KONTRIBUSI ILMU TANAH DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI INDONESIA 1)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONTRIBUSI ILMU TANAH DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI INDONESIA 1)"

Transkripsi

1 258 Pengembangan Inovai Peranian 2(4), 2009: Sudaryono KONTRIBUSI ILMU TANAH DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI INDONESIA 1) Sudaryono Balai Peneliian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jalan Raya Kendal Payak, Koak Po 66, Malang PENDAHULUAN Tanangan dan peluang unuk mengangka maraba komodia palawija dan puluhan jua peani palawija anga bera. Memang raanya idaklah adil kalau unuan keejaheraan dan kecukupan ekonomi rumah angga diumpukan kepada uaha ani palawija, yang umumnya dilakukan pada anah garapan yang empi. Penguaaan lahan peranian per rumah angga peani menurun dari raa-raa 0,93 ha pada ahun 1983 menjadi 0,83 ha pada ahun 1993; di luar Jawa menurun dari 1,38 ha menjadi 1,19 ha, dan di Jawa dari 0,58 ha menjadi 0,47 ha. Pada ahun 2003, iap rumah angga peani diperkirakan hanya menguaai lahan 0,30 ha (Huodo 2003). Penggunaan eknologi inenif yang ara dengan inpu (pupuk, peiida) jarang diadopi ecara empurna oleh peani karena nilai pengembalian hail (yield reurn value) idak memberikan inenif yang memadai. Perminaan produk palawija pada maa mendaang akan makin inggi ejalan dengan meningkanya jumlah penduduk, agroinduri produk palawija, era induri 1) Nakah diarikan dari bahan Orai Profeor Rie yang diampaikan pada anggal 31 Aguu 2005 di Bogor. peernakan dan perikanan. Alih fungi lahan peranian produkif menjadi areal pemukiman, praarana umum, kawaan induri dan wiaa mengurangi areal anam, ehingga menunu adanya peningkaan produkivia lahan dan inenia peranaman pada areal yang ada, era pembukaan lahan peranian baru. Kelangkaan enaga kerja produkif di ekor peranian, khuunya di pedeaan, menunu ranformai enaga kerja manuia menjadi energi mekanik (mein). Peningkaan pendapaan dan kualia pendidikan mendorong perminaan erhadap pangan, baik kuania, kualia maupun ragamnya (Raahan 1999). Peningkaan perminaan produk palawija merupakan anangan yang haru diapreiai ekaligu peluang bagi peani unuk meningkakan produkivia. Impor kacang anah pada ahun 1984 mencapai on dan pada ahun 1993 menjadi on aau meningka 17,6%/ ahun. Produki kacang anah pada ahun 2000 mencapai on dan perminaan dalam negeri ebear on ehingga erjadi defii on (Erwidodo dan Sapana 1996; Gaybia 1996). Produki raaraa kacang anah Indoneia pada ahun adalah 979 ribu on/ahun, dan impor raa-raa pada periode erebu 164 ribu on/ahun (Revoredo dan Flecher 2002). Dengan demikian, kebuuhan raa-

2 Konribui ilmu anah dalam mendorong raa kacang anah pada periode adalah 1,143 jua on/ahun. Pada ahun 2002, impor kedelai, kacang anah, dan ubi kayu beruru-uru ebear on, on, dan on (Balikabi 2005), dan cenderung meningka di maa mendaang. Kendala produki kacang anah ecara gari bear dapa dikelompokkan menjadi kendala biofiik, ekni, oial, ekonomi, dan kebijakan. Kendala biofiik berkaian dengan maalah lahan aau jeni anah, pola anam, dan gangguan organime pengganggu anaman (OPT). Jeni anah yang beragam menunjukkan variai karakeriik anah yang ekaligu mencerminkan kendala dan ingka produkivia kacang anah. Keragaman jeni lahan aau agroekologi mencerminkan dinamika gangguan OPT era pola anam. Pola anam lebih dienukan oleh neraca air muiman aau ecara umum oleh iklim uau wilayah. Secara ekni, permaalahan pada iem produki anaman melipui: (1) penyiapan lahan dan keuburan anah; (2) pengairan; (3) eknik budi daya; (4) penggunaan variea unggul; (5) pengendalian OPT; dan (6) pacapanen. Penyiapan lahan dan pengelolaan keuburan anah melipui berbagai indakan, yaiu: (1) pengolahan anah; (2) perbaikan keuburan anah, baik ecara fiik, kimia maupun hayai; (3) pengendalian eroi anah; (4) perbaikan kekahaan dan keimpangan hara; (5) pengendalian keracunan hara aau logam lain; (6) neraliai kegaraman; (7) mengaai krii bahan organik anah; (8) pengendalian panen hara yang berlebihan; dan (9) pengauran pola anam dan pergiliran anaman. Secara oial, proe produki anaman palawija melibakan juaan peani gurem dengan lua lahan yang relaif empi dan kemampuan erbaa. Penyebaran enra produki palawija yang idak meraa menyulikan dalam diribui dan pengendalian harga (Raahan 1999). Lua kepemilikan lahan yang empi dengan ragam keinginan anam yang inggi menyebabkan konolidai lahan (hamparan) menjadi au uni iem produki berkala komerial uli diwujudkan. Tempa inggal aau domiili peani pemilik lahan yang erpencar menyebabkan konolidai kelompok peani unuk ujuan pembinaan uli dilakukan. Kualia umber daya peani yang beragam dalam penguaaan ipek juga menghamba proe alih eknologi ehingga kualia produk yang dihailkan beragam dan menyulikan pemaaran. Nilai ekonomi komodia palawija kurang menarik peani unuk melakukan inenifikai budi daya. Pemberdayaan lahan pada ekor nonperanian yang menjanjikan imbalan nilai ekonomi lebih inggi elah mendorong alih fungi lahan. Alih fungi lahan peranian di Jawa unuk pemukiman dan induri pada ahun mencapai ha, yaiu unuk pemukiman ha dan induri ha (Huodo 2003). Alih fungi lahan paling lua erjadi di Jawa Bara (79,41%), Jawa Timur (17,01%), Jawa Tengah (2,69%), dan Daerah Iimewa Yogyakara (0,89%). Unuk mewujudkan aaran pembangunan peranian anaman pangan, khuunya palawija, diperlukan pendekaan holiik, melipui apek oial (peani), lahan (anah dan iklim), kulur ekni, keerediaan air, pengendalian OPT, pengelolaan pacapanen, diribui-pemaaran, dan kebijakan. Dengan demikian, pengembangan anaman palawija perlu memperhaikan proe mulai dari hulu hingga ke hilir. Prakek peranian yang baik (good agriculural pracice) dierapkan dalam iem produki unuk memperahankan kualia lingkungan. Pembangunan

3 260 Sudaryono agribini dan agroinduri perlu digarap ecara una unuk mencipakan nilai ambah produk palawija agar memiliki daya aing berupa nilai keunggulan kompeiif dan komparaif. Pengembangan agroinduri hilir menuru pohon kegunaan (uilizaion) produk palawija perlu dirancang dengan baik. KONSEP IDEAL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH Sejak dua dekade erakhir, arah pendekaan pembangunan peranian difokukan pada pengembangan agribini. Soekarawi (1991) mengemukakan bahwa agribini merupakan uau konep yang uuh, mulai dari proe produki, pengolahan hail, pemaaran, dan akivia lain yang berkaian dengan peranian. Siem agribini merupakan rangkaian dari berbagai ubiem, mulai dari ubiem penyediaan praarana dan arana produki, ermauk induri perbenihan yang angguh, ubiem budi daya yang menghailkan produk peranian ebagai bahan baku, ubiem induri pengolahan aau agroinduri, ubiem pemaaran dan diribui, era ubiem jaa pendukungnya (Meneri Peranian 2000). Nilai ambah erbear dari rangkaian agribini peranian ercipa pada ubiem pengolahan hail peranian aau agroinduri. Pengembangan agroinduri pedeaan dapa menjadi ranii dalam ranformai rukural peranian ke induri. Pengembangan agribini kacang anah dengan mempoiikan peani ebagai uahawan merupakan wujud dari pengembangan ekonomi kerakyaan. Hal ini anga relevan karena iga alaan. Perama, pelaku ekonomi peranian adalah puluhan jua penguaha kala kecil yang merupakan bai ekonomi kerakyaan, penopang ekonomi pedeaan, dan umber penghailan bagi ebagian bear mayaraka pedeaan. Kedua, ekor peranian dengan pelaku uama para penguaha kala kecil erbuki mempunyai daya ahan yang anga lenur erhadap krii ekonomi karena berumpu pada kekayaan umber daya lokal. Pola peranian keluarga kala kecil erbuki manap mendukung pembangunan peranian eperi di Korea Selaan, Jepang, Taiwan, dan Malayia (Karyno e al. 2002). Keiga, pemberian keempaan beruaha dan pengelolaan umber daya alam kepada uaha kecil, menengah, dan koperai merupakan kehendak rakya yang diformulaikan dalam GBHN , dan hal ini boleh jadi merupakan pola pembangunan peranian yang euai di negara berkembang (Meneri Peranian 2000; Karyno e al. 2002). Unuk mengaur aliran maeri/produk/ jaa dan informai pada iem agribini kacang anah diperlukan konep aau iem pengelolaan yang diebu manajemen ranai paokan (upply chain managemen, SCM). SCM merupakan uau konep manajemen yang populer dan bermanfaa dalam membangun dunia induri dan peneliian ejak perengahan ahun 1990 (O Brien e al. 2004). SCM dierapkan ecara beragam, ada yang menerapkan ebagian (parial) aau lengkap. Menuru Jebaru (2001), SCM adalah uau pendekaan erpadu yang berorienai pada proe unuk menyediakan, memproduki, mengirim produk dan jaa kepada konumen. Keberhailan agribini juga dienukan oleh berkembangnya uaha hulu dan hilir ecara inergi. Pengembangan agribini kacang anah akan uke bila dilakukan dengan pendekaan holiik.

4 Konribui ilmu anah dalam mendorong Konep ideal pengembangan agribini kacang anah di Indoneia haru memiliki maa ranai agribini yang lengkap. Kerangka penerapan SCM pada agribini kacang anah dikaikan dengan kegiaan peneliian dan pengembangan mulai dari hulu (upream) ampai hilir (down-ream) diajikan pada Gambar 1. Dalam rukur SCM agribini kacang anah, erdapa dua macam paar dan dua iem pendiribuian maerial, yaiu iem pemaaran dan diribui arana produki era iem paar dan pendiribuian produk primer maupun produk olahan (produk agroinduri). Oleh karena iu, agribini memiliki karakeriik yang unik dan komplek. SCM makro dalam penyelenggaraan agribini kacang anah ecara uuh memiliki ruang lingkup yang lengkap dan uuh pula. SCM makro memiliki mara (dimenion) yang bear mulai dari hulu hingga hilir dengan cakupan manajemen yang lua dan rumi. Manajemen Ranai Pemaokan INDUSTRI MANUFAKTUR Praarana-arana PEMASARAN DAN DISTRIBUSI SISTEM PRODUKSI Kacang anah PASCAPANEN Kacang anah AGROINDUSTRI Kacang anah PEMASARAN DAN DISTRIBUSI KONSUMEN AKHIR Diribuor Wholealer Reailer Diribuor Wholealer Reailer Peneliian dan Pengembangan Gambar 1. Srukur ranai paokan dalam agribini kacang anah dikaikan dengan peneliian dan pengembangan.

5 262 Sudaryono Sudaryono dan Indrawai (2002) memberikan konep pekrum agribini dan agroinduri kacang anah ecara verikal maupun horional berdaarkan rancangan pohon kegunaan (Gambar 2). Secara verikal, komodia kacang anah dapa mendorong lahirnya impul-impul agribini yang akan mencipakan nilai ambah produk dan peluang pengembangannya. Secara horional, komodia kacang anah dapa mendorong pengembangan induri pemanfaaan produk amping (by-produc) aau limbah yang dihailkan oleh uau impul agribini menjadi komodia yang memiliki nilai ambah. Ada lima mara yang perlu diperhaikan dalam pengembangan agribini kacang anah, yaiu: wilayah (ipologi lahan), o- Induri hulu Siem produki ramah lingkungan Biji Pacapanen primer Induri makanan Induri minyak Pacapanen ekunder Skala rumah angga Skala pabrik Induri pakan ungga Agroinduri hilir Diverifikai pangan Minyak goreng Minyak peluma Aneka makanan nack/kue Aneka produk agroinduri Kacang anah Siem perbenihan Kuli kacang Trubu anaman kacang anah Pakan ernak ungga Induri pakan ruminania Induri pupuk organik Induri pele ikan Pakan ernak poong uu Pele ikan Induri peernakan Pupuk organik Ikan egar Ikan arden Telur, daging Suu, daging Induri elur inan Induri corne beef Gambar 2. Spekrum agribini dan agroinduri kacang anah.

6 Konribui ilmu anah dalam mendorong ial, ekonomi, induri, dan hubungan kelembagaan. Wilayah (mara ruang) memiliki unur uama ipe lahan dan iklim, yang merupakan au keauan ebagai areal anam kacang anah. Menginga anaman kacang anah memiliki kemampuan beradapai yang inggi pada lahan kering anah maam maupun bai, maka anaman erebu mempunyai peluang yang bear unuk dianam pada berbagai jeni anah. Peneapan enra produki kacang anah dapa mengacu kepada peryaraan umbuh minimal, namun unuk mencipakan iem agribini ecara uuh perlu memperimbangkan keerediaan umber daya lain, ermauk eknologi. Mara ekonomi mencakup nilai keunggulan komparaif dan kompeiif erhadap komodia lain, anara lain ebagai umber proein, lemak nabai, dan minyak, aau ebagai bahan baku makanan ernak. Dengan kaa lain, kacang anah mempunyai paar yang lua dan layak diperhiungkan. Teknologi baru haru memiliki nilai keunggulan ekonomi dan kompeiif. Sebagai pembanding eknologi eharunya idak lagi memakai eknologi nol, namun eknologi baku (andar) yang diemukan pada aa iu. Prinip uji komparaif eknologi perlu dieapkan unuk menghindari bia analii ekonomi uaha ani dan keunggulan eknologi baru. Prinip ini dapa menghindari penyalahgunaan eknologi baru yang memiliki poeni dan produkivia emu. Prinip ini pula yang boleh jadi mampu menyingkirkan kebingungan peani erhadap berbagai jeni aau merek dagang arana produki (pupuk dan peiida) yang layak edar di paar. Mara oial mencakup ikap dan perepi produen maupun konumen unuk menghargai kacang anah ebagai bagian dari uaha ani, haja hidup, maupun bahan baku induri. Peani maupun konumen perlu memahami bahwa kacang anah memiliki nilai ekonomi yang inggi dalam perekonomian naional maupun global. Rumuan eknologi baru eharunya mempunyai kekuaan oial unuk melakukan konolidai lahan dan kelompok. Peneliian yang dirancang berdaarkan pendekaan agroekoiem akan menghailkan eknologi yang repreenaif unuk uau wilayah rekomendai (recommendaion domain) peifik lokai. Teknologi baru yang euai unuk uau wilayah rekomendai memiliki minimal lima unur kelayakan, yaiu ekni, lahan (lokai, anah), iklim, ekonomi, dan oial. Konolidai lahan dan kelompok merupakan unur pokok pola pengembangan komodia berkala komerial/ agribini. Dampak oial lain aa pengembangan agribini kacang anah adalah peluang penyerapan enaga kerja aau penyediaan lapangan pekerjaan. Taa kelembagaan ini menggambarkan hubungan kemiraan anaruni pelaku agribini baik ecara inernal maupun ekernal lingkaran agribini, yang melipui: (1) konolidai kelompok ani berdaarkan hamparan dan domiili; (2) pemeaan uniuni pelaku agribini dan agroinduri kacang anah; (3) auran main penjualan dan pembelian era iem pembagian keunungan yang wajar; dan (4) pola kemiraan anaruni pelaku agribini. Mara induri mencakup nilai manfaa kacang anah ebagai bahan baku induri. Makin inggi nilai diverifikai verikal produk kacang anah, makin inggi peluang indurinya; dan makin inggi peluang unuk membua beraneka produk dengan bahan daar kacang anah akan emakin banyak kegiaan induri yang dapa dicipakan. Efek domino (muliplier effec) pengembangan agribini kacang anah adalah pengembangan induri hilir eperi

7 264 Sudaryono induri kacang garing, minyak, kue aau nack, pakan ernak, peernakan, pupuk organik, pengalengan daging, dan induri uu dan keju. Peluang pengembangan induri hilir agribini kacang anah melipui: (1) induri aneka makanan dan nack; (2) induri pakan ernak dan pele ikan; (3) induri peernakan dan perikanan; (4) induri pupuk organik; (5) induri minyak goreng; dan (6) induri pengalengan daging dan induri uu dan keju. Induri Makanan dan Snack. Polong dan biji kacang anah dapa diproe langung unuk membua aneka makanan pada kala induri rumah angga maupun kala lebih bear (pabrik), eperi kacang rebu, kacang goreng, kacang garing, gula kacang, dan aneka nack dan kue. Kajian kelayakan agroinduri nack dan kue kacang anah perlu diperbaharui unuk mengeahui nilai ambah dan keunggulan komparaif dan kompeiifnya, baik unuk kala induri rumah angga maupun induri bear. Induri Pakan Ternak dan Pele Ikan. Trubu anaman dan kuli kacang anah dapa digunakan ebagai bahan baku pakan ernak ruminania dalam benuk makanan lengkap (complee feed). Bungkil kacang anah dapa digunakan ebagai bahan baku pakan ernak ungga aau pele ikan. Rinian pabrik pakan dengan model ranum lengkap akan meningkakan manfaa produk amping anaman pangan (jerami padi era rubu anaman jagung, orgum, dan kedelai), dan anaman perkebunan (daun ebu, kuli kopi, kuli kakao). Induri Peernakan dan Perikanan. Pengembangan induri peernakan dan perikanan merupakan dampak dari rinian pabrik pakan ernak dan pele ikan. Pengembangan ernak ruminania dan ungga, ermauk api perah dengan ranum kompli dapa mengurangi kebuuhan hijauan makanan ernak. Induri Pupuk Organik. Bahan baku pupuk organik ebagian bear adalah kooran ernak. Unuk meningkakan kandungan hara pupuk organik dapa diperkaya dengan bahan baku mineral alami, eperi zeoli, dolomi, bauan fofa, guano, aaupun epung ikan. Unuk memperbaiki muu pupuk organik, kooran ernak dapa difermenai erlebih dulu dengan mikrobia pengurai bahan organik eperi bakeri EM 1, M-Bio, dan Nuagro Super Degra. Induri Minyak Kacang (Minyak Goreng, Peluma). Pabrik minyak goreng dengan bahan baku kacang anah meinya udah ada. Oleh karena iu, ahap elanjunya adalah konolidai kelembagaan. Kelayakan pabrik minyak-peluma perlu dikaji ecara ekni maupun ekonomi. Induri Pengalengan Daging. Kelebihan produki ernak dan ikan dapa diampung dan diingkakan nilai ambah ekonominya pada induri pengalengan unuk menghailkan epung elur inan, uu kaleng, corne beef, keju, dan ebagainya. Kajian induri/pabrik pengalengan ini perlu dibua, baik apek ekni maupun ekonominya. Sinergi kelima mara erebu perlu dicipakan unuk membangun agribini kacang anah ecara uuh. Pemerinah perlu menyediakan failia inveai yang konduif, berupa jaminan keamanan dan kelancaran penyelenggaraan agribini kacang anah, agar emua maa ranai iem agribini dapa berfungi ecara opimal. Sebagai dinamiaor dan failiaor, pengembangan agribini di daerah, khuunya dari apek kebijakan adalah kepala daerah, baik gubernur maupun bupai. Kemiraan anara peani-kelompok ani,

8 Konribui ilmu anah dalam mendorong inani ekni erkai (balai peneliian, Dina Peranian, koperai), penguaha, induriawan, penyandang dana (bank), lembaga diribuor (perdagangan), dan konumen haru dibangun ecara uuh dan kompak (olid). HASIL PENELITIAN BIDANG ILMU TANAH Tuga pokok dan fungi (upoki) ilmu anah dalam iem peranian anaman kacang anah melipui: (1) aa guna lahan; (2) keeuaian lahan; (3) pengolahan anah; (4) aa air; (5) pengelolaan hara; dan (6) konervai, rehabiliai dan reklamai lahan. Taa guna lahan memberikan arah dan gambaran pemanfaaan lahan yang cocok dan memiliki propori lua area yang euai unuk peranaman palawija dibandingkan anaman lain, baik yang berifa ubiui, komplemener maupun peaingnya. Propori lua area anam maing-maing anaman di eiap wilayah perlu dieapkan unuk menjaga keeimbangan dan abilia anara paokan dan perminaan. Keeimbangan akan memberikan eeni abilia nilai produki dan kelayakan ekonomi di ingka produen, paar maupun konumen. Keeuaian lahan mengindikaikan kelayakan ekni dari apek lahan unuk anaman kacang anah. Keeuaian lahan memberikan daa karakeriik lahan berdaarkan peryaraan umbuh anaman. Pengolahan anah merupakan indakan daar dalam menyiapkan media umbuh bagi anaman agar akar umbuh dan berkembang empurna. Taa air merupakan eknik pengauran dan konervai air aau lenga anah agar anaman dapa memperolehnya dengan opimal. Aza pengauran air anga ederhana, yaiu membuang/mengurangi air bila anah kelebihan air dan menambah air bila anah kekurangan air. Pengelolaan hara anaman merupakan indakan mencermai keerediaan hara, kecukupan hara, imbangan hara, mewapadai gejala keracunan hara aau unur pencemar lain, kegaraman, era kemaaman dan kebaaan anah. Konervai anah idak hanya melindungi anah dari eroi, eapi juga melearikan karaker fiik, kimia, dan hayai anah agar anah memiliki keuburan yang eimbang dan produkif. Rehabiliai anah merupakan indakan pemulihan keuburan anah pada lahan yang elah ua, erkena eroi bera, aau ercemar limbah induri dan perkoaan. Reklamai anah merupakan indakan perbaikan anahanah bermaalah, eperi anah berkadar garam inggi di wilayah panai aau di daerah beriklim kering. Keluaran peneliian anah eidaknya mencakup enam hal mengacu upoki ilmu anah, dengan produk berupa reep mengolah, memberdayakan ecara opimal, memelihara, dan memperbaiki anah agar elalu egar, ubur, produkif, dan leari. Juga idak mengeampingkan pewilayahan iem produki dan eknologi budi daya, menginga adanya unuan ekor agroinduri yang elama ini erabaikan, yaiu koninuia penyediaan bahan baku dengan kualia produk yang memenuhi andar agroinduri. Pewilayahan iem produki kacang anah memerlukan dukungan ilmu anah, karena menyangku keeuaian lahan dan eknik budi daya, dengan hail akhir berupa efiieni produki, kualia produk, dan daya aing.

9 266 Sudaryono Dekripi dan Karakeriai Sumber Daya Lahan Senra produki kacang anah di Indoneia anara lain adalah Kabupaen Tuban dan Bliar (Jawa Timur), era Pai, Kudu, Blora, Sragen, dan Wonogiri (Jawa Tengah). Dekripi dan karakeriai anah merupakan langkah awal dalam mengenal dan membaca karaker anah. Dengan memahami karaker anah, kia dapa memanfaakan anah euai dengan waak dan kemampuannya, aau memanipulai karaker anah euai dengan prayara perunukannya. Kacang anah dianam pada berbagai jeni anah, anara lain Alfiol. Beriku diajikan conoh dekripi dan karakeriai anah Alfiol Ngadirojo, Kabupaen Wonogiri, Jawa Tengah. Kemaaman anah (ph) di embilan dea di Ngadirojo umumnya ergolong rendah, ph 5,35-6,75. Namun, menuru Johi e al. (1987), ph anah yang ideal unuk kacang anah adalah 6,0-7,5. Tanaman kacang anah menyukai ph anah 5,5-6,5 (Halliday dan Trenkel 1992). Dea yang memiliki ph cukup maam ialah Jaimero, Mloko Mani, Mloko Mani Wean, Kerjo Kidul, Kerjo Lor, Ngadirojo Kidul, Mloko Kidul, Gemawang, Kaihan, dan Gedong. Dea yang memiliki ph ediki maam adalah Ngadirojo Lor, Mloko Mani Kulon, dan Pondok Kulon. Berdaarkan keragaan ph (H 2 O) dan ph (KCl), Alfiol di Ngadirojo memiliki karakeriik mineral bermuaan manap (permanen charge), diandai oleh eliih anara nilai ph (H 2 O) dan ph (KCl) yang bernilai poiif (Noohadiprawiro 1985). Sebagian bear wilayah dea di Ngadirojo memiliki C-organik anah yang rendah, yaiu < 2%. Beberapa dea yang memiliki kadar C-organik cukup yaiu Kerjo Lor, Ngadirojo Kidul, dan Gemawang. Faka ini menunjukkan bahwa peani kurang memiliki perhaian erhadap aplikai pupuk organik. Beberapa penyebabnya yaiu: (1) keerediaan pupuk organik kurang memadai karena peani idak memiliki ernak endiri; (2) kebuuhan opimum pupuk organik unuk eiap luaan lahan cukup banyak ehingga biayanya inggi; (3) pupuk organik memiliki ifa lamba eredia haranya; (4) pupuk organik, khuunya pupuk kandang dapa menjadi umber gulma, hama dan penyaki dalam anah; dan (5) aplikai pupuk organik yang belum maang (nibah C/N >12) menimbulkan demineraliai unur hara, eruama N oleh mikroorganime anah. Kandungan N ecara poenial rendah pada emua wilayah dea di Ngadirojo. N merupakan hara yang paling labil dibandingkan dengan hara lain. N erliba dalam berbagai reaki, yaiu nirifikai, denirifikai, okidai, dan reduki yang memberi peluang erjadinya kehilangan N melalui penguapan maupun pelindian (leaching). Oleh karena iu, uaha ani komodia bukan kacang-kacangan memerlukan ambahan pupuk N yang cukup inggi unuk memenuhi kebuuhan opimumnya. Kandungan unur P di wilayah Kecamaan Ngadirojo berkiar dari rendah hingga inggi. Kadar P 2 O 5 erendah 2,56 ppm dijumpai di Dea Mloko Mani Wean, dan eringgi 12,7 ppm di Dea Jaimero. Tanah dengan kadar P 2 O 5 < 6 ppm memiliki harka keuburan P rendah (Jackon 1958). Tanah dengan kandungan P rendah dijumpai di Ngadirojo Lor, Ngadirojo Kidul, Mloko Mani Wean, Mloko Mani Kulon, Pondok Kulon, dan Kaihan. Pada lokai erebu diperlukan ambahan pupuk P. Menuru Sudaryono (1996), aplikai kg SP36 aau P-alam per ha cukup memadai unuk memperoleh hail kacang anah 2 /

10 Konribui ilmu anah dalam mendorong ha. Wilayah yang memiliki au keuburan P edang dengan kadar P 2 O ppm adalah Kerjo Kidul dan Kerjo Lor, Ngadirojo Lor-Kidul, Mloko Mani, Pondok Kulon, Jaimero, dan Gedong. Keuburan P inggi dengan kadar P 2 O 5 > 10 ppm dijumpai di Dea Gemawang, Jaimero, Kaihan, dan Gedong Wean. Baa krii hara belerang (S) eredia dalam anah unuk anaman kacang anah adalah 10 ppm (Dayal e al. 1987; Johi e al. 1987; Tandon 1989). Berdaarkan baaan nilai krii erebu, beberapa dea yang memiliki kadar S krii yaiu Jaimero dengan kadar SO 4 6,86 ppm. Dea lain yang memiliki au S rendah adalah Ngadirojo Kidul dan Ngadirojo Lor dengan kadar SO 4 maing-maing 13,1 dan 17,2 ppm. Wilayah dea yang lain memiliki keuburan S inggi. Unuk memenuhi kebuuhan S, peani dianjurkan memakai pupuk yang mengandung S, eperi ZA, ZK-Plu maupun pupuk belerang (S murni/elemener). Baa krii hara kalium (K) dalam anah adalah 0,2-0,3 me K/100 g (Jackon 1958). Ada 10 wilayah dea (45%) di Kecamaan Ngadirojo yang memiliki harka K rendah. Aplikai pupuk K perlu mendapa perhaian pada epuluh lokai erebu. Sumber K alernaif yang cukup poenial, kompeiif, dan murah adalah ZK-Plu, abu dapur, arang ekam padi, dan pupuk kandang. Peningkaan au K dalam anah 10% dari K eredia pada Alfiol (dari kadar K awal 0,19 me/100 g) meningkakan hail kacang anah dari 0,87 menjadi 2,73 /ha (Sudaryono 1999a). Baa krii hara kalium (Ca) dan magneium (Mg) dalam anah unuk anaman kacang anah adalah 1,5 me Ca dan 1 me Mg/100 g (Tandon 1989). Baa krii hara Mg dalam jaringan anaman kacang anah adalah 0,3% (Johi e al. 1987). Berdaarkan baaan erebu, emua dea di Kecamaan Ngadirojo memiliki ingka keuburan Ca dan Mg yang inggi, bahkan unuk Mg anga inggi. Keeimbangan hara K, Ca, dan Mg perlu mendapa perhaian unuk memperoleh hail yang opimal. Taufiq dan Sudaryono (1997) melaporkan bahwa penambahan K, Ca, dan Mg 15-20% pada Alfiol (dengan au hara awal 0,37 me K, 4,47 me Ca, dan 0,52 me Mg/100 g) dari nilai K, Ca, dan Mg dapa diukar meningkakan hail kacang anah 25-70%. Baa krii hara mikro unuk anaman kacang anah adalah bila kadar hara bei (Fe), embaga (Cu), mangan (Mn), dan boron (B) dalam anah beruru-uru adalah 4,5 ppm, 0,2 ppm, 2,0 ppm, dan 0,2 ppm (Johi e al. 1987; Tandon 1989). Semua dea di Kecamaan Ngadirojo memiliki ingka keuburan hara mikro cukup inggi, ehingga idak menjadi pembaa produkivia anaman kacang anah aau anaman pangan umumnya. Sebagai rumuan, anah di wilayah Kecamaan Ngadirojo memiliki karaker ebagai beriku: (1) uhu ahunan raa-raa > 22 o C; (2) keerediaan air mm/ ahun, < 8 bulan kering; (3) media perakaran berdrainae agak cepa-edang, ekur lempung-geluh berlempung, kedalaman efekif cm; (4) KTK edang-inggi, ph anah 5,35-6,75 (aam lemah), C-organik < 2% (rendah); (5) kegaraman anah < 3 mmho/cm; (6) keracunan Al, Fe, dan S idak ada; (7) hara eredia unuk oal N 0,1%, P 2 O 5 2,56-12,7 ppm, K 2 O 0,19-1,37 me/ 100 g, SO 4 6,86- >17,2 ppm (krii-anga inggi), Ca dan Mg inggi hingga anga inggi, hara mikro inggi; (8) kemudahan anah diolah (workabiliy) baik; dan (9) kelerengan anah 3-6% dan ingka eroi rendah-edang.

11 268 Sudaryono Pengolahan Tanah Pengolahan anah merupakan kegiaan mendaar dalam budi daya anaman. Pengolahan anah melipui pengolahan empurna hingga pengolahan anah minimal aau anpa olah anah (TOT). Benuk dan kualia pengolahan anah dienukan oleh prayara umbuh anaman dan jeni anah. Tanaman kacang anah membenuk polong di dalam anah. Oleh karena iu, kualia medium umbuh menenukan jumlah dan kualia biji. Ginofor kacang anah akan uli menembu medium perakaran jika rukur anah pada. Medium perakaran yang cocok akan meningkakan jumlah polong produkif ehingga memperkecil nibah polong hampa erhadap polong ii. Prinip umum pengolahan anah yang opimal adalah menyiapkan media umbuh dengan rukur anah gembur (remah) unuk peranaman iem kering (upland) eperi palawija, dan rukur anah melumpur (moody) unuk peranaman iem baah/ergenang (lowland) eperi padi. Kacang anah membenuk polong pada daerah perakaran (rizofier) pada kedalaman 5-15 cm dari permukaan anah. Dengan demikian, rukur gembur pada daerah perakaran menjadi kunci uke perama dalam pembenukan polong. Permukaan anah yang kera akan menghamba ginofor kacang anah unuk menembu anah yang lebih dalam ehingga menghamba perkembangan polong. Roai anaman dengan pola anam padi-padiubi jalar, aau padi-padi-melon, dapa memperbaiki keuburan dan meningkakan produkivia anah. Pergiliran anaman memerlukan pengolahan anah yang berbeda. Peneliian di bidang ini maih langka. Pengelolaan Lenga aau Air Pengelolaan lenga dan air pada kacang anah melipui irigai, drainae, dan konervai lenga elama muim anam agar keragaan umbuh dan hail opimum. Beberapa peneliian yang berhubungan dengan hal erebu dilaporkan beriku ini. Peran Lenga Tanah. Kadar lenga anah berpengaruh nyaa erhadap perumbuhan dan hail kacang anah, khuunya bobo brangkaan, bobo biji, bobo polong, jumlah polong ii, dan inggi anaman. Perumbuhan dan hail makimum diperoleh pada kondii kadar lenga pada kapaia lapang (100% kapaia lapang). Namun, pengurangan kadar lenga hingga pada ingka 70% dari kapaia lapang maih memberikan keragaan hail yang idak berbeda nyaa dibandingkan kondii kadar lenga 85%, mekipun ecara nominal erjadi penurunan nilai. Kadar lenga di aa kapaia lapang (115% kapaia lapang) menurunkan perumbuhan maupun hail kacang anah maing-maing 21,4% dan 35,9%. Ineraki anara jeni anah dan lenga anah berpengaruh nyaa erhadap perumbuhan dan hail kacang anah, khuunya bobo brangkaan, inggi anaman aa panen, bobo biji, bobo polong, dan jumlah polong ii (Sudaryono 2000a). Berdaarkan perumbuhan dan hail dapa diimpulkan bahwa kadar lenga opimum unuk anah Alfiol adalah pada ekiar kapaia lapang, dan unuk anah Oxiol pada 85% kapaia lapang. Kebuuhan Air Opimum. Jumlah air aau lenga anah berkorelai poiif dengan bobo biomaa maupun hail hingga pada baa opimum kebuuhannya. Keerediaan air di aa jumlah kebuuhan opimum berpengaruh negaif erhadap per-

12 Konribui ilmu anah dalam mendorong umbuhan dan hail kacang anah. Tinggi anaman eru meningka dengan berambahnya pengairan hingga 600 mm. Jumlah polong ii dan bobo 100 biji juga berambah ejalan dengan meningkanya doi pengairan hingga 400 mm, eapi pengairan di aa 400 mm idak meningkakan jumlah polong ii dan bobo 100 biji dibandingkan dengan pengairan 400 mm. Hail kacang anah urun 29% bila diumpangarikan dengan jagung pada populai 50%, eapi hail kacang anah yang diumpangarikan dengan jagung pada populai 50% dan 100% idak berbeda. Hail kacang anah meningka dengan pengairan hingga 400 mm, eapi pengairan di aa 400 mm, khuunya unuk kacang anah monokulur, idak meningkakan hail polong dibandingkan dengan pengairan 400 mm (Harono 1998). Pengelolaan Hara Tanaman Kacang Tanah pada Alfiol Jumlah dan jeni hara dalam anah akan mencerminkan keragaan anaman kacang anah. Tanaman kacang anah memerlukan unur hara C, H, O, N, P, K, S, Ca, Mg, Fe, Zn, Mn, Cu, B, Mo, CI (Epein 1972; Johi e al. 1987; Tandon 1989; Gacho dan Davi 1994). Prinip pengelolaan hara pada anah mengacu kepada jeni hara, kadar hara, dan imbangan dinami hara. Dewaa ini berkembang pengelolaan nurii anaman berdaarkan iem hara erpadu. Peningkaan au hara di dalam anah didaarkan pada kadar hara ali anah dan repon anaman erhadap hara. Fakor lain yang perlu diperhaikan dalam peneapan ambahan hara adalah pencucian (runoff), drainae (inernal drainage), dan fiiografi. Peningkaan Sau Hara Makro Primer (NPK) Hara N. Nirogen memiliki fungi: (1) ebagai komponen pening dari klorofil, prooplama, dan aam nuklea; (2) meningkakan perumbuhan dan perkembangan jaringan hidup; dan (3) memperbaiki kualia daun ayuran, pakan hijauan, dan proein biji (Tandon dan Kimmo 1993). Tanaman kacang anah idak memerlukan ambahan N yang erlalu banyak karena mampu menyediakan endiri hara N melalui imbioi dengan bakeri penamba N dari udara. Sekiar 60-80% kandungan N pada anaman kacang anah diperoleh melalui penambaan dari udara (Nambiar 1990). Suaro e al. (1988) melaporkan, anaman kacang anah dengan hail 1,5 /ha menyerap 108 kg N/ha. Menuru Imunadji (1989), anaman kacang anah dengan ingka hail 2 /ha menyerap 125 kg N/ha. Peneliian menunjukkan bahwa ambahan N yang diperlukan hanya berkiar anara kg N/ha unuk perumbuhan awal. Hidaya e al. (1999) menganjurkan penambahan N unuk anaman kacang anah ekiar kg urea/ha. Hara P. Fofor berperan dalam: (1) penyuunan gugu fofa, aam nuklea, proein, fofolipid, koenzim NAD, NADP, dan ATP; (2) penyuunan aam amino erenu; (3) pembelahan el, penyuunan kromoom; dan (4) merangang perumbuhan akar (Tandon dan Kimmo 1993). Repon kacang anah erhadap pupuk P bervariai, baik umber P maupun akarannya. Sudaryono (1996) melaporkan, pemberian pupuk P lebih dari 50 kg P 2 O/ha idak meningkakan hail kacang anah pada Alfiol Tuban, Alfiol Lamongan, dan Uliol Jakenan. Hail raa-raa kacang anah dengan pemupukan 50 kg P 2 O 5 /ha yang

13 270 Sudaryono berumber dari TSP, SP36, dan P-alam beruru-uru adalah 1,41, 1,21, dan 1,17 /ha. Kombinai penggunaan pupuk cair Sariana l/ha dengan 50 kg SP36/ha pada anah kapur marginal (Eniol) di Bliar Selaan menghailkan kacang anah 2,66 /ha (Sudaryono 2000b). Takaran opimum pupuk P unuk Alfiol Karanganyar adalah 50 kg P 2 O 5 /ha; peningkaan akaran P di aa 50 kg/ha udah idak ekonomi lagi (Harono e al. 1998). Hara K. Kalium memiliki peran: (1) ebagai akivaor enzim yang erliba dalam fooinei dan meabolime karbohidra dan proein; (2) memperlancar ranlokai, inei proein, dan memelihara abilianya, mengendalikan permeabilia membran dan ph, dan mengaur penggunaan air melalui omaa; (3) meningkakan pemanfaaan inar maahari pada aa cuaca berawan dan memperbaiki kemampuan anaman dalam melawan cuaca dingin aau cekaman lain; dan (4) menambah ukuran biji dan memperbaiki kualia buah dan ayuran (Tandon dan Kimmo 1993). Alfiol umumnya memiliki kadar K anah rendah hingga edang ehingga unuk memperoleh kondii opimum perlu ambahan hara K melalui pupuk. Sumber pupuk K yang kompeiif dan relaif murah yaiu ZK-Plu. Selain menyediakan hara K, pupuk erebu juga mengandung hara lain yang lengkap. Peningkaan kadar K eredia dalam anah ebear 5, 10, dan 15% dari 0,19 me/100 g dapa memperbaiki perumbuhan anaman kacang anah ecara konien dari awal hingga panen. Peningkaan K eredia 20% dapa mengganggu perkecambahan biji (Sudaryono 1999a). Secara ekni, peningkaan kadar K eredia dalam anah 10% mencerminkan kondii opimum bagi perumbuhan vegeaif maupun generaif. Pada kondii erebu, kadar K eredia meningka dari 0,19 me menjadi 0,21 me/100 g. Tanah mempunyai keuburan K yang baik unuk mendukung perumbuhan anaman jika kadar K eredia anah 0,2 me/100 g aau lebih (Jackon 1958). Pemberian ZK-Plu berpengaruh baik erhadap perumbuhan generaif anaman kacang anah di lahan egalan Alfiol (Sudaryono 1999a). Keeimbangan hara dalam anah unuk mendukung perumbuhan anaman kacang anah yang opimal pada anah Alfiol bai adalah pada kiaran hara 71,24 ppm P, 0,20 me% K, 11,25 me% Ca, 0,35 me% Mg, 5,99 ppm S, 4,15 ppm Fe, dan 0,53 ppm Zn (Sudaryono 1999a). Peningkaan au K eredia dalam anah lebih dari 15% (15 ZK-Plu/ha) dari K eredia dalam anah menurunkan perumbuhan generaif. Hal ini menunjukkan bahwa peningkaan K eredia di aa 15% udah menimbulkan reaki anagonii dengan kaion Ca dan Mg ehingga menghamba erapan Ca dan Mg (Tandon 1989). Di amping K, penambahan pupuk ZK-Plu di aa 15% K eredia meningkakan kandungan hara S, Fe, dan Zn. Peningkaan kandungan hara dalam anah yang erlalu inggi akan memperbear peluang erjadinya proe anagonii anarunur hara. Benuk-benuk anagonime yang umum erjadi adalah P dan Zn, K dan Mg, K dan Ca, K dan Fe, Ca dan Mg, S dan Mo, Zn dan Mn, Zn dan Fe, Cu dan Mo, dan anara Cu dan Fe (lhizuka 1971 dalam Tandon 1989). Peningkaan Hara Makro Sekunder (S, Ca, Mg) Hara S. Unur S berfungi dalam: (1) penyuunan aam amino dan proein; (2) meabolime viamin, hiamin, dan koenzim- A; dan (3) membanu abilia rukur proein dan inei lemak (Tandon dan

14 Konribui ilmu anah dalam mendorong Kimmo 1993). Alfiol bai memerlukan ambahan S ebagai umber hara S era unuk menurunkan kemaaman anah. Penambahan S hingga 600 kg S/ha mampu menurunkan ph anah hingga mendekai nilai neral, dan meningkakan keerediaan ulfa (SO 4 ) dalam anah (Taufiq dan Sudaryono 2000). Penurunan ph raaraa mencapai 0,14 poin eiap penambahan 100 kg S/ha, eapi bearnya nilai penurunan ph idak ama pada iap penambahan S (Taufiq dan Sudaryono 2000). Penambahan 200 kg S/ha menurunkan ph 0,2 poin, edangkan pemberian 200 kg S/ ha berikunya menurunkan ph 0,05 poin. Penurunan ph dan peningkaan keerediaan ulfa dalam anah berkorelai nyaa dengan penambahan S. Kandungan Cadd dalam anah menurun dan keerediaan Fe meningka akiba penambahan S dibandingkan anpa penambahan S. Pada Alfiol bai di Tuban, pemberian S dan bahan organik pada kacang anah memberikan hail yang beragam (Taufiq dan Sudaryono 1999). Hara Ca dan Mg. Kalium berfungi dalam: (1) penyuunan dinding el dalam benuk Ca-peka dan diperlukan dalam pembelahan el dan pemanjangan akar; (2) membanu abilia membran dan memelihara rukur kromoom; (3) ebagai akivaor enzim fofolipae, argininkinae, dan adenoin rifofa; dan (4) bekerja ebagai penawar racun dengan cara meneralkan aam-aam organik dalam anaman (Tandon 1989; Tandon dan Kimmo 1993). Pada anaman kacang anah, Ca diperlukan dalam jumlah banyak, eruama pada aa pembenukan polong (Tandon 1989). Unur Mg berperan dalam: (1) penyuunan molekul klorofil dan pening unuk fooinei; (2) ebagai akivaor pada berbagai iem enzim, ermauk pada meabolime karbohidra, inei aam nuklea, dan produki proein; (3) membanu erapan dan ranlokai fofor; dan (4) membanu aliran gula dalam bagian anaman (Tandon 1989; Tandon dan Kimmo 1993). Kandungan Ca dan Mg dalam anah dienukan oleh konenrai aau inenianya, nibah Ca erhadap Mg, nibah Ca erhadap K, nibah K erhadap Mg, dan nibah Ca+Mg erhadap K (Adam dan Harzog 1979). Taufiq dan Sudaryono (1997) melaporkan bahwa peningkaan au K, Ca, dan Mg dapa diukar ebear 15% pada Alfiol Lamongan meningkakan hail kacang anah dari 1,53-1,66 menjadi 1,92-2,86 /ha. Pada kondii erebu, au K, Ca, dan Mg anah berada pada imbangan 0,19 me K, 2,12 me Ca, dan 0,86 me Mg/100 g anah, edangkan kandungan hara dalam jaringan pada fae pembenukan polong adalah 0,65% K, 0,77% Ca, dan 0,78% Mg. Peningkaan Sau Hara Mikro (Zn, Fe, B, Mn, Cu, Mo, Cl) Penambahan unur hara mikro dewaa ini elah banyak dilakukan peani. Sumber hara mikro yang digunakan adalah pupuk pelengkap cair (PPC). Neraca Hara Tanaman Neraca hara (nurien balance) menggambarkan penerimaan (gain) dan pengurangan (loe) uau hara dalam agroekoiem erenu (Sudaryono 1987). Komponen yang erliba dalam neraca hara adalah anah, air irigai (lahan beririgai), air hujan, aliran permukaan (runoff), infilrai dan perkolai air anah (leaching), pemupukan, panen hara melalui hail maupun eraah, dan pengendapan abu

15 272 Sudaryono volkan dan/aau bahan-bahan aluvial. Perilaku hara menggambarkan dinamika hara erebu dalam uau agroekoiem. Lahan yang udah lama dianami anpa upaya pengawean akan menurunkan keuburan kimiawi dan fiik anah ehingga produkivianya rendah. Pada uaha ani kacang anah dengan ingka hail 4,5 / ha, hara yang ererap dan erangku beruru-uru adalah 269 kg N, 44 kg P 2 O 5, 207 kg K 2 O, 28 kg Mg, dan 24 kg S/ha. Uaha ani kedelai dengan ingka hail 4,0 /ha akan menyerap dan mengangku hara oal beruru-uru 263 kg N, 72 kg P 2 O 5, 159 kg K 2 O, 30 kg Mg, dan 28 kg S/ha. Pada uaha ani jagung dengan ingka hail 12,5 /ha akan menyerap dan mengangku hara beruru-uru 298 kg N, 128 kg P 2 O 5, 298 kg K 2 O, 73 kg Mg, dan 37 kg S/ha. Panen hara yang berlangung ecara eraur dalam waku yang panjang akan mengura hara dalam anah. Oleh karena iu, pengembalian hara yang elah dipanen mulak dilakukan unuk menjamin abilia dan keberlanjuan iem produki. Pupuk Kandang-Pupuk Organik Sejak dierapkannya peryaraan produk perdagangan dunia, khuunya produk peranian (ecolabelling) yang beba bahan pencemar, eruama reidu logam bera dan peiida, berkembang wacana peranian yang aman dan eha, eperi iem peranian kembali ke alam (back o naure), peranian organik (organic farming), peranian ramah lingkungan (ecologically ound), dan peranian leari (uainable agriculure) (Hong 1994; Huang 1994; Aakadau 1995). Sejak aa iu, peani diingakan kembali unuk memberdayakan pupuk kandang aau pupuk organik pada iem uaha ani. Pada Alfiol alkali, penambahan pupuk kandang hingga 20 /ha belum berpengaruh erhadap keerediaan Fe, eapi pengaruhnya cukup bear erhadap kandungan C-organik anah. Peningkaan kandungan C-organik anah raa-raa mencapai 0,02% eiap penambahan pupuk kandang 1 /ha. Penurunan ph anah akiba pemberian pupuk kandang idak ebear yang erjadi akiba pemupukan S (Taufiq dan Sudaryono 1999). Hal ini menunjukkan bahwa pupuk kandang juga berpoeni ebagai bahan pembenah unuk penurunan ph anah, eapi haru diberikan dalam jumlah yang bear dan ecara eru-meneru. Sudaryono (1999b) melaporkan bahwa aplikai belerang murni 100 kg/ha dikombinaikan dengan pupuk kandang 20 /ha pada Alfiol marginal menghailkan kacang anah 2,97 on polong kering/ha. Konervai, Rehabiliai, dan Reklamai Lahan Konervai lahan pening eruama di daaran inggi dengan benuk permukaan anah (fiiografi) bergelombang ampai bergunung. Rehabiliai lahan perlu dilakukan pada lahan yang ruak aau mengalami degradai akiba eroi lanju, pedogenei lanju (anah ua), aau ebab lain. Reklamai anah adalah indakan penyehaan anah dari gangguan bahan pencemar (garam lau, logam bera dan ebagainya). Pada anaman palawija, peneliian di bidang ini maih belum banyak dilakukan, padahal peranaman palawija elah menyebar ke lahan-lahan marginal. Sudaryono (1995b) melaporkan bahwa kehilangan anah dan hara karena eroi pada iem uaha ani konervai dengan eknologi hedgerow pada era bangku di

16 Konribui ilmu anah dalam mendorong lahan kapur marginal di dea Kedungbaneng, Bliar mencapai 25,99 /ha/ahun, dengan kandungan C-organik 0,40%, N 0,15%, P 11 ppm, dan K 0,2 me/l00 g. Pada lahan peani erjadi kehilangan anah ebear 15,92 /ha/ahun dengan kadungan C-organik 0,2%, P 7 ppm, dan K 0,1 me/l00 g. Baa eroi yang diperbolehkan (permiible eroion = accepable eroion = olerable eroion) di Amerika Serika adalah 10 /ha/ahun unuk lahan awah dan 12,5 /ha/ahun unuk lahan egalan (Benne 1939). Di Dea Gabe, Bau, Jawa Timur, laju eroi pada lahan dengan kemiringan 30% dan iem konervai inenif dan biaya mahal yang digunakan unuk uaha ani anaman emuim menunjukkan laju eroi >20 /ha/ahun (Uomo 1989). Laju eroi yang inggi dan berlangung dalam waku lama akan menyebabkan erjadinya anah marginal. Tanah marginal memerlukan penanganan khuu dengan penerapan eknologi peifik lokai euai dengan jeni anah, kemiringan, iklim, dan fakor oial budaya peani. Lahan marginal memiliki permaalahan yang anga beragam, mulai dari erlalu baa (ph >7) hingga maam (ph <5), olum dangkal, bahan organik rendah, kaha hara makro dan mikro, daya impan air rendah, dan drainae buruk. Lahan berkapur di Indoneia cukup lua, lebih dari ha, yang erbenang di Jawa bagian Selaan mulai dari Kulon Progo (DIY) ampai ke Malang dan Madura (Jawa Timur), era di beberapa daerah di Bali, NTB, dan NTT (Caron 1987; Sudaryono 1988; 1995a). Akunani Keharaan Tanaman Akunani keharaan didefiniikan ebagai perhiungan jangka waku pemanfaaan uau hara pada uau lahan peranian menuru neraca hara yang berangkuan (Sudaryono 1987). Dengan kaa lain, akunani keharaan dapa diarikan ebagai jangka waku (umur) penggunaan lahan peranian menuru panen hara erenu. Neraca hara dapa menjelakan daur hara, edangkan akunani hara menunjukkan lamanya uau lahan peranian (agroekoiem) memberikan ari ekonomi diinjau dari panen haranya. Akunani keharaan memberikan ari pening bagi pemanfaaan lahan peranian. Oleh karena iu, akunani keharaan dapa digunakan ebagai daar dalam perencanaan penggunaan lahan peranian ekaligu menenukan langkah indak lanju dalam pengelolaan hara. Dengan demikian, uaha peranian dapa mencapai kelayakan panen euai norma produkif, abil, meraa, dan berkelanjuan. Sudaryono (1987) melaporkan bahwa lahan awah Veriol di daerah Kulon Progo (DIY), menuru akunani keuburan K memiliki umur relaif 137,57 ahun, edangkan bila lahan awah erebu dikelola dengan iem peranian urjan umur relaifnya mencapai 182,97 ahun. Bila eraah anaman dikembalikan ke anah, umur relaif penggunaan lahan akan berambah, beruru-uru 1.468,01 ahun unuk lahan awah dan 608,70 ahun unuk lahan dengan iem urjan. PENGEMBANGAN ILMU TANAH MASA DEPAN Perpekif ilmu anah menyirakan makna anangan ilmu anah di maa depan eiring perambahan waku dan unuan yang berkaian dengan perkembangan peradaban manuia. Diadari bahwa ekanan erhadap anah unuk menerima berbagai beban yang diimbulkan oleh kegia-

17 274 Sudaryono an manuia (anhropogenic) dalam beruaha ani makin meningka. Di ii lain, anah mempunyai kemampuan yang erbaa unuk eru-meneru menerima dan menampung beban berupa buangan limbah dari kegiaan manuia, baik perindurian, perambangan, kegiaan perkoaan, maupun limbah peranian. Kondii demikian merupakan anangan nyaa yang memerlukan olui komprehenif unuk mencipakan lingkungan yang eha (Anda 2003). Menuru Sanchez, ke depan anah akan menjadi pemain uama (major player) dalam pembangunan di berbagai belahan dunia, dalam kaiannya dengan keahanan pangan, pengenaan kemikinan, degradai lahan, dan peryaraan lingkungan. Oleh karena iu, para ahli anah diunu unuk mampu menghailkan eknologi eroboan yang ramah lingkungan unuk memberikan konribui erhadap ekor ekonomi dalam rangka memakmurkan mayaraka (Anda 2003). Pengembangan ilmu anah ke depan idak akan menyimpang dari upoki ilmu anah. Ilmu anah memberikan refleki kerangka peneliian berlandakan falafah yang erkandung di dalamnya. Refleki ilmu anah menggambarkan cia-cia aau impian unuk menerapkan kaidah ilmu anah pada dunia nyaa. Falafah mengandung makna hakiki. Kerangka peneliian (rencana induk peneliian) anaman palawija yang dibangun menuru hakika ilmu anah era keberadaan dan kegunaannya akan menjamin kelearian iem produki anaman palawija, khuunya kacang anah. Berdaarkan aza manfaa, peneliian ilmu anah haru bermuara pada eknologi yang memberikan manfaa ekonomi bagi peani dan penguaha agribini. Berkaian dengan hal iu, diperlukan paradigma baru dalam pengelolaan dan pengembangan umber daya lahan peranian menuju keeimbangan manfaa ekonomi, dampak oial budaya, dan kelearian lingkungan. Seminar Naional Sumberdaya Lahan di Bogor pada anggal 6-7 Aguu 2002 mengangka lima iu peneliian yang erkai dengan umber daya lahan (Ropik 2003). Perama, peneliian umber daya lahan haru menghailkan eknologi yang memiliki keeimbangan anara manfaa ekonomi, dampak oial budaya, dan kelearian lingkungan. Teknologi budi daya anaman berkaian dengan hakika kelearian umber daya lingkungan. Oleh karena iu, penerapan eknologi budi daya anaman peranian dalam jangka pendek maupun panjang haru menghindarkan dampak negaif erhadap lingkungan. Komponen-komponen eknologi idak boleh berifa anagonii maupun berinergi negaif dengan komponen eknologi ebelumnya. Pemberdayaan umber daya alam berupa berbagai mineral, eraah organik, ia hail peranian, dan pupuk hayai pemaok hara merupakan pilihan dengan prioria inggi. Kedua, peneliian pengelolaan bahan organik haru mengarah pada daur ulang bahan organik dalam uau iem peranian erpadu unuk meningkakan produki anaman dan efiieni pemupukan. Penerapan daur ulang hara dalam iem produki peranian akan mencipakan iem produki peranian yang leari (berkelanjuan). Benuk aau model peranian erpadu dengan memaukkan komponen ernak, pengolahan limbah peranian menjadi pupuk organik, penerapan iem anggaran energi (energy budgeing yem) dalam uaha ani, pergiliran anaman yang mengakifkan mikroba penamba N udara dan mikoriza penranfer fofor

18 Konribui ilmu anah dalam mendorong menjadi benuk-benuk eredia, akan menjadikan umber daya peranian konduif epanjang waku. Keiga, peneliian pada lahan kering perlu diarahkan pada eknologi pengelolaan air yang dapa dierapkan oleh peani ecara individu (eperi rorak, irigai ee, irigai curah), dan eknologi yang dapa dierapkan ecara kelompok eperi channel reervoir. Keempa, peneliian pada lahan gambu diarahkan pada pengelolaan hara mikro dan aa air yang murah dan idak menimbulkan dampak lingkungan yang merugikan. Kelima, peneliian evaluai dampak lingkungan yang diimbulkan oleh berbagai prakek peranian inenif, eperi reidu peiida dan pupuk, dan dampak limbah pabrik erhadap lahan peranian, perlu dilakukan ecara komprehenif unuk mendapakan langkah pengamanan yang efekif. Ilmu anah banyak berperan dalam pembangunan iem produki yang berkelanjuan dan ramah lingkungan. Dalam agribini kacang anah dengan pendekaan holiik, ilmu anah dapa berperan baik di bagian hulu, engah maupun hilir. Di bagian hulu, ilmu anah berperan ebagai pemandu dalam melegiimai kelayakan ekni pewilayahan lahan unuk membangun iem produki kacang anah yang berkelanjuan. Diagnoi dan karakeriai lahan, evaluai kelayakan dan keeuaian lahan merupakan kegiaan daar yang haru dikerjakan mengawali pengembangan iem produki kacang anah. Menuru Harijogjo e al. (1996), harka keeuaian lahan unuk anaman kacang anah dipilah menjadi lima kela, yaiu: (1) S1, lahan anga euai (highly uiable), anpa penghamba berari bagi perumbuhan anaman unuk berproduki opimal; (2) S2, lahan cukup euai (moderaely uiable), mempunyai fakor penghamba ringan agar anaman dapa berproduki opimal; (3) S3, lahan euai marginal (marginally uiable), mempunyai fakor penghamba agak bera, memerlukan maukan biaya edang agar anaman dapa berproduki opimal; (4) N1, lahan idak euai aa ini (currenly no uiable), mempunyai pembaa bera unuk perumbuhan anaman, memerlukan maukan biaya inggi; dan (5) N2, lahan idak euai (no uiable). Sebagai conoh, lahan dengan kela anga euai unuk kacang anah memiliki krieria ebagai beriku: (1) uhu raa-raa ahunan C; (2) keerediaan air: curah hujan ahunan mm dan bulan kering < 8 bulan; (3) media perakaran: drainae baik/agak cepa, ekur geluh lempung berpair (andy clay loam), geluh (loam), geluh berlempung (clay loam), kedalaman efekif > 50 cm; (4) reeni hara: KTK edang-inggi, ph anah 6,0-7,0, C-organik > 0,8%; (5) kegaraman < 3 mmho/cm; (6) hara NPK eredia minimal edang; (7) bahaya keracunan Al, Fe, S idak ada; (8) lereng < 3%; dan (9) ingka bahaya eroi anga rendah (Harijogjo e al. 1996). Perencanaan aa guna lahan, pembenukan/ penyiapan benang lahan (landcape) iem produki kacang anah, ermauk pengauran drainae permukaan merupakan langkah pening dalam konervai dan pelearian umber daya lahan dan iem produki kacang anah. Ameliorai, konervai, rehabiliai, dan reklamai umber daya lahan yang memiliki kela kurang aau idak euai merupakan langkah nyaa dan pening unuk mencapai harka lahan yang layak bagi pengembangan iem produki kacang anah. Di bagian engah (middle ream), ilmu anah berperan dalam akunabilia umber

19 276 Sudaryono daya lahan unuk memberikan jaminan abilia, produkivia, dan keeimbangan iem produki peranian. Penyiapan lahan era pengelolaan lenga anah dan keuburan anah ecara fiik, kimia, maupun hayai unuk mencipakan medium umbuh yang opimal bagi anaman merupakan langkah nyaa dalam membangun iem produki kacang anah yang produkif, abil, meraa, dan berkelanjuan. Dari udu pandang iem produki kacang anah, peneliian di bidang ilmu anah haru bermuara pada peningkaan kualia lingkungan umbuh euai dengan prayara umbuh opimal anaman unuk berproduki ecara opimal. Prioria peneliian pada anaman kacang anah, khuunya dari diiplin ilmu anah mencakup: (1) pencipaan media umbuh eruama pada daerah perakaran (rizofier) yang ideal; peneliian bernuana fiika, mekanika, dan morfologi anah memiliki konribui yang bear pada apek ini, mialnya perbaikan rukur anah; (2) peningkaan efiieni erapan hara, ermauk peningkaan efiieni ranformai enyawa N melalui imbioi bakeri penamba N 2 udara era hara P oleh mikoriza; (3) pencipaan kondii fiiologi yang mampu menjamin perumbuhan dan perkembangan ginofor dan polong kacang anah lebih produkif; (4) pencipaan kondii fiiologi perumbuhan anaman agar rubu eap egar dan hijau (ay green) hingga panen; (5) peningkaan efiieni panen air oleh anaman; (6) peningkaan efiieni ranlokai aimila dari daun ke biji ehingga dapa meningkakan kualia biji kacang anah; dan (7) peneliian neraca hara pada iem produki kacang anah. Lua Alfiol di Indoneia yang berpoeni unuk membangun iem produki kacang anah mencapai ha (Sudjadi e al. 1986). Inovai eknologi budi daya kacang anah pada Alfiol mampu meningkakan hail menjadi 2,5 /ha (Harono e al. 1993) ehingga produki mencapai on. Dengan harga kacang anah gelondong kering Rp4.000/ kg akan diperoleh nilai nominal Rp85,25 miliar. Di hilir (down ream), ilmu anah berperan dalam: (1) pemanauan dan penilaian kelearian umber daya lahan dan iem produki anaman kacang anah; dan (2) pembangunan dan pengembangan umber daya lahan unuk menjamin keberlanjuan iem produki peranian pada umumnya dan anaman palawija pada khuunya. Prioria peneliian di bagian hilir anara lain adalah: (1) peneliian yang berifa pemanauan; (2) peneliian yang berorienai kepada pemecahan maalah akual yang menjadi kendala peningkaan produkivia anaman kacang anah; (3) rehabiliai, reklamai, dan pelearian/konervai umber daya lahan; (4) akunani keharaan unuk menghiung umur produkif lahan; (5) pemberdayaan produk amping hail peranian (eraah, rubu, ia hail) dan aau pengolahan hail peranian menjadi produk yang memiliki nilai manfaa (pupuk organik) dan nilai ambah ekonomi; (6) pemanauan lahan yang erkena dampak kegiaan agroinduri; dan (7) peneliian yang berorienai pada pengembangan produk unuk menghailkan arana produki yang memiliki nilai kompeiif dan komparaif yang inggi dan berifa ramah lingkungan, ehingga mampu meningkakan efiieni iem produki anaman kacang anah. Kebijakan yang diperlukan unuk mendukung agribini kacang anah melipui kebijakan operaional peneliian dan kebijakan operaional agribini. Kebi-

Bab III. Menggunakan Jaringan

Bab III. Menggunakan Jaringan Bab III Pembuaan Jadwal Pelajaran Sekolah dengan Menggunakan Jaringan Pada bab ini akan dipaparkan cara memodelkan uau jaringan, ehingga dapa merepreenaikan uau jadwal pelajaran di ekolah. Tahap perama

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 27/ 28 UJIAN SEMESTER GANJIL Maa Pelajar Fiika Kela XII IPA Waku 12 meni 1. Hubungan anara jarak () dengan waku () dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini.

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini. NAMA : NO ABSEN : ULANGAN HARIAN KELAS VIII D SISTEM GERAK PADA TUMBUHAN DAN BENDA Rabu, 03 Sepember 2014 A. Pilihlah au jawaban yang paling epa 1. Gerak pada umbuhan yang dipengaruhi rangangan dari luar

Lebih terperinci

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Nama No Aben Kela ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Romawi I 1. Gerak umbuhan yang dipengaruhi oleh rangangan dari dalam umbuhan iu endiri diebu... a. Endonom c. Higrokopi b. Eionom

Lebih terperinci

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X)

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X) Lag: Waku yang diperlukan imbulnya repon ( akiba uau aki ( Conoh: Pengaruh kredi erhadap produki Suplai Uang mempengaruhi ingka inflai eelah beberapa kwaral Hubungan pengeluaran R & D dengan produkifia

Lebih terperinci

Transformasi Laplace Bagian 1

Transformasi Laplace Bagian 1 Modul Tranformai aplace Bagian M PENDAHUUAN Prof. S.M. Nababan, Ph.D eode maemaika adalah alah au cabang ilmu maemaika yang mempelajari berbagai meode unuk menyeleaikan maalah-maalah fii yang dimodelkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS BAB KINEMATIKA GERAK LURUS.Pada ekiar ahun 53, eorang ilmuwan Ialia,Taraglia,elah beruaha unuk mempelajari gerakan peluru meriam yang diembakkan. Taraglia melakukan ekperimen dengan menembakkan peluru

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI KEMITRAAN USAHA. Saptana dan Ashari

PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI KEMITRAAN USAHA. Saptana dan Ashari PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI KEMITRAAN USAHA Sapana dan Ahari Pua Analii Soial Ekonomi dan Kebijakan Peranian, Jalan Ahmad Yani No. 70, Bogor 16161 ABSTRAK Pembangunan (ermauk ekor peranian)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Vol I. No., Mare 07, hlm. 69-74 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Ririn Sundari, Sri Rahmah Dewi Saragih Pendidikan Maemaika, Univeria

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku 4 erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku.. endahuluan ada bab ini, akan dibaha mengenai perancangan uau iem konrol ingleinpu-ingle-oupu linier ime-invarian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL

PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL Wayan R. Suila 1 dan Bonar M. Sinaga 2 1 Lembaga Rie Perkebunan Indoneia, Jalan Salak No. 1A, Bogor 16151 2 Program

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN. Parlaungan Adil Rangkuti

STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN. Parlaungan Adil Rangkuti STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN Parlaungan Adil Rangkui Fakula Teknologi Peranian, Iniu Peranian Bogor, Kampu IPB Darmaga, Koak Po 220 Bogor 16002 Telp.(0251) 8621210, Fak.(0251) 8623203,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL Univeria Indoneia Fakula Ekonomi dan Bini UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL 2017-2018 Hari /gl : Rabu, 18 Okober 2017 Waku : 120 Meni Pengajar : Riyano Sifa : Caaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONVEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON

ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONVEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON Jurnal Dinami,olume.II, No.8,Januari 2011 ISSN 0216-7492 ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON Ir.Alfian Hami, MSc.*

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENDAHULUAN Laar Belakang Salah au maalah aru dalam uau nework adalah penenuan pah erpendek. Maalah pah erpendek ini merupakan maalah pengopimuman, karena dengan diperolehnya pah erpendek diharapkan dapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO. Tjeppy D. Soedjana

SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO. Tjeppy D. Soedjana SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO Tjeppy D. Soedjana Pua Peneliian dan Pengembangan Peernakan, Jalan Raya Pajajaran Kav. E. 59, Bogor 16151 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA. Sjahrul Bustaman

POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA. Sjahrul Bustaman POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA Sjahrul Buaman Balai Bear Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peranian, Jalan Tenara Pelajar No. 10, Bogor 16114 ABSTRAK Lua areal anam agu di Indoneia mencapai

Lebih terperinci

Model Rangkaian Elektrik

Model Rangkaian Elektrik Tuga Siem Linier Model Rangkaian Elekrik Model model unuk beberapa rangkaian elekrik, eperi: reiani, kapaiani, dan indukani ecara ederhana diperlihakan dalam gambar dibawah. Dalam gambar erebu juga di

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009 di Laboraorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakulur, Deparemen Budidaya Perairan, FPIK-IPB.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM)

ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM) JURNAL TEKNIK POMITS, (2014 1-6 1 ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM Yoe Rizal, IGN Sariyadi Hernanda, S.T,

Lebih terperinci

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS Keenagalirikan dan Energi Terbarukan Vol. 13 No. 2 Deember 2014 : 139 1 ISSN 1978-2365 PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS EVALUATION OF TOUCH

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN. Evaluasi Pendidikan

ANALISIS INSTRUMEN. Evaluasi Pendidikan 1 ANALISIS INSTRUMEN Pengerian inrumen dalam lingku evaluai didefiniikan ebagai erangka unuk mengukur hail belajar iwa yang mencaku hail belajar dalam ranah kogniif, afekif dan ikomoor. Benuk inrumen daa

Lebih terperinci

ANALISIS TES. Evaluasi Pendidikan ANALISIS TIAP BUTIR SOAL ANALISIS KESELURUHAN TES. - Daya Pembeda - Tingkat Kesukaran - Pengecoh - Homogenitas

ANALISIS TES. Evaluasi Pendidikan ANALISIS TIAP BUTIR SOAL ANALISIS KESELURUHAN TES. - Daya Pembeda - Tingkat Kesukaran - Pengecoh - Homogenitas Evaluai Pendidikan 1 AALISIS TES AALISIS KESELURUHA TES AALISIS TIAP BUTIR SOAL - Analii Validia Te - Analii Reliabilia Te - Daya Pembeda - Tingka Keukaran - Pengecoh - Homogenia Evaluai Pendidikan I.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION

PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION Bayu Seio Handhoko Ir. Agung Wario DHET Sumardi, ST, MT Juruan Teknik Elekro Fakula Teknik Univeria Diponegoro Semarang Abrak - Semenjak

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ENDAHUUAN P Belg aar idenifikai awali belajar roe iemaika S - uahaani erjanya enyebab menganalia lanjukan, elah, emecahan uaya ebagai alernaif beberaa muncul meme : ianaranya d awah ekoiem agro engelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) (STUDI KASUS PADA TANG JEPIT JAW LOCKING PLIERS)

KAJIAN AWAL PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) (STUDI KASUS PADA TANG JEPIT JAW LOCKING PLIERS) KAJIAN AWAL PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) (STUDI KASUS PADA TANG JEPIT JAW LOCKING PLIERS) K. Rihendra Dane Juruan Pendidikan Teknik Mein, Fakula Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

PENENTUAN UMUR SIMPAN PADA PRODUK PANGAN. Heny Herawati

PENENTUAN UMUR SIMPAN PADA PRODUK PANGAN. Heny Herawati PENENTUAN UMUR SIMPAN PADA PRODUK PANGAN Heny Herawai Balai Pengkajian Teknologi Peranian Jawa Tengah, Buki Tegalepek, Koak Po 101 Ungaran 50501 ABSTRAK Pengolahan pangan pada induri komerial anara lain

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran. Saat kuselesaikan bab ini, kuingin dapat melakukan hal-hal berikut.

Tujuan Pembelajaran. Saat kuselesaikan bab ini, kuingin dapat melakukan hal-hal berikut. Tujuan Pembelajaran Saa kueleaikan bab ini, kuingin dapa melakukan hal-hal beriku. Menyeleaikan model dinamik linear orde au dan dua ecara analii Menyaakan model dinamik kedalam fungi alih ranfer funcion

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Modul ini adalah modul ke-4 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini

Modul ini adalah modul ke-4 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini BANGUN-BANGUN GEOMETRI P PENDAHULUAN Modul ini adalah modul ke-4 dalam maa kuliah Maemaika. Ii modul ini membaha enang bangun-bangun geomeri. Modul ini erdiri dari 3 kegiaan belajar. Pada kegiaan belajar

Lebih terperinci

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Proiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-6-6--9 hal 5-4 November 6 hp://jurnal.fkip.un.ac.id REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Chaarina Enny Murwaningya,,

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE MODUL 7 APLIKASI TRAFORMASI LAPLACE Tranformai Laplace dapa digunaan unu menyeleaian bai peroalan analia maupun perancangan iem. Apliai Tranformai Laplace erebu berganung pada ifa-ifa ranformai Laplace,

Lebih terperinci

CEMARAN MIKROBA PADA PRODUK PERTANIAN, PENYAKIT YANG DITIMBULKAN DAN PENCEGAHANNYA. Titiek F. Djaafar dan Siti Rahayu

CEMARAN MIKROBA PADA PRODUK PERTANIAN, PENYAKIT YANG DITIMBULKAN DAN PENCEGAHANNYA. Titiek F. Djaafar dan Siti Rahayu CEMARAN MIKROBA PADA PRODUK PERTANIAN, PENYAKIT YANG DITIMBULKAN DAN PENCEGAHANNYA Tiiek F. Djaafar dan Sii Rahayu Balai Pengkajian Teknologi Peranian Yogyakara, Jalan Rajawali No. 28, Demangan Baru, Yogyakara

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR MALUKU. Sjahrul Bustaman

PROSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR MALUKU. Sjahrul Bustaman PRSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KMDITAS EKSPR MALUKU Sjahrul Buaman Balai Bear Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peranian, Jalan Tenara Pelajar No. 10, Bogor 16114 ABSTRAK Minyak pala

Lebih terperinci

SIMULASI KESTABILAN SISTEM KONTROL PADA PERMUKAAN CAIRAN MENGGUNAKAN METODE KURVA REAKSI PADA METODE ZIEGLER- NICHOLS BERBASIS BAHASA DELPHI

SIMULASI KESTABILAN SISTEM KONTROL PADA PERMUKAAN CAIRAN MENGGUNAKAN METODE KURVA REAKSI PADA METODE ZIEGLER- NICHOLS BERBASIS BAHASA DELPHI SIMUSI KESTIN SISTEM KNT PD PEMUKN CIN MENGGUNKN METDE KUV EKSI PD METDE ZIEGE- NICS ESIS S DEPI Munhidhoul Ummah STK Dalam bidang eknologi elah dikembangkan uau pengonrol yang dapa mengaur keinggian cairan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB 4 PENGANAISAAN RANGAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINGGI Oleh : Ir. A.Rachman Haibuan dan Naemah Mubarakah, ST 4. Pendahuluan Pada umumnya peramaan diferenial homogen orde dua

Lebih terperinci

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 ANGKA NDEKS (ndeks Raa-raa Harga Relaif, Variasi ndeks Harga, Angka ndeks Beranai, Pergeseran waku dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 NDEKS RATA-RATA HARGA RELATF Rumus, 1 P 100% n P,0 = indeks raa-raa

Lebih terperinci

SISTEM PENGKONVERSI DAYA MAKSIMAL MODUL SURYA MELALUI DETEKSI TEGANGAN. Leonardus Heru Pratomo Teknik Elektro Universitas Katolik Soegijapranana

SISTEM PENGKONVERSI DAYA MAKSIMAL MODUL SURYA MELALUI DETEKSI TEGANGAN. Leonardus Heru Pratomo Teknik Elektro Universitas Katolik Soegijapranana E KAJAN MAH, lume 15, Nmr 1, Januari 2013 EM PENGKONE DAYA MAKMA MODU UYA MEAU DEEK EGANGAN enardu Heru Pram eknik Elekr Univeria Kalik egijapranana ABAK Krii energi yang diebabkan keerbaaan eredianya

Lebih terperinci

Sistem Komunikasi II (Digital Communication Systems)

Sistem Komunikasi II (Digital Communication Systems) Siem Komunikai II (Digial Communicaion Syem) Topik: Lecure #2: Modulai Baeband (Baeband Modulaion) 2. Mapping (Formaing). - Binary (2-Level) PAM / PCM. - M-ary (Muli-Level) PAM / PCM. 2.2 Pule Shaping

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. AnalisisRangkaian. RangkaianListrik di KawasanWaktu #3

Sudaryatno Sudirham. AnalisisRangkaian. RangkaianListrik di KawasanWaktu #3 Sudarano Sudirham AnaliiRangkaian RangkaianLirik di awaanwaku #3 Bahan uliah Terbuka dalam forma pdf eredia di www.buku-e.lipi.go.id dalam forma pp beranimai eredia di www.ee-cafe.org Teori dan Soal ada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN. i SAMPUL DALAM... ii PRASYARAT GELAR. iii LEMBAR PERSETUJUAN.. iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI.. v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN. ix

Lebih terperinci