STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN. Parlaungan Adil Rangkuti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN. Parlaungan Adil Rangkuti"

Transkripsi

1 STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN Parlaungan Adil Rangkui Fakula Teknologi Peranian, Iniu Peranian Bogor, Kampu IPB Darmaga, Koak Po 220 Bogor Telp.(0251) , Fak.(0251) , Diajukan: 7 April 2009; Dierima: 8 Mei 2009 ABSTRAK Peran komunikai pembangunan peranian makin pening dalam mewujudkan waembada pangan dan diverifikai pangan ebagai landaan ercipanya kemandirian pangan dan keahanan pangan yang andal. Kemandirian pangan hanya dapa erwujud jika pembangunan dilakanakan aa prakara mayaraka ebagai benuk keadaran unuk membangun uaha ani modern dengan didukung raegi komunikai yang efekif dan efiien. Adopi inovai eknologi akan meningkakan produkivia dan kualia produk, menekan uu, meningkakan nilai ambah dengan pendekaan pemberdayaan dan pariipai peani era memperkokoh kelembagaan dan daya aing. Dalam pemberdayaan peani, pengembangan koperai agribini komodia unggal eperi koperai agribini padi aau jagung akan mempermudah ranformai informai pake eknologi dan manajemen uaha ani dari berbagai umber ke peani. Unuk membangun kemandirian pangan berbai produki lokal dan diverifikai pangan dengan dukungan iem komunikai yang efekif diperlukan kebijakan pemerinah dengan mengembangkan pua-pua informai peranian pada enra produki ebagai kawaan pengembangan agribini (KPA). Siem informai komunikai berbai koperai dan modal oial dengan pendekaan kemiraan dari emua akeholder (pemerinah, penguaha, perguruan inggi, lembaga peneliian dan pengembangan, lembaga oial kemayarakaan dan ebagainya) akan mempercepa erwujudnya kemandirian pangan daerah. Kaa kunci: Kemandirian pangan, keberdayaan peani, komunikai peranian ABSTRACT Communicaion raegy in developing food independency Role of agriculural developmen communicaion i imporan o build food elf-uffiency and diverificaion a he main bae of food independency and food ecuriy. Food independency will be accomplihed if i developmen come from people iniiaive a an awarene o build modern farm indury wih effecive and efficien communicaion raegy uppor. Adopion of innovaion echnology by mean of communicaion will boo produciviy and produc qualiy, decreae lo of producion, increae value added of producion wih farmer empowermen and paricipaion approach, and renghen farmer' iniuion and compeiivene. To empower he farmer, developmen of ingle commodiy agribuine cooperaion uch a rice or maize will faciliae ranformaion of informaion on echnology and farm managemen from variey of ource for he farmer. Governmen policy o develop cener of agriculural informaion a producion cener a agribuine developmen area i required o build food independency and food diverificaion baed on local producion wih effecive communicaion yem uppor. Communicaion informaion yem baed on cooperaion and ocial capial wih akeholder parnerhip approache (governmen, buinemen, univeriy, reearch and developmen iniuion, ocial iniuion, ec) will accelerae accomplihmen of food independency in uburb area. Keyword: Food independency, farmer empowermen, agriculure communicaion Kecukupan bera ebagai bahan pangan pokok elalu menjadi iu poliik dalam mendukung kebijakan pemerinah ejak awal kemerdekaan. Preiden Perama RI Soekarno memberi perhaian bear dalam pembangunan peranian, dan menyaakan bahwa peranian merupakan oal hidup aau mai dari banga dan negara Indoneia karena menyangku makanan rakya. Pernyaaan erebu diampaikan pada acara peleakan bau perama pembangunan gedung Fakula Peranian Univeria Indoneia (yang pada ahun 1964 menjadi Iniu Peranian Bogor) pada anggal 27 April 1952 (Pakpahan 2004). Organiai pangan dunia Food and Agriculure Organizaion (FAO) juga memberi perhaian erhadap pangan dengan menggalang komimen poliik mayaraka inernaional unuk mengaai kelaparan dan mengenakan kemikinan melalui Konfereni Tingka Tinggi World Food Summi: five year laer pada bulan Juni 2002 di Roma, lalia (FAO 2003). Era komunikai yang diandai dengan perkembangan ilmu pengeahuan dan Jurnal Libang Peranian, 28(2),

2 eknologi (ipek), ermauk eknologi komunikai dan informai, elah mencipakan mayaraka informai dan pengeahuan yang berpengaruh pada pembangunan ekonomi dan oial. Peremuan ke-9 PBB pada anggal 6 9 Sepember 2004 di Roma, Ialia meneapkan peningnya komunikai pembangunan berkelanjuan berkaian dengan iga iu pening, yakni: 1) komunikai dan umber daya alam, 2) komunikai unuk peneliian, penyuluhan dan pendidikan, era 3) komunikai unuk daerah yang eriolir dan kelompok erabaikan. Peremuan erebu merekomendaikan beberapa apek yang erkai dengan peningkaan peran komunikai pembangunan, anara lain pemberdayaan dan pariipai mayaraka dalam pembangunan, adopi inovai eknologi, dan perubahan oial yang erkai dengan globaliai dan kulur lokal. Kemandirian pangan dapa diarikan ebagai kemampuan dalam menjamin eluruh penduduk unuk memperoleh pangan yang cukup dengan muu yang layak dan aman. Unuk mewujudkannya diperlukan dukungan kebijakan unuk mempercepa pembangunan uaha ani anaman pangan khuunya padi. Uaha ani anaman pangan dilakanakan oleh ekiar 21 jua rumah angga peani berlahan empi dengan akeibilia pada umber permodalan, eknologi, dan arana produki yang erbaa. Tanpa failiai pemerinah, uli bagi uaha ani erebu unuk meningkakan efiieni dan produkivianya (Alimoeo 2008). Salah au maalah yang dihadapi peani di pedeaan adalah rendahnya ake dan kemampuan dalam memperoleh informai unuk mengembangkan uaha ani padi dalam upaya meningkakan produkivia, kualia poduk, daya aing, dan nilai ambah. Peani membuuhkan informai ecara epa, cepa, dan mudah agar uaha ani padi makin maju eiring dengan perkembangan eknologi dan manajemen agribini padi yang makin kompeiif. KEMANDIRIAN PANGAN Kebijakan yang berkaian dengan kemandirian pangan elah mewarnai kebijakan pemerinah di bidang peranian dan pangan ejak ahun 1970-an dan menjadi oroan ejak Kongre XI Perhimpunan Ekonomi Peranian Indoneia (Perhepi) dan Kongre Aian Sociey of Agriculural Economi (ASAE) di Bali pada ahun Perhaian pemerinah erhadap kemandirian pangan yang makin bear diandai anara lain dengan ema Hari Pangan e-dunia ahun 2006 yaiu Membangun Kemandirian Pangan Berbai Pedeaan, mengiringi ema Hari Pangan Dunia yakni Inveing in Agriculure for Food Securiy. Kemandirian pangan dapa dielaah melalui empa apek, yaiu kebijakan pangan naional, waembada bera, keerganungan pangan impor, dan pemberdayaan peani (Suryana 2008). Kebijakan Pangan Naional Jumlah penduduk dunia yang berambah ekiar jua/ahun pada ahun , diperkirakan akan membuuhkan ambahan erealia 1 miliar on per ahun pada 2030, aau meningka 59% dibandingkan dengan produki erealia ahun 2000 (Nainggolan 2007). Unuk memenuhi kebuuhan pangan dalam negeri perlu diopimalkan kinerja iem ekonomi pangan, yang melipui ubiem produki, diribui, dan konumi. Keiga ubiem erebu merupakan au keauan dan aling berineraki ecara berkeinambungan dengan didukung oleh inpu umber daya alam, kelembagaan, budaya, dan eknologi. Proe ini akan berjalan efiien jika didukung oleh pariipai mayaraka dan iem informai komunikai peranian yang efekif. Telah lama diadari bahwa pangan bukan aja berperan ebagai komodia ekonomi, eapi juga menjadi komodia oial dan bahkan poliik. Kondii krii akiba kekurangan pangan dan gizi dapa membahayakan abilia naional dan merunuhkan pemerinah yang edang berkuaa. Oleh karena iu, pangan ebagai kebuuhan daar haru dapa dipenuhi eiap aa. Secara koniuional, pangan diarikan lebih mendaar yakni ebagai alah au hak aai manuia euai dengan paal 27 UUD 1945 dan UU No.7 ahun 1996 enang Pangan. Dalam mewujudkan keahanan pangan, apek keamanan, muu, dan keragaman pangan merupakan kondii yang haru erpenuhi dalam pemenuhan kebuuhan pangan ecara cukup, meraa, dan erjangkau. Komimen unuk mewujudkan kemandirian pangan euai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Naional Swaembada Bera Pemenuhan kebuuhan pangan naional eruama bera elah menjadi perhaian pemerinah ejak ahun 1950 dengan digulirkannya program Rencana Keejaheraan Iimewa. Program erebu diikui dengan gerakan maal pada ahun an dengan memperkenalkan Gerakan Swaembada Bera (SSB). Gerakan SSB dilakanakan hingga ahun 1963 dilanjukan dengan program Swaembada Bahan Makanan (SSBM) dan Bimbingan Maal (Bima) aa daar hail peneliian Iniu Peranian Bogor di Karawang, Jawa Bara (Adjid 1998). Uaha kera berbagai pihak erebu menganarkan Indoneia mencapai waembada bera pada ahun Namun, ejak ahun 1988 Indoneia kembali mengimpor bera bahkan menjadi negara pengimpor bera erbear di dunia pada ahun 1998, yakni mencapai 5,40 jua on (Yudhohuodo 2004). Menuru Preiden RI Suilo Bambang Yudhoyono, waembada bera dapa dicapai kembali pada ahun 2008 dengan produki padi ekiar 60,28 jua on. Selama periode , produki padi meningka ecara ignifikan yakni 2,97%, dari 52,13 jua on pada ahun 2003 menjadi 60,28 jua on pada ahun 2008 (BPS 2008). Kondii ini perlu dievaluai dan diwapadai karena keberhailan waembada bera dipengaruhi berbagai fakor, yakni penggunaan eknologi unuk meningkakan produkivia dan kualia produk, pengembangan manajemen uaha ani unuk meningkakan nilai ambah dan daya aing, era jaminan harga daar. Karena banyak fakor yang mempengaruhi pencapaian waembada bera, kondii ini akan elalu dibayangi oleh kekurangan bera eiap waku. Pencukupan pangan eiap daerah euai dengan karakeriik wilayah merupakan pendekaan pembangunan waembada bera yang perlu diperimbangkan pemerinah erkai dengan pelakanaan oonomi daerah. Keerganungan Pangan Impor Pua Daa dan Informai Peranian (2007) melaporkan, produkivia raa-raa padi naional maih rendah yakni 4,62 /ha. Semenara iu, impor bahan pangan lainnya, eruama gandum makin meningka, dari 3,52 jua on pada ahun 2003 menjadi 4,49 jua on pada ahun Kecen- 40 Jurnal Libang Peranian, 28(2), 2009

3 derungan peningkaan impor bahan pangan nonbera menunjukkan kondii keidakmandirian pangan naional aau keahanan pangan makin berganung pada bahan pangan impor. Produki padi Revolui hijau pada era 1960-an berhail meningkakan produkivia padi ecara pekakuler, lua panen berambah, dan kehilangan hail menurun ehingga berdampak erhadap kecukupan pangan dunia. Revolui hijau berhail mengembangkan berbagai eknologi, baik eknologi budi daya, eknologi kimiawi maupun mekaniai peranian. Dikeahui bahwa raa-raa produkivia padi naional maih rendah yakni 4,40 /ha, edangkan di beberapa negara eperi Auralia elah mencapai 9,50 /ha, Jepang 6,65 /ha, dan Cina 6,35 /ha. Rendahnya produkivia padi naional diebabkan oleh beberapa fakor, yaiu: 1) alih fungi lahan peranian ke nonperanian (perumahan, induri), 2) peningkaan produkivia mengalami agnai, 3) fragmenai lahan ehingga meningkakan jumlah peani gurem, 4) enaga kerja uia muda makin enggan bekerja di ekor peranian, dan 5) adopi inovai eknologi peranian dan manajemen agribini berjalan lamba. Poeni umber daya peranian Indoneia anga bear ehingga erbuka peluang yang anga lua unuk meningkakan produkivia dan kualia produk dengan memperhaikan karakeriik daerah, baik fiik maupun oial budaya. Beberapa fakor kunci yang berperan dalam mengembangkan uaha ani anaman pangan khuunya padi adalah: 1) menjadikan peranian ebagai bai pembangunan ekonomi pedeaan, 2) membangun uaha ani modern berbai agribini, koperai, dan karakeriik poeni umber daya lokal aau daerah, dan 3) mengembangkan iem komunikai pembangunan peranian unuk meningkakan ake peani erhadap umber informai. Uaha ani radiional dengan berbagai kelemahannya perlu diingkakan dengan mengopimalkan pendayagunaan poeni umber daya alam dan pemberdayaan peani dengan memanfaakan informai eknologi epa guna dan manajemen profeional ecara efekif. Kehilangan hail Salah au fakor yang mempengaruhi peningkaan produki pangan, eruama padi, adalah adopi inovai eknologi. Penerapan eknologi pacapanen elah berhail menekan kehilangan hail dari 20,51% pada ahun 1995/1996 menjadi 10,82% pada ahun Menuru BPS (2008), uu aa panen yang emula mencapai 10,12%, aa ini hanya 1,20%, erdiri aa uu panen 1,05% dan uu penumpukan emenara 0,15%. Suu aa peronokan menurun dari 4,78% pada ahun 1995/1996 menjadi 0,18% pada ahun Namun, rendemen penggilingan gabah menjadi bera menurun menjadi 62,74% pada periode , lebih rendah dibandingkan dengan ahun 1995/1996 yang mencapai 63,20%. Perbandingan uu panen dan konveri gabah/ bera pada ahun 1995/1996 dan menuru kegiaan pacapanen diajikan pada Tabel 1. Suu pengeringan mengalami peningkaan 1,14% dan konveri gabah kering panen menjadi gabah kering giling menurun 0,49%. Hal ini diebabkan ebagian bear peani maih melakukan pengeringan gabah dengan inar maahari (dijemur) dan hanya ediki yang menggunakan mein pengering. Suu penggilingan meningka 1,06% dan rendemen penggilingan menurun 0,46% karena mein penggilingan relaif elah ua. Menuru BPS (2008), 32% penggilingan padi kecil (PPK) berumur lebih dari 15 ahun dan maih menggunakan konfigurai ederhana dengan iem au fae aau au kali penyoohan. Pola makan Pola makan mayaraka berubah ecara cepa dengan meningkanya konumi bahan pangan impor eperi gandum (mi inan), buah-buahan, dan daging. Menuru Pua Daa dan Informai Peranian (2007), pada ahun 1999 konumi bera naional ekiar 111,49 kg/ kapia/ahun dan menurun menjadi 96,67 kg/kapia/ahun pada ahun 2006 aau urun 4,82 kg/kapia/ahun. Konumi jagung, ubi kayu, dan ubi jalar meningka pada ahun 2005, yakni maing-maing menjadi 4; 9,10; dan 3,60 kg/kapia/ahun. Konumi daging api baru mencapai 0,42 kg, daging ayam 3,79 kg, dan elur 5,15 kg/ kapia/ahun. Peningkaan konumi pangan nonbera dengan pola makan berimbang dengan bahan pangan dari dalam negeri akan mendorong pengembangan komodia horikulura, perikanan, dan peernakan. Di amping mempercepa adopi inovai eknologi dan manajemen agribini, pengembangan diverifikai pangan dan dukungan eika pola pangan merupakan fakor pening dalam membangun kemandirian pangan berbai pemberdayaan peani. Perkembangan konumi beberapa bahan pangan ahun 1996 dan 2005 diajikan pada Tabel 2. Pemberdayaan Peani Pemberdayaan mayaraka bukan membua mayaraka menjadi makin berganung pada program yang beifa pemberian (chariy) karena ujuan akhirnya adalah Tabel 1. Perbandingan uu dan konveri gabah/bera ahun 1995/1996 dan Kegiaan pacapanen Suu dan konveri (%) Perubahan 1995/ (%) Pemanenan 9,52 1 1,20 1-3,20 Peronokan 4,78 1 0,18 1-4,60 Pengeringan 2,13 1 3, ,14 Konveri GKP dan GKG 86,51 86,02-0,49 Penggilingan 2,19 2 3, ,06 Konveri GKP dan GKG (rendemen) 63,20 62,74-0,46 Penyimpanan 1,61 1,39-0,22 Pengangkuan 0,19 1,53 +1,34 Toal 20,42 10,82 9,60 1 Perenae erhadap GKP, 2 Perenae erhadap GKG. Sumber: BPS (2008). Jurnal Libang Peranian, 28(2),

4 Tabel 2. Bahan pangan Konumi bahan pangan, 1996 dan Konumi (kg/kapia/ahun) Bera 111,49 96,67 Jagung 3,74 4 Ubi kayu 7,96 9,10 Ubi jalar 2,96 3,80 Kacang anah 1,14 0,99 Kacang kedelai 0,10 0,05 Telur 4,71 5,15 Suu murni 0,26 0,10 Daging ayam 1,25 3,79 Daging api 0,62 0,42 Sumber: Pua Daa dan Informai Peranian (2007). memandirikan mayaraka dan membangun kemampuannya unuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik ecara inambung. Konep pemberdayaan muncul pada dekade 1970-an dan berkembang eru ehingga menjadi alernaif konep pembangunan eruama di negaranegara berkembang. Konep pemberdayaan dalam wacana pembangunan mayaraka elalu dikaikan dengan konep mandiri, pariipai, jaringan kerja, dan keadilan. Kemandirian pangan hanya dapa erwujud jika pembangunan dilakanakan aa prakara mayaraka ebagai benuk keadaran unuk membangun keahanan pangan yang andal. Peani padi yang umumnya berkala kecil (gurem) hanya akan mempunyai daya aing jika mereka berada dalam uau wadah aau lembaga ekonomi yang kua dan mampu memadukan poeni kapial fiik dan oial yang dimiliki (Soekarawi 1993). Peran kelembagaan peani Sumber daya peranian mencakup umber daya alam, umber daya manuia, kapial fiik dan eknologi, modal oial dan kelembagaan. Sumber daya erebu dapa dikembangkan ebagai kegiaan agribini unuk meningkakan keberdayaan, kemandirian, dan keejaheraan peani. Dalam era milinium keiga aau globaliai, yang diandai adanya perubahan rukural mayaraka yang anga mendaar eruama keerkaian anarbanga yang penuh dengan peraingan kompeiif, banga Indoneia perlu memiliki keunggulan beraing (compeiive advanage). Prinip uaha ani ke depan haru didaarkan pada efiieni dan daya aing berdaarkan keunggulan kompeiif yang layak dan mengunungkan. Namun, proe perubahan erebu haru didukung oleh keiapan oial eiap pelaku ekonomi dan kegiaan ekonomi. Pembangunan peranian modern ebagai unuan perkembangan ipek dan globaliai haru dipadukan dengan konepi daar pembangunan ekonomi kerakyaan ebagai amanah koniui (UUD 1945), dan kelembagaan yang epa bagi peani adalah koperai. Keberadaan koperai uni dea (KUD) perlu diaa ulang dengan pendekaan agribini dan iem ekonomi kerakyaan (keberamaan/ kekeluargaan) euai dengan kepeningan uaha ekonomi peani. Koperai komodia unggal eperi koperai agribini padi, kedelai aau jagung berpeluang unuk bangki mandiri berbai pada kepeningan dan kekuaan anggoa. Peran modal oial Negara-negara yang berhail dalam pembangunan ernyaa memberikan perhaian yang bear erhadap pembangunan di bidang oial. Menuru Mubyaro (2004), eorang pakar Bank Dunia menyaakan ecara ega bahwa pembangunan oial merupakan pembangunan ekonomi, yang berari pembangunan di bidang oial memiliki poii ama pening dengan pembangunan ekonomi. Karaamia (1996) mengemukakan bahwa pendekaan pemberdayaan mayaraka haru dimulai dengan mencipakan uaana aau iklim yang memungkinkan berkembangnya poeni umber daya ebagai modal oial yang ada di mayaraka. Menuru Punam e al. (1993), ada iga elemen uama dalam modal oial, yaiu raa aling percaya (ru), norma yang diepakai dan diaai (ocial norm), dan jaringan hubungan oial (ocial nework). Keiga apek ini pening arinya dalam membangun komunikai pariipaif dalam upaya mempercepa pemberdayaan mayaraka. Banga Indoneia ebagai mayaraka yang majemuk erkandung makna keauan di anara kebinekaan (diveriy) dan kekhaan (uniquene) ehingga kebinekaan dalam perauan menjadi unuan karaker komunia yang dinami unuk mewujudkan kepeningan berama dengan idak mengorbankan kepeningan individu. Oleh karena iu, apa yang menjadi keamaan (wha i common o all) merupakan apek yang mendaar dalam menjalin aling keerganungan yang mengunungkan ehingga ercipa kekuaan yang berifa inergi ebagai energi oial mayaraka. Perpaduan poeni kapial fiik dan kapial oial yang dimiliki mayaraka merupakan kekuaan aau energi yang bear dalam pembangunan (Lawang 2005). Energi oial mayaraka erdapa di anara uni-uni oial yang ada di mayaraka, keluarga, rukun eangga, himpunan, kelompok, aoiai, aau uni oial lain. Energi oial iu melipui eluruh elemen oial, poeni kreaif mayaraka, era prakara dan gagaan yang berkembang di mayaraka, yang emuanya iu bia digalang ebagai kekuaan pembangunan peranian. STRATEGI KOMUNIKASI Sraegi komunikai mendapa perhaian yang bear dalam rangka mendorong pembangunan naional di banyak negara. Sraegi adalah cara aau akik unuk mencapai ujuan aau uau perencanaan dan manajemen unuk mencapai ujuan, ermauk akik operaionalnya. Secara ederhana, raegi komunikai dapa dirumukan dengan mengkaji ecara mendalam eori Lawell yang mencakup: Who? Say wha? ln which channel? To whom? Wih wha effec? Unuk berkomunikai ecara epa euai dengan media yang ada, dapa digunakan komunikai aap muka dan komunikai dengan media. Komunikai aap muka berperan dalam mengubah ingkah laku, dan komunikai bermedia unuk komunikai informaif (Muhammad 2004). Peran Komunikai Peranian Revolui eknologi informai yang dimulai ejak peluncuran aeli komunikai pada akhir ahun 1960-an, elah mendorong pergerakan yang inergi anara eknologi elekomunikai dengan eknologi kompuer dan inerne. Perkembangan erebu elanjunya mempengaruhi orang dalam berkomunikai, berukar informai maupun berakivia ekonomi ebagai bagian dari perubahan peradaban dunia. Teknologi komunikai modern eperi ura kabar, radio, elevii, video, kompuer, dan aeli menawarkan berbagai kelebihan unuk mengaai hambaan 42 Jurnal Libang Peranian, 28(2), 2009

5 ranformai informai yang dibuuhkan peani. Karena iu, eknologi komunikai menjadi uau kebuuhan dalam menyampaikan informai yang bermanfaa bagi peani. Teknologi komunikai idak hanya membua euau menjadi lebih mudah dan lebih cepa, aau lebih efiien, eapi juga membangun wawaan dan pengeahuan global peani enang perkembangan peranian, baik lokal, naional maupun inernaional. Menuru Soekarawi (1988), pean dalam komunikai peranian dapa berupa informai enang: 1) peningkaan produki, 2) pemeliharaan kondii lahan, 3) penanganan pacapanen, 4) adopi eknologi baru, 5) kerja ama kelompok, 6) peningkaan pendapaan rumah angga, dan 7) pariipai dalam kegiaan pedeaan. Komunikai peranian bukan aja berujuan unuk mempengaruhi ikap dan perilaku komunikan eperi yang ering diemui dalam penyuluhan peranian yang lebih banyak dikuaai oleh kekuaan komunikaor (komunikai au arah), eapi juga perlu memperhaikan peran komunikan baik ebagai individu maupun anggoa mayaraka yang dikenal dengan komunikai dua arah. Menuru Kaye (1997), eiap manuia akan mampu mengenali ini permaalahan yang dihadapi bila memiliki informai yang memadai, dan unuk memperolehnya dibuuhkan umber daya dan ake erhadap umber informai. Fakor-fakor yang perlu diperhaikan dalam penyediaan informai adalah relevani, akurai, kelengkapan, keajaman, keepaan waku, dan keerwakilan. Perkembangan peran komunikai dalam pembangunan peranian elah menimbulkan pergeeran paradigma, yakni dari komunikai au arah menjadi dua arah di mana komunikan dan komunikaor aling menghargai apirai dan kepeningannya dalam proe komunikai erebu. Menuru Melkoe (2007), pakar komunikai Roger memberikan konribui yang bear dalam pengembangan komunikai pembangunan peranian melalui berbagai peneliian enang difui inovai, pariipai, pemberdayaan, dan perubahan oial mayaraka. Pemberdayaan peani dan mayaraka pada lingkungan oial, ekonomi, dan realia poliik berkaian dengan pendidikan keahlian unuk mengembangkan komunikai anarpekerja aau peani. Jika pengembangan komunikai berlanju ecara efekif dalam proe perubahan oial, penelii dan pariipan haru menguamakan pemecahan maalah hubungan kemampuan yang idak eimbang. Adopi Inovai Teknologi Berbagai eknologi dan inovai peranian elah dihailkan dan layak ecara ekni dan ekonomi, namun belum enu eknologi dan inovai erebu dierima dan dierapkan oleh peani. Oleh karena iu, perlu pengkajian enang adopi inovai unuk merancang raegi yang efekif agar arge aaran dapa menerapkan inovai baru yang memiliki propek lebih baik. Adopi inovai peranian pada daarnya menyangku proe pengambilan kepuuan oleh pengguna eknologi aau ide-ide baru unuk menerima aau menolaknya unuk mengembangkan uaha aninya (Soekarawi 1993). Roger dan Schoemaker (1971) menyaakan bahwa adopi merupakan upaya menyampaikan ecara berahap ide, prakek aau objek yang dapa diraakan ebagai euau yang baru oleh individu aau mayaraka ani. Secara ederhana, adopi inovai erjadi melalui proe yakni: keadaran, umbuh mina, evaluai, mencoba, dan adopi. Kecepaan proe adopi inovai bervariai, yaiu anga cepa, lamba, aau menolak, dan dapa dikaegorikan menjadi kelompok pengadopi berdaarkan au oial, au ekonomi, perilaku komunikai, pendidikan, dan umur. Berdaarkan kecepaan adopi, kelompok pengadopi dapa dibedakan ebagai perini (innovaor), pengerap dini (early adoper), pengerap majoria awal (early majoriy), pengerap majoria akhir (lae majoriy), dan penolak aau kaum kolo (laggard). Beberapa fakor produki yang berkaian dengan peningkaan produkivia komodia pangan melipui variea unggul, lahan, eknik budi daya (keerediaan pupuk/peiida era ala dan mein peranian), dan eknologi pacapanen. Unuk meningkakan produkivia dan kualia bahan pangan, peani ebagai ulang punggung peranian Indoneia membuuhkan eknologi yang ederhana, murah, dan efiien. Namun, kemampuan peani unuk mengake eknologi ala dan mein peranian (alinan) eperi rakor roda dua dan empa, pompa air, ala anam padi, pengering, dan ala perbengkelan maih erbaa. Di ii lain, alinan dibuuhkan unuk mengaai kekurangan enaga kerja di pedeaan. Siem Informai Komunikai Peranian Beberapa negara di Aia elah berhail mengembangkan iem informai komunikai peranian ebagai manifeai kemajuan ipek yang berumber pada kreaivia inovaif uau banga, mialnya program Thalad Thai di Thailand, gerakan Semaul Undong di Korea Selaan, dan pembangunan peranian modern pacaperang dunia kedua di Jepang. Di Indoneia, ejak ahun 2004 Deparemen Peranian mengembangkan Program Rinian dan Akelerai Pemayarakaan Inovai Teknologi Peranian (Prima Tani). Program ini dilakanakan ecara pariipaif oleh emua pemangku kepeningan (akeholder) pembangunan peranian dalam benuk laboraorium agribini. Prima Tani berifa inegraif ecara verikal dan horizonal, dan diharapkan dapa menghailkan keluaran yang bermuara pada keahanan pangan, daya aing melalui peningkaan nilai ambah, dan peningkaan keejaheraan mayaraka. Dari berbagai gerakan pembaharuan uaha ani erebu, erliha bahwa komunikai berperan ebagai alah au program pendukung yang pening (Suryana 2008). Seiap program pembangunan yang erkai dengan pembangunan peranian memerlukan perencanaan yang komprehenif dengan koordinai emua pihak melalui iem informai yang efekif dan efiien. Informai bagi pengembangan uaha ani modern merupakan umber daya pening dalam kegiaan produki dan manajemen agribini unuk meningkakan daya aing. Informai yang dibuuhkan peani dapa dialurkan melalui iem informai dengan mengacu pada compuer-baed yem unuk mendukung operai, manajemen, dan fungi kepuuan dalam organiai. Ake peani erhadap umber informai perlu diingkakan ehingga peani dapa mengambil kepuuan ecara epa. Siem informai komunikai peranian berperan unuk mengumpulkan, mengirimkan, memproe, dan menyimpan daa enang umber daya organiai, program, dan pencapaian kinerja aau preai. Informai merupakan daa yang memiliki makna dan berguna, era dapa dikomunikaikan kepada penerima aau pengguna Jurnal Libang Peranian, 28(2),

6 (akeholder) unuk membua uau kepuuan. Seiap manajer dan pariipan yang erkai dalam pengembangan uaha ani padi (koperai, waa, pemerinah, perguruan inggi, lembaga peneliian dan pengembangan), pada berbagai level memerlukan informai yang relevan dalam rangka membua kepuuan yang efekif. Siem Kemiraan Pewujudan iem informai dalam mendukung program kemandirian pangan memerlukan pemberdayaan peani melalui organiai ekonomi yang mampu menggalang poeni fakor produki yang erbaa. Koperai peranian merupakan lembaga ekonomi yang euai bagi peani dan juga merupakan amanah koniui UUD 1945 yang perlu diaa ulang eiring dengan perkembangan ipek dan anangan global yang makin komplek. Perpaduan prinip agribini dan prinip ekonomi kerakyaan yang berbai kekeluargaan dan keberamaan dapa dikembangkan ebagai paradigma baru dalam pengembangan koperai yang efekif dan efiien dan berpihak kepada kepeningan anggoa (peani). Unuk membangun koperai yang efekif dan efiien, model koperai peranian komodia unggal merupakan alernaif yang dapa dikembangkan unuk mempercepa pembangunan uaha ani modern dengan dukungan iem informai komunikai peranian. Koperai komodia unggal yang berorienai pada keberdayaan dan keejaheraan peani era kemandirian pangan, akan mendorong munculnya koperai peranian yang andal. Komunikai peranian menjadi makin pening unuk menghailkan keeimbangan dalam perpekif perukaran informai melalui jalur kelembagaan yang mapan, didukung dengan komunikai dua arah, baik verikal maupun horizonal dalam iem oial peranian. Ineraki horional haru dikembangkan menjadi ineraki olidaria dan kemiraan, yang erkai dengan kehidupan anaranggoa, anarkelompok, aau anarlembaga dalam mayaraka. Sinergi kapial mayaraka, baik kapial fiik maupun kapial oial dari eluruh pariipan melalui iem kemiraan perlu diinegraikan menjadi kekuaan yang lebih efekif. Penguaan koperai peranian dapa mengembangkan iem kemiraan dengan pelaku ekonomi peranian lainnya dalam poii yang berimbang. Kemiraan juga pening unuk membangun iem agribini dengan poii awar dan daya aing yang inggi era unuk memperoleh nilai ambah yang wajar bagi peani. Unuk membangun uaha ani padi dengan dukungan koperai peranian, diperlukan analii poeni umber daya lokal ebagai kawaan pengembangan agribini yang didukung oleh udi kelayakan ecara oial, ekni maupun ekonomi. Pengembangan koperai peranian yang kokoh dapa menganiipai kekuaan ekonomi kapiali yang berenangan dengan iem ekonomi kerakyaan. Poeni dan karakeriik maing-maing daerah dapa diperoleh melalui analii berdaarkan kawaan pengembangan agribini komodia unggulan. Kemandirian pangan dapa dibangun berdaarkan Kawaan Pengembangan Agribini (KPA) padi, dengan dukungan Koperai Agribini Padi, Pua Informai Agribini Padi, dan Siem Kemiraan Agribini Padi yang melibakan eluruh akeholder ecara erpadu. Informai dari lembaga formal dan nonformal unuk membangun uaha ani padi modern dapa dialurkan melalui Pua Informai Agribini padi yang berfungi ebagai penyaring informai euai Sumber informai (pemerinah, perguruan inggi, waa, LSM, dll) Pua Informai Agribini Pangan Uji coba lapangan Siem kemiraan dengan kebuuhan peani. Lembaga ini mempunyai iga kelompok kegiaan, yakni: 1) melakukan uji lapangan berama lembaga peneliian, 2) melakukan penyuluhan dua arah berama dengan lembaga peneliian, dan 3) menyalurkan informai yang erkai langung dengan kebuuhan peani melalui koperai agribini. Dukungan pemerinah dalam mewujudkan kemandirian pangan haru menjadi komimen poliik ebagai gerakan naional dengan iem kemiraan yang dilandai keadaran peningnya kemandirian pangan menuju keahanan pangan yang andal. Bagan raegi komunikai kemandirian pangan dapa diliha pada Gambar 1. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Keimpulan Peran iniui (libang, perguruan inggi, waa) Gambar 1. Bagan raegi komunikai kemandirian pangan. Kemandirian pangan berganung pada keberdayaan peani dalam meningkakan produkivia, kualia produk, dan nilai ambah ehingga mempunyai poii awar dan daya aing yang inggi. Unuk mewujudkannya diperlukan dukungan akelerai adopi inovai eknologi peranian. Pemberdayaan peani padi dapa Koperai Agribini Padi Kebijakan pemerinah (gerakan kemandirian pangan) Pemberdayaan & pariipai mayaraka 44 Jurnal Libang Peranian, 28(2), 2009

7 dilakukan melalui pengembangan koperai agribini dengan pendekaan kemandirian dan daya aing melalui pengembangan enra-enra produki komodia pangan unggulan aau kawaan pengembangan agribini pangan. Peran komunikai pembangunan dalam ranformai eknologi dan manajemen agribini belum efekif dan efiien. Maih erjadi keenjangan anara kemajuan ipek di ingka peneliian dan aplikainya di lapangan. Sinergi dari pariipan dalam membangun kemandirian pangan juga belum berkembang. Implikai Kebijakan Swaembada bera dan diverifikai pangan ebagai bai kemandirian pangan haru dikembangkan menjadi gerakan mayaraka dengan mendayagunakan ecara opimal poeni umber daya lokal (fiik dan oial) unuk menghindari keerganungan pada pangan impor. Siem agribini pangan (padi) dalam wadah koperai agribini padi perlu dibangun ebagai benuk pembangunan kemandirian pangan yang berorienai pada peningkaan efiieni dan efekivia era pengembangan iem ekonomi kerakyaan unuk menganiipai perekonomian global yang cenderung kapiali (neoliberalime). Perlu dikembangkan raegi komunikai pembangunan kemandirian pangan dalam uau iem informai komunikai pembangunan uaha ani padi dalam eiap kawaan pengembangan agribini padi. Pengembangannya dapa dilakukan dengan pendekaan iem kemiraan dan pemberdayaan ecara erpadu (pemerinah, waa, koperai, perguruan inggi, lembaga peneliian, LSM) berbai koperai dan umber daya lokal. DAFTAR PUSTAKA Adjid, D.A Membangun Peranian Modern. Pengembangan Sinar Tani, Jakara. Alimoeo, S Keahanan pangan naional: Anara harapan dan kenyaaan. Makalah diampaikan pada Pameran Agrinex di Jakara, Mare Badan Pua Saiik (BPS) Saiik Peranian. Badan Pua Saiik, Jakara. Food and Agriculure Organizaion (FAO) Trade Reform and Food Securiy: Concepualizing he Linkage. FAO, Rome. Karaamia, G Power and Empowermen: Sebuah elaahan mengenai konep pemberdayaan mayaraka. Badan Perencanaan Pembanguan Naional, Jakara. Kaye, H Mengambil Kepuuan Penuh Percaya Diri. Mira Uama, Jakara. Lawang, R.M.Z Kapial Soial dalam Perpekif Soiologik. Ceakan Kedua. UI Pre, Jakara. Melkoe, R.S Evere M Roger and hi conribuion o he field of communicaion and ocial change in developing counrie. Journal of Creaive in Communicaion 1: Sage Publicaion, New Delhi. Thouand Oak, London. Mubyaro Kualia manuia Indoneia. Jurnal Ekonomi Rakya. Edii Aguu Yayaan Agro Ekonomika, Bogor. Muhammad, A Komunikai Organiai. Bumi Akara, Jakara. Nainggolan, K Perberaan ebagai bagian dari keahanan naional di bidang pangan. Seminar Sehari enang Perberaan. Harian Umum Sinar Harapan dengan Tabloid Agrina, Jakara. Pakpahan, A Peani Mengguga. Max Havelaar Indoneia Foundaion, Jakara. Pua Daa dan Informai Peranian Saiik Peranian. Pua Daa dan Informai Peranian, Deparemen Peranian, Jakara. Punam, R.D., R. Leonardi, and R.Y. Nanei Making Democracy Work: Civic Tradiion in Modern Ialy. Princeon Univeriy Pre. Princeon, USA. Roger, E.M. and F.F. Schoemaker Communicaion of Innovaion, A Cro- Culural Approach. The Free Pre, New York. 476 pp. Soekarawi Prinip Daar Komunikai Peranian. UI Pre, Jakara. hlm Soekarawi Peranan pengembangan umber daya manuia (PSDM) dalam proe adopi-inovai unuk meningkakan pendapaan peani. Agro-Ekonomika 23(1): Suryana, A Penganekaragaman pangan dan gizi: Fakor pendukung peningkaan kualia umber daya manuia. Majalah Pangan. Media Komunikai dan Informai. No. 52/XVII/Okober Deember 2008, Jakara. Yudhohuodo, S Membangun Kemandirian Pangan. Yayaan Padamu Negeri, Jakara. Jurnal Libang Peranian, 28(2),

Bab III. Menggunakan Jaringan

Bab III. Menggunakan Jaringan Bab III Pembuaan Jadwal Pelajaran Sekolah dengan Menggunakan Jaringan Pada bab ini akan dipaparkan cara memodelkan uau jaringan, ehingga dapa merepreenaikan uau jadwal pelajaran di ekolah. Tahap perama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI KEMITRAAN USAHA. Saptana dan Ashari

PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI KEMITRAAN USAHA. Saptana dan Ashari PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI KEMITRAAN USAHA Sapana dan Ahari Pua Analii Soial Ekonomi dan Kebijakan Peranian, Jalan Ahmad Yani No. 70, Bogor 16161 ABSTRAK Pembangunan (ermauk ekor peranian)

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Vol I. No., Mare 07, hlm. 69-74 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Ririn Sundari, Sri Rahmah Dewi Saragih Pendidikan Maemaika, Univeria

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL

PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL Wayan R. Suila 1 dan Bonar M. Sinaga 2 1 Lembaga Rie Perkebunan Indoneia, Jalan Salak No. 1A, Bogor 16151 2 Program

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS BAB KINEMATIKA GERAK LURUS.Pada ekiar ahun 53, eorang ilmuwan Ialia,Taraglia,elah beruaha unuk mempelajari gerakan peluru meriam yang diembakkan. Taraglia melakukan ekperimen dengan menembakkan peluru

Lebih terperinci

SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO. Tjeppy D. Soedjana

SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO. Tjeppy D. Soedjana SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO Tjeppy D. Soedjana Pua Peneliian dan Pengembangan Peernakan, Jalan Raya Pajajaran Kav. E. 59, Bogor 16151 ABSTRAK

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X)

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X) Lag: Waku yang diperlukan imbulnya repon ( akiba uau aki ( Conoh: Pengaruh kredi erhadap produki Suplai Uang mempengaruhi ingka inflai eelah beberapa kwaral Hubungan pengeluaran R & D dengan produkifia

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku 4 erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku.. endahuluan ada bab ini, akan dibaha mengenai perancangan uau iem konrol ingleinpu-ingle-oupu linier ime-invarian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 27/ 28 UJIAN SEMESTER GANJIL Maa Pelajar Fiika Kela XII IPA Waku 12 meni 1. Hubungan anara jarak () dengan waku () dari

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENDAHULUAN Laar Belakang Salah au maalah aru dalam uau nework adalah penenuan pah erpendek. Maalah pah erpendek ini merupakan maalah pengopimuman, karena dengan diperolehnya pah erpendek diharapkan dapa

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Transformasi Laplace Bagian 1

Transformasi Laplace Bagian 1 Modul Tranformai aplace Bagian M PENDAHUUAN Prof. S.M. Nababan, Ph.D eode maemaika adalah alah au cabang ilmu maemaika yang mempelajari berbagai meode unuk menyeleaikan maalah-maalah fii yang dimodelkan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT Dian Firdaus dan Saefudin Balai Pengkajian Teknologi Peranian Jawa Bara, Jalan Kayuambon No. 80, Lembang 40391 ABSTRAK Program Rinisan dan Akselerasi Pemasyarakaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Badikenita Sitepu a, a Swiss German University. [diterima: 18 Maret 2016 disetujui: 8 Mei 2017 terbit daring: 29 Mei 2017]

Badikenita Sitepu a, a Swiss German University. [diterima: 18 Maret 2016 disetujui: 8 Mei 2017 terbit daring: 29 Mei 2017] 28 Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indoneia Vol. 17 No. 1 Juli 2016: 28-43 p-issn 1411-5212; e-issn 2406-9280 DOI: hp://dx.doi.org/10.21002/jepi.v17i1.605 Analii Anggaran Pemerinah (APBN dan APBN-P) dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR MALUKU. Sjahrul Bustaman

PROSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR MALUKU. Sjahrul Bustaman PRSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KMDITAS EKSPR MALUKU Sjahrul Buaman Balai Bear Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peranian, Jalan Tenara Pelajar No. 10, Bogor 16114 ABSTRAK Minyak pala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS Keenagalirikan dan Energi Terbarukan Vol. 13 No. 2 Deember 2014 : 139 1 ISSN 1978-2365 PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS EVALUATION OF TOUCH

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ENDAHUUAN P Belg aar idenifikai awali belajar roe iemaika S - uahaani erjanya enyebab menganalia lanjukan, elah, emecahan uaya ebagai alernaif beberaa muncul meme : ianaranya d awah ekoiem agro engelolaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONVEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON

ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONVEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON Jurnal Dinami,olume.II, No.8,Januari 2011 ISSN 0216-7492 ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON Ir.Alfian Hami, MSc.*

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA. Sjahrul Bustaman

POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA. Sjahrul Bustaman POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA Sjahrul Buaman Balai Bear Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peranian, Jalan Tenara Pelajar No. 10, Bogor 16114 ABSTRAK Lua areal anam agu di Indoneia mencapai

Lebih terperinci

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini.

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini. NAMA : NO ABSEN : ULANGAN HARIAN KELAS VIII D SISTEM GERAK PADA TUMBUHAN DAN BENDA Rabu, 03 Sepember 2014 A. Pilihlah au jawaban yang paling epa 1. Gerak pada umbuhan yang dipengaruhi rangangan dari luar

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

Matriks Transformasi

Matriks Transformasi Marik Tranformai A Marik Tranformai dan Koordina Homogen Kombinai benuk perkalian dan ranlai unuk ranformai geomeri 2D ke dalam uau marik dilakukan dengan mengubah marik 2 2 menjadi marik 3 3 Unuk iu maka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL Univeria Indoneia Fakula Ekonomi dan Bini UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL 2017-2018 Hari /gl : Rabu, 18 Okober 2017 Waku : 120 Meni Pengajar : Riyano Sifa : Caaan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUAT TATITIK 3.. ejarah ingka BP (Badan Pusa aisik) A. Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 920, Kanor aisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN. i SAMPUL DALAM... ii PRASYARAT GELAR. iii LEMBAR PERSETUJUAN.. iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI.. v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN. ix

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN BESARAN UPAH DAN INSENTIF UNTUK OPERATOR BERDASARKAN WAKTU DAN BIAYA BELAJAR OPERATOR BARU

PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN BESARAN UPAH DAN INSENTIF UNTUK OPERATOR BERDASARKAN WAKTU DAN BIAYA BELAJAR OPERATOR BARU PNGMBANGAN MODL PNNTUAN BSARAN UPAH DAN INSNTIF UNTUK OPRATOR BRDASARKAN WAKTU DAN BIAYA BLAJAR OPRATOR BARU Yemizari Muchiar 1), Dei Mufi 2) Fakua Teknoogi Induri, Juruan Teknik Induri Univeria Bung Haa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

KONTRIBUSI ILMU TANAH DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI INDONESIA 1)

KONTRIBUSI ILMU TANAH DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI INDONESIA 1) 258 Pengembangan Inovai Peranian 2(4), 2009: 258-282 Sudaryono KONTRIBUSI ILMU TANAH DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI INDONESIA 1) Sudaryono Balai Peneliian Tanaman Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Modul ini adalah modul ke-4 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini

Modul ini adalah modul ke-4 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini BANGUN-BANGUN GEOMETRI P PENDAHULUAN Modul ini adalah modul ke-4 dalam maa kuliah Maemaika. Ii modul ini membaha enang bangun-bangun geomeri. Modul ini erdiri dari 3 kegiaan belajar. Pada kegiaan belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

DESAIN KONSEPTUAL PENGGUNAAN HYPERLINK SEBAGAI ALAT BANTU TEMU KEMBALI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN

DESAIN KONSEPTUAL PENGGUNAAN HYPERLINK SEBAGAI ALAT BANTU TEMU KEMBALI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN DESAIN KONSEPTUAL PENGGUNAAN HYPERLINK SEBAGAI ALAT BANTU TEMU KEMBALI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN Irma Elvina 1), Kudang Boro Seminar 2), dan Firman Ardianyah 3) 1) Perpuakaan Perguruan Tinggi Iniu Peranian

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Proiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-6-6--9 hal 5-4 November 6 hp://jurnal.fkip.un.ac.id REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Chaarina Enny Murwaningya,,

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) (STUDI KASUS PADA TANG JEPIT JAW LOCKING PLIERS)

KAJIAN AWAL PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) (STUDI KASUS PADA TANG JEPIT JAW LOCKING PLIERS) KAJIAN AWAL PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) (STUDI KASUS PADA TANG JEPIT JAW LOCKING PLIERS) K. Rihendra Dane Juruan Pendidikan Teknik Mein, Fakula Teknik

Lebih terperinci

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Nama No Aben Kela ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Romawi I 1. Gerak umbuhan yang dipengaruhi oleh rangangan dari dalam umbuhan iu endiri diebu... a. Endonom c. Higrokopi b. Eionom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

Model Rangkaian Elektrik

Model Rangkaian Elektrik Tuga Siem Linier Model Rangkaian Elekrik Model model unuk beberapa rangkaian elekrik, eperi: reiani, kapaiani, dan indukani ecara ederhana diperlihakan dalam gambar dibawah. Dalam gambar erebu juga di

Lebih terperinci

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci