PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI KEMITRAAN USAHA. Saptana dan Ashari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI KEMITRAAN USAHA. Saptana dan Ashari"

Transkripsi

1 PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI KEMITRAAN USAHA Sapana dan Ahari Pua Analii Soial Ekonomi dan Kebijakan Peranian, Jalan Ahmad Yani No. 70, Bogor ABSTRAK Pembangunan (ermauk ekor peranian) di Indoneia pada maa lampau yang lebih menekankan pada perumbuhan ekonomi elah menimbulkan dampak negaif erhadap kelearian umber daya alam dan lingkungan. Unuk menjaga keberlanjuan pembangunan di maa mendaang, diperlukan reorienai paradigma pembangunan, baik dari egi arah, raegi maupun kebijakan. Paradigma pembangunan peranian berkelanjuan dapa menjadi olui alernaif dalam upaya meningkakan keejaheraan rakya anpa mengabaikan kelearian umber daya alam dan lingkungan. Pembangunan berkelanjuan akan makin opimal jika diinergikan dengan komimen unuk membangun kemiraan di anara pelaku agribini. Makalah ini berujuan unuk mengula beberapa kau kegagalan pembangunan peranian konvenional, paradigma pembangunan peranian berkelanjuan dan konep kemiraan uaha, era perpekif pembangunan peranian berkelanjuan melalui kemiraan agribini. Hail udi menunjukkan bahwa pembangunan peranian konvenional pada peranian anaman pangan, perikanan, dan kehuanan elah menimbulkan dampak negaif erhadap kelearian umber daya alam. Pembangunan berkelanjuan melalui kemiraan uaha dapa menjamin ercipanya efiieni dan perumbuhan, keadilan dan pemeraaan, era berwawaan lingkungan. Unuk mendukung upaya ini diperlukan konolidai kelembagaan yang manap, baik di ingka peani, pihak waa maupun pemerinah. Kaa kunci: Sekor peranian, pembangunan berkelanjuan, kemiraan agribini, umber daya alam ABSTRACT Suainable agriculural developmen hrough agribuine parnerhip The developmen (included agriculural ecor) in Indoneia in he la decade ha more focued on economic growh, ha caued negaive impac on naural reource and environmen degradaion. To mainain he developmen aciviy in he fuure, i i needed o change he developmen paradigm orienaion in erm of direcion, raegy and policy. The uainable agriculural developmen paradigm can be choen a he be oluion o increae ocial welfare, wihou neglecing naural reource and environmen preervaion. Suainable agriculural developmen will be ucced, if could be inegraed by a rong commimen among agribuine acor. Thi paper aim o review any cae of failure in convenional agriculural developmen, paradigm of uainable agriculural developmen and parnerhip concep, and he raegy of agribuine parnerhip o achieve he uainable agriculural developmen. The reul howed ha he convenional agriculural developmen in food crop, fiherie and forery ha me any failure, mainly relaed o naural reource preervaion. The uainable agriculural developmen approach i propecive o creae boh of efficiency and growh, juice and equiy, and more environmenal friendly. To achieve more effecive reul, uainable agriculural developmen hould be uppored by iniuion conolidaion in he farmer level, privae, and governmen. Keyword: Agriculural ecor, uainable developmen, agribuine parnerhip, naural reource Perumbuhan ekonomi Indoneia ebagai buah keberhailan pembangunan elah menimbulkan dampak negaif erhadap keerediaan umber daya alam dan kualia lingkungan. Sebagai gambaran, ekor peranian yang berumpu pada poeni umber daya alam banyak mengalami penguraan ehingga keerediaan dan kualia umber daya alam makin menurun. Akibanya, eelah hampir empa daawara pembangunan berlangung, kondii peranian naional maih dihadapkan pada berbagai maalah, anara lain: 1) menurunnya keuburan dan produkivia lahan, 2) berkurangnya daya dukung lingkungan, 3) meningkanya konveri lahan peranian produkif, 4) meluanya lahan krii, 5) meningkanya pencemaran dan keruakan lingkungan, 6) menurunnya nilai ukar, penghailan dan keejaheraan peani, 7) meningkanya jumlah penduduk mikin dan pengangguran di pedeaan, dan 8) erjadinya keenjangan oial di mayaraka. Maalah erebu muncul karena pembangunan elama ini cenderung bia pada pemacuan perumbuhan produki, era peran pemerinah dan waa anga dominan. Mayaraka peani hanya berperan ebagai objek, bukan ebagai ubjek pembangunan. Sekor peranian juga idak lagi diempakan ebagai fondai ekonomi naional, eapi ebagai penyangga unuk menyukekan indurialiai ebagai lokomoif perumbuhan ekonomi. Sebagai penyangga, ekor peranian berperan unuk mendongkrak produki pangan dalam negeri ecara cepa dan idak beriiko ecara poliik. Meminjam iilah Prof. Jurnal Libang Peranian, 26(4),

2 Dr. Emil Salim, pembangunan ekonomi eperi iu ering diebu ebagai pola pembangunan konvenional. Pola erebu kini udah uang, bahkan menimbulkan dampak negaif era memicu konflik ake dan konrol erhadap umber daya alam, ehingga pola alernaif perlu diajukan. Perubahan lingkungan raegi berupa globaliai ekonomi, oonomi daerah, perubahan prefereni konumen, dan kelearian lingkungan menunu adanya perubahan era penyeuaian operaional kelembagaan, ermauk kelembagaan peranian. Globaliai ekonomi menyebabkan makin erinegrainya berbagai apek perekonomian uau negara dengan perekonomian dunia, era meningkanya peraingan baik anarpelaku agribini maupun anarnegara. Kebijakan deenraliai diperkirakan akan mempengaruhi kinerja pembangunan peranian di pedeaan. Sejalan dengan globaliai ekonomi dan oonomi daerah, erjadi pula perubahan bear pada prefereni konumen erhadap produk-produk peranian. Dewaa ini konumen idak lagi membeli komodia, eapi membeli produk dengan aribu yang lebih lengkap. Berdaarkan permaalahan erebu, dibuuhkan paradigma baru pembangunan, baik mengenai arah, raegi maupun kebijakan, agar berbagai maalah yang muncul dapa dipecahkan anpa menimbulkan keruakan umber daya alam dan lingkungan. Makalah ini mengula beberapa kau kegagalan pembangunan peranian konvenional, paradigma pembangunan peranian berkelanjuan dan konep kemiraan uaha agribini, era raegi kemiraan uaha unuk mewujudkan pembangunan peranian berkelanjuan. KASUS KEGAGALAN PEMBANGUNAN PERTANIAN KONVENSIONAL Pembangunan yang hanya berorienai pada percepaan perumbuhan ekonomi dan peningkaan pendapaan elah mengakibakan dampak negaif pada keerediaan umber daya alam dan kualia lingkungan. Uraian beriku menyajikan beberapa kau kegagalan pembangunan peranian di Indoneia, khuunya pada peranian anaman pangan (padi dan horikulura), perikanan (ikan dan udang), dan kehuanan. Tanaman Pangan Swaembada bera yang dicapai pada ahun 1984, pada daarnya berka jaa ekiar 10,40 jua rumah angga peani yang mendukung ahap perama Revolui Hijau ahun 1960-an (Sayogyo 1990). Para peani kecil dengan kepemilikan lahan kurang dari 1 ha per rumah angga ernyaa mampu menerapkan eknologi baru eperi benih bermuu dari variea unggul, pemupukan berimbang, penggunaan peiida, dan juga penggilingan gabah bermein kecil (Rice Milling Uni = RMU). Singkanya, ahap perama moderniai dan komerialiai peranian padi awah elah ercapai. Tahapan berikunya adalah penerapan ecara lua eknologi budi daya padi yang ecara berahap elah diempurnakan mulai dari panca uaha ani, apa uaha ani, 10 juru kemampuan uaha ani hingga inu dan upra inu. Pembangunan peranian yang bia unuk memacu produki khuunya padi elah berdampak negaif erhadap umber daya alam dan lingkungan. Di beberapa daerah di Jawa, peani menggunakan pupuk ecara berlebihan, eperi urea, TSP, dan SP-36, ehingga menimbulkan reidu za kimia di dalam anah dan air. Demikian pula penggunaan peiida yang berlebih pada beberapa komodia pangan elah menimbulkan reieni dan reurjeni berbagai hama dan penyaki (Yudja e al. 1992). Implikainya adalah imbulnya erangan hama dan penyaki ecara ekploif, eperi erangan wereng cokla dan iku pada anaman padi, ula grayak pada kedelai, era berbagai hama dan penyaki pada komodia horikulura. Conoh lainnya adalah pembukaan lahan gambu 1 jua ha di Kalimanan Tengah yang elah menimbulkan dampak menurunnya keanekaragaman hayai. Berbagai kegagalan pembangunan erebu memberi pelajaran unuk mengubah orienai pembangunan ke arah pembangunan peranian berkelanjuan. Berkaian dengan iu, pemerinah mengembangkan program pengendalian hama erpadu dengan melibakan mayaraka ani melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). PHT didaarkan pada keeimbangan ekologi, iklu alami, pemanfaaan peiida nabai, era melalui pendekaan pariipaif. Selain iu diinrodukikan pula Siem Inegrai Padi Ternak (SIPT) unuk meningkakan produki padi dan daging naional era pendapaan peani. Pelakanaan program erebu cukup berhail, namun kelembagaan yang dibangun maih berifa kerja ama horizonal dan erfoku pada uaha ani, belum berorienai membangun kelembagaan kemiraan uaha agribini ecara menyeluruh. Oleh karena iu, pengembangan SLPHT menjadi SL Agribini dan SIPT menjadi Siem Inegrai Agribini Padi-Ternak merupakan alernaif yang lebih propekif. Kelembagaan kemiraan uaha agribini yang dapa mengeliminir berbagai kegagalan erebu adalah kelembagaan uaha agribini erpadu, berupa keerpaduan anarpelaku (peani, pedagang, pengolah) dan produk (bahan baku berkualia, penanganan pacapanen yang prima era jaminan keamanan pangan). Model erebu didukung oleh revialiai kelembagaan kelompok ani, penyuluhan peranian, dan peruahaan mira. Sapana e al. (2005) memberikan beberapa conoh pola kemiraan uaha agribini yang cukup berhail, yaiu: 1) Pola Ini Plama (PIR) anara Peruahaan Daerah Provini Bali dan peani ayuran di Kecamaan Baurii, Tabanan, 2) kerja ama operaional agribini anara PT Bayu Jaya Keuma dan peani roberi di Kecamaan Sukaada, Buleleng, 3) PIR anara PT Pura Agro Sejai dan peani ayuran (gabo, puleleng, lobak, worel, dan ubi jalar jepang) di Kabupaen Karo, dan 4) pola kerja ama eruup iem vendor melalui penyediaan bibi kenang Alanik anara PT Indofood Friolay Makmur dan peani aau kelompok ani di Cikajang, Ciereupan, dan Bayongbong (Garu) dan Kecamaan Pangalengan dan Ciwidey, Bandung. Keberhailan pola kemiraan agribini juga dijumpai pada uaha bera berkualia anara PT Perani dan peani padi di Kabupaen Sidrap dan Enrekang, Sulawei Selaan (Sapana 2003). Dalam baa-baa erenu, beberapa pemerinah daerah juga berhail membina kelompok ani dalam menghailkan padi dan bera organik, eperi di Kabupaen Cianjur dan Sragen. Perikanan Tekanan kemikinan pada mayaraka peiir menyebabkan mereka cenderung mengekploiai umber daya peiir dan lingkungan ecara berlebihan, yang pada gilirannya akan menyebabkan degradai umber daya peiir dan mengganggu keeimbangan lingkungan. Kondii ini 124 Jurnal Libang Peranian, 26(4), 2007

3 diperparah oleh kegiaan-kegiaan lain yang ering kurang mengindahkan kaidahkaidah pembangunan berkelanjuan, eperi konveri huan mangrove unuk ambak ikan dan udang, pemukiman dan pabrik, era pembuangan limbah ke lau. Adanya ekanan kemikinan dan kompeii pembangunan berbagai ekor ekonomi menyebabkan umber daya peiir menghadapi maalah yang eriu (Clark 1996), anara lain: 1) penurunan umber daya alam eperi eroi dan abrai, konveri huan bakau, reklamai panai, penangkapan ikan dengan bahan berbahaya, penangkapan ecara berlebihan (overfihing), dan ekploiai huan bakau, 2) polui akiba pembuangan ampah era limbah induri dan rumah angga, aliran bahan-bahan kimia peranian (peiida dan pupuk), era kegiaan lain eperi penggalian dan penambangan, 3) konflik penggunaan lahan akiba eruupnya ake ke panai karena padanya pemukiman, keruakan lahan akiba polui, konveri dan pelearian huan bakau veru pemanfaaannya unuk ambak aau reklamai menjadi daerah pemukiman dan kegiaan komerial lainnya, dan 4) keruakan kehidupan dan kepemilikan akiba bencana alam eperi banjir, badai, gempa bumi, dan unami. Indoneia merupakan negara dengan konribui produki perikanan ermauk lima bear di dunia dengan panga > 5% produki perikanan dunia. Nilai ekpor meningka pea dari US$2,80 jua ahun 1968 menjadi US$1,60 miliar ahun 2002 (Fauzi 2007). Ikan dan udang merupakan komodia perikanan yang bernilai ekonomi inggi dengan volume ekpor cenderung meningka dari ahun ke ahun. Pada awalnya, penanaman modal di ekor perikanan mampu meningkakan produki dan ekpor, mendorong perumbuhan ekor induri hulu (uaha pembenihan, induri pakan) dan hilir (cold orage), era kegiaan pemaaran (Sapana dan Pranadji 1994). Namun dalam perkembangannya elah menimbulkan berbagai permaalahan. Pada perikanan angkap, penangkapan ikan di beberapa wilayah perairan elah mengarah kepada uaha unuk mengekploiai umber daya ecara berlebihan. Pelarangan pengoperaian puka harimau (rawl) mendorong para penguaha domeik maupun Penanaman Modal Aing (PMA) beralih ke uaha budi daya udang di ambak. Hal ini menyebabkan ekploiai beralih dari umber daya lau melalui uaha penangkapan ke umber daya panai, yang ecara radiional diuahakan oleh perambakan rakya. Gejala ekploiai berlebih diunjukkan oleh kegagalan ambak udang inenif yang elanjunya mengakibakan hancurnya ambak udang ecara maal. Selain iu, kemaian maal ikan di karamba jaring apung di Waduk Saguling dan beberapa waduk lainnya pada muim kemarau merupakan conoh pengelolaan umber daya yang kurang epa. Kondii eperi ini erjadi akiba akumulai cemaran ia-ia pakan, kooran udang, dan reidu peiida. Beberapa kau di Jawa Timur dan Jawa Bara dapa menjadi conoh gejala ekploiai ambak udang ecara berlebih, eperi dikemukakan oleh Sapana dan Pranadji (1994). Kondii erebu mengakibakan: 1) langkanya umber air awar unuk rakya, karena banyak penguaha ambak melakukan penyedoan air dari umur dalam, 2) langkanya umber pakan pada ambak rakya akiba pemakaian bahan kimia pada pengeringan ambak inenif ehingga mengganggu ekoiem ekiar, 3) imbulnya pencemaran akiba penggunaan pakan buaan yang berlebihan, 4) menurunnya produkivia dan uaha yang idak berkelanjuan pada ambak udang inenif, 5) ulinya memperoleh air berkualia pada uaha ambak udang, dan 6) erganggunya ekoiem akiba makin berkurangnya keerediaan umber pakan alami. Berbagai upaya elah dilakukan unuk mengaai maalah erebu, anara lain membaai daerah penangkapan ikan dan melarang penggunaan puka harimau, roai penanaman ikan, era pemeliharaan udang dengan iem eruup, emiinenif aau radiional. Beberapa uaha elah menunjukkan keberhailan, eperi pengembangan ambak udang emiinenif dan radiional dan roai penanaman ikan, baik di daerah enra produki lama maupun daerah bukaan baru. Namun, pembaaan daerah penangkapan dan pelarangan penggunaan puka harimau belum berhail, karena ulinya mengawai akivia penangkapan ikan dengan menggunakan eknologi inggi. Kehuanan Huan merupakan umber daya alam erbarukan yang anga pening bagi kehidupan manuia. Huan merupakan ae muliguna yang idak aja menghailkan kayu, arang, pulp dan lain-lain, eapi juga memiliki nilai lain eperi pelindung pana, pemecah angin, dan pelindung anah dari eroi. Huan juga menjadi habia awa yang pening peranannya dalam menjaga keeimbangan ekoiem dan keanekaragaman hayai. Dengan kaa lain, huan idak aja memberikan manfaa pada aa anaman diebang (manfaa ekploiai), eapi juga manfaa akala umber daya ini dibiarkan (manfaa konervai). Huan berperan ebagai penyeimbang kondii iklim yang eha dan berih. Oleh karena iu, akiba keruakan huan bukan hanya diraakan oleh mayaraka yang inggal di ekiar huan, eapi juga mayaraka lua. Kau meluapnya Bengawan Solo yang menenggelamkan beberapa dea di epanjang alirannya di Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan conoh pengelolaan huan yang kurang bijakana. Kau lainnya adalah aap ebal akiba kebakaran huan pada muim kemarau. Indoneia merupakan negara kedua eelah Brail yang menyumbang deoreri erbear dalam kancah global dengan kehilangan hampir 3 jua hekar huan per ahun, penurunan uupan huan ekiar 40% ( ) dari 162 jua menjadi 98 jua hekar (Worldwach Iniue 2005) Pemegang konei Hak Penguaaan Huan (HPH) ering mengabaikan dampak negaif yang diimbulkan. Para penguaha erebu eru mengura huan anpa berupaya melakukan reboiai. Buki penguraan erebu dapa diliha dari makin menyuunya lua huan Indoneia. Pada ahun 1940, lua huan Indoneia mencapai 148 jua ha, dan menurun menjadi 143,90 jua ha pada ahun Traginya pada ahun 1993 luanya inggal 108,70 jua ha. Berari lua huan Indoneia pada ahun 1993 menurun 24,46% dari lua huan ahun 1990 aau 26,55% dari lua huan ahun Kondii pacareformai lebih memprihainkan karena umber daya huan dianggap dapa dimanfaakan oleh iapa pun ehingga ebagian mayaraka menjarah huan. Daa erebu menggambarkan ingginya penguraan umber daya huan di Indoneia (Suopo 1995). Fungi huan yang elah dialahgunakan menimbulkan berbagai maalah dan bencana, eperi gangguan aap akiba kebakaran huan, meningkanya kandungan karbondiokida di udara, banjir, eroi, dan meningkanya uhu bumi. Perkiraan mencairnya e kuub uara pada ahun 2040 merupakan conoh Jurnal Libang Peranian, 26(4),

4 dampak negaif yang diimbulkan. Mekipun konribui umber daya huan dalam perolehan devia negara cukup bear, nilai iu akan berkurang aau bahkan menjadi idak ada bila keruakan huan akiba ekploiai yang idak erkendali menimbulkan dampak buruk bagi keehaan, ekonomi, dan keejaheraan manuia era ekoiem global. Implikai ekonomi akiba pengelolaan huan anpa memperhaikan apek lingkungan adalah pembaaan ekpor kayu Indoneia ke negara-negara maju. Mereka menunu adanya ecolabelling unuk ekpor kayu ropi, yaiu label yang menunjukkan kayu beraal dari huan yang dikelola ecara berkelanjuan dan memperhaikan mayaraka di ekiarnya melalui program bina dea dan Coorporae Social Reponibiliy (CSR). Memperhaikan berbagai hal di aa maka pemanfaaan umber daya huan haru bijakana agar memberikan manfaa ekonomi yang opimal. Oleh karena iu, diperlukan pengauran pemanfaaan huan ecara leari, ekaligu dapa memelihara dan memperbaiki kapaia umber daya menuju pembangunan yang berwawaan lingkungan (Suopo 1995). Selain iu, pengelolaan huan haru berorienai pada pembangunan berwawaan mayaraka dan lingkungan (reource and communiy baed developmen), yang dijabarkan ebagai beriku: 1) perubahan orienai produki kayu dari huan alam ke huan anaman, 2) perubahan orienai dari hail huan kayu ke hail huan nonkayu dan jaa, 3) pergeeran pola penguahaan huan dari konglomerai ke peningkaan peran mayaraka, 4) perubahan benuk pengelolaan huan dari opimai produki log ke opimai fungi huan, dan 5) pergeeran kewenangan pengelolaan huan dari enraliai ke deenraliai. Hail review erhadap hail peneliian empiri di Indoneia erebu anga relevan dengan hail kajian erkini yang dirili Juli 2007 oleh William Cline mengenai Global Warning and Agriculure dalam Fauzi (2007), perubahan iklim diperkirakan akan menurunkan produki peranian anara 10 15%. Apabila idak ada reorienai dalam kebijakan ekonomi dari pola pembangunan konvenional ke arah pola pembangunan berkelanjuan, maka produkivia peranian bia menurun ampai 40%. Kondii ini akan membawa konekueni pada peningkaan jumlah pengangguran dan kemikinan di pedeaan. PARADIGMA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN KEMITRAAN USAHA Paradigma Pembangunan Berkelanjuan Perhaian erhadap konep pembangunan berkelanjuan dimulai ejak Malhu pada ahun 1798 mengkhawairkan keerediaan lahan di Inggri akiba ledakan penduduk. Sau eengah abad kemudian, Meadow dan kawan-kawan pada ahun 1972 menerbikan buku yang berjudul The Limi o Growh (Meadow e al dalam Fauzi 2006). Dalam keimpulannya Meadow mengemukakan bahwa perumbuhan ekonomi akan anga dibaai oleh keerediaan umber daya alam. Dengan keerediaan umber daya alam yang erbaa, penyediaan barang dan jaa yang beraal dari umber daya alam idak akan dapa dilakukan ecara eru-meneru. Perhaian erhadap pembangunan berkelanjuan mencua kembali pada ahun 1987 aa World Commiion on Environmen and Developmen aau dikenal ebagai Brundland Commiion menerbikan buku berjudul Our Common Fuure (Fauzi 2006). Buku ini kemudian memicu lahirnya agenda baru pembangunan ekonomi dan keerkaiannya dengan lingkungan dalam konek pembangunan yang berkelanjuan. Komii Brundland mendefiniikan pembangunan berkelanjuan ebagai pembangunan yang memenuhi kebuuhan generai aa ini anpa mengurangi kemampuan generai mendaang unuk memenuhi kebuuhan mereka. Secara operaional, Turner e al. (1993) mendefiniikan pembangunan berkelanjuan ebagai upaya memakimalkan manfaa berih pembangunan ekonomi dengan yara dapa memperahankan dan meningkakan jaa, kualia dan kuania umber daya alam epanjang waku. Selanjunya he Agriculural Reearch Service (USDA) mendefiniikan peranian berkelanjuan ebagai peranian yang pada waku mendaang dapa beraing, produkif, mengunungkan, mengkonervai umber daya alam, melindungi lingkungan, era meningkakan keehaan, kualia pangan, dan keelamaan. Peranian berkelanjuan merupakan pengelolaan umber daya alam era perubahan eknologi dan kelembagaan edemikian rupa unuk menjamin pemenuhan dan pemuaan kebuuhan manuia ecara berkelanjuan bagi generai ekarang dan mendaang (Food and Agriculure Organizaion 1989). Pembangunan peranian, kehuanan, dan perikanan haru mampu mengkonervai anah, air, anaman dan hewan, idak meruak lingkungan, era ecara ekni epa guna, ecara ekonomi layak, dan ecara oial dapa dierima. Pengerian di aa membawa beberapa implikai pembangunan berwawaan lingkungan, yaiu: 1) menjamin erpenuhinya ecara berkeinambungan kebuuhan daar nurii bagi mayaraka, baik unuk generai maa kini maupun yang akan daang, 2) dapa menyediakan lapangan kerja dan pendapaan yang layak yang memberikan ingka keejaheraan dalam kehidupan yang wajar, 3) memelihara kapaia produki peranian yang berwawaan lingkungan, 4) mengurangi dampak kegiaan pembangunan peranian yang dapa menimbulkan pencemaran dan penurunan kualia lingkungan hidup, dan 5) menghailkan berbagai produk peranian, baik primer maupun hail olahan, yang berkualia dan higieni era berdaya aing inggi. Pembangunan Peranian Berkelanjuan dan Kemiraan Uaha Secara eruli Indoneia elah menganu konep pembangunan peranian berkelanjuan. Hal ini ermua dalam amandemen UUD 1945, paal 33 bahwa "perekonomian naional dielenggarakan berdaar aa demokrai ekonomi dengan prinip keberamaan, efiieni, berkeadilan, berkelanjuan, berwawaan lingkungan, kemandirian, era dengan menjaga keeimbangan kemajuan dan keauan ekonomi naional". Pembangunan berkelanjuan dapa dilakukan dengan pendekaan iem dan uaha agribini era kemiraan uaha. Dalam agribini dikenal konep agribini ebagai uau iem dan agribini ebagai uau uaha (peruahaan). Di amping iu dikenal aza-aza dalam pengembangan agribini yang berkelanjuan, eperi dikemukakan oleh Sudaryano dan Hadi (1993) era Hadi e al. (1994), yaiu erpua, efiien, menyeluruh dan erpadu, era menjaga kelearian lingkungan. Srukur agribini yang berkembang aa ini dapa digolongkan ebagai ipe 126 Jurnal Libang Peranian, 26(4), 2007

5 diperal aau ereka-eka, kurang memiliki daya aing, dan idak berkelanjuan. Hal iu diebabkan oleh iga fakor uama (Simaupang 1995), yaiu: 1) idak ada keerkaian fungional yang harmoni di anara kegiaan aau pelaku agribini, ehingga dinamika paar belum dapa direpon ecara efekif karena idak adanya koordinai, 2) erbenuknya marjin ganda ehingga ongko produki, pengolahan, dan pemaaran hail yang haru dibayar konumen menjadi lebih mahal, aau iem agribini idak efiien, dan 3) idak adanya keearaan poii awar anara peani dan pelaku agribini lainnya ehingga peani uli mendapakan harga paar yang wajar. Ada dua iem koordinai, yaiu koordinai melalui harga paar dan anarpelaku agribini. Operaionalnya dapa dilakukan melalui kelembagaan kemiraan uaha agribini. Siem yang perama idak dapa menjamin keerpaduan produk, dan ebaliknya unuk iem kedua. Pembangunan peranian berkelanjuan melalui pendekaan iem dan uaha agribini dan kemiraan uaha memberikan beberapa manfaa ekaligu, yaiu: 1) mengopimalkan alokai umber daya pada au iik waku dan lina generai, 2) meningkakan efiieni dan produkivia produk-produk peranian karena adanya keerpaduan produk berdaarkan arikan perminaan (demand driven), 3) meningkakan efiieni maing-maing ubiem agribini dan harmoniai keerkaian anarubiem melalui keerpaduan anarpelaku, 4) erbangunnya kemiraan uaha agribini yang aling membuuhkan, memperkua, dan mengunungkan, dan 5) adanya keinambungan uaha yang menjamin abilia dan koninuia pendapaan eluruh pelaku agribini. Pendekaan erebu hanya akan berhail bila dilakukan ecara pariipaif. Syahyui (2006) mendefiniikan pariipai ebagai proe pelibaan eluruh pihak dalam proe pembangunan. Oleh karena iu, pembangunan pariipaif dalam konek pembangunan peranian berkelanjuan dengan pendekaan iem agribini dan kemiraan uaha adalah proe yang melibakan keeluruhan pelaku agribini dari hulu hingga hilir dalam pengambilan kepuuan ubanial yang berkaian dengan ekieni dan keberlanjuan uaha. Pembangunan peranian ecara pariipaif akan menjamin keberhailan dan keberlanjuan pembangunan iu endiri. STRATEGI KEMITRAAN USAHA Diribui pendapaan Keempaan kerja Aieni yang diargekan Sumber: Sanim (2006). Tujuan oial: Kepemilikan/keadilan Tujuan ekonomi: Efiieni dan perumbuhan Pembangunan peranian berkelanjuan memiliki iga ujuan (Sanim 2006), yaiu ujuan ekonomi (efiieni dan perumbuhan), ujuan oial (kepemilikan/keadilan), dan ujuan ekologi (kelearian umber daya alam dan lingkungan). Tiga ujuan erebu aling erkai eperi diajikan pada Gambar 1. Pembangunan peranian berkelanjuan dapa erwujud bila iga ujuan pembangunan erebu ercapai. Efiieni dan perumbuhan ekor peranian dapa dipacu melalui perumbuhan produki dan pendapaan peani, pembenukan modal, dan peningkaan daya aing. Pemeraaan kepemilikan umber daya dapa diempuh melalui kebijakan reformai agraria (land reform) era meningkakan ake dan konrol mayaraka peani ke umber daya peranian, modal, eknologi, keejaheraan oial, dan keeneraman. Kelearian umber daya peranian dan lingkungan dapa diwujudkan dengan mengembangkan iem uaha ani ramah lingkungan, memelihara dan meningkakan kualia lingkungan, mengurangi dampak negaif ekernal, era mendorong dampak poiif ekernal dalam proe pembangunan. Keberhailan pembangunan peranian berkelanjuan dienukan oleh pelakanaan revialiai peranian. Krinamurhi (2006) mengemukakan, revialiai peranian memiliki iga pengerian. Perama, ebagai keadaran akan peningnya peranian bagi kehidupan banga dan rakya Indoneia, kedua, ebagai benuk rumuan harapan maa depan enang kondii peranian, era keiga, ebagai kebijakan dan raegi bear melakukan revialiai iu endiri. Pada bahaan ini, revialiai dibaai pada kelembagaan peranian, yaiu keadaran unuk menempakan kembali ari pening kelembagaan ecara proporional dan konekual. Buki empiri menunjukkan, penurunan kinerja kelembagaan penyuluhan peranian dan kelompok ani pada awal oonomi daerah menjadi alah au fakor kunci idak abilnya produki peranian, khuunya padi dan beberapa komodia palawija. Padmanagara dalam Gunardi (1980) mendikripikan uga penyuluh peranian, yaiu: 1) menyebarkan informai peranian, 2) mengajarkan keerampilan dan kecakapan berani yang lebih baik, 3) memberikan rekomendai beruaha ani yang mengunungkan, 4) mengupayakan failia produki dan uaha yang lebih mengunungkan dan menggairahkan, era 5) menimbulkan wadaya dan wadana dalam perbaikan uaha ani. Ke depan, penyuluh peranian pada era oonomi daerah diharapkan idak hanya membua peani mampu berproduki euai anjuran, eapi juga dapa berproduki ecara mandiri berdaarkan raionalia ekonomi ekaligu mampu meningkakan keejaheraan keluarganya. Penyuluh peranian bukan hanya ebagai penyampai informai dan eknologi, eapi juga ebagai agen unuk mencipakan peranian ebagai Pariipai mayaraka/rakya Konulai Pluraliik Penilaian erhadap lingkungan Penilaian Inernaliai Tujuan ekologi: Kelearian dan lingkungan Gambar 1. Hubungan anara iga ujuan pembangunan berkelanjuan. Jurnal Libang Peranian, 26(4),

6 uaha yang mengunungkan. Singkanya, penyuluh peranian haru mampu memfailiai dan mediai unuk mengembangkan kemiraan uaha agribini. Kelembagaan kelompok ani perlu pula melakukan konolidai, baik dari apek keanggoaan, manajemen maupun orienai uaha. Kelembagaan kelompok ani ke depan hendaknya mampu menranformaikan diri dari kelembagaan uaha ani dalam ikaan horizonal menuju kelembagaan yang berorienai paar dan erinegrai ecara verikal, aau berbenuk koperai agribini yang berbadan hukum. Adnyana (2005) memperkenalkan uau kelembagaan peani yang diebu Siem Agribini Korporai Terpadu" (Inegraed Corporae Agribuine Syem). Pada kelembagaan ini, peani melakukan konolidai manajemen uaha pada hamparan lahan yang memenuhi kala uaha, mialnya ha. Konolidai manajemen diuangkan dalam benuk kelembagaan agribini eperi Kelompok Uaha Agribini Terpadu (KUAT), iem keberamaan ekonomi, dan lainnya. Kelompok uaha erebu ebaiknya berbenuk korporai, aoiai aau koperai yang berbadan hukum era menerapkan manajemen korporai dalam menjalankan uahanya. Kelompok juga mengembangkan pola kemiraan erpadu ecara idak langung dengan mira. Alernaif model adalah pembangunan peranian berkelanjuan melalui kemiraan uaha. Model ini eap memperimbangkan berbagai benuk kelembagaan ebagai penopang kehidupan mayaraka, yaiu kelembagaan yang hidup dan elah dierima oleh komunia lokal aau radiional (volunary ecor), kelembagaan paar aau ekonomi (privae ecor), dan kelembagaan poliik/pemerinah aau iem pengambilan kepuuan di ingka publik (public ecor) (Ezioni 1961). Pengembangan model pembangunan peranian berkelanjuan melalui kemiraan uaha di pedeaan dengan melakukan revialiai kelembagaan kelompok ani dan penyuluhan diajikan pada Gambar 2. Pemberdayaan peani menjadi peani mandiri dan profeional dapa dilakukan melalui beberapa langkah. Perama, meningkakan kualia umber daya manuia peani melalui pelaihan, peneliian, magang dan ebagainya, baik ecara individu maupun kelompok. Kedua, melakukan revialiai kelompok ani mandiri ke arah kelembagaan formal berbadan hukum (koperai peani aau koperai agribini, aoiai peani komodia erenu). Keiga, mengangka penyuluh wakara aau peani peandu (dalam program SLPHT) ebagai mira penyuluh unuk memperlancar difui dan adopi eknologi. Keempa, memberdayakan kelembagaan penyuluhan peranian dan kelembagaan Balai Penyuluhan Peranian (BPP) menjadi Pua Pelayanan dan Konulai Agribini (PPA) di eiap kecamaan melalui iem penyuluhan pariipaif. Kelembagaan di ingka peani eperi kelompok ani yang belum mandiri perlu direvialiai euai dengan kondii dan kebuuhan eempa. Jumlah anggoa kelompok dibaai orang unuk memudahkan penyauan pendapa dan penggalangan kerja ama (pariipai). Hal ini didaarkan pada keberhailan berbagai program pembangunan peranian melalui pendekaan kelompok-kelompok kecil dan proe eleki yang baik, eperi Program Peningkaan Pendapaan Peani dan Nelayan Kecil (P4K) dan SLPHT. Kelompok ani mandiri didorong unuk mengkonolidaikan diri dalam kelembagaan formal berbadan hukum, ehingga me- Kelembagaan pemerinah/dina ekni erkai Kelembagaan komunia-lokal/ kelompok ani Kelembagaan paar-ekonomi/ pelaku agribini waa Jaringan agribini di pedeaan: emiradiional, emiubiem, parial, jangka pendek, idak berkelanjuan Revialiai kelembagaan: 1. Kelembagaan kelompok ani 2. Kelembagaan penyuluhan peranian 3. Kelembagaan kemiraan uaha agribini Inegrai program pembangunan agribini erpadu: 1. Pua dan daerah 2. Kelembagaan peani, penyuluh, dan penelii dalam wadah PPA 3. Peani dan peruahaan peranian Kelembagaan pemerinah yang berifa mediai dan failiaif Kelembagaan di ingka peani berbadan hukum: uaha ani profeional Pua Pelayanan dan Konulai Agribini (PPA): informai dan konulai Pelaku agribini waa yang ule, mandiri, dan dinami Jaringan agribini peranian di pedeaan: iem agribini maju, komerial, erinegrai, jangka panjang, berkelanjuan Produk peranian: 1. Efiien dan produkif 2. Berdaya aing 3. Diribui pendapaan 4. Berkelanjuan Gambar 2. Pembangunan peranian berkelanjuan melalui kemiraan uaha agribini. 128 Jurnal Libang Peranian, 26(4), 2007

7 mudahkan melakukan ranaki dan kemiraan uaha agribini. Kelompok-kelompok ani dapa diaukan dalam benuk gabungan kelompok ani (gapokan), aoiai peani aau aoiai agribini yang anggoanya adalah para penguru kelompok ani. Keuakeua kelompok ani diangka ebagai penyuluh wakara yang beranggung jawab akan perkembangan kelompoknya. Jika memungkinkan, penyuluh wakara mendapa inenif aau honor yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapaan dan Belanja Daerah (APBD). Pemahaman erhadap berbagai apek pembangunan berkelanjuan (ekonomi, oial, dan lingkungan) merupakan prayara unuk menjadi penyuluh wakara. Gapokan aau aoiai dipimpin oleh e-orang keua aau koordinaor penyuluh wakara dea (jabaan ini hampir ama dengan Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) yang berlaku ekarang). Para penyuluh wakara akan menjadi mira Penyuluh Peranian Lapang (PPL) dalam mengembangkan pembangunan peranian berkelanjuan melalui kemiraan uaha agribini. Perencanaan pengembangan pembangunan peranian berkelanjuan dan kemiraan uaha agribini di pedeaan dan kelompok ani diuun berama ecara pariipaif dengan pendekaan Paricipaory Rural Appraial (PRA), yaiu uau pendekaan dan meode unuk mempelajari kondii dan kehidupan pedeaan mayaraka dea. Dalam hal ini, PPL dan penyuluh wakara didampingi penelii agar meode yang digunakan epa dan euai aaran. Perencanaan pembangunan peranian berkelanjuan melalui kemiraan uaha agribini merupakan kunci keberhailan pembangunan peranian, baik dari ingkaan (magniude), abilia maupun koninuianya. Oleh karena iu, kegiaan awal yang mulak dilakukan adalah melaih penyuluh agar memahami eknik dan filoofi PRA. Dalam penerapan di lapang, penyuluh didampingi dan difailiai penelii yang berpengalaman dan menguaai eknik PRA. Keluaran PRA adalah rencana kerja aau program pembangunan peranian berkelanjuan melalui kemiraan uaha agribini. Program difokukan pada: 1) perencanaan pola aa anam unuk mengaur produki ehingga epa jeni, volume, kualia era berkelanjuan, 2) dieminai eknologi epa guna yang ramah lingkungan, 3) pengelolaan uaha impan-pinjam, 4) pengadaan arana produki melalui kio aprodi kelompok, 5) penanganan pacapanen dengan memperhaikan keamanan pangan, dan 6) pemaaran hail ecara berkelompok, baik melalui kelompok ani maupun koperai agribini. Dalam era oonomi daerah, PPL dan penyuluh wakara beruga di ingka dea dan berkanor di PPA di ingka kecamaan. Namun unuk memperlancar uga, di eiap dea yang menjadi wilayah kerjanya perlu ada ekrearia. Semua banuan ekni penyediaan infrarukur fiik, peralaan dan bahan, dana, era bimbingan ekni diediakan dan dianggarkan pada Anggaran Pendapaan dan Belanja Negara (APBN) maupun APBD. Permaalahan yang muncul dimuyawarahkan di PPA, namun bila uli erpecahkan, penyuluh bia menghubungi dan aau memanggil penelii/penyuluh BPTP, lembaga peneliian aau perguruan inggi. Koordinaor PPL berfungi ebagai keua pelakana PPA, dan berama gapokan dan aoiai peani aau aoiai agribini merencanakan melakanakan dan mengevaluai pengembangan agribini pedeaan. Bila iem ini berhail dikembangkan, diharapkan mayaraka peani ecara akif mendaangi PPA unuk mengake informai eknologi dan paar aau berkonulai enang maalah yang dihadapi. Dengan demikian, penyuluhan pariipaif dapa berjalan dengan baik dan peani erdidik unuk berindak ecara profeional. Konulai dapa dilakukan ecara pribadi aau melalui muyawarah kelompok (ebaiknya diawali dengan muyawarah kelompok, bila idak eraai baru dimajukan ke muyawarah gapokan aau aoiai peani/aoiai agribini). PPA idak hanya merencanakan pengembangan agribini, eapi juga memberdayakan dan meningkakan kualia umber daya peani, PPL, dan penyuluh wakara, era ebagai mediaor bagi erbangunnya kemiraan uaha anarpelaku agribini yang aling membuuhkan, memperkua, dan mengunungkan. Implemenai pembangunan peranian berkelanjuan melalui kemiraan uaha agribini adalah ebagai beriku. Peani melakukan konolidai dalam wadah kelompok ani. Selanjunya, kelompok ani mandiri diranformaikan dalam kelembagaan formal berbadan hukum (koperai peranian, koperai agribini, aau kelembagaan lainnya euai kebuuhan). Kelompok ani mandiri aau kelembagaan berbadan hukum mengkonolidaikan diri dalam gapokan aau aoiai peani/aoiai agribini, lalu melakukan konolidai manajemen uaha pada hamparan lahan yang memenuhi kelayakan uaha (kala uaha berganung jeni komodia, ha), era keinambungan uaha. Pilihan komodia aau kelompok komodia dieuaikan dengan poeni wilayah dan perminaan paar dengan memperhaikan kelearian lingkungan. Manajemen korporai dierapkan dalam menjalankan iem uaha agribini yang berkeadilan. Pemilihan peruahaan mira mengacu pada rekomendai dina dan aau direkora ekni, yang didaarkan aa komimennya membangun mayaraka agribini. Kelembagaan PPA diperlukan ebagai mediaor dan failiaor dalam membangun kelembagaan kemiraan uaha erpadu. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Pergeeran pola pembangunan dari pola konvenional ke arah pembangunan berkelanjuan makin dierima oleh banyak negara ebagai konekueni logi dari keadaran mayaraka inernaional akan produk yang berkualia, aman dikonumi, dan ramah lingkungan. Perubahan paradigma menuju pembangunan berkelanjuan idak dapa dilakanakan dalam jangka pendek dan parial, namun merupakan upaya jangka panjang, erumeneru, dan menyeluruh. Kebijakan yang dipandang epa di Indoneia adalah pembangunan peranian berkelanjuan melalui kemiraan uaha agribini ecara pariipaif. Kebijakan ini dapa menjamin efiieni dan perumbuhan, keadilan aau pemeraaan, era berwawaan lingkungan. Pada ubiem produki dierapkan pendekaan iem uaha ani roai anaman dan daur ulang bahan organik, eknik konervai, pengurangan inpu kimia (low inpu uainable agriculure), pengendalian hama erpadu, dan iem produki anamanernak. Pada ubiem lainnya dilakukan dengan menekan eminimal mungkin limbah yang dihailkan, mengelola limbah ecara baik, era membangun mekanime paar dalam peneapan harga dan pembagian nilai ambah aau keunungan. Pembangunan peranian berkelanjuan melalui pengembangan kemiraan uaha agribini hanya akan berhail jika Jurnal Libang Peranian, 26(4),

8 dilakukan ecara pariipaif, yaiu melibakan eluruh pelaku agribini dalam proe perencanaan, pelakanaan, era monioring dan evaluai. Dengan cara ini diharapkan dapa ercapai abilia dan koninuia produki, pendapaan, dan keinambungan uaha. Pembangunan peranian berkelanjuan melalui raegi kemiraan uaha agribini memerlukan konolidai kelembagaan. Pada ahap awal dilakukan konolidai peani dalam wadah kelompok ani mandiri berbadan hukum. Kelompok ani erebu lalu mengkonolidaikan diri dalam benuk gapokan aau aoiai peani/aoiai agribini. Langkah elanjunya adalah melakukan konolidai manajemen uaha pada hamparan lahan yang memenuhi kala uaha ekonomi. Pilihan komodia aau kelompok komodia dieuaikan dengan poeni wilayah, perminaan paar, dan kelearian lingkungan. Siem uaha agribini berkelanjuan dijalankan dengan menerapkan manajemen korporai. Pemilihan peruahaan mira didaarkan pada rekomendai dina dan aau direkora ekni yang didaarkan aa komimennya membangun mayaraka agribini. Kelembagaan PPA berfungi ebagai mediaor dan failiaor erbangunnya kelembagaan kemiraan uaha erpadu. Pembangunan peranian berkelanjuan melalui kemiraan uaha agribini mampu memberikan manfaa, anara lain: 1) meningkakan produki peranian ecara modera, abil, dan berkeinambungan, 2) meningkakan pendapaan dan keejaheraan peani, 3) mengenakan kemikinan dan mengurangi pengangguran di pedeaan, 4) meningkakan pemeraaan dan keadilan oial, 5) mencipakan kerja dan lapangan beruaha, 6) meningkakan efiieni penggunaan umber daya alam dan lingkungan, 7) meningkakan pariipai dan pemberdayaan peani dan pelaku agribini, era 8) melearikan kualia lingkungan unuk mendukung kegiaan pembangunan berkelanjuan. Beberapa aran operaional dalam pelakanaan pembangunan peranian berkelanjuan melalui kemiraan uaha agribini adalah: 1) revialiai kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan peani, 2) pengauran produki berdaarkan perminaan paar melalui perencanaan pola anam dan kemiraan uaha yang mandiri, 3) pemilihan komodia berdaarkan perminaan paar dan poeni umber daya alam, 4) pengembangan kelembagaan kemiraan uaha agribini euai kondii eempa unuk menjamin keerpaduan produk dan pelaku agribini, era 5) pengembangan hail dari pendekaan komodia ke arah pengembangan produk berkualia didukung raegi promoi, eknologi, dan failiai pemerinah. DAFTAR PUSTAKA Adnyana, M.O Linaan dan Marka Jalan Menuju Keahanan Pangan Terlanjukan dalam Era Perdagangan Beba. Orai Pengukuhan Ahli Penelii Uama Bidang Ekonomi Peranian. Badan Peneliian dan Pengembangan Peranian, Jakara. Clark, R.J Coaal Zone Managemen Hand Book. CRC Lewi Publiher, Boca Raon, Florida. 694 pp. Ezioni, A A Compeiive Analyi of Complex Organizaion: on Power, Involvemen, and Their Correlae. The Free Pre of Glencoi, Inc., New York. Fauzi, A Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan aplikai. Gramedia Puaka Uama, Jakara. Fauzi, A Economic of Naure' Non- Convexiy Reorienai. Pembangunan Ekonomi Sumberdaya Alam dan Implikainya bagi Indoneia. Orai Ilmiah Guru Bear Ilmu Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Deparemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakula Ekonomi dan Manajemen, Iniu Peranian Bogor, 10 November Food and Agriculure Organizaion World. The Sae of Food and Agriculure. Food and Agriculure Organizaion of he Unied Naion, Rome, Ialy. Gunardi Kumpulan Bahan Bacaan Daar- Daar Penyuluhan Peranian. Iniu Peranian Bogor, Bogor. Hadi, P.U., R. Sajui, Sapana, Erwidodo, M. Rachma, Kh.M. Noekman, dan A. Djauhari Analia Kebijakanaan Pengembangan Agribini Perikanan dan Horikulura: Model Pengembangan Agribini Mangga. Pua Peneliian Soial Ekonomi Peranian, Bogor. Krinamurhi, B Revialiai Peranian: Sebuah konekueni ejarah dan unuan maa depan. Dalam Revialiai Peranian dan Dialog Peradaban. Penerbi Buku Kompa. Jakara. Sanim, B Analii Ekonomi Lingkungan dan Audi Lingkungan. Makalah diampaikan pada Pelaihan Doen Perguruan Tinggi Negeri Se-Jawa dan Bali dalam Bidang Audi Lingkungan, Bogor, Sepember Sapana Efiieni dan Daya Saing Uaha Tani Beberapa Komodia Peranian di Lahan Sawah Kabupaen Sidrap, Sulawei Selaan. Pua Peneliian dan Pengembangan Soial Ekonomi Peranian bekerja ama dengan BAPPENAS/ USAID/DAI. Bogor. Sapana dan T. Pranadji Dampak Kapialiai erhadap Suainabilia Perambakan Udang. Makalah diampaikan pada Seminar Naional Pengembangan Agribini Bidang Peernakan dan Perikanan pada Pelia VI dalam rangka Die Naali ke-30 Fakula Peernakan Univeria Diponegoro, Semarang. Sapana, E.L. Haui, K.S. Indraningih, Ahari, S. Friyano, Sunarih, dan V. Darwi Pengembangan Model Kelembagaan Kemiraan Uaha yang Berdaya Saing di Kawaan Senra Produki Horikulura. Pua Peneliian dan Pengembangan Soial Ekonomi Peranian, Bogor. Sayogyo Manuia dan Produkivia Peranian Penopang Lepa Landa Kia. Prima No.2 Tahun XIX. LP3ES, Jakara. Simaupang, P Indurialiai Peranian ebagai Sraegi Agribini dan Pembangunan Peranian dalam Era Globaliai. Orai Pengukuhan Ahli Penelii Uama Bidang Soial Ekonomi Peranian. Badan Peneliian dan Pengembangan Peranian, Jakara. Sudaryano, T. dan P.U. Hadi Konepi dan lingkup agribini. Makalah Seminar Pua Peneliian Soial Ekonomi Peranian, Bogor. Suopo, M.F Seraah Ekonomi Sumber Daya Huan Tropi Indoneia. Iniue for Ilamic Economic Sudie, Yayaan Khoiru Ummah, Bogor. Syahyui Konep Pening dalam Pembangunan Pedeaan, Penjelaan enang Konep, Iilah, Teori dan Indikaor era Variabel. PT Bina Rena Pariwara, Jakara. Turner, P.K., D. Pearce, and I. Baeman Environmenal Economic: An elemenary inroducion. John Hopkin Univeriy Pre, Balimore. Worldwach Iniue Vial Sign NN Noron and Company, New York. Yudja, Y., C. Saleh, M. Amir, dan Al Sri Bagyo Sudi Baeline Apek Soial Ekonomi Pengendalian Hama Terpadu. Kerja Sama Pua Peneliian Soial Ekonomi Peranian dengan Badan Perencanaan Pembangunan Naional. Monograph Serie No. 6. Pua Peneliian Soial Ekonomi Peranian, Bogor. 130 Jurnal Libang Peranian, 26(4), 2007

Bab III. Menggunakan Jaringan

Bab III. Menggunakan Jaringan Bab III Pembuaan Jadwal Pelajaran Sekolah dengan Menggunakan Jaringan Pada bab ini akan dipaparkan cara memodelkan uau jaringan, ehingga dapa merepreenaikan uau jadwal pelajaran di ekolah. Tahap perama

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN. Parlaungan Adil Rangkuti

STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN. Parlaungan Adil Rangkuti STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN Parlaungan Adil Rangkui Fakula Teknologi Peranian, Iniu Peranian Bogor, Kampu IPB Darmaga, Koak Po 220 Bogor 16002 Telp.(0251) 8621210, Fak.(0251) 8623203,

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Vol I. No., Mare 07, hlm. 69-74 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Ririn Sundari, Sri Rahmah Dewi Saragih Pendidikan Maemaika, Univeria

Lebih terperinci

Transformasi Laplace Bagian 1

Transformasi Laplace Bagian 1 Modul Tranformai aplace Bagian M PENDAHUUAN Prof. S.M. Nababan, Ph.D eode maemaika adalah alah au cabang ilmu maemaika yang mempelajari berbagai meode unuk menyeleaikan maalah-maalah fii yang dimodelkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO. Tjeppy D. Soedjana

SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO. Tjeppy D. Soedjana SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO Tjeppy D. Soedjana Pua Peneliian dan Pengembangan Peernakan, Jalan Raya Pajajaran Kav. E. 59, Bogor 16151 ABSTRAK

Lebih terperinci

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Nama No Aben Kela ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Romawi I 1. Gerak umbuhan yang dipengaruhi oleh rangangan dari dalam umbuhan iu endiri diebu... a. Endonom c. Higrokopi b. Eionom

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL

PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL Wayan R. Suila 1 dan Bonar M. Sinaga 2 1 Lembaga Rie Perkebunan Indoneia, Jalan Salak No. 1A, Bogor 16151 2 Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL Univeria Indoneia Fakula Ekonomi dan Bini UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL 2017-2018 Hari /gl : Rabu, 18 Okober 2017 Waku : 120 Meni Pengajar : Riyano Sifa : Caaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 27/ 28 UJIAN SEMESTER GANJIL Maa Pelajar Fiika Kela XII IPA Waku 12 meni 1. Hubungan anara jarak () dengan waku () dari

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS BAB KINEMATIKA GERAK LURUS.Pada ekiar ahun 53, eorang ilmuwan Ialia,Taraglia,elah beruaha unuk mempelajari gerakan peluru meriam yang diembakkan. Taraglia melakukan ekperimen dengan menembakkan peluru

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku 4 erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku.. endahuluan ada bab ini, akan dibaha mengenai perancangan uau iem konrol ingleinpu-ingle-oupu linier ime-invarian

Lebih terperinci

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X)

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X) Lag: Waku yang diperlukan imbulnya repon ( akiba uau aki ( Conoh: Pengaruh kredi erhadap produki Suplai Uang mempengaruhi ingka inflai eelah beberapa kwaral Hubungan pengeluaran R & D dengan produkifia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI ILMU TANAH DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI INDONESIA 1)

KONTRIBUSI ILMU TANAH DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI INDONESIA 1) 258 Pengembangan Inovai Peranian 2(4), 2009: 258-282 Sudaryono KONTRIBUSI ILMU TANAH DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI INDONESIA 1) Sudaryono Balai Peneliian Tanaman Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini.

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini. NAMA : NO ABSEN : ULANGAN HARIAN KELAS VIII D SISTEM GERAK PADA TUMBUHAN DAN BENDA Rabu, 03 Sepember 2014 A. Pilihlah au jawaban yang paling epa 1. Gerak pada umbuhan yang dipengaruhi rangangan dari luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN. i SAMPUL DALAM... ii PRASYARAT GELAR. iii LEMBAR PERSETUJUAN.. iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI.. v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN. ix

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ENDAHUUAN P Belg aar idenifikai awali belajar roe iemaika S - uahaani erjanya enyebab menganalia lanjukan, elah, emecahan uaya ebagai alernaif beberaa muncul meme : ianaranya d awah ekoiem agro engelolaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

PENENTUAN UMUR SIMPAN PADA PRODUK PANGAN. Heny Herawati

PENENTUAN UMUR SIMPAN PADA PRODUK PANGAN. Heny Herawati PENENTUAN UMUR SIMPAN PADA PRODUK PANGAN Heny Herawai Balai Pengkajian Teknologi Peranian Jawa Tengah, Buki Tegalepek, Koak Po 101 Ungaran 50501 ABSTRAK Pengolahan pangan pada induri komerial anara lain

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM)

ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM) JURNAL TEKNIK POMITS, (2014 1-6 1 ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM Yoe Rizal, IGN Sariyadi Hernanda, S.T,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR MALUKU. Sjahrul Bustaman

PROSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR MALUKU. Sjahrul Bustaman PRSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KMDITAS EKSPR MALUKU Sjahrul Buaman Balai Bear Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peranian, Jalan Tenara Pelajar No. 10, Bogor 16114 ABSTRAK Minyak pala

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

Badikenita Sitepu a, a Swiss German University. [diterima: 18 Maret 2016 disetujui: 8 Mei 2017 terbit daring: 29 Mei 2017]

Badikenita Sitepu a, a Swiss German University. [diterima: 18 Maret 2016 disetujui: 8 Mei 2017 terbit daring: 29 Mei 2017] 28 Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indoneia Vol. 17 No. 1 Juli 2016: 28-43 p-issn 1411-5212; e-issn 2406-9280 DOI: hp://dx.doi.org/10.21002/jepi.v17i1.605 Analii Anggaran Pemerinah (APBN dan APBN-P) dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) (STUDI KASUS PADA TANG JEPIT JAW LOCKING PLIERS)

KAJIAN AWAL PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) (STUDI KASUS PADA TANG JEPIT JAW LOCKING PLIERS) KAJIAN AWAL PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) (STUDI KASUS PADA TANG JEPIT JAW LOCKING PLIERS) K. Rihendra Dane Juruan Pendidikan Teknik Mein, Fakula Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT Agus Purwoko Absrak Peneliian ini berujuan unuk unuk mengkaji dampak yang

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENDAHULUAN Laar Belakang Salah au maalah aru dalam uau nework adalah penenuan pah erpendek. Maalah pah erpendek ini merupakan maalah pengopimuman, karena dengan diperolehnya pah erpendek diharapkan dapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Modul ini adalah modul ke-4 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini

Modul ini adalah modul ke-4 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini BANGUN-BANGUN GEOMETRI P PENDAHULUAN Modul ini adalah modul ke-4 dalam maa kuliah Maemaika. Ii modul ini membaha enang bangun-bangun geomeri. Modul ini erdiri dari 3 kegiaan belajar. Pada kegiaan belajar

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUAT TATITIK 3.. ejarah ingka BP (Badan Pusa aisik) A. Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 920, Kanor aisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN BESARAN UPAH DAN INSENTIF UNTUK OPERATOR BERDASARKAN WAKTU DAN BIAYA BELAJAR OPERATOR BARU

PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN BESARAN UPAH DAN INSENTIF UNTUK OPERATOR BERDASARKAN WAKTU DAN BIAYA BELAJAR OPERATOR BARU PNGMBANGAN MODL PNNTUAN BSARAN UPAH DAN INSNTIF UNTUK OPRATOR BRDASARKAN WAKTU DAN BIAYA BLAJAR OPRATOR BARU Yemizari Muchiar 1), Dei Mufi 2) Fakua Teknoogi Induri, Juruan Teknik Induri Univeria Bung Haa

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

SISTEM PENGKONVERSI DAYA MAKSIMAL MODUL SURYA MELALUI DETEKSI TEGANGAN. Leonardus Heru Pratomo Teknik Elektro Universitas Katolik Soegijapranana

SISTEM PENGKONVERSI DAYA MAKSIMAL MODUL SURYA MELALUI DETEKSI TEGANGAN. Leonardus Heru Pratomo Teknik Elektro Universitas Katolik Soegijapranana E KAJAN MAH, lume 15, Nmr 1, Januari 2013 EM PENGKONE DAYA MAKMA MODU UYA MEAU DEEK EGANGAN enardu Heru Pram eknik Elekr Univeria Kalik egijapranana ABAK Krii energi yang diebabkan keerbaaan eredianya

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS Keenagalirikan dan Energi Terbarukan Vol. 13 No. 2 Deember 2014 : 139 1 ISSN 1978-2365 PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS EVALUATION OF TOUCH

Lebih terperinci

POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA. Sjahrul Bustaman

POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA. Sjahrul Bustaman POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA Sjahrul Buaman Balai Bear Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peranian, Jalan Tenara Pelajar No. 10, Bogor 16114 ABSTRAK Lua areal anam agu di Indoneia mencapai

Lebih terperinci

CEMARAN MIKROBA PADA PRODUK PERTANIAN, PENYAKIT YANG DITIMBULKAN DAN PENCEGAHANNYA. Titiek F. Djaafar dan Siti Rahayu

CEMARAN MIKROBA PADA PRODUK PERTANIAN, PENYAKIT YANG DITIMBULKAN DAN PENCEGAHANNYA. Titiek F. Djaafar dan Siti Rahayu CEMARAN MIKROBA PADA PRODUK PERTANIAN, PENYAKIT YANG DITIMBULKAN DAN PENCEGAHANNYA Tiiek F. Djaafar dan Sii Rahayu Balai Pengkajian Teknologi Peranian Yogyakara, Jalan Rajawali No. 28, Demangan Baru, Yogyakara

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN. Evaluasi Pendidikan

ANALISIS INSTRUMEN. Evaluasi Pendidikan 1 ANALISIS INSTRUMEN Pengerian inrumen dalam lingku evaluai didefiniikan ebagai erangka unuk mengukur hail belajar iwa yang mencaku hail belajar dalam ranah kogniif, afekif dan ikomoor. Benuk inrumen daa

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Vii V ii Dina Pendidikan Kabupaten Way Kanan tidak lepa dari vii Pemerintah Kabupaten Way Kanan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

DESAIN KONSEPTUAL PENGGUNAAN HYPERLINK SEBAGAI ALAT BANTU TEMU KEMBALI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN

DESAIN KONSEPTUAL PENGGUNAAN HYPERLINK SEBAGAI ALAT BANTU TEMU KEMBALI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN DESAIN KONSEPTUAL PENGGUNAAN HYPERLINK SEBAGAI ALAT BANTU TEMU KEMBALI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN Irma Elvina 1), Kudang Boro Seminar 2), dan Firman Ardianyah 3) 1) Perpuakaan Perguruan Tinggi Iniu Peranian

Lebih terperinci

PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION

PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION Bayu Seio Handhoko Ir. Agung Wario DHET Sumardi, ST, MT Juruan Teknik Elekro Fakula Teknik Univeria Diponegoro Semarang Abrak - Semenjak

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Proiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-6-6--9 hal 5-4 November 6 hp://jurnal.fkip.un.ac.id REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Chaarina Enny Murwaningya,,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONVEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON

ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONVEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON Jurnal Dinami,olume.II, No.8,Januari 2011 ISSN 0216-7492 ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON Ir.Alfian Hami, MSc.*

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. AnalisisRangkaian. RangkaianListrik di KawasanWaktu #3

Sudaryatno Sudirham. AnalisisRangkaian. RangkaianListrik di KawasanWaktu #3 Sudarano Sudirham AnaliiRangkaian RangkaianLirik di awaanwaku #3 Bahan uliah Terbuka dalam forma pdf eredia di www.buku-e.lipi.go.id dalam forma pp beranimai eredia di www.ee-cafe.org Teori dan Soal ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT Dian Firdaus dan Saefudin Balai Pengkajian Teknologi Peranian Jawa Bara, Jalan Kayuambon No. 80, Lembang 40391 ABSTRAK Program Rinisan dan Akselerasi Pemasyarakaan

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE MODUL 7 APLIKASI TRAFORMASI LAPLACE Tranformai Laplace dapa digunaan unu menyeleaian bai peroalan analia maupun perancangan iem. Apliai Tranformai Laplace erebu berganung pada ifa-ifa ranformai Laplace,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB 4 PENGANAISAAN RANGAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINGGI Oleh : Ir. A.Rachman Haibuan dan Naemah Mubarakah, ST 4. Pendahuluan Pada umumnya peramaan diferenial homogen orde dua

Lebih terperinci

Bab 9 Transformasi Laplace

Bab 9 Transformasi Laplace Meode Maemaika Aronomi- Bab 9 Tranformai aplace 9-. Definii Tranformai aplace Mialkan f() uau fungi real dengan variable dan >. Tranformai aplace didefiniikan ebagai: T f ( ) F( ) lim f ( ) e d f ( ) e

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

ANALISIS TES. Evaluasi Pendidikan ANALISIS TIAP BUTIR SOAL ANALISIS KESELURUHAN TES. - Daya Pembeda - Tingkat Kesukaran - Pengecoh - Homogenitas

ANALISIS TES. Evaluasi Pendidikan ANALISIS TIAP BUTIR SOAL ANALISIS KESELURUHAN TES. - Daya Pembeda - Tingkat Kesukaran - Pengecoh - Homogenitas Evaluai Pendidikan 1 AALISIS TES AALISIS KESELURUHA TES AALISIS TIAP BUTIR SOAL - Analii Validia Te - Analii Reliabilia Te - Daya Pembeda - Tingka Keukaran - Pengecoh - Homogenia Evaluai Pendidikan I.

Lebih terperinci