SISTEM IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN OBAT MENGGUNAKAN MATRIKS KOOKURENSI ARAS KEABUAN (GLCM) DAN JARAK CANBERRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN OBAT MENGGUNAKAN MATRIKS KOOKURENSI ARAS KEABUAN (GLCM) DAN JARAK CANBERRA"

Transkripsi

1 SISTEM IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN OBAT MENGGUNAKAN MATRIKS KOOKURENSI ARAS KEABUAN (GLCM) DAN JARAK CANBERRA Mentai Hidanti, Ajub Ajulian Zaha, R. Rizal Isnanto DepatemenTeknik Elekto, Fakultas Teknik Univesitas Diponegoo Semaang, Indonesia Abstak Obat-obatan hebal digunakan untuk mengobati bebagai macam penyakit dengan efektif dan muah. meupakan bagian dai tanaman yang seing dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan hebal. Namun, kaena kemampuan masyaakat untuk mengenali tanaman obat masih tebatas,dibutuhkan sebuah peangkat lunak yang dapat mengenali tanaman sehingga masyaakat dengan mudah dapat mengenali tanaman obat yang ada di sekita meeka. Pada penelitian ini diancang sebuah peangkat lunak untuk mengidentifikasi jenis tanaman obat bedasakan tekstu daun. Pada sistem ini cita uji hasil pemindaian akan melalui poses papengolahan yang kemudian akan di ekstaksi ciinya menggunakan Matiks Kookuensi Aas Keabuan (GLCM), pada tahap ini didapatkan 5 cii GLCM. Kemudian kelima ci i tesebut dicocokkan dengan hasil cii basis data menggunakan metode jaak Canbea. Pada penelitian ini menggunakan 25 vaiasi yang meupakan kombinasi dai 5 sudut oientasi GLCM dan jaak piksel dengan entang 1 sampai 5 piksel.tingkat pengenalan tetinggi tehadap 75 cita uji daun tanaman obat tedapat pada vaiasi sudut 90 o dengan jaak piksel 1 dengan pesentase sebesa 85,33. Sedangkan pengenalan teendah sebesa 57,33tedapat pada vaiasi sudut 135 o dengan jaak piksel 5. Pada pengujian 15 cita lua basis data didapatkan pesentase pengenalan sebesa 93,3. Kata Kunci : Identifikasi, tanaman obat, Matiks Kookuensi (GLCM), Jaak Canbea. 1. Pendahuluan Obat-obatan hebal yang beasal dai tumbuh-tumbuhan dapat mengobati bebagai macam penyakit dengan efektif dan muah[1]. Pada tanaman obat, daun meupakan bagian dai tanaman yang seing dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan hebal, kaena daun sangat mudah ditemukan dan diolah. Namun, kaena kemampuan masyaakat untuk mengenali tanaman obat yang tebatas, tanamanobat yang seing dijumpai dan memiliki khasiat sebagai obatpun tekadangdibiakan begitu saja tanpa dibudidayakan. Maka, dibutuhkansebuah peangkat lunak yang dapat mengenali tanaman sehingga masyaakat dengan mudah dapat mengenali tanamanobat yang ada di sekita meeka. Pada penelitian ini diancang sebuah peangkat lunakuntuk mengidentifikasi jenis tanaman obat dan manfaatnya dengan masukan sebuah cita daun tanaman obat yangtelah dipindai dan diolah kemudian diekstaksi cii untuk mempeoleh kaakteistik dai tekstu daun tesebut. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan ekstaksi cii dan pengenalan tehadap objek daun dengan bebagai macam metode, salah satunya yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh [2] dengan membangun sebuah sistem identifikasi jenis tanaman obat-obatan bedasa pola daun menggunakan metode ekstaksi cii Tujuh Invaian Momen Hu dan Jaingan Saaf Tiuan Peambatan Balik. Mengacu pada penelitian tesebut yang menggunakan pola daun sebagai kaakteistiknya, maka dibuatlah penelitian yang masih bekaitan dengan pengenalan tanaman obat namun bedasakan tekstu daun dengan menggunakan metode Matiks Kookuensi Aas Keabuan GLCM meupakan metode ekstaksi cii bedasakan analisis tekstu[3]. Pada metode ini akan didapatkan 5 cii GLCM yang dihasilkan dai ekstaksi cii yaitu Angula Second Moment, Kontas, Invese Diffeent Moment, Entopi, dan Koelasi[4]. Setelah didapatkan cii-cii tesebut,poses selanjutnya yaitu mencocokkan data hasil ekstaksi dengan basis data yang telah dibuat sebelumnya. Pencocokkan data dilakukan dengan metode jaak Canbea yang meupakan salah satu metode pehitungan jaak yang dapat digunakan untuk pengenalan[5]. Dai peancangan sistem ini dihaapkan dapat diketahui apa saja yang dapat mempengauhi pesentase tingkat pengenalan menggunakan GLCM dan jaak Canbea.

2 Poceedings Semina Nasional Teknik Elekto (FORTEI 2016). Hal.115 Depatemen Teknik Elekto Undip, 19 Oktobe Metode Penelitian A. Peancangan Sistem Diagam ali sistem pengenalan jenis dauntanaman obatditunjukkan pada Gamba 1. Gamba 1. Diagam Ali Peancangan Sistem Gamba 1 menunjukkan sistem pengenalan jenis tanaman obat tedii dai dua poses utama yaitu poses pelatihan dan pengenalan. Poses pelatihan befungsi untuk mendaftakan dan menyimpan kaakteistik cita daun pada basis data yang kemudian akan dijadikan pembanding untuk menentukan i atau tidaknya cita daun pada poses pengenalan.sedangkan pada poses pengenalan dilakukan pengolahan pada cita daun bau (cita uji). Pengolahan dan ekstaksi cii akan menghasilkan kaakteistik dai cita uji yang kemudian dibandingkan dengan basis data sehingga didapatkan hasil pengenalannya. B. Konvesi RGB MenjadiAasKeabuan Konvesi cita bewana menjadi cita aas keabuan betujuan untuk menyedehanakan model citaaga mempemudah poses pemogaman, kaena jumlah bit aas keabuan lebih sedikit dibandingkan cita wana RGB. Pesamaanbeikut meupakan pesamaan yang digunakan untuk melakukan konvesi cita bewana atau RGB menjadi cita aas keabuan. Aas Keabuan= 0,2899*R + 0,5870*G + 0,1140*B (6) Keteangan: Aas Keabuan:nilai aas keabuan R :nilai matiks dai komponen meah G :nilai matiks dai komponen hijau B :nilai matiks dai komponen biu C. Segmentasi Segmentasi cita meupakan poses yang ditunjukan untuk mendapatkan objek-objek yang tekandung di dalam cita atau membagi cita ke dalam bebeapa daeah dengan setiap objek atau daeah memiliki atibut. Pada cita yang mengandung hanya satu objek, objek dibedakan dai lata belakangnya. 1. Thesholding Poses pengambangan cita ( image thesholding) meupakan metode yang paling sedehana untuk melakukan segmentasi. Opeasi pengambangan membagi cita menjadi dua wilayah, yaitu wilayah objek dan wilayah lata belakang[4]. Wilayah objek diset bewana putih sedangkan sisanya diset bewana hitam. Hasil dai opeasi pengambangan adalah cita bine yang hanya mempunyai dua deajat keabuan, yaitu hitam dan putih. 2. Bounding Box Bounding Box atau kotak pembatas adalah kotak tekecil yang dapat melingkupi sebuah objek[4]. Kotak Pembatasbeoientasi cita yang dimiliki suatu aea R dapat dinyatakan dengan, Kotak Pembatas(R) = {y min, y max, x min, x max} (2) Dalam hal ini, y min menyatakan Y tekecil, y max menyatakan Y tebesa, x min menyatakan X tekecil, dan x max menyatakan X tebesa. Adapun tinggi dan leba kotak beupa, Tinggi = y y, leba = x x (3) Gamba 2.Kotak pembatas D. Ekualisasi Histogam Ekualisasi histogam betujuan untuk mempeoleh histogam dengan mengubah intensitas deajat keabuan menjadi seagam pada sebuah cita[4]. Tujuannya untuk mempeoleh sebaan histogam dengan intensitas meata, sehingga setiap deajat keabuan memiliki jumlah piksel yang elatif sama. Pesamaan untuk menghitung ekualisasi histogam pada cita dengan skala keabuan k bit adalah: = (2 1) Keteangan: Ci : distibusi kumulatif dai nilai skala keabuan ke-i dai cita asli Ko : nilai keabuan hasil ekualisasi histogam w : leba cita h : tinggi cita h (4) E. Ekstaksi CiiMatiks Kookuensi Aas Keabuan GLCM adalah matiks pembantu yang befungsi untuk mengelompokkan seta menghitung elemen-elemen matiks GLCM, yang meupakan sepasang piksel yang memiliki nilai intensitas tetentu. Dimana pola pasangan piksel tesebut tepisah jaak sejauh d, dan dengan aah oientasi θ. Jaak dinyatakan dalam piksel dan oientasi

3 Poceedings Semina Nasional Teknik Elekto (FORTEI 2016). Hal.116 Depatemen Teknik Elekto Undip, 19 Oktobe 2016 sudut dinyatakan dalam deajat. Ketetanggaan piksel dalam metode ekstaksi cii GLCM ini dapat diilustasikan dalam empat aah pilihan dengan inteval sudut 45 o, antaa lain sudut 0 o, sudut 45 o, sudut 90 o, dan sudut 135 o. Gamba 3. Ilustasi aah GLCM bedasa sudut Tahapan ketika melakukan pengolahan cita dengan metode GLCM adalah[6]: 1. Kuantisasi piksel cita aas-keabuan ke matiks bentukan. 2. Membuat aea keja matiks GLCM. 3. Menentukan hubungan spasial antaa piksel efeensi dengan piksel tetangga untuk nilai d dan sudut θ. 4. Menghitung jumlah pasangan piksel yang memiliki intensitas sama dan memasukkan nilainya ke dalam aea keja matiks GLCM, sehingga menghasilkan matiks kookuensi. 5. Mengubah matiks kookuensi aga menjadi simetis dengan caa menjumlahkan matiks kookuensi tesebut dengan tansposenya. 6. Menomalisasi matiks GLCM simetis menjadi bentuk pobabilitas. Tedapat 5 paamete GLCM untuk menghitung cii statistik ode dua dai cita[4]: 1. ASM (Angula Second Moment) ASM atau enegi befungsi untuk menguku konsentasi pasangan piksel dengan intensitas keabuan tetentu pada matiks GLCM. Nilai ASM akan semakin besa jika vaiasi intensitas dalam cita mengecil. Fungsi untuk menghitung ASM ditunjukkan oleh pesamaan (5). = { (, )} (5) 2. Kontas Kontas adalah cii yang digunakan untuk menguku pebedaan intensitas atau vaiasi keabuan piksel dalam cita. Pesamaan ( 6) digunakan untuk menguku kontas suatu cita. Kontas = ( ) (, ) 3. IDM (Invese Diffeent Moment) IDM adalah fitu penunjuk kehomogenan cita yang memiliki deajat keabuan sejenis pada matiks kookuensi. Nilai IDM akan semakin besa bila pasangan piksel yang memenuhi syaat matiks intensitas (6) kookuensi tekonsentasi pada bebeapa koodinat dan akan mengecil apabila letaknya menyeba. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai IDM tedapat pada pesamaan (7). = { (, )} 1 + ( ) 4. Entopi Entopi pada GLCM menyatakan ukuan ketidakteatuan distibusi aas keabuan suatu cita pada matiks kookuensi. Nilainya tinggi jika elemen-elemen GLCM mempunyai nilai yang elatif sama.untuk menghitung nilai entopi, dapat menggunakan pesamaan (8). (7) Entopi = { (, )} log{ (, )} (8) 5. Koelasi Meupakan ukuan ketegantungan linea anta nilai aas keabuan dalam cita. Fungsi koelasinya dapat dilihat pada pada pesamaan (9). Koelasi = )( { (, )} (9) F. Jaak Canbea Jaak meupakan pendekatan yang umum dipakai untuk mewujudkan pencaian cita. Fungsinya adalah menentukan kesamaan atau ketidaksamaan dua fitu vekto. Pengukuan jaak dilakukan dengan metode jaak Canbea. Setiap nilai dai dua fitu vekto akan dicocokkan, kemudian dihitung dengan jaak Canbea dengan membagi absolut selisih dua nilai dengan jumlah dai absolut dua nilai tesebut. Hasil dai setiap dua nilai yang dicocokkan lalu dijumlahkan untuk mendapatkan nilai jaak Canbea[5]. Pehitungan jaak Canbea ditunjukkan pada pesamaan (10)., = + (10) Keteangan: D A,B= jaak Canbea cita A dan cita B n = jumlah vekto cii X Ak= fitu vekto cita uji X Bk= fitu vekto cita pembanding atau efeensi Pengenalan dilakukan dengan menghitung jaak tedekat atau tekecil antaa cita uji dengan cita pada basisdata atau efeensi. basisdata dengan jaak tedekat yang akan i sebagai cita uji. Semakin kecil nilai D A,Bmaka semakin miip kedua vekto yang dicocokkan. Sebaliknya semakin besa nilai D A,Bmaka semakin bebeda kedua vekto cii tesebut.

4 Poceedings Semina Nasional Teknik Elekto (FORTEI 2016). Hal.117 Depatemen Teknik Elekto Undip, 19 Oktobe Hasil dan Analisis A. Ekstaksi Cii GLCM Nilai hasil ekstaksi cii dengan GLCM ditampilkan di dalam tabel cii. Tedapat lima cii yang digunakan antaa lain ASM, kontas, IDM, entopi, dan koelasi. Beikut contoh nilai cii GLCM dai cita uji oleh 2 jenis daun tanaman obat pada jaak piksel 1 dan sudut oientasi 0 o yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai cii GLCM cita uji sudut 0 o jaak piksel 1. Nama ASM Kontas IDM Entopi Koelasi Jaak (1) Jaak (2) Pepaya (1) Pepaya (2) Tabel 1 menunjukkan bahwa antanilai cii GLCM yang digunakan pada sistem pengenalan ini tepaut selisih yang cukup jauh. Atinya adalah nilai ASM bebeda jauh dengan kontas, dengan entopi, dengan IDM, dan koelasi, sehingga, kelima paamete tesebut dapat dijadikan sebagai cii pembeda untuk masing-masing cita daun tanaman obat. B. Pengenalan Latih Pengenalan cita latih adalah pengenalan yang dilakukan tehadap cita yang sebelumnya sudah ada di dalam basis data. Pengujian dengan cita latih ini betujuan untuk validasi apakah jaak Canbea yang dihasilkan benilai nol atau tidak. Beikut tabel hasil pengujian cita latih. Tabel 2. Pengujian Latih Jaak Nama Data Uji Canbe a Dikenali Sebagai Jaak (10) 0 Jaak Pepaya (31) 0 Pepaya Mangkokan (19) 0 Mangkokan Ket. Hasil jaak Canbea pada pengujian cita latih benilai nol yang meupakan hasil selisih dai vekto cii cita latih yang diuji dan cita latih pada basis data. Dengan demikian, diketahui bahwa pogam pengenalan befungsi dengan baik kaena cita latih yang diujikan sama pesis dengan cita yang ada pada basis data. Jika pada pengujian cita latih tidak menghasilkan jaak Canbea nol, atinya masih tedapat kesalahan pada pogam yang membuat pogam pengenalan tidak befungsi dengan baik. C. Pengenalan Uji Pengenalan cita uji daun tanaman obat dilakukan untuk mencai pesentase kebehasilan pengenalan dai 15 jenis daun tanaman obat. Tiap jenis daun diambil 5 cita sebagai cita uji yang tidak melalui tahap pelatihan, kemudian diujikan tehadap 5 vaiasi sudut oientasi GLCM dan 5 jaak piksel. Untukmenghitungpesentase tingkat kebehasilanpengenalan dapat menggunakan pesamaan 11. = uji yang i bena Seluuh data cita uji 100 Beikut contoh hasil pengujian pada vaiasi oientasi 90 o dengan jaak piksel1. Tabel 3. Hasil pengujian cita uji sudut 90 o, d=1. Jaak Nama Data Uji Canbe a Dikenali Sebagai (11) sudut Ket. Beluntas (1) Binahong Salah Beluntas (2) Beluntas Mangkokan (1) Mangkokan Mangkokan (2) Mangkokan Pepaya (1) Pepaya Pepaya (2) Pepaya Hasil tingkat pengenalan seluuh pengujian yang telah dilakukan tehadap 75 cita uji dengan semua vaiasi tedapat dalam Tabel 4. Tabel 4.Pesentase pengenalan seluuh vaiasi paamete GLCM Sudut Oientas i Semua sudut Sudut 0 o Sudut 45 o Sudut 90 o Jaak Piksel d=1 d=2 d=3 d=4 d= Sudut o

5 Poceedings Semina Nasional Teknik Elekto (FORTEI 2016). Hal.118 Depatemen Teknik Elekto Undip, 19 Oktobe 2016 Semua Sudut Sudut 0 Sudut 45 Sudut 90 Sudut , , ,66 57 d= 1 d= 2 d=3 d= 4 d= 5 Gamba 4.Gafik tingkat kebehasilan pengenalan cita uji Pada gafik di atas meupakan gafik tingkat kebehasilan pengenalan 75 cita uji. Setelah dilakukan pengujian, sistem pengenalan dengan metode GLCM dan jaak Canbea ini menghasilkan tingkat akuasi tetinggi sebesa 85,33 yaitu pada vaiasi jaak 1 piksel dengan sudut oientasi tunggal 90 o. Pada vaiasi ini tedapat banyak kemiipan nilai cii antaa cita uji dengan cita yang tedapat di dalam basis data, sedangkan angka pesentase teendah adalah 57,33 ketika menggunakan aah oientasi sudut 135 o bejaak 5 piksel tetangga.. Dai hasil tesebut dapat dilihat bahwa tingkat kebehasilan tetinggi dengan metode GLCM bebedabeda untuk setiap cita dan tingkat kebehasilan pengenalan pada setiap vaiasinya bebeda-beda. Hal tesebut disebabkan olehpengauhaah sudut oientasi GLCM dan jaak ketetanggan piksel pada posespembentukan matiks kookuensi. Dai gafik tesebut juga dapat dilihat bahwa kombinasi dengan jaak 5 piksel pada setiap sudutnya menghasilkan tingkat pengenalan teendah. Hal tesebut mempelihatkan bahwa semakin jauh jaak ketetanggaan akan menghasilkan nilai pengenalan yang semakin jauh atau buuk. D. Pengenalan Poses veifikasi betujuan aga cita uji yang tidak tedafta dalam basis data automatis tidak dapat i pada saat melakukan poses pengenalan. Di dalam poses veifikasi membutuhkan sebuah nilai ambang. Nilai ambang yang digunakan dalam sistem pengenalan jenis daun tanaman obat ini ditentukan dai nilai tebesa dai kumpulan jaak Canbea tekecil hasil pengujian seluuh cita uji. Pada sistem ini nilai ambang yang digunakan sebesa 0,919.Tabel 5 beikut menujukkan hasil pengenalan 15 cita lua. Tabel 5. Pengujian N o Nama Uji 1.jpg 2.jpg 3.jpg 4.jpg 5.jpg 6.jpg 7.jpg 8.jpg 9.jpg 10.jpg 11.jpg 12.jpg 13.jpg 14.jpg 15.jpg Data Jaak Canbe a Dikenali Sebagai Keji Beling Ket Salah Bedasakan Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah pengujian bena dengan tidak inya cita lua sebanyak 14 kali dan 1 cita yang masih i. Pengujian dilakukan pada 15 cita lua. yang tidak i memiliki nilai Canbea lebih besa dai nilai ambang yang ditentukan.sehinggapada pengujian ini nilai pesentase tingkat kebehasilan pengujian cita lua didapatkan sebesa 93,3. 4. Kesimpulan 1. Tingkat kebehasilan pengenalan jenis daun tanaman obat didapatkan dai jumlah cita yang i bena pada sistem ini dibandingkan dengan keseluuhan data yang diujikan. Pengenalan yang dilakukan divaiasikan pada dua paamete yakni,sudut oientasi GLCM 0 o, 45 o, 90 o, 135 o dan gabungan dai semua sudut dengan vaiasi jaak piksel 1 sampai 5. Dai kombinasi kedua vaiasi tesebut, pesentase pengenalan tetinggi sebesa 85,33 dipeoleh pada kombinasi sudut 90 o dengan vaiasi jaak piksel 1, sedangkan pengenalan teendah dipeoleh dai kombinasi sudut 135 o

6 Poceedings Semina Nasional Teknik Elekto (FORTEI 2016). Hal.119 Depatemen Teknik Elekto Undip, 19 Oktobe 2016 dengan jaak piksel 5 dengan pesentase sebesa 57, Penggunaan aah sudut oientasi GLCM membei pengauh pada pembentukan matiks kookuensi, sehingga tiap sudut oientasi akan menghasilkan nilai cii GLCM yang belainan pada setiap citanya. Pesentase kebehasilan pengenalan benilai optimal pada sudut 90 o. 3. Vaiasi jaak ketetanggaan piksel bepengauh tehadap tingkat kebehasilan pengenalan. Pesentase kebehasilan teendah pada setiap sudutnya tedapat pada jaak ketetanggaan 5 piksel. Dai hasil tesebut dapat disimpulkan, semakin jauh jaak ketetanggaan akan menghasilkan nilai pengenalan yang semakin jauh atau buuk. Hal ini mempengauhi poses pembentukan matiks GLCM dan akan menyebabkan tingkat pengenalan yang endah. 4. Nilai ambang meupakan nilai batasan yang digunakan untuk membatasi cita uji yang tidak tedafta dalam basis data aga tidak dapat i pada saat melakukan poses pengenalan. Penggunaan nilai ambang dalam sistem pengenalan ini yaitu sebesa 0,919.Pesentase kebehasilan pengenalannya sebesa 93,3. Refeensi [1] [1] Hutagalung. A. K., Peancangan Sistem Infomasi Obatobatan Hebal dengan Menggunakan Pemogaman PHP dan MySQL, Makalah Tugas Akhi, D-3 Teknik Infomatika, Univesitas Sumatea Utaa, [2] [2] Eskanesiai, Hidayatno. A., Isnanto. R. R., Sistem Identifikasi Jenis Tanaman Obat-Obatan Bedasa Pola Menggunakan Tujuh Invaian Momen Hu dan Jaingan Saaf Tiuan Peambatan Balik,Makalah Tugas Akhi, S-1 Teknik Elekto, Univesitas Diponegoo, 2014 [3] [3] Pasetyo. E., Pengolahan Digital dan Aplikasinya menggunakan Matlab. Yogyakata: ANDI, [4] [4] Kadi. A., Susanto. A., Teoi dan Aplikasi Pengolahan Digital. Yogyakata: ANDI, [5] [5] Hanapi. Y., Ningum. I. P., Ramadhan. R., Discete Wavelet Tansfom dan Canbea Distance, Junal, Teknik Infomatika, Univesitas Halu Oleo, vol. 1, no. 1, pp [6] [6] Mantika. F., Isnanto. R. R., Zaha. A. A., Pengenalan Gais Utama Telapak Tangan dengan Ekstaksi Cii Matiks Kookuensi Aas Keabuan Menggunakan Jaak Euclidean, Makalah Tugas Akhi, S-1 Teknik Elekto, Univesitas Diponegoo, [7] [7] Khisan. I., Ekstaksi Cii Telapak Tangan Dengan Alihagam Gelombang Singkat Haa Menggunakan Pengenalan Jaak Euclidean, Makalah Tugas Akhi, S-1 Teknik Elekto, Univesitas Diponegoo, [8] [8] Puta. D., Bineisasi Tangan dengan Metode Otsu, Junal, Teknik Elekto, Univesitas Udayana, vol. 3, no. 2, pp , [9] [9] Puta. D., Pengolahan Digital. Yogyakata: ANDI, [10] [10] Maques. O., Pactical Image and Video Pocessing using Matlab. Kanada: Wiley, [11] [11] Angkoso. C. V., Nutanio. I., Punama. I. K. E., Analisa Tekstu Untuk Membedakan Kista dan Tumo Pada Panoamik Rahang Gigi Manusia, Junal, Semina on Intelligent Technology and Its Applications, Teknik Infomatika,Univesitas Tunojoyo, [12] [12] Falasev. R. S., Hidayatno. A., Isnanto. R. R., Pengenalan Sidik Jai Manusia dengan Matiks Kookuensi Aas Keabuan (Gay Level Co-ocuence Matix), Makalah Tugas Akhi, S-1 Teknik Elekto, Univesitas Diponegoo, [13] [13] Ganis. Yudhistia, Santoso. I., Isnanto. R. R., Klasifikasi dengan Matiks Ko-Okuensi Aas Keabuan (Gay Level Co- Occuence Matix -GLCM) Pada Lima Kelas Biji-Bijian, Makalah Tugas Akhi, S-1 Teknik Elekto, Univesitas Diponegoo, [14] [14] Neneng, Adi. Kuswoo, Isnanto, R. Rizal., Suppot Vecto Machine Untuk Klasifikasi Jenis Daging Bedasakan Tekstu Menggunakan Ekstaksi Cii Gay Level Co-Occuence Matices (GLCM ), Junal Sistem Infomasi Bisnis, [15] [15] Puta, Toni Wijanako, Hasil Pengenalan Wajah Ditinjau dai Jaak Piksel pada Gay Level Co- Occuence Matix dan Pobabilistic Neual Netwok, Posiding Semina Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST), [16] [16] Jamaluddin. M., Suciati. Nanik, Wiajaya. Aya Yudhi, Implementasi Temu Kembali Tekstu Menggunakan Rotated Wavelet Filte, Makalah Tugas Akhi, Teknik Infomatika, Institut Teknologi Sepuluh Novembe, [17] [17] Agmalao. Muhammad Asyha, Kustiyo. Aziz, Akba. Auiza Rahmad, Identifikasi Tanaman Buah Topika Bedasakan Tekstu Pemukaan, Junal, Ilmu Kompute Agi-Infomatika, vol. 2, no. 2, pp , [18] [18] Rakasiwi. Intan Puti, Pamunenda, Ricadus Anggi, Temu Kembali Untuk Pengenalan Batik Pada 2d Menggunakan Fitu Tekstu Matiks Kookuensi Aas Keabuan dan Fungsi Jaak Canbea, Makalah Tugas Akhi, Teknik Infomatika,Univesitas Dian Nuswantoo, 2015.

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2016/2017

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2016/2017 MKB3383 - Teknik Pengolahan Cita Opeasi Piksel dan Histogam Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 216/217 Outline Opeasi Piksel Histogam Cita Meningkatkan Keceahan Meegangkan Kontas Ekualisasi Histogam Outline

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Cita Opeasi Piksel dan Histogam Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 215/216 Outline Opeasi Piksel Histogam Cita Meningkatkan Keceahan Meegangkan Kontas Ekualisasi Histogam Outline

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA Semina Nasional Teknologi Infomasi dan Multimedia 0 STMIK AMIKOM Yogyakata, 6-8 Febuai 0 ISSN : 0-80 PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

Bab II. Konsep Dasar

Bab II. Konsep Dasar Bab II Konsep Dasa Konsep dasa mengenai gaf dan jaingan dikutip dai Bondy dan Muty [1], Diestel [2], dan Fleische [3]. Beikut ini dibeikan bebeapa notasi himpunan untuk memudahkan pendefinisian gaf dan

Lebih terperinci

Watermarking dengan Algoritma Kunci Publik untuk Verifikasi dan Otentikasi Citra

Watermarking dengan Algoritma Kunci Publik untuk Verifikasi dan Otentikasi Citra Watemaking dengan Algoitma Kunci Publik untuk Veifikasi dan Otentikasi Cita Abstak Watemaking dengan Algoitma Kunci Publik untuk Veifikasi dan Otentikasi Cita Angga Inda Bata 13500070 Depatemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih obyek penelitian UD. Usaha Mandii Semaang, yang betempat di Jalan Semaang Indah C-VI No 20. UD. Usaha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational BAB IV ANALISIS DATA Analisis data meupakan hasil kegiatan setelah data dai seluuh esponden atau sumbe data lainnya tekumpul. Hal ini betujuan untuk mengetahui tingkat kebenaan hipotesis-hipotesis penelitian

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa .1. Bentuk Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencai maksud dan pengauh antaa vaiable independen

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG) B. Vey Chistioko 1,, Dian Ti Wiyanti 2 Pogam Studi Teknik Infomatika Juusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI Junal Teknik Sipil ISSN 30-053 Pogam Pascasajana Univesitas Syiah Kuala Pages pp. 4-35 PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DATA MINING UNTUK MENEMUKAN POLA HUBUNGAN TINGKAT KELULUSAN MAHASISWA DENGAN DATA INDUK MAHASISWA. Beta Noranita 1, Nurdin Bahtiar 2

IMPLEMENTASI DATA MINING UNTUK MENEMUKAN POLA HUBUNGAN TINGKAT KELULUSAN MAHASISWA DENGAN DATA INDUK MAHASISWA. Beta Noranita 1, Nurdin Bahtiar 2 IMPLEMENTASI DATA MINING UNTUK MENEMUKAN POLA HUBUNGAN TINGKAT KELULUSAN MAHASISWA DENGAN DATA INDUK MAHASISWA Beta Noanita 1, Nudin Bahtia 2 1,2 Pogam Studi Teknik Infomatika FMIPA UNDIP 1 betta@undip.ac.id,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

Peningkatan Kinerja Pemodelan Resistivitas DC 3D dengan GPU Berkemampuan CUDA

Peningkatan Kinerja Pemodelan Resistivitas DC 3D dengan GPU Berkemampuan CUDA Peningkatan Kineja Pemodelan Resistivitas DC 3D dengan GPU Bekemampuan CUDA Haiil Anwa 1,a), Achmad Imam Kistijantoo 1,b) dan Wahyu Sigutomo 2,c) 1 Laboatoium Sistem edistibusi, Kelompok Keilmuan Infomatika,

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kendali Lintasan Kapal pada Alur Pelayaran Sempit dan Dangkal berbasis Kepakaran

Perancangan Sistem Kendali Lintasan Kapal pada Alur Pelayaran Sempit dan Dangkal berbasis Kepakaran JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Peancangan Sistem Kendali Lintasan Kapal pada Alu Pelayaan Sempit dan Dangkal bebasis Kepakaan Agni Rohmana Anggaini (4206 100 054) Dosen Pembimbing D.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekspeimental. Pada penelitian ini akan ada kelompok ekspeimen dan kelompok

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Dalam peneltian ini akan digunakan bebeapa teknik dalam pengumpulan data yaitu: 1. Obsevasi Yaitu caa pengumpulan data melalui pencatatan secaa cemat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE ALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA Supiatin Sistem Infomasi STMIK AMIKOM Yogyakata supiatin@amikom.ac.id Abstak Tans Jogja meupakan salah satu altenatif tanspotasi massa

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti JUNAL ILMIAH ANGGAGADING Volume 4 No., Oktobe 004 : 99 104 PENGAUH MODEL PODUK TEHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selula Meek Nokia Pada PT. Bimasakti Oleh: Maju L. Tobing Dosen

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan penelitian kuantitatif koelasional. Penelitian kuantitatif koelasional adalah penelitian

Lebih terperinci

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA Papes semina.uad.ac.id/index.php/quantum Semina Nasional Quantum #5 (018) 477-1511 (7pp) Pengembangan instumen penilaian kemampuan befiki kitis pada pembelajaan fisika SMA Suji Adianti, dan Ishafit Pogam

Lebih terperinci

ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) DAN TRANSFORMASI FOURIER PADA SINYAL CURAH HUJAN INDONESIA

ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) DAN TRANSFORMASI FOURIER PADA SINYAL CURAH HUJAN INDONESIA ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) DAN TRANSFORMASI FOURIER PADA SINYAL CURAH HUJAN INDONESIA P. SEPTIAWAN 1, S. NURDIATI 2,A.SOPAHELUWAKAN 3 Abstak Cuah hujan meupakan paamete atmosfe yang sulit

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS Yahya Ahmadi Bata, Ali Hanafiah Rambe Konsentasi Teknik Telekomunikasi, Depatemen

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif kuantitatif, sepeti yang dikemukakan oleh Ali (1985: 84), Metode deskiptif digunakan

Lebih terperinci

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN.. Lata Belakang Masalah Peanan pemasaan dalam kebehasilan peusahaan telah diakui di kalangan pengusaha untuk mempetahankan kebeadaanya dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

EVALUASI APLIKASI SISTEM INFORMASI PRAKTEK INDUSTRI DAN TUGAS AKHIR DENGAN METODE USABILITY TESTING

EVALUASI APLIKASI SISTEM INFORMASI PRAKTEK INDUSTRI DAN TUGAS AKHIR DENGAN METODE USABILITY TESTING EVALUASI APLIKASI SISTEM INFORMASI PRAKTEK INDUSTRI DAN TUGAS AKHIR DENGAN METODE USABILITY TESTING Ealiea Puti Dwianita, Siyanto Pogam Studi Teknik Industi, Fakultas Teknik, Univesitas Diponegoo Jl. Pof.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis, 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu penelitian yang dilakukan dengan baik pada dasanya ada tiga hal pokok yang haus dipehatikan yaitu dilaksanakan secaa sistematis, beencana dan

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1 FISIKA DASAR II Kode MK : FI 0 SKS : 3 Pogam Studi : Fisika Instumentasi (S-) Kelas : Regule MATERI TA 00/0 KRITERIA PENILAIAN Jika kehadian melampaui 75 %, Nilai Akhi mahasiswa ditentukan dai komponen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif analitik, dengan menggunakan teknik analisis egesi dan koelasi. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang 14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif pendekatan asosiatif simetis, yaitu hubungan yang besifat sebab-akibat

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI WAHANA GERAK MANDIRI YANG ADAPTIF MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN HIERARCHICAL EXTENDED KOHONEN MAP (HEKM)

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI WAHANA GERAK MANDIRI YANG ADAPTIF MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN HIERARCHICAL EXTENDED KOHONEN MAP (HEKM) PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI WAHANA GERAK MANDIRI YANG ADAPTIF MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN HIERARCHICAL EXTENDED KOHONEN MAP (HEKM) Inda Hatato Tambunan, 13203178 Pogam Studi Teknik Elekto, Sekolah

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK KREDIT PEMILIKAN RUMAH BANK UOB MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK KREDIT PEMILIKAN RUMAH BANK UOB MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTHING Junal Infomatika Mulawaman Vol. 8 No. 3 Septembe 203 2 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK KREDIT PEMILIKAN RUMAH BANK UOB MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTHING Budi Fachizal ), Indah Fiti Astuti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Haga Tahanan Jenis Teoi yang mendasai metode tahanan jenis atau metode geolistik adalah hukum Ohm [7] yang mempunyai pesamaan : V I = (2.) R Dengan V menyatakan tegangan (volt),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II : Kajian Pustaka 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA Mateial bedasakan sifat popetinya dibagi menjadi bebeapa jenis, yaitu:. Isotopik : mateial yang sifat popetinya sama ke segala aah, misalnya baja.. Othotopik

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 PM -7 Hubungan Fasilitas, Kemandiian, dan Kecemasan Belaja tehadap Pestasi Belaja Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Puing Tahun

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI CALON DOSEN STMIK PALANGKARAYA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI CALON DOSEN STMIK PALANGKARAYA ANALISIS PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI CALON DOSEN STMIK PALANGKARAA Susi Hendatie STMIK Palangkaaya Jalan G.Obos No. Palangkaaya Email : sesyalang@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN. Data Identitas Responden Fekuensi identitas esponden dalam penelitian ini tedii dai jenis kelamin dan pendidikan guu yang dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskiptif dan veifikatif. Menuut Sugiyono (005: 13), penelitian deskiptif adalah jenis penelitian yang menggambakan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Saw Dalam Menentukan Juara Dance Sekolah Menengah Pertama

Penerapan Metode Saw Dalam Menentukan Juara Dance Sekolah Menengah Pertama ISSN: 2089-3787 63 Peneapan Metode Saw Dalam Menentukan Juaa Dance Sekolah Menengah Petama Yuni Melliyana, Fitiyadi 2 Pogam Studi Sistem Infomasi, STMIK Banjabau Jl.Ahmad Yani Km 33,5 Loktabat Banjabau,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 6 Kerinci Kanan,

BAB III METODE PENELITIAN. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 6 Kerinci Kanan, BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini encana akan dilaksanakan pada bulan Maet-Apil 2013. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 6 Keinci Kanan, Kabupaten

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI POSIDING SEMINA NASIONAL EKAYASA KIMIA DAN POSES 004 ISSN : 4-46 KEETAKAN KISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE COCHALSKI Nguah Made D.P.*, M.. Saha**, Md. adzi Sudin**, and Hamdan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG Junal Agibisnis, Vol. 9, No. 2, Desembe 2015, [ 137-148 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Pint) B-53 Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Keeta Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Contol Nioa Fatimah Tanzania, Tihastuti Agustinah

Lebih terperinci

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz Rancang Bangun Antena Mikostip 900 MHz Siska Novita Posma 1, M. Yanua Haiyawan 2, Adiyan Khabzli 3 1,2,3 Juusan Teknik Elekto Politeknik Caltex Riau Tel : (0761-53939) Fax : (0761-554224) siska@pc.ac.id

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 HUBUNGAN KINERJA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN IPA DI SD PADA MAHASISWA PROGRAM D PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FKIP UNS TAHUN AKADEMIK 009 / 00 Wasiti Dosen PGSD FKIP

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Lata belakang Pekembangan suatu teknologi sangat dipengauhi dengan pekembangan suatu ilmu pengetahuan. Tanpa peanan ilmu pengetahuan, bisa dipastikan teknologi akan sulit untuk bekembang

Lebih terperinci

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis 13 BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD 3.1 Pendahuluan Analisisegesi yang seingkali digunakan dalam menganalisis data uji hidup salahsatunyaadalah Regesi Popotional Hazad. Analisis egesiinimengasumsikanbahwaasio

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

VDC Variabel. P in I = 12 R AC

VDC Variabel. P in I = 12 R AC SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci