PROSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR MALUKU. Sjahrul Bustaman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR MALUKU. Sjahrul Bustaman"

Transkripsi

1 PRSPEK PENGEMBANGAN MINYAK PALA BANDA SEBAGAI KMDITAS EKSPR MALUKU Sjahrul Buaman Balai Bear Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peranian, Jalan Tenara Pelajar No. 10, Bogor ABSTRAK Minyak pala Banda merupakan alah au komodia ekpor Maluku elain biji pala dan fuli. Minyak pala dihailkan dari penyulingan (diilai uap) biji pala yang idak memenuhi kualia ekpor. Perminaan minyak pala di paar dunia anga inggi, karena penggunaannya anga lua eperi induri komeik, farmai, irup, penyedap alami, elain unuk pengobaan. Lahan yang eredia unuk pengembangan pala di Maluku mencapai ha. Sumber plama nufah dan inovai eknologi elah eredia era didukung berbagai kebijakan ehingga akan lebih memacu pengembangan pala di daerah ini. Di ekor hulu, kebijakan diarahkan kepada peningkaan produkivia dan muu pala, edangkan di ekor hilir diekankan pada peningkaan nilai ambah melalui pengolahan minyak pala. Harga jual biji pala kualia ekpor di Ambon berkiar anara Rp Rp40.000/kg, fuli Rp50.000/kg, dan minyak pala Rp /kg. Berdaarkan keerediaan bahan baku, inovai eknologi, enaga kerja, harga dan perminaan paar luar negeri, eruama Amerika Serika dan Uni Eropa, udah epaunya peluang ini diambil pemerinah daerah eempa dalam mengembangkan minyak pala. Failiai pemerinah daerah diperlukan, berupa kebijakan, modal kerja, failia, dan inenif kemudahan bagi inveor dalam upaya pengembangan pala guna meningkakan pendapaan ali daerah. Kaa kunci: Minyak pala, ekpor, produkivia, raegi pengembangan, Maluku ABSTRACT Propec of Banda' numeg oil developmen a Molucca expor commodiy Banda numeg oil i one of he Molucca expor commodiie beide eed and mace. Numeg oil i produced by eam diillaion of he dried eed ha do no fulfill expor qualiy. The oil i highly demanded and largely ued for comeic and pharmacy indury, yrup, naural food flavor and healh benefi. The area for numeg developmen in Molucca i around 871,656 ha. Numeg geneic reource and innovaion of echnology for numeg developmen are available and uppored by he governmen policy. In he culivaion ecor, he policy i aimed o increae produciviy and qualiy of frui. In he upream ecor, he policy i direced o improve added value of he produc by proceing he eed and mace o numeg oil. In Ambon, numeg eed priced Rp30,000 Rp40,000/kg, wherea mace Rp50,000/kg and crude numeg oil Rp300,000/kg. Baed on he availabiliy of raw maerial, echnology, manpower, marke, high price, and role of Indoneia a main upplier of numeg oil for USA and UE marke, i i imporan o develop numeg oil indury in Molucca. The regional auhoriy hould be convinced in upporing for policy, working capial, inveor incenive and oher faciliie o ucce he numeg oil developmen for increaing regional income. Keyword: Numeg oil, expor, produciviy, developmen raegy, Molucca Minyak pala merupakan alah au minyak airi yang perminaannya cukup inggi di paar inernaional. Minyak pala dikenal pula dengan nama oleum myriicae, oleum myri aau minyak miriica. Minyak ini mudah menguap dan didapa dari hail diilai uap (penyulingan) biji pala dan fuli. Selain biji dan fuli, minyak pala merupakan komodia ekpor andalan Maluku, dan merupakan umber perumbuhan ekonomi dan pendapaan daerah. Pala merupakan anaman rempah ali Maluku (Pureglove e al. 1995), dan elah diperdagangkan dan dibudidayakan ecara urun-emurun dalam benuk perkebunan rakya di ebagian bear Kepulauan Maluku. Pala Indoneia memiliki nilai inggi di paar dunia karena aromanya yang kha dan rendemen minyaknya inggi. Lua areal anaman pala di Maluku mencapai ha, eruama erebar di Pulau Ambon, Kepulauan Banda, dan Pulau Seram. Lingkungan ekologi eperi curah hujan, uhu, dan anah vulkanik era minimnya erangan hama penyaki anga mendukung perkembangan anaman pala di Maluku. Berdaarkan pendekaan Zona Agro Ekologi (ZAE), lahan yang eredia unuk pengembangan anaman perkebunan ermauk pala di Maluku mencapai ha yang erebar di lima kabupaen (Suano dan Buaman 2006). Indoneia memiliki umber daya geneik pala yang bear dengan pua Jurnal Libang Peranian, 27(3),

2 keragaman anaman berada di Kepulauan Maluku. Keragaman anaman eringgi diemukan di Pulau Banda, Siau, dan Papua (Hadad dan Hamid 1990). Sebagai pua keragaman geneik maka anaman pala di daerah ini perlu dikelola, dikembangkan, dan dimanfaakan ecara opimal. Ada enam jeni pala di Maluku, yaiu Myriica fragran, M. argenea, M. faua, M. pecioga, M. ucedona, dan M. malabarica, namun yang memiliki nilai ekonomi inggi adalah M. fragran. Keragaman variea erebu merupakan umber geneik yang anga berharga dalam pengembangan pala ke depan. Tanaman pala dengan umur ahun dapa menghailkan 160 kg buah/ pohon/ahun, yang erdiri aa daging buah, biji (22,50 kg), dan fuli (3 kg). Berdaarkan hail analii prokima, buah pala mengandung minyak 7,15%. Bila minyak pala erebu diproe lebih lanju akan dihailkan lemak (menega) 8,05%, komponen erpenoid 73,91%, dan komponen aromaik 18,04% (Marzuki 2007). Komponen uama dari enyawa aromaik adalah myriicin. Di Maluku, pala umumnya diperdagangkan dalam benuk biji dan fuli. Pengolahan minyak pala maih erbaa, padahal minyak dapa diolah dengan menggunakan peralaan yang ederhana, eperi halnya penyulingan minyak kayu puih dan minyak cengkih. Pemaaran pala belum eraa dalam uau iem, belum ada kelembagaan (koperai) yang menanganinya. Peani beba menjual pala yang dihailkan kepada pedagang pengumpul di dea aau di koa kecamaan. Selanjunya pedagang pengumpul kecamaan menjual pala ke pedagang di koa kabupaen aau provini. Siem pemaaran eperi ini menyebabkan harga pala di ingka peani menjadi rendah. Tranporai merupakan kendala uama dalam pemaaran pala ehingga biaya uaha ani menjadi inggi. Indoneia merupakan pemaok uama biji pala dan produk urunannya unuk paar Amerika Serika. Kekurangan kebuuhan di negara erebu dipaok oleh Grenada dan Sri Lanka. Pala Indoneia juga dipaarkan ke Inggri dan Jerman. Berdaarkan keerediaan bahan baku, eknologi, nilai jual, peluang paar produk pala dan derivanya, keempaan kerja, dan peningkaan pendapaan mayaraka, maka pala berpeluang dikembangkan di Maluku. Pengembangan pala dapa dilakukan melalui pendekaan ekor hulu dan hilir. Pada ekor hulu, kebijakan lebih diarahkan kepada peningkaan produkivia dan muu produk, edangkan pada ekor hilir, kebijakan diekankan pada peningkaan nilai ambah dengan mengolah biji dan fuli yang idak memenuhi kualia ekpor menjadi minyak pala kaar (crude numeg oil). Tulian ini memberikan gambaran peluang pengembangan minyak pala ebagai komodia ekpor unggulan aal Maluku. KETERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN TEKNLGI Poeni Produki Berdaarkan daa Badan Pua Saiik Maluku ahun 2006, lua peranaman pala rakya mencapai ha, yang diuahakan oleh kepala keluarga dengan produki on. Kompoii anaman pala rakya erdiri aa anaman belum menghailkan ha (27,85%), anaman udah menghailkan ha (44,74%), dan anaman ua aau ruak ha (27,40%). Walaupun lua areal anaman pala cenderung meningka eiap ahun, raa-raa eiap peani hanya memiliki lahan 0,68 ha dengan jumlah anaman 84 pohon. Bahkan bila dikaji lebih jauh, eorang peani pala hanya memiliki lahan 0,30 ha dengan jumlah anaman yang elah menghailkan 37 pohon. Selain perkebunan rakya, anaman pala di Maluku juga diuahakan oleh lima peruahaan perkebunan bear yang mengelola ha lahan dengan produki di ahun 2005 ebear on (Badan Pua Saiik Maluku 2006). Prakiraan produkivianya 0,24 /ha, karena jumlah anaman yang menghailkan maih ediki ebagai akiba banyaknya anaman yang ruak pada keruuhan oial di Maluku beberapa waku lalu. Produkivia pala di Maluku ergolong rendah, yaiu kurang dari buir/pohon/ahun aau eara dengan 0,70 /ha. Rendahnya produkivia diebabkan benih yang digunakan berupa benih aalan (Hadad 1992), era peani idak melakukan pemupukan maupun pengendalian organime pengganggu anaman. Produkivia poenial pala adalah 2 3 /ha dan umumnya pohon produkif (pala beina) mencapai 45%. Unuk mendukung pengembangan anaman pala dapa digunakan bibi klonal aau vegeaif eperi cangkok, okulai, eek berdaun, dan kulur jaringan. Penggunaan bibi vegeaif aau klonal memiliki beberapa keunggulan, anara lain: 1) populai anaman dapa diaur ecara ideal dengan perbandingan janan dan beina 1:10 aau 1:20, 2) maa juvenil lebih pendek, dan 3) produkivia anaman inggi dan muu hail lebih baik. Dengan aumi produkivia raa-raa buir/ pohon/ahun maka produki bia mencapai buir/ha/ahun. Dibandingkan dengan produkivia anaman pala aal biji, populai pala beina 45 pohon/ha dan produki buir/ ha/ahun, maka penggunaan bahan anaman klonal dapa memberikan ambahan hail yang anga ignifikan (146,66 160%). Produki pala Indoneia ahun 2000 mencapai 20 ribu on yang dihailkan dari areal ha (Direkora Jenderal Perkebunan 2000 dalam Marzuki 2007). Pada ahun yang ama, Indoneia mengekpor ekiar 8 on biji pala dan lebih dari 1 on fuli ke berbagai negara (Anonim 2001 dalam Marzuki 2007). Pada zaman VC, dalam kurun waku 5 ahun ( ), oal ekpor biji pala dan fuli dari Pulau Banda aja mencapai kg biji dan kg fuli. Semenara Sunano (1993) menyaakan bahwa dalam periode , oal volume ekpor biji pala Maluku mencapai dan fuli Tanaman pala Banda mempunyai umur produki 7 80 ahun, dengan produkivia unuk biji kg/ha/ ahun dan unuk fuli kg/ha/ahun. Bagian yang dapa dimakan mencapai 83%. Buah mengandung air 83%, proein 0,35%, minyak 11,20%, airi komponen, enyawa aromaik 16,20%, dan erpenoid 37,80% (Marzuki 2007). Kompoii buah pala erdiri aa daging buah, biji (nu), fuli (mace), minyak pala (numeg oil), lemak pala (oleorein), dan minyak airi (volaile) yang erdiri aa erpenoid dan enyawa aromaik (Gambar 1). Keerediaan Teknologi Teknologi budi daya anaman dan pacapanen pala elah banyak dihailkan Badan Libang Peranian. Dalam penyulingan minyak pala, peani maih menggunakan peralaan dan eknologi yang ederhana eperi pada pembuaan minyak kayu 94 Jurnal Libang Peranian, 27(3), 2008

3 Daging buah Biji Minyak pala Fuli (7 15%) puih aau minyak cengkih. Minyak pala dihailkan melalui proe penyulingan (diilai uap) biji pala dan fuli. Bahan baku yang diuling biaanya adalah biji aau fuli yang idak memenuhi andar ekpor (kadar air 12 15%). Peralaan unuk menyuling berupa keel (angki) kapaia 500 kg dengan ekanan uap 1 am. Penyulingan menggunakan bahan bakar kayu aau minyak anah. Waku yang diperlukan unuk eiap kali pemaakan (penyulingan) ekiar 48 jam dengan kebuuhan minyak anah 10 l/jam. Proe penyulingan minyak pala oleh peani di Maluku anga ederhana. Uap yang keluar dari angki pemaakan dialirkan melalui pipa yang melewai bak pendingin. Selanjunya cairan yang keluar, yaiu minyak yang maih bercampur dengan air, diampung kemudian dipiahkan dengan menggunakan corong pemiah. Minyak yang dihailkan berupa Lemak/menega (10 15%) Gambar 1. Kompoii buah pala (Marzuki 2007). Terpenoid (16 komponen) Myriicin Aromaik (8 komponen) Eugenol Safrole Elemiin minyak pala kaar (crude numeg oil) dengan rendemen 10%. KARAKTERISTIK MINYAK PALA DAN PEMANFAATANNYA Karakeriik Minyak Pala H Minyak pala idak berwarna ampai dengan kuning muda, berbau ajam, dan beraroma rempah. Komponen uama minyak pala adalah α-pinene, camphene, β-pinene, abinene, myrcene, α-phellandrene, α- erpinene, γ-erpine, limonene, 1,8-ceniole, linalool, erpine-4-ol, afrole, mehyl eugenol dan myriicin (Anonim 2008c). Minyak pala dengan formulai C 10 H 16 mempunyai ifa idak beracun dan idak menyebabkan iriai, eapi bila digunakan dalam konenrai inggi dapa menyebabkan pingan karena kandungan myriicin yang inggi mempunyai efek haluinai eperi narkoik. Minyak pala dari fuli memiliki kadar myriicin lebih inggi dibanding minyak pala dari biji. Bila minyak pala diproe lebih lanju akan menghailkan 84% rimyriin, uau krial beracun urunan dari afrole yang merupakan enyawa dari mehylene dioxyphenyl dengan rumu kimia C 45 H 86 6 (Erowid 2001), biaanya digunakan unuk abun, deergen, dan parfum. Produki minyak pala dunia mencapai 300 /ahun, eruama beraal dari Indoneia dan Sri Lanka dengan paar uama (75%) Amerika Serika. Minyak pala di beberapa negara Eropa beraal dari Grenada. Unuk mengukur enyawa yang ada pada minyak pala dilakukan proe frakionai dengan menggunakan kromaografi ga aau pekrofoomeri maa (Tabel 1). Di dunia erdapa dua ipe minyak pala, yaiu minyak pala Indian Timur (Ea Indian) dan minyak pala Indian Bara (We Indian). Minyak pala Indoneia ermauk minyak pala Indian Timur. Minyak pala Indian Timur memiliki bera jeni 0,885 0,915 g/ml dan laru dalam alkohol 90% (v/ v) dengan perbandingan 1 bagian minyak dan 3 bagian alkohol. Minyak pala Indian Bara mempunyai bera jeni 0,86 0,88 g/ ml dan laru dalam alkohol 90% (v/v) dengan perbandingan 1 bagian minyak dan 4 bagian alkohol (Anonim 2008b). Selain iu, minyak pala dari Indian Timur memiliki kandungan myriicin hingga 13,50%, edangkan Indian Bara konenrai myriicin di bawah 1%. Minyak pala ebaiknya diimpan dalam kondii dingin dan erlindung dari cahaya langung. Menuru Djaula Wangi Indoneia (2008), minyak pala Indoneia memiliki bera jeni (25 o C) 0,847 0,919, roai opik Tabel 1. Kompoii minyak pala (w/ w%) dari beberapa negara. Senyawa Grenada Indoneia Jamaica α-pinene 13,20 26,50 19,90 β-pinene ,80 Myrcene 3,40 3,70 4,70 α-phellandrene 0, ,60 α-erpinene 4,20 2 2,10 Limonene 4,40 3,60 4,80 P-cymene 0,80 0,60 < 0,10 Linalool 0,30 0,20 0,30 Terpine-4-ol 4, ,80 α-erpineol 0,30 0,60 0,40 Sumber: Simpon dan Jackon (2002). Jurnal Libang Peranian, 27(3),

4 +10 o C hingga +30 o C, indek refraki (25 o C) 1,472 1,495, kandungan reidu mudah menguap makimum 60 mg (2,50%), minyak mineral negaif, minyak lemak negaif, dan laru dalam eanol 90% dengan perbandingan 1:3. Minyak pala yang diperoleh dari proe hidrodiilai biji memperlihakan karakeriik warna/fiik yang normal. Kandungan minyak biji ua dengan umur panen 7 bulan berkiar 7,95 11,92%. Secara umum, raa-raa kadar minyak pala Banda ua adalah 11,69%. Biji pala muda, umur panen 3 5 bulan, mengandung minyak lebih banyak dibanding biji ua dengan umur panen lebih dari 7 bulan. Raa-raa kadar minyak pala Banda muda adalah 13,07%. Dibandingkan dengan biji pala, kadar minyak yang beraal dari fuli lebih inggi, raa-raa 21%. Minyak pala Banda memenuhi kualia ekpor berdaarkan peryaraan Sandar Naional Indoneia (SNI), eperi pada Tabel 2. Pemanfaaan Minyak Pala Pada zaman Rhumphiu (ahun 1743), pengolahan lemak biji pala dilakukan di Kepulauan Banda. Namun, kini proe erebu dilakukan di Eropa dan produknya diperdagangkan ebagai volaile oil of numeg unuk pembuaan minyak wangi, parfum, abun, bahan pengolah gula, dan makanan. Selain iu, minyak pala dapa digunakan ebagai bahan baku induri minuman, oba-obaan, dan komeik. Lemak dan minyak airi dari fuli merupakan bahan penyedap maakan (au), dan bahan pengawe makanan (jechi e al. 1998). Pemanfaaan lainnya adalah ebagai bahan campuran pada minuman ringan dan animikroba aau bioinekiida (Secchini e al. 1993). Dalam ejarah pengobaan Cina dan Indian, minyak pala digunakan unuk pengobaan aau keehaan manuia, anara lain unuk imulu iem janung, pencernaan, diare, remaik, nyeri oo, Tabel 2. Parameer Sifa fiika-kimia minyak pala Banda. Minyak pala Banda SNI Bera jeni (g/ml) 0,906 0,876 0,919 Indek bia 1,490 1,488 1,495 Puaran opik +16,30 +8 (+26) Tanda poiif (+), puaran opik ke arah kanan. Sumber: Marzuki (2007). bauk dan pernapaan, ekanan darah, aki gigi, penghilangan racun dalam hai, dan raa aki aa menruai (Erowid 2001; Anonim 2008a; 2008c). Biji pala dan minyaknya juga banyak dimanfaakan unuk bahan rempah, pewangi dupa, dan penyegar ruangan. NILAI EKNMI DAN PASAR Uaha ani pala rakya di Maluku merupakan uaha warian yang melibakan peani (Badan Pua Saiik Maluku 2004). Umumnya peani pala berumur ahun dengan pendidikan eara SLTP ke bawah. Pendapaan dari penguahaan 100 pohon pala/ha mencapai Rp dengan pengeluaran Rp /ha aau 6,12% dari pendapaan. Komponen pengeluaran melipui upah buruh Rp dan biaya lain-lain Rp Peani biaanya idak melakukan pemupukan dan pengendalian hama dan penyaki, hanya pemberihan kebun bila harga pala edang baik. Harga biji pala kering di Maluku berkiar anara Rp Rp40.000/kg, fuli kering Rp50.000/kg, dan minyak pala kaar Rp /kg. Bila diaumikan produki biji kg dan fuli 200 kg/ha/ahun, maka nilai produki biji pala dan fuli mencapai Rp50 jua. Dari produki pala kg/ha/ ahun dengan rendemen minyak 10%, akan dihailkan minyak pala 100 kg/ha/ahun dengan nilai Rp30 jua. Pada ahun 2003, Provini Maluku menghailkan on biji pala dengan jumlah yang diekpor on (Badan Pua Saiik Maluku 2006). Saa ini Indoneia memaok 76% kebuuhan pala dunia dan ianya 20% dari Grenada, dan 5% dari Sri Lanka, Trinidad dan Tobago (Mark dan Pomeroy 1995). Nilai ekpor cenderung meningka karena kenaikan harga, namun volumenya menurun. Harga pala dunia berkaian langung dengan harga pala domeik di enra-enra produki. Hal ini karena peneapan harga pala di ingka peani mengacu pada harga pala dunia. Imporir uama pala adalah Amerika Serika yang menyerap 50% volume pala dunia, diikui Inggri 10%. Volume perdagangan minyak pala relaif kecil dengan imporir uama Amerika Serika (75% dari volume perdagangan dunia) dan Jerman. Negara pengimpor biaanya meneapkan peryaraan muu yang inggi dan pengawaan yang kea elama proe produki minyak pala dan oleorein. Sandar muu yang digunakan dalam perdagangan pala dan minyak pala oleh imporir adalah IS unuk pala, BS2999/37 : 1971 unuk minyak pala Indian Timur, BS2999/ 38 : 1971 unuk minyak pala Indian Bara, dan IS unuk minyak pala dari fuli (Food Drug Adminiraion 1971). Minyak pala juga digunakan ebagai pengharum ruangan dalam benuk lilin, popouring dan aomizer. Nilai ekonomi pengharum ruangan unuk paar Amerika Serika di ahun 1994 mencapai US$500 jua (Chemical Markeing Reporer 1994). Bila diproe lebih lanju minyak pala akan menghailkan 84% rimyriin, uau aam lemak (C 14 ) yang erdiri aa aam myriic dan glierol. Trimyriin juga dapa dihailkan dari coconu oil (17,50%), palm kernel oil (14,10%), dan babau oil (19,90%), dan umumnya digunakan ebagai bahan baku abun, deergen, dan oleokimia. Harga rimyriin (kemurnian 99%) unuk pemakaian di laboraorium (reagenia) dari SIGMA, Monana Amerika Serika unuk bera 1 g adalah US$11,70; 5 g $36,65, dan 25 g $149,80 (Chemical Markeing Reporer 1994). ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN Tujuan umum pengembangan minyak pala di Maluku adalah mengopimalkan umber daya pala dan menjaga pengelolaannya ecara berkelanjuan dalam upaya membangun uaha agribini. Kebijakan pengembangan lebih diarahkan pada upaya erwujudnya agribini minyak pala (eruama pengolahan dan pemaaran), agar dapa memberikan manfaa opimal. Beberapa langkah operaional yang perlu dilakukan adalah: 1) revialiai poeni umber daya anaman yang ada (exiing), 2) membangun agribini yang erinegrai mulai dari budi daya, pengolahan hingga pemaaran dalam berbagai kala yang bernuana corporae communiy, 3) failiai berkembangnya inveai, 4) peningkaan pemanfaaan pala ebagai bahan induri, dan 5) penguaan kelembagaan lokal. Selain iu, pengembangan dimulai dari kala kecil, koperai dan kala bear dan ecara berahap dikembangkan euai perminaan paar dan keunungan uaha. Sraegi pengembangan minyak pala didaarkan pada lua areal anaman pala 96 Jurnal Libang Peranian, 27(3), 2008

5 aa ini, kebuuhan lahan unuk mendukung agribini pala, dan permaalahan yang dihadapi. Sraegi dikelompokkan dalam iga kurun waku, yaiu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Sraegi jangka pendek difokukan unuk mendapakan daa dan informai daar yang muakhir mengenai agroekologi pala (ebaran lahan dan anaman), umber daya manuia (peani, kelompok ani, penyuluh, penelii, eknii, dan aparaur pemerinah lainnya yang erkai dengan pala), era arana dan praarana pendukung uaha minyak pala (uni pengolahan, uni produki, uni pemaaran, uni pemurnian). Sraegi jangka menengah lebih diarahkan unuk melakukan program aki pemberdayaan peani pala, pengelolaan anaman agar lebih produkif, peningkaan kemampuan dan keerampilan umber daya manuia yang bergerak di bidang pala, peningkaan infrarukur unuk pengelolaan anaman kala kecil ampai menengah, diverifikai produk olahan pala, dan aplikai hail-hail peneliian/ kajian enang minyak pala unuk menguji ingka efiieni dan efekivianya di ingka mayaraka. Sraegi jangka panjang diarahkan pada program pengembangan minyak pala di eiap kabupaen/koa enra produki agar ercipa agribini pala yang berkelanjuan. Selain iu juga diarahkan unuk membangun kerja ama dengan pihak erkai (pola kemiraan) dalam upaya diverifikai produk pala menjadi produk urunan yang memiliki nilai ekonomi inggi dan membuuhkan pengolahan dengan eknologi inggi. Beberapa kebijakan yang diperlukan unuk memfailiai agribini minyak pala di Maluku adalah: 1) melalui Bappeda dan Dina Peranian Kabupaen/Provini, Tanaman pala Lahan rakya Lahan khuu: Swaa Pemerinah/ Pemda Gambar 2. Arah pengembangan minyak pala di Maluku. membua perconohan uaha minyak pala pada areal peranaman pala rakya dalam kala luaan 5 10 ha era menyiapkan mein pengolahan (diilai uap) manual di enra produki pala, 2) mendaangkan inveor dengan memberikan berbagai inenif kemudahan, era failia kredi dengan bunga rendah dari Bank Pemerinah Daerah Maluku (BPDM), dan 3) membua regulai pemaaran pala dan minyak pala au pinu. Ilurai arah pengembangan minyak pala dalam berbagai kala uaha diampilkan pada Gambar 2, dan pea jalan pengembangan minyak pada Gambar 3. Pengolahan/ induri kecil minyak pala Pengolahan/ induri bear minyak pala Pengembangan produk urunan Iniui Ekplorai Ekploiai Pemaaran Pengembangan produk Pemda Pangkalan daa Inernaional Perbaikan muu (kebijakan) pala dan erifikai Domeik Pala Lahan budi daya Induri agro Diverifikai pengolahan paar Ekpor produk produk Produki Paar dan Rie dan aa niaga pengembangan produk BPTP Maluku Kajian daar Minyak airi dan perguruan Biofarmaka inggi Pangan (eknologi dan Rempah Teknologi paar) Produk urunan produki Tahun 1 Tahun 2 3 Tahun 4 Tahun 5 Gambar 3. Pea jalan pengembangan minyak pala Banda unuk ekpor. Jurnal Libang Peranian, 27(3),

6 KESIMPULAN Minyak pala Banda merupakan alah au komodia ekpor dan dapa menjadi umber pendapaan ali daerah. Lebih dari 50% produki minyak pala Indoneia beraal dari Maluku dengan nilai jual yang cukup inggi. Minyak pala dihailkan dari penyulingan biji dan fuli yang idak memenuhi andar ekpor. Pala merupakan anaman ali Maluku dan ebagai anaman warian dengan menggunakan bibi aalan dan elah banyak yang ua dan ruak. Teredianya lahan pengembangan elua ha era melimpahnya umber plama nufah era inovai eknologi pala (budi daya dan pacapanen), memungkinkan dilakukannya pengembangan pala dari hilir (inenifikai, ekenifikai, dan rehabiliai) ampai hulu (pengolahan minyak pala). Harga jual biji pala aa ini di Maluku berkiar anara Rp Rp40.000/kg, fuli Rp50.000/kg, dan minyak pala Rp / kg. Dalam upaya memberikan nilai ambah kepada peani era berdaarkan berbagai perimbangan lain eperi ingginya perminaan paar dunia, harga yang menjanjikan, dan peran Indoneia ebagai pemaok uama kebuuhan minyak pala dunia, udah epaunya minyak pala lebih diuamakan ebagai produk ekpor Maluku. Arah pengembangan minyak pala kala kecil diujukan pada peranaman pala rakya, edangkan kala bear pada perkebunan waa dan daerah, melalui raegi pengembangan jangka pendek, menengah, dan panjang. Failiai yang diperlukan dari pemerinah daerah melipui: 1) penyediaan kredi modal uaha dengan ingka bunga yang wajar dan anpa agunan, 2) pembenukan kelembagaan kelompok ani, 3) membangun iem penjualan dan pembelian au pinu yang diaur dengan perauran daerah, dan 4) memberikan kemudahan dan inenif kepada waa agar erarik dalam agribini minyak pala. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008a. Healh Benefi of Numeg il. (hp:// naural-eenial-oil/healh-benefi-ofnumeg-oil.hml). [18 Mare 2008]. Anonim. 2008b. Myriical il Alernaive Name. (hp:// adam/healh%20iluraed%20encyclopedia/ 1/ hm). [18 Mare 2008]. Anonim. 2008c. Tradiional Medicine Numeg and Numeg il. (hp:// org/ wiki/numeg oil. hm). [18 Mare 2008]. Badan Pua Saiik Maluku Profil Rumah Tangga Peranian Provini Maluku. Senu Peranian Badan Pua Saiik Maluku, Ambon. hlm Badan Pua Saiik Maluku Maluku dalam Angka. Badan Pua Saiik Maluku, Ambon. hlm Chemical Markeing Reporer Marke Analyi for Trimyin and Myriic Acid. (hp:// v4084e06.hm). [18 Mare 2008]. Djaula Wangi Indoneia Sell Numeg il. Djaula Wangi Indoneia. (hp://www. indonework-ne/djaula-wangi/598536/ numeg-oil.hm). [18 Mare 2008]. Erowid, H.T.M General Informaion Abou Numeg. Encyclopedia Brianica, Par VII Micropedia. (hp:// plan/numeg-fag.hml). [18 Mare 2008]. FDA (US Food Drug Adminiraion) Derivae of Numeg and Mace - Marke verview. (hpp:// v4084ee/v4084e0d. hm). [18 Mare 2008]. Hadad, E.A Pala. Edii Khuu Peneliian Tanaman Rempah dan ba 8(2): Hadad, E.A. dan A. Hamid Mengenal berbagai plama nufah pala di daerah Maluku Uara. Balai Peneliian Tanaman Rempah dan ba, Bogor. Mark, S. and J. Pomeroy Inernaional rade in numeg and mace: iue and opion for Indoneia. Bull. Indon. Econ. Sudie 31(3): Marzuki, I Karakeriik produki, prokima airi pala Banda. hlm Proiding Seminar Naional Akelerai Inovai Teknologi Peranian Speifik Lokai Mendukung Keahanan Pangan di Wilayah Kepulauan, kober Balai Pengkajian Teknologi Peranian Maluku, Ambon. jechi, B.., J.A. Souzey, and D.E. Akpomedaye Microbial abiliy of mango (Mangifera indica L.) juice preerved by combined applicaion of mild hea and exrac of wo ropical pice. J. Food Proecion 61(6): Pureglove, J.W., E.G. Brown, S.L. Green, and S.R.J. Robbin Spice. Longman, New York. p Simpon, G.I.C. and Y.A. Jackon Comparion of he chemical compoiion of Ea Indian, Jamaican and oher We Indian eenial oil of Myriica fragran Hou. J. Eenial il Re. 14: 6 9. (hp:/ / jm:1104/lecure/ numeg.hml). [18 Mare 2008]. Secchini, M.L., I. Sarai, and P. Giavedoni Effec of eenial oil on Aeromona hydrophyla in a culure medium and in cooked pork. J. Food Proecion 56(5): Sunano, H Budi Daya Pala Komodia Ekpor. Penerbi Kaniiu, Yogyakara. Suano, A.N. dan S. Buaman Daa dan Informai Sumberdaya Lahan unuk Mendukung Pengembangan Agribini di Wilayah Kepulauan Provini Maluku. Balai Pengkajian Teknologi Peranian Maluku, Ambon. 73 hlm. 98 Jurnal Libang Peranian, 27(3), 2008

Bab III. Menggunakan Jaringan

Bab III. Menggunakan Jaringan Bab III Pembuaan Jadwal Pelajaran Sekolah dengan Menggunakan Jaringan Pada bab ini akan dipaparkan cara memodelkan uau jaringan, ehingga dapa merepreenaikan uau jadwal pelajaran di ekolah. Tahap perama

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL

PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA INDONESIA YANG KOMPETITIF PADA SITUASI PERSAINGAN YANG ADIL Wayan R. Suila 1 dan Bonar M. Sinaga 2 1 Lembaga Rie Perkebunan Indoneia, Jalan Salak No. 1A, Bogor 16151 2 Program

Lebih terperinci

POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA. Sjahrul Bustaman

POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA. Sjahrul Bustaman POTENSI ULAT SAGU DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA Sjahrul Buaman Balai Bear Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Peranian, Jalan Tenara Pelajar No. 10, Bogor 16114 ABSTRAK Lua areal anam agu di Indoneia mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 27/ 28 UJIAN SEMESTER GANJIL Maa Pelajar Fiika Kela XII IPA Waku 12 meni 1. Hubungan anara jarak () dengan waku () dari

Lebih terperinci

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Nama No Aben Kela ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Romawi I 1. Gerak umbuhan yang dipengaruhi oleh rangangan dari dalam umbuhan iu endiri diebu... a. Endonom c. Higrokopi b. Eionom

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI KEMITRAAN USAHA. Saptana dan Ashari

PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI KEMITRAAN USAHA. Saptana dan Ashari PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI KEMITRAAN USAHA Sapana dan Ahari Pua Analii Soial Ekonomi dan Kebijakan Peranian, Jalan Ahmad Yani No. 70, Bogor 16161 ABSTRAK Pembangunan (ermauk ekor peranian)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X)

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X) Lag: Waku yang diperlukan imbulnya repon ( akiba uau aki ( Conoh: Pengaruh kredi erhadap produki Suplai Uang mempengaruhi ingka inflai eelah beberapa kwaral Hubungan pengeluaran R & D dengan produkifia

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN. Parlaungan Adil Rangkuti

STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN. Parlaungan Adil Rangkuti STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN Parlaungan Adil Rangkui Fakula Teknologi Peranian, Iniu Peranian Bogor, Kampu IPB Darmaga, Koak Po 220 Bogor 16002 Telp.(0251) 8621210, Fak.(0251) 8623203,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Vol I. No., Mare 07, hlm. 69-74 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Ririn Sundari, Sri Rahmah Dewi Saragih Pendidikan Maemaika, Univeria

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL Univeria Indoneia Fakula Ekonomi dan Bini UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL 2017-2018 Hari /gl : Rabu, 18 Okober 2017 Waku : 120 Meni Pengajar : Riyano Sifa : Caaan

Lebih terperinci

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS Keenagalirikan dan Energi Terbarukan Vol. 13 No. 2 Deember 2014 : 139 1 ISSN 1978-2365 PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS EVALUATION OF TOUCH

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO. Tjeppy D. Soedjana

SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO. Tjeppy D. Soedjana SISTEM USAHA TANI TERINTEGRASI TANAMAN-TERNAK SEBAGAI RESPONS PETANI TERHADAP FAKTOR RISIKO Tjeppy D. Soedjana Pua Peneliian dan Pengembangan Peernakan, Jalan Raya Pajajaran Kav. E. 59, Bogor 16151 ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONVEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON

ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONVEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON Jurnal Dinami,olume.II, No.8,Januari 2011 ISSN 0216-7492 ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON Ir.Alfian Hami, MSc.*

Lebih terperinci

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Proiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-6-6--9 hal 5-4 November 6 hp://jurnal.fkip.un.ac.id REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Chaarina Enny Murwaningya,,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENDAHULUAN Laar Belakang Salah au maalah aru dalam uau nework adalah penenuan pah erpendek. Maalah pah erpendek ini merupakan maalah pengopimuman, karena dengan diperolehnya pah erpendek diharapkan dapa

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM)

ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM) JURNAL TEKNIK POMITS, (2014 1-6 1 ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM Yoe Rizal, IGN Sariyadi Hernanda, S.T,

Lebih terperinci

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini.

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini. NAMA : NO ABSEN : ULANGAN HARIAN KELAS VIII D SISTEM GERAK PADA TUMBUHAN DAN BENDA Rabu, 03 Sepember 2014 A. Pilihlah au jawaban yang paling epa 1. Gerak pada umbuhan yang dipengaruhi rangangan dari luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

Transformasi Laplace Bagian 1

Transformasi Laplace Bagian 1 Modul Tranformai aplace Bagian M PENDAHUUAN Prof. S.M. Nababan, Ph.D eode maemaika adalah alah au cabang ilmu maemaika yang mempelajari berbagai meode unuk menyeleaikan maalah-maalah fii yang dimodelkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS BAB KINEMATIKA GERAK LURUS.Pada ekiar ahun 53, eorang ilmuwan Ialia,Taraglia,elah beruaha unuk mempelajari gerakan peluru meriam yang diembakkan. Taraglia melakukan ekperimen dengan menembakkan peluru

Lebih terperinci

KONTRIBUSI ILMU TANAH DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI INDONESIA 1)

KONTRIBUSI ILMU TANAH DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI INDONESIA 1) 258 Pengembangan Inovai Peranian 2(4), 2009: 258-282 Sudaryono KONTRIBUSI ILMU TANAH DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI INDONESIA 1) Sudaryono Balai Peneliian Tanaman Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

PENENTUAN UMUR SIMPAN PADA PRODUK PANGAN. Heny Herawati

PENENTUAN UMUR SIMPAN PADA PRODUK PANGAN. Heny Herawati PENENTUAN UMUR SIMPAN PADA PRODUK PANGAN Heny Herawai Balai Pengkajian Teknologi Peranian Jawa Tengah, Buki Tegalepek, Koak Po 101 Ungaran 50501 ABSTRAK Pengolahan pangan pada induri komerial anara lain

Lebih terperinci

PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION

PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION Bayu Seio Handhoko Ir. Agung Wario DHET Sumardi, ST, MT Juruan Teknik Elekro Fakula Teknik Univeria Diponegoro Semarang Abrak - Semenjak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. Silvia Reni Yenti,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. Silvia Reni Yenti,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. Silvia Reni Yeni,MSi Nip : 195924081987022001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universias Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, anggal 20 desember

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN. Evaluasi Pendidikan

ANALISIS INSTRUMEN. Evaluasi Pendidikan 1 ANALISIS INSTRUMEN Pengerian inrumen dalam lingku evaluai didefiniikan ebagai erangka unuk mengukur hail belajar iwa yang mencaku hail belajar dalam ranah kogniif, afekif dan ikomoor. Benuk inrumen daa

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

ANALISIS TES. Evaluasi Pendidikan ANALISIS TIAP BUTIR SOAL ANALISIS KESELURUHAN TES. - Daya Pembeda - Tingkat Kesukaran - Pengecoh - Homogenitas

ANALISIS TES. Evaluasi Pendidikan ANALISIS TIAP BUTIR SOAL ANALISIS KESELURUHAN TES. - Daya Pembeda - Tingkat Kesukaran - Pengecoh - Homogenitas Evaluai Pendidikan 1 AALISIS TES AALISIS KESELURUHA TES AALISIS TIAP BUTIR SOAL - Analii Validia Te - Analii Reliabilia Te - Daya Pembeda - Tingka Keukaran - Pengecoh - Homogenia Evaluai Pendidikan I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKEL ASAP ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN P-TRAK SMOKE PARTICLE CONCENTRATION MEASURING USING P-TRAK

PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKEL ASAP ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN P-TRAK SMOKE PARTICLE CONCENTRATION MEASURING USING P-TRAK PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKEL ASAP ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN P-TRAK erna Alber Suoh 1), Maria D. Bobano 1) 1) Juruan Fiika, FMIPA, Unra, Manado e-mail: vernauoh@yahoo.co.id; bennylumi@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB 4 PENGANAISAAN RANGAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINGGI Oleh : Ir. A.Rachman Haibuan dan Naemah Mubarakah, ST 4. Pendahuluan Pada umumnya peramaan diferenial homogen orde dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, berempa di Laboraorium Perikanan Program Sudi Budidaya Perairan Fakulas Peranian Universias Lampung.

Lebih terperinci

SISTEM PENGKONVERSI DAYA MAKSIMAL MODUL SURYA MELALUI DETEKSI TEGANGAN. Leonardus Heru Pratomo Teknik Elektro Universitas Katolik Soegijapranana

SISTEM PENGKONVERSI DAYA MAKSIMAL MODUL SURYA MELALUI DETEKSI TEGANGAN. Leonardus Heru Pratomo Teknik Elektro Universitas Katolik Soegijapranana E KAJAN MAH, lume 15, Nmr 1, Januari 2013 EM PENGKONE DAYA MAKMA MODU UYA MEAU DEEK EGANGAN enardu Heru Pram eknik Elekr Univeria Kalik egijapranana ABAK Krii energi yang diebabkan keerbaaan eredianya

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku 4 erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku.. endahuluan ada bab ini, akan dibaha mengenai perancangan uau iem konrol ingleinpu-ingle-oupu linier ime-invarian

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN BESARAN UPAH DAN INSENTIF UNTUK OPERATOR BERDASARKAN WAKTU DAN BIAYA BELAJAR OPERATOR BARU

PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN BESARAN UPAH DAN INSENTIF UNTUK OPERATOR BERDASARKAN WAKTU DAN BIAYA BELAJAR OPERATOR BARU PNGMBANGAN MODL PNNTUAN BSARAN UPAH DAN INSNTIF UNTUK OPRATOR BRDASARKAN WAKTU DAN BIAYA BLAJAR OPRATOR BARU Yemizari Muchiar 1), Dei Mufi 2) Fakua Teknoogi Induri, Juruan Teknik Induri Univeria Bung Haa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009 di Laboraorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakulur, Deparemen Budidaya Perairan, FPIK-IPB.

Lebih terperinci

Model Rangkaian Elektrik

Model Rangkaian Elektrik Tuga Siem Linier Model Rangkaian Elekrik Model model unuk beberapa rangkaian elekrik, eperi: reiani, kapaiani, dan indukani ecara ederhana diperlihakan dalam gambar dibawah. Dalam gambar erebu juga di

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI 3. Gambaran Umum Perusahaan 3.. Sejarah Perusahaan PT. Tri Dharma Wisesa merupakan perusahaan indusri yang didirikan pada anggal 3 Desember 98, yang berempa di Jalan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Matriks Transformasi

Matriks Transformasi Marik Tranformai A Marik Tranformai dan Koordina Homogen Kombinai benuk perkalian dan ranlai unuk ranformai geomeri 2D ke dalam uau marik dilakukan dengan mengubah marik 2 2 menjadi marik 3 3 Unuk iu maka

Lebih terperinci

DESAIN KONSEPTUAL PENGGUNAAN HYPERLINK SEBAGAI ALAT BANTU TEMU KEMBALI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN

DESAIN KONSEPTUAL PENGGUNAAN HYPERLINK SEBAGAI ALAT BANTU TEMU KEMBALI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN DESAIN KONSEPTUAL PENGGUNAAN HYPERLINK SEBAGAI ALAT BANTU TEMU KEMBALI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN Irma Elvina 1), Kudang Boro Seminar 2), dan Firman Ardianyah 3) 1) Perpuakaan Perguruan Tinggi Iniu Peranian

Lebih terperinci

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT Dian Firdaus dan Saefudin Balai Pengkajian Teknologi Peranian Jawa Bara, Jalan Kayuambon No. 80, Lembang 40391 ABSTRAK Program Rinisan dan Akselerasi Pemasyarakaan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci