan rata-rata tercatat sebesar Rp4.616,33 milliar meningkat 41,39% dibandingkan triwulan I-2009 yang rata-rata sebesar Rp3.265,00 milliar. Demikian halnya dengan volume transaksi yang juga mengalami peningkatan sebesar 81,91%, dari transaksi perbulan menjadi transaksi. KEUANGAN DAERAH Realisasi APBD TA 2008 dibawah target APBD TA 2008 yang ditetapkan Realisasi Pendapatan Daerah tahun 2008 sebesar 93,85% Berdasarkan data Realisasi APBD TA 2008, diketahui secara umum bahwa Realisasi APBD TA 2008 mengalami penurunan dibandingkan dengan APBD TA 2008 yang ditetapkan. Pendapatan daerah yang dicapai pada tahun 2008 sebesar 93,85% dari pendapatan yang ditargetkan. Sementara belanja daerah hanya mencapai 83,42% dari belanja yang direncanakan. Pencapaian target belanja daerah pada tahun 2008 sebesar 83,42% dari perencanaan. Tidak terpenuhinya target pencapaian belanja tersebut terutama disebabkan oleh tidak terpenuhinya target belanja langsung yang mencapai 75,01% dari target belanja langsung. Sementara belanja tidak langsung juga tidak memenuhi target pencapaian yaitu sebesar 94,07%. Komponen dari Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara antara lain adalah Pendapatan Asli Daerah(PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Realisasi pendapatan daerah pada tahun 2008 mencapai 93,85%. Realisasi pendapatan asli daerah mencapai 86,13% dari target pendapatan awal yang didorong oleh menurunnya pendapatan yang diterima dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah dan lain-lain pendapatan 5

15 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN asli daerah yang masing-masing sebesar 83,5%, 85,9% dan 87,5%. Jumlah angkatan kerja Agustus 2008 sebanyak orang KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Pada bulan Februari 2009, jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara tercatat sebesar orang atau meningkat 2,36% dibandingkan bulan Februari 2008 dimana jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak orang. Dari jumlah angkatan kerja bulan Februari 2009 tersebut, jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja tercatat sebesar orang atau mengalami peningkatan sebesar 3,09% dibandingkan bulan Februari 2008 sebanyak orang, sedangkan jumlah pengangguran terbuka pada bulan Februari 2009 tercatat sebanyak orang atau mengalami penurunan sebesar - 8,90% dibandingkan bulan Februari 2008 sebayak orang. Sementara itu, jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang tergolong sebagai bukan angkatan kerja mengalami sedikit peningkatan dari Tingkat Partisipasi Aktif Angkatan Kerja (TPAK) mengalami kenaikan dari 69,96% pada bulan Februari 2008 menjadi 70,25% pada bulan Februari Kondisi ini menunjukkan keterlibatan penduduk dalam pasar kerja, baik untuk mencari pekerjaan maupun bekerja cukup besar. NTP Sulawesi Tenggara bulan Mei 2009 mengalami penurunan sebesar -0,07% dibanding NTP bulan April Pada bulan Mei 2009, NTP Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 106,45. Nilai ini mengalami penurunan sebesar -0,07% dibandingkan NTP bulan April 2009 yang tercatat sebesar 106,52. Penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada sub sektor Perkebunan Rakyat dan Perikanan. Berdasarkan sub sektornya, terdapat tiga sub sektor yang mengalami kenaikan indeks nilai tukar yaitu indeks nilai tukar tanaman pangan, indeks nilai tukar hortikultura, indeks nilai tukar peternakan. Pada sisi lain, terdapat dua sub sektor yang mengalami penurunan indeks nilai tukar yaitu indeks nilai tukar tanaman perkebunan rakyat dan indeks nilai tukar perikanan PROSPEK EKONOMI Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan III -2009, diperkirakan tumbuh pada kisaran 7% + 1%(y.o.y). Pada triwulan III-2009 perekonomian Sulawesi Tenggara diperkirakan masih tumbuh cukup baik dan berada pada kisaran 7% + 1%(y.o.y). Beberapa sektor yang diperkirakan menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2009 adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel & restoran, serta sektor angkutan. Pada sisi penggunaan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan III-2009 diperkirakan akan didorong oleh 6

16 PERKEMBANGAN PERBANKAN Inflasi pada triwulan III-2009 diperkirakan akan meningkat Kinerja perbankan masih cukup baik pada triwulan III-2009 permintaan dalam negeri/domestik terutama konsumsi baik konsumsi rumah tangga maupun pemerintah. Peningkatan konsumsi rumah tangga antara lain didorong oleh adanya faktor musiman berupa tahun ajaran baru, Bulan Suci Ramadhan, serta hari raya Idul Fitri sedangkan konsumsi pemerintah dipengaruhi oleh adanya realisasi proyek-proyek pemerintah. Setelah diwarnai dengan deflasi selama dua bulan berturut pada bulan April 2009 dan Juni 2009, pada triwulan III-2009 pergerakan harga-harga di Kota Kendari diperkirakan cenderung mengalami kenaikan. Kecenderungan kenaikan harga-harga tersebut diperkirakan terjadi sejak bulan Juli 2009 dan akan terus berlangsung sampai dengan bulan September 2009 sebagaimana tercermin pada ekspektasi masyarakat terhadap pergerakan harga-harga di Kota Kendari (grafik 7.2). Secara umum, inflasi di Kota Kendari pada triwulan III-2009 dipengaruhi oleh suppy shock. Sementara dari sisi permintaan, peningkatan permintaan diperkirakan akan terjadi pada akhir bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan September Meskipun krisis keuangan global pada triwulan II-2009 belum akan berakhir, namun sebagaimana periode sebelumnya kondisi ini tidak begitu berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan Sulawesi Tenggara. Dana pihak ketiga yang dihimpun diperkirakan masih akan tumbuh positif, terutama didorong oleh dana-dana milik pemerintah daerah. Sementara, kredit yang disalurkan akan mengalami peningkatan, seiring dengan trend penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang biasanya akan direspon oleh perbankan dengan menurunkan suku bunga baik, suku bunga dana maupun kredit. Selain itu, pertumbuhan kredit juga akan dipicu oleh meningkatnya penyaluran kredit program seperti kredit usaha rakyat. Namun demikian, perbankan diperkirakan masih akan tetap selektif dalam menyalurkan pembiyaannya seiring dengan meningkatnya rasio kredit bermasalah dan adanya sektor-sektor yang terkena imbas krisis. 7

17 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Halaman Sengaja Dikosongkan 8

18 BAB I Asesmen Makroekonomi 1.1 KONDISI UMUM Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2009 berkembang cukup baik seiring dengan mulai pulihnya perekonomian Indonesia dan perekonomian dunia dari krisis keuangan global. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2009 tumbuh 7,76% 1 (y.o.y). Pertumbuhan ini mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi penggunaan konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor utama pertumbuhan tersebut. Faktor pendorong peningkatan konsumsi antara lain dimulainya ajaran baru yang meningkatkan konsumsi masyarakat baik untuk hiburan maupun pembelian peralatan dan perlengkapan sekolah. Selain itu peningkatan daya beli masyarakat yang didorong oleh pemberian gaji ke-13 kepada pegawai negeri oleh pemerintah serta berlangsungnya panen raya Padi dan Kakao juga turut meningkatkan perilaku konsumsi masyarakat. Peningkatan konsumsi ini juga sesuai dengan ekspektasi masyarakat yang optimis akan membaiknya perekonomian saat ini dan yang akan datang sehingga menjadi dasar perilaku konsumsi masyarakat. Sementara itu, investasi juga mengalami pertumbuhan namun pertumbuhan ini sedikit melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu 9,89% (y.o.y), hal ini diperkirakan karena perilaku investor yang masih menahan investasinya dalam mengantisipasi kondisi keamanan, sosial dan politik yang belum pasti dengan berlangsungnya pemilihan presiden. Komponen ekspor pada periode ini mengalami kontraksi yang mengikuti tren pada periode sebelumnya yang diperkirakan masih dipengaruhi oleh menurunnya permintaan dunia terhadap komoditas ekspor Sulawesi Tenggara yang didominasi oleh sektor pertambangan. Sementara itu, impor Sulawesi Tenggara menunjukkan pertumbuhan sebesar 7,8% (y.oy), yang didorong oleh meningkatnya arus perdagangan antar pulau dengan komoditas utama merupakan komoditas peralatan dan perlengakapan rumah tangga yang diimpor dari Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Namun pertumbuhan ini mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, hal ini 1 Proyeksi Bank Indonesia dengan metode dekomposisi

19 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN disebabkan tidak terdapatnya impor luar negeri yang terjadi selama bulan April hingga Mei Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh sektor pertanian dan sektor perdagangan. Sektor ini mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 4,21% (y.o.y) dan 12,02% (y.o.y). Peningkatan sektor pertanian didorong oleh masa panen kakao yang mencapai puncaknya pada bulan April hingga Juli serta masa panen raya padi di beberapa daerah, meski tanaman bahan makanan lain seperti ubi dan kacang kedelai mengalami penurunan produksi. Sementara peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restauran didorong oleh event yang banyak dilakasanakan di Sulawesi Tenggara antara lain yaitu Pekan Pameran Sultra, Ulang Tahun kota Kendari, Festival Pulau Makassar, PERKEMPIS serta lomba dayung yang dilaksanakan di Raha. Sektor lain yang mengalami pertumbuhan cukup agresif adalah sektor angkutan dan telekomunikasi serta sektor keuangan. Pertumbuhan sektor angkutan terutama didorong oleh tingginya mobilitas masyarakat terutama dengan berlangsungnya liburan sekolah serta diadakannya event-event yang sudah disebutkan sebelumnya. Grafik 1.1. Perekonomian Sulawesi Tenggara 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% 3,000, ,500, ,000, ,500, ,000, , Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2** PDRB Growth PDRB Sumber: data BPS diolah **)Proyeksi Bank Indonesia 1.2 PDRB MENURUT PENGGUNAAN Pada sisi penggunaan, penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi yang didorong oleh konsumsi baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi 10

20 PERKEMBANGAN PERBANKAN pemerintah. Secara lebih lengkap komponen PDRB sisi penggunaan akan dijabarkan pada penjelasan berikut. Penggunaan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Konsumsi ( ) 2.4% 5.3% 3.5% 4.4% 4.2% 3.6% 7.8% 9.6% 14.7% 11.8% Rumah Tangga 1.8% 5.9% 3.8% 5.0% 5.0% 3.5% 7.7% 8.4% 8.6% 6.2% Pemerintah 4.1% 3.6% 2.8% 3.0% 2.0% 3.8% 8.0% 12.9% 32.5% 27.6% Investasi ( ) 17.4% 7.7% 38.7% 21.3% 21.2% 25.3% 19.3% 9.8% 11.9% 9.9% Ekspor barang dan jasa 23.5% 13.7% -10.7% 2.6% 8.6% 12.8% -3.1% -19.0% -8.5% -3.7% Impor Barang Jasa 14.1% 2.5% 0.9% 2.1% 11.2% 21.2% 4.4% -10.4% 12.0% 7.8% PRODUK DOMESTIK BRUTO 8.1% 9.2% 6.2% 8.5% 7.6% 6.5% 8.5% 6.8% 7.6% 7.8% Sumber : BPS Sultra *) Proyeksi Bank Indonesia Kendari Tabel 1.2 PDRB Penggunaan KONSUMSI Aktivitas konsumsi pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 11,77% (y.o.y). Konsumsi pada periode ini masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara dengan kontribusi sebesar 8,62%. Komponen utama dari sektor konsumsi adalah konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 6,2% (y.o.y) dan 27,6% (y.o.y). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada periode tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 3,36%, sementara pertumbuhan konsumsi pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 5,26%. Peningkatan konsumsi rumah tangga juga dikonfirmasi oleh Indeks Keyakinan Konsumen (tabel 1.2) berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Kendari yang menunjukkan angka optimis sebesar 136,93 menandakan bahwa masyarakat masih optimis terhadap kondisi perekonomian saat ini dan yang akan datang sehingga mendorong perilaku konsumsi masyarakat. Optimisme masyarakat juga terlihat pada indeks peningkatan penghasilan saat ini dan enam bulan (grafik 1.2) yang turut mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsi mereka. Indikator lain yang menunjukkan peningkatan konsumsi rumah tangga yaitu meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak yang tumbuh 50,86% y.o.y dan 10,03% m.t.m (Grafik 1.3), pertumbuhan ini juga didorong oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di kota Kendari yang terindikasi dari bertambahnya jumlah SPBU yang beroperasi di kota Kendari. Selain itu konsumsi air PDAM juga mengalami peningkatan sebesar 6,72% y.o.y, 11

21 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN peningkatan ini didorong oleh bertambahnya pelanggan air pada PDAM serta meningkatnya rata-rata pemakaian air oleh rumah tangga sebesar 54 M 3. Grafik 1.2. Ekspektasi Penghasilan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad Tabel 1.2 Indeks Keyakinan 2009 Perhitungan indeks hasil survei Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen Meningkatnya pembiayaan oleh perbankan terhadap konsumsi rumah tangga juga menjadi salah satu indikator tumbuhnya konsumsi rumah tangga pada periode berjalan yang terindikasi dari peningkatan realisasi kredit konsumsi sebesar 13,52% (y.o.y) atau menjadi sebesar Rp189,77 milyar pada bulan Juni 2009 (grafik 1.4). Kredit konsumsi tersebut umumnya digunakan untuk pembiayaan otomotif dan peralatan elektronik. Meningkatnya konsumsi rumah tangga didorong oleh meningkatnya daya beli masyarakat dengan berlangsungnya masa panen raya Padi dan Kakao serta pemberian gaji ke-13 kepada pegawai negeri sipil. Selain itu dimulainya ajaran baru juga turut mendorong peningkatan konsumsi masyarakat baik untuk konsumsi hiburan dan perjalanan dalam mengisi liburan sekolah serta konsumsi pembelian untuk peralatan dan perlengkapan sekolah. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi pemerintah yang cukup agresif diperkirakan didorong oleh cairnya dana perimbangan dan stimulus infrastruktur dari pemerintah pusat yang turun pada bulan April , sehingga memperluas ruang gerak pemerintah daerah untuk melaksanakan realisasi anggaran yang sudah direncanakan baik untuk belanja modal maupun belanja non modal. Sumber: Survei Bank Indonesia Sumber: Survei Bank Indonesia 2 Berdasarkan Informasi Departemen Keuangan RI 12

22 PERKEMBANGAN PERBANKAN Grafik 1.3. Konsumsi Bahan Bakar Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q PREMIUM M.SOLAR Growth Premium Growth M.Solar Sumber: Pertamina Kendari Grafik 1.4. Konsumsi Air Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Konsumsi Air Rumah Tangga Growth Konsumsi Air Rumah Tangga Sumber: PDAM Kendari Jutaan 200, , , , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 Grafik 1.5 Realisasi Kredit Konsumsi 200% 150% 100% 50% 0% -50% Januari Maret Mei Juli September November Januari Maret Mei Juli September November Januari Maret Mei Realisasi Kredit Konsumsi Growth Konsumsi Sumber: Laporan Bank Umum 13

23 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN INVESTASI Investasi pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 9,89% y.o.y. Pertumbuhan investasi menyumbang pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara sebesar 2,91%. Namun pertumbuhan ini mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan periode sebelumnya. Pada sektor properti, perlambatan investasi tercermin dari perkembangan penjualan semen di wilayah Sulawesi Tenggara yang menunjukkan tren penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 71,550 ton atau turun -6,5% y.o.y. Pembiayaan dari perbankan terhadap kredit investasi juga menunjukkan penurunan sebesar -4,6% y.o.y atau menjadi sebesar Rp72,976 milyar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp87,371 milyar. Lebih lanjut, perlambatan investasi juga tercermin melalui kontraksi pada realisasi kredit modal kerja menjadi sebesar -4,7% atau turun menjadi Rp185,903 milyar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp238,6 milyar. Perlambatan ini diperkirakan dipengaruhi oleh kehati-hatian investor dan pengusaha dalam menanamkan modal terhadap kondisi keamanan dan politik dengan berlangsungnya masa kampanye calon legislatif dan calon presiden sehingga menahan ekspansi investasi inevestor. Selain itu, belum berjalannya realisasi proyek pemerintah yang disebabkan masih berjalannya proses tender juga turut menyumbang perlambatan pertumbuhan investasi. Grafik 1.6 Realisasi Kredit Investasi 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 Jutaan Januari Maret Mei Juli September November Januari Maret Mei Juli September November Januari Maret Mei % % % % % % 50.00% 0.00% % % Realisasi Kredit Investasi Growth Investasi Sumber : Laporan Bank Umum 14

24 PERKEMBANGAN PERBANKAN Grafik 1.7 Realisasi Kredit Modal Kerja dan Investasi 140, % 120, ,000 80,000 60,000 40,000 20, % % % 50.00% 0.00% 0 Jutaan Januari Maret Mei Juli September November Januari Maret Mei Juli September November Januari Maret Mei % Realisasi Kredit Investasi dan Modal kerja Growth Sumber: Laporan Bank Umum EKSPOR & IMPOR Perkembangan ekspor pada triwulan II-2009 masih menunjukkan tren kontraksi yang diperkirakan sebesar -3,67% (y.o.y). Dengan pangsa sebesar 27,74% terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi tenggara, kontraksi ekspor ini tentunya menjadi kontribusi yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi yang menekan pertumbuhan sebear -1,14%. Kontraksi ekspor tersebut disebabkan oleh penurunan permintaan luar negeri terhadap komoditas ekspor Sulawesi Tenggara karena belum pulih sepenuhnya krisis keuangan global yang melanda dunia. Komoditas utama ekspor luar negeri Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi beberapa kelompok komoditas seperti biji besi, ferronikel, ikan, kakao, mutiara, dan aspal. Namun kinerja ekspor Sulawesi Tenggara masih sangat tergantung dari hasil pertambangan khususnya biji nikel yang jumlah produksinya sangat dipengaruhi oleh permintaan dari luar negeri mengingat hasil pertambangan tersebut dikirim langsung ke luar negeri. Jika dibandingkan dengan triwulan I-2009, kontraksi pada periode berjalan mengalami penurunan, yang berarti ekspor mulai menunjukkan peningkatan. Peningkatan tersebut terindikasi melalui peningkatan volume ekspor sebesar 9,79% atau menjadi Kg (Tabel 1.3). Peningkatan ekspor ini didorong oleh meningkatnya ekspor biji nikel dan fero nikel ke Amerika, Cina, Swiss. Selain dari ekspor luar negeri, komponen ekspor yang tercatat pada PDRB Sulawesi Tenggara juga mencakup perdagangan ke wilayah lain di Indonesia. Komoditas utama yang 15

25 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN diperdagangkan antar pulau pada periode berjalan yaitu Kakao dan Ikan. Kedua komoditas ini diperdagangkan ke Sulawesi Selatan dan Jawa Timur terlebih dahulu sebelum pada akhirnya di ekspor ke luar negeri 3. Pada periode berjalan, perdagangan antar pulau mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini terindikasi dari peningkatan arus bongkar barang di pelabuhan Bau-bau dan Kendari yaitu sebesar 15,3% (y.o.y) atau menjadi Ton/M 3 (Grafik 1.10). Komoditi Tabel 1.3 Volume Ekspor Per Komoditas Provinsi Sulawesi Tenggara Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Biji Nikel 717,946, ,068, ,654, ,155, ,000, ,841,492 Ferro Nikel 447,868 32,937,302 14,250,374 9,702,940 12,517,195 16,608,774 Ikan Mutiara Biji Kakao 2,000, Recover Oil Bambu Laut , Aspal Total 720,394, ,005, ,924, ,857, ,517, ,450,266 Sumber: Disperindagkop Prov. Sulawesi Tenggara Grafik 1.8 Ekspor Sulawesi Tenggara 400,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 50,000,000 0 EKSPOR Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Juta Ton 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Volume Ekspor Nilai Ekspor Sumber: DSDM 3 Berdasarkan informasi dari Disperindag Sulawesi Tenggara 16

26 PERKEMBANGAN PERBANKAN Grafik 1.9. Arus Bongkar 300, , , , ,000 50,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Bongkar Growth Bongkar Sumber: Pelabuhan Kendari dan Kolaka Impor Sulawesi Tenggara pada periode berjalan menunjukkan pertumbuhan sebesar 7,79% (y.o.y). Share dari impor terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada periode berjalan yaitu sebesar 33,72% yang mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 2,63%. Komposisi impor Sulawesi Tenggara terdiri dari ±20% impor luar negeri dan ±80% perdagangan antar pulau 4. Dengan komposisi tersebut, yang menjadi kontributor utama pertumbuhan impor adalah peningkatan perdagangan antar pulau. Indikator peningkatan perdagangan antar pulau yaitu arus muat barang pada pelabuhan Bau-Bau dan Kendari yang menunjukkan peningkatan cukup tinggi yaitu 19,6% (y.o.y) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya atau menjadi sebesar Ton/M 3. Namun, jika dibandingkan dengan posisi impor pada periode yang sama tahun sebelumnya, impor periode berjalan mengalami perlambatan pertumbuhan. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh tidak terdapatnya impor luar negeri pada bulan April hingga Mei Stagnansi impor luar negeri tersebut disebabkan penurunan ekspor, karena komoditas impor Sulawesi Tenggara merupakan komoditas barang modal pengolahan pertambangan yang menjadi komoditas ekspor. Dengan kontraksi ekspor dan perlambatan pertumbuhan impor, net balance arus perdagangan Sulawesi Tenggara tercatat negatif yaitu sebesar Rp158,336 Milyar. 4 Matriks Perdagangan Sulawesi Tenggara tahun 2000 oleh BPS. 17

27 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Grafik 1.10 Impor Sulawesi Tenggara Juta Rupiah 900, , , , , , , , ,000 0 IMPOR Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Jan'09 Mrt'09 Mei' Volume Impor Nilai Impor Sumber: DSDM Grafik Arus Muat Sumber: Pelabuhan Kendari dan Kolaka 1.3 PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, pada triwulan II-2009 tidak ada sektor yang mengalami kontraksi. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sektor keuangan dan angkutan. 18

28 PERKEMBANGAN PERBANKAN Tabel 1.4 Pertumbuhan Tiap Sektor (dalam persen) Sektor Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2** Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa PDRB Sumber: BPS diolah *) Proyeksi Bank Indonesia Tidak berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya, pada triwulan ini sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB masih didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki share sebesar 33.68%(Grafik 1.2) dengan kontribusi 1,47% terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara. Selain itu, sektor perdagangan dan jasajasa juga memiliki share yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB yaitu masing-masing sebesar 16.24% dan 13.28% dengan kontribusi masing-masing sebesar 1,88% dan 1,33%. Grafik Share Setiap Sektor Terhadap Pembentukan PDRB Keuangan, 5.54% Jasa-jasa, 13.28% Angkutan, 8.28% Pertanian, 33.68% Perdagangan, 16.24% Bangunan, 8.33% Pertambangan, 4.92% Industri, Listrik, Gas dan 9.03% Air, 0.71% Perkembangan tiap-tiap sektor ekonomi pembentuk PDRB akan dianalisis lebih lanjut dalam sub bab berikut ini. Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 4,21% (y.o.y). Share sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 33,68% yang mendorong pertumbuhan ekonomi 1,47%. Pertumbuhan sektor pertanian 19

29 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN pada triwulan ini lebih tinggi dibandingkan triwulan I Peningkatan sektor pertanian juga terindikasi dari peningkatan pembiayaan dari perbankan pada periode berjalan yang tercatat tumbuh 39,14% (y.o.y) atau menjadi sebesar Rp89,441 Milyar. Perningkatan kinerja sektor pertanian pada periode laporan antara lain disebabkan oleh meningkatnya kinerja tabama komoditas padi dan ubi kayu meski secara umum kinerja sub sektor tabama mengalami penurunan. Peningkatan kinerja tanaman padi seiring dengan berlangsungnya masa panen raya di beberapa daerah antara lain Konawe dan Kolaka yang memiliki panen seluas ±36.980Ha. Hal ini juga sesuai dengan angka ramalan yang menyebutkan bahwa pada tahun 2009 luas panen dan produksi padi akan meningkat masing-masing sebesar 4,81% dan 3,16% (y.o.y). Sementara produksi ubi kayu pada tahun 2009 diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 1,38% 9y.o.y) pada tahun 2009 yang didukung oleh bertambahnya luas panen sebesar 17,50%. Komoditas tabama yang mengalami penurunan pada tahun 2009 yaitu jagung yang menurut angka ramalan diperkirakan akan mengalami penurunan paling besar diantara komoditas tabama lainnya yaitu sebesar -28,88%. Penurunan produksi ini disebabkan oleh penurunan luas panen yang berkurang hingga 31,07%. Selain itu, produksi kacang tanah juga diprediksi akan mengalami penurunan produksi pada tahun 2009 yaitu sebesar 23,19% yang disebabkan oleh menurunnya luas panen sebesar 12,92% (Tabel 1.5). Komoditi ** Pertumbuhan 2009** Panen (ha) Produksi (ton) Panen (ha) Produksi (ton) Panen (ha) Produksi Padi 102, , , , Jagung 37,249 93,064 25,675 66,186 (31.07) (28.88) Kacang Tanah 7,781 6,938 6,776 5,329 (12.92) (23.19) Ubi Kayu 12, ,727 14, , Total 159, , , ,741 (0.03) (0.02) Sumber: Data BPS Prov. Sulawesi Tenggara *) ARAM II-2009 Tabel 1.5 Aram Produksi Tabama Prov. Sultra 2009 Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian juga didorong oleh meningkatnya hasil perkebunan Kakao yang seiring dengan berlangsungnya puncak masa panen Kakao sejak bulan April hingga Juli Berdasarkan angka ramalan dari departemen pertanian diketahui bahwa pada tahun 2009 produksi Kakao nasional akan mengalami pertumbuhan 20

30 PERKEMBANGAN PERBANKAN 7,20% 5. Sementara berdasarkan sumbangsih Sulawesi Tenggara terhadap Kakao nasional maka diperkirakan pada tahun 2009 produksi Kakao Sulawesi Tenggara akan mengalami pertumbuhan pada kisaran 4,99% (y.o.y) atau menjadi sebanyak Ton. Tahun Produksi Nasional Produksi Sulawesi Tenggara ,142 70, ,804 80, ,155 94, ,816 99, , , , , , , , , , , **) 849, ,179 Sumber: Dinas Perkebunan *) ARAM II-2009 Tabel 1.6 Produksi Kakao Prov. Sultra Sektor Pertambangan Sektor pertambangan Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan sebesar 5,10% (y.o.y). Sektor pertambangan Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh komoditas biji nikel yang diproduksi oleh PT. Aneka Tambang (Antam) Pomalaa, PT. Arga Morini Indah, PT. Dharma Rosadi Internasional, dan PT. Dharma Bumi Kendari. Grafik 1.13 Ekspor Biji Nikel Sumber: Disperindag Sultra 5 Produksi Kakao, Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian. 21

31 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Peningkatan ini teriindikasi pada meningkatnya ekspor komoditas pertambangan yaitu bijih nikel pada triwulan II-2009 menjadi sebesar Kg dari Kg pada triwulan I Tujuan ekspor bijih nikel terbesar adalah negara Cina, peningkatan ekspor ini menandakan mulai pulihnya kondisi perekonomian dunia dari krisis keuangan global. Dari sisi pembiayaan perbankan, alokasi kredit ke sektor pertambangan Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan II-2009 industri pengolahan mengalami pertumbuhan 1,30% (y.o.y) dan cenderung melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kinerja industri pengolahan di Sulawesi Tenggara hingga saat ini masih didominasi oleh produksi PT. Aneka Tambang (Antam) Pomalaa. Perlambatan ini juga dikonfirmasi dengan informasi dari PT.Antam bahwa pabrik feronikel III milik PT.Antam sedang dalam perbaikan dan akan mulai beroperasi Oktober Selain itu perlambatan ini juga diperkirakan karena belum pulih sepenuhnya perekonomian global yang melambat sehingga berpengaruh terhadap berkurangnya permintaan produksi ferronikel. Indikator lain perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan yaitu pembiayaan dari perbankan untuk kredit sektor industri pengolahan yang juga menunjukkan kontraksi sebesar -7,53% (y.o.y) atau turun menjadi Rp52,140 milyar pada Juni 2006 dibandingkan kredit periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp56,383 milyar Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pada triwulan II-2009 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tumbuh 12,02% (y.o.y). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,42% (y.o.y). Share sektor perdagangan pada pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 16,24% yang mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,88%. Peningkatan sektor PHR juga terindikasi dari meningkatnya arus bongkar di pelabuhan Kendari dan Bau-bau yang tumbuh 15,3% (y.o.y). Pada triwulan II-2009 volume bongkar di pelabuhan Kendari dan Bau-Bau tercatat sebesar Ton/M 3. Sementara arus muat juga menunjukkan pertumbuhan sebesar 19,6% (y.o.y) atau sebesar Ton/M 3. Indikator lain peningkatan sektor PHR yaitu meningkatnya pembiayaan dari perbankan terhadap sektor PHR yang tergambar dari pertumbuhan kredit sektor PHR sebesar 27,54% 22

32 PERKEMBANGAN PERBANKAN (y.o.y) atau menjadi Rp1.346,61 milyar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1.055,80 milyar. Pertumbuhan Sektor PHR didorong oleh banyaknya event yang dilaksanakan di Sulawesi Tenggara antara lain Pekan Pameran Sultra, HUT Kota Kendari, Festival Pulau Makassar, Lomba Dayung, dan PERKEMPIS sehingga meningkatkan arus kunjungan ke daerah-daerah pelaksanaan even. Selain itu berlangsungnya masa liburan sekolah juga turut mendorong pertumbuhan sektor PHR melalui aktivitas wisata dan hiburan masyarakat pada masa liburan. Grafik 1.14 Arus Bongkar Muat Di Pelabuhan Kendari dan Bau-Bau (Ton/M 3 ) 700, , , , , , ,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Bongkar -Muat Growth Bongkar Growth Muat Sumber: Data PT. Pelabuhan IV Kendari dan Bau-Bau diolah Sektor Bangunan Pada triwulan II-2009 sektor bangunan tumbuh 10,48% (y.o.y). Share dari sektor bangunan terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 8,33% yang mendorong pertumbuhan ekonomi 0,85%. Pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10,89% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan sektor bangunan juga terindikasi melalui kontraksi pertumbuhan pembelian semen di Sulawesi Tenggara yang turun -6,50% (y.o.y). Realisasi pengadaan semen pada periode ini tercatat sebesar ton menurun dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar ton. 23

33 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Grafik 1.15 Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tenggara 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Penjualan Semen Sultra Pertumbuhan Penjualan Semen Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Meski mengalami perlambatan, pertumbuhan sektor bangunan masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya hal ini disebabkan pada triwulan ini pemerintah mulai melaksanakan realisasi proyek pembangunan setelah cairnya dana pada bulan April 2009 khususnya stimulus infrastruktur dari pemerintah pusat untuk menekan dampak krisis keuangan global di Sulawesi Tenggara. Selain itu peningkatan ini juga didorong oleh meningkatnya Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) pada triwulan II-2009 sebesar 12,19% (q.t.q). Peningkatan KPR ini terutama pada kredit KPR sampai dengan tipe 70, sementara KPR untuk di atas tipe 70 dan ruko/rukan masing-masing meningkat sebesar 38,67% dan 12,70% (Tabel 1.7). Peningkatan pembiayaan dari perbangkan terhadap sektor bangunan juga turut mengkonfirmasi pertumbuhan sektor bangunan. Pertumbuhan kredit sektor bangunan pada periode berjalan tercatat sebesar 3,04% atau dengan nilai Rp216,57 milyar meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp210,184 milyar. Tabel 1.7 Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko Penggunaan Growth Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 q.t.q y.o.y KPR s/d Type 70 86,459 97, , , , , % 69.04% KPR Di atas Type 70 73,939 82,769 93,548 98, , , % 38.67% Ruko dan Rukan 60,293 70,836 74,131 71,553 76,657 79, % 12.70% Total 220, , , , , , % 43.15% Sumber: Laporan Bank Umum 24

34 PERKEMBANGAN PERBANKAN Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor angkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan yang cukup agresif pada triwulan II-2009 yaitu sebesar 13,53%. Share sektor angkutan terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 8,23% yang mendorong pertumbuhan sebesar 1,17%. Peningkatan sektor pengangkutan ditandai dengan meningkatnya jumlah arus penumpang yang menggunakan alat transportasi udara di bandara Wolter Monginsidi. Pada periode berjalan jumlah penumpang yang tiba di bandara Wolter Monginsidi tercatat sebanyak orang, sementara jumlah penumpang yang berangkat tercatat sebanyak orang. Dari sisi pembiayaan, peningkatan sektor angkutan juga terkonfirmasi melalui peningkatan kredit yang disalurkan perbankan Sulawesi Tenggara untuk sektor angkutan dan komunikasi yang mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan periode sebelumnya yaitu sebesar 49,00% (y.o.y) atau menjadi sebesar Rp27,91 milyar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp18,73 milyar. Peningkatan kinerja sektor angkutan antara lain didorong oleh faktor pelaksanaan pemilu legislatif dan presiden yang didahului oleh kampanye sehingga meningkatkan arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara serta arus mobilisasi antar daerah di Sulawesi Tenggara. Selain itu faktor liburan sekolah juga mendukung peningkatan kinerja sektor pengangkutan karena mendorong masyarakat untuk melakukan perjalan dalam menghabiskan masa liburan. Peningkatan pertumbuahan sektor angkutan ini juga tidak terlepas dari banyaknya pelaksanaan event baik berskala regional maupun nasional di Sulawesi Tenggara yang mendorong arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara. Grafik 1.16 Jumlah Arus Penumpang Di Bandara Wolter Monginsidi Kendari 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 TIBA BERANGKAT Sumber: Bandara Wolter Monginsidi Kendari 25

35 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Lebih lanjut, peningkatan kinerja sub sektor komunikasi didukung dengan akses telekomunikasi (telephone dan hand phone) yang semakin mudah dan relatif murah sehingga direspons positif oleh masyarakat Sulawesi Tenggara dengan memanfaatkan media komunikasi tersebut. Penggunaan internet juga mengalami peningkatan khususnya di Kota Kendari hal ini terindikasi dari penghargaan yang didapatkan oleh Telkom Hot Spot Kota Kendari sebagai hot spot yang memiliki utilisasi dan trafik paling tinggi di Indonesia Sektor Keuangan Sektor keuangan pada triwulan II-2009 tumbuh 13,99% (y.o.y). Share sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 5,54% yang mendorong pertumbuhan sebesar 0,73%. Pertumbuhan ini meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,25% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan sektor keuangan juga tercermin pada peningkatan NTB perbankan Sulawesi Tenggara yang tercatat sebesar Rp693,150 juta atau meningkat dibandingkan triwulan I-2009 yang tercatat sebesar Rp262,540 juta. Peningkatan tersebut juga diindikasikan dari peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 25,69%(y.o.y) atau menjadi sebesar Rp4.227,70 milyar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp3.363,73 milyar. Grafik 1.17 NTB Perbankan Di Sulawesi Tenggara NTB Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q ,400, ,200, ,000, , , , , Jutaan Rupiah Sumber:Data LBU Bank Umum diolah NTB 26

36 PERKEMBANGAN PERBANKAN Sektor Lainnya Sementara itu, sektor listrik, gas & air bersih (LGA) serta sektor jasa-jasa masing masing tumbuh sebesar 8,77% (y.o.y) dan 10,22% (y.o.y). Kedua sektor ini memiliki share masing-masing sebesar 0,71% dan 13,28% dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 0,06% dan 0,94%. Indikator lain peningkatan pertumbuhan sektor LGA terlihat pada peningkatan pembiayaan perbankan terhadap sektor tersebut melalui pemberian kredit yang tumbuh 63,64% (y.o.y) atau menjadi sebesar Rp90 milyar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp55 milyar. Meningkatnya jumlah pelanggan PDAM baik untuk kelompok industri dan rumah tangga juga menjadi parameter peningkatan sektor LGA, selain itu penggunaan rata-rata pemakaian air oleh rumah tangga juga meningkat sebesar 54 M 3 (Grafik 1.4) Kinerja sektor listrik, gas, dan air terutama didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat akan fasilitas listrik yang tergambar dari peningkatan pelanggan listrik menjadi Kwh pada bulan Juni 2009 dari Kwh pada bulan Maret Peningkatan tersebut terutama terjadi pada peningkatan kebutuhan listrik rumah tangga yang meningkat menjadi Kwh pada Juni 2009 dari Kwh pada bulan Maret Data PLN Wilayah Sultra 27

37 BOKS I DILEMA INFRASTRUKTUR JALAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA Sulawesi Tenggara merupakan provinsi yang memiliki potensi alam yang luar biasa mulai dari potensi pertambangan, potensi pertanian, dan potensi perikanan. Dengan berbagai potensi tersebut tentunya menjadi lahan yang subur bagi investor untuk menanamkan dananya. Akan tetapi isu yang menjadi perhatian dan keprihatinan para investor adalah ketersediaan dan jaminan infrastruktur di Sulawesi Tenggara yang masih dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Salah satu infrastruktur yang menjadi akses pertama pengembangan potensi alam tersebut adalah infrastruktur jalan. Jika ditelaah lebih jauh, kondisi eksisting infrastruktur jalan secara khusus jalan provinsi saat ini di Sulawesi Tenggara yaitu : a. Kondisi jalan yang baik : 73,00 Km (6,3%) b. Kondisi jalan yang sedang : 182,52 Km (15,4%) c. Kondisi jalan rusak ringan : 236,58 Km (19,9%) d. Kondisi jalan rusak : 694,13 Km. (58,4%) Keadaan jalan tersebut tentunya menjadi sebuah kendala bagi perkembangan perekonomian di Sulawesi Tenggara. Dengan kondisi jalan yang rusak ringan hingga rusak yang berkisar 78,3% tentunya akan menjadi cost bagi jasa transportasi, baik transportasi barang maupun transportasi penumpang. Kenaikan harga sebagai trade off untuk mencapai daerah-daerah dengan kondisi jalan tersebut sudah menjadi hal yang lumrah, dan salah satu efeknya tentunya akan membuat investor berpikir dalam menginvestasikan modalnya karena additional cost dari trade off kerusakan jalan. Berdasarkan tingkat pelayanan (service ability), kondisi jalan provinsi dapat dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut : Tabel 1 Service Ability Jalan Provinsi Service Ability Kondisi VOC Rp/Km Jenis. Kendaraan Terendah Tertinggi (%) Passenger Car Bus/Med Truck SA>2,5 Rusak Truck % Passenger Car Bus/Med Truck ,5<SA<3 Rusak Ringan Truck % Passenger Car Bus/Med Truck <SA<3,5 Sedang Truck % Passenger Car 1795 Bus/Med Truck ,5<SA<4 Baik Truck %

38 Usaha untuk mengembangkan infrastruktur jalan sudah banyak dilakukan oleh pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara, namun minimnya dana menjadi kendala akselerasi pengembangan tersebut. Berdasarkan proyeksi yang dilakukan oleh Dinas Pemukiman Prasarana dan Wilayah perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk penanganan jalan provinsi dapat dapat diuraikan sebagai berikut : Tabel 2 Kebutuhan Biaya Penanganan Jalan Provinsi Uraian Panjang (Km) Kebutuhan Biaya (Juta Rp) Keterangan Ruas dengan penanganan rutin pertahun Ruas yang baru dirintis Ruas yang telah berfungsi Pembangunan Berkala Rutin pertahun Dengan asumsi target penyelesaian selama lima tahun maka biaya yang dibutuhkan setiap tahun untuk penanganan jalan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3 Proyeksi 5 Tahun Kebutuhan Biaya Penanganan Jalan Provinsi Jenis Biaya Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5 Investasi berdasarkan benefit Kebutuhan biaya Pembangunan dan Berkala Kebutuhan biaya Penanganan Rutin Kebutuhan Biaya Perintisan Jalan Jumlah Total biaya yang dibutuhkan untuk penanganan jalan tersebut ±Rp800 Milyar, dan dengan target penyelesaian 5 tahun maka setiap tahunnya dibutuhkan biaya sebesar Rp173,32 Milyar. Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk penanganan infrastruktur tidak sebanding dengan alokasi dana untuk pengembangan jalan provinsi setiap tahun. Alokasi dana dari APBD Provinsi untuk pengembangan jalan yaitu sebesar Rp20,00 Milyar. Budget ini tentunya tidak cukup untuk mengakomodir perbaikan jalan yang diproyeksikan dalam 5 tahun. Sehingga harapan berbagai pihak akan membaiknya kondisi infrastruktur akan sulit tercapai. Hal ini tentunya menjadi dilema baik bagi pemerintah sendiri maupun investor. Concern untuk menempatkan infrastruktur menjadi prioritas utama dalam program pengembangan daerah oleh pemerintah menjadi sesuatu yang menjadi ekspektasi berbagai pihak. Namun pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara saat ini lebih fokus kepada kesejahteraan rakyat dalam bentuk pendidikan dan kesehatan, pengembangan infrastruktur menjadi prioritas ke lima. Pada tahun-tahun mendatang penempatan infrastruktur menjadi prioritas pengembangan daerah diharapkan dapat terwujud untuk memperlancar akses terhadap 29

39 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN potensi-potensi yang dimiliki Sulawesi Tenggara sehingga perkembangan ekonomi dapat terakselerasi. 30

40 BAB II Asesmen Inflasi 2.1 Kondisi Umum Secara nasional, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada triwulan II-2009 mengalami inflasi sebesar 0,11% (m.t.m). Laju inflasi tahun kalender sampai dengan Juni 2009 sebesar 0,21% (y.t.d), sedangkan inflasi tahunan tercatat sebesar 3,65%(y.o.y), jauh lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan pada triwulan II-2008 sebesar 11,03(y.o.y). Rendahnya inflasi tahunan tersebut disebabkan oleh tingginya angka inflasi bulan Juni 2008 akibat pengaruh kenaikan harga BBM. Sementara itu, berdasarkan perkembangan harga yang terjadi di 66 kota pada triwulan II-2009, tercatat 47 kota mengalami inflasi dan 19 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tarakan sebesar 1,44%(m.t.m) dan deflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar -2,70%(m.t.m). Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) Nasional & Kendari 7.0% 6.0% 5.0% 4.0% 3.0% 2.0% 1.0% 0.0% -1.0% -2.0% % Nasional Kendari Sumber: Data BPS diolah Pada triwulan II-2009, perkembangan harga secara umum di Sulawesi Tenggara yang digambarkan oleh perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Kendari tercatat mengalami deflasi sebesar -0,87% (m.t.m) sedangkan laju inflasi tahunan tercatat sebesar 6,81% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 15,86% (y.o.y). Sementara itu, laju inflasi tahun kalender sampai dengan bulan Juni 2009 tercatat sebesar 2,64% (y.t.d).

41 PE PERKEMBANGAN INFLASI Relatif rendahnya inflasi pada triwulan II-2009 antara lain dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok perumahan, dan kelompok transportasi. Sementara itu berdasakan kelompoknya, deflasi terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi sebesar -2,36% (m.tm). Pada sisi lain, terdapat dua kelompok yang tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok makanan jadi dan kelompok kesehatan masing-masing sebesar 0,39% (m.t.m) dan 1,38% (m.t.m). Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara Inflasi Umum (%) Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Bulanan (m.t.m) Thn Berjalan (y.t.d) Tahunan (y.o.y) Sumber: data BPS diolah 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan di Provinsi Sulawesi Tenggara Perkembangan IHK di Kota Kendari pada periode April 2009 Juni 2009 ditandai dengan terjadinya deflasi selama dua bulan berturut-turut yaitu bulan Mei 2009 dan bulan Juni 2009 masing-masing sebesar -0,39% (m.t.m) dan -0,87% (m.t.m). Secara umum, deflasi yang terjadi pada dua bulan tersebut dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan seiring dengan harga beras, daging, dan sayur mayur yang cenderung mengalami penurunan. Deflasi yang terjadi selama dua bulan tersebut berdampak positif terhadap laju inflasi tahun berjalan sampai dengan bulan Juni 2009 yang relatif rendah yaitu sebesar 2,64% (y.t.d). Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) KELOMPOK Apr-09 May-09 Jun-09 Bahan Makanan 2.54 (1.13) (2.36) Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan 1.35 (0.03) (0.60) - Sandang (2.29) (0.55) (0.24) Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, & Olah Raga (0.52) Transportasi & Komunikasi 0.20 (0.69) (0.77) U M U M 0.93 (0.39) (0.87) Sumber: Data BPS diolah Sementara itu, pada periode April 2009 sampai dengan Juni 2009, inflasi hanya terjadi pada bulan April 2009 sebesar 0,93% (m.t.m) seiring dengan inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan yang masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 2,54% (m.t.m) dan 1,35% (m.t.m). 32

42 PERKEMBANGAN PERBANKAN Kelompok Bahan Makanan Pada bulan Mei 2009, kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar -1,13% (m.t.m). Deflasi kelompok bahan makanan pada bulan tersebut antara lain dipengaruhi oleh deflasi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian deflasi pada sub kelompok padipadian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya sebesar -1,46% (m.t.m), ikan segar sebesar -3,34% (m.t.m), serta bumbu-bumbuan sebesar -2,71% (m.t.m). Berbeda dengan bulan Mei 2009, kelompok bahan makanan pada bulan April 2009 tercatat mengalami inflasi sebesar 2,54% (m.t.m). Inflasi kelompok bahan makanan pada bulan April 2009 antara lain dipengaruhi oleh inflasi yang terjadi pada sub kelompok ikan segar sebesar 11,33% (m.t.m), ikan diawetkan sebesar 1,98% (m.t.m) dan kacang-kacangan sebesar 0,18% (m.t.m). Deflasi kelompok bahan makanan kembali terjadi pada bulan Juni 2009 sebesar -2,36% (m.t.m). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi terbesar terjadi pada sub kelompok sayur mayur, ikan diawetkan dan ikan segar masing-masing sebesar -6,77% (m.t.m), -5,51% (m.t.m), dan -3,38% (m.t.m). Selain itu, kelompok padi-padian juga tercatat mengalami deflasi sebesar -0,42 yang antara lain dipengaruhi oleh turunnya harga beras seiring dengan adanya panen di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara sehingga pasokan beras di Sulawesi Tenggara cukup terjaga. Tabel 2.3. Komoditi Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Makanan Jadi Bulan April 2009 Juni 2009 Penyumbang Inflasi Penyumbang Deflasi Apr-09 May-09 Jun-09 Ikan Kembung Beras Ikan Rambe Ikan Rambe Ikan Kembung Ikan Cakalang Ikan Teri Ikan Bawal Ikan Bandeng Ikan Baronang Ikan Baronang Tomat Sayur Ikan Katamba Cumi-cumi Bayam Cumi-cumi Cabe Rawit Jantung Pisang Ikan Bawal Ikan Bandeng Ikan Katamba Ikan Bandeng Ikan Ekor Kuning Kacang Panjang Ikan Katamba Daging Sapi Nangka Muda Beras Daun Kacang Muda Bawang Merah Bawang Merah Cumi-cumi Sumber: Data BPS Prov. Sultra 33

43 PE PERKEMBANGAN INFLASI Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Meskipun menunjukkan kecenderungan melambat namun kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau pada bulan Juni 2009 menjadi salah satu kelompok yang mengalami inflasi yaitu sebesar 0,39% (m.t.m). Inflasi yang terjadi pada kelompok tersebut dipengaruhi oleh inflasi yang terjadi sub kelompok makanan jadi sebesar 0,56% (m.t.m) dan sub kelompok minuman tidak beralkohol sebesar 0,27% (m.t.m). Pada sisi lain, sub kelompok tembaku dan minuman beralkohol menunjukkan pergerakan yang stabil. Sementara itu, inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau pada bulan Mei 2009 tercatat sebesar 0,60% (m.t.m). Dari tiga sub kelompok yang tercakup dalam kelompok ini, seluruh sub kelompok tercatat mengalami inflasi. Sub kelompok makanan jadi dan sub kelompok minuman tidak beralkohol masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,11% (m.t.m) dan 0,98% (m.t.m) sedangkan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol tercatat mengalami inflasi sebesar 1,66% (m.t.m). Pada bulan April 2009, inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau tercatat sebesar 0,79% (m.t.m). Inflasi kelompok tersebut pada bulan April 2009 didorong oleh inflasi yang terjadi pada sub kelompok makanan jadi sebesar 0,40% (m.t.m), sub kelompok minuman tidak beralkohol 0,35% (m.t.m) serta beralkohol 2,20% (m.t.m). Tabel 2.4. Komoditi Penyumbang Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Bulan April 2009 Juni 2009 Penyumbang Inflasi Apr-09 May-09 Jun-09 Rokok Kretek Filter Rokok Kretek Filter Roti Manis Ayam Goreng Gula Pasir Gula Pasir Rokok Kretek Martabak Coklat Batang Gula Pasir Rokok Putih Sate Coklat Batang Sate Kopi Bubuk Teh Sirup Kembang Gula Sumber: Data BPS Prov. Sultra tembakau dan minuman Kelompok Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar Pada bulan Juni 2009, kelompok perumahan tercatat mengalami deflasi sebesar - 0,60% (m.t.m) berdasarkan sub kelompoknya deflasi yang terjadi pada kelompok perumahan 34

44 PERKEMBANGAN PERBANKAN dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar - 0,94% (m.t.m) serta sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar -0,69% (m.t.m). Kelompok perumahan pada bulan Mei 2009 juga tercatat mengalami deflasi sebesar - 0,03% (m.t.m). Dari empat sub kelompok yang tercakup dalam kelompok tersebut, tercatat tiga sub kelompok mengalami deflasi yaitu sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar - 0,04% (m.t.m), sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar -0,05% (m.t.m), serta sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar -0,03% (m.t.m). Sementara itu, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga merupakan satu-sarunya sub kelompok yang tercatat mengalami inflasi sebesari 0,05% (m.t.m). Berbeda dengan bulan Mei dan Juni 2009, kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar mengalami inflasi sebesar 1,35% (m.t.m) pada bulan April Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi sub kelompok biaya tempat tinggal serta sub kelompok bahan bakar penerangan dan air masing-masing sebesar 0,60% (m.t.m) dan 4,52% (m.t.m). Sementara itu, sub kelompok perelengkapan rumahtangga dan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga masing-masing sebesar 0,25% (m.t.m) serta 0,16% (m.t.m). Tabel 2.5. Komoditi Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar Bulan April 2009 Juni 2009 Penyumbang Inflasi Penyumbang Deflasi Apr-09 May-09 Jun-09 Bahan Bakar Rumah Tangga Seng Semen Besi Beton Batu bata Lilin Seng Kompor Semen Cat Tembok Paku Seng Kontrak Rumah Meja Kursi Tamu Rak Piring Keramik Paku Sabun Cair/Cuci Piring Sumber: Data BPS Prov. Sultra Bahan Bakar Rumah Tangga Kelompok Sandang Sejak bulan April 2009 sampai dengan bulan Juni 2009 kelompok sandang terus menunjukkan pergerakan harga yang menurun. Pada bulan Juni 2009, kelompok sandang 35

45 PE PERKEMBANGAN INFLASI tercatat mengalami deflasi sebesar -0.24% (m.t.m). Deflasi yang terjadi pada kelompok sandang dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar -0,58% (m.t.m). Sementara itu, sub kelompok yang lain tidak mengalami perubahan harga. Deflasi kelompok sandang pada bulan Mei 2009 tercatat sebesar -0,55% (m.t.m). Deflasi tersebut dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar -1,42% (m.t.m) serta serta sub kelompok sandang wanita -0,06% (m.t.m). Sementara, sub kelompok sandang laki-laki menunjukkan kenaikan harga sedangkan sandang anak-anak tidak menunjukkan perubahan harga. Pada bulan April 2009, kelompok sandang mengalami deflasi yang cukup besar yaitu - 2,29% (m.t.m). Deflasi yang cukup besar tersebut dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar -5,38% (m.t.m). Pada sisi lain, sub kelompok sandang laki-laki mengalami kenaikan harga sedangkan sub kelompok sandang wanita dan sandang anak-anak tidak mengalami perubahan. Tabel 2.6. Komoditi Penyumbang Deflasi Kelompok Sandang Bulan April 2009 Juni 2009 Penyumbang Deflasi Apr-09 May-09 Jun-09 Emas Perhiasan Emas Perhiasan Emas Perhiasan Pembalut Wanita Sumber: Data BPS Prov. Sultra Kelompok Kesehatan Pada periode April 2009 sampai dengan Juni 2009, kelompok kesehatan tercatat mengalami inflasi. Inflasi kelompok kesehatan pada bulan Juni 2009 tercatat sebesar 1,38% (m.t.m) seiring dengan inflasi yang terjadi pada sub kelompok obat-obatan serta sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik masing-masing sebesar 5,43% (m.t.m) dan 0,12% (m.t.m). Sementara itu, inflasi kelompok kesehatan pada bulan Mei 2009 tercatat sebesar 0,07% (m.t.m) yang dipicu oleh inflasi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik sebesar 0,14% (m.t.m). Pada bulan April 2009, inflasi kelompok kesehatan tercatat sebesar 0,49% (m.t.m) yang didorong oleh inflasi sub kelompok jasa kesehatan sebesar 0,24% (m.t.m), sub kelompok jasa perawatan jasmani sebesar 1,55% (m.t.m) serta sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik sebesar 0,66% (m.t.m). 36

46 PERKEMBANGAN PERBANKAN Tabel 2.7. Komoditi Penyumbang Inflasi Kelompok Kesehatan Bulan April 2009 Juni 2009 Penyumbang Inflasi Apr-09 May-09 Jun-09 Sabun Mandi Sikat Gigi Obat Dengan Resep Pasta Gigi Sabun Mandi Obat Flu Creambath Hand Body Lotion Pasta Gigi Tarif Gunting Rambut Pria Minyak Rambut Bidan Obat Batuk Sumber: Data BPS Prov. Sultra Kelompok Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga Setelah mengalami inflasi pada bulan April 2009 dan Mei 2009, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tercatat mengalami deflasi sebesar -0,52% (m.t.m) pada bulan Juni Deflasi pada bulan Juni 2009 tersebut dipengaruhi oleh deflasi pada sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan dan sub kelompok rekreasi masing-masing sebesar - 2,00% (m.t.m) dan -0,07% (m.t.m). Pada bulan April 2009 dan Mei 2009, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,09% (m.t.m) dan 0,36% (m.t.m). Inflasi yang terjadi pada bulan April 2009, didorong oleh sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan yang mengalami inflasi sebesar 0,36% (m.t.m). Sementara itu, inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga pada bulan Mei 2009 dipicu oleh inflasi yang terjadi pada sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 1,36% (m.t.m) dan sub kelompok rekreasi 0,10% (m.t.m). Penyumbang Inflasi Penyumbang Deflasi Apr-09 May-09 Jun-09 Personal komputer/desktop Laptop/Notebook Personal Komputer/Desktop Buku Tulis Printer Desk Jet Laptop/Notebook Flash Disk Flash Disk Kamera Sumber: Data BPS Prov. Sultra Tabel 2.8. Komoditi Penyumbang Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga Bulan April 2009 Juni

47 PE PERKEMBANGAN INFLASI Kelompok Transportasi Dan Komunikasi Pada bulan Mei 2009 dan Juni 2009, kelompok transportasi dan komunikasi tercatat mengalami deflasi sebesar -0,69(m.t.m) dan -0,77% (m.t.m). Deflasi yang terjadi pada bulan Juni 2009 dipengaruhi oleh deflasi pada sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar - 6,68% (m.t.m). Seperti halnya pada bulan Juni 2009, deflasi kelompok transportasi dan komunikasi yang terjadi pada bulan Mei 2009 juga dipengaruhi oleh deflasi pada sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar -3,23% (m.t.m). Pada bulan April 2009, kelompok transportasi dan komunikasi tercatat mengalami inflasi sebesar 0,20% (m.t.m). Inflasi tersebut didorong oleh inflasi yang terjadi pada sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 1,05% (m.t.m). Tabel 2.9. Komoditi Penyumbang Inflasi Kelompok Transportasi dan Komunikasi Bulan April 2009 Juni 2009 Penyumbang Inflasi Penyumbang Deflasi Apr-09 May-09 Jun-09 Mobil Telepon Selular Telepon Selular Telepon Selular Sepeda Motor Sumber: Data BPS Prov. Sultra 2.3 Faktor Yang mempengaruhi Inflasi Secara umum, inflasi di Kota Kendari dipangaruhi oleh faktor pasokan mengingat sebagian besar komoditi yang diperdagangkan di Kota Kendari dipasok dari luar provinsi sehingga perubahan harga di daerah asal akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan harga di Kota Kendari. Selain itu, faktor kelancaran distribusi juga menjadi faktor yang cukup penting dalam pembentukan harga di Kota Kendari. Tabel Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi/Deflasi Di Kota Kendari 1 Faktor Panen padi di Kabupaten Kolaka dan Konawe yang dimulai pada bulan Mei 2009 seihngga pasokan beras di Kota Kendari cukup banyak. Dampak Penurunan harga beras 2 3 Kondisi jalan provinsi yang mengalami kerusakan mencapai 78% dari total panjang jalan provinsi di Sulawesi Tenggara sehingga menghambat kelancaran arus distribusi. Keluarnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) no. 203/PMK.011/2008 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau dimana secara rata-rata tarif cukai rokok mengalami peningkatan sebesar 7%. Kenaikan biaya distribusi yang akan dibebankan kepada konsumen. Kenaikan harga rokok. 38

48 PERKEMBANGAN PERBANKAN 2.4 Inflasi Tahun Berjalan dan Inflasi Tahunan Inflasi tahunan Kota Kendari pada bulan Juni 2009 tercatat sebesar 6,81% (y.o.y). Meskipun masih terdapat kelompok yang mengalami inflasi yang cukup tinggi, namun secara umum inflasi Kota Kendari pada bulan Juni 2009 jauh dibawah inflasi pada bulan Juni 2008 yang tercatat sebesar 15,86% (y.o.y). Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM pada akhir tahun 2008 yang secara langsung direspons oleh kelompok transportasi dan komunikasi khususnya sub kelompok transportasi dimana pada bulan Juni 2009 sub kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar 8,41% (y.o.y). Sementara itu berdasakan sumbangannya, inflasi yang terjadi pada bulan Juni 2009 dipicu oleh infalsi yang terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar. Inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan didorong terutama kenaikan harga ikan segar sedangkan inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar dipengaruhi oleh kenaikan harga makanan jadi dan kenaikan tarif sewa rumah. 2.2 Grafik Inflasi Tahunan Kota Kendari % ,81 6, Sumber: Data BPS Prov. Sultra diolah Sementara itu, inflasi tahun kalender pada bulan Juni 2009 tercatat sebesar 2,64% (y.t.d). Terjadinya deflasi selama dua bulan berturut-turut yaitu pada bulan Mei 2009 dan Juni 2009 mampu meredam laju inflasi. Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan serta 39

49 PE PERKEMBANGAN INFLASI kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau masih menjadi faktor utama pemicu inflasi. 2.5 Inflasi/Deflasi Terbesar per- Sub kelompok Berdasarkan sub kelompoknya, sub kelompok obat-obatan tercatat sebagai kelompok yang mengalami inflasi paling tinggi sebesar 5,43% (m.t.m). Inflasi yang terjadi pada kelompok tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga obat dengan resep dimana kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga dari tempat asal pembelian. Tabel Inflasi (Deflasi) terbesar per-sub Kelompok Secara Bulanan KELOMPOK/SUB KELOMPOK INFLASI/DEFLASI JUNI 2009 BAHAN MAKANAN -2.36% BAHAN MAKANAN LAINNYA 0.00% SAYUR-SAYURAN -6.77% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0.39% MAKANAN JADI 0.56% ROKOK, TEMBAKAU & MINUMAN BERALKOHOL 0.00% PERUMAHAN -0.60% PENYELENGGARAAN RUMAH TANGGA 0.07% BIAYA TEMPAT TINGGAL -0.94% SANDANG -0.24% SANDANG LAKI-LAKI 0.00% BARANG PRIBADI & SANDANG LAINNYA -0.58% KESEHATAN 1.38% OBAT-OBATAN 5.43% JASA PERAWATAN JASMANI 0.00% PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA -0.52% BIAYA PENDIDIKAN 0.00% PERLENGKAPAN/ PERALATAN PENDIDIKAN -2.00% TRANSPORT & KOMUNIKASI -0.77% TRANSPORT 1.09% KOMUNIKASI & PENGIRIMAN -6.68% U M U M -0.87% Sumber: Data BPS diolah Sementara itu, sub kelompok yang mengalami deflasi cukup tinggi pada bulan juni 2009bterjadi pada sub kelompok sayur-sayuran yaitu sebesar -6,77% (m.t.m). Deflasi yang terjadi pada kelompok sayur-sayuran tersebut dipengaruhi oleh penurunan harga beberapa komoditi seperti bayam, tomat sayur, dan kacang panjang seiring dengan kecukupan pasokan di Kota Kendari. Selain sub kelompok sayur-sayuran, deflasi yang cukup tinggi juga terjadi pada sub kelompok komunikasi & pengiriman sebesar -6,68%. Deflasi yang terjadi pada sub kelompok komunikasi & pengiriman antara lain dipengaruhi oleh tarif sarana komunikasi yang semakin murah. 40

50 BOKS II INFRASTRUKTUR BURUK PENYEBAB TINGGINYA INFLASI KOTA KENDARI Kondisi jalan provinsi yang rusak di Sulawesi Tenggara mencapai 78% dari total panjang jalan. Hal ini berdampak terhadap tingginya biaya distribusi yang pada akhirnya akan dibebankan kepada konsumen. Fakta tersebut menjadi salah satu pokok diskusi pada pertemuan Koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Tenggara, yang diselenggarakan di Aula Teprombua, Kompleks Bank Indonesia Kendari pada 14 Juli 2009 lalu. Pertemuan TPID yang dilakukan pasca dikeluarkannya Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara No.410 Tahun 2009 tentang TPID Sulawesi Tenggara, difokuskan pada pembahasan permasalahan infrastrukur dan perkembangan harga komoditi beras yang selama ini menjadi pemicu tingginya angka inflasi. Penghitungan inflasi di Kota Kendari berdasakan pada survei biaya hidup dengan sampel sebanyak rumah tangga di Kota Kendari dengan memasukkan 349 jenis barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Beras merupakan salah satu komoditi pada penghitungan inflasi yang memiliki bobot cukup besar sehingga inflasi beras akan berdampak besar terhadap laju inflasi umum di Kota Kendari. Salah satu upaya pemerintah untuk mengendalikan harga beras adalah melalui optimalisasi peran Bulog dimana Bulog merupakan salah satu organ pelaksana di bidang pangan yang dibentuk pemerintah dengan status BUMN berbentuk Perum dengan tugas pokok menjamin tersedianya beras bagi masyarakat dan menjamin stabilitas harga bagi petani dan konsumen. Dalam kegiatan operasionalnya Bulog melakukan pembelian gabah/beras sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah melalui Instruksi Presiden (Inpres No. 8 Tahun 2008). Berdasakan pemaparan nara sumber dari Bulog tersebut diketahui bahwa harga beras di sentra produksi saat ini berada pada level Rp5.000,00/kg atau di atas HPP yang sebesar Rp4.800,00, sehingga Bulog kesulitan untuk membeli beras dari petani. Dalam upaya stabilisasi harga, saat ini Bulog lebih memfokuskan pada realisasi penyaluran beras raskin sesuai dengan target yang ditentukan. Selain beras, permasalahan inflasi Kota Kendari juga dipangaruhi oleh kelancaran arus distribusi yang sangat bergantung pada kondisi infrastruktur sebagaimana telah disampaikan diatas. Menyikapi hal tersebut, berbagai pihak sependapat bahwa pembangunan infrastruktur di Sulawesi Tenggara perlu mendapatkan perhatian serius dan menjadi prioritas bagi pemerintah daerah guna meningkatkan aksesibilitas berbagai daerah di Sulawesi Tenggara terutama pada saat penyusunan APBD dimana porsi anggaran untuk

51 pembengunan/pemeliharaan infrastruktur harus lebih ditingkatkan. Selain itu, disadari pula perlunya meningkatkan koordinasi dari berbagai pihak dalam menjaga stabilitas harga. 42

52 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1. Kondisi Umum Sejalan dengan optimisme pemerintah dimana pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II-2009 diperkirakan masih akan tumbuh positif, roda perekonomian Sulawesi Tenggara secara tahunan pada triwulan II-2009 diperkirakan juga tumbuh positif dengan laju pertumbuhan sebesar 7,76% 1. Tumbuhnya kegiatan perekonomian ini tidak terlepas dari peran lembaga pembiyaan yang ada di Sulawesi Tenggara terutama lembaga perbankan, dimana hingga akhir triwulan II-2009 masih menunjukkan kinerja yang cukup baik sebagaimana terlihat pada beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit/pembiayaan, efisiensi dan laba usaha. Total aset pada triwulan II-2009, tercatat sebesar Rp6.692,99 miliar, meningkat 13,29% dibandingkan posisi triwulan IV-2008 yang sebesar Rp5.907,92 miliar (y-t-d). Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dari pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2008 yang sebesar 7,41%. Peningkatan aset terutama didorong oleh meningkatnya dana pihak ketiga (DPK) dan adanya pembukaan satu kantor cabang bank umum baru di Kota Kendari yakni PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) yang berkantor pusat di Bandung. DPK yang dihimpun tercatat sebesar Rp5.141,82 miliar, meningkat 11,54% dibandingkan posisi Desember 2008 (y-t-d), sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya hanya meningkat 7,87%. Peningkataan DPK terutama terjadi pada giro dan deposito dengan laju peningkatan masing-masing sebesar 57,86% dan 11,38%, sedangkan tabungan mengalami sedikit penurunan yakni sebesar 3,73%. Dengan meningkatnya DPK yang dihimpun tentunya telah menambah likuiditas sehingga menambah ruang gerak perbankan Sulawesi Tenggara untuk meningkatkan pangsa penyaluran kreditnya. Posisi kredit yang disalurkan pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp4.276,31 miliar, meningkat 11,78% dibandingkan posisi Desember 2008 (y-t-d). Namun demikian laju pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 yang sebesar 20,86% (y-t-d). Berdasarkan penggunaan, peningkatan 1 Proyeksi Bank Indonesia

53 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN kredit terjadi pada semua jenis kredit baik modal kerja, investasi maupun konsumsi, dengan laju pertumbuhan yang relatif sama yakni masing-masing sebesar 12,16%, 10,96% dan 11,66% (y-t-d). Kondusifnya iklim usaha dan masih banyaknya sektor usaha di Sulawesi Tenggara yang memerlukan pembiayaan dari perbankan serta terbatasnya kewenangan memutus kredit perbankan lokal, telah membuka peluang kepada perbankan di luar Sulawesi Tenggara untuk menyalurkan pembiayaannya pada proyek-proyek yang berlokasi di wilayah ini. Hal ini terlihat pada kredit berdasarkan lokasi proyek, yakni kredit yang disalurkan perbankan di Indonesia untuk membiayai proyek-proyek yang berlokasi di Sulawesi Tenggara dimana pada triwulan II-2009 mencapai Rp4.864,14 miliar. Dari jumlah tersebut sebesar Rp4.056,71 miliar disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tenggara, dengan demikian terdapat Rp807,42 miliar (16,60%) kredit yang disalurkan dari perbankan di luar Sulawesi Tenggara. Perolehan laba usaha tahun berjalan yang berhasil dibukukan oleh perbankan Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp201,01 miliar, meningkat sebesar Rp81,82 miliar (68,65%) dibandingkan perolehan laba pada triwulan yang sama tahun 2008 yang sebesar Rp119,19 miliar. Peningkatan laba usaha tersebut juga diikuti dengan pelaksanaan efisiensi usaha sebagaimana terlihat pada turunnya rasio BOPO yakni rasio antara pendapatan operasional dengan beban operasional dari 71,74% pada triwulan II menjadi 61,43% pada triwulan II Sementara itu dilihat dari sisi risiko kredit (credit risk), kualitas kredit yang disalurkan perbankan Sulawesi Tenggara pada triwulan laporan masih berada pada level yang aman, hal ini terlihat pada rasio kredit bermasalah/non performing loan (NPLs) gross yang sebesar 3,53%, meskipun sedikit meningkat dibandingkan posisi Desember 2008 yang sebesar 2,82%. Untuk memitigasi risiko yang muncul, bank telah membentuk cadangan PPAP yang cukup sebagaimana terlihat pada NPLS Nett yang sebesar 1,32%. 44

54 PERKEMBANGAN PERBANKAN Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Sulawesi Tenggara (Juta Rupiah) Indikator Growth Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II q-t-q y-t-d y-o-y Aset 5,523,781 5,769,497 5,907,923 6,624,105 6,692, % 13.29% 21.17% - Bank Umum 5,472,534 5,712,576 5,855,031 6,567,266 6,633, % 13.30% 21.21% - BPR 51,247 56,921 52,892 56,839 59, % 12.55% 16.16% DPK 4,335,081 4,539,260 4,609,924 4,909,545 5,141, % 11.54% 18.61% - Bank Umum 4,291,751 4,491,929 4,563,263 4,861,170 5,092, % 11.60% 18.66% - BPR 43,330 47,331 46,661 48,375 49, % 5.67% 13.80% Kredit 3,402,845 3,754,348 3,825,769 3,988,039 4,276, % 11.78% 25.67% - Bank Umum 3,363,730 3,710,907 3,787,686 3,940,947 4,227, % 11.62% 25.69% - BPR 39,115 43,441 38,083 47,092 48, % 27.63% 24.26% LDR 78.50% 82.71% 82.99% 81.23% 83.17% - Bank Umum 78.38% 82.61% 83.00% 81.07% 83.02% - BPR 90.27% 91.78% 81.62% 97.35% 98.57% NPLs (Gross ) 5.07% 2.70% 2.82% 3.33% 3.53% - Bank Umum 5.05% 2.67% 2.77% 3.29% 3.46% - BPR 6.48% 5.50% 7.20% 6.44% 6.35% Sumber: LBU BU/BPR diolah 3.2 Perkembangan Bank Umum Aset Pada akhir triwulan II-2009, total aset bank umum Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp6.633,47 miliar, meningkat 13,30% dibandingkan triwulan IV-2008 yang sebesar Rp5.855,03 miliar (y-t-d). Peningkatan pembentukan aset tersebut terutama didorong oleh meningkatnya DPK yang dihimpun terutama giro dan deposito serta beroperasinya satu bank baru di Kota Kendari yakni PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) yang berkantor pusat di Bandung. Guna mengoptimalkan imbal hasil atas pengelolaan asetnya, bank umum Sulawesi Tenggara telah mengalokasikan asetnya pada berbagai aktiva produktif, baik dalam bentuk pemberian kredit/pembiayaan, penempatan pada bank lain, maupun surat berharga dengan pangsa masing-masing 90,64%, 8,61% dan 0,75%. Adapun total Grafik 3.1. Pangsa Aktiva Produktif Sumber: LBU 8.61% 0.75% 90.64% Kredit Penempatan Pada Bank Lain Surat Berharga 45

55 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN aktiva produktif bank umum Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp4.664,41 miliar, meningkat 16,39% dibandingkan posisi triwulan IV-2008 yang sebesar Rp4.007,07 miliar (grafik 3.1.). Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan aset terbesar terjadi pada kelompok bank swasta nasional dengan laju pertumbuhan sebesar 15,57% (y-t-d), sementara aset kelompok bank pemerintah tumbuh sebesar 12,78% (y-t-d). Namun demikian pangsa aset terbesar masih dimiliki oleh kelompok bank pemerintah yakni sebesar 81,24%, sementara pangsa aset kelompok bank swasta sebesar 18,76% (grafik 3.2). Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara Berdasarkan Kelompok Bank Tw II Tw I Tw IV Tw III Tw II Tw I Tw IV Tw III Tw II Tw I Tw IV Tw III Tw II Tw I 18.76% 16.74% 18.39% 18.85% 17.97% 19.48% 18.45% 18.01% 18.50% 17.85% 19.69% 18.71% 12.07% 14.70% 81.24% 83.26% 81.61% 81.15% 82.03% 80.52% 81.55% 81.99% 81.50% 82.15% 80.31% 81.29% 87.93% 85.30% Bank Pemerintah BUSN Sumber: LBU Dana Pihak Ketiga (DPK) Meskipun suku bunga simpanan memperlihatkan trend penurunan seiring menurunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate), dimana hingga akhir Juni 2009 berada pada level 6,75%, namun dana pihak ketiga yang dihimpun bank umum Sulawesi Tenggara Tenggara tetap menunjukkan peningkatan. Tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan, belum adanya alternatif investasi yang lebih menarik, serta berbagai kemudahan dalam bertransaksi yang ditawarkan perbankan, merupakan faktor pendorong peningkatan penghimpunan dana. 46

56 PERKEMBANGAN PERBANKAN Total DPK bank umum Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp5.092,51 miliar, meningkat sebesar 13,30% (y-t-d) dan 21,21% (y-o-y). DPK yang dihimpun tersebut sebagian besar Grafik 3.3. Pangsa DPK Bank Umum Triwulan II-2009 berupa tabungan, dengan total dana sebesar Rp2.708,77 miliar (53,19%), diikuti oleh giro sebesar Rp1.481,32 miliar (29,09%), dan deposito Rp902,41 miliar (17,72%) (grafik 3.3). Berdasarkan komposisi DPK tersebut dimana tabungan memiliki pangsa terbesar, hal ini mencerminkan bahwa motivasi masyarakat dalam menempatkan dananya di bank Sumber: LBU 17.72% 53.19% 29.09% Tabungan Giro Deposito bukan untuk tujuan investasi tetapi untuk tujuan berjaga-jaga (precautionary motive) dan bertransaksi (transaction motive). Komposisi ini berbeda dengan komposisi DPK nasional yang didominasi oleh deposito. Berdasarkan pertumbuhannya, giro menunjukkan pertambahan yang sangat signifikan yakni bertambah sebesar Rp542,94 miliar atau meningkat sebesar 57,86%, diikuti oleh deposito yang bertambah sebesar Rp88,44 miliar (10,86%), sementara tabungan mengalami penurunan sebesar Rp102,04 miliar (3,63%). Peningkatan yang terjadi pada giro terutama didorong oleh meningkatnya giro milik pemerintah daerah terkait dengan adanya droping DAU dan DAK tahun anggaran 2009 dari pemerintah pusat untuk pembiayaan kegiatan pembangunan daerah, baik untuk belanja langsung maupun tidak langsung yang ditransfer melalui bank-bank pemerintah. Peningkatan DPK pada deposito terutama deposito berjangka waktu pendek didorong oleh masih menariknya suku bunga yang ditawarkan oleh perbankan meskipun suku bunganya menunjukkan trend penurunan seiring dengan menurunnya suku bunga acuan bank Bank Indonesia (BI Rate) dimana pada akhir triwulan II-2009 berada pada level 6,75% serta belum adanya alternatif investasi yang lebih menarik dan aman (tabel 3.2). Selama tahun berjalan, peningkatan nominal deposito terbesar terjadi pada deposito yang berjangka waktu sampai dengan 3 bulan yakni bertambah sebesar Rp112,16 miliar atau meningkat 17,67%, jangka waktu di atas 3 bulan sampai dengan 6 bulan bertambah Rp62,47 miliar, meningkat 16,76% dan jangka waktu di atas 6 bulan sampai dengan 24 bulan turun Rp86,19 miliar (97,10%). 47

57 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Tabel 3.2 : Pergerakan Suku Bunga Deposito Rata-Rata Bank UmumSulawesiTenggara Jangka Waktu Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw IV Tw I Tw II 1 bulan 6.79% 6.42% 6.34% 6.05% 6.21% 7.51% 7.94% 7.47% 5.62% 3 bulan 7.10% 6.76% 6.59% 6.31% 6.32% 7.17% 9.00% 8.87% 7.27% 6 bulan 7.33% 6.84% 6.27% 6.21% 6.21% 6.79% 7.54% 7.89% 8.00% 12 bulan 7.75% 7.29% 6.64% 6.46% 6.42% 6.63% 7.96% 8.12% 7.93% 24 bulan 8.58% 8.57% 8.03% 7.34% 6.42% 6.17% 6.16% 6.17% 6.35% Sumber : LBU diolah Sementara itu berdasarkan golongan pemilik, DPK bank umum Sulawesi Tenggara kepemilikannya masih didominasi oleh kelompok perorangan yang mencapai pangsa sebesar 72,48% yang tersebar pada rekening, diikuti oleh pemerintah daerah (19,20%), perusahaan swasta (2,25%), pemerintah pusat (1,79%) dan lainnya 4,28%. Sebagian besar DPK yang dimiliki oleh kelompok perorangan tersebut umumnya merupakan dana-dana jangka pendek yang terdiri dari tabungan dan deposito dengan jangka waktu kurang 6 bulan yang mencapai 84,60% dari total DPK. Dengan komposisi DPK yang demikian, tentunya perbankan dihadapkan pada tingginya volatilitas dana, yang pada gilirannya diperlukan kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan pembiayaan dalam bentuk investasi yang jangka waktunya relatif panjang. Hal ini terlihat pada struktur kredit/pembiayan perbankan Sulawesi Tenggara, dimana penyaluran kredit perbankan Sulawesi Tenggara lebih terkonsentrasi pada kredit konsumsi dan modal kerja yang jangka waktu pengembaliannya relatif lebih pendek. Grafik 3.4. Perkembangan DPK Bank Umum di Sulawesi Tenggara Menurut Golongan Pemilik Miliar Rp. 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Perorangan 2006 Pemerintah Daerah 2007Perusahaan Sw asta 2008 Pemerintah 2009Pusat 48

58 PERKEMBANGAN PERBANKAN Dilihat pertumbuhannya, simpanan milik pemerintah daerah mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan yakni sebesar 253,93% atau bertambah sebesar Rp674,65 miliar, sementara milik perorangan meningkat sebesar Rp99,40 miliar (2,71%), yayasan meningkat Rp1,46 miliar (3,4%) dan BUMD meningkat Rp0,99 miliar (34,57%) sebagaimana terlihat pada grafik Perkembangan Kredit Adanya berbagai program yang diluncurkan pemerintah dalam mendorong penyaluran kredit khususnya oleh bank milik pemerintah antara lain program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan bergeraknya kegiatan perekonomian, telah mendorong bank umum untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan aktiva produktifnya terutama pada kredit/pembiayaan yang disalurkan. Posisi kredit yang disalurkan bank umum sulawesi Tenggara pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp4.276,31 miliar, meningkat sebesar 11,62% (y-t-d), namun demikian pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 yang sebesar 20,85% (y-t-d). Berdasarkan tujuan penggunaannya, semua jenis kredit mengalami pertumbuhan dengan tingkat pertumbuhan yang relatif sama, dimana kredit modal kerja tumbuh sebesar 11,62%, investasi 11,76% dan konsumsi 11,80% (y-t-d). (grafik 3.5). Untuk penyaluran KUR, hingga akhir triwulan II-2009 KUR yang disalurkan perbankan Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp129,27 miliar yang tersalur kepada debitur. Dibandingkan dengan posisi Desember 2009, dari sisi nominal KUR meningkat sebesar 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% 25,17%, sedang dari jumlah debitur meningkat 38,45%. Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit (y-t-d) Tw I Tw II Sumber: LBU Berdasarkan Penggunaan Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Modal Kerja Investasi Konsumsi 49

59 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Berdasarkan penggunaannya, kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki pangsa terbesar dalam struktur kredit perbankan Sulawesi Tenggara, yakni sebesar 54,39%, sedangkan kredit modal kerja dan investasi masing-masing memiliki pangsa sebesar 36,20% dan 9,41%. Kondisi ini tidak terlepas dari struktur DPK perbankan Sulawesi Tengara yang didominasi oleh dana jangka pendek serta rendahnya risiko kredit yang disalurkan untuk tujuan konsumsi, Grafik 3.6. Pangsa Penyaluran Kredit Berdasarkan Penggunaan Sumber: LBU ; Konsumsi 54.39% Modal ; Kerja 36.20% ; Investasi 9.41% sehingga mendorong perbankan untuk menyalurkan kreditnya ke sektor konsumsi dengan pangsa yang lebih tinggi (grafik 3.6). Sementara itu berdasarkan kelompok bank, peningkatan penyaluran kredit pada triwulan laporan hanya terjadi pada kelompok bank pemerintah yakni meningkat sebesar 15,05% (y-t-d), sedangkan pada kelompok bank swasta mengalami sedikit penurunan yakni sebesar -0,49% (y-t-d). Dilihat dari pertumbuhan kredit tersebut, nampak bahwa bank umum pemerintah ditengah ketatnya likuiditas masih cukup gencar dalam melakukan ekspansi kredit. Hal ini tentunya sangat mendukung bergeraknya roda perekonomian Sulawesi Tenggara sehingga pertumbuhannya dapat terus berkelanjutan. Dilihat pangsanya, kelompok bank pemerintah masih mendominasi pangsa penyaluran kredit di Sulawesi Tenggara, dengan pangsa sebesar 80,29% atau mencapai Rp3.394,56 miliar, sementara pangsa kredit bank umum swasta nasional sebesar 19,71% atau sebesar Rp833,15 miliar. 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit (y-t-d) Tw I Berdasarkan Kelompok Bank Tw II Sumber: LBU Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Tw II 50

60 PERKEMBANGAN PERBANKAN Berdasarkan sektor ekonomi, sektor lain-lain yang umumnya dipergunakan untuk kegiatan konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit di wilayah ini dengan pangsa sebesar 54,61%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor konstruksi dan sektor jasa dunia usaha dengan pangsa masing-masing sebesar 31,85%, 5,12% dan 3,77%. Sementara sektor-sektor yang lainnya terutama sektor pertanian yang kontribusinya terhadap pembentuk PDRB rata-rata pertahun mencapai 40,00%, pangsa penyerapan kreditnya masih relatif kecil yakni hanya sebesar 2,12%. (grafik 3.8). Sejalan dengan perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan II- 2009, dimana kontribusi terhadap pertumbuhan disumbangkan oleh sektor pertanian, PHR dan konstruksi, penyaluran kredit berdasarkan sektor ekonomi oleh perbankan Suawesi Tenggara pada triwulan ini yang menunjukkan pertumbuhan cukup tinggi terjadi pada sektor-sektor tersebut, dimana masing-masing tumbuh sebesar 13,39%,13,21% dan 13,03% (y-t-d). Sementara itu untuk kredit baru, selama triwulan II-2009 (April-Juni) bank umum Sulawesi Tenggara telah merealisasikan pemberian kredit baru sebesar Rp460,31 miliar, meningkat 20,21% dibandingkan dengan periode triwulan I-2009 (Januari-Maret) yang sebesar Rp420,95 miliar. Pangsa terbesar realisasi kredit baru pada triwulan laporan masih didominasi oleh kredit konsumsi, yakni sebesar Rp384,81 miliar (69,54%), Grafik 3.8. Pangsa Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi 5.12% 3.77% 2.12% 54.61% 31.85% Lainnya Perdagangan Konstruksi Jasa Dunia Usaha Pertanian Sumber: LBU Sumber: LBU Grafik 3.9. Realisasi Kredit Baru 19.84% 10.62% 69.54% Modal Kerja Investasi Konsumsi sedangkan untuk modal kerja Rp106,80 miliar (19,84%) dan investasi Rp58,75 miliar (10,62%). (grafik 3.9). 51

61 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan Kredit UMKM Imbas krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 tidak berdampak signifikan terhadap sektor usaha di Sulawesi Tenggara sehingga masih mampu mendorong perekonomian daerah. Terjaganya pertumbuhan ini tidak terlepas dari struktur sektor usaha di Sulawesi Tenggara yang didominasi sektor UMKM dengan populasi di atas 90% dari seluruh jumlah sektor usaha yang ada di Sulawesi Tenggara yang tetap eksis ditengah krisis ekonomi yang terjadi. Namun demikian dalam rangka pengembangan usahanya, terutama dalam melakukan akses kepada perbankan dan sumber pembiayaan formal lainnya, sektor UMKM umumnya masih dihadapkan pada berbagai kendala antara lain rendahnya kemampuan manajemen, rendahnya aksesbilitas pada bank, jaminan kredit yang tidak mencukupi dan adanya gap suplai kredit. Mencermati kendala tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemangku kebijakan di daerah untuk mengatasi kendala tersebut. Permasalahan yang dihadapi UMKM terutama dari aspek pembiayaan, karena sebagian besar UMKM yang feasible namun belum bankable, lemahnya aspek produksi dan pemasaran yang antara lain disiasati dengan pemberian bantuan teknis, pelatihan, magang, pameran serta meningkatkan peran Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), ditambah dengan adanya skim kredit pembiayaan yang diluncurkan pemerintah pusat berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun skim program lainnya, nampaknya semakin membuahkan hasil, terutama dalam hal meningkatkan akses pembiayaan UMKM ke sektor perbankan sebagaimana terlihat pada meningkatnya kredit yang disalurkan dan jumlah UMKM yang memperoleh pembiayaan. Posisi kredit/pembiayaan bank umum kepada UMKM 2 pada triwulan II-2009 telah mencapai Rp4.005,16 miliar, meningkat 11,92% dibandingkan posisi triwulan IV-2008 yang sebesar Rp3.578,69 miliar (q-t-q). Jumlah kredit UMKM tersebut mencapai 94,74% dari total kredit yang disalurkan oleh bank umum di Sulawesi Tenggara yang sebesar Rp4.227,71 miliar (tabel 3.3). Pertumbuhan kredit untuk sektor UMKM tersebut tentunya akan semakin mendorong peningkatan kegiatan perekonomian sektor riil di Sulawesi Tenggara. 2 Kredit MKM adalah kredit dengan plafon s.d Rp5 Miliar 52

62 PERKEMBANGAN PERBANKAN Tabel 3.3. Perkembangan KMKM Perbankan Sulawesi Tenggara (Juta Rupiah) Tujuan Growth Penggunaan Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II y-t-d q-t-q y-o-y Modal Kerja 1,121,124 1,256,791 1,254,254 1,322,289 1,424, % 13.60% 27.09% Investasi 288, , , , , % 5.40% -0.64% Konsumsi 1,753,059 1,954,013 2,052,236 2,136,202 2,293, % 11.75% 30.82% Total KUMKM 3,162,927 3,478,107 3,578,695 3,743,774 4,005, % 11.92% 26.63% NPL Nominal 87,887 79,104 63,240 88, ,522 NPL (%) Total Kredit 3,363,730 3,710,907 3,787,686 3,940,947 4,227,707 Pangsa KUMKM Thd Total Kredit Sumber: LBU Dari sisi risko, kredit kepada sektor UMKM di Sulawesi Tenggara relatif aman sebagaimana tercermin pada rasio NPLs yang cukup rendah. NPLs gross kredit UMKM pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 2,66%, lebih rendah dari NPLs kredit perbankan Sulawesi Tenggara yang tercatat sebesar 3,46% (gross). Rendahnya NPLs tersebut memperlihatkan bahwa tangung jawab dan kemampuan membayar kembali (repayment capacity) pelaku UMKM terhadap kewajiban pengembalian pokok dan bunga pinjaman relatif baik, dan hal ini tentunya menjadi pertimbangan bagi perbankan dalam menyalurkan kredit/pembiayaannya kepada sektor UMKM. Peningkatan kredit/pembiayaan perbankan ke sektor UMKM, nampaknya tidak hanya terlihat pada meningkatnya nominal kredit yang disalurkan, akan tetapi juga pada meningkatnya jumlah pelaku UMKM yang memperoleh kredit, sebagaimana terlihat pada perkembangan jumlah rekening UMKM pada perbankan Sulawesi Tenggara (table 3.4). Jumlah rekening UMKM pada triwulan II-2009 mencapai rekening, meningkat sebesar 12,95%, atau bertambah sebanyak rekening. Tabel 3.4. Perkembangan KUKM menurut Jumlah Rekening Tujuan Growth Penggunaan Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II y-t-d q-t-q y-o-y Mikro 79,628 83, ,696 96, % 5.05% 20.97% Kecil 10,939 12, ,307 15, % 2.60% 43.57% Menengah % 3.79% 13.37% Jumlah 91,315 96,741 99, , , % 4.69% 23.62% Sumber : LBU 53

63 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Secara sektoral, kredit UMKM yang disalurkan perbankan di Sulawesi Tenggara selain terserap oleh sektor lainnya yang umumnya digunakan untuk konsumsi dengan pangsa sebesar 57,49%, juga terserap oleh sektor PHR dengan pangsa 30,83%, sektor jasa dunia usaha (3,73), sektor konstruksi (3,70%), dan sektor pertanian (2,18%) yang digunakan untuk kegiatan produktif (grafik 3.10). Grafik Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi 3.70%2.18% 3.73% 30.83% 57.49% Lain Lain Perdagangan Konstruksi Jasa Dunia Sumber: LBU Pertanian Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Seiring dengan kondusifnya situasi sosial, politik dan keamanan serta semakin terbukanya arus informasi mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara termasuk potensi ekonomi yang dimiliki, telah mengundang pelaku usaha luar daerah untuk berinvestasi di Sulawesi Tenggara. Hal ini terlihat pada meningkatnya kredit berdasarkan lokasi proyek, terutama di sektor pertambangan, konstruksi dan pertanian. Kredit berdasarkan lokasi proyek ini adalah kredit yang disalurkan oleh perbankan di seluruh Indonesia untuk membiayai proyek-proyek yang ada di Sulawesi Tenggara. Posisi kredit berdasarkan lokasi proyek di Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp4.864,14 miliar, dimana sebesar Rp4.056,70 miliar (83,40%) disalurkan oleh perbankan Sulawesi Tenggara. Sementara dari perbankan DKI Jakarta sebesar Rp642,10 miliar (16,13%), perbankan Sulawesi Selatan sebesar Rp120,31 miliar (2,77%) dan 0,93% nya dari perbankan daerah lainnya. Kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Sulawesi Tenggara sebagian besar dipergunakan untuk investasi dan modal kerja pada sektor pertambangan dan pertanian (tabel 3.5). 54

64 PERKEMBANGAN PERBANKAN Tabel 3.5. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek (Dalam Jutaan Rp) DATI Lokasi Bank Penyalur Sektor Ekonomi *) Total Sulawesi Tenggara 88,238 11,322 52, ,150 1,269,236 21, ,963 23,026 2,224,361 4,056,706 DKI Jakarta 29, , ,628 5,179 4, , , ,100 Sulawesi Selatan 1, ,256 3, , , ,306 Lampung , ,883 Jawa Timur ,830 6, ,615 Sulawesi Utara ,877 5,949 Lainnya ,583 Total 119, ,512 75, ,034 1,279,066 29, ,574 33,944 2,419,172 4,864,142 Sektor Ekonomi *) 1. Pertanian 4 Gas, Listrik, Air 7 Angkutan 10 Lainnya 2. Pertambangan 5 Konstruksi 8 Jasa Dunia Usaha 3. Industri 6 Perdagangan 9 Jasa Sosial Dari data kredit lokasi proyek tersebut, terlihat bahwa sebenarnya terdapat peluang bagi perbankan di Sulawesi Tenggara untuk menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor yang masih dibiayai oleh perbankan di luar Sulawesi Tenggara. Namun hal ini nampaknya masih terkendala, antara lain terbatasnya kewenangan memutus kredit pimpinan bank serta adanya perusahaan yang berkantor pusat di luar Sulawesi Tenggara khususnya Jakarta, dimana proses pengajuan kredit umumnya dilakukan melalui kantor pusatnya Perkembangan Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum Meskipun sedikit mengalami kenaikan, kualitas kredit/pembiayaan yang disalurkan bank umum Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2009 masih berada pada level yang terjaga, sehingga risiko kredit yang mungkin timbul relatif kecil, hal ini terlihat pada NPLs gross yang sebesar 3,46%, sedikit lebih besar dibandingkan posisi triwulan I-2009 yang sebesar 3,29%. Selain itu, untuk memitigasi kemungkinan risiko yang timbul, perbankan telah membentuk cadangan yang cukup berupa pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produkti (PPAP), yang terlihat pada rasio NPLs nett yang sebesar 1,29%. Secara sektoral, masih terdapat beberapa sektor usaha yang masih memiliki rasio NPLs relatif tinggi sehingga perlu mendapat perhatian dari manajemen bank, yakni sektor industri dan angkutan dengan NPLs masing-masing sebesar 37,31% dan 19,09% (tabel 3.6). 55

65 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Sektor Tabel 3.6. Perkembangan NPLs Gross (%) per Sektor Ekonomi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Rasio NPLs (%) gross Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya Sumber: LBU Sementara itu berdasarkan tujuan penggunaan, tingkat risiko pada kredit konsumsi jauh lebih kecil dibandingkan dengan kredit investasi dan modal kerja, hal ini terlihat pada NPLs pada triwulan laporan yang sebesar 1,13%, sementara NPLs untuk tujuan investasi dan modal kerja lebih tinggi, yakni masing-masing sebesar 9,63% dan 5,36% (table 3.7.) Kecilnya risiko merupakan salah satu faktor pendorong besarnya pangsa kredit konsumsi pada struktur perkreditan perbankan Sulawesi Tenggara. Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Gross (%) berdasarkan Penggunaan Tujuan Penggunaan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Rasio NPLs (%) gross Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber: LBU 56

66 PERKEMBANGAN PERBANKAN Profitabilitas Usaha Sejalan dengan kondusifnya iklim usaha di Sulawesi Tenggara, serta semakin efisiennya operasional perbankan telah mendorong perbankan untuk lebih mengoptimalkan pengelolan aktiva produktifnya sehingga mampu meningkatkan perolehan laba usahanya. Pada triwulan II-2009 perbankan telah membukukan laba usaha sebelum pajak sebesar Rp201,01 miliar, meningkat sebesar 68,65% dibandingkan perolehan laba periode yang sama tahun 2008 yang sebesar Rp119,19 miliar. Peningkatan laba usaha tersebut antara lain didorong oleh meningkatnya pendapatan operasional, dimana pada akhir triwulan II mencapai Rp410,58 miliar, atau meningkat sebesar 25,75% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebagian besar dari pendapatan operasional tersebut diperoleh dari dari pendapatan bunga dengan pangsa sebesar 89,82%, diikuti pendapatan provisis/komisi (7,50%), pendapatan lainnya (2,60%) dan keuntungan dari transaksi valas 0,09%. (grafik 3.11). Peningkatan perolehan bunga/bagi hasil, telah mendorong peningkatan rasio Net Interest Margin (NIM) 7) Grafik Pangsa Komponen Pendapatan Operasional Sumber LBU perbankan Sulawesi Tenggara. Pada triwulan II-2009 NIM tercatat sebesar 5,06% lebih besar dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 3,901%, sementara Return on Assets (ROA) 6) tercatat sebesar 2,10% (tabel 3.8). 0.09% 7.50% 2.60% 89.82% Bunga Transaksi Valas Komisi dan Provisi Lainnya Tabel 3.8. Perkembangan ROA & NIM Indikator Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Return on Asset (ROA) 1.41% 2.22% 3.70% 5.57% 1.51% 3.14% Net Interest Margin (NIM) 1.85% 3.90% 6.93% 8.37% 2.10% 5.06% Sumber: LBU 7) Net Interest Margin adalah perbandingan Net Interest (pendapatan bunga-beban bunga) dengan rata-rata jumlah aset dalam satu periode 6) Return On Assets (ROA) adalah perbandingan laba bersih dengan rata-rata jumlah aset dalam satu periode 57

67 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Efisiensi Usaha Semakin baiknya pelaksanaan good corporate governance terutama dalam penerapan efisiensi usaha nampaknya sudah dilakukan secara konsisten oleh manajemen dan sumber daya perbankan, hal ini terlihat dari pergerakan rasio antara beban operasional dan pendapatan operasional (BOPO) yang menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, dimana pada triwulan II-2009 BOPO tercatat sebesar 61,43% sementara pada triwulan II-2008 tercatat sebesar 71,74% (table 3.9). Dengan semakin efisiennya pengelolan usaha tentunya akan semakin mendongkrak perolehan laba perbankan. Tabel 3.9. Perkembangan Pendapatan & Beban Operasional (Dalam Jutaan Rupiah) Indikator Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pendapatan Operasional 153, , , , , ,581 Beban Operasional 97, , , , , ,239 Rasio BOPO 63.36% 71.74% 67.90% 63.75% 66.22% 61.43% Sumber: LBU 3.3 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Meskipun tingkat persaingan dalam operasional dengan bank umum semakin ketat, namun kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Tenggara tetap memperlihatkan performa yang cukup baik. Hal ini terlihat pada perkembangan beberapa indikator seperti total aset, DPK yang dihimpun maupun kredit yang disalurkan. Total aset BPR Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp59,89 miliar, meningkat sebesar 12,55% dibandingkan triwulan IV-2008 yang sebesar Rp52,89 miliar (tabel 3.10). Sama halnya dengan bank umum, peningkatan total aset pada BPR juga didorong oleh meningkatnya dana pihak ketiga yang dihimpun. Tabel Perkembangan Indikator BPR Sulawesi Tenggara (Juta Rupiah) Indikator Growth Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II q-t-q y-t-d y-o-y ASET 51,247 56,921 52,892 56,839 59, % 12.55% 16.16% TOTAL DPK 43,330 47,331 46,661 48,374 49, % 5.67% 13.80% Kredit 39,115 43,441 38,083 47,092 48, % 27.63% 24.26% L D R (%) 90.27% 91.78% 81.62% 97.35% 98.57% Sumber: LBBPR 58

68 PERKEMBANGAN PERBANKAN Total DPK yang dihimpun tercatat sebesar Rp49,31 miliar, meningkat 5,67% dibandingkan posisi triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar Rp46,66 (y-t-d). Peningkatan terjadi pada deposito yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 34,18%, sementara tabungan mengalami penurunan sebesar -13,10% (q-t-q). (tabel 3.11). Meningkatnya DPK pada deposito tidak terlepas dari menariknya suku bunga yang diberikan BPR. Terus meningkatnya DPK yang dihimpun mencerminkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BPR yang beroperasi di Sulawesi Tenggara tetap terjaga. Tabel Dana Pihak Ketiga BPR (Juta Rupiah) DPK Growth Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II q-t-q y-t-d y-o-y Deposito 18,432 19,785 18,530 25,038 24, % 34.18% 34.89% Tabungan 24,898 27,546 28,131 23,336 24, % % -1.82% Total 43,330 47,331 46,661 48,374 49, % 5.67% 13.80% Sumber: LBBPR Dengan semakin meningkatnya DPK yang dihimpun BPR Sulawesi Tenggara, tentunya memungkinkan BPR untuk terus mengambil peran dalam mendorong perekonomian daerah melalui peningkatan penyaluran kreditnya. Total kredit yang disalurkan pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp47,09 miliar meningkat signifikan yakni sebesar 27,63% dibandingkan triwulan IV-2008 yang sebesar Rp38,08 miliar (tabel 3.12). Peningkatan kredit pada triwulan laporan terjadi pada kredit modal kerja dan investasi yang masing-masing meningkat sebesar 34,45 dan 16,32%. Tabel Kredit BPR berdasarkan jenis penggunaan (Dalam Jutaaan Rupiah) Indikator Growth Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II q-t-q y-t-d y-o-y Modal Kerja 26,587 28,435 24,696 31,389 33, % 34.45% 24.89% Investasi % % % Konsumsi 12,378 14,858 13,241 15,603 15, % 16.32% 24.43% Jumlah 39,115 43,441 38,083 47,092 48, % 27.63% 24.26% Sumber: LBBPR 59

69 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Berbeda dengan komposisi penyaluran kredit pada bank umum, yang lebih didominasi untuk tujuan konsumsi, kredit yang disalurkan BPR sebagian besar digunakan untuk tujuan modal kerja yang mencapai Rp33,20 miliar dengan pangsa sebesar 68,31%. Sementara, untuk tujuan konsumsi hanya sebesar Rp15,42 miliar (31,69%) (grafik 3.12.). Hal ini mencerminkan bahwa peran BPR dalam menggerakkan sektor usaha, terutama usaha mikro yang umumnya bergerak di sektor PHR melalui pemberian modal kerja yang cukup signifikan. Sementara itu, secara sektoral penyaluran kredit oleh BPR didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa sebesar 51,90%. Sementara sektor industri merupakan sektor dengan pangsa kredit terkecil yakni sebesar 1,52% (grafik 3.12). Kondisi ini berbeda dengan bank umum dimana secara sektoral penyaluran kreditnya lebih didominasi sektor lainnya. Meskipun kredit yang disalurkan BPR Grafik 3.12 Pangsa Kredit Berdasarkan Penggunaan provinsi menunjukkan peningkatan, namun kualitas kredit yang disalurkan pada triwulan ini mengalami perbaikan, hal ini terlihat pada rasio kredit bermasalah (NPLs) gross, yang menurun dari 7,20% pada triwulan IV-2008 menjadi 6,35% pada triwulan laporan. Untuk memitigasi risiko kerugian yang muncul, manajemen BPR telah membentuk cadangan PPAP yang cukup, sebagaimana terlihat pada NPLs nett yang hanya sebesar 4,09%. (tabel 3.13) % Sumber LBPR Modal Kerja Konsumsi 68.31% Grafik Pangsa Kredit BPR berdasarkan sektor ekonomi 33.96% Sumber: LBPR 5.91% 1.52% 6.70% 51.90% Pertanian Industri PHR Jasa-Jasa Lainnya 60

70 PERKEMBANGAN PERBANKAN Tabel Perkembangan Kolektibilitas Kredit BPR Kolektibilitas Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Lancar 36,580 41,051 35,341 44,059 45,520 Kurang Lancar Diragukan Macet 1,331 1,079 1,187 1,670 1,652 Kredit 39,115 43,440 38,083 47,092 48,606 NPL Nominal 2,535 2,389 2,742 3,033 3,086 NPL Gross 6.48% 5.50% 7.20% 6.44% 6.35% Sumber : LBBPR Sementara itu, berdasarkan kelembagaan jumlah BPR yang beroperasi di Sulawesi Tenggara hingga triwulan I-2009 tidak mengalami perubahan dibandingkan posisi akhir Desember 2008, yakni sebanyak 6 BPR yang tersebar di wilayah Kendari, Kolaka, Raha dan Bau-Bau. 3.4 Perkembangan Perbankan per Wilayah Perkembangan Aset Pada triwulan II-2009, aset perbankan Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp6.633,47 miliar. Berdasarkan pangsa per wilayah terhadap total tersebut, Kota Kendari mendominasi jumlah total aset perbankan Sulawesi Tenggara dengan pangsa sebesar 61,35%, yang diikuti oleh Kota Bau-Bau/Kabupaten Buton/Wakatobi yang sebesar 18,84%, Kabupaten Kolaka sebesar12,35%, Kabupaten Muna sebesar 5,40% dan Kabupaten Konawe sebesar 2,05%. Besarnya distribusi aset di wilayah Kota Kendari tidak terlepas dari terkonsentrasinya bank yang beroperasi di wilayah ibukota provinsi Sulawesi Tenggara tersebut. Dibandingkan dengan triwulan IV-2008, aset perbankan disemua wilayah Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan kecuali di Kabupaten Kolaka dengan peningkatan tertinggi terjadi di wilayah Bau-bau/Buton/Wakatobi (17,79%) diikuti Kota Kendari (12,81%), Kabupaten Muna (16,31%), dan Kabupaten Konawe (7,26%), sementara Kabupaten Kolaka mengalami penurunan sebesar 0,66%. (tabel 3.14). 61

71 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN Tabel Perkembangan Aset Perbankan per Wilayah (Juta Rupiah) Wlayah Growth Pangsa Tw II Tw III Tw IV Tw-I Tw-II q-t-q y-t-d y-o-y Tw II-09 Kendari 3,260,582 3,441,501 3,534,215 4,089,809 4,069, % 15.16% 24.82% 61.35% Bau-Bau/Buton/ Wakatobi 1,054, ,008 1,060,828 1,161,260 1,249, % 17.79% 18.50% 18.84% Kolaka 789, , , , , % -0.66% 3.84% 12.35% Muna 264, , , , , % 16.31% 35.57% 5.40% Konawe 103, , , , , % 7.26% 30.95% 2.05% Jumlah 5,472,534 5,712,576 5,855,031 6,567,266 6,633, % 13.30% 21.21% % Sumber: LBU Perkembangan Penghimpunan DPK Sementara itu dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun perbankan Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2009 sebesar Rp5.092,55 miliar, meningkat 11,60% dibandingkan posisi triwulan IV-2008 (y-t-d). Wilayah yang mengalami pertumbuhan DPK tertinggi adalah wilayah Kabupaten Konawe yakni sebesar 159,89%, diikuti Bau-bau/Buton/Wakatobi (22,28%), Kabupaten Muna (19,13%), Kota Kendari (7,69%) dan Kabupaten Kolaka (1,37%). (tabel 3.15). Tabel Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah (Juta Rupiah) Growth Pangsa Wlayah Tw II Tw III Tw IV Tw-I Tw-II q-t-q y-t-d y-o-y Tw II-09 Kendari 2,267,767 2,501,489 2,579,202 2,692,567 2,777, % 7.69% 22.48% 54.54% Bau-Bau/Buton/ Wakatobi 1,045, , ,099 1,105,901 1,209, % 22.28% 15.73% 23.75% Kolaka 747, , , , , % 2.88% 2.96% 15.12% Muna 204, , , , , % 19.13% 26.33% 5.08% Konawe 26,489 42,868 29,637 61,178 77, % % % 1.51% Jumlah 4,291,751 4,491,929 4,563,263 4,861,170 5,092, % 11.60% 18.66% % Sumber: LBU Perkembangan Penyaluran Kredit Dengan semakin membaiknya kinerja sektor riil, serta adanya program KUR maupun program lainnya yang digulirkan pemerintah, telah mendorong peningkatan penyaluran kredit di Sulawesi Tenggara meskipun dengan laju pertumbuhan yang melambat. Kredit meningkat sebesar 11,62% dibandingkan posisi triwulan IV-2008 (y-t-d). Berdasarkan wilayah, seluruh wilayah Sulawesi Tenggara menunjukkan peningkatan penyaluran kredit dengan peningkatan tertinggi terjadi di wilayah Bau-bau/Buton/Wakatobi sebesar 17,84%, diikuti Kabupaten Muna sebesar 13,39%, Kabupaten Kolaka sebesar 10,17%, Kota Kendari 10,63% dan Kabupaten Konawe 6,76% (tabel 3.16). 62

72 PERKEMBANGAN PERBANKAN Tabel Perkembangan Kredit per Wilayah (Juta Rupiah) Growth Pangsa Wlayah Tw II Tw III Tw IV Tw-I Tw-II q-t-q y-t-d y-o-y Tw II-09 Kendari 2,062,698 2,306,814 2,357,570 2,450,418 2,608, % 10.63% 26.45% 61.69% Bau-Bau/Buton/ Wakatobi 490, , , , , % 17.84% 22.35% 14.19% Kolaka 462, , , , , % 10.17% 21.18% 13.26% Muna 244, , , , , % 13.39% 32.71% 7.67% Konawe 104, , , , , % 6.76% 29.86% 3.20% Jumlah 3,363,730 3,710,907 3,787,686 3,940,947 4,227, % 11.62% 25.69% % Sumber: LBU Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Dengan melihat perkembangan LDR, nampak bahwa peran perbankan antar wilayah dalam melakukan fungsi intermediasi masih belum begitu merata. Pada beberapa wilayah LDR terlihat sangat tinggi, sementara pada wilayah lainnya masih relatif rendah. Pada triwulan II-2009, LDR tertinggi terjadi di wilayah Kabupaten Konawe yakni sebesar 175,38%, diikuti kabupaten Muna, Kota Kendari, Kabupaten Kolaka dan Kota Bau-bau/Kabupaten Buton/Wakatobi masing-masing sebesar 125,38%, 93,90%, 72,79%, dan 49,60% (tabel 3.17). Tingginya LDR di wilayah Konawe dan Muna, antara lain disebabkan oleh masih rendahnya penghimpunan DPK di wilayah tersebut, sementara permintaan kredit oleh masyarakat relatif tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan dana dalam penyaluran kreditnya, bank yang beroperasi di wilayah tersebut bank umumnya memanfaatkan dana kantor pusat/cabangnya (antar kantor pasiva). Tabel Perkembangan LDR per wilayah (%) Wlayah Tw II Tw III Tw IV Tw-I Tw-II Kendari 90.96% 92.22% 91.41% 91.01% 93.90% Bau-Bau/Buton/ Wakatobi 46.92% 52.03% 51.47% 48.49% 49.60% Kolaka 61.84% 63.82% 67.97% 69.26% 72.79% Muna % % % % % Konawe % % % % % Jumlah 78.38% 82.61% 83.00% 81.07% 83.02% Sumber: LBU Perkembangan Non Performing Loans (NPLs) Sementara itu melihat kualitas kredit yang disalurkan per wilayah, kualitas kredit yang disalurkan relatif baik sebagaimana terlihat pada NPLs gross yang berada di bawah 5%. NPLs 63

73 PE PERKEMBANGAN PERBANKAN tertinggi terjadi di Kota Kendari yakni sebesar 4,24%, diikuti oleh Kota Bau-bau/Kabupaten Buton/Wakatobi, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Muna masingmasing sebesar 3,02%, 2,37%, 1,18% dan 0,86% (table 3.18). Tabel Perkembangan NPLs per wilayah Wlayah Tw II Tw III Tw IV Tw-I Tw-II Kendari 4.46% 2.97% 3.41% 3.93% 4.24% Bau-Bau/Buton/ Wakatobi 10.61% 3.48% 2.11% 2.98% 3.02% Kolaka 1.79% 1.60% 1.77% 2.22% 2.37% Muna 1.37% 1.40% 1.17% 1.42% 0.86% Konawe 0.94% 0.94% 1.11% 1.18% 1.18% Jumlah 4.58% 2.67% 2.77% 3.29% 3.46% 64

74 BAB IV KEUANGAN DAERAH 4.1 Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) Tahun Anggaran 2008 Saat ini pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara sedang mendiskusikan perubangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran Perubahan tersebut didasarkan pada pencapaian realisasi APBD tahun anggaran 2008 yang sudah berlangsung. Pada tahun 2008 pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara menetapkan APBD TA 2008 sebesar Rp885,292 Milyar 1. Kemudian seiring dengan berjalannya masa pelaksanaan realisasi APBD tersebut, maka pada pertengahan tahun 2008 pemerintah provinsi kembali melakukan penyesuaian APBD yang disebut APBD-P TA 2008 yaitu menjadi sebesar Rp1.021,37 Milyar. Berdasarkan APBD-P TA 2008 saat ini pemerintah provinsi kembali mengevaluasi realisasi APBD-P tersebut. Berdasarkan data Realisasi APBD TA 2008, diketahui secara umum bahwa Realisasi APBD TA 2008 mengalami penurunan dibandingkan dengan APBD TA 2008 yang ditetapkan. Pendapatan daerah yang dicapai pada tahun 2008 sebesar 93,85% dari pendapatan yang ditargetkan. Sementara belanja daerah hanya mencapai 83,42% dari belanja yang direncanakan. Tabel 4.1 Realisasi APBD TA 2008 Provinsi Sultra No Uraian APBD-P Realisasi APBD Pendapatan Daerah 1,021,376,013,500 1,252,788,609, ,532,090,575 a Pendapatan Asli Daerah 350,346,631, ,854,279, ,739,710,158 b Dana Perimbangan 671,029,382, ,362,930, ,792,380,417 c Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 0 59,571,400,000 2 Belanja Daerah 1,077,454,288,526 1,292,773,879, ,878,680,930 a Belanja Tidak Langsung 475,991,280, ,028,548, ,744,479,197 b Belanja Langsung 601,463,007, ,745,330, ,134,201,733 Surplus/(Defisit) -56,078,275,026-39,985,269,550 59,653,409,645 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara 1 APBD TA 2008 Biro Keuangan Provinsi Sultra

75 PE PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Penjelasan yang lebih rinci terhadap realisasi tersebut akan dibahas pada sub bab berikut: Belanja Pencapaian target belanja daerah pada tahun 2008 sebesar 83,42% dari perencanaan. Tidak terpenuhinya target pencapaian belanja tersebut terutama disebabkan oleh tidak terpenuhinya target belanja langsung yang mencapai 75,01% dari target belanja langsung. Sementara belanja tidak langsung juga tidak memenuhi target pencapaian yaitu sebesar 94,07%. Rendahnya realisasi belanja langsung disebabkan oleh rendahnya realisasi anggaran pada belanja modal yang mencapai 55,61% dari target awal. Belanja modal merupakan belanja yang dialokasikan untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur. Realisasi yang rendah pada alokasi ini diperkirakan disebabkan oleh panjangnya waktu yang dibutuhkan sejak tender hingga selesai pembangunan, sehingga tidak dapat memenuhi target satu tahun. Sementara alokasi untuk belanja pegawai dan belanja barang dan jasa realisasi pada 2008 hampir mencapai target yaitu masing-masing sebesar 95,48% dan 88,94%. Tabel 4.2 Realisasi Belanja Pada APBD TA 2008 Provinsi Sultra URAIAN APBD-P TA 2008 Realisasi APBD 2008 RAPBD TA 2009 BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai 228,512,432, ,948,995, ,730,669,034 Belanja Hibah 23,230,600,000 22,973,208,000 9,056,600,000 Belanja Bantuan Sosial 19,683,051,600 19,223,063,830 9,537,000,000 Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 74,689,196,120 72,238,546,726 67,704,279,900 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa 123,920,000, ,470,345, ,000,000,000 Belanja Tidak Terduga 5,000,000,000 BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai 81,455,610,501 77,769,927, ,927,336,075 Belanja Barang dan Jasa 250,972,814, ,225,855, ,559,970,332 Belanja Modal 269,990,582, ,138,418, ,258,024,009 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara Realisasi belanja tidak langsung pada tahun 2008 menunjukkan pencapaian yang mendekati target belanja tidak langsung yaitu mencapai 94,07%. Tingginya realisasi tersebut didorong oleh realisasi pada belanja pegawai, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja bagi hasil provinsi yang rata-rata mencapai 96%. Sedikit berbeda dengan alokasi belanja lain, belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa memiliki realisasi dibawah realisasi belanja lainnya yaitu sebesar 86,73% dari target pada APBD TA

76 PERKEMBANGAN PERBANKAN Pendapatan daerah Komponen dari Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara antara lain adalah Pendapatan Asli Daerah(PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Realisasi pendapatan daerah pada tahun 2008 mencapai 93,85%. Tingginya realisasi tersebut didorong oleh tingginya realisasi yang didapatkan dari dana perimbangan. Dana perimbangan terdiri dari dana alokasi khusus dan dana alokasi umum yang merupakan dana alokasi dari pemerintah pusat. Realisasi DAU dan DAK yang dicapai pada tahun 2008 mencapai 100%. Sementara dana hasil pajak/bagi hasil bukan pajak memiliki realisasi sebesar 80,9% dari target pendapatan. Realisasi pendapatan asli daerah mencapai 86,13% dari target pendapatan awal yang didorong oleh menurunnya pendapatan yang diterima dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang masing-masing sebesar 83,5%, 85,9% dan 87,5%. Namun pada sisi lain, realisasi pendapatan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan melebihi dari target pendapatan yang direncanakan yaitu mencapai 113.4%. Dari hasil realisasi APBD TA 2008 tersebut dapat dilihat bahwa realisasi pendapatan lebih besar dibandingkan realisasi belanja, sehingga terdapat surplus anggaran sebesar Rp 59,65 milyar. Surplus tersebut akan digunakan untuk pembiayaan APBD TA Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Pada APBD TA 2008 Provinsi Sultra No Uraian APBD-P Realisasi APBD Pendapatan Daerah 1,021,376,013,500 1,252,788,609, ,532,090,575 a Pendapatan Asli Daerah 350,346,631, ,854,279, ,739,710,158 b Dana Perimbangan 671,029,382, ,362,930, ,792,380,417 c Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 0 59,571,400,000 2 Belanja Daerah 1,077,454,288,526 1,292,773,879, ,878,680,930 a Belanja Tidak Langsung 475,991,280, ,028,548, ,744,479,197 b Belanja Langsung 601,463,007, ,745,330, ,134,201,733 Surplus/(Defisit) -56,078,275,026-39,985,269,550 59,653,409,645 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara 4.2 Realisasi Berdasarkan Surat Perintah Pembayaran Dana Berdasarkan Surat Perintah Pembayaran Dana oleh Dinas-dinas di Sulawesi Tenggara, total realisasi anggaran yang dicapai pada tahun 2008 tercatat sebesar 87,49% atau Rp953,51 milyar dari total anggaran tahun 2008 sebesar Rp1,089 triliun. 67

77 PE PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Dari total pencapaian ini, proporsi untuk belanja gaji yaitu sebesar 22,3% sementara untuk belanja non gaji sebesar 77,7%, dan total realisasi untuk masing-masing belanja yaitu sebesar 85,4% dan 96,54%. Dari seluruh dinas yang berjumlah 41 dinas/lembaga/ institusi terdapat 9 dinas yang memiliki realisasi 100% (Tabel 4.4). Sementara 32 dinas lainnya memiliki realisasi yang bervariasi antara 23,3% hingga 99%. Dinas yang memiliki realisasi paling rendah adalah Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah dengan persentasi realisasi sebesar 42,21% dari total anggaran sebesar Rp122,189 milyar. Sementara realisasi anggaran yang paling kecil merupakan realisasi untuk pembagian hasil kabupaten/kota pada sub pembagian pajak air bawah tanah yaitu mencapai 23,3% dengan sisa anggaran sebesar Rp1,3 milyar. No Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Dinas-Dinas Yang Mencapai 100% Nama Instansi Jumlah Anggaran Setelah Perubahan % Realisasi Sisa Anggaran 1 Dinas Kesehatan 11,052,521, ,9 (648,763,935) 2 Bapedalda 2,353,850, ,5 (269,535,000) 3 Setda Prov. Sultra d.biro Organisasi 2,469,892, ,7 (18,029,500) h.biro Bina Pembangunan 2,129,287, Badan Diklat 7,637,726, ,7 (207,667,225) 5 Badan Kepegawaian 3,832,548, Daerah 6 Bagi Hasil Kab/Kota d.jasa Hasil Parkir 1,702,516, ,1 (614,469,975) 7 Bantuan Keuangan Kab/ 123,920,000, ,1 (2,610,345,000) Kota 8 Belanja Hibah 23,230,600, Pembiayaan 12,300,000, Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara 4.3 Stimulus Infrastruktur Krisis keuangan global yang melanda dunia dan juga Indonesia telah menyebabkan melemahnya pergerakan ekonomi di beberapa negara maju yang tentunya akan menimbulkan efek domino terhadap pergerakan perekonomian di Indonesia. Untuk meredam dampak tersebut pemerintah pusat mengeluarkan stimulus fiskal yang akan di bagi ke daerah-daerah untuk menjaga ketahanan ekonomi daerah. Salah satu bentuk stimulus fiskal yang dikeluarkan pemerintah adalah stimulus infrastruktur untuk mendukung pengembangan infrastruktur daerah sehingga menimbulkan multiplier effect yang besar bagi perekonomian daerah. 68

78 PERKEMBANGAN PERBANKAN Stimulus infrastruktur tersebut juga didapatkan Sulawesi Tenggara yang mulai direalisasikan pada April 2009 dengan jumlah total Rp57,5 milliar. Stimulus infrastruktur tersebut di alokasikan kepada Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Perhubungan dan Departemen Pertanian yang masing-masing sebesar Rp20 milyar, Rp30 milyar dan Rp7,5 milyar. Rincian dana stimulus infrastruktur dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Stimulus Infrastruktur Tahun 2009 ALOKASI PEMANFAATAN DANA SILPA UNTUK STIMULUS FISKAL GUNA MENDUKUNG EKSPANSI SEKTOR RIIL DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2009 PERLUASAN JARINGAN DISTRIBUSI DAN PEMBANGUNAN INSTALASI PENGELOLAAN AIR MINUM KENDARI Rp10,000,000, JALAN INSPEKSI DAN IRIGASI SENTRA PRODUK TAMBAK KENDARI Rp10,000,000, ALOKASI PEMANFAATAN DANA SILPA UNTUK STIMULUS FISKAL GUNA MENDUKUNG EKSPANSI SEKTOR RIIL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN TAHUN ANGGARAN 2009 SUGIMANURU PELABUHAN UDARA KAB.MUNA SULTRA Rp10,000,000, PELABUHAN LAUT DAN PENYEBERANGAN LAWELE KAB.BUTON Rp15,000,000, KAB.KONAWE UTARA Rp5,000,000, ALOKASI PEMANFAATAN DANA SILPA UNTUK STIMULUS FISKAL GUNA MENDUKUNG EKSPANSI SEKTOR RIIL DEPARTEMEN PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2009 JALAN USAHA TANI DAN IRIGASI SENTRA PRODUKSI PETERNAKAN DAN HOLTIKULTURA BEBERAPA KECAMATAN KAB.KOLAKA Rp2,500,000, JALAN USAHA TANI DAN IRIGASI SENTRA PROUKSI TANAMAN PANGAN BEBERAPA KECAMATAN KAB.KOLAKA Rp5,000,000, Sumber: Departemen Keuangan RI Stimulus infrastruktur yang diberikan kepada Departemen Pekerjaan Umum dialokasikan untuk dua proyek yaitu proyek perluasan jaringan distribusi dan pembangunan instalasi pengelolaan air minum di kota Kendari dengan total dana sebesar Rp10,00 Milyar serta proyek jalan inspeksi dan irigasi sentra produk tambak di kota Kendari dengan alokasi dana sebesar Rp10,00 Milyar. Sementara stimulus infrastruktur untuk Departemen Perhubungan dialokasikan untuk tiga proyek pembangunan bandara dan pelabuhan yaitu bandara Sugimanuru di Kabupaten 69

79 PE PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Muna Sulawesi Tenggara serta pembangunan pelabuhan laut dan penyeberangan di Lawele Kabupaten Buton dan Konawe Utara yang masing masing sebesar Rp10,00 milyar, Rp15,00 Milyar dan Rp5,00 Milyar. Untuk Departemen Pertanian, stimulus infrastruktur yang diberikan dialokasikan untuk pelaksanaan dua proyek yaitu proyek jalan usaha tani dan irigasi sentra produksi peternakan dan holtikultura beberapa kecamatan di kabupaten Kolaka dan jalan usaha tani dan irigasi sentra produksi tanaman pangan beberapa kecamatan di kabupaten Kolaka yang masingmasing memiliki alokasi dana sebesar Rp2,5 Milyar dan Rp5,00 Milyar. 70

80 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kelancaran sistem pembayaran saat ini menjadi salah satu parameter kelancaran transaksi ekonomi di dalam suatu daerah, oleh karena itu Bank Indonesia Kendari tetap konsisten menyelenggarakan sistem pembayaran yang efisien, cepat dan aman. Hal ini disebabkan sistem pembayaran merupakan salah satu jenis layanan utama perbankan dalam mendukung kelancaran aktivitas perekonomian. Transaksi pembayaran dapat berupa transaksi tunai dan transaksi non tunai. Pemenuhan kebutuhan uang kartal dalam jumlah dan pecahan yang cukup dan layak edar menjadi tanggung jawab Bank Indonesia dalam mendukung kelancaran transaksi tunai. Dalam mendukung kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia melakukan aktivitas Kas Keliling yang menjadi sarana bagi masyarakat untuk menukarkan uang ke dalam pecahan yang lebih kecil. Selain itu juga melalui kas keliling Bank Indonesia menarik uang yang tidak layak edar dan mengganti dengan uang yang layak edar. Sementara itu, penyempurnaan Sistem Kliring Nasional (SKN) dan RTGS terus dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menjamin kelancaran transaksi non tunai Perkembangan Alat Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Keluar (outflow) dan Uang Masuk (inflow) KBI Kendari. Aktivitas transaksi melalui pembayaran tunai di Sulawesi Tenggara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Kendari pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I Peningkatan ini diperkirakan karena meningkatnya kebutuhan akan uang tunai selama berlangsungnya masa kampanye pemilihan presiden. Selain itu, dimulainya masa ajaran baru juga meningkatkan kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk transaksi selama masa liburan dan pembelian peralatan dan perlengkapan sekolah.

81 PE PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang Keluar/Masuk Ke/Dari KBI Kendari 1, , , Inflow (kumulatif) - Outflow (kumulatif) - Net Inflow Outflow Trw. I Trw. III Trw. I Trw. III Trw. I Trw. III TW I TAHUN 2006 TAHUN 2007 TAHUN Sumber : Bank Indonesia/DASP Diolah Peningkatan transaksi pembayaran tunai ini tergambar pada peningkatan jumlah uang kartal yang dikeluarkan Bank Indonesia Kendari pada triwulan II Pada periode tersebut jumlah uang kartal yang dikeluarkan Kantor Bank Indonesia Kendari mengalami peningkatan sebesar 384,44% dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari Rp109,98 milliar menjadi Rp493,19 milliar. Sementara itu, aliran uang kartal yang masuk dari perbankan dan masyarakat ke Kantor Bank Indonesia Kendari pada triwulan II-2009 tercatat hanya sebesar Rp331,42 milliar. Aliran uang masuk tersebut mengalami penurunan -33,79% yang menandakan banyaknya uang kartal yang beredar pada masyarakat. Dengan demikian telah terjadi net ouflow sebesar Rp161,78 milliar Kas Keliling Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal dalam jumlah dan nominal yang dibutuhkan, pada triwulan II-2009 Bank Indonesia Kendari kembali mengadakan kegiatan kas keliling dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat atas Uang Layak Edar (ULE) dan pelayanan penukaran uang pecahan kecil langsung kepada masyarakat. Melalui kegiatan kas keliling tersebut Bank Indonesia Kendari menyalurkan ULE sebesar Rp2,89 milliar. Pelaksanaan kas keliling umumnya bertempat di pasar tradisional, pameran dan pusat perdagangan lainnya yang didatangi masyarakat. Kegiatan ini mendapat respon yang cukup baik karena membantu masyarakat dalam penyediaan uang kecil. Pecahan uang 72

82 yang banyak diminati oleh masyarakat dalam kegiatan kas keliling sebagian besar uang adalah pecahan Rp5.000,00 dan Rp10.000,00. Komposisi penukaran uang layak edar yang dikeluarkan Bank Indonesia Kendari serta penukaran uang tidak layak edar melalui kegiatan kas keliling dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini : Tabel 5.1 Perkembangan Penukaran Uang Melalui Kas Keliling Jenis Uang APRIL MEI JUNI MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR Rp. 100, ,800, ,800, ,200,000 0 Rp. 50, ,650, ,550, ,400,000 0 Rp. 20,000 59,580, ,000,000 64,420, ,000,000 83,600, ,000,000 Rp. 10, ,640, ,000,000 75,590, ,000, ,340, ,000,000 Rp. 5,000 95,310, ,500,000 48,590, ,000, ,320, ,500,000 Rp. 1,000 9,020,000 29,000,000 7,047,000 10,000,000 4,140,000 6,500,000 Rp , Sumber : Bank Indonesia/DASP PTTB Pemberian PTTB pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp23,95 milliar turun 36,73% dibandingkan triwulan I-2009 yang sebesar Rp37,86 miliar. PTTB tersebut mencapai 7% dari total inflow (grafik 5.2). Rendahnya prosentase PTTB terhadap inflow tidak terlepas adanya kebijakan diskresi Bank Indonesia, yakni menerima setoran dari bank untuk uang yang masih layak edar (ULE) dengan tujuan menarik kelebihan uang kartal layak edar yang beredar di masyarakat/perbankan. Grafik 5.2 Perbandingan Inflow dan PTTB % 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV Trw. I Trw. II Trw. III Trw.IV TW I TW II Inflow PTTB Persen PTTB terhadap Inflow Sumber : Bank Indonesia/DASP Diolah 73

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 5 Mei 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 5 Mei 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2008 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2008 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 November 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 November 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Februari 2012 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Februari 2012 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KAA PENGANAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi enggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi enggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Raker Multi Niaga Group, dengan Tema : Tumbuh di Tengah Krisis keuangan Global. Graha Multi Niaga,

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA. FEERY TUMPAL D SARIBU Asisten Direktur

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA. FEERY TUMPAL D SARIBU Asisten Direktur KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id) Tw-II 2012 KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2009 2010 2011 2012 Pertumb Trw IV Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw. I Tw.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-312417 LAPORAN TRIWULANAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

Kendari, 8 Mei 2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA. Dian Nugraha Deputi Direktur

Kendari, 8 Mei 2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA. Dian Nugraha Deputi Direktur KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id) Tw I-2013 KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV 2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2008 2009 2010 Pertumb Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III qtq

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 2008 2009 Pertumb Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci