POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA. Sjahrul Bustaman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA. Sjahrul Bustaman"

Transkripsi

1 POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA Sjahrul Buaman Balai Bear Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peranian, Jalan Tenara Pelajar No. 10, Bogor ABSTRAK Lua areal anam agu di Indoneia mencapai 1,40 jua ha, dan ebagian bear (+ 1 jua ha) erdapa di Maluku dan Papua. Maluku memiliki areal anam agu ha dan maih dapa dikembangkan menjadi ha. Tanaman yang iap panen eiap ahun mencapai 86 pohon/ha. Salah au limbah dari hail panen agu adalah pucuk baang. Limbah ini umumnya belum dimanfaakan dan dapa menjadi empa berelur bagi kumbang merah kelapa (Rhynchophoru ferrugineu). Larva kumbang erebu dikenal dengan ula agu. Sebagian mayaraka Maluku dan Papua mengonumi ula agu ebagai umber proein. Bila ula agu menjadi dewaa akan berubah menjadi kumbang dan merupakan hama pada anaman kelapa. Ula agu dapa diperoleh dari alam aau melalui budi daya, era propekif ebagai umber proein pada pakan ernak. Poeni ula agu dari alam di Maluku diperkirakan mencapai 935 on dengan produkivia 2,52 kg/m 3 limbah pucuk baang agu. Bila dibudidayakan, dalam waku 42 hari dapa dihailkan ula agu dengan produkivia 2,77 kg/m 3. Perkembangbiakan erjadi epanjang ahun dengan waku panen hari eelah pohon agu diebang. Ula agu mengandung proein 13,80% dan ejumlah aam amino eenial ehingga dapa dimanfaakan ebagai umber proein penggani epung ikan pada pakan. Kaa kunci: Sagu, pemanfaaan limbah, Rhynchophoru ferrugineu ABSTRACT Poency and propec of ago larva uilizaion The area of ago palm in Indoneia occupie 1.40 million ha and mo of hem (+ 1 million ha) locaed in Molucca and Papua. The acual ago area in Molucca i 31,360 ha and i can be developed o be abou 649,938 ha. The number of ago ree ready o be harveed i couned 86 ree/ha. The wae from harveed ago crop i ree prou which can be a place for coconu red beele (Rhynchophoru ferrugineu) o lay egg. Larva of he beele i recognized wih ago larva. The larva i uually conumed by ome of Molucca and Papua ociey a proein ource. The larva will urn ino beele and become a pe on coconu ree. The ago larva can be produced naurally or by rearing and propecive a ource of proein in feed. The poency of larva ago from naure i eimaed 935 on wih produciviy of 2.77 kg/m 3 of ago ree prou wae. The breeding eaon occurred a year long and he larva could be harveed in day from po-cu away ree. Sago larva conain 13.80% proein and a number of eenial amino acid, o i i poenial a a ource of proein in feed o ubiue fih meal. Keyword: Meroxylon, wae uilizaion, Rhynchophoru ferrugineu Lua areal anam agu di Maluku mencapai ha yang erebar di ujuh kabupaen (Alfon dan Buaman 2005). Berdaarkan Pea Zona Agroekologi Maluku kala 1: , lua areal agu maih dapa dikembangkan hingga ha (Balai Pengkajian Teknologi Peranian Maluku 1999). Sagu merupakan anaman rumpun dan berkembang biak dengan membenuk anakan. Baang agu mengandung pai (karbohidra), dan biaanya dipanen eelah berumur 8 10 ahun. Namun jika anaman dibudidayakan dengan baik, agu dapa dipanen pada umur 6 7 ahun (Flach 1980). Poeni pohon agu iap panen di Maluku diperkirakan mencapai 86 pohon/ ha/ahun (Alfon e al. 2004). Limbah dari hail panen pohon agu bermacam-macam dan umumnya belum dimanfaakan. Salah au limbah erebu adalah pucuk baang agu (1 2 m). Limbah ini dapa menjadi empa bagi kumbang merah kelapa (Rhynchophoru ferrugineu) unuk meleakkan elur. Peranaman agu di Maluku umumnya berdekaan dengan anaman kelapa, ehingga bila elur dalam limbah agu erebu menea dan menjadi kumbang dikhawairkan dapa menjadi hama pada anaman kelapa. Larva kumbang merah kelapa dikenal ebagai ula agu. Selain ebagai hama kelapa, kumbang erebu juga merupakan hama pada anaman palma lain, eperi agu, kelapa awi, enau, dan nipah. Kumbang biaanya hanya erarik unuk meleakkan elur pada anaman yang elah mai, bagian pohon kelapa yang luka, dan pucuk baang agu ia penebangan. Tanaman kelapa yang ererang kumbang ini diandai dengan daun erkulai karena pangkal daun dimakan oleh larva. Berbeda dengan kumbang badak, kumbang merah kelapa juga menyerang anaman kelapa 50 Jurnal Libang Peranian, 27(2), 2008

2 yang maih muda, eruama bagian-bagian yang muda (Pracaya 2005). Ula agu belum dimanfaakan ecara komerial. Namun, mayaraka Papua dan Maluku yang menguahakan pengolahan agu ebagai umber pendapaan, memanfaakan ula agu unuk dikonumi. Pada daerah-daerah dengan umber proein hewani uli didapa, ula agu dapa menjadi alernaif umber makanan berproein inggi. Ula agu juga propekif ebagai umber proein pada pakan ernak unuk mengganikan epung ikan. Pembuaan pakan ungga dan ikan biaanya menggunakan epung ikan ebagai umber proein. Propori epung ikan dalam pakan ungga ekiar 5% dan unuk pakan ikan (udang) 15%. Apabila produki pakan ungga mencapai 5 jua /ahun dan pakan ikan (udang) 2 jua /ahun maka edikinya dibuuhkan 0,25 0,75 jua on epung ikan eiap ahun. Dari kebuuhan erebu, 70% maih haru diimpor anara lain dari Peru dan Chili (Anhar 2004). Harga epung ikan dengan kandungan proein 23,08%, lemak 1,90%, dan energi meaboli kkal/kg cukup inggi (Anawidjaja e al. 1997). Harga pakan yang mahal maih menjadi kendala dalam uaha ernak ungga era budi daya ikan dan udang di Maluku, karena pakan maih didaangkan dari luar Maluku. Biaya pakan mencapai 60 70% dari oal biaya operaional. Tulian ini memberikan gambaran enang poeni ula agu dan pemanfaaannya ebagai umber proein pada pakan ernak. POTENSI PRODUKSI ULAT SAGU Poeni Sumber Daya Lahan Menuru Louhenapey (1992) dalam Louhenapey (2006), Maluku memiliki areal agu ha, yang erebar di Kecamaan Piru 320 ha, Kairau ha, Amahai ha, Buru Uara Bara 240 ha, Buru Uara Timur ha, dan Kepulauan Aru ha. Semenara Alfon dan Buaman (2005) melaporkan areal agu di Maluku mencapai ha, yang erebar di Kabupaen Seram Bagian Timur ha, Seram Bagian Bara ha, Maluku Tengah ha, Buru ha, Maluku Tenggara Bara 245 ha, Kepulauan Aru ha, dan Koa Ambon 225 ha. Berdaarkan pea Zona Agroekologi Maluku kala 1: (Balai Pengkajian Teknologi Peranian Maluku 1999), areal agu berada pada jeni anah Hidraquen, Tropaquen, dan Fluvaquen. Jika diaumikan eluruh luaan erebu berpoeni unuk pengembangan agu, karena memiliki karakeriik biofiik yang ama, maka lua lahan yang berpoeni unuk budi daya agu di Maluku mencapai ha. Lahan erebar di Kabupaen Maluku Tenggara Bara 948,54 ha, Maluku Tenggara 5.161,78 ha, Maluku Tengah ha, Buru ,50 ha, Seram Bagian Bara ,20 ha, Seram Bagian Timur ,19 ha, Kepulauan Aru ,64 ha, dan Koa Ambon ha (Suano dan Buaman 2006). Secara agroekologi, lahan yang euai unuk anaman agu berpoeni pula unuk anaman pangan lahan baah dan horikulura, ehingga ebagian lahan erebu elah beralih fungi menjadi lahan awah, bahkan pemukiman. Poeni Panen Sagu Tanaman agu biaanya dipanen menjelang pembenukan primordia bunga aau bila kuncup bunga elah muncul eapi belum mekar. Pada aa erebu daundaun erakhir yang keluar mempunyai jarak yang berbeda, lebih egak dan ukurannya kecil. Ciri lainnya adalah pucuk agak menggelembung, duri makin berkurang, dan pelepah daun menjadi lebih berih dan licin. Umumnya peani agu belum dapa menenukan umur panen anaman agu ecara epa unuk mendapakan hail yang opimal. Jumlah anaman yang dapa dipanen (maak ebang) dalam au hekar lahan agu bervariai anara pohon dengan raa-raa 20 pohon (Louhenapey 1994), 24 pohon (Wiwall 1954 dalam Louhenapey 1994), aau 82 pohon (Alfon dan Buaman 2005). Dengan memperbaiki iem budi daya, Flach (1980) melaporkan jumlah pohon maak ebang bia meningka menjadi 134 pohon/ha. Periode pohon maak ebang perama ke pohon maak ebang berikunya dalam au lokai (blok) haru diperhaikan dalam upaya mencipakan iem produki berkelanjuan. Menuru Louhenapey (2006), periode pohon maak ebang dalam au blok yang ama berlangung 2 3 ahun. Jika penebangan pohon agu hanya didaarkan pada ifa fiik anaman anpa memperimbangkan kandungan epung dalam baang, maka periode pohon maak ebang menjadi lebih lama, yaiu 6 7 ahun. Tanaman agu di Maluku biaanya dipanen euai dengan kebuuhan pangan pemilik aau perminaan paar. Akibanya ebagian pohon agu diebang lewa maa panen, yang diandai dengan umbuhnya bunga ehingga kandungan karbohidranya rendah. Pada ahun 2006, Pemerinah Provini Maluku mulai mengembangkan agu dengan melibakan peani, BPTP Maluku, dan Univeria Paimura dalam benuk proyek perconohan. Produki Ula Sagu Alami Ula agu dapa diperoleh dari alam, yaiu dari limbah panen pohon maak ebang, kurang lebih 1 2 m pada bagian aa baang hingga pucuk. Panen ula agu ecara alami dilakukan dengan mencari limbah pucuk aau baang agu yang elah berumur hari eelah diebang. Unuk mengeahui dalam gelondongan (baang) agu erdapa ula, dilakukan dengan cara mendengar. Bila erdengar ada uara benda bergerak berari di dalam gelondongan erebu erdapa ula agu. Ula diambil dengan cara membelah baang dan biaanya ula erdapa pada alur makannya (Gambar 1). Pada ahun 2006, jumlah pohon agu yang dimanfaakan di Kabupaen Maluku Tengah dan Seram Bagian Bara pada empa enra produki agu mencapai pohon. Jika raa-raa poeni ula 2,89 kg/m 3 maka produki ula agu di empa enra produki erebu mencapai 2,56 / ahun. Ula agu memiliki bera 3,10 3,58 g/ekor dengan panjang 3,18 3,72 cm. Jumlah larva eiap baang ekor. Menuru Alfon e al. (2004), Maluku aa ini memiliki areal agu ha, dengan raa-raa anaman yang iap ebang 86,15 pohon/ha. Hal ini berari akan ada pohon iap ebang. Jika raaraa volume limbah pucuk agu 0,14 m 3 / pohon dan poeni ula agu 2,52 kg/m 3 maka produki ula agu Maluku mencapai 953,15 on. Panen ula agu ecara alami hanya dapa dilakukan au kali pada iap gelondong limbah agu. Hal ini karena pada waku memanen ula agu, media umbuh (gelondong) baang agu diruak (dibelah). Waku yang dibuuhkan unuk memanen ula agu dalam au gelondongan raa-raa 1 2 jam, dengan hail panen Jurnal Libang Peranian, 27(2),

3 Gambar 1. Ula agu berada pada alur makan yang dibuanya g. Raa-raa peani agu di Maluku memiliki pohon agu /ha. Jumlah ula agu yang dihailkan eiap gelondong agu, baik pucuk maupun baang, beragam. Variai ini dipengaruhi oleh: 1) lamanya waku pembuukan baang (gelondong) agu unuk berkembangnya larva hingga dipanen, 2) volume baang aau gelondong yang mencerminkan kandungan karbohidra ebagai umber makanan larva, dan 3) fakor lain eperi jumlah kumbang beina yang meleakkan elur pada gelondong. Periode larva berlangung ekiar 2 bulan. Larva dapa umbuh hingga panjang 5 cm dan lebar bagian engah 2 cm. Saa akan menjadi pupa, larva membua kepompong dari era berbenuk ilindri. Fae pupa berlangung 2 3 minggu. Daur hidup kumbang kelapa lebih kurang 3,50 7 bulan. BPTP Maluku (Edru e al. 2007) elah berhail membudidayakan ula agu pada gelondongan (baang) agu ebagai media penangkaran. Ke dalam ala penangkar (Gambar 2) dimaukkan induk kumbang ebanyak 28 ekor ecara berahap. Gelondong diiram air 2 hari ekali agar lembap dan era kayu cepa membuuk. Penangkaran dijaga ehingga idak ada kumbang yang mauk dari luar. Budi daya ula agu hingga panen berlangung hari. Hail panen ula agu melalui budi daya lebih banyak daripada ecara alami, karena ula agu idak ada yang berubah benuk menjadi kumbang. Budi daya elama 42 hari menghailkan ula agu dengan bobo raa-raa 3,27 g/ekor dan panjang 3,30 cm. Jumlah larva iap baang 127 ekor (volume baang 0,15 m 3 ) ehingga produkivia 2,77 kg/m 3. Panen ula agu ecara alami produkivianya hanya 2,52 kg/m 3. Menuru peani agu, idak ada muim khuu bagi kumbang merah kelapa unuk berelur. Waku kumbang berelur berhubungan dengan regenerai larva menjadi kumbang. Jumlah kumbang di alam meningka eiring dengan banyaknya limbah pengolahan agu. Dengan demikian, eredianya limbah agu memberikan keempaan bagi kumbang merah kelapa unuk berkembang biak ecara alami epanjang ahun. Waku panen ula agu berkaian era dengan iklu kumbang merah kelapa, yang dimulai dari elur, kemudian larva inar 1, 2, 3, 4, 5, 6, dilanjukan dengan adium kepompong ampai kemudian menjadi imago dan kumbang dewaa (Gambar 3). Waku panen ula agu erbaik adalah pada larva inar 5 dan 6, aau Produki Ula Sagu melalui Budi Daya Teknologi budi daya ula agu didaarkan pada daur hidup kumbang merah kelapa. Kumbang erbang pada iang hari dan biaanya erarik pada baang agu (juga baang ebu) yang elah diebang dan agak membuuk. Pada waku akan berelur, kumbang beina membua lubang dengan ungunya pada bagian baang yang luka aau buuk (layu). Lubang edalam 3 mm diii buir elur. Periode berelur berlangung 1 3 bulan. Telur akan menea dalam 2 3 hari. Larva yang baru menea mauk ke dalam pucuk baang dan memakan jaringan yang lunak era membuang bagian yang berera ke luar lubang, ehingga di luar lubang akan erliha adanya geah dengan kooran dan beka makanan yang berbau ajam. Gambar 2. Ala penangkaran ula agu. 52 Jurnal Libang Peranian, 27(2), 2008

4 Tabel 2. Kandungan aam amino ula agu dan pakan dari ula agu. Aam amino (ppm) Ula agu Pakan A B C D E A = Maa berelur eredia, minimum 1 bulan dan makimum 3 bulan, B = Maa elur menea, 2 3 hari, C = Maa larva, 2 bulan, D = Maa pupa, 2 3 minggu, E = Maa imago dan kumbang dewaa. Aam apara 1,840 1,678 Aam gluama 2,715 2,512 Serin 1,659 0,502 Gliin 7,631 0,592 Hiidin 1,224 0,599 Arginin 1,008 0,536 Treonin 0,983 0,288 Alanin 0,910 0,531 Prolin 1,958 0,251 Tiroin 1,868 0,216 Valin 1,110 0,487 Meionin 1,073 0,422 Siin 0,978 0,275 Ioleuin 1,006 0,280 Leuin 0,910 0,579 Fenil alanin 2,185 0,585 Liin 1,970 0,875 Gambar 3. Siklu hidup kumbang merah kelapa (Rhynchophoru ferrugineu). berumur hari ejak gelondong agu yang diemukan ada elurnya. Larva inar 5 dan 6 dengan umur hari memiliki bobo maing-maing 4,10 5 g dan 5,10 6 g. Larva inar 6 elah mendekai maa kepompong, ehingga waku perumbuhan lebih dari 45 hari merupakan aa krii bagi pemanenan. Oleh karena iu, waku panen yang baik adalah hari eelah panen agu. PROSPEK PEMANFAATAN ULAT SAGU Peneliian dan pengkajian (likaji) enang pemanfaaan umber daya lokal unuk pakan ernak elah banyak dilakukan guna memenuhi kebuuhan proein bagi ernak, eperi penggunaan rayap dan cacing anah unuk pakan ayam bura aau bekico (keong) unuk pakan iik (Tiro e al. 2002; Uhi dan Heharia 2002; Uman e al. 2002; Maiapuy 2003). Hail likaji menunjukkan erangga dapa dimanfaakan dalam membua pakan ungga. Berdaarkan hail analii prokima, ula agu mengandung proein 13,80%, lemak 18,09%, dan air 64,21% (Wikana 2005). Ula agu juga mengandung berbagai aam amino eenial yang cukup inggi ehingga dapa menjadi alernaif umber proein dalam pakan ernak. Mayaraka di dea enra pengolahan agu di Papua dan Maluku elah erbiaa mengonumi ula agu dan idak memberikan efek amping eperi alergi aau keracunan. Berdaarkan kandungan proein dan aam amino ula agu, BPTP Maluku elah membua ranum pakan ikan dan ayam bura dengan menggunakan ula agu ebagai penggani epung ikan. Namun belum diperoleh perenae ula agu yang epa pada ranum. Hail analii prokima aam amino ula agu dan pakan dari ula agu ebagai umber proein diajikan pada Tabel 1 dan 2. Informai dan pemanfaaan ula agu ebagai umber proein pada pakan ernak maih erbaa. Namun demikian, ula agu propekif ebagai alah au alernaif umber proein pada pakan. Tabel 1. Kandungan bahan (%) Hail analii prokima ula agu dan pakan dengan ula agu ebagai umber proein. Ula agu 1 Pakan 2 Karbohidra 0,02 50,04 Air 64,21 5,70 Abu 0,70 1,30 Proein 13,80 24,77 Lemak 18,09 17,22 1 Analii dilakukan di Laboraorium Pua Pacapanen dan Soial Ekonomi Perikanan, DKP. 2 Analii dilakukan di Laboraorium BB Pacapanen, Badan Libang Peranian. KESIMPULAN DAN SARAN Provini Maluku memiliki areal agu ha yang erebar di ujuh kabupaen. Berdaarkan pea AEZ kala 1: , lahan yang berpoeni menjadi areal agu mencapai ha. Tanaman agu yang dapa dipanen dalam eahun mencapai 86 pohon/ha. Limbah hail panen anaman agu, dalam benuk gelondong baang hingga ke pucuk yang elah layu (buuk), merupakan habia ula agu. Ula agu dapa diperoleh dari alam maupun melalui budi daya. Tingka pemanfaaan pohon agu di Kabupaen Maluku Tengah dan Seram Bagian Bara pada ahun 2006 mencapai pohon, dengan produki ula agu ecara alami 2,56 on (produkivia 2,89 kg/m 3 ). Poeni ula agu Maluku diaumikan 953 on, berdaarkan lua akual anaman agu aa ini dan produkivia raa-raa 2,52 kg/m 3. Maluku elah berhail membudidayakan ula agu pada media gelondong (baang) agu. Budi daya elama 42 hari menghailkan ula agu dengan bobo 3,27 ± 1,30 g/ ekor, panjang 3,30 ± 0,75 cm, dan jumlah larva per baang 127 ekor (volume baang 0,15 m 3 dengan produkivia 2,77 kg/m 3 ). Perkembangbiakan kumbang merah kelapa erjadi epanjang ahun. Waku panen ula agu yang epa adalah pada umur hari eelah anaman agu Jurnal Libang Peranian, 27(2),

5 diebang aau aa larva pada fae inar 5 dan 6. Ula agu mengandung proein 13,80% era ejumlah aam amino yang relaif inggi. Pemanfaaan ula agu aa ini maih erbaa, eapi propekif ebagai umber proein pada pakan ernak. Namun, kompoiinya yang epa pada ranum pakan ungga dan ikan perlu dielii agar kualia pakan eara dengan pakan komerial. DAFTAR PUSTAKA Alfon, J.B. dan S. Buaman Propek dan Arah Pengembangan Sagu di Maluku. Maluku, Ambon. 45 hlm. Alfon, J.B., R. Senewe, dan M. Paireron Poeni, kendala dan peluang pengembangan agu di Maluku. hlm Proiding Seminar Naional Teknologi Peranian. Jayapura, 5 6 Okober Balai Pengkajian Teknologi Peranian Papua. Anhar, A.N Tepung ikan Indoneia buuh perhaian. Sinar Tani. No hlm. 8. Anawidjaja, T., I.A.K. Binang, Supriyai, A.P. Sinura, dan I P. Kompiang Penggunaan ampa kirai (Meroxylon agu) dan hail fermenainya ebagai bahan pakan iik yang edang umbuh. Jurnal Ilmu Ternak dan Veeriner 2(3): Maluku Pea Zona Agroekologi kala 1: Wilayah Provini Maluku (ermauk Maluku Uara). Maluku, Ambon. Edru, I.N., A. Laeimia, H. Mahu, dan M. Tohulelu Laporan Hail Pengkajian Poeni dan Budi Daya Ula Sagu. Balai Pengkajian Teknologi Peranian Maluku, Ambon. Flach, M The Main Moiure-Rich Sarchy Saple, Sago. The Second Inernaional Sago Sympoium in Kuala Lumpur, Malayia. Marinu Nijhoff Pub. The Hague/Boon/ London. Louhenapey, J.E Evaluai dan Klaifikai Keeuaian Lahan bagi Sagu (Meroxylon pp). Dierai Univeria Gadjah Mada, Yogyakara. Louhenapey, J.E Poeni dan pengelolaan agu di Maluku. Makalah diampaikan pada Lokakarya Sagu dalam Revialiai Peranian Maluku, Mei Kerja Sama Univeria Paimura, Bappeda Provini Maluku, Dina Peranian Provini Maluku dan Balai Pengkajian Teknologi Peranian Maluku, Ambon. Maiapuy, P.R Pengkajian Agribini Ternak Ungga (Pemeliharaan Iik Peelur). Maluku, Ambon. Pracaya Hama dan Penyaki Tanaman. Seri Agriwawaan. Penebar Swadaya, Jakara. 417 hlm. Suano, A.N. dan S. Buaman Daa dan Informai Sumber Daya Lahan unuk Mendukung Pengembangan Agribini di Wilayah Kepulauan Provini Maluku. Balai Pengkajian Teknologi Peranian Maluku, Ambon. 73 hlm. Tiro, B.M.W., S. Tarajoh, H.T. Uhi, dan Uman Pemanfaaan rayap (Copoerme curvignahu, Holmgren) ebagai pakan ayam bura pada periode berelur. hlm Proiding Seminar Regional Peran Teknologi Peranian Speifik Lokai Mendukung Keahanan Pangan dan Agribini pada Era Oonomi Khuu Papua, Papua, 7 8 Januari Pua Peneliian dan Pengembangan Soial Ekonomi Peranian, Bogor. Uhi, H.T. dan L.F. Heharia Efekivia uplemenai rayap Glypoerme monanu Kemner erhadap perkembangan bobo organ dalam ayam Rokky-301. hlm Proiding Seminar Regional Peran Teknologi Peranian Speifik Lokai Mendukung Keahanan Pangan dan Agribini pada Era Oonomi Khuu Papua, Papua, 7 8 Januari Pua Peneliian dan Pengembangan Soial Ekonomi Peranian, Bogor, Uman, S. Tarajoh, B.M.W. Tiro, dan H.T. Uhi Penampilan perumbuhan ayam bura dengan eknik pemberian cacing anah (Lumbricu erreri). hlm Proiding Seminar Regional Peran Teknologi Peranian Speifik Lokai Mendukung Keahanan Pangan dan Agribini pada Era Oonomi Khuu Papua, Papua, 7 8 Januari Pua Peneliian dan Pengembangan Soial Ekonomi Peranian, Bogor. Wikana, T Analia Kimia Kandungan Gizi Larva Kumbang Merah Kelapa (Rhynchophoru ferrugineu Olivier). Pua Rie Pengolahan Produk dan Soial Ekonomi Kelauan dan Perikanan, Jakara. 54 Jurnal Libang Peranian, 27(2), 2008

Bab III. Menggunakan Jaringan

Bab III. Menggunakan Jaringan Bab III Pembuaan Jadwal Pelajaran Sekolah dengan Menggunakan Jaringan Pada bab ini akan dipaparkan cara memodelkan uau jaringan, ehingga dapa merepreenaikan uau jadwal pelajaran di ekolah. Tahap perama

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 27/ 28 UJIAN SEMESTER GANJIL Maa Pelajar Fiika Kela XII IPA Waku 12 meni 1. Hubungan anara jarak () dengan waku () dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Nama No Aben Kela ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Romawi I 1. Gerak umbuhan yang dipengaruhi oleh rangangan dari dalam umbuhan iu endiri diebu... a. Endonom c. Higrokopi b. Eionom

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL Univeria Indoneia Fakula Ekonomi dan Bini UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL 2017-2018 Hari /gl : Rabu, 18 Okober 2017 Waku : 120 Meni Pengajar : Riyano Sifa : Caaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENDAHULUAN Laar Belakang Salah au maalah aru dalam uau nework adalah penenuan pah erpendek. Maalah pah erpendek ini merupakan maalah pengopimuman, karena dengan diperolehnya pah erpendek diharapkan dapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS BAB KINEMATIKA GERAK LURUS.Pada ekiar ahun 53, eorang ilmuwan Ialia,Taraglia,elah beruaha unuk mempelajari gerakan peluru meriam yang diembakkan. Taraglia melakukan ekperimen dengan menembakkan peluru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Vol I. No., Mare 07, hlm. 69-74 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Ririn Sundari, Sri Rahmah Dewi Saragih Pendidikan Maemaika, Univeria

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

ANALISIS TES. Evaluasi Pendidikan ANALISIS TIAP BUTIR SOAL ANALISIS KESELURUHAN TES. - Daya Pembeda - Tingkat Kesukaran - Pengecoh - Homogenitas

ANALISIS TES. Evaluasi Pendidikan ANALISIS TIAP BUTIR SOAL ANALISIS KESELURUHAN TES. - Daya Pembeda - Tingkat Kesukaran - Pengecoh - Homogenitas Evaluai Pendidikan 1 AALISIS TES AALISIS KESELURUHA TES AALISIS TIAP BUTIR SOAL - Analii Validia Te - Analii Reliabilia Te - Daya Pembeda - Tingka Keukaran - Pengecoh - Homogenia Evaluai Pendidikan I.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini.

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini. NAMA : NO ABSEN : ULANGAN HARIAN KELAS VIII D SISTEM GERAK PADA TUMBUHAN DAN BENDA Rabu, 03 Sepember 2014 A. Pilihlah au jawaban yang paling epa 1. Gerak pada umbuhan yang dipengaruhi rangangan dari luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X)

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X) Lag: Waku yang diperlukan imbulnya repon ( akiba uau aki ( Conoh: Pengaruh kredi erhadap produki Suplai Uang mempengaruhi ingka inflai eelah beberapa kwaral Hubungan pengeluaran R & D dengan produkifia

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku 4 erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku.. endahuluan ada bab ini, akan dibaha mengenai perancangan uau iem konrol ingleinpu-ingle-oupu linier ime-invarian

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR MALUKU. Sjahrul Bustaman

PROSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR MALUKU. Sjahrul Bustaman PRSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KMDITAS EKSPR MALUKU Sjahrul Buaman Balai Bear Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peranian, Jalan Tenara Pelajar No. 10, Bogor 16114 ABSTRAK Minyak pala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN. Evaluasi Pendidikan

ANALISIS INSTRUMEN. Evaluasi Pendidikan 1 ANALISIS INSTRUMEN Pengerian inrumen dalam lingku evaluai didefiniikan ebagai erangka unuk mengukur hail belajar iwa yang mencaku hail belajar dalam ranah kogniif, afekif dan ikomoor. Benuk inrumen daa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL

PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL Wayan R. Suila 1 dan Bonar M. Sinaga 2 1 Lembaga Rie Perkebunan Indoneia, Jalan Salak No. 1A, Bogor 16151 2 Program

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

Ulangan Bab 3. Pembahasan : Diketahui : s = 600 m t = 2 menit = 120 sekon s. 600 m

Ulangan Bab 3. Pembahasan : Diketahui : s = 600 m t = 2 menit = 120 sekon s. 600 m Ulangan Bab 3 I. Peranyaan Teori. Seekor cheeah menempuh jarak 6 m dalam waku dua meni. Jika kecepaan cheeah eap, berapakah bearnya kecepaan cheeah erebu? Pembahaan : Dikeahui : = 6 m = meni = ekon 6 m

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONVEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON

ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONVEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON Jurnal Dinami,olume.II, No.8,Januari 2011 ISSN 0216-7492 ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON Ir.Alfian Hami, MSc.*

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009 di Laboraorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakulur, Deparemen Budidaya Perairan, FPIK-IPB.

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS Keenagalirikan dan Energi Terbarukan Vol. 13 No. 2 Deember 2014 : 139 1 ISSN 1978-2365 PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS EVALUATION OF TOUCH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO. Tjeppy D. Soedjana

SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO. Tjeppy D. Soedjana SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO Tjeppy D. Soedjana Pua Peneliian dan Pengembangan Peernakan, Jalan Raya Pajajaran Kav. E. 59, Bogor 16151 ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM)

ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM) JURNAL TEKNIK POMITS, (2014 1-6 1 ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM Yoe Rizal, IGN Sariyadi Hernanda, S.T,

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Proiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-6-6--9 hal 5-4 November 6 hp://jurnal.fkip.un.ac.id REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Chaarina Enny Murwaningya,,

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

Holt-Winter Exponential Smoothing. Minggu 5-6

Holt-Winter Exponential Smoothing. Minggu 5-6 Hol-Winer Exponenial Smoohing Minggu 5-6 Hol Exponenial moohing Meode Hol wo parameer exponenial moohing adalah pengembangan dari exponenial moohing ederhana. Menambahkan fakor perumbuhan (fakor ren) pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang Fakula Teknik Juruan Teknik Sipil Univeria Brawijaya Malang erubahan emperaur ekpani (+) aau konraki (-) bahan egangan dan regangan 1 Dimana : ε = regangan ermal α = koefiien ekpani ermal (1 / C) Δ = 1

Lebih terperinci

Model Rangkaian Elektrik

Model Rangkaian Elektrik Tuga Siem Linier Model Rangkaian Elekrik Model model unuk beberapa rangkaian elekrik, eperi: reiani, kapaiani, dan indukani ecara ederhana diperlihakan dalam gambar dibawah. Dalam gambar erebu juga di

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT Agus Purwoko Absrak Peneliian ini berujuan unuk unuk mengkaji dampak yang

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, berempa di Laboraorium Perikanan Program Sudi Budidaya Perairan Fakulas Peranian Universias Lampung.

Lebih terperinci

PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION

PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION Bayu Seio Handhoko Ir. Agung Wario DHET Sumardi, ST, MT Juruan Teknik Elekro Fakula Teknik Univeria Diponegoro Semarang Abrak - Semenjak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT Delni Sriwia, Asui Jurusan Fisika FMIPA Universias Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

CEMARAN MIKROBA PADA PRODUK PERTANIAN, PENYAKIT YANG DITIMBULKAN DAN PENCEGAHANNYA. Titiek F. Djaafar dan Siti Rahayu

CEMARAN MIKROBA PADA PRODUK PERTANIAN, PENYAKIT YANG DITIMBULKAN DAN PENCEGAHANNYA. Titiek F. Djaafar dan Siti Rahayu CEMARAN MIKROBA PADA PRODUK PERTANIAN, PENYAKIT YANG DITIMBULKAN DAN PENCEGAHANNYA Tiiek F. Djaafar dan Sii Rahayu Balai Pengkajian Teknologi Peranian Yogyakara, Jalan Rajawali No. 28, Demangan Baru, Yogyakara

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB 4 PENGANAISAAN RANGAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINGGI Oleh : Ir. A.Rachman Haibuan dan Naemah Mubarakah, ST 4. Pendahuluan Pada umumnya peramaan diferenial homogen orde dua

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci